(Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

21
DOMESTIKASI ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas L.) DENGAN PAKAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DAN SIRSAK (Annona muricata L.) RIRI DESIANDA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Page 1: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

DOMESTIKASI ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas L.) DENGAN PAKAN DAUN

JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DAN SIRSAK (Annona muricata L.)

RIRI DESIANDA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

ABSTRAK

RIRI DESIANDA. Domestikasi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas L.) Dengan Pakan Daun Jarak

Pagar (Jatropha curcas L.) dan Sirsak (Annona muricata L.). Dibimbing oleh DEDY DURYADI

SOLIHIN dan DEDE SETIADI.

Domestikasi ulat sutera liar adalah proses adaptasi ulat menjadi ulat sutera domestik pada

pakan yang diberikan dan lingkungan ruang pemeliharaan. Domestikasi diharapkan dapat

meningkatkan populasi A. atlas untuk pengembangan budidaya A. atlas yang bermanfaat

ekonomis bagi kehidupan manusia. Konsekuensinya memelihara ulat dengan baik, ketersedian

pakan yang cukup dan pengaturan perkembangbiakan A. atlas perlu diperhatikan. Oleh karena

itu, dengan pemberian pakan daun jarak pagar dan sirsak secara terus-menerus diharapkan dapat

diperoleh galur murni dan adaptif untuk mendapatkan fitness serta kualitas kokon dan filamen

yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan domestikasi ulat sutera

liar A. atlas pada pakan daun jarak pagar dan sirsak. Pelaksanaan penelitian meliputi: sex ratio,

perkawinan imago, koleksi telur, pemeliharaan larva, pemanenan kokon dan lamanya siklus hidup

pada pakan berbeda. Hasil pengamatan menunjukkan produktivitas telur berkisar antara 27 - 342

telur/induk. Oviposisi selama 3-7 hari. Inkubasi telur selama 8-10 hari. Stadia larva pada pakan

jarak pagar sekitar 30-40 hari, sedangkan pakan sirsak sekitar 34-47 hari. Stadia pupa dengan

pakan jarak pagar selama 30 hari (jantan), sedangkan pakan sirsak 30-32 hari (jantan) dan 33 hari

(betina). Keberhasilan hidup pada proses domestikasi menggunakan kedua jenis pakan masih

belum optimal karena hambatan lingkungan dan biologis.

Kata kunci: Attacus atlas, domestikasi, daun jarak pagar, daun sirsak.

ABSTRACT

RIRI DESIANDA. Domestication of Wild Silk Moth (Attacus atlas L.) by Feeding of Purging

Nut (Jatropha curcas L.) and soursop (Annona muricata L.) Leaves. Supervised by DEDY

DURYADI SOLIHIN and DEDE SETIADI.

Domestication of the wild silk moth is an adaptation process of caterpillar to become

domesticated silk moth in response to food and culture room environment. It was expected to raise

the population of A. atlas to develop economical sericulture for human life. As consequences, the

moth has to be well maintained by providing food and controlling the reproduction. A pure

strain which is more adaptive with good quality of coccon and filament was envisaged to be

obtained by feeding the moth with purging nut and soursop leaves continuously. The objective of

this research was measuring the success rate of A. atlas domestication on purging nut and

soursop leaves. The parameters observed in this research included: sex ratio, mating moth, egg

collection, larval rearing, cocoon harvesting and the moth life cycle in response to different types

of fed. The egg productivity ranged from 27-342 eggs /female parental. Oviposition was

observed between 3-7 days. Egg incubation was at the range of 8-10 days. The duration of larval

stage feed on purging nut was about 30-40 days, while on soursop was about 34-47 days. The

duration of pupa stage fed by purging nut leaves was about 30 days (males), while on soursop

was about 30-32 days (males), 33 days (female). The survival rate of domestication utilizing

both types of feed was not yet optimum due to the environmental and biological constraints.

Key word: Attacus atlas, domestication, purging nut leaves, soursop leaves.

Page 3: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

DOMESTIKASI ULAT SUTERA LIAR (Attacus atlas L.) DENGAN PAKAN DAUN

JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DAN SIRSAK (Annona muricata L.)

RIRI DESIANDA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 4: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Judul Skripsi : Domestikasi Ulat Sutera Liar (Attacus atlas L.) Dengan Pakan Daun Jarak

Pagar (Jatropha curcas L.) dan Sirsak (Annona muricata L.)

Nama : Riri Desianda

NIM : G34061312

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA) (Prof. Dr. Ir. Dede Setiadi, M.S)

NIP 195611021984031003 NIP 195104021979031004

Mengetahui:

Ketua Departemen Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Sc)

NIP 196410021989031002

Tanggal Lulus:

Page 5: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Domestikasi Ulat

Sutera Liar (Attacus atlas L.) Dengan Pakan Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dan Sirsak

(Annona muricata L.)”. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2009 hingga Maret 2011 di

Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB),

Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA dan

Prof. Dr. Ir. Dede Setiadi, M.S. selaku pembimbing atas segala dukungan, saran dan bimbingan

selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak

Heri, Ibu Siti Nurjannah (alm), Ibu Suriana dan Kuntoro Bayu Aji atas segala bantuan dan doa,

terima kasih kepada seluruh staf Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB dan seluruh staf

Departemen Biologi. Penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua

dan kakak tersayang atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya selama ini. Salam hangat

penuh cinta penulis sampaikan kepada rekan-rekan Biologi 43 dan sahabat-sahabat UKF atas

segala kebersamaan dan kenangan indah yang takkan pernah terlupakan.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

yang membutuhkan, khususnya bagi pengembangan serikultur A. atlas di Indonesia.

