Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran,...

21
Badingkut 67/65 Perca Pertama Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016 MEMASUKI FASE KETUJUH DINAMIKA METAMORFOSA DIRI Ahmad Dimyati PENDAHULUAN Metamorfosa pada serangga dan ikan berbeda satu dengan yang lain. Demikian juga antara metamorfosa pada ular dan cacing. Pada manusia jelas juga unik. Dalam kaitan ini, metamorfosa pada manusia yang aslinya dikaitkan dengan pengertian fisik biologis, bisa juga dikaitkan dengan pengertian psikologis dan mentalitas. Saya akan lebih menggunakan metamorfosa dalam pengertian metaforis, pengertian yang lebih simbolis. Metamorfosa diri secara utuh dalam kondisi dan situasi yang utuh pula. Bahan permenungan ini ditulis ketika saya sudah mengalami perjalanan hidup yang panjang: mengalami dinamika, romantika, dan dialektika metamorfosa yang berliku. Tulisan ini jadi tinjauan seseorang atas perjalanan hidupnya dengan kaca mata yang multi-facet ada faset kesan masa kecil, ada faset masa gejolak remaja, ada faset era pematangan dan pendewasaan serta tentunya semoga ada pula faset kearifan orang tua. Dalam konteks keterkaitan saya dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, tentu yang paling relevan adalah metamorfosa yang menyangkut perkembangan karier, yang dapat dibagi ke dalam enam fase, yaitu: 1. Fase Pra Karir 1951-1976, yaitu sejak lahir, dibesarkan dan memperoleh pendidikan sampai lulus sebagai Sarjana Pertanian. 2. Fase Awal Karir 1976-1994, meliputi masa honorer di Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) Bogor sampai mengakhiri tugas sebagai Kepala Bidang Tata Operasional, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Fase ini juga meliputi periode pendidikan S2 di IPB dan S3 di University of Nebraska, Lincoln, Nebraska USA. 3. Fase Pematangan Pengalaman Lapangan dan Wawasan 1995-1999, yaitu sejak menjabat Kepala Balai Pengkajian Teknologi Lembang sampai menyelesaikan tugas sebagai Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang. 4. Fase Penguatan Interaksi di Tingkat Nasional 1999-2005, yaitu sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura dan Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 5. Fase Puncak Pengabdian sebagai Birokrat 1995-2010, yaitu semasa menjabat Direktur Jenderal Hortikultura. 6. Fase Kembali ke Habitat Awal, yaitu dunia penelitian dan pengembangan yang sekaligus menjadi transisi ke fase metamorfosa berikutnya yang berlangsung sejak mengakhiri tugas sebagai Direktur Jenderal Hortikultura pada tanggal 1 November 2010 sampai besok, tanggal 31 Agustus 2016 atau 28 Dzulqa’idah 1437. Fase berikutnya adalah melepas status sebagai Pegawai Negeri Sipil menjadi pensiunan dan mengisi sisa hidup yang dianugerahkan Allah. Lima tahun yang lalu Allah seperti sudah memberikan isyarat-isyarat awal bagi arah pengisian masa depan itu. Sekarang isyarat itu sudah semakin menguat menjadi panggilan sejarah yang harus saya sambut.

Transcript of Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran,...

Page 1: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

MEMASUKI FASE KETUJUH DINAMIKA METAMORFOSA DIRI

Ahmad Dimyati

PENDAHULUAN

Metamorfosa pada serangga dan ikan berbeda satu dengan yang lain. Demikian juga antara

metamorfosa pada ular dan cacing. Pada manusia jelas juga unik. Dalam kaitan ini, metamorfosa pada

manusia yang aslinya dikaitkan dengan pengertian fisik biologis, bisa juga dikaitkan dengan pengertian

psikologis dan mentalitas. Saya akan lebih menggunakan metamorfosa dalam pengertian metaforis,

pengertian yang lebih simbolis. Metamorfosa diri secara utuh dalam kondisi dan situasi yang utuh pula.

Bahan permenungan ini ditulis ketika saya sudah mengalami perjalanan hidup yang panjang: mengalami

dinamika, romantika, dan dialektika metamorfosa yang berliku. Tulisan ini jadi tinjauan seseorang atas

perjalanan hidupnya dengan kaca mata yang multi-facet ada faset kesan masa kecil, ada faset masa

gejolak remaja, ada faset era pematangan dan pendewasaan serta tentunya semoga ada pula faset

kearifan orang tua.

Dalam konteks keterkaitan saya dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, tentu yang

paling relevan adalah metamorfosa yang menyangkut perkembangan karier, yang dapat dibagi ke dalam

enam fase, yaitu:

1. Fase Pra Karir 1951-1976, yaitu sejak lahir, dibesarkan dan memperoleh pendidikan sampai lulus

sebagai Sarjana Pertanian.

2. Fase Awal Karir 1976-1994, meliputi masa honorer di Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3)

Bogor sampai mengakhiri tugas sebagai Kepala Bidang Tata Operasional, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Fase ini juga meliputi periode pendidikan S2 di IPB dan S3 di

University of Nebraska, Lincoln, Nebraska USA.

3. Fase Pematangan Pengalaman Lapangan dan Wawasan 1995-1999, yaitu sejak menjabat

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Lembang sampai menyelesaikan tugas sebagai Kepala Balai

Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.

4. Fase Penguatan Interaksi di Tingkat Nasional 1999-2005, yaitu sebagai Kepala Pusat Penelitian

dan Pengembangan Hortikultura dan Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

5. Fase Puncak Pengabdian sebagai Birokrat 1995-2010, yaitu semasa menjabat Direktur Jenderal

Hortikultura.

6. Fase Kembali ke Habitat Awal, yaitu dunia penelitian dan pengembangan yang sekaligus

menjadi transisi ke fase metamorfosa berikutnya yang berlangsung sejak mengakhiri tugas

sebagai Direktur Jenderal Hortikultura pada tanggal 1 November 2010 sampai besok, tanggal 31

Agustus 2016 atau 28 Dzulqa’idah 1437.

Fase berikutnya adalah melepas status sebagai Pegawai Negeri Sipil menjadi pensiunan dan

mengisi sisa hidup yang dianugerahkan Allah. Lima tahun yang lalu Allah seperti sudah

memberikan isyarat-isyarat awal bagi arah pengisian masa depan itu. Sekarang isyarat itu sudah

semakin menguat menjadi panggilan sejarah yang harus saya sambut.

Page 2: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

FASE PRA KARIR

Saya dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga pesantren. Ayahanda, K.H. Siradj memimpin Pesantren

yang didirikan kakek, K.H. Muhammad Asy’ari, dengan dukungan dari mertuanya, Abah Encim

Suriadiredja, asal Bogor yang mengasingkan diri dari ancaman penjajah Belanda, dan penyandang dana,

K.H. Muhammad Hasan yang makamnya di Tasikmalaya. Jalur leluhur ayah adalah kombinasi antara

ningrat Sunda yang menentang penjajah dan ulama yang menggelar pendidikan dan dakwah bagi

masyarakat. Ibu saya, Hj Siti Khodijah anak dari H. Muhammad Utsman yang beristerikan Ny Saodah

Afsari, yang memiliki leluhur dari jalur kerajaan Sumedang.

Di antara bagian indah dari kenangan masa kecil adalah kenyataan bahwa saya adalah anak kampung

yang sudah bisa baca Al Quran dan bisa baca huruf Latin ketika belum masuk sekolah. Barangkali bakat

lancar membaca ini yang mendorong salah satu kepala sekolah dan beberapa guru memberi saya hadiah

buku bacaan yang untuk anak seumur saya sudah termasuk buku bacaan sulit. Itu pula mungkin yang

mendorong saya menjadi kutu buku sejak masa kecil, dengan obyek bacaan berupa novel, cerita

bersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku.

Selain itu saya juga masih mengingat barangkali bakat kreativitas itu sudah ada sejak kecil. Ketika belum

sekolah, masih teringat saya suka menggambar bus bertingkat, padahal waktu itu belum pernah melihat

atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya dipenuhi penumpang. Kreativitas

dan keberanian bekerja di luar pakem yang kaku, membuat saya mampu mengimplementasikan konsep

alokasi dana berbasis kinerja (1994), penelitian pemuliaan partisipatif (2000-2002), pertanian kota dan

pengembangan agrobisnis berbasis pesantren (1996-1999), serta pengelolaan rantai asokan (2000-

2009). Yang paling monumental adalah keberhasilan mendorong lahirnya Undang-undang No 13 Tahun

2010 tentang Hortikultura, serta mendukung Pemerintah dalam mempertahankannya dalam uji materi

di Mahkamah Konstitusi (2014).

Pengalaman di beberapa tingkatan pendidikan yang berkesan dan masih teringat di antaranya:

Di Sekolah Dasar mengalami perpindahan sekolah, karena terjadinya pemekaran sekolah untuk

mengakomodasikan kepentingan anak-anak yang bertempat tinggal jauh dari sekolah lama.

Orang tua memilih sekolah baru karena lokasinya tidak perlu melalui jalan besar, karena saya

pernah mengalami kecelakaan lalu lintas kecil, tersenggol truk ketika sedang main kejar-kejaran

di halaman sekolah dan lari ke jalan. Padahal di sekolah baru itu, saya harus belajar duduk di

lantai.

Di Sekolah Menengah Pertama pernah ikut mengangkut bata sumbangan untuk membangun

gedung sekolah. Kalau tidak jalan kaki sejauh tiga kilometer, kendaraan yang saya pakai adalah

truk pengangkut batu bata dan pasir, truk militer, dan bis yang pernah menjadi inspirasi saya

menggambar. Ketika duduk di SMP Batujajar ini, saya berkeinginan menjadi sastrawan, tetapi

kaka ipar saya almarhumah Ani Rohayani melarangnya, “Karena sastrawan tidak punya jaminan

masa depan ekonomi yang baik....”, katanya.

Di sekolah lanjutan atas, menyukai pelajaran bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan bahasa

Jerman. Tetapi di kelas dua tetap memilih jurusan IPA, padahal tidak suka dengan pelajaran

Aljabar. Pertemanan yang akrab juga terjadi mulai di tingkat SLA, yang berarti juga dimulanya

masa puber awal. Bersekolah di tingkat SLA ini juga membawa pengalaman hidup indekos,

Page 3: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

walaupun masih numpang di keluarga yang masih ada hubungan kekerabatan dan ternyata juga

memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga istri saya.

