ANTESEDEN EXPERIENTIAL MARKETING DAN KONSEKUENSINYA PADA CUSTOMER’S...
Transcript of ANTESEDEN EXPERIENTIAL MARKETING DAN KONSEKUENSINYA PADA CUSTOMER’S...
i
ANTESEDEN EXPERIENTIAL MARKETING DAN KONSEKUENSINYA PADA
CUSTOMER’S BRAND LOYALTY MOTOR YAMAHA DIKOTA SEMARANG
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna
Memperoleh derajad sarjana S-2 Magister Manajemen Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Oleh :
MIRA MAULANI UTAMI, S.E. NIM. C4A007080
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2009
ii
PENGESAHAN TESIS
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa tesis berjudul :
ANTESEDEN EXPERIENTIAL MARKETING DAN
KONSEKUENSINYA PADA CUSTOMER’S BRAND LOYALTY
MOTOR YAMAHA DIKOTA SEMARANG
Yang disusun oleh MIRA MAULANI UTAMI, S.E. , NIM.C4A007080 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Juni 2009
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Dr.Ibnu Widiyanto, MA Drs. Harry Soesanto, MMR
Semarang, 24 Juni 2009 Universitas Diponegoro Program Pascasarjana
Program Studi Magister Manajemen Ketua Program
Prof. Dr. Augusty Ferdinand, MBA
iii
Sertifikasi
Saya, Mira Maulani Utami, S.E , yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa
tesis yang saya ajukan ini adalah hasil karya saya sendiri yang belum pernah disampaikan
untuk mendapatkan gelar pada program magister manajemen ini ataupun program lainnya.
Karya ini adalah milik saya, karena itu pertanggungjawaban sepenuhnya berada di pundak
saya.
Semarang, 24 Juni 2009
Mira Maulani Utami, S.E
iv
ABSTRACT
Motorcycle industriesis experiencing rapid growth, Yamaha and Honda compete closely.In purpose to win competition is to increase brand loyalty, one wayof increasing brand loyalty is how to make experiential marketing This raises the question "What Strategic Experiences Modules increase Experiential Marketing and Experiential marketing to establish brand loyalty .as in the theory and various journals and also whether there are company in motorcycle industries. PT Yamaha Motor Kencana Indonesia is a problem that want to be inspected in this research.
Model studies indicate the existence of 6 (four) hypothetical. -Hypothetical hypothetical example is the sense have a positive influence on experiential marketing (hypothetical 1), sense have a positive influence on experiential marketing (hypothetical 1), feel have a positive influence on experiential marketing (hypothetical 2), think have a positive influence on experiential marketing (hypothetical 3), act have a positive influence on experiential marketing (hypothetical 4), relate have a positive influence on experiential marketing (hypothetical 5), experiential marketing have a positive influence on brand loyalty (hypothetical 6.
Sampling technique in this research carried out by purposively sampling method. This was taken with a sampling technique based on the specific considerations, where the sample is selected with the requirements that have deemed essential features that are relevant to the research. The number of respondents as the sample is determined in this research is 138 Yamaha’s Motorcycle buyer and user. Technical analysis is used to analyze and interpret the data in this research is the engineering Structural Equation Model (SEM) of the software and Amos 16. The process of analysis of research carried out on data obtained from 138 respondents. Results of data analysis will be kausalitas explain the relationship between variables that are developed in this research model. The proposed model can be accepted after the assumptions have been met and that is normalitas standardized Residual Covariance <1.96. While the value Determinant of Covariance Matrixnya 66.738
Eksogen measurement model and endogen was tested by using analysis konfirmatori. Measurement model is further analyzed with Structural Equation Model (SEM) to test the model kausalitas relationship between the variables that affect and be affected by sense, feel, think, act, relate, experiential marketing dan brand loyalty meet the Goodness of Fit chi square =244,833; probability = 0,073; GFI = 0,864; AGFI = 0,824; CFI = 0,996; TLI = 0,983; RMSEA = 0,032; CMIN/DF = 1,14.. Based on the results of data analysis can be concluded that the model can be accepted. Keywords: Sense, Feel, Think, Act, Relate, Experiential Marketing dan Brand Loyalty
v
ABSTRAKSI
Industri kendaraan roda dua sat ini bersaing dengan ketat dimana Honda peaing terbesaR Yamaha. Untuk memenangkan persaingan salah satunya adalah membentuk loyalitas merek, loyalitas merek dapat dibangun dengan experiential markeing. Hal ini menimbulkan pertanyaan “apa pengaruh strategic experiences modules terhadap experiential marketing dan apa pengaruh experiential marketing terhadap brand loyalty?”, seperti dalam berbagai teori dan jurnal yang ada dan apakah hal tersebut juga terdapat dalam industri kendaraan bermotor roda dua, PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia yang merupakan masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini.
Model penelitian tersebut menunjukkan adanya 6 (empat) hipotesis. Hipotesis-hipotesis dalam gambar 2.11, antara lain adalah sense berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 1), feel berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 2), think berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 3), act berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 4), relate berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 5), experiential marketing berpengaruh positif terhadap brand loyalty (hipotesis 6) Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara metode purposive sampling. Cara ini diambil dengan teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan pertimbangan tertentu, yaitu pembeli dan pelanggan Motor Yamaha yang menggunakan motor Yamaha minimal 3 tahun. Jumlah responden yang ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 138.. Teknik analisis yang dipakai untuk menginterpretasikan dan menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan teknik Structural Equation Model (SEM) dari software AMOS 16. Proses analisis yang dilakukan terhadap data penelitian yang diperoleh dari 138 responden. Hasil analisis data tersebut akan menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel yang sedang dikembangkan dalam model penelitian ini. Model yang diajukan dapat diterima setelah asumsi-asumsi telah terpenuhi yaitu normalitas dan Standardized Residual Covariance < 1,96. Sementara nilai Determinant of Covariance Matrixnya 66.738
Model pengukuran eksogen dan endogen telah diuji dengan menggunakan analisis konfirmatori. Selanjutnya model pengukuran tersebut dianalisis dengan Structural Equation Model (SEM) untuk model pengujian hubungan kausalitas antar variabel-variabel yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sense, feel, think, act, relate, experiential marketing dan brand loyalty telah memenuhi kriteria Goodness of Fit yaitu yaitu chi square =244,833; probability = 0,073; GFI = 0,864; AGFI = 0,824; CFI = 0,996; TLI = 0,983; RMSEA = 0,032; CMIN/DF = 1,14. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa model tersebut dapat diterima. Kata kunci : Sense, Feel, Think, Act, Relate, Experiential Marketing dan Brand Loyalty
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT terucap atas atas segala karunia-Nya yang telah
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Anteseden
Experiential Marketing dan Konsekuensinya Pada Brand Loyalty (Studi Kasus Pada
Pembeli dan Pengguna Motor Yamaha Di Kota Semarang)
Tesis ini berisi penelitian mengenai anteseden experiential marketing dan
konsekuensinya pada brand loyalty, Berbagai temuan akan dijabarkan penulis dalam
analisis dan pengujian hipotesis untuk selanjutnya memberikan suatu rekomendasi bagi
pengembangan experiential marketing dalam meningkatkan brand loyalty. Penulis
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga memerlukan beberapa
perbaikan beberupa kritik dan saran.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Augusty Ferdinand, MBA selaku Ketua Program Studi Magister
Manaejemen Universitas Diponegoro.
2. Dr. Ibnu Widiyanto, MA dan Drs. Harry Soesanto, MMR sebagai dosen pembimbing
tesis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar, sehingga
tesis ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
vii
3. Kedua orang tua serta kakak yang senantiasa memberikan dukungan baik materi
maupun spiritual sehingga segala hambatan dapat dilalui dengan lancar dan
memotivasi praktikan.
4. Suami saya, Rachmat Adriyanto, terima kasih selalu membantu dan memperhatikan
serta mendengarkan keluh kesah selama menuntut ilmu.
5. Rekan kerja Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang selalu
mengsupport dalam menempuh pendidikan di Magister Manajemen UNDIP
6. Teman-teman angkatan XXX Pagi terima kasih untuk saling bagi pengalaman dan
limpahan semangatnya, terutama untuk Maulida, Aflit, Emy.
7. Para responden yang menjadi target pengisian kuisioner dalam penelitian ini.
8. Seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa mungkin terdapat beberapa hal yang
kurang berkenan dalam pengerjaan tesis ini harap dimaafkan dan semoga ini bermanfaat
dan dapat digunakan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Semarang, 24 Juni 2009
Penulis
Mira Maulani Utami, S.E
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................ i
Halaman Pengesahan Tesis .................................................................................... ii
Sertifikasi ............................................................................................................... iii
Abstract .................................................................................................................. iv
Abstraksi ................................................................................................................ v
Kata Pengantar ....................................................................................................... v
Daftar Tabel ........................................................................................................... xiii
Daftar Gambar........................................................................................................ xvi
Daftar Lampiran .................................................................................................... xviii
Daftar Rumus ......................................................................................................... xix
Bab I : Pendahuluan ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................. 10
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 11
Bab II : Telaah Pustaka dan Pengembangan Model............................................... 13
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 13
2.1.1 Penelitian Li (2008) ......................................................................... 13
2.1.2 Penelitian Amir Hamzah (2007)........................................................14 2.1.3 Penelitian Yie Fang Kao, Li-Shia Huang dan Ming-Hsien Yang …15
ix
2.2 Konsep-Konsep Dasar.......................................................................... 26
2.2.1 Experiential Marketing ..................................................................... 16
2.2.2 Sense.................................................................................................. 28
2.2.3 Feel.................................................................................................... 32
2.2.4 Think ................................................................................................. 34
2.2.5 Act ..................................................................................................... 38
2.2.6 Relate ................................................................................................ 41
2.2.6 Brand Loyalty.................................................................................... 48
2.3 Pengembangan Kerangka Berpikir Teoritis ......................................... 55
2.5 Indikator Variabel ............................................................................... 57
2.4.1 Indikator Variabel Sense ................................................................... 57
2.4.2 Indikator Variabel Feel ..................................................................... 58
2.4.3 Indikator Variabel Think................................................................... 59
2.4.4 Indikator Variabel Act....................................................................... 60
2.4.5 Indikator Variabel Relate .................................................................. 61
2.4.5 Indikator Variabel Experiantial Marketing ....................................... 62
2.4.5 Indikator Variabel Brand Loyalty ..................................................... 63
2.5 Hipotesis Penelitian.............................................................................. 63
x
Bab III : Metode Penelitian .................................................................................... 69
3.1 Proses Penelitian .................................................................................. 69
3.2 Teknik Pengumpulan Data................................................................... 71
3.2.1 Teknik Pengambilan Data ................................................................. 72
3.2.2 Populasi dan Teknik Sampling ......................................................... 74
3.3 Definisi Operasional Variabel dan Indikator ....................................... 79
3.5 Teknik Analisis Data............................................................................ 83
3.6 Uji Validitas dan Reabilitas ................................................................. 977
Bab IV Analisis Data Dan Pengujian Hipótesis..................................................... 100
4.1. Gambaran Umum Yamaha............................................................. 100
4.2. Gambaran Karakteristik Responden .............................................. 101
4.3. Proses Analisis Data....................................................................... 116
4.3.1 Deskripsi Persepsi Responden ......................................................... 116
4.3.1.1 Sense............................................................................................... 117
4.3.1.2 Feel................................................................................................. 119
4.3.1.3 Think............................................................................................... 120
4.3.1.4 Act .................................................................................................. 123
4.3.1.5 Relate ............................................................................................ 125
4.3.1.6 Experiential Marketing .................................................................. 127
4.3.1.7 Brand Loyalty ............................................................................... 128
xi
4.3.2 Ui Reliabilitas dan Validitas Angket ................................................ 130
4.3.3 Teknik Analisis Data dengan SEM.................................................. 131
4.3.3.1 Langkah 1 : Pengembangan Model Berdasarkan Teori ............... 131
4.3.3.2 Langkah 2 : Menyusun Diagram Alur (Path Diagram)................. 131
4.3.3.3 Langkah 3 : Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan ......... 133
4.3.3.4 Langkah 4 : Matriks Input dan Teknik Estimasi.............................134
4.3.3.5 Langkah 5 : Menilai Problem Identifikasi ..................................... 134
4.3.3.6 Langkah 6 : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit ............................. 134
4.3.3.7 Langkah 7 : Interpretasi dan Modifikasi Model............................ 180
Bab V Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan......................................................... 181
5.1 Ringkasan Penelitian........................................................................... 181
5.2 Kesimpulan dari Hipotesis Penelitian ................................................. 184
5.3 Kesimpulan mengenai Masalah Penelitian .......................................... 189
5.4 Implikasi Teoritis ................................................................................. 194
5.5 Implikasi Manajerial ............................................................................ 197
5.6 Keterbatasan Penelitian................................................................................... 213
5.7 Agenda Penelitian Mendatang ........................................................................ 213
Daftar Referensi ................................................................................................ xx
Lampiran
Daftar Riwayat hidup
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data penjualan sepeda motor .............................................................. 5
Tabel 2.1 Penelitian Ye- Chuen Li (2008) .......................................................... 13 Tabel 2.2 Penelitian Amir Hamzah (2007)……………………………………..14 Tabel 2.3 Penelitian Yie Fang Kao (2007) …………………………………….15 Tabel 2.4 Kelebihan dan kekurangan komunitas merek ..................................... 48
Tabel 2.5 Uji Logical Connection Variabel Indikator ......................................... 64
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data........................................................................ 72
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel dan Indikator Sense............................ 79
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel dan Indikator feel ............................... 79
Tabel 3.4 Definisi Operasional Variabel dan Indikator think ............................. 80
Tabel 3.5 Definisi Operasional Variabel dan Indikator act................................. 81
Tabel 3.6 Definisi Operasional Variabel dan Indikator Relate ........................... 81
Tabel 3.7 Definisi Operasional Variabel dan Indikator Experiential Marketing 82
Tabel 3.8 Definisi Operasional Variabel dan Indikator Brand Loyalty .............. 82
Tabel 3.9 Dimensi variabel ................................................ 87
xiii
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembelian ............. 102
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ........................ 103
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan usia ....................................... 103
Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir .............. 104
Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan .............................. 104
Tabel 4.6 Karakteristik responden berdasarkan penghasilan ........................... 105
Tabel 4.7 Karakteristik responden berdasarkan jenis motor ............................ 106
Tabel 4.8 Karakteristik responden berdasarkan warna motor ......................... 107
Tabel 4.9 Karakteristik responden berdasarkan cara pembayaran .................. 107
Tabel 4.10 Karakteristik responden berdasarkan servis .................................... 108
Tabel 4.11 Tabulasi Silang antara jenis kelamin dengan Jenis motor ............... 109
Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara jenis kelamin dengan warna motor ............. 110
Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara usia dengan warna motor ............................ 111
Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara usia dengan Jenis motor .............................. 112
Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara pekerjaan dengan cara pembayaran ............ 113
Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara pendapatan dengan Jeniskelamin ................ 114
Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara jenis motor dengan pengeluarn servis ......... 115
Tabel 4.18 Indeks sense ..................................................................................... 117
Tabel 4.19 Deskripsi sense ................................................................................ 118
Tabel 4.20 Indeks feel ........................................................................................ 119
Tabel 4.21 Deskripsi feel ................................................................................... 120
Tabel 4.22 Indeks think ..................................................................................... 121
xiv
Tabel 4.23 Deskripsi think ................................................................................. 122
Tabel 4.24 Indeks act ......................................................................................... 123
Tabel 4.25 Deskripsi act .................................................................................... 124
Tabel 4.26 Indeks relate .................................................................................... 125
Tabel 427 Deskripsi relate ................................................................................ 126
Tabel 4.28 Deskripsi experiential marketing ..................................................... 127
Tabel 4.29 Indeks experiential marketing .......................................................... 128
Tabel 4.30 Deskripsi brand loyalty .................................................................... 129
Tabel 4.31 Indeks brand loyalty ......................................................................... 129
Tabel 4.32 Hasil pengujian reliabilitas dan Valididtas Kuesioner...................... 131
Tabel 4.33 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement sense............... 138
Tabel 4.34 Construct Reliability dan Variance Extracted sense ........................ 140
Tabel 4.35 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement feel ................. 141
Tabel 4.36 Construct Reliability dan Variance Extractedfeel............................ 143
Tabel 4.37 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement think ............... 144
Tabel 4.38 Construct Reliability dan Variance Extracted think......................... 145
Tabel 4.39 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement act................... 148
Tabel 4.40 Construct Reliability dan Variance Extracted act ............................ 149
Tabel 4.41 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement relate............... 149
Tabel 4.42 Construct Reliability dan Variance Extracted relate ........................ 152
Tabel 4.43 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement Ex.Mrketing…154
Tabel 4.44 Construct Reliability dan Variance Extracted Ex. Marketing.......... 154
xv
Tabel 4.45 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement Brand Loyalty 155
Tabel 4.46 Construct Reliability dan Variance Extracted Brand Loyalty.......... 157
Tabel 4.47 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement eksogen .......... 159
Tabel 4.48 Construct Reliability dan Variance Extracted eksogen.................... 161
Tabel 4.49 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement endogen.......... 162
Tabel 4.50 Construct Reliability dan Variance Extracted endogen ................... 164
Tabel 4.51 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement full model....... 166
Tabel 4.52 Standardized Residual Covariance .................................................. 103
Tabel 4. 53 Normalitas Data ................................................................................ 170
Table 4.54 Univariate Outliers .......................................................................... 174
Tabel 4.55 Mahalanobis Distance ....................................................................... 175
Tabel 4..56 Hubungan Kausal ............................................................................. 177
Tabel 5.1 Implikasi Teoritis ............................................................................. 196
Tabel 5.2 Implikasi Manajerial ....................................................................... 200
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Penjualan Motor ............................................ 5
Gambar 1.2 Grafik Penjualan Motor................................................................... 6
Gambar 1.2 Grafik Penjualan Motor................................................................... 7
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Experiential Marketing...................................... 27
Gambar 2.2 Sense Strategic ................................................................................ 31
Gambar 2.3 Tipe afeksi ....................................................................................... 33
Gambar 2.4 Convergent Thinking ....................................................................... 34
Gambar 2.5 Divergent Thinking .......................................................................... 34
Gambar 2.6 Kampanye Think .............................................................................. 36
Gambar 2.7 Iklan Yamaha ..................................................................................... 37
Gambar 2.8 Slogan Yamaha .................................................................................. 37
Gambar 2.9 Pengalaman relate .............................................................................. 43
Gambar 2.10 Logo Yamaha ................................................................................... 52
Gambar 2.11 Model Penelitian .............................................................................. 56
Gambar 2.12 Indikator Variabel Sense .................................................................. 59
Gambar 2.13Indikator Variabel Feel...................................................................... 60
Gambar 2.14 Indikator Variabel Think.................................................................. 61
Gambar 2.15 Indikator Variabel Act...................................................................... 62
Gambar 2.16 Indikator Variabel Relate ................................................................. 63
Gambar 2.17 Indikator VariabelExperiential Marketing ....................................... 64
xvii
Gambar 2.18 Indikator Variabel Brand Loyalty .................................................... 65
Gambar 3.1 Proses Penelitian ................................................................................ 71
Gambar 4. 1 Diagram Alur ................................................................................... 133
Gambar 4. 2 Analisis Faktor Konfirmatori sense .................................................. 136
Gambar 4. 3 Analisis Faktor Konfirmatori feel .................................................... 136
Gambar 4. 4 Analisis Faktor Konfirmatori think .................................................. 136
Gambar 4. 5 Analisis Faktor Konfirmatori act ...................................................... 136
Gambar 4. 6 Analisis Faktor Konfirmatori relate ................................................. 141
Gambar 4. 7 Analisis Faktor Konfirmatori experiential marketing ...................... 146
Gambar 4. 8 Analisis Faktor Konfirmatori brand loyalty ...................................... 151
Gambar 4. 9 Analisis Faktor Konfirmatori eksogen .............................................. 158
Gambar 4. 10 Analisis Faktor Konfirmatori endogen ........................................... 162
Gambar 4. 11 Full Model ...................................................................................... 165
Gambar 5.1 Proses Alur Proses Strategi Peningkatan Loyalty (1) ........................ 190
Gambar 5.2 Proses Alur Proses Strategi Peningkatan Brand Loyalty (2) ............. 191
Gambar 5.3:Proses Alur Proses Strategi Peningkatan Brand Loyalty(3) .............. 192
Gambar 5.4:Proses Alur Proses Strategi Peningkatan Brand Loyalty(4) .............. 192
Gambar 5.5:Proses Alur Proses Strategi Peningkatan Brand Loyalty(5) .............. 193
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Interaksi kehidupan antara perusahaan dengan konsumennya dapat menimbulkan
keterikatan emosional, bilamana adanya kemampuan untuk mengatasi masalah dalam
suatu pemasaran menciptakan pemecahan masalah dalam suatu merek, dan mendorong
hasil dari suatu bisnis, membutuhkan lebih dari sekedar usaha untuk dapat menciptakan
right experience pada suatu merek. Konsep experiential marketing adalah konsep yang
dapat diterima pada semua level untuk menciptakan kesempurnaan benefit yang menuju
pada experiences (Gilmore, 2003; Petkus, 2004; Hannam, 2004; Steenhouse, 2003)
Pine dan Gilmore (1998) mengatakan bahwa adanya perubahan paradigma
ekonomi dari pelayanan berubah pada suatu pengalaman dikarenakan:
1. Ekonomi modern telah berevolusi dari pengiriman komoditas pada suatu barang,
dari barang pada jasa dan dalam prosesnya telah berevolusi pada suatu
pengalaman.
2. Service menjadi lebih meningkat yang merupakan kebutuhan pokok, persepsi
konsumen pada kurangnya competitive advantage, sama dengan kepuasannya.
3. Pentransferan experiential markets yang menawarkan keterlibatan yang erat
dengan konsumen pada suatu hal yang memorable.
xix
4. Semua aksi dari suatu organisasi yang mengkontribusikan segala actions dari
organisasi yang dapat berkontribusi pada seutu pengalaman pada apa yang
ditawarkan dalam experiential marketing.
Experiential marketing merupakan sebuah pendekatan dalam pemasaran yang
sebenarnya telah dilakukan sejak jaman dulu hingga sekarang oleh para pemasar. Schmitt
(1999) dan Palupi (2001) mengatakan adanya pergeseran pendekatan pemasaran
tradisional ke pendekatan pemasaran experiential karena adanya perkembangan tiga
faktor di dunia bisnis yaitu teknologi informasi yang terdapat dimana – mana, sehingga
kecanggihan teknologi akibat revolusi teknologi informasi yang dapat menciptakan suatu
pengalaman dalam diri seseorang dan membaginya dengan orang lain dimanapun berada
misalnya membaginya dengan media komputer, telepon seluler, dsb. Faktor kedua yaitu
keunggulan dari merek melalui kecanggihan teknologi informasi mengenai merek dapat
tersebar luas melalui berbagai media dengan cepat dan global. Didunia dimana brand
atau merek memegang kendali pada suatu produk atau jasa tidak lagi dari sekelompok
karakter fungsional tetapi lebih berarti sebagai alat pencipta experience bagi konsumen.
Adapun faktor terakhir yang menyebabkan pergeseran ialah komunikasi dan banyaknya
hiburan yang ada dimana mana yang mengakibatkan semua produk dan jasa saat ini
cenderung bermerek dan jumlahnya sangat banyak. Hal itu oleh pemasar dapat dijadikan
bentuk komunikasi dan hiburan yang dapat menciptakan experience bagi konsumen
(Schmitt, 1999)
Menurut Schmitt (1999), Li (2008) dimana Experiential Marketing dibangun
dalam 5 hal yang tercakup dalam Strategic Experiences Modules yaitu: sense feel, think,
xx
act dan relate dimana sense dipengaruhi oleh sight, sound, taste dan smell; feel
dipengaruhi oleh emotion dan feeling; think dipengaruhi oleh convergent, divergent,
surprise, intriqu dan ,provocation; act dipengaruhi oleh interaction, action dan lifestyle,
relate dipengaruhi oleh self idealizaion, others dan culture
Widdis (2001) mengatakan bahwa konsumen sekarang mempunyai arah pada
features dan benefitnya, kualitas produk dan brand image yang positif. Jadi
mengkomunikasikan kenyataan sebaik mungkin, marketing campaign dapat membawa
merek pada suatu kehidupan dengan mengkomunikasikan sense konsumen, menyentuh
hatinya dan mengstimulasikan pikiran mereka
Kotler & Keller (2006), Schmitt (1999) bahwa pengalaman pelanggan dapat
dilakukan melalui experience providers (sarana/alat yang memberikan/menyediakan,
pengalaman bagi pelanggan) berikut ini: Communications: iklan, public relations, laporan
tahunan, brosur, newsletters dan magalogs. 2. Visual/ verbal dentity: nama merek, logo,
signage, kendaraan sebagai transportasi.3. Product presense: desain produk, packaging
,point-of-sale displays.4. Co-branding: event marketing, sponsorships, alliances &
partnership (kemitraan), licencing (hak paten), iklan di TV atau bioskop.5. Environments:
retail and public spaces, tradebooths, corporate buildings, interior kantor dan pabrik. Web
sites and electronic media: situs perusahaan,situs produk dan jasa, CD-ROMs, automated
emails,online advertising, intranets. 7. People: sale speople, customer service
representtatives, technical support/repair providers (layanan perbaikan), company
spokepersons ,CEOs dan eksekutif terkait.
xxi
Experiential marketing dapat mempunyai keuntungan pada beberapa situasi
termasuk mencegah penurunan merek, untuk membedakan produk dengan produk
kompetitor, untuk menciptakan image dan merupakan identitas dari perusahaan, untuk
mempromosikan inovasi dan menyebabkan percobaan, pembelian,dan hal yang paling
penting adalah loyalitas (Schmitt, 1999).
Menurut Mc. Farlane (2008) managing director Ogilvy Action Analytics
mengatakan experiential marketing yang membawa emosi konsumen dapat menciptakan
keputusan pembelian konsumen. Menurut Yue.et.al., (2007) adanya pengaruh positif
antara experiential marketing dan brand loyalty dengan melalui aspek aspek experiential
marketing diantarnya sense, feel, think, act dan relate. Schmitt (1999), Fransisca Andreani
(2007), Amir Hamzah (2007), Munson (2001), Pullen (2001), Palupi (2001) Petkus(2004),
Hannam (2004); Stenhouse (2003), mengatakan bahwa experiential marketing sangat
efektif bagi pemasar untuk membangun brand loyalty melalui aspek aspek sense feel,
think, act dan relate.
Pertumbuhan penjualan sepeda motor Indonesia semakin meningkat terbukti dari
tahun 2005-2007 meskipun penjualan sepeda motor sempat terpuruk pada tahun 2006,
tetapi pada tahun 2007 penjualan sepeda motor mempunyai kecenderungan meningkat.
Pada tahun 2007 penjualan mencapai 4,47 juta unit atau mengalami pertumbuhan sebesar
5,44 persen. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2008* yakni sebesar 33,24 persen
menjadi sebesar 6,28 juta unit sepeda motor. Peningkatan ini terjadi karena daya beli
masyarakat yang membaik. Perekonomian Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir
digerakkan oleh konsumsi masyarakat membuat barang konsumsi seperti sepeda motor
xxii
meningkat permintaannya. Data peningkatan penjualan sepeda Motor ditampilkan pada
gambar 1.1 dibawah.
Gambar1.1 Grafik Penjualan Sepeda Motor Indonesia
Sumber : AISI (2008)
*Data tahun 2008 tidak tersaji dalam grafik tersebut karena data tersebut didapat dalam Indonesian Commercial Newsletter
Dengan adanya pertumbuhan penjualan yang meningkat tersebut, maka persaingan
produsen sepeda motor di Indonesia semakin ketat. Dua produsen motor Jepang saling
salip-salipan merajai angka penjualan motor di Indonesia. Honda hingga saat ini masih
berada pada nomor satu meskipun dalam angka penjualan motor tahun ini sempat
beberapa kali disalip Yamaha. Berikut ini disajikan kondisi persaingan produsen sepeda
motor di Indonesia:
Tabel 1.1
xxiii
Data penjualan Sepeda Motor
*=total industri juga meliputi merek merek yang tertera diatas
Gambar 1.2
Data Penjualan Sepeda Motor
Dalam tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa pada bulan juli tahun 2008 Motor
Yamaha mengalami kenaikan penjualan sekitar 25% dari bulan yang sama tahun 2007 ,
akan tetapi tetap dibawah Honda dengan angka penjualan bulan juli 2008 sebesar 278.823
(naik sekitar 49% dari tahun 2007). Dapat dilihat juga meskipun tahun 2007 Yamaha
unggul dari Honda, akan tetapi setahun kemudian Yamaha kalah bersaing dari Honda.
Dari gambar 1.2 juga dapat dilihat bahwa posisi Yamaha masih tetap dibawah Honda
No Keterangan Juli 2008 Juni 2008 Juli 2007 Persentase Pertumbuhan Juli 2007 ke Juli 2008
1 Honda 278.823 258.038 143.233 49% 2 Yamaha 214.136 204.735 161.016 25% 3 Suzuki 76.001 73.614 53.468 3% 4 TOTAL INDUSTRI* 577.756 543.877 364.387 6%
xxiv
Market share Yamaha pada Bulan Januari-Mei tahun 2008 sebesar 39, 4%
dibawah Honda yakni sebesar 46%.Suzuki pada urutan ke-3 yaitu sebesar 13,3% dan
merek lainnya sebesar 1,3%. Berikut dapat Market Share Motor pada bulan Januari-Mei
2008. Dalam gambar 1.3
Gambar 1.3
Market Share Motor Januari-Mei 2008
Sumber: AISI (2008)
Yamaha Motor Indonesia meraih Marketing Award 2006 atas prestasi mampu
meningkatkan penjualan. Dari lima katagori, Yamaha meraih tiga; The Best Market
Driving Company, The Best Campaign in Marketing, dan The Best Experiential
Marketing." Ini penghargaan terbanyak dari sebuah perusahaan peraih penghargaan
Marketing Award 2006. Bahkan, Yamaha ini merupakan salah satu perusahaan yang
xxv
memukau anggota dewan juri saat presentasi di kampus IPMI dan mendapatkan nilai A
plus," kata Pimpinan Redaksi Majalah Marketing, Rahmat Susanta, selaku ketua panitia
Marketing Award 2006, dalam keterangan pers yang diterima Produsen sepeda motor
berlogo garpu tala ini dinilai berhasil mencapai market share 35% pada tahun ini. Padahal
pada 2005, pangsa pasar Yamaha hanya mencapai 21%. Untuk meyakinkan dewan juri
Marketing Award yang terdiri para pakar di bidang masing-masing itu, setiap peserta
harus mempresentasikan bagaimana strategi perusahaan mencapai kepemimpinan dalam
dunia pemasaran. (Marketing, No.9/VI/September 2006)
Tahun 2007, Yamaha Motor Indonesia juga mendapat penghargaan Marketing
Award untuk Experiential Marketing. Pada tahun 2008 Yamaha Motor
Indonesianmendapat penghargaan dalam The Best Marketing Award dalam The Best
Experiential Marketing dan The Best Innovation (Majalah Marketing
No.09/VIII/September 2008)
Vice President Director Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI), Dyonisius
Beti, mengatakan untuk mencapai kesuksesan yang sesuai dengan visi dan misi, Yamaha
harus melakukan "kando". "'Kando' Yamaha dijalankan berdasarkan pada diferensiasi
produk, brand, dan customer management. Kando merupakan filosofi dasar dari Yamaha
yaitu Touching Your Heart
Selain di ajang Marketing Award, Majalah SWA dan Frontier penyelenggara
Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA), juga memberikan ICSA Award 2006
xxvi
kepada Yamaha. Dengan demikian, Yamaha tahun ini mampu mempertahankan kembali
gelar ketiga kalinya alias hattrick pada kategori sport motorcycle.
Takahashi (2004) mengatakan kepuasan pelanggan mutlak diperlukan pelaku
bisnis seiring memanasnya kompetisi industri otomotif, khususnya roda dua. "Kepuasan
pelanggan dapat menjadi salah satu daya saing dan strategi marketing sebuah perusahaan
dalam menghadapi ketatnya persaingan. Hal ini pula yang diterapkan Yamaha dengan
menjadikan kepuasan pelanggan sebagai tujuan dan visi yang melandasi kinerja
perusahaan melalui customer and community satisfaction,"
Merek harus menarik pada semua faktor yang dapat meningkatkan brand image
dan brand awareness, dan menjaga pengalaman yang memorable yang dapat berpengaruh
pada semangat word of mouth dan loyalitas. Pengalaman ini menciptakan kefanatikan di
benak konsumen (Wolf, 1999). Pengalaman yang dirasakan pelanggan sangatlah unik dan
memberikan dampak yang berbeda dalam proses pemasaran.
Tidak semua produk mampu memberikan experiential marketing, karena hanya
produk/jasa kategori premium yang telah mapan mempunyai diferensiasi yang menuju
pada segmen kelas atas (Rhenald Kasali, 2001 dalam Palupi, 2001), tetapi hal ini dibantah
oleh Roy Goni (2001) dalam Palupi (2001) mengatakan bahwa semua produk mampu
memberikan experiential marketing. Namun yang perlu diingat oleh pemasar adalah
bahwa experience atau pengalaman yang dicipakan tidak selalu dapat dirasakan oleh
konsumen bila hal tersebut sudah sering dirasakan (Rahmawati, 2003). Experiential
xxvii
Marketing tidak selalu dapat dikonsumsi berulang ulang (karena mengandung surprise
yang hanya sesekali) sedangkan emotional branding dilakukan rutin. Pergeseran dari era
industri ke pelayanan indsutri dan emotional market membuat pentingnya diterapkan
experiential marketing dan emotional branding
Berdasarkan beberapa penelitian diatas dimana sense, feel, think, act dan relate
merupakan indikator-indikator terbentuknya experiential marketing, maka berdasar
penelitian tersebut, akan dibuat sebuah konsep Antecedence dan Consequence
Experiential Marketing, berpijak pada pembangunan sebuah konsep dimana indikator-
indikator tersebut dijadikan suatu variabel pendukung terbentuknya experiential
marketing dalam membangun customer’s brand loyalty. Berdasarkan pada penelitian
Schmitt (1999), , Li (2008), Widdis (2001), Yoo, Donthu dan Lee (2000), Aaker (2001),
Munson (2006), Petkus (2004) Hannam (2004), Stenhouse,( 2003), maka diharapkan
akan lebih jelas Anteseden Experiential Marketing dan Konsekuensinya pada Customer’s
Brand Loyalty Motor Yamaha Kota Semarang)
1.2 Perumusan Masalah
Walaupun Yamaha telah mendapatkan beberapa penghargaan dibidang
pemasaran, seperti the best experiential marketing, the best innovation, Index Costumer
Satisfaction Award, namun sampai tahun 2008, bilamana dilihat dari segi penjualan,
market share Yamaha masih kalah dibandingkan pesaing utamanya Honda, maka
ditengah persaingan dengan kompetitornya yang terpenting bagi Yamaha adalah menjaga
kepercayaan konsumen jangka panjang agar loyalitas merek yang telah dibangun selama
xxviii
puluhan tahun tidak direbut oleh pesaing dengan membangun experiential marketing. Hal
inilah yang menjadi masalah dalam penelitian ini.
Untuk menjawab permasalahan di atas maka perlu dianalisis “Anteseden
Experiential Marketing dan Konsekuensinya pada Customer’s Brand Loyalty Motor
Yamaha Kota Semarang”. Sehingga pertanyaan penelitian yang dapat diajukan adalah :
1. Apa pengaruh Strategic Experiences Modules terhadap experiential marketing
Motor Yamaha Semarang
2. Apa pengaruh experiential maketing terhadap customer’s brand loyalty Motor
Yamaha Semarang
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian merupakan sebuah arahan yang menjadi pedoman dan memiliki
fungsi strategis untuk menjawab atau menemukan jawaban atas permasalahan yang
dirumuskan pada setiap penelitian. Oleh karenanya tujuan penelitian ini adalah
“Mengembangkan sebuah model konseptual mengenai Anteseden Experiential Marketing
dan Konsekuensinya pada Brand Loyalty”. Selanjutnya diuraikan tujuan penelitian yang
lebih rinci sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh sense terhadap experiential marketing
Motor Yamaha Kota Semarang
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh feel terhadap experiential marketing
Motor Yamaha Kota Semarang
xxix
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh think terhadap experiential marketing
Motor Yamaha Kota Semarang
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh act terhadap experiential marketing
Motor Yamaha Kota Semarang
5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh relate terhadap experiential marketing
Motor Yamaha Kota Semarang
6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh experiential marketing terhadap
customer’s brand loyalty Motor Yamaha Kota Semarang
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penelitian
selanjutnya antara lain adalah untuk menelaah Anteseden Experiential Marketing dan
Konsekuensinya Pada Brand Loyalty dalam pengambilan langkah dan keputusan
berbisnis. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Pihak perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan mengenai
faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam Anteseden Experiential
Marketing dan Konsekuensinya Pada Customer’s Brand Loyalty
2. Pihak-pihak yang berkepentingan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan dan wawasan tentang hal-hal yang menyangkut Anteseden Experiential
Marketing dan Konsekuensinya Pada Customer’s Brand Loyalty
xxx
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1 Penelitian Terdahulu
2.1.1 Studi Ye-Chuen Li (2008)
Tujuan penelitian ini mendiskusikan cara memasarkan dengan strategi
experiential marketing. Berikut rangkuman penelitian ini :
Tabel 2.1 Penelitian Li (2008)
Nama Peneliti Ye-Chuen Li
Tahun dan Judul Jurnal
(2008), “A Discussion of Applying Experiential Marketing to Leisure Agriculture with AHP ”, Journal of American Academy of Business, Mar : 13,1 pg.98
Masalah Penelitian
Bagaimana budaya tradisonal local dengan experiential marketing dan mengobservasi perbedaan dari pengenalan kegiatan experiential dengan Taiwan Sugar Corporate (TSC) dan konsumennya . Maka penelitian ini akan mendiskusikan cara TSC memasarkan budaya local Taiwan dengan strategi experiential marketing.
Metode Penelitian Teknik analisis memakai Analysis Hierarchy Process (AHP) Permodelan
Temuan dan Kesimpulan
Hasil Penelitian ini menunjukkan Semua dari 40 survey mengkonfirmasikan konsisten internal. Act merupakan perhatian utama dari konsumen maupun experts setelah TSC ditransformasikan. Maka TSC Harus meningkatkan fasilitas yang berhubungan dengan ACT untuk meng”attrack” konsumen. Relate, experts memberikan prioritas kedua tetapi konsumen menekankan pada feel. Maka TSC harus mengurangi relate tetapi meningkatkan feel untuk meng”attrack” dan memuaskan konsumen. Pada sense, sight merupakan faktor penting pada experts dan konsumen. Maka TSC harus merencanakan bagaimana membuat konsumen impress dan nyaman ketika berada pada cabang TSC). Pada Act, interaction merupakan prioritas experts dan konsumen. Maka TSC tidak hanya meningkatkan pada design ACT experience tetapi bagaimana meningkatkan
xxxi
kesempatan konsumen untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada relate, culture merupakan faktor terpenting dari konsumen dan experts.
Sumber bagi penelitian ini
Experiential Marketing, Sense, Feel, Think, Act, Relate
2.1.2 Studi Amir Hamzah (2007)
Tujuan penelitian Amir Hamzah (2007) mengetahui penilaian pelanggan dalam
menggunakan Mentari; mengetahui seberapa besar pengaruh experiential marketing,
emotional branding dan brand trust dalam membentuk loyalitas merek pelanggan
Mentari; mengetahui seberapa besarpengaruh sense, feel, think, act, relate
,commandmenent, fiability dan intentionally terhadap pembentukan loyalitas merek
pelanggan Mentari. Berikut rangkuman penelitian ini :
Tabel 2.2
Penelitian Amir Hamzah (2007) Nama Peneliti Amir Hamzah
Tahun dan Judul Jurnal
(2007), “Experiential marketing, Emotional Branding, dan Brand Trust terhadap Loyalitas Merek Mentari ”, Usahawan No. 06 TH XXXVI
Masalah Penelitian
Studi ini meneliti pada experiential marketing (yang merupakan konsep pemasaran pada tingkat 4), emotional branding, brand trust dengan menganalisis konsumen dengan menggunakan model model psikologis dalam menganalisis perilaku konsumen pada tingkat persaingan seluler yang semakin tajam
Metode Penelitian Metode analisis data menggunakan uji kualitas data (validitas, reliabilitas, normalitas), asumsi klasik (multikolinearitas, heteroksiditas), analisis statistic deskriptif dan analisis korelasi
xxxii
Temuan dan Kesimpulan
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini Adanya korelasi yang kuat antara Experiential Marketing (X1), Emotional Branding (X2) dan Brand Trust (X3) terhadap Brand Loyalty
Sumber bagi penelitian ini
Experiential Marketing, Brand Loyalty
2.1.1 Studi Yie Fang Kao, Li-Shia Huang dan Ming-Hsien Yang (2007)
Tujuan penelitian ini mendiskusikan bertujuan untuk menguji dan menganalisis
bagaimana experiential elements berpengaruh pada loyalty intention Berikut rangkuman
penelitian ini :
Tabel 2.1 Penelitian Yie et.al., (2007)
Nama Peneliti Yie Fang Kao, Li-Shia Huang dan Ming-Hsien Yang Tahun dan Judul Jurnal
(2007), “Effects of Experiential Elements on Experiential Satisfaction and Loyalty Intentions: a case Study of the super basketball league in Taiwan ”, International Journal Revenue Management,. Vol.1. No.1
Masalah Penelitian
Bagaimana experiential elements dapat mempengaruhi loyalty intention pada persaingan dimana konsumen tidak hanya menginginkan benefit dari suatu produk tetapi bagaimana konektivitas emosi dengan konsumen.pada industri liga bola basket
Metode Penelitian
Structural Equation Model (SEM)
xxxiii
Permodelan
Temuan dan Kesimpulan
Hasil Penelitian ini menunjukkan Semua dari 452 sampel telah fit dengan data , dimana telah menunjukkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan dalam SEM, dimana hasilnya surprise berpengaruh positif terhadap emotional experiences, participation berpengaruh positif terhadap emotional experiences, immertion berpengaruh positif terhadap emotional experiences, emotional experiences berpengaruh positif terhadap experiential attitude dan experiential satisfaction. Experiential Attitude berpengaruh positif terhadap Experiential Satisfaction. Experiential Satisfaction berpengaruh positif terhadap repurchase intention dan recommendation intention. Repurchase intention berpengaruh positif terhadap recommendation intention
Sumber bagi penelitian ini
Experiential Marketing, Brand Loyalty
2.2 Telaah Pustaka
2.2.1 Experiential Marketing
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) menyatakan pengalaman berasal dari
menjalani suatu peristiwa. Pengertian dari experience menurut Schmitt (1999), experience
adalah kejadian-kejadian yang terjadi sebagai tanggapan stimulasi atau rangsangan
(contohnya sebagaimana diciptakan oleh usaha-usaha sebelum dan sesudah pembelian).
