ANTISIPASI MASA DEPAN WIRAUSAHA BATIK GEMAWANG …
Transcript of ANTISIPASI MASA DEPAN WIRAUSAHA BATIK GEMAWANG …
i
ANTISIPASI MASA DEPAN WIRAUSAHA BATIK
GEMAWANG KABUPATEN SEMARANG DALAM
MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS
Oleh :
Prayuda Dewantara
NIM : 212011065
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya tulis skripsi ini kepada :
Ayahku tercinta Bambang Pamulardi, S.H., M.Si.
Ibuku tercinta Yuni Astuti
Kakakku tersayang dr.Praditya Kusuma dan dr.Maya Sintaningrum
Adikku tersayang Prasetya Muhammad Furqan
Keponakanku tersayang Ghaitsa Yumna Pramadhani
Seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung dan memberi restu
Teman-teman yang senantiasa membantu, mendukung, dan mendoakan
vii
MOTTO
Allah meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu di
antaramu beberapa derajat
(QS: Mujadallah 11)
Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum selama mereka tidak
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(QS: Ar-Ra’d 11)
viii
ABSTRACT
This study aims to find out the importance of anticipating future challenge
in terms of business environmental changes for Batik Gemawang’s entrepreneur
in Semarang District. This study was done in qualitative manner and through
descriptive analysis. The participant of this study was Bapak Abdul Kholiq Fauzi,
S.Pi as the owner of Batik Gemawang. The result showed that anticipating future
changes for Batik Gemawang’s entrepreneur was important; that it was such a
strategy to find the strengths, weaknesses, opportunities, and threats (SWOT)
which were possible to be happened in the near future. Batik Gemawang, to deal
with business rivalry, had done several acts of anticipating toward business
environmental changes in several aspects including the commodity, model /
design, workforce, and price changes. The findings implied a suggestion whereas
Batik Gemawang actually had more opportunities and potential sources to
broaden the kinds of product. As a result, the marketing should be broaden and
done to the lower segment of business so that all segments were reachable and
their needs were fulfilled. The buying power and customers’ taste were indeed
different, however Batik Gemawang had several potential sources such as the
availability of the various commodity, model and various pattern design to level
up the business. By developing the business into two directions, which were to the
upper and lower segments, the number of Batik Gemawang’s customers would be
definitely increased and automatically Batik Gemawang would draw and create
more space for people to work and reduce the unemployed men in its surrounding.
Keyword: Anticipating future challenge, business environment, Batik Gemawang.
ix
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa penting antisipasi
masa depan perubahan lingkungan bagi wirausaha batik Gemawang Kabupaten
Semarang. Jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian yang bersifat
kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian dengan teknik analisis deskriptif.
Informan dalam penelitian ini adalah Bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi selaku
pemilik usaha dari Batik Gemawang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
antisipasi masa depan penting bagi wirausaha Batik Gemawang, merupakan suatu
strategi guna mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Batik Gemawang dalam
menghadapi persaingan telah melakukan antisipasi perubahan pada lingkungan
bisnis, meliputi bahan baku, model/desain, tenaga kerja, dan perubahan harga.
Berdasarkan hasil penelitian ini, usulan yang diberikan yaitu adanya peluang dan
potensi pada Batik Gemawang untuk memperluas variasi produk, seyogyanya
perluasan pemasaran juga dilakukan ke segmen bawah, sehingga seluruh segmen
pasar dapat dijangkau dan dipenuhi keinginannya, mengingat kemampuan
pembeli, selera pembeli tidak sama, sedangkan potensi itu dimiliki oleh Batik
Gemawang, seperti ketersediaan bahan baku yang bervariasi, model, dan desain
motif yang beraneka ragam. Dengan mengembangkan perluasan ke dua arah yaitu
pengembangan pada segmen atas dan bawah, maka akan semakin bertambah
jumlah konsumen Batik Gemawang, secara tidak langsung Batik Gemawang akan
menyerap dan menciptakan tenaga kerja baru sekaligus mengurangi jumlah
penganguran pada lingkungan sekitarnya.
Kata kunci: Antisipasi masa depan, lingkungan bisnis, batik Gemawang
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik guna memenuhi salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Strata 1 pada progdi
Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana. Skripsi ini berjudul Antisipasi Masa Depan Wirausaha Batik
Gemawang Kabupaten Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan
Bisnis.
Penulis menyadari bahwa di dalam penelitian ini masih terdapat
kekurangan yang mungkin akan ditemukan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segenap kritikan, masukan, dan saran yang membangun dari
pembaca.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
pihak-pihak yang membutuhkan.
Salatiga, Februari 2016
Penulis
xi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini banyak pihak yang telah turut membantu dan senantiasa turut
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan di
Universitas Kristen Satya Wacana.
Oleh karena itu dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Bapak Prof. Christantius Dwiatmadja, S.E., M.E., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Ibu Roos Kities Andadari, S.E., M.B.A., Ph.D selaku Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan masukan,
bimbingan dan saran-saran maupun kritik yang bermanfaat bagi
penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dan selaku
Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
Ibu Maria Rio Rita, S.E., MSi selaku wali studi yang membimbing, mendidik
dan memberi saran maupun kritik selama menempuh studi.
Ayahku Bambang Pamulardi, S.H., M.Si., Ibuku Yuni Astuti, Kakakku
dr.Praditya Kusuma dan dr.Maya Sintaningrum, dan Adikku
Prasetya Muhammad Furqan yang selalu mendukung, memotivasi dan
memberi restu.
Seluruh staf pengajar FEB-UKSW yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi.
Seluruh staf TU FEB-UKSW yang telah membantu penulis dalam pengurusan
persyaratan administrasi skripsi.
Bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi yang telah membantu dalam perolehan data
skripsi.
Rekan-rekan Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Periode
2012/2013, Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis
xii
Periode 2013/2014, serta Senat Mahasiswa Universitas Periode
2014/2015 yang telah memberi semangat dan dukungan selama masa
perkuliahan.
Wahyu Dasi Purnaning Sari, S.Farm terima kasih atas doa, dukungan, dan setia
menjadi sahabat semenjak SMP hingga saat ini. Semangat dan sukses
selalu
Dwi Wahyu Arun Darmawan, S.T., Andro Cahyo Wibowo, S.T., Bagus Aji
Setiawan yang sudah seperti saudara sendiri, terima kasih atas motivasi,
dukungan dan semangat yang telah diberikan selama ini. Semangat dan
sukses selalu.
Yuni Purwanti, S.E., Meisye Yosanna, S.E., Reyn Maxel Palese, Yanuar Dwi
Hikmawan, Bimo Bayu Wicaksono, Fariz Ardian, Hanief Muntoha,
Islam Priyangono, Sandi Tirta Prasadana yang selalu memberi
semangat dan dukungan selama mengerjakan skripsi.
Semua teman-teman angkatan 2011, teman senasib seperjuangan. Terima kasih
untuk kebersamaannya, dan dukungannya selama ini.
Teman-teman kepanitiaan PESAKOM 2012, LEGEND, PIRATES, dan
Economics Sport Competition 2014.
Semua teman-temanku dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu
tetap semangat dan terima kasih atas bantuannya selama kuliah.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih telah
memberikan dukungan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa selalu melimpahkan karunia serta
rahmatNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Salatiga, Februari 2016
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Karya Tulis ....................................................................... ii
Halaman Persetujuan/Pengesahan ...................................................................... iii
Halaman Persembahan ....................................................................................... iv
Halaman Motto ................................................................................................... v
Abstract .............................................................................................................. vi
Saripati ............................................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................... viii
Ucapan Terima Kasih ......................................................................................... ix
Daftar Isi ............................................................................................................. xi
BAB I – Pendahuluan ........................................................................................ 1
BAB II – Kajian Teori ........................................................................................ 3
Sederet Masalah Yang Dihadapi Oleh Pengerajin Batik ......................... 5
Antisipasi Masa Depan ............................................................................. 6
Antisipasi Masa Depan Perubahan Pelanggan .......................................... 7
Antisipasi Masa Depan Perubahan Persaingan ......................................... 8
Antisipasi Masa Depan Perubahan Tenaga Kerja ..................................... 9
Penelitian Terdahulu ................................................................................. 10
BAB III – Metode Penelitian ............................................................................. 12
BAB IV – Hasil Penelitian dan Pembahasan .................................................... 13
Hasil Penelitian ......................................................................................... 13
Profil Batik Gemawang .......................................................................... 13
Profil Bapak Abduk Kholiq Fauzi Sebagai Wirausaha .......................... 15
Antisipasi Masa Depan Perubahan Lingkungan Bisnis ......................... 16
Antisipasi Masa Depan Perubahan Bahan Baku .................................... 17
Antisipasi Masa Depan Perubahan Model/Desain ................................. 19
Antisipasi Masa Depan Perubahan Harga .............................................. 20
Antisipasi Masa Depan Perubahan Persaingan ...................................... 22
Antisipasi Masa Depan Perubahan Tenaga Kerja .................................. 23
Pembahasan ............................................................................................... 24
Diskusi Antisipasi Masa Depan Batik Gemawang ............................... 24
BAB V – Penutup .............................................................................................. 28
Kesimpulan ............................................................................................... 28
Saran .......................................................................................................... 29
Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 30
Daftar Pustaka ................................................................................................... 31
Lampiran-lampiran
14
PENDAHULUAN
Globalisasi telah membawa banyak perubahan dalam dinamika lingkungan
sekitar bisnis. Globalisasi telah membuat lingkungan sekitar bisnis berubah secara
cepat yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada perusahaan.
Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan bukan hanya bagaimana perusahaan
dapat memproduksi dan memasarkan produknya saja tetapi juga bagaimana
perusahaan dapat bertahan atau bahkan dapat unggul dalam persaingan.
Tantangan bagi perusahaan saat ini salah satunya yaitu bagaimana meningkatkan
peran pelanggan dan menentukan bagaimana langkah paling tepat untuk
memberikan pelayanan (Lovelock & Young, 1979 dalam Kumalasari, 2011). Hal
ini menyebabkan pentingnya antisipasi masa depan dilakukan oleh wirausaha
guna meminimalisir terjadinya kerugian dimasa yang akan datang. Melakukan
antisipasi masa depan dapat menjaga kelangsungan bisnis yang mereka jalankan
karena dapat mengurangi resiko kerugian dimasa yang akan datang.
Antisipasi masa depan merupakan hal yang penting guna mengurangi atau
memperkecil risiko seperti kebangkrutan. Risiko merupakan suatu ketidakpastian
maka akan menjadi suatu masalah penting bagi semua pihak (Mc Neil, 1999
dalam Wajdi, 2012). Antisipasi masa depan dalam lingkungan sekitar bisnis
meliputi lingkungan sekitar khusus (lingkungan sekitar mikro) dan lingkungan
sekitar umum (lingkungan sekitar makro). Lingkungan sekitar mikro penting
untuk di antisipasi oleh wirausaha karena lingkungan sekitar mikro setiap
perubahannya akan berdampak pada perusahaan tetapi juga perubahan dalam
keputusan perusahaan akan berpengaruh pada lingkungan tersebut. Antisipasi
15
masa depan lingkungan sekitar mikro yang perlu diantisipasi oleh wirausaha yaitu
perubahn bahan baku, perubahan model/desain, perubahan harga, perubahan
persaingan, dan perubahan tenaga kerja.
Antisipasi masa depan perubahan bahan baku dilakukan oleh wirausaha
untuk mempersiapkan bahan baku alternatif apabila bahan baku semakin sulit
untuk didapatkan. Bahan baku adalah benda yang dapat dibuat sesuatu, atau
barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. Perusahaan selalu menghendaki
jumlah bahan (persediaan) yang cukup agar proses produksi tidak terganggu
Antisipasi masa depan perubahan model/desain dilakukan oleh wirausaha
untuk membuat model/desain yang selalu up to date sehingga model/desain tidak
membuat pelanggan bosan. Model/desain merupakan kerangka bentuk, rancangan,
motif, pola dan corak.
Antisipasi perubahan harga dilakukan oleh wirausaha untuk meningkatkan
persaingan harga di lingkungan sekitar bisnis. Harga merupakan komponen
penting atas suatu produk, karena akan berpengaruh terhadap keuntungan
produsen. Harga juga menjadi pertimbangan konsumen untuk membeli, sehingga
perlu pertimbangan khusus untuk menentukan harga tersebut.
Antisipasi masa depan perubahan persaingan dilakukan oleh wirausaha
untuk menentukan strategi perusahaan dalam mengembangkan usaha. Sehingga
perusahaan bisa selangkah di depan dari kompetitor. Persaingan merupakan suatu
proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu
untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan terjadi apabila terdapat
16
beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya terbatas atau mejadi pusat
perhatian umum.
Antisipasi masa depan perubahan tenaga kerja dilakukan oleh wirausaha
untuk menjaga kualitas dari produksi. Tenaga kerja merupakan penentu dari hasil
akhir produk. Sehingga dengan dilakukannya antisipasi masa depan perubahan
tenaga kerja wirausaha dapat menjaga kualitas dari produknya. Tenaga kerja
merupakan orang yang siap, mau, mampu melaksanakan pekerjaan. Tidak semua
orang dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja. Hanya orang-orang yang
memenuhi kriteria tenaga kerja lah yang dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja.
Antisipasi masa depan dapat digunakan untuk mencari pelanggan setia dan
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi penjualan produk inti melalui
analisis kebutuhan dimasa depan. Proses ini dapat dengan melihat profil ataupun
karakterisktik serta untuk memahami selera dari para pelanggan. Dengan
memprediksi kebutuhan mereka dimasa depan, wirausaha dapat mempertahankan
para pelanggan (Chang, Hung & Ho, 2007 dalam Priyanto, 2014).
Apabila perusahaan tidak melakukan antisipasi masa depan maka mereka
hanya menunggu kematian mereka. Salah satu contoh adalah Nokia yang
merupakan pemimpin pasar selama beberapa dekade dalam pasar telepon
genggam. Nokia tidak memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan inovasi
yang merupakan kegiatan antisipasi masa depan maka pada akhirnya Iphone,
Blackberry, dan Samsung mengambil pasar Nokia secara signifikan (Sumber:
http://www.kompasiana.com/kimi_raikko78/nokia-kejayaan-yang-sudah-
berakhir_551019a9a33311c539ba7f4e).
17
Bukan hanya perusahaan besar saja yang perlu melakukan antisipasi masa
depan tetapi juga usaha mikro kecil menengah (UMKM). Salah satu contoh
UMKM yang ada di provinsi Jawa Tengah adalah Batik Gemawang. Batik
Gemawang merupakan komunitas perajin batik yang tergabung dalam Kelompok
Belajar Usaha (KBU) "Nyi Ageng Pandanaran" di Desa Gemawang. Batik
Gemawang mulai bangkit awal tahun 2006, saat diadakan pelatihan membatik
untuk warga oleh Yayasan Losari yang dipimpin oleh Gabriella Teggia, pendiri
Losari Coffe Plantation. Mulai saat itu, membatik menjadi salah satu kegiatan
masyarakat Desa Gemawang. Untuk mewadahi para perajin batik dalam hal
pemasaran peningkatan keterampilan membatik, pada bulan Juni 2008 beberapa
perajin membentuk sebuah perkumpulan/paguyuban dengan nama Kelompok
Belajar Usaha (KBU) Batik "Nyi Ageng Pandanaran". Bangkitnya batik
Gemawang sebagai wujud antisipasi masa depan dalam mengurangi
pengangguran di Desa Gemawang. Keunggulan dari batik Gemawang yaitu batik
Gemawang tidak mengacu dengan batik yang telah ada selama ini, seperti Solo,
Pekalongan, dan Yogyakarta. Batik Gemawang telah digunakan oleh beberapa
instansi pemerintahan di Kab.Semarang, Yogyakarta, dan Magelang.
Antisipasi masa depan menjadi penting untuk UMKM mengingat selama ini
mereka jarang melakukan antisipasi masa depan dalam menghadapi perubahan
dalam lingkungan bisnis terutama persaingan, maupun hal-hal lain yang berkaitan
dengan penyediaan input pelanggan mereka (Haryanto, 2007). Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan
mengadakan penelitian dengan memilih judul “Antisipasi Masa Depan
18
Wirausaha Batik Gemawang Kabupaten Semarang Dalam Menghadapi
Perubahan Lingkungan Bisnis”.
Persoalan Penelitian
Persoalan penelitian adalah sebagai berikut :
- Seperti apa pentingnya antisipasi masa depan penting bagi wirausaha Batik
Gemawang?
- Bagaimana wirausaha Batik Gemawang melakukan antisipasi masa depan
dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis?
KAJIAN TEORI
Kelangsungan hidup suatu perusahaan dipengaruhi oleh dinamika yang
terjadi di lingkungan sekitar perusahaan. Dinamika tersebut dapat berupa
perubahan pada lingkungan sekitar makro maupun mikro. Lingkungan sekitar
makro terdiri dari perubahan ekonomi, lingkungan sosial budaya dan demografi,
lingkungan teknologi, lingkungan politik dan hukum, serta lingkungan alam dan
lingkungan global. Seperti dikemukakan sebelumnya, lingkungan sekitar mikro
meliputi perubahan pelanggan, perubahan persaingan, perubahan pemasok, dan
perubahan tenaga kerja. Dapat digambarkan sebagai berikut :
19
Gambar 1. Gambaran Kondisi Perusahaan dan Lingkungan Sekitar Bisnis
Mikro dan Makro
Berdasarkan gambaran diatas seorang wirausaha dapat mengetahui kondisi
lingkungan sekitar organisasinya untuk memahami terjadinya perkembangan,
perubahan pada masa yang akan datang guna mengantisipasi kejadian yang
sewaktu-waktu terjadi, mengingat bisnis diwarnai dengan ketidakpastian yang
dapat berubah sewaktu-waktu bersama-sama dengan perubahan kondisi sosial
ekonomi masyarakat. Antisipasi lingkungan sekitar mikro perlu dilakukan oleh
wirausaha mengingat pada lingkungan ini wirausaha dapat mengambil kebijakan
yang mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar mikro.
Fisik, dll
Ekonomi
Sosial
Politik
Teknologi
Produksi/
Operasi
Pembelanjaan
Personalia
Pelanggan
Pesaing
Pemasok
Pemasaran
Tenaga Kerja
20
Permasalahan Yang Dihadapi Wirausaha
Meskipun batik telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Budaya Takbenda
Warisan Manusia, industri batik tak luput dari berbagai macam masalah.
