Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan...
-
Upload
nur-rachmawati -
Category
Documents
-
view
190 -
download
0
Transcript of Aplikasi NO Sebagai Biomarker Alter Nat If Deteksi Dini Dan Indikasi Manajemen Pada Kehamilan...
KARYA TULIS ILMIAH GAGASAN TERTULIS
APLIKASI NITRIT OKSIDA SEBAGAI BIOMARKER ALTERNATIF
UNTUK DETEKSI DINI DAN INDIKASI MANAJEMEN KEHAMILAN
POSTTERM
Penulis :
Waskitho Nugroho
NIM : 20080310143
Fithria Anggrayni
NIM : 20080310031
Nur Rachmawati H.
NIM : 20080310223
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011
i
KARYA TULIS ILMIAH GAGASAN TERTULIS
APLIKASI NITRIT OKSIDA SEBAGAI BIOMARKER ALTERNATIF
UNTUK DETEKSI DINI DAN INDIKASI MANAJEMEN KEHAMILAN
POSTTERM
Penulis :
Waskitho Nugroho
NIM : 20080310143
Fithria Anggrayni
NIM : 20080310031
Nur Rachmawati H.
NIM : 20080310223
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH GAGASAN TERTULIS
Aplikasi Nitrit Oksida sebagai Biomarker Alternatif untuk Deteksi Dini dan
Indikasi Manajemen Kehamilan Postterm
Penulis :
Waskitho Nugroho
NIM : 20080310143
Fithria Anggrayni
NIM : 20080310031
Nur Rachmawati H.
NIM : 20080310223
Yogyakarta, 18 Agustus 2011
Asisten Wakil Dekan Bag. Kemahasiswaan
FKIK UMY,
dr. M. Ardhiansyah, Sp.S., M.Kes
NIP : 173052
Dosen Pembimbing,
dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M.Kes
NIP : 173027
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ini adalah hasil pekerjaan kami sendiri
dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, lembaga pendidikan dan lomba karya tulis
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum / tidak
diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka
Yogyakarta, 18 Agustus 2011
Penulis
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PENULIS KETUA
1. Nama : Waskitho Nugroho
2. NIM : 20080310143
3. Tempat, tanggal lahir : Tarakan, 23 Juli 1990
4. Jenis Kelamin : Laki - Laki
5. Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
6. Fakultas / Prodi : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan / Pendidikan
Dokter
7. Alamat Rumah : Tegalrejo Rt 1 No. 172 Ngebel, Tamantirto,
Kasihan, Bantul, DIY. Telp/HP
(085729000759)
e-mail: [email protected]
8. Pengalaman Dalam Bidang Penelitian :
No. Judul Penelitian Sumber dana Tahun
1 Hubungan Pola Kepekaan Kuman dengan
Mikroorganisme Penyebab Infeksi
Saluran Kemih di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 2011
Hibah DIKTI
(proyek dosen) 2011
9. Pengalaman Organisasi :
No. Nama Organisasi dan Posisi Tahun
1 SKIF (Seksi Kerohanian Islam Fakultas) Al-Jundi
sebagai staf PSDM
2008 - 2010
2 SEMAKU (Senat Mahasiswa Kedokteran Umum)
sebagai staf PSDM
2009 - 2010
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PENULIS ANGGOTA 1
1. Nama : Fithria Anggrayni
2. NIM : 20080310031
3. Tempat, tanggal lahir : Blora, 13 April 1990
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
6. Fakultas / Prodi : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Pendidikan
Dokter
7. Alamat : Peleman. Kos Putri Muthmainnah RT 4 DK II
Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY. Telp/HP
(085726505232)
e-mail : [email protected]
8. Pengalaman Dalam Bidang Penelitian :
No. Judul Penelitian Sumber dana Tahun
1 Hubungan antara Asupan Nutrisi dengan
Kejadian Gizi Kurang di Wilayah kerja
Puskesmas Kasihan I Bantul
LP3 UMY 2011
9. Pengalaman Organisasi :
No. Nama Organisasi dan Posisi Tahun
1 Senat Mahasiswa Kedokteran Umum FKIK UMY
sebagai staf divisi Kesekretariatan Informasi dan
Komunikasi
2008 - 2010
2 Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
(ISMKI) Wilayah 3 sebagai staf bidang
Kesekretariatan Informasi dan Komunikasi
2009-2010
3 Senat Mahasiswa Kedokteran Umum FKIK UMY
sebagai koordinator divisi Kesekretariatan Informasi
dan Komunikasi
2010
4 Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
(ISMKI) sebagai staf nasional departemen
Kesekretariatan Informasi dan Komunikasi
2010 –
sekarang
5 Medical Multimedia Research and Science Club
(MMARS) divisi Pelatihan
2010 –
sekarang
6 Unit Kerohanian Islam Jamaah Al Anhar UMY
sebagai sekretaris departemen Pengembangan dan
Pengkaryaan SKIF
2010 -
sekarang
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PENULIS ANGGOTA 2
1. Nama : Nur Rachmawati Hanafiah.
2. NIM : 20080310223
3. Tempat, tanggal lahir : Prabumulih, 7 November 1990
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
6. Fakultas / Prodi : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan / Pendidikan
Dokter
7. Alamat Rumah : Jl. Kaliurang A. 18 Km 13,9
Pamungkas. Telp/HP (085 640 416 748)
e-mail : [email protected]
8. Pengalaman Dalam Bidang Penelitian :
No. Judul Penelitian Sumber dana Tahun
1 Pengaruh Seduhan Teh Kulit Lidah Buaya
(Aloe vera Linn) sebagai Pemanfaatan
Limbah Agroindustri Nata de aloe
terhadap Penghambatan HbA1c pada
Penderita Diabetes Mellitus di RS. Panti
Rapih
DIKTI 2010
9. Pengalaman Organisasi :
No. Nama Organisasi dan Posisi Tahun
1 SKIF (Seksi Kerohanian Islam Fakultas) Al-Jundi
sebagai staf Annisa
2008 - 2010
2 SEMAKU (Senat Mahasiswa Kedokteran Umum)
sebagai staf Sie LC (Language Club)
2009 - 2010
vii
KATA PENGANTAR
Untaian rasa syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang
Maha Sempurna, yang telah memberikan hidayah dan kekuatan sehingga Karya Tulis
Ilmiah Gagasan Tertulis ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan.
Shalawat dan salam selalu dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga serta para sahabat, tabiin, tabi’ut tabiin dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Karya yang berjudul “ Aplikasi Nitrit Oksida sebagai Biomarker Alternatif
untuk Deteksi Dini dan Indikasi Manajemen Kehamilan Postterm” ini dibuat
dalam rangka mengikuti Sriwijaya Medical Scientific Olympiad 2011 yang diadakan
FK UNSRI.
Pada kesempatan ini, ijinkanlah tim penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah berperan serta dalam membantu penyelesaian Karya PKM-GT
ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:
1. dr. Ardi Pramono, Sp. An., M. Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M. Kes. selaku dosen pembimbing dalam
penulisan ini.
3. Semua pihak-pihak yang tidak mungkin tersebutkan namanya satu persatu, terima
kasih atas kerjasamanya sehingga penulisan ini dapat berjalan.