Experience seringkali merupakan hasil dari observasi langsung dan atau partisipasi dari
xxxiv
kegiatan - kegiatan baik merupakan kenyataan, angan- angan maupun virtual. Dengan
demikian seorang pemasar perlu menciptakan lingkungan dan pengaturan yang tepat agar
dapat menghasilkan customer experience yang diinginkan. Experience dipandang sebagai
struktur yang kompleks dan terus berkembang. Tidak ada dua pengalaman yang sama
persis namun mereka dikategorikan menjadi tipe pengalaman yang berbeda. Dengan
demikian seorang pemasar tidak harus berfokus pada pengalaman individual saja
melainkan beralih pada pemikiran strategis mengenai tipe - tipe pengalaman apa yang
hendak disediakan dan bagaimana cara menyediakannya dengan tingkat appeal yang
tinggi (Schmitt, 1999)
Experiential Marketing merupakan konsep strategis dimana merupakan era
perubahan marketing dengan adanya perpindahan konsep functional kepada konsep
experiences dari sebuah produk atau jasa yang hal ini pertama kali didukung oleh Pine
dan Gilmore II (1998) dalam bukunya Experiential Economy yang membahas mengenai
special experiences dan unfergottable memories lalu Schmitt (1999) dengan bukunya
Experiential Marketing (Li, 2008).
Schmitt (1999) menggunakan istilah traditional marketing pada sekumpulan
prinsip, konsep, dan metodologi yang dibangun oleh akademisi, praktisi (marketing
director, brand manager dan communication manager) dan konsultan pemasaran
sepanjang abad ini, khususnya dalam tiga puluh tahun terakhir. Prinsip dan konsep ini
digunakan untuk mengembangkan produk baru, merencanakan lini produk dan merek,
merancanag komunikasi dan merespon aktivitas dari para pesaing
xxxv
Terdapat 4 kunci utama yang menjadi karakteristik dari traditional marketing
(Schmitt, 1999) :
a. Focus on Functional Features and Benefits
Traditional Marketing berfokus pada functional features dan benefits dan
menganggap bahwa customer (business customer atau endcustomer) didalam
pasar yang beragam (industrial, customer, technology, service) menimbang fitur -
fitur fungsional. Berdasarkan tingkat kepentingannya, menilai keberadaan dari
fitur produk, dan memilih produk dengan tingkat kegunaan terbesar secara
keseluruhan (didefinisikan sebagai jumlah dari fitur-fitur yang dipertimbangkan).
Arti features menurut Kotler adalah karakteristik yang melengkapi fungsi dasar
produk. Sedangkan benefits dihasilkan oleh fitur fungsional dan merupakan
karakteristik kinerja yang dicari konsumen dari suatu produk.
b. Kategori Produk dan Kompetisi Didefinisikan Secara Sempit
Dalam dunia pemasaran tradisional, McDonald’s bersaing dengan Burger
King dan Wendy’s (bukan bersaing dengan Pizza Hut atau Starbucks). Bagi
seorang pemasar tradisional, kompetisi hanya terjadi didalam kategori produk
yang diefinisikan secara sempit.
c. Konsumen Dipandang Sebagai Pengambil Keputusan Rasional
xxxvi
Sepanjang abad ini, para ahli ekonomi dan pemasaran memandang proses
pengambilan keputusan sebagai pemecah masalah yang sifatnya langsung dan
sederhana. Sebagaimana dijelaskan oleh Engel, Blackwell dan Miniard,
pemecahan masalah mengacu pada tindakan penuh pemikiran dan logika yang
diambil untuk menghasilkan kepuasan. Proses pengambilan keputusan konsumen
bisanya dianggap melibatkan beberapa tahapan
1. Need Problem Recognition (Cognitive); konsumen mengidentifikasi
kebutuhan yang ingin dipenuhi.
2. Information Search (Affective); dengan motif tersebut konsumen mencari
informasi guna memenuhi kebutuhannya.
3. Evaluation of alternatives, setelah memiliki beberapa pilihan yang tersedia
dan menggunakannya. Jika manfaat yang diperoleh sesuai dengan
ekspektasi, maka akan terjadi repeat purchase dan sebaliknya.
d. Metode dan Alat Penelitian Bersifat Analitis, Kuantitatif dan Verbal
Pemasaran tradisional menggunakan metodologi dan alat – alat uji yang kuantitatif
dan verbal. Metode yang digunakan adalah regression models, positioning map
dan conjoint analysis
Terdapat 4 Hal yang menjadi karakteristik dari Experiential Marketing
(Schmitt, 1999) :
a. Focus on Customer Experiences
Pengalaman (experiences) terjadi sebagai akibat dari menghadapi (encountering,
menjalani (undergoing), atau mengalami (living) suatu kejadian. Hal tersebut merupakan
xxxvii
pemicu terhadap perasaan, kehendak dan pikiran. Pengalaman juga menghubungkan
perusahaan dan merek kepada gaya hidup konsumen dan media perilaku konsumen serta
alasan pembelian dalam konteks sosial yang lebih luas
b. Examining the Consumption Situation
Dalam mengevaluasi situasi konsumsi, pemasar diberikan gambaran menyeluruh
akan peluang dan ancaman pasar yang ada, sehingga strategi perusahaan tidak akan
terisolir pada peta persaingan yang relatif sempit, bahkan membuka adanya peluang baru.
Evaluasi pada fase ketika konsumsi terjadi (post purchase period) merupakan kunci yang
menentukan kepuasan konsumen dan loyalitas merek (brand loyalty)
c.Customers Are Relational and Emotional Person
Konsumen tidak selalu dipandang sebagai pengambil keputusan yang rasional
tetapi juga pada sisi emosional, dimana konsumen ingin dihibur secara psikologis dan
dirangsang kreativitasnya. Bagi seorang pemasar experiential, konsumen merupakan
makhluk emosional sebagaimana juga ia bertindak rasional. Oleh karena itu, ketika
konsumen secara teratur memilih menggunakan akalnya, pada saat yang sama hal tersebut
juga didorong oleh emosinya, karena pengalaman konsumsi (consumption experiences)
seringkali diarahkan pada pencapaian fantasi, perasaan dan kesenangan (directed toward
the pursuit fantasies, feelings and fun)
d) Methods and Tools Are Electic
Metode dan alat analisa dari experiential marketing bermacam-macam dan
beraneka ragam dan tidak dibatasi oleh satu pandangan tertentu. Pengukuran experiential
marketing tidak hanya berorientasi pada pencapaian hasil yang maksimal ada yang
xxxviii
bersifat analitis kuantitatif (seperti riset eye movement untuk efektifitas komunikasi) ada
yang intuitif dan kualitastif seperti FGD (Focus Group Discussion)
Schmitt (1999) mengatakan bahwa Experiential Marketing semakin banyak
digunakan perusahaan-perusahaan untuk menciptakan experiential connections dengan
konsumennya. Experiential Marketing khususnya sangat relevan bagi perusahaan
multinasional untuk mendorong terbentuknya global brands. Experiential Marketing
dapat digunakan secara menguntungkan dalam banyak situasi diantaranya:
1. Menciptakan kembali merek yang mengalami penurunan
2. Mendiferensiasikan sebuah produk dari pesaingnya
3. Menciptakan sebuah image dan identitas untuk sebuah perusahaan
4. Mempromosikan inovasi
5. Mendorong percobaan (trial) pembelian dan yang paling penting consumption
Marc Gobe yang meluncurkan buku Emotional Branding, The New Paradigm for
Connecting Brand to People (Alloworth Press, 2001) dan Experiential Marketing dari
Schmitt (1999) dari Universitas Colombia New York (1999), mempunyai kontent yang
sama yaitu berbicara mengenai perasaan dan emosi. Bedanya Emotional Branding lebih
mempertegas tentang merek yang mempunyai pesona emosional bagaimana suatu merek
mampu menarik hati konsumen pada tataran paling dalam melalui emosi dan perasaan
sedangkan Experiential Marketing berbicara tentang produk yang mampu menawarkan
pengalaman emosi sehingga menyentuh hati dan perasaan konsumen.
Adaptasi dari Marketing Aesthetics (1999). Experiential Marketing adalah
pendekatan baru dalam bidang disiplin ilmu pemasaran yang mengacu pada peristiwa
xxxix
individual yang terjadi, baik bersifat rasional maupun emosional, dikarenakan adanya
stimulasi tertentu atau rangsangan dari luar yang membentuk suatu persepsi dan
mempunyai dampak terhadap perilaku individu tersebut dimasa yang akan datang.
Stimulasi tersebut bersumber dari stimuli yang dinamakan Experiences Provider.
Marketers ingin menciptakan emotional attachment dengan konsumennya apa
yang mereka jual bukan hanya produk dan servisnya saja tetapi juga pengalaman.
Pengalaman tidak hanya terbentuk dari beberapa konstruk saja tetpai merupakan
penawaran dari bebrapa kombinasi service, produk dan beberapa komoditas. Untuk dapat
merealisasikan manfaat penuh dari penerapan experiences. Harus merencanakan
experiences yang tentunya dapat mengindikasikan jumlah yang dibayarkan konsumen
(Silverman, 2004). Sekarang ini konsumen menginginkan keseluruhan experiences dari
merek favorit yang ingin mereka dalami (Kotowski, 2008).
Zarem (2000) mengutip pernyataan Sanders, Direktur Yahoo, yang menyatakan
bahwa pengalaman merupakan dasar perekonomian baru untuk semua industri. Sebagai
contoh industri penerbangan berkompetisi menawarkan harga yang kompetitif dan
keselamatan yang tinggi. Mereka berusaha menawarkan pengalaman terbang (flying
experience) sebagai senjata bersaingnya. Lebih lanjut Sanders menyatakan bahwa saat ini
adalah masanya ‘experience’ economy. Tanpa mempedulikan produk atau jasa yang
dijual, seorang pemasar perlu memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi
pelanggannya karena hal inilah yang sangat mereka hargai. Lippman, president of
corporate sales andmarketing Emap USA, tidak sependapat dengan Sanders. Menurut
Lippman, pengalaman ini bukan merupakan hal yang baru karena konsep pemasaran
xl
seperti ini sudah dilakukan sejak jaman dahulu. Yang membedakan adalah cara-cara
memasarkan produk dan jasa. Sekarang ini pemasar menggunakan internet dan TV kabel,
yang belum tersedia bertahun-tahun lalu. Lippman tidak menyangkal akan efektifitas
konsep ini karena menurut beliau konsepnya tetap sama tetapi kemasannya atau caranya
saja yang berbeda.
Menurut Wong (2005), pengalaman merupakan sebuah alat yang membedakan
produk atau jasa. Tidak dapat disangkal bahwa dengan semakin berkembangnya teknologi
produk dan jasa maka penciptaan product differentiation sangatlah sulit, bahkan kadang
kala tidak mungkin dilakukan. Dengan kematangan sebuah produk maka kompetisi
menjadi sangat ketat karena para kompetitor menawarkan core product dengan fungsi dan
fitur yang sama. Oleh karena itu hanya ada sedikit perbedaan yang bisa diciptakan.
Menurut Kartajaya (2001) ada lima tingkatan pemasaran. Pertama pemasaran
komoditas, kedua pemasaran barang, ketiga pemasaran jasa, keempat pemasaran
pengalaman (experiential marketing) dan kelima pemasaran perubahan bentuk
(transformation marketing). Tujuan dari experiential marketing adalah membuat
marketing sehingga menjadi experiences yang merupakan alat marketing yang baik (Li,
2008). Experiential marketing merupakan strategi jangka panjang yang baik untuk
berdialog dengan konsumen (Wilson, 2008).
Scmitt (1999) menyatakan bahwa dalam pendekatan experiential marketing ini,
pemasar menawarkan produk atau jasanya dengan merangsang unsur - unsur emosi
konsumen yang menghasilkan berbagai pengalaman bagi konsumen. Experiential
marketing adalah bagaimana menjembatani partisipasi konsumen dan koneksi atau
xli
environmental relationship (Li, 2008). Partisipasi konsumen dapat dibagi menjadi dua
yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Environmental relationship dapat dibagi
menjadi absorption dan immersion (Pine dan Gilmore, 1998).
American Marketing Association-St. Louis Chapter White Paper #4 mengatakan
bahwa experiential marketing adalah konsep yang secara revolusioner untuk marketers
dengan memindahkan pendekatan “feature and benefit” dan fokus pada bagaimana
menciptakan koneksi yang fresh antara brand dan konsumen, meningkatkan penjualan
sebagai hasil dari hubungan yang baik dengan konsumen. Tetapi untuk sebagian orang hal
ini merupakan konsep lama. Makin banyak orang tahu apa yang perusahaan lakukan, apa
yang perusahaan tawarkan produk dan jasanya, semakin nyaman dan menjadi satu dengan
perusahaan, makin sering untuk membeli produk dan service yang perusahaan tawarkan
([email protected]/961-113).
Experiential marketing merupakan sebuah pendekatan baru untuk memberikan
informasi mengenai merek dan produk. Hal ini terkait erat dengan pengalaman pelanggan
dan sangat berbeda dengan sistem pemasaran tradisional yang berfokus pada fungsi dan
keuntungan sebuah produk.
(http://pioneer.netserv.chula.ac.th/~ckieatvi/Fathom_Exp_Marketing.htm).
Experiential marketing merupakan perpaduan praktek antara pemasaran non
tradisional yang terintegrasi untuk meningkatkan pengalaman pribadi dan emosional yang
berkaitan dengan merek.
,"(http://agelessmarketing.typepad.com/ageless_marketing/2005/01/exactly_what_is.html)
xlii
Dari definisi-definisi tersebut dapat dikatakan experiential marketing merujuk
pada pengalaman nyata pelanggan terhadap brand/product/service untuk meningkatkan
penjualan/ sales dan brand image/ awareness. Experiential marketing adalah lebih dari
sekedar memberikan informasi dan peluang pada pelanggan untuk memperoleh
pengalaman atas keuntungan yang didapat dari produk atau jasa itu sendiri tetapi juga
membangkitkan emosi dan perasaan yang berdampak terhadap pemasaran, khususnya
penjualan.
Kotler & Keller (2006), Wunderman (2003), Schmitt (1999) bahwa pengalaman,
pelanggan dapat dilakukan melalui experience, providers (sarana/alat yang
memberikan/menyediakan, pengalaman bagi pelanggan)) berikut ini: Communications:
iklan, public relations, laporan tahunan, brosur, newsletters dan magalogs. 2. Visual/
verbal dentity: nama merek, logo, signage, kendaraan sebagai transportasi.3. Product
presense: desain produk, packaging, point-of-sale displays.4. Co-branding: event
marketing, sponsorships, alliances & partnership (kemitraan), licencing (hak paten), iklan
di TV atau bioskop. 5. Environments: retail and public spaces, tradebooths, corporate
buildings, interior kantor dan pabrik.. Web sites and electronic media: situs perusahaan,
situs produk dan jasa, CD-ROMs, automated emails, online advertising, intranets. 7.
People: salespeople, customer service representtatives, technical support/repair providers
(layanan perbaikan), company spokepersons, CEOs dan eksekutif terkait.
Kesuksesan experiential marketing dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
1. Dengan menyediakan waktu dengan meningkatkan pengetahuan konsumen
2. Mengenali kebutuhan stakeholders
xliii
3. Get buy in pada keseluruhan perusahaan
4. Training ongoing pada staff untuk dapat konsisten dalam menwarkan total produk
experience ([email protected]/961-113)
Ada 3 langkah dimana langkah berpindah dari tradisional ke experiential
marketing yaitu: menjiplak dari tradisional marketing, gunakan kreativitas dengan
research and development dan ciptakan portofolio dari experiences
(http://www.polaroid.com)
Menurut Silverman (2004) ada 10 manifesto experiential marketing yaitu :
experiential marketing harus dapat diprediksikan one-on-one interaksi personal antara
konsumen dengan pemasar, experiential marketing akan berhubungan bila konsumen
telah memilih, experiential marketing campaign harus secara jelas dapat dikirim manfaat
yang berarti bagi konsumen, experiential marketing berdasar individual experiences,
experiential marketing bertujuan untuk mensukseskan pendekatan inovatif dan taktik
untuk mencapai konsumen dan compelling ways, Experiential marketing adalah idealisme
yang dapat meningkatkan individual customer dan street-savety yang cukup untuk
melepaskan “grassroots activation”. Experiential marketing adalah berhubungan dengan
keaslian. Experiential marketing mengasumsikan bahwa semua yang menyangkut dunia
adalah media dan menyangkut alam semesta adalah berdasar dari consumer base.
Experiential marketers adalah menunjukkan keingintahuan akan hal aneh dunia, sesama
dan keingintahuan segala hal. Namun yang perlu diingat oleh pemasar adalah bahwa
experience atau pengalaman yang dicipakan tidak selalu dapat dirasakan oleh konsumen
bila hal tersebut sudah sering dirasakan (Rahmawati, 2003).
xliv
Menurut Amir Hamzah (2007) adanya pengaruh positif antara experiential marketing
dan brand loyalty dengan melalui aspek-aspek experiential marketing diantaranya sense,
feel, think, ac da relatet. Fransisca Andraeni (2007) mengatakan bahwa Experiential
marketing sangat efektif bagi pemasar untuk membangun brand loyalty. Experiential
Marketing dapat mempunyai keuntungan pada beberapa situasi termasuk mencegah
penurunan merek, untuk membedakan produk dengan produk kompetitor, untuk
menciptakan image dan merupakan identitas dari perusahaan, untuk mempromosikan
inovasi dan menyebabkan percobaan pembelian, dan hal yang paling penting adalah
loyalitas (Schmitt, 1999; Palupi Andreani, 2001; Munson, 2001; Amir Hamzah, 2007; Yi
et.al, 2007). Dalam gambar 2.1 dibawah dan beberapa penelitian diatas jelasah bahwa
sense, feel, think, act an relate merupakan indicator pembentuk experiential marketing,
tetapi dalam penelitian ini, indikator tersebut dinaikkan menjadi variabel pembentuk
experiential marketing sehingga menjadi Antecedence dan Consequence Experiential
Marketing.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Experiential Marketing
BEFORE • Situational
Factor • Last
Experience • Other
Orientattion • Usage
Experience Provider • Communicati
on • Spacial • Environment • Product
Presence
Strategic Experience Modules • Sense • Feel • Think • Act • Relate
AFTER
• Satisfaction (Loyalty/Inertia)
• Product Disposal
• Alternative Remake
DURING
xlv
Sumber :Schmitt (1999)
2.2.2 Sense
Sense ditujukan terhadap rasa dengan tujuan untuk menciptakan pengalaman
melalui penglihatan (sight), suara (sound), sentuhan (touch), rasa (taste), dan bau (smell).
Semua pendekatan psikologi sense, beliefs, motivation, learning dan attitudes yang dapat
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Kotler, 1994 dalam Li, 2008).
Schmitt (1999), tujuan secara keseluruhan dari sense adalah menyediakan
kesenangan estetika melalui rangsangan terhadap kelima indra manusia (pendengaran,
penciuman, peraba/sentuhan dan pengecapan). Agar sense mempunyai arah dan tujuan
yang ingin dicapai dan mengetahui apa yang akan dikoordinasikan dan diukur maka
diperlukan sasaran strategis yang antara lain :
1. Sense as Differentiator (Pengalaman sebagai Pembeda)
Tingkah laku yang unik serta mengistimewakan suatu produk dalam hal kemasan,
desain produk, isi dan desain yang dapat memberikan stimulus/rangsangan kepada panca
indra manusia sehingga menimbulkan perbandingan atau pembedaan terhadap poduk yang
satu dengan produk yang lain, dimana stimuli terhadap perbedaan tersebut akan
memberikan nilai tambah bagi konsumen itu sendiri.
2. Sense as Motivator (Pengalaman Sebagai Motivasi)
xlvi
Agar pelanggan dapat termotivasi untuk mencoba dan membeli produk, maka
diperlukan pemahaman bagaimana proses rangsangan panca indra dapat bekerja melalui
antara lain :
a. Lintas Modalitas.
Berkaitan dengan penggunaan multimedia dengan cara yang terbaik dalam
penyampaian informasi (komunikasi) terhadap panca indra manusia dan
bagaimana cara yang terbaik untuk menggabungkan berbagai macam modalitas
(visual, pendengaran, penciuman dan sentuhan). Sebagai contoh format media
cetak menyangkut layout (tata letak), penempatan headline, copy (bagian tulisan
uang menjelaskan), ilustrasi dan warna. Format media audio visual meliputi warna,
headline, copy, ilutrasi suara, bunyi dan pemillihan kata
b. Lintas ExPros
Dalam suatu riset terhadap kesan panca indra (kualitatif dan kuantitatif)
sehubungan dengan tingkat konsistensi elemen elemen panca indra. ExPros
terhadap beberapa beberapa jaringan hotel yang beberapa jaringan hotel yang
bertaraf internasional sperti : Hyatt, Four Seasons, Marriot dengan tiga bagian
propertinya yaitu gedung, lobi dan ruang tamu yang mempunyai ciri - ciri yang
khas. Hasilnya adalah konsistensi dalam skema warna
c. Lintas Ruang dan Waktu
xlvii
Lintas ruang dan waktu disini dapat diartikan sebagai merek yang sama
tetapi dijual dilokasi yang berbeda. Kunci motivasi yang bekaitan dengan
kampanye pemasaran. Sense melalui lintas ruang dan waktu ini adalah :
1. Konsitensi Kognitif
Menurut teori dari konsistensi kognitif ini, orang berusaha untuk
mempertahankan seperangkat kepercayaan dan sikap yang konsisten. Konsistensi
kognitif disini mengacu pada pemahaman intelektual tentang ide ide atau gasan
yang mendasarinya atau replikasi konseptual gaya dan tema. Contohnya seperti
pengulangan yang bergaya (stylistic) dan bertema (thematic) agar dapat terus
diingat, dikenang, dipahami dan mempengaruhi perilaku
2.Keragaman Sensori
Keragaman sensori terkait pada suatu perlakuan yang khusus untuk
digunakan dalam jangka waktu yang lama. Contoh : warna, slogan, juru bicara
dalam iklan pencahayaan sehingga dapat menarik perhatian dari konsumen untuk
jangka waktu yang panjang, tidak membuat bosan dan menimbulkan motivasi
Secara Umum, ada tiga tujuan strategik didalam Sense Marketing : untuk
membedakan, untuk memotivasi, dan untuk menciptakan nilai kepada pelanggan.
Seringkali kita mendengar respon dari konsumen setelah mereka mencoba suatu produk.
Kata-kata yang sering diucapkan akan menghadirkan dan membangkitkan kesenangan.
xlviii
Dari sinilah nilai yang unik terbentuk, hasil dari sense yang disukai atau dipahami oleh
pelanggan
Gambar 2.2 Sense Strategic
Sumber : Schmitt (1999)
Misalnya dalam pameran, pada sisi sight dengan menggunakan teknologi yang
modern, komposisi dari komponen yang custom made, dan pencahayaan. Pada sisi sound
dengan membuat stand yang sesuai dengan iklan pada media, dengan berbagai hidangan
dan musik yang sesuai pada stand tersebut. Smell dengan memberikan bau kopi pada saat
exhibition, terutama pada kopi yang bermerek. Taste, kopi adalah hal yang favorite, tetapi
juga sebagai tambahan adanya soft drink. Feel dengan memberikan movie yang
proporsional, yang dapat dilihat dari jarak jauh, dimana untuk menyediakan suatu
experiences adalah dengan suatu sejarah, space dari suatu stand disarankan
memungkinkan pengunjung dapat berinteraksi dengan baik dengan perusahaan maupun
orang lain (www.exhibitionhire.co.nz)
SENSE Objectives
Differentiator
Value Provider Motivator
xlix
Berdasarkan penelitian Schmitt (1999), Amir Hamzah (2007), Fransisca Andreani
(2007), Li (2008) bahwa adanya pengaruh antara Sense dengan Experiential Marketing .
Maka Hipotesis yang dapat diajukan adalah :
2.2.3 Feel
Menurut Schmitt (1999), pemasaran feel merupakan strategi pendekatan perasaan
(afeksi) dan implementasi terhadap perusahaan dan merek melalui experiences providers,
dengan tujuan untuk mempengaruhi mood (suasana hati), perasaan dan emosi yang
ditimbulkan oleh events (peristiwa-peristiwa yang terjadi), agent (orang yang melakukan
peristiwa, perusahaan dan situasi), dan object (suatu hal yang telah dilihat). Dari ketiga
hal tersebut menimbulkan pengaruh terhadap:
1. Produk atau merek. Seringkali pelanggan berpikir secara positif tentang produk
atau merek. Pada umunya pelanggan telah memberikan suatu pernyataan yang
menyatakan bahwa pelanggan merasakan suka atau tidak suka.
2. Perusahaan atau pembicara. Pada saat menambahkan perusahaan dan pembicara
yang diiklankan di televisi tentang Ronald Mc Donalf, kita akan mendapatkan
perasaan seperti: menghormati atau mencela, kagum atau malu tentang produk dan
merek yang telah diiklankan tersebut
3. Situasi konsumsi. Di tengah situasi konsumsi, pada saat pelanggan menggunakan
produk dan memiliki pengalaman akan suatu merek, mendapatkan pelayanan dan
berhubungan dengan penjual, maka pada saat itulah akan terjadi emosi yang paling
H1 : sense berpengaruh positif terhadap experiential marketing
l
kompleks seperti kesenangan dan kesedihan, kebahagiaan dan kebencian,
kepuasan dan ketakutan, lega dan kecewa
Ketiga aspek diatas merupakan bagian dari strategi feel yang diluncurkan pada saat
terjadinya konsumsi dan di dalam komunikasinya. Perasaan dapat berubah menurut
intensitasnya, dari yang positif, suasana hati yang negatif sampai dengan emosi yang lebih
kuat. Suasana hati dan emosi dapat dipahami pada penjelasan sebsagai berikut:
1) Moods (suasana hati) adalah keadaan perasaan yang tidak spesifik dan sifatnya
ringan. Suasana hati dapat saja diperoleh dari suatu rangsangan tertentu, namun
pelanggan seringkali tidak menyadarinya. Suasana hati dapat membuat
keseluruhan kesimpulan menjadi baik, buruk atau biasa
2) Perasaan dan Emosi merupakan suatu keadaan perasaan dengan rangsangan
spesifik dan sifatnya kuat. Emosi dapat dijadikan dua tipe, yaitu emosi dasar dapat
berupa perasaan positif (kegembiraan atau kesenangan) dan perasaan negatif
(marah, sedih, rasa jijik) serta emosi kompleks yang merupakan campuran dan
gabungan dasar contohnya yaitu nostagia.
Gambar 2.3 Tipe Tipe Afeksi
Moods/ Suasana
Hati
Ringan Positif, Negati,
t l
Perasaan dan Emosi
Kuat Positif atau Negatif, Penuh arti Dirangsang oleh peristiwa, agen dan objek
Afeksi
li
Yang dibutuhkan didalam feel di sini sangatlah berbeda dengan kesan sensorik
karena hal ini berkaitan dengan suasana hati dan emosi jiwa seseorang. Ini bukan sekedar
menyangkut keindahan, tetapi suasana hati dan emosi jiwa yang mampu membangkitkan
kebahagiaan atau bahkan kesedihan sensorik karena hal ini berkaitan dengan suasana hati
dan emosi jiwa seseorang. Ini bukan sekedar menyangkut keindahan, tetapi suasana hati
dan emosi jiwa yang mampu membangkitkan kebahagiaan atau bahkan kesedihan..
Indikator,: Emotion, Feeling dan Mood (Li, 2008).
Berdasarkan penelitian Schmitt (1999), Amir Hamzah (2007), Fransisca Andreani
(2007), Li (2008) bahwa adanya pengaruh antara feel dengan Experiential Marketing .
Maka Hipotesis yang dapat diajukan adalah :
2.2.4. Think
Menurut Schmitt (1999) dan Li (2008), tujuan pemasaran think adalah untuk
mendorong pelanggan terlibat dalam pemikiran seksama dan kreatif, diamana hasil yang
didapat tanpa penilaian kembali perusahaan dan produk. Dalam proses berpikir secara
kreatif terdapat dua jenis pemikiran yaitu :
1. Convergent Thinking (Pemikiran Terpusat)
Adalah proses mempersempit fokus seseorang pada beberapa ide atau gagasan
dari semua ide yang telah dikumpulkan menjadi sebuah solusi. Misalnya setelah
mengetahui motor Yamaha, konsumen lebih memperhatikan kualitas Motor
H2 : feel berpengaruh positif terhadap experiential marketing
Sumber : Schmitt (1999)
lii
Gambar 2.4 Convergent Thinking
(Sumber: http://www.learningandteaching.info/learning/converge.htm)
2.Divergent Thinking (Pemikiran Memancar)
Adalah jenis pemikiran yang membiarkan pikiran seseorang yang bergerak
kemana – mana secara simultan. Jenis pemikiran ini membutuhkan kampanye pemasaran
think yang asosiatif, yaitu dengan perumpamaan secara visual. Misalnya iklan Yamaha
dapat memberikan gambaran mengenai Motor Yamaha
Gambar 2.6 Divergent Thinking
(Sumber : http://www.learningandteaching.info/learning/converge.htm)
liii
Gambar 2.6 Konsep dan kampanye Think
Kampanye think diciptakan melalui :
1. Surprise (Kejutan). Kejutan (surprise) merupakan hal yang sangat penting untuk
melibatkan pelanggan dalam hal berpikir secara kreatif. Dan kejutan itu sendiri
harus bersifat positif, karena hal tersebut dapat membuat pelanggan mendapatkan
pengalaman yang lebih dari yang diminta, lebih menyenangkan dari yang mereka
harapkan, atau secara keseluruhan berbeda dari apa yang mereka harapkan dan
membuat mereka merasa puas dibuatnya. Misalnya apa yang diberikan Motor
Yamaha lebih dari yang dijanjikan.
2. Intrigue (Intrik). Intrik dapat melebihi kejutan. Intrik tergantung pada tingkat
pengetahuan, ketertarikan dan pengalaman yang utama. Intrik dapat menjadi isu
isu yang lebih besar memiliki filosofis dan memiliki kesempatan yang besar untuk
menimbulkan ingtrik tersebut terbagi menjadi tiga yaitu: “Ontology (Apa ini?)”,
“Process (Bagaimana Sesuau Bekerja)”, dan “Time (Seperti Apa Dulu dan Akan
Konsep THINK
Kampanye THINK
Divergent Asosiatif
Convergent Terarah
liv
Menjadi Apa?)”. Misalnya Citra positif yang terdapat dalam Motor Yamaha
misalnya sebagai motor tercepat
3. Provocation (Provokasi). Provokasi dapat merangsang diskusi, menciptakan
kontroversi atau perbandingan, tergantung pada maksud dan target kelompok yang
dituju. Provokasi muncul dari sifat yang agresif dan tidak sopan, dan hal tersebut
dapat menjadi beresiko apabila dilanjutkan.
Sebagai contoh pengimplementasian konsep think dalam Motor Yamaha misalnya
dengan menggunakan iklan yang dapat memberikan gambaran bagi konsumen, citra yang
positif yang dapat membangkitkan kemampuan untuk membeli motor Yamaha. Slogan
semakin yang terdepan Motor Yamaha dapat membangkitkan untuk selalu memilih motor
Yamaha. Motor Yamaha lebih baik dari yang dijanjikan. Salah satu contoh iklan Yamaha
terdapat dalam gambar dibawah ini :
Gambar 2. 7 Iklan Motor Yamaha
Gambar 2.8 Slogan Motor Yamaha
lv
Berdasarkan penelitian Schmitt (1999), Amir Hamzah (2007), Fransisca Andreani
(2007), Li (2008), Yue.et.al., (2008) bahwa adanya pengaruh antara think dengan
experiential marketing. Maka hipotesis yang dapat diajukan adalah :
2.2.5.Act
Menurut Schmitt (1999) strategi pemasaran Act berfungsi menciptakan
pengalaman yang sangat berharga bagi pelanggannya, berkaitan dengan secara fisik, pola
perilaku dan gaya hidup jangka panjang serta pengalaman dengan orang lain
1.Pengalaman Fisik Tubuh
a. Motor Penggerak (Motor Actions)
Teknik perilaku aktivitas penggerak bekerja tidak hnaya pada saaat pada saat
seseorang melakukan aktivitas penggerak diri mereka sendiri tetapi juga pada
berinteraksi sosial dengan orang lain. Maka dari itu, pada saat penjualan atau pada
komersil televisi, dapat termasuk isyarat non verbal dan ketika dilihat oleh orang
lain, berdampak pada perilaku dan sikap tanpa kesadaran mereka menjadi sadar
akan hal tersebut.
b. Sinyal Tubuh (Body Signals)
Sebagai seorang pemasar, penjual dan pembuat iklan, dapat menggunakan
sinyal tubuh seperti isyarat atau gerakan tubuh, tekanan suara dan kontak mata
agar dapat mempengaruhi perilaku pelanggan. Seringkali kita merasa tidak sadar
H3 : Think berpengaruh positif terhadap experiential marketing
lvi
dengan hal ini, namun sinyal tubuh tersebut telah mengisyaratkan kita membaca
dan mengerti keadaan sekaligus dapat mempengaruhi tindakan kita.
c. Pengaruh Lingkungan Terhadap Keinginan Fisik
Strategi act mempunyai istilah bahwa “ Daging adalah lemah”. Hal ini
diperjelas dengan tempat dimana keinginan fisik atau paling sering muncul. Maka
dengan cara tersebut, tidak hanya pengalaman yang tercipta, tetapi secara
bersamaan memperkuatnya dan berkelanjutan.
2. Gaya Hidup
Gaya Hidup diartikan sebagai pola hidup seseorang yang diekspresikan didunia
ini melalui kegiatan seseorang, minat dan pendapat. Untuk mengekspresikan gaya hidup
tersebut, menunjukkannya kepada orang lain dan diri mereka sendiri konsumen
membutuhkan penilai dan penunjuk tentang merek - merek yang memiliki gaya hidup
seseorang atau merek yang mencerminkan seseorang. Sebagai pemasar, seharusnya
bersikap sensitif dalam melihat trend gaya hidup atau bahkan, dapat menjadi penggerak
dari trend gaya hidup. Beberpa teknik yang mempengaruhi gaya hidup yaitu :
a. Mempengaruhi Tindakan Tanpa (Banyak) Berpikir
b. Menggunakan Peran Model
Motor Yamaha menggunakan brand ambassador Valentino Rossi yang
merupakan atlit Motor GP (Grand Prix).
lvii
c. Pendekatan Norma
Pada akhirnya, gaya hidup dapat berubah. Hal tersebut diakibatkan karena
tingkah laku yang dibatasi oleh norma sosial (hukum, peraturan, regulasi atau tekanan
kelompok). Hal ini dirasakan sebagai “ sesuatu yang benar untuk dilakukan”.
3.Interaksi (Interact)
Disamping dari pengalaman tubuh, gaya hidup yang berjangka panjang, ada
beberapa interaksi yang dihubungkan dengan yang lainnya karena berkaitan erat dengan
perilaku tubuh dan perilaku sosial dari kegiatan orang yang melakukan interaksi. Contoh
teknologi yang menggunakan audio dua arah seperti internet, layanan melalui telepon,
siaran televisi agar dapat mempermudah jalannya transaksi.
Ada berbagai cara untuk mengkomunikasikan ‘Act’. Dalam Web pemasar
dapat menggunakan flash animations; di TV dengan iklan pendek. Sedangkan di
lingkungan sosial dapat dilakukan dengan gambar hidup yang dapat bergerak dengan
cepat. Media cetak bukanlah pilihan yang baik untuk ini. Pemilihan sarananya harus hati-
hati dan tepat sehingga dapat membangkitkan pengalaman yang diinginkan. (Schmitt,
1999).
Dalam kasus Motor Yamaha strategi Yamaha Motor Kencana Indonesia dalam
act adalah dengan melakukan inovasi-inovasi misalnya Motor Mio yang merupakan motor
matic pertama di Indonesia, inovasi desain, model dan body. Iklan yang merupakan salah
satu experiential provider juga diterapkan oleh Yamaha dengan menciptakan iklan dengan
hubungan sosial yang erat.
lviii
Berdasarkan penelitian Schmitt (1999), Amir Hamzah (2007), FransiscaAndreani
(2007), Li (2008) bahwa adanya pengaruh antara act dengan experiential marketing .
Maka hipotesis yang dapat diajukan adalah :
2.2.6 Relate
Menurut Schmitt (1999), tujuan dari pemasaran relate adalah menghubungkan diri
pribadi seseorang kepada konteks sosial budaya didalam suatu merek kemudian akan
menciptakan suatu identitas sosial kepada dirinya sendiri. Relate menjelaskan suatu
hubungan dengan orang lain. Kelompok sosial lainnya (pekerjaan, etnik atau gaya hidup).
Perhimpunan masyarakat atau kebudayaan. Pengalaman relate dimulai dengan
mengidentifikasi kelompok acuan (individu atau kelompok yang mempengaruhi secara
bermakna perilaku individu), dimana pelanggan merasakan komunikasi dengan pelanggan
lainnya, sampai membentuk suatu komunitas merek sebagai pusat dari organisasi sosial
dan menetapkan suatu pemasaran sendiri.
Relate Marketing berisikan aspek-aspek dari sense, feel, think act dan relate.
Customer Value dipercaya bahwa konsumen dapat dipengaruhi oleh reference group
ketika mereka membuat suatu keputusan. Relate merupakan perluasan dari sensasi
individual, feeling, cognition, dan action dengan berhubungan dengan konteks sosial dan
budaya yang merefleksikan suatu merek (Schmitt, 1999). Brand social image adalah
merupakan suatu respektif dari sikap adanya kesadaran dari konsumen pada referensi
H4: act berpengaruh positif terhadap experiential marketing
lix
kelompoknya. Termasuk atribut dari konsumen dalam berpikir atau secara nyata mencapai
typical function dari brand users (Lassar, Mittal and Shama, 1995 dalam Li, 2008).
Menurut Schiffman (2004), untuk mempengaruhi individu lain, maka setiap
individu memiliki perbedaan dalam status sosialnya. Makna dari status sosial itu sendiri
adalah membicarakan tentang masyarakat tertentu. Dikatakan tertentu karena masing -
masing kelompok memiliki pendidikan, pekerjaan dan pendapatan tertentu pula. Sehingga
dengan ciri - ciri tertentu tersebut, maka individu tersebut memiliki status sosial tertentu
pula seperti:
a. Wealth (kekayaan) sering disebut juga dengan suatu aset, karena status sosial ini
diatasnamakan kita dan dimiliki oleh individu tersebut seperti tanah, rumah,mobil
dan lain – lain.
b. Power (kekuatan), dimana individu tersebut memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi individu lain.
c. Prestige (martabat), merupakan hal hal yang telah diperoleh individu (pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan) yang telah diakui oleh orang lain.
Bidang psikologi sosial memiliki kaitan yang erat dengan pengaruh sesungguhnya
dengan orang lain, imajinasi atau implisit kedalam pikiran orang lain dan perilaku
seseorang. “Kehadiran Aktual” mengacu kepada pengaruh sosial pada saat bersama
dengan orang lain atau dalam percakapan pribadi (contohnya melalui telepon, e-mail dan
lain - lain). Sedangkan dalam “Kehadiran Implisit” pelanggan bertindak seringkali tanpa
sepengetahuan dirinya sendiri mengikuti perilaku yang diharapkan kelompok panutannya.
lx
1. Kategorisasi dan Identitas Sosial
Tujuan untuk berinteraksi atau berhubungan dengan individulain tanpa didorong
oleh sutau kebutuhan kategorisasi dan pencarian arti identitas diri. Kategori yang
kompleks dan individu sering tidak hanya menggambarkan seseorang tetapi juga memberi
kesan terhadap orang tersebut.
Gambar 2.9 Pengalaman Relate
Sumber : Schmitt (1999)
a. Kin Relations (Hubungan kekerabatan)
Perlakuan khusus dan perlakuan tertentu terhadap anggota kelompok vs dengan
orang diluar kelompok terlihat sebagai suatu atau fundamentaldari proses kecintaan
akankeluarga sendiri. Secara alamiah kecintaan akan keluarga datang sendiri, tetapi
kecintaan untuk bukan keluarga tidak datang secara alamiah. Oleh karena itu, fakta pokok
dari dunia sosial, memberlakukan semuanya dari waktu kecil hingga tumbuh dewasa dan
agama mengatur cara kita bersosialisasi. Akibat dari sosialisasi tersebut kita terhubung
lxi
dengan psikologi sosial yang akan menimbulkan perasaan seperti solidaritas, simpati,
tolerasnsi dan kepercayaan kepada keluarga
b. Social Rules (Aturan Sosial)
Disamping hubungan kekeluargaan, hubungan juga dapat dibentuk melalui
individu-individu lain dalam suatu penyamaran/abstrak melalui aturan-aturan sosial.
Sebagai contohnya seorang pelanggan wanita dapat merasakan suatu ketidakterbatasan
dengan pelanggan wanita lainnya. Hasilnya, dia mungkin dapat menyesuaikan diri
terhadap kampanye Relate yang menunjukkan aturan sosial terhadap kaum wanita dalam
kehidupan sosialnya dan hubungan dengan kaum pria.
