Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

33
KEPERAWATAN ANAK TUGAS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIPERTROPHIC PYLORIC STENOSIS Dosen : Ns. Mardiani, S.Kep., M.M Disusun oleh : Nama : Vika Debora Siboro NIM : PO5120214025 Kelas : 2A DIII Keperawatan POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN 1

description

ASKEP HPS

Transcript of Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Page 1: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

KEPERAWATAN ANAK

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIPERTROPHIC

PYLORIC STENOSIS

Dosen : Ns. Mardiani, S.Kep., M.M

Disusun oleh :

Nama : Vika Debora Siboro

NIM : PO5120214025

Kelas : 2A DIII Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2015/2016

KATA PENGANTAR

1

Page 2: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat

dan karunia-Nya,sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan

Keperawatan pada Anak dengan Hipertrophic Phylory Stenosis”pada mata

kuliah Keperawatan Anak dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan

makalah ini mungkin ada hambatan ,namun berkat bantuan serta dukungan dari

teman-teman dan bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Dengan adanya makalah ini,diharapkan dapat membantu proses pembelajaran

dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan

terimakasih kepada orangtua, dosen serta teman-teman atas bantuan serta dukungan

dan doanya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca

makalah ini dan dapat mengetahui tentang Proses keperawatan. Kami mohon maaf

apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan,karena keterbatasan penulis yang

masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu,kritik dan saran dari pembaca yang

sifatnya membangun,sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah

selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun kami.

Bengkulu, Maret 2016

Penyusun

2

Page 3: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................................1

Kata Pengantar...............................................................................................................2

Daftar Isi......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................14

BAB IV PENUTUP..................................................................................................22

Daftar Pustaka...........................................................................................................23

3

Page 4: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banyak kelainan kongenital dan perinatal saluran cerna yang dapat

menyebabkan obstruksi parsial atau total. Sebagian besar obstruksi akan

melibatkan rectum, anus atau duodenum, hanya sebagian kecil saja yang

mengenai usus halus. Kami akan membahas salah satu kelainan-kelainan yang

penting pada system pencernaan yaitu stenosis pilorik.

Hypertrofi Pylorus Stenosis merupakan kelainan yang dibawa sejak

dalam kandungan atau kelainan congenital. Diagnosa penyakit ini ditegakkan

berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Didalam dunia kedokteran ( khususnya Bedah Umum ), setiap muntah

hebat dan menyemprot persis seperti apa yang di minum atau dimakan, harus

dipikirkan oleh dokter sebagai sumbatan atau gangguan aliran makanan dari

usus bagian atas menuju kearah bawah (ileus obstruksi ). Jadi untuk

penatalaksanaanya dokter harus menyatakan itu suatu penyakit obstruksi usus

sampai terbukti, jika terbukti adanya penyempitan saluran usus daerah pylorus

akibat menebalnya otot dinding usus maka harus di lakukan pyloromyotomy,

jika dikerjakan secara benar tidak akan menimbulkan kekambuhan.

Stenosis pylorus terjadi kira-kira pada 1 diantara 150 bayi laki-laki dan

1 diantara 750 bayi perempuan, dan lebih sering terjadi pada bayi laki-laki

anak pertama. Pengaruh keturunan jelas terdapat pada sekitar 15% pasien,

tetapi tidak ditemukan suatu pola keturunan tertentu.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertrophic

Phyloric Stenosis?

1.3 TUJUAN PENULISAN

4

Page 5: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Untuk mengetahui definisi Hipertrophic Phyloric Stenosis.

Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari Hipertrophic Phyloric Stenosis.

Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari Hipertrophic Phyloric Stenosis.

Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Hipertrophic Phyloric

Stenosis.

Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Hipertrophic Phyloric

Stenosis.

Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari Hipertrophic Phyloric Stenosis.

Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari Hipertrophic Phyloric

Stenosis.

Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari Hipertrophic Phyloric

Stenosis.

Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari Hipertrophic Phyloric

Stenosis.

5

Page 6: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 ANATOMI FISIOLOGI USUS HALUS

Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak

di antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus (Gray, 2008)

Lambung merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah

diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada

regio abdomen (Tortora & Derrickson, 2009).

Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak,

fundus, badan (body) antrum, dan pilori Kardia adalah daerah kecil yang

berada pada hubungan gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan

terletak sebagai pintu masuk ke lambung Fundus adalah daerah berbentuk

kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan (body) adalah suatu

rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan merupakan bagian

terbesar dari lambung. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan

badan (body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu

struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan duodenum dan

mengandung spinkter pilorik (Schmitz & Martin, 2008).

2.2 DEFINISI INTOLERANSI LAKTOSA

Stenosis pilorik adalah penyempitan di bagian ujung lambung tempat

makanan keluar menuju ke usus halus. Akibat penyempitan tersebut, hanya

sejumlah kecil isi lambung yg bisa masuk ke usus, selebihnya akan

dimuntahkan sehingga anak akan mengalami penurunan berat badan. Gejala

tersebut biasanya muncul pada usia 2-8 minggu. (2012 The Hospital for Sick

Children ('SickKids').)

6

Page 7: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

2.3 ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Laktosa yang tidak tercerna akan menumpuk di usus besar dan

terfermentasi, menyebabkan gangguan pada usus seperti nyeri perut, keram,

kembung dan bergas, serta diare, sekitar setengah jam sampai dua jam setelah

mengkonsumsi produk laktosa. Gejala-gejala ini kadang-kadang

disalahartikan sebagai gangguan saluran pencernaan.

Dalam waktu antara 30 menit sampai 2 jam setelah konsumsi produk

susu atau yang mengandung susu, penderita intoleransi laktosa akan

mengalami satu atau lebih gejala-gejala dibawah. Gejala tersebut dapat ringan

atau berat.

Kembung

Kram

Diare

Gas yang menyakitkan

Mual

Kotoran berbau asam dan berlendir, kadang cair

Daerah sekitar anus kemerahan (pada bayi

Setiap orang dapat mentoleransi laktosa dalam jumlah yang berbeda.

Hal ini mempengaruhi seberapa cepat penderita mengalami gejala dan juga

seberapa parah gejalanya. Beberapa orang mungkin sensitif terhadap makanan

yang mengandung laktosa dalam jumlah kecil, sedangkan yang lain dapat

makan dalam jumlah yang lebih besar sebelum gejala intoleransi timbul.

2.5 PATOFISIOLOGI

7

Page 8: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Proses pencernaan disempurnakan oleh suatu enzim dalam usus halus.

Banyak diantara enzim-enzim itu terdapat pada brush border usus halus dan

mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorbsi. Enzim laktose adalah enzim

yang memecahkan laktosa (disakarida) menjadi glukosa dan galaktosa

(monosakarida) pada brush border, sehingga absorbsi dapat berlangsung. Bila

laktosa tidak dihidrolisis masuk usus besar, dapat menimbulkan efek osmotik

yang menyebabkan penarikan air ke dalam lumen kolon. Bakteri kolon juga

meragikan laktosa yang menghasilkan asam laktat dan asam lemak yang

merangsang kolon, sehingga terjadilah peningkatan pergerakan kolon. Diare

disebabkan oleh peningkatan jumlah molekul laktosa yang aktif secara osmotik

yang tetap dalam lumen usus menyebabkan volume isi usus meningkat.

Kembung dan flatulens disebabkan oleh produksi gas (CO2 dan H2) dari sisa

disakarida di dalam colon.

8

Page 9: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

2.6 WOC

Laktosa tidak diserap

Menarik air

Kolon

Diserap Laktosa

diragikan (fermentasi)

asam lemak gas asam laktat

(H2 CO2)

Peningkatan pergerakan kolon (Colonic salvage)

Diare osmotik

Nyeri Resiko kekurangan cairan Resiko ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

2.7 KOMPLIKASI

Sewaktu bayi atau anak kecil menderita suatu reaksi setelah meminum

susu, hal itu dapat menyusahkan si anak serta orang tua. Jika si anak

menderita diare, dehidrasi dapat terjadi. Orang tua sebaiknya mencari saran

dari dokter anak. Sewaktu intoleransi didiagnosis, beberapa dokter

menganjurkan untuk menggunakan suplemen sebagai pengganti susu. Bagi

banyak orang, itu menghasilkan berhentinya gejala-gejala yang menyusahkan

tersebut.

