Ayu Answer

27
Penentuan titik sampling biasanya dilakukan pada lokasi yang berdekatan dengan aktivitas disekitarnya seperti perumahan, persawahan, pabrik, KJA, Inlet-inlet, outlet dll. Nah situ Cibuntu dan Ekopark adalah setu kecil jadi cukup air masuk (inlet) sebagai kondisi kualitas awal, bagian tengah diharapkan proses selfpurification (pembersihan diri) sdh berjalan maupun air keluar (outlet) sebagai pertimbangan sejauh mana kualitas air yang nantinya keluar dari situ. Batasan kadar nitrit memang tidak tercantum dalam PP no 82/2001 tetapi berdasarkan literature yang ada kita bias pakai patokan kadar nitrit perairan alami berkisar antara 0,001 – 0,06 mg/l (Canadian Council of Resource and Environment Minister, 1987) karena kalau konsentrasi lebih dari itu akan bersifat toksik pada organism yang sensitive. Semua air yang masuk kedalam badan air bias disebut inlet, karena situ ekopark tidak memiliki inlet yang nyata (terlihat langsung) dan hanya memiliki sumber air utama yang berupa mata air dari bawah maka bias dianggap sebagai inlet. Memang khusus parameter BOD hasil analisisnya kadang tidak sesuai dengan perkiraan kita, ada beberapa hal terutama bagian preparasi sampel, factor alat ukur dll. Tetapi kalau hasilnya lebih tinggi atau lebih rendah dari hasil pengukuran nutrient bias saja hal itu dimungkinkan karena BOD bukan saja nutrient aja tetapi ada unsure organic yang lain ada unsure organic C. Kategori antara indeks kimia dengan Nilai indeks TSI dimungkinkan hasilnya tidak sama misalkan kalau yang CI sangat tercemar maka TSInya harusnya Eutrofik berat/Hypereutrofik, hal ini disebabkan parameter yang digunakan untuk perhitungan berbeda dimana parameter yang digunakan dalam perhitungan indeks kimia merupakan parameter-parameter yang menunjukkan adanya konsentrasi bahan pencemar yang ada di perairan jadi tidak hanya pencemar nutrient saja, sedangkan pada perhitungan TSI hanya parameter yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga yaitu nutrient khususnya TP. Sejatinya konsep perhitungan TSI banyak digunakan pada perairan tergenang seperti danau, waduk dan situ, sedangkan indeks kimia banyak digunakan untuk perairan mengalir seperti sungai yang kondisi perairannya dinamis dan sumber pencemarnya lebih kompleks. Pada konteks hasil perhitungan St. 1 Situ Cibuntu dan yang lainnya kondisi sangat tercemar karena inlet situ cibuntu berasal dari kali Baru yang melewati beberapa wilayah kegiatan antropogenik dengan konsentrasi polutan yang lebih komplek (unsure C, H, O, N,P) . sedangkan dari nilai TSI tergolong sedang karena ada kemungkinan nutrient yang ada khususnya P yang masuk sudah terikat ke sedimen atau dimanfaatkan oleh tanaman yang ada di sepanjang tepian saluran masuk melalui sitem perakarannya http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/ 255/251

description

ayu answer

Transcript of Ayu Answer

Page 1: Ayu Answer

Penentuan titik sampling biasanya dilakukan pada lokasi yang berdekatan dengan aktivitas disekitarnya seperti perumahan, persawahan, pabrik, KJA, Inlet-inlet, outlet dll. Nah situ Cibuntu dan Ekopark adalah setu kecil jadi cukup air masuk (inlet) sebagai kondisi kualitas awal, bagian tengah diharapkan proses selfpurification (pembersihan diri) sdh berjalan maupun air keluar (outlet) sebagai pertimbangan sejauh mana kualitas air yang nantinya keluar dari situ.

Batasan kadar nitrit memang tidak tercantum dalam PP no 82/2001 tetapi berdasarkan literature yang ada kita bias pakai patokan kadar nitrit perairan alami berkisar antara 0,001 – 0,06 mg/l (Canadian Council of Resource and Environment Minister, 1987) karena kalau konsentrasi lebih dari itu akan bersifat toksik pada organism yang sensitive.

Semua air yang masuk kedalam badan air bias disebut inlet, karena situ ekopark tidak memiliki inlet yang nyata (terlihat langsung) dan hanya memiliki sumber air utama yang berupa mata air dari bawah maka bias dianggap sebagai inlet.

Memang khusus parameter BOD hasil analisisnya kadang tidak sesuai dengan perkiraan kita, ada beberapa hal terutama bagian preparasi sampel, factor alat ukur dll. Tetapi kalau hasilnya lebih tinggi atau lebih rendah dari hasil pengukuran nutrient bias saja hal itu dimungkinkan karena BOD bukan saja nutrient aja tetapi ada unsure organic yang lain ada unsure organic C.

Kategori antara indeks kimia dengan Nilai indeks TSI dimungkinkan hasilnya tidak sama misalkan kalau yang CI sangat tercemar maka TSInya harusnya Eutrofik berat/Hypereutrofik, hal ini disebabkan parameter yang digunakan untuk perhitungan berbeda dimana parameter yang digunakan dalam perhitungan indeks kimia merupakan parameter-parameter yang menunjukkan adanya konsentrasi bahan pencemar yang ada di perairan jadi tidak hanya pencemar nutrient saja, sedangkan pada perhitungan TSI hanya parameter yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga yaitu nutrient khususnya TP. Sejatinya konsep perhitungan TSI banyak digunakan pada perairan tergenang seperti danau, waduk dan situ, sedangkan indeks kimia banyak digunakan untuk perairan mengalir seperti sungai yang kondisi perairannya dinamis dan sumber pencemarnya lebih kompleks.

Pada konteks hasil perhitungan St. 1 Situ Cibuntu dan yang lainnya kondisi sangat tercemar karena inlet situ cibuntu berasal dari kali Baru yang melewati beberapa wilayah kegiatan antropogenik dengan konsentrasi polutan yang lebih komplek (unsure C, H, O, N,P) . sedangkan dari nilai TSI tergolong sedang karena ada kemungkinan nutrient yang ada khususnya P yang masuk sudah terikat ke sedimen atau dimanfaatkan oleh tanaman yang ada di sepanjang tepian saluran masuk melalui sitem perakarannya

http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/255/251

http://bangazul.com/kondisi-sungai-dan-rawa-di-jakarta/

Home / Lingkungan / KONDISI SUNGAI DAN RAWA DI JAKARTA atau River Condition in Jakarta

9. Kondisi Situ

Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, Situ atau waduk retensi adalah suatu wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang merupakan salah satu bentuk kawasan lindung.

Page 2: Ayu Answer

Pada umumnya situ-situ dan beberapa waduk di wilayah DKI Jakarta difungsikan sebagai situ dan waduk retensi untuk merecharge daerah sekitarnya .Fungsi tersebut terkait dengan fungsi kawasan konservasi didaerah hulu sungai yang berfungsi sebagai daerah resapan air.

Disamping fungsi diatas maka fungsi situ dapat dikelompokkan sebagai berikut : tempat parkir air / banjir, recharge, penyediaan air baku, budi daya perikanan, wisata atau fungsi sosial lainnya, pelestarian lingkungan.