Penulis sadar bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah Gagasan Tertulis
mengenai Aplikasi Nitrit Oksida sebagai Biomarker Alternatif untuk Deteksi Dini dan
Indikasi Manajemen Kehamilan Postterm ini dapat bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 18 Agustus 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul ................................................................................................................ i
Halaman pengesahan .................................................................................................... ii
Halaman pernyataan......................................................................................................iii
Daftar riwayat hidup…...……………………………………………………………………iv
Kata pengantar ............................................................................................................ vii
Daftar isi..................................................................................................................... viii
Daftar gambar ............................................................................................................... x
Abstrak .......................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3
BAB II TELAAH PUSTAKA ....................................................................................... 4
A. Kehamilan Postterm ............................................................................................ 4
1. Definisi Kehamilan Postterm .......................................................................... 4
2. Sebab terjadinya Kehamilan Postterm ............................................................ 4
3. Patofisiologi Kehamilan Postterm ................................................................... 5
4. Manajemen Kehamilan Postterm .................................................................... 6
B. Nitrik Oksida (NO) ............................................................................................. 6
1. Sintesis NO ...................................................................................................... 7
2. Peran NO ......................................................................................................... 9
3. Peran NO dalam System Reproduksi Wanita ............................................... 10
4. Peran NO dalam Pematangan Serviks ........................................................... 11
BAB III METODE PENULISAN ............................................................................... 13
A. Jenis Penulisan .................................................................................................. 13
B. Fokus Penulisan ................................................................................................ 13
ix
C. Sumber Data...................................................................................................... 13
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 13
E. Pengolahan dan Analisa Data ........................................................................... 14
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS ......................................................................... 15
A. Analisis Permasalahan ...................................................................................... 15
B. Manajemen yang Ada Saat Ini ......................................................................... 15
C. Problematika yang Dihadapi ............................................................................. 17
D. Gagasan yang Diajukan .................................................................................... 18
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 20
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................................. 20
Daftar pustaka………………………………………………………………………...21
x
DAFTAR GAMBAR
Nomer Halaman
1. Efek biologis NO sebagai regulator, protektif, dan deleterious……………….7
2. Sintesis NO yang berasal dari L-arginin………………………………………8
3. Pengaruh NO pada sistem reproduksi………………………………………..11
4. Ostium internal serviks, di mana pematangan mulai terjadi, terletak
berdekatan dengan membran janin…………………………………………...11
xi
ABSTRAK
Kehamilan postterm atau kehamilan memanjang merupakan salah satu kondisi
kehamilan yang beresiko dapat menimbulkan beberapa komplikasi pada janin. Sekitar
7,5 % kehamilan merupakan kehamilan postterm atau prolonged gestation dengan
umur kehamilan 42 minggu atau lebih (4). Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
kehamilan postterm ini, diantaranya keluarnya mekonium pada janin yang diakibatkan
stres janin (25% kehamilan postterm), makrosomia (10-20%), oligohidromnion,
hipoglikemi pada fetal dan distokia bahu (8-10% pada bayi yang memiliki berat lebih
dari 4000 gr) (2,3). Sebagian kehamilan posterm menyebabkan dysmaturitas, dan
kematian perinatal yang ditimbulkannya meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan
dengan kehamilan aterm (5). Diagnosis kehamilan postterm biasanya sulit ditegakkan
karena ibu tidak mengetahui Hari Pertama Menstruasu Terakhir (HPMT) secara tepat.
Usaha-usaha yang telah dilakukan dalam mendeteksi dan memanajemen kehamilan
postterm adalah pemeriksaan cairan amnion dengan amniosintesis atau USG untuk
melihat adanya oligohidramnion, pemeriksaan denyut jantung janin, dan scoring
profil biofisik untuk melihat pernafasan, tonus, serta pergerakan janin (10). Usaha –
usaha lain yang dilakukan untuk memanejemen kehamilan postterm adalah
penginduksian persalinan, atau Section Caesar (SC). Namun pemeriksaan cairan
amnion, pemeriksaan denyut jantung janin, dan scoring profil biofisik lebih sering
dilakukan sebagai tindakan pengawasan terhadap keadaan janin dibandingkan sebagai
tindakan screening awal terjadinya kehamilan postterm dan dilakukan setelah
kehamilan 40 minggu. Sedangkan penginduksian persalinan dan SC hanya boleh
dilakuka n apabila ada indikasi yang kuat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengkaji aplikasi Nitrit Oksida (NO) sebagai biomarker alternatif deteksi dini dan
indikasi manajemen kehamilan postterm. Metode penulisan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif dengan cara
mengumpulkan dan menganalisis data dan literatur. NO merupakan salah satu media
penting dalam pematangan serviks. Pelepasan NO dan peningkatan PGE2 yang terjadi
akibat meningkatnya kadar progesteron dan aktifasi sitokin menyebabkan terjadinya
degenerasi kolagen-kolagen yang terdapat pada serviks dan remodeling jaringan-
jaringan serviks yang pada akhirnya akan timbul pematangan serviks secara fisiologis
(27). Rekomendasi penelitian ini terutama ditujukan kepada pemerintah dan
pelayanan kesehatan agar aplikasi nitrit oksida sebagai biomarker alternative untuk
deteksi dini dan indikasi manajemen kehamilan postterm dapat dikembangkan di
Indonesia untuk menangani masalah gizi berlebih atau obesitas.
Keyword : kehamilan postterm, nitrit oksida, deteksi dini, indikasi.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian mortalitas dan morbiditas pada janin akan semakin meningkat
pada usia kehamilan lebih dari 42 minggu. Kehamilan postterm atau kehamilan 42
minggu atau lebih sejak hari pertama haid terakhir merupakan salah satu kondisi
kehamilan yang beresiko dapat menimbulkan beberapa komplikasi pada janin.
Beberapa komplikasi yag dapat timbul pada kehamilan postterm ini adalah
meconium aspiration syndrome, makrosemia, distokia bahu, oligohidromnion,
intra uterine fetal distress dan lain-lain (1,2,3).
Sekitar 7,5 % kehamilan merupakan kehamilan postterm atau prolonged
gestation dengan umur kehamilan 42 minggu atau lebih (4). Lamanya umur
kehamilan yang melebihi waktu menyebabkan berbagai dampak negatif baik
untuk janin ataupun ibu hamil. Dampak yang timbul akibat kehamilan postterm
adalah keluarnya mekonium pada janin yang diakibatkan stres janin (25%
kehamilan postterm), makrosomia (10-20%), oligohidromnion, hipoglikemi pada
fetal dan distokia bahu (8-10% pada bayi yang memiliki berat lebih dari 4000 gr)
(2,3). Sebagian kehamilan posterm menyebabkan dysmaturitas, dan kematian
perinatal yang ditimbulkannya meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan dengan
kehamilan aterm (5).
Kehamilan postterm merupakan salah satu kondisi yang sampai saat ini
masih belum banyak diketahui penyebabnya. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa kejadian timbulnya kehamilan postterm biasanya berhubungan dengan
BMI ibu yang melebihi 35 kg/m2 dan ibu yang mengkonsumsi ikan pada awal
trimester 2 (6,7). Teori lain juga menyebutkan bahwa janin dengan anensefalus
dapat meningkatkan resiko terjadinya kehamilan postterm 23,22 kali lipat
dibandingkan dengan janin normal yang terkait dengan teori maturitas otak janin
dalam faktor terjadinya persalinan (6,8). Resiko kehamilan postterm juga
meningkat dua sampai tiga kali pada wanita yang sudah pernah mengalami
kehamilan postterm sebelumnya (8,9).
2
Diagnosis kehamilan posterm sering kali sulit ditegakkan. Hal ini
dikarenakan ibu tidak mengetahui Hari Pertama Menstruasi Terakhir (HPMT)
dengan tepat, sehingga komplikasi timbul tanpa diketahui kehamilan posterm
sebelumnya. Selain itu, berbagai usaha juga telah dilakukan untuk mendeteksi dan
memanejemen kehamilan postterm ini. Usaha-usaha tersebut adalah pemeriksaan
cairan amnion dengan amniosintesis atau USG untuk melihat adanya
oligohidramnion, pemeriksaan denyut jantung janin, dan scoring profil biofisik
untuk melihat pernafasan, tonus, serta pergerakan janin (10). Usaha –usaha lain
yang dilakukan untuk memanejemen kehamilan postterm adalah penginduksian
persalinan, atau Section Caesar (SC). Namun pemeriksaan cairan amnion,
pemeriksaan denyut jantung janin, dan scoring profil biofisik lebih sering
dilakukan sebagai tindakan pengawasan terhadap keadaan janin dibandingkan
sebagai tindakan screening awal terjadinya kehamilan postterm dan dilakukan
setelah kehamilan 40 minggu. Sedangkan penginduksian persalinan dan SC hanya
boleh dilakukan apabila ada indikasi yang kuat seperti adanya gawat janin.