Dalam kasus alergi, ada lebih banyak yang perlu dikhawatirkan.

Beberapa dokter menyediakan antihistamin. Namun, jika bernapas menjadi

sulit, dokter harus melakukan lebih banyak hal untuk meringankan situasinya.

Dalam kasus yang jarang, kondisi yang dapat berakibat fatal yang disebut

anafilaksis dapat terjadi.

9

Page 10: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Jika seorang bayi mulai muntah, hal lain yang perlu dikhawatirkan

adalah terjadinya sebuah kondisi yang jarang yang disebut galaktosemia.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, galaktose dipisahkan oleh laktase, tetapi

galaktose perlu diubah menjadi glukosa. Jika akumulasi galaktose terjadi,

akibatnya adalah kerusakan liver yang parah, deformitas ginjal,

keterbelakangan mental, hipoglikemia, dan bahkan katarak. Oleh karena itu,

sangat penting untuk segera sama sekali menyingkirkan laktosa dari menu si

bayi.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pengukuran pH tinja (pH < 6)

Penentuan kadar gula dalam tinja dengan tablet “Clinitest” Normal

tidak terdapat gula dalam tinja.

b. Laktosa loading (tolerance) test

Setelah pasien dipuasakan selama semalam diberi minum laktosa 2

g/kgBB. Dilakukan pengukuran kadar gula darah sebelum diberikan dan

setiap 1/2 jam kemudian sehingga 2 jam lamanya. Positif jika didapatkan

grafik yang mendatar selama 2 jam atau kenaikan kadar gula darah kurang

dari 25 mg%.Tes ini mengukur reaksi tubuh anda terhadap cairan yang

mengandung laktosa tinggi. 2 jam setelan meminum cairannya, anda akan

melakukan tes darah untuk menetukan jumlah glukosa pada darah anda. Jika

jumlah glukosa tidak meningkat, berarti tubuh tidak mencerna dan menyerap

minuman dengan laktosa tersebut.

c. Barium meal lactose

Setelah penderita dipuasakan semalam, kemudian diberi minum

larutan barium laktosa. Positif bila larutan barium lactose terlalu cepat keluar

(1 jam) dan berarti sedikit yang diabsorbsi

d. Biopsi

Biopsi mukosa usus halus dan ditentukan kadar enzim laktose dalam

mukosa tersebut.

10

Page 11: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

e. Tes napas hidrogen. 

Tes ini juga mengharuskan anda untuk meminum cairanyang

mengandung laktosa tinggi. Kemudian dokter akan mengukur jumlah

hidrogen pada nafas anda dalam interval normal. Biasanya, hidrogen dalam

jumlah yang sangat sedikit akan terdeteksi. Namun, jika tubuh anda tidak

mencerna laktosa, ini akan mengendap pada susu besar, menghasilkan

hidrogen dan gas lainnya, yang diserap oleh usus halus anda dan yang

dikeluarkannya. Jumlah hidrogen yang lebih banyak dari biasanya

mengindikasikan bahwa anda tidak benar-benar mencerna dan menyerap

laktosa

f. Tes kadar asam. 

Pada bayi baru lahir dan anak-anak yang tidak bisa melakukan tes, tes

keasaman mungkin akan digunakan. Pegendapan laktosa yang tidak dicerna

akan membentuk asama lactic dan asam lainnya yang dapat terdeteksi pada

saat mengambil sampel.

2.9 PENATALAKSANAAN

Intoleransi laktosa mudah untuk dikelola. Biasanya penderita

mengetahui bahwa mereka dapat mentoleransi makanan yang mengandung

laktosa dalam jumlah tertentu tanpa mengalami gejala. Beberapa orang

menggunakan trialanderror untuk mengetahui berapa banyak dan makanan

apa saja yang dapat mereka konsumsi.

Terdapat banyak pilihan produk bebas susu laktosa yang tersedia di

toko. Suplemen enzim laktase juga dapat membantu Anda memperoleh

manfaat gizi susu, terutama kalsium dan vitamin D, serta menghindari

timbulnya gejala intoleransi laktosa. Selain itu, minuman non susu, seperti

kedelai, almond, dan susu beras, seringkali diperkaya bahan pembentuk

tulang, yaitu kalsium dan vitamin D.

