2. Presepsi Dukungan Sosial.pdf
-
Upload
queencantik -
Category
Documents
-
view
243 -
download
2
Transcript of 2. Presepsi Dukungan Sosial.pdf
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
503
PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN BURNOUT PADA
TELLER BANK
Sandi Ayu Wulandari
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Burnout banyak ditemui dalam profesi human service, yaitu orang-orang
yang bekerja pada bidang yang berkaitan langsung dengan banyak orang
dan melakukan pelayanan kepada masyarakat umum salah satunya adalah
teller bank. Salah satu faktor untuk menimbulkan munculnya burnout
adalah adanya sumber dukungan sosial yang diperlukan terutama dari rekan
kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi
dukungan sosial rekan kerja terhadap burnout pada teller bank. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling dan menggunakan 50 orang teller
bank sebagai subjek. Analisa dalam penelitian ini menggunakan analisa
korelasi product moment dari Pearson’s. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan (r=-
0,533; p/sig=0,000) antara persepsi dukungan sosial rekan kerja dengan
burnout pada teller bank.
Kata kunci: Burnout, persepsi dukungan sosial rekan kerja, teller bank
Burnout is commonly found in human service professions is people work in
fields directly related to a lot of people and do a service to the general
public one of which is a bank teller. One of the factors to cause the
emergence of burnout is the source of social support that is needed,
especially from co-workers. The purpose of this study was to determine the
relationship of perceived social support on burnout colleagues at the bank
teller. This research is quantitative. The sampling technique used was
purposive sampling and use as a bank teller 50 subjects. Analysis in this
study using correlation analysis of Pearson's product moment. The results
from this study is that there is a significant negative relationship (r = -
0.533, p / sig = 0.000) between the perception of social support by co-
workers at the bank teller burnout.
Keyword : Burnout, perceived social support co-workers, bank teller
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
504
Bank merupakan fasilitas umum yang sangat penting dan bertanggung jawab
memberikan pelayanan (human service) pada masyarakat. Teller bank merupakan salah
satu karyawan bank yang bertanggung jawab terhadap lalu lintas uang tunai. Menurut
Kamus Bank Sentral Republik Indonesia dalam situs resminya www.bi.go.id teller
adalah petugas bank yang bertanggung jawab untuk menerima simpanan, mencairkan
cek, dan memberikan jasa pelayanan perbankan lain kepada masyarakat. Tuntutan
pekerjaan sebagai teller terkadang membuatnya mengalami stress kerja yang mana
diungkapkan melalui gejala-gejala umum, seperti somnabulisme (tidak dapat tidur),
perasaan cemas, sulit berkonsentrasi dalam pengambilan keputusan, mudah tersinggung
dan frustrasi serta adanya keluhan psikosomatis (Munandar, 2001).
Burnout sendiri banyak ditemui dalam profesi human service, yaitu orang-orang yang
bekerja pada bidang yang berkaitan langsung dengan banyak orang dan melakukan
pelayanan kepada masyarakat umum. Baron dan Greenberg (1997) telah mengatakan
bahwa “burnout adalah suatu sindrom kelelahan emosional, fisik dan mental,
berhubungan dengan rendahnya perasaan harga diri, disebabkan penderitaan stress yang
intens dan berkepanjangan”.
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya burnout adalah dukungan sosial dari
rekan kerja. Rekan kerja di sini merupakan salah satu tempat yang dibutuhkan untuk
seseorang dalam menghadapi segala persoalan hidup dan masalah pekerjaan di
lingkungan kerja. Dalam penelitian ini lebih dibahas pada bagian persepsi dukungan
sosial rekan kerja itu sendiri. Hubungan persepsi dukungan sosial rekan kerja terhadap
burnout sangat penting, karena hal tersebut adalah salah satu cara untuk mengurangi
burnout. Jadi, persepsi dukungan sosial rekan kerja yang dirasakan atau diterima oleh
teller bank dapat mengurangi burnout yang di alami.
Selain karena ketertarikan judul penelitian di atas, peneliti juga tertarik dengan saran-
saran dari peneliti sebelumnya dan alasan lain karena, peneliti lebih ingin membahas
dari sisi persepsi dukungan sosial tersebut. Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
Arifianti (2008) mengenai burnout menunjukkan bahwa terdapat hubungan berarah
negatif yang sangat signifikan antara kecenderungan kepribadian ekstrovert introvert
dengan burnout pada perawat. Hal ini berarti dengan semakin kepribadian seseorang itu
ekstrovert, maka burnout akan semakin rendah, sebaliknya semakin introvert, maka
burnout semakin tinggi. Artinya, kecenderungan kepribadian ekstrovert introvert
memiliki pengaruh terhadap burnout.