Keberadaan situ yang dibangun pada abad ke-18 mengalami berbagai masalah, antara lain :

• berkurangnya lahan pertanian yang diairi dari situ,

• penggantian pengelola atau penyerahan pengelolaan kepada instansi lain,

• kerusakan daerah tangkapan air yang disebabkan peningkatan pemukiman di daerah genangan atau disekitar situ yang mengakibatkan berkurangnya luas genangan situ,

• pembangunan pemukiman yang tidak mempertimbangkan lingkungan,

• sedimentasi yang terjadi karena kerusakan hutan di daerah hulu yang mengakibatkan erosi,

• gulma di daerah genangan ,

• adanya kerusakan pada bangunan pelengkap situ.

Dalam Rencana Aksi Penanganan Masalah Banjir 2007 Jabodetabekjur yang dibuat pada tanggal 10 Februari 2007 , maka tugas Pemda DKI Jakarta terkait situ-situ, adalah merehabilitasi, mengelola dan membangun situ-situ didalam wilayah DKI Jakarta, sedang tugas Departemen Pekerjaan Umum adalah merehabilitasi, mengelola dan membangun situ-situ di Wilayah Sungai Ciliwung – Cisadane. Demikian pula dengan Pengembang Pemukiman mempunyai kewajiban untuk membangun situ-situ baru didalam wilayah pemukiman yang dikembangkan sesuai Tata Ruang. Pengelolaan situ-situ baru yang berada dibawah Pengembang Pemukiman diatur dengan Perda yang ada di masing-masing daerah atau diserah terimakan

Page 3: Ayu Answer

http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2013/05/25/penguatan-ekonomi-kecamatan-cibinong-berbasis-pengelolaan-lanskap-situ-cikaret-situ-pemda-dan-situ-kebantenan-secara-berkelanjutan/

Situ sebagai kesatuan siklus hidrologis memegang peranan penting sebagai area tangkapan air (catchment area) sekaligus sebagai bentuk lain kawasan lindung. Selain itu, situ telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar sebagai sarana rekreasi, wisata, sumber mata pencarian, maupun bagian dari cerita masa lalu yang memiliki nilai sejarah dan kearifan lokal tinggi. Oleh karena itu, pemeliharaan situ sangat baik dilakukan, terutama untuk tujuan konservasi air dan keberlangsungan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut turut dipicu oleh meningkatnya kebutuhan air seiring dengan pertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi yang tinggi.

http://konservasisitudepok.wordpress.com/artikel-tentang-situ/yayat-supriatna/

Situ merupakan sumber daya alam yang hampir terlupakan. Bencana Situ Gintung di Cirendeu Ciputat Tangerang adalah suatu pembuktian dan pembelajaran. Perlindungan dan pengelolaan situ sangat kurang mendapat perhatian saat ini. Sehingga banyak situ yang mengalami pendangkalan, penyempitan dan hilang karena beralih fungsi. Tekanan penduduk dan pergeseran fungsi lahan di sekitar situ semakin memperparah kondisi lingkungan yang ada.

Keadaan berbagai situ sebagai wadah air saat ini sudah sangat memprihatinkan. Bagi masyarakat yang belum menyadari peran dan fungsi situ maka ada kecenderungan memperlakukan situ sebagai daerah belakang yang tidak perlu dirawat dan justru diperparah kondisinya, dengan menjadikannya sebagai tempat pembuangan sampah, tempat membuang limbah industri dan rumah tangga, diuruk dan ditimbun untuk pembangunan perumahan dan kegiatan komersial lainnya. Sementara dari sisi kewenangan pengelolaan situ semestinya ada kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Namun karena berbagai keterbatasan maka dalam pelaksanaan pengelolaannya kondisi situ menjadi semakin sangat terlantar. Diberlakukannya Undang-Undang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah pendukungnya diharapkan akan menimbulkan implikasi yang lebih positif bagi pengelolaan situ, khususnya bagi peran pemerintah pusat melalui Ditjen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum. Kondisi situ saat ini cenderung sudah menjadi common property karena tidak adanya aturan main yang jelas seperti terkait dengan aspek legalitas, tidak ada situ yang telah memiliki sertifikat.

Situ di Jabodetabek

Hingga saat ini, data mengenai jumlah situ di Jabotabek masih sangat bervariasi. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen PU melaporkan jumlah situ-situ yang terdapat di Jabotabek ada 218 buah dengan luas total 2.116,5 Ha. Jumlah tersebut tersebar di kawasan DKI (35), Bogor (122), Tangerang (45) dan Bekasi (16). Namun karena berbagai hal situ-situ tersebut kini luasnya tinggal 1.978,02 Ha dan jumlahnya telah semakin berkurang.

Dari 20 situ dan waduk di wilayah Jakarta, jumlah situ berbeda dari satu pendataan ke pendataan yang lain, dan tak satupun dalam kondisi baik. Seluruh situ sudah tercemar, baik ringan maupun berat. Ini akibat ulah masyarakat dan kebijakan yang tidak jelas. Situ yang ada mendapat polutan dari berbagai saluran air. Masalah lain adalah penyempitan lahan akibat pembuangan sampah di sekitar situ atau diuruk untuk dijadikan tempat tinggal dan

Page 4: Ayu Answer

semakin padatnya permukiman kumuh disekitarnya. Ada pihak yang menolak penilaian ini sebab masih perlu dikaji kembali tingkat akurasinya, karena pada kenyataannya tidak semua kondisi situ tidak separah yang dibayangkan.

Semakin buruknya kondisi situ-situ yang ada, tidak sebanding dengan upaya rehabilitasi situ di wilayah Jabodetabek yang berjalan lamban. Bahkan sering tertunda dan diabaikan. Pengawasan dan pemantauan terhadap perkembangan dan perubahan fisiknya sering tidak dimonitor. Padahal situ-situ itu sangat diperlukan untuk sumber air dan pengendalian banjir. Untuk itu pemerintah daerah harus memiliki komitmen yang kuat untuk menetapkan sistem tata kelola kawasan situ disebabkan kondisi situ yang ada saat ini sangat memprihatinkan. Selain mengalami sedimentasi, banyak situ yang sudah beralih fungsi. Dalam pengelolaan situpun masih seringkali terjadi lempar tanggung jawab antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Masalah Pengelolaan

Terdapat beberapa permasalahan umum yang dihadapi dalam pengelolaan situ-situ di wilayah Jabodetabek antara lain seperti kurang jelasnya batasan penguasaan lahan situ, kondisi perubahan tata guna lahan dan peralihan fungsi situ. Kondisi lain yang lebih memprihatinkan adalah terbatasnya keuangan pemerintah pusat dan daerah untuk mengelola situ disertai dengan rendahnya kesadaran masyarakat akan fungsi dan keberadaan situ. Dari aspek penataan ruang adalah belum mantapnya rencana detail kawasan dan rencana teknis situ. Sementara untuk bidang pengendalian tata ruang, adalah lemahnya pengawasan dan penegakan hukum dan kurangnya penyuluhan serta sosialisasi akan peranan dan manfaat situ.