Memasuki perguruan tinggi juga berarti memasuki masa kehidupan lebih dewasa dengan segala

tantangannya. Hanya setahun saya hidup berindekos di daerah Dago Simpang. Selanjutnya jarak

Cangkorah-Bukit Dago ditempuh melalui kendaraan umum yang dalam keadaan lalu lintas waktu

itu biasa menghabiskan waktu sekitar lima jam perjalananan pulang pergi. Melalui perjalanan

dari terminal ke terminal ini pula, saya mengenal Rumah Makan Ampera yang masih dalam

ukuran kecilnya.

Di atas segalanya, di lingkungan keluarga, seperti di lingkungan pesantren pada umumnya, ajaran

rendah hati lebih dikedepankan. Itu, antara lain diterapkan pada pakem tidak boleh banyak bicara

di depan orang berilmu. Pakem ini tentu saja masih saya pakai dalam lingkungan tertentu,

misalnya di tengah para ahli spiritual. Pakem “pengekangan diri” ini terbawa sampai ke masa

kuliah. Di era ini saya lebih banyak baca dari pada teman-teman seangkatan pada umumnya, tetapi

harus saya akui bahwa saya kurang gaul. Boleh dikatakan saya tidak suka bicara kecuali ketika

berdiskusi atau berdebat dalam masalah agama. Di Mushalla Al Amanah Fakultas Pertanian Unpad

yang sempit, saya bergairah berdiskusi tentang masalah-masalah khilafiah yang masih populer

sampai sekarang. Di ruang kuliah saya pernah terlibat debat kusir dengan dosen pengajar tentang

isu apakah agama itu budaya atau bukan. Kalau saja diskusi itu bisa diulangi sekarang, judulnya

pasti sudah berubah menjadi bagaimana agama dan kebudayaan berkelindan dari masa ke

masa.

Sikap tidak banyak bicara di depan orang berilmu ini terbawa ke meja sidang ujian sarjana di

Faperta Unpad. Ketika itu saya mendapat pertanyaan “salah” dari seorang dosen penguji yang

kepiawaiannya saya kagumi. Pertanyaan sang idola itu adalah tentang aflatoksin, tetapi beliau

menanyakannya dalam konteks kedelai. Saya jadi terkesima dengan pertanyaan yang keliru ini.

Seharusnya saya menjawab dengan mengatakan bahwa aflatoksin tidak penting pada kasus

kedelai, melainkan penting untuk kacang tanah. Benak saya waktu itu menyatakan kalau saya

jawab demikian, tentu akan membuat sang dosen favorit saya itu dipermalukan di depan sidang.

Oleh karena itu saya terdiam tidak menjawab pertanyaan tadi.

Perhatian kepada hortikultura datang dari bimbingan di lapangan dan laboratorium mengenai

penyakit CVPD pada jeruk dari Profesor Sulaiman Tirtawijaya yang hampir bisa dikatakan menjadi

penelitian kedua setelah penelitian tesis saya pada keragaman genetik kedelai, dibawah

bimbingan Dr. Agus Mubarokah dan Dr. Achmad Baihaki. Setelah saya lulus dan bekerja, Pak Agus

meninggal. Sedangkan Pak Baihaki sampai beliau pensiun dan berstatus Profesor Emiritus, saya

masih berkomunikasi. Banyak kesamaan pandangan saya dengan beliau, termasuk ketika saya

menggagas demand-driving research, penelitian yang hasilnya untuk mendorong perubahan

perilaku konsumen terhadap suatu produk, beliau juga berpikiran sama walaupun dengan istilah

yang berbeda.

Beruntung sebagai mahasiswa tingkat akhir di jurusan pemuliaan tanaman, saya bersama tiga

teman mahasiswi ditugasi menulis notulen pada Simposium Pertama Perhimpunan Ilmu

Pemuliaan di Lembang pada tahun 1976. Di simposium dan kongres itu selain berkenalan dan

menyimak pandangan berbagai tokoh nasional di bidang pemuliaan, kami juga mendapat tawaran

untuk melakukan penelitian tesis di lembaga-lembaga penelitian nasional. Saya mengambil

Page 4: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

kesempatan di Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor dengan obyek plasma nutfah kedelai

asal introduksi dari Asian Vegetable Research and Development Centre (AVRDC) yang sekarang

sudah berubah menjadi CGIAR World Vegetable Centre. Pada kesempatan penelitian ini saya

banyak berinteraksi dan dibantu oleh Bu Rodiah Sumarno, Ono Sutrisno, dan Lasimin Sumarsono

serta juga dengan Pak Tateng Sutarman dan lain-lain.

FASE AWAL KARIR

Sikap tidak gampang bicara lantang di depan orang berilmu ini tidak diterjemahkan menjadi

keharusan bawahan tidak banyak bicara. Apalagi saya pernah tergugah oleh sikap Direktur

Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Dr Rusli Hakim yang membela saya seorang anak muda

berstatus honorer, dalam seminar terbuka, untuk selalu berpikiran terbuka kepada perbedaan

pendapat dari orang lain walaupun berstatus di bawah kita.

Bekerja di LP3 Bogor itu dimulai di Bagian Agronomi di Cimanggu di bawah pimpinan Dr

Sundaru, ahli gulma. Pada awal karir yang singkat itu saya sempat terlibat dalam proses seleksi

material keturunan hasil persilangan Pak Sumarno yang kemudian menghasilkan varietas kedelai

Wilis yang masih dipakai sebagian petani sampai sekarang. Penantian pengangkatan sebagai

pegawai negeri sipil selama dua tahun cukup mengesalkan. Banyak teman lebih senior yang

sudah menunggu lebih lama lagi. Kekesalan yang terobati karena IPB membuka program

Sekolah Pasca Sarjana dan menerima banyak pegawai Badan Litbang dari berbagai lokasi masuk

program tersebut. Alhamdulilah, pada awal 1979 banyak di antara kami yang mendadak

diangkat sebagai PNS karena harus segera masuk SPS IPB. Saya diterima di Jurusan Ilmu

Tanaman dengan minat bidang pemuliaan tanaman. Topik penelitian tesis master saya adalah

genetika ketahanan keturunan persilangan kedelai terhadap penyakit karat. Pembimbing pada

penulisan tesis adalah Prof Dr Edi Guhardja, Dr Amris Makmur dan Dr Zainuddin Harahap. Di

fase ini, pengetahuan mengenai mekanisme genetika aditif, selain dominansi versus resesif yang

dibahas di dalam genetika Mendel, sudah sering menjadi topik bahasan. Hal ini juga

mempengaruhi pembahasan penemuan saya dalam penelitian tesis ini. Dengan jumlah populasi

F2 yang besar maka analisis varian untuk mempelajari aditivitas dapat dilakukan, dan

dibandingkan dengan kemungkinan kecocokannya dengan genetika Mendel melalui uji Chi-

square. Di Sekolah Pasca Sarjana IPB, saya ingat tesis S2 saya hanya dikoreksi dua kata oleh

pembimbing utama Prof Edi Guhardja. Menarik sekali, setelah sekian lama tidak bertemu Prof

Edi Guhardja, kami bertemu di meja akad nikah di antara keponakan kami masing-masing

sebagai saksi.

Setelah selesai dengan program pasca sarjana S2 di IPB, saya berkesempatan mengikuti

pelatihan aspek teknis dan sosial ekonomi kedelai di University of Illinois, Urbana-Champaign

Amerika Serikat selama tiga bulan. Pelatihan ini menguatkan pemahaman bahwa segala aspek

teknis pengelolaan tanaman selalu berkaitan dengan aspek sosial maupun ekonominya. Dengan

kata lain, aspek lingkungan setiap tanaman meliputi lingkungan biologis, sosial dan ekonomis.

Page 5: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

Sebagai nilai tambah, pelatihan ini juga meningkatkan kefasihan bicara, tulis dan dengar bahasa

Inggris, serta juga memperbaiki pemahaman saya akan budaya dan karakter masyarakat

Amerika Serikat. Dengan demikian, pelatihan ini memperbaiki kesiapan saya dalam mengikuti

program pendidikan S3 di sana selama Agustus 1983 sampai dengan Desember 1986. Saya

kuliah di Department of Agronomy, Graduate College University of Nebraska, Lincoln dalam

bidang studi Plant Breeding and Cytogenetics. Topik penelitian disertasinya adalah ketahanan

dzuriat sorgum terhadap aphis hijau (Green bugs). Pengujian dilakukan di rumah kasa dan

lapangan. Mempelajari ketahanan terhadap hama dan penyakit ini selain menambah

pengalaman dalam studi genetika ketahanan terhadap penyakit juga membawa saya ke teori-

teori ketahanan secara anatomis, morfologis, maupun fisiologis. Sebetulnya saya dapat

melanjutkan ke kajian enzimologi maupun genetika molekuler yang sedang naik daun ketika itu.

Tapi keinginan saya untuk memperpanjang masa pendidikan selama satu semester tidak

dikabulkan, sehingga harus pulang tepat waktu, 40 bulan.

Dengan pembimbing S3 yang menangani aspek entomologi saya sangat terkesan dengan

kerendahan hatinya. Ketika saya sampaikan draft disertasi, beliau bertanya: “Bolehkah saya

coret-coret di lembar kertasmu ketika saya memberi saran koreksi?"

Namun yang berkaitan dengan perjalanan karier selanjutnya adalah kenyataan bahwa selama

pendidikan di sana, saya tidak pernah lepas dari pelajaran teknis tanaman pangan dan

hortikultura. Sehingga ketika saya harus bermetamorfosa ke bidang manajemen penelitian

hortikultura, tidak merasa terlalu canggung lagi. Salah satu pelajaran yang saya ambil adalah

pemuliaan tanaman yang diperbanyak secara vegetatif dan pemuliaan hortikultura tingkat

lanjut. Juga yang membuat saya merasa beruntung adalah kesertaan saya dalam mata kuliah

manajemen organisasi pertanian yang sangat berkesan, antara lain karena mulai

memperkenalkan mahasiswa pada participatory decision making dan pembinaan sumber daya

manusia berbasis positive psychological reinforcement yang dipoplerkan oleh ahli manajemen

sumber daya manusia di Eropa dan Amerika Serikat.