Bogor, Maret 2011

Riri Desianda

Page 6: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 9 Januari 1988 dari ayahanda Yusuf Ibrahim

Bakri dan ibunda Sudarsih. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di TK Islam Karya Mukti pada tahun 1993 dan melanjutkan di

SDN Puspanegara III pada tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP N 1 Cibinong

pada tahun 2000. Penulis lulus dari SMU N 1 Cibinong pada tahun 2006. Pada tahun yang sama,

penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa Biologi

(HIMABIO) divisi BIOWORLD tahun 2008/2009. Penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) Uni Konservasi Fauna (UKF) divisi Ek-situ sejak tahun 2006-2010. Penulis

menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Cendawan (2009/2010), Avertebrata (2009/2010),

Vertebrata (2010/2011), Mikroteknik (2010/2011), Perkembangan Hewan (2010/2011),

Mikrobiologi Dasar (2010/2011) dan Biologi Dasar (2010/2011). Selain itu, penulis juga sempat

mengikuti kegiatan Studi Lapang di Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung, Sukabumi, Jawa

Barat dengan judul laporan “Keanekaragaman Araceae di TWA Situ Gunung”. Penulis juga

mengikuti kegiatan Praktek Lapang di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. pada bulan Juli

2009 dengan judul “Pengolahan Sampah Penduduk Desa Binaan di Sekitar Kawasan PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk”. Saat ini, penulis menjadi tentor Biologi di salah satu tempat

bimbingan belajar terkemuka di kantor cabang Puri Nirwana Real Estate.

Page 7: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................... vii

PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

Tujuan .................................................................................................................................. 2

BAHAN DAN METODE ................................................................................................................. 2 Waktu dan Tempat ............................................................................................................... 2

Bahan ................................................................................................................................... 2

Alat ...................................................................................................................................... 2

Tahap Persiapan .................................................................................................................. 2

Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................................................................................. 2

Parameter yang Diamati ...................................................................................................... 3

HASIL ............................................................................................................................................... 3 Sex Ratio.............................................................................................................................. 3

Produktivitas Telur .............................................................................................................. 4

Siklus Hidup ........................................................................................................................ 4

Keberhasilan Hidup ............................................................................................................. 4

Identifikasi Aksesi dan Analisis Proksimat Jarak Pagar ...................................................... 5

Suhu, Kelembaban dan Intensitas Cahaya Ruang Pemeliharaan ......................................... 5

Faktor Penekan Pertumbuhan .............................................................................................. 5

PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 7

SIMPULAN ...................................................................................................................................... 8

SARAN ............................................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 9

LAMPIRAN .................................................................................................................................... 10

Page 8: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kisaran siklus hidup larva A. atlas ....................................................................................... 4

Tabel 2 Tingkat mortalitas larva A. atlas .......................................................................................... 5

Tabel 3 Hasil analisis proksimat daun jarak pagar dan sirsak ........................................................... 5

Tabel 4 Keadaan kokon tidak berkembang ...................................................................................... 6

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Grafik sex ratio ................................................................................................................. 4

Gambar 2 Xanthopimpla gampsura (Ichneumonidae) (A) Sarchopaga sp. (Sarcophagidae) (B)

Chrysis sp. (Chrysididae) (C) ............................................................................................................ 6

Gambar 3 Embun tepung (powdery mildew) Oidium sp. (A) Morfologi daun jarak pagar yang

terserang Oidium sp. (B) Mumifikasi larva A. atlas (C) Kutu putih pada tanaman jarak pagar (D) 7

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Sex ratio ....................................................................................................................... 11

Lampiran 2 Siklus hidup A. atlas pada pakan daun jarak pagar ...................................................... 12

Lampiran 3 Siklus hidup A. atlas pada pakan daun sirsak .............................................................. 13

Page 9: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sutera liar (Wild Silk) dihasilkan dari

famili Saturniidae yang terbagi dalam genus

Antheraea, Samia, Cricula dan Attacus. Serat

sutera liar sangat porous, lembut, sejuk

dipakai, tahan panas, anti alergi, dan anti

bakteri (Anonim 2003). Attacus atlas L.

merupakan salah satu jenis ulat penghasil

sutera yang saat ini sedang dibudidayakan

karena memiliki beberapa keunggulan seperti

warna benang sutera yang menarik yaitu

coklat keemasan, lebih mengkilat dan harga

jual kokon yang tinggi (Rianto 2009).

Komoditas yang dihasilkan pun tidak terbatas

pada produk tekstil saja, akan tetapi mampu

diaplikasikan pada produk fashion dan

kerajinan tangan (handycraft) (Anonim 2003).

Keindahan sutera menyebabkan perminta-

an terhadap pakaian berbahan dasar sutera

semakin meningkat sehingga kebutuhan

kokon pun meningkat, namun hal ini tidak

diimbangi dengan upaya memproduksi kokon

dalam jumlah yang cukup banyak. Saat ini

kokon A. atlas banyak diambil dari alam yang

dapat menyebabkan kelangkaan bibit A. atlas

pada beberapa tahun ke depan, jika

pengambilan kokon ini terus diambil dari

alam. Tingkat keberhasilan budidaya A. atlas

di alam masih rendah. Hal ini berkaitan

dengan perubahan lingkungan yang tidak

menentu (anomali cuaca) disamping pengaruh

predator, parasit dan faktor penyebab lainnya

(Rianto 2009).

A. atlas digolongkan sebagai ngengat dan

termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum

Artropoda, sub filum Atelocerata, kelas

Insecta, ordo Lepidoptera, sub ordo Ditrysia,

super famili Bombycoidea, famili Saturniidae,

sub famili Saturniinae, genus Attacus, spesies

A. Atlas (Linnaeus). A. atlas merupakan

serangga dari ordo Lepidoptera yang ukuran

tubuhnya besar, sehingga sering disebut kupu-

kupu gajah (si rama-rama). A. atlas adalah

serangga holometabola yang melewati stadia

telur, larva, pupa dan imago (Triplehorn &

Johnson 2005).

Ngengat A. atlas bersifat polifag dan

polivoltin (Peigler 1989). Kisaran pakan yang

luas merupakan aspek lain yang menguntung-

kan dalam budidaya ulat sutera liar (sericultu-

re). Strain ulat sutera polivoltin dapat berepro-

duksi lebih dari tiga kali dalam setahunnya

sehingga produksi serat sutera lebih banyak.

Ngengat A. atlas adalah spesies dalam genus

Attacus yang paling eurytopic (dapat ber-

adaptasi pada kondisi lingkungan dengan

rentangan geografik yang luas) (Peigler 1989).

