Abdullah Alkaff - Perlunya Kompetensi Sikap Pada Rumusan Kurikulum 7687

4
1 Makalah Diskusi | Mei 2013 Perlunya Kompetensi Sikap pada Rumusan Kurikulum 1 Abdullah Aka2 Most people say that it is the intellect which makes a great scientist. They are wrong: it is character .”  —Albert Einstein Seorang sikawan berucap “Look deep into nature, and then you will understand everything better .” Semuanya dapat dipahami dengan menyelidiki alam secara mendalam. Kata everything berimplikasi bahwa yang dapat dipahami dengan mempelajari alam (nature) dengan menggunakan ilmu alam (natural sciences) yang beliau kuasai bukan hanya alam itu sendiri tetapi juga segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Sebagai seorang sikawan beliau menyadari bahwa ada prinsip-prinsip universal yang berlaku dalam alam beserta segala isinya, misalnya saja prinsip interaksi. Interaksi terjadi pada skala mikro seukuran atom, pada skala kosmis seukuran planet, dan tentunya juga pada skala makro seukuran manusia. T anpa dikotori oleh nafsu individualisme, makhluk-makhluk tuhan skala mikro dan kosmis tersebut senantiasa patuh pada sunnatullah (hukum alam) yang mengatur interaksi antar- mereka sehingga di antara mereka terbentuk ikatan yang stabil dengan saling memberi dan saling menarik. Hasilnya adalah terwujudnya kehidupan skala mikro, makro, dan kosmis yang harmonis. Ada banyak aturan alam yang indah yang memberikan pesan bagaimana interaksi seharusnya terjadi sehingga terbentuk ikatan yang stabil. Mempelajari alam dengan sendirinya akan memberikan pemahaman terhadap hukum-hukum alam tersebut dan pesan-pesan indah yang terkandung di dalamnya. Pesan-pesan tersebut selanjutnya dimanfaatkan dalam memberikan pemahaman tentang bagaimana seharusnya bersikap supaya harmoni dalam skala mikro, makro, dan kosmis tersebut juga dapat terjadi pada kehidupan sosial manusia yang di dalamnya terkandung kodrat manusia dengan segala hasrat dan akal yang melengkapinya. 1  Makalah untuk diskusi Pendidikan Kebudayaan dari Zaman Pergerakan hingga Kini di Serambi Salihara, 07 Mei 2013, 19:00 WIB. Makalah ini telah disunting. 2  Abdullah Alkaadalah pengajar di Teknik Elektro Institut Teknologi Surabaya, Staf Ahli Mendikbud Bidang Organisasi dan Manajemen dan terlibat dalam penyusunan Kurikulum 2013. MAKALAH Perlunya Kompetensi Sikap pada Rumusan Kurikulum 1 ABDULLAH ALKAFF 2

description

jsbifvubr ydsgfuywerbkdc jbfdivugkbkjfds jhsdgcvihkvjds. 579844 vkjljknkuj qweuwyrwe dsbvmbv sdv,mnbgvgj

Transcript of Abdullah Alkaff - Perlunya Kompetensi Sikap Pada Rumusan Kurikulum 7687

  • 1Makalah Diskusi | Mei 2013

    Perlunya Kompetensi Sikap pada Rumusan Kurikulum1

    Abdullah Akaff2

    Most people say that it is the intellect which makes a great scientist. They are wrong: it is character. Albert Einstein

    Seorang fisikawan berucap Look deep into nature, and then you will understand everything better. Semuanya dapat dipahami dengan menyelidiki alam secara mendalam.

    Kata everything berimplikasi bahwa yang dapat dipahami dengan mempelajari alam (nature) dengan menggunakan ilmu alam (natural sciences) yang beliau kuasai bukan hanya alam itu sendiri tetapi juga segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Sebagai seorang fisikawan beliau menyadari bahwa ada prinsip-prinsip universal yang berlaku dalam alam beserta segala isinya, misalnya saja prinsip interaksi. Interaksi terjadi pada skala mikro seukuran atom, pada skala kosmis seukuran planet, dan tentunya juga pada skala makro seukuran manusia.

    Tanpa dikotori oleh nafsu individualisme, makhluk-makhluk tuhan skala mikro dan kosmis tersebut senantiasa patuh pada sunnatullah (hukum alam) yang mengatur interaksi antar-mereka sehingga di antara mereka terbentuk ikatan yang stabil dengan saling memberi dan saling menarik. Hasilnya adalah terwujudnya kehidupan skala mikro, makro, dan kosmis yang harmonis. Ada banyak aturan alam yang indah yang memberikan pesan bagaimana interaksi seharusnya terjadi sehingga terbentuk ikatan yang stabil. Mempelajari alam dengan sendirinya akan memberikan pemahaman terhadap hukum-hukum alam tersebut dan pesan-pesan indah yang terkandung di dalamnya. Pesan-pesan tersebut selanjutnya dimanfaatkan dalam memberikan pemahaman tentang bagaimana seharusnya bersikap supaya harmoni dalam skala mikro, makro, dan kosmis tersebut juga dapat terjadi pada kehidupan sosial manusia yang di dalamnya terkandung kodrat manusia dengan segala hasrat dan akal yang melengkapinya.

