ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MEDETEKSI …repo.darmajaya.ac.id/2029/1/SKRIPSI FULL.pdfdalam...
Transcript of ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MEDETEKSI …repo.darmajaya.ac.id/2029/1/SKRIPSI FULL.pdfdalam...
ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MEDETEKSI KECURANGAN
LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN FRAUD SCORE
MODEL
SKRIPSI
Oleh :
ERIN PERMATASARI
1512120166
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
2019
ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MEDETEKSI KECURANGAN
LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN FRAUD SCORE
MODEL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Program Studi Akuntansi
Oleh :
ERIN PERMATASARI
1512120166
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Erin Permatasari, dilahirkan di Bakauheni, Lampung Selatan
pada tanggal 2 Oktober 1997. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
yang merupakan buah kasih pernikahan antara Bapak Karsino dan Ibu Winarsih.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Bakauheni kab Lampung Selatan,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Bakauheni kab Lampung Selatan,
kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN
14 Bandarlampung
Tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi pada Jenjang
Strata satu di Institutte Informatika Dan Bisnis (IIB) Darmajaya. Penulis
melakukan Praktek Kerja Pengabdian Masyarakat di Desa Kuta Dalom
Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran pada tahun 2018.
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala anugrah
dan kasih sayangnya yang sangat melimpah sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dan kupersembahkan kepada :
Kepada kedua orang tuaku, Ayah dan Ibuku Tercinta Karsino dan
Winarsih yang sangat aku sayangi, terima kasih atas do’a, kasih sayang,
bimbingan, semangat serta kesabaran yang telah diberikan kepadaku dan
yang tak pernah bosan mengajarkanku apa arti dari perjalanan hidup ini.
Kalian pahlawan serta bagian hidupku.
Terimakasih kepada adikku Yeni Tri Rahayu¸Kakak kakakku Diky Ardian
dan Veri Yuliani, serta keponkan ku yang lucu dan aku sayang darell
nararya ardian. yang selalu mewarnai hidupku dengan penuh tawa dan
canda kalian.
Untuk keluarga besarku, sahabat dan teman – teman yang tidak dapat satu
persatu saya sebutkan. Terima kasih atas dukungannya untuk
menyelesaikan penelitian ini,
Dan
Para Pendidik dan Almamaterku Tercinta IIB Darmajaya
MOTTO
“ You are not a victim. No matter what you have been through, you're still here.
You may have been challenged, hurt, betrayed, beaten, and discouraged, but
nothing has defeated you. You are still here! You have been delayed but not
denied. You are not a victim, you are a victor. You have a history of victory.”
― Steve Maraboli
ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MENDETEKSI KECURANGAN
LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN FRAUD SCORE
MODEL
Oleh:
ERIN PERMATASARI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris yaitu faktor Analisis Fraud
Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dengan
Menggunakan Fraud Score Model (Studi Kasus Perusahaan Perbankan Pada
Tahun 2016 – 2018). Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang terdaftar di BEI pada tahun 2016-2018 yang di akses melalui website
idx.co.id. Data sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 21
perusahaan perbankan. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan metode
purposive sampling. Variabel independen yang digunakan penelitian ini adalah
Stabilitas Keuangan, Target Keuangan, Rasionalisasi, Tekanan Eksternal,
Kepemilikan institusi, Kualitas auditor eksternal, Pergantian auditor, Pergantian
direktur, Jumlah foto CEO, Dualism jabatan. Variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kecurangan laporan keuangan. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda menggunakan alat uji
SPSS Versi 20. Berdasarkan Hasil analisis menunjukkan bahwa Target Keuangan,
Tekanan eksternal, Kualitas auditor eksternal, Pergantian direktur, Dualism
jabatan berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan Stabilitas
Keuangan, Rasionalisasi, Kepemilikan Institusi, Pergantian auditor, Jumlah foto
CEO tidak berpengaruh terhadap Kecurangan laporan keuangan.
Kata Kunci : Stabilitas Keuangan, Target Keuangan, Rasionalisasi, Tekanan
Eksternal, Kepemilikan institusi, Kualitas auditor eksternal,
Pergantian auditor, Pergantian direktur, Jumlah foto CEO,
Dualism jabatan, Fraud Score
ANALYSIS OF PENTAGON FRAUD IN DETECTING FINANCIAL
STATEMENTS FRAUD BY USING FRAUD SCORE MODEL
By:
ERIN PERMATASARI
ABSTRACT
The objective of the study was to test empirically the Pentagon Fraud Analysis
Factors in Detecting Fraud Financial Statements using the Fraud Score Model (A
Case Study on Banking Companies in 2016 - 2018). The population in this study
was all companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2018 accessed
through the website idx.co.id. The sample data used in this study was 21 banking
companies. The sampling was done based on the purposive sampling method. The
independent variables used in this study were Financial Stability, Financial
Targets, Rationalization, External Pressure, Institutional Ownership, Quality of
external auditors, Change of auditors, Changes of directors, Number of CEO
photos, Dualism of positions. The dependent variable used in this study was
financial statement fraud. The data analysis in this study used the multiple linear
regression analysis using SPSS Version 20. Based on the results of the analysis
showed that Financial Targets, External Pressure, Quality of external auditors,
Changes to directors, Dualism of positions affected the financial statement fraud,
while Financial Stability, Rationalization, Ownership Institution, Change of
auditors, Number of CEO photos had no effect on the financial statements Fraud.
Keywords: Financial Stability, Financial Targets, Rationalization, External
Pressure, Institutional Ownership, Quality of external auditors,
Change of auditors, Change of directors, Number of CEO photos,
Dualism of positions, Fraud Score
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan tugas
akhir guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Jurusan Akuntansi IIB
Darmajaya Bandar Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini telah banyak pihak yang turut membantu sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik - baiknya. Untuk itu pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Firmansyah YA, MBA., MSc, selaku Rektor IIB Darmajaya.
2. Wakil Rektor I, Bapak Dr. RZ. Abdul Aziz, ST.,MT
3. Wakil Rektor II, Bapak Ronny Nazar, SE,M.M
4. Wakil Rektor III,Bapak Muprihan Thaib, S.Sos,M.M.
5. Wakil Rektor IV, Bapak Zulkarnain Lubis, M,S.,Ph.D
6. Dekan Fakultas Bisnis Dan Ekonomi IIB Darmajaya, Dr. Faurani I Santi
Singagerda, S.E., M.Sc
7. Ketua Jurusan Akuntansi IBI Darmajaya Anik Irawati,S.E.,M.Sc
8. Ibu Rieka Ramadhaniyah.,S.E.,M.Ec.Dev selaku dosen pembimbing
skripsi
9. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar terutama jurusan Akuntansi yang telah
membagi ilmu dan pengetahuan mereka yang bermanfaat kepada
penyusun dalam pembelajaran.
10. Para Sahabatku (Yeni Subekti, Sherly Anisa, Azizah Djohan, Della
Gustulangi, Sella Septia, Dina Amelia, Faradina augita, Reci Kurniawan,
Widi Rahman, Yoga Saputra, dan Muhammad Kurniawan ) yang selalu
menemaniku dengan canda dan tawa dari awal kuliah sampai lulus kuliah
semoga kita sukses.
11. Ter-khususnya untuk yang telah memberikanku semangat dan
menemaniku dalam suka dan duka mengerjakan skripsi
12. Seluruh angkatan Akuntansi 2015 yang selalu mendukung dan selalu
bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan tugas skripsi serta seluruh
pihak yang telah membantu penyusun baik secara langsung maupun tidak
langsung.
13. Almamaterku IIB Darmajaya Bandar Lampung.
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Semua ini tidak luput dari
keterbatasan penulis, terutama dalam membuat suatu karya tulis. Adanya
kekurangan tersebut tidak menutup kemungkinan timbulnya kritik serta saran dari
berbagai pihak dan hal ini memang sangat penulis harapkan sehingga akan lebih
memberikan pengetahuan kepada penulis yang jauh lebih baik untuk
kesempurnaan tulisan dimasa yang akan datang.
Bandar Lampung, 02 oktober 2019
Penulis,
Erin Permatasari
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . ..................................................................................... …...i
PERNYATAAN .................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
MOTTO .............................................................................................................. vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 7
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian. .......................................................................... 9
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 13
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ................................................. 13
2.2 Kecurangan (Fraud) ....................................................................... 14
2.2.1 Definisi Fraud ....................................................................... 14
2.2.2 Tipologi Fraud ...................................................................... 16
2.2.3 Kecurangan Laporan Keuangan ( Fraudelent Financial
Reporting) ............................................................................. 17
iii
2.2.4 Fraud Pentagon ..................................................................... 17
2.3 F-Score .......................................................................................... 20
2.4 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 21
2.5 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 23
2.6 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 25
2.6.1 Pengaruh Financial Stability Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Fraudulent Financial Reporting) ....................... 25
2.6.2 Pengaruh Financial Target Terhadap Keuangan Laporan
Keuangan ( Fraudelent Financial Reporting) ..................... 26
2.6.3 Pengaruh Rationalization Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Fraudelent Financial Reporting) ....................... 27
2.6.4 Pengaruh External Pressure Terhadap Laporan Keuangan
(Fraudulent Financial Reporting) ........................................ 27
2.6.5 Pengaruh Institution Ownership Terhadap Keuangan Laporan
Keuangan ( Fraudelent Financial Reporting) ..................... 28
2.6.6 Pengaruh Quality Of Audit Eksternal Terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan (Fraudelent Financial Reporting) ..... 29
2.6.7 Pengaruh Change in Audiors Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Fraudelent Financial Reporting) ...................... 30
2.6.8 Pengaruh Changes in Directors Terhadap Laporan Keuangan
(Fraudulent Financial Reporting) ......................................... 30
2.6.9 Pengaruh Frequent Number Of CEO'S Terhadap Keuangan
Laporan Keuangan ( Fraudelent Financial Reportin ...... 31
2.6.10 Pengaruh Dualism Position Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Fraudelent Financial Reporting) ..................... 32
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 35
3.1 Sumber Data .................................................................................. 35
iv
3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 35
3.3 Populasi dan Sampel...................................................................... 35
3.3.1 Populasi ............................................................................... 35
3.3.2 Sampel ................................................................................. 36
3.4 Variable Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................. 36
3.4.1 Variabel Dependen .............................................................. 36
3.4.2 Variabel Independen ........................................................... 38
3.5 Metode Analisis Data .................................................................... 42
3.5.1 Statistik Deskriptif .............................................................. 42
3.6 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 43
3.6.1 Uji Normalitas Data ............................................................ 43
3.6.2 Uji Multikolinieritas ............................................................ 43
3.6.3 Uji Autokorelasi .................................................................. 44
3.7 Pengujian Hipotesis ........................................................................ 44
3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda ....................................... 44
3.7.2 Uji Koefisien Determinasi................................................... 45
3.7.3 Uji Kelayakan Model .......................................................... 45
3.7.4 Uji Hipotesis ...................................................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 47
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 47
4.1.1 Data dan Sampel ................................................................. 47
4.1.2 Statistik Deskriptif .............................................................. 48
4.2 Asumsi Klasik .............................................................................. 50
4.2.1 Uji Normalitas Data ............................................................ 50
4.2.2 Uji Multikolinieritas ............................................................ 51
4.2.3 Uji Autokorelasi .................................................................. 52
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 53
4.3 Pengujian Hipotesis ....................................................................... 54
4.3.1 Uji Regresi Berganda .......................................................... 54
4.3.2 Uji Kofesien Determinasi (R2) ............................................ 57
v
4.3.3 Uji Kelayakan Model .......................................................... 58
4.3.4 Uji Hipotesis ....................................................................... 59
4.4 Pembahasan ................................................................................... 61
4.4.1 Pengaruh Financial Stability Terhadap Terjadinya
Kecurangan Laporan Keuangan .......................................... 61
4.4.2 Pengaruh Financial Target Terhadap Terjadinya Kecurangan
Laporan Keuangan .............................................................. 62
4.4.3 Pengaruh Rationalization Terhadap Terjadinya Kecurangan
Laporan Keuangan .............................................................. 63
4.4.4 Pengaruh External Pressure Terhadap Terjadinya
Kecurangan Laporan Keuangan .......................................... 65
4.4.5 Pengaruh Institution Ownership Terhadap Terjadinya
Kecurangan Laporan Keuangan .......................................... 65
4.4.6 Pengaruh Quality Of External Auditor Terhadap Terjadinya
Kecurangan Laporan Keuangan .......................................... 66
4.4.7 Pengaruh Change in Auditor Terhadap Terjadinya
Kecurangan Laporan Keuangan .......................................... 67
4.4.8 Pengaruh Change Of Director Terhadap Terjadinya
Kecurangan Laporan Keuangan .......................................... 68
4.4.9 Pengaruh Frequsnt Number of CEO’S Terhadap Terjadinya
Kecurangan Laporan Keuangan .......................................... 69
4.4.10 Pengaruh Dualism Position Terhadap Terjadinya
Kecurangan Laporan Keuangan .......................................... 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 73
5.1 Simpulan ........................................................................................ 73
5.2 Keterbatasan .................................................................................. 74
5.3 Saran .............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................... 21
Tabel 4.1 Seleksi Sampel dengan Kriteria .................................. 47
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ...................................................... 48
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data .................................................... 50
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ................................................... 51
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi .......................................................... 52
Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas ................................................ 53
Tabel 4.7 Uji Regresi Berganda .................................................. 54
Tabel 4.8 Uji Determinasi (R2)
.................................................... 57
Tabel 4.9 Uji Kelayakan Model .................................................. 58
Tabel 4.10 Uji Hipotesis ............................................................. 59
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipologi Fraud....................................................................................16
Gambar 2.2 Fraud Pentagon...................................................................................18
Gambar 2.3 Kerangka Pikir....................................................................................24
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan alat komunikasi penting antara pihak manajemen
dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Salah satu standar
penting yang harus dipenuhi oleh laporan keuangan yaitu bahwa laporan
keuangan harus bersifat andal (reliable). Informasi memiliki kualitas yang andal
jika tidak menyesatkan bagi pembaca dan tidak salah secara material. Informasi
laporan keuangan tersebut digunakan oleh pembaca yaitu guna pengambilan
keputusan untuk masa mendatang. Pihak-pihak pengguna laporan keuangan terdiri
dari investor, karyawan, kreditur, pemasok, pemerintah, pelanggan, dan
masyarakat. Pentingnya informasi yang diberikan dan banyaknya pengguna
laporan keuangan membuat manajemen perusahaan meningkatkan kinerja
perusahaan untuk keberlangsungan operasi perusahaan.
Dalam pernyataan PSAK No.1 telah dijelaskan mengenai persyaratan penyusunan
dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan SAK. Komponen laporan
keuangan terdiri dari posisi keuangan, kinerja keuangan yaitu laba rugi dan
penghasilan komprehensif, perubahan ekuitas, arus kas selama periode, serta
catatan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi
penjelasan lain. Ketika sebuah perusahaan menerbitkan laporan keuangannya,
perusahaan pasti ingin menggambarkan kondisi kinerja perusahaannya selalu
dalam keadaan yang terbaik. Oleh karena itu terkadang hasil kinerja perusahaan
yang disajikan dalam laporan keuangan hanya dimaksudkan atau ditujukan agar
perusahaan itu mendapatkan kesan dan penilaian “baik” dari berbagai pihak yang
membacanya. Hal tersebut dapat menjadi dorongan dan motivasi bagi perusahaan
untuk selalu terlihat baik, tetapi dalam kondisi tertentu juga dapat menekan
berbagai pihak yang berkaitan untuk melakukan berbagai tindak kecurangan
dengan memaksa kinerja perusahaan serta manipulasi pada bagian-bagian tertentu,
misalnya manipulasi pada laporan keungan agar perusahaannya dapat dinilai baik.
2
Oleh karena itu pada akhirnya kebanyakan perusahaan menyajikan informasi yang
tidak semestinya dan tentunya akan merugikan banyak pihak (Rahardjo, 2014).
Steinbart (2012) dalam bukunya yang berjudul “Accounting Information
Systems”, menyatakan bahwa kriteria informasi yang baik adalah yang relevan,
lengkap, andal, mudah dipahami, dapat diverifikasi, dan dapat diakses. Kriteria
tersebut dapat membuat para pengguna laporan keuangan dapat menerima
informasi dalam laporan keuangan secara maksimal yang mana manajemen
memiliki peranan penting dalam mewujudkan kriteria tersebut. Tetapi faktanya
masih terdapat perusahaan yang belum dapat menyajikan laporan keuangan sesuai
dengan kriteria, hal ini bisa terjadi karena kecurangan laporan keuangan dilakukan
oleh manajemen perusahaan. Seperti yang dijelaskan pada penelitian Hutomo
(2012), bahwa terungkapnya kasus-kasus kecurangan atau fraud yang terjadi di
dalam perusahaan dilakukan oleh para manajer pada perusahaan tersebut
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), kecurangan
merupakan tindakan penipuan atau kekeliruan yang dilakukan oleh seseorang atau
badan yang mengetahui sesungguhnya bahwa kekeliruan dapat mengakibatkan
timbulnya manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain.
Perilaku kecurangan laporan keuangan sangat menjadi perhatian, karena
merupakan cerminan dari kinerja perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan
bagi pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut maupun masyarakat.
Kecurangan laporan keuangaan (fraundulent financial reporting) adalah suatu
bentuk usaha yang biasanya dilakukan dengan sengaja oleh oknum pihak
manajemen dalam sebuah perusahaan untuk mengelabuhi, bahkan menyesatkan
bagi para pengguna dan pembaca laporan keuangan tersebut. Para pelaku
kecurangan menyajikan dengan cara merekayasa nilai material dari laporan
keuangan, hal ini dilatar belakangi oleh kepentingan agar keuangan perusahaan
tersebut selalu dalam kondisi yang terlihat menarik dimata penggunan laporan
keuangan (Anis, 2017).
