ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT ...
Transcript of ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT ...
ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. JURAGAN KOSMETIK INDONESIA
SKRIPSI
OLEH
ANNISA VITA NOVIANTY
105731108616
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021
i
HALAMAN JUDUL
ANALISIS PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. JURAGAN KOSMETIK INDONESIA
Oleh
ANNISA VITA NOVAYANTY
NIM 105731108616
Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021
ii
MOTTO
Motto:
• Ketika kau sedang mengalami kesusahan dan bertanya-tanya kemana Allah, cukup ingat bahwa seorang guru selalu diam saat ujian berjalan.
• Tidak ada escalator kesuksesan kauh harus menaiki tangga.
• Railah baju sarjanamu sebelum kau meraih baju pengantinmu.
Persembahan:
Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada:
1. Ayah saya Hartating yang telah memberikan semangat dan doa sehingga
saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibunda saya Ferawati yang telah memberikan semangat dan doa sehingga
saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
3. Saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungan untuk proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus
dan ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntun dan memberi arahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Para sahabat-sahabat dan senior-senior saya yang selalu memberikan
bantuan dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
ABSTRAK
ANNISA VITA NOVIANTY, 2021. Analisis Pengendalian Biaya Overhead Pabrik
Pada PT. Juragan Kosmetik Indonesia. Dibimbing oleh Sultan Sarda. dan Asriani
Hasan.
Permasalahan dalam penelitian adalah apakah penerapan biaya
overhead pabrik yang dikeluarkan oleh PT. Juragan Kosmetik Indonesia dapat
dijadikan sebagai alat pengendalian biaya. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai
dengan diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan anggaran
sebagai alat pengendalian biaya overhead pabrik khususnya pada PT. Juragan
Kosmetik Indonesia dan untuk menganalisis pengendalian biaya overhead pabrik
agar tidak terjadi varians biaya yang merugikan. Untuk mengaplikasikan tujuan
tersebut maka digunakan metode pemisahan semi variabel, penentuan tarif biaya
overhead pabrik, analisis varians.
Berdasarkan dari hasil analisis mengenai peranan anggaran sebagai alat
pengendalian biaya overhead pabrik yang menunjukkan bahwa pelaksanaan
anggaran belum berfungsi sebagai alat pengendalian biaya produksi kosmetik.
Hasil analisis mengenai pengendalian biaya overhead pabrik dalam produksi
menujukkan bahwa semua komponen biaya overhead pabrik (biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja tak langsung, biaya reparasi dan pemeliharaan
aktiva, biaya penyusutan aktiva tetap, biaya listrik atau air PAM, biaya
kesejahteraan karyawan, biaya asuransi dan biaya bahan bakar) terjadi selisih
yang tidak menguntungkan selama 2 tahun terakhir. Faktor yang menyebabkan
terjadinya selisih karena kurang efektifnya pengendalian biaya yang dilakukan
oleh pihak perusahaan.
Kata Kunci : Biaya Overhead Pabrik
vii
ABSTRACT
ANNISA VITA NOVIANTY, 2021. “Analysis of Factory Overhead Cost Control at
PT. Juragan Kosmetik Indonesia”. Supervised by Sultan Sarda. and Asriani
Hasan.
The problem in this research is whether the application of factory
overhead costs incurred by PT. Juragan Kosmetik Indonesia can be used as a
cost control tool. While the goal to be achieved by holding this research is to
analyze the role of the budget as a means of controlling factory overhead costs,
especially at PT. Juragan Kosmetik Indonesia and to analyze the control of
factory overhead costs so that there are no adverse cost variances. To apply
these objectives, the semi-variable separation method is used, the determination
of factory overhead rates, and analysis of variance.
Based on the analysis of the role of the budget as a means of controlling
factory overhead costs, it shows that budget execution has not yet functioned as
a means of controlling the cost of cosmetic production. The results of the analysis
of controlling factory overhead costs in production show that all components of
factory overhead costs (cost of supporting materials, indirect labor costs, cost of
repairs and maintenance of assets, depreciation costs of fixed assets, electricity
or water supply costs, employee welfare costs, insurance costs) and fuel costs)
were not profitable over the last 2 years. Factors that cause discrepancies are
due to the ineffective implementation of the budget as a means of controlling
factory overhead costs.
Keywords: Factory Overhead Costs
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjat kan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengendalian Biaya
Overhead Pabrik Pada PT. Juragan Kosmetik Indonesia“.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis Bapak Hartating dan Ibu Ferawati yang
senantiasa memberi harapan, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih.
Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan didunia dan diakhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada:
ix
1. Bapak Prof. Dr. H Ambo Asse, M. Ag Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Muchriana Muchran, SE., M.Si. Ak. CA, selaku penasehat akademik
yang senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.
5. Bapak Drs. H. Sultan Sarda, MM , selaku pembimbing I yang senantiasa
mengarahkan penulis sehingga Skripsi dapat selesai dengan baik.
6. Ibu Asriani Hasan, SE, M.Si , selaku pembimbing II yang senantiasa
memberikan saran, arahan dan perbaikan dengan sabar sehingga proses
penelitian dan penyusunan skripsi dapat selesai dengan baik.
7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
ilmu kepada penulis.
8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
9. Orang Tua penulis yang telah membantu, membimbing dan memberi support
yang sangat ikhlas bagi penulis.
10. Kepada teman saya Nina Agustina yang sudah membagi ilmunya dan
membimbing sampai terselesainya skripsi ini.
11. Kepada Zulkifli Ardiansyah yang sudah memberi dukungan penuh baik moral
maupun moril.
x
12. Sahabat-sahabat saya Yuliana, S.Ak, Susilawati, S.Ak, Heriayu, SE,
Jumarni, S.P, Satriani, Hamsinar Asnawi, SE , Nurul Aprilianti, S.E, Himansi
2016 dan semua teman-teman yang tidak bisa di sebut satu persatu yang
sudah memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Teman-Teman akuntansi 2016.C. yang telah membantu peneliti selama
berproses di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
14. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada almamater kampus biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, 17 Maret 2021
Annisa Vita Novianty
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
MOTTO .................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. vi
ABSTRACT ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 4
A. Landasan Teori ...................................................................... 4
B. Penelitian Terdahulu .............................................................. 20
C. Kerangka Pikir ....................................................................... 22
D. Hipotesis ................................................................................ 22
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 23
A. Fokus Penelitian.................................................................... 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 23
xii
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 23
D. Metode Pengumpulan Data .................................................. 24
E. Instrumen Penelitian ............................................................. 24
F. Metode Analisis Data ............................................................ 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 27
A. Hasil Penelitian ..................................................................... 27
B. Analisis Data dan Pembahasan ............................................ 30
BAB V PENUTUP .................................................................................. 51
A. Kesimpulan ........................................................................... 51
B. Saran .................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 53
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 20
Tabel 4.1 Volume Produkso Tahun 2018 s/d 2019 ........................................... 31
Tabel 4.2 Realisasi Biaya Overhead Pabrik Tahun 2018 s/d 2019 .................... 32
Tabel 4.3 Biaya Semi Variabel Perusahaan Tahun 2018 s/d 2019 ................... 33
Tabel 4.4 Data Biaya Semi Variabel Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Tahun 2018 ....................................................................................... 34
Tabel 4.5 Data Biaya Semi Variabel Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Tahuh 2019 ....................................................................................... 35
Tabel 4.6 Data Biaya Semi Variabel Listrik/Air PDAM Tahun 2018 ................... 36
Tabel 4.7 Data Biaya Semi Variabel Listrik/Air PDAM Tahun 2019 ................... 38
Tabel 4.8 Realisasi Biaya Overhead Setelah dilakukan Pemisahan
Biaya Semi Variabel Tahun 2018 s/d 2019 ........................................ 40
Tabel 4.9 Anggaran BOP (kapasitas produksi 1.039.400) Tahun 2018 ............. 42
Tabel 4.10 Standar BOP (kapasitas produksi 1.042.260) Tahun 2019 ............. 43
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Biaya Overhead Tahun 2018 s/d 2019 ................ 48
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ........................................................................... 22
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Juragan Kosmetik Indonesia ............... 28
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Lampiran 1. Laporan Keuanagn PT. Juragan Kosmetik
Tahun 2018 s/d 2019 ............................................................... 55
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ................... 58
Lampiran 3. Dokumentasi ............................................................................. 59
Lampiran 4. Riwayat Hidup ........................................................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya kebutuhan pasar di era globalisasi ini menjadi
tantangan tersendiri bagi sebagian besar perusahaan industri tanah air. Ini
menjadi siklus positif dalam dunia produksi karena dengan meningkatnya
kebutuhan pasar akan berbanding lurus dengan peningkatan produksi
perusahaan. Peningkatan permintaan pasar harus dibarengi dengan peningkatan
jumlah produksi.
Perkembangan produksi yang begitu cepat, sangat berpengaruh pada
perusahaan karena menjadi penunjang perusahaan itu sendiri, dan sistem
produksi yang tepat maka akan memberikan dampak positif bagi perusahaan.
Dalam mendukung perusahaan untuk meningkatkan atau melakukan produksi
baik perusahaan yang bergerak di bidang jasa maupun yang bergerak dengan
menciptakan produk adlaah dengan menyediakan suatu sistem yang terpadu
secara menyeluruh dimulai dari manajer, kariawan, sistem produksi, output atau
hasil produksi hingga marketing dan pemasaran. Adalah suatu sistem
manajemen operasi yang mampu mengendalikan produksi sehingga sistem
produksi dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Manajemen manajemen perusahaan merupakan pengendali perusahaan
agar tetap melakukan produksi yang efisien terutama dalam hal pengendalian
biaya produksi. Menurut (Massie et al., 2018) bahwa manajemen memiliki peran
yang sangat penting dalam mengendalikan biaya poroduksi yang mana efektifitas
pengendalian biaya produksi ditetapkan berdasarkan kemampuan pusat biaya
2
dalam mencapai volume produksi yang dihgarapkan berdsarkan standar kualitas
yang dittetapkan. Manajemen biaya adalah salah satu masalah paling signifikan
bagi perusahaan mana pun dan pada setiap tahap perkembangannya. Selain itu,
topik ini jauh lebih relevan setelah krisis keuangan dunia yang dimulai pada
2007/2008 (Novák et al., 2017). Dalam arti bahwa sesunggunya pengendalian
biaya ini merupakan langkah untuk tetap menjaga stabilitas biaya yang
dikeluarkan dengan hasil produksi perusahaan.
Ini penting dilakukan dalam perusahaan, mengingat kondisi globalisasi
hari ini mengharuskan perusahaan untuk meningkatkan produksi berdasarkan
permintaan pasar. Tidak hanya itu, beberapa fator seperti persaingan pasar dan
kondisi lingkugan yang berubah-ubah mengakibatkan perusahaan harus
menyediakan biaya overherad. Biaya overheard menurut Janani et.al (Hanák &
Hermanová, 2017) adalah biaya yang bukan merupakan komponen pekerjaan
konstruksi yang sebenarnya tetapi mendukung pekerjaan utama. Tantangan
perusahaan hari ini dalam melaksanakan biaya overheard adalah bahwa
perusahaan tidak tahu jumlah pasti tentang biaya yang disediakan untuk setiap
divisi kerja dan orang-orang yang bekerja di setiap divisi (biaya tenaga kerja
langsung) dalam menjalankan biaya overherad.