Sementara untuk pengelolaan database terhadap jumlah dan kondisi situ di wilayah Jakarta dan sekitarnya yang dikumpulkan dari berbagai unit menunjukkan banyak kelemahan. Jumlah situ berbeda untuk laporan yang terkait dengan perkembangannya. Luasan situ juga berbeda-beda, antara nama situ dan lokasinya berbeda jika kita lihat di peta. Sementara fakta di lapangan menunjukkan bahwa lebih

banyak lagi jumlah situ yang dapat dijumpai. Berdasarkan penelitian, banyak lokasi situ terletak di lahan milik perorangan dan banyak situ yang telah terpecah menjadi situ-situ yang lebih kecil. Pemetaan situ juga mengidentifikasikan adanya lokasi – lokasi lahan atau areal berpotensi untuk menjadi situ baru, namun kondisinya dalam keadaan kering dan telah menjadi daratan.

Penataan Ulang

Pengelolaan situ harus ditata ulang kembali sehubungan dengan kejadian bencana di Situ Gintung dan kondisi situ – situ lainnya yang sudah semakin parah kondisinya. Sejak lama tidak ada kejelasan tanggung jawab pengelolaan situ bila situ berada pada tempat umum atau area publik. Undang-Undang Sumber Daya Air yang baru secara tidak langsung menyatakan situ sebagai sumber air. Jadi jika situ adalah mata air atau bagian dari suatu sistem penyediaan air, penanggung jawab pengelolaan dapat ditetapkan berdasar lokasi situ didalam suatu daerah aliran sungai. Jika terkait dengan wilayah daerah aliran sungai maka otoritas ini akan menjadi kewenangan pemerintah pusat. Atau, jika situ harus diamankan untuk pengelolaan aliran air permukaan sebagai bagian dari sistem drainase maka kewenangannya dapat dikelola oleh pemerintah daerah (Kabupaten/kota). Setelah aspek pengelolaan situ diklarifikasi dan jelas siapa mengerjakan apa, maka pengembangan situ dapat lebih lanjut

Page 5: Ayu Answer

direncanakan dan dilaksanakan. Keikutsertaan sektor swasta dan masyarakat sekitar situ sangat diharapkan dalam meningkatkan pemanfaatan dari potensi fungsi situ dan upaya untuk pengendalian banjir dengan ikut menanggung biaya pemeliharaan lingkungan.

Batasan kadar nitrit memang tidak tercantum dalam PP no 82/2001 tetapi berdasarkan literature yang ada kita bias pakai patokan kadar nitrit perairan alami berkisar antara 0,001 – 0,06 mg/l (Canadian Council of Resource and Environment Minister, 1987) karena kalau konsentrasi lebih dari itu akan bersifat toksik pada organism yang sensitive.

Konservasi Situ-Situ Depok* Berbasis Warga Catchment * Manajemen Kolaboratif * Aksi Kolektif Lokal

Yusli Wardiatno, dkk

PROFIL DAN PERMASALAHAN PERAIRAN TERGENANG (SITU, RAWA DAN DANAU)

Oleh: Yusli Wardiatno, Ivana Anggraeni, Rosichon Ubaidillah, Ibnu Maryanto B,”

Sumber:   http://elib.pdii.lipi.go.id/

Ringkasan

Situ atau embung/ waduk, empang, danau dan rawa merupakan bagian dari ekosistem perairan darat tergenang. Berbagai istilah dalam reservoir air seperti yang telah diungkapkan pada pada Bab I dalam buku ini sepintas mempunyai arti yang sama, namun ternyata mereka memiliki ciri khas masing-masing. Walaupun berbeda dalam kategori dimensinya ada sebagian kesamaan fungsi yaitu kemampuaimya untuk dapat digunakan sebagai pengendali banjir, penyimpan dan reservoir air, perikanan, atau tempat rekreasi.

Dari segi kegunaan perairan tergenang atau reservoir yang berupa situ, rawa dan danau sangat penting bagi penampung sementara akan limpahan lebihan air di waktu hujan dan mempertahankannya diwaktu musim kemarau. Kegunaan utama tersebut bukanlah rahasia umum dan diketahui oleh masyarakat, namun masalah yang sangat dikhawatirkan adalah kecepatan berubahnya fungsi sistem perairan darat tersebut menjadi penampung berbagai macam polutan dan limbah baik pabrik maupun rumah tangga seperti data kasus yang terungkap dari hasil monitoring BAPEDALDA Iakarta (2002) tentang pencemaran dan kualitas air situ dan rawa Jakarta.

Kekhawatiran keseluruhan situ, danau dan rawa sebagai penampung limbah tentu perlu dibuktikan terutama dengan melihat keseluruhan keberadaan tipologi perairan tergenang. Oleh sebab itu  sebelum melakukan langkah pengelolaan yang baik sistem perairan tergenang terutama situ, rawa dan danau, maka perlu diungkapkan data-data profil dan permasalahan situ, rawa dan danau di Jabodetabek yaitu seperti yang akan di bahas pada naskah ini.

Menurut Suryadiputra (2003) keberadaan situ di Jabodetabek kira-kira tinggal 164 buah, sedangkan berdasarkan hasil citra landsat 2000 seperti yang dituangkan pada uraian Bab III di depan di dalam buku ini kira-kira ada 174 buah sistem perairan tergenang. Pada penulisan

Page 6: Ayu Answer

profil dalam bab ini tidak dapat mengungkap profil situ, danau dan rawa secara keseluruhan satu per satu tetapi hanya 26 (15%) profil yang akan dibahas dan diharapkan dapat mewakili semua problema perairan tergenang di Jabodetabek. Ke 26 situ rawa dan danau tersebut mewakili daerah administrasi Bogor-Depok, Tangerang, Iakarta dan satu buah dari Kabupaten Cianjur yaitu Danau Telaga Warna. Situ, danau dan rawa yang menjadi kajian pada tulisan ini adalah, Cigudeg, Cikaret, Cibuntu, Cilalala, Cilodong, Citatah, Citayam, Dua, Akuarium, Gede, Gunung Putri, Iatijajar, Leutik, Perikanan, Rawabesar, Rawakalong, Tengah, Tonjong, Telagawarna, Lido (Bogor), Archipelago, Sunter Timur, Taman Akuarium, Babakan, Ragunan Baru (Iakarta) dan Cipondoh (Tangerang). Beberapa situ dan rawa yang sudah diteliti dan dipantau secara akurat oleh beberapa instansi seperti Situ Bojongsari oleh Puslit Limnologi-LIPI dan sebagian dari 16 situ, rawa di Iakarta oleh Bapedalda Iakarta yang sengaja tidak kami bahas secara rinci.

Berdasarkan profil dan status situ, rawa dan danau yang ada di wilayah Jabotabek yang dirangkum dari 26 lokasi, mencakup pembahasan masalah parameter fisik, kimia dan biologi dari masing-masing situ, rawa dan danau. Setidaknya terdapat gambaran dan permasalahan umum yang menyangkut kondisi fisik (morfometri) dan kualitas air situ. Permasalahan utama mengenai fisik terjadi di hampir semua situ, rawa dan danau adalah penyusutan luas dan pendangkalan. Penyusutan luas bervariasi antara 20 hingga 60%, suatu angka penyusutan yang sudah harus menjadi perhatian serius pemerintah   daerah maupun pemerhati situ. Apalagi dikaitkan dengan salah satu fimgsi situ sebagai daerah resapan air.’