A. atlas merupakan serangga yang poikiloterm

dimana suhu tubuhnya berfluktuasi sesuai

dengan suhu lingkungan. Maka, fluktuasi suhu

dan kelembaban sangat menentukan keber-

hasilan hidup larva selama pemeliharaan.

Kelembaban dan aliran udara juga mem-

pengaruhi suhu tubuhnya. Bila tidak ada aliran

udara diatas tempat pemeliharaan, suhu tubuh

ulat akan meningkat sejalan dengan me-

ningkatnya suhu lingkungan. (Mulyani 2008).

Ngengat betina mempunyai banyak

tanaman alternatif untuk meletakkan telurnya.

Larva A. atlas memakan 90 genus tanaman

dari 48 familia (Peigler 1989). Holloway

(1987) mencatat beberapa genus yang

berperan sebagai tanaman inang larva A. atlas

yaitu Anacardium, Spondias (Anacardiaceae),

Artabotrys (Annonaceae), Michelia (Magno-

liaceae), Embelia (Myrsinaceae), dan Mussa-

enda (Rubiaceae). Di daerah Bogor, larva A.

atlas banyak ditemukan pada tanaman sirsak

(Annona muricata), sedangkan di daerah

Purwakarta banyak ditemukan pada perke-

bunan teh (Camellia sinensis). Namun, di

daerah Yogyakarta dan Bantul banyak

ditemukan pada tanaman keben (Barringtonia

asiatica). Data tersebut menunjukkan bahwa

larva A. atlas mampu beradaptasi pada ber-

bagai jenis tanaman keras baik di lahan subur,

lahan kritis atau lahan tidur. Perbedaaan

tanaman inang memberikan efek warna

eksotis dan menarik pada masing-masing

kokon (Anonim 2003).

Sirsak (Annona muricata) merupakan

tanaman inang utama bagi larva A. atlas. A.

atlas yang berasal dari tanaman ini lebih

unggul dalam kualitas kokon dan filamen

(Mulyani 2008). Sirsak termasuk ke dalam

kingdom Plantae, subkingdom Tracheobionta,

super divisi Spermatophyta, divisi Magnolio-

phyta, kelas Magnoliopsida, sub kelas Magno-

liidae, ordo Magnoliales, famili Annonaceae,

genus Annona, spesies A. muricata (Linnaeus)

(Heyne 1987).

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) dapat

digunakan sebagai pakan alternatif untuk

sericulture A. atlas. Daun jarak pagar memi-

liki kandungan air yang sesuai bagi pertum-

buhan larva A. atlas (Mulyani 2008). Program

Pemerintah mengenai biodiesel dan biofuel

dari biji jarak pagar telah memberikan

ketersediaan daun yang melimpah sebagai

pakan alternatif bagi larva A. atlas. Tanaman

jarak pagar berasal dari Meksiko, Amerika

Tengah (Weiss 1971) dan termasuk dalam

divisi Spermatophyta, subdivisi Angiosper-

mae, kelas dicotyledonae, ordo Euphorbiales,

Page 10: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

2

famili Euphorbiaceae, genus Jatropha, spesies

J. curcas (Linnaeus) (Heyne 1987). Namun,

tanaman ini memiliki berbagai kendala di

antaranya daun mengandung getah dan

beracun. Posisi daun yang jauh dari ranting

(tangkai daun panjang) menyulitkan ulat

berpindah dari satu daun ke daun lain.

Selama ini inang utama dari A. atlas

adalah tanaman sirsak. Namun pada tanaman

yang bukan inang utama yaitu tanaman teh,

populasi A. atlas telah berkembang baik. Hal

ini membuktikan bahwa tanaman inang yang

lain dapat menghidupi serangga ini (polifag).

Oleh karena itu, domestikasi pada pakan

alternatif seperti jarak pagar diharapkan dapat

meningkatkan populasi A. atlas. Program

penghijauan lahan/hutan gundul, baik yang

dikoordinir pihak Pemerintah maupun swasta

dapat menunjang domestikasi ulat sutera liar

menjadi ulat sutera domestik. Ketersediaan

daun jarak pagar dan sirsak di lahan-lahan

penghijauan dapat dimanfaatkan lebih baik

lagi. Domestikasi ulat sutera liar adalah proses

adaptasi ulat sutera liar menjadi ulat sutera

domestik pada pakan yang diberikan dan

lingkungan sekitar ruang pemeliharaan.

Domestikasi diharapkan dapat meningkatkan

populasi A. atlas untuk pengembangan

sericulture A. atlas yang memberi manfaat

ekonomis bagi kehidupan manusia, sehingga

dengan pemberian pakan jarak pagar dan

sirsak secara terus-menerus, dapat diperoleh

galur yang benar-benar murni dan adaptif

untuk mendapatkan fitness serta kualitas

kokon dan filamen yang baik.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur

tingkat keberhasilan domestikasi ulat sutera

liar A. atlas melalui adaptasi pakan daun jarak

pagar (J. Curcas L) sebagai pakan alternatif

dan sirsak (A. muricata L) sebagai pakan

utama yang favourable.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari bulan

Desember 2009 hingga Maret 2011. Penelitian

ini meliputi tahapan seleksi kokon, koleksi

telur, pemeliharaan ulat, hingga mengokon

kembali. Dilaksanakan di Laboratorium

Biologi Molekuler, Pusat Penelitian Sumber-

daya Hayati dan Bioteknologi IPB.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri atas: ulat sutera liar A. atlas, daun

jarak pagar, daun sirsak, alkohol 70%,

formalin 4% dan air keran.

Alat

Alat yang digunakan terdiri atas: cawan

petri kecil berdiameter 10 cm dengan tinggi

1,5 cm untuk koleksi telur; cawan petri sedang

berdiameter 15 cm dengan tinggi 2,5 cm

untuk pemeliharaan larva instar I-III; cawan

petri besar berdiameter 20 cm dengan tinggi

5,5 cm untuk pemeliharaan larva instar IV-VI;

termometer, hygrometer, luxmeter, kandang

kasa kecil ukuran 40 x 40 x 50 cm3 dan

kandang kasa besar ukuran 60 x 60 x 75 cm3.

