Aplikasi Motor Listrik - Lift
-
Upload
almas-lutfi-nur-aziz -
Category
Documents
-
view
283 -
download
76
description
Transcript of Aplikasi Motor Listrik - Lift
Ryanto Sidiki & Fransiscus R.KNIK NEGERI MANADO JURUSAN TEKNIK EL
KONSENTRASI LISTClass 2D Sem
2010
APLIKASI MOTORINDUKSIPENERAPAN PADA LIFT / ELEVETOR
Tewuh POLYTE EKTRO
RIK D4ester II
KATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan rahmatnya
sehingga Tugas Hasil kelompok kami dapat terselesaikan.Terutama kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian Tugas ini.Secara khusus kami selaku penulis Tugas ini
mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen mata kuliah ini atas bimbingan beliau
sehingga saya bisa memperoleh informasi-informasi dalam pengembangan diri dan intelektual.
Seperti pepatah yang mengatakan “Tak ada Gading yang tak retar” begitu juga dengan
Tugas ini, tentu tidak lepas dari ketidak-sempurnaan. kami selaku penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran guna pengembangan dalam diri kami. Akhir kata sekali lagi kami mengucapkan
banyak terima kasih atas partisipasi anda membaca tulisan ini.Terima kasih.
Manado, 18 April 2010
Penulis,
DAFTAR
Kata Pengatar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
Bab II. Teori Dasar
1. Elektro-mekanik
2. Elektro-magnetik
Bab III. Teori Terapan
1. Motor Induksi
Bab IV. Pembahasan
1. Lift / Elevator
Bab V. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I.
Setiap hari kita banyak melakukan aktifitas yang begitu banyak. Tahukah anda kalau
90% pekerjaan atau aktifitas kita telah dibantu oleh sebuah motor listrik khususnya motor
induksi. Pompa air, DVD Player, Kipas angin, AC, Mesin cuci, Blendder,dan masih banyak lagi,
yang merupakan peralatan yang sering kita gunakan. Motor induksi adalah komponen utamanya.
Coba kita bayangkan tanpa adanya motor induksi, pasti kita akan sulit untuk melakukan aktifitas.
Melalui tulisan ini akan dibahas secara mendalam tentang Motor Induksi khususnya Aplikasinya
pada Lift listrik. Mesin-mesin listrik digunakan untukmengubah suatu bentuk energi keenergi
yang lain, misalnya mesin yangmengubah energi mekanis ke energy listrik disebut generator,
dan sebaliknyaenergi listrik menjadi energy mekanis disebut motor. Masing-masingmesin
mempunyai bagian yang diamdan bagian yang bergerak.Bagian yang bergerak dan diam
terdiri dari inti besi, dipisahkan oleh celahudara dan membentuk rangkaian magnetic dimana
fluksi dihasilkan oleh aliranarus melalui kumparan/belitan yangterletak didalam kedua bagian
tersebut.Pada umumnya mesin-mesin penggerakyang digunakan di Industri mempunyaidaya
keluaran lebih besar dari 1HP dan menggunakan motor InduksiTiga Fasa.
Adapun kelebihan dan kekurangan motor induksi bila dibandingkan dengan jenis motor lainnya,
adalah :
Kelebihan Motor Induksi
� Mempunyai konstruksi yang sederhana.
� Relatif lebih murah harganya bila dibandingkan dengan jenis motor yang lainnya.
� Menghasilkan putaran yang konstan.
� Mudah perawatannya.
� Untuk pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai penggerak mula.
� Tidak membutuhkan sikat-sikat, sehingga rugi gesekan bisa dikurangi.
Kekurangan Motor Induksi
� Putarannya sulit diatur.
� Arus asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 s/d 6 kali arus nominal motor
BAB II. TEORI DASAR
1. ELEKTROMEKANIK
DASAR ELEKTROMEKANIK
1.1. Konversi Energi ElektromekanikKonversi energi baik dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya dari energi mekanik menjadi energi listrik (generator) berlangsung melalui medium medan magnet. Energi yang akan diubah dari satu system ke system lainnya, sementara akan tersimpan pada medium medan magnet untuk kemudian dilepaskan menjadi energi system lainnya. Dengan demikian, medan magnet di sini selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi juga sekaligus sebagai medium untuk mengkopel perubahan energi.
Dengan mengingat hukum kekekalan energi, proses konversi energi elektromekanik dapat dinyatakan sebagai berikut (untuk motor):
(Energi Listrik sebagai input) = (Energi Mekanik sebagai output + Energi panas) + (Energi pada medan magnet dan rugi-rugi magnetic)
atau dalam persamaan differensial, konversi energi dari elektris ke mekanis adalah sebagai berikut:dWE = dWM + dWF
Ini hanya berlaku ketika proses konversi energi sedang berlangsung pada keadaan dinamis yang transient. Untuk keadaan tunak, dimana fluks merupakan harga yang konstan, makadWF = 0dWE = dWM
1.2. Gaya Gerak ListrikApabila sebuah konduktor digerakkan tegak lurus sejauh ds memotong suatu medan magnet dengan kerapatan fluks B, maka perubahan fluks pada konduktor dengan panjang efektif l adalah:d = B l ds
Dari Hukum Faraday diketahui bahwa gaya gerak listrik (ggl) E = d/dtMaka e = B l ds/dt; dimana ds/dt = v = kecepatan
Jadi, e = B l v
1.3. KopelArus listrik I yang dihasilkan di dalam suatu medan magnet dengan kerapatan fluks B akan menghasilkan suatu gaya F sebesar:
F = B I l
Jika jari-jari rotor adalah r, maka kopel yang dibangkitkan adalahT = F r
Perlu diingat bahwa saat gaya F dibangkitkan, konduktor bergerak di dalam medan magnet da seperti diketahui akan menimbulkan gaya gerak listrik yang merupakan reaksi (lawan) terhadap tegangan penyebabnya. Agar proses konversi energi listrik menjadi energi mekanik (motor) dapat berlangsung, tegangan sumber harus lebih besar daripada gaya gerak listrik lawan.
Begitu pula, suatu gerak konduktor di dalam medan magnet akan membangkitkan tegangan e = B l V dan bila dihubungkan dengan beban, akan mengalir arus listrik I atau energi mekanik berubah menjadi energi listrik (generator). Arus listrik yang mengalir pada konduktor tadi merupakan medan magnet pula dan akan berinteraksi dengan medan magnet yang telah ada (B). Interaksi medan magnet merupakan gaya reaksi (lawan) terhadap gerak mekanik yang diberikan. Agar konversi energi mekanik ke energi listrik dapat berlangsung, energi mekanik yang diberikan haruslah lebih besar dari gaya reaksi tadi.