Penyusutan luas ini umumnya terjadi akibat sinergisnya 2 faktor,  yakni faktor alam dan ulah manusia.  Pada saat musim kemarau berkepanjangan, suplai air ke situ-situ akan minimal sehingga seringkali bagian tepi yang cukup dangkal akan tidak terairi sama sekali. Di lain pihak, karena secara umum letak situ berdekatan dengan pemukiman, tidak sedikit penduduk yang dengan sengaja memanfaatkan kondisi ini dengan mengkonversi bagian situ yang kering atau dangkal menjadi lahan pertanian dan atau perikanan. Agar rawa di daerah Jabotabek  tidak semakin banyak yang berkurang luasannya atau bahkan hilang sama sekali, diperlukan upaya-upaya pemeliharaan dan pengelolaan yang terintegrasi antara masyarakat dan pihak pemerintah. Pengertian mengenai betapa-pentingnya situ bagi kehidupan masyarakat umum akan sangat bermanfaat bila diberikan secara kontinu, agar keinginan menjaga kelestarian situ timbul pada masyarakat.

Permasalah fisik berikutnya adalah pendangkalan. Masalah ini juga cukup krusial, mengingat hampir semua situ, rawa dan danau di Iabotabek merupakan perairan dangkal dengan kedalaman rata-rata  antara 2 – 5 meter. Apabila hal ini dibiarkan maka fenomena hilangnya situ di wilayah Iabotabek akan semakin sering terjadi. Salah satu  penyebab proses pendangkalan selain retention time yang lama, juga  keberadaan tanaman seperti eceng gondok (Eicchomia crassipes) air yang  sistem perakarannya dapat menjadi sediment trap. Padahal di banyak  kasus tanaman air ini sering menjadi dominan di perairan situ dan dapat menutupi lebih dari separuh permukaan air situ. Untuk menangani hal  ini, kerja bersama membersihkan tanaman air pada situ merupakan salah  satu cara termurah. Penyebab pendangkalan lainnya bisa berupa unsur  kesengajaan masyarakat, pemerintah ataupun pihak swasta yang menginginkan terkonversinya situ menjadi daratan.

Selain masalah fisik, kualitas air merupakan permasalahan yang tengah terjadi di perairan tergenang di wilayah Iabotabek. Berdasakan status trofik ………….

…………………

Page 7: Ayu Answer

dari Jabotabek dan (2) mengingat analisa kualitas air rawa dan situ yang dilakukan oleh BAPEDALDA Iakarta tahun 2000 tentang kualitas air sudah mengkhawatirkan mendekati batas ambang yang tidak diperbolehkan untuk konsumsi karena tercemarnya ecolli, amonium, logam berat, fenol dan unsur organik dan anorganik lainnya. Untuk itu pembuangan limbah cair perumahan atau pabrik perlu diatur agar pemanfaatan dan pengelolaan situ harus diformulasikan dengan tepat agar keberadaannya tetap lestari mengingat peran dan multifungsi situ  yang signifikan bagi masyarakat. Dengan mempertahankan keberadaan  situ rawa dan danau berarti juga akan lnenyelamatkan keanekaragaman hayati yang hidup dalam ekosistem tersebut.

LIDO

A. Lokasi

Situ Lido (5°36′ 104°49′ BT) terletak di Desa Wateg Iaya (500 m dpl), Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Iawa Barat. Luas situ sekitar 21 ha dengan batas di bagian utara dan timur merupakan daerah pemukiman penduduk, sedangkan bagian selatan dan barat merupakan perkebunan karet dan areal persawahan. Situ ini termasuk kategori situ buatan yang dibuat pada abad ke-18 yaitu ketika dibendungnya Sungai Ciletuk untuk pembangunan jalan raya Bogor-Sukabumi (Didin 1999).

Situ Lido merupakan bentuk perairan tergenang terbuka, bentuknya tidak beraturan, banyak dijumpai teluk~teluk sempit dengan tepi situ banyak yang curam atau berkisar pada ketinggian 10 m di atas permukaan air. Tepi-tepi situ tersebut ditumbuhi oleh belukar dan pohon karet. Kedalaman dasar situ dapat mencapai_19,8 m. Basmi (1991) berpendapat bahwa kedalaman air dekat inlet (sumber air masuk) berkisar antara 6-8 m, sedangkan dekat outIet_(tempat air keluar)  kedalarnannya berkisar antara 6-12 m (Didin 1999).

Situ Lido mempunyai satu daerah inlet-dan dua daerah outlet.Sumber-utamaair berasal dari aliran Sungai Ciletuk dengan total debitpada musim penghujan sekitar 500-700 l/detik, sedangkan pada musim kemarau hanya sekitar 100-2oo l/detik. Sumber air situ lainnya diterima dari air permukaan dan air dalam tanah (groundwater) dari lahan di sekitarnya. Tepi daerah masukan air merupakan daerah persawahan (Didin 1999).

Jika dibandingkan kondisi air sungai dengar ak sim pada masamhujan, maka situ relatif lebihnjernih daripada air sungai. Hal im’disebabkan oleh adanya daerah persawahan di dekat.sungai yangmengalirkan lumpur ke aliran sungai. Sementara itu, dua daerahpengeluarannya (outlet) berpintu, dengan debit air yang diatur samayaitu sebesar 52 I / detik. Air yang dialirkan melalui saluran pembuanganini digunakan sebagai air untuk keperluan irigasi (Didin 1999).Sampai sekarang, situ Lido dipergunakan untuk kegiatanpariwisata air dan juga airnya dimanfaatkan untuk kepentingan rumahtangga dan kegiatan perikanan jaring apung. Budidaya jaring apungini mulai dikembangkan sekitar tahun 1978 oleh Balai PenelitianPerikanan Air Tawar (BALITKANWAR) Bogor yang selanjutnya diikutipenduduk setempat. Situ Lido sebelumnya hanya berfungsi sebagaireservoir, yaitu tempat untuk menampung air dalam memenuhikebutuhan penduduk dan irigasi (Didin 1999).

Page 8: Ayu Answer

B. Kondisi Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi

1. Parameter Fisika dan Kimia

Kondisi parameter kualitas air perairan Situ Lido dianalisis olehHaryani (1984), Santana (1991), Purwaningsih (1992) dan Didin ( 1999).Berdasarkan hasil penelitian Haryani (1984) pada bulan Mei-Iuni tahun 1984, Situ Lido memiliki kisaran suhu antara 21-30 °C,sedangkan penelitian Purwaningsih (1992) menghasilkan kisaran suhuantara ’26-28 “C, Santana (1991) mendapatkan kisaran antara 26-28 “C,dan penelitian Didin (1999) memliki kisaran 22-28°C. Kisaran tersebuttidak berbeda nyata dengan kisaran suhu yang baik untuk kehidupanorganisme di perairan yaitu antara 25-32 “C dan tidak banyakberfluktuasi (Boyd, 1990).

Hasil penelitian Haryani (1984) mendapatkan nilai kecerahanberkisar antara 43,79-123,57 cm. Tingginya nilai kecerahan diduga-karenakondisi musim kemarau yang dicirikan dengan sedikitnya curah hujansehingga proses teraduknya tanah di dasar perairan kemungkinan kecilterjadi, dan juga diduga karena kemampuan cahaya matahari untukmelakukan penetrasi ke dalam suatu lapisan kolom perairan. MenurutBoyd dan Lichkoppler (1979), nilai kecerahan 30-60 cm pada umumnyamasih baik untuk produksi perikanan, sedangkan nilai kecerahan yangkurang dari 30 cm akan mengurangi sumber cahaya bagi fotosintesadan kecerahan lebih dari 60 cm akan menembus ke bagian yang lebihdalam akan mendorong pertumbuhan tumbuhan air.