Penelitian lain mengenai burnout dari Diaz (2008) menunjukkan hasil bahwa adanya
hubungan yang negatif yang sangat signifikan antara skor burnout dengan skor motivasi
berprestasi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi burnout
yang dialami individu, maka semakin rendah motivasi berprestasi akademis. Demikian
juga sebaliknya, semakin rendah burnout yang dialami individu maka motivasi
berprestasinya akan semakin tinggi.
Penelitian sebelumnya mengenai persepsi yang dilakukan oleh Sitohang (2005),
hasilnya pada hipotesis pertama terbukti ada hubungan negatif antara persepsi karyawan
terhadap lingkungan kerja psikologisnya dengan burnout, pada hipotesis kedua terbukti
ada perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin, karyawan wanita mengalami
burnout lebih tinggi dibandingkan karyawan pria.
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
505
Selain itu, berdasarkan penelitian dari Fereshti (2012) menunjukkan hasil 1) terdapat
korelasi yang signifikan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan burnout (R =
0,784, F =75,005, p < 0,01 dan sumbangannya sebesar 61,5 %). 2) efikasi diri
berkorelasi negatif secara signifikan dengan burnout (r = -0,289, t = -2,923, p < 0,01
dengan sumbangan sebesar 22,307 %). 3) dukungan sosial berkorelasi negatif secara
signifikan dengan burnout (r = -0,448, t = -4,852, p < 0,01 dengan sumbangan terhadap
burnout sebesar 39,169 %.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Brotheridge & Grandey (2002) menunjukkan
hasil yakni yang hasilnya membandingkan dua perspektif emosioanal sebagai prediktor
burnout di luar efek negatif dari efektivitas tenaga kerja. Hasilnya ada perbedaan yang
signifikan dalam tuntutan emosional yang dilaporkan oleh lima kelompok kerja,
penggunaan permukaan-tenaga kerja tingkat emosional, atau pura-pura, di prediksi
depersonalisasi melampaui tuntutan kerja. mengamati dalam permintaan untuk
menampilkan emosi positif dan penggunakan tingkat regulasi yang dikaitkan dengan
rasa tinggi prestasi pribadi, menunjukkan manfaat positif pada aspek pekerjaan.
Penelitian yang ada kaitannya dengan burnout juga pernah diteliti sebelumnya oleh
Hamama (2012) di mana temuan ini menunjukkan hasil bahwa, rata-rata burnout secara
signifikan berkorelasi negatif dengan usia, senioritas, intrinsik (psikologis) kondisi
kerja, dan dukungan sosial dalam organisasi. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa
secara umum dapat dilihat bahwa persepsi dukungan sosial rekan kerja dan burnout
merupakan hal-hal yang penting dan perlu diperhatikan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan persepsi dukungan sosial
rekan kerja dengan burnout pada teller bank. Adapun manfaat dari penelitian ini bagi
pihak perusahaan yaitu dapat memberikan kegiatan yang bertujuan untuk lebih
meningkatkan pentingnya dukungan sosial rekan kerja. Selain itu, manfaat praktisnya
yaitu dapat menambah informasi bagi rekan kerja mengenai burnout itu sendiri dan
pentingnya diadakan kegiatan-kegiatan team work untuk meningkatkan persepsi
dukungan sosial yang positif antar sesama rekan kerja.
Persepsi Dukungan Sosial
Menurut Mozkowitz dan Orgel (dalam Walgito, 2005) persepsi merupakan proses yang
integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian,
dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterpetasian
terhadap stimulus yang diinderanya, sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan
merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Selain itu, menurut Kamus
lengkap psikologi (dalam Chaplin, 2008), persepsi adalah proses pengolahan informasi
dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan
ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau
penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman
sebelumnya.
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor
yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu (1) objek atau stimulus yang
dipersepsi, (2) alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan
syarat fisiologis dan (3) perhatian yang merupakan syarat psikologis.
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
506
Gottlieb (dalam Koenjoro, 2002) mendefinisikan bahwa dukungan sosial (social
support) sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam
lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. House, et al.