1.4. Mesin Dinamik ElementerPada umumnya mesin dinamik terdiri atas bagian yang berputar disebut rotor dan bagian yang diam disebut stator. Di antara rotor dan stator terdapat celah udara. Stator merupakan kumparan medan yang berbentuk kutub sepatu dan rotor merupakan kumparan jangkar dengan belitan konduktor yang saling dihubungkan ujungnya (lihat gambar) untuk mendapatkan tegangan induksi (ggl).
Jika kumparan rotor diputar dengan arah berlawanan dari arah jarum jam, tegangan akan dibangkitkan dengan arah yang berlawanan pada kedua ujung rotor yang tidak dihubungkan.
Simulasi mesin dinamis (generator) dapat dilihat pada situs ini. ht t p: / /ww w .sci e n ce j o y w a g on. c om / p h y sics z on e / l e s son/othe r pub/w fe ndt / g e n e r a to r e n g l. htm
1.5. Interaksi Medan MagnetKerja suatu mesin dinamis dapat juga dilihat dari segi adanya interaksi antar medan magnet stator dan rotor, yaitu:F = B I lSeperti diketahui, arus listrik (I) pada persamaan di atas akan menimbulkan fluks juga di sekitar konduktor yang dilalui. Bila kerapatan fluks akibat arus listrik dinyatakan
dengan Bs (pada stator), sedang kerapatan fluks akibat kumparan medan adalahBr (pada rotor), maka dapat dituliskan:
T = K Br Bs sin
Dimana adalah sudut antara kedua sumbu medan magnet Br dan BsK adalah konstanta l x r
Sudut dikenal sebagai sudut kopel atau sudut daya dengan harga maksimum =90o. Dengan menganggap Br dan Bs sebagai fungsi arus rotor dan arus stator, persamaan kopel menjadi:
T = K Ir Is sin
Dengan demikian, kopel terjadi sebagai interaksi antara dua medan magnet atau dua arus.
1.6. Derajat ListrikPada setiap satu kali putaran mesin, tegangan induksi yang ditimbulkan sudah menyelesaikan p/2 kali putaran. Maka untuk mesin 4 kutub, satu kali putaran mekanik mesin (360o) berarti sama dengan dua kali putaran listrik (720o). Persamaan umumnya adalah sebagai berikut:
e = (p/2) mp = jumlah kutub mesine = sudut listrikm = sudut mekanik
1.7. FrekuensiDari persamaan di atas, diketahui bahwa untuk setiap satu siklus tegangan listrik yang dihasilkan, mesin telah menyelesaikan p/2 kali putaran. Karena itu frekuensi gelombang tegangan adalah:
f = (p/2) (n/60)
n = rotasi per menit n/60 = rotasi perdetik
Kecepatan sinkron untuk mesin arus bolak-balik lazim dinyatakan dengan ns = 120 (f/p)
Jadi misalnya untuk generator sinkron yang bekerja dengan frekuensi 50 putaran per detik dan mempunyai jumlah kutub p=2, maka kecepatan berputar mesin tersebut adalah:ns = (120 x 50)/2 = 3000 rpm.
2. Elektromagnetik
Menurut fisika: Elektromagnet adalah fenomena fisika yang berupa interaksi antara
medan listrik dan medan magnet. Cahaya adalah satu diantara fenomena gelombang
elektromagnet yang memiliki sifat ambigu, di satu pihak bersifat gelombang elektromagnet, di
lain pihak merupakan gerakan partikel yang disebut foton.Menurut Teori Minimalis cahaya
merupakan symetrical trans wave yang mengakibatkan timbulnya foton pada saat terjadi
keseimbangan prima antar medan magnet dan medan listrik.
Magnet listrik atau elektromagnet adalah inti (biasanya besi lunak) yang menjadi bersifat
magnet karena ter induksi oleh arus listrik yang mengalir dalam suatu konduktor yang dililitkan
mengelilingi inti besi lunak itu. Magnet jenis ini sifatnya tak tetap. Jika inti besi lunak diganti
dengan baja maka yang terjadi adalah magnet tetap. Besi lunak akan kehilangan sifat magnet nya
jika arus listrik diputus, sedangkan baja masih bersifat magnet jika listrik searahnya
diputus.Magnet listrik jika yang mengalir arus searah atau direct current (DC) maka yang terjadi
adalah magnet berkutub utara dan selatan, jika yang mengalir arus listrik bolak balik atau
alternating current (AC) maka akan terjadi magnet yang kutubnya berubah-ubah (Vibrator).
Dalam eksperimen Oersted, Biot-Savart dan Ampere menyatakan bahwa adanya gaya dan
medan magnet disekitar kawat berarus. Kemudian timbul pertanyaan “Apakah medan magnet
dapat menghasilkan arus listrik?”. Awal tahunn 1830, dua orang ilmuwan yaitu Michael
Faraday(Inggris) dan Joseph Henry(Amerika) menemukan bahwa perubahan medan magnet
dapat menghasilkan tegangan dan arus yang disebut sebagai ggl induksi dan arus induksi.
Proses terjadi ggl induksi dan arus induksi dikenal sebagai induksi magnetik
BAB III. TEORI TERAPAN
MOTOR INDUKSI
-
A .. A ,.•
(e)
Gambar 5.100 Proses Terjadinya Medan Putar
(f)
Dari gambar diatas terlihat bahwa fluks resultan akan berputar, dan jumlah putarannya bisa ditentukan berdasarkan
120.f
• Selanjutnya arus di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor.
persamaan : Ns = p Rpm
5.6.1.3 Prinsip Kerja Motor lnduksiTiga Fasa
Prinsip kerja motor induksi atau terjadinya putaran pada motor, bisa dijelaskan sebagai berikut :• Bila kumparan stator diberi suplai
tegangan tiga fasa, maka akan terjadi medan putar dengan
kecepatan Ns = 120.f
p• Medan putar stator tersebut akan
mengimbas penghantar yang ada pada rotor, sehingga pada rotor timbul tegangan induksi.
• Tegangan yang terjadi pada rotor menyebabkan timbulnya arus pada penghantar rotor.
(a)
(b)
E2
Jadi untuk Slip S, tegangan induksi rotor akan S kali tegangan induksi saat diam, oleh karena itu pada kondisi ber-putar :
E21· = SE2
5.6.2.2 Slip dan Frekuensi Rotor
Seperti telah dijelaskan diatas, putaran rotor tidak akan sama dengan putaran medan stator, karena bila rotor berpu• tar sama cepatnya dengan medan sta• tor, tidak akan timbul perbedaan kece• patan sehingga tidak ada Ggl induksi yang timbul pada rotor, tidak ada arus dan tidak ada kopel yang mendorong rotor.
ltulah sebabnya rotor selalu berputar pada kecepatan dibawah kecepatan medan putar stator. Perbedaan kece• patan tergantung pada besarnya beban motor. Slip mutlak menunjukkan kece• patan relatif rotor terhadap medan putar.