    1 Makalah untuk diskusi Pendidikan Kebudayaan dari Zaman Pergerakan hingga Kini di Serambi Salihara, 07 Mei 2013, 19:00 WIB. Makalah ini telah disunting.

    2 Abdullah Alkaff adalah pengajar di Teknik Elektro Institut Teknologi Surabaya, Staf Ahli Mendikbud Bidang Organisasi dan Manajemen dan terlibat dalam penyusunan Kurikulum 2013.

    MAKALAH

    Perlunya Kompetensi Sikap pada Rumusan Kurikulum1ABDULLAH ALKAFF 2

  • 2Makalah Diskusi | Mei 2013

    Bukan Hanya PengetahuanMata ajar yang diberikan di sekolah adalah media untuk menyampaikan pengetahuan

    kepada peserta didik. Melalui mata ajar peserta didik akan memperoleh pengetahuan tertentu. Tetapi kebutuhan utama peserta didik bukanlah pengetahuan itu karena pengetahuan yang terkandung di dalam mata ajar sangatlah minim dan dapat berubah tiap saat. Sehingga pada saatnya nanti, ketika mereka harus hidup mandiri, pengetahuan tersebut tidak akan dapat dipergunakan oleh peserta didik untuk mendukung kemandirian mereka.

    Dengan demikian pengetahuan bukanlah satu-satunya kompetensi yang harus diperoleh peserta didik melalui mata ajar karena kompetensi ini masih belum ada manfaatnya. Pengetahuan yang diajarkan melalui mata ajar tidak boleh berhenti hanya sampai mengetahui apa pengetahuan yang terkandung di dalam mata ajar tersebut melainkan harus dilanjutkan sampai memahami bagaimana pengetahuan yang dimiliki tersebut dapat disajikan dalam bentuk karya nyata dan/atau abstrak yang logis, estetis, dan bermanfaat bagi bangsa, negara, dan peradaban.

    Untunglah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 kita telah mengikuti arus utama rumusan pendidikan global yang mensyaratkan bahwa pendidikan harus melengkapi peserta didik dengan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan demikian tiap mata ajar harus dirancang untuk mengantarkan peserta didik memperoleh pengetahuan sesuai dengan mata ajar yang dipelajarinya, dan dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk membuatnya menjadi terampil dalam berkarya sesuai dengan pengetahuan tersebut. Harus dipastikan bahwa yang diperoleh peserta didik adalah meningkatnya keterampilannya dalam berkarya. Dalam proses pembentukan kompetensi, pengetahuan adalah input bagi peserta didik untuk diolah menjadi kompetensi keterampilan sebagai output-nya melalui pembelajaran terencana yang mengaitkan setiap kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi keterampilan. Melalui proses ini, terletak harapan bahwa keterampilan yang dimilikinya adalah keterampilan yang didasari oleh pengetahuan sehingga mereka tahu alasannya mengapa harus melakukan dengan cara tertentu serta bisa menilai karya yang baik dan kurang baik, yang benar dan yang salah. Dalam berkarya, peserta didik diajak untuk melalui dari mengamati, bertanya, mencoba, bernalar, mengolah, menyimpulkan, dan menyajikannya dalam bentuk karya yang dapat dipertanggungjawabkan tindakannya, logikanya dan estetikanya. Keterampilan yang akan sangat diperlukan sebagai bekalnya kelak pada saat mandiri, mungkin sebagian besar malah tanpa menggunakan pengetahuannya lagi.

    Proses penyerapan pengetahuan oleh peserta didik sangat disayangkan apabila hanya sampai membuatnya menjadi terampil. Esensi pendidikan adalah untuk membuat peserta didik menjadi insan-insan cerdas yang antara lain bertanggung jawab dan bermanfaat bagi sesama, sebagai hasil akhir pendidikan. Peserta didik diharapkan dapat mengolah lebih lanjut pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sehingga membentuk kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan pesan-pesan indah yang terkandung di dalam pengetahuan yang dipelajarinya pada mata ajar tertentu. Dengan demikian kompetensi sikapnya juga akan meningkat sejalan dengan meningkatnya pengetahuan yang diperolehnya. Sikap yang dibentuk melalui pengetahuan sehingga mereka memiliki kesadaran penuh bahwa sikap-sikap terpuji yang harus dimilikinya adalah suatu keniscayaan untuk terwujudnya kehidupan harmonis di alam semesta. Melalui pengetahuan sebagai input, dihasilkan keterampilan sebagai output, dan dibentuk sikap sebagai outcome. Hubungan linier antar-ketiganya harus dirumuskan dengan jelas pada kompetensi yang harus dicapai melalui materi yang terdapat di dalam mata ajar. Melalui rumusan kompetensi sikap, pendidik diingatkan bahwa hasil akhir dari pendidikan adalah pembentukan sikap. Adalah kewajiban pendidik untuk selalu mengingatkan kepada peserta didik tentang pesan-pesan indah yang terkandung di dalam

  • 3Makalah Diskusi | Mei 2013

    tiap pengetahuan pada mata ajar yang diampunya. Dengan cara ini, kompetensi sikap yang memerlukan pembiasaan akan dapat terwujud melalui kontribusi nyata dari tiap mata ajar, bukan hanya tanggung jawab mata ajar tertentu saja atau melalui pembelajaran terpisah dari pengetahuan dan keterampilan.