3
Kecurangan juga dapat terjadi karena adanya tekanan baik dari internal maupun
eksternal. Kesempatan yang ada untuk melakukan fraud, pembenaran atas
tindakan yang dilakukan, kemampuan pelaku fraud dan arogansi yang dimiliki.
Kecurangan yang tidak terdeteksi dapat menjadi kasus besar yang dapat
merugikan banyak pihak. Meminimalisir fraud mungkin dapat dilakukan dengan
mendeteksinya lebih awal. Salah satu cara mendeteksi kecurangan yaitu
menggunakan F-score model yang dinilai cukup efektif dalam mendeteksi
kecurangan. Berdasarkan penelitian Dechow et al. (2011) F-score model memiliki
tingkat keakuratan antara 68-70% tergantung dari kasus fraud yang terjadi. F –
score adalah suatu ukuran komposit yang dibuat berdasarkan dua hal yang dapat
dilihat dalam laporan keuangan yaitu kualitas akrual yang di proksikan dengan
RSST dan kinerja keuangan yang diproksikan dengan perubahan pada akun
piutang, perubahan pada akun persediaan, perubahan pada akun penjualan tunai
dan perubahan pada EBIT. Penggunaan F-score model dapat menentukan rata-rata
F-Score dan standar deviasinya untuk penerapannya di berbagai negara, ataupun
berbagai sektor dalam negara yang sama (Ahmad, 2012)
Kasus kecurangan akuntansi di dunia bisnis terkait laporan keuangan semakin
berkembang terutama pada perusahaan-perusahaan go public baik di dalam
maupun luar negeri, sehingga menarik perhatian serius dari para stakeholder.
Salah satu contoh kasus kecurangan laporan keuangan yang terbaru yakni: PT
Bank Jawa Barat dan Banten (BJB) Syariah masih terlilit kasus dugaan kredit
fiktif yang merugikan perseroan senilai Rp548 miliar. Berdasarkan laporan Good
Corporate Governance (GCG) 2018 yang diterbitkan perseroan, tercatat ada 4
kasus penyimpangan (internal fraud) yang memengaruhi kegiatan operasional
bank dan kondisi keuangan secara signifikan pada tahun lalu. Dampak
penyimpangan atau kerugian yang ditimbulkan akibat internal fraud ini masing-
masing senilai lebih dari Rp100 juta. Hingga laporan itu dirilis, keempat kasus
tersebut masih dalam proses penyelesaian di internal BJB Syariah Selain empat
kasus itu, BJB Syariah juga masih menyisakan satu kasus fraud yang belum
diselesaikan. Kasus ini terjadi pada 2017. Keseluruhan kasus internal fraud ini
4
melibatkan pegawai tetap perusahaan Hanya saja, perseroan tidak merinci dengan
detail informasi mengenai internal fraud tersebut. Selain adanya internal fraud,
pada 2018 BJB Syariah juga mengalami kondisi pelampauan batas maksimum
penyaluran dana (BMPD). Sehingga, perseroan harus melaporkan action
plan perbaikan GCG sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.: 13/5/PBI/2011
tentang Batas Maksimum Penyaluran Dana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
(https://finansial.bisnis.com).
Selain kasus diatas manajemen Bukopin pun secara terang-terangan merevisi
laporan keuangan dari 2015, 2016, dan 2017. Bank Bukopin merevisi laba bersih
2016 menjadi Rp 183,56 miliar dari sebelumnya Rp 1,08 triliun. Penurunan
terbesar adalah di bagian pendapatan provisi dan komisi yang merupakan
pendapatan dari kartu kredit. Pendapatan ini turun dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp
317,88 miliar Akibatnya, beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset
keuangan direvisi meningkat dari Rp 649,05 miliar menjadi Rp 797,65 miliar. Hal
ini menyebabkan beban perseroan meningkat Rp 148,6 miliar. Bukopin telah
merevisi turun ekuitas yang dimiliki sebesar Rp 2,62 triliun pada akhir 2016, dari
Rp 9,53 triliun menjadi Rp 6,91 triliun. Penurunan itu karena revisi turun saldo
laba Rp 2,62 triliun menjadi Rp 5,52 triliun karena laba yang dilaporkan
sebelumnya tidak benar. Penurunan ekuitas ini berperan dalam tergerusnya rasio
kecukupan modal (capital adequacy ratio) Bukopin. Pada laporan keuangan 2016
sebelum revisi, CAR Bukopin masih aman 15,03%, namun setelah revisi CAR
tersisa 11,62%. CAR semakin memburuk pada akhir 2017 yang tercatat 10,52%,
meski meningkat lagi pada kuartal I/2018 menjadi 11,09%. Hal lain yang
mempengaruhi penurunan CAR adalah peningkatan rasio kredit bermasalah (non
performing loan) Bukopin. (https://finance.detik.com).
Berdasarkan fenomena diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor tekanan dari
para eksekutif perusahaan (presiden direktur, direktur, dan pemegang saham
pinjam) agar memberikan informasi palsu untuk mencapai target perusahaan.
Faktor kesempatan bahwa para eksekutif perusahaan dan para pegawai secara
5
langsung terlibat dalam memanipulasi data laporan keuangan. Faktor rasionalisasi
bahwa para eksekutif maupun pegawai perusahaan berasumsi tindakan ini
dilakukan dengan benar karena demi kepentingan perusahaan. Faktor kemampuan
dari presiden direktur yang mengkoordinasikan bawahannya untuk melakukan
manipulasi data dan laporan keuangan perusahaan. Faktor arogansi bahwa akibat
keserakahan presiden direktur untuk menggelembungkan nilai aset dan melebih-
lebihkan nilai modal yang disetor hanya untuk mencapai target perusahaan yang
dipimpinnya.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan elemen fraud pentagon theory sebagai
dasar untuk meneliti dalam mendeteksi adanya kecurangan dalam laporan
keuangan. Menggunakan fraud pentagon theory karena teori ini merupakan
penyempurnaan dari teori fraud triangle dan fraud diamond serta adanya unsur
baru yang sebelumnya masih sedikit penggunaanya untuk diaplikasikan dalam
mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan yaitu unsur arrogance. Selain itu
dalam hasil survey ACFE kecurangan banyak dilakukan oleh Owner/Executive
dari perusahaan sendiri karena disebabkan adanya arogansi dalam dirinya, mereka
beranggapan peraturan dan internal kontrol yang diterapkan dalam perusahaan
tidak akan mempengaruhi kekuasaannya. Hingga saat ini masih sedikit penelitian
yang menggunakan teori ini untuk mengupas kecurangan yang terjadi dalam
sebuah perusahaan.
Fraud pentagon adalah perluasan teori dari fraud triangle yang telah dikemukakan
oleh Tessa (2016) dimana pada teori ini terdapat dua penambahan elemen yaitu
kompetensi (competence) dan arogansi (arrogance) sehingga dapat meneliti lebih
dalam mengenai kecurangan laporan keuangan. Jensen dan Meckling (1976)
mengatakan teori keagenan adalah hubungan yang terjadi antara pemilik dan
pemegang saham (principal) dengan manajemen (agent). Hubungan agensi
tersebut muncul ketika pihak principal mempekerjakan pihak agent untuk
memberikan jasa dan memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada
6
agent tersebut. Alasan teori ini dikembangkan karena kecurangan jaman sekarang
lebih dilengkapi dengan informasi lebih dan akses ke dalam asset perusahaan.
Penelitan yang berkaitan dengan fraud pentagon pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti misalnya oleh Tessa (2016) yang dalam penelitian tersebut peneliti
memproksikan faktor Fraud Pentagon ke dalam beberapa elemen yang terdiri dari
financial target, financial stability, external pressure, institutional ownership,
ineffective monitoring, kualitas auditor eksternal, change in auditor, pergantian
direksi dan frequent number of CEO’s picture untuk mendeteksi fraudulent
financial reporting. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa terdapat tiga
variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent financial
reporting antara lain financial stability, external pressure, dan frequent number of
CEO picture.
Sedangkan peneliti yang selanjutnya adalah Fatchan Achyani, & Zulfikar (2016)
dengan judul Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud.
Hasil penelitian Pressure financial stability, berpengaruh terhadap financial
statement fraud. Opportunity Quality of external audit tidak berpengaruh terhadap
financial statement fraud. Rationalization; change auditor berpengaruh terhadap
financial statement fraud. Competence; change of directors berpengaruh terhadap
financial statement fraud Arrogance; frequency numbers of CEO’s picture
berpengaruh terhadap financial statement fraud
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Putri (2018) Analisis
Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud Pada Sektor
Perbankan Yang Di BEI 2015 – 2017. Hasil penelitian Financial Stability
(ACHANGE), Financial Target (ROA) dan Rationalization (TATA) berpengaruh
dalam mendeteksi financial statement fraud. Sedangkan External Pressure,
Institution Ownership, Quality Of External Auditor, Change in Auditor dan
Change Of Director dan Frequent Number of CEO’s Picture tidak berpengaruh
dalam mendeteksi financial statement fraud.
7
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Penamabaha
variabel pada Arogance yaitu dulism position dan perbedaan selanjutnya adalah
menggunakan tahun penelitian terbaru yaitu periode 2016 – 2018, serta perbedaan
yang lain adalah pendeteksian kecurangan menggunakan model F-score model
dalam mengukur kecurangan laporan keuangan. Model F-Score merupakan
penjumlahan dari dua variabel yaitu kualitas akrual dan kinerja keuangan Skousen
dan Twedt (2009). Fraud Score Model pada penelitian ini digunakan sebagai
perhitungan untuk mengukur tingkat risiko kecurangan dalam laporan keuangan
yang dihitung dengan menjumlahkan kualitas akrual dan kinerja keuangan dan
yang terakhir penggunaan fraud pentagon yang masih sangat jarang digunakan
untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan di Indonesia.
Alasan pemilihan sektor perbankan karena berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh ACFE (2016) sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang rentan
terhadap tindak kecurangan, hasil survey menunjukan kasus financial stapaling
banyak terjadi pada perbankan yaitu sebesar 16,8% dibandingkan sektorsektor
lainnya. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka judul peneitian ”Analisis
Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dengan
Menggunakan Fraud Score Model”.
1.2 Ruang Lingkup
Agar ruang lingkup permasalahan yang diteliti diatas terarah dan tidak meluas
maka penulis membatasi penulisan pada masalah Analisis Fraud Pentagon Dalam
Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Fraud Score
Model ( Studi Kasus Perusahaan Perbankan Pada Tahun 2016 – 2018).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
8
1. Apakah Financial Stability berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan?
2. Apakah Financial Target berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan?
3. Apakah Rationalization berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan?
4. Apakah External Pressure berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan?
5. Apakah Institution Ownership berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan?
6. Apakah Quality Of External Auditor berpengaruh signifikan terhadap
terjadinya kecurangan laporan keuangan?
7. Apakah Change in Auditor berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan?
8. Apakah Change Of Director berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan?
9. Apakah Frequent Number of CEO’s Picture berpengaruh signifikan
terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan?
10. Apakah Dualism Position berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1. Membuktikan secara empiris Financial Stability berpengaruh signifikan
terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
2. Membuktikan secara empiris Financial Target berpengaruh signifikan
terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
3. Membuktikan secara empiris Rationalization berpengaruh signifikan
terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
4. Membuktikan secara empiris External Pressure berpengaruh signifikan
terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
9
5. Membuktikan secara empiris Institution Ownership berpengaruh
signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
6. Membuktikan secara empiris Quality Of External Auditor berpengaruh
signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
7. Membuktikan secara empiris Change in Auditor berpengaruh signifikan
terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
8. Membuktikan secara empiris Change Of Director berpengaruh signifikan
terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
9. Membuktikan secara empiris Frequent Number of CEO’s Picture
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan?
10. Membuktikan secara empiris Dualism Position berpengaruh signifikan
terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari tujuan di atas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Sebagai pengembangan ilmu akuntansi khususnya dalam bidang
akuntansi forensik mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perusahaan untuk melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan
dengan menggunakan elemen indikator dari fraud pentagon theory.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi perusahaan
Memberikanpertimbangan bagi manajemen sebagai penanggung
jawab dan agen dalam melindungi prinsipal (pemegang saham).
Manajemen juga betugas memberikan informasi dan diharapkan
lebih mengetahui mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kecurangan serta dampak yang timbul apabila melakukan
kecurangan terhadap laporan keuangan sehingga dapat mengurangi
kesalahan dalam mengambil keputusa.
10
2. Bagi investor
Sebagai alat yang diharapkan dapat memberikan informasi kepada
investor dalam menilai dan menganalisis investasinya dalam sebuah
perusahaan agar lebih berhati-hati dan dapat mendeteksi
kemungkinan telah terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan
perusahaan. Sehingga akan mengurangi risiko dan dapat
mempertimbangkan investasinya berada di tangan yang tepat.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
dan perbaikan dalam penelitian selanjutnya di masa yang akan
datang serta untuk menambah wawasan.
1.6 Sistematika Penulisan
Penyusunan penelitian ini akan disajikan dalam sistematika pembahasan
yang terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi uraian dengan penjelasan yang bersifat umum, yaitu
mengenai latar belakang masalah , batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini menjelaskan uraian yang terdiri dari landasan teori,
pengembangan hipotesis dan analisis terdahulu.
BAB III : METODE PENELITAN
Dalam bab ini terdiri dari penjelasan mengenai sumber data, metode
pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian dan
definisi operasional variabel dan metode analisis data.
11
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan karakteristik objek penelitian, deskripsi data, analisis
data, dan pembahasan. Dalam bab ini akan disajikan analisis atas hasil
pengujian data.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup dari hasil keseluruhan penelitian dimana hasil
mengenai kesimpulan keseluruhan penelitian, keterbatasan penelitian dan
saran bagi peneltian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency theory merupakan suatu kontrak yang melibatkan satu atau lebih orang,
dalam hal ini principal mempekerjakan orang lain (agent) dengan tujuan untuk
memberikan suatu jasa dan mendelegasikan kepada agent tersebut wewenang
dalam pengambilan keputusan yang tepat dan terbaik untuk principal (Jensen and
Meckling, 1976). Oleh karena itu agent harus bertanggungjawab atas semua
pekerjaannya terhadap principal. Dalam teori ini yang dimaksud dengan principal
adalah investor, sedangkan agent adalah manajemen perusahaan bisa manajer,
staff, dan karyawan. Keduanya menjalin korelasi dalam sebuah perjanjian kerja
sama. Ketika sebuah kerja sama terjadi masing-masing pihak pasti mempunyai
harapan atas kerja sama tersebut.
Dalam hal ini principal diasumsikan menginginkan peningkatan kinerja keuangan
perusahaan berupa return tinggi atas investasi yang telah dikeluarkan perusahaan,
sedangkan agen memiliki kepentingan tersendiri yaitu untuk mendapatakan
kompensasi yang lebih besar atas hasil kinerjanya. Hal tersebut menujukkan
adanya benturan kepentingan antara principal dan agent yang sering di sebut
dengan conflict of interest (Jarboui, 2013). Agent memiliki lebih banyak informasi
dibandingkan principal. Hubungan ini dapat mengarah pada kondisi
ketidakseimbangan informasi atau disebut asimetri informasi (Jarboui 2013).
Dengan terjadinya asimetri informasi diantara kedua belah pihak, secara tidak
langsung memberikan kesempatan kepada agent untuk menyembunyikan
beberapa informasi yang tidak diketahui oleh principal dengan tujuan tertentu
(Nurbaiti, 2017). Agent akan berusaha mencari keuntungannya sendiri dengan
berbagai cara seperti manipulasi angka -angka dalam laporan keuangan,
penyembunyian informasi yang sebenarnya dan penyajian keliru yang dapat
menyesatkan pembaca laporan keuangan (Priantara, 2013).
14
Menurut Muziansyah (2018) para pemegang saham biasanya menginginkan agar
dana yang diinvestasikannya mendapatkan return yang maksimal, berbeda dengan
kepentingan manajemen yang ingin mendapatkan kompensasi yang besar atas
pengelolaan dana pemilik. Perbedaan ini lah yang menyebabkan terjadinya
conflict of interest diantara pemegang saham dan manajemen. Di samping itu,
manajemen memiliki informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan lebih
dibandingkan dengan pemegang saham.
Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan dalam laporan
keuangan dapat terjadi karena terdapat celah dan peluang yang secara sengaja
dimanfaatkan oleh agent tanpa diketahui oleh principal. Selain itu karena adanya
tekanan dari principal yang menuntut agar agent menjalankan kegiatan
operasional perusahaan dengan baik dan dapat mencapai target sesuai yang
diinginkan. Keadaan ini dapat menimbulkan tekanan bagi agent sehingga
mendorongnya untuk melakukan tindakan kecurangan yang tujuannya adalah
memperlihatkan bahwa perusahaan dalam performa yang baik.
2.2 Kecurangan (Fraud)
2.2.1 Definisi Fraud
Kecurangan merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisikan kecurangan
(fraud) sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang
atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan
beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain
(Ernst & Young, 2009). Kecurangan merupakan suatu perbuatan dan tindakan
yang dilakukan secara sengaja, sadar, tahu dan mau untuk menyalahgunakan
segala sesuatu yang dimiliki secara bersama, misalnya sumber daya perusahaan
dan negara demi kenikmatan pribadi dan kemudian menyajikan informasi yang
salah untuk menutupi penyalahgunaan tersebut.