Permasalahan yang sering dialami oleh industri batik yaitu bahan baku,
model/desain, harga, persaingan, dan tenaga kerja.
Permasalahan Yang Dihadapi Wirausaha Solusi
Bahan baku dalam industri batik hanya 20% yang
berasal dari dalam negeri dan sisanya sebesar 80%
berasal dari luar negeri. Bahan baku seperti kain mori,
zat kimia, dan pewarna semua diimpor.
Pemerintah perlu
meningkatkan produksi
dalam negeri sehingga
bahan baku tidak perlu
melakukan impor bahan
baku.
Masuknya kain bermotif batik dari China yang
memiliki model/desain beragam dan menarik membuat
wirausaha batik dalam negeri harus selalu
mengembangkan model/desain yang dimiliki sehingga
dapat bersaing dengan kain bermotif batik dari China.
Pemerintah perlu
membatasi produk kain
bermotif batik tersebut
untuk menyelamatkan
produksi dalam negeri.
Model/desain beragam dan menarik dari kain bermotif
memiliki harga yang jauh lebih murah dibandingkan
dengan batik dalam negeri. ( sumber :
http://www.tribunnews.com/video/2015/10/04/deretan-
kendala-yang-dihadapi-perajin-batik)
Batik masih menjadi barang yang sulit untuk di ekspor. Perlunya pendampingan
21
Kesulitan ekspor disebabkan tingginya standar yang
diterapkan pemerintah, antara lain standar produksi,
label, dan ramah lingkungan. Untuk memenuhi standar,
biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. (Sumber :
https://bisnis.tempo.co/read/news/2013/07/30/0905009
49/pengusaha-batik-mengeluh-kesulitan-ekspor ).
dari pemerintah untuk
membantu wirausaha
batik sehingga produk
batik dapat memenuhi
standar Internasional,
sehingga produk batik
dalam negeri dapat di
ekspor.
Permasalahan yang terakhir yaitu berkurangnya jumlah
pembatik karena kurangnya regenerasi. Selama ini
regenerasi pembatik dilakukan dalam lingkungan
keluarga atau secara turun-temurun. (Sumber :
http://www.koran-jakarta.com/perajin-batik-tradisional-
semakin-terjepit/).
Untuk regenerasi
pembatik, pemerintah
bisa memasukan batik
dalam pelajaran
ekstrakurikuler sekolah
sejak SD
Antisipasi Masa Depan.
Antisipasi masa depan merupakan ramalan terhadap suatu peristiwa yang
akan terjadi di masa depan. Antisipasi masa depan bermanfaat untuk memberi
solusi terhadap keinginan dan kebutuhan dari para pelanggan di masa depan
(Priyanto, 2015).
Sadarjoen (2008) menyatakan bahwa masa depan merupakan upaya
antisipasi terhadap harapan di masa depan yang menjanjikan. Menciptakan dan
membentuk masa depan merupakan hak setiap individu maupun kelompok. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan merupakan pembentuk dari masa depan.
22
Perusahaan mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk kegiatan penelitian dan
pengembangan yang bertujuan untuk memberikan nilai unggul pelanggan di masa
depan.
Dalam kondisi persaingan yang terus bertumbuh sehingga menciptakan
situasi yang kompleks maka UMKM perlu melakukan terobosan dan inovasi
untuk dapat meningkatkan kinerja pemasaran mereka. Dengan bermitra terutama
dengan pemasok dan pesaing akan membuat UMKM memiliki kemampuan untuk
melakukan antisipasi masa depan. Apabila perusahaan dan UMKM berusaha
untuk mengantisipasi masa depan, maka pelanggan dapat menghargai hal tersebut.
(Morales, 2005).
Antisipasi Masa Depan Perubahan Pelanggan.
Dalam Webster’s 1928 Dictionary (Lupiyoadi, 2006:174) mendefinisikan
pelanggan sebagai seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama
untuk memenuhi apa yang diinginkan. Sedangkan dalam Cambridge International
Dictionaries (Lupiyoadi, 2006:174) menyatakan bahwa pelanggan merupakan
seseorang yang membeli suatu barang atau jasa.
Antisipasi masa depan perubahan pelanggan digunakan untuk mengetahui
atau memahami mengenai apa yang dibutuhkan pelanggan, selera pelanggan dan
bagaimana pelanggan dalam mengambil keputusan. Antisipasi masa depan
perubahan pelanggan mewakili harapan pelanggan terhadap produk ke depan baik
dari segi desain/model, kualitas bahan baku, dan harga. Dengan adanya antisipasi
masa depan perubahan pelanggan, wirausaha dapat terus memberi kepuasan
kepada pelanggan.
23
Menurut Day dalam Fandy Tjiptono (2005: 146), kepuasan pelanggan
merupakan respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang
dipersepsikan antara harapan awal sebelum membeli dan setelah pemakaian.
Selain itu menurut Kotler dan Amstrong (2005: 70), kepuasan pelanggan
merupakan suatu tingkatan di mana perkiraan kinerja produk sesuai dengan
harapan pelanggan.
Pelanggan merupakan individu atau kelompok yang secara continue dan
berulang kali berkunjung ketempat yang sama untuk memiliki produk atau
mendapatkan suatu jasa sehingga dapat memuaskan keinginannya. Perubahan
pelanggan dapat mempengaruhi beberapa aspek seperti desain/model, bahan baku,
dan harga.
Antisipasi Masa Depan Perubahan Persaingan
Persaingan merupakan proses sosial yang melibatkan antara individu atau
kelompok yang saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan
tertentu. Persaingan dapat tercipta apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu
yang membuatnya menjadi pusat perhatian umum. Persaingan terjadi tanpa
ancaman atau kekerasan. Persaingan yang sehat dapat memberi dampak positif
bagi pihak yang bersaing, yaitu motivasi untuk lebih baik lagi. Akan tetapi,
apabila terjadi persaingan tidak sehat, maka dapat menimbulkan dampak buruk
bagi kedua belah pihak. Dalam teori ekonomi, persaingan sempurna mengacu
pada pasar di mana tidak ada peserta yang cukup besar untuk memiliki kekuatan
pasar untuk menetapkan harga produk yang homogen. Jelas, dasar untuk
persaingan dalam pengertian ini adalah untuk mengejar kepentingan pribadi yang
24
merupakan motto dari ekonom klasik dan neoklasik. Oleh karena itu, persaingan
dalam kapitalisme didasarkan pada jumlah modal keseluruhan dan keuntungan
pribadi. Persaingan dalam kegiatan ekonomi adalah salah satu faktor utama dalam
organisasi dan unit bisnis (Setayesh dan Kargar , 2011 dalam Prawibowo, 2014).
Praktik persaingan yang dinamis akan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan daya saing perusahaan, industri, dan negara. Pertumbuhan dan
pembangunan daya saing industri dijelaskan lebih rinci melalui model
persaingan, ada empat daya atau faktor yang dapat dimiliki dan diakses untuk
menentukan derajat persaingan antar perusahaan disuatu industri yaitu pelanggan,
pemasok, calon pesaing potensial, dan produk substitusi (Porter, 1996 dalam
Prawibowo, 2014). Pemanfaatan empat daya atau faktor tersebut dan besarnya
derajat persaingan antar pesaing akan mempengaruhi besaran laba yang diperoleh
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Antisipasi Masa Depan Perubahan Tanaga Kerja
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Dalam industri batik, tenaga kerja sering disebut
dengan pembatik atau pengerajin batik. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada
industri batik meliputi pembuat batik tulis, pembuat batik cap, pemberi warna dan
bagian nglorot. Nglorot adalah proses melepaskan malam yang menempel di kain
pada proses pembatikkan.
25
Tenaga kerja secara langsung dapat mempengaruhi kualitas produk yang
dihasilkan. Kualitas produk adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan
produk, tenaga kerja, proses, serta harapan dari pelanggan (Garvin, 1988 dalam
Khodijah, 2015). Maka tenaga kerja perlu untuk di antisipasi oleh wirausaha
dengan cara mengadakan pelatihan, pemberian motivasi, kesejahteraan, dan lain-
lain.
Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maria dan Priyanto (2014)
mengenai antisipasi masa depan dengan judul Potret Future Anticipation UMKM
Batik Jawa Tengah. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa future anticipation
(antisipasi masa depan) memiliki makna penting terhadap pembentukan extra
effort (upaya ekstra perusahaan), customer value maupun market performance
sebuah perusahaan. Terbentuknya extra effort, customer value maupun market
performance sangat ditentukan oleh bagaimana dilakukannya future anticipation.
Dalam makna empiris, pengusaha batik yang mampu mengantisipasi
masa depan akan dihargai oleh pelanggannya dan menciptakan pembelian
berulang yang akhirnya memberikan peningkatan market performance bagi para
pengusaha batik tersebut.
Dalam level UMKM diperlukan upaya extra dan penciptaan superior
customer value kepada pelanggan untuk menciptakan market performance. Para
pengusaha batik perlu memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan
lebih baik lagi dimasa depan dan memenuhi keinginan tersebut dengan lebih baik
lagi.
