Askep Tuli Presepsi Konduksi
-
Upload
sabdi-mustapha -
Category
Documents
-
view
252 -
download
22
description
Transcript of Askep Tuli Presepsi Konduksi
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan
hidayahNya, yang telah memberi kami kemudahan dan kelancaran dalam menyusun
makalah sebagai tugas dari Keperawatan Persepsi Sensori, dengan judul “ Tuli Persepsi –
Konduksi”. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada ibu Laili Hidayati sebagai
fasilitator kami, yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi civitas akademi Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Kami yakin dalam penyusunan makaklah ini, masih terdapat kekurangan –
kekurangan. Untuk itu, kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun demi
penyusunan makalah yang lebih baik lagi.
Wassalammualikum Wr.Wb.
Surabaya,23 Oktober 2009
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ……………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………..
1.3 Tujuan ……………………………………………………………….
1.4 Manfaat ………………………………………………………………
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Pendengaran ……….......……………………………….
2.2 Etiologi ……………………………………………………………..
2.3 Manifestasi Klinis ……………………………………………........
2.4 Pemeriksaan dan Pendengaran ………………………………………
2.5 Pencegahan dan Pengobatan ……………………………………….
2.6 Alat Pembantu Mendengar ……………………………………….
2.7Asuhan Keperawatan pada Tuli Persepsi Konduksi ………………….
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….
3.2 Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti organ-organ yang lain, telinga pun mengalami kemunduran pada usia
lanjut. Kemunduran ini dirasakan sebagai kurangnya pendengaran, dari derajat yang
ringan sampai dengan yang berat. Bila kekurangan pendengaran ini berat, akan
menimbulkan banyak masalah bagi penderita dengan orang - orang sekitarnya.
Misalnya salah faham dalam komunikasi. Penderita sering membantah karena
mengira orang lain-lain marah-marah kepadanya, tak perduli kepadanya, atau malah
mentertawakannya, mengejeknya atau lain-lain lagi.
Secara garis besar ketulian dibagi menjadi dua. Ketulian dibidang konduksi atau
disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna
sampai dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya
dapat ditolong dengan memuaskan, baik dengan pengobatan atau dengan suatu
tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli persepsi (sensori neural
hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di koklea sampai dengan
pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam pengobatannya.
Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan, disebut tuli
campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan pemeriksaan pendengaran.
Dapat dari cara yang paling sederhana sampai dengan memakai alat elektro akustik
yang disebut audiometer. Dengan menggunakan audiometer ini jenis ketulian dengan
mudah dapat ditentukan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana deskripsi dari tuli persepsi – konduksi?
1.2.2 Apa penyebab terjadinya tuli persepsi – konduksi?
1.2.3 Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan dari tuli persepsi – konduksi?
1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan gangguan tuli
persepsi – konduksi?
3
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui deskripsi dari tuli persepsi – konduksi.
1.3.2 Mengetahui penyebab terjadinya tuli persepsi – konduksi.
1.3.3 Mengetahui pencegahan dan pengobatan dari tuli persepsi – konduksi.
1.3.4 Mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan tuli persepsi – konduksi.
1.3 Manfaat
Memberikan informasi tentang gangguan pendengaran tuli persepsi – konduksi
serta asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien tersebut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran
2.1.1 Telinga dibagi 3 bagian
a. Telinga luar (auris eksterna)
• Aurikulum : menangkap gelombang suara dan meneruskannya ke MAE
• Meatus akustikus eksternus : meneruskan gelombang suara ke membrane
timpani
• Membran timpani : untuk proses resonansi
b. Telinga tengah (auris media)
• Kavum timpani : tempat tulang – tulang pendengaran berada
• Tuba Eustachius : saluran yang menghubungkan antara telinga tengah
dengan telinga dalam
• Antrum & sel-sel mastoid
c. Telinga dalam (auris interna = labirin)
• Koklea (organ auditivus) : untuk keseimbangan
• Labirin vestibuler (organ vestibuler /status) : untuk keseimbangan
5
Gambar : Anatomi telinga normal
2.1.2 Proses Pendengaran
Gelombang suara yang berasal dari udara ditangkap oleh aurikulla kemudian
diteruskan ke MAE ( Meatus Akustikus Externa ), kemudian dilanjutkan ke membran
timpani. Setelah masuk di membran timpani, gelombang udara tersebut menggerakkan
tulang – tulang pendengaran, yang terdiri dari tulang incus, stapes dan maleus. Setelah itu
menuju ke foramen ovale. Dari foramen ovale, merangsang Koklea untuk mengeluarkan
cairan. Cairan koklea tersebut kemudian menuju ke membran basilaris, merangsang
pergerakan hair cells. Diteruskan ke cortex auditorius. Kemudian kita dapat mendengar
suatu bunyi.
2.2 Pengertian Tuli Persepsi – Konduksi
Secara garis besar ketulian dibagi menjadi dua. Ketulian dibidang konduksi atau
disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna sampai
dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong
dengan memuaskan, baik dengan pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya
pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli persepsi (sensori neural hearing-loss) dimana
letak kelainan mulai dari organ korti di koklea sampai dengan pusat pendengaran di otak.
Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam pengobatannya. Apabila tuli konduksi dan tuli
persepsi timbul bersamaan, disebut tuli campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian
diperlukan pemeriksaan pendengaran.
Perbedaan Tuli Persepsi dengan Tuli Konduksi :
Perbedaan Tuli Konduksi Tuli Persepsi
Letak Antara meatus akustikus externa
sampai tulang pendengaran
steps
Mulai organ corti sampai pusat
pendengaran
Aspek
kesembuhan
Dapat ditolong dengan
pengobatan atau pembedahan
Sulit untuk diobati
Etiologi Adanya cairan (secret), tumor,
benda asing pada meatus,
Bisa karena factor genetik,
penyakit infeksi, pemakaian
6
kerusakan membran timpani,
kelebihan atau kekurangan
udara pada kavum timpani, pada
osikula terjadi destruksi.
obat ototoksik, penyakit yang
diderita ( Diabetes Melitus,
ginjal ), avitaminosis, trauma
akustik, factor aging, tumor
2.2 Etiologi
2.2.1 Etiologi Tuli Konduksi
Gangguan di bagian konduksi menimbulkan tuli konduksi, penyebabnya ialah :
1. Dalam meatus akustikus eksterna : adanya cairan (sekret, air) dan benda padat
(serumen, benda asing) atau tumor, seperti benda asing atau polip telinga.
2. Kerusakan membrana timpani : karena perforasi, ruptur , dan sikatriks.
3. Dalam kavum timpani terdapat: kelebihan atau kekurangan udara pada okiusi tuba,
caftan (darah, sekret pada otitis media) karena trauma kepala , tumor.
4. Pada osikula : gerakannya terganggu oleh sikatriks, destruksi karena otitis media,
ankilosis stapes pada otosklerosis dan luksasi oleh trauma.
2.2.2 Etiologi Tuli Persepsi
Gangguan di bagian persepsi menimbulkan tuli persepsi, penyebabnya ialah :
Periode prenatal
1. Oleh faktor genetik
2. Bukan oleh faktor genetik.
Terutama penyakit-penyakit yang diderita ibu pada kehamilan trimester pertama
(minggu ke 6 s/d 12) yaitu pada saat pembentukan organ telinga pada fetus. Penyakit-
penyakit itu ialah rubela, morbili, diabetes melitus, nefritis, toksemia dan penyakit-
penyakit virus yang lain.
Obat-obat yang dipergunakan waktu ibu mengandung seperti salisilat, kinin,
talidomid, streptomisin dan obat- obat untuk menggugurkan kandungan.
Periode perinatal
Penyebab ketulian disini terjadi diwaktu ibu sedang melahirkan. Misalnya trauma
kelahiran dengan memakai forceps, vakum ekstraktor, letak-letak bayi yang tak
7
normal, partus lama. Juga pada ibu yang mengalami toksemia gravidarum. Sebab
yang lain ialah prematuritas, penyakit hemolitik dan kern ikterus.
Periode postnatal
1. Penyebab pada periode ini dapat berupa faktor genetik atau keturunan, misalnya
pada penyakit familiar perception deafness.
2. Penyebab yang bukan berupa faktor genetik atau keturunan:
-- Pada Anak-anak :
a. Penyakit-penyakit infeksi pada otak misalnya meningitis dan ensefalitis.
b. Penyakit-penyakit infeksi umum : morbilli, varisela, parotitis (mumps),
influenza, deman skarlatina, demam tipoid, pneumonia, pertusis, difteri dan
demam yang tak diketahui sebabnya.
c. Pemakaian obat-obat ototoksik pada anak-anak.
-- Pada orang dewasa :
a. Gangguan pada pembuluh-pembuluh darah koklea, dalam bentuk perdarahan,
spasme (iskemia), emboli dan trombosis. Gangguan ini terdapat pada hipertensi
dan penyakit jantung.
b. Kolesterol yang tinggi : Oleh Kopetzky dibuktikan bahwa penderita-penderita
tuli persepsi rata-rata mempunyai kadar kolesterol yang tinggi dalam darahnya.
c. Diabetes Melitus : Seringkali penderita diabetes melitus tak mengeluh adanya
kekurangan pendengaran walaupun kalau diperiksa secara audiometris sudah
jelas adanya kekurang pendengaran. Sebab ketulian disini diperkirakan sebagai
berikut :
-- Suatu neuropati N VIII.
-- Suatu mikroangiopati pada telinga dalam (inner ear).
-- Obat-obat ototoksik. Penderita diabetes sering terkena infeksi dan lalu sering
menggunakan antibiotika yang ototoksik
d. Penyakit-penyakit ginjal : Bergstrom menjumpai 91 kasus tuli persepsi diantara
224 penderita penyakit ginjal. Diperkirakan penyebabnya ialah obat ototoksik,
sebab penderita penyakit ginjal mengalami gangguan ekskresi obat-obat yang
dipakainya.