Perkembangan produksi yang sangat pesat ini, juga mendapat peran
yang cukup besar untuk menunjang kegiatan perusahaan, bahkan dapat
dikatakan bahwa system produksi yang tepat akan memberikan dampak positif
terhadap perkembangan serta kemajuan perusahaan. PT. Juragan Kosmetik
Indonesia adalah perusahaan industri yang bergerak di bidang industri produk
kecantikan yaitu perusahaan yang memproduksi cream wajah, body lotion, sabun
wajah, dan lain-lain. Perusahaan ini juga bergerak dengan terus meningkatkan
3
produksi sesuai dengan pengkatanan pasar, namun kondisi hari ini adalah pada
saat melakukan overheard dalam rangka menutupi kebutuhan produksi kosmetik
agar tetap memenuhi kebutuhan pasar.
Dari gambaran diatas, maka peneliti mencoba melakukan riset tentang
penetapan overheard oleh PT. Juragan Kosmetik Indonesia dengan judul
“Analisis Pengendalian Biaya Overheard Pabrik Pada PT. Juragan Kosmetik
Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat ditarik
rumsan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah Anggaran biaya Overheard
pabrik yang di tetapkan PT. Juragan Kosmetik Indonesia dapat dijadikan sebagai
alat pengendalian biaya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka adapun tujuan
penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penetapan anggaran Biaya Overhead yang dilakukan
oleh PT. Juragan Kosmetik Indonesi.
2. Untuk menganalisis penerapan Biaya Overhead sebagai pengendali biaya
produksi PT. Juragan Kosmetik Indonesia menggunakan analisis Varians.
D. Manfaat Penelitiian
Adapun manfaat penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini sebagai referensi bagi yang
berminat dalam masalah biaya overheard pabrik
4
2. Secara praktis, dari hasil penelitian juga dfapat sebagai sumbangsi
pikiran pada perusahaan mengenai pelaksanaan pengendalian biaya
overheard pabrik
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1) Pengertian Biaya
Untuk mempelajari akuntansi manajemen terlebih dahulu perlu
memahami arti cost (yang selanjutnya disebut kos atau kadang bergantian
dengan sebutan biaya maupun harga perolehan) dan terminologi kos yang
terkait. Pembebanan kos pada produk, jasa dan objeknya untuk kepentingan
manajemen merupakan tujuan utama sistem informasi akuntansi
manajemen. Sasarannya adalah meningkatkan ketelitian pembebanan,
informasi biayaproduksi, dan tingkat kualitas sehingga dapat digunakan
sebagai dasar membuat keputusan yang lebih baik.
Dalam akuntansi keuangan cost (kos, biaya atau harga perolehan)
didefinisikan sebagai nilai kas atau setara dengan kas yang dikorbankan
untuk memperoleh barang atau jasa yang diperkirakan akan memberikan
manfaat di masa kini maupun masa yang akan datang pada organisasi.
Dikatakan setara dengan kas karena sumber daya nonkas juga dapat
ditukarkan dengan barang atau jasa. Pengorbanan tersebut dapat diukur
dengan jumlah dinyatakan dalam rupiah atau satuan uang. Dalam rangka
memperoleh manfaat saat ini maupun masa yang akan datang, para
manajer harus berusaha untuk meminimalkan biaya yang diperlukan. Para
manajer harus berusaha mencapai customer value yang sama atau lebih
besar dengan biaya yang lebih rendah dari para pesaingnya.
6
Biaya terjadi dalam rangka untuk memperoleh manfaat. Pada
perusahaan yang bertujuan mendapatkan laba, manfaat masa depan (fiture
benefit) berarti pendapatan (revenue). Cost atau harga perolehan yang
digunakan untuk memperoleh pendapatan disebut beban atau ongkos
(expenses). Setiap periode, expenses dikurangkan terhadap pendapatan
untuk menentukan laba atau rugi perusahaan.
Menurut (Al Haryono Jusup, 2017) biaya adalah harga pokok barang
yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan.
Adapun menurut (Simamora, 2012) menyatakan bahwa biaya adalah
sesuatu yang di bayarkan atau di korbankan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang diharapkan memberikan keuntungan atau manfaat pada saat
ini atau masa depan bagi perusahaan.
2) Klasifikasi Biaya
Menurut (Mulyadi, 2013) biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Biaya menurut obyek pengeluaran
Penggolongan ini, dasar penggolongan biaya merupakan nama dari
obyek pengeluaran. Contohnya bahan bakar adalah nama dari obyek
pengeluaran, maka bahan bakar yang berhubungan dengan semua
pengeluaran di sebut “biaya bahan bakar”.
b. Biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Perusahaan manufaktur mempunyai tiga fungsi pokok yaitu fungsi
pemasaran, fungsi produksi, fungsi administrasi dan umum. Maka dalam
perusahaan manufaktur, biaya tergagi menjadi tiga kelompok yaitu :
7
1) Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Berdasarkan
obyek pengeluarannya, biaya produksi ini dibagi menjadi biaya tenaga
kerja langsung, biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik.
2) Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
3) Biaya Adminitrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya untuk mengkoordinasi
kegiatan produksi dan pemasaran produk.
c. Biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Produk atau dapertemen merupakan sesuatu yang dapat dibiayai.
Berhubungan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya terbagi menjadi dua
kelompok :
1) Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, karena adanya sesuatu yang
di biayai, dimana biaya ini menjadi penyebab satu-satunya. Jika biaya
langsung ini tidak akan terjadi apabila sesuatu yang dibiayai tersebut
tidak ada. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasi
dengan sesuatu yang dibiayai.
2) Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebebkan
oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubunganya
dengan produk disebut biaya produksi tidak langsung atau biaya
8
overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk
tertentu. Dalam hubungannya dengan dapertemen, biaya tidak langsung
adalah biaya yang terjadi di suatu dapertemen.
d. Biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
penjualan
Berdasarkan hubungannya dengan perubahan volume kegiatan,
biaya terbagi menjadi :
1) Biaya Variabel
Biaya variable adalah biaya yang volume kegiatannya berubah
sebanding dengan perbahan jumlah totalnya. Contohnya biaya variable
merupakan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
2) Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang tidak sebanding perubahannya
dengan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya
tetap dan biaya variable.
3) Biaya Semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah konstan pada volume produksi
tertentu.
4) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu. Contoh dari biaya tetap adalah biaya gaji.
e. Biaya menurut jangka waktu manfaatnya
Biaya menurut jangka waktu manfaatnya dapat dibagi menjadi dua :
1) Pengeluaran modal (Capital Expenditure)
9
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya
dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-
tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi,
diamortisasi atau deplesi.
2) Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.pada saat
terjadinya pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan di
pertemukan dengan pendapatn yang diperoleh dari pengeluaran biaya
tersebut.
3) Perilaku Biaya
Pemahaman mengenai biaya-biaya berubah menurut perubahan-
perubahan aktivitas bisnis sangatlah bermanfaat bagi manajer jika volume
penjualan diharapkan meningkat, maka manajemen menaksir biaya keluaran
yang menanjak tinggi, untuk membuat estimasi seperti itu manajemen
perusahaan perlu mengetahui jenis biaya yang terlibat dan bagaimana biaya
tersebut berperilaku manakala aktivitas berubah.
Perilaku biaya berarti bagaimana biaya akan bereaksi terhadap
perubahan yanag berlangsung pada tingkat aktivitas bisnis, dimana
pemahaman mengenai perilaku biaya merupakan kunci dari sebuah
keputusan dalam sebuah perusahaan. Manajer-manajer yang memahami
bagaimana biaya berperilaku akan lebih mampu berprediksi berapa
besarnya biaya pada berbagai situasi operasi bisnis.
Perilaku biaya adalah pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan
10
perubahan volume kegiatan atau aktivitas yang dilakukan perusahaan,
dengan kata lain perilaku biaya adalah istilah untuk menggambarkan apakah
biaya berubah seiring dengan perubahan output. Besar kecilnya biaya dapat
di pengaruhi oleh volume produksi dan volume penjuakan.
4) Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Bahan baku langsung akan menjadi komponen utama produk dapat
diukur dalam hubungannya dengan jumlah yang diproduksi. Tenaga kerja
langsung dibebankan secara langsung pada produk dan perubahannya dapat
diukur dalam hubungannya dengan jumlah yang diproduksi. Oleh karena itu,
biaya perunit dari bahan baku dan tenaga kerja langsung dalam kapasitas
produksi tertentu adalah tetap, dengan asumsi bahwa tidak ada perubahan
harga atau tarif upah serta pengawasan yang efektif tetap terlaksana.
Berlawanan dari itu semua, bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja
tidak langsung mungkin atau bahkan tidak mungkin dibebankan secara
langsung kepada produk. Bahan baku langsung dan tenaga kerja tidak
langsungdapat dihubungkan secara langsung dengan produk baik dalam fisik
maupun biaya per unit. Untuk biaya-biaya yang tidak dapat secara langsung
dibebankan kepada produk atau tidak dapat dihubungkan secara langsung,
dikelompokkan ke dalam biaya overhead pabrik.
Pengertian biaya overhead pabrik menurut (Ray H. Garrison, Eric W.
Noreen, 2006) “Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya manufaktur yang
tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung”. Menurut
(Firdaus ahmad dunia & Wasilah Abdullah, 2012) “Biaya overhead pabrik
adalah biaya-biaya yang harus terjadi meskipun biaya tersebut secara
11
langsung tidak mempunyai hubungan yang dapat diukur dan diamati
terhadap satuan-satuan aktifitas tertentu”.
Menurut (Brewer, 2013) “Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya
manufaktur yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja
langsung”. Adapun Biaya Overhead Pabrik menurut (Supriyono, 2010) adalah
biaya produksi selain biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan baku,
yang elemennya dapat digolongkan ke dalam biaya biaya tenaga kerja tidak
langsung, penyusutan, biaya bahan penolong, dan amortisasi aktiva tetap
pabrik, reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik, biaya listrik dan air
pabrik, dan biaya overhead lainnya.
5) Jenis-Jenis Biaya Overhead
Biaya Overhead pabrik terdiri dari berbagai macam biaya, baik yang
memerlukan maupun yang tidak memerlukan pengeluaran kas pada saat
terjadinya biaya.
Biaya Overhead Pabrik terbagi menjadi tiga golongan menurut (Mulyadi,
2012), yaitu :
1) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Biaya Overhead Pabrik dapat digolongkan menurut sifatnya sebagai berikut :
a. Biaya bahan penolong
Biaya yang secara kasat mata komposisinya kecil jika ditelusuri di akhir
produk yang di hasilkan tetapi berperan dalam menyelesaikan proses
produksi produk tersebut.
12
b. Biaya pemeliharaan dan reparasi
Biaya pemeliharaan dan reparasi berupa suku cadang, biaya bahan
habis pakai dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk
keperluan perbaikan dan pemeliharaan.
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang
upahnya dibayarkan kepada karyawan pabrik yang secara fisik dan tidak
dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan
tertentu.
d. Biaya yang timbul akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik,
mesin dan ekuipmen, perkakas labolatorium, alat kerja dan aktifa tetap
lainnya yang digunakan oleh pabrik.
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin
dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan
biaya amortisasi kerugian trial-run.
f. Biaya overhead lainnya yang secara langsung memerlukan pengeluaran
tunai Adalah biaya reparasi yang diserahkankepada pihak luar
perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.
2) Penggolongan biaya overhead menurut perilakunya dalam hubungannya
dengan perubahan volume produksi
a. Baiay overhead tetap adalah biaya overhead yang tidak berubah dalam
kisar perubahan volume kegiatan tertentu.