(dalam Sarafino, 1994) mengemukakan beberapa bentuk dukungan sosial, antara lain:
1. Dukungan emosional yang meliputi; ekspresi empati, cinta, perhatian, pengertian dan
melindungi.
2. Dukungan penilaian yang meliputi; penilaian positif terhadap hasil usaha atau
prestasi yang dicapai individu.
3. Dukungan instrumental yang meliputi; penyediaan sarana yang mempermudah
tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk materi atau jasa.
4. Dukungan informatif yang meliputi; pemberian informasi, nasehat, pengarahan,
pertimbangan tentang bagaimana seseorang harus berbuat, terutama dalam mengatasi
masalah.
Jadi, persepsi dukungan sosial adalah suatu proses pengolahan informasi dari
lingkungan terhadap suatu stimulus yang diterima individu, yang mana berupa bentuk
dukungan emosional (ekspresi empati, cinta, perhatian, pengertian dan melindungi),
dukungan penilaian (penilaian positif terhadap hasil usaha atau prestasi yang dicapai
individu), dukungan instrumental (penyediaan sarana yang mempermudah tujuan yang
ingin dicapai dalam bentuk materi atau jasa) dan dukungan informatif (pemberian
informasi, nasehat, pengarahan, pertimbangan tentang bagaimana seseorang harus
berbuat, terutama dalam mengatasi masalah).
Burnout
Freudenberger (dalam Farber, 1991) menjelaskan bahwa “burnout adalah suatu bentuk
kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens, berdedikasi dan
berkomitmen, bekerja terlalu banyak dan terlalu lama serta memandang kebutuhan dan
keinginan mereka sebagai hal kedua”. Hal ini menyebabkan individu tersebut
merasakan adanya tekanan-tekanan untuk memberi sumbangan lebih banyak kepada
organisasinya.
Maslach (1982) mengemukakan bahwa timbulnya burnout dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yang diantaranya yaitu: (1) Beban kerja yang berlebihan, meliputi jam
kerja , jumlah individu yang harus dilayani, tanggung jawab yang dipikul. Dengan
beban kerja yang berlebihan menyebabkan pemberi pelayanan merasakan adanya
ketegangan emosional saat melayani klien sehingga dapat mengarahkan perilaku
pemberi pelayanan untuk menarik diri secara psikologis dan menghindari diri untuk
terlibat dengan klien. (2) Tipe kepribadian, tipe kepribadian ekstrovert dan introvert
juga dapat mempengaruhi timbulnya burnout pada diri seseorang. Semakin ekstrovert
seseorang maka burnout yang dialami dapat berkurang, sebaliknya semakin introvert
maka burnout yang dialami semakin tinggi. (3) Jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin
juga mempengaruhi timbulnya burnout. Perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan
perempuan akan mempengaruhi tinggi rendahnya burnout yang dialami. (4) Dukungan
sosial dari rekan kerja turut berpotensi menyebabkan munculnya burnout. Sisi positif
yang dapat diambil bila memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja yaitu mereka
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
507
merupakan sumber emosional bagi individu saat menghadapi masalah dengan klien.
Individu yang memiliki persepsi adanya dukungan sosial akan merasa nyaman,
diperhatikan, dihargai atau terbantu oleh orang lain. Sisi negatif dari rekan kerja yang
dapat menimbulkan burnout adalah terjadinya hubungan antar rekan kerja yang buruk.
Adanya konflik peran merupakan faktor yang potensial terhadap timbulnya burnout.