Slip Mutlak = Ns - Nr
5.6.3 Rangkaian Ekuivalen
Dalam beberapa hal mesin lnduksi me• nyerupai mesin sinkron, tetapi pada da• sarnya mesin induksi ini hampir sama dengan transformator, terutama saat belum berputar.
Energi yang "dipindahkan" dari stator ke rotor dilakukan berdasarkan azas imbas elektromagnet(induksi) dengan bantuan fluksi bersama, karena itu rangkaian ekuivalen motor induksi digambarkan seperti rangkaian ekuivalen transforma• tor. Bagian stator membentuk sisi primer dan rotor sebagai sisi sekunder.
5.6.3.1 Rangkaian Ekuivalen Rotor
Slip (S) merupakan perbandingan slip mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit atau prosen oleh hubungan :
Ns - XrS = xl00%
NsDalam keadaan diam, frekuensi rotor ( f2) sama besarnya dengan frekuensi sumber tegangan, bila rotor berputarfrekuensi rotor tergantung pada besar•nya kecepatan relatif atau slip mutlak. Hubungan antara frekuensi dengan slip dapat dilihat sebagai berikut :
120.f1 P.~sNs=-- dan f1 =--
p 120dan pada rotor berlaku hubungan :
Ti2
( b)
l( c )
R,s
I: f-: - I)
-f2 f1
= S => f2 = Sxf1 Gambar 5.102 Rangkaian EkuivalenRntr,r
= r
Jadi untuk Slip S, tegangan induksi rotor akan S kali tegangan induksi saat diam, oleh karena itu pada kondisi ber-putar :
E2r =SE2
5.6.2.2 Slip dan Frekuensi Rotor
Seperti telah dijelaskan diatas, putaran rotor tidak akan sama dengan putaran medan stator, karena bila rotor berpu• tar sama cepatnya dengan medan sta• tor, tidak akan timbul perbedaan kece• patan sehingga tidak ada Ggl induksi yang timbul pada rotor, tidak ada arus dan tidak ada kopel yang mendorong rotor.
ltulah sebabnya rotor selalu berputar pada kecepatan dibawah kecepatan medan putar stator. Perbedaan kece• patan tergantung pada besarnya beban motor. Slip mutlak menunjukkan kece• patan relatif rotor terhadap medan putar.
Slip Mutlak = Ns - Nr
Slip (S) merupakan perbandingan slip mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit atau prosen oleh hubungan :
Ns-~rS xl00%
1'sDalam keadaan diam, frekuensi rotor ( f2) sama besarnya dengan frekuensi sumber tegangan, bila rotor berputarfrekuensi rotor tergantung pada besar•nya kecepatan relatif atau slip mutlak. Hubungan antara frekuensi dengan slip dapat dilihat sebagai berikut :
5.6.3 Rangkaian Ekuivalen
Dalam beberapa hal mesin lnduksi me• nyerupai mesin sinkron, tetapi pada da• sarnya mesin induksi ini hampir sama dengan transformator, terutama saat belum berputar.
Energi yang "dipindahkan" dari stator ke rotor dilakukan berdasarkan azas imbas elektromagnet(induksi) dengan bantuan fluksi bersama, karena itu rangkaian ekuivalen motor induksi digambarkan seperti rangkaian ekuivalen transforma• tor. Bagian stator membentuk sisi primer dan rotor sebagai sisi sekunder.
5.6.3.1 Rangkaian Ekuivalen Rotor
( a )x2
TE, s
( b)
120.f1 P.NsNs=-- dan f1 =--
P 120dan pada rotor berlaku hubungan :
1 l
( c )
? ~ -1)
-f2
f1= S => f2 = Sxf1 Gambar 5.102 RangkaianEkuivalen
Rotor
Inti besi stator dan rotor terbuat dari la• pisan baja silikon yang tebalnya berkisar antara 0,35 mm - 1 mm yang tersusun secara rapi dan masing-masing teriso• lasi secara listrik dan diikat pada ujung• ujungnya.
Celah udara antara stator dan rotor pada motor yg berukuran kecil 0,25 mm-0, 75 mm, sedangkan pada motor yangberukuran besar bisa mencapai 10 mm. Celah udara yang besar ini disediakan untuk mengantisipasi terjadinya peleng• kungan pada sumbu sebagai akibat pembebanan. Tarikan pada pita (belt) atau beban yang tergantung akan me• nyebabkan sumbu motor melengkung.
5.6.1.1 Stator
Gambar 5. 96 Lilitan Motor lnduksi
Pada dasarnya belitan stator motor in• duksi tiga fasa sama dengan belitan motor sinkron. Konstruksi statornya be• lapis-Iapis dan mempunyai alur untuk melilitkan kumparan. Stator mempunyai tiga buah kumparan, ujung-ujung belitan kumparan dihubungkan melalui terminal untuk memudahkan penyambungan de• ngan sumber tegangan. Masing-masing kumparan stator mempunyai beberapa buah kutub, jumlah kutub ini menen-
tukan kecepatan motor tersebut. Sema• kin banyak jumlah kutubnya maka puta• ran yang terjadi semakin rendah.
5.6.1.2 Rotor
Motor lnduksi bila ditinjau dari rotornya terdiri atas dua tipe yaitu rotor sangkar dan rotor lilit.
•:• Rotor Sangkar
Motor induksi jenis rotor sangkar lebih banyak digunakan daripada jenis rotor lilit, sebab rotor sangkar mempunyai bentuk yang sederhana. Belitan rotor terdiri atas batang-batang penghantar yang ditempatkan di dalam alur rotor. Batang penghantar ini terbuat dari tern• baga, alloy atau alumunium. Ujung• ujung batang penghantar dihubung sing• kat oleh cincin penghubung singkat, se• hingga berbentuk sangkar burung. Mo• tor induksi yang menggunakan rotor ini disebut Motor lnduksi Rotor Sangkar.
Karena batang penghantar rotor yang telah dihubung singkat, maka tidak dibu• tuhkan tahanan luar yang dihubungkan seri dengan rangkaian rotor pada saat awal berputar. Alur-alur rotor biasanya tidak dihubungkan sejajar dengan sum• bu (pores) tetapi sedikit miring.
Gambar 5.97 Rotor Sangkar
5.6.4 Torsi dan Daya atau
E2 R2Seperti telah dibahas pada sub bab mengenai konstruksi dan prinsip kerja motor induksi, tidak ada suplai listrik yang dihubungkan secara langsung ke bagian rotor motor, daya yang dilewat• kan senjang udara adalah dalam bentuk magnetik dan selanjutnya diinduksikan ke rotor sehingga menjadi energi listrik. Rata-rata daya yang melewati senjang udara harus sama dengan jumlah rugi daya yang terjadi pada rotor dan daya yang dikonversi menjadi energi meka• nis.