Gagasan sederhana yang ditawarkan sebagai deteksi dini dan indikasi
manajemen kehamilan postterm pada karya tulis ini adalah dilakukannya
pemeriksaan kadar Nitrit Oksida (NO) pada kehamilan mendekati hari perkiraan
lahir. Secara umum kehamilan postterm belum dapat ditentukan teori
persalinannya yang jelas. Terdapat beberapa teori yang mendasari terjadinya
persalinan, salah satunya adalah teori progesteron. Teori ini menyatakan bahwa
proses persalinan dimulai pada saat terjadi penurunan kadar progesteron (11).
Penurunan kadar progesteron ini kemudian akan mempengaruhi terjadinya
pelepasan NO pada endometrium dan serviks. Pelepasan NO ini dapat
mempengaruhi pematangan serviks yaitu dimana serviks akan berdegenerasi yang
kemudian dapat terjadi pembukaan serviks yang dibantu adanya kontraksi dari
dinding uterus (12). Berdasarkan uraian di atas, maka kajian mengenai aplikasi
NO sebagai biomarker alternatif deteksi dini kehamilan postterm perlu untuk
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada karya tulis ini adalah apakah pemeriksaan kadar nitrit
oksida dapat digunakan sebagai biomarker deteksi dini terjadinya kehamilan
postterm.
3
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengkaji aplikasi NO sebagai
biomarker alternatif deteksi dini dan indikasi manajemen kehamilan postterm.
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat digunakan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya.
2. Jika nitrit oksida terbukti dapat digunakan sebagai biomarker deteksi dini
terjadinya kehamilan postterm, maka diharapkan hal ini dapat digunakan
sebagai aplikasi screening awal resiko terjadinya kehamilan postterm.
3. Jika pengukuran kadar nitrit oksida pada usia kehamilan 37 sampai 40 minggu
memiliki nilai yang signifikan dalam menentukan outcome terjadinya
kehamilan postterm, maka diharapkan hal ini dapat digunakan sebagai indikasi
pasti untuk dilakukannya manajemen kehamilan postterm.
4
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Kehamilan Postterm
1. Definisi Kehamilan Postterm
Kehamilan postterm atau disebut juga kehamilan memanjang yang
didefinisikan sebagai kehamilan 42 minggu lengkap (294 hari) atau lebih sejak
hari pertama haid terakhir dengan siklus haid rata – rata 28 hari. Definisi
kehamilan postterm yang mengartikan bahwa kehamilan berlangsung selama
42 minggu atau lebih sejak menstruasi menganggap bahwa menstruasi yang
dimaksud adalah menstruasi terakhir yang diikuti dengan proses ovulasi 2
minggu kemudian. Meskipun demikian, tidak semua kehamilan benar-benar
dikatakan sebagai kehamilan postterm dikarenakan kesalahan penaksiran usia
gestasi. Hal ini dapat menjelaskan alasan mengapa pada 10% kehamilan yang
telah mencapai kira-kira 42 minggu relative sedikit mengalami postmaturitas
pada janin (13).
2. Sebab terjadinya Kehamilan Postterm
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini
sebab terjadinya kehamilan postterm masih belum jelas. Beberapa teori yang
diajukan pada umumnya menyatakan bahwa kehamilan postterm sebagai
akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori yang diajukan
antara lain sebagai berikut.
a. Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan merupakan kejadian
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler
pada persalinan seperti NO dan prostaglandin dalam pematangan proses
pematangan serviks dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap
oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan
postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron (11).
5
b. Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan dalam kehamilan
postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis
memegang peran penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan
oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan
lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.
c. Teori Kortisol / ACTH janin
Dalam teori ini merupakan “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba – tiba kadar
kortisol pada plasma janin. Peningkatan kadar kortisol ini terkait dengan
tanda terjadinya pematangan sempurna otak pada janin. Kosrtisol janin
akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang
dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat kongenital janin seperti
anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan ada tidaknya kelenjar hipofisis
pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
3. Patofisiologi Kehamilan Postterm
Patofisiologi kehamilan postterm lebih dikaitkan dengan keadaan
kehamilan yang memiliki ciri-ciri klinis tertentu. Ciri-ciri klinis tersebut
meliputi cairan amnion dan keadaan janin serta tali pusat. Berkurangnya
cairan amnion atau kontaminasi mekonium biasanya merupakan patofisiologi
kehamilan postterm yang dikaitkan dengan cairan amnion , sedangkan
disfungsi plasenta, sindrom postmaturitas, atau berkurangnya aliran darah ke
tali pusat merupakan patofisiologi kehamilan postterm yang dikaitkan dengan
keadaan janin. Namun kejadian antara berkurangnya cairan amnion dengan
penurunan fungsi plasenta memiliki hubungan dimana jika terjadi penurunan
fungsi plasenta terjadi maka aliran darah utero-plasenta mengalami penurunan
yang pada akhirnya menyebabkan gangguan pada fisiologi dari janin yang
ditandai dengan penurunan jumlah cairan amnion akibat berkurangnya
ekskresi urin janin (14).
6
4. Manajemen Kehamilan Postterm
Manajemen yang sampai saat ini digunakan pada kehamilan postterm
meliputi dua strategi. Strategi pertama adalah penginduksian persalinan yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan memanjang. Strategi kedua
adalah manajemen ibu hamil dengan pengawasan ketat, dan manajemen aktif
dengan penginduksian persalinan atau tindakan Section Caesar (SC) yang
hanya dilakukan pada indikasi tertentu. (15). Beberapa penelitian menyatakan
bahwa penginduksian persalinan dapat mencegah terjadinya komplikasi yang
diakibatkan kehamilan postterm dan mencegah kelahiran dengan SC
(17,18,19,20). Walaupun deimikian, perlu ditekankan bahwa tindakan-
tindakan tersebut hanya boleh dilakukan apabila sesuai dengan indikasi supaya
dapat mencegah intervensi yang tidak diperlukan (15,21). Manajemen lain
yang dilakukan adalah pemeriksaan cairan amnion dengan amniosintesis atau
USG untuk melihat adanya oligohidramnion, pemeriksaan denyut jantung
janin, scoring profil biofisik untuk melihat pernafasan, tonus, dan pergerakan
janin, serta insiden terjadinya SC (10,22), akan tetapi manajemen tersebut
lebih sering dilakukan sebagai manajemen pencegahan komplikasi pada janin
dan baru dilakukan setelah usia kehamilan 40 minggu, yaitu ketika mulai
terjadi penurunan fungsi plasenta (22).
B. Nitrik Oksida (NO)
NO merupakan molekul gas sederhana yang tidak berwarna dan sangat reaktif.
Molekul ini dibentuk hampir di semua sel dan berfungsi sebagai pengatur
berbagai kondisi fisiologis dan patologis dalam tubuh manusia (23). Secara
umum, NO memiliki 3 macam (gambar 1), yaitu efek sebagai regulator, protektif,
dan deleterious atau efek merugikan (24).
7
Gambar 1. Efek biologis NO sebagai regulator, protektif, dan deleterious.
1. Sintesis NO
NO dibentuk dari asam amino L-arginin. NO disintesis dari konversi
L-arginin menjadi L-Citrulin (gb.II). NO diaktivasi oleh enzim Nitric Oxide
Synthase(NOS). Co-faktor NOS adalah oksigen, NADPH,
tetrahydrobiopterin, dan flavin adenine nucleotides. Isoenzim NOS terdiri dari
3 macam sesuai dengan masing-masing karakteristiknya, yaitu neural NOS
(nNOS atau disebut juga NOS tipe I), inducible NOS (iNOS atau disebut juga
NOS tipe II), dan endothelial NOS (eNOS atau disebut juga NOS tipe III).