13
b. Biaya overhead variable adalah biaya overhead pabrik yang berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
c. Biaya overhead semi variable adalah volume kegiatan yang berubah
tidak sebanding dengan perubahan biaya overhead Penggolongan biaya
menurut hubungannya dengan dapartemen.
3) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
dapartemen
a. Biaya overhead langsung dapartemen adalah biaya overhead yang
terjadi dalam dapartemen tertentu dan manfaatnya hanya dapat
dinikmati oleh dapartemen tersebut.
b. Biaya overhead tidak langsung dapartemen adalah biaya overhead yang
manfaatnya dapat dinikmati oleh lebih dari satu dapartemen.
6) Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Dalam penentuan tarif BOP terdapat dua tahap menurut (Firdaus
ahmad dunia & Wasilah Abdullah, 2012) yaitu :
1. Tarif pabrik menyeluruh
Untuk tarif pabrik menyeluruh, biaya overhead diakumulasikan
dalam satu kelompok besar pabrik secara menyeluruh (tahap pertama),
biaya overhead dibebenkan pada kelompok hanya dengan
menjumlahkan semua biaya overhead yang ditaksir (diharapkan) terjadi
dipabrik selama setahun. Pada tahap satu ini, obyek biaya adalah pabrik
dan penelusuran langsung digunakan untuk membebankan biaya
kepada kelompok pabrik secara menyeluruh. Setelah itu menghitung tarif
pabrik menyeluruh dengan menggunakan satu penggerakk tingkat unit
sebagai dasar pembebanan biaya overhead. Tahap kedua, biaya
14
overhead dibebankan ke produk, dengan mengalihkan tarif dengan total
jam tenaga kerja langsung aktual yang diinginkan setiap produk.
2. Tarif per dapartemen
Pada tahap pertama, biaya overhead pabrik menyeluruh dibagi-
bagi dan dibebankan ke masing-masing dapartemen produksi,
menciptakan kelompok biaya overhead per dapartemen, pada
pembebanan biaya tahap pertama, dapartemen adalah obyek biaya dan
biaya overhead yang dibebankan dengan menggunakan penelusuran
langsung dan penelusuran penggerak dan alokasi. Pada tahap kedua,
overhead pabrik dibebankan ke produk dengan mengalihkan tarif per
dapartemen dengan jumlah penggerak yang digunakan dapartemen
bersangkutan.
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃 =Taksiran Biaya Overhead Pabrik
Taksiran Dasar Pembebanan (Kegiatan)
Untuk keperluan analisis selisih antara biaya overhead pabrik
sesungguhnya dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif,
tarif biaya overhead pabrik harus dipecah menjadi dua macam yaitu :
tarif biaya overhead pabrik tetap dan tarif biaya overhead pabrik variabel.
Oleh karena itu tiap-tiap elemen biaya overhead pabrik yang
dianggarkan harus sudah digolongkan sesuai dengan perilaku dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Berikut ini diuraikan beberapa dasar pembebanan biaya overhead pabrik
kepada produk, yaitu :
a. Satuan Produk
15
Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan langsung
membebankan biaya overhead pabrik untuk setiap produk dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
b. Biaya Bahan Baku
Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai
bahan baku (misalnya biaya asuransi bahan baku), maka dasar yang
dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan
baku yang dipakai. Rumus perhitungan tarif biaya overhead pabrik
adalah sebagai berikut :
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖× 100%
c. Biaya Tenaga Kerja
Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai
hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung
(misalnya pajak penghasilan atas upah karyawan yang menjadi
tanggungan perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk
menentukan biaya overhead pabrik adalah tenaga kerja langsung.
Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus :
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘
Taksiran biaya tenaga kerja langsung× 100%
d. Jam Tenaga Kerja Langsung
Karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara biaya tenaga
kerja langsung dengan jumlah jam kerja langsung, maka biaya
16
overhead pabrik dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung
dengan rumus sebagai berikut :
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑚 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
e. Jam Mesin
Apabila biaya overhead pabrik berfariasi dengan waktu pnggunaan
mesin (contoh bahan bakar atau listrik dipakai untuk menjalankan
mesin), maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah
jam mesin. Dengan rumus sebagai berikut :
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑛
7) Pengertian Pengendalian
Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen yang paling
strategis, sebab tanpa adanya pengendalian, maka semua kebijakan yang
telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan termasuk perencanaan
menjadi tidak ada artinya. Pengendalian melibatkan perbandingan dan
evaluai yang berkelanjutan antara pelaksanaan dengan pengawasan
(kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan). Dari pengendalian inilah,
maka manajemen akan mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai
oleh manajemen perusahaan.
Berikut ini pengendalian menurut (Kho, 2018) adalah suatu proses
dimana para manajer mengatur dan memantau kemajuan dari organisasi
dan anggotanya dalam menjalankan kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan organisasi kemudian mengambil tindakan perbaikan jika
diperlukan. Dalam pengendalian, para manajer mengevaluasi apakah
17
strategi dan struktur organisasi bekerja seperti yang di kehendaki,
bagaimana hal-hal tersebut dapat ditingkatkan dan bagaimana harus diubah
jika tidak bekerja.
Agar supaya pengendalian itu efektif perlu dipenuhi berbagai
persyaratan, yaitu :
1. Pengendalian haruslah memenuhi sifat serta kebutuhan kegiatan
yang ada. Walaupun ada teknik-teknik pengawasan umum seperti :
anggaran, titik impas, waktu standar, dan lain-lain, organisasi perlu
juga menyiapkan sistem pengendalian khusus masing-masing bagian,
seperti : pengendalian kualitas untuk bagian produksi.
2. Pengendalian harus dapat memberikan laporan penyiapan secepat
mungkin. Oleh karena itu perlu sistem informasi yang baik agar data
penyimpanan cepat sampai pada yang berkepentingan dan
diputuskan dengan cepat pula.
3. Pengendalian harus luwes, walaupun rencana barulah sistem
pengendalian tetap berjalan, misalnya dengan menyiapkan rencana-
rencana alternatif.
4. Pengendalian harus menyatakan pola organisasi. Setiap bagian perlu
mempertanggung jawabkan hasil-hasil kegiatannya.
5. Pengendalian haruslah ekonomis, tidak memakan biaya besar
percuma saja memiliki sistem pengendalian yang baik tapi biaya
besar sekali.
6. Pengendalian haruslah mudah dimenegerti maksud dan tujuanny,
sederhana, mudah ditetapkan dan dilaksanakan.
18
7. Pengendalian haruslah menjamin tindakan perbaikan setelah didapati
adanya penyimpangan, artinya harus mengandung prosedur untuk
memperbaiki penyimpangan.
8. Pengendalian haruslah berhubungan dengan tujuan tertentu dan yang
telah disetujui.
Pengendalian hendaknya mengandung hal-hal yang memotivasi
pelaksanaan tugas. Artinya tujuan yang dicapai itu harus dapat tercapai,
tidak terlalu muluk
Dalam suatu perusahaan pengendalian terhadap biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi adalah sesuatu yang sangat penting.
Tentang pengendalian Lili M. Sadeli menyatakan :
“Pengendalian dapat didefinisikan sebagai penentu tentang sejauh mana perencanaan dan tujuan perusahaan dapat dicapai. Pengendalian ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan perencanaan bahkan dapat dikatakan sebagai dua hal yang mutlak harus ada dalam suatu perusahaan. (Lili M. Sadeli, 2004 : 17).
Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo ( 2005 : 133),
“Pengendalian merupakan salah satu manajemen yang pokok disamping
fungsi perencanaan dan koordinasi, yang berarti suatu proses yang
menjamin bahwa kegiatan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan hasil
yang diharapkan”.
1) Tujuan pengendalian Tujuan dilaksanakan pengendalian adalah supaya
proses pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
rencana dan melaksanakan tindakan perbaikan secepatnya bila terjadi
penyimpangan-penyimpangan. Pengendalian juga berfungsi untuk
melakukan pencegahan, perbaikan ketidaksesuaian atau adanya
19
kesalahan, dan berbagai kelemahan dari berbagai pelaksanaan tugas dan
wewenang.
2) Alat Pengendalian Biaya
o Anggaran
Hansen dan Mowen ( 2001 : 714), “Anggaran adalah bentuk
kuantitatif dari rencana yang mengidentifikasi tujuantujuan perusahaan
dan tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan untuk mencapainya”.
Sedangkan menurut Robert Anthony (2008 : 74), “Anggaran adalah suatu
rencana 19 manajemen, dengan asumsi implisit bahwa langkah-langkah
positif akan diambil oleh pembuat anggaran, (manajemen yang menyusun
anggaran) guna membuat kegiatan nyata sesuai dengan rencana”.
Menurut Hansen dan Mowen (2001 : 721) “Anggaran produksi
merupakan bentuk kuantitati dari rencana perusahaan yang menjelaskan
tentang berapa unit yang harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
penjualan dan memenuhi kebutuhan persediaan akhir”. Penggolongan
anggaran produksi menurut Munandar (1991 : 1) yaitu :
Anggaran bahan baku Munandar menyatakan pengertian anggaran
bahan baku sebagai berikut : Yang dimaksud dengan Budget bahan
baku adalah semua Budget yang berhubungan dan merencanakan
serta terperinci tentang penggunaan bahan baku untuk proses
produksi selama periode yang akan datang . Anggaran bahan baku
merupakan anggaran yang menunjukkan kuantitas dan harga pokok
dari bahan baku yang akan dipakai dan dibeli pada suatu periode
anggaran tersebut. (Munandar, 189 : 119). Munandar (1991 : 119)
menyatakan anggaran bahan baku terdiri tiga anggaran sebagai
20
berikut: (a) Anggaran unit kebutuhan bahan baku. (b) Anggaran
pembelian bahan baku. (c) Anggaran biaya bahan mentah. 20
Anggaran upah tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat
diperhitungkan langsung dalam pembuatan produk tertentu, biaya
tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat
diidentifikasikan langsung terhadap produk tertentu. Sedang anggaran
tenaga kerja merupakan perencanaan tentang jam kerja buruh
langsung (Direct Labour Hours) dan biaya buruh langsung (Direct
Labour Cost) menurut waktu dan jenis barang yang diproduksi.
Munandar menyatakan : Anggaran upah tenaga kerja langsung adalah
Budget yang merencanakan secara lebih terinci upah yang akan
dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung selama periode yang
akan datang yang didalamnya meliputi rencana jumlah waktu yang
diperlukan oleh para tenaga kerja langsung untuk menyeleseikan unit
yang akan diproduksi, tarif upah yang akan dibayarkan kepada para
tenaga kerja langsung dan waktu para tenaga kerja langsung tersebut
menjalankan proses produksi yang masing-masing dikaitkan dengan
jenis barang jadi yang akan dihasilkan serta tempat atau departemen
dimana para tenaga kerja langsung tersebut akan bekerja. Munandar
(1989 : 143 )
Munandar (1989 : 144) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyusunan biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut : (a)
Anggaran unit yang akan diproduksi, khususnya rencana jenis dan
jumlah barang yang akan diproduksi di periode yang akan datang. 21
21
(b) Berbagai standar waktu untuk mengerjakan proses produksi yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. (c) Sistem pembayaran upah yang
dipakai oleh perusahaan.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Jenis Penelitian Hasil Penelitian
1 Deswati Supra & Amila Rustiana (2018) Jurnal Ilmiah Akuntansi Rahmaniyah (JIAR) Vol. 1 No. 2, 69-84 (Supra, 2018)
Analisis Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Pada Meubel Suwito
Deskriptif Kuantitatif
Biaya overhead pabrik berdassarkan metode activity based costing system memberikan hasil yang lebih kecil untuk produk lemari pakaian, sedangkan produk tempat tidur memberikan hasil yang lebih besar.