2. Culture Values (Nilai – Nilai Antar Budaya)
Nilai dapat dilihat sebagai kepercayaan secara umum melebihi situasi yang speifik.
Satu konsep yang serung digunakan untuk memutuskan perbedaan antar budaya aadalah
individualisme / kolektivisme. Konsep ini memiliki konsekuensi terhadap cara pandang
diri sendiri (mandiri vs ketergantungan), tujuan (kepentingan pribadi vs tujuan
kelompok), kognisi (menekankan pada kebutuhan dan hak kewajiban dan tugas), dan
evaluasi (fokus kepada hubungan analisis yang rasional vs fokus kepada perkembangan
dan menjaga hubungan). Maka dari itu, kaum individualisme ingin berbeda sendiri
daripada yang lainnya dan lebih unik. Sedangkan pada kaum kolektivisme ingin lebih
dipahami dengan kelompok acuannya
a. Sikap dan Nilai Spesifik
Jika nilai –nilai dapat menjadi spesifik terhadap suatu budaya, pemasar relate
menjadi sensitif terhadap perbedaan perbedaan budaya dan mendesain kampanye
lxii
pemasaran yangsesuai. Budaya yang spesifik tersebut dapat dijumpai pada Budaya
Cina. Budaya tersebut antara lain: pengingkaran (abusement), kesederhanaan dan
tidak menonjolkan diri (modesty and self-effacement), beraliran pragmatis dan
bermusyawarah (pragmatise and compromise), hormat terhadap hak (respect for
authority), menjaga hubungan (relationship), tindakan memberi dan menerima
(reciprocy of actions), menjaga harga diri (face saving). Nilai Budaya Cina
tersebut memiliki implikasi yang penting terhadap jasa pelayanan (contohnya
menerima tamu yang penting disebuah hotel)
b. Citra pada Suatu komunitas Dunia
Dalam kampanye global, pemasar dapat memilih budaya untuk menyediakan
relate yang menarik. Kampanye global ini memerlukan budaya sebagai suatu asosiasi
positif yang menyeluruh dan dnilai sama di seluruh dunia. Amerika telah suka
menggambarkan nilai budayanya yang menarik. Contohnya Amerika mendominasi
secara global dalam hal film dan buku novelnya, restoran, Planet Hollywood yang
telah tersebar secara global diseluruh dunia.
3. Kebutuhan Akan Konfirmasi
Karena kebanyakan orang memainkan aturan yang kritis dalam pembentukan diri
sendiri, orang secara sistematis mencari tahu informasi tentang konsep diri. Kita
dikelilingi dengan orang orang yang merayu, menghormati dan berbagi opini dengan
orang lain sehingga kita tidak dapat mendengar itu dimana konsep diri dapat terancam.
Kita menunjukkan hal hal yang berhubungan dengan identitas diri kita untuk menyatakan
pernyataan terhadap konsep diri tertentu. Contohnya adalah individu mendefinisikan
lxiii
dirinya sebagai seorang “konsultan”. Individu tersebut mendefinisikan dikrinya melalui
pakaian dan tas yang dia pakai, bahasa dan mengekspresikan (beberapa menggunakan
“perencanaan”, “strategi”, “nilai,”garis” bawah”). Dan mobil yang ia kemudikan misalnya
kemungkinan BMW
4. Diluar Kategorisasi dan Identifikasi
Jika satu dari empat telah terpenuhi, maka pelanggan akan terasa lebih baik tentang
diri mereka karena mereka merupakan bagian dari anggota kelompok (nyata, khayalan,
bermakna/implict) membuat lebih baik tentang dirinya
a. Bersantai pada kemenangan yang dicerminkan oleh merek
Bagaimana pada kemenangan yang memanifest dirinya? Sebagai contoh terjadi
pada beberapa universitas. Mr. Caldini menemukan bahwa pelajar memakai baju, topi
baseball, pelindung leher dan pin setelah suatu tim sepakbola menang daripada
memakainya setelah kalah. Bahkan sedikit terjadi kecelakaan dapat mengubah
pengalaman relate. Orang yang berbagai rasa pasa saat hari ulang tahun pada “orang
jahat”akan merasakan lebih buruk, dibandingkan orang yang berbagi dengan “orang
baik” merasakan pengalaman Relate Bersantai pada kemenangan . Begitu juga halnya
dengan suatu merek tertentu. Jika suatu merek telah sukses, merupakan hal yang
menyakitkan bagi pesaingnya.
b. Menetapkan Hubungan Merek
lxiv
Dengan menggunakan model antropologi untuk memahami hubungan personal,
bahwamereka membentuk suatu merek, maka merek - merek tersebut memiliki
kualitas yang termasuk :
a. Merek dipengaruhi oleh kenangan yang terjadi di masa lalu
b. Merek menjadi simbol atau objek (Anthromorphized), mengasumsikan kualitas
manusia dari emosi, kemauan dan pikiran.
c. Merek mempunyai hubungan yang erat dengan konsumen dalam jangka waktu
yang lama, menghormatinya dan mencintainya
c. Komunitas Merek
Komunitas membuat pelanggan berhubungan satu sama lain secara lebih mudah.
Albert Muniz dan Thomas O’Guinn menjelaskan tentang komunitas merek sebagi
“suatu yang terstrukur dari hubungan sosial diantara pengguna-pengguna merek”.
Terdapat empat kharakteristik kunci dari komunitas merek, yaitu :
a. Adanya kesadaran akan rasa kekeluargaan antar pengguna merek
b. Pengguna merasakan bahwa suatu pengalaman dari tanggung jawab moral
terhadap anggota komunitas tersebut
c. Pengguna merek saling berbagi ritual, simbol dan tradisi
d. Pengguna merek berbagi pengalaman pribadi dengan suatu merek lagi dan lagi
Dalam komunitas merek terhadap kelebihan dan kekurangan, antara lain :
Tabel 2.4
lxv
Kelebihan dan Kekurangan Komunitas Komunitas Merek
Komunitas Merek Kelebihan Kekurangan
• Memiliki ikatan yang kuat dengan merek
• Memperkaya merek melalui komunikasi
• Kelompok pengguna menarik perhatian dan mempromosikan diri mereka sendiri
• Dapat memberikan pengaruh yang negatif
• Dapat menjadi rasa kekeluargaan dan tidak menjadikan ancaman terhadap kelompok lainnya
• Menyimpangkan merek
Sumber : Schmitt, 1999
Berdasarkan penelitian Schmitt (1999), Amir Hamzah (2007), Fransisca Andreani
(2007), Li (2008) bahwa adanya pengaruh antara relate dengan experiential marketing .
Maka Hipotesis yang dapat diajukan adalah :
2.2.7 Brand Loyalty
Brand atau dengan nama lain “merek” adalah menjadi hal dominan pada era
globalisasi saat ini. Brand atau merek menjadi salah satu faktor penting dalam kompetisi
dan merupakan aset perusahaan yang bernilai. Menurut American Marketing Associations
(AMA) dalam Kotler (2003) merek (brand) merupakan nama, istilah, tanda, symbol; atau
desain atau panduan dari hal - hal tersebut yang dimaksudkan untuk memberikan identitas
bagi barang atau jasa yang dibuat atau disediakan suatu penjual atau kelompok penjual
serta untuk membedakannya dari barang atau jasa yang disediakan pesaing. Merek
merupakan suatu simbol yang kompleks yang dapat menyampaikan enam tingkat
pengertian, antara lain :
H5 : relate berpengaruh positif terhadap experiential marketing
lxvi
1. Atribut (attributes). Suatu merek mendatangkan atribut tertentu ke dalam pikiran
konsumen
2. Manfaat (benefits). Atribut yang ada harus diterjemahkan menjadi manfaat
fungsional dan emosional
3. Nilai (values). Merek juga menyatakan suatu tentang nilai pembuat atau produsen
4. Budaya (culture). Merek dapat mempresentasikan budaya
5. Kepribadian (personality). Merek dapat menjadi proyeksi dan pribadi tertentu
6. Pengguna (user). Merek mengesankan tipe konsumen tertentu (Kapfefer, 1992
dalam Kotler, 2003)
Merek atau brand adalah bagian dari consideration set yang mempengaruhi
preferensi pelanggan dalam memilih merek dan melakukan keputusan pembelian. Brand
juga sangat berpengaruh dalam menciptakan keunggulan bersaing melalui kapabilitasnya
dibenak konsumen. Brand digunakan untuk memberikan diferensiasi produk dari
pesaingnya. Dari brand inilah tercipta symbol atau atribut yang merupakan identitas dari
merek itu sendiri dan bagi konsumennya. Menurut Peter dan Olson (1996 ) merek adalah
sesuatu yang dibentuk dalam pikiran pelanggan dan mempunyai kekuatan membentuk
kepercayaan pelanggan.
Aaker (1991) mengatakan bahwa ” a brand is a distinguishing name and/or symbol
(such as logo, trade-mark, or package design) intended to identify the goods or service of
either one seller or a group of sellers, and to differentiate those goods or services from
those comptetitors.” Oleh karena fungsi merek adalah membantu konsumen mula-mula
dalam mengenali asal usul produk dan melindungi produsen dan konsumen dari pesaing
lxvii
yang mencoba menyediakan produk serupa. Kotler (2003) menyebutkan fungsi merek
(brand) adalah untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok
penyaji dan membedakan dengan produk sejenis dari penyaji lainnya.
Ada dua manfaat dari pemberian dan penggunaan merek pada suatu produk
dipasar yaitu bagi perusahaan dan bagi konsumen :
1) Bagi Perusahaan
Merek bagi perusahaan berperan sebagai alat indentifikasi yang membantu proses
pengelolaan produk, pemeliharaan inventory, dan arsip financial. Merek juga
memberikan perlindungan hukum bagi perusahaan dalam bentuk registered
trademarks, dimana proses produksi dilindungi oleh hak paten dan desain produk
dilindungi oleh hak cipta. Merek memberikan jaminan kualitas sampai level tertentu
dengan tujuan akhir yakni kepuasan konsumen atas kinerja produk dan reorder atau
rebuying dengan merek yang sama.
2) Bagi Konsumen
Bagi konsumen merek adalah harapan untuk memperoleh kepuasan dari
mengkonsumsi suatu produk. Kotler (2003 ) mengatakan bahwa merek adalah value
proposition atau janji yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen bahwa
mereka akan memperoleh manfaat tertentu dari menggunakan merek tersebut. Aaker
(1996) mengatakan bahwa value proposition sebuah merek adalah pernyataan tentang
manfaat fungsional, emosional, dan ekspresi diri dari merek tersebut dan dapat
menciptakan customer value. Value proposition yang efektif mampu menciptakan
lxviii
hubungan antara merek dan konsumen dan mendorong keputusan pembelian. Misal
handphone Nokia menawarkan berbagai keuntungan antara lain :
- Functional benefits : handphone berteknologi tinggi untuk mempermudah aktivitas
bisnis dan mudah pengoperasionalannya.
- Emotional benefits : memberikan perasaan bangga dengan hasil ,performa, desain
produk, nilai prestise dan nilai plus dari Nokia.
- Self-expression symbolic benefits : ekspresi diri dan kepribadian kuat dari
penggunaan handphone Nokia.
Ada dua macam manfaat terlihat dan tidak terlihat dari merek yakni :
a. Tangible Benefits
Adalah manfaat fungsional yang dirasakan oleh konsumen pasca
mengkonsumsi suatu produk yang lebih baik daripada produk kompetitor. Manfaat
fungsional ini misalnya bisa berupa: rasa makanan lebih lezat, proses aplikasi fitur
yang lebih efisien, kandungan elemen produk yang lebih berkualitas, hasil cetak
yang lebih tajam, dan sebagainya. Manfaat ini sangat mudah diketahui langsung
oleh konsumen dan harus merupakan hasil yang benar-benar diinginkan oleh
konsumen.
b. Intangible Benefits
Merupakan nilai plus yang memicu konsumen dalam keputusan pemilihan
dan pembelian merek tertentu, bukan merek kompetitor. Manfaat ini merupakan
bonus yang menjadi atribut determinan pemilihan oleh konsumen. Hal yang perlu
lxix
diketahui bahwa persaingan dewasa ini bukanlah pada tangible benefits namun
pada intangible benefits dari suatu produk (misal berupa : fitur, layanan, kemasan
produk, advertising, dan hal yang lain yang berarti dibenak konsumen).
Berikut adalah merupakan logo dari Yamaha
Gambar 2.10 Logo Motor Yamaha
(Sumber: www.yamaha.co.id)
Hermawan Kertajaya (2004) dan Douglas (2006) menyatakan pendapatnya bahwa
tingkat loyalitas pelanggan adalah proses yang terus berkembang sejak tahun 1970-1an.
Loyalitas menjadi tujuan bagi perencanaan pasar strategik dalam jangka panjang dan juga
dijadikan dasar untuk menngembangkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Dick
dan Basu, 1994) yaitu keunggulan yang dapat direalisir melalui upaya pemasaran. Oliver
(1999) dalam Kotler (2003) mendefinisikan loyalitas merek sebagai komitmen yang
mendalam untuk membeli kembali atau berlangganan kembali suatu produk atau jasa yang
dipilih dimasa yang akan datang, dengan cara membeli merek yang sama berulang ulang
atau membeli sekelompok merek yang sama secara berulang ulang meskipun pengaruh
lxx
situasional dan usaha usaha pemsaran secara potensial menyebabkan tingkah laku
berpindah.
Sedangkan Wernerfelt (1991) dalam Lu et.al. (2006) Brand Loyalty adalah
merupakan aset dimana konsumen rela membayar lebih dalam hal mendapatkan barang
atau jasa yang ditawarkan. Konsumen yang loyal akan membeli kembali barang yang
sama meskipun banyak alternatif brand yang ditawarkan, loyalty dapat diukur dengan
komitmen dalam pembelian kembali produk atau servis (Ryan et.al, 1999 dalam Lu et.al.,
2006)
Mowen dan Minor (1998) mendefinisikan loyalitas sebagai kondisi dimana
konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada
merek tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa yang akan datang
Dari definisi di atas oleh Oliver (1999) maupun Mowen dan Minor (1998) dalam
Dharmesta (1999), keduanya mendasarkan loyalitas pada dua dimensi yaitu;
a. Loyalty is behavioral, artinya loyalitas dapat dipahami sebagai konsep yang
menekankan pada runtutan pembelian, proporsi pembelian dan probabilitas
pembelian.
b. Loyalty is an attitude, artinya loyalitas dipahami sebagai komiten psikologis
pelanggan terhadap obyek tertentu (Dharmesta, 1999).
Untuk mendeteksi loyalitas merek tunggal yang sesungguhnya dapat dilakukan dengan
menguji :
lxxi
1. Struktur keyakinan (kognitif) artinya informasi merek yang dipegang oleh
konsumen yaitu keyakinan konsumen harus menunjuk pada merek fokal yang
dianggap superior dalam persaingan.
2. Struktur sikap (afektif) artinya tingkat kesukaan konsumen pada merek fokal harus
lebih tinggi daripada merek saingan, sehingga ada preferensi afektif yang jelas
pada merek fokal.
3. Struktur niat (kognitif) artinya konsumen harus mempunyai niat untuk membeli
merek fokal, bukan merek lain, ketika keputusan beli dilakukan.
Douglas (2006) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan konsep yang
fundamental dalam strategik marketing, Customer’s Brand Loyalty dapat menciptakan
keuntungan dalam marketing yaitu word of mouth referral dan perlawanan dalam
kompetisi yang semakin besar. Yoo et al (2000) dan Arjun dan Morris (2001)
mendefinisikan loyalitas merek dalam arti kondisi dimana konsumen mempunyai sikap
positif terhadap sebuah merek, komitmen pada merek tersebut, dan berniat menerusakan
pembelian dimasa yang akan datang. Terjadinya loyalitas merek pada kosumen
disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan atau ketidakpuasan dengan merek tersebut
yang terakumulasi secara terus menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas
produk.
Dimensionalisasi Customer’s Brand Loyalty menurur Arjun dan Morris (2001)
terbentuk oleh tiga indikator yaitu :
1. Selalu diingat
2. Merekomendasikan
lxxii
3. Beli Ulang
Hal ini sependapat dengan yang diungkapkan oleh Reicheld dan Sasser (1997)
dalam Amir Hamzah (2007) terdapat tiga indikator :
1. Retention
2. Related Sales (Repeat Purchasing Intentions)
3. Referrals
Experiential Marketing dapat mempunyai keuntungan pada beberapa situasi
termasuk mencegah penurunan merek, untuk membedakan produk dengan produk
kompetitor, untuk menciptakan image dan merupakan identitas dari perusahaan, Untuk
mempromosikan inovasi dan menyebabkan dengan aspek aspek Experiential Marketing
(Schmitt, 1999).
Menurut Amir Hamzah (2007), Fransisca Andreani (2007), Palupi (2001), Schmitt
(1999), Yie. Et.al., (2007) Munson (2006), Steenhouse (2003), Petkus (2004) .
Experiential Marketing dapat menciptakan Customer’s brand loyalty dengan pengalaman
pengalaman yang unik
Oleh sebab itu hipotesis yang diajukan adalah :
2.3 Model Penelitian
Kerangka pemikiran Teoritis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini
mengacu pada telaah berbagai pustaka yang telah dilakukan pada sub bab sebelumnya.
H6: experiential marketing berpengaruh positif terhadap customer’s brand loyalty
lxxiii
Experiential Marketing
Customer’sBrand
Loyalty
H1
H2
H6
Sense
Feel
Think
Act
H4
Relate
H5
H3
Berdasarkan hasil telaah pustaka yang diajukan, maka kerangka pemikiran teoritis yang
akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah seperti gambar 2.11 dibawah ini ;
Gambar 2.11 Model Penelitian
Sumber : Scmitt (1999); Keller (2006); Fransisca Andraeni (2007) Amir Hamzah (2007), Hermawan Kertajaya (2001) Douglas (2006) Arjun dan Morris (2001) Liang (2004); Hofmey (2006): Li (2008); Gwinner et.al., (1998), Munson (2001); Munson (2006),
lxxiv
Steenhouse (2004), Steenhouse (2003), Petkus (2004) Aaker (2001) Yi. et.al.,(2007) , dikembangkan untuk penelitian ini.
2.4 Dimensionalisasi Variabel
2.4.1 Variabel Sense
Sense adalah pengalaman terhadap kelima indra manusia (pendengaran, penciuman,
peraba/sentuhan dan pengecapan). Indikator. Sight, Sound, Touch (Schmitt, 1999, Li,
2008). Hubungan antara konstruk dengan dimensi tersebut dapat dilihat pada gambar 2.12
di bawah ini.
Gambar 2.12 Indikator dari Sense
Sumber: Schmitt (1999), Li ( 2008) dikembangkan untuk penelitian ini.(2008)
Keterangan :
X1 = Sight : Pengalaman yang didapat dari produk melalui indra penglihatan
misal produk up to date
X2 = Sound : Pengalaman yang didapat dari produk melalui indra pendengaran :
misal produk populer
Sense
X1
X2
X3
lxxv
X3 = Touch : Pengalaman yang didapat dari produk melalui indra sentuhan
misal produk kokoh
2.4.2 Feel
Dimensionalitas variabel Feel dibentuk oleh Emotion, Feeling dan Mood
(Schmitt, 1999 dan Li, 2008). Hubungan antara variabel dan indikator pada gambar 2.13
di bawah ini.
Gambar 2.13 Indikator dari Feel
Sumber: Schmitt (1999), Li ( 2008) dikembangkan untuk penelitian ini.(2008)
Keterangan :
X4= Emotion : Pengalaman yang didapat dari produk melalui emosi misalnya
bangga dalam menggunakan produk
Feel
X5
X6
X4
lxxvi
X5= Feeling : Pengalaman yang didapat dari produk melalui perasaan misalnya
nyaman dalam menggunakan produk
X5= Mood : Pengalaman yang didapat dari produk melalui suasana hati misalnnya
dengan menggunakan produk membuat suasana hati baik
2.4.3 Variabel Think
Think mempunyai indikator: convergent, divergent, surprise, intrique dan
provocation ( Schmitt, 1999 dan Li, 2008). Hubungan dengan konstruk dimensinya dapat
dilihat pada gambar 2.14 dibawah ini :
Gambar 2.14 Indikator dari Think
Sumber: Schmitt (1999), Li ( 2008) dikembangkan untuk penelitian ini.(2009)
Keterangan :
X7 = Convergent : proses mempersempit fokus seseorang pada beberapa ide atau
Think
X7
X8
X9
X10
X1
lxxvii
gagasan menjadi sebuah solusi misalnya sejak mengenal produk saya lebih
memperhatikan kualitas
X8 = Divergent : Proses pemikiran yang menyebar misal : iklan produk
memberikan gambaran
X9 = Surprise : Memberikan sesuatu lebih dari yang dijanjikan. Missal : produk
lebih dari yang dijanjikan
X10 = Intrique: Produk mempunyai citra positif
X11 = Provocation : Menciptakan pengalaman dengan menggunakan provokasi
Misal : slogan produk membangkitkan kemampuan untuk memilih produk.
2.4.4 Variabel Act
Act berfungsi menciptakan pengalaman yang sangat berharga bagi
pelanggannya, berkaitan dengan secara fisik, pola perilaku dan gaya hidup jangka panjang
serta pengalaman dengan orang lain. Indikator Act :Interaction, Action dan Life Style (
Schmitt, 1999 dan Li, 2008). Hubungan antara konstruk dengan indikatornya pada gambar
2.15 bawah ini
2.15 Indikator dari Act
Sumber : Schmitt (1999), Li (2008) dikembangkan untuk penelitian ini
Act
X12
X13
X14
lxxviii
Keterangan :
X12= Interaction : hubungan dengan yang lainnya, misal : iklan produk
menunjukkan hubungan social erat
X13 = Action : Aksi yang dilakukan oleh produk , misal: inovasi produk
X14= Lifestyle : Pengalaman yang ditimbulkan oleh gaya hidup yang melekat pada
produk
2.4.5 Variabel Relate
Relate menghubungkan diri pribadi seserang kepada konteks sosial budaya
didalam suatu merek kemudian akan menciptakan suatu identitas sosial kepada dirinya
sendiri. Indikator relate: self-idelization, others, culture (Schmitt, 1999 dan Li ,2008),
Hubungan antara konstruk dengan indikatornya pada gambar 2.16 dibawah ini
Gambar 2.16 Indikator dari Relate
Sumber :Schmitt (1999) dan Li (2008) dikembangkan untuk penelitian ini
Relate
X15
X16
X17
lxxix
Keterangan
X15= Self-idealization : idealisasi diri dari seseorang terhadap produk
X16= Others : Kerjasama dengan perusahaan lain
X17= Culture : Pengalaman karena Produk bergengsi
2.4.6 Variabel Experiential Marketing
Dimensionalitas Variabel Experiential Marketing dikembangkan oleh penelitian
diadaptasi dari Wunderman (2003). Indikator Experiential Marketing adalah Performance,
Treatment dan Community (Wunderman, 2003). Variabel Experiential Marketing
ditunjukkan dalam gambar 2.17
Gambar 2.17 Indikator dari Experiential Marketing
Sumber : Wunderman (2003) dikembangkan untuk penelitian ini
Keterangan :
X18= Performance :produk lebih baik daripada pesaing
X19 = Treatment: interaksi produk dengan konsumennya misal : produk mudah
dikendarai
X20= Community: Produk memasyarakat
Experiential Marketing
X18
X19
X20
lxxx
2.4.7 Variabel Brand Loyalty
Dimensionalitas variabel Brand Loyalty dikembangkan dalam penelitian ini
merupakan adaptasi dimensionalisasi brand loyalty menurut Arjun dan Morris (2001),
Reicheld dan Sasser (1997), Amir Hamzah (2007) terbentuk oleh tiga indikator yaitu
retention, referrals,dan related sales. Hubungan antara konstruk dengan indikatornya
pada 2.18 bawah ini
Gambar 2.18 Indikator dari Brand Loyalty
Sumber : Arjun dan Morris (2001); Reicheld dan Sasser (1997); Amir Hamzah (2007) dikembangkan untuk penelitian ini Keterangan : X21= Retention : Selalu diingat
X22= Referrals : Merekomendasikan
Customer’s Brand
Loyalty
X21
X22
X23
lxxxi
X23= Related Sales : Beli Ulang
2.5 Hipotesis Penelitian
Oleh karena itu, rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Hipotesis 1: Sense berpengaruh positif terhadap experiential marketing
Hipotesis 2: Feel berpengaruh positif terhadap experiential marketing
Hipotesis 3: Think berpengaruh positif terhadap experiential marketing
Hipotesis 4: Act berpengaruh positif terhadap experiential marketing
Hipotesis 5: Relate berpengaruh positif terhadap experiential marketing
Hipotesis6: Experiential marketing berpengaruh positif terhadap Customers’s
brand loyalty
Tabel 2.5 Uji Logical Connection Variabel Indikator
Hubungan Indikator Variabel
Independen dan Indikator Variabel Dependen
Penjelasan Logical Connection
SENSE EXPERIENTIAL MARKETING
X1 X18 Semakin uptodate sebuah produk, semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya ke-uptodate an sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X2 X18 Semakin sebuah produk dikenal , semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya keterkenalan sebuah produk yang dirasakan pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X3 X16 Semakin kokoh sebuah produk, semakin menarik tampilan sebuah
Tingginya kekokohan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
lxxxii
Hubungan Indikator Variabel Independen dan Indikator
Variabel Dependen
Penjelasan Logical Connection
produk X1 X19 Semakin uptodate sebuah produk, semakin mudah dikendarai
Tingginya ke-uptodate an sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
Cukup Logis
X2 X19 Semakin sebuah produk dikenal ,, semakin mudah dikendarai
Tingginya keterkenalan sebuah produk yang dirasakan pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
Cukup Logis
X3 X19 Semakin kokoh sebuah produk,, semakin mudah dikendarai
Tingginya kekokohan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
Cukup Logis
X1 X20 Semakin uptodate sebuah produk, semakin produk memasyarakat
Tingginya ke-uptodate an sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X2 X20 Semakin sebuah produk dikenal semakin produk memasyarakat)
Tingginya keterkenalan sebuah produk yang dirasakan pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X3 X20 Semakin kokoh sebuah produk , semakin produk memasyarakat
Tingginya kekokohan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
FEEL EXPERIENTIAL MARKETING
X4 X18 Semakin bangga menggunakan sebuah produk, semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya kebanggaan dalam menggunakan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X5 X18 Semakin nyaman menggunakan sebuahproduk , semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya kenyamanan dalam menggunakan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X6 X18 Semakin mood menggunakan sebuah produk, semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya tingkat mood dalam menggunakan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X4 X19 Semakin bangga menggunakan sebuah produk semakin mudah dikendarai
Tingginya kebanggaan dalam menggunakan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
Cukup Logis
X5 X19 Semakin nyaman menggunakan sebuahproduk semakin mudah dikendarai
Tingginya kenyamanan dalam menggunakan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
Cukup Logis
X6 X19 Semakin mood menggunakan sebuah produk semakin mudah dikendarai
Tingginya tingkat mood dalam menggunakan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
Cukup Logis
lxxxiii
Hubungan Indikator Variabel Independen dan Indikator
Variabel Dependen
Penjelasan Logical Connection
X4 X20 Semakin bangga menggunakan sebuah produk, semakin produk memasyarakat
Tingginya kebanggaan dalam menggunakan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X5 X20 Semakin nyaman menggunakan sebuahproduk semakin produk memasyarakat)
Tingginya kenyamanan dalam menggunakan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X6 X20 Semakin mood menggunakan sebuah produk semakin produk memasyarakat
Tingginya tingkat mood dalam menggunakan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
THINK EXPERIENTIAL MARKETING
X7 X18 Semakin meemperhatikan kualitas produk, semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya perhatian mengenai kualitas produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X8 X18 Semakin menarik iklan produk , semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya kemenarikan iklan sebuah produk dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X9 X18 Semakin tinggi janji yang ditepati dari produk, semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya janji-janji yang ditepati oleh produk dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X10 X18 Semakin tinggi citra positif produk semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya citra positif yang dirasakan pelanggan pada sebuah produk menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X11 X18 Semakin menarik slogan produk semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya kemenarikan slogan dalam memprovokasi pelanggan untuk membeli produk menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X7 X19 Semakin meemperhatikan kualitas produk sebuah produk semakin mudah dikendarai
Tingginya perhatian mengenai kualitas produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
Cukup Logis
X8 19 Semakin menarik iklan produk, semakin mudah dikendarai
Tingginya kemenarikan iklan sebuah produk dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
Cukup Logis
X9 X19 Semakin tinggi janji yang ditepati sebuahproduk semakin mudah dikendarai
Tingginya janji-janji yang ditepati oleh produk dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
Cukup Logis
X10 X19 Tingginya citra positif yang dirasakan pelanggan Cukup Logis
lxxxiv
Hubungan Indikator Variabel Independen dan Indikator
Variabel Dependen
Penjelasan Logical Connection
Semakin tinggi citra positif produk semakin mudah dikendarai
pada sebuah produk menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
X11 X19 Semakin menarik slogan produk semakin mudah dikendarai
Tingginya kemenarikan slogan dalam memprovokasi pelanggan untuk membeli produk menjadikan produk tersebut sebagai produk yang mudah dikendarai
Cukup Logis
X7 X20 Semakin meemperhatikan kualitas produk sebuah sebuah produk semakin produk memasyarakat
Tingginya perhatian mengenai kualitas produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X8 x20 Semakin menarik iklan produk, semakin produk memasyarakat
Tingginya kemenarikan iklan sebuah produk dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X9 X20 Semakin tinggi janji yang ditepati sebuahproduk emakin produk memasyarakat)
Tingginya janji-janji yang ditepati oleh produk dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X10 X20 Semakin tinggi citra positif produk semakin produk memasyarakat
Tingginya citra positif yang dirasakan pelanggan pada sebuah produk menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X11 X20 Semakin menarik slogan produk semakin produk memasyarakat
Tingginya kemenarikan slogan dalam memprovokasi pelanggan untuk membeli produk menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
ACT EXPERIENTIAL MARKETING
X12 X18 Semakin tinggi keeratan hubungan sosial pada iklan semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya keeratan hubungan social pada iklan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X13 X18 Semakin tinggi inovasi produk , semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya inovasi yang dimiliki oleh sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X14 X18 Semakin tinggi gaya hidup produk, semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya gaya hidup dalam penggunaan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X12 X19 Semakin tinggi keeratan hubungan sosial pada iklan , semakin mudah dikendarai
Tingginya keeratan hubungan social pada iklan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mudah dikendarai
Cukup Logis
X13 X19 Semakin tinggi inovasi produk , semakin mudah dikendarai
Tingginya inovasi yang dimiliki oleh sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut tersebut mudah dikendarai
Cukup Logis
lxxxv
Hubungan Indikator Variabel Independen dan Indikator
Variabel Dependen
Penjelasan Logical Connection
X14 X19 Semakin tinggi gaya hidup produk, semakin mudah dikendarai
Tingginya gaya hidup dalam penggunaan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut tersebut mudah dikendarai
Cukup Logis
X12 X20 Semakin tinggi keeratan hubungan sosial pada iklan semakin produk memasyarakat
Tingginya keeratan hubungan social pada iklan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X13 X20 Semakin tinggi inovasi produk , semakin produk memasyarakat)
Tingginya inovasi yang dimiliki oleh sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X14 X20 Semakin tinggi gaya hidup produk, semakin produk memasyarakat
Tingginya gaya hidup dalam penggunaan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan sebagai produk yang memasyarakat
Cukup Logis
RELATE EXPERIENTIAL MARKETING
X15 X18 Semakin tinggi keprofesionalitasan layanan produk semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya keprofesionalitasan layanan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X16 X18 Semakin tinggi kerjasama perusahaan , semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya kerjasama produsen produk dengan perusahaan lain dalam hal transaksi yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X17 X18 Semakin tinggi gengsi produk, semakin menarik tampilan sebuah produk
Tingginya gengsi sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut mempunyai tampilan yang menarik
Cukup Logis
X15 X19 Semakin tinggi keprofesionalitasan layanan produk, semakin mudah dikendarai
Tingginya keprofesionalitasan layanan sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut semakin mudah dikendarai
Cukup Logis
X16 X19 Semakin tinggi kerjasama perusahaan, semakin mudah dikendarai
Tingginya kerjasama produsen produk dengan perusahaan lain dalam hal transaksi yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut semakin mudah dikendarai
Cukup Logis
X17 X19 Semakin tinggi gengsi produk, semakin mudah dikendarai
Tingginya gengsi sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut , semakin mudah dikendarai
Cukup Logis
X15 X20 Semakin tinggi keprofesionalitasan layanan, semakin produk memasyarakat
Tingginya keprofesionalitasan layanan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut semakin produk yang memasyarakat
Cukup Logis
lxxxvi
Hubungan Indikator Variabel Independen dan Indikator
Variabel Dependen
Penjelasan Logical Connection
X16 X20 Semakin tinggi kerjasama perusahaan ,semakin produk memasyarakat)
Tingginya kerjasama produsen produk dengan perusahaan lain dalam hal transaksi yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut semakin produk yang memasyarakat
Cukup Logis
X17 X20 Semakin tinggi gengsi produk,, semakin produk memasyarakat
Tingginya gengsi sebuah produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut semakin produk yang memasyarakat
Cukup Logis
EXPERIENTIAL MARKETING CUSTOMER’S BRAND LOYALTY X18 X21 semakin menarik tampilan sebuah produk , semakin tinggi ingatan untuk membeli produk
Tingginya kemenarikan tampilan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut selalu diingat untuk dibeli
Cukup Logis
X19 X21 semakin mudah dikendarai ,semakin tinggi ingatan untuk membeli produk
Tingginya kemudahan penggunaan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut selalu diingat untuk dibeli
Cukup Logis
X20 X21 semakin produk memasyarakat ,semakin tinggi ingatan untuk membeli produk
Tingginya kemasyarakatan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut selalu diingat untuk dibeli
Cukup Logis
X18 X22 semakin menarik tampilan sebuah produk semakin tinggi untuk merekomendasikan produk
ingginya kemenarikan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan pelanggan sering merekomendasikan produk tersebut
Cukup Logis
X19 X22 semakin produk mudah dikendarai, semakin tinggi untuk merekomendasikan produk
Tingginya kemudahan penggunaan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan pelanggan sering merekomendasikan produk tersebut
Cukup Logis
X20 X22 semakin produk memasyarakat semakin tinggi untuk merekomendasikan produk
Tingginya kemasyarakatan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan pelanggan sering merekomendasikan produk tersebut
Cukup Logis
X18 X23 semakin menarik tampilan sebuah produk semakin tinggi pembelian ulang produk
Tingginya kemenarikan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut dibeli ulang oleh pelanggan
Cukup Logis
X19 X23 semakin produk mudah dikendarai, semakin tinggi pembelian ulang produk
Tingginya kemudahan penggunaan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut dibeli ulang oleh pelanggan
Cukup Logis
X20 X23 semakin produk memasyarakat semakin tinggi pembelian ulang produk
Tingginya kemasyarakatan produk yang dirasakan oleh pelanggan menjadikan produk tersebut dibeli ulang oleh pelanggan
Cukup Logis
lxxxvii
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Proses Penelitian
Penjabaran proses penelitian ini ditujukan untuk memaparkan tahapan-tahapan
dalam pelaksanaan penelitian sejak awal hingga didapatkan output penelitian. Penelitian
ini diawali dari fakta lapangan yang menunjukkan pesatnya pertumbuhan sektor industri
kendaraan roda dua Untuk itu dengan berpijak pada berbagai teori dilanjutkan
pengumpulan data dilapangan dan proses analisis diharapkan didapatkan jawaban atas
pertanyaan penelitian yakni: apa pengaruh strategic experiences modules terhadap
experiential marketing dan apa pengaruh experiential marketing terhadap customer’s
brand loyalty
Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut, maka peneliti menyusun
tahapan/proses penelitian yakni:
1. Tahap Pra Lapangan/ Persiapan
Tahap persiapan meliputi penyusunan rancangan penelitian, menjajagi dan menilai
kondisi awal hingga mempersiapkan perlengkapan penelitian. Penyusunan
rancangan ini memuat latar belakang masalah dan alasan pemilihan pelaksanaan
penelitian, kajian teori yang menghasilkan kesesuaian paradigma dengan fokus dan
kesesuaian dengan teori sehingga membantu dalam proses analisis, selain hal
tersebut metode pelaksanaan, rancangan pengumpulan data dan jadwal pelaksanaan
menjadi bagian tidak terpisahkan dari rancangan penelitian.
lxxxviii
2. Tahap Pekerjaaan Lapangan/ Pengumpulan Data dan Kompilasi
Tahapan pekerjaan lapangan merupakan proses pengumpulan data sebagai bahan
analisis dalam melakukan penelitian. Tahapan ini dapat dibagi dalam 3 kegiatan
yakni:
• Memahami lokasi penelitian dan mempersiapkan diri
• Proses pengumpulan data
• Penyeleksian dan kompilasi data
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini yakni
mengetahui pengaruh strategic experiences modules terhadap experiential
marketing dan pengaruh experiential marketing terhadap customer’s brand loyalty.
4. Tahap Penemuan Kesimpulan/Hasil
Dari analisis yang dilakukan diatas tersebut diharapkan peneliti mampu
menarik kesimpulan dari fakta dan analisis untuk selanjutnya akan memaparkan
hasilnya dalam sebuah sidang penelitian. Sidang ini akan menguji penelitian ini.
Secara sistematis, proses penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
lxxxix
Gambar 3.1 Proses Penelitian Anteseden Experiential Marketing
dan Konsekuensinya pada Brand Loyalty
Tahapan Pra Lapangan
Memahami fenomenaproduksi bersih dan
perilaku sektor industridalam keberlanjutan
lingkungan
Background teorymengenai
pendekatan etrsebutdan keberlanjutan
lingkungan
Menyususn rancangan penelitian:latar belakang masalahkajian teori
Pemilihan pendekatandan metode analisis
Penyusunan kebutuhandata dan jadwal
pelaksanaan
Tahap Pengumpulan data lapangandan kompilasi data
Pengumpulan data:Primer: wawancara,quisioner, pengamatanSekunder : data instansi
Pengolahan Dataklasifikasitabulasiverifikasi
Analisis Data
Penarikan kesimpulan / Hasil
Tahap selanjutnya
Sebagai feed back
Kelompok tahapan
Sumber : Penulis, 2008
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Kebutuhan data yang telah disusun tersebut memerlukan perangkat teknis dalam
pelaksanaan pengumpulan data dilapangan, maka peneliti menyusun teknis pengumpulan
Memahami konsep’ experiential marketing dan brand loyalty
Telaah pustaka mengenai topik tersebut
Menyusun rancangan penelitian, KPT dan hipótesis serta indikator tiap variabel
Software: • SPSS • AMOS
xc
data melalui teknik pengambilan data serta penentuan populasi sampling. Penjabaran
teknik tersebut sebagai berikut:
3.2.1 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data meliputi melipui metode dan instrumen pengumpulan
data. Sedangkan instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dapat
dipermudah (Arikunto, 1995). Adapun Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis Data Sumber Teknik Data primer Konsumen Yamaha dimana
minimal telah menggunakan motor Yamaha miimal 3 tahun
Wawancara dan pengisian kuisioner
Data sekunder Jurnal, buku, internet dan data perusahaan.
Studi literatur dan dokumentasi
Teknik pengambilan data ini dapat dibedakan dalam 2 jenis yakni:
1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data melalui pengamatan
lapangan/observasi, wawancara dengan kata lain peneliti langsung berhubungan
dengan objek yang sedang diteliti.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
dua belah pihak yakni pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
xci
yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut (Moleong, 2000). Wawancara juga menjadi kegiatan pembuktian opini yang
berkembang dengan perilaku nyata mereka.
Pertanyaan yang disajikan dalam kuisioner berupa pertanyaan tertutup dan
pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup dibuat dengan menggunakan skala interval,
untuk memperoleh data yang jika diolah menunjukkan pengaruh atau hubungan
antara variabel. Sedangkan pertanyaan terbuka diperlukan untuk mendukung secara
kualitatif dari data kuantitatif yang diperoleh dan akhirnya dapat digunakan sebagai
implikasi manajerial.
Skala interval yang digunakan dalam penelitian ini adalah bipolar
adjective, yang merupakan penyempurnaan dari semantic scale dengan harapan agar
repons yang dihasilkan dapat merupakan intervally scaled data (Ferdinand, 2006).
Skala yang digunakan pada rentang interval 1-10. Penggunaan skala 1-10 (skala
genap) untuk menghindari jawaban responden yang cenderung memilih jawaban di
tengah, sehingga akan menghasilkan respon yang mengumpul di tengah (grey area).
Berikut gambaran pemberian skor atau nilai pada pertanyaan kuisioner penelitian ini
:
Untuk kategori pernyataan tertutup dengan jawaban sangat tidak setuju hingga setuju
adalah sebagai berikut:
71 2 3 4 5 6 8 9 10
Sangat Buruk
Sangat Bagus
xcii
Skor ini kemudian menjadi masukan dalam memberikan skor pada suatu jawaban
responden terhadap suatu pernyataan responden. Sedangkan pertanyaan terbuka terdiri
dari beberapa pertanyaan yang memiliki kriteria sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan data tidak secara
langsung melainkan mengkaji dari yang pernah melakukan pengumpulan data
sebelumnya. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui telaah dokumen.