Baik nNOS maupun eNOS diaktivasi oleh calcium/calmodulin-dependent,
sedangkan iNOS diaktivasi oleh bacterial lipopolysaccharides (LPS) dan
cytokines. NOS tipe III biasanya ditemukan di sel endotel, NOS tipe I dapat
ditemukan di serebellum dan otot skelet, sedangkan NOS tipe II biasanya
ditemukan di sel makrofag (23,25).
Gambar 2. Sintesis NO yang berasal dari L-arginin
8
Nitrik oksida berperan sebagai messenger (pembawa pesan) pertama
yang sangat mudah berdifusi dan mempengaruhi sel secara langsung maupun
tak langsung. Efek-efek langsungnya diperantarai oleh molekul NO itu sendiri,
sedangkan efek tak langsung diperantarai oleh nitrogen reaktif yang
diproduksi oleh interaksi NO dengan oksigen atau radikal superoksida (O2-).
Pada konsentrasi rendah, NO diproduksi melalui eNOS dan nNOS, efek
langsungnya yang mendominasi, sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi
NO diproduksi melalui iNOS, dan efek tak langsungnya yang mendominasi
(12). Pembentukan siklik guanosin 3’,5’-monofosfat (cGMP) berperan untuk
berbagai efek fisiologik langsung dari NO. Nitrik oksida juga dapat
berinteraksi dengan protein mengandung seng dan protein mengandung besi
nonheme, atau membentuk S-nitrosotiol melalui nitrosilasi (12).
Efek-efek tak langsung dari NO meliputi oksidasi, nitrosasi dan nitrasi.
Produksi NO yang dipicu oleh sitokin memperantarai sitotoksisitas pada sel-
sel target makrofag. Dalam reaksi dengan O2 (otooksidasi), NO membentuk
dinitrogen trioksida (N2O3), yang dapat menimbulkan deaminasi DNA dan
nitrosilasi. Melalui reaksi dengan superoksida, NO memproduksi peroksinitrit
(ONOO-), yang merupakan zat nitrasi toksik dan oksidan yang kuat,
mengubah protein, lemak, tirosin, dan asam nukleat (12). Deteksi NO endogen
dalam sistem biologik adalah hal yang menantang, karena waktu paruhnya
yang sangat pendek. Nitrik oksida pertama kali dikuantifikasi melalui
pemeriksaan kemiluminesens, karena interaksi NO dengan ozon menghasilkan
cahaya. In vitro, mikroelektroda spesifik NO telah digunakan untuk
mendeteksi NO. Selain itu, sebuah analyzer kemiluminesens respon cepat
telah digunakan juga untuk deteksi NO. Pengukuran konversi arginin berlabel
radioaktif menjadi sitrullin dapat digunakan untuk mengukur produksi NO,
begitu pula pembentukan messenger keduanya yaitu cGMP. Sayangnya,
metode ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena hemoglobin
menangkap NO sebelum reaksinya dengan guanilat siklase. Produksi NO juga
dapat dideteksi melalui aktivitas NADP diaforase yang positif (12,43).
Pengkajian NO in vivo lebih sulit lagi. Fungsi vasomotor endotel,
mencerminkan penglepasan NO in vivo, dapat diukur melalui pletismografi
oklusi vena lengan atas dan melalui analisis gelombang-denyut. Ekspresi NOS
yang mengakibatkan produksi NO telah dikaji di berbagai jaringan melalui
9
metode Western-blot dan imunohistokimia, dan hasilnya telah dihubungkan
dengan penglepasan NO. Namun, pengumpulan sampel biopsi jaringan in
vivo dapat dipandang tidak etis dan tentu menimbulkan trauma, yang secara
tak disengaja dapat mengubah pelepasan NO(12).
Nitrik oksida dengan cepat diubah menjadi metabolit NO yang stabil,
yaitu nitrat dan nitrit (Nox), yang dapat dikaji secara in vitro maupun in vivo
melalui reaksi Griess pada cairan fisiologis, misalnya plasma, urin, cairan
peritoneum dan folikel. Cairan vagina juga pernah dikaji untuk mendeteksi
Nox. Reagen Griess membentuk zat warna azo dengan nitrit, yang dapat
diukur menggunakan spektrofotometri. Nitrat dalam sampel harus direduksi
dulu menjadi nitrit sebelum dikaji, dan sampel plasma harus dimurnikan dari
protein lebih dulu. Makanan-makanan yang kaya nitrat (seperti daging merah,
berbagai sayuran, teh, bir dan anggur) dapat meningkatkan kadar nitrat dalam
plasma. Asupan makanan kaya NO harus dibatasi selama 48 jam sebelum
mengambil sampel plasma untuk pengkajian kadar NO plasma15. Kadar NO
serviks tidak dipengaruhi oleh faktor diet dan kadar NO plasma (46).
2. Peran NO
Nitrik oksida adalah molekul pengisyaratan intra dan ekstrasel yang
penting dan terlibat dalam pengaturan berbagai mekanisme fisiologik maupun
patofisiologik pada sistem kardiovaskuler, sistem saraf, sistem imunologik,
reproduksi dan kehamilan. Nitrik oksida merelaksasi otot polos pembuluh
darah, menghambat agregasi trombosit, merangsang angiogenesis, mengurangi
tekanan darah dan menghantarkan isyarat-isyarat neuron. Nitrik oksida
mengaktifkan makrofag untuk mensintesis sejumlah besar NO perusak
mikroorganisme, terutama melalui iNOS. Nitrik oksida berperan sebagai zat
sitotoksik pada peradangan. Nitrik oksida juga mungkin berperan pada asma
dan hal yang menarik ialah pasien-pasien dengan gejala asma dan memiliki
fungsi paru normal telah terbukti memiliki peningkatan konsentrasi NO di
alveolus dan bronkus. Singkatnya, NO terlibat dalam berbagai proses fisiologi
manusia (12).
10
3. Peran NO dalam System Reproduksi Wanita
NO memiliki berbagai peran pada sistem reproduksi, baik wanita
maupun pria. NO berperan dalam proses ereksi pada pria, sedangkan pada
wanita, sirkulasi NO diketahui berperan dalam perkembangan folikel dan
berpengaruh pada ovulasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Majedah
Al-Azemi tahun 2010, ekspresi iNOS juga dapat mempengaruhi fertilisasi dan
perkembangan embrio pada fase awal. Keadaan patologis melalui peningkatan
produksi iNOS akan menyebabkan menurunnya kontraksi pada otot polos tuba
yang dapat mempengaruhi transportasi embrio, sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya kehamilan ektopik (26). Selain itu, produksi NO juga berpengaruh
pada kehamilan, yaitu proses implantasi embrio, penghambatan kontraksi
uterus, dan saat proses persalinan (gambar 3.) (23).
Nitrik oksida mengatur fungsi-fungsi endometrium, seperti reseptivitas
endometrium, implantasi dan menstruasi. Nitrik oksida memperantarai
perubahan arteri spiralis pada desidualisasi, dan membantu implantasi embrio.
Produksi NO sangat penting untuk mempertahankan kehamilan. Pada
perkembangan embrionik preimplantasi awal, NO mengatur pembelahan
mitotik. Pada wanita dengan missed abortion atau blighted ovum, dapat
terdeteksi kadar NO serviks yang lebih tinggi yaitu 59,4 µmol/L pada missed
abortion dan 25,6 µmol/L pada blighted ovum dibandingkan dengan wanita
hamil awal yang viable yaitu 4,3 µmol/L. Konsentrasi NO pada cairan
serviks berhubungan secara terbalik dengan kadar progesteron uterus.
Pelepasan NO serviks menurun pada kehamilan lewat bulan. Pada wanita
hamil lewat bulan dengan kadar NO serviks yang rendah kemungkinan besar
tidak dapat mencapai persalinan spontan dan kemajuan persalinannya akan
lebih lambat dibandingkan dengan wanita hamil lewat bulan dengan kadar NO
yang tinggi. Semakin matang serviks semakin tinggi pelepasan NO serviks.
Pada multipara mempunyai kadar NO yang lebih tinggi dibandingkan nulipara
(12).
11
Gambar 3. Pengaruh NO pada sistem reproduksi.
