ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH BANDAR LAMPUNG TAHUN...
-
Upload
akbidadila07 -
Category
Documents
-
view
37 -
download
4
description
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH BANDAR LAMPUNG TAHUN...
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
ARYATI SUSANTI
201207005
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Profesi Ahli Madya Kebidanan Pada Prodi DIII Kebidanan
Akbid Adila Bandar Lampung
Disusun Oleh:
ARYATI SUSANTI
201207005
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan ADILA pada
Hari : Kamis
Tanggal : 30 juli 2015
Penguji I, Penguji II,
Andestyana Septiyaningsih, S.ST.M.Kes Sustiana, Amd.Keb.Skm
NIK. 0230099002 NIK. 196602121956032008
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK. 2011041008
iii
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
TERHADAP BAYI NY.R DI RB KARTINI KAMPUNG
SAWAH BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Aryati susanti,
Andestyana Septiyaningsih, S.ST.M.Kes, Sustiana Amd.keb.Skm
INTISARI
KTI ini membahas tentang Asuhan Kebidanan Pada Bayi Segera Setelah Lahir Terhadap Bayi Ny.
R Di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung Tahun 2015. Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2500-4000 gram. Penelitian
menunjukan bahwa, 50 % kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Penyebab terjadinya kematian bayi adalah asfiksia 281 (36 %) kasus ,BBLR
280 (35.5 %) kasus , kelainan kongenital 34 (4.3 %), infeksi 16 (2.0%) kasus, gangguan
pencernaan 5 (0.6%) kasus , lain- lain 171(22%) kasus. Tujuan dilakukan penulisan ini diharapkan
dapat diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Segera
Setelah Lahir Terhadap Bayi Ny. R Di RB Kartini Kampung Sawah Tahun 2015.
Metode penelitian yang diambil adalah metode diskriptif. Dari hasil penelitian ini diperoleh
bahwa terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus hal ini mencakup dalam
penilaian berat badan pada bayi.
Kesimpulan yang diambil adalah penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan
menejemen kebidanan sesuai dengan 7 langkah varney, dengan hasil evaluasi bayi tidak
mengalami komplikasi dan dalam keadaan normal dengan dilakukanya rawat gabung. Saran dari
study kasus ini adalah diharapkan bagi lahan praktek sebagai bahan masukan bagi tenaga
kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan bayi segera
setelah lahir.
Kata kunci : Bayi baru lahir
Kepustakaan : 15 (2005-2012)
Jumlah halaman : 111 halaman
iv
CURRICULUM VITAE
Nama : Aryati Susanti
NIM : 201207005
Tempat/Tanggal Lahir : Bandar lampung 15 juni 1994
Agama : Islam
Alamat : jl.sadewo no.67 kp. Sawah lama Bandar lampung
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : 2012
Biografi :
- 1999-2000 : TK AL-Hidayah
- 2000-2006 : SDN 1 sawah brebes
- 2006-2009 : SMP Kartika II-2 bandar
lampung
- 2009-2012 : SMA YP Unila Bandar lampung
- 2012-2015 : Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung sejak tahun 2015
v
MOTTO
“Hidup itu penuh pilihan. Apa yang
kamu pilih hari ini akan menentukan
masa depanmu"
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur aku panjatkan atas kehadirat–Mu Ya Allah, berkat
limpahan Rahmat dan Hidayah–Mu, Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Karya tulis ini ku persembahkan untuk
1. tugas akhir ini ku persembahkan untuk kedua orang tua ku. Tiada kata yang
bisa menggantikan segala dukungan usaha, semangat, dan juga doa. Maafkan
aku atas semua keikhlafan ku selama in Do’a dan senyum kalian adalah pelita
hatiku, Semoga persembahan ini akan menjadi awal buat ku untuk memenuhi
harapan kalian.
2. Ku persembahkan juga untuk kakak ku tanpa dukungan dan bantuan mu saya
tidak akan mampu bisa menyelesaikan karya tulis ini.
3. Untuk para seperjuangan ku angkatan ke-7 yang selalu berbagi keceriaan dan
melewati setiap suka dan duka selama kuliah, dan selalu membantu ku dalam
hal apapun terim akasih banyak smoga kalian sukses selalu.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
izin dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini dengan judul ’’Asuhan Kebidanan Pada Bayi Segera Setelah
Lahir Di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung Tahun 2015” tepat
pada waktunya. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir karya tulis
ilmiah di akbid adila Bandar lampung tahun 2015. Karya Tulis ini tidak dapat
diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan dan
semangat. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. dr. Wasni adila M.PH, selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
2. Hendrayani, S.ST.M.kes dan Elsinta apriyani S.ST selaku pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dengan sabar
selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah..
3. RB Kartin Kampung sawah Bandar Lampung yang telah memberikan izin
penulis untuk mengambil data.
4. Semua dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung yang telah
memberi banyak ilmu dan memberikan bimbingan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis ini masih banyak kekurangan,
sehingga penulisan sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demikesempurnaan Karya Tulis ini. Semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Bandar lampung, juli 2015
penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
INTISARI…………………………………………………………….. iii
CURICULUM VITAE .......................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................. v
PERSEMBAHAN……………………………………………………. . vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL………………………………………………… ..... ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… . x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ............................................................................. 1
1.2 RumusanMasalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan ......................................................................................... 4
1.4 RuangLingkup ............................................................................. 5
1.5 ManfaatPenelitian ....................................................................... 5
1.6 Metodelogi Dan TehnikMemperoleh Data ................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TinjauanTeori Medis ................................................................... 10
2.2 ManajemenKebidanan................................................................. 50
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan................................... ..... 59
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian............................................................................ ....... 62
3.2 .Matrik.............................................................................. ............ 67
ix
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ................................................................................... 78
4.2 Interpretasi DataDasar ................................................................. 85
4.3 IdentifikasiDiagnosa/ MasalahPotensial ..................................... 86
4.4 TindakanSegera ........................................................................... 87
4.5 Perencanaan................................................................................. 88
4.6 Pelaksanaan ................................................................................. 91
4.7 Evaluasi ....................................................................................... 105
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 108
5.2 Saran ........................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Table 2.1 SIGTUNA SCORE .................................................................................................... 13
Tabel 2.2 APGAR SKOR ........................................................................................................ 19
Tabel 2.3 penanganan bayi baru lahir berdasarkan APGAR SKOR ........................................ 20
Table 2.4 Perkembangan sistem pulmonal............................................................................... 36
TABEL 3.1 MATRIKS .......................................................................................................... 62
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin penelitian
Lampiran 2 : Surat izin bidan
Lampiran 3 : Jadwal penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : Lembar konsul
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir normal adalah : bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,
nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,
2010;h.2).
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi
psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa
transisi kehidupanya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru
lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan
untuknya menjalani masa transisi dengan baik.
Penelitian menunjukan bahwa, 50 % kematian bayi terjadi dalam periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena
hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akibatnya dapat terjadi
kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan
dalam penanganan neonatal sehingga neonatus sebagai organisme yang
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin dapat
bertahan dengan baik karena periode neonatal merupakan periode yang
2
paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi. Proses
adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi baru lahir perlu diketahui dengan baik
oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, yang selalu memberikan pelayanan
kesehatan bagi ibu , bayi dan anak (Wafi Nur Muslihatun, 2010;H.3-11).
Berdasarkan data dari world organization (WHO) ialah sebesar 35 per 1.000
kelahiran hidup untuk tahun 2012. Pada tahun 1990 silam. AKB secara global
sebesar 63 per 1.000 kelahiran hidup, menuurut laporan WHO pada tahun
2000, angka kematian bayi (AKB) di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup
kemudian tahun 2006 menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup ( wijaya, 2010).
Dari data tersebut, AKB dunia menduduki kriteria sedang. Kedua data
tersebut dapat kita bandingkan dengan targetan MDGs untuk AKB, yakni 23
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Angka kematian bayi (AKB) di indonesia masih tinggi. Data survei
demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2004 menyatakan AKB di
indonesia ialah 35 per 1000 kelahiran hidup, walaupun ini masih dalam
kriteria rendah, namun AKB di indonesia masih menjadi masalah keshatan di
indonesia, khususnya berkenaan dengan kesehatan ibu dan anak (wijaya,
2010, www.academia.edu).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012 Angka
Kematian Bayi (AKB) terjadi sebanyak 1.027 kasus. Penyebab terjadinya
kematian bayi adalah Asfiksia (36%), BBLR (35%), kelainan kongenital
(4%), infeksi ( 2%), gangguan pencernaan (1%) kasus, lain-lain (22%).
3
Kematian bayi dan Anak Balita terbesar ada di Kota Bandar Lampung (204
kasus kematian bayi dan 25 kematian anak balita). Kematian bayi terbesar
terjadi pada masa bayi perinatal (0-6 hari), diikuti kematian pada masa bayi
neonatal (7-28 hari) dan masa bayi (>28 harI - <1 tahun). Penyebab kematian
bayi perinatal dan neonatal di Provinsi Lampung tahun 2012 pada dua
terbesar disebabkan oleh BBLR dan Asfiksia (Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung Tahun 2012).
Dari hasil survey yang dilakukan penulis di RB kartini kampung sawah pada
tanggal 27 April 2015 terdapat 5 bayi baru lahir dan tidak ada yang
mengalami komplikasi. Penulis melakukan survey di RB Kartini Kampung
Sawah pada tanggal 27 April 2015 didapatkan 8 bayi baru lahir, 2 bayi
mengalami asfiksia dan 1 bayi mengalami hipotermi dan sudah dapat
tertangani. Untuk menghindari terjadinya asfiksia dan hipotermi terhadap
bayi Ny.R maka diperlukan penanganan segera untuk memberikan asuhan
terhadap bayi Ny. R.
Dari data dan hasil survey tersebut sehingga penulis tertarik untuk
memberikan asuhan yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Bayi Segera
Setelah Lahir terhadap bayi Ny. R Segera Setelah Lahir di RB Kartini
Kampung Sawah Tahun 2015”.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
“Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir terhadap
bayi Ny. R di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung Tahun 2015 ?”
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan
Kebidanan pada bayi segera setelah lahir terhadap Ny.R di RB Kartini
Kampung Sawah Tahun 2015
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Penulis mampu melakukan pengkajian data pada asuhan
kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap bayi Ny.R di RB
Kartini Kampung Sawah pada tahun 2015
1.3.2.2 Penulis mampu menentukan diagnosa masalah dan kebutuhan
pada asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir terhadap
bayi Ny. R di RB Kartini Kampung Sawah pada tahun 2015.
1.3.2.3 Penulis mampu mengidentifikasikan diagnosa masalah potensial
pada asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir terhadap
bayi Ny. R di RB Kartini Kampung Sawah pada tahun 2015.
1.3.2.4 Penulis mampu melakukan tindakan segera dan mengantisipasi
masalah dengan melakukan penanganan atau kolaborasi dengan
dokter pada asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap
bayi Ny. R di RB Kartini Kampung Sawah pada tahun 2015.
5
1.3.2.5 Penulis mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
pada asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap bayi
Ny. R di RB Kartini Kampung Sawah pada tahun 2015.
1.3.2.6 Penulis mampu melaksanakan rencana asuhan yang menyeluruh
pada asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap bayi
Ny. R di RB Kartini Kampung Sawah pada tahun 2015
1.3.2.7 Penulis mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan pada
asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap bayi Ny. R
di RB Kartini Kampung Sawah pada tahun 2015.
1.4 RUANG LINGKUP
1.4.1 Sasaran
Sasaran yang diambil dalam study kasus ini adalah bayi segera
setelah lahir.
1.4.2 Tempat
Tempat pelaksanaan di RB Kartini Kampung Sawah Bandar
Lampung.
1.4.3 Waktu
Waktu pelaksanaan pada tanggal 27 april 2015 pukul 13.41
wib.
6
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 Institusi Pendidikan
Memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan
khususnya di bidang asuhan bayi segera setelah lahir dan dapat
menjadi acuan bagi pendidik yang akan datang sebagai bahan
masukan bagi pihak lain yang ingin menulis study kasus
tentang asuhan kebidanan segera setelah lahir.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih
meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan
kebidanan bayi segera setelah lahir.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Dengan dilakukannya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir,
masyarakat khususnya orang tua mengerti dalam pemberian
asuhan yang baik pada bayi baru lahir. Dengan demikian
komplikasi dapat terdeteksi secara mendapat penanganan.
