Askep Infeksi Saluran Kemih
-
Upload
sonydatri-utomoogie -
Category
Documents
-
view
85 -
download
5
description
Transcript of Askep Infeksi Saluran Kemih
INFEKSI SALURAN KEMIH
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection adalah sutatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)Infeksi Saluran Kemih adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang di sebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli: resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluksvesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen baru,septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,1998)
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
2. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:- Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated- Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated- Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:- Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif- Mobilitas menurun- Nutrisi yang kurang baik- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral- Adanya hambatan pada aliran urin- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
3. Patofisiologi
Proses Penyakit
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen.
Ada 2 jalur utama terjadi ISK yaitu asending dan hematogen
1. Secara Asending yaitu :
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain : faktor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki- laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi,
kontaminasi fekal, Pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi
2. Secara Hematogen, yaitu :
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara Hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu
adanya bendungan total urin yang yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya :
- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang sering kurang baik
- Sistem imunitas yang menurun
- Adanya hambatan pada saluran urin
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan
bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi gunjal sendiri,
kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar keseluruh traktus urinarius. Selain
itu beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain adanya obstruksi aliran
kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis
ginjal dan ureter yang disebt sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah
jaringan perut ginjal, batu neoplasma dan hipertropi prostat yang sering ditemukan
pada laki-laki diatas 60 tahun.
Klasifikasi
Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin
dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter atau sistoskop.
2. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai
gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah
uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum
3. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala ginjal,
tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal
Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dibedakan menjadi :
1. ISK Uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial
kandung kemih.
2. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis, dan shock.
ISK ini terjadi bila terdapat keadaan- keadaan sebagai berikut :
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing
menetap dan prostatitis.
Kelainan faal ginjal :GGA maupun GGK
Gangguan daya tahan tubuh
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp
yang memproduksi urease.
4. Manifestasi klinis
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1. Mukosa memerah dan edema
2. Terdapat cairan eksudat yang purulent
3. Ada Ulserasi pada uretra
4. Adanya rasa gatal yang menggelitik
5. Good morning sign
6. Adanya nanah awal miksi
7. Nyeri pada awal miksi
8. Kesulitan untuk memulai miksi
9. Nyeri pada bagian abdomen
Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1. Disuria (nyeri waktu berkemih)
2. Peningkatan frekuensi berkemih
3. Perasaan ingin berkemih
4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.
Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala :
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri pinggang
4. Disuria
5. Komplikasi :
1. Prostatitis
2. Epididimis
3. Striktura uretra
4. Sumbatan pada vasoepididinal
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Leukosuria atau puria : merupakan salah satu bentuk adanya ISK. Leukosuria
positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/ lapang pandang besar (LBP) sediment
air kemih.
Hematuria : Hematuria positif bila 5 – 10 eritrosit/ LBP sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerolus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC ( tes esterase leukosit ) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif : maka pasien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organime menular
secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonnorrhoeae, herpes
simplek) .
Tes - tes tambahan : Urogram Intravena (UIV), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis
atau hiperplasie prostat. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
7. Penatalaksaan Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap
flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas :
• Terapi antibodika dosis tunggal
• Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
• Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
• Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup : sulfisoxazole
(gastrisin),trimethoprim / sulfamethoxazole ( tpm / smz,bactrim,septra),kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri
ini.pyridium,suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidak
nyamanan akibat infeksi.Dan dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan
untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra,untuk wanita harus
membilas dari depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh
bakteri feces.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Data Demografi
a) Biodata
- Nama : Ny. Wd. Suharti
- Usia : 48 Thn
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Jln. Pendidikan
- Suku / bangsa : Muna/INA
- Pendidikan : -
- Status pernikahan : Menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Diagnosa medik : Infeksi Saluran Kemih ( I S K )
- No. medical record : -
- Tanggal masuk : 30-11-2011
- Tanggal pengkajian : 30-11-2011
- Ruangan : Ruang Melati, RSUD Kab. Muna
b) Penanggung jawab
- Nama : Tn. Ld. Sahaba
- Usia : 57 Thn
- Jenis kelamin : Laki – Laki
- Status Perkawinan : Kawin
- Agama : Islam
- Suku Bangsa : Muna/INA
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : -
- Pendapatan : -
- Nomor Askes : 00001344544532
- Hubungan dengan klien : Istri
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan Utama
Nyeri pada perut bagian bawah.
- Riwayat Keluhan Utama
Nyeri dialami sejak 5 hari yang lalu dan terus menerus. Karena nyeri tidak
pernah hilang akhirnya keluarga klien membawa ke RSUD Raha, nyeri
dirasakan terus menerus, hal-hal yang memberatkan yaitu pada saat
duduk, nyeri di rasakan klien bertambah jika digerakkan dan berkurang
jika istrahat, nyeri seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 4 (0-5)
dengan durasi kurang lebih 5 menit.
b) Riwayat kesehatan masa lalu.
- Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama dan belum pernah di
rawat di RSUD.
- Klien tidak pernah menderita alergi obat.
- Klien tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obat
terlarang.
c) Riwayat kesehatan keluarga
- Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama dengan klien.
3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum klien : Lemas
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Suhu : 370 c
Nadi : 80 X/Menit
Pernafasan : 28 X/Menit
Tekanan darah : 130/80 mmHg
b) Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering, tidak
ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk
leher simetris, tidak ada benjolan atau massa, bentuk dada simetris,
pernapasan 28 X/Menit, tidak terdengar suara napas tambahan, tidak ada
retraksi otot - otot dada.
c) Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi terdengar
atau teraba jelas 80 X/Menit, tekanan darah 130/80 mmHg CRT<2 detik,
tidak ada pembesaran area jantung.
d) Sistem perncernaan
Bibir lembap, tidak ada stomatitis, jumlah gigi lengkap (32), lidah bebas
bergerak, refleks menelan baik, terdengar peristaltik usus 8x/menit, nyeri
tekan pada abdomen, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, terdengar bunyi
timpani.
e) Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan
f) Sistem Perkemihan
Tidak ada pembesaran ginjal, terdapat nyeri tekan pada daerah supra pubis,
tidak terpasang kateter, nyeri pada pinggul pada saat BAK,
g) Sistem endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak terdapat
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada riwayat diabetes melitus.
h) Sistem Mosculosceletal
Bentuk ekstremitas atas dan bawah simetris, terpasang impus pada tangan
kanan klien yaitu RL 28 tetes/menit, kaki dapat digerakkan secara maksimal,
tidak terdapat udema, distraminitas atas kekuatan otot 5 5, maupun
ekstremitas bawah dengan kekuatan 5 5, tidak terdapat farises di kaki.
i) Sistem integumen
Tidak terdapat luka pada kulit, bibir terlihat kering, kulit teraba lembab, suhu
aksila 37o c .
j) Sistem saraf
- Nervus I (olvactorius) : Fungsi penciuman baik.
- Nervus II ( Optikus ) : Fungsi penglihatan baik.
- Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, troklearis, abdusen )
: fungsi kontraksi terhadap
cahaya baik.
- Nervus V (Trigeminus) : dapat merasakan usapan
- Nervus VII (fasialis) : mampu merasakan rasa asin,
manis dan pahit.
- Nervus VIII (Auditorius) : klien dapat mendengarkan bunyi
dengan baik
- Nervus IX (Glasofaringeus) : Mampu menelan
- Nervus X (Vagus) : Mampu bersuara
- Nervus XI (Assesorius) : Mampu menoleh dan
mengangkat bahu.
- Nervus XII (Hipoglosus) : Mampu menggerakan lidah.
4) Aktivitas Sehari-Hari
No Pola aktifitas Sebelum masuk RS Sesudah masuk RS
1. Nutrisi
a. Makanan
Frekuensi
Porsi
Jenis
b. minum
Jenis
Jumlah
3 x sehari
1 piring makan
Nasi, lauk pauk, sayur
Air putih, teh
7-8 gelas
(± 1400 cc – 1600 cc / hari
3 x sehari, nafsu makan kurang
½ porsi makan bubur tim
Tempe, tahu, sayur.
Air putih
6-7 gelas
(± 1200 cc -1400 cc / hari
2. Personal higiene
a. mandi
b. keramas
c. gosok gigi
2 x 1 hari dengan air dingin
diguyur
2 x 1 minggu dengan sampo
2 x 1 hari dengan pasta gigi
Belum pernah
Belum pernah
Belum pernah
3. Pola eleminasi
a. BAK
Frekuensi
warna
b. BAB
Frekuensi
Warna
konsistensi
± 3-5 x 1 hari
Kuning kemih
2 x 1 hari
Kuning
lembek
2 x 1 hari
Keabu-abuan, bau menyengat
1 x 1 hari
Kuning
keras
4. Istrahat tidur
a. Tidur siang
b. Tidur malam
Klien jarang tidur siang
6-7 jam yaitu jam 22.00-05.00
wib
Klien tidur siang jam 14.00-
15.00 wib
Klien mengatakan kadang-
kadang terbangun karena nyeri
5 Aktifitas gerak Klien dapat beraktifitas secara
mandiri tanpa bantuan orang lain
Klien mengatakan bergerak di
tempat tidur secara terbatas,
ADL klien di bantu oleh
keluarga dan perawat
5) Data psikososial
- Klien hidup rukun dengan sesama anggota masyarakat di lingkunganya dan
saling membutuhkan satu sama yang lain.
