Anatomi Testis

64
Daftar Isi BAB I Pendahuluan 1 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Anatomi testis 2 2.2 Embriologi 4 2.3 Fisiologi 6 2.4 Anomali dan patologi 9 2.4.1 Undesesus testis 9 2.4.2 Hidrocele 12 2.4.3 Varikokel 19 2.4.4 Torsio Testis 21 2.4.5 Orchitis 23 0

description

artikel

Transcript of Anatomi Testis

Page 1: Anatomi Testis

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan 1

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Anatomi testis 2

2.2 Embriologi 4

2.3 Fisiologi 6

2.4 Anomali dan patologi 9

2.4.1 Undesesus testis 9

2.4.2 Hidrocele 12

2.4.3 Varikokel 19

2.4.4 Torsio Testis 21

2.4.5 Orchitis 23

2.4.6 Tumor Testis 28

BAB III Simpulan 39

Daftar pustaka

0

Page 2: Anatomi Testis

BAB I

PENDAHULUAN

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Testis terbungkus

oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea

terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika

dartos Testis memiliki peran ganda, yaitu: sebagai glandula eksokrin dan endokrin.

Sebagai glandula eksokrin, testis menghasilkan sel-sel spermatozoa dan sebagai

glandula endokrin menghasilkan hormon testosteron. Virilitas dan fertilitas dari pria

nomal membutuhkan kolaborasi dari testis sebagai glandula eksokrin dan glandula

endokrin. Bebeapa anomaly dan patologi dari testis meliputi Undesensus testis (UDT)

atau biasa disebut kriptorkismus, hidrokel, varikokel,torsio testis, orchitis , tumor

testis

Kesalahan penanganan pada testis akan menimbulkan ketidaknyamanan

sepanjang hidup dan bila tidak ditangani akan terjadi gangguan seperti infertilitas,

disfungsi ereksi bahkan kematian jaringan testis yang mengkibatkan testis tersebut

dilakukan orchidektomi .

1

Page 3: Anatomi Testis

BAB II

ISI

2.1 ANATOMI TESTIS

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada

orang dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua

buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar

tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan

parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis

memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen untuk

mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.1 

Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap

lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel

spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel

Leydig. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa.

Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel

Leydig atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon

testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan

dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-

sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens

disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan

2

Page 4: Anatomi Testis

cairan-cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat

menbentuk cairan semen.1

Vaskularisasi 

Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu : 

1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta 

2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior 

3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika. 

Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus

Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal

sebagai varikokel. 1

Gambar 1. Anatomi normal testis3

3

Page 5: Anatomi Testis

Gambar Anatomi Testes (Potongan Sagital)5

2.2 EMBRIOLOGI TESTIS

Pada minggu ke enam umur kehamilan primordial germ cells mengalami

migrasi dari yolk sac ke genital ridge. Dengan adanya gen SRY ( sex deter mining

region Y) , maka akan berkembang menjadi testis pada minggu ke-7. Testis yang

berisi prekursor sel-sel Sertoli besar (yang kelak menjadi tubulus seminiferous dan

sel-sel Leydig kecil) dengan stimulasi FSH yang dihasilkan pituitary mulai aktif

berfungsi sejak minggu ke-8 kehamilan dengan mengeluarkan MIF(Müller

ian Inhibiting Factor ), yang menyebabkan involusi ipsilateral dari duktus mullerian.

MIF juga meningkatkan reseptor androgen pada membran sel Leydig . Pada minggu

ke-10 dan 11 kehamilan, akibat stimulasi chorionic gonadotropin yang dihasilkan

plasenta dan LH dari pituitary sel-sel Leydig akan mensekresi testosteron yang sangat

esensial bagi diferensiasi duktus Wolfian menjadi epididimys, vas deferens, dan

vesika seminalis.4,5,6

Faktor yang mempengaruhi penurunan testis adalah :

1) Anti Mullerian Hormon

2) Tekanan intraabdomen

3) Faktor Hormon Androgen

4

Page 6: Anatomi Testis

Penurunan testis dimulai pada sekitar minggu ke-10. Walaupun mekanismenya

belum diketahui secara pasti, namun para ahli sepakat bahwa terdapat beberapa faktor

yang berperan penting, yakni: faktor endokrin, mekanik(anatomik), dan neural.

Terjadi dalam 2 fase yang dimulai sekitar minggu ke-10 kehamilan segera setelah

terjadi diferensiasi seksual. Fase transabdominal dan fase inguinoscrotal . Keduanya

terjadi dibawah kontrol hormonal yang berbeda. 1,9,10,11

Fase transabdominal terjadi antara minggu ke-10 dan 15 kehamilan, dimana

testis mengalami penurunan dari urogenital ridge ke regio inguinal. Hal initerjadi

karena adanya regresi ligamentum suspensorium cranialis dibawah pengaruh

androgen (testosteron), disertai pemendekan gubernaculums (ligament yang

melekatkan bagian inferior testis ke segmen bawah skrotum) di bawah pengaruh MIF.

Dengan perkembangan yang cepat dari regio abdomino-pelvik maka testis akan

terbawa turun ke daerah inguinal anterior. Pada bulan ke-3 kehamilan terbentuk

processus vaginalis yang secara bertahap berkembang ke arah skrotum. Selanjutnya

fase ini akan menjadi tidak aktif sampai bulan ke-7 kehamilan.1,2,5,6

Fase inguinoscrotal terjadi mulai bulan ke-7 atau minggu ke-28 sampai

dengan minggu ke-35 kehamilan. Testis mengalami penurunan dari region inguinal

ke dalam skrotum dibawah pengaruh hormon androgen. Mekanismenya belum

diketahui secara pasti, namun diduga melalui mediasi pengeluaran calcitonin

generelated peptide (CGRP). Androgen akan merangsang nervus genitofemoral

untuk mengeluarkan CGRP yang menyebabkan kontraksi ritmis dari gubernaculum.

Faktor mekanik yang turut berperan pada fase ini adalah tekanan abdominal yang

meningkat yang menyebabkan keluarnya testis dari cavum abdomen, di samping itu

tekanan abdomen akan menyebabkan terbentuknya ujung dari processus vaginalis

melalui canalis inguinalis menuju skrotum. Proses penurunan testis ini masih bisa

berlangsung sampai bayi usia 9-12 bulan.5,6

5

Page 7: Anatomi Testis

2.3 FISIOLOGI TESTIS

Testis memiliki peran ganda, yaitu: sebagai glandula eksokrin dan endokrin.