8
e. Influenza oleh virus. Oleh Lindsay dibuktikan bahwa sudden deafness pada
orang dewasa biasanya terjadi bersama-sama dengan infeksi traktus
respiratorius yang disebabkan oleh virus.
f. Obat-obat ototoksik : Diberitakan bahwa bermacam-macam obat menyebabkan
ketulian, misalnya : dihidrostreptomisin, salisilat, kinin, neomisin, gentamisin,
arsenik, antipirin, atropin, barbiturat, librium.
g. Defisiensi vitamin. Disebut dalam beberapa karangan, bahwa defisiensi vitamin
A, B1, B kompleks dan vitamin C dapat menyebabkan ketulian.
h. Faktor alergi. Diduga terjadi suatu gangguan pembuluh darah pada koklea.
i. Trauma akustik : letusan born, letusan senjata api, tuli karena suara bising.
j. Presbiakusis : tuli karena usia lanjut.
k. Tumor : Akustik neurinoma.
1.Penyakit Meniere
m. Trauma kapitis.
WOC
2.3 Manifestasi Klinis Tuli Persepsi - SensoriKecuali keluhan pendengaran berkurang, maka keluhan lain ialah :
1. Tinitus : suara berdenging ini dikeluhkan pada 50% dari penderita usia lanjut.
Biasanya terus menerus dan bernada tinggi. Lain dengan tinitus pada penyakit
Meniere yang biasanya bernada rendah. Tinitus biasanya tidaklah sangat
mengganggu seperti intoksikasi telinga atau pada traumatic deafness.
2. Diplakusis: yaitu distorsi dari pada tingginya nada atau frekuensi. Dapat terjadi
pada satu atau kedua telinga. Biasanya tak terlalu mengganggu kecuali pada
musikus-musikus.
3. Vertigo: dikeluhkan pada 30% dari penderita. Apakah ini berasal dari labirin atau
bukan tak bisa dipastikan. Hanya didapatkan 60% dari penderita mempunyai
reaksi kalori yang tidak normal. Mungkin vertigo ini pada usia lanjut berasal dari
brain stem atau perubahan pembuluh darah di sentral.
2.4 Pemeriksaan Pendengaran
Dengan melakukan pemeriksaan pendengaran kita dapat mengetahui :
9
·Apakah seseorang kurang pendengaran atau tidak.
·Sifat ketuliannya, tuli konduksi ataukah tuli persepsi.
·Derajat ketuliannya atau besar kekurang pendengarannya.
· Dengan diketahui sifat ketulian berarti diketahui pula letak kelainan, sehingga dapat
ditentukan apakah perlu tindakan operasi, pemberian obat-obatan saja atau hanya
dapat ditolong oleh Alat Pembantu Mendengar (APM) atau hearing aid.
Macamnya tes pendengaran yaitu :
·Tes yang paling sederhana ialah tes suara bisik dan percakapan ("konversasi").
·Tes dengan garpu suara.
·Di klinik yang maju dipergunakan alat elektro akustik yaitu tes dengan audiometer
·Tes dengan Impedance meter.
1. Tes suara bisik
Caranya ialah dengan membisikkan kata-kata yang dikenal penderita dimana
kata-kata itu mengandung huruf lunak dan huruf desis. Lalu diukur berapa meter
jarak penderita dengan pembisiknya sewaktu penderita dapat mengulangi kata-kata
yang dibisikan dengan benar. Pada orang normal dapat mendengar 80% dari kata-kata
yang dibisikkan pada jarak 6 s/d 10 meter.Apabila kurang dari 5 - 6 meter berarti ada
kekurangan pendengaran. Apabila penderita tak dapat mendengarkan kata-kata
dengan huruf lunak, berarti tuli konduksi. Sebaliknya bilatak dapat mendengar kata-
kata dengan huruf desis berarti tuli persepsi.Apabila dengan suara bisik sudah tidak
dapat mendengar dites dengan suara konversasi atau percakapan biasa. Orang normal
dapat mendengar suara konversasi pada jarak 200 meter.
2. Tes Garpu Suara
Dengan garpu suara frekuensi 64, 128, 256, 512, 1024, 2048 dan 4096 hz,
dibunyikan dengan cara tertentu lalu disuruh mendengarkan pada orang yang dites.
Bila penderita banyak tak mendengar pada frekuensi rendah berarti tuli konduksi.
Bila banyak tak mendengar pada frekuensi tinggi berarti tuli persepsi.