2 Yuri Rahayu (2015) Ecodemica. Vol. III No. 2 ISSN : 2355-0295 (Rahayu, 2015)
Analisis Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Terhadap Harga Jual Produk Pada UKM di Wilayah Sukabumi
Deskriptif Kuantitatif
Hasil dari penelitian ini adalah perlu adanya langkah-langkah dalam penentuan pembebanan BOP, agar perusahaan mengetaui berapa BOP yang sudah diserap oleh satuan produk yang dihasilkan.
3 Riki Martusa & Lim Ade Nasa (2012) Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi No. 7
Penerapan Biaya Standar Terhadap Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus Pada CV.
Deskriptif Kuantitatif
Perusahaan tidak terlalu terperici dalam perhitungan biaya langsung, dan peranan biaya standar ternyata
22
ISSN : 2086-4159 (Martusa & Lim Ade Nasa, 2012)
Sejahtera Bandung)
sangat membantu bagi manajemen dalam usaha untk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya produksi.
4 Ida Rosita & Siti Sunrowiyati (2014) Jurnal Kompilek Vol. 6 No. 2 (Ida Rosita, 2014)
Analisis Biaya Overhead Pabrik Terhadapa Penentuan Beban Pokok Produksi (Studi Kasus Pada UD. Karya Mandiri Blitar)
Deskriptif Kuantitatif
Pada tahun 2009-2013 penjualan selalu mengalami peningkatan sedangkan harga jual produk pada tahun 2009-2013 tidak ada peningkatan maupun penurunan.
5 Novela Irene Karly, David P.E Saerang, Victorina Z. Tirayoh (2018) Jurnal Riset Akuntansi Going Concern Vol. XIII No. 3, 355-364 (Paula C. A. Rotinsulu, David P. E. Saerang, 2013)
Analiis Pengendalian Biaya Produksi Untuk Menilai Efisiensi dan Efektivitas Biaya Produksi
Deskriptif Kualitatif Dari hasil penelitian terlihat bahwa usaha tahu pak Untung belum melakukan pengendalian biaya produksi yang baik, dikarenakan terdapat perencanaan yang tidak menetapkan standar biaya. Begitupun dengan perhitungan selisih biaya overhead pabrik.
23
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir penelitian maka
dirumuskan hipotesis yaitu:
Ho : Biaya Overhead pabrik yang dikeluarkan tidak dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian biaya
H1 : Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dapat dijadikan sebagai alat pengendalian
biaya.
PT. Juragan
Kosmetik
Indonesia
Anggaran biaya sebagai alat
pengendalian biaya overhead
overhead
Anggaran Biaya
Overhead
Anggaran biaya Overhead Pabrik sebagai alat pengendalian biaya.
Realisasi Biaya
Overhead
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kulitatif
sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana
yang tidak relevan (Mellong, 2010). Pembatasan dalam penelitian kualitatif ini
lebih didasarkan pada tingkat kepentingan/urgensi dari masalah yang dihadapi
dalam penelitian ini. Penelitian ini akan difokuskan pada “ Analisis pengendalian
biaya Overhead pada pabrik PT. Juragan Kosmetik Indonesia” yang objek
utamanya merupakan biaya Overhead di perusahaan PT. Juragan Kosmetik
Indonesia.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
PT. Juragan Kosmetik Indonesia adalah suatu perusahaan yang aktivitas
usahanya bergerak dalam bidang produksi kosmetik, yang berlokasi di Jl.
Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar, dengan alasan pemilihan lokasi
penelitian karena adanya kemudahan memperoleh data penelitian yang akan
digunakan dalam penulisan ini. Sedangkan waktu yang digunakan dalam
penelitian ini kurang lebih selama satu bulan dimulai dari terbitnya surat izin
penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
25
1. Data kuantitatif yaitu data berupa angka-angka yaitu data biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan produksi. Data biaya-
biaya tersebut adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan data
biaya overhead pabrik.
2. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian dalam
bentuk informasi baik secara lisan maupun tulisan seperti struktur
organisasi dan pembagian tugas.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis berupa karangan ilmiah,
literature-literatur, bahan pustka lainnya yang menunjang penelitian ini.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi (pengamatan) yaitu pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan atau peninjauan secara langsung pada
perusahaan PT. Juragan Kosmetik Indonesia.
2. Interview
Interview, yaitu dilakukan dengan jalan mengadakan wawancara secara
langsung dengan pimpinan perusahaan dan sejumlah personil yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pencatatan atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek
yang akan diteliti.
E. Instrumen Penelitian
26
Instrument dalam penelitian ini adalah human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan seabgai sumber data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya (Sugiyono, 2017) . Informan dalam metode kualitatif berkembang
terus (snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan
dianggap memuaskan atau jenuh (redundancy). Peneliti merupakan key
instrument dalam mengumpulkan data, peneliti harus terjun sendiri kelapangan
secara aktif (Gunawan, 2013).
F. Metode Analisis Data
untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya,
penulis menggunakan suatu metode analisis varians sebagai berikut:
1. Analisis pemisahan semi variabel yaitu suatu analisis untuk melakukan
pemisahan semi variabel (biaya tetap dengan biaya variabel dengan
menggunakan trend linear (Heriadi 2002), yaitu sebagai berikut:
Y = a + b (X)
𝑏 =n∑XY − (∑X)(∑Y)
n∑𝑋2 − (∑X)2
𝑎 =Y − b(x)
n
Dimana:
Y = jumlah total cost semi variabel
a = constant atau unsur cost tetap
b = koefisien output produksi atau cost variabel per unit
X = volume kegiatan atau jumlah produksi
27
2. Analisis penentuan tariff biaya overhead pabrik yaitu suatu analisis untuk
menghitung besarnya tariff yang ditentukan dimuka dengan rumus (Halim
1997).
𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃 =BOP Tetap
Ukuran Aktifitas+
BOP Variabel
Ukuran Aktifitas
3. Analisis Varians
a. Varians pengeluaran
Besarnya varians pengeluaran dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai
berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sebenarnya (Aktual) – Standar Biaya Overhead
Pabrik.
b. Varian kapasitas
Besarnya varians kapasitas dapat ditentukan berdasarkan rumus berikut:
(jam kerja sebenarnya (actual) x tariff standar biaya overhead pabrik) –
standar biaya overhead pabrik
c. Varians efisisensi variabel
Besarnya varians efisiensi variabel dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
(jumlah jam kerja sebenarnya – jumlah standar jam kerja) x tariff standar
biaya overhead variabel
d. Varians evisiensi tetap
Besarnya varians evisisens tetap dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
(jumlah jam kerja sebenarnya – jumlah standar jam kerja) x tariff standar
biaya overhead variabel
Kriteria:
28
Standar > realisasi biaya overhead pabrik (efisien/ menguntungkan)
Standar < realisasi biaya overhead pabrik (tidak evisien/merugikan)
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan
a. Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT. Juragan Kosmetik Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri kosmetik. Perusahaan pada mulanya didirikan oleh Nur
Aprilia pada tahun 2016 yang berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan, Kota
Makassar. Usaha kosmetik ini sebelumnya menggunakan nama produk Zam-
Zam namun belum mempunyai izin BPOM dan hak cipta sehingga pada tahun
2018 digantikan dengan nama LJK Skincare yang sudah memiliki hak cipta dan
BPOM.
Pada tahun 2018 perusahaan dengan resmi mengadakan launching
produk LJK Skincare di Hotel Clarion Kota Makassar. Kemudian pada saat itu
juga omset penjualan sangat meningkat sekitar Rp. 500 – Rp. 700 juta dengan
jumlah karyawan yang masih sedikit. Dengan meningkatnya permintaan
konsumen perusahaan kemudian memutuskan untuk menambah mesin-mesin
produksi yang digunakan yakni dengan menggunakan mesin otomatis (automatic
machine).
PT. Juragan Kosmetik Indonesia ini telah banyak memberikan
keuntungan para pengusaha onlineshop melalui LJK Skincare berupa hadiah
reward umroh, mobil, uang tunai dan lain-lain. Tentunya usaha ini sangat
memberikan jaminan akan kesuksesan dengan bermodalkan hp dan kuota.
28
Perusahaan ini mendapatkan sejumlah apresiasi dari para pengguna dan penjual
LJK Skincare ini bahkan diluar negeri pun seperti di Singapore dan negara-
negara Asia Tenggara lainnya.
b. Struktur Organisasi
Setiap instansi atau perusahaan pasti mempunyai struktur
organisasiuntuk mengatur jalannya perusahaan itu sendiri. Struktur organisasi
pada PT. Juragan Kosmetik Indonesia mengarah pada struktur organisasi garis
(Line Organisation). Hal ini dimaksudkan agar di dalam perusahaan terdapat
kesatuan komando (instruction) yang lebih terjamin, demikian juga mengenai
tanggungjawab (responsibility) dari bawah dapat berjalan dengan baik PT.
Juragan Kosmetik juga masih merupakan perusahaan keluarga, maka pimpinan
perusahaan sekaligus pemilik modal bertanggungjawab penuh terhadap
perusahaan.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang
bagaimanaperusahaan memberi tugas dan wewenang dapat dilihat melalui
gambar berikut ini:
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Juragan Kosmetik
29
c. Uraian Tugas
Adapun perincian tugas (fungsi) dari masing-masing bagian yang ada
dalam perusahaan dapat dijelaskan satu persatu berikut ini:
1) Direktur
Direktur perusahaan bertanggungjawab penuh atas seluruh kegiatan
sehari- hari secara keseluruhan baik kegiatan administrasi, produksi dan
operasi pemasaran dan keuangan. Tugas lainnya adalah
mengkoordinasikan, membina aktivitas serta menentukan langkah-langkah
yang diperlukan dalam mengatasi hambatan bagi kelancaran usaha.
2) Sekretaris
Sekretaris bertugas menyelenggarakan pekerjaan tata usaha dan
administrasi lainnya, misalnya surat-menyurat, mencatat dan membantu
mengatur kegiatan perusahaan dan kesejahteraan karyawan, serta
mengatur dokumen-dokumen perusahaan.
3) Bendahara
Bendahara mempunyai tugas mengurus segala hal yang ada
sangkut- pautnya dengan keuangan perusahaan, baik berupa penerimaan,
pengeluaran dan rencana-rencana keuangan perusahaan di masa yang
akan datang.
4) Personalia
Bagian personalia mempunyai tugas mengurus penerimaan
karyawan/ buruh, memberikan pengarahan tentang keterampilan kerja
hingga pemberhentian kerja karyawan/buruh.
30
5) Mesin/Mekanik
Bertugas melaksanakan, mengontrol, memperbaiki semua hal yang
berhubungan dengan mesin-mesin dan peralatan yang ada di pabrik
tersebut.
6) Bagian Produksi
Bagian produksi merupakan inti dari operasional perusahaan.
Adapun tugas pokok bagian ini adalah bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan proses produksi mulai dari bahan baku hingga menjadi
barang jadi.
7) Bagian Pemasaran
Bagian pemasaran bertugas melaksanakan dan mendorong hasil
produksi perusahaan.
8) Buruh
Buruh adalah karyawan harian yang melaksanakan seluruh proses produksi.
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Analisis Klasifikasi Biaya Overhead Pabrik
Biaya produksi bagi setiap perusahaan merupakan hal yang penting,
karena biaya yang dikeluarkan perusahaan akan mempengaruhi aktivitas
produksi. Oleh karena itu, salah satu biaya yang menjadi focus dalam penelitian
ini adalah biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
evisiensi dalam penggunaan biaya overhead pabrik maka perlu diterapkan
31
anggaran biaya overhead pabrik, dimana anggaran biaya overhead pabrik
berkaitan dengan rencana penggunaan biaya overhead dalam produksi.