Daya yang ada pada bagian rotor meng• hasilkan tarsi mekanik, tetapi besar-nya tarsi yang terjadi pada poros motor di• mana tempat diletakkannya beban, ti• dak sama dengan besarnya tarsi meka• nik, hal ini disebabkan adanya tarsi yang hilang akibat gesekan dan angin.
5.6.4.1 Torsi Motor
,Tarsi Asut (Starting Torque)
Tarsi yang dihasilkan oleh sebuah motor pada saat mulai diasut disebut Torsi Asut, nilainya bisa lebih besar atau lebih kecil dari Tarsi putar dalam keadaan normal.
Tarsi Asut
T5 = k.E 2. x ----;=====
JR/ +X/ JR22 +X22
= k.E2 2
.R2
R/ + x/
, Tarsi saat Rotor(Motor) Berputar
Pada saat motor berputar, maka :
T o: E 2i· .I2r .Cose 2
dimana
E2r· = Tegangan rotor I fasa saat
berputar
I2r = Arus rotor/fasa saat berputar
3 k = konstanta, nilainya =2.1t.Ns
3 S.E2 2 .R2T= x------2.1t.Ns R/ +(S.X2))2
,Tarsi Maksimum saat Motor Ber-
putar
Kondisi Torsi Maksimum pada saatmotor berputar bisa diperoleh dengan mendeferen-tialkan persamaan Tarsi terhadap Slip S.
r
Torsi Maksimum ~ clT = 0 clS
Berdasarkan hasil diferensial ini akan diperoleh;
Sm= R2X2
2 Sm S-+•s Sm
)"Torsi Asut dan Torsi Maksimum
~= k.R2.E/ x-2._x_= 2 2.R2.X2
Tm.ax R/ + x/ k.£2 R/ + x/
2. R2
1+(R2 1 + Sm 2
= X2
X2
2.Sm=
Gambar 5.105 Karakteristik Slip VsTorsi
,Torsi Beban Penuh dan Torsi Mak•simum
);.Torsi pada Rotor Lilit
Untuk menentukan Arus, daya, dan Tarsi pada Motor lnduksi rotor lilit tidak berbeda dengan rotor sangkar, hanya pada rotor lilit kita bisa menambahkan tahanan luar terhadap bagian rotor terse but.
Gambar 5. 106 Rangkaian Ekuivalen Motor lnduksi Rotor U/it
-
I
u a I Daya
• Saat Pengasutan S = 1 • Saat Berputar
12 =E2
Ampere 12 =S.E2
Ampere~(R2 +Rx)2 +(X2)2 ~(R2 +Rx)2 +(S.X2)2
Cosq>-,- = R2 +RxI ., ., R-,+Rx, (R2 +Rx)-+ (X2)- Cosq>2 = -
~(R2 +Rx)2 +(S.X2)2k.E2 2 .(R2 + Rx)
T= N-m 2(R2 + Rx)2 + (X2)2 T=
k.S.E2 .(R2 + Rx) N-m
(R2 +Rx) .,
(S.X2) 2
5.6.4.1 Daya Motor lnduksi Tiga Fasa
Diagram aliran daya dari sebuah Motor lnduksi Tiga Fasa seperti diperlihatkan pada gambar 5. 106
Daya Masuk Stator= Daya Keluar Stator+ Rugi Tembaga StatorDaya Masuk Rotor = Daya Keluar StatorDaya Keluar Rotor Kotor = Daya Masuk Rotor - Rugi Tembaga Rotor
Daya Masuk pada Stator, P1
II I
Rug, Tembaga Daya Masukn Besi pada Stat , pada Rotor, P2
II I
p ... .....:, atau Daya KeluarRotor Kotor
II I
~i Gesek, Daya Keluar Rotor an Angm atau
Daya Keluar Motor
Gambar 5.107 Diagram A/Iran Daya Motor lnduksi Tiga Fasa
Daya keluar rotor dikonversi ke dalam energi mekanis dan menghasilkan Torsi Tg. Sebagian torsi yang dihasilkan Tg hilang karena gesekan dan angin di rotor disebut Torsi Poros Tsh.
R
-
r
Keterangan :
Daya Keluar Rotor kotor = Pout rotor
Daya Masuk Rotor = Pin1,0tor
Rugi Tembaga Rotor = Pcurotor
Pout rotor = Tg.z.x.Nr
Rugi Tem bag a Rotor untuk Sistem TigaFasa, adalah :
Pcu=3.I/.R2
3.S 2
.E2 2
.R1 W= - att+s2.x/
Tg= Pout rotor----2.1t.Nr
3.S 2 .E2 2 .R2 1Pin rotor = T gx2.1t.Ns
Pcurotor = Tgx2.1t(~s - Nr)
Pcurotor Tgx2.1t(~s- ~r)
Pin1.otoi· Tgxz.n.Ns
Ns-Nr= =S
~sPcu rotor = SxPin rotor
Pout rotor = Pin rotor - Pcu rotor
= Pin rotor - S X Pin rotor
------x-R/+s2.x/ S
_ 3.S.E2 2 .R2
- R22+S2.X22
Daya Mekanik (Pm) atau
Pout1·oto1· =(1. S) Pin1·oto1·
Pm PmTo=--=----
e co 21tNr/60Pout rotorPin,.oror 1-S
l'is-:-ir
Pm 2.1t.~s(l - S) / 60
=1---• xs 1 3.S.E2 2 .R2 _
Ns l'is-l'ir
Ns xs
EftstenstRutor = Ns:-ir
-2.1t.:"'is/
x 260 R2 + (S.X2) 2:\-m
Juga
V1
PcUrotor Pout,.oror
s1-S
SxPinroror(1- S)Pinroror
l Gambar 5.108 Rangkaian EkuivalenMotor lnduksi
le
la
Menentukan Torsi dan daya pada motor induksi tiga fasa, bisa dilakukan pula berdasarkan rangkaian ekuivalen (Gambar 5.107).
Rugilnti =Ir 2 .Re
Pcustator =3.11 2 .R1 \.VattDayayanglntransferkekotor =
• 2 •Pcu,-otor =3.(12) .R2 Watt
Daya.Mekanik Pm = Pin rotor -Pcu rotor
bila harga lo diabaikan => 11 = 12
DaynKehaar:MotorPg(Pout) = 3112 .RL
I - Y1I - / 2 ?
\I (Reql + RL) + Xeql-
Pg= 3.\'/ .RL.kdi
. sums
. = 1= 3(12')2 .R2'(1 ~ s )watt (Reql + RL)
2 + Xeq 2
lkan
Tgxro= Tgxzx.Nr I 60
= 3.(r2'l .R2'(-~1 -8)
3(12,)2 .R2'(1 ~ S)Tg=~~~~---'-~....a...