3. Tes dengan Audiometri
10
Hasil dari tes pendengaran dengan audiometer ini digambardalam grafik yang
disebut audiogram. Apabila pemeriksaan dengan audiometer ini dilakukan, tes-tes
suara bisik dan garpu suara tak banyak diperlukan lagi, sebab hasil audiogram lebih
lengkap.Dengan audiometer dapat dibuat 2 macam audio-gram :
a. Audiogram nada murni ( pure tone audiogram )
b. Audiogram bicara ( speech audiogram )
Dengan audiometer dapat pula dilakukan tes-tes : tes SISI (Short Increment
Sensitivity Index), tes Fowler dimana dapat diketahui bahwa kelainan ada di koklear
atau bukan. Tes Tone Decay dimana dapat diketahui apakah kelainan dibelakang
koklea (retro cochlear) atau bukan. Kelainan retrocoklear ini misalnya ada tumor
yang menekan N VIII. Keuntungan pemeriksaan dengan audiometer kecuali dapat
ditentukan dengan lebih tepat lokasi kelainan yang menyebabkan ketulian juga dapat
diketahui besarnya ketulian yang diukur dengan satu db (desibel).
Derajat Ketulian
Untuk mengetahui derajat ketulian dapat memakai suara bisik
sebagai dasar yaitu sebagai berikut :
Normal : bila suara bisik antara 5 – 6 meter.
Tuli ringan bila suara bisik 4 meter
Tuli sedang bila suara bisik antara 2 -3 meter
Tuli berat bila suara bisik 0 – 1 meter
Apabila yang dipakai dasar audiogram nada murni, derajat
ketulian ditentukan oleh angka rata-rata intensitas pada fre-
kuensi-frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz yang juga disebut speech frequency.
Konversasi biasa besarnya kurang lebih 50 db.
Derajat ketulian berdasar audiogram nada murni adalah sebagai berikut :
.Normal antara 0 s/d 20 db.
.Tull ringan antara 21 s/d 40 db.
.Tull sedang antara 41 s/d 60 db.
.Tull berat antara 61 s/d 80 db.
.Tull amat berat bila lebih dari 80 db.
11
Gambar : audiogram
4. Tes dengan Impedance meter
Tes ini paling obyektif dari tes-tes yang terdahulu. Tes ini hanya memerlukan
sedikit kooperasi dari penderita sehingga pada anak-anak di bawah 5 tahun pun dapat
dikerjakan dengan baik. Dengan mengubah-ubah tekanan pada meatus akustikus
ekterna (hang telinga bagian luar) dapat diketahui banyak tentang keadaan telinga
bagian tengah (kavum timpani). Dari pemeriksaan dengan Impedancemeter dapat
diketahui:
Apakah kendang telinga ( membrane timpani ) ada lobang atau tidak.
Apakah ada cairan atau infeksi di dalam telinga bagian tengah.
Apakah ada gangguan hubungan antara hidung dan telinga bagian tengah yang
melalui tuba Eustachii.
Apakah ada perlekatan – perlekatan di telinga bagian tengah akibat suatu radang.
Apakah rantai – rantai tulang telinga terputus akibat kecelakan ( trauma kepala )
.Apakah ada penyakit di tulang telirigastapes (otosklerosis).
12
2.5 Penatalaksanaan Tuli Persepsi - Konduksi
2.5.1 PencegahanAda dua faktor yang relevan yaitu :
1. Hindari suara keras, ramai dan kebisingan.
2. Hindari diet yang berlemak. Hal-hal lain yang dianjurkan ialah hindari dingin yang
berlebihan, rokok yang berlebihan dan stres. Anemia, kekurangan vitamin dan
insufisiensi kardiovaskular juga harus segera diobati.
2.5.2 Pengobatan
Didasarkan pada 4 kelompok obat-obatan :
1. Hormon
2. Obat vasodilatator
3. Obat lipoproteinolitik
4. Vitamin
5. Tindakan bedah
6. Obat ototoksik
1. Hormon
Pernah dicoba dengan hormon hipofise secara intravena. Ada yang mencoba
hormon wanita pada wanita usia lanjut. Kemudian kedua seks hormon
dikombinasi dan diberikan pada penderita. Mungkin tinitusnya berkurang atau
pendengaran subjektif sedikit membaik, tapi secara objektif masih diragukan.
2. Vasodilator
Seperti asam nikotinat dan derivatnya menyebabkan vasodilatasi perifer, dan
pemberian dosis tinggi dalam waktu yang lama menurunkan bloodlipid pada
orang hiperkolesterolemia. Efek terapeutik pada presbiakusis disebabkan oleh
dilatasi koklear dan pembuluh darah di otak akibat aksi lipoproteinolitik dari obat
tersebut. Contoh lain misalnya Ronicol dan Hydergin.
3. Obat lipoproteinolitik
13
Heparin i.v. 250 mg setiap hari selama 8 hari. Kemajuan audiometrik
didapat pada 25% penderita. Vertigo dan tinnitus menghilang pada 45%
penderita.
4. Vitamin
Vitamin B kompleks memberikan 43,5% kemajuan dalam pendengaran.
Data-data terperinci dari laporan Weston ini tidak diberitakan. Vitamin A banyak
dicoba dengan hasil yang lebih memuaskan.