Sekembalinya dari pendidikan di AS saya bertugas sebagai pemulia sorgum bersama Ir Sukarno

Rusmarkam. Namun selang beberapa bulan kemudian saya dipindahkan ke tugas sebagai

pemulia ubi-ubian, karena kepindahan peneliti ubi-ubian yang ada yaitu Dr Roberto Sunaryo ke

Lembaga Penelitian Internasional Pertanian Tropis, CIAT. Di fase ini, saya banyak berinteraksi

dengan Ketua Kelompok Peneliti Pemuliaan Dr Zainuddin Harahap, para pemulia senior seperti

Dr Subandi, Dr Sumarno, Dr Ismu Sukamto dan lain-lain. Salah satu karakter kepemimpinan Dr

Harahap adalah pembinaannya kepada para peneliti yunior dengan menggelar berbagai diskusi

secara rutin serta membawa kami kunjungan ke obyek penelitian di lapangan. Dari waktu ke

waktu kami diharuskan mempelajari sesuatu yang baru dari kepustakaan yang ada. Kerja sama

dengan pihak lembaga asing awalnya melibatkan Asian Vegetable Research and Development

Centre (AVRDC), International collaboration on Soybean (INTSOY), International Development

Resource Collaboration (IDRC) Canada, dan International Collaboration on Sorghum and Millet

(INTSORMIL).

Di era kepemimpinan Dr Ibrahim Manwan, sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Pangan dan Dr Syarifuddin Karama sebagai Kepala Balai Penelitian Tanaman Pangan

Bogor, saya ditunjuk sebagai Kordinator Penelitian Ubi-ubian dan kemudian Kepala Bidang Tata

Page 6: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

Operasional Puslitbangtan. Jejaring perkenalan dan kemitraan pun bertambah luas. Dr Ibrahim

Manwan adalah pimpinan lembaga yang tangguh dan ketekunannya dalam memeriksa proposal,

naskah laporan, naskah makalah dan bahan tayangan presentasi mungkin harus jadi teladan

bagi kita. Pihak lembaga atau proyek internasional yang bersinggungan berubah antara lain

dengan masuknya kerja sama dengan Southeast Asian Program for Sweet Potato and Potato

Reasearch and Development (SAPPRAD) dan Users’ Perspective on Research and Development

(UPWARD) yang keduanya di bawah kordinasi International Center for Potato atau Centro

Internationale de la Papa (CIP), serta kemudian dengan Cassava Biotechnology Network yang

dikelola oleh Centro Internationale de Agricultura Tropical (CIAT). Pembelajaran terpenting yang

dialami melalui berbagai kerja sama ini adalah berinteraksi dengan penelitian sosial, perspektif

pengguna hasil penelitian, pendekatan partisipatif dalam penelitian dan penyebaran hasilnya,

serta manajemen penelitian lintas disiplin lintas institusi yang lebih komprehensif. Kesertaan

dalam berbagai kerja sama ini membuat saya lebih paham isu-isu sistem usaha tani sehingga

dapat berkontribusi dalam perbaikan program penelitian lingkup Balitbangtan.

Selama berinteraksi dengan berbagai lembaga dan program internasional itulah saya

berkesempatan mendapatkan tawaran untuk bekerja di lembaga internasional. Ketika saya

sedang memikirkan tawaran ini, saya berkesempatan mengikuti kegiatan internasional di

Miami, Florida pada salah satu bulan Ramadlan. Kebetulan sekali pengalaman itu memberikan

saya perasaan bahwa salah satu kesulitan bekerja pada lembaga internasional adalah dalam

melaksanakan kewajiban ibadah sebagai muslim. Mungkin terlalu berat untuk seorang muslim

sejenis dan sekelas saya yang masih rendah. Maka mudahlah saya untuk membuat keputusan

menolak tawaran itu.

FASE PEMATANGAN PENGALAMAN LAPANGAN DAN WAWASAN

Sikap mau mendengarkan pendapat orang lain saya tajamkan dan perkuat ketika memimpin

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lembang selama periode 1 April 1995-16 September 1999.

Di BPTP Lembang saya harus bisa memulai perubahan status dari Balai Informasi Pertanian di

bawah kendali Badan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian menjadi Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian di bawah kendali Badan Litbang Pertanian. Usaha tersebut harus dilakukan melalui

berinteraksi dengan peneliti yang berasal dari unit Litbang yang berbeda dan penyuluh di dalam

dan luar BPTP serta dengan pejabat struktural dan fungsional dari berbagai instansi vertikal dan

horizontal yang berada di daerah. Lebih dari itu, juga dengan tokoh petani dan pelaku usaha lain

yang bergerak di tingkat nasional dan daerah. Saya harus bersabar dan terampil dalam

menyikapi berbagai tipe manusia dengan kebiasaan, corak kerja, etos kerja dan etika kerja yang

beragam. Saya menggunakan ungkapan “Setiap orang harus dielus dengan bulu ayam yang

berbeda”. Apalagi di era awal itu BPTP harus melaksanakan program pengkajian Sistem Usaha

Tani berbasis Padi (SUTPA) dan kemudian peningkatan indeks pertanaman padi menjadi 300 %

per tahun (IP 300). Konsolidasi internal organisasi harus dilaksanakan berbarengan dengan

sosialisasi dan komunikasi eksternal yang ekstensif dan intensif. Namun, barangkali satu hikmah

tersendiri bahwa program berat yang melibatkan pihak luar justru mempercepat proses

konsolidasi internal.

Page 7: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

BPTP yang memiliki lingkup fungsi penelitian spesifik lokasi untuk semua kelompok komoditas

pertanian, membuat perubahan orientasi saya dari tanaman pangan ke seluruh jenis komoditas

pertanian termasuk hortikultura, perkebunan, peternakan bahkan pada saat itu juga perikanan.

Sedikit pengalaman pendidikan pada tanaman hortikultura di fase para karier dan awal karier

terasa bermanfaat ketika menangani jenis tanaman ini di BPTP Lembang. Hal itu juga seolah

menyiapkan saya untuk masuk lebih dalam ke kelompok tanaman bernilai ekonomi tinggi ini

dengan penugasan saya di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang. Apalagi Jawa

Barat memiliki usaha hortikultura yang sangat penting dibandingkan daerah-daerah lain di

Indonesia. Lebih khusus lagi, Lembang adalah lokasi pengusahaan tanaman sayuran dan

florikultura dataran tinggi sekaligus daerah wisata yang terkenal.

Tugas di BPTP Lembang, yang waktu itu meliputi wilayah DKI Jakarta dan Banten, tentu juga

berarti pemahaman kondisi ekosistem yang beragam dalam ketinggian, jenis lahan, tipe iklim,

dan profil topografinya. Bahkan lingkup kegiatan yang meliputi perikanan darat dan laut,

mengharuskan saya memahami situasi dan kondisi ekosistem pantai dan laut juga.

Penanganan semua jenis komoditas pertanian juga berarti interaksi dengan jenis pelaku usaha

yang berbeda yang tentu saja dengan profil dan karakter yang berbeda pula. Petani dan

pedagang tanaman hortikultura, ternak dan ikan umumnya memiliki jiwa kewirausahaan yang

lebih kuat dibandingkan dengan pelaku usaha tanaman pangan. Hal itu ditandai dengan

orientasi mereka ke inovasi teknologi dan usaha, keberanian mengambil risiko, serta kepiawaian

menyikapi fluktuasi harga di pasar.

Pengalaman konsolidasi internal di BPTP terutama dalam menghadapi aneka ragam perilaku

manusia itu menjadi bekal dalam tugas selanjutnya sebagai Kepala Balitsa Lembang yang hanya

berumur pendek, 16 September 1999-Juni 2000. Hasil pelatihan mengenai penerapan logical

framework yang saya peroleh di Badan Litbang Pertanian dan di proyek SAPPRAD menjadi alat

bantu yang penting dalam memperkuat proses konsolidasi di Balitsa sekaligus mengubah

orientasi program yang berbasis disiplin penelitian menjadi berbasis komoditas. Juga di Balitsa

saya berkesempatan mendorong perhatian lebih besar untuk tanaman sayuran asli Indonesia

(indigenous vegetables).

Lokasi Balitsa di lereng gunung Tangkubanparahu, dengan pemandangan sekitar yang penuh

pertanaman sayuran dataran tinggi dengan manajemen lahan dan iklim yang sering tidak ramah

lingkungan, menguatkan orientasi saya ke pertanian ramah lingkungan seperti Low External

Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan mempelajari lebih jauh jenis-jenis pertanian organik,

pertanian rumah kasa dan rumah kaca, serta beragam teknologi tanpa media tanah seperti

hidroponik dan aeroponik.

FASE PENGUATAN INTERAKSI DI TINGKAT NASIONAL

Sejak Juni 2000, saya ditugaskan memimpin Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura

dan Aneka Tanaman yang kemudian berganti nomenklatur pada 1 Februari 2001 menjadi Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (Puslitbang Hortiikultura). Kepindahan ke Jakarta ini

terjadi ketika Badan Litbang Pertanian dipimpin Dr Joko Budianto. Kepindahan ini juga seolah

Page 8: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

memenuhi ramalan Dr Sutatwo Hadiwigeno, Kepala Badan dua periode sebelumnya yang sering

menyebut saya sebagai “Kapus 2000”.

Pada posisi ini, saya berkesempatan menginisiasi program pemuliaan partisipatif (participatory

breeding) yang sebagaian konsepnya pernah saya bantu susun ketika SAPPRAD menerapkannya

untuk ubi jalar. Bedanya dalam pemuliaan partisipatif ubi jalar, lembaga penelitian formal

bekerja sama dengan kelompok-kelompok petani dalam melaksanakan pemuliaan ubi jalar,

sedangkan pada pemuliaan partisipatif hortikultura Puslitbang Hortikultura bekerja sama

dengan perusahaan-perusahaan benih. Ada juga kerja sama pemuliaan partisipatif yang

dilaksanakan dengan pemerintah daerah. Sebagai langkah lebih lanjut untuk memberdayakan

pemuliaan partisipatif tersebut, saya juga menggagas pembentukan Konsorsium Perbenihan

yang melibatkan para pejabat struktural dan fungsional terkait, serta para pelaku usaha

perbenihan hortikultura.