26
Kemudian pada penelitian Priyanto dan kawan-kawan (2015) yang
berjudul Antesenden Dan Konsekuensi Antisipasi Pasar Masa Depan: Studi
Empiris Usaha Batik Di Jawa Tengah menjelaskan bahwa batik merupakan
produk budaya Indonesia. Untuk menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN,
pengusaha batik perlu memiliki antisipasi pasar masa depan untuk meningkatkan
daya saingnya. Penelitian ini bertujuan, pertama untuk mengetahui pengaruh latar
belakang dan kewirausahaan pengusaha batik pada antisipasi masa depan. Kedua,
untuk mengetahui konsekuensi antisipasi masa depan terhadap upaya ekstra, nilai
pelanggan dan kinerja pasar. Ketiga, untuk mengetahui proses terbentuknya
kewirausahaan.
Riset sebelumnya mengenai antisipasi masa depan, belum secara
modelling meneliti kaitan antara antisipasi masa depan dengan berbagai aspek
sekaligus seperti upaya ekstra, nilai pelanggan dan kinerja pasar. Penelitian
Morales (2005) dan Cardoso (1965) hanya meneliti kaitan antara upaya antispasi
masa depan dan upaya ekstra. Sementara itu Destan, et.al (2006) hanya meneliti
kaitan antara antisipasi masa depan dan kinerja usaha. Flint, Blocker & Boutin
(2011) meneliti kaitan antara antisipasi masa depan dengan nilai dan kebutuhan
pelanggan. Fontela, et al (2006) menyarankan untuk meneliti menggunakan
analisis trend dan ekstrapolasi serta model structural terkait dengan antispasi masa
depan untuk mengidentifikasi kejadian masa lalu dan (jika mungkin) sebab-akibat
dasar, dan dengan demikian mengembangkan asumsi tentang kelanjutan mereka
ke masa depan. Dalam konteks inilah, penelitian ini penting dilakukan.
27
Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik dengan menerapkan
jenis penelitian deskriptif eksplanasi untuk tujuan penelitian pertama dan kedua.
Populasi diambil dari 3 lokasi yaitu Lasem, Pekalongan dan Solo Jawa Tengah,
masing-masing diambil 50 pengusaha, dengan menggunakan teknik pengambilan
sampel kuota. Teknik analisis menggunakan model persamaan struktural.
Sedangkan untuk tujuan ketiga, digunakan paradigma fenomenologi dengan
menerapkan teknik deskriptif kualitatif. Telah diamati secara mendalam 6
partisipan dari 3 lokasi penelitian tersebut diatas. Temuan menunjukkan bahwa
latar belakang dan kewirausahaan pelaku usaha berpengaruh positif terhadap
antisipasi masa depan. Antisipasi masa depan mempengaruhi secara positif usaha
ekstra, nilai pelanggan dan kinerja pasar. Riset ini juga menghasilkan temuan
bahwa proses pembelajaran kewirausahaan pada pengusaha batik terjadi
melalui 3 proses pembelajaran yaitu melalui orang tua, menjadi pegawai dan
melalui pengalaman langsung menjadi pengusaha. Hal inilah yang disebut
sebagai kewirausahaan hibrida. Penelitian mendatang perlu diarahkan untuk
meneliti peranan teknologi informasi dalam antisipasi masa depan serta meneliti
peranan proses pembelajaran kewirausahaan hibrida dilihat dari berbagai aspek.
Pada penelitian Andadari, dkk (2016) yang berjudul Antecedents of Future
Market Anticipation: A Better Understanding From the Fashion Industry in
Indonesia, menemukan bahwa faktor kompetisi yang paling berpengaruh pada
antisipasi pasar. Hal ini dengan kata lain dapat diartikan bahwa seluruh usaha
yang diberikan oleh pelaku usaha tidak terkait dengan antisipasi masa depan
(future anticipation) dalam pertimbangan kompetisi.
28
Terakhir pada penelitan Meutia, dkk (2015) mengenai The Influence of
Competitive Pressure on Innovative Creativit, penelitian ini bertujuan untuk
meneliti dan menganalisa pengaruh tekanan kompetitif pada kreatifitas inovatif
dan daya saing batik SME di Indonesia. Menunjukan bahwa kreativitas dalam
menghasilakn produk yang inovatif berpengaruh pada performa produk batik
SME (Small to Medium sized Enterprises) di Indonesia. Hal tersebut
membuktikan bahwa para wirausaha lebih dituntut untuk lebih kreatif dalam
mengambangkan produk dan meningkatkan daya saing produk batik SME. Selain
itu, diperlukan juga kemampuan untuk memprediksikan pasar dan kesukaan
konsumen akan mendorong para wirausaha untuk menciptakan produk yang
diinginkan pasar. Kemampuan para wirausaha batik dalam meciptkan suatu hal
yang inovatif akan secara signifikan mempengaruhi kemampuan meyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan bisnis serta mendorong perfoma pemasaran batik
SME di Indonesia. Secara umum pada penelitian ini lebih menekankan pada
kemampuan menyesuaikan diri dan memberikan nilai sesuai dengan keinginan
konsumen.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Menurut Sugiyono (2005), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek ilmiah, di mana peneliti
sebagai instrumen kunci.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
eksplanatif. Jenis penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
29
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1999). Bogdan dan Taylor
(1975), sebagaimana dikutip Kutut Suwondo (2008), mendefinisikan jenis
penelitian deskriptif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata dan angka tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Jenis penelitian eksplanatori (explanatory research) seperti
dijelaskan Sanapiah (2005), yakni tidak cukup dengan hanya menggambarkan apa
adanya data, tapi juga menjelaskannya dan melihat korelasinya dengan variabel-
variabel lain. Salah satu jenis penelitian kualitatif adalah berupa penelitian dengan
metode atau pendekatan studi kasus.
Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang berkesinambungan.
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2007). Analisis data kulaitatif
didasarkan pada hasil wawancara mendalam dan observasi. Tahapan analisis data
meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan (Miles
dan Huberman, 1992).
Penelitian dilakukan di Banaran RT.02/03 Desa Gemawang Kecamatan
Jambu Kab. Semarang, Jawa Tengah. Mengingat batik Gemawang merupakan
batik pertama yang dimiliki oleh Kabupaten Semarang dan telah melakukan
ekspor ke beberapa negara. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data
30
primer. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan
observasi dan wawancara kepada bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi sebagai
pencipta motif batik Gemawang sekaligus pemilik batik Gemawang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Profil Batik Gemawang
Batik Gemawang merupakan komunitas perajin batik yang tergabung
dalam Kelompok Belajar Usaha (KBU) "Nyi Ageng Pandanaran" di Desa
Gemawang. Batik Gemawang mulai bangkit awal tahun 2006, saat diadakan
pelatihan membatik untuk warga oleh Yayasan Losari yang dipimpin oleh
Gabriella Teggia, pendiri Losari Coffe Plantation.
Mulai saat itu, membatik menjadi salah satu kegiatan masyarakat Desa
Gemawang. Untuk mewadahi para perajin batik dalam hal pemasaran peningkatan
keterampilan membatik, pada bulan Juni 2008 beberapa perajin membentuk
sebuah perkumpulan/paguyuban dengan nama Kelompok Belajar Usaha (KBU)
Batik "Nyi Ageng Pandanaran".
Secara bersama-sama, kelompok ini mengembangkan kemampuan
membatik untuk anggota dan masyarakat yang berminat sekaligus menjadi ujung
tombak dalam pemasaran hasil produksi Batik Gemawang. Pada awalnya batik
Gemawang hanya memiliki tiga karyawan, pada saat ini karyawannya sebanyak
14 orang. KBU Batik "Nyi Ageng Pandanaran" hanya menyediakan batik asli
31
handmade, bukan printing atau kain motif. Bahkan konsumen dapat membuat
motif sendiri untuk dibuat menjadi sehelai batik.
Motif kopi merupakan brand awal batik Gemawang yang diciptakannya
karena terinspirasi kehidupan petani kopi dan tanaman kopi yang akrab dengan
keseharian masyarakat Desa Gemawang. Kemudian muncul motif-motif lain yang
juga tak jauh dari alam sekitar, seperti tala madu, baruklinting, sepur kluthuk, dan
gedongsongo. Ada 28 motif untuk jenis batik cap. Sedangkan untuk batik tulis,
setiap empat helai kain batik akan diganti dengan motif baru, ini semata-mata
demi menjaga kualitas eksklusivitas dari konsumen.
Pada awalnya batik Gemawang menggunakan perwarna alami atau dikenal
dengan istilah indigofera. Istimewanya, pewarna indigo sebagian besar dibuat oleh
masayakat setempat dari Tom, sejenis tumbuhan polong yang tumbuh sebagai
gulma bagi tanaman kopi. Coraknya yang khas di luar mainstream batik pesisiran
(Semarang, Pekalongan, Lasem) maupun batik pedalaman (Jogja, Solo) membuat
batik Gemawang banyak diburu oleh pecinta batik. Akan tetapi saat ini batik
Gemawang beralih menggunakan remasol untuk memenuhi permintaan pasar dan
juga karena rendahnya minat konsumen akan warna alam.