6) Data psikologis
Klien tampak cemas, gelisah dan ekspresi wajah meringis. Klien sering
menanyakan tentang penyakitnya.
7) Data spritual
Klien beragama Islam dan taat beribadah.
b. Pengelompokan data
Data subyektif :
- Klien mengeluh nyeri saat berkemih
- Klien mengeluh sakit pinggang saat berkemih
- Klien mengeluh tidak ada nafsu makan, rasa mual dan muntah
- Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
Data Obyektif :
- Wajah tampak meringis
- Skala nyeri 4 (0-5)
- Klien berkemih kurang dari normal (< 1-2 liter / hari )
- Warna keabu-abuan dengan bau menyengat
- Adanya leukosit, eritrosit, dan bakteri dalam urine
- Suhu aksila 37oc
- Nafsu makan berkurang ½ porsi bubur tim
- Porsi makan tidak di habiskan
- Klien tampak cemas
- Klien tampak gelisah
c. Analisa data
No Problem Etiologi Simpton
1 Nyeri Kelainan kongenital
↓
Kelainan anatomi
↓
Ureter sempit
↓
Penimbunan cairan
dan kuman
↓
Perkembangan kuman
↓
I S K
↓
Respon peradangan
↓
Rasa sakit dan panas
pada simpisis disuria
↓
Nyeri
Ds :
- Klien mengeluh nyeri
saat berkemih
- Klien mengeluh sakit
pinggang saat berkemih
Do :
- Ekspresi wajah
meringis.
- Skala nyeri 4 (0-5)
- Suhu aksila 37oc
2 Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Adanya
mikroorganisme
↓
I S K
↓
Uretra
↓
Infeksi
↓
Obstruksi
↓
Jaringan parut
↓
Distensi nyeri
pinggang
↓
Refleks renointestin
↓
Mual, muantah,
Ds :
- Klien mengeluh tidak
ada nafsu makan
- Klien mengeluah Rasa
mual dan muntah
Do :
- Nafsu makan berkurang
- Porsi makan tidak di
habiskan
- Makan ½ porsi bubur
tim
anoreksia
↓
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
3 Kerusakan
eleminasi
urine
I S K
↓
Respon peradangan
↓
Terjadi peradangan
pada mukosa
↓
Kandung kemih tidak
kuat menampung
urine
↓
Polakisuria urgensi
↓
Kerusakan eleminasi
urine
Ds :
- Klien mengeluh nyeri
saat berkemih
- Klien mengeluh sakit
pinggang saat berkemih
Do :
- Klien berkemih kurang
dari normal (< 1-2 liter /
hari )
- Warna keabu-abuan
dengan bau menyengat
- Adanya leukosit,
eritrosit, dan bakteri
dalam urine
d. Prioritas Keperawatan
1) Nyeri
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3) Kerusakan eleminasi urine
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos sekunder terhadap
infeksi di tandai dengan :
Ds :
- Klien mengeluh nyeri saat berkemih
- Klien mengeluh sakit pinggang saat berkemih
Do :
- Ekspresi wajah meringis.
- Skala nyeri 4 (0-5)
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan anoreksia yang di tandai
dengan :
Ds :
- Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
- Klien mengeluah Rasa mual dan muntah
Do :
- Nafsu makan berkurang
- Porsi makan tidak di habiskan
- Makan ½ porsi bubur tim
c. Kerusakan eleminasi urine berhubungan dengan infeksi traktus urinaria yang di
tandai dengan :
Ds :
- Klien mengeluh nyeri saat berkemih
- Klien mengeluh sakit pinggang saat berkemih
Do :
- Klien berkemih kurang dari normal (< 1-2 liter / hari )
- Warna keabu-abuan dengan bau menyengat
- Adanya leukosit, eritrosit, dan bakteri dalam urine
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
3. Perencanaan
No. DX Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan
inflamasi dan spasme otot
polos sekunder terhadap
infeksi di tandai dengan :
Ds :
- Klien mengeluh nyeri
saat berkemih
- Klien mengeluh sakit
pinggang saat berkemih
Do :
- Ekspresi wajah
meringis.
- Skala nyeri 4 (0-5)
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ± 3 hari,
diharapkan rasa nyeri hilang
dengan kriteria tidak
melaporkan adanya nyeri dan
tidak meringis.