15
Menurut Tuanakotta, (2013) “Any illegal act characterized by deceit,
concealment or violation of trust. These acts are not dependent upon the
application of threats of violence or physical force. Fraud are perpetrated by
individuals, and organization to obtain money, property or service; to avoid
payment or loss of services; or to secure personal or bussines advantages.”
Menurut Arens dkk (2012) Kecurangan yaitu salah saji yang disengaja atau
penghilangan jumlah atau pengungkapan dengan maksud untuk menipu
pengguna. Umumnya salah saji dan penghilangan berkaitan dengan
penyimpangan standar akuntansi yang digunakan dalam pelaporan keuangan
Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commissions
dalam Sihombing (2014) melakukan kajian terhadap financial statement fraud dan
mengembangkan suatu taksonomi yang mungkin dapat terjadi pada semua bisnis.
COSO mengidentifikasi modus fraud pada beberapa area yaitu sebagai berikut:
1. Mengakui pendapatan yang tidak semestinya.
2. Melebih sajikan aset (selain piutang usaha yang berhubungan dengan
kecurangan terhadap pengakuan pendapatan).
3. Beban/liabilitas yang kurang saji.
4. Penyalahgunaan aset.
5. Pengungkapan yang tidak semestinya.
6. Teknik lain yang mungkin dilakukan.
Dari berbagai kemungkinan terjadinya financial statement fraud lebih saji dalam
melaporkan pendapatan adalah yang paling sering terjadi. Dari beberapa definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa kecurangan (fraud) merupakan suatu perbuatan
dan tindakan melanggar hukum yang dilakukan seseorang baik dari dalam atau
luar organisasi yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi maupun kelompoknya namun di sisi lain juga merugikan
pihak lain.
16
2.2.2 Tipologi Fraud
ACFE (Association of Certified Fraud Examiner) (2018) membagi fraud kedalam
3 tipologi tindakan yang sering disebut the fraud tree seperti yang ada pada
gambar di bawah ini:
Gambar 2.1
1) Penggelapan aset (asset missapropriation) meliputi penyalahgunaan atau
pencurian asset/harta perusahaan, dan mempunyai sifat tangible atau dapat
dihitung.
2) Korupsi(corruption) biasanya dilakukan oleh seseorang dengan
melibatkan pihak lain (kolusi). Misalnya penyalahgunaan wewenang,
17
penyuapan, penerimaan hadiah yang ilegal dan pemerasan secara
ekonomis.
3) Pernyataan yang salah (fraudulent misstatement) misalnya dengan
melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan untuk memperoleh
keuntungan. Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan tidak dinyatakan dengan yang
sebenarnya.
2.2.3 Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)
Komponen Laporan keuangan yang diterapkan di Indonesia sudah semakin
komprehensif. Namun, ada banyak celah dalam laporan keuangan yang dapat
menjadi ruang bagi manajemen dan oknum tertentu untuk melakukan kecurangan
(Fraud) pada laporan keuangan. Menurut ACFE (Association of Certified Fraud
Examiner) definisi kecurangan laporan keuangan yaitu sebagai berikut:“The
deliberate misrepresentation of the financial condition of an enterprise
accomplished through the intentional misstatement or mission of amounts or
disclosures in the financial statements in order to deceive financial statement
users.”
Kecurangan laporan keuangan merupakan kesengajaan ataupun kelalaian dalam
laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum. Kelalaian atau kesengajaan ini sifatnya material sehingga dapat
memengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pihak yang berkepentingan
(Sihombing and Rahardjo, 2014).
2.2.4 Fraud Pentagon
Teori ini dikemukakan oleh Crowe Howart pada 2011. Teori fraud pentagon
merupakan peluasan dari teori fraud triangle yang sebelumnya dikemukakan oleh
Cressey 1953, dan teori fraud diamond yang sebelumnya dikemukakan oleh
Wolfe dan Hermanson 2004, dalam teori ini menambahkan satu elemen fraud
lainnya yaitu dan arogansi (Herviana, 2017). Teori ini ini dikemukakan oleh
18
Jonathan Marks yang merupakan partner in charge fraud and ethics practice di
Crowe Horwath LLP pada tahun 2011.Teori fraud pentagon merupakan perluasan
dari teori fraud triangle yang sebelumnya dikemukakan oleh Cressey, dalam teori
ini menambahkan dua elemen fraud lainnya yaitu kompetensi (competence) dan
arogansi (arrogance) sehingga terbentuk teori baru bernama Crowe’s fraud
pentagon theory.
Elemen competence memiliki makna serupa dengan kapabilitas / kemampuan
(capability) yang sebelumnya dijelaskan dalam teori fraud diamond oleh Wolfe
dan Hermanson. Kompetensi atau kapabilitas merupakan kemampuan karyawan
untuk mengabaikan kontrol internal, mengembangkan strategi penyembunyian,
dan mengontrol situasi sosial untuk keuntungan pribadinya, sedangkan arogansi
adalah sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa kontrol
internal atau kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya (Crowe, 2011).
Alasan teori ini dikembangkan karena kecurangan jaman sekarang lebih
dilengkapi dengan informasi lebih dan akses ke dalam asset perusahaan
dibandingkan dengan eranya Cressey (Kurnia dan Anis, 2017). Berikut ini Fraud
pentagon divisualisasikan dalam gambar berikut ini:
Gambar 2.2
19
Fraud pentagon terdiri dari 5 elemen yaitu pressure, opportunity, rationalization,
capability, dan arrogance:
1) Pressure
Pressure (tekanan) adalah dorongan orang untuk melakukan fraud, dapat
mencakup hampir semua hal baik keuangan maupun non keuangan
(Widarti, 2015). Tekanan juga dapat dikatakan sebagai keinginan atau
intuisi seseorang yang terdesak melakukan kejahatan (Annisya, 2016).
Menurut SAS No. 99 terdapat empat jenis kondisi yang dapat
mengakibatkan seseorang melakukan kecurangan, yaitu financial stability,
external pressure, personal financial need, dan financial targets.
2) Opportunity
Opportunity (peluang) adalah suatu kondisi yang memberikan kemungkinan
seseorang untuk berbuat atau menempati suatu tempat pada posisi tertentu
(Nurbaiti, 2017). Fraud tidak hanya terjadi jika ada tekanan, tetapi juga
ketika calon pelaku melihat adanya peluang untuk melakukan kecurangan
(Daljono, 2013). Peluang muncul ketika pengendalian internal lemah,
pengawasan yang kurang, dan penyalahgunaan posisi atau jabatan untuk
kepentingan pribadi (Daljono 2013). SAS No.99 menyebutkan bahwa
peluang pada financial statement fraud dapat terjadipada tiga kategori
kondisi. Kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring,
dan organizational structure.
3) Rationalization
Rationalization yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai
etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan
kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup
menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud (Siddiq dan
Hadinata, 2016). Menurut SAS No.99 rasionalisasi pada perusahaan dapat
diukur dengan siklus pergantian auditor, opini audit yang didapat
perusahaan tersebut serta keadaan total akrual dibagi dengan total aktiva.
20
4) Capability
Capability merupakan besarnya daya dan kapasitas yang dilakukan
sesorang untuk melakukan fraud dilingkungan perusahaan. Kecurangan
terhadap laporan keuangan bisa terjadi ketika terdapat perubahan direksi
untuk memperbaiki kinerja manajemen sebelumnya (Nurbaiti dan Hanafi,
2017). Perubahan direksi dapat menimbulkan stress period sehingga
berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud.
Perubahan direksi dapat menimbulkan kinerja awal yang tidak maksimal
karena membutuhkan waktu untuk beradaptasi (Sihombing dan Rahardjo,
2014).
5) Arrogance
Menurut Crowe Howarth (2011) arogansi merupakan sifat superioritas dan
hak atau keserakahan yang dimiliki oleh pelaku kejahatan dan merasa
bahwa pengendalian internal dan kebijakan perusahaan serta prosedur tidak
diterapkan kepadanya. Kesombongan ini muncul dari keyakinan bahwa
dirinya mampu melakukan kecurangan dan internal kontrol yang ada tidak
akan mempengaruhi dirinya sehingga pelaku melakukan kecurangan tanpa
taku adanya sanksi yang akan menjeratnya (Achsin & Cahyaningtyas,
2015)
2.3 F-Score
Model F-Score merupakan penjumlahan dari dua variabel yaitu kualitas akrual
dan kinerja keuangan Skousen dan Twedt (2009). Fraud Score Model pada
penelitian ini digunakan sebagai perhitungan untuk mengukur tingkat risiko
kecurangan dalam laporan keuangan yang dihitung dengan menjumlahkan accrual
quality dengan financial performance.
Ukuran F-Score mula-mula diperkenalkan oleh Dechow et al., (2007) pada versi
pertama tulisannya yang dipresentasikan dalam suatu workshop pada tahun 2007.
Tujuan Dechow et al.,(2007) membangun model F-Score adalah untuk
21
mengembangkan satu ukuran yang dapat secara langsung dihitung dari laporan
keuangan. Komponen variabel pada F-Score meliputi dua hal yang dapat dilihat di
laporan keuangan, yaitu accrual quality yang diproksikan dengan RSST akrual
(Richardson, Sloan, Solimandan Tuna, 2005), dan kinerja keuangan (financial
performance).
2.4 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul
Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Revika
Putri
(2018)
Analisis Fraud
Pentagon
Dalam
Mendeteksi
Financial
Statement
Fraud Pada
Sektor
Perbankan
Yang Terdaftar
Di BEI Periode
2015-2017
Financial Stability (X1),
Financial Target (X2),
Rationalization (X3),
External Pressure (X4),
Institution Ownership
(X5),
Quality Of External
Auditor (X6),
Change in Auditor (X7),
Change Of Director
(X8),
Frequent Number of
CEO’s Picture (X9)
financial statement fraud
(Earning Manajemen)
(Y).
Hasil penelitian Financial
Stability (ACHANGE),
Financial Target (ROA) dan
Rationalization (TATA)
berpengaruh dalam
mendeteksi financial
statement fraud. Sedangkan
External Pressure,
Institution Ownership,
Quality Of External Auditor,
Change in Auditor dan
Change Of Director dan
Frequent Number of CEO’s
Picture tidak berpengaruh
dalam mendeteksi financial
statement fraud.
Agustina
(2018)
pengaruh fraud
pentagon
dalam
mendeteksi
kecurangan
pelaporan
keuangan
Tekanan (X1),
Kesempatan (X2),
Rasionaliasasi (X3),
Kemampuan (X4),
Arogansi (X5),
Kecurangan
pelaporan keuangan
Dengan hasil pengujian
secara parsial menunjukkan
bahwa tekanan berpengaruh
negatif signifikan,
kesempatan berpengaruh
positif signifikan,
sedangkan rasionalisasi,
kemampuan, dan arogansi
22
(fraudulent financial
reporting).(Y)
tidak berpengaruh signifikan
terhadap kecurangan
pelaporan keuangan pada
perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017
Chyntia
Tessa G.
dan Puji
(2016)
Fraudulent
Financial
Reporting:
Pengujian
Teori Fraud
Pentagon Pada
Sektor
Keuangan
Dan Perbankan
Di Indonesia
Variabel dependen
Menggunakan penyajian
kembali laporan
keuangan (restatement)
sebagai proksi
kecurangan
pelaporan keuangan
(fraudulent financial
reporting).
Variabel Independen:
1. Financial Target
2. Financial Stability
3. External pressure
4. Instutional ownership
5. Ineffective monitoring
6. Kualitas auditor
eksternal
7. Change in audior
8. Pergantian direksi
9. Frequent number of
CEO’s picture
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
stabilitas keuangan, tekanan
eksternal, dan jumlah
sering gambar CEO adalah
signifikan dalam
mendeteksi terjadinya
kecurangan pelaporan
keuangan. Variabel variabel
yang signifikan merupakan
dua elemen penting dalam
teori pentagon penipuan
Crowe, yaitu tekanan dan
arogansi
Faiz
Rahman
Siddiq,
Fatchan
Achyani,
&
Zulfikar
(2016)
Fraud
Pentagon
Dalam
Mendeteksi
Financial
Statement
Fraud
Variabel dependen dalam
penelitian ini kecurangan
laporan keuangan.
variabel independen ini
terdiri dari Pressure,
Opportunity,
Rationalization,
Competence, dan
Arrogance.
Pressure financial stability,
berpengaruh terhadap
financial statement fraud.
Opportunity Quality of
external audit tidak
berpengaruh terhadap
financial statement fraud.
Rationalization; change
auditor berpengaruh
terhadap financial statement
fraud. Competence; change
of directors berpengaruh
terhadap financial statement
fraud Arrogance; frequency
numbers of CEO’s picture
23
berpengaruh terhadap
financial statement fraud
Aidil
Adherian
Kurnia &
Idrianita
Anis
(2017)
Analisis Fraud
Pentagon
Dalam
Mendeteksi
Kecurangan
Laporan
Keuangan
Dengan
Menggunakan
Fraud Score
Model
Variabel dependen dalam
penelitian ini kecurangan
laporan keuangan.
Variabel independen
dalam penelitian ini
terdiri atas financial
target, financial stability,
external
pressure, ineffective
monitoring, nature
of industry, change in
auditor, change of
directors, frequent
number of CEO’s picture
dan political connection
serta variabel kontrol
yang terdiri atas firm
size, growth, dan quality
of external audits.
Hasil penelitian adalah
sebagai berikut financial
stability, nature of industry,
dan political connection
berpengaruh terhadap
kecurangan laporan
keuangan. Financial target,
external pressure,
ineffective monitoring,
changes in auditors, change
of
directors dan frequent
number of ceo’s picture
tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan
keuangan. Financial target,
financial stability, external
pressure, ineffective
monitoring, nature of
industry, changes in
auditors, change of
directors, frequent number
of ceo’s picture dan
political connection secara
simultan atau bersama-sama
berpengaruh terhadap
kecurangan laporan
keuangan.
Sumber: penelitian Terdahulu
2.5 Kerngka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dan beberapa penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti terdahulu, maka Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah
sebagi berikut:
24
Gambar 2.3 Kerangka Pemikir
Financial Stability
Financial Target
Rationalization
External Pressure
Institution Ownership
Quality Of External
Auditor
Change in Auditor
Change Of Director
Frequent Number of
CEO’s Picture
Dualism Position
Fraud (F-Score)
25
2.6 Hipotesis Penelitian
2.6.1 Pengaruh Financial Stabilitiy Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)
Financial stability merupakan gambaran mengenai kondisi keuangan
perusahaan dalam kondisi stabil, ketika perusahaan dalam kondisi terancam maka
manajemen akan melakukan berbagai cara agar financial stability perusahaan
tetap terlihat baik. Kondisi perusahaan yang tidak stabil menjadikan tekanan bagi
pihak manajemen dikarenakan kinerja perusahaan yang kurang baik akan
menghambat aliran dan investasi perusahaan yang akan mendatang. Menurut
SAS No. 99, manajer mengahadapi tekanan untuk melakukan kecurangan laporan
keuangan ketika stabilitas keuangan terancam oleh keadaan ekonomi, industri,
dan situasi entitas yang beroperasi, salah satu bentuk agar perusahaan
terlihat baik maka manipulasi laporan keuangan dilakukan berkaitan dengan
pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et. al., 2009). Karena aset merupakan
kekayaan perusahaan, untuk menarik minat investor seharusnya tampilan total
aset selalu dalam keadaan baik. Oleh karena itu stabilitas keuangan dapat
diukur menggunakan rasio perubahan total asset (ACHANGE). Dengan
menghitung selisih total aset yang dimiliki perusahaan pada periode saat ini
dengan periode sebelumnya terhadap total aset periode sebelumnya. Dalam
penelitian Skousen et. al. (2009) membuktikan bahwa semakin besar rasio
perubahan total aset (ACHANGE) suatu perusahaan, maka kemungkinan potensi
terjadinya kecurangan laporan keuangan suatu perusahaan semakin tinggi.
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Sihombing dan Raharjo (2014), Tiffani dan Marfuah (2015) dan Siddiq et.
al. (2017) menyatakan bahwa financial stability berpengaruh secara signifikan
terhadap financial statement fraud. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan
oleh Arisandi (2017) dan Ulfah et. al. (2017) menyatakan bahwa financial
stability tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil hipotesis:
26
H1: Stabilitas keuangan berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan
2.6.2 Pengaruh Financial Target Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
(Fraudulent Financial Reporting)
Financial target merupakan target keuangan yang harus dipenuhi perusahaan
dalam satu periode, hal ini menjadi sebuah tekanan bagi menajer dalam
menjalankan kinerjanya yang dituntut untuk selalu menjaga target keuangan yang
telah ditentukan direksi dan manajemen. Dari tekanan ini memungkinkan
seorang manajer melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan agar keuangan
perusahaan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Menurut penelitian
Skousen et. al. (2009) ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer,
selain itu juga menunjukkan seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang
dimiliki perusahaan untuk mengetahui seberapa efisien aset telah bekerja.
Oleh karena itu dalam penelitian ini variabel financial target diproksikan
dengan ROA.