PT. Juragan Kosmetik Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang indutri kosmetik, sehingga dalam pelaksanaan produksi perusahaan
akan mengeluarkan biaya overhead. Namun sebelum disajikan data biaya
overhead pabrik maka terlebih dahulu akan ditampilkan data volume produksi
kosmetik untuk bulan januari s/d desember tahun 2018 s/d 2019 yang disajikan
dalam table berikut ini:
Tabel 4.1. Volume Produksi Tahun 2018 S/D 2019
Bulan Tahun
2018 2019
Januari 92,062 pcs 97,362 pcs
Februari 93,093 pcs 95,967 pcs
Maret 93,365 pcs 96,456 pcs
April 94,260 pcs 97,272 pcs
Mei 95,299 pcs 95,266 pcs
Juni 93,247 pcs 99,296 pcs
Juli 95,265 pcs 96,320 pcs
Agustus 93,420 pcs 95,965 pcs
September 94,375 pcs 96,720 pcs
Pkteber 95,036 pcs 97,326 pcs
November 93,225 pcs 99,220 pcs
Desember 105,532 pcs 120,320 pcs
Jumlah 1 Tahun 1,138,179 pcs 1,187,490 pcs
Rata-rata pertahun 94,848 pcs 98,958 pcs
Sumber: Data dari PT. Juragan Kosmetik Indonesia
Dari table 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah produksi kosmetik PT. Juragan
Kosmetik Indonesia tahun 2018 sebanyak 1,138,179 pcs yang jika dirata-ratakan
setiap bulan pabrik tersebut bisa memproduksi kosmetik sebanyak 94,848 pcs
32
per bulannya. Sedangkan di tahun 2019 jumlah produksi kosmetik mencapai
1,187,490 pcs selama satu tahun, dan jika di rata-ratakan setip bulan pabrik bisa
memproduksi kosmetik sebanyak 98,958 pcs.
Setelah ditampilkan data mengenai jumlah produksi kosmetik perusahaan
dari tahun 2018 s/d 2019, selanjut akan disajikan data realisasi biaya overhead
selama 2 tahun terakhir. Data tersebut ditampilkan pada table berikut:
Tabe. 4.2. Realisasi Biaya Overhead Pabrik Tahun 2018 S/D 2019
No. Jenis Biaya Overhead Pabrik Tahun
Keterangan
2018 2019
1 Biaya bahan penolong Rp.142,372,460 Rp.159,729,600 Variabel
2 Biaya tenaga kerja tak
langsung Rp.46,000,000 Rp.48,420,360 Tetap
3 Biaya reparasi dan
pemeliharaan pabrik Rp.60,852,600 Rp.63,509,600 Semi Variabel
4 Biaya penyusustan aktiva
tetap Rp.109,629,600 Rp.120,459,600 Tetap
5 Biaya Listrik/ air PDAM Rp.55,384,900 Rp.56,848,860 Semi Variabel
6 Biaya kesejahtraan karyawan Rp.17,367,600 Rp.22,467,800 Tetap
7 Biaya asuransi Rp.18,919,400 Rp.20,578,260 Tetap
8 Biaya bahan bakar Rp.20,320,900 Rp.26,656,700 Variabel
Jumlah biaya overhead Rp.470,847,460 Rp.518,670,780
Sumber: Laporan Keuangan dari PT. Juragan Kosmetik Indonesia
Dari table 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah realisasi biaya overhead yang
dikeluarkan PT. Juragan Kosmetik Indonesia tahun 2018 sebesar
Rp.470,847,460 sedangkan pada tahun 2019 sebesar Rp.518,670,780. Dari
jumlah tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah realisasi biaya
33
yang dikeluarkan. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya penambahan genzet
sehingga beban biaya bahan bakar yang dikeluarkan perusahaan selama
produksi kosmetik di tahun 2019 mengalami peningkatan. Adapun data biaya
semi variabel yang dikeluarkan perusahaan selama produksi tahun 2018 s/d
2019 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3. Biaya Semi Variabel Perusahaan Tahun 2018 S/D 2019
No. Bulan
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya Listrik dan Air PDAM
2018 2019 2018 2019
1 Januari Rp.5,066,450 Rp.5,142,300 Rp.4,522,360 Rp.4,782,860
2 Februari Rp.4,402,600 Rp.5,326,700 Rp.4,502,360 Rp.4,678,960
3 Maret Rp.5,262,300 Rp.5,278,400 Rp.4,672,900 Rp.4,756,800
4 April Rp.5,132,600 Rp.5,320,700 Rp.4,512,600 Rp.4,782,360
5 Mei Rp.5,102,300 Rp.5,220,500 Rp.4,787,900 Rp.4,923,600
6 Juni Rp.5,162,450 Rp.5,316,500 Rp.4,657,500 Rp.4,078,960
7 Juli Rp.5,092,350 Rp.5,402,500 Rp.4,572,400 Rp.4,402,300
8 Agustus Rp.5,302,300 Rp.5,238,900 Rp.4,672,860 Rp.4,782,300
9 September Rp.5,062,300 Rp.5,178,940 Rp.4,689,300 Rp.4,892,360
10 Pkteber Rp.5,222,900 Rp.5,278,400 Rp.4,678,900 Rp.4,785,860
11 November Rp.5,022,250 Rp.5,402,500 Rp.4,572,860 Rp.4,789,900
12 Desember Rp.5,021,800 Rp.5,403,260 Rp.4,542,960 Rp.5,192,600
Jumlah Rp.60,852,600 Rp.63,509,600 Rp.55,384,900 Rp.56,848,860
Sumber: Laporan Keuangan dari PT. Juragan Kosmetik Indonesia
34
Dari table 4.3 diatas, dapat dilakukan pemisahan biaya semi variabel
dengan menggunakan metode trend linear (metode kuadrat terkecil) yang dapat
dilakukan sebagai berikut:
Tabel 4.4. Data Biaya Semi Variabel Biaya Reparasi Dan Pemeliharaan
Tahun 2018
No. Bulan Volume
Produksi (X)
Biaya Reparasi dan
Pemeliharaan (Y)
X2 X.Y
1 Januari 92,062pcs Rp.5,066,450 8,475,411,844 pcs Rp 466,427,519,900
2 Februari 93,093 pcs Rp.4,402,600 8,666,306,649 pcs Rp 409,851,241,800
3 Maret 93,365 pcs Rp.5,262,300 8,717,023,225 pcs Rp 491,314,639,500
4 April 94,260 pcs Rp.5,132,600 8,884,947,600 pcs Rp 483,798,876,000
5 Mei 95,299 pcs Rp.5,102,300 9,081,899,401 pcs Rp 486,244,087,700
6 Juni 93,247 pcs Rp.5,162,450 8,695,003,009 pcs Rp 481,382,975,150
7 Juli 95,265 pcs Rp.5,092,350 9,075,420,225 pcs Rp 485,122,722,750
8 Agustus 93,420 pcs Rp.5,302,300 8,727,296,400 pcs Rp 495,340,866,000
9 September 94,375 pcs Rp.5,062,300 8,906,640,625 pcs Rp 477,754,562,500
10 Oktober 95,036 pcs Rp.5,222,900 9,031,841,296 pcs Rp 496,363,524,400
11 November 93,225 pcs Rp.5,022,250 8,690,900,625 pcs Rp 468,199,256,250
12 Desember 105,532 pcs Rp.5,021,800 11,137,003,024
pcs Rp 529,960,597,600
Jumlah 1,138,179 pcs 60,852,600 108,089,693,923
pcs Rp
5,771,760,869,550
Sumber: Laporan Keuangan dari PT. Juragan Kosmetik Indonesia
Dari data table 4.4 diatas, maka besarnya variabel perpcs dapat dihitung sebagai berikut:
𝑏 =n∑XY − (∑X)(∑Y)
n∑𝑋2 − (∑X)2
𝑏 =(12 x 5,771,760,869,550) − (1,138,179)x (60,852,600)
(12 x 108,089,693,923) − (1,138,179)2
𝑏 =69,261,130,343,600 − 69,460,151,415,400
1,624,891,035
35
𝑏 =14,979,019,200
1,624,891,035
𝑏 = 9,29
Dengan demikian maka besarnya biaya tetap dihitung sebagai berikut:
Biaya tetap = Total biaya (Y) – Biaya Variabel (1,138,179 x 9,29)
= Rp.60,852,600 – Rp.10,243,640
= Rp. 50,608,960
Selanjutnya pemisahan biaya semi variabel untuk biaya reparasi dan
pemeliharaan pabrik tahun 2019 dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.5. Data Biaya Semi Variabel Biaya Reparasi Dan Pemeliharaan
Tahun 2019
No. Bulan Volume
Produksi (X)
Biaya Reparasi dan
Pemeliharaan (Y)
X2 X.Y
1 Januari 97,362 pcs Rp.5,142,300 9,479,359,044 pcs Rp 500,664,612,600
2 Februari 95,967 pcs Rp.5,326,700 9,209,665,089 pcs Rp 511,187,418,900
3 Maret 96,456 pcs Rp.5,278,400 9,303,759,936 pcs Rp 509,133,350,400
4 April 97,272 pcs Rp.5,320,700 9,461,841,984 pcs Rp 517,555,130,400
5 Mei 95,266 pcs Rp.5,220,500 9,075,610,756 pcs Rp 497,336,153,000
6 Juni 99,296 pcs Rp.5,316,500 9,859,695,616 pcs Rp 527,907,184,000
7 Juli 96,320 pcs Rp.5,402,500 9,277,542,400 pcs Rp 520,368,800,000
8 Agustus 95,965 pcs Rp.5,238,900 9,209,281,225 pcs Rp 502,751,038,500
9 September 96,720 pcs Rp.5,178,940 9,354,758,400 pcs Rp 500,907,076,800
10 Pkteber 97,326 pcs Rp.5,278,400 9,472,350,276 pcs Rp 513,725,558,400
11 November 99,220 pcs Rp.5,402,500 9,844,608,400 pcs Rp 536,036,050,000
12 Desember 120,320 pcs Rp.5,403,260 14,476,902,400
pcs Rp 650,120,243,200
Jumlah 1,187,490 pcs Rp.63,509,600 118,025,375,526
pcs Rp
6,287,692,616,200
Sumber: Laporan Keuangan dari PT. Juragan Kosmetik Indonesia
36
Dari data table 4.5 diatas, maka besarnya variabel per pcs dapat dihitung
sebagai berikut:
𝑏 =n∑XY − (∑X)(∑Y)
n∑𝑋2 − (∑X)2
𝑏 =(12 x 6,287,692,616,200) − (1,187,490)x (63,509,600)
(12 x 118,025,375,526) − (1,187,490)2
𝑏 =75,452,311,394,400 − 75,358,213,476,000
6,172,006,212
𝑏 =94,097,918,400
6,172,006,212
𝑏 = 15,25
Dengan demikian maka besarnya besarnya biaya tetap dihitung sebagai berikut:
Biaya tetap = Total biaya (Y) – Biaya Variabel (1,187,490 x 15,25)
= Rp.63,509,600 – Rp.17,812,375
= Rp.45,697,225
Selanjutnya pemisahan biaya semi variabel untuk biaya listrik/ air PDAM
tahun 2018 dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.6. Data Biaya Semi Variabel Listrik/Air PDAM Tahun 2018
No. Bulan Volume