Dokumen dapat dijadikan sumber data mengingat dalam dokumen lama
sering terdapat data yang dapat digunakan untuk memprediksi kenyataan lapangan
dan sebagai sumber pembanding. Dokumen yang dapat dijadikan sumber antara lain
situs situs yang memuat berbagai materi dan informasi mengenai Anteseden
Experiential Marketing dan Konsekuensinya Pada Customer’s Brand Loyalty
3.3 Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi adalah kumpulan individu atau obyek penelitian yang memiliki kualitas-
kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Indriantoro dan Supomo 2002). Berdasarkan
kualitas dan ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai sekelompok individu atau
obyek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakteristik (Indriantoro dan
Supomo 2002). Populasi penelitian ini adalah Konsumen Motor Yamaha Semarang
xciii
Penentuan sampel dilakukan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
jumlah populasi, jumlah sampel yang diambil, metode pengambilan, lokasi sampel dan
responden yang akan dimintai keterangan atau data. Populasi adalah kumpulan individu
atau obyek yang memiliki kualitas dan ciri yang ditetapkan berdasar kualitas dan ciri
tersebut dapat dipahami sebagai kelompok individu atau obyek persaman yang memiliki
persamaaan karakteristik (Cooper at Emory, 1995). Dalam penelitian ini sampel adalah
populasi yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan bisa mewakili populasi
(Singaribun,1995). Penentuan Jumlah sampel yang digunakan dalam suatu penelitian
hendaknya dengan beberapa pertimbangan, menurut Hair, Anderson, Tatham & Blac
(1995) pada suatu penelitian yang menggunakan teknik SEM analisa seperti yang
nantinya digunakan dalam penelitian ini mengharuskan bahwa sampel yang dianggap
representatif untuk digunakan dalam penelitian ini adalah 5 atau sepuluh dikalikan jumlah
indikator atau minimal 100 (seratus) dengan responden atau sampel. Jumlah indikator
dalam penelitian ini adalah 23 maka 23x 5 = 115 sampai 23 x 10= 230. Maka sampel
yang dipakai dalam penelitian ini adalah 138 (23 x 6)
Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
convenience sampling (non probability sampling), yaitu teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel yang menggunakan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Lokasi penelitian ini lebih difokuskan di Kota Semarang, sedangkan objek penelitian ini
pembeli dan pengguna (konsumen) Motor Yamaha yang menggunakan Yamaha minimal
dalam waktu 3 tahun, berusia diantara 17-65 yang merupakan usia produktif dimana sudah
memenuhi kriteria loyalitas merek
xciv
Meskipun observasi individu tidak dibutuhkan, sama dengan metode multivariate,
ukuran sampel sangat mempunyai peranan penting dalam estimasi dan interprestasi oleh
hasil dari SEM. Ukuran sampel dalam metode statistik menyediakan estimasi dasar dan
sampling error. Critical Question di dalam SEM termasuk seberapa besar sampel
dibutuhkan. Meskipun tidak ada kriteria yang menyatakan pentingnya sampel, tetapi ada
faktor yang menentukan besarnya jumlah sampel Menurut Hair, Anderson, Tatham &
Blac (1995):
1. Model Mispesification
Model mispesifikasi berhubungan dengan luasnya suatu model dan merupakan
akibat dari adanya spesifikasi error. Spesifikasi error adalah tidak dicantumkannya
vaiabel yang relevan pada model spesifikasi. Semua SEM terdiri dari spesifikasi eror
kepada sesuatu yang luas disetiap potensial konstruk dan indikator, bagaimanapun
seharusnya tidak berarti setiap peneliti harus memasukkan semua yang relevan kedalam
teori. Ukuran sampel mempunyai dampak pada kemampuan sebuah model menjadi
sebuah model yang correctly estimated dan identifikasi spesifikasi error jika diinginkan.
Jika seorang peneliti ingin lebih mengetahui dampak dari spesifikasi error maka ukuran
sampel harus ditingkatkan.
2. Model Size
xcv
Sampel Absolut Minimum seharusnya lebih besar daripada jumlah dari
kovarians atau korelasi dari input matriks data. Bagaimanapun banyak tipe adalah rasio
minimum sekurang-kurangnya lima responden untuk setiap estimasi parameter, dengan
rasio 10 responden setiap parameter dipertimbangkan dapat sangat tepat. Dengan
meningkatnya model yang komplex, dan juga syarat dari ukuran sampel. Sebagai catatan
bahwa syarat ini berbeda dengan konsep degree of freedom dan mengenai jumlah
responden yang sesungguhnya digunakan untuk menghitung kovarians dan korelasi dari
suatu matrix.
3. Berawal dari Normalitas (Departures from Normality)
Sebagai data yang melanggar asumsi dari normalitas multivariate, rasio responden
pada parameter memerlukan peningkatan dengan ratio yang dapat diterima secara umum
dari 23 responden untuk setiap parameter. Meskipun beberapa prosedur estimasi disusun
secara khusus untuk berpasangan dengan data yang tidak normal. Peneliti selalu
menganjurkan untuk memberikan sampel yang cukup untuk memenuhi dampak dari
sample error untuk dapat diminimalkan, khususnya untuk data yang tidak normal.
4. Estimation Procedure (Prosedur Estimasi)
Maximum likehood estimation (MLE), merupakan prosedur estimasi yang paling
biasa digunakan, ditemukan untuk memberikan hasil yang valid dengan sampel yang
kecil sebesar 50, tetapi sampel yang kecil tidak direkomendasikan. Minimum sampel yang
biasanya untuk menjamin ketepatan digunakan MLE yaitu 100-150. Dan dikembangkan
sampel diatas nilai tersebut, metode MLE berkembang dengan kesensitifitasannya untuk
mendeteksi perbedaan diantara data. Ukuran sampel yang besar (diantara 400-500),
xcvi
metode menjadi semakin sensitif dan hampir setiap perbedaan terdeteksi membuat
goodness of fit menjadi poor fit. Meskipun tidak ada sampel yang benar dapat
direkomendasikan sampel diantara 100-200. Satu pendekatan selalu pada test model
dengan sampel 200, tidak peduli berapa ukuran sesunggguhnya sampel karena 200 sangat
dianjurkan untuk menjadi critical sampel size.
3.4 Definisi Operasional Variabel dan Indikator
Definisi operasional merupakan penjabaran akan definisi variabel dan indikator
pada penelitian ini. Selanjutnya definisi operasional mengambarkan pula pengukuran atas
variabel dan indikator yang dikembangkan pada penelitian ini.
Tabel 3. 2
xcvii
Definisi Operasional Variabel dan Indikator Sense
Sumber; adaptasi dari Schmitt., (1999); Li (2008);, Amir Hamzah (2007), Fransisca Andreani(2007), dikembangkan pada penelitian ini.
Tabel 3. 3
Definisi Operasional Variabel dan Indikator Feel
Sumber; adaptasi dari Schmitt., (1999); Li (2008), Amir Hamzah (2007), Fransisca Andreani(2007), dikembangkan pada penelitian ini.
Variabel Definisi Operasional
Variabel
Indikator Variabel
Definisi Operasional Indikator Variabel
Pengukuran
Sight (X1)
Produk yang memberikan pengalaman melalui indra penglihatan
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju)
Sound (X2)
Produk yang memberikan pengalaman melalui indra pendengaran
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Sense pengalaman melalui penglihatan (sight), pendengaran (sound),sentuhan (touch),penciuman (smell) dan taste (rasa) Touch
(X3) Produk yang memberikan pengalaman melalui indra sentuhan.
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju)
Variabel Definisi Operasional
Variabel
Indikator Variabel
Definisi Operasional Indikator Variabel
Pengukuran
Feeeling (X4)
Pengalaman melalui perasaan dengan rangsangan spesifik dan sifatnya kuat
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Emotion (X5)
Pengalaman melalui emosi
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Feel Pengalaman melalui perasaan , emosi dan suasana hati.
Mood (X6)
Suasana hati yaitu perasaan yang tidak spesifik dan sifatnya ringan.
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
xcviii
Tabel 3. 4
Definisi Operasional Variabel dan Indikator Think
Variabel Definisi Operasional
Variabel
Indikator Variabel
Definisi Operasional Indikator Variabel
Pengukuran
Convergent (X7)
proses mempersempit fokus seseorang pada beberapa ide atau gagasan menjadi sebuah solusi
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Divergent (X8)
pemikiran yang membiarkan pikiran seseorang yang bergerak kemana – mana secara simultan
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Surprise (X9)
Memberikan sesuatu lebih dari yang dijanjikan.
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Intrique (X10)
Memberikan pengalaman lebih dari kejutan dimana merupakan filosofis dasar dari produk
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Think
Pengalaman dengan mendorong pelanggan terlibat dalam pemikiran seksama dan kreatif.
Provocation (X11)
Menciptakan pengalaman dengan menggunakan provokasi (dorongan yang mendalam)
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju)
xcix
Sumber; adaptasi dari Schmitt., (1999); Li (2008); Amir Hamzah (2007), Fransisca Andreani(2007), dikembangkan pada penelitian ini.
Tabel 3. 5
Definisi Operasional Variabel dan Indikator Act
Sumber; adaptasi dari Schmitt., (1999); Li (2008), Amir Hamzah (2007), Fransisca Andreani(2007), dikembangkan pada penelitian ini.
Tabel 3. 6
Variabel Definisi Operasional
Variabel
Indikator Variabel
Definisi Operasional Indikator Variabel
Pengukuran
Interaction (X12)
berhubungan dengan yang lainnya karena berkaitan erat dengan perilaku tubuh dan perilaku sosial dari kegiatan orang yang melakukan inetraksi kuat
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Action (X13)
Aksi yang dilakukan oleh produk
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Act Act menciptakan pengalaman berkaitan dengan secara fisik, pola perilaku dan gaya hidup jangka panjang .
Lifestyle (X14)
Pengalama yang ditimbulkan oleh gaya hidup yang melekat pada produk
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
c
Definisi Operasional Variabel dan Indikator Relate
Sumber; adaptasi dari Schmitt., (1999); Li (2008); The Word Press (2001), Amir Hamzah (2007), Fransisca Andreani (2007), dikembangkan pada penelitian ini.
Tabel 3. 7
Definisi Operasional Variabel dan Indikator Experiential Marketing
Sumber; adaptasi dari Wunderman (2003), dikembangkan pada penelitian ini.
Variabel Definisi Operasional Variabel
Indikator Variabel
Definisi Operasional Indikator Variabel
Pengukuran
Self-Idealization
(X15)
idealisasi diri dari seseorang terhadap produk
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Others (X16)
Kerjasama dengan perusahaan lain
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Relate Relate menjelaskan suatu hubungan dengan orang lain. Kelompok sosial lainnya (pekerjaan, etnik atau gaya hidup).
Culture (X17)
Pengalaman karena Produk bergengsi
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Variabel Definisi Operasional
Variabel
Indikator Variabel
Definisi Operasional Indikator Variabel
Pengukuran
Performance (X18)
produk lebih baik daripada pesaing
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju)
Treatment (X19)
interaksi produk dengan konsumennya
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Experiential Marketing
memberikan pengalaman mengenai produk melalui emosi
Community (X20)
Produk dikenal oleh masyarakat
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
ci
Tabel 3. 8
Definisi Operasional Variabel dan Indikator Customer’s Brand Loyalty
Sumber; adaptasi dari Sumber : Arjun dan Morris (2001) dan Reicheld dan Sasser (1997) dalam Amir Hamzah (2007) dikembangkan untuk penelitian ini
Variabel Definisi Operasional
Variabel
Indikator Variabel
Definisi Operasional Indikator Variabel
Pengukuran
Retention (X16)
produk selalu diingat oleh konsumennya
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Referral (X17)
konsumen merekomendasikan produk kepada orang lain
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
Customer’s Brand Loyalty
kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa yang akan datang.
Related Sales (X18)
Setelah konsumen membeli barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan maka ada pembelian ulang
10 point skala (sangat tidak setuju – sangat setuju
cii
3.5 Teknik Analisis Data
Agar data yang dikumpulkan itu dapat dimanfaatkan, maka harus diolah dan
dianalisa terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Teknik
analisis data untuk menguji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Structural Model Equation Model yang dioperasikan melalui program Analysis of Moment
Structure (AMOS) yaitu AMOS Versi 16.0
Suatu penelitian membutuhkan analisis data dan interprestasi yang bertujuan
menjawab pertanyaan - pertanyaan peneliti dalam rangka mengungkap fenomena sosial
tetentu. Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterprestasikan. Metode yang dipilih untuk menganalisis data harus
sesuai dengan pola penelitian dari variabel yang akan diteliti. The Structural Equation
Modelling (SEM) dari paket software AMOS digunakan dalam model dan pengujian
hipotesis.
Sebagai sebuah model persamaan struktur, AMOS telah sering digunakan dalam
pemasaran dan penelitian manajemen strategik. Model kausal AMOS menunjukkan
pengukuran dan masalah yang struktural dan digunakan untuk menganalisa dan menguji
hipotesis. AMOS sangat tepat untuk analisis seperti ini karena kemampuannnya untuk:
1. Memperkirakan koefisien yang tidak diketahui dari persamaan linier dan struktural.
2. Mengakomodasi model yang meliputi variabel latent (Latent Variabel).
3. Mengakomodasi kesalahan pengukuran pada variabel dependen (Dependent
Variabel) dan Variabel Independen (Independend Variabel).
4. Mengakomodasi peringatan yang timbal balik, simultan dan saling ketergantungan.
ciii
Penelitian ini menggunakan dua macam teknik analisis yaitu :
1. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis) pada SEM yang
digunakan untuk menguji sebuah konsep yang dibangun dengan menggunakan
beberapa indikator terukur (Ferdinand, 2006).
2. Analisis Regresi (Regression weight) pada SEM yang ditujukan untuk mengukur
pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap satu variabel tertentu
(Ferdinand, 2006).
Permodelan menggunakan SEM memungkinkan seorang peneliti untuk menjawab
pertanyaan yang bersifat dimensional (Ferdinand, 2002). SEM merupakan kombinasi
antara analisis faktor dan regresi berganda. Proses permodelan SEM mengsyaratkan
adanya ukuran sampel, normalitas tidak adanya outliers serta tidak ada masalah dalam
multikolinearity dan singularity.
Menurut Hair et al (1995) ada 7 langkah yang harus dilakukan bila menggunakan
SEM :
1. Pengembangan Model Teoritis SEM
civ
Berdasarkan hubungan sebab akibat atau kausal, dimana perubahan satu
variabel diasumsikan untuk menghasilkan suatu perubahan pada variabel lain. Dalam
langkah pengembangan model teoritis, hal yang harus dilakukan adalah melakukan
serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka untuk mendapat justifikasi atas
model teoritis yang dikembangkan. SEM digunakan bukan untuk mengkonfirmasi model
teoritis tersebut melalui data empiris.
Jadi keyakinan seorang peneliti untuk mengajukan sebuah model kausalitas dengan
menganggap adanya hubungan sebab akibat antara dua atau lebih variabel, bukannya
didasarkan pada metode analisis yang digunakan tetapi haruslah pada justifikasi teoritis
yang mapan. SEM bukanlah untuk menghasilkan kausalitas tetapi untuk membenarkan
adanya kausalitas teoritis melalui uji data empirik. Itulah sebabnya uji hipotesis
mengenai perbedaan, dengan menggunakan uji chi-square digunakan dalam SEM. Peneliti
harus berhati-hati sejak dini dalam menggunakan SEM yaitu bahwa hubungan sebab
akibat adalah bukan dihasilkan oleh SEM melainkan oleh teori dan pengalaman empirik.
Karena itu telaah teori untuk model yang diuji adalah syarat mutlak dalam aplikasi SEM
ini.
Pada dasarnya SEM adalah sebuah confirmatory technique sebagai lawan dari
exploratory factor analysis. Teknik ini digunakan untuk menguji sebuah teori, mungkin
sebuah teori yang baru dikembangkan sendiri oleh peneliti atau teori yang sudah
dikembangkan sejak lama, pokoknya sebuah teori yang untuk pembuktiannnya
dibutuhkan sebuah pengujian empirik. Pengujian empirik itulah yang dilakukan oleh
SEM. SEM tidak digunakan untuk membentuk sebuah teori kausalitas, tetapi digunakan
cv
untuk menguji kausalitas yang sudah ada teorinya. Karena itu pengembangan sebuah teori
yang berjustifikasi ilmiah adalah syarat utama dan pertama sebelum menggunakan
permodelan SEM ini.
Dalam pengembangan model, seorang peneliti berdasarkan pijakan teoritis yang
cukup membangun hubungan mengenai sebuah fenomena. Peneliti mempunyai kebebasan
untuk membangun hubungan sepanjang terdapat teoritis yang cukup.
Disinilah mungkin terjadi apa yang disebut kesalahan spesifikasi. Kesalahan paling
kritis dalam pengembangan model yang memiliki pijakan teoritis yang cukup adalah
kurang atau terabaikannya satu atau beberapa variabel prediktif kunci dalam menjelaskan
sebuah model. Kesalahan semacam ini disebut kesalahan spesifikasi (spesification error).
Kesalahan ini harus dihindari dengan cara merumuskan dan mencari dukungan atau
justifikasi teoritis yang memadai.
cvi
Tabel 3.9
Dimensi Variabel dan Indikator Pengukuran Penentuan Variabel dan Indikator
No Dimensi Variabel Notasi dan Indikator
1 Sense X1 = Sight X2 =Sound X3 = Touch 2 Feel X4 = Feeling X5 = Emotion X6 = Touch 3 Think X7 = Convergent X8 = Divergent X9 = Surprise X10 =Intrique X11 = Provocation 4 Act X12 =Interaction X13 = Action X14 = Lifestyle 5 Relate X15 = Self idealization X16 = Others X17 = Culture 6 Experiential Marketing X18 = Performace X19 = Treatment
X20 = Community
4 Customer’s Brand Loyalty X21 = retention X22 = referral
X23 = related sales
cvii
2. Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram).
Dalam langkah ke-dua model teoritis yang telah dibangun pada tahap satu akan
digabungkan dalam sebuah diagram alur yang akan mempermudah untuk melihat
hubungan kausalitas yang ingin diuji. Dalam diagram alur, hubungan antar konstruk akan
dinyatakan melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan hubungan kausal
yang langsung antara satu konstruk dengan yang lain. Sedangkan garis-garis lengkung
antar konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi antar
konstruk.
Menurut Ferdinand (2006) ada dua konstruk:
a. Konstruk Eksogen (Exogenous Construct).
Konstruk eksogen dikenal juga dengan sources variables atau independent
variables yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model secara
diagramatis konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.
b. Konstruk Endogen ( Endogeneus Construct).
Konstruk endogen adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa
konstruk-konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk
endogen
cviii
3. Konversi Diagram Alur Kedalam Persamaan.
Setelah teori atau model teoritis dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah
diagram alur maka gambar selanjutnya adalah mengkonversi model tersebut kedalam
rangkaian persaman. Menurut Ferdinand (2002) dari diagram alur yang dikonversi dapat
dibentuk persamaan yang terdiri dari dua bagian:
a. Persamaan Struktural (Struktural Equation)
Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai
konstruk. Persamaan struktural pada dasarnya dibentuk dengan pedoman:
Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Variabel Endogen + error
Dalam penelitian ini konversi model ke bentuk persamaan struktural dilakukan
sebagaimana dalam tabel berikut:
Tabel 3. 10
Model Persamaan Struktural Model Persamaan Struktural
Experiential Marketing = β1 Sense + β2 Feel+ β3 Think+β4 Act +β5 Relate +e1 Customer’s Brand Loyalty = β6 Experiential Marketing + e2
Sumber: dikembangkan untuk penelitian ini, 2008
b. Persamaan Struktural (Struktural Equation)
cix
Pada spesifikasi itu ditentukan variabel mana mengukur konstruk mana serta
menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan antar
konstruk atau variabel komponen. Komponen ukuran mengidentifikasi variabel laten dan
komponen struktural mengevaluasi hipotesis hubungan kausal antar variabel laten pada
model kausal dan menunjukkan sebuah pengujian seluruh hipotesis dari model sebagai
satu keseluruhan.
Tabel 3. 11
Model Pengukuran
Konstruk Exogenous Konstruk Endogenous X1 = λ1 Sense+ e1 X18 = λ18Experiential Marketing + e18 X2 = λ2 Sense l+ e2 X19 = λ19 Experiential Marketing + e19 X3 = λ3 Sense + e3 X20 = λ20 Experiential Marketing + e20 X4 = λ4 Feel + e4 X21= λ21Brand Loyalty + e21 X5 = λ5 Feel+ e5 X22 = λ22 Brand Loyalty + e22 X6 = λ6Feel + e6 X23 = λ23 Customer’s Brand Loyalty + e23
X7 = λ7 Think + e7 X8 = λ8 Think + e8 X9 = λ9 Think + e9 X10 = λ10 Think + e10 X11 = λ11 Think + e11 X12 = λ12 Act + e12 X13= λ13 Act+ e13 X14 = λ14 Act + e14 X15 = λ15 Relate + e15 X16 = λ16 Relate + e16 X17 = λ17 Relate + e7
Sisi sebelah kiri dari setiap persamaan dari model pengukuran yang diajukan
merupakan variabel terukur (observed variable) dan sisi sebelah kanan untuk variabel
laten. Konstruk endogen dari variabel ini adalah experiential marketing dan brand loyalty
cx
sedangkan konstruk eksogennya adalah sense, feel, think, act dan relate. Seperti yang
terlihat pada variabel terukur yang dari variabel laten adalah dikhususkan memiliki
factor loading dimana digunakan untuk menilai kecocokan, kesesuaian dari dimensi yang
ada dalam membentuk sebuah faktor.
4. Memilih matriks input dan estimasi model.
SEM menggunakan input data yang hanya menggunakan matriks varians atau
kovarians atau matriks korelasi untuk keseluruhan estimasi yang dilakukan. Matriks
kovarians digunakan karena SEM memiliki keunggulan dalam pengujian perbandingan
yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel yang berbeda yang tidak bisa
disajikan oleh korelasi. Hair et al (1995) menyarankan agar menggunakan matriks varians
atau kovarians pada saat pengujian teori, sebab lebih memenuhi asumsi-asumsi
metodologi dimana standar error yang dilaporkan akan menunjukkan angka yang lebih
akurat dibandingkan dengan menggunakan matriks korelasi.
Menurut Hair et al (1995) ukuran sampel yang sesuai untuk SEM adalah 100-200,
sedangkan untuk ukuran sampel minimal 5 observasi untuk setiap estimated parameter
nya = 23, maka jumlah sampel minimal adalah 23x5 = 115.
Ferdinand (2006) membuat pedoman ukuran sampel sebagai berikut:
1. 100-200 sampel untuk tekhnik maximum likelihood estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10 x
jumlah parameter yang diestimasi.
cxi
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel
laten, jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. Bila terdapat 18
indikator maka besar sampel adalah 90-180.
4. Bila sampelnya sangat besar maka peneliti dapat memilih tekhnik estimasi
misalnya bila jumlah sampel > 2500 teknik estimasi ADF (Asymptotically
Disribution Freee Estimation) dapat digunakan.
5. Kemungkinan Munculnya Masalah Identifikasi
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari
model yang dikembangkan untuk mengestimasi model yang unik. Hair et all (1995 )
menyatakan bahwa problem identifikasi dapat muncul melalui:
1. Standard error untuk satu atau lebih koefisien adalah sangat besar.
2. Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang seharusnya disajikan.
3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya variand error yang negatif.
4. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat (misal
> 0,9).
Sumber dan perbaikan dari problem identifikasi :
1. Angka yang besar dari koefisien estimasi berhubungan dengan angka kovarians atau
korelasi, ditunjukkan oleh angka kecil dari degree of freedom sama dengan masalah
data yang overfit ditemukan pada banyak teknik yang multivariate.
2. Pengggunaan pada efek yang berbanding terbalik (dua arah panah yang berhubungan
kausal diantara dua konstruk).
cxii
3. Kegagalan pada sulitnya skala dari suatu konstruk.
6. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model melalui telaah dan
berbagai kriteria goodness of fit untuk tindakan pertama adalah yang dilakukan
mengevaluasi apakah data yang digunakan dapat memenuhi asumsi SEM. Ferdinand
(2006). Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan
pengolahan data yang dianalisis dengan permodelan SEM:
a. Ukuran Sampel. Harus memenuhi syarat minimal sampel yaitu 100 responden dan
selanjutnya menggunakan 5 observasi untuk setiap estimated parameter, bila
model yang dikembangkan mempunyai 23 estimated parameter, maka minimal
sampel adalah 23 x 5 = 115 sampel.
b. Normalitas dan Linearitas sebaran Data. Harus dianalisis untuk melihat apakah
asumsi normalitas dipenuhi. Normalitas dapat diuji melalui gambar histogram
data. Uji normalitas perlu dilakukan baik untuk normalitas data tunggal maupun
normalitas multivariate, dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam
analisis akhir. Uji linearitas dapat dilakukan melalui scatterplot data yaitu dengan
memilih data dan dilihat pola penyebarannnya untuk menduga ada tidaknya
linearitas.
c. Outliers. Merupakan observasi yang muncul dari nilai ekstrim, baik secara
univariate atau multivariate yaitu muncul karena kombinasi karakteristik unik
yang dimilikinya dan terlihat jauh berbeda dari observasi lainnya. Dapat
cxiii
dilakukan treatment pada outliers asal diketahui bagaimana muncul dalam 4
kategori antara lain:
1. Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam
memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoordinasi data.
2. Outliers muncul karena keadaan khusus yang menunjukkan profil data yang
lain daripada yang lain, tetapi terdapat penjelasan mengenai penyebab
munculnya nilai ekstrim itu.
3. Outliers muncul karena suatu alasan tetapi tidak diketahui penyebabnya atau
tidak ada penjelasan mengenai sebab – sebab munculnya nilai ekstrim tersebut.
4. Outliers muncul dalam nilai range yang ada atau tetapi bila dikombinasi
dengan variabel lainnya kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat
ekstrim ini disebut multivariate outliers.
d. Multicolinearity dan Singularity. Dideteksi dari determinan matriks kovarian.
Nilai determinan matriks yang sangat kecil (extremellly small) memberi
indikasi adanya problem multikolineritas atau singularitas. Perlakuan data
(data treatment) yang dapat diambil adalah variabel yang menyebabkan
singularitas tersebut.
Uji Kesesuaian dan Uji Statistik
Setelah dilakukan pengujian asumsi SEM dan model yang akan diteliti memenuhi
kriteria asumsi SEM maka tindakan selanjutnya adalah melakukan uji kesesuaian dan uji
cxiv
statistik beberapa pengukuran yang digunakan dalam melakukan uji kesesuaian dan uji
statistikdari permodelan SEM dapat diterima atau ditolak:
1. X2 Chisquare Statistic Likehoood Ratio
Chi Square Statistic merupakan uji paling fundamental untuk mengukur overall fit
model yang akan diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chisquarenya
rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model tersebut dan diterima
berdasarkan probabilitas dengan cut of value sebesar p>0,05 atau p>0,10. Bila X2=
0 berati benar-benar tidak ada perbedaaan dan hal ini berarti H0 diterima.
Penggunaan Chisquare ini sesuai bila ukuran sampel antara rentang 100-200 bila
diluar itu kurang reliabel
2. The Rooot Mean Square Error of Approximation ( RMSEA)
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkomposisi
chisquare statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
gooodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat
diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model tesebut berdasar
degree of freedom.
3. GFI ( Goodnesss of Fit Index)
Index kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians
dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi
yang terestimasikan (Bentler, 1983; Tanaka dan Huba, 1989). GFI adalah sebuah
ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai
cxv
dengan 1,0 ( perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah
better fit.
4. AGFI (Adjusted Gooodness of Fit Index)
Dimana tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai
nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90 ( Hair et al, 1995). Dalam Regresi
berganda GFI= R2. Fit index ini dapat dirubah terhadap degree of freedom yang
tersedia untuk menguji diterima atau tidak sebuah model.
5. CMIN/DF
The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of
freedom nya (DF) akan menghasilkan indeks CMIN/DF yang umumnya dilaporkan
para peneliti untuk mengukur terhadap fitnya sebuah model. CMIN/DF adalah
statistik chisquare, X2 dibagi dengan DF nya sehinggga disebut X2 relatif. Nilai
X2 relatif kurang dari 2,0 atau 3,0 adalah indikator acceptable fit antara model dan
data.
6. Tuckelwis Index (TLI)
TLI adalah sebuah alternatif incremental atau fit index yang membandingkan sebuah
model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan
sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah ≥ 0,95 dan nilai yang
mendekati satu menunjukkan a very good fit.
7. CFI (Comparative Fit Index)
cxvi
Besaran index ini adalah pada rentang sebesar 0-1 dimana semakin mendekati 1,
mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (a very good fit) nilai yang
direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95.
Tabel 3.12
Indeks Pengujian Kelayakan Model
Goodness of Fit InDex Cut of Value
X2 Chi Square Lebih kecil dari X2 tabel
Significancy Probability ≥0,05
RMSEA ≤0,08
GFI ≥0,90
AGFI ≥0,90
CMIN/DF ≤2,00
TLI ≥0,95
CFI ≥0,95
Sumber : Ferdinand, (2006)
3.6 Uji Reliabilitas
Pada dasarnya uji reliabilitas adalah menunjukkan suatu alat ukur suatu dapat
memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek
yang sama. Uji reliabilitas diperoleh melalui rumus sebagai berikut menurut Hair,
Anderson, Tatham & Blac (1995):
Construct Reliability :
( )( ) ∑∑∑
+ jLoadingstd
Loadingstd
ε2
2
.
.
cxvii
Keterangan
Standard Loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap indikator yang
diperoleh dari perhitungan komputer.
Σεj adalah measurement error dari tiap indikator measurement error.
Variance Extracted
ada prinsipnya pengukuran menunjukkan jumlah varians dari indikator-indikator
yang diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai variance extracy yang
direkomendasikan adalah > 0,50. Rumus yang digunakan adalah ( Hair et al, 1995):
Keterangan :
Standard Loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap indikator yang
diperoleh dari perhitungan komputer.
Σεj adalah measurement error untuk setiap indikator.
7. Interprestasi dan Modifikasi Model
Setelah mengevaluasi kriteria goodness of fit maka langkah terakhir yang
dilakukan adalah menginterprestasikan model yang tidak memenuhi syarat. Pengujian
Variance Extracted = ∑ ∑∑
+ jLoadingstdLoadingstd
ε2
2
..
cxviii
yang dilakukan Tabachnick dan Fidel (Ferdinand 2002) mengatakan bahwa setelah model
diestimasi residualnya haruslah kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dari
kovarians residual harus bersifat simetrik. Menurut Hair et all (1995) untuk
mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi suatu model adalah dengan melihat jumlah
residual yang dihasilkan dari model.
Batas keamanan untuk jumlah residual adalah 5%. Bila jumlah > 5% dari semua
residual kovariands yang dihasilkan dari suatu model, maka sebuah modifikasi mulai
perlu dipertimbangkan (Hair et All, 1995) Selanjutnya bila ditemukan bahwa nilai residual
yang dihasilkan oleh model tersebut cukup besar (> 2,58) maka cara lain dalam
memodifikasi adalah dengan mempertimbangkan atau menambah alur baru terhadap
model yang diestimasi itu. Nilai residual value yang lebih besar sama dengan + 2,58
diinterprestasikan sehingga signifikan secara statistik pada 5% dan residual yang
signifikan ini menunjukkan adanya prediction error yang substantial untuk sepasang
indikator
Indeks Modifikasi
Memberikan gambaran mengenai mengecilnya nilai Chi Square atau pengurangan
nilai Chi Square. Bila semua koefisien diestimasikan. Hal lainnya perlu diketahui adalah
dalam memperbaiki tingkat kesesuaian modelnya dimana hanya dapat dilakukan bila ia
mempunyai justifikasi yang cukup terhadap perubahan tersebut secara teoritis
Sebuah indeks modifikasi sebesar 4.0 (ArbuckLe, 1999; Hair dkk,1995) atau
bahkan lebih besar dari itu memberikan indikasi bahwa bila koefisien itu diestimasi, maka
cxix
akan terjadi pengecilan nilai Chi Square yang signifikan. Sekalipun demikian perlu
diperhatikan bahwa walaupun mengikuti pedoman indeks modifikasi, seorang peneliti
dalam memperbaiki tingkat kesesuaian modelnya, tetapi hal itu hanya dapat dilakukan
bila ia mempunyai dukungan dan justifikasi yang cukup terhadap perubahan secara
teoritis.
cxx
BAB IV ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
Bab ini akan menampilkan hasil penelitian yang berupa gambaran umum obyek
penelitian dan data deskriptif. Bab ini juga menampilkan hasil komputasi (hasil evaluasi)
yang meliputi analisis konfirmatori (confirmatory factor analysis) dan analisis model
penuh dari SEM ( full model of structural equation model) yang menjadi kesatuan
langkah dalam pengujian hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Yamaha
Di antara beragam alat transportasi, sepeda motor menempati peran utama dalam
sendi kehidupan masyarakat. Untuk menunjang pembangunan dan memenuhi kebutuhan
saat itu, Yamaha memutuskan untuk beroperasi di Indonesia tanggal 6 Juli 1974.
Riset menunjukkan pasar di Indonesia telah lama diperhitungkan sebagai salah satu
pasar terbesar di dunia. Peluang Yamaha untuk mendominasi pasar di masa depan
terbentang luas, karena Yamaha mengutamakan kualitas, kesempurnaan produk, inovasi
tanpa henti, termasuk aspek pelayanan pada konsumen. Hal ini dibuktikan dengan
penganugerahan Sertifikat ISO 9001 pada bulan Agustus 2001 yang lalu.
cxxi
Menapak usia 30 tahun, Yamaha Indonesia bertekad untuk memberikan yang
terbaik kepada setiap dealer dan konsumen agar menjadi "Selalu Terdepan". Investasi
dalam fasilitas manufaktur dan fasilitas pendukung yang terus dikembangkan,
membuktikan tingginya komitmen Yamaha untuk mencapai sasaran:
• Fasilitas produksi seluas lebih dari 300.000 m2
• Lebih dari 6000 teknisi dan Staff yang terlatih
• Tiga jalur perakitan yang beroperasi selama 24 jam
• Kapasitas produksi lebih dari 3.500 sepeda motor per hari
• Dukungan fasilitas penunjang yang lengkap: Penelitian dan Pengembangan,
pelatihan khusus, dan fasilitas penunjang modern
• Inventaris suku cadang yang besar dan lengkap
4.2 Gambaran Responden
4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden
Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini sebanyak 138 orang. Yaitu
Masyarakat Kota Semarang yang menggunakan Motor Yamaha minimal selama 3 tahun
yang berada didaerah Kota Semarang. Untuk mengetahui karakteristik responden pada
kuesioner yang diajukan maka dilakukan analisis kuantitatif. Analisis ini memberikan
gambaran mengenai identitas responden yang diformulasikan dalam bentuk tabel supaya
lebih mudah dipahami juga mengenai jawaban responden. Adapun karakteristik responden
adalah sebagai berikut :
cxxii
4.2.1.1 Frekuensi Pembelian
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan berdasarkan
usia dapat ditunjukkan pada tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi pembelian
Jumlah Pembelian Motor Yamaha 5 tahun terakhir
Frequency Percent
1 79 57% 2 43 31% 3 12 9% 4 1 1% 5 3 2%
Total 138 100% Sumber: tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang, paling banyak membeli motor Yamaha 1 kali dalam 5 tahun
terakhir sebesar 79 responden dengan persentase sebesar 57%.
4.2.1.2 Jenis kelamin
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan berdasarkan
usia dapat ditunjukkan pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frequency Percent
Laki laki 78 57%
Perempuan 60 43%
cxxiii
Total 138 100% Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang, adalah berjenis kelamin laki –laki sebanyak 78 (57%)
responden dan berjenis kelamin wanita sebanyak 60 (43%) responden. Dapat
disimpulkan bahwa Pembeli dan Pengguna Motor Yamaha terbesar persentasenya adalah
laki-laki.
4.2.1.3 Usia
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan berdasarkan
usia dapat ditunjukkan pada tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frequency Percent
15-24 36 26%
25-34 48 35%
35-44 29 21%
45-54 24 17%
>55 1 1%
Total 138 100% Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang terbesar adalah berumur diantara 25-34 sebesar 35% disusul,
cxxiv
15-24,35-44, 45-54 dan diatas 55 tahun. Jadi dapat disimpulkan pengguna dan Pembeli
Motor Yamaha terbesar di Kota Semarang adalah berusia 25-34 tahun.
4.2.1.4 Tingkat Pendidikan Responden
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan berdasarkan
pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh responden dapat ditunjukkan pada tabel 4.4
dibawah ini.
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tingkat Pendidikan Frequency Percent
Tamat SLTP 2 1%
Tamat SLTA 61 44%
Tamat PT 75 54%
Total 138 100%
Sumber: tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang terbesar adalah Tamat PT sebesar 75 (54%), lalu berturut-turut
tamat SLTA, tamat SLTP. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang adalah Tamat Perguruan Tinggi.
4.2.1.5 Pekerjaan
cxxv
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan berdasarkan
pekerjaan dapat ditunjukkan pada tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frequency Percent
PNS 22 16%
TNI/POLRI 6 4%
Pegawai Swasta 57 41%
Wiraswasta 26 19%
Lain-lain 27 20%
Total 138 100% Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang terbesar adalah pegawai swasta sebanyak 57 (41%), selanjutnya
lain lain, wiraswasta, PNS/POLRI dan TNI. Dapat disimpulkan bahwa Pembeli dan
Pengguna Motor Yamaha Kota Semarang adalah pegawai swasta.
4.2.1.6 Penghasilan
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan berdasarkan
penghasilan dapat ditunjukkan pada tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.6 Karakteristik responden berdasarkan penghasilan
Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Pendapatan/Bulan Frequency Percent
< 1000.000,- 42 30%
1000.001-2000.000 67 49%
2000.001-3000.000 20 14%
3000.001-4000.000 6 4%
> 4000.001 3 2%
Total 138 100%
cxxvi
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang terbesar adalah yang berpenghasilan 1000.001- 2000.00
sebanyak 67 orang (49%), <1000.000 sebanyak 42 orang (30%), 2.000.001-3.000.000
sebanyak 20 orang (14%), 3.000.001-4.000.000 sebanyak 6 orang (4%) , dan
berpenghasilan >4.000.001 sebanyak 3 orang (2%)
4.2.1.7 Jenis Motor Yamaha
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan berdasarkan
Jenis Motor Yamaha dapat ditunjukkan pada tabel 4.7 dibawah ini:
Tabel 4.7 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Motor Yamaha
Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang dengan jenis motor terbesar adalah Yupiter (43%) lalu Mio,
Jenis Motor Frequency Percent
Vega 31 22%
Jupiter 59 43%
Mio 37 27%
Scorpio 3 2%
Vixion 4 3%
Lainnya 4 3%
Total 138 100%
cxxvii
Vega, Vixion, Lainnya dan Scorpio. Dapat disimpulkan bahwa Motor Yupiter adalah
Jenis Motor Yamaha yang paling diminati.
4.2.1.8 Warna Motor Yamaha
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan berdasarkan
Warna Motor Yamaha dapat ditunjukkan pada tabel 4.8 dibawah ini:
Tabel 4.8 Karakteristik responden berdasarkan Warna Motor Yamaha
Warna Motor Frequency Percent
Biru 40 29%
Hitam 33 24%
Hijau 1 1%
Merah 51 37%
Orange 2 1%
Putih 2 1%
Silver 9 7%
138 100% Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang dengan warna motor terbesar adalah merah lalu biru, hitam,
silver, orange dan putih.
cxxviii
4.2.1.9 Cara Pembayaran Motor Yamaha
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan berdasarkan
Cara Pembayaran Motor Yamaha dapat ditunjukkan pada tabel 4.9 dibawah ini:
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan
Cara Pembayaran Motor Yamaha
Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009 Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang dengan cara pembayaran terbesar adalah dengan kredit (59%)
lalu secara tunai (41%).
4.2.1.10 Pengeluaran Servis/Bulan Motor Yamaha
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan berdasarkan
Cara Pembayaran Motor Yamaha dapat ditunjukkan pada tabel 4.10 dibawah ini:
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Servis Motor Per Bulan
Pengeluaran/Bulan untuk Servis Frequency Percent
< 50.000,- 46 33%
50.001-100.000 77 56%
100.001-150.000 11 8%
150.001-200.000 3 2%
> 200.001 1 1%
Total 138 100%
Cara Pembayaran Frequency Percent
Kredit 81 59%
Tunai 57 41%
Total 138 100%
cxxix
Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang dengan pengeluaran servis motor per bulan adalah sebesar
50.001-100.000 (56%).
4.2.2 Tabulasi Silang
4.2.2.1 Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan Jenis Motor
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan
berdasarkan tabulasi silang antara jenis kelamin dengan jenis motor dapat ditunjukkan
pada tabel 4.11 dibawah ini:
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin dengan Jenis Motor
Jenis Motor
Jenis Kelamin Vega Jupiter Mio Scorpio Vixion Lainnya Total Laki laki jumlah 20 37 10 3 4 4 78
total 14,50% 26,80% 7,20% 2,20% 2,90% 2,90% 56,50% Wanita jumlah 11 22 27 0 0 0 60
total 8,00% 15,90% 19,60% 0% 0% 0% 43,50% Total Jumlah 31 59 37 3 4 4 138
% Total 22,50% 42,70% 26,80% 2,20% 2,90% 2,90% 100,00% Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
cxxx
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang dimana jenis kelamin laki laki terbanyak menggunakan Motor
Yamaha yaitu Yamaha Yupiter disusul Yamaha Vega, Yamaha Mio, Yamaha Scorpio,
Yamaha Vixion dan Lainnya. Sedangkan jenis kelamin wanita yang terbanyak adalah
menggunakan Yamaha Mio, Yamaha Yupiter dan Yamaha Vega. Dapat disimpulkan
bahwa untuk segmentasi motor mio adalah untuk wanita, sedangkan Yamaha Yupiter
untuk laki – laki. Lebih dikhususkan motor V-ixion dan Scorpio adalah untuk laki laki
karena merupakan motor sport.