4. Peran NO dalam Pematangan Serviks
Serviks pada manusia terdiri dari sel-sel otot polos dan jaringan ikat,
sedangkan pada matriksnya terdiri dari air, glikosaminoglikan, dan
proteinoglikan, serta dermanat sulfat, asam hialuronat, dan heparin sulfat.
Stroma atau jaringan yang sebagian besar menyusun jaringan ikat ini terdiri
dari beberapa jenis kolagen, yaitu kolagen tipe I dan kolagen tipe II. Kolagen-
kolagen ini bersifat kaku, tetapi kekakuannya dapat menghilang apabila
terdapat proses kolagenase. Pematangan serviks merupakan proses dari
degenerasi kolagen-kolagen yang terdapat di dalam serviks. Selain itu,
pematangan serviks juga dikaitkan dengan adanya peningkatan sintesis IL
yang merangsang diproduksinya Prostaglandin dan leukotrien.
Gambar 4.Ostium internal serviks, di mana pematangan mulai
terjadi, terletak berdekatan dengan membran janin.
12
Meningkatnya kadar progesterone akan menyebabkan telepasnya NO
pada endometrium dan serviks serta adanya aktifasi sitokin. Aktifasi sitokin
melalui jalur cyclo-oxygenase (COX) II akan menyebabkan terjadi
peningkatan prostaglandin E2 (PGE2). Pelepasan NO dan peningkatan PGE2
akan menyebabkan terjadinnya degenerasi kolagen serviks dan remodeling
jaringan serviks yang pada akhirnya kemudian akan terjadi pematangan
serviks (23, 27). Serviks mengalami perubahan dalam dua fase, fase
pematangan, yang meliputi pengaturan ulang kesegarisan serabut-serabut
kolagen, dan fase dilatasi. Pematangan serviks merupakan bagian tak
terpisahkan dari fase pengkondisian parturisi, dan terjadi tanpa bergantung
kontraksi uterus. Pematangan serviks mencerminkan reaksi peradangan, yang
melibatkan kaskade kompleks dari enzim-enzim degradatif disertai
penyusunan ulang protein dan glikoprotein matriks ekstrasel. Perubahan-
perubahan fisiologik yang terjadi pada kehamilan meliputi hiperplasia dan
hipertrofi fibroblas serviks dan sel otot polos, bersama dengan peningkatan
hidrasi jaringan (12).
.
13
BAB III
METODE PENULISAN
A. Jenis Penulisan
Dalam melakukan penulisan ini dipergunakan bermacam-macam metode,
tergantung dari sifat dan masalah yang sedang dianalisis. Dengan memerhatikan
tujuan penulisan yang dikaitkan dengan topik yang diteliti, jenis penelitian yang
akan digunakan adalah penelitian studi kepustakaan karena dilakukan dengan cara
mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori atau konsep-konsep dari
sejumlah literatur, baik buku, jurnal, majalah, koran, atau karya tulis lainnya yang
relevan dengan topik, fokus, atau variabel penelitian. Pendekatan yang digunakan
adalah kualitatif karena data dalam bentuk bukan angka dan berupa teks,
dokumen, atau obyek-obyek lainnya. Penulisan ini dilakukan dengan tujuan untuk
memaparkan dan menjelaskan sejumlah variabel yang terkait dengan masalah dan
unit yang ditulis dengan mengeksplorasi teori dan data dari kepustakaan.
B. Fokus Penulisan
Fokus penulisan dalam karya tulis ini adalah:
1. Menganalisis
2. Menganalisis
C. Sumber Data
Sumber data penulisan karya tulis ini adalah data sekunder, yakni dari
jurnal, literatur buku, situs internet, dan dokumen lain yang relevan dengan objek
penulisan bersangkutan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penulisan ini adalah
dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dari
dokumen. Literat dilakukan dengan memanfaatkan dokumen-dokumen tertulis,
teks, literatur, atau benda-benda lainnya yang berkaitan dengan aspek-aspek yang
diteliti
14
E. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis data sekunder. Data yang
sudah dikumpulkan dari berbagai sumber kemudian diseleksi dan diklasifikasi
menurut fokus penulisan, sehingga mampu menjelaskan dan menjawab
permasalahan. Selanjutnya data tersebut diolah dengan melakukan penggalian
teori, pemikiran, dan penafsiran.
15
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
A. Analisis Permasalahan
Kehamilan postterm atau kehamilan memanjang merupakan salah satu
komplikasi yang terdapat pada kehamilan. Penyebab utama terjadinya kehamilan
postterm ini masih belum diketahui secara jelas. Selama hampir tiga perempat aad
ke-20, kehamilan postterm dianggap tidak bermasalah, terkecuali apabila
kehamilan tersebut disertai makrosemia atau persalinan yang sulit. Pada tahun
1950an, peningkatan angka kematian perinatal pada kehamilan 42 minggu atau
lebih dianggap belum cukup untuk dilakukannya intervensi pada kehamilan ini.
Hingga pada tahun 1970an, peningkatan kematian perinatal terjadi sangat
signifikan sehingga intervesi seperti persalinan atau pengawasan kesehatan janin
dirasa sangat diperlukan (13,28,29).
Peningkatan kematian perinatal yang terjadi pada kehamilan postterm
biasanya disebabkan oleh komplikasi-komplikasi yang timbul setelah 42 minggu
usia kehamilan. Komplikasi-komplikasi tersebut diantaranya adalah meconium
aspiration syndrome, makrosemia, distokia bahu, oligohidromnion, stres janin,
hipoglikemi pada janin, dysmaturitas, dan Intrauterine Fetal Death (2,3,5,30).
Komplikasi yang terjadi akibat kehamilan postterm tidak hanya dialami
oleh janin. Penelitian yang dilakukan Runa dkk menunjukkan bahwa semakin
lama usia kehamilan, maka persalinan dengan SC akan semakin meningkat.
Perpanjangan persalinan kala I dan kala II juga banyak terjadi pada kehamilan
postterm. Hemoragik maternal yang terjadi pada kehamilan postterm biasanya
berhubungan dengan makrosemia pada janin (30).
B. Manajemen yang Ada Saat Ini
Manajemen yang telah dilakukan saat ini dalam menangani kehamilan
postterm adalah penginduksian persalinan yang lebih sering dilakukan pada usia
kehamilan ke 40 minggu dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan
memanjang. Manajemen konservatif juga dapat dilakukan dengan pengawasan
keadaan janin yang ketat apabila kehamilan masih berusia 37 minggu. Manajemen
16
lainnya adalah dengan tindakan SC apabila usia kehamilan sudah mencapai 42
minggu atau terdapat indikasi lain (15,17,18,19,20,30). Selain manajemen yang
telah disebutkan sebelumnya, pemeriksaan cairan amnion juga sering dilakukan
sebagai manajemen kehamilan postterm yang dilakukan pada usia kehamilan 37
minggu dengan tujuan sebagai deteksi dini kehamilan postterm (10,22).
Induksi persalinan memiliki dua fungsi secara garis besar, yaitu
memperkuat kontraksi pada uterus dan memicukan pematangan serviks. Obat-obat
yang biasanya digunakan adalah oksitosin, dinoproston yang mengandung sintetik
dari prostaglandin E2, dan misoprostol yang mengandung sintetik dari
prostagladndin E1. Oksitosin merupakan obat yang bekerja reseptor protein-G
terkopel dan perantara kedua fosfoinositida-kalsium sehingga akan memicu
kontraksi pada uterus. Oksitosin yang diberikan pada dosis kecil dapat
meningkatkan frekuensi dan kekuatan kontraksi uteris (31). Walaupun digunakan
untuk menginduksi persalinan, obat ini kurang efektif apabila digunakan pada
kehamilan postterm dengan pematangan serviks yang kurang baik (32).
Obat lain yang digunakan adalah dinoproston dan misoprostol. Kedua
macam obat ini biasanya digunakan untuk penginduksian kontraksi pada uterus
dan pematangan serviks. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat
keefektifan kedua obat ini. Hasil yang didapat dari penelitian-penelitian tersebut
adalah misoprostol dan dinoproston memang efektif dalam penginduksian
kontraksi uterus dan pematangan serviks (33,34,35,36).