Pernyataan ini didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Widarti (2015) dan Putriasih (2016) yang menunjukkan hasil bahwa
financial target dengan proksi ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. Sedangkan menurut Sihombing dan Raharja
(2014), Arisandi dan Verawaty (2017) serta Kurnia dan Anis (2017) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa financial target yang diproksikan dengan rasio
ROA tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil hipotesis:
H2: Target keuangan berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan
27
2.6.3 Pengaruh Rationalization Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
(Fraudulent Financial Reporting)
Rasionalisasi merupakan tindakan yang mencari alasan pembenaran oleh orang–
orang yang merasa dirinya terjebak dalam keadaan yang buruk, sehingga pelaku
akan mencari alasan untuk membenarkan kejahatan yang sudah dilakukan agar
dapat diterima oleh masyarakat. Menurut Skousen (2008), prinsip akrual
berhubungan dengan pengambilan putusan oleh manajemen dan dapat
memberikan wawasan terhadap rasionalisasi dalam pelaporan keuangannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Oktarigusta (2017), Putriasih (2016), dan
Sihombing (2014) menunjukkan bahwa proksi total aset akrual dari variabel
rationalization memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap financial
statement fraud karena konsep akrual yang berarti manajemen dapat
memanipulasi pendapatan dengan melakukan pencatatan ketika transaksi terjadi
meskipun kas belum melakukan pengeluaran atau penerimaan, sehingga jika nilai
discretionary accruals naik, dapat disimpulkan kecurangan laporan keuangan juga
naik. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil hipotesis:
H3: Rasionalisasi berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan
2.6.4 Pengaruh External Pressure Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
(Fraudulent Financial Reporting)
External pressure merupakan keadaan dimana perusahaan mendapat tekanan dari
pihak luar perusahaan. Tekanan dari pihak eksternal untuk mendapatkan
tambahan utang atau sumber dana dari pihak eksternal agar tetap kompetitif.
Untuk mendapatkan dana dari pihak eksternal perusahaan harus menampilkan
performa rasio keuangan dan laba yang baik agar investor tertarik. Selain itu
perusahaan harus diyakini mampu untuk mengembalikan pinjaman yang telah
didapatnya. Oleh karena itu hal ini mendorong manajer melakukan manipulasi.
Pernyataan di atas dibuktikan dari hasil penelitian Sihombing dan Raharjo (2014),
Tiffani dan Marfuah (2015), serta Tessa dan Raharja (2016) yang menyatakan
28
bahwa external pressure yang diproksikan dengan LEV berpengaruh positif
signifikan terhadap fraudulent financial reporting. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan Skousen et. al. (2009) yang menunjukkan bahwa (LEV)
berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.
Pernyataan di atas menunjukkan apabila perusahaan memiliki rasio leverage yang
tinggi artinya perusahaan tersebut memiliki hutang yang besar sehingga risiko
kreditnya tinggi dan memungkinkan terjadinya tindak kecurangan terhadap
laporan keuangan. Dalam hal ini terdapat kekhawatiran bahwa dimasa mendatang
perusahaan tidak mampu mengembalikan pinjaman modal yang diberikan.
Sebaliknya penelitian yang dilakukan Pardosi (2015), Annisya et al. (2016) dan
Ulfah et. al. (2017) menunjukkan bahwa variabel external pressure yang dihitung
dengan menggunakan rasio leverage tidak berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil hipotesis:
H4: Tekanan eksternal berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan
2.6.5 Pengaruh Institution Ownership Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)
Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen dalam perusahaan
merupakan struktur kepemilikan yang berfungsi melihat kewajaran laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (Leo, 2012). Kepemilikan
institusional merupakan persentase jumlah saham pada akhir periode akuntansi
yang dimiliki oleh pihak eksternal, seperti lembaga, perusahaan, asuransi, bank
atau institusi lain (Bukhori, 2012).
Terdapat indikasi ketika terdapat institutional ownership atau kepemilikan saham
institusi di dalam sebuah perusahaan akan menjadi sebuah tekanan sendiri bagi
perusahaan tersebut. Tekanan tersebut terjadi karena pihak manajemen memiliki
tanggung jawab yang lebih besar dikarenakan pertanggungjawaban yang
29
dilakukan tidak hanya kepada seorang individu, namun kepada institusi. Selain
itu, besarnya kepemilikan saham oleh institusi daripada perseorangan membuat
manajemen melakukan usaha yang lebih agar tidak kehilangan para investor
tersebut, salah satunya dengan cara mempercantik laporan keuangan melalui
tindakan manipulasi. Berdasarkan hal tersebut dapat diindikasikan bahwa,
semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi maka semakin besar
pula kemungkinan perusahaan merasa tertekan sehingga menimbulkan Fraudulent
Financial Reporting. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil hipotesis:
H5: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan
2.6.6 Pengaruh Quality Of Audit Eksternal Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)
Penunjukkan auditor eksternal oleh komite audit perusahaan dianggap dapat
melakukan pemeriksaan secara independen sehingga dapat menghindari konflik
kepentingan dan untuk menjamin integritas proses audit. Menurut Wijayani dan
Januarti (2011) KAP yang berafiliasi asing, diyakini mempunyai kemampuan
yang lebih baik dalam melakukan audit dibandingkan dengan KAP yang tidak
berafiliasi asing, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi,
yang berdampak pada reputasi perusahaan.
Dalam Peraturan OJK Nomor: 13/POJK.03/2017 tentang Akuntan Publik dan
Kantor Akuntan Publik, Kantor Akuntan Publik Asing, yang selanjutnya disingkat
KAPA, adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum negara tempat
KAPA berkedudukan dan melakukan kegiatan usaha sekurang-kurangnya
pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis kepada Lembaga yang
diawasi oleh OJK yang berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa. Penunjukkan
auditor eksternal oleh perusahaan dianggap dapat melakukan pemeriksaan secara
independen sehingga dapat menghindari konflik kepentingan untuk menjamin
integritas proses audit. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil hipotesis:
30
H6: Kualitas audit eksternal berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan
2.6.7 Pengaruh Change in Audiors Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)
Rationalization merupakan perilaku membenarkan diri untuk tindakan yang salah.
Dalam penelitian ini rationalization diproksikan dengan change in auditor.
Change in auditor merupakan pergantian auditor eksternal dalam sebuah
perusahaan untuk mengaudit perusahaan tersebut. Dari proses audit dapat
diketahui perusahaan yang melakukan kecurangan. Jika sebuah perusahaan tidak
mengganti auditor terdahulu dimungkinkan auditor tersebut paham dengan risiko
dan proses bisnis perusahaan bahkan dapat mendeteksi adanya tindak kecurangan
yang dilakukan perusahaan. Untuk mengurangi kemungkinan pendeteksian tindak
kecurangan yang dilakukan perusahaan biasanya perusahaan lebih sering
melakukan pergantian auditor untuk menutupi hal tersebut.
Pernyataan di atas didukung hasil penelitian yang dilakukan Putriasih et. al.
(2016) dan Siddiq et. al. (2017) yang menyatakan bahwa changes in auditors
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Sedangkan menurut
penelitian Sihombing dan Raharja (2014), Tessa dan Harto (2016), serta Kurnia
dan Anis (2017) menyatakan bahwa change in auditor tidak berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil
hipotesis:
H7: Pergantian auditor berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan
keuangan
2.6.8 Pengaruh Changes in Directors Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)
Capability merupakan kemampuan seseorang dalam suatu perusahaan untuk
memberi kesempatan dalam melakukan fraud (Siddiq, Achyani, and Zulfikar
31
2017). Proksi dari capability dalam penelitian ini yaitu changes in directors.
Dalam penelitian Wolfe dan Hermanson (2004) mengatakan bahwa indikasi
kecurangan dapat terjadi apabila dilaksanakan oleh orang yang tepat serta
memahami dan dapat memanfaat peluang yang ada. Pergantian direksi yang
dianggap lebih berkompeten dilakukan untuk memperbaiki kinerja direksi
sebelumnya. Selain itu dari pergantian ini juga bisa dimaksudkan untuk
kepentingan politik tertentu untuk menggantikan jajaran direksi sebelumnya
(Tessa and Harto, 2016). Oleh karena itu perubahan direksi dimungkinkan sebagai
upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui
kecurangan yang telah dilakukan perusahaan.
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian Putriasih et. al. (2016)
menunjukkan bahwa capability yang diproksikan dengan perubahan direksi
memiliki pengaruh terhadap financial statement fraud. Penelitian Pardosi (2015)
juga membuktikan kemampuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kecurangan terhadap laporan keuangan. Sedangkan menurut penelitian Tessa dan
Harto (2016), Kurnia dan Anis (2017) dan Ulfah et. al. (2017) variabel
pergantian direksi tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil hipotesis:
H8: Pergantian direksi berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan
keuangan
2.6.9 Pengaruh Frequent Number Of CEO’s Picture Terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)
Frequent number of CEO’s picture, jumlah penggambaran seorang CEO dalam
suatu perusahaan dengan menampilkan display picture ataupun profil, prestasi,
foto, ataupun informasi lainnya mengenai track of record CEO yang dipaparkan
secara berulang-ulang dalam laporan tahunan perusahaan (Crowe, 2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simon et. al. (2015), dari foto
yang terpampang dalam laporan tahunan dapat mempresentasikan tingkat
32
arogansi dan superioritas yang dimiliki CEO. Tingkat arogansi yang tinggi
memungkinkan terjadinya fraud, karena CEO merasa bahwa pengendalian internal
apapun tidak akan berlaku pada dirinya karena memiliki status dan posisi yang
menurutnya penting diperusahaan. Selain itu juga memungkinkan CEO
akan melakukan cara apapun untuk mempertahankan posisi dam kedudukannya
sekarang ini.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tessa dan Harto (2016), serta Arrisandi dan
Verawaty (2017) Frequent number of CEO’s picture berpengaruh positif
signifikan dalam mendeteksi fraudulent financial reporting, artinya semakin
banyak foto CEO yang terdapat pada annual report perusahaan, maka semakin
tinggi probabilitas terjadinya fraudulent financial reporting pada perusahaan
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia dan Anis (2017) dan Ulfah et. al.
(2017) menyatakan bahwa frequent number of CEO’s pictures tidak
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian
tersebut, dapat diambil hipotesis:
H9: Jumlah foto CEO yang terpampang berpengaruh positif terhadap
kecurangan laporan keuangan
2.6.10 Pengaruh Dualism Position Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)
Dualism position merupakan keadaan di mana seorang direksi memiliki jabatan
lain baik di dalam maupun luar perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik
sebaiknya tidak ada hubungan dengan jabatan ganda direksi. Dengan adanya
jabatan ganda ini memungkinkan efek negatif. Misalnya dari beberapa jabatan
ganda ini mendorong seseorang untuk melakukan kolusi bahkan mengorbankan
kepentingan pemegang saham. Selain itu anggota dewan direksi dapat terganggu
kinerjanya karena terlalu sibuk dan tidak fokus.
33
Pernyataan di atas didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Oktavia (2017) yang menunjukkan bahwa CEO yang memiliki jabatan
dualisme berpengaruh signifikan dalam mendeteksi terjadinya fraudulent financial
reporting. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2014)
menunjukkan bahwa faktor multijabatan dewan direksi memiliki pengaruh
signifikan terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut,
dapat diambil hipotesis:
H10: Dualisme jabatan berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan
keuangan
34
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Sumber data menjelaskan asal usul data penelitian diperoleh. Sumber data terbagi
atas sumber primer dan sumber sekunder (Jogiyanto, 2015). Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan
adalah laporan keuangan dan tahunan yang disajikan oleh perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2016 sampai 2018 yang telah
dipublikasikan dan tersedia di database pojok BEI Unisbank serta data floor
announcement dari BEI yang dapat didownload dari website IDX (Indonesia
Stock Exchange).
3.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder, karena data diperoleh
secara tidak langsung atau melalui perantara. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode dokumentasi dari sumber data sekunder dengan
mengumpulkan, mencatat, dan mengolah data yang berkaitan dengan penelitian.
Metode pengumpulan data yang diperlukan untuk membantu penelitian ini adalah
metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan
jurnal-jurnal, buku-buku, serta melihat dan mengambil data-data yang diperoleh
dari laporan keuangan yang disampaikan Bursa Efek Indonesia dan dari floor
announcement dari Bursa Efek Indonesia yang dapat didownload dari website
IDX (Indonesia Stock Exchange).
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada dasarnya merupakan wilayah yang akan dikenai generalisasi dari
suatu hasil penelitian. Populasi merupakan totalitas dari suatu karakteristik
tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
36
(Sugiyono, 2016) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI periode 2016 -2018.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti. Pengambilan
sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu teknik untuk
menentukan sampel dengan pertimbangan dan berdasarkan kriteria tertentu.
Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2016 - 2018.
2. Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan dalam website
perusahaan atau website BEI selama periode 2016 - 2018.
3. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang
rupiah (Rp) dan laba positif
4. Data yang digunakan untuk menghitung variabel penelitian disajikan
dengan lengkap.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel dependen dan
independen. Kecurangan laporan keuangan merupakan variabel dependen dalam
penelitian ini. Variabel independen penelitian ini dikembangkan dari lima
komponen fraud pentagon, yang terdiri dari pressure, opportunity, rationalization,
capability, dan arrogance. Variabel penelitian tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
3.4.1 Variabel dependen (Dependent Variable)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini mendeteksi kecurangan
37
laporan keuangan (fraudulent financial reporting) dengan menggunakan fraud
score model atau biasa disebut F-score, dimana model tersebut dikembangkan
oleh (Dechow et. al., 2007). Model F-Score merupakan penjumlahan dari dua
komponen variabel dalam fraud score model, yaitu kualitas akrual dan kinerja
keuangan (skousen, 2009), dapat digambarkan dalam persamaan berikut:
Kualitas akrual yang diproksikan dengan RSST accrual (Richardson, Sloan
Soliman dan Tuna, 2005) dan financial performance yang diproksikan dengan
perubahan dalam akun piutang, perubahan dalam akun penjualan tunai dan
perubahan pada pendapatan sebelum bunga dan pajak.
( )
Keterangan:
WC (Working Capital) = (CurrentAssets – Current Liability)
NCO (Non Current Operating Accrual) = (Total Assets – Current Assets –
Investment and Advances) – (Total Liabilities – Current Liabilities – Long
Term Debt)
FIN (Financial Accrual) = Total Investment – Total Liabilities
ATS (Average Total Assets) = (
)
Financial Performance = change in receivable + change in
inventories + change in cash sales + change in earnings
38
Keterangan:
change in receivable =
change in inventories =
change in cash sales =
change in earnings =
Perusahaan dapat diprediksi melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan
jika nilai fraud score model tersebut lebih dari 1, sedangkan jika nilai fraud score
model kurang dari 1 maka perusahaan tersebut tidak dapat diprediksi melakukan
kecurangan terhadap laporan keuangan.
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang menjelaskan variabel terikat.
Dalam penelitian ini variabel independen dikambangkan dari 5 komponen fraud
pentagon. Kelima komponen fraud diamond yaitu pressure, opportunity,
rationalization, capability, dan arrogance, komponen tersebut tidak dapat diteliti
secara langsung, oleh karena itu diperlukan variabel yang kemudian
dikembangkan dengan proksi-proksi tertentu untuk mengukurnya.
a. Stabilitas keuangan
Pada penelitian ini stabilitas keuangan diproksikan dengan ACHANGE
yang merupakan rasio perubahan aset. Untuk menghitung rasio
perubahan aset dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut
(Putri, 2018):
( ) ( )
( )
39
b. Target keuangan
Financial target merupakan salah satu target dari sebuah perusahaan
mengenai kinerja keuangan misalnya laba atas usaha yang ingin
dicapai dalam perusahaan tersebut. Target keuangan dalam penelitian ini
diproksikan dengan Return on Assets (ROA), ROA dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Putri, 2018):
c. Rasionalisasi
Rationalization merupakan sikap membenarkan suatu tindakan
kecurangan. Pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakan yang
telah dilakukannya bukan merupakan suatu fraud tetapi sesuatu yang
merupakan haknya, bahkan pelaku terkadang merasa bahwa dirinya telah
berjasa karena berbuat banyak bagi perusahaan (Ulfah, Nuraina, and
Wijaya, 2017). Dalam penelitian ini di proksikan Total Assets Akrual:
d. Tekanan eksternal
External pressure merupakan tekanan bagi pihak manajemen perusahaan
agar dapat memenuhi kewajibannya sesuai harapan pihak ketiga. Oleh
karena itu tekanan eksternal dalam penelitian ini diproksikan dengan
rasio leverage (LEV). Untuk menghitung rasio laverage dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut (Putri, 2018):
40
e. Kepemilikan Institusional
Terdapat indikasi ketika terdapat institutional ownership atau
kepemilikan saham institusi di dalam sebuah perusahaan akan menjadi
sebuah tekanan sendiri bagi perusahaan tersebut. Tekanan tersebut terjadi
karena pihak manajemen memiliki tanggung jawab yang lebih besar
dikarenakan pertanggungjawaban yang dilakukan tidak hanya kepada
seorang individu, namun kepada institusi (Putri, 2018):
f. Kualitas Audit Eksternal
Penunjukkan auditor eksternal oleh komite audit perusahaan dianggap
dapat melakukan pemeriksaan secara independen sehingga dapat
menghindari konflik kepentingan dan untuk menjamin integritas proses
dan hasil audit. Meutia (2014) mengatakan bahwa kualitas audit
bukanlah merupakan suatu yang dapat langsung diamati. Persepsi
terhadap kualitas audit berkaitan dengan reputasi auditor. Dalam hal ini
reputasi baik dari perusahaan audit merupakan gambaran yang paling
penting. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang
dihasilkan dari auditor yang bereputasi. Perusahaan tidak akan mengganti
KAP jika KAP nya sudah bereputasi. Pengukuran reputasi auditor:
a) Pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika peringkat
obligasi diaudit oleh the big 4
b) Pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 0 jika peringkat
obligasi diaudit oleh non the big 4
41
g. Pergantian Auditor
Pergantian auditor (change in auditor). Pergantian auditor pada suatu
perusahaan dapat dinilai sebagai suatu upaya untuk menghilangkan jejak
fraud (fraudtrail) yang ditemukan oleh auditor sebelumnya sehingga
mendorong perusahaan untuk mengganti auditor independennya guna
menutupi kecurangan yang terdapat dalam perusahaan (Sihombing dan
Rahardjo, 2014). Pada penelitian ini rationalization diproksikan dengan
pergantian kantor akuntan publik (ΔCPA) yang diukur dengan variabel
dummy dimana apabila terdapat perubahan Kantor Akuntan Publik
selama periode 2014- 2016 maka diberi kode 1, sebaliknya apabila tidak
terdapat perubahan kantor akuntan publik selama periode tersebut maka
diberi kode 0.
h. Pergantian Direksi
Pergantian direksi (change in directors) mengemukakan bahwa
perubahan CEO atau direksi dapat menyebabkan stress period yang
berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud,
perubahan CEO atau direksi dapat mengindikasi terjadinya kecurangan
(Wolfe dan Hermanson, 2004). Pada penelitian ini capability/competence
diproksikan dengan pergantian direksi perusahaan yang diukur dengan
variabel dummy dimana apabila terdapat perubahan direksi perusahaan
setiap tahunnya selama periode 2015-2017 maka diberi kode 1,
sebaliknya apabila tidak terdapat perubahan direksi perusahaan
selama periode tersebut maka diberi kode 0 (Ulfah et al., 2017).
i. Jumlah foto CEO yang terpampang
Frequent number of CEO’s pictures merupakan jumlah foto CEO yang
terpampang pada laporan tahunan perusahaan yang dapat
merepresentasikan tingkat arogansi atau superioritas yang dimiliki CEO
tersebut. Tingginya tingkat arogansi dapat menimbulkan kecurangan
karena dengan arogansi dan superioritas yang dimiliki seorang CEO,
42
membuat CEO merasa bahwa kontrol internal apapun tidak berlaku bagi
dirinya karena status dan posisi yang dimiliki (Herviana, 2017).