5. Tindakan bedah
Meskipun kebanyakan pasien berhasil ditangani dengan terapi
konservatif, namun ada juga yang terkena serangan vertigo yang melumpuhkan.bila
serangan ini mengganggu kualitas hoidup, pasien direncanakan untuk menjalani
terapi bedah untuk perbaikan. Namun kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh
dalam telinga tetap berlanjut karena penatalaksanaan bedah pada penyakit meniere
ditujukan untuk menghilangkan serangan vertigo.
6. Obat Ototoksik
Obat ototoksik seperti streptomicin dan gentomicin dapat diberikan
kepada pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke telinga tengah dan dalam.
Diuretika seperti Dyazide atau Hydrochlortiazid kadang dapat membantu
mengurangi gejala penyakit Meniere dengn menurunkan tekanan dalam sistem
endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk makan makanan yang mengandung
kalium, seperti pisang, tomat, diuretik yang menyebabkna kehilangan kalium.
Tetapi penggunaan obat ototoksik dapat menyebabkan efek buruk terhadap koklea,
aparatus vestibularis, atau saraf kranial VIII. Oleh karena itu pasien perlu dipantau
dengan audiogram dua kali seminggu selama masih mendapat obat tersebut
2.5.3 Alat Membantu Mendengar (APM)
Bila semua pengobatan tak memberi hasil, maka harapan terakhir ialah pada APM
atau hearing aid. Ada tiga bentuk yang umum :
1. "Pocket".
14
Daya pembesaran baik hanya karena berbentuk agak besar maka penderita
kebanyakan mau memakainya.
2."Ear level"
Diletakkan di belakang telinga hingga bisa ditutupi rambut pada wanita
atau laki-laki berambut gondrong.
Ada satu bentuk lagi yang disebut "telinga ajaib", dipasarkan oleh perusahaan
tertentu. Hanya pembesarannya sangat terbatas sedang harganya mahal.Untuk
pemakaian APM, perlu disesuaikan hasil audiogramnya dengan daya kemampuan
APM. Jadi perlu dicoba seperti pemakaian kacamata.
2.6 Komplikasi Tuli Persepsi – Konduksi
1. Tuli persepsi pada otosklerosis stadium lanjut.
Penyakit ini merupakan kelainan tulang yang kebetulan pada "foot plate" dari
tulang pendengaran stapes. Hanya di sini pada audiogramnya masih terlihat faktor
tuli konduksi.
2. Penyakit Meniere
Penyakit yang ditandai dengan vertigo, tinitus dan gejala-gejala sistem saraf
otonom seperti muntah-muntah, keringat dingin, muka pucat sampai dengan diare.
Dapat dibedakan dengan pemeriksaan audiometri, yaitu melihat audiogramnya.
3. Trauma akustik
Ketulian sebab kebisingan atau suara-suara keras. Dapat dibedakan dengan
pemeriksaan audiometri, yaitu pure tone audiogram, SISI tes, Tone Decay tes dan
speech audiogram.
4. Neuroma akustik
Tumor jinak tumbuh lambat saraf kranial VIII biasanya tumbuh dari sel
Schwan pada bagian vestibuler saraf ini. Kebanyakan tumor neuroma akustik
tumbuh di dalam kanalis auditorius internus dan melebar sampai ke sudut
cerebelonphontin samapi menekan batang otak. Kebanyakan penyakit ini timbul
pada usia baya
5. Otitis Media Kronik
15
Kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan iireversible dan
biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut. Sering
berhubungan dengan perforasi menetap membran timpani tengah dan juga dapat
menghancurkan osikulus.
2.8 Prognosis
Ada dua bentuk presbiakusis yang berbeda dalam prognosisnya.
1. Slowly increasing deafness. Ini yang lebih sering, jarang sampai terjadi tuli total
atau tuli yang berat.
2. Apoplectiform increase. Ketulian sangat mendadak dan sangat berat. Sebabnya
diperkirakan perdarahan atau trombosis.
2.9 Asuhan Keperawatan pada Gangguan Tuli Persepsi – Konduksi
2.9.1 Pengkajian
Pengumpulan data
1.Anamnesa
a. Data demografi pasien, meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan
tempat tinggal. Untuk tuli persepsi, penyakit ini kebanyakan menyerang pada
usia baya, terutam jenis kelamin laki – laki, karena faktor lingkungan dan
pekerjaan yang mempengaruhi. Untuk tuli konduksi banyak menyerang pada
bayi usia 3 – 5 bulan.
b. Keluhan utama : keluhan menonjol, yang paling dirasakan sekarang.