1.5.4 Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
diploma tiga kebidanan dan meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dalam asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir.
7
1.6 METODOLOGI PENELITIAN DAN TEKNIK MEMPEROLEH
DATA
1.6.1 Metodologi penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis
menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau tentang suatu keadaan secara objektif. Metode
penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi,
pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan, dan
laporan (Soekidjo Notoatmodjo, 2005;h.138).
1.6.2 Teknik Memperoleh Data
Teknik memperoleh data dalam penulisan karya tulis ilmiah
ini adalah:
1.6.2.1 Data primer
a. Wawancara (anamnesis)
Yaitu perbincangan dua arah dengan cara tatap
muka dan pertanyaan yang diajukan mengarah
pada data yang relavan dengan pasien,
8
anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
1. Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada
pasien langsung
2. Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada
keluarga pasien untuk memperoleh data
tentang pasien (Ari sulistyawati dan Esti
Nugraheny, 2012;h.165-166).
b. Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik adalah suatu cara unntuk
mendapatkan informasi tentang anak dan
keluarganya dengan menggunakan semua
pancaindra, baik subjektif maupun objektif.
Pengkajian fisik bayi baru lahir dan
perkambangannya dilakukan bersamaan ketika
melakukan pemeriksaan secara inspeksi
maupun observasi (Vivian Nanny Lia Dewi
dan Tri Sunarsih, 2010;h.24).
9
1.6.2.2 Data sekunder
a. Studi Kepustakaan
Dalam metode ini penulis membaca dan
mempelajari buku-buku, literatur-literatur yang
berkaitan dengan bayi baru lahir dan diperoleh
dari beberapa buku terbaru dan informasi dari
internet yang “up to date”.
b. Studi dokumenter
Yang dimaksud sumber informasi dokumenter
pada dasarnya adalah semua bentuk sumber
informasi berhubungan dengan dokumen, baik
dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi.
Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen
baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi
misalnya laporan, statistik, catatan-catatan di
dalam kartu klinik dan sebagainya.
Sedangkan dokumentasi tidak resmi adalah segala
dokumen yang berada atau menjadi tanggung
jawab dan wewenang bidan atau instansi stidak
resmi atau perorangan seperti biografi catatan
harian dan semacamnya (Soekidjo Notoatmodjo,
2005;h.62-63).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Definisi
Neonatus adalah neonatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram
(Dwi Maryanti, et. all, 2011;h.2).
Bayi baru lahir adalah normal : bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Ai
Yeyeh rukiyah dan Lia Yulianti, 2010;h.2).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-
42 minggu dan berat badan 2500-4000 gram.
2.1.2 Ciri Ciri Bayi Baru Lahir Normal
1. Lahir aterm antara 37-42 minggu
2. Berat badan 2500-4000 gram
3. Panjang badan 48- 52 cm
4. Lingkar dada 30-33 cm
5. Lingkar kepala 33-35 cm
6. Lingkar lengan 11-12 cm
7. Frekuensi denyut jatung 120-160 x/menit
10
11
8. Pernafasan 40-60 x/menit
9. Kulit kemerahan dan licin
10. Rambut lanugo tidak telihat, dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
11. Kuku agak panjang dan lemas
12. Nilai APGAR >7
13. Gerak aktif
14. Bayi lahir langsung menangis kuat
15. Reflek rooting baik (mencari putting)
16. Sucking (isap)
17. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan)
18. Reflek grasping (menggenggam)
19. Genetalia
a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang.
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra
20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
Jam Pertama dan berwarna hitam kecoklatan
12
2.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir
1. Tahapan l terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk
fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2. Tahap ll disebut tahap tradisional reaktivitas. Pada tahap ll
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
3. Tahap lll disebut tahap priodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam
pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Vivian Nanny
Lia Dewi, 2010;h.1-3).
2.1.4 Pemantauan Janin
2.1.4.1 Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian sekilas
untuk kesejahteraan bayi secara umum. Aspek yang dinilai
adalah warna kulit dan tangisan bayi, jika warna kulit
kemerahan dan bayi dapat menangis spontan maka ini sudah
cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik.
Sesaat setelah bayi lahir bidan memantau bayi 2 tanda vital
bayi sesuai dengan SIGTUNA skor, yaitu upaya bayi untuk
bernafas dengan frekuensi jantung (dihitung selama 6 detik,
hasil di kalikan 10 sama dengan frekuensi jantung sama
dengan satu menit).
13
Cara menentukan sigtuna score
1. Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama), dengan
penilaian seperti pada tabel.
2. Jumlahkan skor yang didapat.
3. Kesimpulan dari total SIGTUNA skor.
4 = asfiksia ringan atau tidak asfiksia
2-3 = asfiksia sedang
1 = asfiksia berat
0 = bayi lahir mati / fress stillbirt
Tabel 2.1(SIGTUNA SCORE)
Skor
Kriteria
2 1 0
Pernafasan Teratur Megap-megap Tidak ada
Denyut jantung >100 <100 Tidak ada
(Ari Sulistyawati dan Esti Nugraheny, 2010;h.118-119).
2.1.4.2 Cara Pemotongan Tali Pusat
1. Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi
lahir. Lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin,
sebelum tali pusat dipotong.
2. Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan
14
tali pusat dengan dua jari kemudian dorong sisi tali pusat ke
arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Kemudian jepit (dengan klem
kedua) tali pusat pada bagian yang sisinya sudah
dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan
pertama.
3. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan
yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut
dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
4. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada sisi satu
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
5. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan ke
dalam larutan klorin 0,5%.
6. Kemudian, letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada
ibu untuk inisiasi menyusu dini dan melakukan kontak kulit
ke kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama setelah
lahir.
15
2.1.4.3 memandikan bayi yang dianjurkan
a) Tunggu minimal enam jam setelah lahir untuk memandikan
bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia, hipotermi
atau bayi berat lahir rendah).
b) Sebelum memandikan, pastikan bahwa suhu bayi stabil
(suhu aksila 36,5˚C-37,5˚C). jika suhu tubuh bayi masih di
bawah 36,5˚C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar,
tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di
tempat tidur atau lakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi dan
selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu
tubuh bayi tetap stabil dalam waktu paling sedikit satu jam.
c) Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami
masalah pernafasan.
d) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat
dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan
kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa
lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk
menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
e) Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat.
f) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih
dan kering.
16
g) Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering,
kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar, pastikan
bagian kepala bayi diselimuti dengan baik.
h) Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan
diselimuti dengan baik.
i) Usahakan bayi dan ibu dirawat pada satu tempat (rawat
gabung) dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
(JNPK-KR, 2008;h.126).
2.1.4.4 Inisiasi Menyusu Dini
Protocol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh
WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu
jam pertama menyatakan bahwa: bayi harus mendapat kontak
kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling
sedikit satu jam, Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi
menyusu dan ibunya dapat mengenali bahwa bayinya siap
untuk menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan,
Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada
bayi baru lahir sampai dengan inisiasi menyusu selesai
dilakukan. Inisiasi menyusu dini (early initation) atau
permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri
segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini
dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara
(Eny Retna Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.36).
17
Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini yaitu:
1. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat
melahirkan
2. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan
3. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak
putih (verniks)
4. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju,
tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu agar terjadi
sentuhan kulit ibu dan bayi dan kemudian selimuti kedua
agar tidak kedinginan.
5. Anjurkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk
merangsang bayi mendekati puting.
6. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari putting susu ibunya.
7. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit
ibu selama minimal satu jam walaupun proses menyusu
telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusu hingga 1
jam, biarkan bayi berada di dada ibu sampai proses
menyusu pertama kali selesai.
8. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, dan
memberikan suntikan Vitamin K sampai menyusu pertama
kali.
18
9. Proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus
diupayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi
atau tindakan lain.
10. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali
ada indikasi medis yang jelas (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia
Yulianti, 2010;h.8).
Keuntungan inisiasi menyusu dini
1. Bagi bayi
a. Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal
agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan
kebutuhan bayi
b. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pastif
yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi
pertama pada bayi
c. Meningkatkan kecerdasan
d. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan
nafas
e. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
f. Mencegah kehilangan panas
g. Merangsang kolostrum segera keluar
19
2. Bagi ibu
a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
b. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
c. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
(Eny Retna Ambarwati dan Diah wulandari, 2010;h.37
38).
2.1.4.5 Menit ke 5 sampai ke 10
Segara setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi
dengan berpatokan pada APGAR skor dari 5 menit hingga 10
menit (Ari Sulistyawati dan Esti Nugraheny, 2010;h.119).
Table 2.2 APGAR SCORE
TANDA SKOR NILAI
0 1 2
1. Appereance
(warna kulit)
Seluruh tubuh
biru atau pucat
Tubuh merah
ekstremitas
biru
Seluruh
tubuh
kemerahan
2. Pulse (Bunyi
jantung)
Tidak ada < 100 > 100
3. Grimace
(Refleks)
Tidak ada Ekstremitas
sedikit fleksi
Gerakan
aktif
4. Activity
(Aktivitas)
Tidak ada Sedikit gerak Menangis
kuat
5. Respiratory
(Pernapasan)
Tidak ada Lambat,tidak
teratur
Menangis
20
interprestasi
a. Nilai 1-3 asfiksia berat
b. Nilai 4-6 asfiksia sedang
c. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal) (Vivian Nanny Lia Dewi,
2010;h.3).
Tabel 2.3 Penaganan Bayi Baru Lahir Berdasarkan APGAR skor
NILAI APGAR LIMA
MENIT PERTAMA
PENANGANAN
0-3 Tempatkan ditempat hangat dan lampu
sebagai sumber penghangat
Pemberian oksigen
Resusitasi
Stimulasi
Rujuk
4-6 tempatkan dalam tempat yang hangat
pemberian oksigen
stimulasi taktil
7-10 dilakukan penatalaksanaan sesuai
dengan bayi lahir normal.
(Ari Sulistyawati dan Esti Nugraheny,2010; h.209).
2.1.5 Penampilan Pada Bayi Baru Lahir
2.1.5.1 Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi
rangsangan terhadap reaksi rayuan, rangsangan sakit, atau
suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.
2.1.5.2 Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan
yang simetris pada waktu bangun. Adanya tumor pada bibir,
kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi
21
bila hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu
kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2.1.5.3 Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala:
apakah terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak di
belakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang
ini disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan pada kepala
tersebut hanya terdapat dibelahan kiri atau kanan saja, atau di
sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur
kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai
kondisi benjol (capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika
terjadi moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali pada
bentuknya semula.
2.1.5.4 wajah: bayi tampak ekspresi; mata; perhatikan kesimetrisan
antara mata kanan dan kiri, perhatikan adanya tanda-tanda
perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang dalam
waktu 6 minggu.
2.1.5.5 Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu
seperti mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi,
saliva tidak terdapat pada bayi normal, bila terdapat secret
yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran
cerna.
22
2.1.5.6 Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat
persalinan; perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernafasan
bayi, karena bayi biasanya bayi masih ada pernafasan perut.
2.1.5.7 Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung
dengan lekukan yang kurang sempurna: bahu, tangan, sendi,
tungkai: perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila
ekstremitas lunglai/kurang gerak), varices.
2.1.5.8 Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna
kemerahan, kadang-kadang didapatkan kulit mengelupas
ringan, pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan
kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya kulit
dengan warna yang tak rata (“cutis marmorata”) ini dapat
disebabkan karena temperatur dingin, telapak tangan, telapak
kaki, atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat dan
kuning, bercak-bercak besar biru yang sering terdapat disekitar
bokong (Mongolian Spot) akan menghilang pada umur 1 (satu)
sampai 5 (lima) tahun.
2.1.5.9 Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus diperhatikan:
tinja dan kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama.
Waspada bila terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa
keluarnya tinja disertai muntah, dan mungkin dengan kulit
kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih
lanjut, untuk kemungkinan Hischprung/Congenital Megacolon.