Tahap Persiapan:

Desinfeksi Ruangan dan Alat Peralatan dan ruang pemeliharaan

dibersihkan lebih dulu dengan menggunakan

larutan desinfektan (campuran 5 gram kaporit/

liter air dan formalin 4%).

Tahap Pelaksanaan Penelitian:

Sex Ratio Sinkronisasi keluarnya imago jantan dan

betina untuk mengamati sejauh mana

keberhasilan perkawinan (kopulasi) imago.

Kokon A. atlas asal perkebunan teh Purwa-

karta diseleksi dengan syarat kualitas kokon

baik yaitu: tidak cacat, bersih, bagian dalam

tidak hancur, kulit kokon keras, tidak berbau

busuk dan tidak basah (Samsijah &

Kusumaputra 1976). Selanjutnya, kokon

kualitas baik dimasukkan ke dalam kandang

kasa besar ukuran 60 x 60 x 75 cm3 untuk di

amati perkembangan dan kemunculan imago.

Perkawinan Imago

Imago jantan dan betina yang sudah

keluar dipindahkan dan dipasangkan sebanyak

2 jantan dan 1 betina dalam kandang kasa

kecil yang berukuran 40 x 40 x 50 cm3. Imago

yang kawin (kopulasi) ada 38 pasang.

Koleksi Telur Imago betina yang berhasil kopulasi akan

menghasilkan telur fertil, sedangkan imago

betina yang tidak kawin menghasilkan telur

steril dan tidak akan pernah menetas karena

tidak dibuahi oleh imago jantan. Peletakan

telur (oviposisi) oleh imago betina dilakukan

secara berkelompok atau terpisah pada

permukaan dasar kandang dan dinding kasa.

Page 11: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

3

Selanjutnya, telur dikumpulkan setiap hari

dalam satu cawan petri kecil yang berbeda

untuk setiap induk betina fertil. Oviposisi

dihitung sejak peletakan telur hari pertama

hingga hari terakhir bertelur.

Pemeliharaan Larva Pengamatan terhadap jumlah telur yang

menetas (viabilitas) dilakukan sejak telur

menetas di hari pertama hingga hari terakhir.

Lamanya waktu (periode) sejak telur

diletakkan imago betina hingga telur tersebut

menetas dicatat sebagai “lamanya masa telur”

atau “periode telur”. Setelah telur menetas,

segera diberi pakan sesuai perlakuan yang

telah ditentukan, yaitu daun jarak pagar dan

sirsak. Waktu pengambilan daun di pagi hari

pukul 06.00-07.00 WIB untuk menjaga

kesegaran daun yang masih berembun. Daun

yang baru dipetik cukup dibersihkan bagian

permukaan atas dan bawah daun (tidak perlu

dicuci). Pemberian pakan dilakukan setiap

pagi pukul 07.00-08.00 WIB secara adlibitum

dengan mengganti daun yang lama (sudah

dimakan larva) dengan daun segar yang baru

dipetik langsung dari pohon jarak pagar dan

sirsak. Larva instar I-III diberi daun muda

(bagian pucuk yaitu daun ke 3-6), sedangkan

larva intar IV-VI diberi daun tua dari daun ke

7-12.

Oleh karena penetasan larva tidak

seragam, maka pemeliharaan disesuaikan

dengan hari telur menetas. Larva instar I-III

dipelihara dalam cawan petri sedang ber-

diameter 15 cm dengan tinggi 2,5 cm

sebanyak 30 buah cawan. Setiap cawan diisi

10 ekor larva. Larva instar IV-VI dipelihara

dalam cawan petri besar berdiameter 20 cm

dengan tinggi 5,5 cm sebanyak 18 buah

cawan. Setiap cawan diisi maksimum 5 ekor

instar IV. Ketika instar V maksimum diisi 3

ekor, saat mengokon (instar VI) hanya cukup

1 ekor dalam 1 cawan.

Pemanenan Kokon Kokon dipanen seminggu setelah larva

mengokon (setelah pupasi) agar kokon lebih

kuat, kering dan tidak mengganggu proses

organogenesis (pembentukan organ imago:

sayap, kaki, kepala dan struktur reproduksi).

Identifikasi aksesi & analisis proksimat

jarak pagar

Terdapat 3 plot pengambilan daun jarak

yaitu parkiran FKH, rumah kaca Departemen

Biologi dan rumah kaca PAU. Oleh karena

belum terlalu jelas asal usul aksesi dari ketiga

tempat tersebut, maka dilakukan identifikasi

dengan membandingkan karakter daun

terhadap aksesi standar yang terdapat di

Kebun Induk Jarak Pagar, Pakuwon,

Sukabumi.

Analisis proksimat sampel daun jarak

pagar yang berasal dari parkiran FKH dan

rumah kaca Departemen Biologi dilaksanakan

di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya

Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB.

Parameter yang Diamati:

Suhu, Kelembaban dan Intensitas

Cahaya Ruang Pemeliharaan

Pengukuran dilakukan 3 kali sehari pada

pukul 07.00; 12.00; 16.00 WIB. Suhu diukur

dengan termometer, kelembaban diukur

dengan hygrometer dan intensitas cahaya

diukur dengan luxmeter.

Siklus hidup

Siklus hidup diamati dengan mencatat

waktu yang dibutuhkan mulai dari stadia telur,

larva, pupa dan imago. Jumlah telur fertil

yang dihasilkan per individu betina yang

kawin. Larva yang diberi daun jarak pagar

(n=50) dan sirsak (n=50) mulai dari instar I

hingga instar VI. Lamanya stadia pupa

dihitung dari hari pertama mengokon hingga

keluar menjadi imago. Lamanya stadia imago

dihitung dari hari pertama keluar kokon

hingga mati.

Keberhasilan Hidup

Keberhasilan hidup (viabilitas) dan tingkat

kematian (mortalitas) larva pada tiap stadia

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝑀𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =∑𝑁0− ∑𝑁𝑡

∑𝑁0× 100%

Keterangan

N0 : Populasi awal

Nt : Populasi terhitung

Faktor Penekan Pertumbuhan

Identifikasi spesies parasit pada kokon asal

perkebunan teh Purwakarta, parasit yang

mematikan larva, dan predator pada fase larva

dan pupa selama penelitian berlangsung.