Sebagai glandula eksokrin, testis menghasilkan sel-sel spermatozoa, dan sebagai

endokrin menghasilkan hormon testosteron. Produksi spermatozoa melalui proses

yang disebut spermatogenesis. Spermatogenesis merupakan proses differensiasi

spermatogonium sehingga dihasilkan sel spermatozoa. Proses ini terjadi dalam

tubulus konortus seminiferus, bersifat hormonal, dan melalui beberapa tahap,2,3

Virilitas dan fertilitas dari pria nomal membutuhkan kolaborasi dari testis

eksokrin dan endokrin. Kedua unit tersebut berada dibawah kendali dari aksis HPG.

Kompartemen interstitial terdiri dari sel Leydig yang bertanggung jawab untuk

steroidogenesis. Tubulus seminiferus memiliki fungsi eksokrin dengan spermatozoa

sebagai produknya.2

- Testis sebagai glandula endokrin

Produksi testosteron pada pria normal berkisar 5g/hari, dan sekresi terjadi

dalam cara yang basah, iregular dan pulsatil. Pada pria normal, 2% dari

testosteron tidak terikat atau bebas dan merupakan fraksi aktif secara biologi.

Sebagian sisanya berikatan dengan albumin atan sex hormone binding

globulin (SHBG) didalam darah. SHBG dapat juga berikatan dengan estradiol

didalam darah perifer, tetapi afinitas ikatan lebih rendah daripada testosteron.

Beberapa kondisi patologik dapat mengubah level SHBG dan sebagai

konsekuensinya mengubah jumlah testosteron yang aktif yang tersedia untuk

jaringan. Testosteron dimetabolisme menjadi 2 metabolit aktif utama di dalam

jaringan target: 1) androgen utama dihydrotestosteron (DHT) dari aksi dari

5α-reduktase dan 2) estogen estradiol melalui aksi dari aromatase. DHT

merupakan androgen potensial yang lebih besar daripada testosteron. Pada

sebagian besar jaringan perifer, reduksi testosteron menjadi DHT diperlukan

untuk aksi dari androgen, tetapi pada testis dan mungkin pada otot skeletal,

konversi ke DHT menjadi tidak penting untuk aktivitas hormonal.3

6

Page 8: Anatomi Testis

- Testis sebagai glandula eksokrin

Tempat utama dari aksi FSH adalah sel Sertoli di dalam tubulus seminiferus.

Sebagai respon ikatan FSH, sel Sertoli distimulasi untuk membuat inang dari

produk sekret yang penting untuk pertumbuhan sel germ, termasuk androgen

yang terikat protein, transferin, laktat, seruloplasmin, clusterin, aktivator

plasminogen, prostaglandin dan beberapa growth factor. Melalui aksi yang

dimediasi FSH, pertumbuhan dari tubulus seminiferus distimulasi selama

perkembangan dan produksi sperma diinisiasi selama pubertas. Pada dewasa,

FSH diperlukan untuk spermatogenesis normal.4

- Inhibin dan aktivin

Inhibin adalah sebuah protein 32-kDa berasal dari sel Sertoli yang memiliki

kekhususan untuk menghambat pelepasan FSH dari pituitari. Didalam testis,

produksi inhibin distimulasi oleh FSH dan bekerja dengan cara feedback

negatif pada pituitari atau hipotalamus. Aktivin, sebuah hormon protein

dengan struktur yang hampir sama secara homolog dengan growth factor-β,

menunjuk kapan penggunaannya untuk memacu efek pada sekresi FSH.4

Spermatogenesis

Spermatogenesis merupakan sebuah proses komplek dimana secara primitif,

sel stem totipotent dibagi untuk memperbaharui diri mereka sendiri atau produksi sel

untuk menjadi spermatozoa. Proses ini terjadi didalam tubulus seminiferus dari testis.

Pada kenyataannya, 90% dari volume testis ditentukan oleh tubulus seminiferus dan

sel germinal pada berbagai tahapan perkembangan.4

a. Sel Sertoli

Tubulus seminiferus terkait dengan sel Sertoli yang beristirahat pada dasar

membran tubular dan meluas ke lumen dengan sitoplasma kompleks. Sel

Sertoli dihubungkan dengan tight junction, barier terkuat interselular di dalam

tubuh. Kompleks hubungan ini membagi rongga tubulus seminiferus menjadi

basal (dasar membran) dan bagian lumen. Pengaturan anatomi ini membentuk

7

Page 9: Anatomi Testis

dasar dari barier darah-testis, memungkinkan spermatogenesis terjadi dalam

sebuah tempat yang istimewa secara imunologi. Kepentingan dari efek

perlindungan menjadi nyata apabila mengingat spermatozoa diproduksi pada

pubertas dan dapat menjadi benda asing bagi sistem imun yang

mengembangkan pengenalan sendiri selama tahun pertama dari kehidupan.

Sel sertoli berkerja seperti sel “perawat” bagi spermatogenesis, memelihara

sel germinal selama mereka berkembang.4

b. Sel Germinal

Didalam tubulus, sel germinal diatur dalam sebuah perintah berurutan dari

membran dasar ke lumen. Spermatogonia berjalan langsung pada membran

dasar, diikuti oleh spermatosit primer, spermatosit sekunder, dan spermatid

mengarah ke lumen. Secara keseluruhan, 13 tahap sel germinal yang berbeda

telah diidentifikasi pada manusia. Barier tight junction menyokong

spermatogoni dan spermatosit awal di dalam kompartemen basal dan semua

sel germinal lanjutan yang berada di dalam kompartemen lumen.4

c. Siklus dan gelombang

Siklus dari spermatogenesis mengembangkan pembuahan dari sel stem

spermatogonial primitif menjadi sel germinal lanjutan. Durasi dari siklus

secara keseluruhan dari spermatogenik di dalam manusia adalah 74 hari.