23
2.1.5.10 Reflek: reflek rooting, bayi menoleh ke arah benda yang
menyentuh pipi; reflek isap, terjadi apabila terdapat benda
menyentuh bibir, yang disertai reflek menelan; reflek morro
ialah timbulnya pergerakan tangan yang simetris seperti
merangkul apabila kepala tiba-tiba digerakan; reflek
mengeluarkan lidah terjadi apabila diletakan benda di dalam
mulut, yang sering ditafsirkan bayi menolak makan/minum.
2.1.5.11 Berat badan sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat
badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan
kekurangan cairan (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,
2010;h.5).
2.1.5.12 Tanda lahir
Tanda lahir seringkali mencemaskan orang tua. Biasanya
ditemui di punggung bagian bawah hingga bokong, meskipun
dapat dijumpai di bagian lain.
1. Vernik caseosa
Vernik caseosa adalah substansi berwarna putih, licin,
seperti keju melapisi kulit bayi baru lahir. Fungsinya
melindungi bayi dari cairan ketuban dalam rahim. Vernik
dapat tidak terlihat pada bayi yang lebih bulan. Tidak perlu
dibersihkan biasanya diserap kulit.
24
2. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus pada tubuh bayi, terutama di
punggung, dahi dan pipi. Lanugo lebih terlihat pada bayi
prematur. Biasanya tidak terlihat lagi pada bayi lebih bulan.
3. Milia
Milia adalah bercak putih kecil dan keras seperti jerawat
pada hidung bayi baru lahir. Dapat pula muncul di dagu dan
dahi. Milia berasal dari sumbatan kelenjar minyak dan
dapat menghilang sendiri. Bila terdapat di mulut dan gusi
disebut epstein pearls.
4. Stork bites atau salmon patches
Adalah bercak merah atau pink kecil yang ditemukan di
kelopak mata, di antara mata, bibir atas dan belakang leher.
Bercak ini terlihat ketika bayi menangis dan akan
menghilang dengan sendirinya.
5. Mongolion spots
Mongolion spots adalah bercak biru keunguan seperti
memar pada bagian bawah belakang bayi dan bokong.
Penyebabnya adalah penumpukan sel pigmen dan biasanya
menghilang pada usia 4 tahun.
6. Cafe au lait spots
Tanda lahir berwarna coklat muda ini bersifat permanen
dan muncul pada saat lahir atau beberapa hari kemudian.
25
7. Erythema toxicum
Erythema toxicum adalah bercak kemerahan pada bayi baru
lahir. Sering terdapat di dada dan punggung atau hingga
seluruh tubuh. Setengah dari bayi baru lahir mengalami
kejadian ini pada hari pertama. Tapi jarang terjadi pada
bayi prematur. Keadaan ini tidak membutuhkan
pengobatan dan menghilang sendiri dalam beberapa hari.
8. Acne neonatorum
Sekitar 1/5 bayi baru lahir mempunyai jerawat pada bulan
pertama. Biasanya di pipi dan dahi. Hal ini disebabkan oleh
hormon ibu dan akan menghilang dalam beberapa bulan.
Jerawat tidak boleh dipencet karena dapat menyebabkan
infeksi.
9. Strawberry hemangioma
Adalah area menonjol, sembab, dan berwarna merah tua
atau terang seperti strawberry yang dibentuk oleh
penumpukan pembuluh darah prematur. Strawberry
hemangioma sering terlihat di kepala. Umumnya tidak
muncul pada saat lahir tetapi baru terlihat pada usia 2
bulan. Tanda lahir ini dapat membesar untuk beberapa
bulan, dan secara bertahap menghilang, dan biasanya
menghilang sempurna saat usia 9 tahun.
26
10. Port wine stain
Port wine stain adalah tanda lahir berupa bercak tidak
menonjol berwarna pink, merah, ungu. Tanda lahir ini
berasal dari penumpukan kapiler dan biasanya muncul di
kepala dan leher. Ukurannya dapat kecil atau menutupi
seluruh permukaan tubuh. Cirinya tidak berubah warna atau
menghilang bila ditekan (Wafi Nur Muslihatun, 2010;h.37-
38).
2.1.5.13 Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-
komponen lainnya dalam asuhan selama persalinan dan
kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap
aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir keluarga,
penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan jalan
menghindarkan transmisi penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, virus, dan jamur. Juga upaya-upaya untuk menurunkan
resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang
menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini
belum ditemukan cara pengobatannya, seperti hepatitis, dan
HIV/AIDS (Sarwono Prawirohardjo, 2010;h.337).
27
2.1.5.14 Profilaksis mata
Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada
bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual
seperti gonore dan klamidiasis. Sebagian besar konjungtivitis
muncul pada 2 minggu pertama setelah kelahiran. Pemberian
antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah
terjadinya konjungtivitis. Profilaksis mata sering digunakan
yaitu tetes mata silver nitrat 1 %, salep mata eritromisin dan
salep mata tetrasiklin. Ketiga preparat ini efektif untuk
mencegah konjungtivitis gonore. Saat ini silver nitrat tetes
mata tidak dianjurkan lagi karena sering terjadi efek samping
berupa iritasi dan kerusakan mata (Sarwono Prawirohardjo,
2010;h.371).
2.1.5.15 Pemberian Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan
suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi
beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah,
seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S,
serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum
banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah.
28
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:
- Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran
hijau. Sediaan yang ada saat ini adalah cremophor dan
vitamin K mixed micelles (KMM).
- Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus
normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E.
coli.
- Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang
merupakan vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi
pada neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkan
anemia hemolitik.
Cara Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
1. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1
profilaksis.
2. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1
(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi
10 mg Vitamin K1 per 1 ml.
3. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
- Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai
steril 1 ml, kemudian disuntikkan secara intramuskular
di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg
29
dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah
lahir.
- Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian
imunisasi hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu 1-
2 jam.
4. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1
dengan dosis dan cara yang sama.
5. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian
vitamin K1 dilakukan pada kunjungan neonatal pertama
(KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
6. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.
2.1.5.16 Antropometri
Pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, panjang badan dan
berat badan bayi.
1. Lingkar kepala 33-35 cm
2. Lingkar dada 30-38 cm
3. Panjang badan 48-52 cm
4. Berat badan 2500-4000 gram
5. Lingkar lengan 11-12 (Vivian Nanny Lia Dewi, 2011;h.2).
30
2.1.5.17 Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan bagian tubuh
a. Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, satura,moulase,
caput succedaneum, cepalhematoma, hidrosefalus,
rambut meliputi: jumlah warna dan adanya lanugo pada
bahu dan punggung (Wafi Nur Muslihatun, 2010;h.33).
b. Wajah
Wajah harus tampak simetris. terkadang wajah bayi
tampak simetris hal ini dikarnakan posisi bayi di
intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piere robin.
c. Mata
Pada saat memeriksakan mata, goyangkan kepala bayi
secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka, lakukan
pemeriksaan terhadap: periksa jumlah, eposisi atau letak
mata; periksa adanya strabismus atau koordinasi mata
yang belum sempurna; periksa adanya glukoma
kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagian kekeruhan pada kornea (Ai yeyeh
Rukiyah dan lia Yulianti, 2010;h.55).
d. Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan, kebersihan.
31
e. Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah,
palatum, bercak putih pada gusi, reflek menghisap,
adakah labio/palatoskisis, trush, sianosis.
f. Telinga
Jumlah bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan
dengan mata kepala serta adanya gangguan pendengaran
(Wafi Nur Muslihatun, 2010;h.33).
g. Leher, Dada, Abdomen.
Melihat adanya cedera akibat persalinan, perhatikan ada
tidaknya kelainan pada pernafasan bayi, karena bayi
biasanya masih ada pernafasan perut.
h. Punggung
Adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung
dengan lekukan yang kurang sempurna: bahu, tangan,
sendi, tungkai: perlu diperhatikan bentuk, gerakannya,
fraktur ( bila ekstermitas lunglai/kurang gerak), farices.
i. Kulit dan kuku
Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan,
kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas
ringan, pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan
kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya kulit
yang warna yang tak rata. Ini dapat disebabkan karena
32
temperatur dingin, telapak tangan, telapak kaki, atau
kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat, dan kuning,
bercak-bercak besar biru yang sering terdapat disekitar
bokong (mongolian spot) akan menghilang pada umur 1
(satu) sampai 5 (lima) tahun (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia
Yulianti, 2010;h.4).
j. Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
k. Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang penis, testis sudah turun
berada dalam skrotum, orifisium uretra di ujung penis,
kelainan (fimosis, hipospadia/epispedia). Kelamin
perempuan : labia mayora dan labia minora, klitoris,
orifisium vagina, orifisium uretra, sekret, dan lain-lain.
l. Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari, pergerakan
(Wafi Nur Muslihatun, 2010;h.33-34).
m. Anus
Ada/tidak, posisi, pengeluaran mekonium, abnormalitas:
atresia, hisprung, obstruksi, pengeluaran darah
(Dwi Maryanti, et. all, 2011;h.37).
33
n. Refleks
Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis
dan spontan tanpa disadari pada bayi normal
1. Rooting refleks (mencari putting), yaitu bila jarinya
menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan
membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya ke
arah datangnya jari.
2. Suckling refleks (reflek menghisap) yaitu areola
putting susu tertekan gusi bayi, lidah dan langit-langit
sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan
ASI.
3. Swallowing refleks (menelan), di mana ASI di mulut
bayi mendesak otot di daerah mulut dan faring
sehingga mengaktifkan reflek menelan dan
mendorong ASI ke dalam lambung.
4. Moro refleks, refleks yang timbul diluar kemauan?
Kesadaran bayi. Contoh: bila bayi di angkat/direnggut
secara kasar dan gendongan kemudian seolah-olah
bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya
pada orang yang mendekapnya.
5. Grasping refleks, bila jari kita menyentuh telapak
tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung
menggenggam sangat kuat.
34
6. Tonik neek refleks, yaitu gerakan spontan otot kuduk
pada bayi normal, bila di tengkurapkan akan secara
sepontan memiringkan kepalanya.
7. Stapping reflek, reflek kaki secara spontan apabila
bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu
disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah
berjalan.
8. Startle reflek, reaksi emosional berupa hentakan dan
gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan
dan sering diikuti dengan tangis
(Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010; h.63).
9. Babinsky reflek, gerakan jari sepanjang telapak kaki
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2010; h.26).
2.1.5.18 Rawat Gabung
Adalah suatu cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang,
kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam
seharian. Dengan kata lain, rawat gabung adalah suatu sistem
perawatan ibu dan bayi bersama-sama atau pada tempat yang
berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap
saat ibu tersebut dapat menyusui bayinya. Menurut sifatnya,
rawat gabung dibedakan menjadi dua yakni rawat gabung
kontinu, yaitu bayi berada di samping ibu terus menerus, serta
35
rawat gabung intermiten yaitu bayi hanya sewaktu-waktu saja
bersama ibu misalnya pada saat bayi akan menetek saja.
Tujuan rawat gabung secara umum adalah membina hubungan
emosional antara ibu dan bayi, meningkatkan penggunaan air
susu ibu (ASI), pencegahan infeksi dan pendidikan kesehatan
bagi ibu. Dengan rawat gabung, ibu dapat menyusui bayinya
sedini mungkin, kapan saja, dimana saja bayi membutuhkanya.
Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi secara
benar yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai
pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di
rumah sakit, dapat melibatkan suami secara aktif untuk
membantu ibu dalam menyusui bayinya secara baik dan benar,
ibu mendapat kehangatan emosinal atau batin karena selalu
kontak dengan bayinya.
Syarat bayi baru lahir bisa dilakukan rawat gabung, antara lain
bayi lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.
Apabila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat gabung
dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek menghisap baik,
tidak ada tanda – tanda infeksi dan lain-lain. Apabila bayi lahir
secara seksio sesaria dengan pembiusan umum, rawat gabung
dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk, 4-6 jam
setelah operasi selesai. Syarat lain agar bayi baru lahir bisa
dirawat gabung, adalah bayi tidak asfiksia setelah 5 menit
36
pertama (nilai APGAR lebih dari tujuh), umur kehamilan lebih
dari atau sama dengan 37 minggu, berat lahir lebih dari atau
sama dengan 2500 gram, tidak terdapat tanda infeksi
intrapartum, bayi dan ibu dalam keadaan sehat (Wafi Nur
Muslihatun, 2010; h.22).