Selain itu, mencari tahu kegagalan pupasi dan

ketidakberhasilan imago keluar dari kokon.

HASIL

Sex Ratio

Sinkronisasi keluarnya imago jantan dan

betina dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 12: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

4

Gambar 1 Grafik sex ratio

Grafik di atas menunjukkan bahwa

kemunculan imago jantan lebih banyak

diawal, sedangkan kemunculan imago betina

lebih banyak dipertengahan hingga hari

terakhir keluarnya imago, hingga terjadi

kekosongan dimana terdapat banyak imago

jantan yang tidak memiliki pasangan, karena

imago betina yang keluar baru sedikit. Banyak

ditemukan imago betina tidak memiliki

pasangan dikarenakan imago jantan sudah

mati terlebih dulu (Lampiran 1). Oleh karena

itu sinkronisasi keluarnya imago jantan dan

betina menjadi pembatas bagi keberhasilan

perpasangan serangga A. atlas, dengan

demikian telur yang diperoleh akan sangat

bergantung pada keberhasilan tahap ini.

Sinkronisasi jumlah ngengat jantan dan betina

hampir tercapai pada hari ke-9 hingga hari ke-

13 yaitu pada tanggal 2 April - 6 April 2010.

Jumlah ngengat yang keluar dikatakan

seimbang pada hari ke-12 yaitu pada tanggal 5

April 2010 dengan jumlah ngengat jantan 12

ekor dan betina 12 ekor.

Produktivitas Telur

Produktivitas telur dari induk betina fertil

berkisar antara 27 - 342 telur/induk. Dari

jumlah ini rata-rata yang menetas menjadi

larva instar I antara 23% - 92 %. Periode

bertelur selama oviposisi berkisar antara 3-7

hari. Sedangkan periode inkubasi telur

berkisar antara 8-10 hari.

Siklus Hidup

Kisaran siklus hidup larva instar I-VI pada

pakan daun jarak pagar dan sirsak dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kisaran siklus hidup larva A. atlas

Stadia Jarak Pagar (n=50) Sirsak (n=50)

Instar I 4-5 5-8

Instar II 4-5 5-7

Instar III 4-5 4-6

Instar IV 4-5 4-6

Instar V 5-8 6-8

Instar VI 9-12 10-12

Total 30-40 34-47

Tabel 1 menunjukkan total waktu stadia

larva pada daun jarak pagar lebih singkat

dibandingkan daun sirsak. Stadia pupa pada

daun jarak berlangsung selama 30 hari

(jantan). Sedangkan pada daun sirsak

berlangsung selama 30-32 hari (jantan) dan 33

hari (betina). Total siklus hidup A. atlas pada

pakan jarak pagar berlangsung selama 68-78

hari, sedangkan pada pakan sirsak

berlangsung selama 72-85 hari. Siklus hidup

A. atlas pada daun jarak pagar divisualisasi-

kan dalam alur siklus hidup (Lampiran 2) dan

sirsak (Lampiran 3).

Keberhasilan Hidup

Tingkat kematian (mortalitas) larva instar

I-VI pada pakan daun jarak pagar dan sirsak

dapat dilihat pada Tabel 2.

-

5

10

15

20

25

30

35

40

Page 13: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

5

Tabel 2 Tingkat mortalitas larva A. atlas

Stadia Jarak Pagar Sirsak

∑ Mortalitass ∑ Mortalitass

Instar I 50 46,00% 50 46,00%

Instar II 27 29,63% 27 11,11%

Instar III 19 57,89% 24 50,00%

Instar IV 8 37,50% 12 41,67%

Instar V 5 40,00% 7 42,86%

Instar VI 3 66,67% 4 25,00%

Pupa 1 3

Mortalitas larva daun jarak pagar yang

relatif rendah terjadi pada instar II dan IV.

Sedangkan mortalitas relatif besar terjadi pada

instar VI. Sementara mortalitas rendah pada

daun sirsak terjadi pada instar II dan VI, dan

mortalitas tinggi terjadi pada instar III yang

disebabkan oleh faktor abiotik (suhu dan

kelembaban) yang menyebabkan banyak larva

terserang cendawan (mumifikasi).

Terdapat 3 larva instar VI pada daun jarak

pagar yang memasuki tahap mengokon. Larva

pertama gagal mengokon. Hal ini disebabkan

karena luas permukaan daun jarak pagar yang

terlalu lebar menyebabkan larva mengeluar-

kan banyak energi untuk mengokon sehingga

tidak ada tenaga untuk pupasi. Larva kedua

gagal pupasi dengan struktur dinding kokon

tipis. Larva ketiga berhasil pupasi dan menjadi

seekor ngengat jantan.

Terdapat 4 kokon pada daun sirsak, 3 di

antaranya berhasil keluar menjadi 2 imago

jantan dan 1 imago betina, sedangkan 1 kokon

gagal keluar. Kegagalan ini disebabkan oleh

suhu yang terlalu tinggi dengan kelembaban

yang rendah menyebabkan dormansi (masa

istirahat pupa, dimana organogenesis

mengalami penghentian yang tercermin pada

konsumsi O2 berkurang) sehingga pupa butuh

waktu lebih lama untuk keluar menjadi imago.

Identifikasi Aksesi dan Analisis Proksimat

Jarak Pagar

Berdasarkan hasil identifikasi dan

konsultasi dengan pakar di Kebun Induk Jarak

Pagar Pakuwon, Sukabumi, daun jarak pagar

yang digunakan adalah aksesi IP2P (Improve

Population generasi ke-2 asal Pakuwon,

Sukabumi) yang di tanam di rumah kaca PAU

dan rumah kaca Departemen Biologi.

Sementara daun yang berasal dari parkiran

FKH adalah aksesi Bogor 1.