21t.Xr I 60karenalxr = Xs(l- Sj.maka
rv,
lGambar 5. 109 Rangkaian Ekuivalen dengan
Refrensi Stator
Daya Keluar Motor akan maksimum,
bila: RL = Zeql
5.6.5 Penentuan ParameterMotor lnduksi
Parameter dari rangkaian ekuivalen Rc,X111,R.,X1,X2,dm1R2, dapat diten• tukan berdasarkan hasil tes tanpa be• ban, tes hubung singkat, dan dari pe•ngukuran tahanan de dari belitan stator.
yRugi
r
Tes tanpa beban pada motor induksi, seperti tes tanpa beban pada sebuah transformator,yang hasilnya memberi• kan informasi nilai arus magnetisasi dan rugi gesekan.
Tes ini dilakukan dengan memberikan tegangan tiga fasa seimbang pada belitan stator pada rating frekuensinya. Bagian rotor pada kondisi pengetesan jangan terhubung dengan beban meka•nis, rugi daya yang terukur pada kondisi
$umberTegangan Tigi'.I Fasa Vorlobol
Wolo
i.....::::::::::-:-:.:.Yx wo
........... L- Statortes tanpa beban disebabkan rugi inti,rugi gesekan dan angin.
Tes hubung singkat pada motor induksi, seperti tes hubung singkat pada trans• formator, yang hasilnya memberikan in• formasi kerugian karena impedansi. Pada tes ini rotor ditahan sehingga motor tidak bisa berputar. Untuk meng• hindari hal-hal yang tidak ingin selama pengetesan biasanya tegangan yang diberikan hanya 15% - 20% dari tega• ngan normal motor, sedangkan untuk mendapatkan nilai parameter motor, te• tap berdasarkan nilai nominalnya de• ngan melakukan konversi dari hasil pe• ngukuran.
Hasil pengetesan terhadap motor ini selain untuk menentukan parameter, dapat dimanfaatkan juga untuk meng• gambarkan diag-ram lingkaran. Rugi• rugi tembaga stator dan rotor dapat dipi• sahkan dengan menggambarkan garis torsi.
5.6.5.1 Tes Tanpa Beban
A.,···· O ..Tegangan
O ...._~~~~~-=~B~"'-
~~Normavl
Gambar 5.110 Tes Tanpa Beban
OA=Menunjukkan rugi-rugi yang dise•babkan gesekan dan angin.
Besarnya nilai Wo yang terbaca pada saat tes tanpa beban, menunjukkan nilai kerugian yang diakibatkan oleh adanya :• Rugi tembaga Stator 3.Ic2 .R1.
• Rugi Inti 3.Go.v2.
• Rugi disebabkan gesekan dan angin.
OB Menunjukkan tegangan normal, sehingga rugi-rugi pada tegangan nor• mal dapat diketahui dengan menggam• barkan garis vertikal dari titik 8.BD = Rugi disebabkan gesekan dan
angin.DE = Rugi tembaga stator. EF = Rugi inti
Test tanpa beban dilakukan pada motor indukasi tiga fasa untuk memproleh data daya masuk Wo, lo, dan Vo (V) seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.109Pada gambar 5.109 b,kurva Wo ter•potong sumbu vertikal pada titik A.
Coscp0 =Wo
"3 .v.r,
-
·
5.6.5.2 Tes Hubung Singkat
SumberTeganganTiga FasaVariabel
Tes ini dilakukan untuk:
Gambar 5.111 Tes Hubung Singkat
Whs = Total daya masuk saat hubung
• Arus hubung singkat saat tegangan normal diberikan pada stator.
• Faktor daya pada saat hubung singkat.
• Reaktansi total Xeql dari motor
dengan refrensi sisi primer (stator).• Resistansi total Reql dari motor
dengan refrensi sisi primer.
SingkatVhsL = Tegangan Jala-jala saat hubung
Singkat.I1isL = Arus Jala-jala saat hubung
singkatRugiTembagaTotal = \Vhs - Winti
23.11is .Reql = \Vhs - Winti
W,. -W· t iSPada saat test dilakukan rotor ditahan
dan untuk jenis rotor belitan, kumparan· · eql = lL llll
3.lhs rotor dihubung singkat pada slipring. z eql - V11-s :.X eql = Vlz eql-? - R eql 2
Kurangi tegangan suplai (± 5 atau 20 %) dari tegangan normal) dan diatur sampai arus beban penuh mengalir dalam stator. Pada saat pengetesan dilakukan catat nilai arus, tegangan, dan daya masuk yang terukur.
vlhsN = I1isX-•
V1is
lhsN = Arus hubung singkat diperoleh saat tegangan normal diberikan.
I hs = Arus hunbung singkat diperolehsaat tegangan pengujuan diberi•kan.
W11s = J3.VbsL .IbsL .Cosq>bs
whsCosq>hs = t:
v 3 .VhsL .IhsL
hs
5.6.6 Pengaturan Kecepatan Motor lnduksi Tiga Fasa
Motor induksi akan berputar pada kece• patan konstan saat dihubungkan pada tegangan dan frekuensi yang konstan, kecepatannya sangat mendekati kece• patan sinkronnya. Bila torsi beban ver• tambah, maka kecepatannya akan se• dikit mengalami penurunan, sehingga motor induksi sangat cocok digunakan menggerakkan sistem yang membu• tuhkan kecepatan konstan.
Namun dalam kenyataannya terutama di industri terkadang dikehendaki juga ada-
nya pengaturan kecepatan. Pengaturan kecepatan sebuah motor induksi memerlukan biaya yang relatif mahal. Pengaturan kecepatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti dengan mengubah jumlah kutub, mengatur ta• hanan luar, mengatur tegangan jala-jala, dan mengatur frekuensi jala-jala.
5.6.6.1 Mengubah Jumlah Kutub
Karena kecepatan operasi motor induksi mendekati kecepatan sinkron, maka ke• cepatan motor dapat diubah dengan cara mengubah jumlah kutubnya, se-
s . d engan persamaan : Ns = 120f
5.6.6.2 Pengaturan TahananRotor
Pengaturan kecepatan putaran dengan cara pengaturan tahanan luar hanya bisa dilakukan pada motor induksi rotor belitan, dengan cara menghubungkan tahanan luar ke dalam rangkaian rotor melalui slipring.Pengaturan tahanan secara manual ter•kadang kurang sempurna untuk bebe• rapa jenis penggunaan,seperti sistem kontrol umpan balik. Kontrol dengan memanfaatkan komponen elektronik pada tahanan luar akan lebih mernper•halus operasi pengaturan .
uai --P
Hal ini dapat dilakukan dengan mengu• bah hubungan lilitan dari kumparan stator motor. Normalnya diperoleh dua perubahan kecepatan sinkron dengan mengubah jumlah ku-tub, misalnya dari2 kutub menjadi 4 kutub. Dengan caraini perubahan kecepatan yang diha•silkan hanya dalam " discrete steps".