4.2.2.2 Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan Warna Motor
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan
berdasarkan tabulasi silang antara jenis kelamin dengan warna motor dapat ditunjukkan
pada tabel 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.12
Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin dengan Warna Motor
Warna Motor Jenis Kelamin Biru Hitam Hijau Merah Orange Putih Silver Total Laki laki Jumlah 17 28 0 22 2 2 7 78
Total 12,32% 20,29% 0,00% 15,94% 1,45% 1,45% 5,07% 56,52%
Wanita Jumlah 23 5 1 29 0 0 2 60 Total 16,67% 3,62% 0,72% 21,01% 0,00% 0,00% 1,45% 43,48% Total 40 33 1 51 2 2 9 138 % Total 28,99% 23,91% 0,72% 36,96% 1,45% 1,45% 6,52% 100,00%
Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
cxxxi
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang dimana jenis kelamin laki laki terbanyak menggunakan Warna
Motor Yamaha yaitu hitam, merah, biru, silver, orange dan putih. Sedangkan jenis
kelamin wanita yang terbanyak adalah menggunakan Warna Motor Yamaha Merah, biru,
hitam, silver, putih, orange dan hijau. Jadi dapat disimpulkan bahwa motor dengan warna
merah adalah disegmentasikan untuk wanita maupun laki-laki.
4.2.2.3 Tabulasi Silang Antara Usia Dengan Warna Motor
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan
berdasarkan tabulasi silang antara jenis kelamin denganjenis motor dapat ditunjukkan
pada tabel 4.13 dibawah ini:
Tabel 4.13
Tabulasi Silang Antara Usia dengan Warna Motor
Warna Motor
Age
Biru Hitam Hijau Merah Orange Putih Silver Total
15-24 Count 13 7 0 12 0 2 2 36 % of Total 9% 5% 0% 9% 0% 1% 1% 26%
25-34 Count 11 14 0 19 0 0 4 48 % of Total 8% 10% 0% 14% 0% 0% 3% 35%
35-44 Count 5 9 0 12 2 0 1 29 % of Total 4% 7% 0% 9% 1% 0% 1% 21%
45-54 Count 11 3 1 7 0 0 2 24 % of Total 8% 2% 1% 5% 0% 0% 1% 17%
>55 Count 0 0 0 1 0 0 0 TRUE % of Total 0% 0% 0% 1% 0% 0% 0% 1%
Total Count 40 33 1 51 2 2 9 138 % of Total 29% 24% 1% 37% 1% 1% 7% 100%
cxxxii
Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang adalah dimana usia 15-24 yang menggunakan warna motor
terbanyak adalah warna biru, merah, hitam, putih dan silver, usia 25-34 menggunakan
motor dengan warna terbanyak adalah warna merah, hitam, biru dan silver, usia 35-44
menggunakan motor dengan warna terbanyak adalah merah, hitam, biru, orange dan
silver, usia 45-54 menggunakan motor dengan warna terbanyak adalah warna biru, merah,
hijau dan silver sedangkan usia > 55 tahun hanya menggunakan warna merah saja. Jadi
dapat disimpulkan segmentasi warna motor merah untuk 25-34, 35-44 dan > 55 tahun,
sedangkan untuk warna bitu untuk usia 15-24 tahun.
4.2.2.4 Tabulasi Silang Antara Usia Dengan Jenis Motor
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan
berdasarkan tabulasi silang antara usia dengan jenis motor dapat ditunjukkan pada tabel
4.14 dibawah ini:
Tabel 4.14
Tabulasi Silang Antara Usia dengan Jenis Motor
JENIS MOTOR
USIA Vega Jupiter Mio Scorpio Vixion Lainnya Total 15-24 Count 4 14 13 0 2 3 36
% of Total 3% 10% 9% 0% 1% 2% 26% 25-34 Count 8 22 12 3 2 1 48
% of Total 6% 16% 9% 2% 1% 1% 35%
cxxxiii
35-44 Count 11 9 9 0 0 0 29 % of Total 8% 7% 7% 0% 0% 0% 21%
45-54 Count 8 13 3 0 0 0 24 % of Total 6% 9% 2% 0% 0% 0% 17%
>55 Count 0 1 0 0 0 0 1 % of Total 0% 1% 0% 0% 0% 0% 1% Count 31 59 37 3 4 4 138 % of Total 22% 43% 27% 2% 3% 3% 100%
Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang adalah dimana semua usia 15-24, 25-34,45-54 dan > 55 yang
menggunakan jenis motor dengan persentase terbesar adalah jenis motor Yamaha Jupiter.
Sedangkan usia 45-54 persentase terbesar adalah menggunakan Yamaha Vega. Yamaha
Vixion dan Scorpio hanya terdapat pada usia 15-24 dan 25-34. Jadi dapat disimpulkan
bahwa segmentasi Motor Yamaha Jupiter adalah untuk usia 15-24, 25-34,45-54 dan > 55,
Yamaha Mio untuk semua usia dan Yamaha Vixion untuk usia 15-24 dan 25-34 karena
melihat dari spesifikasi motor yang merupakan motor sport.
4.2.2.5 Tabulasi Silang Antara Pekerjaan Dengan Cara Pembayaran
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan
berdasarkan tabulasi silang antara pekerjaan dengan cara pembayaran dapat ditunjukkan
pada tabel 4.15 dibawah ini:
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara Pekerjaan Dengan Cara Pembayaran
Cara Pembayaran
Pekerjaan Kredit Tunai Total
PNS Count 13 9 22
% of Total 9% 7% 16%
cxxxiv
Sum
ber :
tabulasi
data primer
diolah
dengan
SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang adalah dimana pekerjaan PNS melakukan pembayaran motor
dengan kredit baru setelah itu tunai, sedangkan TNI/POLRI sama baik dengan kredit
maupun tunai, sedangkan untuk pegawai swasta pembayaran terbanyak dengan kredit baru
tunai, Wiraswasta jumlahnya sama baik secara tunai maupun kredit dan lain – lain secara
kredit lalu tunai.
4.2.2.6 Tabulasi Silang Antara Pendapatan Dengan Jenis Kelamin
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan
berdasarkan tabulasi silang antara pendapatan dengan jenis kelamin dapat ditunjukkan
pada tabel 4.16 dibawah ini:
Tabel 4.16
Tabulasi Silang Antara Pendapatan Dengan Jenis Kelamin
TNI/POLRI Count 3 3 6
% of Total 2% 2% 4%
Pegawai Swasta Count 42 15 57
% of Total 30% 11% 41%
Wiraswasta Count 13 13 26
% of Total 9% 9% 19%
Lain-lain Count 14 13 27
% of Total 10% 9% 20%
Total Count 81 57 138
% of Total 59% 41% 100%
cxxxv
Jenis Kelamin
Pendapatan Laki laki Perempuan Total
< 1000.000,- Count 19 23 42
% of Total 14% 17% 30%
1000.001-2000.000 Count 37 30 67
% of Total 27% 22% 49%
2000.001-3000.000 Count 17 3 20
% of Total 12% 2% 14%
3000.001-4000.000 Count 4 2 6
% of Total 3% 1% 4%
> 4000.001 Count 2 1 3
% of Total 1% 1% 2%
Count 78 60 138
% of Total 57% 43% 100% Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang dimana pendapatan <1000.000 terbanyak adalah perempuan,
pendapatan 1000.001-2000.000 terbanyak adalah laki –laki , pendapatan 2000.001-
3000.000 terbanyak adalah laki lakai dan yang terakhir pendapatan > 4000.001 terbanyak
adalah laki –laki. Jadi kesimpulan yang dapat diambil semakin tinggi pendapatan
responden maka pendapatan tersebut adalah pendapatan laki-laki.
4.2.2.7 Tabulasi Silang Antara Jenis Motor Dengan Pengeluaran Servis/bln
Berdasarkan 138 responden yang diambil sebagai sampel, penggolongan
berdasarkan tabulasi silang antara jenis motor dengan pengeluaran servis/bulan dapat
ditunjukkan pada tabel 4.17 dibawah ini:
Tabel 4.17
cxxxvi
Tabulasi Silang Antara Jenis Motor Dengan Pengeluaran Servis/Bulan
Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
Berdasarkan tabel diatas, responden yang merupakan Pembeli dan Pengguna Motor
Yamaha Kota Semarang dimana responden yang mempunyai Yamaha Vega pengeluaran
biaya servis terbanyak diantara range 50.001-100.000/bulan, Yamaha Yupiter
pengeluaran biaya servis terbanyak diantara range 50.001-100.000/bulan, Yamaha
Scorpio pengeluaran biaya servis terbanyak diantara range 50.001-100.000/bulan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa penegeluaran biaya servis motor jenis apapun, persentase
terbesar adalah pada range 50.001-100.00
4.3 Analisis Data dan Pembahasan
4.3.1 Deskripsi Persepsi Responden
PENGELUARAN PER BULAN UNTUK SERVIS MOTOR
JENIS MOTOR <
50.000 50.001-100.000
100.001-150.000
150.001-200.000
> 200.001 Total
Vega Count 14 15 1 3 0 31
% of Total 10% 11% 1% 2% 0 23%
Jupiter Count 18 36 2 0 1 59
% of Total 13% 26% 1,50% 0 1% 42,50%
Mio Count 14 17 6 0 0 37
% of Total 10% 12% 4% 0 0 26%
Scorpio Count 0 2 1 0 0 3
% of Total 0 1,50% 1% 0 0 2,50%
Vixion Count 0 4 0 0 0 4
% of Total 0 3% 0 0 0 3%
Lainnya Count 0 3 1 0 0 4
% of Total 0 2% 1% 0 0 3%
Count 46 77 11 1 3 138
% of Total 33% 56% 8% 2% 1% 100
cxxxvii
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai
responden penelitian ini, khususnya mengenai variabel-variabel penelitian yang
digunakan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis indeks, untuk
menggambarkan persepsi responden atas item-item pertanyaan yang diajukan.
Oleh karena itu angka jawaban responden tidak berangkat dari angka 0 tetapi
mulai angka 1 hingga 10, maka angka indeks yang dihasilkan akan berangkat dari angka
10 hingga 100 dengan rentang 90, tanpa angka 0. Dengan menggunakan kriteria lima
kotak (five box method), maka rentang sebesar 90 dibagi lima, sehingga menghasilkan
rentang sebesar 18 yang akan digunakan sebagai dasar interpretasi nilai indeks yang
dalam contoh ini adalah sebagai berikut :
• Nilai indeks 10.00 – 28.00 = Intrepertasi Sangat Rendah
• Nilai indeks 28.01 – 46.00 = Interpertasi Rendah
• Nilai indeks 46.01 – 64.00 = Interpertasi Sedang
• Nilai indeks 64.01 – 82.00 = Interpertasi Tinggi
• Nilai indeks 82.01 – 100 = Interpertasi Sangat Tinggi
Dengan dasar ini, peneliti menentukan indeks persepsi responden terhadap variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. (Umar, 2001), dengan dasar ini, peneliti
menentukan indeks persepsi responden terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. (Ferdinand, 2006).
cxxxviii
Adapun perhitungan indeks diperoleh dari :
Sumber : Ferdinand, 2006 dikembangkan untuk penelitian ini
4.3.1.1 Sense
Sense berasal dari pengalaman yang diperoleh oleh konsumen dalam
menggunakan suatu produk dengan menggunakan lima panca indra, dimana variabel
Sense diukur melalui 3 item pertanyaan hasil statistik deskriptif dengan menggunakan
teknik pengukuran angka indeks adalah seperti yang disajikan dalam tabel 4.18 berikut
ini:
Tabel 4.18 Indeks Sense
Sumber: Data primer, diolah, 2009 Tabel 4.18 menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar 10-100, rata-rata
indeks variabel sense adalah tinggi, yaitu sebesar 67,32%. Hal ini menunjukkan bahwa
pengalaman dengan menggunakan panca indra mengenai Motor Yamaha yaitu positif.
INDIKATOR INDEKS SENSE Indeks Sense (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sight 0 1 3 19 15 23 40 16 14 7 65,51% Sound 0 0 2 9 21 26 32 25 17 6 68,12% Touch 0 2 1 7 20 28 28 27 22 3 68,33%
Rata-rata Total 67,32%
Keterangan I = Indeks (%) n = jawaban responden f = frekuensi munculnya jawaban dalam 138 responden r = jumlah pilihan jawaban (10) N = jumlah sampel (138)
(Σ ( n x f )) ÷ r N I = X 100%
cxxxix
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa sight menempati posisi tertinggi dalam variabel
sense yakni 68,33%. Kemudian diikuti oleh Sound sebesar 68,12%, selanjutnya adalah
Touch dimana indeksnya sebesar 65,51%,. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator
tersebut telah dapat dijadikan tolok ukur dari variabel Sense.Pendapat dari responden yang
indeks rata-ratanya tinggi ini disertai oleh jawaban mereka atas pertanyaan terbuka yang
terdapat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19 Deskripsi Sight
No Indikator Indeks dan Interpretasi Persepsi Responden
1 Sight 65,51% (tinggi)
• Persepsi konsumen mengenai sight yaitu Motor Yamaha mempunyai model yang bagus, selalu up to date misalnya Yamaha Vixion, Yamaha Mio (Mio Soul, Mio Sporty), Yamaha Scorpio (Scorpio Z-, Scorpio Z-CW), Yamaha Jupiter (Jupiter Z, Jupiter Z-CW, Jupiter MX), Yamaha Vega (Vega R, New Vega R)
• Kelengkapan motor Mio untuk Mio keluaran baru, dilengkapi dengan bagasi depan
• Ke up to date an warna motor yang bervariasi, perpaduan warna yang bagus sehingga menjadi warna yang elegan, sporty.
• Ke up to date an mesin Motor Yamaha • Ke up to date an teknologi teknologi yang
disesuaikan dengan keinginan konsumen misalnya tekhnologi matic
2 Sound 68,12% (tinggi)
• Persepsi Konsumen bahwa Motor Yamaha merupakan motor yang dikenal dimana - mana terbukti sering munculnya motor Yamaha di jalan – jalan di Kota Semarang
• Banyak media promosi yang digunakan oleh perusahaan yang dapat dilihat oleh konsumen misalnya media iklan (Media elektronik (TV, radio), Media Massa (koran, majalah))
• Kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh motor Yamaha misalnya touring motor Yamaha, kegiatan , family event, sponsor dalam acara televisi misalnya bukan empat mata , Wara Wiri.
cxl
4.3.1.2 Feel
Feel yang merupakan pengalaman yang dirasakan oleh konsumen dengan melalui
perasaan dapat diukur melalui 3 item pertanyaan hasil statistik deskriptif dengan
menggunakan teknik pengukuran angka indeks adalah seperti yang disajikan dalam Tabel
4.20.
Tabel 4.20 Indeks Feel
Sumber : Data prim
er, diola
h, 2009
Tabel 4.20 menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar 10-100, rata-rata
indeks variabel feel adalah tinggi yakni sebesar 66,96%. Indikator feeling mempunyai
indeks tertinggi yaitu 67,54%, disusul mood dan feeling masing-masing sebesar 66,81%
dan 66,52%. Indeks tersebut menunjukkan bahwa kelima indikator yang telah dipilih
dapat dijadikan tolok ukur pada variabel feel.
Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai oleh jawaban
mereka atas pertanyaan terbuka yang terdapat pada Tabel 4.21.
3 Touch 68,33% (tinggi)
• Persepsi Konsumen mengenai Motor Yamaha Motor ini sangat kokoh misalnya Kekokohan (kehandalan) mesin, body, Motor Yamaha
• Warna yang tidak mudah pudar
INDIKATOR INDEKS FEEL Indeks Feel (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Emotion 1 1 2 9 14 32 40 26 7 6 66,52 Feeling 0 2 2 8 17 24 39 28 16 20 67,54 Mood 1 7 4 20 25 39 22 16 4 66,81
Rata-rata Total 66,96
cxli
Tabel 4.21 Deskripsi Feel
No Indikator Indeks dan Interpretasi Persepsi Responden
1 Emotion 66,52 (tinggi)
• Persepsi Konsemen mengenai Motor Yamaha bahwa Motor ini bilamana digunakan dapat membuat bangga pengemudinya. Kebanggaan yang muncul dari diri responden dikarenakan desain, model serta warna yang menarik. misalnya Yamaha Mio, Jupiter , Vixion.
2 Feeling 67,54 (tinggi)
• Persepsi Konsumen mengenai Motor Yamaha, Motor Yamaha adalah motor yang nyaman dan enak dikendarai misalnya motor Mio yang merupakan Motor Matic (hanya tancap gas saja motor langsung jalan) terutama untuk wanita yang menyukai kemudahan
Manufernya nyaman Tarikan motor tidak terlalu menyentak Ketidaknyamana motor Yamaha salah
satunya adalah body motor yang kurang tinggi dibandingkan dengan pesaing.
3 Mood 66,81
(tinggi) • Persepsi Konsumen mengenai Motor Yamaha,
dengan menggunakan Motor Yamaha dapat membuat mood menjadi baik karena enak untuk dibuat jalan jalan.
• Desain , model, warna yang atraktif , fleksibel, elegan sehingga dapat membuat suasana hati responden menjadi baik ketika menggunakan.
Sumber : Data primer, diolah, 2009
4.3.1.3 Think
cxlii
Think merupakan persepsi konsumen melalui pemikiran - pemikiran yang kreatif
mengenai produk. Variabel Think diukur melalui 5 item pertanyaan hasil statistik
deskriptif dengan menggunakan teknik pengukuran angka indeks adalah seperti yang
disajikan dalam Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Indeks Think
Sumber :
Data primer
, diolah, 2009
T
abel 4.22 menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar 10-100, rata-rata indeks
variabel Think adalah tinggi yakni 66,46%. Hal ini menunjukkan bahwa think pelanggan
terhadap Yamaha tinggi. Indeks tertinggi adalah surprise yaitu sebesar 67,97%, kemudian
Intrique sebesar 67,46%, Divergent sebesar 66,38 %, provocation sebesar 65,72 % dan
pada urutan kelima adalah convergent yaitu sebesar 64,78%. Hasil dari indeks tersebut
menunjukkan bahwa kelima indikator tersebut telah dapat dijadikan tolok ukur dari
variabel Think. Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai oleh
jawaban mereka atas pertanyaan terbuka yang terdapat pada Tabel 4.23
INDIKATOR INDEKS THINK Indeks Think (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Convergent 2 2 3 12 16 35 27 23 12 6 64,78 Divergent 0 3 3 5 20 28 37 28 10 4 66,38 Surprise 0 1 3 4 16 29 42 28 11 4 67,97 Intrique 0 1 4 13 11 27 38 21 16 7 67,46 Provocation 0 0 3 7 29 23 38 23 13 2 65,72
Rata-rata Total 66,46
cxliii
Tabel 4.23 Deskripsi Think
No Indikator Indeks dan Interpretasi Persepsi Responden
1 Convergent 64,78 (tinggi)
• Persepsi konsumen mengenai motor yamaha sejak mengenal Motor Yamaha, konsumen sangat memperhatikan kualitas motor misalnya kualitas dari pelayanan Yamaha baik dari pelayanan purna jual, kualitas pelayanan ketika melakukan pembelian, kualitas pelayanan servis motor (kualitas teknisi, kualitas bengkel motor Yamaha), kualitas ketika menghadapi complain konsumen. Serta adanya jaminan penggantian motor.
• kualitas produk itu sendiri : keawetan mesin, warna, desain, dan model. pewarnaan yang menarik, atraktif, fleksibel
dan sporty. Ketidak efisienan bahan bakar yang
digunakan (kecepatan dibandingkan bahan bakar yang digunakan).
Motor yang tahan pada segala medan misalnya tidak mudah mogok ketika banjir, motor yang tidak pernah mati
Sparepart yang mudah tersedia, harga terlalu mahal dibandingkan dengan pesaing, keanerakagaman sparepart misalnya dengan menyediakan 2 kualitas sparepart seperti apa yang dilakukan oleh pesaingnya.
2 Divergent 66,38
(tinggi) • Persepsi Konsumen mengenai Motor Yamaha
bahwa iklan Yamaha sangat menggambarkan Motor Yamaha misalnya Sebagai Motor Yang Cepat misalnya ketika iklan Motor Yupiter sedang berjalan, yang dapat meruntuhkan apa yang dilewatinya.
cxliv
• Iklan yang menggunakan endorser yang tepat yang dapat menarik perhatian misalnya komeng, dedy mizwar, valentino rossi (atlit GP)
• Iklan yang menunjukkan kualitas yang sesungguhnya misalnya kokoh, tangguh
3 Surprise 67,79 (sedang)
• Persepsi Konsumen mengenai Motor Yamaha bahwa Motor ini dapat memenuhi janji - janji yang diberikan misalnya janji yang terdapat dalam iklan maupun media lainnya sebagai motor yang tercepat.
• Banyaknya hadiah – hadiah yang diberikan kepada konsumen
4 Intrique 67,46 (tinggi)
• Persepsi Konsumen mengenai Motor Yamaha, Motor ini mempunyai citra (pandangan ) yang positif misalnya citra dengan motor yang tercepat, inovasi yang terdepan
• Tetapi terdapat citra yang negatif yaitu ketidakefisienan motor Yamaha (perbandingan antara kecepatan motor dan penggunaan bahan bakar)
5 Provocation 65,72
(tinggi) • Persepsi Konsumen mengenai Motor Yamaha
bahwa Motor ini menggunakan slogan “Semakin Terdepan “
• Slogan “Semakin Terdepan” ini dibuktikan oleh Yamaha dengan inovasi-inovasi misalnya sebagai produsen motor matic pertama.
Sumber : Data primer, diolah, 2009
4.3.1.4 Act
Variabel act diukur melalui 3 item pertanyaan hasil statistik deskriptif dengan
menggunakan teknik pengukuran angka indeks adalah seperti yang disajikan dalam Tabel
4.24:
Tabel 4.24 Indeks Act
INDIKATOR INDEKSACT Indeks Act (%)
cxlv
Sumber :
Data prime
r, diola
h, 2009
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar 10-100, rata-rata
indeks variabel Act adalah tinggi, yaitu sebesar 66,01%. Indikator Action mempunyai
indeks paling tinggi, yaitu sebesar 66,52%, kemudian diikuti dengan Interaction yaitu
sebesar 66,01% dan indeks life style mendapatkan nilai paling rendah, yaitu sebesar
65,51%. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator tersebut telah dapat dijadikan tolok
ukur dari variabel Act
Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai oleh jawaban
mereka atas pertanyaan terbuka yang terdapat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.25
Deskripsi Act
No Indikator Indeks dan Interpretasi Persepsi Responden
1 Interaction 66,01 (tinggi)
• Persepsi konsumen mengenai Yamaha terutama iklan yang dapat menunjukkan hubungan sosial yang erat misalnya :
Iklan Motor Yamaha Desa Bebek Iklan Motor Yamaha pergi kepuncak dan
melakukan sosialisasi dengan masyarakat dengan melakukan konvoi bebek sambil bakti sosial
Iklan touring Motor Yamaha Iklan Motor Yamaha Vega yang
menggambarkan warga kampung bebek Iklan hubungan antara 2 negara yaitu 2 brand
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Interaction 1 4 2 8 15 28 40 27 5 8 66,01 Action 0 3 2 8 12 35 38 26 10 4 66,52 Life Style 0 0 7 9 19 24 41 23 13 2 65,51
Rata-rata Total 66,01
cxlvi
ambassador Yamaha (Valentino Rosi dan Komeng)
Iklan Motor Yamaha dengan bintang iklan : Dedy Mizwar, Dedy Petet dan Komeng
2 Action 66,52 (tinggi)
• Persepsi Konsumen mengenai Motor Yamaha bahwa Motor ini sangat banyak melakukan inovasi yang banyak :
terutama dalam model, body, desain dan pewarnaan misalnya saja Motor Mio (Soul, Sporty), Jupiter (Z,Z-CW,MX) dan Vixion
inovasi dalam tekhnologi : sistem pendingin oli dan cooler water, pendingin radiator, motor matic
3 Life Style 65,51 (tinggi)
• Persepsi Konsumen bahwa Motor ini dapat dijadikan gaya hidup terbukti banyaknya komunitas - komunitas Motor Yamaha yang ada di Kota Semarang
• Motor Yamaha dapat dijadikan sebagai gaya hidup dikarenakan tampilannya yang stylist
Sumber : Data primer, diolah, 2009
4.3.1.5 Relate
Variabel Relate dapat diukur melalui 3 item pertanyaan hasil statistik deskriptif
dengan menggunakan teknik pengukuran angka indeks adalah seperti yang disajikan
dalam Tabel 4.26.
Tabel 4.26 Indeks Relate
Sumber : Data primer, diolah, 2009
INDIKATOR INDEKS RELATE Indeks Relate (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Self Idealization 0 1 2 6 19 32 35 26 12 5 67,39 Others 2 3 2 6 21 35 29 26 9 5 64,86 Culture 0 0 4 9 18 28 40 27 9 3 66,16
Rata-rata Total 66,14
cxlvii
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar 10-100, rata-rata
indeks variabel relate adalah tinggi yakni sebesar 66,14%. Self Idealization merupakan
indikator dengan indeks tertinggi, yaitu sebesar 67,39%, kemudian culture sebesar
66,16% dan yang terakhir adalah others, yaitu sebesar 64,86%. Dengan total indeks
tersebut maka hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator tersebut telah dapat dijadikan
tolok ukur dari variabel relate
Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai oleh jawaban
mereka atas pertanyaan terbuka yang terdapat pada Tabel 4.27.
Tabel 4.27 Deskripsi Relate
No Indikator Indeks dan Interpretasi Persepsi Responden
1 Self -Idealization
67,39 (tinggi)
• Persepsi Konsumen mengenai motor Yamaha adalah motor yang terbaik dan profesional dibidangnya misalnya
Cepat dan tanggap dalam mengatasi keluhan konsumen,
Cepat dan tanggap dalam memenuhi keinginan konsumen
• Kurangnya menjaga hubungan dengan konsumen misalnya saja ketika konsumen sedang berulang tahun tidak adanya perhatian untuk mengucapkan selamat
2 Others 64,86 • Persepsi Konsumen bahwa dengan adanya
cxlviii
(tinggi) kerjasama dengan perusahaan pembiayaan lain misalnya BAF, Adira Finance , WOM Finance, , FIF dapat memudahkan untuk melakukan transaksi terutama untuk biaya perkreditan.
• Kerjasama dengan pusat perbelanjaan misalnya Mall Citraland, Matahari dalam membuka stand -stand khusus untuk menjual Motor Yamaha
• Kerjasama dengan dealer – dealer Motor • Kurang adanya kerjasama antar bank misalnya
pembayaran melalui bank 3 Culture 66,16
(tinggi) • Persepsi Konsumen mengenai Motor Yamaha
motor Yamaha adalah Motor yang bergengsi dikarenakan tampilannya misalnya Yamaha Vixion dan Mio (Sporty, Soul)
Sumber : Data primer, diolah, 2009
4.3.1.6 Experiential Marketing
Variabel Experiential Marketing dapat diukur melalui 3 item pertanyaan hasil
statistik deskriptif dengan menggunakan teknik pengukuran angka indeks adalah seperti
yang disajikan dalam Tabel 4.28
Tabel 4.28 Indeks Relate
Sumber : Data primer, diolah, 2009
INDIKATOR INDEKS EXPERIENTIAL
MARKETING Indeks Experiential Marketing
(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Performance 0 2 3 10 15 30 34 32 10 2 66,09 Treatment 0 1 3 6 22 24 42 28 10 2 66,45 Community 0 1 3 10 16 27 41 30 9 1 66,01
Rata-rata Total 66,18
cxlix
Tabel 4.28 menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar 10-100, rata-rata
indeks variabel Experiential Marketing adalah tinggi yakni sebesar 66,18%. Treatment
merupakan indikator dengan indeks tertinggi, yaitu sebesar 66,45%, kemudian
Performance sebesar 66,09% dan yang terakhir adalah community, yaitu sebesar 66,01%.
Dengan total indeks tersebut maka hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator tersebut
telah dapat dijadikan tolok ukur dari variabel experiential marketing. Pendapat dari
responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai oleh jawaban mereka atas
pertanyaan terbuka yang terdapat pada Tabel 4.29.
Tabel 4.29 Deskripsi Experiential Marketing
No Indikator Indeks dan Interpretasi Persepsi Responden
1 Performance 66,09 (tinggi)
• Persepsi Konsumen bahwa motor Yamaha mempunyai tampilan yang bagus baik dari segi warna, model, desain, striping dan variasi lainnya dibanding merek lain
• Banyak pilihan warna, model, desain Motor
cl
Yamaha • Misalnya untuk model Motor Matic ada Mio,
Mio Soul maupun Mio Sporty, untuk model motor bebek ada motor Vega (Vega R, New Vega R), Motor Jupiter (Jupiter Z, Jupiter Z-CW, Jupiter MX), dan untuk model Motor Sporty terdapat Motor Scorpio (Scorpio Z, Scorpio Z-CW) dan V-ixion
2 Treatment 66,45 (tinggi)
• Persepsi Konsumen mengenai Motor Yamaha mudah dikendarai disesuaikan dengan keinginan konsumen terutama motor matic nya yaitu Mio.
• Mudah dalam manufernya • Tarikan motor ringan
3 Community 66,01 (tinggi)
• Persepsi Konsumen Mengenai Motor Yamaha bahwa motor ini adalah motor yang memasyarakat, motor untuk semua lapisan golongan masyarakat
4.3.1.7 Brand Loyalty
Variabel Brand Loyalty dapat diukur melalui 3 item pertanyaan hasil statistik
deskriptif dengan menggunakan teknik pengukuran angka indeks adalah seperti yang
disajikan dalam Tabel 4.30.
Tabel 4.30 Indeks Brand Loyalty
Tabel 4.30 menunjukkan bahwa dari rentang nilai indeks sebesar 10-100, rata-rata
indeks variabel Brand Loyalty adalah tinggi yakni sebesar 65,29%. Selalu Diingat
merupakan indikator dengan indeks tertinggi, yaitu sebesar 65,94%, kemudian
INDIKATOR INDEKSBRAND LOYALTY Indeks Brand Loyalty
(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Retention 0 2 5 8 14 34 33 27 12 3 65,94 Referrals 0 3 1 9 19 31 39 25 9 2 65,22 Related Sales 1 1 4 6 25 32 33 20 14 2 64,71
Rata-rata Total 65,29
cli
Merekomendasikan sebesar 65,22% dan yang terakhir adalah beli ulang yaitu sebesar
64,71%. Dengan total indeks tersebut maka hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator
tersebut telah dapat dijadikan tolok ukur dari variabel Brand Loyalty
Pendapat dari responden yang indeks rata-ratanya tinggi ini disertai oleh jawaban
mereka atas pertanyaan terbuka yang terdapat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.31 Deskripsi Brand Loyalty
No Indikator Indeks dan Interpretasi Persepsi Responden
1 Retention 65,92 (tinggi)
• Persepsi Konsumen bilamana konsumen ingin memebeli Motor hanya teringat Motor Yamaha dari sekian merek motor yang ada dipasan
2 Referrals 65,22 (tinggi)
Persepsi Konsuemn bahwa konsumen akan merekomendasikan Motor Yamaha kepada teman, keluarga karena banyaknya manfaat yang pernah dirasakan
3 Related Sales (Repeat Buying Intention)
64,71 (tinggi)
• Persepsi Konsuemen bahwa konsumen akan selalu melakukan pembelian ulang karena banyaknya variasi yang terdapat dari motor Yamaha dan kualitas produk
Sumber : Data primer, diolah, 2009
4.3.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Angket.
clii
Uji reliabilitas merupakan uji konsistensi jawaban dari pertanyaan yang diajukan
pada responden. Suatu kumpulan pertanyaan dikatakan reliabel apabila jawaban
responden dari waktu ke waktu konsisten atau jawaban responden satu dengan yang lain
relatif stabil. Kriteria pengambilan keputusan didasarkan pada nilai Cronbach alpha, jika
lebih besar dari 0,6 maka kumpulan pertanyaan tersebut reliabel dan sebaliknya apabila
kurang dari 0,6 maka tidak reliabel (Nunnely; 1969 dalam Ghozali; 2001). Nilai Cronbach
alpha untuk 4 variabel laten dalam penelitian ini lebih besar dari 0,6 sebagaimana terjadi
dalam tabel. 4.32. Berdasarkan tabel 4.32 dibawah semua variabel bersifat reliabel, hal ini
ditunjukkan dari nilai Cronbach alpha masing-masing variabel lebih dari 0,6 sehingga
bisa disimpulkan bahwa item-item pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mengukur
masing-masing variabel, layak untuk digunakan pada analisis lebih lanjut.
Tabel 4.32 Hasil pengujian reliabilitas dan Validitas Kuesioner
cliii
No .1 Variabe
l
Reliablitas Cronbach
�
Indikator Corrected Item Total
Correlations
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Sense
Feel
Think
Act
Relate
Experiential Marketing
Customer’s Brand Loyalty
0,871 0,882 0,879 0,851 0,820 0,855 0,907
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14
X15 X16 X17
X18 X19 X20
X21 X22 X23
0,780 0,730 0,752 0,781 0,795 0,736 0,708 0,688 0,723 0,788 0,652 0,740 0,753 0,672 0,694 0,621 0,70 0,697 1,000 0,652 0,802 0,829 0,812
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
cliv
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : tabulasi data primer diolah dengan SPSS 16, 2009
4.3.3 Teknik Analisis Data dengan SEM ( Structural Equation Model)
Menurut Hair et.al., ( 1995) ada 7 langkah yang harus dilakukan bila
menggunakan SEM :
4.3.3.1 Pengembangan Model Teoritis SEM
Model teoritis dalam penelitian ini dikembangkan dengan berpijak pada telaah
teori yang kuat yang disajikan pada Bab III. Lima variabel independen adalah sense, feel ,
think, act dan relate . Sedangkan variabel dependen terdiri dari experiential marketing
dan brand loyalty
4.3.3.2. Pengembangan Diagram Alur ( Path Diagram)
clv
Dalam langkah ke-dua model teoritis yang telah dibangun pada tahap I akan
digabungkan dalam sebuah diagram alur yang akan mempermudah untuk melihat
hubungan kausalitas yang ingin diuji. Dalam diagram alur, hubungan antar konstruk akan
dinyatakan melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan hubungan kausal
yang langsung antara satu konstruk dengan yang lain. Sedangkan garis-garis lengkung
antar konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi.
Gambar 4.1 Diagram Alur / Path Diagram
Sense
X1 e1 1
1
X2 e2
1
X3 e3
1
Feel
X4 e4
X5 e5
X6 e6
1
1
1
1
X7 e7
1
Full Model
X18
e18
1
1
X19
e19
1
X20
e201
Customer’sBrandLoyalty
X21
e21
1
1 X22
e22
1X23
e23
1Z1
Z21
1
clvi
Sumber : Hasil Estimasi Amos .16, 200
4.3.3.3 Konversi Diagram Alur ke Dalam Persamaan Struktural dan
Spesifikasi Model Pengukuran
Model yang telah dinyatakan dalam diagram alur tersebut, selanjutnya dinyatakan
ke dalam persamaan struktural. Persamaan struktural ini juga telah dijelaskan pada
Bab III sebelumnya
4.3.3.4 Memilih matriks input dan estimasi model
Input data yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks kovarians
(Covariance Matrix) sedangkan teknik estimasi yang digunakan adalah Maximum
Likelihood Estimation (ML).
4.3.3.5. Mengevaluasi Problem Identifikasi
clvii
Problem identifikasi model struktural pada prinsipnya adalah problem mengenai
ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk mengestimasi model yang unik
(unique solutions) untuk setiap parameter yang diestimasi pada model. Hair et all (1995)
menyatakan bahwa problem identifikasi dapat muncul melalui :
1. Standard error untuk satu atau lebih koefisien adalah sangat besar melebihi nilai
koefisiennya sendiri.
2. Error Variance Negatif disebut dengan Heywood Cases atau positif namun
signifikan.
3. Muncul korelasi yang sensitif antar konstruk (>0,90).
4.3.3.6 Evaluasi Kriteria Goodnesss of Fit Model
Dalam penelitian ini pengujian kelayakan model mengadopsi pendekatan dua
langkah (2 step modelling) yang dipopulerkan oleh Anderson & Gerbing (1988) dimana
langkah pertama adalah mengevaluasi model pengukuran melalui Confirmatory Factor
Analysis dimana Model Pengukuran (Measurement Model) memuat hubungan antar
indikator dengan konstruk dan langkah kedua adalah mengevaluasi Full Latent Variable
Model yang memuat Model Struktural (Struktural Model) dan Model Pengukuran
Sekaligus.
Evaluasi kelayakan model pengukuran melalui Confirmatory Factor Analysis
selanjutnya disingkat (CFA) dilakukan dalam tiga tahap sebagaimana direkomendasikan
oleh Joreskog (1993) dimana; tahap pertama evaluasi model pengukuran per konstruk
clviii
secara terpisah, tahap kedua evaluasi model pengukuran untuk setiap pasang konstruk,
tahap ketiga evaluasi model pengukuran untuk seluruh konstruk secara simultan.
Secara keseluruhan tiga tahap evaluasi model pengukuran ditujukan untuk
mengeliminir adanya kesalahan spesifikasi model dan memastikan bahwa model
pengukuran benar-benar fit dengan data. Sebelum model struktural yang memuat
hubungan linear antar konstruk dievaluasi.
4.3.3.6.1 Tahap pertama Evaluasi Model Pengukuran
Sebagaimana telah diuraikan diatas tahap pertama evaluasi model pengukuran
dilakukan untuk konstruk-konstruk secara terpisah dengan maksud untuk menguji
kelayakan model, convergent validity dan reliabilitas. Kelayakan model menunjukkan
sejauh mana model pengukuran yang dispesifikasi oleh peneliti fit dengan data sedangkan
convergent validity mengacu kepada seberapa baik indikator-indikator dari sebuah
konstruk tersebut (Bagozzi et al, 1995).
Sementara reliabilitas mengukur konsistensi dari tiap indikator dalam
merepresentasikan konstruknya atau dengan kata lain sejauh mana sebuah indikator
terbebas dari kesalahan pengukuran (measurement error) (Kline,1998;Steenkamp & Van
Trijp, 1991).
4.3.3.6.1.1 Confirmatory Factor Analysis Sense
clix
Konstruk sense mempunyai tiga indikator (X1- X3) dan hasil estimasi model
pengukuran untuk promosi disajikan pada gambar 4.2 berikut ini. Sedangkan evaluasi
hubungan antar konstruk dengan indikator-indikator nya (Factor Loading) dengan kriteria
–kriteria Overall Measurement Fit Model ditampilkan dalam tabel 4.33:
Gambar 4.2 Confirmatory Factor Analysis Sense
Tabel 4.33 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement
Confirmatory Factor Analysis Sense
Indikator Factor Loading
Standard Error(SE)
t hitung (Critical Ratio)
P value
R2 ( Squared Multiple
Correlations) X1 0,84 0,705 X2 0,80 0,078 11,507 0,000 0, 632 X3 0,86 0,737
Goodness of Fit Indexxes Keputusan
sense,74
x3e3
,86
,63
x2e2,80
,70
x1e1 ,84
Chi-squares=2,337 DF=1Cmin/df=2,337GFI=,989AGFI=,933RMSEA=,099TLI=,980CFI=,993
clx
Chi Square(X2) = 2,337 P Value = 0,126 DF = 1 CMIN/DF = 2,337 RMSEA = 0,099 GFI = 0,989 AGFI = 0,933 TLI = 0,980 CFI = 0,993
Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit
*Chi tabel pada α dan df adalah 3,84 Sumber : Hasil Estimasi Amos 16, 2009
Goodness of Fit Indexes secara umum dibagi kedalam dua kelompok yaitu absolute fit
dan incremental fit indexes (Hu dan Bentler, 1995) Absolute Fit Indexes mengukur
kesesuaian antara matriks kovarians populasi (Σ) dengan matriks kovarians yang
diestimasi oleh model {Σ(Ө)}. Sedangkan Incremental Fit Indexes membandingkan
model yang dispesifikasi oleh peneliti dengan baseline atau null model. Model dimana
korelasi antar Observed Variable diasumsikan= 0.
Absolute Fit Indexes dalam penelitian ini mencakup Chi square Statistic (x2), Relative
Chiquare (CMIN/DF), RMSEA, GFI dan AGFI sedangkan Incremental Fit Indexes
mencakup CFI dan TLI.
Gambar 4.2 dan tabel 4.33 diatas menginformasikan bahwa model pengukuran
untuk konstruk sense yang dispesifikasi dalam penelitian ini secara keseluruhan konsisten
dan fit dengan data nilai Chisquare 2,337 lebih kecil dari chi tabel pada α=0,05 dan df = 1
(3,841) menunjukkan bahwa matriks kovarians sampel tidak berbeda secara signifikan
dengan matriks kovarians yang diestimasi dalam model. Nilai p value (0,126) juga jauh
lebih besar dari 0,05 atau lebih besar dari 0,1 dan 0,2 sebagaimana disarankan oleh Hair et
clxi
al (1995) untuk menunjukkan a very good fit model. Nilai RMSEA = 0,099 membuktikan
bahwa nilai nya goodfit seperti yang disarankan (Hair et al, 1995) yaitu < 0,08 dan bahwa
kesenjangan disperancy antara matriks kovarians sampel dengan matriks kovarians yang
diestimasi dalam model per derajat kebebasan (df= degree of freedom) sangat tipis. Nilai
GFI yaitu sebesar 0,989 dan AGFI sebesar 0,933 lebih besar dari 90% atau 0,90
menunjukkan bahwa lebih dari 90% matriks kovarians sampel dapat dijelaskan oleh
model.
Nilai TLI sebesar 0,980 dan CFI sebesar 0,993 lebih besar dari 0,95 menunjukkan
bahwa overall fit dari model yang dispesifikasi dalam penelitian ini 95% lebih baik
daripada null model yang diestimasi dengan menggunakan data yang sama (Null model
adalah model dimana diasumsikan korelasi antar observed variable (Kline,1998)
Langkah selanjutnya adalah menguji convergent validity. Convergent Validity diuji
terlebih dahulu sebelum reliabilitas. Karena Reliabilitas instrumen pengukuran masih
dapat diterima meskipun validitasnya rendah dengan kata lain, reliabilitas tidak menjamin
validitas (Steenkamp & Van Trijp,1991). Convergent Validity dapat dipenuhi dalam
penelitian ini karena tabel 4.33 diatas menunjukkan bahwa model pengukurann sense
telah fit dengan data. Hubungan antara indikator indikator (X1- X4) dengan konstruk sense
erat (factor loading > 0,50) dan signifikan pada taraf signifikansi 5% (C.R + 2, ; p value <
0,05) (Steenkamp& Van Trijp,1991)
Langkah berikutnya adalah menguji reliabilitas. Reliabilitas indikator dicerminkan
dari Squared Multiple Correlations (R2), dimana ambang batas yang digunakan adalah >
0,40. R2 menunjukkan proporsi varians setiap indikator yang dapat dijelaskan oleh
clxii
underlying constructnya dimana semakin besar R2 maka semakin tinggi reliabilitas
indikator (Bagozzi dan Boumgartner, 1994). Dalam kasus ini yang paling relevan adalah
X3 karena nilainya yang paling tinggi yaitu 0,737 Tabel 4.33 diatas kolom R2
menginformasikan bahwa masing-masing indikator sense (X1- X3) memiliki reliabilitas
yang tinggi.