Selama spermatogenesis, pengikut dari sel germinal pada titik yang sama saat

perkembangan terhubung oleh jembatan sitoplasmik dan melewati proses

secara bersama-sama. Terdapat pula organisasi spesifik dari langkah-langkah

siklus spermatogenik di dalam rongga tubulus, dinamakan dengan gelombang

spermatogenik. Pada manusia, hal ini tampak seperti pengaturan sel spiral,

dimana memungkinkan produksi sperma merupakan suatu produksi yang

berkelanjutan dan bukan merupakan suatu proses pulsatil.4

8

Page 10: Anatomi Testis

2.4 PATOLOGI TESTIS

2.4.1 Undesesus testis

Undesesus testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus adalah suatu keadaan

dimana setelah usia 1 tahun, satu atau kedua testis tidak berada di dalam kantung

skrotum, tetapi masih berada di salah satu tempat sepanjang jalur desensus

normal.1,2,5,6. Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti

tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin disebut testis. 5,6

Sepertiga kasus anak-anak dengan UDT adalah bilateral sedangkan dua

pertiganya adalah unilateral. Insiden UDT terkait erat dengan umur kehamilan,dan

maturasi bayi. Insidensnya 3 ± 6% pada bayi laki-laki yang lahir cukup bulan dan

meningkat menjadi 30% pada bayi prematur. Setelah 100 tahun penelitian mengenai

UDT, masih terdapat beberapa aspek yang menjadi kontroversial. Faktor predisposisi

terjadinya UDT adalah prematuritas, berat bayi baru lahir yang rendah, kecil untuk

masa kehamilan, kembar dan pemberian estrogen pada trimester pertama. 1,2.

Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan masih berada dijalurnya

mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen, yaitu terletak diantara

fossa renalis dan annulus inguinalis internus. Testis ektopik mungkin berada

diperineal, di luar kanalis inguinalis yaitu diantara aponeurosis oblikus eksternus dan

jaringan subkutan, suprapubik, atau di regio femoral.1,3.

UDT dapat kembali turun spontan ke testis sekitar 70 - 77% pada usia 3

bulan. Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan testis ke dalam skrotum,antara

lain: (Mekanisme terjadinya UDT berhubungan dengan banyak faktor (multifaktorial)

yaitu:

1. Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap funikulus spermatikus atau

gubernakulum

2. Peningkatan tekanan abdomen

9

Page 11: Anatomi Testis

3. Faktor hormonal: testosteron, MIS, and extrinsic estrogen

4. Perkembangan epididimis

5. Perlekatan gubernakular

6. Genito-femoral nerve/calcitonin gene-related peptide (CGRP)

7. Sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan jaringan ikat.

UDT dikelompokkan menjadi 3 tipe:

1. UDT sesungguhnya ( true undescended : testis mengalami penurunan parsial

melalui jalur yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi teraba (palpable)

dan tidak teraba ( impalpable)

2. Testis ektopik: testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yang normal.

3. Testis retractile: testis dapat diraba/dibawa ke dasar skrotum tetapi akibat refleks

kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalis inguinalis, bukan

termasuk UDT yang sebenarnya.

Klasifikasi berdasarkan etio patogenesis :

1. Mekanis / anatomik (perlekatan-perlekatan, kelainan kanalis inguinalis dll)

2. Endokrin / hormonal ( kelainan axis hipotalamus-hipofisis-testis)

3. Disgenetik (kelainan interseks multiple)

4. Herediter/ genetik

Klasifikasi berdasarkan lokasi :

1. Skrotal tinggi (supraskrotal) : 40 %

2. Intrakanalikuler ( inguinal ) : 20 %

3. Intraabdominal (abdominal) : 10%

4. Terobstruksi : 30 %

Alasan utama dilakukan terapi adalah meningkatnya risiko

infertilitas,meningkatnya risiko keganasan testis, meningkatnya risiko torsio testis,

10

Page 12: Anatomi Testis

reisiko trauma testis terhadap tulang pubis dan faktor psikologis terhadap kantong

skrotum yang kosong.1,2. Penatalaksanaan yang terlambat pada UDT akan

menimbulkan efek pada testis di kemudian hari. UDT meningkatkan risiko infertilitas

dan berhubungan dengan risiko tumor sel germinal yang meningkat 3 sampai dengan

10 kali. Atrofi testis terjadi pada usia 5 ± 7 tahun, akan tetapi perubahan morfologi

dimulai pada usia 1 ± 2 tahun. Risiko kerusakan histologi testis juga berhubungan

dengan letak abnormal testis. Pada awal pubertas, lebih dari 90% testis kehilangan sel

germinalnya pada kasus intraabdomen, sedangkan pada kasus testis inguinal dan

preskrotal,penurunan sel geminal mencapai 41% dan 20%.1,5,6

Penatalaksanaan2.5

Terapi hormonal untuk mengatasi UDT masih dalam kontroversi. Hormon-

hormonseperti buserelin, LH releasing hormon agonis,dan gonadotrophin releasing

hormon(GnRH) agonis, sering digunakan untuk menangani UDT di Eropa dengan

tingkat kesuksesan antara 10-50%. Tingkat kesuksesan yang lebih tinggi mungkin

terjadi padaanak yang mengalami acquired UDT. Pada anak yang mengalami

kegagalan migrasi gubernakulum menuju skrotum secara kongenital, terapi hormonal

kelihatannya memiliki tingkat kesuksesan yang sangat rendah. Namun penggunaan

hormon-hormon tersebut belum disetujui oleh United States Food and Drug

Administration.

Prinsip dari pembedahan untuk menangani UDT adalah untuk memindahkan

testis dan meletakkannya di dalam skrotum. Pembedahan ini disebut dengan

orchidopexy. Biasanya orchidopexy langsung dilakukan jika testis telah pasti

diketahui terletak pada leher skrotum atau pada daerah inguinal. Jika testis terletak

pada daerah intra abdomen, laparoskopi dapat dilakukan terlebih dahulu untuk

menentukan letak testis. Kemudian, akan diputuskan apakah orchidopexy akan

dilakukan dalam satu atau dua tahap.

11

Page 13: Anatomi Testis

Prognosis2.5

Prediksi mengenai fertilitas dan keganasan masih dalam kontroversi,

dikarenakan oleh perkembangan yang pesat dalam pemahaman dan penanganan UDT

dalam 25 tahun terakhir. Infertilitas mungkin terjadi pada 1 dari 4 laki-laki dewasa

dengan riwayat unilateral UDT dan pada 3 dari 4 laki laki dewasa dengan riwayat

bilateral UDT. Resiko terjadinya k eganasan meningkat sebanyak 5-10 kali lebih

tinggi pada laki – laki dengan riwayat unilateral UDT. Tidak diketahui apakah

prognosis akan membaik jika orchidopexy dilakukan saat anak berusia jauh lebih

muda daripada saat anak berusia lebih lanjut. Namun, suat

u meta analisis menunjukkan bahwa orchidopexy yang dilakukan saat anak berusia

lebih dari 10 tahun memiliki resiko 6 kali lebih tinggi untuk mengalami keganasan,

daripada orchidopexy yang dilakukan saat anak berusia kurang dari 10 tahun.