Hasil analisis proksimat daun jarak pagar

parkiran FKH dan rumah kaca (RK) Depar-

temen Biologi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil analisis proksimat daun jarak pagar dan sirsak

Parameter Analisis

Jarak Pagar (FKH) Jarak Pagar (RK) *Sirsak

Berat

Segar

Berat

Kering

Berat

Segar

Berat

Kering

Berat Segar

Muda Tua

Kadar

Air (%) 81,42 - 83,12 - 82,9 69,31

Abu (%) 1,49 8,02 1,16 6,87 0,95 2,26

Lemak (%) 0,39 2,10 1,25 7,41 0,77 1,98

Protein (%) 3,71 19,97 3,37 19,96 3,74 3,72

Serat (%) 2,29 12,33 2,20 13,03 2,81 6,33

BETN (%) 10,70 11,63 8,90 9,56 8,83 16,4

*) Septi Dewi (2009)

Suhu, Kelembaban dan Intensitas Cahaya

Ruang Pemeliharaan

Suhu pagi hari rata-rata sekitar 24,56oC ;

kelembaban 97,91% ; intensitas cahaya 294

lux. Suhu siang hari rata-rata sekitar 29,67oC ;

kelembaban 66,02% ; intensitas cahaya

316,23 lux. Suhu sore hari rata-rata sekitar

26,98oC ; kelembaban 75,88% intensitas

cahaya 279,07 lux.

Faktor Penekan Pertumbuhan

Hasil identifikasi parasitoid pada kokon

asal perkebunan teh Purwakarta didapatkan 3

jenis parasitoid yaitu Xanthopimpla gampsura

(Ichneumonidae), Sarchopaga sp. (Sarcopha-

gidae) dan Chrysis sp. (Chrysididae) dapat

dilihat pada Gambar 2.

Page 14: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

6

Gambar 2 Xanthopimpla gampsura (Ichneumonidae) (A) Sarchopaga sp. (Sarcophagidae) (B) Chrysis sp.

(Chrysididae) (C)

Hasil pengamatan terhadap kokon yang

tidak berkembang, diketahui adanya beberapa

faktor lain selain faktor parasitoid, yaitu pupa

dormansi, larva gagal pupasi, ngengat gagal

keluar dan dalam posisi terbalik, serta pupa

gagal organogenesis akibat faktor abiotik

(suhu dan kelembaban) yang tidak sesuai.

Keadaan kokon yang tidak berkembang dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Keadaan kokon tidak berkembang

Σ Kokon Total 608 100%

Σ Kokon Berkembang Baik 339 56%

Σ Kokon yang Tidak Berkembang 269 44%

Σ Pupa Terparasit 81 30%

Σ Pupa Dormansi 32 12%

Σ Larva Gagal Pupasi (abnormal) 37 14%

Σ Ngengat Gagal Keluar (eklosi) 45 17%

Σ Pupa gagal organogenesis 74 28%

Persentase jumlah kokon yang tidak

berkembang disebabkan oleh kokon dan pupa

yang terparasit sebanyak 81 kokon (30%).

Adanya parasitoid dalam kokon yang

menyebabkan pupa menjadi busuk, kopong

dan berlubang karena parasit ini menjadikan

pupa A. atlas sebagai inang dengan cara

meletakkan telur ketika fase larva. Memasuki

fase dewasa parasit keluar dari kokon yang

sudah dirusak pupanya karena parasit

mendapatkan nutrisi dari tubuh pupa A. atlas.

Data tersebut (Tabel 4) menunjukkan kokon

yang tidak berkembang bukan oleh parasit

jauh lebih besar (70%) dari yang terparasit.

Selain parasitoid terdapat predator yang

memakan pupa A. atlas di ruang penelitian

yaitu tikus rumah (Rattus rattus diardii) yang

berhasil ditangkap sebanyak 3 ekor.

Daun jarak pagar yang telah terinfeksi

cendawan embun tepung Oidium sp. akan

berbahaya bagi kelangsungan hidup larva A.

atlas karena larva akan menjadi sakit. Hasil

identifikasi penyakit tanaman jarak pagar

dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 15: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

7

Gambar 3 Embun tepung (powdery mildew) Oidium sp. (A) Morfologi daun jarak pagar yang terserang

Oidium sp. (B) Mumifikasi larva A. atlas (C) Kutu putih pada tanaman jarak pagar (D)

PEMBAHASAN

Potensi A. atlas dapat dikembangkan

melalui pemeliharaan (rearing) sangat

bergantung pada faktor-faktor: sex ratio,

sinkronisasi keluarnya imago jantan dan

betina, keberhasilan kopulasi, dan jumlah telur

yang dihasilkan dari setiap induk betina

sebagai bibit yang akan menetaskan larva.

Keberhasilan rearing selanjutnya diten-

tukan oleh keberhasilan hidup dan pertum-

buhan larva A. atlas. Pemeliharaan larva

membutuhkan tempat pemeliharaan (cawan)

yang bersih, lingkungan abiotik yang cocok

(suhu, kelembaban dan intensitas cahaya),

kualitas daun baik, serta densitas jumlah larva

dalam cawan pemeliharaan (Mulyani 2008

dan Dewi 2009).

Suhu dan kelembaban merupakan

faktor lingkungan abiotik yang sangat

mempengaruhi budidaya ulat sutera. A. atlas

dapat hidup pada suhu 25-28oC dengan

kelembaban 46-80% (Mulyani 2008). A. atlas

termasuk hewan poikiloterm sehingga

fluktuasi suhu dan kelembaban sangat

menentukan keberhasilan hidup larva selama

rearing. Suhu pemeliharaan juga mempenga-

ruhi durasi molting (waktu yang dibutuhkan

untuk pergantian kulit). Intensitas cahaya

selama pemeliharaan tidak penting asalkan

tidak melampaui nilai ambang batas. Menurut

Chapman (1998), intensitas terendah kurang

dari 170 lux, namun demikian untuk setiap

spesies nilainya bervariasi.

Suhu dan kelembaban juga berpengaruh

pada serangan patogen terhadap larva

(Listiarani 2009). Jika kelembaban tinggi

maka larva akan lebih rentan terhadap sera-

ngan patogen seperti bakteri dan cendawan.

Tubuh larva yang diserang bakteri akan

berlendir dan lunak disertai feses yang cair.

Serangan cendawan dapat dilihat dari tubuh

larva yang ditumbuhi miselium cendawan

(mumifikasi).

Kondisi pakan juga dipengaruhi oleh

fluktuasi suhu dan kelembaban musiman.