Sedangkan pengukuran reliabilitas untuk seluruh indikator secara bersama-sama
dari sebuah konstruk diukur melalui construct reliability dan Variance Extracted dengan
menggunakan rumus dibawah ini ( Hair et al,1995)
Construct Reliability = (Σ Standart Loading) 2
(Σ Standart Loading) 2+ Σεj
Keterangan :
Standardized loading diperoleh dari standardized regrssion weight untuk tiap
indikator sebagaimana diestimasikan dalam Amos 16.
Σεj adalah Measurement error dari tiap indikator measurement error diperoleh
dari 1-reliabilitas indikator indikator dimana reliabilitas indikator adalah
standardized regrssion weight.
Ambang batas untuk composite reliability adalah ≥0,78
Variance Extracted (AVE= Average Variance Extracted) merupakan pendukung
composite reliability yang menunjukkan proporsi varians seluruh indikator yang dapat
dijelaskan oleh konstruk jika dibandingkan proporsi varians yang disebabkan oleh
kesalahan pengukuran atau measurement error (Hair et al,1995; Steenkamp dan Van
Trijp, 1991). Variance Extracted kurang dari 0,509 menunjukkan bahwa lebih dari
clxiii
separuh proporsi varians seluruh indikator disebabkan oleh measurement error bukan
oleh underlying constructnya.
Rumus perhitungan variance extracted tidak berbeda jauh dengan rumus untuk
construct reliability, sebagai berikut (Hair et al,1995).
Variance Extrached = Σ Standart Loading 2
Σ Standart Loading 2+ Σεj
Hasil perhitungan Construct Reliability dan Variance Extracted menggunakan dua rumus
diatas dirangkum dalam tabel 4.34 dibawah ini.
Tabel 4.34 Construct Reliability dan Variance Extracted
INDIKATOR
LOADING
LOADING2 ERROR
1-ERROR
(S LOADING)2
CONS-
RELIABEL.
VAR.EXT
Sense x1 0,84 0,7056 0,7000 0,30 6,2500 0,8705 0,6900 x2 0,8 0,64 0,6300 0,37
x3 0,86 0,7396 0,7400 0,26 Jumlah 2,50 2,09 2,0700 0,93
Sumber : Data diolah, 2009
Pada prinsipnya pengukuran Construct Reliability untuk menilai tingkat reliabilitas
yang dapat diterima adalah 0,70 (Hair et al,1995) dan dalam kasus ini reliabilitasnya
adalah 0,8705 variance extracted nya menunjukkan jumlah varians dari indikator-
indikator yang diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai Variance extracy
yang direkomendasikan adalah > 0,50 (Hair et all,1995) dan pada kasus ini nilai nya lebih
dari 0,50 yaitu 0,69
clxiv
4.3.3.6.1.2 Confirmatory Factor Analysis Feel
Konstruk feel mempunyai tiga indikator (X4- X6) dan hasil estimasi model
pengukuran untuk feel disajikan pada gambar 4.3 berikut ini. Sedangkan evaluasi
hubungan antar konstruk dengan indikator-indikator nya (Factor Loading) dengan kriteria
–kriteria Overall Measurement Fit Model ditampilkan dalam tabel 4.35
Gambar 4.3 Confirmatory Factor Analysis Feel
Tabel 4.35 Evaluasi Factor Loading dan
Overall Measurement Confirmatory Factor Analysis Feel
feel,64
x6e6
,80
,78x5e5
,88
,73x4e4 ,85
chis-squares=,168 Probabilitas=,682 DF=1RMSEA=,000CMIN/DF=,168GFI=,999AGFI=,995
clxv
Indikator Factor
Loading Standard Error(SE)
t hitung (Critical Ratio)
P value
R2 ( Squared Multiple
Correlations) X4 0,85 - - - 0,729 X5 0,88 0,078 13,193 0,00 0,641 X6 0,80 - - - 0,781
Goodness of Fit Indexxes Keputusan Chi Square(X2) = 0,168 P Value = 0,682 DF = 1 CMIN/DF = 0,168 RMSEA = 0,000 GFI = 0,999 AGFI = 0,995
Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit
*Chi tabel pada α 0,05 dan df 1 adalah 3,84 Sumber : Hasil Estimasi Amos 16, 2009
Gambar 4.3 dan tabel 4.35 diatas menunjukkan Goodness of Fit Indexes (absolute fit
dan incremental fit indexes) yang memenuhi ambang batas minimal. Lebih jauh
Convergent Validity dapat dipenuhi dalam penelitian ini karena tabel 4.35 diatas
menunjukkan bahwa model pengukuran feel telah fit dengan data.
Hubungan antara indikator indikator (X4- X6) dengan konstruk feel erat (Factor
Loading > 0,50) dan signifikan pada taraf signifikansi 5% (C.R + 2, ; p value < 0,05)
(Steenkamp& Van Trijp,1991).
Disamping itu Anderson dan Gerbing menambahkan bahwa bukti adanya Convergent
Validity dapat dilihat dari perbandingan antara standardized loading dengan standard
errornya (SE) dimana 2 x standard errornya masih lebih kecil dari standardized loading.
Tabel 4.35 diatas menginformasikan apabila nilai SE untuk masing-masing indikator
clxvi
dikali 2 maka hasilnya masih lebih kecil daripada nilai standardized loadingnya. Hal ini
memperkuat adanya convergent validity.
Kolom Squared Multiple Correlations (R2) menunjukkan bahwa lebih dari 40%
varians masing – masing indikator dapat dijelaskan oleh konstruk atribut produk. Dimana
semakin besar R2 maka semakin tingggi reliabilitas indikator (Bagozzi&
Boumgartner,1994). Tabel 4.35 diatas kolom R2 menginformasikan yang paling reliabel
adalah X6 sebesar 0,781 dan masing-masing indikator atribut produk (X4- X6) memiliki
reliabilitas yang tinggi.
Sedangkan pengukuran reliabilitas untuk seluruh indikator secara bersama-sama
dari sebuah konstruk diukur melalui Construct Reliability dan Variance Extracted. Hasil
perhitungan Construct Reliability dan Variance Extracted dirangkum dalam tabel 4.36
dibawah ini:
Tabel 4.36 Construct Reliability dan Variance Extracted
INDIKATOR
LOADING
LOADING2 ERROR
1-ERROR
(S LOADING)
2 CONS-
RELIABEL. VAR.EXT Feel
x4 0,85 0,7225 0,73 0,27 6,4009 0,855587 0,63986
7 x5 0,88 0,7744 0,78 0,22 x6 0,8 0,64 0,4096 0,5904
Jumlah 2,53 2,1369 1,9196 1,0804
Pada prinsipnya pengukuran Construct Reliability untuk menilai tingkat reliabilitas
yang dapat diterima adalah 0,70 (Hair et al,1995) dan dalam kasus ini reliabilitasnya
adalah 0,86. Variance extracted nya menunjukkan jumlah varians dari indikator-
clxvii
indikator yang diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai Variance extracy
yang direkomendasikan adalah > 0,50 (Hair et all,1995) dan pada kasus ini nilai nya lebih
dari 0,50 yaitu 0,63
4.3.3.6.3 Confirmatory Factor Analysis Think
Konstruk think mempunyai tujuh indikator (X7- X11 ) dan hasil estimasi model
pengukuran untuk think disajikan pada gambar 4.4 berikut ini. Sedangkan evaluasi
hubungan antar konstruk dengan indikator-indikator nya (Factor Loading) dengan kriteria
–kriteria Overall Measurement Fit Model ditampilkan dalam tabel 4.37:
Gambar 4.4 Confirmatory Factor Analysis Think
Sumber : Hasil Estimasi Amos .16,2009
think
,57x11e11
,76,76
x10e10
,87,57
x9e9,76
,52x8e8 ,72
,55
x7e7,74
chis-squares=42,846Probabilitas=,000DF=5RMSEA=,235CMIN/DF=8,569GFI=,872AGFI=,616TLI=,794CFI=,897
clxviii
Tabel 4.37 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement Confirmatory Factor Analysis Think
Indikator Factor Loading
Standard Error(SE)
t hitung (Critical Ratio)
P value
R2 ( Squared Multiple Correlations)
X7 0,74 0,158 7,509 0,000 0,547 X8 0,72 0,139 7,309 0,000 0,517 X9 0,76 0,125 7,845 0,000 0,575 X10 0,88 0,123 10,740 0,000 0,763 X11* 0,76 - - - 0,571
Goodness of Fit Indexxes Keputusan Chi Square(X2) = 42,846 P Value = 0,000 DF = 5 CMIN/DF = 8,569 RMSEA = 0,235 GFI = 0,872 AGFI = 0,616 TLI = 0,794 CFI = 0,897
Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit
*Chi tabel pada α dan df adalah 11,0705 * X merupakan Reference indikator dimana nilainya difixed 1 sehingga tidak diestimasi Sumber : Hasil Estimasi Amos 16, 2009
Gambar 4.4 dan tabel 4.37 diatas menunjukkan Goodness of Fit Indexes (absolute
fit dan incremental fit indexes) yang memenuhi ambang batas minimal. Lebih jauh
convergent validity dapat dipenuhi dalam penelitian ini karena tabel 4.37 diatas
menunjukkan bahwa model pengukuran konstruk Think telah fit dengan data. Hubungan
antara indikator indikator (X7- X11) dengan konstruk think erat (Factor Loading > 0,50)
clxix
dan signifikan pada taraf signifikansi 5% (C.R + 2, ; p value < 0,05) (Steenkamp& Van
Trijp,1991)
Disamping itu Anderson dan Gerbing menambahkan bahwa bukti adanya Convergent
Validity dapat dilihat dari perbandingan antara standardized loading dengan standard
errornya (SE) dimana 2 x standard errornya masih lebih kecil dari standardized loading.
Tabel 4.37 diatas menginformasikan apabila nilai SE untuk masing-masing indikator
dikali 2 maka hasilnya masih lebih kecil daripada nilai standardized loadingnya. Hal ini
memperkuat adanya convergent validity.
Kolom Squared Multiple Correlations (R2) menunjukkan bahwa lebih dari 40%
varians masing – masing indikator dapat dijelaskan oleh konstruk think. Dimana semakin
besar R2 maka semakin tinggi reliabilitas indikator (Bagozzi dan Boumgartner,1994).
Tabel 4.37 diatas kolom R2 menginformasikan yang paling reliabel adalah X10 sebesar
0,763 dan masing-masing indikator think (X7- X11) memiliki reliabilitas yang tinggi.
Sedangkan pengukuran reliabilitas untuk seluruh indikator secara bersama-sama dari
sebuah konstruk diukur melalui construct reliability dan variance extracted. Hasil
perhitungan Construct Reliability dan Variance Extracted tabel 4.38 dibawah ini:
Tabel 4.38 Construct Reliability dan Variance Extracted Think
INDIKATOR
LOADING
LOADING2 ERROR
1-ERROR
(S LOADING)2
CONS-RELIABEL.
VAR.EXT
Think x7 0,74 0,5476 0,55 0,45 14,8996 0,880092 0,594 x8 0,72 0,5184 0,52 0,48 x9 0,76 0,5776 0,57 0,43
clxx
x10 0,88 0,7744 0,76 0,24 x11 0,76 0,5776 0,57 0,43 Jumlah 3,86 2,9956 2,97 2,03
Pada prinsipnya pengukuran Construct Reliability untuk menilai tingkat
reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70 (Hair et al,1995) dan dalam kasus ini
reliabilitasnya adalah 0,88 variance extracted nya menunjukkan jumlah varians dari
indikator-indikator yang diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai
Variance extracy yang direkomendasikan adalah > 0,50 (Hair et all,1995) dan pada kasus
ini nilai nya lebih dari 0,50 yaitu 0,59.
4.3.3.6.4 Confirmatory Factor Analysis Act
Konstruk act mempunyai tiga indikator (X12- X14) dan hasil estimasi model
pengukuran untuk act disajikan pada gambar 4.5 berikut ini. Sedangkan evaluasi
hubungan antar konstruk dengan indikator-indikator nya (Factor Loading) dengan kriteria
–kriteria Overall Measurement Fit Model ditampilkan dalam tabel 4.39.
Gambar 4.5 Confirmatory Factor Analysis Act
Tabel 4.39 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement
act,61
x14e14
,78
,75x13e13
,86
,63x12e12 ,79
chis-squares=3,840Probabilitas=,050DF=1RMSEA=,144CMIN/DF=3,840GFI=,982AGFI=,891TLI=,953CFI=,984
clxxi
Confirmatory Factor Analysis Act Indikator Factor
Loading Standard Error(SE)
t hitung (Critical Ratio)
P value
R2( Squared Multiple Correlations)
X12 0,79 - - - 0,626 X13 0,86 0,095 10,902 0,000 0,746
X14 0,81 - - - 0,607 Goodness of Fit Indexxes Keputusan
Chi Square(X2) = 3,840 P Value = 0,05 DF = 1 CMIN/DF = 0,05 RMSEA = 0,144 GFI = 0,982 AGFI = 0,891 TLI = 0,953 CFI = 0,984
Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit
*Chi tabel pada α dan df adalah 5,991 Sumber : Hasil Estimasi Amos 16,2009
Gambar 4.5 dan tabel 4.39 diatas menunjukkan Goodness of Fit Indexes (absolute
fit dan incremental fit indexes) yang memenuhi ambang batas minimal. Lebih jauh
convergent validity dapat dipenuhi dalam penelitian ini karena tabel 4.39 diatas
menunjukkan bahwa model pengukuran konstruk act telah fit dengan data. Hubungan
antara indikator indikator (X12 - X14) dengan konstruk act erat (Factor Loading > 0,50)
dan signifikan pada taraf signifikansi 5% (C.R + 2, ; p value < 0,05) (Steenkamp& Van
Trijp,1991)
Disamping itu Anderson dan Gerbing menambahkan bahwa bukti adanya convergent
validity dapat dilihat dari perbandingan antara standardized loading dengan standard
errornya (SE) dimana 2 x standard errornya masih lebih kecil dari standardized loading.
Tabel 4.39 diatas menginformasikan apabila nilai SE untuk masing-masing indikator
clxxii
dikali 2 maka hasilnya masih lebih kecil daripada nilai standardized loadingnya. Hal ini
memperkuat adanya convergent validity.
Kolom Squared Multiple Correlations (R2) menunjukkan bahwa lebih dari 40%
varians masing – masing indikator dapat dijelaskan oleh konstruk act Dimana semakin
besar R2 maka semakin tinggi reliabilitas indikator (Bagozzi dan Boumgartner,1994).
Tabel 4.16 diatas kolom R2 menginformasikan yang paling reliabel adalah X13 sebesar
0,746 dan masing-masing indikator act (X12 X14) memiliki reliabilitas yang tinggi.
Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted dirangkum dalam
tabel 4.40 dibawah ini .
Tabel 4.40 Construct Reliability dan Variance Extracted
INDIKATOR
LOADING
LOADING2 ERROR
1-ERROR
(S LOADING)2
CONS-RELIABEL. VAR.EXT
Act
x12 0,79
0,6241 0,63 0,37 6,0516 0,856973 0,66333
3 x13 0,86 0,7396 0,75 0,25 x14 0,81 0,6561 0,61 0,39 Jumlah 2,46 2,0198 1,99 1,01
Pada prinsipnya pengukuran construct reliability untuk menilai tingkat
reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70 (Hair et al,1995) dan dalam kasus ini
reliabilitasnya adalah 0,86 variance extracted nya menunjukkan jumlah varians dari
clxxiii
indikator-indikator yang diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai
variance extracy yang direkomendasikan adalah > 0,50 (Hair et all,1995) dan pada kasus
ini nilai nya lebih dari 0,50 yaitu 0,67
4.3.3.6.5 Confirmatory Factor Analysis Relate
Konstruk relate mempunyai tiga indikator (X15- X17) dan hasil estimasi model
pengukuran untuk relate disajikan pada gambar 4.6 berikut ini. Sedangkan evaluasi
hubungan antar konstruk dengan indikator-indikator nya (Factor Loading) dengan kriteria
–kriteria Overall Measurement Fit Model ditampilkan dalam tabel 4.41
Gambar 4.6 Confirmatory Factor Analysis Relate
Tabel 4.41 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement Confirmatory Factor Analysis Relate
relate,67x17e17
,82,49
x16e16 ,70
,67x15e15 ,82
chis-squares=,065Probabilitas=,799DF=1RMSEA=,000CMIN/DF=,065GFI=1,000AGFI=,998
clxxiv
Indikator Factor Loading
Standard Error(SE)
t hitung (Critical Ratio)
P value R2( Squared Multiple
Correlations) X15 0,82 0,109 9,355 0,000 0,669
X16 0,70 - - - 0,492 X17 0,82 - - - 0,672
Goodness of Fit Indexxes Keputusan Chi Square(X2) = 0,065 P Value = 0,799 DF = 1 CMIN/DF = 0,065 RMSEA = 0,000 GFI = 1,000 AGFI = 0,998
Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit
*Chi tabel pada α dan df adalah 5,991 Sumber : Hasil Estimasi Amos 16, 2009
Gambar 4.6 dan tabel 4.41 diatas menunjukkan Goodness of Fit Indexes (absolute
fit dan incremental fit indexes) yang memenuhi ambang batas minimal. Lebih jauh
convergent validity dapat dipenuhi dalam penelitian ini karena tabel 4.41 diatas
menunjukkan bahwa model pengukuran konstruk relate telah fit dengan data. Hubungan
antara indikator indikator (X15 - X17) dengan konstruk relate erat (Factor Loading > 0,50)
dan signifikan pada taraf signifikansi 5% (C.R + 2, ; p value < 0,05) (Steenkamp& Van
Trijp,1991)
Disamping itu Anderson dan Gerbing menambahkan bahwa bukti adanya convergent
validity dapat dilihat dari perbandingan antara standardized loading dengan standard
errornya (SE) dimana 2 x standard errornya masih lebih kecil dari standardized loading.
Tabel 4.41 diatas menginformasikan apabila nilai SE untuk masing-masing indikator
dikali 2 maka hasilnya masih lebih kecil daripada nilai standardized loadingnya. Hal ini
memperkuat adanya convergent validity.
clxxv
Kolom Squared Multiple Correlations (R2) menunjukkan bahwa lebih dari 40%
varians masing – masing indikator dapat dijelaskan oleh konstruk relate Dimana semakin
besar R2 maka semakin tinggi reliabilitas indikator (Bagozzi dan Boumgartner,1994).
Tabel 4.41 diatas kolom R2 menginformasikan yang paling reliabel adalah X17 sebesar
0,672 dan masing-masing indikator relate (X15 X17) memiliki reliabilitas yang tinggi.
Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted dirangkum dalam
tabel 4.42 dibawah ini
Tabel 4.42 Construct Reliability dan Variance Extracted Relate
INDIKATOR LOADING LOADING2 ERROR 1-
ERROR (S
LOADING)2 RELIABEL. VAR.EXT Relate
x15 0,82 0,6724 0,67 0,33 5,4756 0,85083 0,68 x16 0,7 0,49 0,7 0,3 x17 0,82 0,6724 0,67 0,33
Jumlah 2,34 1,8348 2,04 0,96
Pada prinsipnya pengukuran construct reliability untuk menilai tingkat
reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70 (Hair et al,1995) dan dalam kasus ini
reliabilitasnya adalah 0,85 variance extracted nya menunjukkan jumlah varians dari
indikator-indikator yang diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai
variance extracy yang direkomendasikan adalah > 0,50 (Hair et all,1995) dan pada kasus
ini nilai nya lebih dari 0,50 yaitu 0,68
4.3.3.6.1.6 Confirmatory Factor Analysis Experiential Marketing
clxxvi
Konstruk Experiential Marketing mempunyai tiga indikator (X18- X20) dan hasil
estimasi model pengukuran untuk Experiential Marketing disajikan pada gambar 4.7
berikut ini. Sedangkan evaluasi hubungan antar konstruk dengan indikator-indikator nya
(Factor Loading) dengan kriteria –kriteria Overall Measurement Fit Model ditampilkan
dalam tabel 4.43
Gambar 4.7 Confirmatory Factor Analysis Experiential Marketing
Sumber : Hasil Estimasi Amos 16, 2009
Tabel 4.43 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement
Confirmatory Factor Analysis Relate
experiential marketing,64
x20e20
,80
,71x19e19
,85
,64x18e18 ,80
chis-squares=1,414DF=1Probabilitas=,234RMSEA=,055CMIN1=1,414GFI=,993AGFI=,959TLI=,993CFI=,998
clxxvii
Indikator
Factor Loadin
g
Standard Error(SE)
t hitung (Critical Ratio)
P value R2 ( Squared Multiple Correlations)
X18 0,80 - - - 0,636 X19 0,85 0,093 11,055 0,000 0,715
X20 0,80 - - - 0,639 Goodness of Fit Indexxes Keputusan
Chi Square(X2) = 1,414 P Value = 0,234 DF = 1 CMIN/DF = 1,414 RMSEA = 0,055 GFI = 0,993 AGFI = 0,959 TLI = 0,993 CFI = 0,998
Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit
*Chi tabel pada α dan df adalah 5,991 Sumber : Hasil Estimasi Amos 16, 2009
Gambar 4.7 dan tabel 4.43 diatas menunjukkan Goodness of Fit Indexes (absolute
fit dan incremental fit indexes) yang memenuhi ambang batas minimal. Lebih jauh
convergent validity dapat dipenuhi dalam penelitian ini karena tabel 4.43 diatas
menunjukkan bahwa model pengukuran konstruk experiential marketing telah fit dengan
data. Hubungan antara indikator indikator (X18 – X20) dengan konstruk experiential
marketing erat (Factor Loading > 0,50) dan signifikan pada taraf signifikansi 5% (C.R +
2, ; p value < 0,05) (Steenkamp& Van Trijp,1991)
Disamping itu Anderson dan Gerbing menambahkan bahwa bukti adanya convergent
validity dapat dilihat dari perbandingan antara standardized loading dengan standard
errornya (SE) dimana 2 x standard errornya masih lebih kecil dari standardized loading.
Tabel 4.43 diatas menginformasikan apabila nilai SE untuk masing-masing indikator
clxxviii
dikali 2 maka hasilnya masih lebih kecil daripada nilai standardized loadingnya. Hal ini
memperkuat adanya convergent validity.
Kolom Squared Multiple Correlations (R2) menunjukkan bahwa lebih dari 40%
varians masing – masing indikator dapat dijelaskan oleh konstruk keputusan pembelian
Dimana semakin besar R2 maka semakin tinggi reliabilitas indikator (Bagozzi dan
Boumgartner,1994). Tabel 4.16 diatas kolom R2 menginformasikan yang paling reliabel
adalah X19 sebesar 0,715 dan masing-masing indikator keputusan pembelian (X18 X20)
memiliki reliabilitas yang tinggi.
Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted dirangkum dalam
tabel 4.44 dibawah ini
Tabel 4.44 Construct Reliability dan Variance Extracted Experiential Marketing
INDIKATOR
LOADING
LOADING2 ERROR
1-ERROR
(S LOADING)2
CONS-RELIABEL. VAR.EXT
Experienial Marketing
x18 0,8
0,64 0,64 0,36 6,0025 0,855971 0,66333
3 x19 0,85 0,7225 0,71 0,29 x20 0,8 0,64 0,64 0,36 Jumlah 2,45 2,0025 1,99 1,01
Pada prinsipnya pengukuran construct reliability untuk menilai tingkat
reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70 (Hair et al,1995) dan dalam kasus ini
reliabilitasnya adalah 0,86 variance extracted nya menunjukkan jumlah varians dari
indikator-indikator yang diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai
clxxix
variance extracy yang direkomendasikan adalah > 0,50 (Hair et all,1995) dan pada kasus
ini nilai nya lebih dari 0,50 yaitu 0,67
4.3.3.6.1.7 Confirmatory Factor Analysis Customer’s Brand Loyalty
Konstruk brand loyalty mempunyai tiga indikator (X21- X23) dan hasil estimasi
model pengukuran untuk brand loyalty disajikan pada gambar 4.8 berikut ini. Sedangkan
evaluasi hubungan antar konstruk dengan indikator-indikator nya (Factor Loading)
dengan kriteria –kriteria Overall Measurement Fit Model ditampilkan dalam tabel 4.45
Gambar 4.8 Confirmatory Factor Analysis Brand Loyalty
Tabel 4.45
Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement Confirmatory Factor Analysis Customer’s Brand Loyalty
Indikator Factor
Loading Standard Error(SE)
t hitung (Critical Ratio)
P value
R2( Squared Multiple Correlations)
X21 0,86 - - - 0,737 X22 0,90 0,063 15,484 0,000 0,803
X23 0,87 - - - 0,757 Goodness of Fit Indexxes Keputusan
Brand Loyalty,76
x23e23
,87
,80x22e22
,90
,74x21e21 ,86
Chis-Squares=,018Probabilitas=,892DF=1RMSEA=,000CMIN/DF=,018GFI=1,000AGFI=,999
clxxx
Chi Square(X2) = 0,018 P Value = 0,892 DF = 1 CMIN/DF = 0,018 RMSEA = 0,000 GFI = 1,000 AGFI = 0,999
Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit
*Chi tabel pada α dan df adalah 5,991 Sumber : Hasil Estimasi Amos 16, 2009
Gambar 4.8 dan tabel 4.45 diatas menunjukkan Goodness of Fit Indexes (absolute
fit dan incremental fit indexes) yang memenuhi ambang batas minimal. Lebih jauh
convergent validity dapat dipenuhi dalam penelitian ini karena tabel 4.45 diatas
menunjukkan bahwa model pengukuran konstruk Customer’s Brand Loyalty telah fit
dengan data. Hubungan antara indikator indikator (X18 – X20) dengan konstruk brand
loyalty erat (Factor Loading > 0,50) dan signifikan pada taraf signifikansi 5% (C.R + 2, ;
p value < 0,05) (Steenkamp& Van Trijp,1991)
Disamping itu Anderson dan Gerbing menambahkan bahwa bukti adanya convergent
validity dapat dilihat dari perbandingan antara standardized loading dengan standard
errornya (SE) dimana 2 x standard errornya masih lebih kecil dari standardized loading.
Tabel 4.16 diatas menginformasikan apabila nilai SE untuk masing-masing indikator
dikali 2 maka hasilnya masih lebih kecil daripada nilai standardized loadingnya. Hal ini
memperkuat adanya convergent validity.
Kolom Squared Multiple Correlations (R2) menunjukkan bahwa lebih dari 40%
varians masing – masing indikator dapat dijelaskan oleh konstruk keputusan pembelian
Dimana semakin besar R2 maka semakin tinggi reliabilitas indikator (Bagozzi dan
clxxxi
Boumgartner,1994). Tabel 4.45 diatas kolom R2 menginformasikan yang paling reliabel
adalah X22 sebesar 0,803 dan masing-masing indikator Customer’s Brand Loyalty (X21
X23) memiliki reliabilitas yang tinggi Hasil perhitungan construct reliability dan variance
extracted dirangkum dalam tabel 4.46 dibawah ini
Tabel 4.46 Construct Reliability dan Variance Extracted Customer’s Brand Loyalty
INDIKATOR LOADIN
G LOADING
2 ERRO
R 1-
ERROR (S
LOADING)2 RELIABEL
. VAR.EXT Brand Loyalty
x21 0,86
0,7396 0,74 0,26 6,9169 0,908099 0,76666
7 x22 0,9 0,81 0,8 0,2 x23 0,87 0,7569 0,76 0,24
Jumlah 2,63 2,3065 2,3 0,7
Pada prinsipnya pengukuran construct reliability untuk menilai tingkat
reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70 (Hair et al,1995) dan dalam kasus ini
reliabilitasnya adalah 0,91 variance extracted nya menunjukkan jumlah varians dari
indikator-indikator yang diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai
variance extracy yang direkomendasikan adalah > 0,50 (Hair et all,1995) dan pada kasus
ini nilai nya lebih dari 0,50 yaitu 0,77
4.3.3.6.2 Tahap kedua Evaluasi Model Pengukuran
clxxxii
Setelah model pengukuran untuk masing-masing konstruk secara terpisah
dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa masing-masing konstruk telah fit dengan
data dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya maka dilanjutkan dengan tahap kedua
yaitu tahap evaluasi - evaluasi model pengukuran dilakukan untuk pasang konstruk.
Dalam tahap ini dilakukan secara terpisah untuk konstruk eksogen (sense, feel, think, act
dan relate) dan konstruk endogen (experiential marketing dan brand loyalty).
4.3.3.6.2.1 Analisis Confirmatory Factor Analysis eksogen
Gambar 4.9 Confirmatory Factor Analysis Eksogen
Sense
,75
X1e1
,87
,62
X2e2
,79
,71
X3e3
,84
Feel
,76
X4e4
,73
X5e5
,66
X6e6
,87
,85
,81 ,66
,66
Confirmatory Eksogen
,73
,70
,76
,62 ,69
,55
clxxxiii
Tabel 4.47 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement
Model Fit Konstruk Eksogen
Indikator Factor Loadin
g
Standard Error(SE)
t hitung (Critical Ratio)
P value
R2( Squared Multiple Correlations)
X1 0,87 0,755 X2 0,79 0,078 10,737 0,000 0,620 X3 0,84 0,078 11,388 0,000 0,708 X4 0,87 0,760 X5 0,85 0,075 12,849 0,000 0,727 X6 0,81 0,085 11,495 0,000 0,660 X7 0,74 0,000 0,548 X8 0,72 0,101 8,423 0,000 0,511 X9 0,78 0,093 9,151 0,000 0,606 X10 0,86 0,113 9,775 0,000 0,744
X11 0,75 0,100 8,404 0,000 0,568 X12 0,84 0,708 X13 0,85 0,082 11,117 0,000 0,725 X14 0,74 0,087 9,348 0,000 0,550 X15 0,83 0,687 X16 0,69 0,115 8,281 0,000 0,479
clxxxiv
X17 0,81 0,097 9,919 0,000 0,662
Goodness Fit Indexes
Cut of Value Hasil Estimasi Keputusan
X2 Chi Square <133,5788 133,614 Good Fit
Significancy Probability
≥0,05 0,055 Good Fit
RMSEA ≤0,08 0,041 Good Fit DF GFI ≥0,90 0,897 Good Fit
AGFI ≥0,90 0,855 Good Fit CMIN/DF (x²/df) ≤2,00 1,226 Good Fit
TLI ≥0,95 0,979 Good Fit CFI ≥0,95 0,983 Good Fit
Sumber : Estimasi AMOS 16, 2009
Gambar 4.9 dan tabel 4.47 diatas menunjukkan Goodness of Fit Indexes (absolute
fit dan incremental fit indexes) yang memenuhi ambang batas minimal. Lebih jauh
Convergent Validity dapat dipenuhi dalam penelitian ini karena tabel 4.47 diatas
menunjukkan bahwa model pengukuran konstruk eksogen telah fit dengan data.
Hubungan antara indikator indikator (X1- X17) dengan konstruk eksogen erat
(Factor Loading > 0,50) dan signifikan pada taraf signifikansi 5% (C.R + 2, ; p value <
0,05) (Steenkamp dan Van Trijp, 1991). Disamping itu Anderson dan Gerbing
menambahkan bahwa bukti adanya convergent validity dapat dilihat dari perbandingan
antara standardized loading dengan standard errornya (SE) dimana 2 x standard
errornya masih lebih kecil dari standardized loading. Tabel 4.47 diatas
menginformasikan apabila nilai SE untuk masing-masing indikator dikali 2 maka
hasilnya masih lebih kecil daripada nilai standardized loadingnya. Hal ini memperkuat
adanya convergent validity.
clxxxv
Kolom Squared Multiple Correlations (R2) menunjukkan bahwa lebih dari 40%
varians masing – masing indikator dapat dijelaskan oleh konstruk eksogen Dimana
semakin besar R2 maka semakin tinggi reliabilitas indikator (Bagozzi dan
Boumgartner,1994). Tabel 4.47 diatas kolom R2 menginformasikan yang paling reliabel
adalah X4 sebesar 0,760 dan masing-masing indikator konstruk eksogen (X1- X17)
memiliki reliabilitas yang tinggi.
Sedangkan pengukuran reliabilitas untuk seluruh indikator secara bersama-sama
dari sebuah konstruk diukur melalui construct reliability dan variance Extracted pada
tabel 4.48
Tabel 4.48
INDIKATOR LOADING LOADING2 ERROR 1-
ERROR (S
LOADING)2 CONS-
RELIABEL. VAR.EXT x1 0,87 0,7569 0,7500 0,25 185,7769 0,9440 0,6488 x2 0,79 0,6241 0,6200 0,38 x3 0,84 0,7056 0,7100 0,29 x4 0,87 0,7569 0,76 0,24 x5 0,85 0,7225 0,73 0,27 x6 0,81 0,6561 0,66 0,34 x7 0,74 0,5476 0,55 0,45 x8 0,71 0,5041 0,51 0,49 x9 0,78 0,6084 0,61 0,39
clxxxvi
Construct Reliability dan Variance Extracted Konstruk Eksogen
Construct Reliability untuk menilai tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah
0,70 (Hair et al,1995) dan dalam kasus ini reliabilitasnya adalah sebesar 0,94 Variance
extracted nya menunjukkan jumlah varians dari indikator-indikator yang diekstrasi oleh
konstruk laten yang dikembangkan. Nilai variance extracy yang direkomendasikan
adalah > 0,50 (Hair et all, 1995) dan pada kasus ini nilai nya lebih dari 0,50 yaitu
sebesar 0,65
4.3.3.6.2.2 Confirmatory Factor Analysis endogen
Gambar 4.10 Confirmatory Factor Analysis Endogen
x10 0,86 0,7396 0,74 0,26 x11 0,75 0,5625 0,57 0,43 x12 0,84 0,7056 0,71 0,29 x13 0,85 0,7225 0,73 0,27 x14 0,74 0,5476 0,55 0,45 x15 0,83 0,6889 0,69 0,31 x16 0,69 0,4761 0,48 0,52 x17 0,81 0,6561 0,66 0,34
Jumlah 13,63 10,9811 11,0300 5,97
Confirmatory Endogen
ExperientialMarketing
,72X18
e18
,85
,68X19
e19
,82
,60X20
e20
,77
Customer’sBrandLoyalty
87 87
,72
clxxxvii
Tabel 4.49 Evaluasi Factor Loading dan Overall Measurement
Confirmatory Factor Analysis Endogen
Indikator Factor Loadin
g
Standard Error(SE)
t hitung (Critical Ratio)
P value R2( Squared Multiple Correlations)
X18 0,85 - - - 0,717 X19 0,82 0,088 10,460 0,000 0,679 X20 0,78 0,089 9,617 0,000 0,595 X21 0,87 - - - 0,754 X22 0,89 0,071 13,441 0,000 0,789 X23 0,87 0,076 12,983 0,000 0,754 Goodness Fit
Indexes Cut of Value Hasil Estimasi Keputusan
X2 Chi Square <15,5731 15,342 Good Fit
Significancy Probability
≥0,05 0,053 Good Fit
RMSEA ≤0,08 0,082 Good Fit GFI ≥0,90 0,963 Good Fit
AGFI ≥0,90 0,903 Good Fit CMIN/DF (x²/df) ≤2,00 1,918 Good Fit
TLI ≥0,95 0,974 Good Fit CFI ≥0,95 0,986 Good Fit
Gambar 4.10 dan tabel 4.49 diatas menunjukkan Goodness of Fit Indexes
(absolute fit dan incremental fit indexes) yang memenuhi ambang batas minimal. Lebih
clxxxviii
jauh Convergent Validity dapat dipenuhi dalam penelitian ini karena tabel 4.20 diatas
menunjukkan bahwa model pengukuran konstruk endogen telah fit dengan data.
Hubungan antara indikator indikator (X18- X23) dengan konstruk endogen erat (Factor
Loading > 0,50) dan signifikan pada taraf signifikansi 5% (C.R + 2, ; p value < 0,05)
(Steenkamp dan Van Trijp, 1991).
Disamping itu Anderson dan Gerbing menambahkan bahwa bukti adanya Convergent
Validity dapat dilihat dari perbandingan antara standardized loading dengan standard
errornya (SE) dimana 2 x standard errornya masih lebih kecil dari standardized loading.
Tabel 4.49 diatas menginformasikan apabila nilai SE untuk masing-masing indikator
dikali 2 maka hasilnya masih lebih kecil daripada nilai standardized loadingnya. Hal ini
memperkuat adanya convergent validity.
Kolom Squared Multiple Correlations (R2) menunjukkan bahwa lebih dari 40%
varians masing – masing indikator dapat dijelaskan oleh konstruk keputusan pembelian
Dimana semakin besar R2 maka semakin tinggi reliabilitas indikator (Bagozzi dan
Boumgartner, 1994). Tabel 4.20 diatas kolom R2 menginformasikan yang paling reliabel
adalah X22 sebesar 0,789 dan masing-masing indikator konstruk endogen (X18 – X23)
memiliki reliabilitas yang tinggi.
Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted untuk konstruk
endogen dirangkum dalam tabel 4.50 dibawah ini .
Tabel 4.50 Construct Reliability dan Variance Extracted Konstruk Endogen
clxxxix
INDIKATOR
LOADING
LOADING2 ERROR 1-ERROR
(S LOADING)2
RELIABEL.
VAR.EXT
X18 0,85 0,7225 0,7200 0,28 25,8064 0,8575 0,7150 X19 0,82 0,6724 0,6800 0,32 X20 0,78 0,6084 0,6000 0,40 X21 0,87 0,7569 0,75 0,25 X22 0,89 0,7921 0,79 0,21 X23 0,87 0,7569 0,75 0,25
Jumlah 5,08 4,3092 4,2900 1,71
Pada prinsipnya pengukuran Construct Reliability untuk menilai tingkat reliabilitas
yang dapat diterima adalah 0,70 (Hair et al, 1995) dalam kasus ini reliabilitasnya adalah
0,86 variance extracted nya menunjukkan jumlah varians dari indikator-indikator yang
diekstrasi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai variance extracy yang
direkomendasikan adalah > 0,50 (Hair et all,1995) dan pada kasus ini nilai nya lebih dari
0,50 yaitu 0,71
4.3.3.6.3 Overall Model of Fit
Tahap berikutnya dari Full Latent Variable Model adalah mengevaluasi Kriteria-
kriteria Overall Model of Fit atau sering disebut juga dengan Global Measure of Fit.
Overall Model of Fit menunjukkan sejauh mana tingkat kesesuaian antara matriks
kovarians yang dipsesifikasi oleh model (Implied Covariance). Sebagaimana model
pengukuran, evaluasi model merujuk pada Goodness of Fit Indexes. Evaluasi The
Goodness of Fit Indexes beserta keputusan yang diambil ditampilkan pada tabel 4.51
dibawah ini.
cxc
Gambar 4.11 Full Latent Variable Model
Sumber : Hasil Estimasi AMOS 16, 2009
Sense
,75
X1 e1 ,87 ,62
X2 e2
,78
,71
X3 e3
,85
Feel
,76
X4 e4 ,74
X5 e5 ,65
X6 e6
,87 ,86 ,81
Uji HipotesaChi-Square=244,833
Probability=,073Cmin/DF=1,144
GFI=,864AGFI=,824TLI=,983CFI=,986
RMSEA=,032 DF=214
Thik
,55
X7 e7 ,74
,51
X8 e8 ,72 ,60
X9 e9 ,78
,66
,84
,74
X10e10
,86
,56
X11e11
,75
Full Model
Act
,71
X12 e12 ,84
,72
X13 e13 ,85
,55
X14 e14
,74
,67
X15 e15 ,82
47
,97
ExperientialMarketing
,74X18
e18
,86
,64 X19
e19
,80
,55X20
e20
,74 ,57
Customer’sBrandLoyalty
,76
X21
e21
,87 ,78
X22
e22
,88,75
X23
e23
,87
,73
,65
,70
Z1
Z2
,24
,29
,20
,26
,76
,76
,61
,55
,14
,69
,66
cxci
Tabel
4.51
Evaluas
i Factor Loading
dan Full Latent Variabl
e Model
L
ang
kah
I
adalah menguji kelayakan model dengan mengevaluasi kriteria goodness of fit model Pada
Indikator Factor Loading
Standard Error(SE)
t hitung (Critical Ratio)
P value
R2( Squared Multiple Correlations)
X1 0,87 - - 0,751 X2 0,79 0,078 10,749 0,000 0,616 X3 0,85 0,078 11,488 0,000 0,715 X4 0,87 - - - 0,760 X5 0,86 0,075 13,101 0,000 0,737 X6 0,81 0,084 11,563 0,000 0,651 X7 0,75 - - - 0,555 X8 0,72 0,100 8,512 0,000 0,513 X9 0,78 0,091 9,235 0,000 0,604 X10 0,86 0,110 9,949 0,000 0,742 X11 0,75 0,098 8,492 0,000 0,563 X12 0,84 - - - 0,710 X13 0,85 0,081 11,306 0,000 0,723 X14 0,74 0,086 9,428 0,000 0,549 X15 0,82 - - - 0,673 X16 0,69 0,114 8,300 0,000 0,466 X17 0,83 0,097 10,253 0,000 0,686 X18 0,86 - - - 0739 X19 0,80 0,074 11,910 0,000 0,643 X20 0,75 0,077 10,547 0,000 0,555 X21 0,87 - - - 0,762 X22 0,88 0,070 13,548 0,779 X23 0,87 0,075 13,135 0,755
Goodness Fit Indexes Cut of Value Hasil Estimasi Keputusan
X2 Chi Square <249,2175 244,833 Good Fit
Significancy Probability
≥0,05 0,073 Good Fit
RMSEA ≤0,08 0,032 Good Fit GFI ≥0,90 0,864 Marginal Fit
AGFI ≥0,90 0,824 Marginal Fit CMIN/DF (x²/df) ≤2,00 1,144 Good Fit
TLI ≥0,95 0,983 Good Fit CFI ≥0,95 0,986 Good Fit
cxcii
tabel 4.51 diatas nampak Nilai Chis- square sebesar 244,833 lebih kecil daripada nilai
chisquare pada tabel pada taraf signifikansi 5% dan df 214 (249,215) dan p value sebesar
0,073 berarti lebih besar dari 0,05 atau 0,1 dan 0,2 seperti direkomendasikan dalam Hair
et al (1995) untuk menunjukkan a very good model.