Manajemen lain yang dilakukan adalah Section Caesar atau disingkat
sebagai SC. SC adalah operasi abdominal mayor yang dilakukan dengan membuat
dua insisi, yaitu insisi pada dinding abdomen (laparotomy) dan insisi pada dinding
uterus (hysterotomy) dengan tujuan untuk mengeluarkan bayi (13,37). Indikasi
dilakukannya tindakan SC ini adalah riwayat SC sebelumnya, distokia persalinan,
gawat janin, dan presentasi bokong. Pada riwayat SC sebelumnya perlu
diperhatikan jenis insisi uterus sebelumnya, jumlah SC, indikasi dilakukannya SC
sebelumnya, dan SC elektif berulang (13). Indikasi lain dilakukannya tindakan SC
adalah apabila pasien menderita infeksi aktif herpes pada organ genital atau
menderita HIV, dan cephalopelvic disproportion (37). Penatalaksanaan dengan
tindakan SC perlu dilakukan dengan indikasi yang kuat mengingat bahayanya
komplikasi yang dapat timbul setelah melakukan SC.
17
Selain penginduksian persalinan dan SC, pemeriksaan cairan amnion yang
dilakukan dengan amnionsintesis atau USG juga sering dilakukan sebagai
pendeteksian dini kehamilan postterm. Pemeriksaan ini biasa dilakukan pada usia
kehamilan kira-kira 40 minggu. Pemeriksaan amnion dilakukan dengan mengukur
Amnion Fluid Index (AFI) untuk mendeteksi terjadinya oligohidromnion dalam
uterus ibu.
C. Problematika yang Dihadapi
Induksi persalinan dan tindakan SC merupakan penatalaksanaan
kehamilan postterm yang lebih sering dilakukan, akan tetapi dalam menentukan
penatalaksanaan ini, perlu dipikirkan apakah pasien memang memiliki indikasi
yang kuat untuk dilakukannya induksi persalinan atau tindakan SC ini. Hal ini
perlu dipikirkan untuk menghindari tindakan intervensi yang tidak diperlukan
mengingat komplikasi-komplikasi yang dapat timbul akibat tindakan SC atau efek
samping yang timbul akibat pemberian induksi persalinan.
Sebuah penelitian yang dilakukan Anthony Sciscione dkk tahun 2001
menunjukkan bahwa pemberian misoprostol sama efektifnya dengan penggunaan
kateter foley untuk pematangan serviks, akan tetapi pada group misoprostol
ditemukan beberapa kasus terjadinya uterine tachysystole atau hiperkontraksi pada
uterus yang merupakan efek samping pada pemberian misoprostol (35). Walaupun
penelitian lain juga menunjukkan bahwa induksi persalinan dengan misoprostol
termasuk tindakan yang efektif, akan tetapi tetap perlu diperhatikan efek samping
yang dapat timbul dalam pemakaian obat ini (38). Sama halnya dengan SC,
beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk meneliti outcomes dari tindakan
SC postpartum didapatkan bahwa kematian maternal meningkat setelah
dilakukannya SC. Hal ini berkaitan dengan komplikasi-komplikaso yang timbul,
diantaranya perdarahan, cardiac arrest, tromboemboli vena, dan infeksi mayor.
Komplikasi lainnya adalah rupture uterin, dan histerektomi (39,40). Tindakan lain
yang dilakukan pada kehamilan postterm adalah pemeriksaan cairan amnion yang
dilakukan untuk mendeteksi terjadinya oligohidromnion akibat mulai terjadinya
penurunan fungsi plasenta. Walaupun tindakan ini dapat digunakan sebagai
deteksi dini kehamilan postterm, akan tetapi pemeriksaan cairan amnion baru
dapat dilakukan ketika usia kehamilan mencapai 40 minggu. Oleh sebab itu,
18
pendeteksian kehamilan postterm yang lebih dini dan penentuan indikasi yang
tepat untuk menentukan tindakan selanjutnya perlu dilakukan.
D. Gagasan yang Diajukan
Manajemen yang akan dilakukan selalu didahului dengan ada tidaknya
indikasi yang memang dibutuhkan untuk dilakukannya tindakan manajemen
tersebut. Dalam istilah medis, “indikasi” mengacu pada penentuan tindakan
manajemen untuk menatalaksanakan suatu kondisi patologis (41). Suatu kondisi
patologis dapat dijadikan indikasi ketika kondisi tersebut secara pasti dapat
menimbulkan suatu penyakit atau komplikasi penyakit lainnya. Penurunan kadar
NO diduga merupakan peyebab timbulnya salah satu komplikasi umum yang
terjadi pada kehamilan, yaitu kehamilan postterm.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, NO merupakan salah satu media
penting dalam pematangan serviks. Pelepasan NO dan peningkatan PGE2 yang
terjadi akibat meningkatnya kadar progesteron dan aktifasi sitokin menyebabkan
terjadinya degenerasi kolagen-kolagen yang terdapat pada serviks dan remodeling
jaringan-jaringan serviks yang pada akhirnya akan timbul pematangan serviks
secara fisiologis (27). Atas dasar proses fisiologis itulah, banyak penelitian
dilakukan dengan tujuan untuk mencari ada tidaknya hubungan antara kadar NO
dengan terjadinya kehamilan postterm terutama yang diakibatkan pematangan
serviks yang kurang baik.
Suatu penelitian yang dilakukan di RS Kariyadi Semarang pada tahun
2008 menunjukkan bahwa ditemukannya kadar NO serviks yang lebih rendah
pada kehamilan postterm dibandingkan kehamilan cukup bulan yang sudah
inpartu (42). Penelitian lain yang dilakukan oleh Vaisanen-Tommiska dkk juga
menunjukkan hal yang serupa. Pada pasien yang memiliki kadar NO, memiliki
resiko akan mengalami kehamilan postterm. Rendahnya kadar NO serviks dapat
menyebabkan pematangan serviks yang terhambat sehingga tidak terjadi
persalinan dan berlanjut menjadi kehamilan postterm (43). Pada kehamilan cukup
bulan dengan kadar NO serviks rendah diprediksi akan mengalami kehamilan
postterm sehingga sebaiknya dilakukan tindakan untuk mencegah komplikasi
yang dapat terjadi akibat kehamilan postterm seperti dengan memberikan obat –
19
obatan NO dan mengakhiri kehamilan pada usia kehamilan 41 minggu. Pemberian
obat – obatan NO ini diharapkan dapat meningkatkan kadar NO di serviks
sehingga diharapkan terjadinya pematangan serviks yang dimana merupakan
faktor penting dalam proses persalinan (44).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
penulis menyarankan suatu gagasan bahwa penentuan kadar NO pada usia
kehamilan sekitar 37 minggu hingga 40 minggu dapat mendeteksi terjadinya
kehamilan postterm sebagai outcome. Selain dapat mendeteksi terjadinya
kehamilan postterm, penentuan kadar NO dan persentesi terjadinya kehamilan
postterm mungkin dapat digunakan sebagai indikasi diperlukannya manajemen
penginduksian persalinan atau tindakan SC jika dibutuhkan. Pemeriksaan kadar
NO dilakukan dengan cara pengambilan sampel pada cairan serviks dengan
menggunakan dacron polyester swab ke dalam canalis servikalis pada ibu hamil,
kemudian didiamkan selama 20 detik. Kemudian swab dibilas dengan larutan
saline 1,5 ml selama 2 menit dalam tabung reaksi, dan setelah itu sediaan
dimasukkan ke dalam tabung penyimpanan yang diberi label identitas responden.