2.4.2 HIDROCELE

Definisi

Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara

lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang

berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara

produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.5,6

Epidemiologi

Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan

lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan,

dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral. 5,6

Insidensi persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP) menurun

seiring dengan bertambahnya umur. Pada neonatus, 80%-94% memiliki PPPVP.

12

Page 14: Anatomi Testis

Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari

1500 gram dibandingkan dengan bayi aterm. 5,6

Etiologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1)

belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan

peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di

daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. 5,6

Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan

sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis

atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi

cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi,

atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi

cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam

funikulus spermatikus. 5,6

Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu: 5,6

1. Hidrokel_primer

Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus

vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik

yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel

jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan

menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.

2. Hidrokel_sekunder

Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam

suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe.

Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat

karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel

13

Page 15: Anatomi Testis

dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang

tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam

lapisan luar tunika.

Berdasarkan kejadian:

1. Hidrokel akut

Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan

berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.

2. Hidrokel kronis

Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan

walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang

menyebabkan nyeri.

Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa

macam hidrokel, yaitu

1. Hidrokel testis.

Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat

diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang

hari.

2. Hidrokel funikulus.

Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari

testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong

hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

3. Hidrokel Komunikan 

Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum

sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis

kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat

anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat

dimasukkan kedalam rongga abdomen 

14

Page 16: Anatomi Testis

Patofisiologi

Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun

ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya

rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara

tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan

yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus

vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan

peritoneum, dan processus vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum.

Area seperti kantung di dalam canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut

tidak masuk ke dalam scrotum. 5,6

Cairan yang seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan

reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah

terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan

di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan

Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi

testis dikarenakan dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis

tersebut. 5,6

Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam

rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum,

testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk seperti kantung, yang dikenal

sebagai processus vaginalis. Setelah testis turun, procesus vaginalis akan terobliterasi

dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap

sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis.

Normalnya, region inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen.

Organ viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk

ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis tidak tertutup,

dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP). 5,6

15

Page 17: Anatomi Testis

Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan

sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh

usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia.

Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot

polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada

peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan

tingkat patensi processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih

besar terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel.

Penelitian terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini. 5,6

Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan

tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan

tekanan intraabdominal dapat menghambat atau menunda proses penutupan processus

vaginalis. Keadaan tersebut antara lain batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan

yang membuat bayi sering mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen.

Keadaan tersebut di atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang

dapat berakibat sebagai hidrokel maupun hernia. 5,6

Gambaran Klinis

Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi

kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.

Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang

sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan

ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis

dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus,

dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan

metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel. 5,6

16

Page 18: Anatomi Testis

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga

testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah

sepanjang hari. 5,6

Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di

sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar

kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan

rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada

anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar

pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat

dimasukkan ke dalam rongga abdomen. 5,6

Pemeriksaan Fisik

Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi

berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat

resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel

komunikan atau hernia.

Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan

tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan

menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan

memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua

tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan

menimbulkan tonjolan.

Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika

vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan

hernia. 5,6

17

Page 19: Anatomi Testis

Pemeriksaan penunjang5,6

1. Transiluminasi

Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan

massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya

diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah,

hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai

bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa,

seperti hidrokel .

2. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan

membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal

(varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.

Terapi Hidrokel

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 12-24 bulan dengan

harapan prosesus vaginalis dapat menutup, dan hidrokel akan sembuh dengan

sendirinya. Jika hidrokel masih ada atau bertambah besar, disebut juga dengan

hidrokel persisten, maka perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.

Prinsip utama penatalaksanaan hidrokel adalah dengan mengatasi penyebab

yang mendasarinya. Terdapat beberapa indikasi dilakukannya intervensi: ukuran

hidrokel yang semakin membesar dan dapat menekan pembuluh darah, adanya tanda-

tanda infeksi, adanya keluhan tidak nyaman/nyeri dan juga indikasi kosmetik.

Berbagai macam tindakan intervensi digunakan untuk mengobati penyakit hidrokel,

baik invasif maupun minimal invasif.

Salah satu metode minimal invasif pada terapi hidrokel yaitu metode aspirasi-

skleroterapi. Pada metode ini, dilakukan aspirasi cairan hidrokel dan disuntikkan zat

sklerotik (tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea) agar mukosa menjadi kering

dan terjadi perlengketan. Metode ini mudah dan aman dilakukan, namun efektivitas

18

Page 20: Anatomi Testis

dan kepuasan pasien terhadap terapi lebih rendah dibandingkan tindakan

pembedahan. Hidrokelektomi merupakan tindakan baku emas pada hidrokel.

Prognosis

Dengan operasi terbuka, angka rekurensi ipsilateral adalah kurang dari 1 %.

Angka rekurensi ipsilateral dengan laparoskopi adalah 3-4 %. Rekurensi biasanya

berhubungan dengan komorbid 8

Diferential Diagnosis

Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang

hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Hidrokel dan

hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerah testis dengan

perbedaan utama berupa benjolan pada hernia bersifat hilang timbul, sedangkan pada

hidrokel, benjolan dapat berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes transiluminasi,

hidrokel memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia inguinalis hasil tes

negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan dengan

penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat

terjadi. 5,6

2.4.3 Varikokel

Varikokel adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat

gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. 5,6

Gambaran klinis : 

Anamnesa : 

1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun

menikah. 

2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri. 

3. Terasa berat pada testis 

19

Page 21: Anatomi Testis

Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava) 

Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam kantung,

yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis.

Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang, sedangkan pada hidrokel tidak

hilang, hanya dapat berkurang tetapi butuh waktu yang lama.

Pentatalaksanaan

Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya

melakukan operasi pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel

yang telah menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis

merupakan indikasi untuk mendapatkan suatu terapi.