Maslach (1993) menyebutkan bahwa burnout adalah sindrom psikologis yang terdiri
dari tiga dimensi yang meliputi: (1) Emotional exhausting atau kelelahan emosional
merupakan inti dari sindrom burnout yang ditandai dengan terkurasnya sumber-sumber
emosional di dalam diri seperti rasa kasih, empati dan perhatian, yang pada akhirnya
memunculkan perasaan tidak mampu lagi. (2) Depersonalization atau depersonalisasi
merupakan sikap kurang menghargai atau kurang memiliki pandangan positif terhadap
orang lain. (3) Low personal accomplishment atau rendahnya penghargaan terhadap diri
sendiri, ditandai dengan kecenderungan memberi evaluasi negatif terhadap diri sendiri,
terutama berkaitan dengan pekerjaan. Lebih lanjut Greenberg dan Baron (1997),
mengemukakan beberapa karakteristik burnout : (1) Physical exhaustion, karyawan
merasa energinya menurun, sangat lelah dan mengalami gangguan fisik, seperti sakit
kepala, kurang tidur dan perubahan kebiasaan makan. (2) Emotional exhaustion,
karyawan merasa depresi, tidak tertolong dan merasa terjebak dalam pekerjaan. (3)
Mental exhaustion, karyawan menjadi sinis dengan orang lain, berperilaku negatif
cenderung tidak respek terhadap diri sendiri, pekerjaan organisasi bahkan hidupnya
secara keseluruhan. (4) Low personal accomplishment, karyawan merasa tidak
mendapat pencapain yang besar dimasa lalu dan menganggap bahwa ia tidak akan
sukses dimasa depan. Ahli yang lain yakni Pines & Aronson, 1989 menyebutkan
beberapa ciri-ciri umum burnout, yaitu: (1) Sakit fisik, dicirikan seperti sakit kepala,
demam, sakit punggung, tegang pada otot leher dan bahu, sering flu, susah tidur dan
rasa letih yang kronis. (2) Kelelahan emosi, dicirikan seperti rasa bosan, mudah
tersinggung, sinisme, suka marah, gelisah, putus asa, sedih, tertekan dan tidak berdaya.
(3) Kelelahan mental, dicirikan seperti acuh tak acuh pada lingkungan, sikap negatif
terhadap orang lain, konsep diri yang rendah, putus asa dengan jalan hidup dan merasa
tidak berharga.
Berdasarkan penjelasan teori di atas, dukungan sosial rekan kerja dapat menyebabkan
timbulnya burnout. Hal ini dikarenakan salah satu penyebab timbulnya burnout sendiri
adalah dukungan sosial rekan kerja. Sisi positif yang dapat diambil bila memiliki
hubungan yang baik dengan rekan kerja yaitu mereka merupakan sumber emosional
bagi individu saat menghadapi masalah dengan klien. Individu yang memiliki persepsi
adanya dukungan sosial yang tinggi akan merasa nyaman, diperhatikan, dihargai atau
terbantu oleh orang lain. Sisi negatifnya dari hubungan antar rekan kerja yang buruk
maka akan dapat menimbulkan burnout.
Hipotesis
Ada hubungan antara persepsi dukungan sosial rekan kerja dengan burnout pada teller
bank. Hal ini berarti bahwa semakin positif persepsi dukungan sosial rekan kerja yang
dimiliki seorang teller bank, maka akan semakin rendah burnout yang dialaminya.
Sebaliknya, semakin negatif persepsi dukungan sosial rekan kerja yang dimiliki
tellerbank , maka semakin tinggi pula burnout yang dialaminya.
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
508
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan penelitian kuantitatif korelasional antara dua
variabel dengan menggunakan metode penghitungan statistik tertentu sehingga akan
diketahui ada atau tidak hubungan antara dua variabel yang diteliti.
Subjek penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, karena itu untuk melaksanakan
penelitian tentu ada subjek penelitian yang dijadikan sumber untuk menggali data.
Karena dalam penelitian ini akan menyelidiki tentang hubungan persepsi dukungan
social dengan burnout pada teller bank, maka sebagai populasinya adalah karyawan
bank Mandiri di Kota Balikpapan.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, dalam penelitian ini adalah
teller bank. Jumlah sampel sebanyak 50 orang. Adapun karakteristik subjek dalam
penelitian ini adalah teller bank, laki-laki atau perempuan, berusia 22-25 tahun dan
telah bekerja selama 2-3 tahun. Alasan peneliti dikarenakan usia tersebut merupakan
usia di mana seorang teller bank mulai bekerja dan jabatan selama 2-3 tahun bekerja.
Sedangkan teknik pengambilan sempel yang digunakan adalah teknik pengambilan
sampel non random, yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu bentuk
metode pemilihan subjek sesuai dengan karakteristik yang diharapkan oleh peneliti.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Varibel bebas penelitian, yaitu persepsi dukungan social rekan kerja, sedangkan variable
terikatnya yaitu burnout. Persepsi dukungan sosial rekan kerja adalah suatu proses
pengolahan informasi verbal atau non verbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku
yang diberikan oleh orang-orang yang ada di lingkungan kerja subjek yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku subjek. Burnout
pada teller bank adalah suatu bentuk kelelahan yang dialami subjek, karena bekerja
terlalu intens, yaitu bertanggung jawab untuk menerima simpanan, mencairkan cek dan
memberikan jasa pelayanan perbankan lainnya.