Terdapat kemungkinan CEO akan melakukan cara apapun untuk
mempertahankan posisi dan kedudukannya (Crowe, 2011). Dalam
penelitian ini arrogance diproksikan dengan frequent number of CEO’s
picture yang diukur dengan melihat total foto CEO yang terpampang
dalam sebuah laporan tahunan (Chyntia, 2016).
j. Dualisme jabatan
Dualism position merupakan multijabatan yang dimiliki oleh seorang
direksi. Dengan adanya rangkap jabatan tersebut dapat mengakibatkan
pekerjaan mereka terganggu karena sibuk dan kurang fokus untuk
menjadi pemantau yang efektif. Dalam penelitian ini dualisme jabatan
diukur dengan melihat CEO atau presiden yang memiliki jabatan
dualisme dalam perusahaan sebagai variabel indikator dengan dummy
nilai 1 jika ada dan 0 jika tidak ada.
3.5 Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat
memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan program SPSS for Windows versi 20 untuk mengolah data.
Penelitian ini menggunakan metode analisis data sebagai berikut :
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sempel atau populasi.
Penjelasan kelompok melaui modus, median, mean, dan variasi kelompok melalui
rentang dan simpangan baku. (Ghozali; 2015).
43
3.6 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah model regresi linier yang dapat disebut sebagai model
yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi.(Ghozali, 2015).
3.6.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual
yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdestribusi secara normal.
Beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data pada
sumber dialog pada grafik normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
atau dengan uji One Sampel Kolmogorov Smirnov. Sebagai dasar pengambilan
keputusan uji normalitas dengan metode grafik yaitu dengan melihat penyebaran
titik-titik sekitar garis, jika titik tersebut mengikuti garis diagonal maka nilai
residual tersebut telah normal. Sedangkan yang menggunakan uji One
Kolmogorov Smirnov (Ghozali, 2015). kriteria pengambilan keputusannya yaitu :
- Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) ≥ 0,05 data berdistribusi normal
- Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) ≤ 0,05 data tidak berdistribusi normal
3.6.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan adanya
korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar variable independen. Pada
model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau
mendekati sempurna diantara variable bebas (korelasi 1 atau mendekati 1).
(Ghozali, 2015). Pada penelitian ini uji multikolinearitas menggunakan nilai
Tolerance dan Inflation Faktor (VIF) pada model regresi. Pengambilan keputusan
pada uji multikolinieritas adalah sebagai berikut :
- Tolerance value < 0,10 atau VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas
- Tolerance value > 0,10 atau VIF < 10 maka tidak terjadi
multikolinearitas
44
3.6.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah keadaan dimana pada model regresi ada korelasi antara
residual pada periode t dengan residual pada periode sebelumnya (t-1). Model
regresi yang baik adalah yang tidak terdapat masalah autokorelasi. Metode
pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DWtest). (Ghozali, 2015).
Pengambilan keputusan pada uji Durbin Watson adalah sebagai berikut :
- DU < DW < 4-DU maka Ho diterima, artinya tidak terjadi
autokorelasi positif maupun negatif.
3.7 Pengujian Hipotasis
3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda adalah analisis untuk mengetahui besarnya pengaruh
antara dua atau lebih variable independen terhadap satu variable dependen dan
memprediksi variable dependen dengan menggunakan variable independen.
Dalam regresi linier berganda terdapat asumsi klasik yang harus terpenuhi, yaitu
residual terdistribusi normal, tidak adanya multikolinearitas, tidak adanya
heteroskedastisitas dan tidak adanya autokorelasi pada model regresi. (Ghozali,
2015). Model Peneltian regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
F-SCORE = ß0 + ß1ACHANGE + ß2AROA + ß3TATA + ß4LEV +
ß5KEP_INST + ß6QU_AUD + ß7AUD_CHANGE + ß8DIR_CHANGE +
ß9CEOPIC + ß10DUALISM + ε
Keterangan :
F-Score = Kecurangan Laporan Keuangan
ß0 = Konstanta
ACHANGE = Rasio Perubahan Total Aset
ROA = Return on Assets
TATA = Rasio Total Assets Akrual
LEV = Rasio Total Kewajiban per Total Aset
KEP_INTS = Rasio Kepemilikan Saham Institusional
45
QUA_AUD = Dummy Kualitas Audit Eksternal
AUD_CHANGE = Pergantian Auditor Independen
DIR_CHANGE = Pergantian Jajaran Direksi dalam Perusahaan
CEOPIC = Jumlah foto CEO laporan tahunan
DUALISM = CEO dan presiden memiliki jabatan dualisme
ε = error
3.7.2 Uji Koefisien Determinasi (Uji )
Pengujian Koefisien Determinan (Uji ) bertujuan untuk mengetahui seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.
Koefisien ini menunjukkan seberapa besar variasi variable independen yang
digunakan dalam model mapu menjelaskan variasi variable dependen. (Ghozali,
2015). Tingkat ketetapan regresi dinyatakan dalam koefisien determinan majemuk
( ) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable independen. Sebaliknya, jika nilai
yang diperoleh adalah 0 maka variable independen tidak memberikan pengaruh
terhadap variable dependen. (Ghozali, 2015).
3.7.3 Uji Kelayakan Model
Uji F digunakan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan sudah layak
yang menyatakan bahwa variable independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variable dependen. Ketentuan yang digunakan dalam uji F
adalah sebagai berikut : (Ghozali, 2015).
1. Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih kecil dari
tingkat signifikansi (Sig < 0,05), maka model penelitian dapat
digunakan atau model penelitian tersebut sudah layak.
2. Jika uji F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih besar
daripada tingkat signifikansi (Sig > 0,05), maka model penelitian tidak
dapat digunakan atau model tersebut tidak layak.
46
3. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut
tabel. Jika nilai F hitung lebih besar dari pada nilai F tabel, maka
model penelitian sudah layak.
3.7.4 Uji Hipotesis
Uji t-test digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini secara individual (parsial) dalam
menerangkan variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan dalam uji t adalah
sebagai berikut : (Ghozali, 2015).
1. Pada uji ini, suatu variabel independen merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika probabilitas signifikansinya dibawah 5 %.
3. Jika t hitung > t tabel, Ha diterima. Dan Jika t hitung < t tabel, Ha
ditolak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Data dan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia yang diakses langsung ke www.idx.co.id.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang go publik di
Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2018.
Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Seleksi Sampel dengan Kriteria
Kriteria Jumlah
Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) 45
Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan
tahunan dalam website perusahaan atau website
BEI.
(6)
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan dalam mata uang rupiah (Rp) dan laba
positif
(4)
Data yang digunakan untuk menghitung variabel
penelitian disajikan dengan lengkap. (14)
Jumlah Perusahaan Perbankan 21
Sumber: Olah Sendiri
Dari tabel diatas, data sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 21 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Data di lihat di lampiran.
48
4.1.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan pencandraan atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis. Berikut nilai statistik deskriptif.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FRAUD 63 -1,1196 1,2183 -0,364046 0,4641423
ACHANGE 63 -0,7127 0,4346 0,099394 0,1475691
ROA 63 0,0013 0,0359 0,011949 0,0069557
TATA 63 -0,0943 1,3005 0,066176 0,1709879
LEV 63 0,1004 0,9365 0,789381 0,1542073
KEPINS 63 0,2358 0,9726 0,713537 0,2106944
Kualitas Audit 63 0 1 0,70 0,463
Pergantian Auditor 63 0 1 0,44 0,501
Pergantian Direksi 63 0 1 0,57 0,499
Jumlah Foto 63 3 9 6,60 1,700
Dualisme Jabatan 63 0 1 0,63 0,485
Valid N (listwise) 63
Sumber: Output SPSS 20
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat dijelaskan informasi tentang gambaran data
yang digunakan dalam penelitian ini. Dari 63 data tersebut dapat diketahui bahwa:
1. Nilai minimum dari FRAUD adalah -1,119 pada Bank Mega 2018,
sedangkan nilai maksimum didapat 1,218 pada Bank Maybank Indonesia
2016. Rata-rata yang dimiliki yaitu dinilai -0,364 dan standar deviasinya
0,464. Standar deviasinya lebih besar dari rata rata, yang mengindikasikan
hasil yang kurang baik.
2. Nilai minimum dari Financial Stability adalah -0,712 pada Bank Bank
Maybank Indonesia 2016, sedangkan nilai maksimum didapat 0,434 pada
Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga 2017. Rata-rata yang dimiliki yaitu
dinilai 0,099 dan standar deviasinya 0,147. Standar deviasinya lebih besar
dari rata rata, yang mengindikasikan hasil yang kurang baik.
49
3. Nilai minimum dari Financial Target adalah 0,001 pada Bank Bukopin
2017, sedangkan nilai maksimum didapat 0,035 pada Bank Pembangunan
Daerah Jawa Timur 2016. Rata-rata yang dimiliki yaitu dinilai 0,011 dan
standar deviasinya 0,006. Standar deviasinya lebih kecil dari rata rata,
yang mengindikasikan hasil yang baik.
4. Nilai minimum dari Rationalization adalah -0,094 pada Bank Ina Perdana
2018, sedangkan nilai maksimum didapat 1,300 pada Bank Bumi Arta
2018. Rata-rata yang dimiliki yaitu dinilai 0,066 dan standar deviasinya
0,170. Standar deviasinya lebih besar dari rata rata, yang mengindikasikan
hasil yang kurang baik.
5. Nilai minimum dari External Pressure adalah 0,100 pada Bank Capital
Indonesia 2018, sedangkan nilai maksimum didapat 0,936 Bank Bukopin
2017. Rata-rata yang dimiliki yaitu dinilai 0,789 dan standar deviasinya
0,154. Standar deviasinya lebih kecil dari rata rata, yang mengindikasikan
hasil yang baik.
6. Nilai minimum dari Institution Ownership adalah 0,235 pada Bank
Bukopin 2018, sedangkan nilai maksimum didapat 0,972. Pada Bank
Maybank Indonesia 2016. Rata-rata yang dimiliki yaitu dinilai 0,713 dan
standar deviasinya 0,210. Standar deviasinya lebih kecil dari rata rata,
yang mengindikasikan hasil yang baik.
7. Nilai minimum dari Quality Of External Auditor adalah 0 sedangkan nilai
maksimum didapat 1. Rata-rata yang dimiliki yaitu dinilai 0,70 dan standar
deviasinya 0,463. Standar deviasinya lebih kecil dari rata rata, yang
mengindikasikan hasil yang baik.
8. Nilai minimum dari Change in Auditor adalah 0 sedangkan nilai
maksimum didapat 1. Rata-rata yang dimiliki yaitu dinilai 0,44 dan standar
deviasinya 0,501. Standar deviasinya lebih besar dari rata rata, yang
mengindikasikan hasil yang kurang baik.
9. Nilai minimum dari Change Of Director adalah 0 sedangkan nilai
maksimum didapat 1. Rata-rata yang dimiliki yaitu dinilai 0,57 dan standar
50
deviasinya 0,499. Standar deviasinya lebih kecil dari rata rata, yang
mengindikasikan hasil yang baik.
10. Nilai minimum dari Frequent Number of CEO’s Picture adalah 3
sedangkan nilai maksimum didapat 9. Rata-rata yang dimiliki yaitu dinilai
6,60 dan standar deviasinya 1,700. Standar deviasinya lebih kecil dari rata
rata, yang mengindikasikan hasil yang baik.
11. Nilai minimum dari Dualism Position adalah 0 sedangkan nilai maksimum
didapat 1. Rata-rata yang dimiliki yaitu dinilai 0,63 dan standar deviasinya
0,485. Standar deviasinya lebih kecil dari rata rata, yang mengindikasikan
hasil yang baik.
4.2 Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas Data
uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
residual memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas data secara analisis
dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Jika tingkatan
probabilitas signifikan pada 0,05 berarti data residual berdistribusi tidak normal.
Sebaliknya, jika tingkat probabilitas signifikan lebih dari 0,05 data berdistribusi
normal (Imam Ghozali, 2015).
Tabel 4.3
Uji Normalitas Data
Unstandardized
Residual
N 63
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation ,25373106
Most Extreme Differences
Absolute ,147
Positive ,147
Negative -,078
Kolmogorov-Smirnov Z 1,166
Asymp. Sig. (2-tailed) ,132
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : data diolah SPSS v20
51
Pada hasil uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat
bahwa nilai Kolmogorov-Smirnovse besar 1,166 dan nilai Asymp.Sig. (2-tailed)
pada semua variabel dependen maupun independen sebesar 0,132. Dari hasil
tersebut terlihat bahwa nilai signifikan dengan uji one sampel Kolmogorov -
smirnov untuk semua variabel lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Ghozali, 2015).
4.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji Multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Selain itu, keberadaan multikolinearitas
dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor
(VIF). Jika suatu model mempunyai nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF lebih
besar dari 10 maka mengidentifikasikan bahwa model tersebut terdapat
multikolinearitas (Ghozali, 2015).
Tabel 4.4
Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
ACHANGE ,910 1,099
ROA ,862 1,160
TATA ,879 1,137
LEV ,899 1,112
KEPINS ,797 1,255
Kualitas Audit ,445 2,249
Pergantian Auditor ,741 1,350
Pergantian Direksi ,798 1,253
Jumlah Foto ,881 1,136
Dualisme Jabatan ,503 1,987
a. Dependent Variable: FRAUD
Sumber : data diolah SPSS v20
52
Berdasarkan uji multikolinieritas diatas, dapat dilihat bahwa hasil perhitungan
nilai tolerance menunjukkan bahwa variabel – variabel independen memiliki nilai
tolerance lebih dari 0,1 yang berarti bahwa korelasi antara variabel bebas tersebut
nilainya kurang dari 100%. Dan hasil dari perhitungan varian inflanation factor
(VIF) menunjukkan bahwa variabel – variabel independen memiliki nilai VIF
kurang dari 10 yaitu sebesar). Dimana jika nilai tolerance lebih dari 0,10 dan VIF
kurang dari 10, maka tidak terdapat korelasi antara variabel bebas atau tidak
terjadi multikolinieritas (Imam Ghozali, 2015).
4.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Imam Ghozali, 2015).
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,837a ,701 ,644 ,2770562 1,562
a. Predictors: (Constant), Dualisme Jabatan, ACHANGE, KEPINS, Jumlah Foto , LEV, TATA,
ROA, Pergantian Direksi, Pergantian Auditor, Kualitas Audit
b. Dependent Variable: FRAUD
Sumber : data diolah SPSS v20
Nilai DW sebesar 1,562 nilai ini jika dibandingkan dengan nilai table dengan
menggunakan derajat kepercayaan 5% dengan jumlah sampel sebanyak 63 serta
jumlah variabel independent (K) sebanyak 10 maka ditabel durbin Watson akan
didapat nilai dl sebesar 1,249 du sebesar 1,971. Dapat di ambil kesimpulan bahwa:
dw≤4-du, yang artinya nilai dw (1,562) lebih kecil dari nilai 4-du (2,029). Maka
dapat di ambil keputusan tidak ada autokorelasi positif pada model regresi
tersebut.
53
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskidastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas (Ghozali, 2015). Uji
Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan
nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan
absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Jika
nilai signifikan antara variabel independen dengan absolute residual lebih dari
0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Priyanto, 2012).