Tindakan yang dikerjakan adalah:

(1) ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau

bedah laparoskopi,

(2) varikokelektomi cara Ivanisevich,

(3) atau secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena

spermatika interna ( embolisasi ). Untuk lebih jelasnya mengenai embolisasi

varikokel.

Prognosis

Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat

beberapa indikator antara lain: (1) bertambahnya volume testis, (2) perbaikan hasil

analisis semen (yang dikerjakan setiap 3 bulan), atau (3) pasangan itu menjadi hamil.

Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari

Palomo didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan

analisis semen, dan 50% pasangan menjadi hamil.

20

Page 22: Anatomi Testis

2.3.4 Torsio Testis

Torsio testis adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga

terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan

aliran darah daripada testis. 5,6

Gambaran klinis : 

Anamnesa :

1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum. 

2. sakit perut hebat, kadang mual dan muntah. 

3. nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal. 

Pemeriksaan Fisik : 

1. Inspeksi 

testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus spermatikus

terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan lebih

horizontal jika dibandingkan testis sisi yang sehat. 

2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus

Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah hilangnya reflex

kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores atau mencubit paha

bagian medial, menyebabkan kontraksi musculus cremaster yang akan

mengangkat testis. Refleks kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah

atas minimal 0.5 cm.

Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-3 mm di

ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang dikenal dengan “blue dot

sign”.

Prehn’s sign negative mengindikasikan nyeri tidak berkurang dengan

pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio testis, merupakan operasi

CITO dan harus dikoreksi dalam 6 jam.

21

Page 23: Anatomi Testis

Penatalaksanaan

Detorsi Manual

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan

jalan memutar testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio

biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dahulu,

kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi kearah medial. Hilangnya nyeri

setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil operasi

harus tetap dilaksanakan. 5

Operasi. 5

Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada

arah yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang

mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis

Operasi dalam 6 jam biasanya dapat mencegah terjadi iskemia testis, dan akan

mengalami penurunan sebesar 20% dalam 12 jam. Atrofi muncul antara 4 jam sampai

8 jam dan setelah 10 jam iskemia nekrosis tidak dapat lagi terelakkan Jika testis

masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian

disusul orkidopeksi pada testis kontralateral . 5,7

Prognosis

Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera dalam 5-

6 jam, maka akan memberikan prognosis yang baik dengan angka pertolongan

terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam terjadi torsio dan gangguan aliran darah,

maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan pembedahan juga meningkat.Namun,

meskipun terjadi kurang dari 6 jam, torsio sudah dapat menimbulkan kehilangan

fungsi dari testis. Setelah 18-24 jam biasanya sudah terjadi nekrosis dan indikasi

untuk dilakukan orchi dectomy. Orchidopexy tidak memberikan jaminan untuk tidak

22

Page 24: Anatomi Testis

timbul torsio di kemudian hari, meskipun tindakan ini dapat menurunkan

kemungkinan timbulnya hal tersebut. Keterlambatan intervensi pembedahan akan

memperburuk prognosis serta meningkatkan angka kejadian atrofitestis

2.4.5 Orchitis

Orchitis adalah reaksi inflamasi akut akibat infeksi sekunder pada testis.

Kebanyakan kasus berkaitan dengan infeksi virus mumps. Selain virus mumps, virus

ataupun bakteri lain juga dapat menyebabkan orchitis. 5,7

Epidemiologi

DI Amerika Serikat diperkirakan 20% dari pasien prepubuertas yang

terinfeksi virus mumps mengalami orchitis. Pada Orkitis mumps, 4-5 kasus terjadi

pada usia prepubertas ( < 10 tahun). Pada Orkitis bakterialis, kebanyakan kasus

berkaitan dengan epididimis (epididimo-orkitis), dan terjadi pada usia seksual aktif,

lebih dari 15 tahun atau diatas 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak. 5,7

Etiologi

Orkitis paling sering disebabkan oleh virus mumps. Selain itu, dapat juga

disebabkan oleh virus coxsackie, mononucleosis infeksiosa, varicella dan

echovirus.Orkitis bakterialis biasanya berkaitan dengan epididimitis. Bakteri yang

berperan berupa Neisseria gonorrhea, Chlamydia trachomatis, Escheriaia coli,

Klebsiella peneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus dan

Streptococcus. Penderita imunokompromais yang menderita orkitis berkaitan dengan

infeksi Mycobacterium complex, Cryptococcus neoformans, Toxoplasma gondii,

Haemophilus parainfluenzae dan Candida albicans5,7

Orkitis akut ditemukan sebagai penyulit penyakit virus, misalnya yang

terkenal adalah parotitis epidemika. Peradangan pada testis dapat terjadi sebagai

23

Page 25: Anatomi Testis

akibat dari penyebaran hematogen dari berbagai penyakit infeksi sistemik.

Diperkirakan orchitis tanpa epididimitis berasal melalui cara tersebut 5,7

Epididimoorchitis, merupakan komplikasi serius dari mumps, secara umum

hanya terlihat pada remaja laki-laki dan lelaki muda. Faktor yang menjadi

predisposisi komplikasi ini tidak diketahui, bagaimanapun, mumps orchitis terjadi

pada 20-35 % kasus mumps pada laki-laki pada usia tersebut dan bilateral pada 10 %

kasus. Onset biasanya terjadi pada 3-4 hari setelah berkembangnya parotitis 5,7

Tuberkulosis orchitis dapat terjadi dari penyebaran hematogen dari tuberkel

bacilli dari focus infeksi di paru atau lebih sering lagi, secara langsung dari

tuberculous epididimytis 5,7

Orkitis luetika jarang ditemukan. Sifilis stadium IV yang merupakan guma di

orgaan ini agak sering terdapat di testis, tetapi setelah penemuan antibiotik, sifilis

stadium IV sangat jarang ditemukan. Pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan

seluruh testis yang tidak nyeri, konsistensi agak kenyal seperti karet dan mungkin

terdapat hubungan dengan kulit depan yang akhirnya membentuk fistel kulit.

Diagnosis bandingnya berupa kanker testis. 5,7

Testis dapat terlibat dalam syphilis, dengan area nekrosis yang besar sebagai

tingkat lanjut dari syphilis 5,7

Granulomatous orchitis, proses inflamasi nonspesifik pada testis, terjadi

biasanya pada umur pertengahan dan laki-laki tua. Berasal dari proses noninfeksi.