Hasil pengukuran kekeruhan yang dilakukan oleh Purwaningsih(1992) berkisar antara 0,73-15,67 NTU, sedangkan penelitian Santana(1991) pada bulan Desember tahu.n 1990 sampai Ianuari tahun 1991berkisar antara 6,13-30,80 NTU. Nilai kekeruhan yang relatif rendah inididuga karena pengaruh musim. Pada musim kemarau bahan-bahantersuspensi dan senyawa-senyawa koloid cenderung tertumpuk danterakumulasi di dasar perairan. Hasil yang berbeda terjadi pada musimhujan, curah hujan menyebabkan tanah di dasar perairan teraduksehingga air menjadi keruh.

Muatan padatan tersuspensi berk-isar antara 0,08-0,19 mg/1,sedangkan muatan padatan terlarutnya berkisar antara 0,56-24,89 mg/1 Purwaningsih (1992). Bila dihubungkan dengan nilai kekeruhannyamaka terdapat kesesuaian antara keduanya. Derajad keasaman (pl-I)6,1-8,4 (Haryani 1984), 6,0-7,0 (Santana 1991), dan pada bulan Iuni tahun 1992 didapatkan kisaran pH 6,61-8,92 (Purwaningsih 1992) Kisaran pHtersebut tidak berbeda nyata dengan küaran nilai pH yang wajar bagikehidupan biota perairan yaitu berkisar 6,5-8,5 (Pescod, 1973).Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang baku mutu air golongan IIIdan IV, nilai pH pada kisaran tersebut sesuai untuk kegiatan perikanandan pertanian yaitu berkisar antara 6-9.

Page 9: Ayu Answer

Kandungan oksigen terlarut di Situ Lido berkisar antara 4,5-10,20mg/1 (Haryani 1984), 2,02-3,23 mg/l (Santana 1991), di-dasar perairan0,41-5,27 mg/l (Didin 1999). Tinggi rendalmya nilai oksigen ini dapatdisebabkan oleh beberapa faktor, antara lain besarnya kandunganpadatan total (padatan terlarut dan tersuspensi) yang mempengaruhipenetrasi cahaya matahari yang dibutuhkan oleh fitoplankton, algae,maupun tumbuhan air untuk melakukan fotosintesis sehinggamenghasilkan oksigen terlarut dalam air, kelimpahan jumlahfitoplankton, algae, dan tumbuhan air, serta pergerakan air yang akanmempengaruhi proses difusi oksigen dari udara ke dalam air.Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang baku mutu air golongan IIIdan IV, nilai DO pada kisaran tersebut kurang sesuai untuk kegiatanperikanan dan pertanian yaitu disyaratkan > 32 mg/ 1.

Kandungan karbondioksida di Situ Lido 3,5-14,00 mg/ I (Haryani1984), 2,79-7,59 mg/ 1 (Santana 1991). COI biasanya dihasilkan melaluiproses respirasi organisme ataupun proses dekomposisi bahan organikdi perairan. Pada daerah l yang banyak tumbuhan airnya, CO2dimanfaatkan untuk pembentukan bahan organik dalam prosesfotosintesis sehingga jumlahnya berkuiang. Kandungan CO2 yangkurang atau sama dengan 12 mg/ 1 tidak akan berbahaya bagi organismeakuatik di daerah tropis asalkan kandungan oksigen terlarutnya tidakkurang dari 2 mg/ 1. (Pescod 1973).

Hasil pengukuran TOM (Total Organic Matter) berkisar antara189,6-1-447,28 mg/ 1 (Santana 1991). Besarnya kandungan bahan organiktotal tersebut diduga karena adanya masukan bahan organik allochtonousdari dua kegiatan budidaya jaring apung yaitu jaring apung milikBAL1n<ANv\fA1i-dan penduduk.

Nilai kesadahan berkisar antara 14,76-119,31 mg/ 1 sedangkankisaran alkalinitas berkisar antara 69,10-109,90 mg/ 1 dengan kadar nitrit0,008-0,015 mg/ 1. Nilai amonia didapatkan antara 0,000-0,30 mg/ 1(Haryani 1984). Penelitian Purwaningsih (1992) memperoleh kisaranamonia, nitrit, nitrat bertutut-turut adalah antara 0,006-0,144 mg/ 1, 0,001-0,087 mg/ L dan 0,01-2,64 mg/ l. Kisaran amonia yang didapatkan Didin(1999) selama penelitiannya berkisar antara 0,00-0,72 mg/ I. Kisaran initergolong kecil dan tidak membahayakan bagi kehidupan biota air.Kandungan nitrit dan amonia perairan di bawah 1 mg/ 1 tidakmembahayakan untuk kegiatan perikanan, dan kandungan amoniasebesar 1 mg/ 1 dapat menghambat daya serap haemoglobin terhadapoksigen yang menyebabkan ikan mati kekurangan oksigen (Pescod 1973).Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang baku mutu air golongan IIIdan IV , nilai nitrit pada kisaran tersebut masih sesuai untuk kegiatanperikanan dan pertanian yaitu disyaratkan < 0,06 mg/ l.

Kandungan nilai fosfat berkisar antara 0,015-0,16 mg/ l (Haryani1984), atau kisaran kandungan fosfat dan fosfat total berturut-turutadalah antara 0,001-0,223 mg/ 1 dan 0,038-0,428 mg/ l (Purwaningsih

Page 10: Ayu Answer

1992). Kisaran ini masih cukup baik untuk pertumbuhan fitoplanktondi perairan Situ Lido. -

Berdasarkan nilai kisaran setiap parameter yang diukur, secara umum air Situ Lido masih menggambarkan kondisi air yang baik untukmendukung kehidupan organisme di dalamnya termasuk ikan. Dengandemikian, kualitas perairan Situ Lido masih sesuai bagi peruntukannyasebagai sumber air untuk kegiatan perikanan dan pertanian. Kriteriakelayakan perairan Situ Lido berdasarkan peruntukannya di lapangandisajikan pada Tabel 17. _ r ‘ -Tabel 17. Kriteria kelayakan perairan Situ Lido berdasarkan baku mutuair golongan l`II (perikanan) danIV (pertanian dan industri)Parameter Klsaran Satuan Golongan ‘Gēlongan Keterangannilai III IVSuhu 21-30 °C – Normal ±3 SesuaiS U Pi-1 6,37-6,93 J di sai S s-900 sesuaiS ”W 7 Disyaratkan 7 S KurangD0 0,41-10,20 mg/1′ ~ >-3 – sesuaiNam- S di 0 ‘ diNitrogen – - u `0,001 0,087 mg/ 1 Maks 0,06 V Ses aiStatus trofik yang dinilai atas dasar kualitas air memiliki kisaranantara oligotrofik hingga eutrofik. Kondisi perairan yang oligotrofikhingga mesotrofik didapatkan berdasarkan konsentrasi nutrienkhususnya nitrat yang memiliki kisaran nilai antara 0-2,64 mg/ l. Statusperairan yang eutrofik dapat dilihat dari nilai kecerahan. .110Page 11