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 hari,
nyeri berangsur-angsur
berkurang dengan criteria :
- Klien mengatakan nyeri
berkurang
- Ekspresi wajah tenang
- Nyeri skala 2 (0-5)
1. Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas dan penyebaran
2. Ajarkan teknih relaksasi perubahan
posisi
3. Berikan kompres hangat pada daerah
yang nyeri
4. Pantau tanda-tanda vital
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik sesuai indikasi
1. Petunjuk untuk menentukan intervensi
yang cocok dan mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan
2. Untuk menghilangkan ketegangan dan
meningkatkan relaksasi otot.
3. Akan meningkatkan sirkulasi pada otot
dan mengurangi ketegangan.
4. Karena respon otonomi pada nyeri yaitu
tekanan darah meningkat, nadi
meningkat.
5. Untuk menurunkan atau mengontrol rasa
nyeri.
2 Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan
anoreksia yang di tandai
dengan :
Ds :
- Klien mengeluh tidak
ada nafsu makan
- Klien mengeluah
Rasa mual dan
muntah
Do :
- Nafsu makan
berkurang
- Porsi makan tidak di
habiskan
- Makan ½ porsi bubur
tim
Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi dengan kriteria mual, muntah (-), nafsu makan baik, berat badan stabil(naik), makan 3 x 1 perhari porsi dihabiskan
Tupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 hari, sedikit demi sedikit mampu kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria :- Pasien menghabiskan
porsi makannya
1. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
2. Kaji adanya mual dan muntah
3. Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas
4. Berikan makanan sedikit dan sering
5. Timbang BB setelah 2 hari
1. Karena dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
2. Untuk mengurangi rangsangan pada pusat muntah
3. Untuk mengidentifikasi kekurangan nutrisi kebutuhan
4. Makan sedikit tapi sering dapat menghindari terjadinya muntah
5. Mengetahui perkembangan BB klien
3 Kerusakan eleminasi urine
berhubungan dengan infeksi
traktus urinaria yang di tandai
dengan :
Ds :
- Klien mengeluh nyeri
saat berkemih
- Klien mengeluh sakit
pinggang saat berkemih
Do :
- Klien berkemih kurang
dari normal (< 1-2
liter / hari )
- Warna keabu-abuan
dengan bau menyengat
- Adanya leukosit,
eritrosit, dan bakteri
dalam urine
Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 3 hari pasien dapat berkemih dengan normal, dengan kriteria : - Urine tidak berwarna
keabu-abuan dengan bau yang khas
- Tidak terdapat adanya leukosit, eritrosit, dan bakteri
Tupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 1 hari, kerusakan eleminasi urine berangsur-angsur berkurang dengan criteria :- Klien tidak mengeluh
nyeri saat berkemih- Klien tidak mengeluh
sakit pinggang saat berkemih
1. Klien minum dengan bebas
2. Klien di anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
1. Dengan minum air mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri dari traktus urinaria.
2. Untuk mengosongkan kandung kemih, karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam urine, mengurangi statis urine, dan mencegah kekambuhan infeksi.
No. Hari/Tgl
No. Dx
Jam Implementasi Paraf Hari/Tgl
Evaluasi
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 1. Mengkaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas dan penyebaran
- (skala nyeri 3 (0-5)
2. Mengajarkan teknih relaksasi perubahan posisi
- Klien dalam posisi yang nyaman
3. Berikan kompres hangat pada daerah yang nyeri
- Klien di kompres
4. Pantau tanda-tanda vital
Suhu : 370 c
Nadi : 80 X/Menit
Pernafasan : 28 X/Menit
Tekanan darah : 130/80 mmHg
5. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai
indikasi
- Antrain 1 amp / 8 jam
S :- Klien mengatakan nyeri agak
berkurangO : - Ekspresi wajah tenang- Nyeri skala 3 (0-5)A :- Masalah belum teratasi tetapi
ada kemajuanP : - Lanjutkan semua intervensi
1,2,3,4,5
2 2 1. Mengkolaborasikan dalam pemberian antipiretik- Metoclorpropamid 1 amp / 8 jam
2. Mengkaji adanya mual dan muntah- Mual (+)- Muntah (-)
3. Melibatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas- Keluarga klien di libatkan
4. Memberikan makanan sedikit dan sering- Porsi makan di sesuaikan
5. Menimbang BB setelah 2 hari-
S :- Klien mengatakan nafsu
makan meningkat, mual (+), muntah (-)
O : - Berat badan stabil, porsi
makan 3 x 1 hari porsi di habiskan
A :- Masalah sedikit teratasiP : - Pertahankan intervensi
3 3 1. Klien minum dengan bebas- Klien banyak minum
2. Menganjurkan klien untuk berkemih setiap 2 – 3 jam- Klien berkemih setia 2-3 jam
S :- Klien mengatakan berkemih
dengan normal.O : - Urine berwarna normal
dengan bau yang khas, tidak ada eritrosit, leukosit, dan bakteri.
A :- Masalah teratasi