Sebagai Kepala Puslitbang Hortikultura saya juga menghidupkan kembali pemuliaan tanaman

buah tahun seperti mangga, durian, dan rambutan. Memang harus diakui bahwa pemuliaan

tanaman buah tahunan itu membutuhkan waktu lama untuk menuai keberhasilan, tetapi jangka

waktu yang lama itu tidak akan tercapai kalau tidak pernah dimulai. Posisi ini juga memberi saya

kesempatan mendorong penelitian tanaman hias tropis, yang meliputi terutama berbagai jenis

anggrek, Heliconia dan juga bermacam spesies lain dari keluarga Gingiberaceae.

Dari jabatan ini pula saya mulai mengenal dan memperkenalkan konsep pengelolaan rantai

pasokan atau supply-chain management (SCM), Systems dynamics, dan soft systems

methodology (SSM). Konsep SCM diperkenalkan melalui kerja sama dengan Australian Center

for International Agricultural Research (ACIAR) dengan mitra di bawah pimpinan Prof. Elizabeth

Wood, yang waktu itu bekerja untuk Department of Primary Industry, Queensland. Konsep ini

lambat laun mendapat sambutan dari berbagai khalayak dan menjadi topik yang digarap oleh

banyak pihak. Saya malah sangat senang bahwa dewasa ini bahkan Bank Indonesia melakukan

konsep klaster agrobisnis dengan prinsip value chain management yang merupakan modifikasi

dari SCM. Dari kajian tersebut BI juga melahirkan konsep Value Chain Financing. Metode

systems dynamics juga sekarang menjadi salah satu alat dalam menganalisis dan menyusun

kebijakan di Kementrian Pertanian. SSM beberapa kali menjadi bahan pembelajaran di

Pendidikan dan Pelathan Kepemimpinan Tingkat I yang diselenggarakan oleh Lembaga

Administrasi Negara.

Langkah strategis yang saya lakukan ketika memegang posisi ini adalah menggagas perubahan

UU No 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang dimulai dari aspek perbenihan.

Gagasan ini sempat dituangkan ke dalam buku kecil Strategi Nasional Perbenihan yang

penulisannya dipimpin oleh Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Teknologi Dr. Syarifuddin

Karama, dan saya bertugas menjadi pimpinan Tim Kecil yang menyusun draf buku kecil tersebut.

Kurangnya dukungan politik terhadap implementasi kandungan buku tersebut kemudian

mendorong saya menyusun Undang-undang No 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, ketika saya

memasuki era metamorfosa berikutnya.

Banyak pembelajaran yang saya petik di era ini dan tentu masih melekat erat karena relatif lebih

dekat jarak waktunya. Di era ini saya memahami lebih dalam mengenai politik birokrasi dan

bagaimana hubungan dunia politik dengan dunia birokrasi, baik politik tinggi maupun politik

Page 9: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

praktis. Oleh karena itu, saya juga harus mengambil sikap yang tepat terhadap berbagai pihak

dengan kecenderungan politik yang berbeda. Kenyataan bahwa Menteri adalah jabatan

kenegaraan yang bernuansa politik, harus memimpin birokrasi yang seyogyanya harus netral

secara politik, membuat kita harus mengembangkan sikap dan perilaku yang tepat dalam

melayani kebijakan Menteri. Tentu saja saya berusaha agar tidak terjebak ke dalam keterkaitan

dengan salah satu pihak tetapi juga tidak dirugikan oleh sikap lugas tersebut.

Salah satu kelemahan orang Indonesia, termasuk para pejabatnya adalah kurang berani

berbicara di forum internasional. Namun saya sejak awal berusaha meningkatkan keberanian

berkomunikasi dan berinteraksi secara positif di forum yang menuntut sikap dan perilaku yang

khusus ini. Latar belakang kemampuan berbahasa Inggris dan pengalaman interaksi dengan pas

peneliti asing selama terlibat dalam kerja sama internasional, membuat saya semakin berani

berbicara di forum internasional. Dr. P. Batugal, waktu menjadi koordinator SAPPRAD, dan juga

Dr. G. Molina ketika menjadi koordinator INIBAP, pernah mengatakan langsung pada saya

bahwa saya termasuk orang Indonesia yang berani berdiskusi di forum antar bangsa. Untuk

mengatasi kekurangan dalam berbicara di forum internasional ini, bangsa Indonesia

meningkatkan daya belinya di pasar dan toko di luar negeri.

FASE PUNCAK PENGABDIAN SEBAGAI BIROKRAT

Saya menganggap ini sebagai periode puncak pengabdian sebagai birokrat, karena tidak ada

jabatan lebih tinggi di tingkat birokrasi yang mungkin saya capai. Saya dilantik dan diberhentikan

sebagai Direktur Jenderal Hortikultura pada usia yang pas untuk menjabat selama satu periode.

Dengan kesadaran akan hal ini, maka saya berusaha agar fase ini terisi dengan sebaik-baiknya.

Selama lima periode perubahan fungsi saya mengumpulkan beragam modal kompetensi dalam

mengelola fungsi birokrasi. Saya berani menyatakan di antara modal kuat saya adalah kemauan

dan kemampuan mendengar pendapat pihak lain, pengalaman menerapkan participatory

decision making, pengalaman mengembangkan sikap politik birokrasi yang netral,

Mengoreksi kebiasaan pejabat yang selalu mementingkaan kebiajakn sendiri dari pada kebijakan

pendahulunya, saya berusaha melanjutkan sebagian dari kebijakan Dr. Sumarno pejabat Dirjen

Hortikultura sebelumnya. Dengan senang hati saya menerima estafet kebijakan pengembangan

kawasan dan penerapan GAP ke dalam program Ditjen Hortikultura yang saya pimpin. Namun

pada tahun berikutnya, melalui proses diskusi dengan staf dan stakeholders dalam sesi

participatory decision making, saya tambahkan penerapan manajemen rantai pasokan,

pengembangan kelembagaan horizontal dan vertikal, pelayanan terpadu, serta peningkatan

konsumsi melalui promosi dan sosialisasi. Dengan demikian lahirlah program yang saya sebut

sebagai Enam Pilar Pembangunan Hortikultura.

Sebagai Dirjen Hortikultura, banyak juga berinteraksi dengan pihak asing. Saya hadir di berbagai

forum internasional seperti Simposium dan Kongres International Society for Horticulture

Sciences (ISHS) di Seoul, Korea dan Lisabon, Portugal. Saya juga hadir pada sidang Advisory

Council ISHS di Maroko, serta memimpin delegasi Indonesia pada the First Governing Body

Meeting International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA) di

Page 10: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

Madrid, Spanyol. Dalam pertemuan ini, bahkan saya dipilih menjadi pimpinan sidang kelompok

yang membahas anggaran dasar lembaga kerja sama internasional tersebut.

Menyadari butuhnya perwakilan masyarakat dalam penyusunan kebijakan dan program

pembangunan hortikultura nasional, serta untuk mengangkat posisi sosial politik hortikultura,

saya berinisiatif membentuk Dewan Hortikultura Nasional melalui satu kongres di Hotel

Bidakara, Jakarta. Saya bertekad membentuk dewan tersebut secara demokratis, dengan

menentukan formatur pendiri secara pemilihan dari peserta kongres yang mewakili kelompok-

kelompok pelaku usaha dan profesional. Perwakilan dari Pemerintah pun hanya seorang yaitu

saya sendiri tanpa hak veto. Banyak yang berkomentar bahwa langkah itu terlalu berani.

Mungkin mekanisme demokratis ini memang masih sulit untuk karakter masyarakat hortikultura

yang masih berjalan tidak teratur. Melalui beberapa sesi, formatur tidak berhasil menentukan

susunan pengurus DHN, sehingga akhirnya saya menyarankan agar struktur tersebut ditentukan

sambil personalianya diambil dari para formatur sendiri, kecuali untuk Ketua Umum agar dicari

tokoh nasional yang memiliki posisi strategis. Saran ini diterima, saya sendiri duduk sebagai

penasihat bersama dengan Tatang Hadinata, sedangkan sebagai Ketua Umum disepakati Dr

Ishartanto yang waktu itu menjabat Ketua Komisi III DPR RI.

Pembentukan DHN dan penunjukan Dr Ishartanto ternyata membawa berkah. Ketika

mengupayakan terbentuknya Undang-undang yang mengatur pembangunan hortikultura

nasional, saya minta DHN yang mengusulkan ke DPR untuk menjadikan usulan itu sebagai

inisiatif DPR, karena kalau melalui inisiatif pemerintah tentu akan memakan waktu jauh lebih

lama. Saya menugaskan satu perusahaan konsultan menyelenggarakan proses penyusunan

naskah akademis undang-undang hortikultura. Suatu Kamis pagi akhir November 2009, sehari

setelah menerima naskah akademis yang baru diselesaikan, saya membuka koran Republika di

kantor dan melihat pengumuman DPR tentang Prolegnas. Segera saya kontak para anggota DHN

untuk bertemu hari itu juga untuk membahasnya. Hari Senin berikutnya, usulan itu dibahas oleh

Komisi IV untuk didaftarkan ke Badan Legislatif DPR agar masuk program legislatif nasional

tahun 2009-2010. Setelah melalui pembahasan yang panjang pada tanggal 26 Oktober 2010,

sidang Paripurna DPR RI mengesahkan RUU tentang Hortikultura untuk diajukan kepada

Presiden RI untuk ditetapkan sebagai Undang-undang Negara RI. Hal itu terjadi beberapa hari

sebelum saya diberhentikan sebagai Dirjen Hortikultura pada tanggal 1 November 2010.

Selanjutnya pada 24 November 2010 itu juga, Presiden menandatangani UU No 13 Tahun 2010

tentang Hortikultura.