Tabel 4.6
Uji Heteroskidastisitas
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,253 ,170 1,494 ,141
ACHANGE ,135 ,146 ,121 ,919 ,362
ROA -6,453 3,190 -,274 -2,023 ,048
TATA -,093 ,128 -,097 -,726 ,471
LEV ,070 ,141 ,065 ,494 ,623
KEPINS -,026 ,110 -,033 -,237 ,814
Kualitas Audit -,118 ,067 -,332 -1,765 ,083
Pergantian Auditor ,056 ,048 ,172 1,178 ,244
Pergantian Direksi ,006 ,046 ,019 ,137 ,891
Jumlah Foto -,003 ,013 -,036 -,267 ,790
Dualisme Jabatan ,076 ,060 ,226 1,276 ,208
a. Dependent Variable: RES_2
Sumber : data diolah SPSS v20
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser pada tabel 4.6, dapat
dlihat bahwa sig. Pada semua variabel Financial Stability, Rationalization,
External Pressure, Institution Ownership, Quality Of External Auditor, Change in
Auditor, Change Of Director, Frequent Number of CEO’s Picture, Dualism
54
Position bernilai lebih besar dari 0,05 dan variabel – variabel tersebut dapat
dinyatakan tidak mengalami heteroskedastisitas. Sedangkan variabel Financial
Target bernilai lebih kecil dari 0,05 dan variabel – variabel tersebut dapat
dinyatakan mengalami heteroskedastisitas
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Uji Regresi Berganda
Pengujian regresi berganda digunakan untuk meramalkan atau mengetahui apakah
Financial Stability, Financial Target, Rationalization, External Pressure,
Institution Ownership, Quality Of External Auditor, Change in Auditor, Change
Of Director, Frequent Number of CEO’s Picture, Dualism Position berpengaruh
signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
Tabel 4.7
Uji Regresi Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,521 ,290 5,251 ,000
ACHANGE -,114 ,250 -,036 -,454 ,651
ROA -13,384 5,449 -,201 -2,456 ,017
TATA ,024 ,219 ,009 ,111 ,912
LEV -2,103 ,241 -,699 -8,741 ,000
KEPINS -,084 ,187 -,038 -,449 ,655
Kualitas Audit -,362 ,114 -,360 -3,169 ,003
Pergantian Auditor -,059 ,082 -,064 -,724 ,473
Pergantian Direksi ,190 ,079 ,205 2,413 ,019
Jumlah Foto ,001 ,022 ,003 ,039 ,969
Dualisme Jabatan ,265 ,102 ,277 2,593 ,012
a. Dependent Variable: FRAUD
Sumber : data diolah SPSS v20
55
Fraud = 1,521 – 0,114X1 – 13,384X2 + 0,024X3 – 2,103X4 – 0,084X5 – 0,362X6 –
0,059X7 + 0,190X8 + 0,001X9 + 0,265X10 + e
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Apabila nilai variabel Financial Stability, Financial Target,
Rationalization, External Pressure, Institution Ownership, Quality Of
External Auditor, Change in Auditor, Change Of Director, Frequent
Number of CEO’s Picture, Dualism Position bersifat konstan ( X1 – X10 =
0 ). Maka kecurangan laporan keuangan akan bertambah sebesar 1,521.
2. Apabila nilai variabel Financial Stability (X1) dinaikan sebanyak 1x
dengan variabel Financial Target, Rationalization, External Pressure,
Institution Ownership, Quality Of External Auditor, Change in Auditor,
Change Of Director, Frequent Number of CEO’s Picture, Dualism
Position bersifat konstan ( X2 – X10 = 0 ). Maka kecurangan laporan
keuangan akan bertambah sebesar – 0,114.
3. Apabila nilai variabel Financial Target (X2) dinaikan sebanyak 1x dengan
variabel Financial Stability, Rationalization, External Pressure, Institution
Ownership, Quality Of External Auditor, Change in Auditor, Change Of
Director, Frequent Number of CEO’s Picture, Dualism Position bersifat
konstan ( X1, X3 – X10 = 0 ). Maka kecurangan laporan keuangan akan
bertambah sebesar – 13,384.
4. Apabila nilai variabel Rationalization (X3) dinaikan sebanyak 1x dengan
variabel Financial Stability, Financial Target, External Pressure,
Institution Ownership, Quality Of External Auditor, Change in Auditor,
Change Of Director, Frequent Number of CEO’s Picture, Dualism
Position bersifat konstan ( X1, X2, X4 – X10 = 0). Maka kecurangan
laporan keuangan akan bertambah sebesar 0,024.
5. Apabila nilai variabel External Pressure (X4) dinaikan sebanyak 1x
dengan variabel Financial Stability, Financial Target, Rationalization,
Institution Ownership, Quality Of External Auditor, Change in Auditor,
Change Of Director, Frequent Number of CEO’s Picture, Dualism
56
Position bersifat konstan ( X1 – X3, X5 – X10 = 0 ). Maka kecurangan
laporan keuangan akan bertambah sebesar – 2,103.
6. Apabila nilai variabel Institution Ownership (X5) dinaikan sebanyak 1x
dengan variabel Financial Stability, Financial Target, Rationalization,
External Pressure, Quality Of External Auditor, Change in Auditor,
Change Of Director, Frequent Number of CEO’s Picture, Dualism
Position bersifat konstan ( X1 – X4, X6 – X10 = 0 ). Maka kecurangan
laporan keuangan akan bertambah sebesar – 0,084.
7. Apabila nilai variabel Quality Of External Auditor (X6) dinaikan sebanyak
1x dengan variabel Financial Stability, Financial Target, Rationalization,
External Pressure, Institution Ownership, Change in Auditor, Change Of
Director, Frequent Number of CEO’s Picture, Dualism Position bersifat
konstan ( X1 – X5, X7 – X10 = 0 ). Maka kecurangan laporan keuangan
akan bertambah sebesar – 0,362.
8. Apabila nilai variabel Change in Auditor (X7) dinaikan sebanyak 1x
dengan variabel Financial Stability, Financial Target, Rationalization,
External Pressure, Institution Ownership, Quality Of External Auditor,
Change Of Director, Frequent Number of CEO’s Picture, Dualism
Position bersifat konstan ( X1 – X6, X8 – X10 = 0) . Maka kecurangan
laporan keuangan akan bertambah sebesar – 0,059.
9. Apabila nilai variabel Change Of Director (X8) dinaikan sebanyak 1x
dengan variabel Financial Stability, Financial Target, Rationalization,
External Pressure, Institution Ownership, Quality Of External Auditor,
Change in Auditor, Frequent Number of CEO’s Picture, Dualism Position
bersifat konstan ( X1 – X7, X9, X10 = 0 ). Maka kecurangan laporan
keuangan akan bertambah sebesar 0,190.
10. Apabila nilai variabel Frequent Number of CEO’s Picture (X9) dinaikan
sebanyak 1x dengan variabel Financial Stability, Financial Target,
Rationalization, External Pressure, Institution Ownership, Quality Of
External Auditor, Change in Auditor, Change Of Director, Dualism
57
Position bersifat konstan ( X1 – X8, X10 = 0). Maka kecurangan laporan
keuangan akan bertambah sebesar – 0,001.
11. Apabila nilai variabel Dualism Position (X10) dinaikan sebanyak 1x
dengan variabel Financial Stability, Financial Target, Rationalization,
External Pressure, Institution Ownership, Quality Of External Auditor,
Change in Auditor, Change Of Director, Frequent Number of CEO’s
Picture, bersifat konstan ( X1 – X9 = 0). Maka kecurangan laporan
keuangan akan bertambah sebesar 0,265.
4.3.2 Uji Kofesien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2015).
Tabel 4.8
Uji Determinasi R2
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,837a ,701 ,644 ,2770562 1,562
a. Predictors: (Constant), Dualisme Jabatan, ACHANGE, KEPINS, Jumlah Foto , LEV, TATA,
ROA, Pergantian Direksi, Pergantian Auditor, Kualitas Audit
b. Dependent Variable: FRAUD
Sumber : data diolah SPSS v20
Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 20 dapat diketahui
bahwa koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,644. Hal ini berarti
64,4% fraud dapat dijelaskan oleh Financial Stability, Financial Target,
Rationalization, External Pressure, Institution Ownership, Quality Of External
Auditor, Change in Auditor, Change Of Director, Frequent Number of CEO’s
58
Picture, Dualism Position. Sedangkan sisanya yaitu 59,9% harga saham
dipengaruhi atau dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya.
4.3.3 Uji Kelayakan Model
Uji kelayakan model pada tingkat kepercayaan 95% atau α sebesar 0,05 dari hasil
output SPSS yang diperoleh, apabila Fhitung > Ftabel Maka model dinyatakan layak
digunakan dalam penelitian ini dan sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel, Maka Model
dikatakan tidak layak, atau dengan signifikan (Sig) < 0,05.
Tabel 4.9
Uji Kelayakan Model
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 9,365 10 ,937 12,200 ,000b
Residual 3,992 52 ,077
Total 13,357 62
a. Dependent Variable: FRAUD
b. Predictors: (Constant), Dualisme Jabatan, ACHANGE, KEPINS, Jumlah Foto , LEV, TATA,
ROA, Pergantian Direksi, Pergantian Auditor, Kualitas Audit
Sumber : data diolah SPSS v20
Dari tabel tersebut terlihat bahwa Fhitung sebesar 12,200 sedangkan Ftabel
diperoleh melalui tabel F (Dk = k-1, Df: n-k-1) sehingga Dk: 10-1 = 9 Df : 63-10-
1 = 52, maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,070 artinya Fhitung > Ftabel
(12,200 > 2,070) dan tingkat signifikan p- value < 0,05 (0,000 < 0,050), dengan
demikian Ha diterima, model diterima dan peneletian dapat diteruskan ke
penelitian selanjutnya.
4.3.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada tingkat kepercayaan 95% atau α sebesar 0,05 dari hasil output
SPSS yang diperoleh, apabila thitung > ttabel , Maka Ho ditolak dan Ha diterima dan
sebaliknyan apabila thitung < ttabel, Maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau dengan
59
signifikan (Sig) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dan sebaliknya apabila
signifikan (Sig) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Tabel 4.9
Uji Hipotesis
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,521 ,290 5,251 ,000
ACHANGE -,114 ,250 -,036 -,454 ,651
ROA -13,384 5,449 -,201 -2,456 ,017
TATA ,024 ,219 ,009 ,111 ,912
LEV -2,103 ,241 -,699 -8,741 ,000
KEPINS -,084 ,187 -,038 -,449 ,655
Kualitas Audit -,362 ,114 -,360 -3,169 ,003
Pergantian Auditor -,059 ,082 -,064 -,724 ,473
Pergantian Direksi ,190 ,079 ,205 2,413 ,019
Jumlah Foto ,001 ,022 ,003 ,039 ,969
Dualisme Jabatan ,265 ,102 ,277 2,593 ,012
a. Dependent Variable: FRAUD
Sumber : data diolah SPSS v20
Dari tabel tersebut terlihat bahwa terdapat thitung untuk setiap variabel sedangkan
ttabel diperoleh melalui tabel T (α: 0.05 dan df: n-7) sehingga α: 0.05 dan Df: 63-10
= 53 maka diperoleh nilai ttabel sebesar 2,005. Maka dapat di ambil kesimpulan
setiap variabel adalah sebagai berikut:
a) Variabel Financial Stability (X1) nilai thitung sebesar 0,454 yang artinya
bahwa thitung < ttabel (0,454 < 2,005) dan tingkat signifikan sebesar 0,651 >
0.05, yang bermakna Ha ditolak maka ada Financial Stability tidak
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
b) Variabel Financial Target (X2) nilai thitung sebesar 2,456 yang artinya
bahwa thitung > ttabel (2,456 > 2,005) dan tingkat signifikan sebesar 0,017 <
60
0.05, yang bermakna Ha diterima maka ada Financial Target berpengaruh
signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
c) Variabel Rationalization (X3) nilai thitung sebesar 0,009 yang artinya bahwa
thitung < ttabel (0,111 < 2,005) dan tingkat signifikan sebesar 0,912 > 0.05,
yang bermakna Ha ditolak maka ada Rationalization tidak berpengaruh
signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
d) Variabel External Pressure (X4) nilai thitung sebesar 8,741 yang artinya
bahwa thitung > ttabel (8,741 > 2,005) dan tingkat signifikan sebesar 0,000 <
0.05, yang bermakna Ha diterima maka ada External Pressure berpengaruh
signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
e) Variabel Institution Ownership (X5) nilai thitung sebesar 0,449 yang artinya
bahwa thitung < ttabel (0,449 < 2,005) dan tingkat signifikan sebesar 0,655 >
0.05, yang bermakna Ha ditolak maka ada Institution Ownership tidak
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
f) Variabel Quality Of External Auditor (X6) nilai thitung sebesar 3,169 yang
artinya bahwa thitung > ttabel (3,169 > 2,005) dan tingkat signifikan sebesar
0,003 < 0.05, yang bermakna Ha diterima maka ada Quality Of External
Auditor berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan
keuangan.
g) Variabel Change in Auditor (X7) nilai thitung sebesar 0,724 yang artinya
bahwa thitung < ttabel (0,724 < 2,005) dan tingkat signifikan sebesar 0,473 >
0.05, yang bermakna Ha ditolak maka ada Change in Auditor tidak
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
h) Variabel Change Of Director (X8) nilai thitung sebesar 2,413 yang artinya
bahwa thitung > ttabel (2,413 > 2,005) dan tingkat signifikan sebesar 0,019 <
0.05, yang bermakna Ha diterima maka ada Change Of Director
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
i) Variabel Frequent Number of CEO’s Picture (X9) nilai thitung sebesar 0,039
yang artinya bahwa thitung < ttabel (0,039 < 2,005) dan tingkat signifikan
sebesar 0,969 > 0.05, yang bermakna Ha ditolak maka ada Frequent
61
Number of CEO’s Picture tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan.
j) Variabel Dualism Position (X10) nilai thitung sebesar 2,593 yang artinya
bahwa thitung > ttabel (2,593 > 2,005) dan tingkat signifikan sebesar 0,039 <
0.05, yang bermakna Ha diterima maka ada Dualism Position berpengaruh
signifikan terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Financial Stability Terhadap Terjadinya Kecurangan
Laporan Keuangan.
Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa uji hipotesis yang bermakna Ha ditolak maka
ada Financial Stability tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan. Financial stability merupakan gambaran mengenai
kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil, ketika perusahaan dalam
kondisi terancam maka manajemen akan melakukan berbagai cara agar financial
stability perusahaan tetap terlihat baik. Kondisi perusahaan yang tidak stabil
menjadikan tekanan bagi pihak manajemen dikarenakan kinerja perusahaan yang
kurang baik akan menghambat aliran dan investasi perusahaan yang akan
mendatang. Menurut SAS No. 99, manajer mengahadapi tekanan untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan ketika stabilitas keuangan terancam oleh
keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi, salah satu bentuk
agar perusahaan terlihat baik maka manipulasi laporan keuangan dilakukan
berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et. al., 2009). Karena
aset merupakan kekayaan perusahaan, untuk menarik minat investor seharusnya
tampilan total aset selalu dalam keadaan baik. Oleh karena itu stabilitas
keuangan dapat diukur menggunakan rasio perubahan total asset (ACHANGE).
Hal ini disebabkan tidak semua manajemen memanipulasi laporan keuangan agar
selalu terlihat stabil. Disini pihak manajemen memikirkan dampak yang
diakibatkan jika memanipulasi laporan keuangan kedepannya yaitu akan
62
mempersulit perusahaan. Dalam menjaga kesetabilan keuangan manajemen dapat
meningkatkan kinerja SDM agar memanajemen keuangan dengan baik dan
meningkatkan perkembangan teknologi. Pihak manajemen perusahan juga
memegang prinsip good corporate responsibility dimana menyajikan laporan
keuangan dengan benar dan jujur. Selain itu perusahaan tidak berada pada
profitabilis yang terancam oleh kondisi ekonomi, industri atau kondisi entiti
lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa stabil atau tidaknya keuangan tidak
mempengaruhi terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini
didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sihombing dan
Raharjo (2014), Tiffani dan Marfuah (2015) dan Siddiq et. al. (2017) menyatakan
bahwa financial stability berpengaruh secara signifikan terhadap financial
statement fraud. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Arisandi (2017)
dan Ulfah et. al. (2017) menyatakan bahwa financial stability tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
4.4.2 Pengaruh Financial Target Terhadap Terjadinya Kecurangan Laporan
Keuangan.
Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa uji hipotesis yang bermakna Ha diterima maka
ada Financial Target berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan
laporan keuangan. Financial target merupakan target keuangan yang harus
dipenuhi perusahaan dalam satu periode, hal ini menjadi sebuah tekanan bagi
menajer dalam menjalankan kinerjanya yang dituntut untuk selalu menjaga target
keuangan yang telah ditentukan direksi dan manajemen. Dari tekanan ini
memungkinkan seorang manajer melakukan manipulasi terhadap laporan
keuangan agar keuangan perusahaan sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Menurut penelitian Skousen et. al. (2009) ROA sering digunakan dalam menilai
kinerja manajer, selain itu juga menunjukkan seberapa besar tingkat pengembalian
dari aset yang dimiliki perusahaan untuk mengetahui seberapa efisien aset telah
bekerja. Oleh karena itu dalam penelitian ini variabel financial target
diproksikan dengan ROA.
63
ROA biasa digunakan untuk mengukur rata-rata aset perusahaan dalam mencapai
keuntungan. ROA juga digunakan untuk menilai kinerja manajemen, menentukan
bonus, menaikkan upah, dan lain sebagainya. Financial target atau target keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen dalam menghasilkan keuntungan melalui
penjualan serta bertanggung jawab memberikan insentif kepada investor.