11

Page 12: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Jika Anda atau orang yang Anda cintai memiliki intoleransi laktosa,

maka ingatlah hal-hal berikut:

Memasukkan sejumlah kecil susu atau produk susu dengan makanan dapat

membantu karena lebih mudah untuk mencerna laktosa ketika dimakan

dengan makanan lain.

Ada produk susu yang lebih mudah dicerna oleh penderita intoleransi laktosa,

seperti keju, yoghurt, dan keju cottage.

Gunakan produk susu, keju, dan produk susu lain yang bebas laktosa di dalam

resep makanan untuk membuat makanan lebih menyenangkan.

Respon klinis terhadap pemberian diet bebas laktosa merupakan suatu

alternatif untuk pemeriksaan tinja atau uji diagnostik spesifik. Pembatasan

laktosa seharusnya menghasilkan penyembuhan cepat diarenya dalam 2-3

hari, jika ada defisiensi laktase. Harus bisa membedakan intoleransi laktosa

dengan keadaan sensitif terhadap protein, gastroenteritis akut tidak memicu

sensitivitas susu. Cukup beralasan bila susu sapi diganti dengan susu formula

susu kedelai jika dicurigai intoleransi laktosa karena formula susu kedelai

mengandung tepung rantai pendek atau sukrosa sebagai sumber gulanya.

Pengobatan Alternatif seperti dengan prebioticsProbiotics adalah

organisme hidup pada usus halus anda yang menjaga kesehatan sistim.

Probiotics juga tersedia pada beberapa yogurt dan kapsul suplemen. Probiotics

biasanya digunakan untuk kondisi gastrointestinal, seperti diare dan syndrom

irrtibale bowel. Probiotics juga akan membantu tubuh anda untuk mencerna

laktosa. Probiotics sudah diakui aman dan mungkin akan berhasil jika metode

lain telah gagal.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

12

Page 13: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan ilmiah, sistematis,

dinamis dan terus menerus berkesinambungan yang fungsinya untuk memecahkan

masalah kesehatan pada klien yang dimana asuhan keperawatannya sesuai dengan

lima tahap proses keperawatan yaitu : pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. (Nursalam 1996)

3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dianalisis sehingga tergambar masalah kesehatan dan

keperawatan baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Tahap ini mencakup tiga

kegiatan yaitu : pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah

kesehatan.

Ada dua tipe data pada pengkajian yaitu : data subjektif dan data

objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan yang

dirasakan klien dan keluarga, sedangkan data objektif adalah data yang

diperoleh dari pengukuran, pemeriksaan dan pengamatan.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan pada tahap pengkajian

yaitu, komunikasi yang efektif, observasi dan pemeriksaan fisik. Tehnik ini

sangat bermanfaat bagi perawat dalam pendekatan kepada klien secara

rasional, sistematik dalam pengumpulan data, merumuskan diagnosa

keperawatan dan merencanakannya. (Nursalam, hal 25, 2001)

Untuk pengkajian meliputi :

a. Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal lahir, nama

orangtua, pendidikan dan pekerjaan.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini tidak dikaji karena klien masih bayi

c. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu

13

Page 14: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Kehamilan dengan gawat janin, diabetes melitus, malnutrisi, intra

uteri, infeksi intra-natal, persalinan dengan ada komplikasi, persalinan

dengan tindakan karena ada komplikasi penolong persalinan.

d. Riwayat penyakit keluarga

Ada atau tidaknya riwayat intoleransi laktosa dikeluarga.

e. Riwayat alergi

Riwayat alergi juga penting karena dapat juga menjadi indikator

penyakit terutama obat.

f. Riwayat pemberian imunisasi

Imunisasi lengkap atau tidak

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan sistematis dari kepala-kaki. Keadaan

umum, TTV, kepala, wajah, mata, hidung, mulut dan tenggorokan,

leher, dada, paru-paru, jantung, abdomen, genetalia, rektum,

ekstremitas dan punggung. (Nursalam, hal 33)

1. Pola fungsi kesehatan

Pola fungsi kesehatan dapat dikaji melalui pola gordon dimana

pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan

data secara sistematis dengan cara mengevaluasi pola fungsi

kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah

khusus

2. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Kaji persepsi keluarga terhadap kesehatan dan upaya-upaya

keluarga untuk mempertahankan kesehatan. Termasuk juga

penyakit anak sekarang ini dan upaya yang diharapkan.