Tabung di disimpan dalam freezer dengan suhu -21 ◦C. Kemudian sediaan
diperiksa dan dianalisis kadar metabolit NO. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan Nitric Oxide Colorimetric Assay Kit. Prinsip dasar pemeriksaan
adalah konversi enzimatik nitrat menjadi nitrit oleh nitrat reduktase. Reaksi ini
akan dideteksi secara kolorimetrik adanya nitrit sebagai zat warna azo oleh reaksi
Griess enzymatic conversion of nitrate to nitrite by nitrate reductase.
Pemeriksaan dilakukan dengan microplate reader pada panjang gelombang 540 -
570 nm.
20
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Karya tulis ini dibuat sebagai gagasan untuk mendeteksi dini kehamilan
postterm dan sebagai indikasi manajemen persalinan dengan menggunakan
biomarker pengukuran kadar NO. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
cairan serviks yang diambil dengan menggunakan swab Dacron. Kemudian
sediaan akan diuji metabolit NO dengan menggunakan reaksi Griess yang
kemudian akan diukur kadarnya dengan menggunakan Nitric Oxide Colorimetric
Assay Kit.
B. Saran
Karya tulis ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam menilai
tingkat sensitifitas dan spesifisitas untuk mendeteksi dini kehamilan postterm dan
sebagai indikasi manajemen persalinan dengan menggunakan biomarker
pengukuran kadar NO.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Crowley, P. 2000. Interventions for preventing or improving the outcome of
delivery at or beyond term. Cochrane Database: CDOOO170 [abstract]. Diakses
pada 26 Juli 2011, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10796167/
2. College of Midwives of Manitoba. (2000). Guideline for management of post-
term pregnancy. Diakses 22 Juli 2011, dari
http://www.midwives.mb.ca/policies_and_standards/guideline-management-of-
post-term.pdf
3. Salud. (2010). Obstetric: preterm birth, postterm pregnancy, and fetal growth
disorders. Trans4med2012. Diakses 22 Juli 2011, dari
http://images.xixcalibur19.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TK1tuQoo
Cy0AAHIdbhg1/OB%20-
%20preterm,%20post%20term,%20fetal%20growth%20disorders.pdf?key=uemed
2012b:journal:805&nmid=372605370
4. Harrington DJ, MacKenzie IZ, Thompson K, et al; Does a first trimester dating
scan using crown rump length measurement reduce the rate of induction of labour
for prolonged pregnancy? An uncompleted randomised controlled trial of 463
women. BJOG. 2006 Feb;113(2):171-6. [abstract]
5. Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., Wirakusumah, F., dkk. 2005. Ilmu
Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi (Ed. 2). Jakarta : EGC
6. Olesen AW, Westergaard JG, Olsen J; Prenatal risk indicators of a prolonged
pregnancy. The Danish Birth Cohort 1998-2001. Acta Obstet Gynecol Scand.
2006;85(11):1338-41. [abstract]
7. Olsen SF, Osterdal ML, Salvig JD, et al; Duration of pregnancy in relation to
seafood intake during early and mid pregnancy: prospective cohort. Eur J
Epidemiol. 2006;21(10):749-58. Epub 2006 Nov 17. [abstract]
8. Handaria, Diana. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Kehamilan Lewat Bulan. FK UNDIP : Semarang.
9. I Mogren, H Stenlund, U Hogberg. Recurrence of prolonged pregnancy.
International Journal of Epidemiology, Volume 28, Number 2, pp. 253-257(5);
April 1999
10. L, Pasquini., R, Nasto., ME, Mie., B, Giuliani, & E, Periti. 2003. Amniotic fluid
analysis as a screening test in term and post-term pregnancy. Minerva Ginecol
55(1):66-73. [abstract] Diakses pada 26 Juli 2011, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12598846
11. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap II LC, Hauth JC, Wenstrom
KD.2001. Mechanism of normal labor. In Williams obstetrics . 21st ed. McGraw
Hill Inc.
12. Tommiska MV.2006. Nitric oxide in human uterine cervix: role in cervical
ripening [Academic dissertation]. Helsinki : Departement of Obstetrics and
Gynecology, Medical Faculty of the University of Helsinki – Helsinki University
Central Hospital. Diakses dari : http://ethesis.helsinki.fi
13. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap II LC, Hauth JC, Wenstrom
KD.2006. Williams Obstetrics . 21st ed (Andry Hartono & Y. Joko Suyono,
Trans.). Jakarta:EGC.
14. Gilbert, Elizabeth Stepp., & Harmon, Judith Smith. 2003. Manual of High
Pregnancy & Delivery
22
15. Mandruzzato, Giampaolo., Alfirevic, Zarko., Chervenak, Frank., Gruenebaum,
Amos., Heimstads, Runa., Heinonens, Seppo., et al. 2010. Guidelines for the
management of porstterm pregnancy. J. Perinat. Med 111-119. Diakses pada 27
Juli 2011, dari http://www.anestesia-dolor.org/repositorio/Anestesia-en-
obstetricia/17.%20Guias%20del%20manejo%20del%20embarazo%20post%20ter
mino.pdf
16. Caughey, Aaron B., Sundaram, Vandana., Kaimal, Anjali J., Gienger, Allison.,
Cheng, Yvonne W., McDonald, Kathryn M., et al. 2009. Systematic Review:
Elective Induction of Labor Versus Expectant Management of Pregnancy. Annals
of Internal Medicine 151:252-263. Diakses pada 28 Juli 2011, dari
http://www.annals.org/content/151/4/252.full.pdf+html
17. Treger, M., Hallak, M., Silberstein, T., Friger, M., Katz, M., & Mazor, M. 2002.
Post-term pregnancy: should induction of labor be considered before 42 weeks?.
Journal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine, Vol 11, No.1, Pages 50-53
[abstract]. Diakses pada 27 Juli 2011, dari
http://informahealthcare.com/doi/abs/10.1080/jmf.11.1.50.53
18. Heimstad, Runa., Romunstad, Pal R., Hyett, Jon., Mattson, Lars-ake., & Salvesen,
Kjella. 2007. Women’s experiences and attitudes towad expectant management
and induction of labor for post-term pregnancy. ACTA Obstetricia et
Gynecologica Scandinavica, Vol 86, Issues 8, pages 950-956 [abstract]. Diakses
pada 28 Juli 2011, dari
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1080/00016340701416929/full
19. Sanchez-Ramos, Luis., Olivier, Felicia., Delke, Isaac., & Kaunitz, Andrew M.
2003. Labor induction versus expectant management for postterm pregnancies: a
systematic review with meta analysis. Obstetric & Gynecology, Vol 101, Issues 6,
p 1312-1318 [abstract]. Diakses pada 28 Juli 2011, dari
http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2003/06000/Labor_Induction_Vers
us_Expectant_Management_for.29.aspx
20. Maternity Hospital Leonor Mendes de Barros, São Paulo, Brazil. 2003.
Misoprostol versus oxytocin for labor induction in term and post-term pregnancy:
randomized controlled trial. Medical Journal Sāo Paulo, Vol 121, Issues 3, p 102-
106.
21. Heimstad, Runa., Skogvoll, Eirik., Mattsson, Lars-Åke., Johansen, Ole Jakob.,
Eik-Nes, Sturla H., & Salvesen, Kjell Å. 2007. Induction of labor or serial
antenatal fetal monitoring in postterm pregnancy: a randomized control trial.
Obstetric & Gynecology, Vol 109, Issues 3, pp 609-617. Diakses pada 28 Juli
2011, dari
http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2007/03000/Induction_of_Labor_o
r_Serial_Antenatal_Fetal.6.aspx
22. Verrotti, Carla., Bedocchi, Laura.,Piantelli, Giovanni., Cavalloti, Davide., Fieni,
Stefani., & Gramellini, Dandolo. 2004. Amniotic fluid index versus largest
vertical pocket in the prediction of perinatal outcome in post-term pregnancies.
Acta Bio Medica Anteno Parmense, Vol 75, Suppl. 1, pp 67-70.