Saat ini batik Gemawang telah melakukan ekspor ke beberapa negara
untuk memperluas pemasaran. Hal ini diharapkan batik Gemawang dapat bersaing
tidak hanya di dalam negeri namun juga dapat bersaing di luar negeri. Omset yang
dimiliki batik Gemawang saat ini berkisar antara 5 sampai 10 juta perbulan.
Dalam persaingan dengan industri sejenis, batik Gemawang mempunyai prinsip
bahwa batik merupakan karya seni. Sebagai karya seni, hasil produksinya tidak
32
bisa dihargai dengan nilai harga, walaupun motifnya sama, karena hasil
pembatikannya berbeda dan proses pewarnaannya juga berbeda, maka harganya
pun dapat berbeda. Itulah yang membuat batik Gemawang tetap bertahan sampai
saat ini dan digemari oleh kolektor batik, namun bagi mereka yang awam terhadap
batik atau mereka yang terbiasa mengenakan kain motif batik, akan mempunyai
anggapan harga batik Gemawang mahal, walaupun sejatinya murah, karena
prosesnya asli batik.
Profil Bapak Abduk Kholiq Fauzi Sebagai Wirausaha
Salah satu pengembang kerajinan batik Gemawang sekaligus pemilik batik
Gemawang adalah Bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi. Setelah menamatkan
pendidikan Strata 1 dari Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro Semarang, Bapak Abdul Kholiq Fauzi memilih berwirausaha
kerajinan batik di desa kelahirannya, Banaran RT 02 RW 03, Gemawang,
Kecamatan Jambu. Selain sebagai seorang wirausaha, beliau saat ini dipercaya
sebagai ketua pendidikan anak usia dini (PAUD) Buah Hati Gemawang.
Pada tahun 2005, bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi. mengikuti pelatihan
membatik yang dilaksanakan oleh pemerintahan Kab.Semarang. Setelah
mengikuti pelatihan tersebut, beliau mencoba untuk membuka usaha batik, akan
tetapi tidak bertahan lama. Kemudian pada tahun 2006, beliau bersama dengan
Gabriella Teggia mendirikan kelompok belajar usaha (KBU) Batik "Nyi Ageng
Pandanaran".
33
Antisipasi Masa Depan Perubahan Lingkungan Bisnis.
Pada saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang tidak terkena dampak
pengaruh perubahan lingkungan bisnis. Perubahan lingkungan bisnis tidak hanya
berpengaruh terhadap perusahaan-perusahaan besar, namun juga dapat
berpengaruh kepada perusahaan kecil. Lingkungan bisnis adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi aktivitas bisnis dalam suatu lembaga organisasi atau
perusahaan.
Seringkali terjadi perubahan yang sangat cepat dan sulit untuk diprediksi
oleh pengusaha yang berdampak pada rencana jangka panjang perusahaan yang
telah dibuat sebelumnya, sehingga seakan tidak lagi berarti dalam menyusun
rencana bisnis. Namun demikian perubahan lingkungan bisnis tidak selalu bersifat
ancaman, akan tetapi juga dapat membuka peluang apabila pengusaha yang
bersangkutan jeli dan mampu memanfaatkan peluang yang ia temui. Beberapa
faktor yang mungkin berpengaruh terhadap dinamika lingkungan bisnis, seperti
lingkungan mikro dan makro. Seperti penjelasan sebelumnya, perubahan faktor
lingkungan yang dapat dikelola oleh wirausaha adalah lingkungan sekitar mikro.
Faktor-faktor yang mendapat perhatian adalah pelanggan, pemasok, perantara,
pesaing, dan pekerja. Secara khusus factor-faktor yang mendapat perhatian adalah
perubahan bahan baku, model/desain, harga, persaingan dan tenaga kerja
(Sumber: Pengantar Bisnis “Memahami Bisnis Dalam Konteks Indonesia”).
Bagi bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi, antisipasi masa depan perubahan
lingkungan bisnis merupakan hal yang penting. Dari hal tersebut bapak Abdul
Kholiq Fauzi, S.Pi dapat melihat kondisi pasar dan membuat prediksi untuk
34
kelangsungan bisnis kedepan dengan mempertahankan kualitas sebagai batik asli.
Selain itu bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi juga menyadari bahwa kebijakan-
kebijakan yang diambil olehnya hanya dapat berpengaruh terhadap kondisi
lingkungan mikro sehingga bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi melakukan antisipasi
perubahan lingkungan bisnis pada lingkungan mikro. Seperti penjelasan
sebelumnya bahwa lingkungan bisnis mikro dapat dipengaruhi oleh perubahan
pelanggan baik dalam desain/model, bahan baku, dan harga, serta perubahan
persaingan dan perubahan tenaga kerja maka yang dilakukan oleh batik
Gemawang antara lain sebagai berikut :
Antisipasi Masa Depan Perubahan Bahan Baku
Bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan
dalam proses produksi. Beberapa bahan baku dapat diperoleh secara langsung dari
sumber-sumber alam. Akan tetapi bahan baku lebih sering diperoleh dari
perusahaan lain dan ini merupakan produksi akhir dari para pemasok. Bahan baku
yang berkualitas baik akan memberikan dampak pada kepuasan pelanggan, karena
apabila produk tidak memiliki kualitas yang baik dapat menyebabkan perusahaan
kehilangan kepercayaan dari para pelanggan. Selain itu, bahan baku merupakan
sesuatu yang tidak selamanya ada atau selalu dapat di daur ulang. Bagi perusahaan
yang memiliki bahan baku yang mudah di cari atau bahkan dapat di daur ulang,
mereka tidak merasa khawatir akan kekurangan pasokan bahan baku, karena
mudah didapatkan. Namun kondisi ini tidak berlaku pada semua perusahaan, tidak
sedikit perusahaan semakin sulit untuk mendapatkan bahan baku, bahkan
35
cenderung memperoleh bahan baku dari pemasok yang kualitasnya tidak selalu
sama dan kontinyu dari yang biasa dipakai atau kualitasnya lebih rendah.
Demi menjaga kualitas bahan baku seperti kain mori, malam, warna,
waterglass atau pengikat warna, batik Gemawang melakukan antisipasi masa
depan terhadap perubahan bahan baku dengan melakukan berbagai strategi. Untuk
menjaga kualitas dari setiap bahan baku yang digunakan, bapak Fauzi langsung
melakukan pembelian pada pemasok, tidak menunggu pasokan diantar ke tempak
produksi. Selain itu batik Gemawang juga memodifikasi malam yang digunakan
dengan cara merubah resep malam yang dibeli dari toko dengan menambah
campuran tertentu hingga hasilnya lebih pekat.
Dalam pewarnaan, batik Gemawang saat ini hanya menggunakan pewarna
jenis remasol, disamping prosesnya lebih mudah tidak selalu bergantung pada
cuaca, hasil pewarnaannya lebih tajam. Guna menghadapi pesaing dan
melengkapi hasil produksi, batik Gemawang juga melakukan inovasi
menggunakan kain dari serat bambu dan serat pisang.
Permasalahan dalam hal bahan baku alternatif pengganti mori yang
dialami oleh batik Gemawang yaitu adanya larangan mengenai penggunaan serat
bambu di China karena merusak habitat panda. Hal ini menyebabkan sulitnya
memperoleh kain serat bambu. Kendala lain yaitu sulitnya memperoleh bahan
baku sutra di Indonesia karena kalah dengan China.
Tuntutan dari para pelanggan yang selalu mengharapkan kualitas yang
baik dan komposisi variasi batik yang beragam, bapak Fauzi selalu mengantisipasi
dengan melakukan inovasi-inovasi, hal ini cukup penting dalam mengatur strategi
36
antisipasi masa depan perubahan bahan baku. Salah satu contoh inovasi yang
dilakukan bapak Fauzi yaitu dengan memodifikasi malam yang beliau gunakan
dan juga menggunakan teknik produksi yang tidak sama dengan yang lain. Pada
umumnya batik dengan warna remasol hanya diangin-anginkan saja ketika selesai
diwarnai. Akan tetapi, pada batik Gemawang justru harus terkena pancaran sinar
matahari yang bertujuan untuk mempertajam hasil warna. Selain itu dengan teknik
tersebut dapat menghemat penggunaan pewarna remasol.
Antisipasi Masa Depan Perubahan Model/Desain
Model/desain merupakan kerangka bentuk, rancangan, motif, pola dan
corak. Selain itu merupakan proses perencanaan untuk mewujudkan dan
menemukan suatu gagasan dan menemukan titik tengah dari segala macam
masukan yang sering kali tidak sesuai. Model/desain batik saat ini banyak
macamnya. Batik kontemporer saat ini sedang banyak berkembang di masyarakat.
Batik kontemporer sering kali dikombinasikan dengan motif tradisional. Semakin
berkembangnya motif batik menuntut wirausaha batik Gemawang untuk selalu
membuat model/desain yang menarik.
Bagi bapak Fauzi model/desain merupakan salah satu hal yang penting
untuk diantisipasi, karena menurutnya model/desain merupakan hal yang pertama
dilihat oleh konsumen sebelum melihat dari aspek lainnya seperti bahan baku.
Permasalahan yang sering dialami dalam model/desain yaitu harus mampu
mencipatakan model/desain yang belum pernah dibuat.