Suplai 3 Cl>
Motor lnduksi Slipring
Slipring
Tahanan Luar ( R•k• )
a. Rangkaian Tahanan Rotor
T
Gambar 5.112 Mengubah JumlahKutub
b. Kurva Pengaturan Tahanan
c. Pengaturan Secara Elektronis
Suplai 3 cv
(a)
R..,
d. Pengaturan dengan /up TertutupGambar 5.113 Pengaturan Tahanan
Rotor Motor
5.6.6.3 Pengaturan Tegangan
Untuk melakukan pengaturan kecepatan dengan daerah pengaturan yang sempit pada motor induksi rotor sangkar dapat dilakukan dengan cara menurunkan (mengatur) besarnya tegangan masu• kan.
Set lhni:kaianKc·ccputun "Tri~i:cr~·
Ra11).tkui:n11"Tri=.('r"
(b)
Perlu diperhatikan pengaturan kecepat• an seperti ini bisa menyebabkan naik• nya slip, sehingga efisiensi menurun dengan menu-runnya kecepatan, dan pemanasan berlebihan pada motor bisa menimbulkan masalah.
Pengaturan tegangan untuk mengatur kecepatan dapat diimplementasikan de• ngan mensuplai kumparan stator dari sisi sekunder autotransformator yang bisa diatur atau dengan komponen elektronik seperti rang-kaian thyristor yang biasa disebut u voltage controller".
(c)
Gambar 5.114 Pengaturan Tegangan
5.6.6.4 Pengaturan Frekuensi
Pengaturan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan mengatur nilai fre• kuensi jala-jala. Aplikasi metoda penga• turan kecepatan ini memerlukan se• buah pengubah frekuensi.
r--...__,,
0 ~
> Berapa besar torsi asut, torsi ke•cepatan, torsi
maksimumbutuhkan?
yang di•
Gambar 5.113 memperlihatkan blok diagram sistem pengaturan kecepatan umpan terbuka (open loop), frekuensi sup-lai ke motor dapat diatur (diubah• ubah).Untuk menghindari saturasi yang tinggidalam magnetik, tegangan terminal ke motor harus bervariasi sebanding de• ngan frekuensi.
Kon1101 PonrcMah hv.-1e,IAC-OCI 1----+--t fOC-AC)
t Kontroll
.,. Dimana motor akan diletakan?
dan masih banyak lagi hal-hal yang harus dijadikan acuan sebelum kita me• milih motor listrik, supaya motor dapat menggerakan beban secara optimal dan efisien.
Berikut ini beberapa faktor/standar yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih motor, supaya sesuai dengan kebutuhan beban.
.,. Faktor Pelayanan ( Service Faktor)
0
.v,
Gambar 5.115 SkemaPengaturanFrekuensi
•wt
Motor induksi tersedia dengan berbagai tipe dan ukuran daya, apabila motor mempunyai faktor pelayanan (servicefaktor = SF) 1, 15, hal ini menunjukanbahwa motor dapat beroperasi pada115% beban secara terus menerus, walaupun beroperasi pada efisiensi yang lebih rendah dari yang seharus• nya. Pengunaan motor dengan beban lebih sesuai SF untuk jangka waktu tertentu biasanya menjadi alternatif pengguna motor, daripada harus mem• beli motor dengan daya yang lebih besar.
5.6.7 Pemilihan Motor
Sebelum menggunakan motor listrik un• tuk menggerakan suatu beban, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui karakteristik beban yang akan digerakan tersebut, seperti :,. Apakah beban akan terhubung lang•
sung ke poros motor ?:,. Berapa besarnya daya yang dibu•
tuhkan?> Bagaimana hubungan torsi beban
dengan kecepatan ?
, Penutup Motor
Penutup motor dirancang untuk membe• rikan perlindungan terhadap bagian• bagian yang ada didalam motor, tergan• tung pada lingkungan dimana motor ter• sebut akan dipergunakan. Beberapa jenis penutup yang umum dipergunakan adalah:
•:• ODP (Open Drip-Proof), jenis ODP digunakan pada lingkungan yang bersih dan memberikan toleransi ter• hadap tetesan cairan tidak lebih besar 15°secara vertikal. Pendi• nginan untuk motor memanfaatkan udara sekitarnya.
Desain TorsiAsut
ArusAsut
Slip Be ban Penuh
TorsiPatah
A N N R LTB N N R Nc T N R ND T R T TF R R R R l
solasiKlas B Klas F Klas HMotor tanpaSF
80°C 105°C 125°C
Motor denganSF 1, 15 90°C 115°C 135°C
•:• TEFC(Totally Enclosed Fan Cooled), motor dengan penutup jenis ini di• gunakan untuk lingkungan yang ber• debu dan korosif. Motor didingin• kan oleh kipas angin eksternal.
~ Klasifikasi Karakteristik Torsi Motor
NEMA (National Electrical Manufactu• res Association) telah membuat standar• disasi untuk motor induksi berdasarkan karakteristik torsinya, yaitu rancangan A, B, C, D, dan F. Tabel 5.6 memper• lihatkan karakteristik torsi motor berda• sarkan standar NEMA.
Tabel 5.6 Karakteristik TorsiMotor lnduksi
tahanan rotor tinggi yang dibuat dari kuningan, motor bekerja antara 85% s.d95% dari kecepatan sinkronnya.Motor dengan desain D biasanya diper• gunakan untuk menggerakan beban yang mempunyai kelembaman tinggi, sehingga membutuhkan waktu yang re• latif lama untuk mencapai kecepatan penuh.
~ Klasifikasi lsolasi Motor
lsolasi motor diklasifikasikan dengan hu• ruf, sesuai dengan kemampuannya ter• hadap suhu untuk bisa bertahan tanpa mengakibatkan penurunan karakteristik yang serius. Tabel 5.7 memperlihatkan kenaikan suhu diatas suhu kamar ber• dasarkan klas isolasi. Jenis isolasi motor yang paling umum digunakan adalah klas B.
-
Ket : N = Normal, T =Tinggi,R = Rendah, LT= Lebih Tinggi
Motor induksi rotor sangkar adalah mo• tor yang paling sederhana karena diba• gian rotornya tidak ada sikat. Motor in• duksi rotor sangkar (desain B) umum• nya dipergunakan untuk menggerakan kipas, pompa sentrifugal, dan sebagai• nya.
Motor induksi dengan torsi asut tinggi (desain C) digunakan apabila diperlu• kan torsi pengasutan tinggi, seperti ele• vator dan kerekan yang harus diasut dalam keadaan berbeban. Motor jenis ini umumnya mempunyai rotor sangkar ganda.