Keluhannya bisa berupa pendengaran berkurang, infeksi, nyeri, vertigo
c. Keluhan saat ini : keluhan sejak kapan dirasakan keluhan utama, tingkat
keparahan, lokasi, berapa lama dan berapa sering.biasanya berupa diaporesis,
otalgia, otore
d. Riwayat kesehatan masa lalu : tanyakan penyakit yang pernah diderita, pernah
dilakukan operasi atau tidak, memiliki alergi atau tidak.
e. Riwayat kesehatan keluarga : tanyakan penyakit yang pernah diderita keluarga
berhubungan dengan gangguan pendengaran, perilaku keluarga yang
mempengaruhi kesehatan ( kurang menjaga kebersihan, kurang pengetahuan
16
tentang penyakit ), Persepsi keluarga terhadapa penyakit ( kurang perhatian,
kurang informasi )
2.Pengkajian Fisik
Cek tanda – tanda vital : nadi 84normal , suhu, tekanan darah, frekuensi nafas, serta
periksa keadaan umum : membaik atau tidak. Lakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
Inspeksi : perhatikan apa ada lesi atau oedema, ada benjolan atau inflamasi pada
telinga
Palpasi : bila ada lesi, jika disentuh sakit atau tidak.
Perkusi : -
Auskultasi : -
B1 Breathing ( Pernafasan ) : tidak ada masalah keperawatan
B2 Blood ( Kardiovaskuler ) : nadi meningkat
B3 Brain ( Pengindraan ) : nyeri telinga, pendengaran berkurang, vertigo
B4 Bladder ( Perkemihan ) : tidak ada masalah keperawatan
B5 Bowel ( Pencernaan ) :tidak ada masalah keperawatan
B6 Bone ( Integumen ) : perforasi pada tulang pendengaran
3.Pengkajian Psikososial
Lakukan anamnesa apakah rasa nyeri dan tindakan penatalaksanaan membuat
cemas atau takut, tingkat kesadaran klien serta persepsi klien dan kelurga terhadap sakit
yang diderita. Penyakit inipun beresiko gangguan harga diri rendah.
4.pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Audiometri : pendengaran menurun.
b. X-Ray : terhadap kondisi patologi
5.Pemeriksaan pendengaran
a. Tes Bisik Suara : penderita mendengar kurang dari 80 % dari kata – kata
yang dibisikkan pada jarak 6 – 10 meter.
17
b. Tes Garpu Tala : pada penderita banyak tidak mendengar pada frekuensi
rendah, berarti tuli konduksi. Bila banyak tidak mendengar bunyi frekuensi
tinggi berarti tuli persepsi.
2.9.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan ditandai dengan inflamasi
di kavum timpani
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri berkurang.klien
mampu melakukan metode pengalihan suasana. TTV pasien normal. Nadi : 80 –
100 per menit, tekanan darah : 120 / 80 mmhg, RR : 18 – 24.
Intervensi Keperawatan :
a. Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode
relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti
menarik nafas panjang.
Rasional :
Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi
nyeri yang diderita klien.
b. Kompres dingin di sekitar area telinga
Rasional :
Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri karena rasa nyeri
teralihkan oleh rasa dingin disekitar area telinga.
c. Atur posisi klien
Rasional :
Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa lebih nyaman.
d. Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruksi, beri sedatif sesuai
indikasi
Rasional :
Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk
mengurangi sensasi nyeri dari dalam.
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran.
18
Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa
lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
Intervensi Keperawatan :
a. Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana
perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan,
berbicara, bahasa isyarat.
Rasional :
Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka
metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan klien.
3.Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan kurangnya pendengaran
ditandai dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di saraf
pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris bertambah baik, derajat tuli normal
berdasarkan tes yang dilakukan.
Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris
pendengaran sampai pada tingkat fungsional. Derajat tuli normal antara 0 – 20 dB
Intervensi Keperawatan :
a. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
Rasional :
Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian,
pemakaian serta perawatannya yang tepat.
b. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat
mencegah terjadinya ketulian lebih jauh, berupa memakai tulisan atau simbol,
dan gerak tubuh
Rasional :
Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang
tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
19
c. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
Rasional :
Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah
pendengaran rusak secara permanen.
d. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan
(baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan
organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
4. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran
lebih besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil : Klien mampu mengungkapkan
ketakutan/kekhawatirannya.
Intervensi Keperawatan :
a. Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai
kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan
harapan klien dalam berkomunikasi.
Rasional :
Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru
malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan
kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
b. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami
gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada
klien.
Rasional :
Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan
sangat membantu klien.
20
c. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang
dapat membantu klien.
Rasional :
Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang
dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.
5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan berkurangnya
pendengaran.
Tujuan : pendengaran menjadi normal, sehingga meningkatkan rasa
percaya diri klien
Kriteria Hasil : percaya diri klien meningkat karena dapat mendengar dengan
normal.
Intervensi keperawatan :
a. Menggunakan alat bantu pendengaran, seperti koklear implant.
Rasional : dengan menggunakan alat bantu pendengaran meningkatkan
respon pendengaran klien, sehingga klien dapat mendengar suara dengan
normal, sehingga komunikasi klien dengan orang lain tetap lancar.
b. Ajari klien menggunakan bahasa isyarat, atau body language dan media
tulisan.
Rasional : klien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan
menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat lainnya dan bisa juga dengan
ditulis, sehingga komunikasi klien tetap lancar.
c. Ajari keluarga dan kolega klien untuk berbicara lebih keras atau cenderung
mendekat ke telinga yang sehat.