Bukti menunjukkan bahwa penyakit autoimun dapat terlihat sebagai respon

granulomatos pada spermatozoa (Meares, 1995).

Patogenesis dan patologi

Pada inspeksi menyeluruh, testis yang terlibat dalam orchitis ninspesifik

biasanya membesar, kongesti dan supel; pada bagian tertentu abses kecil dapat

terlihat. Secara histologi, edema dari jaringan ikat dan infiltrasi neutrofil merupakan

karakteristik. Tubulus seminiferus dapat juga terlibat dan nekrosis dapat muncul.

24

Page 26: Anatomi Testis

Tubulus seminiferus digantikan dengan tuberkel kaseosa pada tuberculosis orchitis

dan dengan infiltrate dari sel mononuclear (sel plasma, limfosit, sel mononukleat, dan

sel epiteloid) pada nonspesifik granulomatosa orchitis. Garis luar tubulus seminiferus

tetap ada namun aktivitas spermatogenesis tidak ada. Pada masa penyembuhan,

tubulus seminiferus dan sel interstisial biasanya tetap dipertahankan 5,7

Mumps merupakan penyebab infeksi paling sering dari orchitis. Menariknya,

mumps orchitis hanya terjadi pada lelaki postpubertal. Secara umum testis sangat

membesar dan berwarna kebiruan. Pada bagian, karena terjadi reaksi interstitial dan

edema, tubulus tidak terdorong keluar . Secara histology, edema dan dilatasi

diobservasi; neutrofil, limfosit dan makrofag banyak ditemukan; dan sel tubular

menunjukkan derajat degenerasi. Pada masa penyembuhan testis kecil dan lembut.

Secara histology, fase ini menunjukkan tubular atrophy namun tetap mempertahankan

sel interstisial Leydig. Epididimis seringkali terlibat 5,7

Gambaran klinik

A. Gejala dan Tanda

Orkitis ditandai adanya nyeri dan bengkak pada testis. Nyeri yang dirasakan

berkisar nyeri ringan sampai berat. Gejala lain yang dapat ditemukan berupa lelah,

nafsu makan menurun, nyeri otot, demam, mual dan nyeri kepala. 5,7

Munculnya mumps orchitis mendadak, biasanya terjadi setelah 3-4 hari

setelah terjadinya parotitis. Skrotum dapat berwarna kemerahan dan udem. Tidak

seperti penemuan pada epididimitis, gejala urinari yang dikaraktestikkan tidak ada.

Demam dapat mencapai 40o C dan prostrasi dapat terlihat 5,7

Parotitis dari mumps dapat muncul atau bukti penyakit infeksi yang lain yang

dapat ditemukan. Satu atau kedua testikel akan membesar dan sangat ‘lunak’.

Terkadang epididimis tidak dapat dibedakandari testis dengan palpasi. Kulit scrotum

dapat kemerahan. Pada hidrocele terdapat transluminasi Pada pemeriksaan rectal

25

Page 27: Anatomi Testis

touché dapat ditemukan pembesaran dari prostat (prostatitis) berkaitan epididimo-

orkitis. 5,7

Penemuan laboratorium

Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan leukositosis. Proteinuria ringan dan

mikrohematuria telah di gambarkan, namun urinalisis biasanya normal. Selama

episode akut dari viral orchitis, organism infektif dapat ditemukan pada urin 5,7

Penatalaksanaan

Orchitis karena bakteri harus diobati dengan obat antimikroba, sedangkan

obat-obatan ini tidak berguna melawan mumps orchitis. Resolusi yang cepat dan dari

pembengkakan dan rasa sakit kadang dapat dicapai dengan infiltrasi dari funikulus

spermatikus secepatnya superior dari testis yang terlibat dengan 20 mL dari 1%

lidocaine. Ini dapat menjaga aktivitas spermatogenic dengan memperbaiki suplai

darah ke testicle. Pada kasus orchitis granulomatosa nonspesifik penggunaan

kortikosteroid diindikasikan 5,7

Tirah baring penting untuuk tahap akut orchitits. Penghangatan local berguna

dan menghilangkan nyeri. Dukungan terhadap organ dapat meningkatkan

kenyamanan; handuk diletakkan di bawah skrotum atau penggunaan athletic

supporter dapat berguna. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan demam

disarankan 5,7.

Prognosis

Prognosis pada penderita orkhitis secara umum adalah baik, sebagian besar kasus

orkhitis karena mumps menghilang secara spontan dalam 3-10 hari. Pada penyakit orkhitis

dengan pemberian antibiotik yang tepat, sebagian besar kasus orkhitis bakteri dapat

sembuh tanpa komplikasi

26

Page 28: Anatomi Testis

TUMOR TESTIS

Insiden

Insiden kanker testis di Eropa meningkat, dengan dua kali lipat setiap 20 tahun.

Insiden saat ini adalah 63/100 000/tahun, dengan tingkat tertinggi di negara-negara

Eropa Utara (68/100 000/tahun). Angka kematian sangat rendah (3,8 cases/100

000/tahun). Tumor testis, 40% adalah seminoma dan 60% non-seminoma. Kanker

testis invasif berkembang dari karsinoma in situ (CIS) / intraepithelial neoplasia testis

(TIN), sering ditemukan dalam jaringan testis sisa nonmalignant. Pada biopsi acak,

2% -5% pasien kanker testis memiliki CIS di testis kontralateral. Hal ini sesuai

dengan tingkat 2% -3% dari kanker testis kontralateral sinkron atau metachronous.

Etiologi 6

Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya

yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya

kanker testis:

Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum) atau kriptorkismus

Kriptorkismus merupakan faktor resiko timbulnya karsinoma testis. Dikatakan

bahwa 7 – 10% pasien karsinoma testis, menderita kriptorkismus. Proses

tumorigenesis pasien maldensus 48 kali lebih banyak daripada testis normal.

Meskipun sudah dilakukan orkidopeksi, resiko timbulnya degenerasi maligna

tetap ada. Pria dengan testis undesenden mempunyai risiko 10 kali untuk

mendapat tumor dibandingkan dengan mereka yang mempunyai testis

intraskrotal.

Atrofi Testis.

Kagagalan testis untuk bertumbuh menjadi matur atau mencapai ukuran normal.

Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi mumps, torsi atau trauma.