Persepsi dukungan social rekan kerja diukur dengan melakukan adaptasi skala skala
persepsi dukungan sosial rekan kerja dari Multidimensional Scale of Perceived Social
Support yang terdiri dari 12 item pernyataan. Hal ini berdasarkan pada alas an peneliti
bahwa skala adaptasi tersebut sudah mencakup indikator dari persepsi dukungan sosial
rekan kerja yang dikemukakan oleh House, et al. (dalam Sarafino, 1994) yang meliputi
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informatif dan dukungan
instrumental. Dari keempat aspek, masing-masing aspek akan memiliki skor tinggi dan
rendah sesuai respon yang diberikan oleh subjek penelitian, sebagai berikut:
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
509
Tabel 1. Indeks Validitas Persepsi Dukungan Sosial Rekan Kerja
Bentuk Persepsi Dukungan Sosial
Rekan Kerja
Indeks Validitas Indeks Reliabilitas
Dukungan Emosional
Dukungan Penilaian
0,432-0,663
0,432-0,663
0,845
Dukungan Instrumental 0,432-0,663
Dukungan Informatif 0,432-0,663
Berdasarkan table 1 diatas, diperoleh hasil uji validitas terhadap 12 item pernyataan
skala persepsi dukungan social rekan kerja, semua item valid setelah diujikan melalui
uji statistik menggunakan program SPSS versi 21.00. Indeks validitas dari skala
kematangan emosi yang diujikan adalah 0,432 untuk yang terendah dan 0,663 untuk
yang tertinggi. Selanjutnya uji reliabilitas didapatkan hasil 0,845. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kedua instrument yang dipakai dalam penelitian ini reliabel jika
dibandingkan dengan syarat crobanch alpha yaitu 0,6 atau 60% (Priyatno, 2011), itu
berarti jika nilai alpha pada instrument lebih dari 0,60 maka instrument tersebut dapat
dikatakan reliabel.
Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur burnout dalam
penelitian ini menggunakan Maslach Burnout Inventory Scale yang terdiri dari 25 item
pernyataan. Skala ini termasuk dalam skala frekuensi atau skala intensitas. Peneliti
mengadaptasi alat ukur ini yang sama-sama terdiri dari 25 item pernyataan. Alasan
peneliti mengadaptasi alat ukur ini, karena masing-masing pernyataan sudah mencakup
3 faktor yang mempengaruhi burnout yang dikemukakan oleh Maslach (1993) yaitu,
kelelahan emosi (emotional exhausting), rendahnya penghargaan diri sendiri (low
personal accomplishment) dan depersonalisasi (depersonalization) serta item pilihan
(faktor keempat) yang berisi pernyataan mengenai keterlibatan subjek. Masing-masing
faktor akan mendapatkan skor tinggi dan rendah sesuai dengan respon yang diberikan
oleh subjek penelitian.
Tabel 2. Indeks Validitas Skala Burnout
Indikator Burnout Indeks Validitas Indeks Reliabilitas
Emotional Exhauting
Low Personal Accomplishment
0,401-0,778
0,655-0,832
0,890
Depersonalization 0,508-0,831
Involvement 0,483-0,835
Berdasarkan tabel 2 dapat diperoleh hasil uji validitas terhadap 25 item skala burnout,
semua item dinyatakan valid. Indeks validitas adalah 0,401 untuk indeks terendah dan
0,835 untuk indeks tertinggi. Selanjutnya uji reliabilitas didapatkan hasil 0,845. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa kedua instrument yang dipakai dalam penelitian ini reliabel
jika dibandingkan dengan syarat crobanch alpha yaitu 0,6 atau 60% (Priyatno, 2011),
itu berarti jika nilai alpha pada instrument lebih dari 0,60 maka instrument tersebut
dapat dikatakan reliabel.
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
510
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur penelitian diawali dengan menyusun instrumen penelitian berupa skala
burnout dan skala persepsi dukungan sosial rekan kerja dengan cara mengadaptasi
kedua instrument tersebut. Instrument berupa skala burnout terdiri dari 25 item
pernyataan yang di dalamnya sudah mencakup 4 indikator burnout yang ingin diungkap
peneliti. Sedangkan skala persepsi dukungan sosial rekan kerja sendiri terdiri dari 12
item pernyataan yang sudah mencakup 4 bentuk-bentuk dukungan sosial rekan kerja.