2.1.6 Adaptasi Bayi Baru Lahir
1. Perubahan Pernafasan
Berikut adalah tabel mengenai perkembangan sistem pulmonal
sesuai dengan usia kehamilan.
Table 2.4 Perkembangan sistem pulmonal
Usia
kehamialan
Perkembangan
24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru matang
Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa
mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah
37
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi (Vivian
Nanny Lia dewi, 2010;h.12).
2. Peredaran darah
Setelah bayi lahir paru akan berkembang yang akan mengakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan
menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan
tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan
jantung kanan, dan hal tersebutlah yang membuat foramen ovale
secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama
setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan
dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia
(PaO2 yang naik). serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal ini
terjadi pada hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4-5 liter per
menit/m². aliran darah sistolik pada hari pertama Rendah yaitu 1,96
liter/menit/m² dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54
liter/m²) karana penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada
waktu lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi
plasenta yang pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk
kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
3. Perubahan metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang
dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih
38
besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh dari metabolisme
karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari perubahan
karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.
Setelah mendapat susu, sekitar di hari keenam energi diperoleh dari
lemak dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 dan 40%
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2010;h.14).
4. Suhu tubuh
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari
bayi baru lahir ke lingkungannya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi (contoh hilangnya panas
tubuh bayi secara konduksi ialah menimbang bayi tanpa alas).
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang
bergerak. contoh : hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi
ialah membiarkan atau menempatkan bayi di pinggir jendela,
membiarkan bayi baru lahir diruang yang terpasang kipas angin.
39
c. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada
kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara
merubah cairan menjadi uap)
d. Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara 2 objek
yang mempunyai suhu berbeda ).
Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi,
ialah bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan air
conditioner (AC) (Wafi Nur muslihatun, 2010;h.12-13).
Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5-
1ºC lebih tinggi dibanding suhu ibunya. Sayangnya tidak jarang
bayi mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35-35,5ºC dalam
15-30 menit karena kecerobohan perawat di ruang bersalin.
Sebagian besar penyulit pada neonatus, seperti distress
pernapasan, hipoglikemi, dan gangguan pembekuan darah lebih
sering terjadi dan lebih berat bila bayi mengalami hipotermia.
Masalah tersebut dapat dicegah dengan melakukan persiapan
sebelum kelahiran dengan menutup semua pintu dan jendela
dikamar bersalin dan mematikan AC yang langsung mengarah
pada bayi. Suhu dikamar bersalin paling rendah 20ºC, dan harus
lebih tinggi jika bayi prematur. Segera setelah bayi lahir, bayi
40
dikeringkan dan kemudian diselimuti / dibungkus rapat dengan
handuk hangat. Membiarkan bayi dalam keadaan telanjang seperti
memandikan ataupun saat melakukan kontak kulit ibu dengan
bayi harus dilakukan dalam ruangan yang hangat (23-25ºC) atau
dibawah pemanas radian / infant radiant warmer (Sarwono
Prawirohardjo, 2010;h.368).
Mencegah kehilangan panas
1) Keringkan bayi dengan seksama
2) Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga
merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi untuk
memulai pernafasannya.
3) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
4) Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban
dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih, dan
kering)
5) Selimuti bagian kepala bayi
6) Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas
dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian
tersebut tidak tertutup.
7) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
8) Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh
dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI
harus dimulai dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
41
9) Jangan segera menimbang bayi atau memandikan bayi baru
lahir.
5. Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya,
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering Perubahan pada sistem
urinarius
Neonatus harus miksi dalam waktu 24 jam setelah lahir, dengan
jumlah urine sekitar 20-30 ml/hari dan meningkat menjadi 100-200
ml/ hari pada waktu akhir minggu pertama.
6. Perubahan pada sistem gastrointestial
Kapasitas lambung neonatus sangat bervariasi dan tergantung pada
ukuran bayi, sekitar 30-90 ml. Pengosongan dimulai dalam beberapa
menit pada saat pemberian makanan dan selesai antara 2-4 jam
setelah pemberian makanan, dan pengosongan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain waktu dan volume makanan, jenis dan
suhu makanan serta stres fisik.
Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu kehamilan
diangkat dalam 24 jam pertama kehidupan dan benar-benar dibuang
dalam waktu 48-72 jam .
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk dengan
baik pada saat lahir. kemampuan neonatus cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas (dwi
maryanti, et. all, 2011;h.3-20).
42
2.1.7 Penampilan Dan Perilaku Bayi Baru Lahir
Pada waktu melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, hendaknya
dilakukan secara cermat, hati-hati dan perhatikan beberapa kondisi
penampilan bayi secara keseluruhan antara lain : keadaan umum bayi,
penampilan fisik seperti warna kulit pucat atau tidak (Ai yeyeh Rukiyah
dan Lia Yulianti, 2010;h.61).
2.1.8 Bayi Baru Lahir Bermasalah
2.1.9.1 Masalah yang perlu tindakan segera dalam 1 jam
1. Tidak bernapas/ sulit bernapas
Penanganan umum yang bias diberikan adalah :
a. Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan bungkus
dengan pakaian hangat dan kering.
b. Segera klem dan potong tali pusat.
c. Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat.
d. Lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam setiap
melakukan tindakan.
e. Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya kegagalan
napas setelah bayi lahir.
f. Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan ventilasi.
2. Sianosis / kebiruan dan sukar bernapas
43
Jika bayi mengalami sianosis (kebiruan), sukar bernapas
(frekuensi < 30 atau > 60 x/ menit), ada tarikan dinding
dada ke dalam, atau merintih, maka lakukan hal berikut :
a. Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas
tidak tersumbat.
b. Berikan oksigen 0,5 liter/ menit.
c. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang men-
support kondisi bayi.
d. Tetap menjaga kehangatan bayi.
3. Bayi berat lahir rendah ( BBLR) < 2500 gram.
Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi lahir kecil
akibat kurang bulan, Dan yang kedua adalah bayi lahir kecil
dengan BB yang seharusnya untuk masa gestasi (dismatur).
a. Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (premature)
1. Masa gestasi < 37 minggu
2. Factor penyebabnya adalah sebagai berikut:
a. Ibu mengalami perdarahan antepartum, trauma
fisik/psikologis, dan DM, atau usia ibu masih
terlalu muda (< 20 tahun) dan multigravida
dengan jarak kehamilan yang dekat.
b. Keadaan sosial ekonomi rendah
c. Kehamilan ganda atau hidramnion.
3. Ciri-ciri bayi premature adalah sebagai berikut
44
a. Berat kurang < 2500 gram
b. Lingkar dada < 30 cm
c. Panjang badan < 45 cm
d. Lingkar kepala < 33 cm.
e. Kepala lebih besar dari badannya.
f. Kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo.
g. Lemak subkutan minimal.
Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya
untuk masa gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat
terjadi preterm, aterm, maupun posterm. Bayi lahir
dengan berat sangat kecil (BB< 1.500 gram atau usia
< 32 minggu) sering mengalami masalah berat
seperti :
a. sukar bernafas
b. sukar minum (menghisap)
c. ikhterus
d. infeksi
e. rentan hipotermi
f. segera rujuk jika bayi mengalami kondisi-kondisi
tersebut.
45
4. Letargi
Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga sangat
mungkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi
demikian, maka segera rujuk.
5. Hipotermi ( suhu < 36 ˚C )
Bayi mengalami hipotermi barat jika suhu aksila < 35 ˚C.
untuk mengatasi kondisi tersebut, lakukan hal berikut :
a. Gunakan alat yang ada incubator, radian heater, kamar
hangat, atau tempat tidur hangat.
b. Rujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki Neonatal
Intensif Care Unit ( NICU )
c. Jika bayi sianosis, sukar bernapas, atau ada tarikan
dinding dada dan merintih, segera berikan oksigen.
6. Diare
Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi pengeluaran
feses yang tidak normal, baik dalam jumlah maupun bentuk
(frekuensi lebih dari normal dan bentuknya cair). Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar,
sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4
kali buang air besar.
7. Obstipasi
Obsipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya
penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna, atau bisa
46
didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama
3 hari atau lebih. Lebih dari 90 % bayi baru lahir akan
mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan
sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi maka harus
dipikirkan adanya obstipasi. Namun, harus diingat bahwa
ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi pada
bayi yang menyusu, karena pada bayi-bayi yang
mengkonsumsi ASI umumnya sering tidak mengalami
defekasi selama 5-7 hari dan kondisi tersebut tidak
menunjukkan adanya gangguan karena nantinya bayi akan
mengeluarkan feses dalam jumlah yang banyak sewaktu
defekasi. Seiring dengan bertambahnya usia dan variasi
dalam dietnya, lambat laun defekasi akan menjadi lebih
jarang dan feses yang dikeluarkan menjadi lebih keras.
8. Infeksi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi
pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal.
9. Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death
Syndrome/ SIDS). Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
terjadi pada bayi sehat secara mendadak, ketika sedang
ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam
kemudian. Angka kejadian SIDS sekitar 4 dari 1.000
47
kelahiran hidup. Insiden puncak dari SIDS terjadi pada bayi
usia 2 minggu dan 1 tahun (Vivian Nanny Lia Dewi, 2010;
h. 6-8).
2.1.9 Bayi Besar
1) Definisi
Bayi besar atau istilah latin dikenal makrosomia, atau Giant Baby
(bayi raksasa), adalah bayi dengan berat badan diatas 4 kilogram.
Kejadian sangat bervariasi antara 8 sampai 10 persen totol
kelahiran.
Kasus bayi besar dengan BB dibawah 5 kg masih sering terjadi
akan tetapi, bayi yang lahir dengan berat ekstrim antara 6 kg
masih sangat jarang terjadi.
2) Penanganan
a) Pemeriksaaan kehamilan di pos bidan desa atau puskesmas
baik itu dilakukan oleh bidan maupun dokter umum akan
menjadi tempat skrining awal, ada tidaknya masalah
kehamilan seorang ibu.
b) Dengan pemeriksa hamil teratur dapat ditekan risiko
komplikasi bagi ibu yang sering terjadi akibat bayi besar.
c) Segera dirujuk ke rumah sakit untuk konfirmasi pemeriksaan
sonografi/sesar pada saat menjelah persalinan.
48
d) Pemeriksaan kadar gula darah (Ai Yeyeh Rukiyah,
2010.h;258-259).
2.1.10 Asuhan Neonatus Di Rumah
Pemberian asuhan neonatus di rumah dilakukan melalui kunjungan
bersamaan dengan kunjungan pada ibu. Kunjungan neonatus (KN)
dilakukan sejak bayi usia satu hari sampai usia 28 hari. Kunjungan
pertama (KN 1) dilakukan pada hari pertama hingga hari ke-7 setelah
bayi dilahirkan, sedangkan kunjungan kedua ( KN2) dilakukan pada
hari ke-8 hingga hari ke-28.
Adapun tujuan dari kunjungan neonatus yaitu melakukan
pemeriksaan ulang pada bayi baru lahir, meninjau penyuluhan dan
pedoman antisipasi bersama orang tua, mengidentifikasi gejala
penyakit, serta mendidik dan mendukung orang tua.
1. Kunjungan neonatus pertama (KN 1)
Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada hari pertama sampai
ke-7 setelah kelahiran. Kunjungan dimulai dengan wawancara
singkat dengan ibu atau ayah tentang :
a. Riwayat maternal, riwayat kelahiran, dan perawatan neonatus
segera setelah lahir
b. Observasi orang tua dan lakukan wawancara tentang
penyesuaian keluarga
49
c. Kaji riwayat interval bayi baru lahir: pemberian makan,
kewaspadaan, menangis dan juga masalah pada usus (intestinal)
kantong kemih, serta masalah lainya.
d. Berikan penyuluhan dan pedoman antisipasi
e. Jadwalkan kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan
chek-up lebih lanjut.
2. Kunjungan kedua (KN2)
Kunjungan kedua dilakukan dilakukan pada hari ke-8 sampai ke-28
setelah kelahiran. Dalam kunjungan kedua tindakan yang harus
dilakukan adalah menjelaskan rangkaian imunisasi dan mengukur
kembali berat badan dan panjang tubuh.
Selain pengkajian di atas, lakukan pengamatan apakah bayi
tergolong sehat atau tidak (Rita yulifah dan Tri Johan agus
Yuswanto, 2012;h.93-94).