Produksi (X) Biaya Listrik / Air PDAM (Y)
X2 X.Y
1 Januari 92,062 pcs Rp.4,522,360 8,475,411,844 pcs Rp.416,337,506,320
2 Februari 93,093 pcs Rp.4,502,360 8,666,306,649 pcs Rp.419,138,199,480
3 Maret 93,365 pcs Rp.4,672,900 8,717,023,225 pcs Rp.436,285,308,500
4 April 94,260 pcs Rp.4,512,600 8,884,947,600 pcs Rp.425,357,676,000
5 Mei 95,299 pcs Rp.4,787,900 9,081,899,401 pcs Rp.456,282,082,100
6 Juni 93,247 pcs Rp.4,657,500 8,695,003,009 pcs Rp.434,297,902,500
7 Juli 95,265 pcs Rp.4,572,400 9,075,420,225 pcs Rp.435,589,686,000
37
8 Agustus 93,420 pcs Rp.4,672,860 8,727,296,400 pcs Rp.436,538,581,200
9 September 94,375 pcs Rp.4,689,300 8,906,640,625 pcs Rp.442,552,687,500
10 Pkteber 95,036 pcs Rp.4,678,900 9,031,841,296 pcs Rp.444,663,940,400
11 November 93,225 pcs Rp.4,572,860 8,690,900,625 pcs Rp.426,304,873,500
12 Desember 105,532 pcs Rp.4,542,960 11,137,003,024
pcs Rp.479,427,654,720
Jumlah 1,138,179 pcs Rp.55,384,900 108,089,693,923
pcs Rp.5,252,776,098,220
Sumber: Laporan Keuangan dari PT. Juragan Kosmetik Indonesia
Dari data table 4.6 diatas, maka besarnya variabel per pcs dapat dihitung
sebagai berikut:
𝑏 =n∑XY − (∑X)(∑Y)
n∑𝑋2 − (∑X)2
𝑏 =(12x5,525,776,098,220) − (1,138,179)x(55,384,900)
(12 x 108,089,693,923) − (1,138,179)2
𝑏 =63,033,313,178,640 − 63,019,930,097,100
1,624,891,035
𝑏 =13,383,081,540
1,624,891,035
𝑏 = 8,24
Dengan demikian maka besarnya besarnya biaya tetap dihitung sebagai berikut:
Biaya tetap = Total biaya (Y) – Biaya Variabel (1,138,170 x 8,24)
= Rp.55,384,900 – Rp.9,105,456
= Rp.46,279,444
Selanjutnya pemisahan biaya semi variabel untuk biaya listrik/ air PDAM
tahun 2019 dapat dilihat pada table berikut:
38
Tabel 4.7. Data Biaya Semi Variabel Listrik/Air PDAM Tahun 2019
No. Bulan Volume
Produksi (X) Biaya Listrik / Air PDAM (Y)
X2 X.Y
1 Januari 97,362 Pcs Rp.4,782,860 9,479,359,044 pcs Rp.465,668,815,320
2 Februari 95,967 Pcs Rp.4,678,960 9,209,665,089 pcs Rp.449,025,754,320
3 Maret 96,456 Pcs Rp.4,756,800 9,303,759,936 pcs Rp.458,821,900,800
4 April 97,272 Pcs Rp.4,782,360 9,461,841,984 pcs Rp.465,189,721,920
5 Mei 95,266 Pcs Rp.4,923,600 9,075,610,756 pcs Rp.469,051,677,600
6 Juni 99,296 Pcs Rp.4,078,960 9,859,695,616 pcs Rp.405,024,412,160
7 Juli 96,320 Pcs Rp.4,402,300 9,277,542,400 pcs Rp.424,029,536,000
8 Agustus 95,965 Pcs Rp.4,782,300 9,209,281,225 pcs Rp.458,933,419,500
9 September 96,720 Pcs Rp.4,892,360 9,354,758,400 pcs Rp.473,189,059,200
10 Okteber 97,326 Pcs Rp.4,785,860 9,472,350,276 pcs Rp.465,788,610,360
11 November 99,220 Pcs Rp.4,789,900 9,844,608,400 pcs Rp.475,253,878,000
12 Desember 120,320 Pcs Rp.5,192,600 14,476,902,400
pcs Rp.624,773,632,000
Jumlah 1,187,490 Pcs Rp.56,848,860 118,025,375,526
pcs Rp.5,634,750,417,180
Sumber: Laporan Keuangan dari PT. Juragan Kosmetik Indonesia
Dari data table 4.7 diatas, maka besarnya variabel per pcs dapat dihitung
sebagai berikut:
𝑏 =n∑XY − (∑X)(∑Y)
n∑𝑋2 − (∑X)2
𝑏 =(12x5,634,750,417,180) − (1,187,490)x(56,848,860)
(12x118,025,375,526) − (1,187,490)2
𝑏 =67,617,005,006,160 − 67,548,452,761,400
6,172,006,212
𝑏 =65,552,224,760
6,172,006,212
𝑏 = 11,11
39
Dengan demikian maka besarnya besarnya biaya tetap dihitung sebagai berikut:
Biaya tetap = Total biaya (Y) – Biaya Variabel (1,187,490 x 11,11)
= Rp.56,848,860 – Rp.13,062,401 = Rp.43,786,459
Berdasarkan hasil pemisahan biaya semi variabel, untuk lebih jelasnya
akan ditampilkan klasifikasi biaya overhead pabrik tahun 2018 s/d 2019 setelah
dilakukan pemisahan biaya semi variabel pada table berikut ini:
40
Tabel 4.8. Realisasi Biaya Overhead Setelah Dilakukan Pemisahan Biaya Semi Variabel
Tahun 2018 S/D 2019
No.
Jenis Biaya Overhead Pabrik
Tahun 2018 Total Biaya Overhead
Pabrik
Tahun 2019 Total Biaya Overhead
Pabrik Variabel Tetap Variabel Tetap
1 Biaya bahan penolong
Rp.142,372,460
- Rp.142,372,4
60 Rp.159,729,6
00 -
Rp.159,729,600
2 Biaya tenaga kerja tak langsung
- Rp.46,000,00
0 Rp.46,000,00
0 -
Rp.48,420,360
Rp.48,420,360
3
Biaya reparasi dan pemeliharaan pabrik
Rp.10,243,640
Rp.50,608,960
Rp.60,852,600
Rp.17,812,375
Rp.45,697,225
Rp.63,509,600
4 Biaya penyusustan aktiva tetap
- Rp.109,629,6
00 Rp.109,629,6
00 -
Rp.120,459,600
Rp.120,459,600
5 Biaya Listrik/ air PDAM
Rp.9,105,456 Rp.46,279,44
4 Rp.55,384,90
0 Rp.13,062,40
1 Rp.43,786,45
9 Rp.56,848,86
0
6 Biaya kesejahtraan karyawan
- Rp.17,367,60
0 Rp.17,367,60
0 -
Rp.22,467,800
Rp.22,467,800
7 Biaya asuransi - Rp.18,919,40
0 Rp.18,919,40
0 -
Rp.20,578,260
Rp.20,578,260
8 Biaya bahan bakar
Rp.20,320,900
- Rp.20,320,90
0 Rp.26,656,70
0 -
Rp.26,656,700
Jumlah Rp.182,042,4
56 Rp.288,805,0
04 Rp.470,847,4
60 Rp.217,261,0
76 Rp.301,409,7
04 Rp.518,670,7
80
Sumber: data perusahaan yang diolah
41
Berdasarkan table 4.8 diatas, realisasi biaya overhead pabrik yang
dikeluarkan oleh perusahaan selama proses produksi tahun 2018 sebesar
Rp.470,847,460. Hal ini terdiri dari biaya overhead variabel sebesar
Rp.182,042,456 dan biaya tetap sebesar Rp.288,805,004. Sedangkan biaya
overhead yang dikeluarkan perusahaan selama produksi depanjang tahun 2019
yaitu sebesar Rp.518,670,780. Biaya tersebut terdiri dari biaya variabel sebesar
Rp.217,261,076 dan biaya tetap sebesar Rp.301,409,704.
2. Analisis Biaya Overhead Pabrik
a. Menentukan Biaya Overhead Pabrik
Perusahaan yang bergerak dibidang indutri kosmetik pasti ingin
mempertahankan kinerjanya masing-masing. Hal ini bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, sama halnya yang dilakukan
oleh PT. Juragan Kosmetik Indonesia.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, setiap perusahaan harus
memperhatikan alokasi biaya overhead pabrik, sebab jika perusahaan tidak
memperhatikan pengalokasian biaya overhead pabrik maka biaya overhead yang
dikeluarkan tidak efisien dan efektif, sehingga dapat mempengaruhi laba yang
diperoleh perusahaan tiap tahunnya.
Namun masalah yang seringkali dihadapi oleh perusahaan yaitu biaya
yang dikeluarkan dalam melakukan produksi tidak sesuai dengan dana yang
telah dianggarkan sebelumnya. Oleh karena itu,setiap perusahaan perlu
menganalisis varians biaya overhead pabrik. Salah satu tujuan menganalisis
biaya overhead adalah untuk mengetahui apakah biaya yang dikeluarkan
perusahaan sudaf efektif atau tidak.
42
Sebelum dilakukan analisis varians biaya overhead pabrik, maka terlebih
dahulu disajikan anggaran biaya overhead pabrik untuk produksi tahun 2018 s/d
2019 dalam table berikut:
Tabel 4.9. Anggaran Biaya Overheag Pabrik (Kapasitas Produksi 1.039.400)
Tahun 2018
No. Jenis Biaya overhead pabrik Biaya Variabel Biaya Tetap Total Biaya
Overhead (Y)
1 Biaya bahan penolong Rp.139,672,350 - Rp.139,672,350
2 Biaya tenaga kerja tak langsung
- Rp.43,600,000 Rp.43,600,000
3 Biaya reparasi dan pemeliharaan pabrik
Rp.10,329,950 Rp.46,720,600 Rp.57,050,550
4 Biaya penyusustan aktiva tetap - Rp.109,629,600 Rp.109,629,600
5 Biaya Listrik/ air PDAM - Rp.59,320,900 Rp.59,320,900
6 Biaya kesejahtraan karyawan - Rp.16,720,850 Rp.16,720,850
7 Biaya asuransi - Rp.16,720,600 Rp.16,720,600
8 Biaya bahan bakar Rp.20,367,450 - Rp.20,367,450 Jumlah Rp.170,369,750 Rp.292,712,550 Rp.463,082,300
Sumber: Laporan Keuangan dari PT. Juragan Kosmetik Indonesia
selanjutnya akan disajikan tariff biaya overhead pabrik tahun 2018 dengan
kapasitas produksi sebanyak 1,039,400.
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑂𝑃 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 =Jumlah Biaya Variabel
Kapasitas Produksi
=Rp. 170,369,750
1,039,400 𝑝𝑐𝑠
= Rp. 163,91
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑂𝑃 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 =Jumlah Biaya Tetap
Kapasitas Produksi
= Rp. 292,712,550
1,039,400 𝑝𝑐𝑠
43
= Rp. 281,62
Dari hasil perhitungan diatas, tarif standar biaya overhead pabrik variabel
per pcs sebesar Rp. 163,91 dan tarif biaya overhead pabrim tetap per pcs
sebesar Rp. 281,62. Sehingga jumlah tarif biaya overhead pabrik sebesar Rp.
445.53 . berikut adalah anggaran biaya overhead pabrik tahun 2019.