Nilai RMSEA= 0,032 membuktikan bahwa nilai nya goodfit seperti yang
disarankan (Hair et al, 1995) yaitu lebih kecil dari 0,08 dan menunjukkan tidak adanya
kesenjangan antara matriks kovarians sampel dengan matriks kovarians yang diestimasi
dalam model perderajat kebebasan (perfect fit). Nilai GFI 0,864 menunjukkan nilai GFI
masih dibawah ambang batas namun Hair et al (1995) menjelaskan bahwa GFI mendekati
0,90 masih dapat diterima (disebut marginal fit) dan analisis diatas dengan SEM masih
dapat dilakukan.
Disisi lain nilai AGFI 0,824 juga masih dibawah ambang batas yang disarankan
(0,90). Namun demikian kondisi ini bukan merupakan permasalahan yang serius karena
AGFI lebih dikenal lebih sensitif terhadap kompleksitas model dan ukuran sampel,
sehingga AGFI tidak disarankan untuk indikator kelayakan model (Kline,1998). Hair et al
(1995) menjelaskan bahwa AGFI mendekati 0,90 masih dapat diterima (disebut marginal
fit) dan analisis diatas dengan SEM masih dapat dilakukan. Nilai TLI (0,983) maupun CFI
(0,986) yang sempurna menunjukkan bahwa overall fit dimana pengukuran yang
dispesifikasi dalam penelitian ini lebih baik daripada baseline null model yang sama
menggunakan data yang sama
Langkah kedua adalah menguji apakah aspek unidimensionalitas, aspek terpenting
dalam pengujian teori melalui analisis faktor konfirmatori karena aspek tersebut
cxciii
mencerminkan sejauh mana indikator dari sebuah konstruk memiliki satu kesamaan sifat
(trait) yang dicerminkan oleh konstruk yang dimaksud (Anderson dan Gerbing,1988;
Hair et al 1995; Steenkamp&Van Trijp, 1991). Steenkamp dan Van Trijp (1991)
menjelaskan bahwa unidimensionalitas dapat dipenuhi jika:
1. Model pengukuran yang dispesifikasi telah fit dengan data.
2. Standardized Residual Covarians tidak ada yang melebihi + 2,58
Kedua kondisi tersebut digunakan untuk menguji ada tidaknya kesalahan spesifikasi
model dan serangkaian indikator hanya memiliki satu sifat (Common trait) yang
dicerminkan oleh konstruk sesuai dengan teori. Gambar 4.11 diatas secara keseluruhan
menunjukkan bahwa tidak ada standardized residual yang melebihi + 2,58. Sehingga
disimpulkan bahwa aspek unidimensionalitas telah terpenuhi. (Dapat dilihat pada tabel
4.52). Langkah terakhir pada tahap ketiga adalah menguji ada tidaknya offending
estimates. Offending estimates atau improper solutions mengacu pada kondisi dimana
terdapat nilai parameter estimasi yang melebihi batas teoritis offending estimates yang
sering muncul adalah :
1. Error variance yang negatif (Heywood Cases) atau positif namun insignifikan.
2. Standardized Coefficient yang mendekati 1 (>0,95) atau melebihi 1.
3. Standart error setiap parameter estimasi yang sangat besar.(Hair et al, 1995).
cxciv
Jika ditemukan adanya offending estimates maka model harus dispesifikasi ulang
sebelum interprestasi model dapat dilakukan. Dalam penelitian ini tidak ditemukannnya
offending estimates atau improper solutions karena varians untuk setiap variabel (laten
maupun observed variabels) positif dan signifikan. Standardized estimates masih lebih
kecil dari 0,95 dan standard error untuk setiap parameter estimasi apabila dikalikan 2
tidak lebih besar dari nilai parameternya ( Lihat output CFA bagian estimates). Secara
keseluruhan hasil estimasi model pengukuran melalui 2 tahap membuktikan bahwa model
pengukuran yang dispesifikasi benar-benar telah fit dengan data dan instrumen
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini telah terbukti validitas dan
reliabilitasnya.
X23 X22 X21 X20 X19 X18 X17 X16 X15 X14 X13 X12 X23 ,000
Tabel 4.52 Standardized Residual Covariance
cxcv
4.3.3.6.4. Pengujian Asumsi
SEM sebagaimana analisis analisis multivariate lainnya mensyaratkan terpenuhinya
berbagai asumsi SEM dipandang fleksibel (interprestasi tetap dapat dilakukan meskipun
ditemukan problem multikolinearitas). Asumsi-asumsi penting yang harus dipenuhi dalam
SEM adalah distribusi data normal (khususnya normalitas data multivariate) tidak adanya
X22 ,130 ,000 X21 -,110 -,029 ,000 X20 -,357 -,427 ,544 ,000 X19 -,891 -,397 ,126 ,555 ,000 X18 ,083 -,336 -,305 -,015 ,081 ,000 X17 ,568 ,577 1,050 ,145 -,038 -,273 ,000 X16 -,083 ,083 ,329 ,463 -,282 -,462 ,063 ,000 X15 ,132 ,278 ,774 ,379 -,318 -,097 -,052 ,046 ,000 X14 -,423 -,256 ,563 1,115 -,640 ,094 ,115 1,410 1,020 ,000 X13 ,316 -,358 ,759 -,006 -,255 -,091 -,718 ,199 ,281 ,005 ,000 X12 ,526 -,154 ,898 -,454 -,241 ,257 -,588 ,251 -,134 -,072 ,034 ,000 X11 -,415 -,102 -,209 -,238 ,539 -,402 -,236 -,892 -,332 ,331 ,690 ,325 X10 -,321 ,109 -,026 -,277 ,107 ,021 -,229 -,042 ,089 ,006 ,069 ,276 X9 -,029 -,480 -,450 -,031 ,102 ,349 -,335 ,688 ,764 ,272 ,137 ,227 X8 -,572 -,673 -,703 -,110 ,106 ,137 ,413 ,071 ,113 -,644 -,730 -1,239 X7 ,380 -,257 -,377 -,241 -,302 ,638 ,008 ,157 -,080 -,050 -,286 -,214 X6 ,005 -,212 1,044 ,454 ,311 -,328 ,946 ,634 1,094 ,534 ,519 ,467 X5 -,152 -,801 ,112 -,667 ,069 ,354 -,095 -,439 -,708 -,626 -,397 -,132 X4 -,145 -,151 -,008 -,603 ,071 ,209 -,241 -,139 -,266 -,469 -,126 ,372 X3 ,268 -,080 ,169 -,282 ,420 ,457 -,046 ,170 ,577 -,315 ,257 ,298 X2 -,546 -,230 -,004 -,273 -,284 -,239 -,602 -,236 -,195 -,292 -,283 ,132 X1 ,150 ,073 ,553 ,367 ,071 -,507 -,225 -,208 ,365 ,046 -,102 -,061
X11 X10 X9 X8 X7 X6 X5 X4 X3 X2 X1
X11 ,000 X10 1,162 ,000
X9 -,594 -,421 ,000
X8 -1,051 -,235 ,590 ,000
X7 -,864 -,368 ,532 1,214 ,000
X6 ,053 -,161 -,085 ,093 -,493 ,000
X5 -,329 -,550 ,457 -,110 -,404 ,065 ,000
X4 ,125 ,253 ,445 ,255 ,375 -,210 ,106 ,000
X3 ,356 -,196 ,250 -,033 ,175 -,080 ,503 ,142 ,000
X2 -,052 -,174 -,132 -,137 -,280 -,583 ,353 -,102 -,050 ,000
X1 ,373 -,058 -,124 ,101 ,008 ,174 ,219 -,675 -,074 ,152 ,000
cxcvi
multikolinearitas maupun singularitas dan tidak adanya outliers. Hasil pengujian asumsi
asumsi tersebut seperti diuraikan dibawah ini.
4.3.3.6.4.1 Pengujian Normalitas Data
Evaluasi terhadap full latent variable model melalui beberapa tahapan dimana
tahapan pertama adalah pengujian asumsi kunci. Jika teknik estimasi yang digunakan
Maximum Likehood Estimation (ML) adalah normalitas data tingkatan multivariate
(Multivariate Normality), karena pelanggaran asumsi multivariate normal data dapat
menyebabkan bias pada parameter yang diestimasi dalam model khususnya menyebabkan
standar error menjadi tidak stabil (Hair et al, 1995; Kline, 1998). Pelanggaran asumsi ini
menurut Kline (1998) juga mengindikasikan adanya problem nonlinearitas dan
heteroskesdasitas oleh sebab itu dalam penelitian ini pengujian asumsi multivariate
normality dilakukan pertama kali.
Amos 16 memiliki fasilitas untuk mendeteksi multivariate normality dimana
formula yang digunakan untuk multivariate normality mengacu pada pada multivariate
kurtosis seperti yang dikemukakan oleh Mardia pada tahun 1990 sehingga dikenal dengan
sebutan Mardia’s Coeffiency. Hasil pengujian Normalitas data (Univariate Normality dan
Multivariate Normality) ditampilkan pada tabel 4.53.
Tabel 4.53 Assessment of normality
cxcvii
Variable min Max skew c.r. kurtosis c.r.
X23 1,000 10,000
-,340 -1,632 ,303 ,727
X22 2,000 10,000
-,459 -2,202 ,406 ,973
X21 2,000 10,000
-,438 -2,101 ,098 ,235
X20 2,000 10,000
-,518 -2,482 ,025 ,059
X19 2,000 10,000
-,399 -1,913 ,077 ,186
X18 2,000 10,000
-,510 -2,446 ,086 ,207
X17 3,000 10,000
-,245 -1,176 -,225 -,539
X16 1,000 10,000
-,536 -2,570 ,800 1,919
X15 2,000 10,000
-,192 -,918 ,046 ,111
X14 3,000 10,000
-,331 -1,586 -,354 -,848
X13 2,000 10,000
-,486 -2,331 ,598 1,435
X12 1,000 10,000
-,529 -2,538 ,766 1,836
X11 3,000 10,000
-,076 -,364 -,541 -1,298
X10 2,000 10,000
-,263 -1,262 -,294 -,706
X9 2,000 10,000
-,380 -1,821 ,450 1,079
X8 2,000 10,000
-,468 -2,243 ,397 ,951
X7 1,000 10,000
-,391 -1,877 ,269 ,645
X6 2,000 10,000
-,363 -1,741 -,080 -,192
X5 2,000 10,000
-,517 -2,477 ,134 ,320
X4 1,000 10,000
-,420 -2,015 ,818 1,960
X3 2,000 10,000
-,367 -1,762 -,145 -,347
cxcviii
Sumber : Hasil Estimasi AMOS 16, 2009 Tabel 4.53 diatas menunjukkan bahwa nilai Univariate Skewness tidak ada yang
melebihi dari 3 dan univariate kurtosis tidak ada yang melebihi 10 sebagaimana
direkomendasikan oleh Kline (1998). Kondisi ini didukung oleh nilai Critical Ratio (CR)
untuk skewness maupun kurtosis untuk setiap indikator yang tidak lebih besar dari +2,58
sehingga bisa disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal pada tingkatan
univariate. Sementara pada garis multivariate kurtosis nampak bahwa nilai CR juga tidak
lebih dari +2,58 sehingga disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal pada
tingkatan univariate.
X2 3,000 10,000
-,067 -,319 -,673 -1,613
X1 2,000 10,000
-,100 -,480 -,548 -1,314
Multivariate 115,003
19,919
cxcix
4.3.3.6.4.2 Pengujian Outliers
Sebagai pendukung pengujian normalitas data dengan melihat skewness dan kurtosis
adalah deteksi adanya outlier karena outlier bisa meyebabkan data terditribusi tidak
normal (Kline,1998). Deteksi outlier dilakukan pada tingkatan univariate dan
multivariate.
4.3.3.6.4.2.1 Univariate Outliers
Pengujian univariate outliers ini dilakukan pada per konstruk dengan bantuan
aplikasi SPSS 16. Pada tingkatan univariate deteksi adanya outlier dilakukan dengan cara
mengkonversi nilai absolut, setiap observasi menjadi z score (mean= 0; standard
deviation= 1) dan dengan saran Hair et al (1995) yang menjelaskan untuk sampel yang
besar (diatas 80 observasi) pedoman evaluasi untuk z score adalah 3 atau 4.
Hasil pengujian univariate outliers dengan kriteria pengujian z score maximum
+3,00 sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini menunjukkan tidak adanya
univariate outlier
Tabel 4.54 Hasil Pengujian Univariate Outlier
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Zscore(X1) 138 -2.56241 1.91370 -4.6924270E-16 1.00000000Zscore(X2) 138 -2.32872 1.93177 .0000000 1.00000000Zscore(X3) 138 -2.96594 1.92122 -1.1316551E-16 1.00000000Zscore(X4) 138 -3.51966 2.08472 -1.2589127E-15 1.00000000Zscore(X5) 138 -2.98422 2.03800 -4.5254599E-16 1.00000000Zscore(X6) 138 -2.78892 1.97729 -2.2319488E-16 1.00000000Zscore(X7) 138 -2.97537 1.91274 .0000000 1.00000000
cc
Zscore(X8) 138 -2.85349 2.06878 -2.3159376E-15 1.00000000Zscore(X9) 138 -3.21866 2.14901 .0000000 1.00000000Zscore(X10) 138 -2.72340 1.86688 -1.0723988E-15 1.00000000Zscore(X11) 138 -2.34568 2.25052 -2.1758244E-16 1.00000000Zscore(X12) 138 -3.17783 1.94132 .0000000 1.00000000Zscore(X13) 138 -2.92187 2.10266 -7.2244965E-16 1.00000000Zscore(X14) 138 -2.19608 2.13333 .0000000 1.00000000Zscore(X15) 138 -3.08106 2.09625 .0000000 1.00000000Zscore(X16) 138 -3.12377 2.00136 .0000000 1.00000000Zscore(X17) 138 -2.37285 2.22991 .0000000 1.00000000Zscore(X18) 138 -2.89638 2.13130 .0000000 1.00000000Zscore(X19) 138 -3.09988 2.23907 -1.6299110E-15 1.00000000Zscore(X20) 138 -3.07347 2.27001 -8.7965557E-16 1.00000000Zscore(X21) 138 -2.79076 2.06886 .0000000 1.00000000Zscore(X22) 138 -2.92933 2.25333 -3.6527237E-16 1.00000000Zscore(X23) 138 -3.34549 2.15795 .0000000 1.00000000Valid N (listwise) 138
Sumber : Hasil estimasi dengan SPSS 16, 2009
4.3.3.6.4.2.2 Multivariate Outliers
Multivariate Outlier dideteksi dengan menggunakan statistik mahalanobis distance
dengan menguji jarak (multivariate distance) antara skor setiap observasi rata-rata sampel
(Centroid). Amos 4.01 menyediakan fasilitas squared mahalanobis distance
diinterprestasikan sebagai chi square statistik dengan degree of freedom sama dengan
jumlah variabel dalam sebuah model. Taraf signifikansi untuk chisquare yang digunakan
cci
sebagai komposisi dalam konteks squared mahalanobis distance adalah 0,1% atau
p<0,0010 (Kline,1998).
Tabel 4.55 Deteksi Mulivariate Oulier dengan menggunakan Mahalanobis Distance
Sumber : Hasil Estimasi AMOS 16, 2009
Tabel 4.55 diatas menunjukkan
bahwa observasi nomor 44. memiliki
jarak terjauh (88,498) diikuti
observasi nomor (43) sebesar
475,011 dan diikuti nomor 76, 135, 129,
9 dan 45. Adapun chisquare tabel pada df = 23 (jml indikator) pada α=0,001 adalah
49,72823 sehingga dsisimpulkan ada 7 outliers pada data yang digunakan pada penelitian
ini.
4.3.3.6.4.3 Pengujian Multicolinearity dan Singularity
Observation number
Mahalanobis d-squared p1 p2
44 88,498 ,000 ,000 43 75,011 ,000 ,000 76 72,627 ,000 ,000 135 58,919 ,000 ,000 129 54,408 ,000 ,000
9 49,460 ,001 ,000 45 44,700 ,004 ,000 19 41,117 ,011 ,000 118 40,561 ,013 ,000 28 38,911 ,020 ,001
ccii
Asumsi penting lain adalah independensi antar indikator atau dengan kata lain
tidak ada saling ketergantungan (linier dependence) antar variabel (observed variabel)
dalam model atau disebut singularitas deteksi. Singularitas dilakukan dengan melihat
nilai determinant of input matrix (sample covariance matrix) dimana apabila nilainya
mendekati 0 mengindikasikan adanya ketergantungan satu observed variable yang lain.
Nilai determinant of input matrix dalam penelitian ini adalah :
Determinant of sample covariance matrix = 66,738
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai determinan matriks kovarians sampel
adalah jauh dari nol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data penelitian yang
digunakan tidak terdapat multikolineritas dan singularitas, sehingga data layak untuk
digunakan.
4,3,3,6,4, Structural Model Of Fit
Setelah Full Latent Variable Model dinyatakan fit dengan data maka tahap
berikutnya adalah mengevaluasi model struktural. Jika model pengukuran memuat
hubungan korelasi antar konstruk dengan indikator maka model struktural memuat
hubungan kausal antar konstruk. Kelayakan model struktural (Struktural Model of Fit)
ditunjukkan dari beberapa aspek yaitu ( Bagozzi& Baumgartner, 1994; Joreskog, 1993):
1. Sejauh mana arah hubungan konstruk sesuai dengan yang dihipotesiskan dimana
hubungan kausal tersebut signifikan.
2. Besaran Residual khususnya Standardized Residual (Kesenjangan antara matriks
kovarians yang diestimasi oleh model dengan matriks kovarians sampel) yang
cciii
tidak melebihi +2,58 menunjukkan tidak adanya kesalahan spesifikasi model.
Inspeksi terhadap residual ini oleh Joreskog (1993) disebut dengan Detailed
Assessment of Fit.
3. Besaran Squared Multiple Correlations (SMC) atau dapat dianalogikan dengan
R² dalam analisis regresi .
Pada output full latent variabel model bagian standardized rsidual covariances
nampak tidak ada standardized residual yang lebih dari + 2,58 kondisi ini menunjukkan
tidak ditemukannya kesalahan spesifikasi model struktural dalam penelitian ini. Hasil
evaluasi terhadap model struktural secara keseluruhan matriks bahwa model digunakan
untuk menguji teori yang ada telah terbukti konsisten dan telah sesuai dengan data.
Hubungan antar konstruk yang dispesifikasi dalam penelitian ini ditampilkan
dalam output dibawah ini:
Tabel 4.56 Hubungan Kausal Antar Konstruk
4.3.3.6.5. Uji Hipotesis
Estimate S.E. C.R. P Keputusan Ex_Marketing <--- Think 0,241 0,107 2,25 0,02 Diterima Ex_Marketing <--- Relate 0,31 0,093 3,34 0,00 Diterima Ex_Marketing <--- Act 0,185 0,069 2,677 0,01 Diterima Ex_Marketing <--- Feel 0,255 0,11 2,327 0,02 Diterima Ex_Marketing <--- Sense 0,121 0,058 2,093 0,04 Diterima Customer’s Brand_Loyalty <--- Ex. Marketing 0,795 0,088 9,029 0
Diterima
cciv
3.1.1 4.3.3,6.5.1 Uji Hipotesis I
Hipotesis I yaitu sense berhubungan positif terhadap experiential marketing.
Berdasarkan dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR pada hubungan antara sense
dengan experiential marketing tampak pada Tabel 4.56 adalah sebesar 2,093 nilai P
sebesar 0,04. Kedua nilai ini menunjukkan nilai diatas 1.96 untuk CR dan dibawah 0,05
untuk nilai P, dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis I penelitian ini dapat
diterima.
4.3.3.6.5.2 Uji Hipotesis II
Hipotesis II pada penelitian ini adalah feel berpengaruh positif terhadap
experiential marketing. Berdasarkan hasil dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR
antara variabel hubungan sense dengan experiential marketing adalah sebesar 2,327
dengan nilai P sebesar 0,02. Kedua nilai ini memberikan informasi bahwa pengaruh
variabel feel terhadap experiential marketing dapat diterima, karena memenuhi syarat
diatas 1.96 untuk CR dan dibawah 0.05 untuk nilai P, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa hipotesis II penelitian ini dapat diterima.
4.3.3.6.5.3 Uji Hipotesis III
Hipotesis III pada penelitian ini adalah think berpengaruh positif terhadap
experiential marketing Berdasarkan hasil dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR
hubungan antara think dengan experiential marketing adalah sebesar 2,25 dengan nilai P
ccv
sebesar 0.02. Hasil dari kedua nilai ini memberikan informasi bahwa pengaruh variabel
think terhadap experiential marketing dapat diterima, karena memenuhi syarat diatas
1,96 untuk CR dan dibawah 0.05 untuk nilai P, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
hipotesis III penelitian ini dapat diterima.
4.3.3.6.5.4 Uji Hipotesis IV
Hipotesis IV pada penelitian ini adalah act berpengaruh positif terhadap
experiential marketing . Berdasarkan hasil dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR
hubungan antara act dengan experiential marketing adalah sebesar 2,677 dengan nilai P
sebesar 0.01 Hasil dari kedua nilai ini memberikan informasi bahwa pengaruh variabel act
terhadap experiential marketing dapat diterima, karena memenuhi syarat diatas 1,96 untuk
CR dan dibawah 0.05 untuk nilai P, dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis IV
penelitian ini dapat diterima.
4.3.3.6.5.5 Uji Hipotesis V
Hipotesis V pada penelitian ini adalah relate berpengaruh positif terhadap
experiential marketing . Berdasarkan hasil dari pengolahan data diketahui bahwa nilai CR
hubungan antara relate dengan experiential marketing adalah sebesar 3,34 dengan nilai P
sebesar 0.00 Hasil dari kedua nilai ini memberikan informasi bahwa pengaruh variabel
relate terhadap experiential marketing dapat diterima, karena memenuhi syarat diatas 1,96
untuk CR dan dibawah 0.05 untuk nilai P, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
hipotesis V penelitian ini dapat diterima.
ccvi
4.3.3.6.5.6 Uji Hipotesis VI
Hipotesis VI pada penelitian ini adalah experiential marketing berpengaruh positif
terhadap customer’s brand loyalty . Berdasarkan hasil dari pengolahan data diketahui
bahwa nilai CR hubungan antara experiential marketing dengan customer’s brand loyalty
adalah sebesar 9,029 dengan nilai P sebesar 0.00 Hasil dari kedua nilai ini memberikan
informasi bahwa pengaruh variabel relate terhadap experiential marketing dapat diterima,
karena memenuhi syarat diatas 1,96 untuk CR dan dibawah 0.05 untuk nilai P, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis VI penelitian ini dapat diterima.
4.3.3.7 Interprestasi dan Modifikasi Model
Pada tahap akhir ini akan dilakukan interprestasi model dan modifikasi model
yang tidak memenuhi syarat. Modifikasi model dilakukan memeriksa Modification Index
(MI). Modification Index >3,84.mengindikasikan bahwa model perlu dispesifikasi ulang
pada output full latent variabel model. Tampak beberapa nilai MI yang lebih dari 3,84.
Namun spesifikasi ulang model berdasar Modification Index telah dilakukan dalam
penelitian ini berdasar kriteria evaluasi kelayakan model menunjukkan model yang
dispesifikasi dalam penelitian ini telah fit dengan data dan khususnya bedasarkan
standardized residual covariances tidak ditemukan kesalahan spesifikasi model (Lihat
tabel 4.52).
ccvii
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
5.1 Ringkasan Penelitian
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis variabel-variabel yang berkaitan dengan
Anteseden Experiential Marketing dan Konsekuensiya pada Brand Loyalty. Variabel yang
mendukung penelitian ini diambil dari beberapa jurnal yaitu : Li (2008); Amir Hamzah
(2007); Schmitt (1999); Palupi Andreani (2007); Pine dan Gilmore (1998), Arjun dan
Morris (2001) Petkus (2004), Hannam (2004); Stenhouse, (2003)
Model penelitian tersebut menunjukkan adanya 6 (empat) hipotesis. Hipotesis-
hipotesis dalam gambar 2.11, antara lain adalah sense berpengaruh positif terhadap
experiential marketing (hipotesis 1), feel berpengaruh positif terhadap experiential
marketing (hipotesis 2), think berpengaruh positif terhadap experiential marketing
(hipotesis 3), act berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 4), relate
berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 5), experiential marketing
berpengaruh positif terhadap customer’s brand loyalty (hipotesis 6)
Hasil penelitian diharapkan dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu apa pengaruh strategic experiences modules terhadap experiential marketing dan apa
pengaruh experiential marketing terhadap customer’s brand loyalty. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara metode purposive sampling. Cara ini
ccviii
diambil dengan teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan pertimbangan tertentu,
dimana sampel dipilih dengan syarat-syarat yang dipandang sesuai dengan penelitian.
Jumlah responden yang ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 138
Konsumen Yamaha dimana dalam menggunakan Motor Yamaha minimal dalam kurun
waktu 3 tahun. Teknik analisis yang dipakai untuk menginterpretasikan dan menganalisis
data dalam penelitian ini adalah dengan teknik Structural Equation Model (SEM) dari
software AMOS 16. Proses analisis yang dilakukan terhadap data penelitian yang
diperoleh dari 138 responden. Hasil analisis data tersebut akan menjelaskan hubungan
kausalitas antara variabel yang sedang dikembangkan dalam model penelitian ini. Model
yang diajukan dapat diterima setelah asumsi-asumsi telah terpenuhi yaitu normalitas dan
Standardized Residual Covariance < 1,96. Sementara nilai Determinant of Covariance
Matrixnya 66,738
Model pengukuran eksogen dan endogen telah diuji dengan menggunakan analisis
konfirmatori. Selanjutnya model pengukuran tersebut dianalisis dengan Structural
Equation Model (SEM) untuk model pengujian hubungan kausalitas antar variabel-
variabel merupakan Antecedence dan Consequence Sense, Feel, Think, Act, Relate,
Experiential Marketing dan Brand Loyalty memenuhi kriteria Goodness of Fit yaitu chi
square =244,833; probability = 0,073; GFI = 0,864; AGFI = 0,824; CFI = 0,996; TLI =
0,983; RMSEA = 0,032; CMIN/DF = 1,144. Berdasarkan hasil analisis data dapat
disimpulkan bahwa model tersebut dapat diterima.
Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai Critical Ratio (C.R) pada hubungan
antara sense dengan experiential marketing sebesar 2,093 dengan P (Probability)
ccix
sebesar 0,04, sedangkan nilai Critical Ratio (C.R) pada hubungan antara variabel feel
dengan experiential marketing sebesar 2,327 dengan P (Probability) sebesar 0,02, nilai
Critical Ratio (C.R) pada hubungan antara variabel think dengan experiential marketing
sebesar 2,25 dengan P (Probability) sebesar 0,02, kemudian nilai Critical Ratio (C.R)
pada hubungan antara variabel act dengan experiential marketing sebesar 2,677 dengan
P (Probability) sebesar 0,01. kemudian nilai Critical Ratio (C.R) pada hubungan antara
variabel relate dengan experiential marketing sebesar 3,34 dengan P (Probability)
sebesar 0,00 kemudian nilai Critical Ratio (C.R) pada hubungan antara variabel
experiential marketing dengan customer’s brand loyalty sebesar 9,029 dengan P
(Probability) sebesar 0,00. Setelah dilakukan penelitian, yang menguji keempat hipotesis
yang dilakukan, maka diambil kesimpulan atas hipotesis-hipotesis tersebut. Berikut ini
kesimpulan penelitian atas keempat hipotesis penelitian yang digunakan.
5.2 Kesimpulan dari Hipotesis Penelitian
5.2.1 Pengaruh Sense terhadap Experiential Marketing
H1 : sense berpengaruh positif terhadap experiential marketing (0.14)
ccx
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
pertama berbunyi sense berpengaruh positif terhadap experiential marketing dapat
diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini
memiliki kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu, seperti riset Li
(2008); Amir Hamzah (2007). Schmitt (1999); Palupi Andreani (2007).
Indikator-indikator dari sense terdiri dari sight (pengalaman melalui indra
penglihatan), sound (pengalaman melalui indra pendengaran), touch (pengalaman melalui
indra sentuhan). Indikator-indikator tersebut dilakukan berdasarkan telaah pustaka dan
kemudian dikembangkan sesuai dengan keadaan konsumen Yamaha Hasil pengujian
melalui alat analisis SEM dapat diketahui bahwa indikator sight (X1) merupakan indikator
yang paling dominan dari sense. Hal tersebut bermakna bahwa sight (X1) merupakan
kunci nilai dalam menentukan sense Semakin baik nilai sight dari Yamaha, maka akan
menciptakan sense yang lebih baik. Hal ini memberikan pemahaman bahwa ke uptodate
an produk Yamaha akan meningkatkan sense dari produk Yamaha
5.2.2 Pengaruh Feel terhadap Experiential Marketing
H2 : feel berpengaruh positif terhadap experiential marketing (0.26)
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
pertama berbunyi feel berpengaruh positif terhadap experiential marketing dapat
ccxi
diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini
memiliki kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu, seperti riset Li
(2008); Amir Hamzah (2007); Bernd H. Schmitt (1999); Palupi Andreani (2007); Pine dan
Gilmore (1998).
Indikator dari feel meliputi emotion (pengalaman melalui emosi), feeling
(pengalaman melalui perasaan), mood (pengalaman melalui suasana hati) . Indikator-
indikator tersebut dilakukan berdasarkan telaah pustaka dan kemudian dikembangkan
sesuai dengan keadaan konsumen Yamaha Hasil pengujian melalui alat analisis SEM
dapat diketahui bahwa indikator emotion (X4) merupakan indikator yang paling dominan
dari feel. Hal tersebut bermakna bahwa emotion (X1) merupakan kunci nilai dalam
menentukan feel Semakin baik nilai emotion dari Yamaha, maka akan menciptakan feel
yang lebih baik. Hal ini memberikan pemahaman bahwa kebanggaan menggunakan
produk Yamaha semakin meningkatkan feel dari produk Yamaha
5.2.3 Pengaruh Think terhadap Experiential Marketing
H3: think berpengaruh positif terhadap experiential marketing experiential
marketing (0.24)
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
pertama berbunyi think berpengaruh positif terhadap experiential marketing experiential
ccxii
marketing dapat diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dibangun
dalam penelitian ini memiliki kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu,
seperti riset Li (2008); Amir Hamzah (2007); Schmitt (1999); Palupi Andreani (2007);
Pine dan Gilmore (1998), Yie.et.al., (2007).
Indikator dari think meliputi convergent (mempersempit ide menjadi solusi).
Divergent (menyebar pikiran) , surprise (memberikan lebih dari yang diinginkan),
intrique (citra produk) dan provocation (dorongan yang mendalam). Hasil pengujian
melalui alat analisis SEM dapat diketahui bahwa indikator intrique (X10) merupakan
indikator yang paling dominan dari think Hal tersebut bermakna bahwa intrique (X10)
merupakan kunci nilai dalam menentukan feel Semakin baik nilai think dari Yamaha,
maka akan memberikan think yang lebih baik. Hal ini memberikan pemahaman bahwa
semakin baik citra produk Yamaha semakin meningkatkan Think dari produk Yamaha
5.2.4 Pengaruh Act terhadap Experiential Marketing
H4: act berpengaruh positif terhadap experiential marketing (0.20)
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
keempat berbunyi act berpengaruh positif terhadap experiential marketing dapat
diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini
memiliki kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu, seperti riset Li
ccxiii
(2008); Amir Hamzah (2007); Schmitt (1999); Palupi Andreani (2007); Pine dan Gilmore
(1998).
Indikator dari Act meliputi Interaction (hubungan dengan yang lain), Action (Aksi
dari produk) dan Life Style (Gaya Hidup) Hasil pengujian melalui alat analisis SEM dapat
diketahui bahwa indikator Action (X13) merupakan indikator yang paling dominan dari
Act. Hal tersebut bermakna bahwa Action (X13) merupakan kunci nilai dalam menentukan
Act. Semakin baik nilai action dari Yamaha, maka akanmembuat action yang lebih baik.
Hal ini memberikan pemahaman bahwa semakin baik inovasi produk Yamaha semakin
meningkatkan act dari produk Yamaha
5.2.4 Pengaruh Relate terhadap Experiential Marketing
H5: relate berpengaruh positif terhadap experiential marketing (0.29)
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
keempat berbunyi relate berpengaruh positif terhadap experiential marketing dapat
diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini
memiliki kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu, seperti riset Li
(2008); Amir Hamzah (2007); Schmitt (1999); Palupi Andreani (2007); Pine dan Gilmore
(1998),
Indikator dari Relate meliputi Self Idealization (Idealisasi Diri), Others
(Kerjasama dengan perusahaan lain) dan Culture (gengsi produk) Hasil pengujian
melalui alat analisis SEM dapat diketahui bahwa indikator Culture (X17) merupakan
indikator yang paling dominan dari Relate. Hal tersebut bermakna bahwa Culture(X17)
ccxiv
merupakan kunci nilai dalam menentukan Relate. Semakin baik nilai culture dari
Yamaha, maka akan membuat relate yang lebih baik. Hal ini memberikan pemahaman
bahwa semakin baik gengsi produk Yamaha semakin meningkatkan relate dari produk
Yamaha
5.2.4 Pengaruh Experiential Marketing terhadap Customer’s Brand Loyalty
H6: experiential marketing berpengaruh positif terhadap customer’s brand loyalty
(0.76)
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
keenam berbunyi experiential marketing berpengaruh positif terhadap brand loyalty
dapat diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dibangun dalam
penelitian ini memiliki kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu, seperti
riset Li (2008); Amir Hamzah (2007); Schmitt (1999); Palupi Andreani (2007); Pine dan
Gilmore (1998).
Indikator dari Experiential Marketing meliputi Performance (Tampilan produk
lebih baik dari pesaing), Treatment (Interaksi produk dengan konsumennya) dan
Community (produk dikenal masyarakat). Indikator dari customer’s brand loyalty
meliputi retention (selalu diingat), referrals (merekomendasikan) dan related sales (beli
ulang). Hasil pengujian melalui alat analisis SEM dapat diketahui bahwa indikator
Performance (X18) merupakan indikator yang paling dominan dari Experiential
Marketing. Hal tersebut bermakna bahwa Performance (X18) merupakan kunci nilai
dalam menentukan Experiential Marketing . Semakin baik nilai performance dari
ccxv
Yamaha, maka akan membuat Experiential Marketing. yang lebih baik. Hal ini
memberikan pemahaman bahwa semakin baik tampilan produk Yamaha semakin
meningkatkan experiential marketing dari produk Yamaha. Referrals (X22) merupakan
indikator paling dominan pada customer’s brand loyalty , hal ini mengindikasikan bahwa
semakin baik perekomendasian suatu produk maka akan semakin baik pula loyalitas
merek konsumen.
5.3 Kesimpulan mengenai Masalah Penelitian
Kesimpulan atas masalah penelitian didasarkan atas temuan permasalahan
penelitian yang teridentifikasi dan tersusun pada Bab 1. Dimana tujuan dari penelitian ini
adalah mencari jawaban atas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu
apa pengaruh strategic experiences modules terhadap experiential marketing dan apa
pengaruh experiential marketing terhadap customer’s brand loyalty . Hasil dari temuan
penelitian ini membuktikan dan memberi kesimpulan untuk menjawab persoalan tersebut
yang secara singkat menghasilkan 5 (lima) proses dasar untuk meningkatkan brand loyalty
antara lain, yaitu:
Pertama, Sense merupakan elemen pertama yang penting dalam
mengimplemetasikan Experiential Marketing berdasarkan hasil analisis data yang
tergambar pada grafik analisis full model (Gambar 4.3). Pada sisi lain bukti empirik
menunjukkan bahwa pengaruh sense terhadap customer’s brand loyalty di awali dengan
ccxvi
bagaimana sense memberikan dampak strategis yang dominan pada peningkatan
experiential marketing.
Gambar 5.1 : Proses Alur Proses dan Mekanisme Strategi
Peningkatan Customer’s Brand Loyalty
Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini, 2009
Kedua, Feel berdasarkan hasil analisis data yang tergambar pada grafik analisis
full model (Gambar 4.11) dapat ditunjukkan bahwa feel merupakan variabel kedua yang
mempengaruhi terwujudnya experiential marketing melalui sebuah proses dan mekanisme
strategi yang bertahap, terarah dan berkesinambungan. Karena pihak manajemen
PT.Yamaha Motor Kencana Indonesia harus memahami proses dasar ini, apabila ingin
mempertahankan dan meningkatkan brand loyalty
Pada sisi lain bukti empirik menunjukkan bahwa proses feel memberikan dampak
strategis yang dominan kedua setelah relate pada pencapaian experiential marketing. Feel
diharapkan menjadi bahan Pihak PT.Yamaha Motor Kencana Indonesia untuk
membentuk brand loyalty Ketika feel ini mampu dibangun dan diperkuat oleh
Sense Experiential Marketing
Customer’s Brand Loyalty
ccxvii
PT.Yamaha Motor Kencana Indonesia maka experiential marketing menjadi lebih baik
dan brand loyalty akan menjadi lebih meningkat. Berikut ini tersaji dalam
Gambar 5.2: Proses Alur Proses dan Mekanisme Strategi
Peningkatan Customer’s Brand Loyalty
Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini, 2009
Ketiga, think merupakan elemen ketiga yang penting dalam mengimplemetasikan
experiential marketing berdasarkan hasil analisis data yang tergambar pada grafik analisis
full model (Gambar 4.11). Pada sisi lain bukti empirik menunjukkan bahwa pengaruh
think terhadap customer’s brand loyalty di awali dengan bagaimana think memberikan
dampak strategis yang dominan pada peningkatan experiential marketing
Gambar 5.3: Proses Alur Proses dan Mekanisme Strategi Peningkatan Customer’sBrand Loyalty
Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini, 2009
Think Experiential Marketing
Customer’s Brand Loyalty
Sense Experiential Marketing
Customer’s Brand Loyalty
ccxviii
Keempat, Act merupakan elemen ketiga yang penting dalam mengimplemetasikan
experiential marketing berdasarkan hasil analisis data yang tergambar pada grafik analisis
full model (Gambar 4.11). Pada sisi lain bukti empirik menunjukkan bahwa pengaruh act
terhadap customer’s brand loyalty di awali dengan bagaimana think memberikan dampak
strategis yang dominan pada peningkatan experiential marketing
Gambar 5.4 Proses Alur Proses dan Mekanisme Strategi Peningkatan Customer’s Brand Loyalty
Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini, 2009
Kelima, Relate merupakan elemen ketiga yang penting dalam
mengimplemetasikan experiential marketing berdasarkan hasil analisis data yang
tergambar pada grafik analisis full model (Gambar 4.11). Pada sisi lain bukti empirik
menunjukkan bahwa pengaruh relate terhadap customer’s brand loyalty di awali dengan
bagaimana think memberikan dampak strategis yang dominan pada peningkatan
experiential marketing Pengaruh relate terhadap customer’s brand loyalty ini merupakan
tahap paling dominan dimana dari hasil pengujian analisis data (gambar 4.11) dapat dilihat
bahwa relate adalah paling dominan dalam mempengaruhi experiential marketing.
Gambar 5.5 Proses Alur Proses dan Mekanisme Strategi
Act Experiential Marketing
Customer’s Brand Loyalty
ccxix
Peningkatan Customer’s Brand Loyalty
Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini, 2009
Berdasarkan proses yang dikembangkan dalam penelitian ini maka masalah
penelitian yang diajukan dan telah mendapat justifikasi melalui pengujian dengan
Structural Equation Model (SEM) dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini yaitu apa pengaruh strategic experiences modules terhadap
experiential marketing dan apa pengaruh experiential marketing terhadap customer’s
brand loyalty Paling sedikit dapat diwujudkan sedikitnya melalui 5 (lima) proses dasar.
5.4 Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis merupakan sebuah cerminan bagi setiap peneilitian. Dimana
implikasi teoritis memberikan gambaran mengenai rujukan-rujukan yang dipergunakan
dalam penelitian ini, baik itu rujukan permasalahan, permodelan, hasil-hasil dan agenda
penelitian terdahulu.
Implikasi teoritis yang dikembangkan atas variabel sense yang dikembangkan
dalam penelitian ini, merupakan adaptasi dari penelitian Ye Chuen Li (2008); Amir
Hamzah (2007); Bernd H. Schmitt (1999); Palupi Andreani (2007); Pine dan Gilmore
(1998), Arjun dan Morris (2001.Kinerja sense terdiri dari sight (pengalaman melalui indra
penglihatan), sound (pengalaman melalui indra pendengaran), touch (pengalaman melalui
Relate Experiential Marketing
Customer’s Brand Loyalty
ccxx
indra sentuhan).. Namun yang paling menjadi dasar dalam penelitian ini adalah Li
(2008).