Selanjutnya melakukan penyebaran skala untuk diuji coba pada tanggal 11-19 Maret
2013 dengan subjek teller Bank BNI Kota Malang sebanyak 30 orang. Setelah data hasil
uji coba terkumpul, kemudian melakukan uji validitas dan didapatkan hasil tidak ada
item yang gugur. Setelah di ujicobakan, selanjutnya penelitian dilakukan dengan
memberikan kedua skala tersebut yaitu skala burnout dan skala persepsi dukungan
sosial rekan kerja kepada teller bank. Teknik pengambilan sampel non random, yaitu
purposive sampling yang mana merupakan suatu bentuk metode pemilihan subjek
sesuai dengan karakteristik yang diharapkan oleh peneliti. Jumlah responden sebanyak
50 orang teller bank Mandiri. Pengambilan data berlangsung mulai tanggal 28 Maret-5
April 2013 di Kota Balikpapan. Data yang diperoleh diharapkan dapat menunjukan
adanya hubungan persepsi dukungan sosial rekan kerja dengan burnout pada teller bank.
Setelah kedua data terkumpul, data-data tersebut diolah dengan menggunakan fasilitas
komputerisasi SPSS versi 12,0 for windows. Sedangkan, untuk melihat hasil skala yang
telah di isi subjek dilakukan analisa data dengan menggunakan korelasi Product
Moment (Karl Person).
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji T-score skala burnout sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Uji T-Score Skala Burnout
Kategori Interval Frekuensi Prosentase (%)
Tinggi ≥50 34 68 %
Rendah < 50 16 32 %
Total 50 100 %
Berdasarkan tabel 3 diatas, ditemukan bahwa teller bank yang mengalami burnout
dengan kategori tinggi sebanyak 34 subjek (68%), sedangkan yang mengalami burnout
dengan kategori rendah sebanyak 16 subjek (32,0%).
Tabel 4. Hasil Uji T- Score Persepsi Dukungan Sosial Rekan Kerja
Kategori Interval Frekuensi Prosentase (%)
Positif ≥50 27 54 %
Negatif < 50 23 46 %
Total 50 100 %
Berdasarkan tabel 4 diatas, ditemukan bahwa teller bank yang memiliki persepsi
dukungan sosial rekan kerja dalam kategori positif sebanyak 27 subjek (54%),
sedangkan yang memiliki persepsi dukungan sosial rekan kerja dalam kategori negatif
sebanyak 23 subjek (46%).
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
511
Tabel 5. Korelasi Antara Persepsi Dukungan Sosial Rekan Kerja Terhadap
Burnout pada Teller Bank
r r2 p/sig Keterangan Kategori
-0,533 0,284 0,000 Sig < 0,000 Sangat signifikan
Berdasarkan analisa data yang dilakukan pada tabel 7, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan (r = -0,533; p/sig = 0,000) antara
persepsi dukungan sosial rekan kerja terhadap burnout pada teller bank. Hal ini berarti
bahwa semakin positif persepsi dukungan sosial rekan kerja yang dimiliki seorang teller
bank, maka akan semakin rendah burnout yang dialaminya. Sebaliknya, semakin negatif
persepsi dukungan sosial rekan kerja yang dimiliki teller bank , maka semakin tinggi
pula burnout yang dialaminya.
Adapun koefisien determinan variabel (r2) persepsi dukungan sosial rekan kerja
terhadap burnout pada teller bank adalah sebesar 0,284 (28,4%). Dengan demikian
sumbangan efektif dari persepsi dukungan sosial rekan kerja dengan burnout pada teller
bank sebesar 28,4%, sedangkan sisanya 71, 6% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diteliti. Beberapa variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi burnout adalah
beban kerja, jenis kelamin dan tipe kepribadian (Maslach, 1982).
DISKUSI
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan persepsi dukungan sosial rekan kerja
dengan burnout pada teller bank di Kota Balikpapan. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan menunjukan bahwa terdapat hubungan persepsi dukungan sosial rekan
kerja dengan burnout pada teller bank. Hal ini berarti dapat diambil kesimpulan bahwa
ada hubungan negatif yang sangat signifikan (r = -0,533; p/sig = 0,000) antara persepsi
dukungan sosial rekan kerja dengan burnout pada teller bank.