2.1.11 pemberian minum
salah satu dan yang pokok minuman yang hanya boleh di konsumsi
oleh bayi baru lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah air susu ibu
(ASI), karena ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI
diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan
kuantitasnya untuk pertumbuhan dan peerkembangan. berikan ASI
sesering mungkin sesuai keinginan bayi (on demand) atau sesuai
keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan bayi setiap
2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari salah satu
50
payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu kalau
masih kurang baru diganti dengan payudara sebelahnya. Berikan ASI
saja (ASI eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya
pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan
penambahan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI
(makanan pandamping ASI).
Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan putting
susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap
menghasilkan 10-100 cc ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari
10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI
per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi
ASI mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan
menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi
300-500 cc pada tahun kedua usia anak (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia
Yulianti, 2010;h.66-67).
2.2 Manajemen Kebidanan
Menejemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut menajemen kebidanan
adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam
memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik
klien maupun pemberi asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian
51
/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada
klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan
oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997;
menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh
langkah yang berurut secara sistematis dan siklik (Suryani Soepardan, 2008;
h.96).
1. Langkah-langkah asuhan kebidanan menur ut varney
Langkah I: Pengumpulan data dasar
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui
proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan
terbaru atau catatan sebelumnya, data laboratorium dan
membandingkannya dengan hasil study. Semua data
dikumpulkan dari semua yang berhubungan dengan kondisi
pasien (Wildan, 2009h;h.36).
52
A. Data Subjektif
1. Biodata yang mencakup identitas Orang tua
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam
berdoa.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
53
e. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari.
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya, karna ini juga dapat
mempengaruhi gizi pasien tersebut.
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan (Ambarwati dkk, 2008;h.131-132).
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan
harus dikaji, antara lain:
a. Faktor genetik, meliputi kelainan/gangguan
metabolik pada keluarga dan sindrom genetik
b. Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit
jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit
hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat
penganiayaan, riwayat abortus, RH/isoimunisasi.
c. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya
riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi,
perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes
gestasional, poli/oligohidramnion.
54
d. Faktor perinatal, meliputi premature/postmatur,
partus lama, penggunaan obat selama persalianan,
gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak
normal, aor ketuban bercampur mekonium,
amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan
dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi,
asidosis janin, jenis persalinan.
B. Data objektif
Data objektif (DO) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data),
terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur
dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium
/pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari
keluarga atau orang lain dpat di masukan dalam data objektif
ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Wafi Nur
Muslihatun, 2010;h.3-248).
1. Pemeriksaan fisik
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah
apa pun, lakukanlah pemeriksaan fisik yang lebih lengkap.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan setiap bayi kunjungan
atau melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah
bayi mengalami gangguan fisik.
55
2. Pemeriksaan umum
a. Pernapasan
Pernapasan BBL normal 30-60 kali per menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase
ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi
dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodik
selama beberapa detik masih dalam batas normal.
b. Denyut jantung
Denyut jantung BBL normal anatar 100-160 kali per
menit, tetapi dianggap masih normal jika di atas 160 kali
per menit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali
dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan,
terutama bila bayi mengalami distres.
c. Suhu
36,6°C sampai 37,5°C.
d. Tonus otot/tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai
dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika
rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang
tidur.
e. Ekstermitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstermitas
disentuh dan pembengkakan.
56
f. Kulit
Warna kulit dan adanya verniks caseosa, pembengkakan
atau bercak hitam, tanda lahir/tanda Mongol. Selama
bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat
dianggap normal.
g. Tali pusat
Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama,
mulai kering dan mengkerut/mengecil dan akhirnya
lepas setelah 7-10 hari.
h. Berat badan
2.500-4000 gram (Wafi Nur Muslihatun, 2010;h.252-
253).
3. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Kepala: Ubun-ubun, sutura, molase, caput succedaneum, cephal
haematoma hydrosefalus, ubun-ubun besar,ubun-ubun kecil
sutura, moulase, caput succedaneum.
b. Muka : tanda-tanda paralisis
c. Mata : keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva dan kesimetrisan.
d. Telinga : kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan
kepala.
e. Hidung : kebersihan, palatoskisis.
f. Mulut: labio/palatoskisis, trush, sianosis, mukosa, kering/basah
57
g. Leher: pembengkakan dan benjolan
h. Klavikula dan lengan tangan: gerakan, jumlah jari
i. Dada: bentuk dada, putting susu, bunyi jantung dan pernapasan.
j. Abdomen :penonjolan sekitar tali pusatpada saat menangis,
perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat,
dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis,
omfalokel, bentuk.
k. Genetalia: kelamin laki-laki: testis dalam scortum, penis
berlubang dan berada di ujung penis. Kelamin perempuan:
vagina, uretra berlubang, labia mayor dan labia minor.
l. Tungkai dan kaki: gerakan, bentuk dan jumlah jari
m. Anus: berlubang/tidak, fungsi spingter ani
n. Punggung: spina bifida, mielomeningokel
o. Reflek:morro, rooting, walking,graphs, sucking, tonicneck
p. Antropometri: BB, PB, LK, LD, LP, LILA
q. Eliminasi: BBL normal biasanya kencing lebih dari 6 kali per
hari. BBL normal biasanya berak cair enam sampai 8 kali per
hari. Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau
atau mengandung lendir atau darah.Perdarahan vagina pada
BBL dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama
kehidupan dan hal ini dianggap normal (Wafi Nur Muslihatun,
2010;h.253-254).
58
Langkah II: interpretasi data dasar
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar
terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau
diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interprestasi
yang benar terhadap data dasar
Langkah III: identifikasi diagnosis atau masalah potensial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan
diagnosis yang sudah diidentifikasi (Moh. Wildan dan A. Aziz
Alimul Hidayat, 2008;h.37).
Langkah IV:identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi.
Langkah V : merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasional sesuai
dengan temuan pada langkah sebelumnya (Wafi Nur Muslihatun,
2010;h.255).
59
Langkah VI: melaksanakan perencanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan.
Langkah VII: evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang
dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan
secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien (Moh. Wildan dan A. Aziz Alimul Hidayat dkk.
2008; h.39).
2.3 Landasan hukum dan kewenangan bidan
Sesuai keputusan mentri kesehatan RI No.900/menkes/SK/VII/2002 bidan
dalam menjalankan praktek profesinya berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
Pelayanan kesehatan kepada anak meliputi :
a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit di luar rumah
sakit yang meliputi:
1. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman
2. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini
3. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan
60
4. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan
5. Mencagah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan
tali pusat secara hygienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI
ekslusif.
b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0-28
hari
c. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI ekslufif untuk bayi di
bawah umur 6 bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi
diatas 6 bulan
d. Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kwalitas
tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh
kembang balita
e. Beberapa tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara lain :
1. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
2. Bidan diberikan wewenang melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
yang mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama,
ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan dan pad bayi dengan
berat badan lahir rendah, utamanya bayi prematur.
3. Hipotermi pada bayi baru lahir. Bidan di beri wewenang untuk
melaksanakan penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan
mengerinngkan, menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru.
61
Pasal 16
Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:
a. Pemeriksaan bayi abru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Resusitasi pada bayi baru lahir
e. Pemantauan tumbuh kembang anak
f. Pemberian imunisasi (Mustika Sofyan et. all, 2006;h.172-265).
62
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
DI RB KARTINI KAMPUNG SAWAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Tanggal : 27 April 2015
Jam : 16.30 wib
Tempat : Di RB Kartini Kampung Sawah
Oleh : Aryati Susanti
A. Data Subjektif
1. Anamnesa
a. Bayi
Nama bayi : By Ny R
Tgl lahir : 27 April 2015
Jam : 13.41WIB
Jenis : Laki-laki
b. Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. R Tn. R
Umur : 34 tahun 35 tahun
Agama : Islam Islam
63
Suku : Lampung/Indonesia Lampung/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT TNI POLRI
Alamat : jl. Mataram blok.69 no.15 perum kemiling bandar
lampung
1. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat antenatal
G2P1A0 Umur kehamilan 38 minggu 5 hari
Riwayat ANC : Teratur, 8 kali di RB Kampung Sawah
1 kali dengan dr sp OG.
2. Keluhan saat hamil : TM 1: mual muntah
TM2 : tidak ada
TM3 : Sering BAK
3. Penyakit selama kehamilan
a. Diabetes militus : tidak ada
b. Hepatitis : tidak ada
c. Tuberkolosis : tidak ada
d. HIV/AIDS : tidak ada
4. Kebiasaan
64
a. Minum jamu/obat : tidak ada
b. Merokok : tidak ada
5. Komplikasi
a. Hiperemesis :tidak ada
b. Perdarahan : tidak ada
c. Preeklampsia : tidak ada
d. Eklampsia : tidak ada
e. Infeksi : tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Warna kulit : kemerahan
Menangis : spontan
Pernafasan : 40 x/menit
Tonus aktif : aktif
Data penunjang
1. Komplikasi janin
a. IUGR : tidak ada
b. Polihidramnion : tidak ada
c. Oligohidramnion : tidak ada
d. Gemelli : tidak ada
65
2. Riwayat intranatal
Lahir tanggal 27 April 2015 pukul 13.41 WIB
Jenis persalinan spontan, penolong bidan
Lama persalinan
Kala 1 : 6 jam 15 menit
Kala 2 : - 40 menit
Kala 3 : - 10 menit
Kala 4 : 2 jam -
Lamanya : 9 jam 5 menit
3. Komplikasi ibu
a. Hipertensi : tidak ada
b. Partus lama : tidak ada
c. Penggunaan obat : tidak ada
d. Infeksi/suhu badan naik : tidak ada
e. KPD : tidak ada
f. Perdarahan : tidak ada
4. Komplikasi janin
a. Premature/postmatur :tidak ada
b. Malposisi/malpresentasi : tidak ada
c. Gawat janin : tidak ada
66
d. Prolaps tali pusat : tidak ada
e. Ketuban campur mekoneum : tidak ada
f. Keadaan bayi baru lahir : baik
TABEL 3.1
MATRIKS
Tgl/
Jam
Pengkajian Interprestasi
Data
(diagnosa,
Masalah,
Kebutuhan)
Dx potensial/
Masalah
potensial
Antisipasi/
Tindakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
1.
27 april
2015
Pukul;
13.41
wib
Ds.:
ibu
mengatakan
senang atas
kelahiran
bayinya
Do:
-warna kulit
kemerahan
-tonu otot aktif
-menangis kuat
Diagnose : Bayi Ny.R
cukup bulan sesuai
masa kehamilan segera
setelah lahir
Dasar :
Ds :- Ny.R mengatakan
melahirkan pada
tanggal 27-04-
2015
- Ny.R mengatakan
senang atas
kelahiran bayinya
Do :
- Pemeriksaan umum
a. Warna kulit :
kemerahan
b. Tonus otot : aktif
c. Menangis : kuat
Masalah : tdak ada
Kebutuhan : asuhan
segera
setelah
lahir
Tidak ada Tidak ada 1. lakukan
pencegahan
hipotermi
1. Melakukan pencegahan
hipetermi
a. keringkan bayi dengan
seksama
b. mengeringkan dengan
cara menyeka tubuh
bayi, juga merupakan
rangsangan taktil untuk
membantu bayi untuk
memulai pernafasannya.
c. selimuti bayi dengan
selimut atau kain bersih
dan hangat.
d. ganti handuk atau kain
yang telah basah oleh
cairan ketuban dengan
selimut atau kain yang
baru (hangat, bersih,
dan kering).
e. selimuti bagian kepala
bayi.
f. bagian kepala bayi
memiliki luas
permukaan yang relatife
luas dan bayi akan
1. Bayi Ny.R telah di
keringkan
68
2.
pikul
2. lakukan
pemotongan tali
pusat
dengan cepat
kehilangan panas jika
bagian tersebut tidak
tertutup.
g. anjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusui
bayinya.
h. pelukan ibu pada tubuh
bayi dapat menjaga
kehangatan tubuh dan
mencegah panas
sebaiknya pemberian
ASI harus dimulai
dalam waktu 1 jam
pertama kelahiran.
i. jangan segera
menimbang bayi atau
memandikan bayi baru
lahir.
j. karena bayi baru lahir
cepat dan mudah
kehilangan panas
tubuhnya, sebelum
melakukan
peminbangan , terlebih
dahulu selimuti bayi
dengan kain atau
selimut bersih dan
kering.