Motor induksi desain D dirancang untuk mempunyai torsi asut tinggi dengan arus asut rendah. Motor jenis ini mempunyai
Tabel 5. 7 Klasifikasi Jso/asi Motor
BAB IV. PEMBAHASAN
Elevator/Liftsalah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun penumpang dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi ataupun sebaliknya. Adapun jenis mesin lift dibagi menjadi dua yaitu mesin lift penumpang dan lift barang. Gerak kerja dari mesin lift ini adalah dengan cara menaik turunkans a n g k a r pada sebuah lorong lift dimana gerakannya berasal dari putaran motor listrik.Konstuksi umum mesin lift/elevator berupa sebuah sangkar yang dinaik turunkan oleh mesin pengangkat, dimana yang akan direncanakan disini adalah dua sangkar tanpa penyeimbang(Counter Weight) yang mana apabila salah satu sangkar naik maka sangkar yang satu lagi harus turun begitu pula untuk sebaliknya. Sangkar tersebut dijalankan pada rel-rel dengan menggunakan alat penuntun sangkar yang terpasang tetap, hal ini dimaksudkan agar lift tersebut tidak bergoyang pada saat berjalan.
1. Control System
2. G ea r e d M ac hi n e
3. Primary Velocity Tranducer
4. Governor
5. Hoisting Ropes
6. Roller Guide/ Guide Shoe
7. Secondary Possition Tranducer
8. Door Operator
9. Entrance Protection System
10. Load Weighing Tranducers
11. Car Safety Device
12. Traveling Cable
13. Elevator Rail
14. Counterweight
15. Compesation Ropes
16. Governor Tension Sheave
17. Counterweight Buffer
18. Car Buffer
bagian-bagian diatas belum termasuk system control pada rangkaian eleckto penggatur arus listrik pada elevator. bagian-bagian lain dapat dilihat dibawah ini.
Bagian-bagian Lift
1. Motor Penggerak
Mesin penggerak ini menggunakan motor listrik tiga phase yang putarannya diteruskan dengan transmisi roda gigi cacing.Motor penggerak ini dilengkapi dengan rem magnet ( magnetic brake) yang berfungsi menahan motor ketika kereta elevator telah sampai pada lantai yang dituju, pergerakan cepat atau lambatnya elevator diatur oleh PLC (Programable Logic Control) .Motor penggerak dalam menarik dan menurunkan elevator menggunakan tali baja ( rope ) yang melingkar pada puli mesin ( sheave ).
2. Pulley
Sistem puli dalam konstruksi mesin lift terdiri atas sistem tunggal dan majemuk.
3. Tali Baja
Tali baja berfungsi untuk meneruskan gerakan dari putaran puli ke gerakan naik turun sangkar pertama dan sangkar kedua. Jumlah dan diameter tali baja ditentukan dari besarnya beban yang akan diangkat.4. S angka r / Ker eta
Sangkar adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengangkut penumpang maupun barang.
sangkar elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak pada rail di kedua sisinya, pada sisi kanan dan kiri terdapat pemandu rail ( sliding guide ) yang berfungsi memandu atau menapaki rail.
Selain pemandu rail ( sliding guide ) juga terdapat karet peredam ( silencer rubber ) yang berfungsi untuk mengurangi kejutan ketika elevator berhenti maupun mulai start, selain itu pula terdapat pendeteksi beban ( switch overload ) yang terdapat dibawah kereta elevator. Pada pintu kereta elevator juga terdapat sensor gerak ( safety ray ) dan sensor sentuh ( safety shoe ) yang terpasang pada pintu kereta dan berfungsi supaya untuk penumpang elevator tidak terjepit pintu elevator, didalam kereta elevator juga terdapat tombol-tombol pemesanan lantai ( floor button ) yang akan dituju oleh pengguna elevator.
Kereta elevator memiliki pintu otomatis yang digerakkan oleh motor stepper yang bekerja berdasarkan sinyal digital yang asalnya dari sensor kedekatan ( proximity ) yang berfungsi menentukan level atau tidaknya lantai, setelah lantai dinyatakan level atau rata maka motor stepper akan membuka pintu secara otomatis
Selain yang disebutkan diatas, ada beberapa komponen pendukung kerja elevator antara lain seperti dibawah ini :
1. Saklar pintu ( door contact )
Saklar pintu ( door contact ) ini termasuk dalam komponen pengaman elevator.
1. Kunci pintu ( door lock )
Berfungsi untuk mengunci pintu agar pintu tidak dapat dibuka dari luar
1. Saklar batas atas ( final up ) dan bawah ( final down )
Saklar batas atas dan bawah berfungsi untuk mengamankan kereta elevator terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan kecepatan.
Penjelasan mengenai komponen pengaman elevator akan dibahas pada bahasan keamanan pada elevator.
5. B obot P e n y e i m b a n g ( Counter W e i g ht) Penyeimbang (Counter Weight) dimaksudkan untuk mengimbangi dari berat sangkar sehingga mesin tidak menahan beban yang tinggi. Pada umumnya berat penyeimbang sama dengan berat maksimum sangkar ditambah 40% -50% .
sebagai contoh, konstruksi lift atau elevator dengan kapasitas angkat maksimal Q= 1300 kg, dengan berat kosong angkat 2600kg diperoleh berat bobot penyeimbang?
jawab
Beban penyeimbang dihitung menggunakan power pada saat naik beban penuh = power pada saat turun kosong
Dimana :
Sp= Sangkar pada saat beban penuh = 2600 kg
Untuk mendapatkan hasil berat penyeimbang dengan ketentuan beban naik penuh sama dengan beban turun kosong, maka persamaan diatas dapat disubtitusikan sebagai berikut :
(Sp – X) v.g = 0
(X – S k) v.g =0 +
2X = Sp + Sk
2X = 2600 + 1300
X = 1950 kg
Maka berat penyeimbang adalah 1950 kg
biasanya penyeimbang direncanakan menggunakan besi cor GG 45 hasil diatas sama hal nya :Qt = 40%-50% x Q1 + Q1950 kg = 50 % (1300) +13001950 kg = 650 kg + 1300 kg
6. Rem
Mesin lift dilengkapi dengan rel elektromagnetik tertutup. Yang paling umum adalah rem lift terdiri dari perakitan kompresi pegas , sepatu rem dengan lapisan, dan perakitan sebuah solenoida. Bila solenoida tidak berenergi, kekuatan pegas sepatu rem untuk mencengkeram drum rem yang menimbulkan torsiatau tekanan pengereman. Magnet dapat mengerahkan gaya horizontal untuk menahan rem terbuka dan kembali menutup saat tidak digunakan. Hal ini dapat dilakukan secara
langsung di salah satu lengan operasi atau melalui sistem linkage. Dalam kedua kasus, hasilnya adalah sama. Saat diaktifkan pegas sepatu rem ditarik magnet menjauh dari poros drum rem bersamaan dengan putaran mesin elevator tersebut.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan menghentikan putaran sebuah bahan dengan koefisien gesekan tinggi digunakan keandalan saat gesekan dalam pengereman, seperti seng asbes terikat berserat. Sebuah bahan yang terlalu tinggi koefisien gesekan dapat menyebabkan gerakan hentakan dalam sangkar. Bahan pengereman ini harus dipilih dengan hati-hati.