Variabel feel dalam penelitian ini, merupakan adaptasi dari teoritis dan permodelan
Ye Chuen Li (2008); Amir Hamzah (2007); Bernd H. Schmitt (1999); Palupi Andreani
(2007);. Indikator dari feel meliputi emotion (pengalaman melalui emosi), feeling
(pengalaman melalui perasaan), mood (pengalaman melalui suasana hati)
Studi akan Variabel think dalam penelitian ini, merupakan adaptasi dari teoritis
dan permodelan Ye Chuen Li (2008); Amir Hamzah (2007); Bernd H. Schmitt (1999);
Palupi Andreani (2007);. . Indikator dari think meliputi convergent (mempersempit ide
menjadi solusi). Divergent (menyebar pikiran) , surprise(memberikan lebih dari yang
diinginkan), intrique(lebih dari kejutan filosofis dari produk) dan provocation (dorongan
yang mendalam)
Studi akan Variabel act dalam penelitian ini, merupakan adaptasi dari teoritis dan
permodelan Ye Chuen Li (2008); Amir Hamzah (2007); Bernd H. Schmitt (1999); Palupi
Andreani (2007);. . Indikator dari Act meliputi Interaction (hubungan dengan yang lain,
Action (Aksi dari produk) dan Life Style (Gaya Hidup))
Studi akan Variabel relate dalam penelitian ini, merupakan adaptasi dari teoritis
dan permodelan Ye Chuen Li (2008); Amir Hamzah (2007); Bernd H. Schmitt (1999);
Palupi Andreani (2007);. . Indikator dari Relate meliputi Self Idealization (Idealisasi
Diri), Others (Kerjasama dengan perusahaan lain) dan Culture (gengsi produk)
Studi akan Variabel relate dalam penelitian ini, merupakan adaptasi dari teoritis
dan permodelan Ye Chuen Li (2008); Amir Hamzah (2007); Bernd H. Schmitt (1999);
ccxxi
Palupi Andreani (2007), Wunderman (2003);. . Indikator dari Relate meliputi Self
Idealization (Idealisasi Diri), Others (Kerjasama dengan perusahaan lain) dan Culture
(gengsi produk). Indikator dari Experiential Marketing meliputi Performance (Tampilan
produk lebih baik dari pesaing), Treatment (Interaksi produk dengan konsumennya) dan
Community (produk dikenal masyarakat).Yang menjadi dominan rujukan ini adalah
Wunderman (2003)
Studi akan Variabel brand loyalty dalam penelitian ini, merupakan adaptasi dari
teoritis dan permodelan Ye Chuen Li (2008); Amir Hamzah (2007); Bernd H. Schmitt
(1999); Palupi Andreani (2007), Wunderman (2003) Arjun dan Morris (2001); Reicheld
dan Sasser (1997); indikator yaitu retention, referral dan related sales.Yang menjadi
dominan rujukan ini adalah Arjun dan Morris (2001)
.1.1.1.1 Tabel 5.1
.1.1.1.2 Implikasi Teoritis
Penelitian Terdahulu
Penelitian Sekarang Implikasi Teoritis
ccxxii
Model konseptual Ye Chuen Li (2008), Schmitt (1999). Amir Hamzah (2007) bahwa sense , feel, think, act dan realte berpengaruh pada experiential marketing dan indikator dari sense (sight, sound, touch), indikator dari feel (feeling, emotion dan mood) indikator dari think (Convergent dan Divergent), indikator dari act (act, community, dan life sytle) , dan indikator dari relate (self-idealization, others dan culture)
• Penelitian sekarang melahirkan sebuah kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu.
• sense berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 1), feel berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 2), think berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 3), act berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 4), relate berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 5), experiential marketing berpengaruh positif terhadap brand loyalty (hipotesis 6)
• indikator dari sense (sight, sound,
touch), indikator dari feel (feeling, emotion dan mood) indikator dari think (Convergent dan Divergent), indikator dari act (act, community, dan life sytle) , dan indikator dari relate (self-idealization, others dan culture)
• Studi ini memperkuat penelitianYe Chuen Li (2008) bahwa penelitian sense berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 1), feel berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 2), think berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 3), act berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 4), relate berpengaruh positif terhadap experiential marketing (hipotesis 5), experiential marketing berpengaruh positif terhadap brand loyalty (hipotesis 6)
• Sehingga hasil penelitian rujukan dan penelitian ini dapat diaplikasikan pada persoalan-persoalan yang sama.
Model konseptual Wunderman (2003) menyatkan bahwa indikator dari experiential marketing (performance, treatment dan community)
• Penelitian sekarang melahirkan sebuah kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu. Indikator experiential marketing (performance, treatment dan community)
Studi ini memperkuat penelitian Wunderman (2008) bahwa Indikator experiential marketing (performance, treatment dan community). Sehingga hasil penelitian rujukan dan penelitian ini dapat diaplikasikan pada persoalan-persoalan yang sama.
Studi Y ie –Fang Kao, Li –Shia Huang DanMing-Hsien (2007), Steenhouse (2003)Yang mengatakan bahwa
Penelitian sekarang melahirkan sebuah kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu experiential marketing berpengaruh positif terhadap brand loyalty (hipotesis 6)
Studi ini memperkuat penelitian Kao, Li –Shia Huang DanMing-Hsien (2007), Steenhouse (2003)Yang mengatakan bahwa experiential marketing berpengaruh pada brand loyalty.adalah telah mendapatkan
ccxxiii
experiential marketing berpengaruh pada brand loyalty.
justifikasi dukungan secara emprik. Sehingga hasil penelitian rujukan dan penelitian ini dapat diaplikasikan pada persoalan-persoalan yang sama
Sumber : dikembangkan untuk tesis ini, 2009
5.5 Implikasi Manajerial
.1.1.1.2.1 Penelitian ini memperoleh beberapa bukti empiris
berdasarkan atas temuan penelitian (gambar 4.11, hasil pengujian SEM). Hasil
dari temuan penelitian dapat direkomendasikan beberapa implikasi kebijakan
sesuai dengan prioritas yang dapat diberikan sebagai masukan bagi pihak
manajemen. Berikut ini diuraikan beberapa saran alternatif yang bersifat
strategis yaitu:
5.5.1 Implikasi Manajerial berdasarkan segmentasi
1. Segmentasi Motor Yamaha untuk segmentasi berdasar jenis kelamin dimana jenis
Motor Mio disegmentasikan untuk perempuan karena didasarkan atas spesifikasi
Motor tersebut, Sedangkan untuk Scorpio dan Vixion merupakan Motor sport
yang disegmentasikan untuk laki laki dan Vega dan Jupiter merupakan motor
bebek yang disegmentasikan untuk laki - laki maupun perempuan.
ccxxiv
2. Segmentasi Motor Yamaha untuk segmentasi berdasarkan warna motor dan jenis
kelamin dimana warna merah untuk jenis kelamin perempuan,warna hitam dan
silver untuk laki – laki, warna biru, putih, orange dan hijau untuk laki - laki
maupun perempuan
3. Segmentasi berdasarkan usia dan warna Motor dimana usia 15-24 tahun
segmentasinya adalah warna Biru, usia 25-34 segmentasinya warna merah, usia
35-44 tahun segmentasinya warna merah, usia 45-54 segmentasi warna biru dan
usia diatas 55 tahun segmentasinya warna biru
4. Segmentasi berdasarkan pekerjaan dan cara pembayaran dimana PNS,
TNI/POLRI, Pegawai Swasta, Wiraswasta dan lain-lain (guru, mahasiswa, dll)
adalah dengan kredit, karena kredit memudahkan untuk mendapatkan Motor yang
disukai yang disesuaikan dengan kondisi keuangan, maka PT.Yamaha Motor
Indonesia hendaknya lebih meningkatkan kerjasama dengan perusahaan lain dalam
memudahkan transaksi misalnya dengan FIF,BAF (Bursa Auto Finance), Adira
Finance maupun Lembaga pembiayaan lainnya yang ada di Semarang. Dan
menempatkan stand khusus di dealer untuk tempat bertransaksi konsumen
5. Biaya servis motor per bulan rata rata konsumen membutuhkan biaya sebesar
100.001-150.000 misalnya untuk ganti oli, servis motor, ganti onderdil (spare part)
motor. PT Yamaha Motor Indonesia hendaknya selalu menyediakan kelengkapan
sparepart sehingga memudahkan konsumen untuk mengservis motor. Tentunya
sediakan pula teknisi teknisi yang handal dalam melayani kebutuhan konsumen
ccxxv
5.5.2 Implikasi Manajerial berdasarkan hasil pengujian SEM
Implikasi manajerial ini menyajikan saran saran dan rekomendasi bagi perusahaan
berdasarkan factor loading dalam pengolahan data menggunakan Structural Equation
Models. Variabel terssebut disusun berdasar factor loading terbesar yang
mempengaruhi dan indicator yang mendukung variable tersebut dalam tabel 5.2
dibawah ini :
200
Tabel 5.2 Implikasi Manajerial
NO VAR INDIKATOR
CUSTOMER NEEDS & WANTS SARAN/ KEBIJAKAN JANGKA
WAKTU 1 RELATE
(Loading= 0,29)
Culture (Produk merupakan Produk yang Bergengsi) ( Loading =0,83)
• Konsumen menginginkan Motor Yamaha dapat meningkatkan gengsi penggunanya
• Konsumen menginginkan tampilan desain, model yang menarik
• Konsumen menginginkan komunitas yamaha yang sudah ada lebih diperhatikan dan ditingkatkan kegiatannya
• PT Yamaha Kencana Motor Indonesia sebaiknya meningkatkan continous innovation mengenai tampilan yang menarik, kualitas yang tetap dijaga
• PT Yamaha hendaknya selalu mengedepankan keinginan konsumen dengan selalu merealisasikan keinginan konsumen misalnya dengan :
Memprioritaskan Bagian R&D dalam berinovasi, membuat desain unik, kehandalan mesin
melakukan penelitian kausal secara berkesinambungan dengan desain riset eksperimen
Bagian QC harus mengintensifkan bagaimana membuat Motor yang handal misal di bagian mesinnya
Keiritan merupakan tugas besar bagi PT Yamaha Motor Indonesia karena Yamaha terkenal boros maka bagian R&D harus berinovasi bagaimana membuat motor yang cepat NAMUN irit.
Memberikan reward terhadap penemuan penemuan yang dapat merealisasikan
• PT YMKI hendaknyalebih mengintensifkan kegiatan kegiatan komunitas Yamaha misalnya Touring Motor bersama Slank maupun artis ibu kota lainnya, bahkan racing bersama Valentino Rossi
Pendek
201
2 Self- Idealization (Pelayanan terbaik Dan profesional) (Loading =0,82)
• Konsumen Yamaha menginginkan pelayanan, dimana misalnya karyawan (SPG) lebih sopan, santun, mengerti tentang seluk beluk produk sehingga konsumen mudah dalam melakukan pembelian
• Pelayanan servis, dimana teknisi yang terampil dalam mengservis motor
• PT. Yamaha Motor Indonesia hendaknya selalu meningkatkan pelayanan pada konsumennya
• Memberikan pelatihan seputar product knowledge secara periodik dan pelatihan yang berorientasipada konsep SERVQUAL dimana pelanggan diminta untuk menilai tingkat harapan mereka terhadap atribut tertentu dan juga tingkat yang mereka rasakan .
• Untuk menjamin hasil pelatihan yang diterapkan di PT.Yamaha Motor Kencana Indonesia, perlu dilakukan evaluasi lapangan secara konsisten.
• PT YMKI hendaknya dalam melakukan servis motor selalu memberikan informasi mengenai siap teknisiyang akan menangani dan konsumen bisa meminta teknisi siapapun yang disukai untuk dapat mengservis motornya. Dan memberikan reward bagi teknisi yang disukai oleh PT Yamaha Motor Kencana Indonesia mengadopsi metode mysterious shopper yang telah dilakukan banyak peritel luar negeri yaitu praktek dengan menggunakan pembeli yang terlatih dan tidak diketahui oleh pihak YMKI (anonymously) untuk mengevaluasi mengenai pelayanan pelanggan, operasional, integritas karyawan,kualitas produk,dll secara langsung dengan imbalan insentif tertentu (berupa uang atau diskon special tambahan)
• PT. YMKI sebaiknya membuat suatu program yaitu the best officer untuk karyawan yang terbaik dalam memberikan pelayanan kepada konsumen
• PT YMKI hendaknya tetap mempertahankan program SMILE (Selalu Memberi Lebih)
Pendek
202
3 Others (0,68)
• Konsumen Menginginkan banyaknya kerjasama dengan perusahaan pembiayaan untuk dapat kredit motor
• Meratanya dealer delaer yang tersebar di wilayah semarangdan sekitarnya sehingga memudahkan pembelian dan servis motor
• Konsumen menginginkan banyaknya pameran motor ditempat strategis
• Konsumen menginginkan pembayaran dapat dilakukan secara online
PT Yamaha Motor Indonesia hendaknya meningkatkan kerjasama yang terpadu terhadapa perusahaan pembiayaan dan menyediakan stand khusus pada setiap delaernya untuk dapat melakukan pembayaran melalui kredit
Menggunakan program arisan bekerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta
Meningkatkan pemerataan dealer Motor Yamaha PT YMKI hendaknya membuat program
pembayaran online dengan mengoptimalkan penggunaan website yang sudah ada
PT.YMKI hendaknya b ekerjasama dengan bak bank pemerintah atau swasta untuk proses pembayaran.
Menengah
7 FEEL
Emotion (bangga akan suatu produk) (Loading = 0,87)
Konsumen menginginkan akan desain, model dan warna Motor Yamaha yang atraktif, sporty, eye catching
Lebih seringnya diadakan Event – event Motor Yamaha Indonesia yang tidak hanya
Konsumen menginginkan pilihan streaping yang beragam
PT YMKI hendaknya meningkatkan riset pasar mengenai selera konsumen misalnya mengenai model,desain, pewarnaan, streaping, kualitas yang diinginkan oleh konsumen
PT YMKI hendaknya melibatkan konsumen dalam membuat tampilan, desain,warna yang menarik dalam suatu event
PT. YMKI hendaknya dalam membuat strategi komunikasi below the line yang mengandung sisi experiential marketing secara berkesinambungan yang mengandung unsur bertema ( thematic), bergaya (stylist) agar dapat dikenang, dipahami dan dapat mempengaruhi perilaku misalnya racing motorThe Java (racing Motor Yamaha ke Kota
Pendek
203
Semarang dan Sekitarnya) bersama artis Ibu Kota bahkan dengan atlet GP Valentino Rossi, Female Kontest Mio
PT YMKI meningkatkan Continous Innovation dengan menciptkan trend baru misalnya dari segi body motor yang unik.
PT. YMKI memfasilitasi Yamaha Community yang tersebar diseluruh wilayah Semarang dan membuat Gathering secara periodik misalnya Community YMCI (Yamaha Community MX Indonesia Semarang) dan KANVAS (Ikatan Vega Semarang)
5 Feeling (Produk dapat menimbulkan rasa nyaman) (Loading : 0,86)
Konsumen menginginkan kenyamanan dalam berkendaraan
Motor tidak pernah mati ketika dalam perjalanan pada semua arena
PT. YMKI meningkatkan kualitas sehingga konsumen merasa nyaman dalam berkendaraan misalnya mengacu pada ISO 9001
PT YMKI sebaiknya mengacu pada TQM yang merupakan sendi dasar dalam segala aktivitas di perusahaan
PT YMKI hendaknya membuat inovasi dalam hal kenyaman standar motor misalnya standar motor yang otomatis.
Meningkatkan riset pasar untuk mengetahui selera konsumen dan mengaplikasikan keinginan konsumen
Pendek
6 Mood (Produk membuat suasana hati menjadi baik) (Loading = 0,81)
• Konsumen Yamaha menginginkan desain dan body menarik atraktif
• Tarikan ringan sehingga dapat membuat konsumen mempunyai suasana hati yang baik dalam berkendaraan
• PT YMKI hendaknya terus menjaga dan meningkatkan kualitas Motor
• PT YMKI hendaknya selalu aware pada komentar dan saran yang disampaikan melalui wobsite maupun kotak saran
Menengah
204
7 THINK (0,24)
Intrique (Produk mempunyai citra yang positif) (Loading = 0,86)
Citra yang positif misalnya Selalu Yang Terdepan tidak hanya sebuah slogan belaka tetapi dapat direalisasikan oleh Yamaha misalnya :
Terdepan dalam Inovasi Terdepan dalam desain
yang unik Terdepan dalam
kehandalan mesin Terdepan dalam kualitas Terdepan dalam
keiritannya (merupakan tugas besar bagi PT YMKI)
Terdepan dalam kecepatannya
• PT Yamaha hendaknya selalu mengedepankan keinginan konsumen dengan selalu merealisasikan keinginan konsumen misalnya dengan : Meningkatkan trend- trend berkendaraan roda
dua Memprioritaskan Bagian R&D dalam
berinovasi, membuat desain unik, kehandalam mesin
Bagian QC harus mengintensifkan bagaimana membuat Motor yang handal misal di bagian mesin
Keiritan merupakan tugas besar bagi PT Yamaha Motor Indonesia karena Yamaha terkenal boros, maka bagian R&D haarus berinovasi bagaimana membuat motor yang cepat NAMUN irit.
Misalnya dengan melakukan inovasi : o Sistem Injection o Catalic Convertere o Liner diberi Injection o Penggunaan Fiber dalam body motor
Memberikan reward bagi penemuan penemuan
yang dapat merealisasikan Melakukan benchmark dengan perusahaan lain
Pendek
205
• PT Yamaha Motor Kencana Indonesia mengadopsi
metode mysterious shopper yang telah dilakukan banyak peritel luar negeri yaitu praktek dengan menggunakan pembeli yang terlatih dan tidak diketahui oleh pihak YMKI (anonymously) untuk mengevaluasi mengenai pelayanan pelanggan, operasional, integritas karyawan,kualitas produk,dll secara langsung dengan imbalan insentif tertentu (berupa uang atau diskon special tambahan)
8 Surprise (Produk lebih dari yang dijanjikan) (Loading = 0,78)
Ada ucapan selamat bahkan pemberian hadiah dari Yamaha jika pelanggan berulang tahun yang menunjukkan rasa perhatian terhadap pelanggan
Yamaha memberikan perealisasian Janji Yamaha kepada konsumen misalnya sebagai motor yang tercepat
• PT YMKI hendaknya terus menjaga dan meningkatkan program-program untuk mendukung kepuasan konsumen
• PT YMKI meningkatkan perealisasian janji – janji yang telah diberikan
• PT. YMKI hendaknya lebih awarekepada konsumen misalnya mengucapkan selamat ulang bahkan memberikan hadiah
Pendek
9 Provocation (Mempengaruhi Perilaku dengan menggunakan slogan) (Loading = 0,75)
• Slogan Selalu Yang terdepan tidak hanya sebagai sebuah slogan tetapi merupkan janji yang harus ditepati oleh Yamaha
PT Yamaha Motor Indonesia sebaiknya selalu merealisasikan janji yang tertera dalam slogan
Menjaga kualitas produk dan layanannya missal dengan ISO 9001 dan pelaksanaan TQM (Total Quality Management)
Menengah
206
10 Convergent (Setelah mengenal produk maka lebih peduli akan kualitas) (Loading =0,74)
Kualitas tetap dijaga misalnya sistem transmisinya Ketangguhan Motor Keiritan bensin (perbandingan
antara keiritan bensin dengan kecepatan motor) Keawetan Motor
Kekuatan Onderdil Kekuatan Mesinnya Model Aman dan Nyaman
• PT Yamaha hendaknya selalu mengedepankan keinginan konsumen dengan selalu merealisasikan keinginan konsumen misalnya dengan :
Memprioritaskan Bagian R&D dalam berinovasi, membuat desain unik, kehandalam mesin dan memberikan reward bagi yang dapat merealisasikan
Bagian QC harus mengintensifkan bagaimana membuat Motor yang handal misalnya di bagian mesinnya
Melakukan benchmark dengan perusahaan lain Melibatkan konsumen dalam peningkatan
kualitas
Menengah
11
Divergent (Iklan dapat memberikan gambaran) (Loading = 0,72)
Konsumen menginginkan Iklan yang dapat memberikan gambaran sebenarnya mengenai suatu produk bagi konsumen
Konsumen menginginkanIklan yang mudah dimengerti dan dipahami
PT Yamaha motor Indonesia hendaknya bekerjasama dengan perusahaan advertising terkait bagaimana membuat iklan yang dapat menggambarkan produk bagi konsumen
PT. YMKI hendaknya dalam membuat strategi komunikasi above the line yaitu iklan yang mengandung sisi experiential marketing secara berkesinambungan yang mengandung unsur bertema ( thematic), bergaya (stylist) agar dapat dikenang, dipahami dan dapat mempengaruhi perilaku
Misal : Tetap fokus pada iklan yang menggambarkan bahwa motor Yamaha adalah motor yang kencang dengan beberapa brand ambassador misalnya Valentino Rossi
Menengah
207
12 Action (Inovasi dari produk (0,85)
Konsumen menginginkan Yamaha melakukan inovasi yang lebih banyak lagi misalnya • Motor yang sporty dan
fleksibel • Desain Model dan warna
sesuai pengguna • Motor yang mudah
dioperasikan • Menggunakan Radiator
(pendingin) seperti mobil • Liner Diberi injection,
catalic convertere yang dapat membuat irit bahan bakar
• PT YMKI hendaknya meningkatkan diferensiasi dengan pesaing melalui continous innovation
• PT YMKI hendaknya melakukan penelitian kausal secara berkesinambungan dengan desain riset eksperimen untuk menggali ide-ide baru, dimana persepsi pra implementasi dibandingkan dengan persepsi pasca implementasi bahkan pengaruh tersebut dapat berpotensi terjadinya loyalitas
• PT YMKI hendaknya selalu mengedepankan keinginan konsumen misalnya :
Memprioritaskan Bagian R&D dalam berinovasi, membuat desain unik, kehandalam mesin
Bagian QC harus mengintensifkan bagaimana membuat Motor yang handal misalnya di bagian mesinnya
Keiritan merupakan PR besar bagi PT Yamaha Motor Indonesia, karena Yamaha terkenal boros, maka bagian R&D harus berinovasi bagaimana membuat motor yang cepat NAMUN irit.
Memberikan reward bagi penemuan penemuan yang dapat merealisasikannya
Melakukan benchmark dengan perusahaan lain
Pendek
13
ACT (Loading =0,29)
Interaction (Iklan menunjukkan
• Konsumen menginginkan Iklan Motor Yamaha yang
• PT YMKI hendaknya bekerjasama dengan perusahaan advertising terkait bagaimana membuat
Menengah
208
hubungan sosial yang erat) (Loading = 0,84)
dapat menunjukkan hubungan sosial erat
• Konsumen menginginkan iklan lebih merakyat
iklan yang thematic yaitu yang dapat menunjukkan hubungan sosial yang erat bagi konsumen: Misalnya :
Iklan dengan menggunakan Valentino Rosi sebagai brand ambassador Yamaha menunjukkan hubungan sosial antara Yamaha Indonesia dengan Yamaha Luar Negeri
Iklan dengan brand ambassador Dedy Mizwar, Komeng, Dedy Petet agar tetap terjalin karena menunjukkan nilai sosial dan budaya Indonesia
14 Life Style (Produk dapat Meningkatkan Gaya hidup) (Loading =0,74)
• Konsumen menginginkan Motor Yamaha dapat meningkatkan gaya hidup dalam penggunaannya oleh konsumen misalnya dengan desain, body, warna yang unik, attractive, sporty
• Konsumen menginkan lebih banyaknya event
• Konsumen menginginkan Yamaha lebih aware dengan komunitas Motor Yamaha
PT YMKI meningkakan tampilan yang menarik dan kualitas yang tetap dijaga
PT YMKI hendaknya meningkatkan komunikas below the line yang dapat meningkatkan gaya hidup
PT YMKI hendaknya memfasilitasi komunitas Yamaha dan mengadakan gathering
Menengah
209
15 SENSE (0,14) Sight (Produk selalu up to date) (0,87)
Konsumen menginginkan Ke up to date an motor Yamaha yang disesuaikan dengan kondisi konsumen
Model Motor Yamaha yang selalu up todate
Warna Motor Yamaha yang disesikan dengan kondisi konsumen
Striping Motor Yamaha yang selalu uptdate
• Konsumen menginginkan tekhnologi yang selalu up to date misalnya tekhnologi matic, tekhnologi radiator
• PT.YMKI hendaknya melakukan riset pasar untukmengetahui keinginan konsumen
• PT YMKI meningkatkan perhatian pada saran dan komentar yang disampaikan melalui kotak saran maupun website dan selalu memenuhi keinginan konsumen
• PT YMKI hendaknya Melakukan Riset pasar mengenai ke up to date an apa yang diinginkan oleh konsumen
• PT YMKI hendaknya meningkatkan diferensiasi dengan pesaing melalui continous innovation
• PT YMKI hendaknya melakukan penelitian kausal secara berkesinambungan dengan desain riset eksperimen untuk menggali ide-ide baru, dimana persepsi pra implementasi dibandingkan dengan persepsi pasca implementasi bahkan pengaruh tersebut dapat berpotensi terjadinya loyalitas
• PT YMKI Mengintensifkan bagian R&D dan memberikan reward bagi prestasi.
Pendek
210
• PT YMKI hendaknya mengikutsertakan konsumen dalam peng up to date an Motor
16 Touch (Produk kokoh atau Handal (loading = 0,85)
Konsumen menginginkan Kekokohan (kehandalan Body Motor Yamaha
Kekokohan mesin Motor Yamaha
Motor Yamaha tidak mudah mogok
Motor Yamaha tahan pada semua arena
PT YMKI hendaknya terus meningkatkan pengembangan teknologi bagaimana membuat Motor Yamaha yang mempunyai body lebih kokoh dan memberikan reward terhadap bagian R&D perusahaan terhadap temuan-temuannya
PT YMKI hendaknya lebih mengintensifkan dalam Test Uji Kelayakan Motor untuk melihat kekokohan body maupun mesin yang tahan pada semua arena.
Pendek
17 Sound (Produk dikenal dimana- mana) (loading = 0,78)
• Konsumen mengignginkan Motor Yamaha dikenal dimana mana
• Konsumen menginginkan banyaknya event yang diadakan oleh Yamaha
• Konsumen menginginkan banyaknya pameran motor yamaha dilokasi strategis
PT YMKI hendaknya menambah media sebagai strategi Above The Line yang mengkomunikasikan sisi experiential marketing tidak hanya pada kota- kota besar diIndonesia tetapi juga merata pada seluruh pelosok Indonesia yang tentunya disesuaikan dengan target pasar yang telah ditentukan yaitu pada rural area
PT. YMKI hendaknya dalam membuat strategi
komunikasi below the line yang mengandung sisi experiential marketing misalnya tidak hanya servis gratis dan ganti oli saja karena hal ini sudah usang tetapi misalnya :
menggabungkan pengalaman membeli dan memiliki Yamaha di cover dalam satu event Mulai dari after sales-leasing, leasing, klaim dan lainnya
Event below the line yang menggabungkan
Menengah
211
unsur keluarga misalnya Lomba masak, lomba cerdas cermat, Fun Games Family
Touring Motor Yamaha bersama artis ibu kota bahkan dengan Valentino Rosi
PT YMKI bekerjasama dengan mall maupun
tempat strategis lainnya untuk dapat mengadakan pameran motor sekaligus stand untuk menjual yang tentunya stand tersebut mengandung unsur experiential marketing misalnya pewarnaan stand, tekhnologi yang digunakan
18 Performance (tampilan produk) (loading = 0,86)
• Konsumen menginginkan Motor Yamaha memiliki tampilan yang lebih baik lagi misalnya dari segi desain, body, warna, striping, kefleksibelan , model, tampilan yang lebih sporty
• PT YMKI hendaknya selalu mengedepankan keinginan konsumen melalui tampilan menarik konsumen misalnya dengan :
Riset Pasar Mengintensifkan R&D Continous Innovation
• PT Yamaha Motor Indonesia hendaknya melibatkan konsumen dalam mendesain tampilan motor. Misalnya dalam Kompetisi Performance of Yamaha Motor Indonesia yang merupakan ajang komunikasi below the line PT. Yamaha Motor Indonesia
Pendek
19
EXPERIENTIAL MARKETING (Loading =0,76)
Treatment (mudah dikendarai) (loading= 0,80)
Konsumen Yamaha menginginkan semua jenis motor mudah dikendarai tidak hanya motor matic saja
• PT YMKI melakukan penelitian agar motor lebih mudah dikendarai dengan continous innovation
• PT YMKI melakukan pelatihan gratis bagi konsumen agar dapat mengemudikan motor (test off the road) dengan lancar dan mengerti spesifikasi motor.
Pendek
212
20 Community (produk Memasyarakat) (0,74)
• Konsumen Yamaha menginginkan motor Yamaha lebih memasyarakat
• Konsumen Yamaha menginginkan banyaknya pameran motor Yamaha
• Meningkatkan distribusi Motor Yamaha sampai ke pelosok yang sampai saat ini baru 800 dealer di Indonesia
• Membuat Komunikasi Below The Line dan Above The Line yang mengandung unsur experiential marketing (thematic dan stylist)
PT YMKI bekerjasama dengan mall maupun tempat strategis lainnya untuk dapat mengadakan pameran motor sekaligus stand untuk menjual yang tentunya stand tersebut mengandung unsur experiential marketing misalnya pewarnaan stand, tekhnologi yang digunakan
Pendek
21 Related Sales
(produk Dibeli ulang) (Loading=0,65)
• Konsumen menginginkan Motor Yamaha memiliki kualitas produk yang diinginkan
• Memenuhi janji janji yang diberikan
• Motor Yamaha harus lebih irit
• PT YMKI hendaknya selalu memenuhi janji yang telah diberikan
• PT YMKI hendaknya selalu mengedapnkan kualitas dengan menjalankan seluruh prosesnya berlandaskan TQM (Total Quality Management)
• PT YMKI hendaknya selalu melayani konsumen berlandaskan filosofi Kando (Touching Your Heart)
Pendek
22 Retention (produk selalu diingat) (loading = 0,64)
• Konsumen Yamaha menginginkan produk Yamaha berkualitas dan selalu jadi yang terdepan
• PT YMKI melakukan continous innovation agar selalu menjadi yang terdepan
• PT YMKI hendaknya selalu mengimplementasi TQM (Total Quality Management)
Pendek
23
CUSTOMER’S BRAND LOYALTY
Referrals (produk
• Konsumen Yamaha PT YMKI hendaknya meningkatkan kualitas produk dan layanan
Pendek
213
direkomendasikan) (loading= 0,52)
menginginkan motor Yamaha lebih berkualitas dari segi produk dan layanan
Sumber : Penulis dikembangkan untuk penelitian ini (2009)
i
5.8 Keterbatasan Penelitian
Dari hasil pembahasan tesis ini, dengan melihat latar belakang penelitian,
justifikasi teori dan metode peneltian, maka dapat disampaikan beberapa keterbatasan
penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada hasil uji kelayakan full model Structral Equation Model (SEM) ada
beberapa kriteria goodness of fit yang marginal yakni AGFI yakni sebesar
0,864 dan GFI sebesar 0,824 .
2. Data penjualan hanya terdapat data keseluruhan penjualan seluruh Indonesia,
tidak terdapatnya data khusus Kota Semarang.
3. Setelah melakukan pengujian thesis diketahui bahwa X18 (Performance) yaitu
produk lebih baik dari pesaing yang diwakilkan dalam penelitian ini dengan
tampilan motor Yamaha lebih baik dari pesaing belum mengindikasikan
experiential marketing.
5.7 Agenda Penelitian Mendatang
Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan melihat keterbatasan-keterbatasan pada
penelitian ini :
1. Dalam pengujian analisis SEM masih terdapat uji kelayakan model yang marjinal,
hal ini berarti masih ada variabel yang perlu diganti sehingga penulis menyarankan
untuk manambahkan variabel-variabel laten yang lain .
ii
2. Data penjualan khusus per daerah sebagai pendukung penelitian sehingga dapat
dianalisis permasalahan dari setiap daerah.
3. Lebih mempertajam indikatot misalnya X18 mengenai tampilan yang lebih
berkaitan dengan indikator.
iii
DAFTAR REFERENSI
Aaker, Davis, 1997, “Manajemen Ekuitas Merek”, diterjemahkan oleh: Aris Anand,
Spektrum, Jakarta. Anderson, J.C & D.W Gerbing, 1988, “Structural Equation Modelling in Practice : A
Review and Recommended Two Store Approach”, Psyhchollogical Bulletin, Vol.103 No. 3 p 411-423
Arbuckle, J.l, 1997, “Amos User’s Guide Version 3,6”, Chicago: Small Waters
Corporation. Amir, Hamzah, 2007 “Analisis Experiential Marketing, Emotional Branding dan Brand
Trust Terhadap Loyalitas Merek Mentari”, USAHAWAN No. 06 Th XXXVI Juni p. 22-8
Anderson, J.C & D.W Gerbing, 1988, “Structural Equation Modelling in Practice : A
Review and Recommended Two Store Approach”, Psyhchollogical Bulletin, Vol.103 No. 3 p 411-423
Aaron, David, 2006, “The Effect Of Counter-Experiential Marketing Communication On
Satisfaction And Repurchase Intention ”, Vol.19 p 1-17 Arjun, Chaudhuri dan Morris B Holbrook , 2001 “The Chain of Effect From Brand Trust
and Brand Affect to Brand Performance: The Role of Brand Loyalty”, Journal of Marketing, Vol.58 p 53-66
Bagozzi, R.P & Baumgatner, H ,1994, “The Evaluation of Structural Equation Models and
Hypothesis Testing in R.P Bagozzi (Ed)”, Principles of Marketing Research, Oxford,England. Blackwell,1994, p. 386-422
Bagozzi, R.P & K.D Nassen ,1999, “Representation of Measurement Error in Marketing
Variables : Review of Approaches and Extension to Three facet designs”, Journal of Econometrics, vol. 189, p. 393-421.
iv
Bigham, 2005, “ Experiential Marketing: New Customer Reserach” http://www.jackmorton.com/360/indutry nsight/jun05industryin.asp Chapman, Joe, and Russ Wahler, 1999, “A Revision and Emp[irical Test of The Extended
Price Perceived Quality Model”, Journal of Marketing Theority and Practice, Summer, 1999, p. 53-64
Cooper, D.R, Jr and Emory. CW,1995; “Metode Penelitian Bisnis”; Jilid I, Erlangga Dyah Hasto Palupi dan Sudarmadi , 2001, “Mengikat Konsumen dengan EXEM ,
Majalah SWA , Vol XXIV 22 November-2 Desember 2001 , hal. 26-30 Dynosius Beti, 2008 “ Know Your Custmer” Majalah Marketing Edisis Great Service
Leader, Juni Eko, Adiwalyo, 2008 “Jago Dalam Berkreasi dan Inovasi“., Majalah Marketing,
September Hair, Joseph F., Ralph E. Anderson, Ronald L. Tatham, and William C. Black (1995),
“Multivariate Data Analysis”, 5th ed. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. Hermawan Kertajaya, 2001,:Mengikat Konsumen dengan EXEM,SWA No. 24/XVII/2,
Desember Hrca, Talha, et.al., “Consumer’s Perceived Value and Buying behavior of Store Brands:
An Empirical Investigation, The Business Review Cambridge. Vol. 5 Num 2 Summer, 2006
Ferdinand, A.T, ,2002; “Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen”;
Seri Pustaka Kunci 03/2000, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Fransisca, Andreani ,2007 “ Experiential Marketing (Sebuah Pendekatan Pemasaran)”
Jurnal Manajemen Pemasaran Vo. 2 No. 1 April p 1-8 Ghozali, Imam, 2001, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
v
Hadi, Sutrisno,1997; Metodologi Research; Jilid I, Yogyakarta, Penerbit. Andi Offset. Hair, J.F., Jr., R.e Anderson, R. L. Tatham & W. C. Black ,1995 “Multivariate Data
Analysis With Readings”, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Hannam, K, 2004, “Tourism and Development II:Marketing Destinations, experiences and
crises”, Progress in Development Studies, Vol.4, pp 256-263 Kertajaya, Hermawan, 2003, Involve your customer in The Business Process Study :
Kasus pada Kosmetik Belia, “ Jurnal Martha Tilaar Group, hal 27-28 -------------------, 2005, Marketing in Venus Markplus&Co Jakarta Kline, R.B ,1998 “Principles and Practice of SEM”, New York : Guilford Presss Kotler Phillip, 2000, “Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and
Control”, Prentice Hall Int, Inc,, Millenium Edition, Englewood Cliffs, New Jersey.
Kotler Phillip, and Gary Amstrong, 2001, “Principles of Marketing”, Prentice Hall Int,
Inc,, 9th Edition, Englewood Cliffs, New Jersey Lenderman, Max, “Are You Experiential?,http://www.marketingmag.com.ca. Lexy J Moleong,2000, “Metode Penelitian Kualitatif”, Bandung: PT, Remaja Rosdakarya. Li, Chuen Ye, “A Discussion of Applying Experiential Marketing to Leisure
Agriculture with AHP”, Journal of American Academy of Busienss Cambridge , Mar 2008: 13, 1 ABI/INFORM Globalpg. 98
Liang Ju Chiang et.al., “ Attribute, Benefits, Customer Satisfaction and Behavioral
Loyalty_An Integrative Research of Financial Service in Taiwan”Journal of Services Research, Volume 4, Number 1 (April-September 2004)
Mapes, Stephen, 2007 Experiential Marketing as a Wundt(erful0 Experience” Design Management Review Spring 27 p. 69-93
Munson, Michael,2001,”Corporate Sponsorships:Increasing Your Slice of The Pie”Fund
Raising Management, April 2001. p.28-30
vi
Irwin & Greenberg, 2003, “Chrysler, mercedes take show on the road, Adweek, New
York.Vol. 44, Iss p.8 Parasuraman ,1998, “SERVQUAL-a Multiple Item Scale for Measuring Consumers
Perception Of Future Research”, Journal of Marketing, Vol. 49, November. p.12-40
Petkus, 2004, “Enhancing The Aplication of Experiential Marketing in The Arts”
International Journal Nonprofit and voluntary Sector Marketing. Vol.9 pp. 49-56 Pine,B.JII and Gilmore, 1998, “The Experience Economy-Work is theatre and Every
Business a Stage, Harvard Business School Press, Pullen, 2002, “Experiential marketing works by touching consumers' hearts”.Marketing
Weeks, March 2002 Purjono Agus S , 2008 “Experiential Marketing memasarkan dengan sentuhan
Emosiona”., Majalah Markeing To Men, Oktober Rahmawati, 2003, “ Pengaruh” Sense dan Feel dari Experiential Marketing pada
Konsumen Soto Gebrak”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 3 No. 2 Agustus. p.109-121
Rahmat Susanta , 2008 “Merangkul Komunitas Demi Kesuksesan Di Pasar”, Majalah
Marketing No.09/VIII/September/2008. p. 72-74 Schmitt, Bernd, 1999, Experiential Marketing. The Free Press Now York Singarimbun, Masri dam Sofyan Effensi, 1995, Metode Penelitian Survey, LP3M,
Univeristas Gajah Mada, Yogyakarta. Steenhouse A., 2003, “Experience Marketing in Action in The Fox Kids Cup” Advertising
and Marketing For Children., Vol.4 pp.11-16 Steenkamp, J.B.E.M & h.c.m Van Trijp ,1991 “ The Use of LISREL in Validating
Marketing Constructs International”, Journal of Research in Marketing, Vol.8, p. 283-299.
Swastha, Basu.D.H dan Irawan, 2000, Manajemen Pemasaran Moderen, Liberty,
Yogyakarta.
vii
Umar, Husein, 1999, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis Bisnis, Raja Grafindo, Persada, Jakarta.
Widdis, Peter, 2001, “Bringing Brands to Life: Experiential Marketing Works by
Touching Consumers Hearts, Marketing Magazine, TorontoVol 108 Iss 2 pg. 18 Wong, 2005, “Experience Lost Marketing”:, , TorontoVol 110 Iss 22 p 11 Wunderman, 2003, “Discovering The Missing Link To Brand Loyalty”.
http://wunderman.com
Yie-Fan Kao etc , 2007, “Effects ofExperiential Elements on Experiential Satisfaction and Loyalty Intention”, Inderscience Enterprises Ltd. Journal Revenue Management Vol. 1
Zarem 2000, “Experience Marketing Folio: The Magazine For Magazine, , TorontoVol
Iss3 p 28
(http://pioneer.netserv.chula.ac.th/~ckieatvi/Fathom_Exp_Marketing.htm
http://www.yamahamotor.com http://www.learningandteaching.info/learning/converge.htm
viii
RIWAYAT HIDUP MIRA MAULANI UTAMI, SE
BBIIOODDAATTAA •• NNaammaa :: MMiirraa MMaauullaannii UUttaammii
•• AAllaammaatt KKTTPP :: JJll.. SSaawwuunnggggaalliinngg TTiimmuurr NNoo.. 8833
RRTT.. 0033 RRWW.. 1155 KKeell.. PPaaddaannggssaarrii KKeecc.. BBaannyyuummaanniikk
SSeemmaarraanngg –– JJaawwaaTTeennggaahh 5500226677
•• NNoo.. TTeelleeppoonn // HHPP :: ((002244)) 77447733448833 // 00881122 225555 77338833
•• EEmmaaiill :: [email protected]
•• Facebook : [email protected]
•• PPeekkeerrjjaaaann :: DDoosseenn PPTTSS ((UUNNIIMMUUSS)) SSeemmaarraanngg
•• AAllaammaatt :: JJll.. KKaassiippaahh NNoo..1122
•• NNoo.. TTeelleeppoonn :: ((002244)) 88550022772200
•• TTeemmppaatt && TTaannggggaall LLaahhiirr :: BBooggoorr,, 1100 OOkkttoobbeerr 11998833
•• AAggaammaa :: IIssllaamm
•• 22000077 –– 22000099.. MMaaggiisstteerr MMaannaajjeemmeenn UUnniivveerriittaass DDiippoonneeggoorroo.. SSeemmaarraanngg
•• 22000011 –– 22000055.. FFaakkuullttaass EEkkoonnoommii MMaannaajjeemmeenn UUnniivveerriittaass DDiippoonneeggoorroo..
SSeemmaarraanngg..
•• 11999988 –– 22000011.. SSMMUU NNeeggeerrii 44 ((IIPPAA)).. SSeemmaarraanngg
•• 11999955 –– 11999988.. SSMMPP NNeeggeerrii 2211.. SSeemmaarraanngg..
•• 11998899 –– 11999955.. SSDD NNeeggeerrii 88.. SSeemmaarraanngg..
PPEENNDDIIDDIIKKAANN FFOORRMMAALL
ix