Menghasilkan Undang-undang dalam waktu setahun itu merupakan prestasi tersendiri. Namun

sebenarnya jalan yang ditempuh tidaklah sesederhana itu. Ketika naskah akademis disusun,

Ditjen Hortikultura juga mulai menyiapkan draf kasar yang memuat isu-isu yang perlu diatur

dengan rancangan muatannya. Draf itulah yang diserahkan secara tidak resmi ke DPR Komisi IV

untuk dijadikan acuan, setelah ada penunjukan resmi Komisi IV sebagai Panitia Kerja

penyusunan Undang-undang hortikultura. Berdasarkaan permintaan dari DPR kepada Presiden,

Menteri Pertanian bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ditunjuk mewakili

Pemerintah dalam pembahasan dengan DPR. Tentu saja Dirjen Hortikultura otomatis ditugaskan

untuk mewakili Menteri Pertanian dalam pembahasan sehari-hari didampingi oleh Kepala Biro

Hukum serta Sekretaris Ditjen dan jajaran Direktur lingkup Ditjen Hortikultura.

Page 11: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

Tidak kalah pentingnya dalam proses itu adalah sosialisasi dan dengar pendapat draf RUU

kepada berbagai lapisan masyarakat hortikultura baik di Jakarta maupun di daerah. Setelah draf

agak lebih matang melalui pembahasan internal DPR yang mengundang saya sebagai nara

sumber, pembahasan dilakukan secara internal Pemerintah yang melibatkan beberapa

Kementrian di luar Kementrian Pertanian.

Namun yang paling penting sebetulnya adalah sosialisasi dan implementasi Undang-undang

tersebut. Sosialisasi harus dilaksanakan secepatnya, implementasi harus dilakukan dengan

cepat, cermat, dan terasa manfaatnya. Tentu tidak banyak yang dapat saya lakukan untuk fase

sosialisasi dan implementasi ini. Namun sesedikit atau sekecil apapun kesempatan untuk

mendukung sosialisasi dan implementasi itu, tetap harus saya manfaatkan.

Ternyata setelah berhenti sebagai Dirjen Hortikultura pun, tugas mengawal UU Hortikultura

datang juga. Saya diminta membantu Pemerintah sebagai saksi ahli dalam uji materi UU No 13

Tahun 2010 di Mahkamah Konstitusi. Sidang di MK itu terjadi karena gugatan oleh Perhimpunan

Perbenihan Hortikultura Indonesia (HORTINDO) dan beberapa petani yang menyatakan diri

sebagai pihak terkait terhadap Pasal 100 ayat 2 dan Pasal 131. Tadinya saya dengar Pemerintah

akan berpihak kepada mereka sehingga saya bersedia membantu mereka. Namun setelah saya

cek ke Direktur Perbenihan Ditjen Hortikultura, ternyata Pemerintah berniat mempertahankan

kedua pasal tersebut. Jadi balik saya duduk sebagai Tim Ahli Pemerintah. Alhamdulillah

perjuangan kami berhasil. Salah satu dampak tambahan dari kedudukan sebagai Tim Ahli itu

adalah tumbuhnya kembali hubungan saya dengan para pelaku usaha perbenihan hortikultura

nasional.

Sebagai insan Litbang yang ditugaskan di luar lembaga induknya, saya cenderung tetap sebagai

manajer yang berkarakter peneliti, bahkan dalam persoalan tertentu tetap berkarakter sebagai

pemulia tanaman. Hal ini antara lain saya ekspresikan ketika menjadi penjaga gawang terakhir

penyusunan draf Keputusan Menteri Pertanian tentang Pelepasan Varietas Hortikultura. Saya

bersikap kritis terhadap draf yang disiapkan Tim Penilai dan Pelepasan Varietas Tanaman

Hortikultura.

Namun beberapa gagasan yang sempat saya sampaikan, tidak dapat direalisasikan karena

keterbatasan waktu , kesiapan staf, maupun ketersediaan anggaran. Misalnya, gagasan untuk

memperluas tanaman manggis dan durian yang dapat berbuah di luar musim. Sebenarnya

gagasan ini akan mudah direalisasikan kalau dilakukan perbanyakan dan perluasan beberapa

varietas manggis yang terbukti berbuah di luar musim, seperti di Tanggamus, Lampung. Gagasan

lain adalah pengembangan durian multivarietas, yaitu pengembangan banyak varietas durian

lokal yang disukai konsumen sebagai durian unggulan untuk membendung laju impor durian dari

Thailand dan Malaysia.

Lebih penting lagi, sebagai insan Litbang yang berada di luar saya berkesempatan melihat dan

mendukung Badan Litbang dari sisi luar tersebut, sebagai pengguna dari invensi dan inovasi yang

dihasilkan Badan Litbang Pertanian.

KEMBALI KE HABITAT AWAL YANG SEDANG BERMATAMORFOSE JUGA

Page 12: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

Tanggal 1 November 2010 saya resmi kembali menjadi peneliti dari Badan Litbang Pertanian,

khususnya Kelompok Peneliti Analisis Kebijakan dari Puslitbang Hortikultura. Tadinya saya

pernah berpikir untuk menjadi widyaiswara atau dosen perguruan tinggi atau jadi pengusaha.

Metamorfosa kembali menjadi peneliti seperti memutar jarum jam terbalik. Namun waktu

untuk pertimbangan yang mendalam tidak cukup, akhirnya saya memutuskan untuk kembali

mengabdi di Badan Litbang Pertanian.

Kembali ke rumah setelah mengembara cukup lama, tentu rasa penasaran yang pertama adalah

untuk melihat keadaan rumah. Sudah terjadi banyak perubahan di lingkungan Puslitbang

Hortikultura maupun Badan Litbang Pertanian. Langkah pertama adalah melakuan kajian

diseminasi yang menelaah diseminasi inovasi pada empat komoditas pertanian yaitu kedelai,

kelapa, kentang dan sapi. Mungkin karena pengambilan sampel peserta yang dihadirkan atau

karena masalah lain, tapaknya hasil diskusi dengan para pemegang kepentingan cenderung

mengindikasikan bahwa Badan Litbangtan masih harus memperbaiki mekanisme dan metodis

diseminasi dengan baik. Badan Litbang perlu lebih mengenal dunia usaha agar dunia usaha lebih

mengenal Badan Litbangtan. Kiprah saya mendorong Balitbangtan lebih dekat dengan dunia

usaha antara lain membantu proses ditandatanganinya kerja sama Balitbangtan dengan Asosiasi

Perbenihan Indonesia (ASBENINDO). Namun dalam pertemuan terakhir dengan ASBENINDO,

masih dipertanyakan tentang tindak lanjut yang nyata dari kesepakatan tersebut.

Melimpahnya dana APBN untuk Badan Litbang dan unit-unitnya adalah fenomena yang saya

saksikan pada kurun waktu ini, walaupun di ujungnya sering terjadi terjadi pemotongan yang

mengharuskan refocusing dan reprioritisasi kegiatan. Saya sempat mengungkapkan bahwa

melimpahnya dana yang diikuti dengan mudahnya pemenuhan usulan kegiatan dengan proposal

yang kurang kredibel dapat menghambat kemajuan Balitbangtan. Padahal periode ini telah

dicanangkan sebagai periode untuk menciptakan Second Curve Growth atau pertumbuhan kurva

kedua yang merupakan lompatan terobosan dalam perkembangan invensi, inovasi dan

networking Balitbangtan.

Dalam sisa waktu lima tahun yang saya isi untuk berinteraksi secara internal Puslitbang

Hortikultura, Badan Litbangtan dan secara eksternal dengan berbagai pihak lain, terasa bahwa

isu politik birokrasi masih sangat relevan dalam melihat dan menganalisis apa yang sedang

terjadi. Proses politik birokrasi ini dipengaruhi oleh faktor hubungan kerja pejabat politik dengan

pejabat profesional birokrasi serta persaingan dan kolaborasi di antara para birokrat sendiri.

Pengalaman saya yang banyak berinteraksi dengan para pejabat politik itu, memungkinkan saya

memahami situasi dan kondisi dengan lebah tajam.

Dalam periode ini, saya berkesempatan berinteraksi dengan berbagai stakeholders yang sudah

lama maupun yang baru saya kenal. Interaksi ini selalu membawa berkah, khususnya bagi saya

yang akan segera memasuki pensiun. Paling tidak saya memperoleh banyak mitra yang dapat

diajak berdiskusi tentang dunia kehidupan di luar lembaga pemerintahan dan terutama

memahami sikap dan perilaku dunia luar terhadap lembaga pemerintahan dewasa ini. Ragam

stakeholders yang saya sempat berinteraksi meliputi:

Pelaku usaha tani yang sudah lama tetapi memerlukan bantuan untuk perluasan usaha,

diversifikasi usaha, atau mengatasi masalah tertentu dari usahanya.

Page 13: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

Pelaku usaha tani baru yang memerlukan bimbingan dan arahan dalam melakukan

usahanya.

Mahasiswa tingkat akhir atau alumni baru lulus yang memerlukan bantuan atau

bimbingan dalam menentukan arah perjalanan studi, karier, atau usahanya.

Peneliti atau pengamat yang memerlukan pengalaman, wawasan, pengetahuan dan

pandangan mengenai isu-isu tertentu yang berkembang di dunia usaha dan masyarakat

luas.

Beberapa fungsi semi profesional yang diberikan kepada saya selama lima tahun di Puslitbang

Hortikultura adalah:

Melakukan kajian analisis kebijakan dan membahasnya dengan berbagai stakeholders

terkait. Salah satu kegiatan yang saya ikuti adalah meninjau dan menganalisis serta

merevisi kebijakan tentang pengaturan impor produk hortikultura. Kebijakan yang

dituangkan ke dalam Peraturan Menteri Perdagangan dan Peraturan Menteri Pertanian

itu cukup membuat heboh dengan tertahannya sejumlah besar beberapa produk

hortikultura asal impor di Pelabuhan Tanjung Perak dan melambungnya harga beberapa

komoditas hortikultura terutama bawang putih, bawang merah dan cabai. Setelah

beberapa kali perubahan akhirnya kebijakan itu berwujud tidak perlunya Rekomendasi

Impor Produk Hortikultura untuk bawang putih, dan ditentukannya harga referensi untuk

cabai dan bawang merah.