Tanggung jawab ini secara tidak langsung memberikan tekanan yang sangat besar
terhadap pihak manajemen untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya.
Jika perusahaan mengalami keuntungan besar nantinya pihak manajemen akan
memperoleh bonus yang besar pula. Dengan adanya tekanan keuangan ini pihak
manajemen ingin memperoleh keuntungan yang besar, ini menggambarkan sifat
manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri agar memperoleh bonus yang
besar, dan memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang. Hasil
penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Widarti
(2015) dan Putriasih (2016) yang menunjukkan hasil bahwa financial target
dengan proksi ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan. Sedangkan menurut Sihombing dan Raharja (2014), Arisandi
dan Verawaty (2017) serta Kurnia dan Anis (2017) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa financial target yang diproksikan dengan rasio ROA tidak
berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
4.4.3 Pengaruh Rationalization Terhadap Terjadinya Kecurangan Laporan
Keuangan.
Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa uji hipotesis yang bermakna Ha ditolak maka
ada Rationalization tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan
laporan keuangan. Rasionalisasi merupakan tindakan yang mencari alasan
pembenaran oleh orang–orang yang merasa dirinya terjebak dalam keadaan yang
buruk, sehingga pelaku akan mencari alasan untuk membenarkan kejahatan yang
sudah dilakukan agar dapat diterima oleh masyarakat. Menurut Skousen (2008),
prinsip akrual berhubungan dengan pengambilan putusan oleh manajemen dan
dapat memberikan wawasan terhadap rasionalisasi dalam pelaporan keuangannya.
64
otal Accrual to Total Asset memberikan pengaruh terhadap pendeteksian fraud.
Hal ini karena Apabila dalam total akrual menunjukkan kerugian akibat
penerimaan lebih kecil dari pengeluaran, maka terdapat indikasi pengeluaran yang
fiktif atau tidak menunjukkan angka sebenarnya. Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al, 2009 yang menyatakan bahwa
bentuk manipulasi perusahaan pada laporan keuangan yang dilakukan oleh
manajamen berhubungan dengan pertumbuhan aset perusahaan. Semakin rendah
total aset perusahaan berarti perusahaan tersebut mempunyai kekayaan yang kecil.
Susmita dan Nanik (2015) dan Skousen et al (2009) yang menunjukan TATA
tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Susmita dan
Nanik (2015) mengatakan bahwa penggunaan kebijakan manajemen tidak tinggi
untuk atau motif untuk melakukan manipulasi laba adalah rendah. Skousen (2009)
mengatakan rasionalisasi merupakan unsur yang paling sulit untuk mengindikasi
pengukurannya, karena rasionalisasi merupakan sikap pembenaran yang dilakukan
oleh manajemen, karyawan, ataupun dewan komisaris. Penelitian yang dilakukan
oleh Oktarigusta (2017), Putriasih (2016), dan Sihombing (2014) menunjukkan
bahwa proksi total aset akrual dari variabel rationalization memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap financial statement fraud karena konsep akrual
yang berarti manajemen dapat memanipulasi pendapatan dengan melakukan
pencatatan ketika transaksi terjadi meskipun kas belum melakukan pengeluaran
atau penerimaan, sehingga jika nilai discretionary accruals naik, dapat
disimpulkan kecurangan laporan keuangan juga naik.
4.4.4 Pengaruh External Pressure Terhadap Terjadinya Kecurangan
Laporan Keuangan.
Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa uji hipotesis yang bermakna Ha diterima maka
ada External Pressure berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan
laporan keuangan. External pressure merupakan keadaan dimana perusahaan
mendapat tekanan dari pihak luar perusahaan. Tekanan dari pihak eksternal untuk
mendapatkan tambahan utang atau sumber dana dari pihak eksternal agar tetap
65
kompetitif. Untuk mendapatkan dana dari pihak eksternal perusahaan harus
menampilkan performa rasio keuangan dan laba yang baik agar investor
tertarik. Selain itu perusahaan harus diyakini mampu untuk mengembalikan
pinjaman yang telah didapatnya. Oleh karena itu hal ini mendorong manajer
melakukan manipulasi. laporan keuangan. Tiffani (2015) mengatakan bahwa
semakin besar tekanan dari pihak eksternal maka akan meningkatkan potensi
manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Artinya perusahaan
tidak mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya tetap yang
digunakan, sehingga hal ini dapat memicu manajemen untuk melakukan
kecurangan laporan keuangan atas tekanan dari pihak eksternal agar dapat
mengembalikan hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sihombing dan Raharjo
(2014), Tiffani dan Marfuah (2015), serta Tessa dan Raharja (2016) yang
menyatakan bahwa external pressure yang diproksikan dengan LEV berpengaruh
positif signifikan terhadap fraudulent financial reporting. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan Skousen et. al. (2009) yang menunjukkan bahwa (LEV)
berpengaruh positif terhadap kecurangan. Sebaliknya penelitian yang dilakukan
Pardosi (2015), Annisya et al. (2016) dan Ulfah et. al. (2017) menunjukkan
bahwa variabel external pressure yang dihitung dengan menggunakan rasio
leverage tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial statement
4.4.5 Pengaruh Institution Ownership Terhadap Terjadinya Kecurangan
Laporan Keuangan.
Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa uji hipotesis yang bermakna Ha ditolak maka
ada Institution Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan. Kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajemen dalam perusahaan merupakan struktur kepemilikan yang berfungsi
melihat kewajaran laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (Leo,
2012). Kepemilikan institusional merupakan persentase jumlah saham pada akhir
66
periode akuntansi yang dimiliki oleh pihak eksternal, seperti lembaga, perusahaan,
asuransi, bank atau institusi lain (Bukhori, 2012).
Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh institusi tidak dapat
mempengaruhi pihak manajemen melakukan kecurangan pada laporan keuangan.
Kepemilikan saham institusi yang tinggi tidak memberikan tekanan kepada pihak
manajemen. Bagi manajemen sudah menjadi kewajiban untuk membagikan
dividen sebaik-baiknya kepada para pemegang saham, baik kepemilikan saham
institusi maupun perorangan. Selain itu arus kas manajemen tidak menjaminkan
harta pribadinya untuk utang entitas, sehingga manajemen tidak perlu merasa
terancam akan kinerja keuangan perusahaan. Dapat disimpulkan ada atau tidaknya
tekanan dari pemilik saham institusi pihak manajemen tidak melakukan fraudulent
financial reporting. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Siska Apriliana dan
Linda Agustina pada tahun 2017 dengan judul The Analysis of Fraudulent
financial reporting Determinant Through Fraud Pentagon Approach, menemukan
bahwa institusional ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent
financial reporting. Namun penelitian ini berlawanan dengan penelitian Skounsen
et.al. yang menyatakan adanya pengaruh institusional owneship terhadap
fraudulent financial reporting
4.4.6 Pengaruh Quality Of External Auditor Terhadap Terjadinya
Kecurangan Laporan Keuangan.
Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa uji hipotesis yang bermakna Ha diterima maka
ada Quality Of External Auditor berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan. Penunjukkan auditor eksternal oleh komite audit
perusahaan dianggap dapat melakukan pemeriksaan secara independen sehingga
dapat menghindari konflik kepentingan dan untuk menjamin integritas proses
audit. Menurut Wijayani dan Januarti (2011) KAP yang berafiliasi asing, diyakini
mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit dibandingkan
dengan KAP yang tidak berafiliasi asing, sehingga mampu menghasilkan kualitas
audit yang lebih tinggi, yang berdampak pada reputasi perusahaan.
67
Hal ini disebabkan jika perusahan diaudit oleh KAP BIG4 diasumsikan memiliki
keahlian lebih dan menerapkan standar akuntansi dengan benar dan akan memiliki
sedikit kesalahan dalam menyajikan laporan keuangan serta memiliki kemampuan
lebih dalam mendeteksi kecurangan pada laporan keuangan. Selain itu perusahaan
yang diaudit oleh KAP BIG4 diyakini lebih berkualitas dari pada perusahaan yang
diaudit oleh KAP NONBIG. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Siska dan Linda pada tahun 2017 yang menyatakan bahwa kualitas auditor
berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Siska dan Linda berasumsi
bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) besar dianggap memiliki kualitas audit yang
lebih tinggi daripada KAP kecil karena memiliki pengalaman dan keahlian yang
lebih tinggi.
4.4.7 Pengaruh Change in Auditor Terhadap Terjadinya Kecurangan
Laporan Keuangan.
Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa uji hipotesis yang bermakna Ha ditolak maka
ada Change in Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan. Rationalization merupakan perilaku membenarkan
diri untuk tindakan yang salah. Dalam penelitian ini rationalization diproksikan
dengan change in auditor. Change in auditor merupakan pergantian auditor
eksternal dalam sebuah perusahaan untuk mengaudit perusahaan tersebut. Dari
proses audit dapat diketahui perusahaan yang melakukan kecurangan. Untuk
mengurangi kemungkinan pendeteksian tindak kecurangan yang dilakukan
perusahaan biasanya perusahaan lebih sering melakukan pergantian auditor untuk
menutupi hal tersebut. Hal ini disebabkan pihak manajemen meyakini bahwa
tindakan yang dilakukan bukan merupakan kecurangan, namun semua itu
merupakan haknya atas jasanya dalam mengembangkan perusahaan. Selain itu,
adanya partisipasi atau campur tangan dari manajemen yang tidak membawahi
aspek keuangan dalam pemilihan kebijakan akuntansi atau penentuan estimasi
signifikan dan adanya praktek manajemen dalam memberikan komitmen kepada
analis, kreditur dan pihak ketiga lainnya untuk mencapai perkiraan yang agresif
atau realistis. Tindakan-tindakan pihak manajemen ini diketahui oleh auditor oleh
68
sebab itu untuk menutupi tindakan yang telah dilakukan pihak manajemen
melakukan pergantian auditor agar tidak terdeteksi oleh auditor sebelumnya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Skousen et.al pada tahun 2011, Maria dan
Elva yang menyatakan bahwa change in auditor atau pergantian auditor tidak
berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Namun penelitian ini
mendukung penelitian Faiz Rahman Siddiq, Fatchan Achyani, Zulfikar pada tahun
2017 yang menyatakan bahwa change in auditor memiliki pengaruh terhadap
terjadinya fraudulent financial reporting.
4.4.8 Pengaruh Change Of Director Terhadap Terjadinya Kecurangan
Laporan Keuangan.
Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa uji hipotesis yang bermakna Ha diterima maka
ada Change Of Director berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan
laporan keuangan. Capability merupakan kemampuan seseorang dalam suatu
perusahaan untuk memberi kesempatan dalam melakukan fraud (Siddiq, Achyani,
and Zulfikar 2017). Proksi dari capability dalam penelitian ini yaitu changes in
directors. Dalam penelitian Wolfe dan Hermanson (2004) mengatakan bahwa
indikasi kecurangan dapat terjadi apabila dilaksanakan oleh orang yang tepat serta
memahami dan dapat memanfaat peluang yang ada. Pergantian direksi yang
dianggap lebih berkompeten dilakukan untuk memperbaiki kinerja direksi
sebelumnya. Selain itu dari pergantian ini juga bisa dimaksudkan untuk
kepentingan politik tertentu untuk menggantikan jajaran direksi sebelumnya
(Tessa and Harto, 2016). Oleh karena itu perubahan direksi dimungkinkan sebagai
upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui
kecurangan yang telah dilakukan perusahaan.
Hal ini disebabkan adanya kemampuan pelaku dalam mengembangkan strategi
penyembunyian yang canggih dan mampu mengendalikan sosial untuk melakukan
kecurangan. Selain itu pelaku memiliki kemampuan untuk mengenali peluang
yang ada sebagai kesempatan untuk mengambil keuntungan. Ketika adanya
69
pergantian direksi mengakibatkan perlu adaptasi terhadap budaya baru perusahaan
sehingga mengurangi efektifitas dalam kinerja atau disebut juga dengan stess
period yang kemudian menimbulkan adanya peluang bagi pelaku untuk
melakukan fraud. Penelitian ini mendukung temuan Wolf dan Hermanson pada
tahun 2004 yang menyatakan kecurangan tidak tanpa keberadaan orang yang tepat
dengan kemampuan yang tepat pula. Selain itu penelitian ini juga mendukung
penelitian Faiz, Fatchan, Zulfikar pada tahun 2017 yang menyatakan pergantian
direksi berpengaruh terhadap terjadinya fraudulent financial reporting. Jadi dapat
disimpulkan bahwa seringnya pergantian direksi mempengaruhi terjadinya
fraudulent financial reporting. Penelitian Pardosi (2015) juga membuktikan
kemampuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan terhadap
laporan keuangan. Sedangkan menurut penelitian Tessa dan Harto (2016), Kurnia
dan Anis (2017) dan Ulfah et. al. (2017) variabel pergantian direksi tidak
berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting.
4.4.9 Pengaruh Frequent Number of CEO’s Picture Terhadap Terjadinya
Kecurangan Laporan Keuangan.
Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa uji hipotesis yang bermakna Ha ditolak maka
ada Frequent Number of CEO’s Picture tidak berpengaruh signifikan terhadap
terjadinya kecurangan laporan keuangan. Frequent number of CEO’s picture,
jumlah penggambaran seorang CEO dalam suatu perusahaan dengan
menampilkan display picture ataupun profil, prestasi, foto, ataupun informasi
lainnya mengenai track of record CEO yang dipaparkan secara berulang-ulang
dalam laporan tahunan perusahaan (Crowe, 2011). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Simon et. al. (2015), dari foto yang terpampang dalam laporan
tahunan dapat mempresentasikan tingkat arogansi dan superioritas yang dimiliki
CEO. Tingkat arogansi yang tinggi memungkinkan terjadinya fraud, karena CEO
merasa bahwa pengendalian internal apapun tidak akan berlaku pada dirinya
karena memiliki status dan posisi yang menurutnya penting diperusahaan. Selain
itu juga memungkinkan CEO akan melakukan cara apapun untuk
mempertahankan posisi dam kedudukannya sekarang ini.
70
Hal ini disebabkan manajemen merasa penting memperlihatkan foto-foto CEO
agar masyarakat khususnya para pemangku kepentingan mengetahui siapa CEO
perusahaan tersebut. Foto CEO yang tercantum dalam laporan keuangan yaitu foto
profil perusahaan dan foto-foto kegiatan yang telah dilakukan guna
memperlihatkan kinerja CEO dalam mengemban tanggungjawabnya sebagai CEO
di perusahaan. Penelitian ini mendukung penelitian Aprilia pada tahun 2017 yang
berjudul “analisis pengaruh fraud pentagon terhadap kecurangan laporan
keuangan menggunakan beneish model pada perusahan yang menerapkan ASEAN
corporate governance scorecard” menyatakan bahwa frequent number of CEO’s
picture tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financialreporting.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tessa dan Harto (2016), serta Arrisandi dan
Verawaty (2017) Frequent number of CEO’s picture berpengaruh positif
signifikan dalam mendeteksi fraudulent financial reporting, artinya semakin
banyak foto CEO yang terdapat pada annual report perusahaan, maka semakin
tinggi probabilitas terjadinya fraudulent financial reporting pada perusahaan
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia dan Anis (2017) dan Ulfah et. Al.
(2017) menyatakan bahwa frequent number of CEO’s pictures tidak berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan
4.4.10 Pengaruh Dualism Position Terhadap Terjadinya Kecurangan
Laporan Keuangan.
Pada tabel 4.9 menunjukan bahwa uji hipotesis yang bermakna Ha diterima maka
ada Dualism Position berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan
laporan keuangan. Dualism position merupakan keadaan di mana seorang direksi
memiliki jabatan lain baik di dalam maupun luar perusahaan. Kinerja perusahaan
yang baik sebaiknya tidak ada hubungan dengan jabatan ganda direksi. Dengan
adanya jabatan ganda ini memungkinkan efek negatif. Misalnya dari beberapa
jabatan ganda ini mendorong seseorang untuk melakukan kolusi bahkan
mengorbankan kepentingan pemegang saham. Selain itu anggota dewan direksi
dapat terganggu kinerjanya karena terlalu sibuk dan tidak fokus.
71
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Oktavia (2017) yang menyatakan apabila
dalam sebuah perusahaan terdapat CEO yang memiliki jabatan dualisme akan ada
kemungkinan untuk melakukan fraud. Begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rachmawati (2014) yang menunjukkan bahwa multi jabatan
dewan direksi memiliki pengaruh signifikan. Dari hasil penelitian ini mungkin
terjadi karena CEO atau direksi yang memiliki multi jabatan dalam perusahaan
mencantumkan dualisme jabatannya tersebut dalam data profil anggota di laporan
keuangan. Selain itu mungkin perusahaan yang terdapat anggota dengan dualisme
jabatan mereka lebih memanfaatkan jabatannya untuk meningkatkan performa
perusahaan dan menjaga kinerjanya agar tetap bertahan dalam perusahaannya.
Sedangkan untuk perusahaan yang anggotanya tidak memiliki dualisme jabatan,
mereka lebih fokus dalam menjalankan pekerjaannya sehingga kinerja perusahaan
tetap terlihat baik.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris yaitu faktor Analisis
Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dengan
Menggunakan Fraud Score Model (Studi Kasus Perusahaan Perbankan Pada
Tahun 2016 – 2018).. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan
go public yang listing di BEI dengan periode tahun 2016-2018. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif, data dan regresi linier
berganda dengan tingkat kepercayaan 95%. Berikut kesimpulan hasil pengujian
hipotesis adalah :
1. Variabel Financial Stability tidak berpengaruh signifikan terhadap
terjadinya kecurangan laporan keuangan.
