A. Minat Membaca - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/41/2/BAB II.pdf ·...
Transcript of A. Minat Membaca - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/41/2/BAB II.pdf ·...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Minat Membaca
1. Pengertian Minat Membaca
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), minat adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan
menurut kamus psikologi (dalam Haru, 2015) menjelaskan bahwa minat dalam
bahasa Inggrisnya interest merupakan salah satu istilah teknis psikologi,
khususnya di dalam psikologi pendidikan. Minat memainkan peranan penting
dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan
sikap. Jadi, dapat dikatakan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong
individu untuk melakukan kegiatan yang mereka inginkan (Hurlock, 1980).
Semiawan (dalam Ginting, 2005) menyatakan bahwa minat dapat dilihat dan
diukur dari respon yang dihasilkan. Minat adalah suatu keadaan mental yang
menghasilkan respon terarahkan kepada situasi atau objek tertentu yang
menyenangkan dan memberikan kepuasan pada dirinya (satisfiers). Definisi ini
menjelaskan bahwa minat berfungsi sebagai penggerak yang mengarahkan
seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Motivasi adalah sumber
untuk mempertahankan minat terhadap kegiatan dan menjadikan kegiatan sangat
menyenangkan (excitement). Minat mempunyai karakteristik pokok, yaitu
melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat
10
membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motovasi memilih
hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat dengan perilaku.
Minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki
sesuatu (Djaali, 2013). Minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan
apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan
kebutuhan seseorang yang bersangkutan (Sardiman 2012). Karateristik minat
menurut Walgito (dalam Meilianawati, 2015) adalah: (1) menimbulkan sikap
positif terhadap sesuatu objek (2) adanya sesuatu yang menyenangkan yang
timbul dari suatu objek (3) mengandung suatu pengharapan yang menimbulkan
keinginan atau gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi minatnya.
Meichati (1978) menyatakan bahwa minat adalah perhatian yang kuat,
intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu
aktivitas. Sedangkan Hidi (dalam Siswati, 2010) menyatakan bahwa minat yang
sifatnya individual biasanya terbentuk lama dan akan bertahan lama pula. Smith
(dalam Ginting, 2005) menyatakan bahwa membaca sebagai suatu proses
membangun pemahaman dari teks yang tertulis. Kustaryo (dalam Sugiarto, 2002)
menyimpulkan bahwa pengertian membaca adalah suatu kombinasi dari
pengenalan huruf, intellect, emosi yang dihubungkan dengan pengetahuan si
pembaca (background knowledge) untuk memahami suatu pesan yang tertulis.
Davies (dalam Sugiarto, 2002) memberikan pengertian membaca sebagai
suatu proses mental atau proses kognitif yang didalamnya seorang pembaca
diharapkan bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Hodgson
(dalam Tarigan, 2008) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang
11
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu
proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual
akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang
tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak
terlaksana dengan baik.
Minat baca adalah perasaan senang yang sangat kuat dalam kegiatan
membaca yang membutuhkan stimulus untuk mewujudkannya menjadi suatu
kebiasaan (Ginting, 2005). Rachmananta (2002) meyatakan bahwa minat baca
berarti adanya perhatian atau kesukaan (kecenderungan hati) untuk membaca.
Sedangkan Sandjaja (2006) menyatakan bahwa minat membaca adalah kekuatan
yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap
aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan
kemauan sendiri. Minat membaca adalah sesuatu yang menarik perhatian untuk
dibaca, tapi jika tidak menarik perhatian tidak akan dibaca. Oleh sebab itu, minat
baca bukan merupakan faktor turunan tetapi suatu kegiatan atau proses yang
dilatih secara terus-menerus, tumbuhnya kebiasaan membaca adalah kemauan
serta kemampuan membaca (Sutarno, 2006).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
minat baca adalah ketertarikan yang mendorong individu untuk melakukan
kegiatan, memperhatikan, merasa menikmati dan senang terhadap aktivitas
membaca sehingga individu tersebut melakukan aktivitas membaca dengan
12
kemauan sendiri. Minat menimbulkan sikap positif terhadap sesuatu objek, adanya
sesuatu yang menyenangkan yang timbul dari suatu objek, dan mengandung suatu
pengharapan yang menimbulkan keinginan atau gairah untuk mendapatkan
sesuatu yang menjadi minatnya.