Pada tahun 2014, ketika di Indonesia sedang trend warna cerah, batik
Gemawang justru membuat produk dengan warna soft dan gelap. Hal ini
37
dilakukan batik Gemawang untuk membuat trend batik Gemawang sendiri. Salah
satu antisipasi yang dilakukan batik Gemawang yaitu dengan tetap
mempertahankan keunikan yang ada dengan cara mengkombinasikan motif batik
Gemawang dengan yang sedang tren saat ini. Selain itu batik Gemawang tidak
membuat batik massal, batik tulis harus dibuat per motif hanya dua potong kain.
Untuk batik seragam instansi dibuat sesuai dengan keinginan pemesan. Konsumen
dapat memesan model/desain yang mereka inginkan dengan membawa desain
sendiri, walau hanya satu potong, tetap akan dilayani. Hal ini dilakukan batik
Gemawang disamping untuk menjaga kepuasan pelanggan juga mengingat
kondisi masa lalu sebelum berkembang juga melayani pesanan per potong, per
motif.
Antisipasi Masa Depan Perubahan Harga.
Harga merupakan hal yang sensitif karena sering kali menjadi tolok ukur
bagi konsumen. Sering kali ketika para konsumen akan membeli produk hal
utama yang mereka lihat adalah harga. Setelah mereka melihat harga pastilah para
konsumen membandingkan dengan produk sejenis dengan harga dibawahnya.
Apabila melihat hukum permintaan dan penawaran, jika harga semakin rendah
maka permintaan atau pembeli akan semakin tinggi dan sebaliknya, jika harga
semakin tinggi maka penawaran akan semakin tinggi dan sebaliknya.
Dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis, batik Gemawang telah
melakukan antisipasi masa depan perubahan lingkungan bisnis dengan melakukan
inovasi dan tindakan reaktif lainnya seperti melakukan perubahan harga secara
spontan. Hal ini sangat penting sebagai antisipasi dalam bisnis, karena perubahan
38
pada lingkungan bisnis sangat cepat. Akan tetapi nampaknya harga tinggi tidak
menjadi faktor penghambat dalam menghadapi pesaing, dengan memilih segmen
pasar tertentu, harga tinggi diimbangi dengan kualitas batik halus, pewarnaannya
tajam, pencoletannya rapi akan mengangkat harga yang ditawarkan, sehingga
harga bukan mejadi hal yang begitu penting dalam kaitannya dengan antisipasi
masa depan dalam persaingan bisnis batik, karena batik Gemawang mempunyai
segmentasi sendiri, akan tetapi batik Gemawang tetap mengantisipasi perubahan
harga yang sewaktu-waktu terjadi di pasar.
Prinsip Batik Gemawang yang kuat, yaitu “apabila terdapat konsumen
yang mengatakan produknya mahal, maka konsumen tersebut bukan termasuk
dalam segmentasi batik Gemawang”. Hal ini membuat bapak Abdul Kholiq Fauzi,
S.Pi enggan untuk membuat produk untuk konsumen menengah kebawah. Sampai
saat ini bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi tetap tidak memproduksi batik dengan
harga yang murah walau beliau sadar bahwa selama ini banyak permintaan untuk
produk dengan harga yang lebih murah.
Salah satu contoh penentuan harga diluar harga wajar pada jenis kain yang
sama, terjadi ketika akan ada kunjungan tamu dari salah satu Kementerian, batik
Gemawang diminta oleh Bupati Semarang Ibu Ambar Fathonah untuk menaikkan
harganya disesuaikan dengan latar belakang tamunya. Semua harga yang telah
dipasang, dilepas, diganti dengan harga baru. Harga yang semula Rp150.000,-
diberi label harga menjadi Rp500.000,-, batik tulis yang harganya Rp700.000,-
dinaikkan menjadi Rp2.000.000,- sampai Rp3.000.000,-. Setelah harga diganti
39
Bupati Semarang mengatakan “Nah…, batik harganya ya seperti ini, ini baru
yang dinamakan batik.”.
Atas anjuran Bupati Semarang, tanpa disangka tamu dari Jakarta
memborong batik Gemawang dan hasil produknya semakin laris terjual pada
konsumen kelas mengengah ke atas hingga sekarang. Hal ini membuktikan tidak
selalu tepat rumusan hukum permintaan bahwa, harga yang murah peminatnya
akan semakin banyak. Sedangkan harga yang mahal permintaannya semakin
sedikit.
Antisipasi Masa Depan Perubahan Persaingan.
Selain itu di era kemajuan teknologi saat ini, batik Gemawang tengah
berupaya mengembangkan pemasaran secara online. Mengembangkan pemasaran
secara online diharapkan dapat memenuhi tuntutan dari konsumen yang berada di
luar wilayah Kabupaten Semarang. Pada bulan April 2015 batik Gemawang
melakukan pemasaran ke Thailand dan Malaysia melalui pedagang antara. Dalam
pemasaran ini harga jual batik Gemawang lebih tinggi dibandingkan dengan di
Indonesia, namun dalam perjalanannya menemui kendala, pada saat pedagang
antara dari Malaysia meminta pada label batik Gemawang dicantumkan kata
Malaysia, Bapak Fauzi tidak bersedia memenuhi permintaannya sehingga
kerjasama bisnisnya sampai saat ini belum ada keputusan
Dalam menghadapi persaingan dengan batik dari China, batik Gemawang
optimis masuknya batik China tidak akan mempengaruhi industri batik
Gemawang, karena batik China yang masuk ke Indonesia sejatinya bukan batik
yang diproses dengan sistem pencantingan dan ada unsur malam, namun proses
40
pabrikan atau lebih tepat disebut tekstil bermotif batik. Dengan berpegang pada
prinsip batik merupakan barang seni, di mana barang seni mempunyai penikmat
atau konsumen sendiri.
Antisipasi Masa Depan Perubahan Tenaga Kerja.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada awal berdiri batik
Gemawang hanya memiliki tiga orang karyawan saja. Saat ini batik Gemawang
memiliki empat belas karyawan. Pada awal berdiri, batik Gemawang mengalami
kesulitan dalam masalah tenaga kerja, masyarakat di sekitar batik Gemawang
lebih berminat bekerja di pabrik, sehingga bapak Fauzi mencoba untuk melakukan
kegiatan pelatihan kembali untuk mengantisipasi sulitnya tenaga kerja. Kegiatan
pelatihan ditujukan untuk warga desa Gemawang sendiri. Dari pelatihan pertama
sedikit demi sedikit masyarakat mulai memahami dan mulai tertarik untuk
membatik. Peserta pelatihan pun beragam mulai dari anak muda sampai orang
dewasa. Bagi mereka yang mempunyai kesibukan di pabrik, mereka bisa
menambah penghasilan ketika mereka sedang libur kerja dengan cara membuat
batik tulis yang nantinya beli oleh bapak Fauzi.
Permasalahan tenaga kerja yang sering terjadi pada batik Gemawang yaitu
bahwa industri ini bukanlah industri formal di mana manajemennya bersifat baku.
Batik Gemawang saat ini masih terkendala oleh kegiatan-kegiatan sosial yang ada
dilingkungannya. Sehingga banyak karyawan yang izin untuk membantu di
kegiatan-kegiatan sosial tersebut.
Dalam hal antisipasi masa depan perubahan tenaga kerja, bapak Fauzi
menerapkan kebijakan kepada setiap karyawannya, bagi karyawan yang
41
menemukan suatu cara yang baru, maka dia wajib mengajarkannya kepada yang
lainnya supaya tidak ada rasa iri satu sama lain sehingga bisa menjaga suasana
kerja yang nyaman.
Antisipasi masa depan perubahan tenaga kerja penting bagi batik
Gemawang karena tenaga kerja merupakan hal utama dari produksi. Bapak Fauzi
tidak khawatir apabila terjadi perebutan tenaga kerja atau dibajak oleh pengrajin
lain, prinsipnya selama bisa membuka rezeki untuk orang lain, beliau tidak
mempermasalahkan hal tersebut.
Pembahasan
Diskusi Antisipasi Masa Depan Batik Gemawang
Dari hasil wawancara dengan bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi maka di
dapatkan temuan dengan skema atau pola antisipasi masa depan batik Gemawang
berdasarkan antisipasi masa depan perubahan lingkungan sekitar mikro :
Skema Antisipasi Bisnis Batik Gemawang.
Bagan Skema 2 : Antisipasi Bisnis Batik
Gemawang
Perubahan Lingkungan Sekitar
Bahan Baku Model/Desain Tenaga Kerja
Kelangsungan hidup batik Gemawang
Rencana strategi antisipasi batik Gemawang
Persaingan Harga
42
Dari skema di atas menunjukkan bahwa antisipasi dari Batik Gemawang
yang terpenting bagi bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi yaitu melakukan antisipasi
masa depan perubahan lingkungan bisnis mikro. Karena keputusan dalam
lingkungan bisnis mikro dapat mempengaruhi usaha sejenis. Wirausaha
diharapkan dapat meramalkan apa yang akan terjadi pada perubahan lingkungan
bisnis mikro di kemudian hari. Perubahan lingkungan bisnis mikro yang penting
untuk dilakukan antisipasi masa depan yaitu antisipasi masa depan perubahan
bahan baku, antisipasi masa depan perubahan model/desain, antisipasi masa depan
perubahan harga, antisipasi masa depan perubahan persaingan, dan antisipasi
masa depan perubahan tenaga kerja.