27

Page 29: Anatomi Testis

Terpapar dengan bahan kimia dan polutan.

Terpapar dengan substansi/zat toksin dapat menyebabkan perkembangan yang

abnormal dari testis. Hal ini meningkatkan frekuensi tumor testis pada usia 30-40

tahun.

Pemaparan Dietilstilbesterol (DES).

Pada anak-anak yang lahir dari wanita dengan level estrogen yang tinggi selama

hamil sangat beresiko untuk terdapatnya tumor testis dan kriptorkidisme.

Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan

rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia)

dan testis yang kecil).

Ada riwayat kanker testis dalam keluarga

Patofisiologi 6

Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai

seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis,

funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan

barrier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga

kerusakan tunika albugenia oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk

menyebar keluar testis.6

Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju

ke kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian

menuju ke kelenjar mediastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma

menyebar secara hematogen ke paru, hepar, dan otak. 6

Patologi 7

Seminoma

Makroskopik : Permukaan homogen putih kotor, lobuler, perdarahan/nekrosis.

28

Page 30: Anatomi Testis

Mikroskopik : Membran sel berbeda, sitoplasma jernih tampak berair, inti ditengan

dan besar dengan 1-2 nukleoli prominen, mitosis jarang, tidak mengandung AFP.

Nonseminoma

Makroskopik : Warna abu-abu pucat, lunak.

Mikroskopik :

Ukuran sel kecil (6-8 µm).Sitoplasma eosinofilik dengan tepi tipis mirip

spermatosit sekunder.

Ukuran sel sedang (15-18 µm).Mengandung banyak inti bulat dan sitoplasma

eosinofilik

Ukuran sel besar (50-100 µm). Sel-sel tumor menunjukan gambaran sitoplasma

eosinofilik dengan inti spermatositik matur.

.Gambaran Klinis7

Gambaran khas tumor testis ialah benjolan di dalam skrotum yang tidak nyeri.

Biasanya tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari epidimis pada

palpasi yang dilakukan dengan telunjuk ibu jari.

Gejala pada umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran testis tanpa

nyeri adalah temuan yang paling umum dijumpai tetapi mungkin juga tidak

ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan massa

atau benjolan pada testis yang tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada

skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit pinggang (akibat perluasan nodus

retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat badan, dan kelemahan

diagnostik yang signifikan.7

Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis

mandiri. Suatu bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup

29

Page 31: Anatomi Testis

pameriksaan mandiri. Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi

penting untuk deteksi dini penyakit ini. 7

Berikut beberapa gejala dari tumor testis adalah7

Pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri. Namun 30% mengeluh nyeri dan

terasa berat pada kantung skrotum, sedangkan 10% mengeluh nyeri akut pada

skrotum.

Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)

Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis

Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah

Ginekomastia

Ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya kadar bHCG di dalam sirkulasi

sistematik yang banyak terdapat pada koriokarsinoma.

Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat

.Diagnosa9

Anemnesa

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi

tetapi kadang-kadang nyeri pada perabaan dan konturnya bisa sangat ireguler atau

sedikit ireguler dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi.

Pemeriksaan penunjang

1. USG

Seminoma biasanya muncul sebagai massa testis homogen echogenicity rendah

dibandingkan dengan jaringan testis normal. Massa biasanya oval dan

didefinisikan dengan baik tanpa adanya invasi lokal. Aliran darah Internal terlihat.

30

Page 32: Anatomi Testis

Daerah fibrosis dan kalsifikasi kurang umum daripada non-seminomatous tumor

sel kuman. Seminoma lebih besar dapat tampil lebih beragam.

2. CT SCAN

CT abdomen dan panggul yang penting dalam memvisualisasikan metastasis

baik sebagai bagian dari seminoma stadium primer tetapi juga dalam diagnosis utama

ketika massa testis tidak diketahui. Metastasis ke para-aorta kelenjar getah bening

pada tingkat pembuluh ginjal adalah situs pertama khas karena menyebar ke drainase

limfatik dari testis berhubungan dengan penurunan testis embriologi. Metastasis

nodal sering besar, kepadatan homogen dan cenderung untuk membungkus vessles

sekitarnya. Metastasis kelenjar getah inguinalis atau iliaka simpul menyarankan

limfatik menyebar melalui skrotum dan ekstensi tumor itu lokal di luar tunika

vaginalis. Metastasis visceral terlihat di sekitar 5% pasien pada presentasi (paru-paru,

hati, tulang, otak). Staging CT dada hanya ditunjukkan ketika daerah getah bening

para-aorta penyebaran simpul hadir atau jika ada Foto toraks abnormal. Setelah

metastasis kelenjar getah terapi simpul mengurangi nyata dalam ukuran tetapi

beberapa jaringan abnormal tidak aktif tetap ada yang dapat sulit dibedakan dari

penyakit sisa dan pemantauan sementara diperlukan.

3. MRI

Biasanya muncul sebagai tumor multinodular intensitas uniformsignal 3-4.

4. Pemeriksaan darah atau penanda tumor 7

Untuk menandai tumor seminoma atau non seminoma

Yang dilihat adalah jumlah AFP (alfa fetoprotein), HCG (human chorionic

gonadotrophin)

aFP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh

karsinoma embrional, teratokarsinoma, atau tumor yolk sac, tetapi tidak

diproduksi oleh koriokarsinoma murni dan seminoma murni. Penanda tumor

ini mempunyai masa paruh 5-7 hari.

31

Page 33: Anatomi Testis

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein yang pada

keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda tumor ini

meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, pada 40% - 60% pasien

karsinoma embrional, dan 5% - 10% pasien seminoma murni. HCG

mempunyai waktu paruh 24-36 jam

Tabel. Nilai Penanda Tumor pada Beberapa Jenis Tumor Testis

Pada dugaan tumor testis tidak diperbolehkan melakukan biopsi testis atau

pendekatan trans skrotal karena ditakutkan akan membuka peluang sel tumor

mengadakan penyebaran. Untuk penegakan diagnosis patologi anatomi, bahan

jaringann harus diambil dari orchidektomi.

Stadium Tumor Testis 4

Berdasarkan sistem klasifikasi TNM, penentuan T dilakukan setelah

orkidektomi berdasarkan atas pemeriksaan histopatologik. Beberapa cara penentuan

stadium klinis yang lebih sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb, yaitu :

32

Page 34: Anatomi Testis

1. Stadium A atau I :

Untuk tumor testis yang masih terbatas pada testis.