Burnout yang dialami individu akan rendah ketika individu memiliki persepsi dukungan
sosial rekan kerja yang positif. Sebaliknya, burnout yang dialami akan tinggi ketika
individu memiliki persepsi dukungan sosial rekan kerja yang negatif. Hal tersebut dapat
dilihat pada saat individu merasa menerima dukungan emosional berupa empati,
pengertian dan perhatian dari rekan kerja dan selama bekerja individu juga merasa
mendapatkan penilaian positif atas prestasi atas pekerjaannya. Selain itu, ketika individu
menerima dukungan instrumental berupa penyediaan bantuan baik berupa jasa atau
materi yang dibutuhkan dari rekan kerja baik dan merasa menerima nasehat atau saran
dari rekan kerja atas permasalahan dalam pekerjaan, maka akan membuat persepsi
positifnya muncul. Hal ini dikarenakan individu merasa dihargai, terbantu dengan rekan
kerjanya dan juga merasa bahwa rekan kerjanya sangat peduli dengan apa yang terjadi
padanya, sehingga akan membuat individu merasa nyaman dan aman untuk berbagi
cerita atau permasalahan pekerjaan yang sedang dihadapinya di tempat kerja.
Hal yang sama pernah dikemukakan Labib (2013) dalam penelitiannya yang
mengatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat burnout
memiliki sifat berlawanan, dilihat dari tanda negatif (-) dalam koefisien korelasi.
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
512
Dengan kata lain semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh, maka tingkat burnout
semakin rendah.
Sedangkan hasil penelitian dari Laily dan Sukaris (2011) mengatakan bahwa semakin
baik persepsi terhadap lingkungan kerjanya dan semakin baik dukungan sosial yang
didapatkan, maka burnout yang dialami akan rendah.
Halbesleben dan Jonathon (2006) juga mengatakan bahwa sumber-sumber yang dapat
mengurangi burnout yaitu adanya dukungan sosial. Jadi semakin tinggi dukungan sosial
yang diterima, maka semakin rendah burnout yang dialami.
Pendapat-pendapat dari beberapa peneliti diatas juga didukung oleh teori dari Maslach
(1982) yang mengatakan bahwa timbulnya burnout dapat disebabkan oleh salah satu
faktornya yaitu dukungan sosial dari rekan kerja. Sisi positif yang dapat diambil bila
memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja yaitu mereka merupakan sumber
emosional bagi individu saat menghadapi masalah dengan klien. Individu yang
memiliki persepsi adanya dukungan sosial akan merasa nyaman, diperhatikan, dihargai
atau terbantu oleh orang lain. Sisi negatif dari rekan kerja yang dapat menimbulkan
burnout adalah terjadinya hubungan antar rekan kerja yang buruk. Adanya konflik peran
merupakan faktor yang potensial terhadap timbulnya burnout.
Hasil deskripsi dan analisa data dalam penelitian ini mengalami perbedaan, artinya
secara deskripsi hasil penelitian menunjukkan arah negatif sangat signifikan, yang
mana bahwa semakin positif persepsi dukungan sosial rekan kerja, maka burnout akan
rendah begitu juga sebaliknya. Namun secara analisa data hasil penelitian menunjukkan
hubungan yang positif, yang mana persepsi dukungan sosial rekan kerja positif, maka
burnout tinggi dan dukungan sosial rekan kerja negatif, burnout rendah.
Dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, yang mana peneliti lebih
membahas dari sisi persepsi dukungan sosial itu sendiri. Jadi, besarnya hubungan
persepsi dukungan sosial rekan kerja dengan burnout pada teller bank dapat diketahui
dari nilai koefisien determinasi r2 sebesar 0,284 yang mana korelasinya sangat kecil
artinya bahwa sumbangan efektif dari persepsi dukungan sosial rekan kerja terhadap
burnout pada teller bank hanya sebesar 28,4%, sedangkan sisanya 71, 6% lebih besar
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini antara lain beban
kerja, jenis kelamin dan tipe kepribadian (Maslach, 1982).
Penelitian ini telah direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap
saja terdapat keterbatasan dalam penelitian ini. Adapun keterbatasan dari penelitian
yang dialami peneliti adalah pemilihan subjek yang hanya berfokus pada teller bank,
sedangkan di bank sendiri bukan hanya ada teller sebagai human service. Selain itu, hal
lainnya dikarenakan jumlah subjek sebanyak 50 masih dirasa kurang dalam penelitian
ini.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan negatif sangat signifikan antara persepsi dukungan sosial rekan kerja dengan
burnout pada teller bank. Nilai korelasi yang diperoleh dari penelitian ini sebesar -0,533
dengan nilai p sebesar 0,000 menandakan adanya hubungan kearah negatif yang sangat
signifikan antara persepsi dukungan sosial rekan kerja dengan burnout pada teller bank.