3. Pola nutrisi metabolic

Kaji pola nutrisi anak dan bagaimana dengan pemberian ASI

4. Pola eliminasi

14

Page 15: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Kaji pola eliminasi feces, berapa frekuensinya dan bagaimana

sifatnya. Pola eliminasi urine, berapa frekuensinya dan sifatnya

pada bayi dapat ditanyakan dengan keluarga.

5. Pola tidur / istirahat

Kaji pola istirahat dan tanyakan dengan keluarga apakah ada

perubahan bayi dalam pola tidurnya, tapi hal ini memang sulit

dikaji.

6. Pola kognitif perceptual

Pola ini sulit dan tak bisa dikaji / dilakukan

7. Pola peran dan hubungan

Kaji siapa yang mengasuh bayi

8. Pola aktifitas / latihan

Kaji tingkat perkembangan atau tumbuh kembang sesuai

9. Pemeriksaan fisik

a) Tanda-tanda vital

Suhu badan : mengalami peningkatan

Nadi : cepat dan lemah

Pernafasan : frekuensi nafas meningkat

Tekanan darah : menurun

b) Antropometri

Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi

badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut.

Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.

c) Pernafasan

Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan

tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.

d) Cardiovasculer

Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi

cepat dan lemah.

15

Page 16: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

e) Pencernaan

Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan

mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB

lebih 3 x dengan konsistensi encer

f) Perkemihan

Volume diuresis menurun.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan kram abdomen.

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare

3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan diare

3.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN

Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan kram abdomen, ditandai dengan:

DS :

Keluarga pasien mengatakan nyeri pada saat merubah posisi dan merubah

pola tidur

Keluarga pasien mengatakan susah tidur

DO :

Pasien tampak gelisah.

Pasien tidak dapat beraktivitas

Nadi pasien meningkat.

Tujuan :

Pain level

Pain control

Comfort level

16

Page 17: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Kriteria Hasil :

Mampu mengontrol nyeri

Melaporkan bahwa nyeri berkurang

Mampu mengenali nyeri

Menyatakan rasa nyaman saat nyeri berkurang

No Intervensi Rasional

1. Kaji karakteristik nyeri Mengenal dan memudahkandalam

melakukan tindakan keperawatan.

2. Anjurkan klien istirahat ditempat

tidur.

Istirahat untuk mengurangi

intensitas nyeri.

3. Atur posisi pasien senyaman

mungkin.

Posisi yang tepat mengurangi

penekanan dan mencegah

ketegangan otot serta mengurangi

nyeri.

4 Ajarkan teknik relaksasi dan

nafas dalam.

Relaksasi mengurangi ketegangan

dan membuat perasaan lebih

nyaman.

Dx 2 : Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare

ditandai dengan pengeluaran yang berlebih.

Tujuan :

Fluid balance

Hydration

Nutritional status :foof and fluid intake

Kriteria Hasil:

17

Page 18: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia, dan berat badan.

Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

No

.

Intervensi Rasional

1. Berikan cairan oral dan parenteral

sesuai dengan program rehidrasi,

pantau intake dan output.

Sebagai upaya rehidrasi untuk

mengganti cairan yang keluar

bersama feses.

2. Memberikan informasi status

keseimbangan cairan.

Untuk menetapkan kebutuhan

cairan pengganti.

4. Kaji tanda vital, tanda/gejala

dehidrasi dan hasil pemeriksaan

laboratorium.

Menilai status hidrasi, elektrolit dan

keseimbangan asam basa.

5. Kolaborasi pelaksanaan terapi

definitive.

Pemberian obat-obatan secara

kausal penting setelah penyebab

diare diketahui

Dx 3 :Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan diare, ditandai dengan:

DS: Pasien mengatakan susah makan karena mual dan muntah.

