--- Asuhan ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Keperawatan Keluarga Tn
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK.docx
-
Upload
farrah-rianda-usman -
Category
Documents
-
view
17 -
download
10
description
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK.docx
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
Disusun Oleh :
Devina G. Tareluan 120114002
Farrah Rianda Usman 120114012
Christina Egeten 120114006
Iren M. Bogar 120114009
Frilen Suwuh 1201140
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2014
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Allah SWT dan puji syukur atas kehadirat-Nya atas karunia yang telah
dilimpahkan kepada kami selaku penyusun sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul”ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ISOLASI SOSIAL”.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi kurikulim akademik yang harus dikerjakan oleh
mahasiswa dalam menempuh jenjang pendidikan pada jurusan S1 KEPERAWATAN.
Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat memperdalam dan sekaligus melatih mahasiswa
agar dapat menerapkan ilmu yang didapat pada waktu kuliah dengan kondisi yang
sesungguhnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya. Px merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yg berarti dg orang lain.
Gangguan berhubungan dengan sosial atau isolasi sosial merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadiannyang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial (Departemen
Kesehatan 2001)
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Agar dapat
memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, perlu dilakukan penggajian dan pemberian
intervensi yang tepat. Kita juga mengetahui bahwa peran perawat yang paling utama adalah
melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan kesehatan baik l, sehingga dalam hal
ini perlu diberikan pendidikan kesehatan yang efektif guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
2.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengkajian pada klien dengan isolasi sosial
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang diagnose yang muncul pada klien dengan isolasi
sosial
3. Untuk mengetahui dan memahami intervensi dan asuhan keperawatan yang diberikan pada
klien dengan isolasi sosial
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Isolasi sosial adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung
menghasilkan perasaan berharga. (Hidayat, 2006).
Isolasi sosial adalah menarik diri atau prilaku menghindari interaksi dengan orang lain dan
berhubungan dengan orang lain (Rowlin, 1993).
Perilaku menarik diri/isolasi sosial disebabkan oleh perasaan tidak berharga, banyak
masalah, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perilaku menarik diri merupakan percobaan/
menghindari interaksi dengan orang lain. Akibat menarik diri pasien lansia cepat mengalami
perasaan sensorik persepsi, halusinasi yang akan berakibat mencederai diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Adapun penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah (stuart dan
surdeen, 1995).
Isolasi sosiala adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain.
B. Tanda dan gejala
a. Apatis, ekspresif, efek tumpul
b. Menghindari diri dari orang lain (menyendiri). Pasien nampak memmisahkan diri dari orang
lain, misalnya pada saat makan.
c. Komunikasi tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan pasien atau perawat lain.
d. Tidak ada kontak mata dan Pasien sering menunduk.
e. Berdiam diri dikamar/ tempat terpisah, pasien kurang mobilitas.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain. Pasien memutuskan percakapan atau pergi jika
bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
h. Pasien sering menjawab dengan singkat dengan kata-kata “tidak, dan tidak tahu”
C. Psikopatologi
1. Faktor Predisposisi
Berbagai faktor bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif. Walaupun banyak penelitian
telah dilakukan pada gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal, tapi belum ada
suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan ini. Mungkin saja disebabkan oleh
kombinasi dari berbagai faktor. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk:
a. Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapain tugas perkembangan yang akan mencetuskan seseorang
sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orangtuanya.
Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain diluar
keluarga. Peran keluarga seringkali tidak jelas. Orangtua pecandu alkohol dan penganiaya anak
juga dapat mempengaruhi seseorang berespon sosial maladaptif. Organisasi anggota keluarga
bekerja sama dengan tenaga professional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga professional.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang
terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap masih diperlukan
penelitian lebih lanjut.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas.
Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini (Stuart dan Sundeen, 1998).
2. Faktor Presipitasi : streesor sosial dan psikologi
Tingkat kecemasan yang berat dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi
masalah, diyakini akan menimbulkan berbagai masalah/ancaman gangguan berhubungan
tuntutan yang berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain yang memenuhi
kebutuhan yang ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi. Stress juga dapat
ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit kerja, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya.
3. Faktor Pendukung : sosial budaya
Terjadi gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain : misal anggota keluarga yang
tidak produktif diasingkan dari orang lain. Misalnya lansia.