Suhu yang lebih tinggi menyebabkan pakan

daun yang disiapkan lebih cepat kering. Jika

suhu lebih dari 30oC menyebabkan pakan

cepat layu dan tidak disukai larva. Sebaliknya

jika suhu lebih rendah dari 20oC kelembaban

menjadi tinggi dan dapat menimbulkan

patogen penyakit meskipun pakan tetap segar.

Mulyani (2008) melaporkan bahwa suhu dan

kelembaban yang tidak sesuai dapat mengaki-

batkan stress pada larva, sehingga tidak mau

makan, energi menjadi terbuang dan

kecepatan respirasi bertambah. Pakan yang

dicerna semakin sedikit sedangkan proses

metabolisme meningkat, sehingga pada

akhirnya proses pertumbuhan dan perkem-

bangan larva menjadi terganggu. Pengaturan

sirkulasi udara dan kebersihan lingkungan

pemeliharaaan perlu diperhatikan.

Kualitas daun merupakan salah satu faktor

yang menentukan berhasilnya suatu pemeli-

haraan ulat sutera dan kualitas kokon yang

dihasilkan di samping faktor-faktor lain

seperti bibit, teknik pemeliharaan dan sarana

Page 16: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

8

pemeliharaan (Samsijah dan Kusumaputra

1976). Kualitas daun yang baik dikonsumsi

larva A. atlas harus mengandung berbagai

nutrisi seperti air, lemak, protein, serat kasar

(karbohidrat tak larut), BETN (Karbohidrat

terlarut) dan abu (mineral). Kadar air daun

ditentukan oleh varietas tanaman, lokasi

tumbuh, cara budidaya dan pertumbuhan

tanaman. Protein dibutuhkan oleh ulat sutera

selain untuk pertumbuhan dan perkem-

bangannya, juga digunakan untuk pemben-

tukan serat sutera (Tazima 1978). Lemak

berfungsi sebagai sumber energi, struktur

membran dan komponen kulit pelindung.

Chapman (1998) menyatakan sterol merupa-

kan salah satu bentuk lemak sebagai prekursor

hormon molting ekdison (hormon juvenil).

Menurut Mulyani (2008), kriteria tanaman

inang alternatif yang dapat digunakan sebagai

pakan ulat sutera di antaranya: ketersediaan

melimpah, jumlah daun banyak, kandungan

gizi baik, tanaman mudah dibudidayakan dan

dikembangkan serta sesuai bagi larva. Dalam

industri sericulture, ketersediaan pakan

menjadi salah satu faktor utama yang harus

diperhatikan. Pohon-pohon perdu yang cepat

tumbuh dan daun yang dapat segera dipanen

menjadi prioritas utama yang digunakan

sebagai tanaman pakan alternatif. Tanaman

mudah ditangani dan dikembangbiakkan

diberbagai kondisi tanah seperti tanah kering

(lahan kritis), sehingga sericulture dapat

dilakukan di berbagai tempat. Tanaman jika

dipangkas cepat tumbuh kembali daun dan

jumlahnya bertambah banyak.

Jarak pagar yang digunakan sebagai

tanaman inang (host plant) baru bagi larva A.

atlas memiliki potensi sebagai pakan alternatif

bagi sericulture A. atlas dapat sejalan dengan

program penghijauan (reboisasi) lahan kritis

dengan penanaman pohon jarak pagar yang

tahan terhadap stress cekaman air. Namun,

hasil rearing di laboratorium menunjukkan

bahwa tekstur daun aksesi jarak pagar yang

digunakan sangat menentukan keberhasilan

rearing. Oleh karena belum terbiasa memakan

daun jarak pagar, maka lamanya fase larva

lebih singkat daripada daun sirsak. Lamanya

fase larva pada pakan daun sirsak disebabkan

kandungan air yang lebih rendah dibanding-

kan daun jarak pagar, sehingga menyebabkan

tertundanya peristiwa ganti kulit (molting)

(Ekastuti 2005).

Tempat mengokon sangat mempengaruhi

jumlah serat-serat penyangga (floss) yang

dikeluarkan larva saat mengokon, sehingga

larva mengeluarkan sedikit atau banyak serat

sutera untuk menempelkan floss pada daun.

Kenyamanan larva yang akan mengokon

dipengaruhi oleh bentuk dan kekakuan daun.

Daun sirsak tua memiliki struktur lebih kaku

dibandingkan daun jarak pagar, sehingga

kualitas kokon pada daun sirsak lebih baik,

lebih kuat, lebih cepat kering dan lebih

banyak menghasilkan filamen sutera karena

kulit kokon lebih tebal. Larva pada daun

sirsak lebih efektif dan efisien saat pembuatan

floss karena larva lebih nyaman pada saat

mengokon, efektif dalam penggunaan energi,

sedangkan pada daun jarak pagar kurang

optimal karena daunnya terlalu lebar, lemas

dan tipis.

Menurut Mulyani (2008) tingginya

produksi serat sutera berkaitan dengan

lamanya siklus hidup larva. Semakin panjang

siklus hidup larva, maka semakin banyak

pakan yang dikonsumsi. Lamanya siklus

hidup juga disebabkan oleh faktor kandungan

air dan protein pada pakan. Pembentukan

cairan sutera dipengaruhi kemampuan larva

dalam mencerna pakan yang diberikan. Daya

cerna larva terhadap pakan daun jarak pagar

masih rendah akibat kandungan getah dan

senyawa flavonoid yaitu vitexin dan isovitexin

yang belum dapat diketahui sejauh mana

pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan larva A. atlas (Mahmud et al.

2007; Campa et al.; Vishnu et al. 2010). Hal

ini disebabkan karena larva masih dalam

proses adaptasi dan habituasi terhadap pakan

baru (pakan alternatif) tersebut. Dibutuhkan

waktu yang cukup lama untuk domestikasi

agar larva mampu beradaptasi terhadap pakan

baru, misalnya melalui breeding secara

berkelanjutan, untuk mendapatkan galur

murni yang dapat meningkatkan fitness A.

atlas. Hal ini membuka peluang untuk

melakukan sericulture A. atlas seiring dengan

program Pemerintah, dimana daun jarak pagar

digunakan sebagai pakan larva, sedangkan

bijinya sebagai bahan baku biodisel.