Melakukan penelaahan dan pembahasan atas usulan penelitian dan diseminasi hasilnya di

tingkat Puslitbanghorti dan Balit lingkup Puslitbanghorti serta melakukan monitoring dan

evaluasi kegiatan di Puslit, Balit lingkup Puslitbanghorti, serta khusus untuk kegiatan

Taman Sains Pertanian dan Taman Teknologi Pertanian lingkup Balitbangtan,

menjembatani hubungan Puslitbanghorti dan Balitbangtan dengan dunia usaha melalui

kontak pribadi dan institusi.

Isu-isu yang hangat dan berkembang di sektor pertanian, khususnya dalam aspek-aspek yang

berkaitan dengan fungsi Balitbangtan antara lain adalah:

Fluktuasi harga pangan terutama cabai dan bawang merah yang terjadi karena tidak

seimbangnya pasokan dan permintaan antara bulan-bulan panen raya dan tidak ada

panen.

Daya saing sebagian besar produk nasional di pasar domestik dan luar negeri rendah

karena pasokan yang tidak terjamin, kualitas yang tidak konsisten, dan harga yang lebih

tinggi dari pesaingnya.

Dengan kondisi pasokan, kualitas dan harga produk seperti itu, maka dampak partisipasi

Indonesia di dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dikhawatirkan akan lebih membuka

pasar dalam negeri untuk produk-produk negara ASEAN yang lain.

Tingkat jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) pada pemuda, khususnya alumni

perguruan tinggi pertanian, masih rendah sehingga tidak tersedia cukup pelaku usaha

yang berkiprah di dunia agribisnis.

Peraturan perundang-undangan, ketersediaan infrastruktur dan sistem informasi,

maupun kesiapan teknologi inovatif menyebabkan lambannya laju investasi di sektor

pertanian khususnya hortikultura.

Page 14: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

Laju adopsi dan adaptasi inovasi Balitbangtan oleh para pelaku usaha pertanian juga

cenderung lamban karena berbagai faktor internal dan eksternal yang belum kondusif.

Hal ini sedang terus menerus diperbaiki dengan berbagai program Balitbangtan,

Kementerian Pertanian maupun Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Fase keenam ini juga fase yang lebih bebas bagi saya untuk berinteraksi dengan para pelaku

usaha yang ketika memegang jabatan struktural, hal itu berlangsung lebih kaku. Para pelaku

usaha itu juga merasa lebih santai dan bebas, karena tidak ada protokoler dan kerikuhan yang

menghambat. Mungkin yang masih menjadi hambatan adalah tidak adanya fasilitas pertemuan

peneliti dengan pengusaha yang terlindungi dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

Saya bayangkan Balitbangtan akan dapat mendorong interaksi positif para peneliti dengan

pelaku usaha apabila disediakan ruang dan fasilitas pertemuan berbentuk kafe atau restoran

yang dikelola oleh Koperasi Karyawan secara profesional. Peneliti yang melayani pelaku usaha

di sana harus mendapat surat tugas resmi yang tidak mengurangi penilaian disiplin atau

tunjangan kinerjanya.

Pelembagaan hubungan Balitbangtan dangan dunia usaha, terutama harus duperkuat dengan

pola pembinaan sumber daya manusianya. SDM Balitbangtan harus sejak awal dibekali dengan

kapasitas dan kompetensi untuk bersinergi dengan pelaku usaha dengan tetap berada pada

koridor peraturan perundangan yang ada. Saya berpikiran bahwa untuk mendorong

pengembangan karir peneliti sesuuai dengan bakat dan kompetensinya, sejak awal harus

diberikan opsi skenarion karir yang ditargetkan untuk: a) jadi ahli peneliti utama (Profesor Riset),

b) jadil pelaku usaha di tengah perjalanan karir, dan c) jadi pejabat struktural di bidang

penelitian dan pengembangan.

Upaya untuk menjadikan Balitbangtan sebuah organisasi yang mendukung pembangunan

pertanian yang inovatif baik dari segi teknologi, kelembagaan, kebijakan, dan pembiayaan,

memerlukan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) yang prima. Proses

pengumpulan, penyimpanan, diseminasi dan pemanfaatan pengetahuan harus dikelola dengan

prinsip efektivitas dan efisiensi di segala tahapan. Hal itu dillakukan baik untuk pengetahuan

individual maupun pengetahuan kolektif, serta baik untuk pengetahuan yang ekspresinya kasat

mata maupun yang tidak kasat mata. Balitbangtan perlu memberdayakan kompetensi

knowledge management yang ada dan terus mengembangkannya untuk kemajuan masa depan.

DARI MASJID KE MASJID, DARI MAJELIS KE MASELIS DI SETIAP FASE

Masjid tentu harus menjadi pusat pembinaan mental setiap muslim. Bagi saya masjid pertama

yang membentuk pribadi saya adalah masjid Al Bidayah yang telah didirikan sejak sebelum

kelahiran saya sendiri. Mesjid ini mengalami metamorfosa bentuk dan metamorfosa fungsi yang

cukup signifikan. Metamorfosa fungsi yang signifikan terjadi dengan berdirinya Sekolah

Persiapan IAIN pada tahun 1971. Al Bidayah yang tadinya berbentuk majelis ta’lim sepekan

sekali mengawali metamorfosanya melalui diversifikasi ke bentuk pendidikan gabungan antara

pendidikan agama dan umum. Adalah sikap visioner ayahanda K.H. Siradj yang mengawali

diversifikasi ini ke pendidikan umum tingkat sekolah lanjutan atas. Ini pilihan yang tepat karena

sudah ada dua orang sarjana pendidikan, seorang jebolan pesantren dan beberapa calon sarjana

Page 15: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

dalam lingkungan anak cucu beliau, yang juga memiliki jaringan mitra yang luas di bidang

pendidikan umum maupun agama. Saya masih di tingkat pertama Fakultas Pertanian Unpad

ketika SPIAIN didirikan. Lucunya saya malah diberi tugas mengajar bacaan Al Quran, dengan

ilmu tajwidnya. Saya diberi tugas itu, mungkin karena tidak ada pelajaran lain yang bisa saya

berikan. Selain karena saya sudah mendapat ilmu qiraat dari seorang ahli qiraat ustad Alwi

Alaydrus yang kebetulan mondok di Al Bidayah untuk riyadlah di bidang tasawuf. Beberapa

teman lulusan SMA Negeri Cimahi (sekarang SMA Negeri I Cimahi) ikut menjadi pengajar di

sekolah ini setelah SP IAIN kemudian berubah menjadi SMA Al Bidayah. Selanjutnya diversifikasi

berlanjut terus dengan didirikannya Madrasah ‘Aliyah, Madrasah Tsnawiyah dan Raudlatul

Athfal, di samping dihidupkannya kembali madrasah diniyah sore hari untuk murid-murid

Sekolah Dasar. Dewasa ini pengelolaan berbagai lembaga pendidikan itu sudah ditangani ooleh

generasi anak dan keponakan saya, kecuali majelis ta’lim mingguan yang ditangani adik-adik

saya.

Ketika memasuki pendidikan di perguruan tinggi, maka masjid-masjid kampus mulai mewarnai

kehidupan banyak mahasiswa muslim yang serius termasuk saya pribadi. Masjid Salman ITB,

Masjid Unpad, Masjid IKIP merupakan beberapa masjid yang populer di Bandung. Gema suara

dakwah di masjid-masjid itu umumnya adalah gema pembaharuan dengan tema “kembali ke Al

Quran dan Sunnah Rasulullah SAW”. Saya menyimak semua gema dakwah tadi denngaan bekal

modal keyakinan yang sudah ditanamkan di masa kecil walaupun dengan kekuatan ilmu yang

kurang memadai. Khusus untuk lingkup Fakultas Pertanian Unpad di Bukit Dago Utara, Musholla

Al Amanah yang kecil merupakan tempat saya banyak menghabiskan waktu di luar waktu

pembelajaran di kampus. Di mushallah kecilinilah saya banyak berdiskusi dengan beberapa

teman dengan bermacam latar belakang mengenai isu-isu akidah dan ibadah, baik yang terkait

maupun yang tidak terkait dengan masalah pertanian yang dibahas di dalam kuliah.

Ketika aktif bekerja di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, saya merupakan Pengurus Masjid

Nurul Ilmi di kantor dan Pengurus Mushalla al I’tisham dan Masjid Al I’tisham di tempat tinggal.

Perpindahan domisili ke Jalan Bangbarung Raya, Bantarjati melibatkan saya ke dalam kegiatan di

masjid Ar Rahman, Bantarjati walaupun tidak sempat menjadi pengurusnya.

Selama pelaksanaan belajar di AS, saya punya pengalaman bertemu, berinteraksi dan belajar

bersama para muslimin dari berbagai negara dengan berbagai aliran. Yang jelas tegas alirannya

adalah dari Arab Saudi, yang berbeda dengan Suriah dan Turki, dua aliran dari dari Irak, dari Iran,

dari Pakistan dan tentu saja dari Malaysia di samping dari Amerika Serikat sendiri yang waktu itu

diwakili oleh warga negara AS berkulit hitam. Yang menarik adalah pengajian di antara kaum

muslimin asal Indonesia sendiri, yang kebetulan juga sangat beragam karena latar belakang dan

interaksi kultural yang berbeda. Tidak lupa juga saya menyebut interaksi dengan kalangan non-

muslim dengan beragam aliran pemikiran dan sikap hidup. Tapi yangbtidak kalah pentingnya

adalah kesempatan belajar bahasa Al Quran dengan pengajar orang yang asli berbicara bahasa

Arab dan cukup terdidik dalam aspek agamanya.

Yang cukup signifikan adalah keterlibatan di Masjid Raya Palapa Baitussalam kompleks Palapa

Pasarminggu ketika saya pindah ke Jakarta sejak tahun 2005 sampai sekarang. Saya sempat

menjadi Pengurus Masjid yang dinamis dan dialektis tersebut selama periode 2009-2012 serta

dalam kurun waktu Mei-Agustus 2016. Keinginan sebagian pihak pengurus dan jamaah masjid

Page 16: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

terbut untuk mendirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu mendapat tentangan sama gigihnya dari

sebagian pengurus dan jamaah yang lain. Dinamika dan dialektika ini masih berlangsung sampai

saat tulisan ini dibuat.