Biasanya efisiensi dari mesin dirancang adalah 60 persen untuk motor dan perakitan kotak perlengkapan gigi traksi. Efisiensi ini diperkirakan untuk beban sekitar 1135 kg, yang cocok dengan ukuran ideal ruangan lift, yang didorong dengan kecepatan di 1.75 m / s.
Diagram benda bebas di bawah ini menunjukkan bagaimana kekuatan ini didistribusikan. Gaya yang
diberikan oleh pegas adalah jauh lebih dekat dengan pin sambungan lengan penarik dan oleh karena itu,
dengan mudah dikalahkan oleh kekuatan lengan tarik magnetik (jarak jauh dari titik rotasi).
Gambar 3. Diagram sistem pengereman
Gambar 4. Diagram benda bebas dari sistem pengereman
7. Governor
Governor ini dihubungkan ke kereta dengan menggunakan tali baja pengaman. Tali pengaman ini meneruskan gerakan dari kereta ke governer dan memutar roda governor. Apabila kecepatan kereta melebihi kecepaan aman yang diijinkan, maka governor akan bekerja dengan cara sebagai berikut :a. Memutus jalur kontrol melalui saklar pembatas kecepatan.b. Menjepit tali governor dan membuat rem pengaman bekerja.Perawatan Elevator
Perawatan terhadap elevator yang sehari-hari terus beropearasi perlu dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini agar elevator dalam operasinya tidak mendapat gangguan atau kemacetan dan agar umur pemakaian elevator tersebut dapat memenuhi harapan yang wajar.
Ada beberapa perawatan dan pemeliharaan lift, sebagai berikut :
1. Pemeliharaan ringanYaitu pekerjaan pemeliharaan yang hanya meliputi service rutin dan penggantian bahan/alat pakai seperti :1. Penggantian oli2. Penggantian bola lampu3. Penggantian sepatu pintu4. Pelumasan2. Pemeliharaan keseluruhanYaitu pekerjaan pemeliharaan yang meliputi service rutin dan penggantian spare part seperti :1. Penggantian tali baja2. Penggantian komponen control sistim
3. Penggantian traveling cable4. Readjustment.
DOMINAN FISIKA:
Ada perhitungan pengalihan kekuatan daya listrik seluruh sistem lift. Listrik dimasukkan ke
dalam motor sama dengan: (untuk AC motor)
Di mana V adalah tegangan dan I / akar 2 adalah sumber arus AC. Hasil perhitungan Power konsumsi ini kemudian ditransfer melalui output dari poros motor,
Dimana T adalah torsi dan w adalah Kecepatan rotasi. Setelah daya ditransfer melalui gigi (pengurang kecepatan) output akan berkurang dan torsi akan lebih besar. Daya secara keseluruhan akan sedikit lebih rendah karena sistem tidak 100% efisien. Tegangan pada tali baja dari katrol lift adalah sama dengan berat dari lift, W e. The tension on the rope from the counter weight is W c . Tegangan pada tali baja dari pemberat adalah W c.
Gambar 1. Benda bebas dari sistem katrol
Analisis berikut telah dilakukan untuk kondisi mapan (tanpa percepatan) operasi. Tekanan gaya pada katrol pengemudi sama dengan perbedaan dari kedua ketegangan yang diberikan di setiap sisi. Di satu sisi, gaya ini sama dengan W e dan di sisi lain, itu adalah W c. Oleh karena itu, gaya total yang diberikan pada katrol 1 (drive katrol) adalah:
Dalam rangka untuk mencari daya yang diperlukan untuk gerakan lift, baik
kecepatan rotasi poros drive (melekat pada katrol 1) atau kecepatan lift harus diketahui. Daya keluaran (asumsinya 100% efisiensi),
di mana r adalah radius katrol (katrol 1).
Gambar 2. Power mengalir melalui lift biasa
PERHITUNGAN BEBAN SIRKULASI VERTIKAL (LIFT)
Pemilihan kapasitas-kapasitas lift akan menetukan jumlah lift yang mempengaruhi pula kualitas pelayanan gedung, terutama proyek-proyek komersil.Instalasi lift yang ideal ialah yang menghasilkan waktu menunggu disetiap lantai yang minimal, percepatan yang komfortavel, angkutan vertical yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat di setiap lantai.
BAB V. KESIMPULAN
salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun penumpang dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi ataupun sebaliknya. Adapun jenis mesin lift dibagi menjadi dua yaitu mesin lift penumpang dan lift barang.
Untuk satu buah lift dengan kapasitas 3500 lb=1587,6 Kg dengan kecepatan 3 m/detik dengan perkraan 1 orang beat 75 Kg eerlukan daya sebesar 48 HP.
Pemilihan kapasitas-kapasitas lift akan menetukan jumlah lift yang mempengaruhi pula kualitas pelayanan gedung, terutama proyek-proyek komersil.Instalasi lift yang ideal ialah yang menghasilkan waktu menunggu disetiap lantai yang minimal, percepatan yang komfortavel, angkutan vertical yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat di setiap lantai.
rem lift terdiri dari perakitan kompresi pegas , sepatu rem dengan lapisan, dan perakitan sebuah solenoida . Bila solenoida tidak berenergi, kekuatan pegas sepatu rem untuk mencengkeram drum rem yang menimbulkan torsiatau tekanan pengereman. Magnet dapat mengerahkan gaya horizontal untuk menahan rem terbuka dan kembali menutup saat tidak digunakan. Hal ini dapat dilakukan secara langsung di salah satu lengan operasi atau melalui sistem linkage. Dalam kedua kasus, hasilnya adalah sama. Saat diaktifkan pegas sepatu rem ditarik magnet menjauh dari poros drum rem bersamaan dengan putaran mesin elevator tersebut.. Apabila kecepatan kereta melebihi kecepaan aman yang diijinkan, maka governor akan bekerja dengan cara sebagai berikut :a. Memutus jalur kontrol melalui saklar pembatas kecepatan.b. Menjepit tali governor dan membuat rem pengaman bekerja.
.
DAFTAR PUSTAKA h t t p: // www .s c i e n ce joyw a g o n .co m /ph y s i c s z o n e / l e s so n / o t h e r p u b / w fe nd t / g e n e
ra t o r e n g l . h t m h tt p:// www.wi kip edi a.com h t t p: // www . d u n i a l i s t r ik . b lo g sp ot . c o m h t t p: / / d e e - e l e v a t o r - s y st e m .b l og s po t .co m / 2 0 10 / 0 2 / p e r s y ara t a n - f u ng s i o n a l -
ut a m a.h t m l "