Tabel 4.10. Standar biaya overhead pabrik (kapasitas produksi 1.042.260)
tahun 2019
No. Jenis Biaya overhead pabrik Biaya Variabel Biaya Tetap Total Biaya
Overhead (Y)
1 Biaya bahan penolong Rp.149,720,350 - Rp.149,720,350
2 Biaya tenaga kerja tak
langsung - Rp.46,760,000 Rp.46,760,000
3 Biaya reparasi dan
pemeliharaan pabrik Rp.16,320,600 Rp.40,220,400 Rp.56,541,000
4 Biaya penyusustan aktiva
tetap - Rp.120,459,600 Rp.120,459,600
5 Biaya Listrik/ air PDAM Rp.27,375,350 Rp.26,567,900 Rp.53,943,250
6 Biaya kesejahtraan
karyawan - Rp.19,875,250 Rp.19,875,250
7 Biaya asuransi - Rp.16,756,200 Rp.16,756,200
8 Biaya bahan bakar Rp.20,656,250 - Rp.20,656,250 Jumlah Rp.214,072,550 Rp.270,639,350 Rp.484,711,900
Sumber: Laporan Keuangan dari PT. Juragan Kosmetik Indonesia.
selanjutnya akan disajikan tariff biaya overhead pabrik tahun 2019
dengan kapasitas produksi sebanyak 1,042,260.
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑂𝑃 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 =Jumlah Biaya Variabel
Kapasitas Produksi
=Rp. 214,072,550
1,042,260 𝑝𝑐𝑠
= Rp. 205,39
44
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑂𝑃 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 =Jumlah Biaya Tetap
Kapasitas Produksi
= Rp. 270,639,350
1,042,260 𝑝𝑐𝑠
= Rp. 259,67
Dari hasil perhitungan diatas, tarif standar biaya overhead pabrik variabel
per pcs sebesar Rp. 205,39 dan tarif biaya overhead pabrik tetap per pcs
sebesar Rp. 259,67. Sehingga jumlah tarif biaya overhead pabrik sebesar Rp.
465,06.
b. Analisis Selisish Varians Biaya Overhead Pabrik
Salah satu factor yang berpengaruh terhadap kinerja prusahaan adalah
biaya produksi yang dikeluarkan. Salah satu biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan setiap tahunyya adalah biaya overhead pabrik. Berdasarkan uraian
tersebut, dapat disajikan varian biaya overhead pabrik yang dapat dilihat dari
uraian berikut:
1) Varians pengeluaran (Spending Varians)
a) Tahun 2018
Biaya overhead yang telah dikeluarkan perusahaan sebesar Rp.
470,847,460, sedangkan biaya overhead yang dianggarkan adalah sebagai
berikut:
Biaya tetap = Rp 292,712,550
Biaya variabel (1,039,400 x 163,91) = Rp 169,422,291
Jumlah = Rp 462,134,841
Analisis varians pengeluaran adalah:
Rp.470,847,460 – Rp.462,134,841 = Rp.8,706,619
45
Dengan demikian terdapat varians pengeluaran produsi merugikan sebesar
Rp.8,706,619 yang disebabkan oleh anggaran biaya overhead yang
dikeluarkab lebih besar dari anggaran biaya overhead yang ditetapkan.
b) Tahun 2019
Biaya overhead yang telah dikeluarkan perusahaan sebesar
Rp.518,670,780, sedangkan biaya overhead yang dianggarkan adalah
sebagai berikut:
Biaya tetap = Rp 270,639,350
Biaya variabel (1,042,260 x 205.39) = Rp 213,663,339
Jumlah = Rp 484,302,689
Analisis varians pengeluaran adalah:
Rp. 518,670,780 – Rp. 484,302,689 = Rp.34,368,091
Dengan demikian terdapat varians pengeluaran produsi merugikan sebesar
Rp.34,368,091 yang disebabkan oleh anggaran biaya overhead yang
dikeluarkab lebih besar dari anggaran biaya overhead yang ditetapkan.
2) Varians Kapasitas
a) Tahun 2018
Biaya overhead yang dianggarkan:
Biaya tetap = Rp.292,712,550
Biaya variabel = Rp.170,369,750
Jumlah = Rp.463,082,300
Sedangkan unit produksi kosmetik sebenarnya dikalikan dengan tarif standar
biaya overhead pabrik adalah: 1,138,179 x Rp.445,53 = Rp.506,489,708
Analisis varians kapasitas adalah:
Rp.463,082,300 – Rp.506,489,708 = Rp.43,407,408
46
Dengan demikian terdapat varians kapasitas yang merugikan sebesar
Rp.43,407,408.yang disebabkan karena produksi kosmetik yang sebenarnya
lebih besar dari produksi kosmetik yang telah ditetapkan.
b) Tahun 2019
Biaya overhead yang dianggarkan:
Biaya tetap = Rp.214,072,550
Biaya variabel = Rp.270,639,350
Jumlah = Rp.484,711,900
Sedangkan unit produksi kosmetik sebenarnya dikalikan dengan tarif standar
biaya overhead pabrik adalah: 1,187,490 x Rp.465,06 = Rp.552,182,856
Analisis varians kapasitas adalah:
Rp.484,711,900 – Rp.552,182,856 = Rp.67,470,956
Dengan demikian terdapat varians kapasitas yang merugikan sebesar
Rp.67,470,956 yang disebabkan karena produksi kosmetik yang sebenarnya
lebih besar dari produksi kosmetik yang telah ditetapkan.
3) Varians Evisiensi Variabel
a) Tahun 2018
Jumlah produksi kosmetik sebenarnya sebesar 1,138,179 pcs, sedangkan
standar produksi kosmetik sebesar 1,039,400, dengan tarif standar biaya
overhead produksi kosmetik sebesar Rp.163,91 sehingga varians biaya
pabrik merugikan (1,138,179 - 1,039,400 x 163,91 ) = Rp.16,101,068.
b) Tahun 2019
Jumlah produksi kosmetik sebenarnya sebesar 1,187,490 pcs, sedangkan
standar produksi kosmetik sebesar 1,042,260 dengan tarif standar biaya
overhead produksi kosmetik sebesar Rp.205,39 sehingga varians biaya
47
pabrik merugikan (1,187,490 - 1,042,260 x 205,39) = Rp.29,772,189.
4) Varians Evisiensi Tetap
a) Tahun 2018
Jumlah produksi kosmetik sebenarnya sebesar 1,138,179 pcs, sedangkan
standar produksi kosmetik sebesar 1,039,400, dengan tarif standar biaya
overhead produksi kosmetik sebesar Rp.281,62 sehingga varians biaya
pabrik merugikan (1,187,490 - 1,042,260 x 281,62) = Rp.27,756,961
Dengan demikian varians evisiensi tetap merugikan sebesar Rp.27,756,961
yang disebabkan karena jumlah produksi kosmetik lebih besar dari standar
produksi yang telah ditetapkan.
b) Tahun 2019
Jumlah produksi kosmetik sebenarnya sebesar 1,187,490 pcs, sedangkan
standar produksi kosmetik sebesar 1,042,260 dengan tarif standar biaya
overhead produksi kosmetik sebesar Rp.259,67 sehingga varians biaya
pabrik merugikan (1,187,490 - 1,042,260 x 259,67) = Rp.37,614,637.
Dengan demikian varians evisiensi tetap merugikan sebesar Rp.37,614,637.
yang disebabkan karena jumlah produksi kosmetik lebih besar dari standar
produksi yang telah ditetapkan.
Selanjutnya akan ditampilkan hasil perhitungan varians biaya overhead
pabrik tahun 2018 s/d 2019 sebagai berikut:
48
Table 4.11. hasil perhitungan varians biaya overhead tahun 2018 s/d 2019
No. Jenis-jenis Varians Selisih Menguntungkan / Merugikan
2018 2019
1 Varians pengeluaran (Rp 8,706,619) (Rp 34,368,091)
2 Varians kapasitas (Rp 43,407,408) (Rp 67,470,956)
3 Varians efesiensi variabel (Rp 16,101,068) (Rp 29,772,189)
4 Varians efisiensi tetap (Rp 27,756,961) (Rp 37,614,637) Jumlah Rp 95,972,056 Rp 169,225,873
Sumber: Laporan Keuanganyang diolah dari PT. Juragan Kosmetik Indonesia
Dari table diatas dapat dilihat bahwa varians pengeluaran mengalami
kerugian sebesar Rp.8,706,619 dan Rp.34,368,091, hal ini disebabkan karena
varians biaya yang dilakukan perusahaan lebih besar dari anggaran biaya
overhead pabrik yang ditetapkan sebelumnya. Varians kapasitas merugikan
sebesar Rp. 43,407,408 dan Rp.67,470,956, hal ini terjadi karena penggunaan
kapasitas sesungguhnya lebih kecil daripada kapasitas normal. Varian efisiensi
variabel sebesar Rp.16,101,068 dan Rp.29,772,189, hal ini terjadi kerena
produksi kosmetik yang dianggarkan lebih besar dari kapasitas standar produksi
dan varian efisiensi tetap merugikan sebesar Rp.27,756,961 dan Rp.37,614,637)
hal tersebut diakibatkan oleh kapasitas produksi sebenarnya lebih besar dari
kapasitas produksi sesungguhnya. Sehingga dari data tersebut terdapat varians
kerugian tahun 2018 sebesar Rp.95,972,056 dan tahun 2019 sebesar
Rp.169,225,873.
3. Pembahasan
Biaya Overhead (BOP) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
Overhead (BOP) ialah salah satu unsur yang digunakan untuk menentukan
harga pokok produk. Adapun tindakan yang dilakukan oleh pihak PT. Juragan
Kosmetik Indonesia untuk mengendalikan biaya overhead yang akan dikeluarkan
49
setiap tahunnya yaitu dengan membentuk empat devisi inti yaitu devisi
personalia, devisi mekanik, devisi produksi, dan devisi pemasaran, yang
kemudian setiap devisi tersebut menentukan dan menetapkan sendiri rancangan
biaya yang akan dikeluarkan selama 1 tahun masa produksi. Setiap devisi juga
dituntut untuk membangun kerja sama yang baik agar setiap tindakan dan
pengeluaran yang akan dilakukan dapat terkontrol dengan baik, sehingga biaya
overhead yang dikeluarkan bisa di minimalisir. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ida Rosita dan Siti Sunrowijaya (2014) dimana
dalam penelitiannya disebutkan bahwa kerja sama anatara tim yang satu dengan
yang lainnya bisa mempengaruhi besaran biaya produksi yang dikeluarkan
perusahaan selama masa produksi.
Dari hasil analisis varians yang telah dilakukan sebelumnya, dapat dilihat
bahwa selama masa produksi tahun 2018 sampai dengan 2019 PT.Juragan
Kosmetik Indonesia terus mengalami kerugian. Dari analisis varians dapat dilihat
bahwa jumlah kerugian yang dialami pada tahun 2018 sebesar Rp.95,972,056
sedangkan kerugian tahun 2019 yaitu sebesar RP. 169,225,873. Kerugian
selama tahun produksi 2018-2019 mengalami peningkatan sebesar 43% yang
jika di rupiahkan yaitu sebesar Rp. 73.253.817. Berdasarkan hasil perhitungan
yang dilakukan juga dapat disimpulkan bahwa H0 di terima dan H1 ditolah
karena biaya overhead yang dikeluarkan oleh perusahaan belum bisa dijadikan
sebagai alat pengendali biaya.