Y. Wardiatno, I. Anggraeni, R. Ubaidillah, I. Maryanto2. Parameter Biologia. Plankton1. Fitoplankton‘ Penelitian fitoplankton di Situ Lido dilakukan Maha (1995)dan Naim (1996) memperoleh 28 genus fitoplankton yang termasukdalam 5 kelas. Kelima kelas yang ditemukan adalah Chlorophyceae (14genus), Bacillariophyceae (8 genus), Cyanophyceae (2 genus),Euglenophyceae (2 genus), dan Dinophyceae (2 genus) (Tabel 17) .Kelimpahan fitoplankton tertinggi adalah dari genus Cemtium(Dinophyceae). Menurut Wetzel (1983), suatu perairan yang didominasioleh dinoflagelata (Ceratium dan Peridinium) merupakan perairanmesotropik. Selanjutnya pengamatan lain yang dilakukan oleh Naim(1996) diperoleh hasil yang sedikit berbeda yaitu dijumpai 7 kelas yangmeliputi 39 genus yaitu Chlorophyceae (19 genus), Bacillariophyceae(7 genus), Cyanophyceae (5 genus), Euglenophyceae (1 genus),Dinophyceaea (3 genus), Xanthophyceae (3 genus) danChloromonadophyceae (1 genus). Perbedaan dari dua penelitian tersebutada kemungkinan disebabkan karena perbedaan waktu bulanpengambilan yaitu antara musim kemarau dan hujan.Fitoplankton yang ditemukan, Cemtium dari kelas Dinophyceaemempunyai frekuensi kemunculan paling sering (Maha 1995).

Page 11: Ayu Answer

Keinunculannya yang sering juga dikuatkan dengan kelimpahannyayang tinggi. Disamping kelas Dinophyceae yang melimpah di perairan,kelas lain seperti Chlorophyceae, Cyanophyceae, Bacillariophyceae danEuglenophyceae juga mempunyai kelimpahan yang tidak sedikit (Naim1996).Berdasarkan hasil analisa, kelimpahan fitoplankton di Situ Lidoberkisar antara 12217-3249705 ind/ 1. Kelimpahan fitoplankton diperairan tergenang Lido termasuk tinggi dan atas dasar kelimpahannyaperairan tergenang Lido memiliki tingkat kesuburan mesotrofik sampaieutrofik (Naim 1996). Ienis-jenis fitoplankton yang didapatkan di Situ111Page 12

Profil dan Pemmsalahan Situ, Rawa dan DanauLido ba1-dasa;-kan perbedaan bulan pengambilan Zygnema, Spimgym,Cosmarium, Micrasterias, Ciosterium, Gonatozygon, Kirchneriella, Franceia,Coelastrum, Voivox, Eudorina, Botryococcus, Golenkinia, Pediastrum(Chlorophyceae), Coscinodiscus, Cyclotella, Diatoma, Synedra, Fmgilarfa,Nifzschig, Navigula, Suriella (Bacillariophyceae), Oscillatoria, Spimlina(Cyanophyceae), Phacus, Astasia (Euglenophyceae), Peridinium, Cemiium(Dinophyceae) (Mei-juni) (Maha 1995), Ceratium (Dinophyceae),Goniochloris, Chlorocloster (Xanthophyceae), Zygnema, Spirogyra,Cosmarium, Micmsterias, Closterium, Gomztozygon, Eudorimz, Ulhofrix,Coelastmm, Asterococcus, Sphaerocystis, Protocoēgus (Chlorophyceae),Pinnularia, Melosira, Synedm, Nitzschia, Ncwicula (lšacillariophyceae),Euglemz (Euglenophyceae), dan Spimlina (Cyanophyceae), (Januari-F<=.-bma±i)_ (Naim 1996). _Hasil penelitian Maha (1995) mengungkapkan bahwa indekskeanekaragaman berkisar antara 0,013-1,847, indeks keseragamanberkisar antara 0,007-0,97-1 ‘dan indeks dominansi berkisar antara 0,300-0,_998. Sebagai pembanding atas dasar penelitian Naim (1996)mendapatkan indeks keanekaragaman, indeks keragaman, dandominansi berturut-turut berkisar antara 0-0,8210 dan 0,21-1,00.2. Zooplankton , ._ .Effendi (1997) mengatakan bahwa komposisi jenis zooplanktondi Situ Lido terdiri dari 5 kelompok besar yaitu Rotifera, Cladocera,Copepoda, Nauplius, dan larva Insecta. Setara umum jenis-jenis yangsering ditemukan dengan kelimpahan relatif tinggi adalah Nauplius,Polym-thra, Anuraeopsis, Hexarthra, dan Cyclops, sedangkan jenisZooplankton yang jarang ditemukan adalah Teiramastix, Trichocerca,Ascomorpha, Dipleuchlam’s,’ Pamcolurella, dan Chaoboms. Daphnia danKemtella merupakanljenis yang berada diantaranya.Dari persentase kelimpahan jumlah individu/ l zooplankton,umumnya rotifera memiliki persentase yang tertinggi dan larva seranggaair memiliki persentase terendah. Nilai rata-rata persentase komposisi112Page 13

Y. Wardiatno, I. Anggraeni, R. Ubaidillah, I. Maryantorotifera berkisar antara 50,04-66,94%, Cladocera 7,05-17,38%, Copepoda7,9-17,38%, Nauplius 14,87-26,33%, dan larva Insecta 0,15-3,08%.- b. Benthos ‘

Page 12: Ayu Answer

Berdasarkan penelitian Santana (1991), makrozoobenthos yangdidapat di perairan Situ Lido terdiri dari 10 jenis yaitu Chaoboms sp.,Pentaneura sp., Miathyria sp., Melanoides spp.-, Brotfa sp., Bellamyajavanica,Gyraulus, Helobdella stagmzlisudan Lumbriculus sp. yang dibedakan menjadikelompok Diptera, Odinata, Gastropoda, Hirudinea dan Oligochaeta.Penelitian Didin (1999) mendapatkan 7 spesies yang digolongkankedalam 3 kelas yaitu Gastropoda, Oligochaeta, dan Insecta. KelasGastropocla yang bersifat fakultatif diwakili oleh spesies Wattelbledia,Anentome, Ame:-ianna dan Acella haldemam’. Kelas Oligochaeta diwakilioleh spesies Branchium sowerbyi, sedangkan kelas Insecta diwakili olehspesies Clmoborus sp. dan Pentnneura sp. Nilai indeks keanekaragamanC-I’), keseragaman (E) dan dominansi © pada kedalaman masing-masingadalah berkisar antara 0,17-1,79; 0,17-0,56; 0,43-0,95 (Santana 1991),sedangkan hasil penelitian Didin (1999) mendapatkan nilai indekskeanekaragaman dan keseragaman berkisar antara 0,31-1,81 dan 0,15-0,871 Hal ini menunjukkan bahwa kondisi populasi makrozoobenthosdi Situ Lido memiliki tingkat keanekaragaman dan keseragaman rendah.Di lokasi tersebut penyebaran jumlah individu tiap jerus tidak meratadan kondisi kestabilan komunitas cenderung rendah dan ada spesiesyang mendominasi.c. IkanDijumpai beberapa jenis ikan yang dibudidayakan di jaringapung Situ Lido, diantaranya adalah ikan mas (Cyprinus carpio), gurame(Osphronemus goramy), dan ikan nila (Oreochromis niloticus) yangdikembangkan pada dua kompleks kegiatan budidaya sekitar outlet(Didin 1999).113Page 14