Peran antisipasi masa depan (Future Anticipation) dalam suatu usaha
memegang peran penting agar dapat menang dalam persaingan pasar. Adapun
terkait dengan antisipasi masa ini, maka pada penelitian Maria & Sony (2014)
mengenai Potret future Anticipation Batik di Jawa Tengah menunjukkan bahwa
kegiatan antisipasi masa depan (future anticipation) yang dilakukan pengusaha
batik (Solo, Pekalongan , dan Lasem) membawa pengaruh pada extra effort,
customer value, dan market performance. Upaya yang dapat dilakukan perusahaan
dalam rangka menciptakan nilai pelanggan dlakukan melalui penciptaan motif dan
desain yang unik. Melalui future Anticipation yang dilakukan perusahaan ini
maka akan membawa pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepuasan dan
loyalitas pelanggan.
Antisipasi masa depan perubahan bahan baku, seorang wirausaha harus
mempunyai alternatif bahan baku. Bahan baku alternatif merupakan antisipasi
43
yang cukup penting, karena ketika bahan utama sudah mulai sulit didapatkan,
wirausaha harus siap untuk mengganti dengan bahan baku yang sesuai tanpa
mengurangi kualitas dari produk. Selain itu pemasok juga mempunyai peran yang
cukup penting dalam menyediakan bahan baku alternatif sehingga pemasok juga
perlu diantisipasi oleh batik Gemawang dalam hal menyediakan bahan baku.
Batik Gemawang saat ini tengah mengembangkan bahan baku alternatif kain mori
dengan kain dari serat bambu dan serat pisang. Walaupun kain mori masih mudah
untuk didapatkan, namun dengan memperhatikan semakin banyaknya wirausaha
yang bergerak di industri batik, lama kelamaan kain mori akan semakin sulit
untuk di dapatkan. Selain itu kualitas dari bahan baku juga harus dikontrol, karena
banyak produsen yang saat ini berlaku curang. Bahan baku dengan kode yang
sama belum tentu memiliki kualitas yang sama, sehingga hal ini perlu diantisipasi
oleh para wirausaha. Supaya kualitas produk yang dihasilkan selalu sama,
wirausaha harus selalu memantau hal tersebut khususnya pemasok bahan baku
dari para pengrajin kecil.
Antisipasi masa depan perubahan model/desain dapat dipengaruhi dari
pelanggan dan pesaing. Perkembangan model/desain cukup penting karena
model/desain yang monotone dapat menyebabkan konsumen bosan, sehingga
wirausaha harus selalu mengembangkan model/desain baru dari produk yang
dibuatnya. Masukkan atau saran dari para konsumen merupakan hal yang perlu di
perhatikan dalam menentukan model/desain. Dari masukan atau saran dari
konsumen itulah yang membuat model/desain dapat berkembang. Selera
konsumen penting untuk diperhatikan dalam menentukan model/desain. Selain itu
44
wirausaha juga dapat mengembangkan model/desain dengan melihat atau mencari
melalui internet. Pada industri batik model/desain dapat di modifikasi antara motif
tradisional dan kontemporer, sehingga ragam model/desain batik dapat mengikuti
perkembangan zaman. Melihat dan meramalkan apa yang akan menjadi tren
dimasa yang akan datang, batik Gemawang selalu membuat terobosan baru untuk
mengembangkan model/desain mereka. Terbukti ketika batik Gemawang
menciptakan batik dengan motif Bola pada tahun 2010. Pada awalnya hanya
memprediksi bahwa motif yang akan tren ketika piala Champion adalah motif
bola.
Antisipasi masa depan perubahan harga bagi bapak Abdul Kholiq Fauzi,
S.Pi bukanlah hal yang begitu penting untuk antisipasi masa depan, akan tetapi
beliau tetap melakukan antisipasi perubahan harga dipasaran. Menurutnya hal ini
kurang begitu penting karena setiap wirausaha mempunyai segmentasi masing-
masing. Prinsip bahwa batik merupakan barang seni, menjadi salah satu sebab
tidak pernah ragu dalam menentukan harga. Selain itu hingga kini belum pernah
ada keluhan dari para pelanggan mengenai harga Batik Gemawang.
Antisipasi masa depan perubahan persaingan bagi batik Gemawang
merupakan hal yang penting untuk dilakukan antisipasi. Antisipasi masa depan
perubahan persaingan, wirausaha dituntut untuk selalu memantau kondisi pasar
saat ini dan yang akan dating. Selain itu dengan melakukan hal tersebut wirausaha
dapat selangkah lebih maju dari para pesaing yang ada. Dalam hal ini batik
Gemawang telah melakukan ekspor untuk bersaing dengan pengusaha dari dalam
maupun luar negeri. Bagi bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi berani bersaing dengan
45
lingkup yang lebih luas akan membuat produk semakin dikenal. Ekspansi pasar
yang dilakukan oleh batik Gemawang merupakan strategi khusus dalam
mengembangkan cakupan pemasaran guna mengantisipasi persaingan di pasar
lokal maupun global. Relasi yang dimiliki batik Gemawang membuat produk ini
mudah untuk menembus ke beberapa negara. Hal ini senada dengan penelitian
Andadari, dkk (2016) yang berjudul Antecedents of Future Market Anticipation: A
Better Understanding From the Fashion Industry in Indonesia, yang menemukan
bahwa faktor kompetisi yang paling berpengaruh pada antisipasi pasar. Hal ini
dengan kata lain dapat diartikan bahwa seluruh usaha yang diberikan oleh pelaku
usaha tidak terkait dengan antisipasi masa depan (future anticipation) dalam
pertimbangan kompetisi.
Tenaga kerja merupakan hal yang penting dalam memproduksi suatu
barang. Tenaga kerja bagi bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi merupakan hal yang
penting untuk di antisipasi. Akan tetapi bapak Abdul Kholiq Fauzi, S.Pi tidak
takut apabila terjadi perebutan tenaga kerja. Selama bisa membuka rezeki buat
orang lain, tidak mempermasalahkannya. Dalam menghadapi sulitnya mencari
tenaga kerja, dilakukan antisipasi masa depan dengan cara melakukan pelatihan.
Pelatihan membatik diberikan untuk warga sekitar rumah produksi. Para peserta
pelatihan kebanyakan merupakan warga satu desa yang menganggur dan anak-
anak muda tamat SMA/SMK yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi. Dari pelatihan tersebut telah menghasilkan pembatik untuk
wilayah desa Gemawang, sehingga tidak merasa khawatir menghadapi sulitnya
46
mencari tenaga kerja. Tenaga kerja bisa diciptakan dengan berbagai macam cara
hanya saja wirausaha harus dapat mecari cara untuk menciptakannya.
Perbandingan Dengan Penelitan Terdahulu
Terkait dengan pengembangan usaha batik, maka pada pada penelitian Meutia,
dkk (2015) mengenai The Influence of Competitive Pressure on Innovative
Creativity yang bertujuan meneliti dan menganalisa pengaruh tekanan kompetitif
pada kreatifitas inovatif dan daya saing batik SME di Indonesia. Menunjukan
bahwa kreativitas dalam menghasilakn produk yang inovatif berpengaruh pada
performa produk batik SME (Small to Medium sized Enterprises) di Indonesia.
Hal tersebut membuktikan bahwa para wirausaha lebih dituntut untuk lebih kreatif
dalam mengambangkan produk dan meningkatkan daya saing produk batik SME.
Selain itu, diperlukan juga kemampuan untuk memprediksikan pasar dan
kesukaan konsumen akan mendorong para wirausaha untuk menciptakan produk
yang diinginkan pasar. Kemampuan para wirausaha batik dalam meciptkan suatu
hal yang inovatif akan secara signifikan mempengaruhi kemampuan meyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan bisnis serta mendorong perfoma pemasaran
batik SME di Indonesia. Secara umum pada penelitian ini lebih menekankan pada
kemampuan menyesuaikan diri dan memberikan nilai sesuai dengan keinginan
konsumen.
Temuan pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Andadari,
dkk (2016) yang berjudul Antecedents of Future Market Anticipation: A Better
Understanding From the Fashion Industry in Indonesia, yang menemukan bahwa
47
dari enam faktor yang mengarahkan pada rangkaian antisipasi pasar di masa
depan (model design, alternative raw materials, human capital, kompetisi
kompetisi di AEC, dan harga produk), ada lima faktor yang tidak berpengaruh
pada antisipasi pasar. Namun hanya satu faktor yang berpengaruh terhadap
antisipasi masa depan yaitu kompetisi.
48
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Antisipasi masa depan penting bagi wirausaha Batik Gemawang,
merupakan suatu strategi guna mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Batik
Gemawang dalam menghadapi persaingan telah melakukan antisipasi
perubahan pada lingkungan bisnis, meliputi bahan baku, model/desain,
tenaga kerja, dan perubahan harga.
2. Antisipasi masa depan batik Gemawang dalam menghadapi perubahan
lingkungan bisnis sebagai berikut :
1. Untuk antisipasi masa depan perubahan bahan baku, diakukan dengan
pembelian langsung kepada pemasok, melakukan modifikasi malam
dengan cara merubah resep malam yang dibeli dari toko hingga
hasilnya lebih baik. Dalam menghadapi pesaing melakukan inovasi
menambah jenis kain dari serat bambu dan serat pisang.