DO:

Pasien tampak mual, lemah

Berat badan pasien menurun

Intake berkurang

18

Page 19: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

Tujuan:

Nutritional status: food and fluid intake

Nutrtional status : nutrient intake

Weight control

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

Tidak terjadi penurunan berat badanyang berarti

No Intervensi Rasional

1 Kaji keluham mual dan muntah

yang dialami pasien.

Untuk menetapkan cara mengatasinya.

2 Kaji cara/bagaimana makanan

dihidangkan.

Cara menghidangkan makanan dapat

mempengaruhi nafsu makan pasien.

3 Berikan makanan yang mudah

ditelan.

Membantu mengurangi kelelahan

pasien dan meningkatkan asupan

makanan.

4 Berikan makanan dalam porsi kecil

dan frekuensi sering

Untuk menghindari mual

5 Catat jumlah/porsi makanan yang

dihabiskan pasien setiap harinya

Untuk mengetahui pemenuhan

kebutuhan nutrisi

6. Kolaborasi memberikan obat – Antiemetik membantu pasien

mengurangi rasa mual dan muntah dan

19

Page 20: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

obatan antiemetic diharapkan intake nutrisi pasien

meningkat.

3.4 IMPLEMENTASI

Iyer (1996) mengatakan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan

adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. 

Pelaksanaan atau implementasi merupakan aplikasi dari perencanan

keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus kita perhatikan ketiak

akan melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan harus sesuai

dengan rencana. Setelah dilakukan validasi, pengesahan keterampilan

interpersonal, intelektual dan psikologi individu. Terakhir melakukan

pendokumentasian keperawatan bereupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam,

2001)

3.5 EVALUASI

Evaluasi adalah suatu yang direncanakan dan dibanding yang

sistematis pada suatu kesehatan klien (Griffith dan Christensen, 1999),

sedangkan Ignatavicius pada Bayne (1994) mengatakan evaluasi adalah

tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan

seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tinadakan dan pelaksanaan

sudah berhasil dicapai.

Evaluasi terdiri atas dua jenis yaitu : evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif. Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka

pendek atau evaluasi berjalan. Dimana evaluasi dilakukan sampai tujuan

tercapai, sedangkan evaluasi sumatif bisa disebut juga evaluasi hasil, evaluasi

akhir, jangka panjang. Evaluasi ini dilakuakn pada akhir tindakan

keperawatan paripurna dan menjadi suatu metode memonitor kualitas dan

efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini biasanya menggunakan

format SOAP (Nursalam, 2001).

20

Page 21: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Laktosa adalah gula susu yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim

pencernaan yang terdapat dalam usus halus.

Intoleransi laktosa adalah berkurangnya kemampuan untuk mencerna

laktosa, yang disebabkan oleh kekurangan enzim laktase.

Gejala-gejala intoleransi laktosa meliputi antara lain: perut kembung

(banyak gas), sakit perut dan diare.

4.2 SARAN

Kepada pembaca yang memiliki ataupun orang terdekat yang memiliki

gangguan deficit lactose untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan dapat dilakukan berbagai hal seperti membaca label pangan dengan

seksama, pembatasan jumlah susu yang dikonsumsi dan pemilihan produk-

produk susu.

21

Page 22: Askep Hypertrophic Phyloric Stenosis

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Intoleransi Terhadap Air Susu Sapi. Berkala Ilmu Kedokteran vol.28,

No.2, Juni 1996

Cecily LB & Linda AS. Buku Saku Keperawatan Pediatrik . Edisi 3. Jakarta: EGC;

2000.

Egayanti, Yusra. Kenali Intoleransi Laktosa Lebih Lanjut dalam InfoPOM vol. 9. No.

1. Januari 2008

Guandalini, Stefano. Pediatric Lactose Intolerance.

http://emedicine.medscape.com/article/930971.

Heyman,melvin. Lactose Intolerance in Infants, children, and Adolescents. Pediatrics

vol 118 no 3, 2006

Nursalam.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta: EGC

http://documents.tips/documents/intoleransi-laktosa-56245b29b9caa.html

http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102004209#h=14

22