Rasional : memudahkan klien untuk mendengar, sehingga komunikasi klien
tetap lancar, harga diri klien meningkat.
21
BAB III
CONTOH KASUS
Contoh Asuhan Keperawatan pada Tuli Persepsi – Konduksi
1. Pengkajian Data
I. Identitas Klien
Nama : Ny. SM
22
Umur : 31 tahun
TTL : -
Jenis kelamin :Perempuan
Alamat : Jl. Candu RT I RW I Blitar.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Lama bekerja : -
MRS : 5 April 2001
Keluarga terdekat : Suami
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Candu RT I RW I Blitar.
2. Status Kesehatan Saat Ini:
1. Alasan kunjungan ke RS: Pendengaran menurun/tidak mendengar sejak 2 tahun, telinga kanan dan kiri.
2. Keluhan utama saat ini: Otore kanan dan kiri sejak 2 tahun, kumat-kumatan. 1 bulan ini telinga kanan dan kiri sering basah.
3. Lama keluhan : 1 bulan.
4. Timbulnya keluhan: Hilang-timbul.
5. Faktor yang memperberat: Bila batuk pilek.
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: Bila kambuh, berobat ke RSU Wlingi Blitar dan ke dokter praktek.
23
7. Diagnosa medik: Mastoiditis (tanggal 5 April 2001). Tanggal 5 April 2001 post op Myringoplasty.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
Tuli konduksi D/S, perforasi membran timpani/perforasi sub total D/S. Sudah 2 tahun berobat ke RSU Wlingi Blitar dan ke dokter praktek. Klien tidak memiliki riwayat alergi.
4. Pengkajian Fisik
Tanggal April 2001:
1. Breath (B 1)
RR = 20 x/mnt, tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki riwayat asma dan suara nafas normal.
2. Blood (B 2)
TD = 130/80 mmHg, nadi = 84 x/mnt, suhu = 36,5 oC, suara jantung vesikuler. Perfusi perifer baik, turgor baik, intake-output seimbang, infus RL 20 tts/mnt, klien tampak gelisah.
3. Brain (B 3)
Kadang-kadang kepala pusing/vertigo, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil normal, orientasi baik, tuli konduksi telinga kiri dan kanan. Tidak ada tanda-tanda parese pada syaraf VII. Post op Myringoplasty tanggal 6 April 2001, verban tampak terpasang dan terawat baik.
Audiogram tanggal:
Tanggal
K1 K1 K1 K1 K1
125 250 500 1 K 2 K 4 K 8 K
4. Bladder (B 4)
Baik 2-3 x/hr, warna kuning jernih.
24
5. Bowel (B 5)
Nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr pagi dan sore. Klien tidak ada sakit maag.
6. Bone (B 6)
Mandi 2 x/hr pagi dan sore, kulit bersih, tidak ada nyeri otot dan persendian.
5. Pengkajian Psikososial
1. Pola pikir dan persepsi: kesulitan yang dialami klien: klien kesulitan melakukan komunikasi dengan orang lain.
2. Persepsi diri: saat ini selain klien memikirkan penyakitnya, juga memikirkan kelu-arganya (suami dan anak-anaknya).
3. Suasana hati: gelisah dan khawatir memikirkan bagaimana bisa membeli alat bantu pendengaran (masalah keuangan).
4. Hubungan/komunikasi: bicara dengan klien harus keras dan menggunakan isyarat dengan tangan, jarak harus dekat dengan klien.
5. Kehidupan keluarga:
- Adat istiadat yang dianut: Jawa.
- Pembuat keputusan dalam keluarga: suami.
- Pola komunikasi: suami memutuskan setiap permasalahan yang perlu pengambilan keputusan.
- Keuangan: pas-pasan.
6. Data Laboratorium dan Radiologi:
Tanggal 7 Maret 2001
Foto Ro: - Mastoiditis bilateral tipe sklerotik.
- Cor: besar dan bentuk normal.
- Pulmo: tidak tampak kelainan.
- Sinus phrenice-costalis kiri dan kanan.
25
Tanggal 7 Maret 2001
Laboratorium:
- Urea N: 6 mg/dl.
- Kreatinin serum: 0,7 mg/dl.
- Bilirubin direk: 0,18 mg/dl.
- Bilirubin total: 0,73 mg/dl.
- SGOT: 20 U/L.
- SGPT: 18 U/L.
VII. Terapi/Pengobatan
- Infus RL 20 tts/mnt.
- Klindamycin 3x300 mg.
- Mefenamat acid 3x500 mg k/p.
- Rawat luka (ganti verban).
- Operasi Myringoplasty tanggal 6 April 2001.
Analisa Data
TGL KELOMPOK DATA
ETIOLOGI MASALAH DIAGNOSA
9/4/2001 DS:Klien mengatakan ia tidak bisa mendengar, bila diajak berbicara harus keras dan dekat.