SIMPULAN

Domestikasi pada pakan alternatif daun

jarak pagar skala laboratorium dapat

berkembang, namun untuk skala lapang belum

berhasil karena tangkai daun jarak pagar

terlalu panjang, daun lebar dan tipis.

Demikian pula pada pakan daun sirsak yang

mestinya memiliki tingkat keberhasilan lebih

tinggi, belum menunjukkan hasil yang optimal

pada skala laboratorium. Namun skala lapang

jauh lebih baik daripada daun jarak pagar.

Page 17: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

9

SARAN

Domestikasi pada pakan daun jarak pagar

sebaiknya dilakukan secara kontinyu dan

berkesinambungan melalui breeding hingga

turunan F5, agar diperoleh galur-galur murni

dengan tujuan mendapatkan fitness yang baik,

sehingga kualitas kokon dan filamen sutera

lebih banyak. Mencari tehnik rearing pada

pakan daun jarak pagar yang lebih tepat

sehingga keberhasilan hidup lebih besar dan

kokon yang dipanen lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Pasar Eropa Minta Pasokan

Sutera Liar. Mitra Bisnis edisi 3: 14-20

Juli 2003.

Atmosoedarjo S et al. 2000. Sutera Alam

Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Sara-

na Wana Jaya.

Campa C et al. Taxonomy and Biology of the

Tropical Plant Jatropha curcas L.

Vanatrop Workshop.

Chapman RF. 1998. The Insects Structure and

Function. 4th

edition. United Kingdom:

Cambridge Universities Press.

Dewi S. 2009. Pertumbuhan Larva dan

Produktivitas Kokon Attacus atlas L.

pada Jenis Pakan dan Kepadatan yang

Berbeda [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca-

sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ekastuti DR. 2005. Pengaruh kadar air pakan

terhadap pertumbuhan dan produk-

tifitas ulat sutera (Bombyx mori).

Jurnal Medis Veteriner Indonesia. 9

(2): 47-53.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna

Indonesia (terjemahan). Jilid II. Jakar-

ta: Yayasan Sarana Wana Jaya.

Holloway JD. 1987. The Moth of Borneo:

superfamily Bombycoidea: families

Lasiocampidae, Eupterotodae, Bomby-

cidae, Brahmaeidae, Saturniidae, Sphi-

ngidae. Southdene Sdn. Bhd. Malaysia:

Kuala Lumpur.

Listiarani I. 2009. Pengaruh Pemberian

Beberapa Jenis Daun Murbei (Morus

spp.) Terhadap Pertumbuhan Ulat

Sutera Attacus atlas L. [skripsi].

Bogor: FMIPA, Institut Pertanian

Bogor.

Mahmud Z et al. 2007. Info Tek Jarak Pagar

(Jatropha curcas L.). PUSLITBANG

Perkebunan. BALITBANG Pertanian.

2 (9).

Mulyani N. 2008. Biologi Attacus atlas

(Lepidoptera: Saturniidae) Dengan

Pakan Daun Kaliki (Ricinus communis

L.) dan Jarak Papag (Jatropha curcas

L.) di Laboratorium [tesis]. Bogor:

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertani-

an Bogor.

Peigler RS. 1989. A Revision of The Indo-

Australian Genus Attacus. California:

The Lepidoptera Researc Foundation,

Inc.

Rianto F. 2009. Performa Reproduksi Imago

Attacus atlas L. yang Berasal dari

Perkebunan Teh Purwakarta [skripsi].

Bogor: Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor.

Samsijah, Kusumaputra AS. 1976. Pengaruh

Pemberian Makan Ulat Kecil dan Ulat

Besar dengan Daun yang Berbeda

Jenisnya Terhadap Rendemen Peme-

liharaan dan Mutu Kokon [laporan

penelitian]. Bogor: Lembaga Penelitian

Hutan.

Tazima Y. 1978. Tha Silkworm: An Important

Laboratory Tool. Tokyo: Kodansha

Ltd.

Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Borror

and Delong’s Introduction to the Study

of Insect. Seventh Edition. USA:

Tomson Brooks/Cole.

Vishnu Priya V et al. 2010. A Review of

Hepatoprotective Natural Products.

Recent Research in Science and

Technology, 2(11): 49-52

Weiss EA. 1971. Castor, Sesame and

Safflower. London: Lionard Hill.

Page 18: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

10

LAMPIRAN

Page 19: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

11

Lampiran 1 Sex ratio

Tanggal ♂ ♀ TOTAL KAWIN/PASANG

25 Maret 2010 2 0 2 0

26 Maret 2010 1 0 1 0

27 Maret 2010 6 3 9 0

28 Maret 2010 8 2 10 3

29 Maret 2010 12 5 17 1

30 Maret 2010 9 8 17 4

31 Maret 2010 18 8 26 3

01 April 2010 10 3 13 6

02 April 2010 11 12 23 3

03 April 2010 11 15 26 2

04 April 2010 13 15 28 1

05 April 2010 12 12 24 2

06 April 2010 21 15 36 6

07 April 2010 5 14 19 3

08 April 2010 8 17 25 2

09 April 2010 5 7 12 2

10 April 2010 1 10 11 0

11 April 2010 2 7 9 0

12 April 2010 2 9 11 0

13 April 2010 0 9 9 0

14 April 2010 0 7 7 0

15 April 2010 0 3 3 0

16 April 2010 0 1 1 0

Total 157 182 339 38

Page 20: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

12

Lampiran 2 Siklus hidup A. atlas pada pakan daun jarak pagar

Telur (8 hari) Instar I (4-5 hari) Instar II (4-5 hari)

Instar III (4-5 hari) Instar IV (4-5 hari) Instar V (5-8 hari)

Instar VI (9-12 hari) Pupa (30 hari) Imago ♂ (3-7 hari)

Page 21: (Attacus atlas L.) dengan pakan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

13

Lampiran 3 Siklus hidup A. atlas pada pakan daun sirsak

Telur (8 hari) Instar I (5-8 hari) Instar II (5-7 hari)

Instar III (4-6 hari) Instar IV (4-6 hari) Instar V (6-8 hari)

Instar VI (10-12 hari) Pupa (33 hari) Imago ♀ (3-7 hari)