    Kompetensi SikapLebih dari itu, pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan terhadap alam semesta

    dari skala mikro sampai kosmis menunjukkan keteraturan yang indah. Sedemikian indahnya keteraturan tersebut sehingga sulit untuk membayangkan bahwa keindahan tersebut adalah ketaatan terhadap hukum-hukum alam yang sangat sederhana. Makin seseorang mendalami pengetahuan tentang alam, makin terlihat keindahan keteraturan tersebut yang membuatnya sampai pada kesimpulan tentang kemuliaan sang pencipta di balik semua keteraturan tersebut.

    Maka sang fisikawan yang sudah mendalami fenomena alam lebih dari fisikawan lain pada zamannya menjadi seorang yang percaya (believer) dan dengan lantang berkhotbah: Science without religion is lame, religion without science is blind. Ilmu dan agama akan saling melengkapi dan memperkuat.

    Pemahaman tingkat tinggi ini tidak mungkin diperoleh sendiri oleh peserta didik melalui pembelajaran singkat tentang pengetahuan. Adalah tugas dari tiap pendidik untuk selalu mengingatkan tentang pesan-pesan ini sehingga peserta didik asuhannya memahami bahwa pengetahuan terbatas yang dipelajarinya secara singkat tersebut memiliki kandungan yang lebih dari sekadar kompetensi pengetahuan saja. Di dalamnya terdapat pesan-pesan yang dapat memperkuat keimanannya. Melalui pengetahuan, keimanan peserta didik akan diperkuat sehingga keimanan yang terbentuk adalah keimanan penuh kesadaran (conscious faith) yang tidak membabi buta.

    Dalam rumusan kompetensi tentunya pesan-pesan ini perlu dimasukkan untuk mengingatkan pendidik bahwa yang dipelajari peserta didik bukannya berhenti pada kompetensi pengetahuan saja, tetapi harus berlanjut pada kompetensi keterampilan dan bermuara sebagai kompetensi sikap. Kompetensi sikap yang di dalamnya mencakup sikap sosial dan lingkungan sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi horizontal dengan makhluk sekelilingnya dan sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan sang pencipta. Kompetensi sikap adalah dirancang sebagai pengingat bahwa dalam pengetahuan selalu terkandung kearifan yang melampui batas pengetahuan itu sendiri. Dengan demikian tugas pendidikan untuk menciptakan insan kamil akan tercapai. Yaitu insan yang memilki pengetahuan, keterampilan, sikap sosial, dan sikap spiritual yang menyatu dan manunggal dalam pribadinya.

    Dalam beberapa tahun kemudian, setelah lulus dari sekolah, hanya kurang dari 1% mereka yang belajar fisika akan bekerja pada bidang yang memerlukan pengetahuan fisika, ataupun yang belajar ekonomi akan bekerja pada bidang yang memerlukan pengetahuan ekonomi. Pengetahuannya tentang mata-mata ajar tersebut akan tidak relevan lagi dengan kehidupannya sehingga kemungkinan besar sudah dilupakannya. Mungkin juga tidak relevan lagi karena pengetahuan selalu berkembang. Demikian juga dengan keterampilan khusus terkait dengan mata ajar tertentu seperti terampil dalam melakukan percobaan rangkaian listrik. Yang tetap tertinggal pada diri peserta didik, yang relevan dengan kehidupannya, dan bahkan yang dibutuhkannya untuk berhasil, adalah sikap dan keterampilan umumnya. Sikapnya dalam berinteraksi dengan manusia lain, sikapnya dalam berinteraksi dengan alam, dan sikapnya dalam berinteraksi dengan penciptanya. Pendidikan harus memastikan bahwa yang tersisa itu ada dan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai sehingga

  • 4Makalah Diskusi | Mei 2013

    pendidikan menjadi tidak sia-sia. Usaha pemastian ini hanya dapat dilakukan melalui rancangan kurikulum yang tepat, yaitu kurikulum yang menyuguhkan pengetahuan sebagai input kepada peserta didik, membimbing mereka untuk mengolah pengetahuan tersebut untuk menghasilkan output berupa keterampilan umum dan khusus, dan mengajaknya untuk bernalar bahwa keindahan dunia yang tunduk pada hukum-hukum pengetahuan tersebut dapat menjadikan dia sadar akan perlunya bersikap serupa dalam usaha mewujudkan harmoni kehidupan.

    Sang fisikawan pun kemudian menyimpulkan dan berujar: Education is what remains after one has forgotten what one has learned in school. Fisikawan tersebut adalah Albert Einstein.

    Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 Indonesiat: +62 21 7891202 f:+62 21 7818849 www.salihara.org