DO: - Audiogram klien tuli konduksi sedang kanan
Karena adanya perforasi ruptur membran timpani, sehingga menyebabkan penurunan pendengaran
Kerusakan Ko-munikasi
Kerusakan ko-munikasi ber-hubungan de-ngan penurun-an pendengaran
26
& kiri.
- Diajak bicara lebih banyak diam.
- Bicara dengan klien harus keras.
10/4/2001 DS: Klien mengeluh pu-sing sewaktu duduk/ bangun tidur.
DO: -TD: 130/80 mmHg, nadi: 84x/mnt, RR: 20 x/mnt.
- Gelisah.
- Post op Myringo-plasty.
Inveksi yang menyerang bagian keseimbangan (Vestibulo Semiserkularis) pada telinga sehingga berhubungan dengan vertigo.
Cedera Resiko terha-dap cedera berhubungan dengan vertigo
10/4/2001 DS: Klien menanyakan bagaimana cara merawat telinganya bila pulang nanti.
DO: -Klien gelisah.
- Bicara harus keras.
- Komunikasi dengan orang lain
Kurang pengetahuan
Ketidak efek-tifan penata-laksanaan program terapeutik.
27
sulit.
- Klien tinggal diluar kota Surabaya, yaitu di Wlingi, Blitar.
NO
TGL
DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1. 10/4/2001
Kerusakan komunikasi berhubungan dengan penu-runan pendengaran.
Klian mampu melakukan komunikasi dengan setiap orang.
Klien mampu:-menerima pesan-pesan melalui metoda alternatif,dengan menggunakan bahasa isyarat, media tertulis, body language, menggunakan alat bantu pendengaran, seperti implan koklear
1. Gunakan fak-tor-faktor yang meningkatkn pendengaran & pengertian. Seperti : berbicara lebih dekat ke telinga, terutama ke telinga yang sehat, menyarankan pada keluarga atau kerabat untuk berbicara lebih keras
2.Berikan meto-da alternatif komunikasi, seperti menggunakan bahasa isyarat, menggunakan gerak tubuh, melalui media tulisan dan dengan
Memaksimalkan kemampuan komunikasi klien.
28
memakai alat bantu pendengaran, seperti kolear implan
3. Berikan ling-kungan yang tenang.
2 10/4/2001
Resiko terhadap cedera
Cedera tidak terjadi
Pusing/vertigo berkurang/hilang.
1. Tidak memberikan bed tidur yang terlalu tinggi bagi klien.
2. Bekolaborasi dengan memberikan analgesik, sebagai anti nyeri.
Untuk menghindari & memperkecil kemungkinan cedera.
Memudahkan klien untuk turun naik tempat tidur.
Untuk menghilangkan/mengu-rangi nyeri.
3. 10 /4/2001
Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang perawatan telinga; tanda-tanda gejala dan komplikasi yang mungkin
Penatalaksanaan program terapeutik efektif.
-Kllien tidak gelisah lagi.
1. Identifikasi faktor-faktor penyebab yang meng-hambat pene-talaksanaan yang efektif.
2. Jelaskan & bicarakan proses penyakit, aturan perawatan & pengobatan, perubahan
Dengan melakukan penatalaksanaan dengan terapeutik, diharapkan hal ini bisa meningktkan pengetahuan klien, sehingga klien bisa cepat sembuh
29
terjadigaya hidup, sumber-sumber dukungan yang tersedia.
3. Jelaskan bah-wa perubahan dalam gaya hidup & kebu-tuhan belajar akan membu-tuhkan waktu untuk terinte-grasi.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketulian dibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak
antara meatus akustikus eksterna sampai dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di
bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong dengan memuaskan, baik dengan
pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli
persepsi (sensori neural hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di
koklea sampai dengan pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam
pengobatannya. Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan, disebut tuli
campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan pemeriksaan pendengaran.
3.2 Saran
Untuk mencgah terjadinya tuli perepsi maupun tuli konduksi, sebaiknya :
1. Hindari suara keras, ramai dan kebisingan.
2. Hindari diet yang berlemak. Hal-hal lain yang dianjurkan ialah hindari dingin yang
berlebihan, rokok yang berlebihan dan stres. Anemia, kekurangan vitamin dan
insufisiensi kardiovaskular juga harus segera diobati.
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu Penyakit THT, FK UNAIR. Surabaya.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung danTenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya
Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta.
Wiyadi MS. Beberapa Macam Test Pemeriksaan Pendengaran. Airlangga. Pers Kampus
Universitas Airlangga. Edisi Desembern1979, hal 5.
Wiyadi MS. Pemeliharaan Pendengaran. Majalah Kedokteran Surabaya, 1979;16: 44.
Diambil dari www.kalbe.co.id/files/cdk/files/...Ke tuli an.../12_Ke tuli an.html diakses hari Kamis tanggal 1 Oktober 2009 jam 19.00
alatbantumendengar.wordpress.com/.../pemeriksaanpendengaran/
mendengar.blogspot.com/ diakses hari Kamis tanggal 1 Oktober 2009 jam 19.00
32