II:iiProfil dan Pemmsalahan Situ, Rawa dan Danaud. Tumbuhan air -Dijumpai ada beberapa jenis tumbuhan air di Situ Lido,diantaranya ganggeng Hydrilla verticillata, Nafas indica, kiambang (Salviniasp.) dan eceng gondok (Eichhomia crassipes) (Santana 1991). Ie. Coliform _Berdasarkan hasil pengamatan Purwaningsih (1992),kelimpahan Escherichia :oli dan total coli pada lokasi yang dimanfaatkansebagai MCK (Mandi Cuci Kakus) relatif lebih tinggi dibanding lokasilainnya di Situ Lido. Secara umum keliirlpahan bakteri kelompokcoliform di Situ Lido telah melewati batas minimum yang diijinkan olehWHO (1978) untuk pemanfaatan air situ sebagai tempat rekreasi.114Page 15

Y. Wardiatno, I. Anggraeni, R. Ubaidillah, l. MaryantoTELAGA WARNAA. Lokasi

Page 13: Ayu Answer

Danau Telaga Warna prmcak terletak di Kecamatan CisaruaKabupaten Bogor. (6° 42′LS; 106 °, 59′BT) ĀB. Morfometri1. Dimensi PermukaanPanjang maksimum Telaga Warna, yaitu jarak dua titik terjauhpada permukaan garis tepi telaga adalah 166 meter, sedangkan lebarmaksimumnya, yaitu sebesar 121,5 meter (Mahasiswa BDP dan MSPPak Perikanan 1989)._ Luas permukaan danau yaihrluas wilayahpermukaan yang terendam air sebesar 00119375 Km? Mahasiswa BDPdan MSP Fak Perikanan, 1997) dalam laporannya mengemukakan bahwapanjang maksimum dan lebar maksimum Telaga Warna masing-masingadalah 136 meter dan 35 meter, luas permukaan Telaga Warna sebesar 5ha. Perbandingan ukuran luas tersebut mempunyai arti bahwa untukkurun 8 tahun telah terjadi penyusutan luas.Hasil pengukuran garis keliling telaga sebesar 500 meter.Selanjutnya hasil pengukuran indeks perkembangan garis tepididapatkan nilai sebesar 1.291. Indeks ini dipakai untuk melihat bentukdanau. Dari nilai tersebut diduga Telaga Warna berbentuk ellips yangmendekati bundar dengan kemiringan rata-rata Telaga Warna adalah0.263 (Mahasiswa BDP dan MSP Fak Perikanan, 1989). Semakin curamsuatu danau, semakin sedikit daerah litoramya dan hal ini berpengaruhbagi produkti-vitasnya.2. Dimensi di Bawah PermukaanKedalaman maksimum telaga adalah 8,8 meter. Nilai kedalamanrelatif Telaga Warna adalah 7,1% (Mahasiswa BDP dan MSP Fak115Page 16

Profil dan Permasalahan Situ, Rawa dan DanauPerikanan, 1989). Kedalaman relatif adalah nilai yang diperlukan untukmelihat stabilitas strafikasi di danau. Iika bernilai lebih besar dari 4%maka diduga danau tersebut memiliki kondisi stabilitas yang tinggi.Danau Telaga Warna berdasarkan pernyataan tersebut termasuk danauyang memiliki kestabilan stratitikasi yang tinggi. Kedalaman rata-rataTelaga Warna adalah merupakan parameter yang digunakan untukmelihat produktivitas dan tingkat kesuburan suatu danau. Semakin kecilnilainya semakin besar nilai produktivitas yang diperoleh. Telaga warnamemiliki nilai yaitu kurang dari setengah dari kedalamanmaksimumnya, yaitu 4,183 meter. lVolume ‘danau merupakan volume total air yang ada dalamdanau yang diukur berdasarkan penjumlahan strata-strata kedalamanyang ada. Volume total air di Telaga Warna sebesar 49943142 liter.Volume development (perkembangan volume) adalah salah satu carauntuk melihat bentuk dasar danau.” Yang memiliki nilai lebih besar dari0,5 seperti yang terdapat di Telaga Warna (1,42626’7’765) diduga memilikidasar danau yang rata; ‘ _C. Kondisi Parameter Fisika,’Kimia dan Biologi.1..Kondisi Parameter Fisika dan KimiaSuhu air berkisar antara 21,5-22,5 “C (Mahasiswa BDP dan MSPFak Perikanan 1997), suhu tersebut bervariasi menurut kedalaman(Mahasiswa BDP dan MSP Fak Perikanan 1989). Semakin dalam semakin

Page 14: Ayu Answer

rendah suhunya. Secara keseluruhan suhu di Telaga Warna termasukrendah (dingin), hal ini diduga karena faktor ketinggian.Warna’ perairan di Telaga Warna tampak hitam hampir disekeliling danau kecuali pada bagian inlet, coklat pada bagian tengahdan hijau pada bagian pinggir dekat tempat peristirahatan/ bangunandi dekat pintu masuk, hal ini dimaklumi karena pada bagian tersebutterdapat tumbuhan air Hyclrilla verticillata. Sedangkan pengamatandengan menggunakan skala Forel u1< 2 0. Ini berarti bahwa perairan116Page 17

Y. Wardiatno, I. Anggraeni, R. Ubaidillah, l. MaryantoTelaga Wama memiliki tingkat produktif sedang karena warna ,airnyabening atau tak berwarna (Mahasiswa BDP dan MSP Fak. Perikanan1997).‘ Kekeruhan Telaga Warna berkisar antara 2,6-5,5 (MahasiswaBDP dan MSP Fak. Perikanan, 1997). Nilai kekemhan pada ketiga stasiunmenunjukkan bahwa perairan Telaga Warna masih jernih dengan tingkatkekeruhan tergolong rendah. Pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL)pada Telaga Wama sebesar 57,8 umhoss/ cm (Mahasiswa BDP dan MSPFak. Perikanan 1997).Nilai TDS pada perairan Telaga Warna berkisar antara 28-31mg/l (Mahasiswa BDP dan MSP Fak Perikanan 1997). Secara umumdapat dikategorikan bahwa nilai TDS dengan kisaran seperti itu masihtermasuk ke dalam kisaran rendah, sebab rata-rata nilai TDS di perairankurang lebih 120 mg/l.Kandungan padatan tersuspensi total (TSS) pada air TelagaWama diperoleh nilai sebesar 0,09 mg/ l. Nilai ini merupakan padatantersuspensi dengan kualitas air yang tidak membahayakan bagiperikanan, karena tergolong rendah (Mahasiswa BDP dan MSP FakPerfleman 1997). ‘Menurut laporan mahasiswa BDP dan MSP Fak Perikanan (1997)kisaran pH yang terdapat pada perairan Telaga Warna berkisar antara6,8-7,1 dan 5,2-7,5 (Mahasiswa BDP dan MSP Fak. Perikanan, 1989).Kisaran ini merupakan kondisi normal untuk perairan karena pHoptimum untuk perairan adalah 6,5-8,5 (Pescod 1973).Kandungan oksigen terlarut (DO) yang terukur pada tiga stasiunpengamatan tergolong baik karena berkisar antara 7,10-8,33 mg/ 1(Mahasiswa BDP dan MSP Fak Perikanan 1997). Oksigen terlarut (DO)pada permukaan telaga adalah 7,02 mg/1, pada kedalaman 1 m dan 3 mkandungan DO masing-masing 6,04 mgl dan 3,90 mg/1. Pada kedalaman5-8 m sudah tidak terkandung oksigen lagi. Semakin dalam perairanmaka kandungan DO semakin rendah.117Page 18