2. Melakukan pemotongan tali
pusat degan cara
a. Klem dan potong tali pusat
2. Tali pusat sudah
terikat
69
13.43
wib
setelah dua menit setelah
bayi lahir. Lekukan terlebih
dahulu penyuntukan
oksitosin, sebelum tali pusat
dipotong.
b. Tali pusat dijepit dengan
klem DTT pada sekitar 3 cm
dari dinding perut (pangkal
pusat) bayi. Dari titik
jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat kearah
ibu ( agar darah tidak
terpancar pada saat
dilakukan pemotongan tali
pusat). Kemudian jepit
(dengan klem kedua) tali
pusat pada bahian yang
isinya sudah di kosongkan
(sisi ibu), berjarak 2 cm dari
jepitan pertama.
c. Pegang tali pusat di antara
kedua klem tersebut, satu
tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi
bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat di
antara kedua klem tersebut
dengan menggunakan
gunting DTT atau steril.
d. Ikat tali pusat dengan
benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian
melingkarkan kembali
3. APGAR SKOR
yang di dapat dari
penilaian bayi Ny.R
adalah 8/10 bayi
dalam keadaan
normal.
4. IMD telah dilakukan
selama 1 jam
70
3
pukul
13.48
wib
3. Pantau nilai
APGAR SKOR
benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya
e. Lepaskan klem logam
penjepit tali pusat dan
masukan kedalam larutan
klorin 0,5%.
f. Kemudian, letakkan bayi
dengan posisi tengkurap di
dada ibu untuk inisiasi
menyusu dini dan
melakukan kontak kulit ke
kulit di dada ibu (minimal)
dalam 1 jam pertama setelah
lahir.
3. melakukan pemantauan nilai
APGAR SKOR.
5 menit pertama
1. Appearace (warna kulit)
: 2
2. Pulse (denyut
jantung) : 1
3. grimace (tonus otot)
: 2
4. activity (aktivitas)
: 2
5.Respiration (pernafasan)
: 1
8
5 menit ke 2
5. Salep mata telah di
berikan
71
4.
Pukul
15.00
wib
4. lakukan IMD
1. Appearace (warna kulit)
: 2
2. Pulse (denyut
jantung) : 2
3. grimace (tonus otot)
: 2
4. activity (aktivitas)
: 2
5.Respiration (pernafasan)
: 2
10
4.Melakukan inisiasi menyusu
dini
a. anjurkan suami atau
keluarga mendampingi
saat melahirkan.
b. hidari penggunaan obat
kimiawi dalam proses
persalinan.
c. segera keringkan bayi
tanpa menghilangkan
lapisan lemak putih
d. dalam keadaan ibu dan
bayi tidak memakai
baju, tengkurapkan bayi
di dada atau perut ibu
agar terjadi sentuhan
kulit ibu dan bayi dan
kemudian selimuti
kedua agar tidak
kedinginan
6. Vitamin K telah di
berikan
7. Pengukuran
antropometri telah di
lakukan dengan hasil
BB : 4100 cm
PB : 53 cm
LK : 34 cm
LD : 33 cm
LILA : 11 cm
8. Pemeriksaan fisik
telah dilakukan
dengan baik dan tidak
adanya cacat bawaan,
keadaan umum dalam
keadaan baik,
pernafasan
40x/menit, suhu axial
36,5, warna kulit
72
e. anjurkan ibu
memberikan sentuhan
kepada bayi untuk
merangsang bayi
mendekati putting.
f. biarkan bayi bergerak
sendiri mencari puting
susu ibunya.
g. biarkan kulit bayi
bersentuhan langsung
dengan kulit ibu selama
minimal satu jam
walaupun proses
menyusui telah terjadi
bila belum terjadi
proses menyusui telah
terjadi. Bila belum
terjadi proses
menyususi hingga 1
jam, biarkan bayi
berada di dada ibu
sampai proses menyusui
pertama kali selesai.
h. tunda tindakan lain
seperti menimbang,
me.ngukur dan
memberikan suntikan
vitamin K sampai
menyusui pertama kali.
i. proses menyusu dini
dan kontak kulit ibu dan
bayi harus diupayakan
meskipun ibu
melahirkan dengan cara
kemerahan, turgor
kulit elastis, denyut
jantung 140x/menit,
tonus otot baik,
gerakan aktif.
9. Bayi telah di jaga
kehangatan nya
10. Rawat gabung sudah
dilakukan selama 24
jam
11. Ibu tidak bersedia
melakukan
pemeriksaan kadar
glukosa darah dan
tidak mengijinkan
bayinya untuk di
73
5.
pukul
15.05
wib
5. Beri salep mata
operasi atau tindakan
lain.
j. berikan ASI saja tanpa
minum atau cairan lain,
kecuali ada indikasi
medis yang jelas.
5. Memberikan salep mata untuk
konjungtivitis pada bayi
baru lahir sering terjadi
terutama pada bayi dengan
ibu yang menderita penyakit
menular seksual seperti
gonore dan klamidiasis.
Sebagian besar
konjungtivitis muncul pada
2 minggu pertama setelah
kelahiran. Pemberian
antibiotik profilaksis pada
mata terbukti dapat
mencegah terjadinya
konjungtivitis. Prlofikasi
mata sering digunakan yaitu
tetes mata silver Prlofikasi
mata sering digunakan yaitu
tetes mata silver nitrat 1%,
salep mata eritromisisn dan
salep mata tetrasiklin.
Ketiga preaparat ini efektif
untuk mencegah
konjungtivitis gonore. Saat
ini silver nitrat tetes mata
tidak dianjurkan lagi karna
periksa karena ibu
tidak mempunyai
riwayat bayi besar
12. Bayi telah di
berikan ASI
sesering mungkin
dan ASI sudah
keluar lancar.
13. bayi dalam keadaan
sehat setelah di
lakukan pemantauan
selama 6 jam
14. bayi telah
mengelurkan
mekonium segera
setelah lahir dan
miksi telah kluar 3
jam setelah
persalinan.
15. Perawatan bayi
telah dilakukan
74
6.
Pukul
15.10
wib
7.
Pukul
15.13
8.
Pukul
15.25
wib
6. Berikan injeksi
vitamin K
7. Lakukan
pengukuran
antropometri
8. Lakukan
Pemeriksaan
fisik
sering terjadi efek samping
berupa iritasi dan kerusakan
mata
6. Memberikan injeksi vitamin K
dengan dosis 0,5-1 mg/IM.
7. Melakukan pengukuran a
ntropometri pada bayi
8. melakukan pemeriksaan
fisik :
a. kepala
b. muka wajah
c. mata
d. hidung
e. mulut
f. telinga
g. leher, dada, abdomen
a. ibu dan kluarga
sudah mengerti
cara
menjaga
kehangatan bayi
b. ibu dan kluarga
sudah mengerti
cara mengganti
popok jika
basah
c. AS sudaj
diberikan secara
on demand
d. Rawat gabung
sudah dilakukan
selama 24 jam
e. Ibu dan kluarga
sudah mengerti
cara perawatan
tali pusat
16. ibu telah
mengetahui kapan
bayi nya akan
melakukan
kunjungan ulang
pada tanggal 03
april 2015dan
suntikHb0
75
9.
pukul
15.30
wib
10.
Diagnosa : Bayi Ny.R
cukup bulan sesuai
masa kehamilan 6 jam
setelah lahir.
Dasar :
DS :
- warna kulit :
kemerahan
- Tonus otot :
aktif
- Menangis :
9. Menjaga
kehangatan bayi
10. Menganjurkan
h. punggung
i. kulit dan kuku
j. klavikula dan lengan
tangan
k. genetalia
l. tungkai dan kaki
m. anus
n. refleks
9. menjaga kehangatan bayi
dengan cara :
a. melakukan
pembedongan pada bayi
b. memakaikan topi dan
selimut pada bayi
c. menunda memandikan
bayi selama 6 jam
10. Melakukaen rawat gabung
suatu cara perawatan ibu dan
bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan
ditempatkan dalam sebuah
ruang, kamar atau tempat
bersama-sama selama 24
jam penuh dalam seharian.
11. Menganjurkan pemeriksaan
glukosa darah pada ibu dan
bayi dengan melakukan
76
Pukul
15.32
wib
11.
Pukul
15.55
wib
12.
pukul
16.30
wib
13.
pukul
16.35
kuat
- APGAR
SKOR : 7/10
DO :
- BB : 4100
gram
- PB : 53 cm
- LK : 34 cm
- LD : 33 cm
- LILA : 11 cm
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : asuhan
segera setelah lahir
ibu untuk rawat
gabung
11. Anjurkan
pemeriksaan lab
glukosa darah
pada ibu dan
bayi
12. Pantu nutrisi
pada bayi
13. Pantau tanda
bahaya bayi baru
lahir
kolaborasi dan merujuk ke
puskesmas
12. elakukan pemantauan
kebutuhan nutrisi pada bayi
dengan memberikan ASI
setiap 2-3 jam atau sesering
mungkin dan jika ASI tidak
kluar lancar tambahkan susu
formula melaluei sendok
agar tidak terjadi
hipoglikemi.
13. Melakukan pemantauan
tanda bahaya bayi baru lahir
a. Frekuensi denyut
jantung <120 atau >160
x/menit
b. Pernafasan <40 atau
>60 x/menit
c. Warna kulit kebiruan
d. Nilai APGAR <6
e. Diare
14. Melakukan pemantauan
eliminasi pada bayi segera
setelah lahir
77
14.
pukul
16.37
wib
15.
Pukul
16.40
wib
14. Eliminasi bayi
15. Ajarkan ibu dan
suami cara
perawatan bayi
15. Mengajarkan ibu dan suami
cara perawatan bayi
a. Anjurkan ibu atau
keluarga menjaga suhu
tubuh agar tetap hangat
b. Anjurkan mengganti
popok setiap kali
basah
c. Anjurkan ASI secara
on demand
d. Lakukan rawat
gabung
e. Ajarkan ibu atau
keluarga untuk
melakukan
perawatan tali pusat
16. memberitahu ibu kapan
78
16.
pukul
16.43
16. Lakukan
kunjungan ulang
harus melakukan kujungan
ulang dan suntik Hb0di
suntikan pada usia 0-7 hari
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PENGKAJIAN
Pada pengkajian dilakukan pengkajian untuk mengumpulkan data dasar
tentang keadaan pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian
pada bayi baru lahir yaitu By Ny.R usia segera setelah lahir cukup bulan
sesuai masa kehamilan
4.1.1 Bayi
a. Penafasan
1. Menurut tinjauan teori
Pernapasan BBL normal 30-60 kali per menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi.
2. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian pernafasan bayi Ny.R 40 kali per
menit.
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak ada
kesenjangan karena pada saat pengkajian pernafasan bayi
sesuai dengan teori.
b. Denyut jantung
1. Menurut tinjauan teori
Denyut jantung BBL normal anatar 100-160 kali per
menit, tetapi dianggap masih normal jika di atas 160 kali
80
per menit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali
dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan,
terutama bila bayi mengalami distres.
2. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian terhadap bayi Ny. R denyut jantung
bayi
140 kali per menit.
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjausn kasus tidak
terdapat kesenjangan, karena pada saat pengkajian denyut
jantung bayi sesuai dengan teori.
c. Suhu
1. Menurut tinjauan teori
Suhu aksiler 36,5 oC sampai 37,5
oC.
2. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian terhadap bayi Ny. R suhu aksila
36,5oC
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena pada saat pengkajian suhu
aksila bayi sesuai dengan teori.
81
d. Kulit
1. Menurut tinjauan teori
Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan
atau bercak hitam, tanda lahir/tanda Mongol. Selama bayi
dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat
dianggap normal.
2. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian terhadap bayi Ny.R kulit tidak ada
kelainan dan kulit bayi berwarna merah.
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena kulit bayi tidak ada kelainan dan
berwarna kemerahan.
e. Tonus otot/tingkat kesadaran
1. Menurut tinjaun teori
Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari
diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika
rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang.
2. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian terhadap bayi Ny. R tonus otot baik
dan aktif.