2. Variabel Financial Target berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan.
3. Variabel Rationalization tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan.
4. Variabel External Pressure berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan.
5. Variabel Institution Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap
terjadinya kecurangan laporan keuangan.
6. Variabel Quality Of External Auditor berpengaruh signifikan terhadap
terjadinya kecurangan laporan keuangan.
7. Variabel Change in Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap
terjadinya kecurangan laporan keuangan.
8. Variabel Change Of Director berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan.
9. Variabel Frequent Number of CEO’s Picture tidak berpengaruh signifikan
terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan.
74
10. Variabel Dualism Position berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
kecurangan laporan keuangan.
5.2 Keterbatasan
Adapun keterbatasan pada penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini belum memberikan klasifikasi secara rinci tentang waktu
pelaporannya, sehingga hasil temuan ini tidak sampai menganalisis tingkat
terjadinya kecurangan laporan keuangan.
2. Penelitian ini hanya mengelompokkan perusahaan berdasarkan jenis
industri (manufaktur dan non manufaktur) bukan jenis industri secara
spesifik sehingga hasilnya kurang mewakili seluruh jenis industri.
3. Penelitian ini lebih banyak menganalisis pengaruh variabel-variabel
internal perusahaan kurang memperhatikan variabel-variabel eksternal
perusahaan yang mungkin berpengaruh terhadap tingkat terjadinya
kecurangan laporan keuangan.
5.3 Saran
Saran yang dajukan untuk penelitian selanjutnya yaitu :
1. Memperpanjang periode penelitian sehingga dapat melihat
kecenderungan yang terjadi dalam jangka panjang sehingga akan
menggambarkan kondisi yang sesungguhnya terjadi.
2. Mengelompokkan perusahaan ke dalam jenis industri yang lebih spesifik
sehingga dapat dilihat lebih jelas, jenis industri apa saja yang lebih
banyak menerapkan tingkat terjadinya kecurangan laporan keuangan.
3. Menambah variabel yang berhubungan dengan kondisi eksternal
perusahaan, misalnya kondisi ekonomi, penggunaan teknologi informasi
baru, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap praktik tingkat
terjadinya kecurangan laporan keuangan.
4. Melakukan penelitian dengan membandingkan praktik tingkat
terjadinya kecurangan laporan keuangan.pada saat ekonomi normal dan
pada saat krisis ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Achsin, M., & Cahyaningtyas, R. I. (2015). Studi Fenomenologi Kecurangan
Mahasiswa dalam Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Kegiatan
Mahasiswa: Sebuah Realita dan Pengakuan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
Universitas Brawijaya.
Amara, I., Anis, B. A., & Anis J. (2013). Detection of Fraud in Financial
Statements: French Companies as a Case Study. International Journal of
Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences,
Vol. 3, No. 3, 456-472-6990.
Annisya, M., Lindrianasari, & Asmaranti, Y. (2016). Pendeteksian Kecurang
Laporan Keuangan Menggunakan Fraud Diamond. Jurnal Bisnis Dan
Ekonomi (JBE), Vol. 23 No. 1, 72 – 89 ISSN: 1412-3126.
Association of Certified Fraud Examiners. (2017). Report to the nation on
occupational fraud and abuse (2016 global fraud stud).Available at
https://www.acfe.com/rttn2016/docs/2016-report-to-the-nations.pdf
Chaney, P. K., Faccio, M., & Parsley, D. (2011). The Quality Of Accounting
Information In Politically Connected Firms. Journal of Accounting and
Economics, Vol. 51:No. 1: 58-76.
Cressey, D. R. (1953). Other People’s Money: a Study in the Social Psychology
of Embezzlement. Glencoe, IL: Free Press.
Dechow, P. M., Ge, W., Larson, C. R., & Sloan, R. G. (2011). Predicting Material
Accounting Misstatements. Contemporary Accounting Research, Vol. 28
No. 1, 17–82. Available athttps://doi.org/10.1111/j.1911-3846.2010.01041.x
Ghozali, I. (2015). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20.
Cetakan Kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Herviana, E. (2017). Fraudulent Financial Reporting : Pengujian Teori Fraud
Pentagon Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2016. Skripsi, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Iqbal, M., & Murtanto. (2016). Analisa Pengaruh Faktor-Faktor Fraud Triangle
Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Property
dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Journal of Seminar
Nasional Cendekiawan 2016, ISSN (E) : 2540-7589 ISSN (P) : 2460-8696.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial
behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial
Economics, Vol.3 No 4.
Kurnia, A. A., & Anis, I. (2017). Analisis Fraud Pentagon dalam Mendeteksi
Kecurangan Laporan Keuangan dengan Menggunakan Fraud Score Model.
Journal of Simposium Nasional Akuntansi XX.
Nurbaiti, Z., & Hanafi, R. (2017). Analisis Pengaruh Fraud Diamond Dalam
Mendeteksi Tingkat Accounting Irregularities. Jurnal Akuntansi Indonesia,
Vol. 6 No. 2, 167–184.
Oktavia, A. G. (2017).Fraudulent Reporting: Pengujian Teori Fraud Pentagon
pada Sektor Perbankan di 3 Negara ASEAN. Skripsi, Universitas Lampung.
Putriasih, K., `Ni N. T. H., & Made A. W. (2016). Analisis Fraud Diamond dalam
Mendeteksi Financial Statement Fraud : Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-
2015. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
Akuntansi Program S1 Vol:6 No:3.
Rahmanti, M. M., & Daljono. (2013). Pendeteksian Kecurangan Laporan
Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan dan Peluang (Studi Kasus pada
Perusahaan yang Mendapat Sanksi dari Bapepam Periode 2002-2006).
Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas
Diponegoro, Vol. 2 No. 2, 1–12.
Shelton, A. (2014). Analysis of Capabilities Attributed to the Fraud Diamond.
Undergraduate Honors These.
Siddiq, F. R., Achyani, F., & Zulfikar. (2017). Fraud Pentagon dalam Mendeteksi
Financial Statement. Journal of Seminar Nasional Dan The 4th Call for
Syariah Paper, 1-14-784.
Siddiq, F. R., & Hadinata, S. (2016). Fraud Diamond Dalam Financial Statement
Fraud. Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam, Vol.4, No. 2
Sihombing, K. S., & Rahardjo, S. N. (2014). Analisis Fraud Diamond dalam
Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-
2012, Diponegoro Journal of Accounting Vol. 03 No. 02. ISSN (Online) :
2337 -3806.
Skousen, C.J. (2009). Detecting and Predicting Financial Stability: The
Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS N0. 99. Journal of Accounting
and Auditing. SSRN (Social Science Research Network), Vol. 13, 53-81.
Skousen, C. J., & Brady J. T. (2009). Fraud Score Analysis in Emerging Markets.
Journal of Accounting and Economics, Vol. 16, No. 3, 301-315.
Summers, S. L., & Sweeney, J. T. (1998). Fraudulently Misstated Financial
Statements and Insider Trading: An Empirical Analysis. The Accounting
Review. Vol. 73 No.1, 131-146.
Tessa, C., & Harto, P. (2016). Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori
Fraud Pentagon pada Sektor Keuangan dan Perbankan di Indonesia. Journal
of Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung.
Ulfah, M., Nuraina, E., & Wijaya, A. L. (2017). Pengaruh Fraud Pentagon dalam
Mendeteksi Fraudulent Financial Reporting (Studi Empiris pada
Perbankan di Indonesia Yang Terdaftar di Bei. Journal of The 9th FIPA:
Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi - Universitas PGRI Madiun, Vol. 5
No.1, 399-418- NaN-9723.
Widarti. (2015). Pengaruh fraud Triangle Terhadap Deteksi Kecurangan Laporan
Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen Dan Bisnis Sriwijaya, Vol.13 No. 2
Wolfe, D. T. & Hermanson D. R. (2004). The Fraud Diamond: Considering the
Four Elements of Fraud. CPA Journal. Vol 74 Issue 12.
www.idx.com
https://finance.detik.com
https://finansial.bisnis.com
75
DESCRIPTIVES VARIABLES=Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
/STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX.
Descriptives
Notes
Output Created 19-AUG-2019 12:17:17
Comments
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 63
Missing Value
Handling
Definition of Missing
User defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used All non-missing data
are used.
Syntax
DESCRIPTIVES
VARIABLES=Y X1
X2 X3 X4 X5 X6 X7
X8 X9 X10
/STATISTICS=MEAN
STDDEV MIN MAX.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.02
[DataSet0]
76
Descriptive Statistics
N Minimu
m
Maximu
m
Mean Std.
Deviation
FRAUD 63 -1,1196 1,2183 -,364046 ,4641423
ACHANGE 63 -,7127 ,4346 ,099394 ,1475691
ROA 63 ,0013 ,0359 ,011949 ,0069557
TATA 63 -,0943 1,3005 ,066176 ,1709879
LEV 63 ,1004 ,9365 ,789381 ,1542073
KEPINS 63 ,2358 ,9726 ,713537 ,2106944
Kualitas Audit 63 0 1 ,70 ,463
Pergantian
Auditor 63 0 1 ,44 ,501
Pergantian
Direksi 63 0 1 ,57 ,499
Jumlah Foto 63 3 9 6,60 1,700
Dualisme
Jabatan 63 0 1 ,63 ,485
Valid N
(listwise) 63
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
/RESIDUALS DURBIN
/SAVE RESID.
Regression
Notes
Output Created 19-AUG-2019 12:17:29
Comments
77
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 63
Missing Value
Handling
Definition of Missing
User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used
Statistics are based on
cases with no missing
values for any variable
used.
Syntax
REGRESSION
/MISSING
LISTWISE
/STATISTICS
COEFF OUTS R
ANOVA COLLIN
TOL
/CRITERIA=PIN(.05)
POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER
X1 X2 X3 X4 X5 X6
X7 X8 X9 X10
/RESIDUALS
DURBIN
/SAVE RESID.
Resources
Processor Time 00:00:00.13
Elapsed Time 00:00:00.13
Memory Required 5068 bytes
Additional Memory
Required for Residual
Plots
0 bytes
Variables Created or
Modified RES_1
Unstandardized
Residual
78
[DataSet0]
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1
Dualisme
Jabatan,
ACHANGE,
KEPINS,
Jumlah Foto ,
LEV, TATA,
ROA,
Pergantian
Direksi,
Pergantian
Auditor,
Kualitas
Auditb
. Enter
a. Dependent Variable: FRAUD
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Wats
on
1 ,837a ,701 ,644 ,2770562 1,562
a. Predictors: (Constant), Dualisme Jabatan, ACHANGE, KEPINS,
Jumlah Foto , LEV, TATA, ROA, Pergantian Direksi, Pergantian Auditor,
Kualitas Audit
b. Dependent Variable: FRAUD
79
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 9,365 10 ,937 12,200 ,000b
Residual 3,992 52 ,077
Total 13,357 62
a. Dependent Variable: FRAUD
b. Predictors: (Constant), Dualisme Jabatan, ACHANGE, KEPINS, Jumlah Foto
, LEV, TATA, ROA, Pergantian Direksi, Pergantian Auditor, Kualitas Audit
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,521 ,290 5,251 ,000
ACHANGE -,114 ,250 -,036 -,454 ,651
ROA -13,384 5,449 -,201 -2,456 ,017
TATA ,024 ,219 ,009 ,111 ,912
LEV -2,103 ,241 -,699 -8,741 ,000
KEPINS -,084 ,187 -,038 -,449 ,655
Kualitas Audit -,362 ,114 -,360 -3,169 ,003
Pergantian
Auditor -,059 ,082 -,064 -,724 ,473
Pergantian
Direksi ,190 ,079 ,205 2,413 ,019
Jumlah Foto ,001 ,022 ,003 ,039 ,969
Dualisme
Jabatan ,265 ,102 ,277 2,593 ,012
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ACHANGE ,910 1,099
80
ROA ,862 1,160
TATA ,879 1,137
LEV ,899 1,112
KEPINS ,797 1,255
Kualitas Audit ,445 2,249
Pergantian Auditor ,741 1,350
Pergantian Direksi ,798 1,253
Jumlah Foto ,881 1,136
Dualisme Jabatan ,503 1,987
a. Dependent Variable: FRAUD
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalu
e
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) ACHAN
GE
ROA TATA
1
1 7,763 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,956 2,849 ,00 ,14 ,00 ,59
3 ,734 3,252 ,00 ,40 ,00 ,10
4 ,457 4,123 ,00 ,34 ,04 ,13
5 ,375 4,550 ,00 ,00 ,03 ,07
6 ,290 5,173 ,00 ,01 ,01 ,05
7 ,198 6,262 ,00 ,03 ,78 ,00
8 ,119 8,078 ,00 ,01 ,03 ,02
9 ,053 12,068 ,00 ,01 ,07 ,00
10 ,044 13,225 ,00 ,00 ,05 ,01
11 ,011 27,054 ,98 ,05 ,00 ,02
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Variance Proportions
LEV KEPINS Kualitas
Audit
Pergantian
Auditor
Pergantian
Direksi
1
1 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,00 ,00 ,00 ,01 ,00
3 ,00 ,00 ,00 ,15 ,04
81
4 ,01 ,01 ,02 ,16 ,02
5 ,00 ,00 ,02 ,46 ,24
6 ,00 ,00 ,07 ,01 ,60
7 ,01 ,00 ,03 ,02 ,05
8 ,00 ,06 ,52 ,06 ,00
9 ,17 ,69 ,13 ,01 ,01
10 ,15 ,15 ,19 ,01 ,02
11 ,66 ,09 ,02 ,10 ,02
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Variance Proportions
Jumlah Foto Dualisme Jabatan
1
1 ,00 ,00
2 ,00 ,00
3 ,00 ,01
4 ,01 ,02
5 ,00 ,08
6 ,00 ,19
7 ,02 ,01
8 ,04 ,45
9 ,02 ,08
10 ,69 ,16
11 ,23 ,00
a. Dependent Variable: FRAUD
Residuals Statisticsa
Minimum Maximu
m
Mean Std.
Deviation
N
Predicted Value -,893060 1,325873 -,364046 ,3886497 63
Residual -,4473141 ,7666639 0E-7 ,2537311 63
Std. Predicted
Value -1,361 4,348 ,000 1,000 63
Std. Residual -1,615 2,767 ,000 ,916 63
82
a. Dependent Variable: FRAUD
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=RES_1
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created 19-AUG-2019 12:17:40
Comments
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 63
Missing Value
Handling
Definition of Missing
User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used
Statistics for each test
are based on all cases
with valid data for the
variable(s) used in that
test.
Syntax
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=RES
_1
/MISSING
ANALYSIS.
Resources
Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.02
Number of Cases
Alloweda
196608
83
a. Based on availability of workspace memory.
[DataSet0]
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 63
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation ,25373106
Most Extreme
Differences
Absolute ,147
Positive ,147
Negative -,078
Kolmogorov-Smirnov Z 1,166
Asymp. Sig. (2-tailed) ,132
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
COMPUTE RES_2=ABS(RES_1).
EXECUTE.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT RES_2
/METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10.
Regression
84
Notes
Output Created 19-AUG-2019 12:18:14
Comments
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 63
Missing Value
Handling
Definition of Missing
User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used
Statistics are based on
cases with no missing
values for any variable
used.
Syntax
REGRESSION
/MISSING
LISTWISE
/STATISTICS
COEFF OUTS R
ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05)
POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT
RES_2
/METHOD=ENTER
X1 X2 X3 X4 X5 X6
X7 X8 X9 X10.
Resources
Processor Time 00:00:00.08
Elapsed Time 00:00:00.11
Memory Required 5068 bytes
Additional Memory
Required for Residual
Plots
0 bytes
85
[DataSet0]
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1
Dualisme
Jabatan,
ACHANGE,
KEPINS,
Jumlah Foto ,
LEV, TATA,
ROA,
Pergantian
Direksi,
Pergantian
Auditor,
Kualitas
Auditb
. Enter
a. Dependent Variable: RES_2
b. All requested variables entered.
Model Summary
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,424a ,180 ,022 ,16219
a. Predictors: (Constant), Dualisme Jabatan, ACHANGE,
KEPINS, Jumlah Foto , LEV, TATA, ROA, Pergantian
Direksi, Pergantian Auditor, Kualitas Audit
86
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression ,300 10 ,030 1,142 ,350b
Residual 1,368 52 ,026
Total 1,668 62
a. Dependent Variable: RES_2
b. Predictors: (Constant), Dualisme Jabatan, ACHANGE, KEPINS, Jumlah Foto
, LEV, TATA, ROA, Pergantian Direksi, Pergantian Auditor, Kualitas Audit
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,253 ,170 1,494 ,141
ACHANGE ,135 ,146 ,121 ,919 ,362
ROA -6,453 3,190 -,274 -2,023 ,048
TATA -,093 ,128 -,097 -,726 ,471
LEV ,070 ,141 ,065 ,494 ,623
KEPINS -,026 ,110 -,033 -,237 ,814
Kualitas Audit -,118 ,067 -,332 -1,765 ,083
Pergantian
Auditor ,056 ,048 ,172 1,178 ,244
Pergantian
Direksi ,006 ,046 ,019 ,137 ,891
Jumlah Foto -,003 ,013 -,036 -,267 ,790
Dualisme
Jabatan ,076 ,060 ,226 1,276 ,208
a. Dependent Variable: RES_2
SAVE OUTFILE='E:\PROJEK 2019\Erin\Untitled1.sav'
/COMPRESSED.