Selain pengajian di kalangan kampus dan masjid tempat tinggal, saya juga sekali-kali ikut dalam

pengajian khusus, seperti pengajian kelompok Hizbut Tahrir, Kajian Kopi Pagi Pasarminggu,

kelompok thariqah Naqshabandi Nazimiah Jakarta, kelompok thariqah Syadziliyah di Jakarta dan

Pekalongan, kelompok pengajian para pejabat dan calon pejabat lingkungan di bawah

bimbingan grup tarbiah Jakarta. Juga tidak kalah pentingnya diskusi pembelajaran Al Quran,

hadits, fiqih, tasawuf dan aspek-aspek lainnya di milis, facebook, whatsap, dan media sosial

lainnya. Yang terselengara secara rutin setiap Ahad 35 hari sekali adalah pengajian di rumah

sendiri yang pada periode ini terutama berfokus pada kajian atas pembahasan kumpulan 40

Hadits yang dikumpukan oleh Imam Nawawi, di bawah bimbingan Habib Ahmad Al Habsyi.

Secara keseluruhan saya berinteraksi dengan berbagai golongan masyarakat muslimin dengan

aliran pemikiran tradisional, modernis, liberal dan tasawuf. Dari pembelajaran di berbagai

lingkaran ini, muncul pemikiran untuk penyatuan sikap dan langkah umat Islam melalui

kesamaan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah walaupun dengan sikap dan cara yang

berbeda. Kesamaan rasa cinta inilah yang dapat memberi jalan ke arah kesatuan umat Islam,

bukan kesatuan dalam metode dan hasil penerapan metode tersebut. Lebih dari itu, umat Islam

harus membuka jalan bagi berbagai cara pandang dan sikap untuk mengembangkan diri dalam

mewujudkan umat berakhlak mulia, beradab utama, serta berusaha menjadi rahmat bagi

seluruh umat manusia dan bagi alam semesta. Dewasa ini kesamaan persepsi ini harus

dikembangkan dalam rangka pengelolaan keragaman umat dalam keragaman pandangan,

pengalaman, wawasan, kapasitas, kompetensi dan fungsi di masyarakat.

Dalam lingkungan yang beragam tapi terbuka untuk berbagai aliran pemikiran itu, saya ingin

hidup dan berkontribusi melalui kapasitas, kompetensi dan fungsi yang saya miliki untuk

kemajuan peradaban umat melalui cara dan kiprah yang beradab pula. Secara spesifik, saya

ingin berkiprah dalam usaha integrasi ilmu pengetahuan secara umum ke dalam konsep dan

praktek beragama, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan manusia.

Saya ingin jadi anak yang lahir di pesantren yang kembali ke dunia pesantren dengan tema khsus

integrasi sains ke dalam kehidupan beragama, menjadikan sains dan agama sebagai alat

perbaikan peradaban manusia. Dengan demikian, pesantren akan menjadi wahana perubahan

kebudayaan yang berbudaya, dan wahana perbaikan peradaban dengan cara yang beradab.

PARTISIPASI DALAM ORGANISASI KEMASYARAKATAN

Sepanjang perjalanan hidup, saya ikut menjadi anggota atau pengurus beberapa organisasi

kemasyarakatan, dengan atau tanpa anda resmi keanggotaan seperti kartu anggota dan lain-

lain. Keluarga saya umumnya adalah anggota atau pengurus organisasi Nahdlatul ‘Ulama

dan/atau organisasi underbouwnya. Namun organisasi pertama yang secara resmi saya jadi

anggota adalah Pelajar Islam Indonesia yang diketuai kakak saya sendiri. Ini terjadi semasa saya

di Sekolah Lanjutan Pertama. Pengalaman menarik dari masa keanggotaan itu adalah ketika

mengikuti pelatihan dasar (basic training) di Cimahi. Kami melakukan camping di salah satu

Page 17: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

sekolah dan mengadakan acara api unggun sampai larut malam. Kagetnya, ketika pagi-pagi

bangun, matahari sudah terbit cukup tinggi, hampir waktu dluha.

Orgnisasi berikutnya yang diikuti dan malah menjadi Ketua Pengurus Anak Cabang, adalah

Ikatan Pelajar Nahdlatul ‘Ulama (IPNU). Saya yakin, kedudukan ini diperoleh karena kedudukan

orang tua dan keluarga yang cukup terpandang di lingkungan NU. Saya sedang pada tahap

mengikuti pendidikan lanjutan tingkat atas ketika itu. Saya ingat salah seorang teman sekelas

yang latar belakang ke-NU-annya tergolong lemah, tapi tergolong sangat cerdas di sekolahnya,

sempat bertanya secara kritis: “Mau dibawa ke mana organisasi kita ini?”.

Selama berstatus mahasiswa, malah saya tidak ikut ke salah satu organisasi itu. Sehingga

network saya tidak begitu kuat di antara sesama mahasiswa dengan kesamaan ideologi. Namun

anehnya, ketika sudah lulus dan bekerja, banyak teman alumni HMI atau PMII yang mengira

bahkan menyebut saya alumni organisasi mereka. Hal itu barangkali yang membuat saya mudah

diikutkan menjadi Pengurus Lembaga Pengembangan Pertanian NU ketika menjabat Kepala

BPTP Lembang. Sebelumnya saya ditunjuk sebagai Ketua Bidang Litbang Pengurus Wilayah Jawa

Barat Himpunan Kerukunan Tani Indoonesia (HKTI) yang ketika itu Ketua Umumnya di tingkat

Nasional adalah Ir Siswono Yudohusodo. Kedekatan saya dengan LPPNU berlanjut ketika sudah

menjadi Kepala Puslitbanghorti dan berdomisili di Bogor saya diminta menjadi Penasehat LPPNU

Pusat yang dipimpin oleh Drs Imam Khurmain. Bahkan selepas berhenti sebagai Dirjen

Hortikutura saya diminta duduk sebagai Ketua Pengurus Pusat organisasi itu, ketika NU dipimpin

oleh KH Said Aqil Siradj pada periode pertama. Kedudukan saya di LPPNU itu menyebabkan saya

diikutkan pula, atas dorongan KH Said Aqil Siradj tanpa sepengetahuan saya sendiri, menjadi

Pengurus HKTI di bawah pimpinan Dr Oesman Sapta. Selanjutnya Dr Oesman Sapta

mendudukkan saya sebagai Ketua Komite Tetap Litbang Pangan di Dewan Pengurus Pusat Kamar

Dagang dan Indutri (KADIN) Indonesi di bawah pimpinan Suryo Bambang Sulisto dengan Wakil

Ketua Umum bidang Pangan dan Agribisnis Franky Wijaya, yang juga pemilik dan pimpinan PT

Sinar Mas. Secara singkat, kesertaan saya dalam berbagai organisasi kemasyarakatan memberi

saya pemahaman lebih dalam mengenai pengambilan kebijakan dan penunjukan jabatan

pemerintahan di Pusat dan Daerah.

LESSONS LEARNED DARI PERJALANAN KARIR DAN HIDUP

Saya ingin merumuskan dan merangkum berbagai muatan pembelajaran yang sudah diperoleh

selama 40 tahun perjalanan karier, dan 65 tahun perjalanan hidup ke dalam butir-butir di

bawah ini.

1. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kesempurnaan komponen penyusun makhluk

hidup. Sempurna secara anatomis, sempurna secara fisiologis, sempurna secara

psikologis, serta sempurna secara spiritualitas. Metamorfosa pada diri manusia

menyangkut perubahan pada semua komponennya, perubahan dengan arah positif dan

negatif dengan besaran beragam antara satu orang dan yang lainnya. Pada umur 65 tahun

menurut kalender matahari atau 67 tahun menurut kalender bulan, seseorang pasti sudah

mengalami deteriorasi secara fisik anatomis maupun fisiologis, tetapi seharusnya dia

semakin matang secara psikologis dan spiritualitas. Saya ingin, dengan kematangan

Page 18: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

mental psikologis dan spiritualitas itu, menyumbangkan segala kapasitas kompetensi saya

kepada pemajuan masyarakat, bangsa dan negara.

2. Minat untuk mengembangkan karir merupakan gabungan antara kapasitas pribadi dan

kesempatan yang ada. Nasehat dan petunjuk bisa bermanfaat untuk mempertimbangkan

kesempatan terbaik dari segala yang tampak. Pembelokan jalan karir dapat terjadi disetiap

fase perkembangan.

3. Di Indonesia sebagai negara tropis, perlu dikembangkan secara sistematis pertanian tropis

dengan memanfaatkan keragaman sumber daya genetik pada keragaman lahan dan iklim

tropis secara optimal. Interaksi yang paling efektif dan efisien dari sumber daya genetik,

lahan dan iklim ini harus dikelola dengan teknologi khas Indonesia untuk menghasilkan

produk-produk yang berdaya saing tinggi dan bermanfaat untuk kesejahteraan bangsa

Indonesia dengan kultur yang beragam.

4. Untuk keperluan tersebut, perlu dikembangkan teknologi inovatif melalui penelitian dan

pengembangan yang relevan dengan kebutuhan serta mendorong dan mengarahkan

dunia usaha di ekosistem tropis.

5. Selain penelitian yang diarahkan oleh perilaku konsumen sehingga bersifat demand driven

research juga perlu penelitian yang dapat mengarahkan perilaku konsumen yanitu

demand driving research.

6. Perjalanan karir peneliti harus dibuat peta jalan jangka panjang dengan memperhatikan

kapasitas diri dan target hidup masing-masing. Ke depan perlu menggunakan DNA

mapping techniques untuk mengkaji kapasitas diri yang akurat. Mungkin dapat dibuat opsi

pengembangan karier peneliti untuk menjadi Ahli Peneliti Utama (Professor Riset), peneliti

dengan kompetensi jabatan struktural, dan peneliti yang di tengah perjalanan karirnya

berpindah profesi menjadi dosen, penyuluh, widyaiswara, atau bahkan pengusaha.