3. Pembahasan
82
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena tonus otot bayi aktif sesuai dengan
teori.
f. Berat badan
1. Menurut tinjauan teori
Berat badan, normal yaitu 2.500-4000 gram (Wafi Nur
Muslihatun, 2010;h.252-253).
2. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian berat badan bayi Ny. R adalah 4100
gram.
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus terdapat kesenjangan
karena berat badan bayi Ny. R4100 gram lebih besar dari
pada berat badan bayi normal, hal ini tidak sesuai dengan
teori.karena berat badan bayi normalnya 2500-4000 gram.
4.1.2 IBU
a. Nama
1. Menurut tinjauan teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2. Menurut tinjauan kasus
Menurut data yang di dapat klien bernama Ny.R
3. Pembahasan
83
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak ada
kesenjangan karena nama klien bernama Ny.R
b. Umur
1. Menurut tinjauan teori
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas
2. Menurut tinjauan kasus
Dari tinjauan kasus tersebut Ny.R berusia 34 tahun
3. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena pada kasus ini Ny. R berusia 34 tahun
tidak termasuk dalam faktor resiko kehamilan yang dapat
membahayakan kondisi ibu dan janinnya.
c. Agama
1. Menurut tinjauan teori
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
2. Menurut tinjauan kasus
Dari data yang di dapat ibu beragama islam
84
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak ada
kesenjangan karena ibu mau mengikuti nasehat bidan.
d. Suku/bangsa
1. Menurut tinjauan teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
2. Menurut tinjauan kasus
Suku ibu lampung, ibu tidak mempuanyi paantangaan atau
adat istiadat
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak ada
kesenjangan karena ibu mau mengikuti nasehat bidan.
e. Pendidikan
1. Menurut tinjauan teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
2. Menurut tinjauan kasus
Pendidikan ibu SMA, dan ibu bisa menerima dengan baik
konseling yang diberikan oleh bidan.
3. Pembahasan
85
Berdasarkan tinjaun teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena ibu cepat memahami bahasa dan
nasehat bidan yang telah dianjurkan pada ibu
f. Pekerjaan
1. Menurut tinjauan teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karna ini juga dapat mempengaruhi gizi
pasien tersebut.
2. Menurut tinjauan kasus
Dari data yang di dapat pekerjaan Ny.R sebagai ibu rumah
tangga, pekerjaan suaminya sebagai TNI POLRI
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karna ekonominya berkecukupan dan gizi ibu
cukup baik.
g. Alamat
1. Menurut tinjauan teori
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Ambarwati dkk, 2008;h.131-132).
2. Menurut tinjauan kasus
Dari data yang di dapat jl. Mataram blok.69 no.15 perum
kemiling bandar lampung
86
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karna alamat Ny.R tertulis dengan lengkap
dan dapat di gunakan jika di perlukan.
4.2 Interprestasi Data Dasar
a. Diagnosa
1. Menurut tinjauaan teori
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data
secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan
pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat
ditemukan berdasarkan interprestasi yang benar terhadap
data dasar (wildan, 2008;h.37)
2. Menurut tinjauan kasus
Didapatkan diagnosa kebidanan yaitu bayi Ny.R segera
setelah lahir
DS :
- Ny.R mengatakan melahirkan pada tanggal 27-
04-2015
- Ny.R mengatakan senang atas kelahiran bayinya
DO :
- Pemeriksaan umum
a. Warna kulit : Kemerahan
b. Tonus otot : aktif
87
c. Menangis : kuat
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karna data yang di dapat sesuai
dengan teori yang ada
4.3 Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
1. Menurut tinjauan teori
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan
diagnosis yang sudah diidentifikasi (wildan, 2008;h.37).
2. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus ini tidak muncul masalah potensial karena tidak adanya
tanda bahaya pada bayi segera setelah lahir.
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat
kesenjangankarena tidak adanya tanda bahaya pada bayi segera
setelah lahir.
4.4 Tindakan segera atau kolaborasi
1. Menurut tinjauan teori
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi
88
2. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus ini tidak diperlukan adanya penanganan segera atau
berkolaborasi dengan dokter karena kondisi bayi baik dan normal.
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena tidak ada haal yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani oleh tenaga kesehatan yang lainya dikarenakan kondisi
bayi baik dan normal.
4.5 Perencanaan
1. Menurut tinjauan teori.
Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasional sesuai dengan
temuan pada langkah sebelumnya (Wafi Nur Muslihatun,
2010;h.255).
Asuhan kebidanan bayi baru lahir normal :
1) Cara memotong tali pusat.
a. Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu
mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke-2
dengan jarak 2 cm dari klem.
b. Memegang tali pusat di antar 2 klem dengan menggunakan
tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu
memotong tali pusat di antara 2 klem.
c. Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus
dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan
89
simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa
steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukannya
dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5 %.
d. Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya
kepada ibu.
2) Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermia.
a. Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
Kondisi bayi baru lahir dengan tubuh basah karena air
ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka
akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan
mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal
ini akan mengakibatkan serangan dingin (cilds stress) yang
merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya
tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol
suhunya belum sempurna.
b. Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir
harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering
kemudian diletakantelungkup di atas dada ibu untuk
mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
c. Menunda memandikan BBL, sampai tubuh bayi stabil.
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2500
gram dan menangis kuat bias dimandikan ± 24 jam setelah
kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat. Pada BBL
90
beresiko yang berat badannya kuarang dari 2500 gram atau
keadaannya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan
sampai suhu tubuhnya stabil dan mampu menghisap ASI
dengan baik.
d. Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas, yaitu
melalui radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi (Vivian
Nanny Lia Dewi, 2011;h3).
2. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus BY Ny.R telah diberikan beberapa perencanaan yang
dapat di tentukan sesuai dengan kondisi pasien
1. Lakukan pencegahan hipotermi
2. Lakukan pemotongan tali pusat
3. Pantau nilai APGAR SKOR
4. Lakukan IMD
5. Beri salep mata
6. Beri injelsi vitamin K
7. Lakukan pengukuran antropometri
8. Lakukan pemeriksaan fisik
6 Jam setelah lahir
9. Menjaga kehangatan bayi
- Melakukan pembedongan pada bayi
91
- Memakaikan topi dan selimut pada bayi
- Menunda memandikan bayi selama 6 jam
10. Menganjurkan untuk rawat gabung
11. Anjurkan pemeriksaan laboratorium glukosa darah pada ibu dan
bayi
12. Pantau nurtisi pada bayi
13. Pantau tanda bahaya bayi baru lahir
14. Eliminasi bayi
15. Ajarkan ibu dan suami cara perawatan bayi
16. Lakukan kunjungan ulang
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus terdapat kesenjangan karena
menurut tinjauan teori berat badan bayi normal adalah 2500-4000
gram sedangkan menurut tinjauan kasus bayi Ny.R berat badannya
4100 gram dicurigai Ny.R mengalami diabetes militus sehingga
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah.
4.6 Pelaksanaan
a. Menurut tinjauan teori
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik tehadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan(Wildan dkk. 2008; h.39).
Pelaksanaan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah
92
1. Mencegah kehilangan panas
a. Keringkan bayi dengan seksama
b. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga
merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi untuk
memulai pernafasannya.
c. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
d. Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban
dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih, dan
kering)
e. Selimuti bagian kepala bayi
f. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas
dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian
tersebut tidak tertutup.
g. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
h. Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh
dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI
harus dimulai dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
i. Jangan segera menimbang bayi atau memandikan bayi baru
lahir.
j. Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu
selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering (Dwi
Maryanti, et. all, 2011;h.3-4).
93
2. Melakukan pemotongan tali pusat
a. Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir.
Lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin, sebelum tali
pusat dipotong.
b. Tali psat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian dorong sisi tali pusat ke arah
ibu (agar darah tidak terpancar peda saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Kemudian jepit (dengan klem kedua)
tali pusat pada bagian yang isinya sudah dikosongkan (sisi ibu),
berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.
c. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan
yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut
dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
d. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada sisi satu
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan ke
dalam larutan klorin 0,5%.
f. Kemudian, letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu
untuk inisiasi menyusu dini dan melakukan kontak kulit ke
kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama setelah lahir.
94
3. pantau nilai APGAR SKOR
Interpretasi
a. Nilai 1-3 asfiksia berat
b. Nilai 4-6 asfiksia sedang
c. Nilai 7-10 asfiksia ringan (Vivian Nanny Lia Dewi, 2011;h.3).
4. Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini yaitu:
a. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saatmelahirkan
b. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan
c. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak
putih (verniks)
d. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan
bayi di dada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan
bayi dan kemudian selimuti kedua agar tidak kedinginan.
e. Anjurkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk
merangsang bayi mendekati putting.
f. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari putting susu ibunya.
g. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama
minimal satu jam walaupun proses menyusui telah terjadi. Bila
belum terjadi proses menyusui hingga 1 jam, biarkan bayi
berada di dada ibu sampai proses menyusui pertama kali
selesai.
95
h. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, dan
memberikan suntikan Vitamin K sampai menyusui pertama
kali.
i. Proses menyusui dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus
diupayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi atau
tindakan lain.
j. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali ada
indikasi medis yang jelas (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,
2010;h.8).
3. Memberikan salep mata tetracyclin 1% pada kedua mata bayi
Memberikan bayi vitamin K dengan dosis 0,05 cc secara IM pada
paha kiri agian luar untuk mencegah terjadinya perdarahan
intrakraanial atau perdarahan pada tali pusat pada bayi.
4. Memberikan vitamin injeksi vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa
protein yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor
II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta beberapa
protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui
peranannya dalam pembekuan darah.
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu :
96
- Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau.
Sediaan yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K
mixed micelles (KMM).
- Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal
seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli.
- Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang
merupakan vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada
neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia
hemolitik.
Cara Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
a. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1
profilaksis.
b. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1
(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10
mg Vitamin K1 per 1 ml.
c. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
- Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1
ml, kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri
bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal,
diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
- Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi
hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.
97
d. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan
dosis dan cara yang sama.
e. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin
K1 dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan
dosis dan cara yang sama.
f. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.
5. Melakukan pengukuran antropometri
a. Lingkar kepala 33-35 cm
b. Lingkar dada 30-38 cm
c. Panjang badan 48-52 cm
d. Berat badan 2500-4000 gram (Vivian Nanny Lia Dewi,
2011;h.2).
6. lakukan pemeriksaan umum pada bayi
7. lakukan pemeriksaan fisik secaraa head to toe
6 jam segera setelah lahir
8. Menjaga kehangatan bayi
a. melakukan pembedongan pada bayi
b. memakaikan topi dan selimut pada bayi
c. menunda memandikan bayi selama 6 jam
9. lakukan rawat gabung adalah suatu cara perawatan ibu dan bayi
yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan
dalam sebuah ruang, kamar atau tempat bersama-sama selama 24
jam penuh dalam seharian. Dengan kata lain, rawat gabung adalah
98
suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama atau pada
tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu
atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui bayinya sehat (Wafi
Nur Muslihatun, 2010; h.22).
10. menganjurkan pemeriksaan glukosa darah pada ibu dan bayi dengan
melakukan kolaborasi dan merujuk ke puskesmas
11. melakukanpemantauan kebutuhan nurtisi pada bayi dengan
memberikan ASI setiap 2-3 jam atau sesering mungkin dan jika ASI
tidak kluar lancar tambahkan susu formula melalui sendok agar
tidak terjadi hipoglikemi.
12. Melakukan pemantauan tanda bahaya bayi baru lahir.
13. Melakukan pemantauan eliminas pada bayi segera setelah lahir
14. Mengajarkan ibu dan suami cara perawatan bayi
15. beritahu ibu kapan harus melakukan kujungan ulang
2. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus bayi Ny.R telah dilaksanaakan perencanaan secara
menyeluruh yang efisien dan aman seperti :
4. Melakukan pencegahan hipetermi
a. keringkan bayi dengan seksama
b. mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga
merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi untuk
memulai pernafasannya.
c. selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
99
d. ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan
ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih,
dan kering).
e. selimuti bagian kepala bayi.
f. bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatife
luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
bagian tersebut tidak tertutup.
g. anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
h. pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan
tubuh dan mencegah panas sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
i. jangan segera menimbang bayi atau memandikan bayi baru
lahir.
j. karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih
dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan
kering.
5. Melakukan pemotongan tali pusat dengan cara
g. Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi
lahir.