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian biaya yang
dilakukan oleh PT. Juragan Kosmetik Indonesia dengan mebentuk 4 devisi kerja
yang kemudian diberikan wewenang untuk mengatur dan menetapkan sendiri
biaya yang akan digunakan selama periode produksi belum berjalan secara
50
maksimal dan kerjasama antara devisi yang satu dengan devisi yang lainnya
juga belum terjalin dengan baik, sehingga biaya overhead yang dikeluarkan
selama periode produksi 2018-2019 belum bisa dikontrol sepenuhnya, yang
kemudian mengakibatkan biaya overhead yang dikeluarkan setiap tahunnya
mengalami peningkatan yang cukup besar dan Biaya Overhead yang dikeluarkan
pablik belum bisa dijadikan sebagai pendendali biaya.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis pengendalian biaya overhead pabrik pada
perusahaan PT. Juragan Kosmetik Indonesia, maka penulis menarik kesimpulan
dari analisis yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Dari hasi pengolahan data keuangan perusahaan yang kemudian
dilakukan analisis dapat dilihat bahwa peranan anggaran sebagai alat
pengendalian biaya overhead pabrik belum berfungsi sebagaimana
mestinya.
2. Hasil analisis pengendalian biaya overhead pabrik selam proses produksi
tahun 2018 s/d 2019 menunjukkan bahwa semua komponen biaya
overhead pabrik (biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tak langsung,
biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva, biaya penyusutan, biaya listrik
atau air PDAM, biaya kesejahtraan karyawan, biaya asuransi, dan biaya
bahan bakar) terjadi selisih yang tidak menguntungkan selama 2 tahun
terakhir. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya selisih yaitu kurang
efektifnya pelaksanaan anggaran sebagai alat pengendali biaya overhead
pabrik.
3. Upaya pengendalian biaya overhead yang dilakukan Pt. Juragan
Kosmetik Indonesia belum terlaksana secara maksimal yang kemudian
mengakibatkan peningkatan kerugian sebesar 43% atau setara dengan
Rp.73.253.817 selama periode produksi 2018-2019.
52
B. Saran
Adapun saran yang bisa penulis berikan sehubung dengan kesimpulan
yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu sebagai berikut:
1. Disarankan agar perusahaan melakukan pengawasan terhadap biaya
overhead pabrik dengan cara memperbaiki system penganggaran
perusahaan.
2. Disarankan agar perlunya melakukan pembaharuan metode pengendalian
biaya agar biaya overhead yang dikeluarkan bias terkontrol dan kerugian
yang di hasilkan bias diminimalisir.
53
DAFTAR PUSTAKA
Brewer, R. H. G. | E. W. N. | P. C. (2013). Akuntansi Manajerial (Managerial Accounting). In 1 (14th ed., p. 548). Salemba Empat, Jakarta.
Firdaus ahmad dunia & Wasilah Abdullah. (2012). Akuntansi Biaya (KE 1, p. 350). Salemba Empat, Jakarta.
Hanák, T., & Hermanová, L. (2017). An empirical analysis of overhead cost management in the Czech construction industry. Tehnički Glasnik, 11(4), 216–220.
Ida Rosita, & S. S. (2014). Analisis Biaya Overhead Pabrik Terhadap Penentuan Beban Pokok Produksi (Studi Kasus Pada UD. Karya Mandiri Blitar). Jurnal Kompilek, Vol. 6(2), 164–181.
JANNAH, M. (2018). Analisis Pengaruh Biaya Produksi Dan Tingkat Penjualan Terhadap Laba Kotor. Banque Syar’i, 4(1), 267708. https://doi.org/10.32678/bs.v4i1.1073
Kho, B. (2018). Pengertian Biaya Overhead Pabrik dan Jenis-jenis Biaya Overhead Pabrik (BOP). Ilmu Manajemen Industri.Com.
Martusa, R., & Lim Ade Nasa. (2012). Penerapan Biaya Standar Terhadap Pengendalian Biaya Produksi: Studi Kasus Pada CV. Sejahtera Bandung. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, 7.
Massie, N. I. K., Saerang, D. P. E., & Tirayoh, V. Z. (2018). Analisis Pengendalian Biaya Produksi Untuk Menilai Efisiensi Dan Efektivitas Biaya Produksi. Riset Akuntansi Going Concern, 13(03), 355–364. https://doi.org/10.32400/gc.13.03.20272.2018
Mulyadi. (2013). Sistem Akuntasi. Salemba Empat, Jakarta.
Novák, P., Dvorský, J., Popesko, B., & Strouhal, J. (2017). Analysis of overhead cost behavior: Case study on decision-making approach. Journal of International Studies, 10(1), 74–91. https://doi.org/10.14254/2071-8330.2017/10-1/5
Paula C. A. Rotinsulu, David P. E. Saerang, & D. A. (2013). Analisis Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus Pada PT. Tropica Cocoprima)A. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT, 8(3), 77–86.
Rahayu, Y. (2015). Analisis Pembebanan Biaya Averheard Pabrik Terhadap Harga Jual Produk Pada UKM Di Wilayah Sukabumi. Ecodemica, 3(2), 511–560.
Ray H. Garrison, Eric W. Noreen, P. C. B. (2006). Akuntansi manajerial. In 1 (Edisi Ke-1). Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung.
54
Supra, D. (2018). Analisis Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Pada Meubel Suwito. Jurnal Ilmiah Akuntansi Rahmaniyah (JIAR), 1(2), 69–84.
Lampiran-Lampiran
55
Lampiran 1. Laporan keuangan PT. Juragan Kosmetik Periode 2018-2019
1. Volume produksi tahun 2018-2019
Bulan Tahun
2018 2019
Januari 92,062 97,362
Februari 93,093 95,967
Maret 93,365 96,456
April 94,260 97,272
Mei 95,299 95,266
Juni 93,247 99,296
Juli 95,265 96,320
Agustus 93,420 95,965
September 94,375 96,720
Pkteber 95,036 97,326
November 93,225 99,220
Desember 105,532 120,320
Jumlah 1 Tahun 1,138,179 1,187,490
Rata-rata pertahun
94,848 98,958
2. Realisasi biaya overhead pabrik tahun 2018-2019
No. Jenis Biaya Overhead Pabrik Tahun
2018 2019
1 Biaya bahan penolong 142,372,460 159,729,600
2 Biaya tenaga kerja tak langsung 46,000,000 48,420,360
3 Biaya reparasi dan pemeliharaan pabrik
60,852,600 63,509,600
4 Biaya penyusustan aktiva tetap 109,629,600 120,459,600
5 Biaya Listrik/ air PDAM 55,384,900 56,848,860
6 Biaya kesejahtraan karyawan 17,367,600 22,467,800
7 Biaya asuransi 18,919,400 20,578,260
8 Biaya bahan bakar 20,320,900 26,656,700 Jumlah biaya overhead 470,847,460 518,670,780
56
3. Biaya semi variabel tahun 2018-2019
No. Bulan
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya Listrik dan Air PDAM
2018 2019 2018 2019
1 Januari 5,066,450 5,142,300 4,522,360 4,782,860
2 Februari 4,402,600 5,326,700 4,502,360 4,678,960
3 Maret 5,262,300 5,278,400 4,672,900 4,756,800
4 April 5,132,600 5,320,700 4,512,600 4,782,360
5 Mei 5,102,300 5,220,500 4,787,900 4,923,600
6 Juni 5,162,450 5,316,500 4,657,500 4,078,960
7 Juli 5,092,350 5,402,500 4,572,400 4,402,300
8 Agustus 5,302,300 5,238,900 4,672,860 4,782,300
9 September 5,062,300 5,178,940 4,689,300 4,892,360
10 Pkteber 5,222,900 5,278,400 4,678,900 4,785,860
11 November 5,022,250 5,402,500 4,572,860 4,789,900
12 Desember 5,021,800 5,403,260 4,542,960 5,192,600 Jumlah 60,852,600 63,509,600 55,384,900 56,848,860
4. Biaya pemisahan semi variabel tahun 2018-2019
No. Bulan
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan (Y)
Biaya listrik/ air PDAM
2018 2019 2018 2019
1 Januari 5,066,450 5,142,300 4,522,360 4,782,860
2 Februari 4,402,600 5,326,700 4,502,360 4,678,960
3 Maret 5,262,300 5,278,400 4,672,900 4,756,800
4 April 5,132,600 5,320,700 4,512,600 4,782,360
5 Mei 5,102,300 5,220,500 4,787,900 4,923,600
6 Juni 5,162,450 5,316,500 4,657,500 4,078,960
7 Juli 5,092,350 5,402,500 4,572,400 4,402,300
8 Agustus 5,302,300 5,238,900 4,672,860 4,782,300
9 September 5,062,300 5,178,940 4,689,300 4,892,360
10 Okteber 5,222,900 5,278,400 4,678,900 4,785,860
11 November 5,022,250 5,402,500 4,572,860 4,789,900
12 Desember 5,021,800 5,403,260 4,542,960 5,192,600
Jumlah 60,852,600 63,509,600 55,384,900 56,848,860
57
5. Anggaran Biaya Overhead Tahun 2018-2019
No. Jenis Biaya overhead
pabrik
Tahun 2018 Tahun 2019
Biaya Variabel
Biaya Tetap Total Biaya
Overhead (Y) Biaya
Variabel Biaya Tetap
Total Biaya Overhead (Y)
1 Biaya bahan penolong 139,672,350 - 139,672,350 149,720,350 - 149,720,350
2 Biaya tenaga kerja tak
langsung - 43,600,000 43,600,000 - 46,760,000 46,760,000
3 Biaya reparasi dan
pemeliharaan pabrik 10,329,950 46,720,600 57,050,550 16,320,600 40,220,400 56,541,000
4 Biaya penyusustan aktiva
tetap - 109,629,600 109,629,600 - 120,459,600 120,459,600
5 Biaya Listrik/ air PDAM - 59,320,900 59,320,900 27,375,350 26,567,900 53,943,250
6 Biaya kesejahtraan
karyawan - 16,720,850 16,720,850 - 19,875,250 19,875,250
7 Biaya asuransi - 16,720,600 16,720,600 - 16,756,200 16,756,200
8 Biaya bahan bakar 20,367,450 - 20,367,450 20,656,250 - 20,656,250 Jumlah 170,369,750 292,712,550 463,082,300 214,072,550 270,639,350 484,711,900
58
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
59
Lampiran 3. Dokumentasi
60
Lampiran 4. Riwayat Hidup
BIOGRAFI PENULIS
Annisa Vita Novianty panggilan Nisa lahir Soppeng tanggal 01
November 1998 dari pasangan suami istri Bapak Hartating
dan Ibu Ferawati. Peneliti adalah anak Pertama dari tiga
bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di
Talasalapang V Kota Makassar.
Menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Darma
Pertiwi pada tahun 2003, menyelesaikan sekolah dasar di SD Inpres Ngapaboa
tahun 2009, lulus sekolah dari sekolah menengah pertama pada tahun 2012 di
SMPN 1 Topoyo dan lulus dari sekolah menengah atas SMKN 1 Topoyo pada
tahun 2015. Pada tahun 2016, ia melanjutkan kuliah di Universitas
Muhammadiyah Makassar mengambil program Studi S1 Akuntansi dan lulus
pada tahun 2021. Penulis tidak hanya aktif dalam bangku perkuliahan namun
juga aktif di organisasi, organisasi internal kampus penulis pernah menjabat
sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan. Dari sisi external kampus
penuis pernahd menjabat sebagai pengurus HIMA-MATENG dan Forum Diskusi
Mahasiswa Topoyo (FDMT).
Berkat karunia Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Muhammadiyah Makassar dengan tersusunnya skripsi dengan judul
“Analisis Pengendalian Biaya Overhead Pabrik Pada PT. Juragan Kosmetik
Indobesia”