2. Aspek-aspek Minat Membaca
Hurlock (1978) menyatakan bahwa aspek minat terdiri dari aspek kognitif
dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek dan
berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka
atau tidak senang dan kepuasan pribadi. Minat membaca memiliki aspek-aspek
sebagaimana dijelaskan oleh Harris dan Sipay (dalam Haru, 2015). Aspek-aspek
tersebut sebagai berikut:
a. Aspek kesadaran akan manfaat membaca, yaitu aspek yang mengungkap
seberapa jauh subjek menyadari, mengetahui dan memahami manfaat
membaca.
b. Aspek perhatian terhadap membaca buku, yaitu aspek yang mengungkap
perhatian dan ketertarikan subjek dalam membaca.
c. Aspek rasa senang, yaitu aspek yang mengungkap seberapa besar rasa senang
subjek terhadap kegiatan membaca.
d. Aspek frekuensi, yaitu aspek yang mengungkap seberapa sering subjek
melakukan aktivitas membaca.
Menurut Stiggins (dalam Ginting, 2005) menyatakan bahwa minat merupakan
salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan
seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorang murid. Aspek afektif
13
adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran
emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan
seseorang. Dimensi aspek afektif mencakup tiga hal penting, yaitu:
a. Berhubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda.
b. Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral kedua
kubu yang berlawanan, titik positif dan titik negatif.
c. Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda, yang dimulai dari kuat
ke sedang ke lemah.
Berdasarkan uraian di atas, maka aspek minat baca dalam penelitian ini
mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Harris dan Sipay (dalam
Haru, 2015). Aspek-aspek tersebut sebagai berikut; a) Aspek kesadaran akan
manfaat membaca, yaitu aspek yang mengungkap seberapa jauh subjek
menyadari, mengetahui dan memahami manfaat membaca. b) Aspek perhatian
terhadap membaca buku, yaitu aspek yang mengungkap perhatian dan
ketertarikan subjek dalam membaca. c) Aspek rasa senang, yaitu aspek yang
mengungkap seberapa besar rasa senang subjek terhadap kegiatan membaca. d)
Aspek frekuensi, yaitu aspek yang mengungkap seberapa sering subjek
melakukan aktivitas membaca.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca
Dalam perkembangannya, minat membaca dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi minat membaca
seseorang (Purves dan Beach dalam Harris dan Sipay, 1980) yaitu faktor personal
dan institusional.
14
a. Faktor Personal
Faktor personal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang, yang meliputi: usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan
membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis.
1) Usia
Geeslin dan Wilson (dalam Harris dan Sipay, 1980) menyatakan bahwa
minat membaca seseorang biasanya tidak tetap atau statis melainkan selalu
berubah sesuai dengan perubahan usia seseorang.
2) Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong pemilihan buku
bacaan dan minat baca siswa (Harris dan Sipay, 1980). Pada umumnya
anak-anak perempuan menyukai buku cerita dengan tema kehidupan
keluarga dan sekolah. Anak laki-laki lebih menyukai buku cerita mengenai
petualangan, kisah perjalanan yang seram dan penuh ketegangan, cerita
kepahlawanan dan cerita humor (Munandar dalam Yetty, 2009).
3) Intelegensi
Hubungan antara kecerdasan dan minat baca belum dapat dibuktikan
secara jelas. Tetapi menurut Harris dan Sipay (1980), pada umumnya
anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi membaca lebih
banyak dibandingkan dengan anak-anak yang tingkat kecerdasannya di
bawah rata-rata. Minat membaca pada anak-anak yang cerdas lebih tinggi
dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas.
15
4) Kemampuan Membaca
Menurut Harris dan Sipay (1980), kemampuan membaca tidak berkorelasi
langsung dengan minat membaca. minat sebaga satu faktor dalam
pemahaman secara signifikan penting bagi para pembaca dengan
kemampuan membaca yang masih rendah. Minat membaca rendah
memiliki efek negatif pada pemahaman. Siswa yang berkemampuan
membaca rendah dan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata cenderung
memberikan perhatian lebih tinggi untuk bahan bacaan yang akan mudah
bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya.
5) Sikap Terhadap Membaca.