2. Stadium B atau II :

Untuk tomur yang telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para

aorta). Stadium B atau II dibagi menjadi 2 :

Stadium IIA (untuk pembesaran limfonodi para aorta yang belum teraba)

Stadium IIB (untuk pembesaran limfonodi yang telah teraba > 10 cm)

3. Stadium C atau III :

Untuk tumor yang telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah

mengadakan metastasis supradiafragma.

33

TNM

T0TisT1T2T3T4

terbatas testisintratubulartestis dan rete testismenembus tunika albuginea/epididymisfunikulus spermatikusskrotum

NN1N2N3

penyebaran ke kelenjar limfe regional (retroperitoneal)tunggal < 2 cmtunggal >2 cm <5 cm > 5 cm

M penyebaran di atas kelenjar retroperitoneal/metastasis

hematogen

Page 35: Anatomi Testis

Tabel Stadium dan Tingkat Penyebaran Tumor Testis

Penatalaksanaan6

Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah

kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel

kankernya, selanjutnya ditentukan stadiumnya:

1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis

2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut

3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke

hati atau paru-paru.

Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:6

1. Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar getah

bening (limfadenektomi).

2. Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi

lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.

Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada

stadium awal.

3. Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan

etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.Kemoterapi telah meningkatkan angka

harapan hidup penderita tumor non-seminoma.

4. Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan

kerusakan pada sumsum tulang penderita.

Terapi yang dilakukan jika tumor seminoma berdasarkan stadium adalah: 6

1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut.

34

Page 36: Anatomi Testis

2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan

kemoterapi dengan sisplastin.

3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.

Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan

kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).

Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan. Tujuan

penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan.

Pemilihan pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit. Testis

diangkat dengan orkhioektomi melalui suatu insisi inguinal dengan ligasi tinggi korda

spermatikus.6

Prosthesis yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk mengisi testis yang

hilang. setelah orkhioektomi unilateral untuk kanker testis, sebagian besar pasien

tidak mengalami fungsi endokrin. Namun demikian, pasien lainnya mengalami

penurunan kadar hormonal, yang menandakan bahwa testis yang sehat tidak berfungsi

pada tingkat yang normal. Diseksi nodus limfe retroperineal (RPLND) untuk

mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin dilakukan setelah

orkhioektomi.6

Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami gangguan setelah

RPLND, pasien mungkin dapat mengalami disfungsi ejakulasi dengan akibat

infertilitas. Menyimpan sperma di bank sperma sebelum operasi mungkin menjadi

pertimbangan.6

Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai region iliaka

digunakan untuk mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat tumor saja.

Testis lainnya dilindungi dari radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi juga

digunakan untuk pasien yang tidak menunjukkan respon terhadap kemoterapi atau

35

Page 37: Anatomi Testis

bagi mereka yang tidak direkomendasikan untuk dilakukan pembedahan nodus

limfe.6

Prognosis7

Pada beberapa tahun terakhir ini terlihat adanya peningkatan yang nyata dari

prognosis penderita tumor testis. Seminoma merupakan tumor yang radiosensitif

yang mempunyai prognosis sangat baik. Peningkatan utama, terdapat pada penderita

tumor sel benih yang non-seminoma yang disebaban oleh tiga faktor, yaitu

perkembangan teknik imaging yang lebih cepat yang memperbaiki ketepatan

penilaian stadium; peningkatan teknik pemeriksaan pertanda tumor; dan peningkatan

obat kemoterapi yang digunakan. Akibatnya, sekarang ditemukan angka kesembuhan

yang sama dengan angka kesembuhan pada seminoma.7

Sampai saat ini, pengelolaan biasanya berupa orkidektomi yang kemudian

diikuti radioterapi profilakstik pada kelenjar limfe para-aorta. Cara ini menghasilkan

angka kesembuhan sebesar 90-95% pada seminoma. Pengelolaan paling akhir yang

sekarang telah diterima untuk seminoma dan teratoma ialah orkidemtomi diikuti

pengawasan dengan menggunakan teknik imaging dan pertanda tumor dalam serum.

Kekambuhan yang terjadi kemudian diobati dengan pemberian kemoterapi. Apabila

penderita tetap hidup dalam jangka waktu dua tahun setelah pemberian lengkap

kemoterapi tanpa adanya proses kekambuhan, penderita dinyatakan telah sembuh.7

36

Page 38: Anatomi Testis

BAB III

SIMPULAN

Testis adakah organ reproduksi pria yang peran ganda, yaitu: sebagai

glandula eksokrin dan endokrin. Sebagai glandula eksokrin, testis menghasilkan sel-

sel spermatozoa, dan sebagai endokrin menghasilkan hormon testosteron.

Pada anomali dan patologi dari tetstis sering didapatkan pada usia dewasa

muda . Penegakan diagnosa didasarkan pada anamnesis pemeriksaan fisik dan

penunjang . Penatalaksanaan yang terlambat akan menimbulkan efek pada testis di

kemudian hari. ketidaknyamanan sepanjang hidup dan bila tidak ditangani akan

gangguan gangguan seperti infertilitas, bahkan kematian jaringan.

Bebeapa anomaly dan patologi dari tetstis meliputi Undesesus testis (UDT)

atau biasa disebut kriptorkismus, Hidrokel, Varikokel,Torsi Testis, Orchitis , tumor

testis

.

37

Page 39: Anatomi Testis

DAFTAR PUSTAKA

1. Umbas, R., Tumor Ganas dalam Bidang Urologi, (Kumpulan Kuliah Ilmu

Bedah Ed: Reksoprodjo, S, dkk), Bagian Bedah Staf Pengajar Universitas

Indonesia, Ed. 2 Jakarta, 2000.

2. Coup. A.J., Traktus Genitalia Pria, (Patologi umum dan sistemik, Ed. Sarjadi),

EGC, Ed. 2 Jakarta, 2000.

3. Moh. Adjie Pratignyo. 2011. Bedah Saluran Cerna Anak. Edisi 1. SAP Publish

Indonesia: Tangerang

4. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.

Philadelphia. p 118-129

5. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.

McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259  

6. Purnomo, B.B., Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Ed. 2, Jakarta. 2003.

7. Sjamsuhidajat, R., De Jong, W., Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Ed. 2, 1997

38