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
513
Burnout akan rendah ketika teller bank memiliki persepsi dukungan sosial rekan kerja
positif, begitu juga sebaliknya.
Implikasi dari penelitian, yaitu diharapkan Instansi perbankan perlu mengadakan
kegiatan-kegiatan team work yang berguna untuk menumbuhkan persepsi dukungan
sosial rekan kerja yang positif antara lain dengan mengadakan kegiatan yang dapat
meningkatkan empati antar sesama rekan kerja, menjaga hubungan baik antar sesama
rekan kerja, dapat saling memberi saran atau nasehat atas permasalahan pekerjaan yang
dihadapi dan memberikan penilaian yang positif agar dapat meringankan beban
pekerjaan yang selama ini dialami serta dapat mengurangi konflik persaingan yang
sering muncul dalam dunia kerja. Bagi peneliti selanjutnya yang mungkin tertarik
meneliti dengan topik yang sama, disarankan untuk menggunakan variabel-variabel lain
yang dapat mempengaruhi burnout misalnya seperti jenis kelamin, tipe kepribadian dan
beban kerja. Peneliti juga menyarankan untuk memperluas pemilihan subjek human
service yang lainnya. Jumlah subjek dalam penelitian yang perlu ditambah atau lebih
dari 50 subjek.
REFERENSI
Arifianti, P., R. (2008). The relationship between introverted extrovert personality and
burnout on nurse. Fakultas Psikologi Gunadarma.
Azwar. S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. (2010). Penyusunan skala psikologi edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Brotheridge, C., M & Grandey, A., A. (2002). Emotional labor and burnout: comparing
two perpectives of “people work”. Journal of Vacational Behavior. 60, 17-23.
http://www.idealibrary.com
Diaz, R. (2007). Hubungan antara burnout dengan motivasi berprestasi akademis pada
mahasiswa yang bekerja. Skripsi, Fakultas Psikologi Gunadarma.
Halbesleben & Jonathon, R. B. (2006). Sources of social support and burnout: A meta-
analytic test of the conservation of resources model. Journal of Applied
Psychology. 91, 1134-1145. http://www.idealibrary.com
Hamama, L. (2012). Burnout in social workers treating children as related to
demographic characteristic, work environment and social support. Journal
Social Work Research. 36, 2. http://www.proquest.com
Kartono, K. (2008). Kamus psikologi lengkap. Bandung: Raja Grafindo Persada.
Kim, H., Ji, J., & Kao, D. (2011). Burnout and physical health among social workers: a
three years longitudinal study. National Association of social work, 258, 258-
268. http://www.proquest.com
Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013 http://ejournal.umm.ac.id
514
Labib, A. (2013). Analisis hubungan dukungan sosial dari rekan kerja dan atasan
dengan tingkat burnout pada perawat rumah sakit jiwa. Journal Kesehatan
Masyarakat. 2. (1). Fakultas Kesehatan Universitas Diponegoro.
Lailani, F. (2012). Burnout pada perawat ditinjau dari efikasi diri dan dukungan sosial.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Sahid Surakarta
Laily, N & Sukaris (2011). Burnout tenaga pendidik wanita ditinjau dari lingkungan
kerja psikologis dan dukungan sosial. Skripsi, Fakultas Ekonomi. Universitas
Muhammadiyah Gresik.
Maslach, C., & Jackson, E., Susan. (1981). The measurement of experienced burnout.
Journal of Occupational Behaviour. 2, 99-113.
Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta:Universitas
Indonesia (UI-Press).
Rakhmat, J. (2005). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sitohang, N. I. (2004). Burnout pada karyawan dinjau dari persepsi terhadap lingkungan
kerja psikologis dan jenis kelamin. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Bina
Darma. Palembang.
Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suherlan, T. (5 April 2011). Operasional bank. Akses 20 Desember 2012 21:47, dari
http://bankoperasional.blogspot.com/2011/04/kas-dan-teller.html
Walgito, B. (2005). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi pendidikan. Malang: UMM
Press.
www.bi.go.id . Kamus bank Indonesia. Akses 12 November 2012 18:32, dari
http://www.bi.go.id/web/id/Kamus
Zimet, G.D., Dahlem., N. W., Zimet, S.G. & Farley, G.K. (1988). The multidimensional
scale of perceived social support. Journal of Personality Assesment, 52, 30-41.