7. Di setiap fase karir, apapun skenario yang ditempuh, tentu diselenggarakan pelatihan

penjenjangan karir yang sesuai dengan skenario dan jenjang masing-masing. Pelatihan ini

harus diselenggarakan dengan serius oleh penyelenggaranya dan diikuti dengan serius

pula oleh para pesertanya.

8. Integrasi sains ke dalam agama harus diinternalisasikan ke dalam diri setiap individu untuk

kemudian menjadi jiwa bagi kapasitas kelompok maupun organisasi.

9. Saya memiliki segudang pengalaman dan pengamatan buntunya beberapa gagasan yang

baik selama berada di dunia penelitian maupun di dunia birokrasi. Wacana untuk

membuat ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengenai pembangunan

jangka panjang mungkin dapat mendukung keberlanjutan gagasan-gagasan unggul tadi.

10. Selain itu, serah terima jabatan struktural harus menjamin keberlanjutan program

mengikuti road map jangka panjang dari setiap institusi dan atau, dalam kasus litbang

pertanian, untuk setiap komoditas. Dalam proses serah terima atau alih tugas itu harus

dirancang ada periode overlapping untuk menjamin estafet yang mulus di antara dua

pejabat. Sejauh mungkin proses alih tugas tidak dipengaruhi oleh unsur politik kekuasaan.

11. Knowledge Management mesti menjadi salah satu alat untuk memandu pengembangan

sumber daya manusia, penyusunan program penelitian dan penyebaran hasilnya, serta

berbagai program terkait lainnya.

Page 19: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

PERUMUSAN GAGASAN MUTAKHIR

Pada usia senja ini, rasanya semua pengalaman hidup itu harus dirumuskan menjadi satu

gagasan mutakhir yang sebagian perlu diteladankan pelaksanaannya kepada masyarakat, dan

sebagian lagi diserahkan kepada generasi penerus untuk disempurnakan dan

diimplementasikan. Rumusan gagasan itu bersoko pada gagasan besar integrasi sains ke dalam

agama (Islam), atau reintegrasi sains ke dalam Islam. Saya lebih suka menggunakan ungkapan

reintegrasi dengan anggapan bahwa awalnya Islam mengintegrasikan sains ke dalam dirinya.

Rasulullah berdakwah dengan prinsip ilmiah yang ajeg, sekaligus mendorong kehidupan manusia

yang lebih ilmiah. Namun masa hidup Rasulullah dan masa risalahnya tidak cukup untuk

mengurai seluruh ilmu yang dianugerahkan Allah kepada beliau. Yang sempat beliau sampaikan

adalah apa yang dapat dimengerti oleh kaum yang beriman pada waktu itu sekaligus menjadi

bahan telaahan bagi kaum beriman pada generasi selanjutnya. Adalah tugas kita sebagai

penerus kaum beriman mempelajari terus Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW sekaligus

dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan keduanya. Al Quran dan Sunnah Rasul harus dipelajari

dan ditafsirkan dari berbagai sudut pandang, dengan berbagai metode yang sahih tetapi terus

mengalami pengembangan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Kasus pelaksanaan salat dan ibadah lain menyambut gerhana matahari dan gerhana bulan saya

anggap merupakan teladan yang diberikan Rasulullah untuk beribadah sepenuh hati dan jiwa

dengan tingkat ilmu pengetahuan kolektif yang dimiliki pada kurun waktu bersangkutan. Ke

depan kalau ada ramalan adanya ancaman bencana alam, umat Islam dianjurkan shalat dan

ibadah lain yang cara dan kriterianya disepakati oleh para ulama dan cendekiawan muslimin.

Gagasan ini akan segera diimplementasikan dalam keseharian dari sisa umur yang tersedia

melalui kegiatan sebagai berikut:

Penyelenggaraan Taman Tadarus Al Quran dan Sunnah yang secara bertahap akan

meliputi pembelajaran qiraat Hafash, tahfizh, digitalisasi, sejarah, mushtholah hadits,

tafsir serta perumusan implementasinya. Saya adalah salah satu peserta

pembelajarannya, bukan gurunya.

Taman bacaan yang sekaligus merupakan taman belajar bersama. Di dalamnya akan

disediakan buku-buku mengenai berbagai aspek agama maupun ilmu yang dapat

dipelajari baik secara individual maupun secara kelompok.

Kebun pemuliaan dan/atau budidaya tanaman hortikultura di Banjaran, Kabupaten

Bandung, serta Pangauban dan Rendeh, Kabupaten Bandung Barat yang sebagian

keuntungannya digunakan untuk membiayai Taman Tadarus dan Taman Bacaan serta

kegiatan pendidikan integrasi sains ke dalam agama Islam, kalau perlu sampai ke tingkat

perguruan tinggi.

TENTANG KEPUSTAKAAN

Tulisan ini tidak mengutip pustaka secara langsung, tapi kandungan di dalamnya merupakan

gabungan antara pengalaman dan hasil bacaan. Yang dicantumkan di bawah ini adalah daftar

bahan bacaan yang kiranya akan menjadi sebagian di antara garapan saya di sisa umur yang ada.

Buku-buku tersebut juga merupakan sebagian modal awal dari sejumlah buku yang mengisi

Taman Bacaan saya.

Page 20: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

BAHAN BACAAN LEBIH LANJUT

Abdul Halim, Samir dkk. 2015. Ensiklopedia Sains Islami. Jiid 1-9. Cetakan Pertama. Kamill

Pustaka. Tangerang.

Adonis, 2007. Arkeologi Sejarah Pemikiran Arab-Islam. Jilid 1-4. Cetakan 1. LkiS. Yogyakarta.

Armstrong, Karen. 2002. Islam, A Short History. Phoenix. London. 192 pp.

Azad, M.A.K. 2006. S.A. Latif (Editor). Basic Concepts of the Quran. Islamic Book Trust. Kuala

Lumpur. 118 pp.

Azami, M.M. 2000. Studies inn Early Hadits Literature. Islamic Book Trust. Kuala Lumpur. 305

pp.

Aziz, A.A.A.A. (tanppa tahun). 100 Kisah Nyata Mimpi Melihat Nabi. Turos Kahzanah Pustaka

Islam. Jakarta.

Azzam, Abd al Rahman. 2010. The Eeternal Message of Muhammad. Islamic Book Trus. Kuala

Lumpur. 250 pp.

Bakar, Osman. 2006. Classification of Knowledge in Islam. A Studybin Islamic Philosophies of

Science. International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) and International

Islamic University Malaysia (IIUM), Kuala Lumpur. 312 pp.

Bakar, Osman. 2008. Tawhid and Science. Islamic Perspectives on Religion and Science. Second

Edition. Arah Publication. Kuala Lumpur. 316 pp.

Collins, F.S. 2007. The Language of God. A Scientist Presents Evidence for Belief. Free Press.

New York. 305 pp.

Ghazali, A.M., L. Asysyaukanie, U. Abshar-Abdalla. 2009. Metodologi Studi Al Quran. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta. 176 halaman.

Al-Hasan, M.A. 2007. Mahbubah (Penerjemah). Thariqul Izzah. Pengantar Ilmu-ilmu Al Quran.

Pustaka Thariqul Izzah. Bogor. 250 halaman.

Al Hasanain, M.S. (Penerjemah). 2016. Rahasia Al Fatihah. Tuntas Memahami Makna Surah

Pembuka Berdasarkan Kitab-kitab Klasik Terpercaya. Qalam. Jakarta. 260 halaman.

Hazleton, Lesley. 2013. The First Muslim, The Story of Muhammad. Atlantic Books, London. 320

pp.

Iqbal, Muzaffar. 2009. The Making of Islamic Science. Islamic Book Trust. Kuala Lumpur. 290

pp.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran, 2014. Tafsir Al Quran Tematik. Jilid 1-9. Cetakan Pertama.

Kamil Pustaka. Tangerang.

Latif, Mukhtar. Orientasi ke arah Pemahaman Filsafat Ilmu.

Page 21: Ahmad Dimyati - litbang.pertanian.go.id filebersambung, cerita pendek, serta puisi di koran, majalah, dan buku. ... atau mendengar tentang mobil bertingkat, kecuali bis yang atapnya

Badingkut 67/65 Perca Pertama

Seminar Akhir Tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 30 Agustus 2016

Masood, Ehsan. 2009. Science and Islam, A History. Accompanies The Major BBC Series. Icon

Books, London, Toronto. 240 pp.

Mir, Mustansir. 2011. The Coherence in the Quran. A Study of Islahi’s Concept of Nazm in

Tadabbur-i Qur^an. Islamic Book Trust. Kuala Lumpur. 125 pp.

El Naggar, Zaghloul. Selekta dari Tafsir Ayat-ayat Kosmos dalam Al Quran al Karim. Jilid 1-3.

Shorouk International Bookshop. Kairo, Mesir.

Newberg, A. And M. Waldman. 2013. Born to Believe, Gen Iman dalam Otak. Mizan, Kronik

Zaman Baru. Bandung. 484 hal.

Osho. 2013. It’s All About Change. Osho Media International. New York, Zurich, Mumbai. 158

pp.

Pasiak,Taufiq. 2012. Tuhan dalam Otak Manusia. Mewujudkan Kesehatan Spiritual Berdasarkan

Neurosains. Mizan Kronik Zaman Baru. Bandung.

Shihab, M.Q. 2011. Dia di Mana-mana. “Tangan” Tuhan di Balik Setiap Fenomena. Cetakan

11. Penerbit Lentera Hati. Jakarta. 400 hal.

Tim Baitul Kilmah. 2014. Ensiklopedia Pengetahuan Al Quran dan Hadits. Dilengkapi Asbabun

Nuzul, Asbabul Wurud, dan Penjelasan Tema. Jilid 1-7. Cetakan Kedua. Kamil Pustaka.

Tangerang.

Widanarko, Budi; D. Danardono, P. Wiryono; dan H. Purwoko (Editor). 2004. Menelusuri Jejak

Capra Menemukan Integrasi Sains, Filsafat dan Agama. Penerbit Kanisius, Yogyakarta dan

Progam Magister Lingkungan dan Perkotaan, Unika Soegijapranata, Semarang. 285 hal.