2. Antisipasi masa depan perubahan model/desain dilakukan dengan
tetap mempertahankan keunikan yang ada, mengkombinasikan
dengan motif yang sedang tren saat ini, tidak membuat batik tulis satu
motif secara masal.
3. Dalam antisipasi masa depan perubahan harga, dilakukan dengan
tetap berpegang pada prinsip bahwa batik merupakan barang seni,
mempunyai nilai seni tinggi, sehingga dalam menetapkan harga jual
49
tidak terpengaruh dengan harga batik pesaingnya, karena masing-
masing mempunyai pasar sendiri.
4. Antisipasi masa depan perubahan persaingan, dilakukan dengan
memperluas area pemasaran baik di dalam maupun luar negeri.
Sehingga perusahaan dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun
luar negeri.
5. Antisipasi masa depan perubahan tenaga kerja, dilakukan dengan
menerapkan kebijakan kepada karyawannya untuk mengajarkan
kepada sesama karyawan apabila menemukan metode baru, sehingga
bisa menjaga suasana kerja yang nyaman.
Saran
Adanya peluang dan potensi pada Batik Gemawang untuk memperluas
variasi produk, penulis sarankan seyogyanya perluasan pemasaran juga dilakukan
ke segmen bawah, sehingga seluruh segmen pasar dapat dijangkau dan dipenuhi
keinginannya, mengingat kemampuan pembeli, selera pembeli tidak sama,
sedangkan potensi itu dimiliki oleh Batik Gemawang, seperti ketersediaan bahan
baku yang bervariasi, model, dan desain motif yang beraneka ragam.
Mengembangkan perluasan ke dua arah yaitu pengembangan pada segmen atas
dan bawah, maka akan semakin bertambah jumlah konsumen Batik Gemawang,
secara tidak langsung Batik Gemawang akan menyerap dan menciptakan tenaga
kerja baru sekaligus mengurangi jumlah penganguran pada lingkungan
sekitarnya..
50
Keterbatasan Penelitian
Meskipun telah berusaha sedemikian rupa untuk merancang penelitian,
namun masih terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu sulitnya mencari
penelitian terdahulu yang sejenis sehingga tidak dapat membandingkan hasil
penelitian.
51
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Garry, et.al. 2005. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta : Prenhallindo.
Andadari , R. K.; Priyanto, S. H.; Maria dan Haryanto, J.O. (2016).
Antecedents of Future Market Anticipation: A Better Understanding From
the Fashion Industry in Indonesia. The International Journal of
Organizational Innovation. Vol 8. 03. January 2016
Andadari, Roos Kities, et.al. 2015. Pengantar Bisnis : Memahami Bisnis Dalam
Konteks Indonesia. Tuntang : Widya Sari Press.
Bogdan dan Taylor. 1975 dalam J. Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Remadja Karya.
Khodijah, Syarifah Labibah. 2015. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan
Produk Pada Proses Cetak Produk (Studi Kasus Pada Majalah Sakniah
PT. Temprina Media Grafika-Jawa Pos Group-Semarang). Semarang :
Universitas Diponegoro.
Koran Jakarta. 14 Januari, 2016, Perajin Batik Tradisional Semakin Terjepit.
http://www.koran-jakarta.com/perajin-batik-tradisional-semakin-terjepit/.
HTML, diakses 25 Januari 2016.
Kumalasari, Sekar. 2011. Keterkaitan Kualitas Jasa Dengan Kepuasan,
Kepercayaan Dan Antisipasi Masa Depan (Studi Pada Pengunjung
Kusuma Sahid Prince Hotel Solo). E-Journal Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Lupiyoadi, Rambat & A. Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta :
Salemba Empat.
Meutia & Tubagus Ismail.(2015). The Influence Of Competitive Pressure On
Innovative Creativity. Academy of Strategic Management Journal. Volume 14.
02, 2015.
Miles, B.B., dan A.M. Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta : UI
Press.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
52
Morales, Andrea C. 2005. Giving Firms an “E” for Effort: Consumer Responses
to High-Effort Firms. Journal of Consumer Research. Vol. 31, 306-312.
Nasir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Prawibowo, Teguh. 2014. Analisis Pengaruh Persaingan Terhadap Agency Cost
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Pada
Tahun 2010-2012). Semarang : Universitas Diponegoro.
Priyanto, Sony Heru & Maria. 2014. Potret Future Anticipation UMKM Batik Di
Jawa Tengah. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
Priyanto, Sony Heru, et.al. 2015. Antesenden Dan Konsekuensi Antisipasi Pasar
Masa Depan: Studi Empiris Usaha Batik Di Jawa Tengah. Salatiga :
Universitas Kristen Satya Wacana.
Pujangga, Raka. 2015. Sederet Masalah Yang Dihadapi Perajin Batik.
http://www.tribunnews.com/video/2015/10/04/deretan-kendala-yang-
dihadapi-perajin-batik. HTML, diakses 25 Januari 2016.
Raikko, Kimi. 2015. Nokia, Kejayaan Yang Sudah Berakhir.
http://www.kompasiana.com/kimi_raikko78/nokia-kejayaan-yang-sudah-
berakhir_551019a9a33311c539ba7f4e. HTML, diakses 19 Juni 2015.
Sadarjoe, Sawitri Supardi. 2008. Melulu Orientasi Masa Depan, Cukupkah?,
http://nasional.kompas.com/read/2008/03/16/18300845/melulu.orientasi.m
asa.depan.cukupkah. HTML, diakses 19 Juni 2015.
Sanapiah, Faisal. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa. Malang : Bayumedia.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Wajdi, M.Farid, et.al. 2012. Manajemen Risiko Bisnsi UMKM Di Kota Surakarta.
BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Nomor 2 Volume 16 tahun 2012.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wibowo, Suryo. 2013. Pengusaha Batik Mengeluh Kesulitan Ekspor.
https://bisnis.tempo.co/read/news/2013/07/30/090500949/pengusaha-
batik-mengeluh-kesulitan-ekspor. HTML, diakses 25 Januari 2016.
53
Lampiran-lampiran
Lampiran 1
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana sejarah/profil batik Gemawang?
2. Apakah sebelumnya di Gumawang sudah ada industri batik?
3. Mengapa bapak memilih usaha batik?
4. Apakah bapak mempunyai motif khas?
5. Apakah bapak juga mengembangkan motif batik tradisional?
6. Berapa jumlah karyawan yang bapak bapak miliki?
7. Dalam mengelola usaha bapak tentu tidak selalu lancar, ada kendala
bisnis. Kendala apa saja yang sering bapak temui?
8. Untuk mengantisipasi kendala-kendala yang pernah terjadi, apa yang
bapak lakukan?
9. Untuk mengantisipasi persaingan batik usaha bapak pada masa yang akan
datang apa yang telah dan akan bapak lakukan?
10. Seberapa penting antisipasi masa depan menurut bapak? Mengapa?
11. Dari aspek bahan baku, antisipasi seperti apa yang sudah bapak siapkan
untuk mengantisipasi pesaing dan apakah bapak selalu berusaha mencari
alternatif bahan pengganti mori, pengganti pewarna, dan pengganti lilin?
12. Dari aspek model/desain, antisipasi seperti apa yang sudah bapak siapkan
untuk mengantisipasi pesaing dan apakah bapak bekerjasama dengan
pengusaha batik lainnya dalam memprediksi masa depan model/desain
batik, dan apakah bapak tetap mempertahankan keunikan batik yang
dimiliki?
13. Dari aspek harga, antisipasi seperti apa yang sudah bapak siapkan untuk
mengantisipasi pesaing apakah bapak selalu berusaha menekan biaya agar
harga lebih murah, apakah bapak berusaha menciptakan produk semurah
mungkin, apakah bapak merasa bahwa harga batiknya lebih murah
dibanding pesaing, apakah bapak selalu merevisi harga setiap bulan?
54
14. Dari aspek persaingan, antisipasi seperti apa yang sudah bapak siapkan
untuk mengantisipasi pesaing dan apakah bapak mencari tahu seperti apa
persaingan industri batik, mengikuti tren persaingan di industri batik,
mencoba menjadi yang terdepan di insutri batik, mengantisipasi
persaingan dengan menciptakan keunikan, melakukan kerjasama dengan
pengusaha lain untuk memprediksi persaingan selain itu apakah bapak
juga mencari tahu seperti apa batik non Indonesia, ingin mengkesport ke
luar negeri, melihat pasar luar negeri sangat potensial untuk industri batik,
dan batik saya lebih menarik dibanding non Indonesia ?
15. Dari aspek tenaga kerja, antisipasi seperti apa yang sudah bapak siapkan
untuk mengantisipasi pesaing dan apakah bapak selalu berusaha mencari
tenaga kerja yang lebih murah, apakah bapak mendidik anak-anak muda
menjadi pembatik, apakah bapak mencoba memiliki karyawan tetap, dan
apakah bapak lebih memilih karyawan tidak tetap dari pada karyawan
tetap ?
16. Dalam mengelola usaha, bagaimana cara mengelola/memanaje usaha
bapak?
17. Apakah bapak memakai pembukuan? apabila ya, secara modern atau
secara sederhana?
18. Dimana saja konsumen dapat membeli batik Gumawang?
55
Lampiran 2
Dokumentasi
56
57
58