Lekukan terlebih dahulu penyuntukan oksitosin, sebelum tali
pusat dipotong.
100
h. Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan
tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat
kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Kemudian jepit (dengan klem kedua)
tali pusat pada bagian yang isinya sudah di kosongkan (sisi
ibu), berjarak 2 cm dari jepitan pertama.
i. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan
yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut
dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
j. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
k. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan
kedalam larutan klorin 0,5%.
l. Kemudian, letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada
ibu untuk inisiasi menyusu dini dan melakukan kontak kulit
ke kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama setelah
lahir.
6. Melakukan pemantauan nilai APGAR SKOR
a. Nilai 1-3 asfiksia berat
b. Nilai 4-6 asfiksia sedang
101
c. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)
4. Melakukan inisiasi menyusu dini
a. anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan.
b. hidari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan.
c. segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak
putih
d. dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju,
tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu agar terjadi
sentuhan kulit ibu dan bayi dan kemudian selimuti kedua
agar tidak kedinginan
e. anjurkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk
merangsang bayi mendekati putting.
f. biarkan bayi bergerak sendiri mencari puting susu ibunya.
g. biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu
selama minimal satu jam walaupun proses menyusui telah
terjadi bila belum terjadi proses menyusui telah terjadi. Bila
belum terjadi proses menyususi hingga 1 jam, biarkan bayi
berada di dada ibu sampai proses menyusui pertama kali
selesai.
h. tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur dan
memberikan suntikan vitamin K sampai menyusui pertama
kali.
102
i. proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus
diupayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi
atau tindakan lain.
j. berikan ASI saja tanpa minum atau cairan lain, kecuali ada
indikasi medis yang jelas.
5. memberikan salep mata untuk konjungtivitis pada bayi baru lahir
sering terjadi terutama pada bayi dengan ibu yang menderita
penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidiasis.
Sebagian besar konjungtivitis muncul pada 2 minggu pertama
setelah kelahiran. Pemberian antibiotik profilaksis pada mata
terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis. Prlokasi
mata sering digunakan yaitu tetes mata silver Prlofikasi mata
sering digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1%, salep mata
eritromisisn dan salep mata tetrasiklin. Ketiga preaparat ini
efektif untuk mencegah konjungtivitis gonore. Saat ini silver
nitrat tetes mata tidak dianjurkan lagi karna sering terjadi efek
samping berupa iritasi dan kerusakan mata.
6. memberikan injeksi vitamin K dengan dosis 0,5-1 mg/IM.
7. melakukan pengukuran antropometri pada bayi
8. melakukan pemeriksaan fisik :
a. kepala
b. muka wajah
c. mata
103
d. hidung
e. mulut
f. telinga
g. leher, dada, abdomen
h. punggung
i. kulit dan kuku
j. klavikula dan lengan tangan
k. genetalia
l. tungkai dan kaki
m. anus
n. refleks
6 jam segera setelah lahir
17. menjaga kehangatan bayi dengan cara :
d. melakukan pembedongan pada bayi
e. memakaikan topi dan selimut pada bayi
f. menunda memandikan bayi selama 6 jam
18. melakukan rawat gabung Suatu cara perawatan ibu dan bayi
yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan
dalam sebuah ruang, kamar atau tempat bersama-sama selama
24 jam penuh dalam seharian.
19. Menganjurkan pemeriksaaan glukosa darah pada ibu dan bayi
dengan melakukan kolaboraasi dan merujuk ke puskesmas.
104
20. Melakukan pemantauan kebutuhan nutrisi pada bayi dengan
memberikan ASI setiap 2-3 jam atau sesering mungkin dan jika
ASI tidak keluar lancar tambahkan susu formula melalui sendok
agar tidak terjadi hipoglikemi.
21. Melakukan pemantauan tanda bahaya bayi baru lahir
a. Frekuensi denyut jantung <120 atau >160 x/menit.
b. Pernafasan <40 atau >60 x/menit.
c. Warna kulit kebiruan.
d. Nilai APGAR < 6
e. diare
14. melakukan pemantauan eliminasi pada bayi.
15. mengajarkan ibu dan suami cara perawatan bayi
a. anjurkan ibu atau keluarga menjaga suhu tubuh agar tetap
hangat.
b. Anjurkan mengganti popok setiap kali basah.
c. Anjurkan ASI secara on demand.
d. Lakukan rawat gabung.
e. Ajarkan ibu atau keluarga untuk melakukan perawatan tali
pusat.
16. memberitahu ibu kapan harus melakukan kujungan ulang
7. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus karena pelaksanaan
105
asuhan yang diberikan bidan terhadap bayi Ny.R sesuai dengan teori
yang dipaparkan.
3. Evaluasi
1. Menurut tinjauan teori
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang
dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan
secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien (Wildan dkk. 2008; h.39).
2. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus bayi Ny.R telah dilakukan penatalaksanaan bayi segera
setelah lahir dan didapatkan hasil :
1. Bayi Ny.R telah di keringkan
2. Tali pusat sudah terikat
3. APGAR SKOR yang di dapat dari penilaian bayi Ny.R adalah
7/10 bayi dalam keadaan normal.
4. IMD telah dilakukan selama 1 jam
5. Salep mata telah di berikan
6. Vitamin K telah di berikan
7. Pengukuran antropometri telah di lakukan dengan hasil :
BB : 4100 cm
PB : 53 cm
106
LK : 34 cm
LD : 33 cm
LILA : 11 cm
8. Pemeriksaan fisik telah dilakukan dengan baik dan tidak
adanya cacat bawaan, keadaan umum dalam keadaan baik,
pernafasan 40x/menit, suhu axial 36,5, warna kulit kemerahan,
turgor kulit elastis, denyut jantung 140x/menit, tonus otot baik,
gerakan aktif.
9. Bayi telah di jaga kehangatan nya
10. rawat gabung sudah dilakukan selama 24 jam
11. ibu tidak bersedia melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah
dan tidak mengijinkan bayinya untuk di periksa karena ibu
tidak mempunyai riwayat bayi besar.
12. bayi telah di berikan ASI sesering mungkin dan ASI sudah
keluar lancar.
13. Bayi dalam keadaan sehat setelah di lakukan pemantauan
selama 6 jam.
14. Bayi telah mengeluarkan mekonium segera setelah lahir dan
miksi telah keluar 3 jam setelah persalinan.
15. Perawatan bayi telah dilakukan
a. Ibu dan keluarga sudah mengerti cara menjaga
kehangatan bayi
107
b. Ibu dan keluarga sudah mengerti cara mengganti popok
jika basah
c. ASI sudah diberikan secara on demand
d. Rawat gabung sudah dilakukan selama 24 jam
e. Ibu dan keluarga sudah mengerti cara perawatan tali
pusat
16. ibu telah mengetahui kapan bayi nya akan melakukan
kunjungan ulang pada tanggal 03 april 2015 dan suntik Hb0.
3. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan terdapat kesenjangan
karena berat badan yang di peroleh oleh data tidak sesuai dengan
teori. evaluasi sudah dilakukan sesuai dengan pelaksanaan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Segera Setelah
Lahir Terhadap Bayi Ny.R di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
Tahun 2015 maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Penulis telah memberikan asuhan kebidanan pada bayi Ny.R segera
setelah lahir. Penulis melakukan pengkajian tanggal 27 april 2015
pukul 13.41 WIB data dari data subjektif dan data objektif, dari data
subjektif Ny.R mengatakan melahirkan pada tanggal 27 April 2015
pukul 13.41 WIB, Ny.R mengatakan senang atas kelahiran bayinya.
Sedangkan data objektif pemeriksaan antropometri seperti berat
badan : 4100 gram, panjang badan : 53 cm, lingkar kepala : 34 cm,
lingkar dada : 33 cm, LILA : 11 cm dan pemeriksaan umum warna
kulit kemerahan, tonus otot aktif, menangis kuat.
5.1.2 Penulis sudah membuat interprestasi data dan dengan menentukan
diagnosa asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir.
5.1.3 Penulis tidak menemukan diagnosa potensial terhadap bayi Ny.R
segera setelah lahir di RB Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
Tahun 2015, karena kondisi bayi dalam keadaan baik, sehat dan
tidak terdapat kegawatdaruratan.
109
5.1.4 Penulis tidak memberikan antisipasi masalah potensial pada bayi
karena bayi dalam kondisi baik, sehat dan tidak ada
kegawatdaruratan pada bayi Ny.R segera setelah lahir.
5.1.5 Penulis telah memberikan rencana asuhan kebidanan pada bayi Ny.R
segera setelah lahir sesuai dengan kebutuhan pasien dan teori asuhan
yang ada yaitu lakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir,
keringkan bayi dari lendir dan darah, lakukan pemotongan dan
pengikatan tali pusat, berikan bayi kepada ibu dengan teknik skin to
skin untuk IMD,berikan salep mata pada bayi, berikan Vit. K pada
bayi, ukur antropometri bayi, lakukan pemeriksaan fisik secara head
to toe, dan lakukan rawat gabung pada ibu dan bayi. Hal ini tertuang
dalam matrik di bab III.
5.1.6 Penulis telah melaksanakan asuhan kebidanan terhadap bayi Ny.R
segera setelah lahir sesuai dengan teori asuhan yang ada yaitu
melakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir, mengeringkan
bayi dari lendir dan darah, melakukan pemotongan dan pengikatan
tali pusat, melakukan IMD dengan teknik skin to skin, memberikan
salep mata pada bayi, memberikan Vit. K pada bayi, mengukur
antropometri bayi, melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe,
dan melakukan rawat gabung pada ibu dan bayi.
5.1.7 Penulis telah melaksanakan evaluasi pukul 18.30 WIB pada bayi
Ny.R segera setelah lahir bahwa apa yang telah direncanakan telah
terlaksana dengan baik dan dievaluasi. Dari Hasil evaluasi bayi yaitu
110
bayi dalam keadaan sehat, jepit potong tali pusat, IMD, pencegahan
infeksi, pemberian Vit. K, pengukuran antropometri, pemeriksaan
fisik, serta rawat gabung telah dilakukan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan data diatas maka penulis dapat menyimpulkan
saran sebagai berikut.
5.2.1 Bagi institusi pendidikan
Memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan
khususnya di bidang asuhan bayi segera setelah lahir dan dapat
menjadi acuan bagi pendidik yang akan datang sebagai bahan
masukan bagi pihak lain yang ingin menulis study kasus tentang
asuhan kebidanan segera setelah lahir.
5.2.2 Bagi lahan praktek
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih
meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan
bayi segera setelah lahir.
5.2.3 Bagi masyarakat
Dengan dilakukannya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir,
masyarakat khususnya orang tua mengerti dalam memberikan asuhan
yang baik pada bayi baru lahir. Dengan demikian komplikasi dapat
terdeteksi secara dini dan segera mendapat penanganan.
111
5.2.4 Bagi penulis selanjutnya.
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan diploma
tiga kebidanan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam
asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir.
112
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari Diah. 2010.Asuhan Kebidanan Nifas.
Jogjakarta: Nuha Medika
Buku Acuan Pelatihan Klinik, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK
Dewi, Vivian Nany Lia. 2010. Asuhan Noenatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Maryanti, Dwi et. all. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi Dan Balita. Jakarta: Tim.
Muslihatun, wafi nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku ilmu kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.
Edisi revisi. Jakarta: Tim.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi
Kebidanan. Jakarta: Tim.
Soepardan, suryani.2008.Konsep Kebidanan.Jakarta.penerbit Buku Kedokteran,
EGC
Sulistyawati, Ari dan Nugraheny Esty. 2010. Asuhan Kebidanan Pada ibu
bersalin. yogyakarta: Salemba Medika.
Sofyan Mustika et. all.2006. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Bidan
Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PP IBI
113
Wildan, moh dan Hidayat Alimul A.Aziz. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Yulifah Rita dan Yuswanto Agus Johan Tri. 2012. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Jakarta: salemba medika.
http://www.academia.edu/5113636/Angka_Kematian_Bayi_di_Indonesia.
Dinkes Provinsi Lampung. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012
diakses pada tanggal 21 november 2015 pukul 13.00 wib melalui
www.depkes.go.id/ PROVINSI/ 08-Profil-Kes-Prov.Lampung-2012.pdf