FsIProfil dan Permasalahan Situ, Rawa dari DanauKandungan karbondioksida yang terukur pada pengamatanpada tiga stasiun didapatkan kisaran 1,078-2,156 mg/ 1 atau bertambah

Page 15: Ayu Answer

dengan semakin bertambahnya kedalaman; pada kedalaman 0 m hingga1 m tidak terukur adanya karbondioksida, dan mulai ditemukan padakedalaman ’3 m dengan nilai 3,596 mg/ 1, pada kedalaman 8 m sebesar18,777 mg/ l (Mahasiswa BDP dan MSP Fak Perikanan, 1989).Hasil pengukuran nilai daya mengabung asam yang merupakanukuran banyaknya karbonat dan bikarbonat yang terlarut dalam airsebesar 24 mg/ l tiap stasiun dan 46 mg/ 1 tiap stasiun untuk alkalinitastotalnya. Selanjutnya besarnya nilai alkalinitas totalnya berkisar antara28-80 mg/ 1. Nilai _alkalinitas bertambah seiring bertambahnyakedalaman. Hal ini terkait dengan kandungan CO2 di perairan.Kesadahan total yang diperoleh dari pengamatan sebesar 23,023mg/ 1. Sedangkan kesadahan Ca* di tiga stasiun berkisar antara 16,016-18,018 mg/ 1. Pengukuran kesadahan Ca* yang dilakukan berkisarantara 22-26 mg/ 1. Kesadahan di Telaga Warna masih tergolong baikbagi kegiatan perikanan. Ā_Berdasarkan pengamatan Mahasiswa (1997) pada tiga stasiundihasilkan nilai BOD sebagai berikut: 7,6 mg/ 1 (stasiun 1), 7,90 mg/ 1(stasiim 2) dan 6,6 mg/ 1 (stasiun 3). Kisaran nilai 6,5-8 mg/1 termasukdalam kriteria nilai tercemar sedang. Nilai BOD meningkat denganmeningkatnya kedalaman. Hal ini diduga disebabkan karena padakedalaman yang lebih besar makin banyak kandungan bahan organikyang diuraikan oleh rnikroorganisme, sehingga dibutuhkan lebih banyakoksigen. ‘ _Nilai TOM pada perairan Telaga Warna bervariasi menurutstasiun. Nilai TOM di dtasiun 1, 2 dan 3 masing-masing adalah sebesar9,164 mg/ 1, 13,588 mg/1 dan 9,769 mg/1(Ma11asiswa Boraan MSP FakPerikanan 1997). vNilai COD Telaga Warna berkisar antara 11,57-12,62 mg/ 1(Lestari dkk., 1997). Berdasarkan klasifikasi Lee dkk. (1979) maka kisarannilaui ini termasuk dalam setengah tercemar.118Page 19

Y. Wardiatno, I. Anggraeni, R. Ubaidillah, I. MaryantoNilai rata-rata kandungan ammonia di Telaga Warnamenm-utMahasiswa BDP dan MSP Fak Perikanan (1997) sebesar 0,66 ing/1,Sedangkan kandungan nitrit dan nitrat masing-masing berkisar antara0-0,4 mg/ I dan 0,0-0,02 mg/ I. Menurut Gunawati (1984) bahwanilainitrat sebesar 0,0-1,0 mg/ I termasuk dalam kesuburan rendah.Kandungan nilai rata-rata orthofosfat dan total fosfat air TelagaWarna masing-masing adalah sebesar 0,039 dan 0,189. Berdasarkan Liaw(1969), yaitu atas dasar nilai total fosfat kualitas air sangat baik,sedangkan berdasarkan orthofosfat-nya kualitas airnya cukup baik.Sulfat yang terukur pada perairan air tawar berkisar antara0,048~0,072 mg/ I (Mahasiswa BDP dan MSP Fak Perikanan, 1997) dengannilai total besi berkisar antara 0,010-0,09 mg/ 1. Hal ini berarti bahwaperairan tersebut masih baik bagi perkembangan ikan dan belumtercemar. Kisaran nilai ini tidak berbeda dengan kriteria besi total untukperairan alami yaitu 0,05-0,020 mg/ I. (Hariyadi (1995). _2. Kondisi Parameter BiologiNekton yang terlihat dari permukaan telaga adalah ikan mas

Page 16: Ayu Answer

(Cyprinus carpio) dan tumbuhan yang terlihat di dalam telaga adalahHydrilla.Plankton yang diduga mendominasi perairan Telaga Warna dipermukaan adalah jenis Synedm tmchellomonas, Fragillaria danBotryococcus. Plankton lainnya yang ditemukan antara lain Mallomomzs,Cosmarium, Euglemz, dan Spimlimz dan ZoopIanl<ton yang didapatkandiantaranya adalah Philodina.119Page 20

Profil dan Permasalahan Situ, Rawa dan DanauCIBUNTUA. Lokasi- . _ .Situ Cibuntu terletak Desa Cibinong, Kecamatan Cibinong,Kabupaten Bogor, Iawa Barat, dengan luas area 14 ha dan kedalamanmaksimum 1,15 m., namim menurut keterangan penduduk, pada tahun1980 kedalaman perairan Situ Cibuntu mencapai 2 m dan luas perairansekitar 3 ha (Fahrudiani 1997). Menurut Sulawesty dkk. (2000) SituCibuntu memiliki luas area 15.295 mz (±1,5 ha) atau sudah mengalamipenyusutan dengan panjang garis pantai 1523495 m. ‘Pengurangan luasSitu Cibuntu diakibatkan oleh terjadinya pendangkalan terutama didaerah inlet yang telah terbentuk delta.Kedalaman maksimum 2 m dengan kedalaman rata-rata 0,88m. Perairan dengan kedalaman rata-rata rendah umumnya akanmemiliki rasio lapisan fotlk dan afotik yang tinggi. Hal ini erat kaitannyadengan semakin dalamnya perairan maka cahaya matahari akanmenembus sampai ke lapisan dasar perairan sehingga fotosintesis masihdapat aktif dan sediaan oksigen besar. Sebelah barat Situ Cibuntu adalahkebun campuran, sedangkan di sebelah utaranya terdapat kebunsingkong, pisang, dan kebun campuran. Letak tanah disebelah selatansitu (daerah inlet) yang terdapat areal persawahan memiliki kondisi yangmiring dan lebih tinggi dari daripada letak situ (Nugroho 2002).Bentukmorfologi Situ Cibuntu sangat sederhana karena tidakterdapat teluk-teluk kecuali pada daerah spillway (saluran buangan airagar volume situ tidak melebihi yang Ukurannya yang kecilmengakibatkan situ sangat rawan terhadap kerusakan. Menurut Suryonodan Aisyah (2000) kemarau yang panjang pada tahun 1996 menyebabkanterjadinya pendangkalan dan penurunan luasan permukaan perairan.Tahun 1998 dilakukan perbaikan secara keseluruhan mulai dari saluranair masuk dan keluar, serta pinggiran dan dasar situ, sehingga dapatdikatakan bahwa ekosistem Situ Cibuntu merupakan ekosistem baru120Gadis Sri Haryani

Subscribe

Konservasi Situ-Situ Depok syndicates its weblog posts and Comments using a technology called RSS (Real Simple Syndication). You can use a service like Bloglines to get notified when there are new posts to this weblog.

Page 17: Ayu Answer