23. Väisänen-Tommiska, Mervi. 2006. Nitric oxide in human uterine cervix : role in
cervix ripening. Department of Obstetrics and Gynecology, Helsinki University
Central Hospital, University of Helsinki, Finland. Diakses pada 27 Juli 2011, dari
https://helda.helsinki.fi/bitstream/handle/10138/23082/nitricox.pdf?sequence=2
24. Grisham, Matthew B., Jourd'Heuil, David., & Wink, David A. 2011. Physiological
chemistry of nitric oxide and its metabolites: implications in inflammation.
American Journal of Physiology: Gastrointestinal and Liver Physiology, Vol 279
23
No. 2. Diakses pada 28 Juli 2011, dari
http://ajpgi.physiology.org/content/276/2/G315.full
25. Klabunde, Richard E. 2008. Nitric oxide. Cardiovascular Physiology Concepts.
Diakses pada 28 Juli 2011, dari
file:///D:/Documents/Reproduksi/Nitrit%20oxide%20metabolism.htm
26. Al Azemi, Majedah., Refaat, Bassem., Amer, Saad Amer., Ola, Bolarinde.,
Chapman, Neil., & Ledger, William. 2010. The expression of inducible nitric
oxide synthase in the human fallopian tube during the menstrual cycle and in
ectopic pregnancy . Sciencedirect,Vol 94, Issues 3, pp 833-840 [abstract]. Diakses
pada 28 Juli 2011, dari
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0015028209008644
27. Tommiska MV.2006. Nitric oxide in human uterine cervix: role in cervical
ripening [Academic dissertation]. Helsinki : Departement of Obstetrics and
Gynecology, Medical Faculty of the University of Helsinki – Helsinki University
Central Hospital. Diakses dari : http://ethesis.helsinki.fi
28. Olesen, Annette W., Westergaard, Jes G., & Olsen, Jorn. 2003. Perinatal and
maternal complications related to postterm delivery: A national register-based
study, 1978-1993. American Journal of Obstetric & Gynecology, Vol 168, Issues
1, pp 222-227 [abstract]. Diakses pada 23 Juli 2011, dari
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937803004022
29. Caughey, Aaron B & Musci, Thomas J. 2004. Complications of term pregnancies
beyond 37 weeks of gestation. American College of Obstetricians and
Gynecologists, Vol 103, No.1. diakses pada 23 Juli 2011, dari
http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2004/01000/Complications_of_Ter
m_Pregnancies_Beyond_37_Weeks.11.aspx
30. Heimstad, Runa., Romundstad, Pål R., Eik-Nes, Sturla H., & Salvesen, Kjell Å.
2006. Outcomes of pregnancy beyond 37 weeks of gestation. American College of
Obstetricians & Gynecology, Vol 108, No. 3. Diakses pada 23 Juli 2011, dari
http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2006/09000/Outcomes_of_Pregnan
cy_Beyond_37_Weeks_of_Gestation.6.aspx
31. Masters, Susan B. Hormon-hormon hipotalamik & hipofisis. In Bertram G.
katzung (Eds.). Farmakologi Dasar & Klinik Ed. 10. Jakarta: EGC.
32. Kelly, A.j., & Tan, B. 2001. Intravenous Oxytocin Alone for Cervical Ripening
and Induction of Labour. Birth: issues in Periinatal Care, Vol 28, Issues 4, pp
280-281 [abstract]. Diakses pada 29 Juli 2011, dari
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1523-536X.2001.00280.x/abstract.
33. Tan, T-C., Yan, SY., Chua, TM., Biswas, A., & Chong, Y. S. 2010. A randomised
controlled trial of low-dose misoprostol and dinoprostone vaginal pessaries for
cervical priming. BJOG: An International Journal of Obstetric & Gynecology, Vol
117, Issues 10, pp 1270-1277 [abstract]. Diakses pada 29 Juli 2011, dari
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1471-0528.2010.02602.x/full
34. Nunes, Filomena P., Camos, Ana P.,Pedroso, Sónia R., Leite, Cristina F., Avillez,
Teresa P., Rodrigues, Rosalinda D., et al. Intravaginal glyceryl trinitrate and
dinoprostone for cervical ripening and induction of labor. American Journal of
Obstetrics & Gynecology, Vol 194, Issues 4, pp 1022-1026 [abstract]. Diakses
pada 29 Juli 2011, dari
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937805024373
35. Sciscione, Anthony., Nguyen, Lisa., Manley, James., Pollock, Marjoriemsn.,
Maas, Bridget., & Colmorgen, Garrett. 2001. A randomized comparison of
transcervical foley catheter to intravaginal misoprostol for preinduction cervical
24
ripening. Obstetric & Gynecology, Vol 97, Issues 4, pp 603-607. Diakses pada 29
Juli 2011, dari
http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2001/04000/A_Randomized_Comp
arison_of_Transcervical_Foley.22.aspx
36. GJ, Hofmeyr & AM, Gülmezoqlu. 2003. Vaginal misoprostol for cervical ripening
and induction of labour.US National Libraryof Medicine: National Institutes of
Health [abstract]. Diakses pada 29 Juli 2011, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12535398
37. Balentine, Jerry R., Talavera, Fransisco., & Shulman, Lee P. 2011Cesarean
childbirth. Emedicine Health. Diakses pada 29 Juli 2011, dari
http://www.emedicinehealth.com/cesarean_childbirth/article_em.htm
38. Ezechi, OC., Kalu, BKE., Njokanma, FO., Nwokoro, CA., & Okeke, GCE. 2004.
Vaginal misoprostol induction of labour: a Nigerian hospital experience. Journal
of Obstetrics & Gynecology, Vol 24, No. 3, pp 239-242 [abstract]. Diakses pada
29 Juli 2011, dari
http://informahealthcare.com/doi/abs/10.1080/01443610410001660698
39. Liu, Shiliang., Liston, Robert M., Joseph, K.S., Heaman, Maureen., Sauve, Reg.,
& Kramer, Michael S. 2007. Maternal mortality and severe morbidity associated
with low-risk planned cesarean delivery versus planned vaginal delivery at term.
Canadian Medical Association, Vol 176, No. 4, pp 455-460. Diakses pada 29 Juli
2011, dari http://www.ecmaj.ca/content/176/4/455.short
40. Landon, Mark B., hauth, John C., Leveno, Kenneth J., Spong, Catherine Y.,
Leindecker, Sharon., Varner, Michael W et al. 2004. Maternal and perinatal
outcomes associated with a trial of labor after prior cesarean delivery.The New
England Journal of Medicine, Vol 351, No. 25, pp 2581-2589. Diakses pada 29
Juli 2011, dari http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMoa040405
41. Marks, Jay. 2009. Indication for drugs (uses), approved vs. non-approved.
MedicineNet.com. Diakses pada 30 Juli 2011, dari
http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=20732
42. Mochtar, AA. 2008. Perbandingan Kadar Nitrik Oksida Serviks pada Kehamilan
Lebih dari 41 Minggu Inpartu dan Belum Inpartu. Fakultas kedokteran
Universitas Diponegoro bagian spesialis 1 obstetri dan ginekologi. Semarang.
43. Vaisanen-Tommiska M, Nuutila M, Tlikorkala O.2004. Cervical nitric oxide
release in women postterm. Obstet. Gynecol. Diakses pada 30 Juli 2011, dari
http://journals.lww.com/greenjournal/Abstract/2004/04000/Cervical_Nitric_Oxide
_Release_in_Women_Postterm.9.aspx
44. Troncoso GA, Alvarado AV, Gomez AB.2005. Intracervical Application of the
Nitric Oxide Donor Isosorbide Dinitrate for Induction of Cervical Ripening : a
Randomized Controlled Trial to Determine Clinical Efficacy and Safety Prior to
First Trimester Surgical Evacuation of Retained Products of Conception. Br J
Obstet Gynecol.
45. Prawirohardjo S.2010. Ilmu Kebidanan cetakan ketiga. Penerbit; Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Jakarta.
46. Vaisanen-Tommiska M, Mikkola TS, Ylikorkala O.2004. Increased release of
cervical nitric oxide in spontaneous abortion before clinical symptoms: A possible
mechanism for preabortal cervical ripening. J Clin Endocrinol Metab; 89: 5622-6.