D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering dilakukan oleh pasien menarik diri adalah regresi. Dimana
regresi adalah Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini. Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila
berada dalam situasi frustrasi. Regresi dapat mempengaruhi keseluruhan atau sebagian aspek
kepribadian yang dapat menimbulkan macam-macam prilaku antara lain: gangguan asosiasi,
pembicaran, austistik, prilaku kekanak-kanakan atau gejala katatonik lainnya.
Pasien mula-mula “merasa rendah diri, tidak berharga lagi dan tidak berguna sehingga tidak
aman dalam membina hubungan dengan orang lain, pasien dengan prilaku menarik diri biasanya
berasal dari keluarga yang penuh permasalahan” ketegangan dan kecemasan yang tidak
menjamin/ mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang
lain dan pada lansia disebabkan karena pensiun sehingga para lansia merasa tidak produktif dan
berguna lagi.. Akibatnya pasien tak dapat membantu kuantitas diri, penghayatan diri dan kurang
mampu mengembangkan dan mempelajari cara berhubungan dengan orang lain yang dapat
menumbuhkan rasa aman pada pasien dan prilaku menarik diri, keadaan ini terjadi karena pada
masa perkembangan sebelumnya pasien tidak dapat mengidentifikasi dari orangtua jenis yang
sama, sehingga pasien merasa takut tidak diterima bila mencintai orang lain. Pasien memerlukan
usaha-usaha melindungi diri sehingga dia merasa pasif dan berkepribadian kaku, pasien tak mau
mencari penyebab dan berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan, tetapi dia
mengembangkan rasionalisasi dan menghamburkan realitas.
2.2 TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Untuk mengkaji pasien lansia dengan isolasi sosial perawat dapat menggunakan wawancara dan
observasi.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
Pasien merasa tidak aman dengan orang lain.
Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
Pasien merasa bosan dan dan lambat menghabiskan waktu.
Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
Pasien merasa tidak berguna.
Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Pertanyaan- pertanyaan berikut ini dapat ditanyakan pada waktu wawancara untuk mendapatkan
data subjektif:
Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitarnya (keluarga atau tetangga)?
Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang terdekat dengannya?
Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami pasien?
Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang sekitarnya?
Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan observasi, adalah:
Pasien banyak diam dan tidak mau berbicara.
Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang terdekat.
Pasien tanpak sedih, ekspresi dangkal dan datar.
Kontak mata kurang.
Apatis
Afek tumpul
Berdiam diri dikamar
Perawatan diri kurang
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi dan wawancara maka perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien lansia dengan isolasi sosial sebagai berikut:
Isolasi Sosial / Menarik Diri
C. Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada klien:
a. Tujuan: setelah tindakan keperawatan, pasien mampu:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menyadari penyebab isolasi sosial
3. Berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan
1. Membina hungan saling percaya
o Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
o Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat
sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
o Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
o Buat kontrak asuhan: apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama
akan dikerjakan, dan tempatnya dimana.
o Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentinga terapi.
o Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
o Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
2. Membantu pasien menyadari prilaku isolasi sosial
o Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinterkasi dengan orang lain.
o Tanyakan kepada pasien apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain.
o Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan
mereka.
o Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain.
o Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
3. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
o Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
o Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
o Beri kesempatan pasien mempraktekan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan perawat.
o Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu teman / anggota keluarga.
o Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua,
tiga, empat orang dan seterusnya.
o Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
o Siap mendengar ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
Evaluasi
1. Evaluasi kemampuan pasien
o Pasien menjelaskan kebiasaan interaksi
o Pasien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain
o Pasien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain
o Pasien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain
o Pasien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain
o Pasien bergaul/ berinteraksi dengan perawat, keluarga, tetangga
o Pasien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain
o Pasien menggunakan obat dengan patuh
2. Evaluasi kemampuan keluarga
o Keluarga menyebutkan masalah isolasi sosial akibatnya
o Keluarga menyebutkan penyebabkan dan proses terjadinya isolasi sosial
o Keluarga membantu pasien dengan orang lain
o Keluarga melibatkan pasien melakukan kegiatan di rumah tangga
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak di
terima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti kepada orang.
Penyebab isolasi sosial adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap
diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merandahkan martababt,
percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri (Carpenito, L.J 1998)
3.2 SARAN
Dalam pembuat makalah kami tidak lepas dari kesalahan dan demi kesempurnaan makalah kami
mengharap kritik dan saran agar pembuatan makalah selanjutnya kami bisa lebih baik dan
cermat.
DAFTAR PUSTAKA