Pada konteks tertentu, sikap seseorang berpengaruh terhadap minat
membacanya (Harris dan Sipay, 1980). Jika membaca dapat memenuhi
satu kebutuhan, sikap positif terhadap membaca biasanya bertumbuh.
Sikap positif ini mendorong seseorang di dalam meningkatkan minatnya
untuk membaca.
6) Kebutuhan Psikologis
Harris dan Sipay (1980) menyatakan bahwa kebutuhan psikologis
seseorang berkorelasi dengan minat membaca. minat membaca seseorang
akan meningkat ketika kegiatan membaca tersebut dapat memenuhi
kebutuhan psikologisnya.
16
b. Faktor Institusional
Faktor institusional, yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri,
yang meliputi: tersedianya buku-buku, status sosial ekonomi, pengaruh
orangtua, teman sebaya, guru atau dosen, dan televisi.
1) Tersedianya Buku-buku
Minat membaca seseorang tergantung pada tersedia atau tidaknya buku-
buku yang diperlukan. Napitupulu (dalam Haru, 2015), di dalam
penelitiannya menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara
ketersediaan koleksi buku di perpustakaan dengan minat membaca pada
mahasiswa.
2) Status Sosial Ekonomi
Slavin (dalam Yetty, 2009) menemukan ada perbedaan aktivitas orangtua
dalam membimbing anak antara keluarga yang berstatus sosial ekonomi
tinggi dengan yang berstatus sosial ekonomi rendah. Orangtua dengan
status ekonomi tinggi memiliki harapan yang tinggi terhadap keberhasilan
anak di sekolah dan mereka sering memberi penghargaan terhadap
pengembangan intelektual anak. Mereka juga mampu menjadi model yang
bagus dalam berbicara dan dalam aktivitas membaca. orangtua yang sering
membaca bersama anak, memberikan pujian kepada anak saat anak
membaca buku atas inisiatif sendiri, membawa anak ke toko buku dan
mengunjungi perpustakaan dan mereka menjadi model bagi anak dengan
lebih sering memanfaatkan waktu luang untuk membaca. sebaliknya,
orangtua dengan status sosial ekonomi rendah sering memberi contoh
17
negatif dalam berbicara, terutama saat mereka bertengkar karena
keterbatasan keuangan keluarga. Mereka juga jarang memuji anak ketika
anak membaca, bahkan orangtua memiliki pengharapan rendah terhadap
keberhasilan sekolah anak sehingga mereka tidak mau terlibat untuk
membantu pekerjaan rumah anak atau tugas sekolah yang lain.
3) Pengaruh Orangtua
Dukungan orangtua merupakan salah satu faktor eksternal yang memiliki
peran penting di dalam menumbuhkan minat membaca seorang anak
(Widyawati, 2011). Dukungan yang tinggi dari orangtua akan
meningkatkan minat membaca seorang anak. Sebaliknya, kurangnya
dukungan orangtua dapat berpengaruh pula pada rendahnya minat
membaca seorang anak. Orangtua merupakan lingkungan terdekat dari
anak, oleh karena itu pemberian dukungan dalam berbagai bentuk sangat
berarti bagi anak. Dukungan tersebut dapat berupa memberikan bantuan
materi ataupun non materi, pemberian saran, nasehat, memberikan pujian,
memberikan penghargaan ketika anak berprestasi, memberikan ekspresi
kasih sayang, saling terbuka, saling bertanggung jawab terhadap
kenyamanan keluarga, sehingga anak merasa diterima di keluarga dan
berakhir dengan rasa nyaman sehingga anak akan mengikuti apa yang
dicontohkan orangtuanya dan diharapkan memiliki minat membaca yang
tinggi. Keterlibatan orangtua dalam kegiatan membaca akan
menumbuhkan pola pikir yang lebih baik terhadap aktivitas membaca
18
sehingga membaca akan dijadikan sebagai kegiatan yang menyenangkan
baik itu dalam bentuk membaca yang berhubungan dengan materi sekolah.
4) Pengaruh Teman Sebaya
Teman sebaya merupakan salah satu faktor eksternal yang penting yang
dapat mendorong timbulnya minat baca pada siswa (Harris dan Sipay,
1980). Siswa yang berminat terhadap kegiatan membaca akan lebih sering
mengajak temannya ikut melakukan kegiatan membaca baik di dalam
kelas ataupun di perpustakaan sehingga memberikan pengaruh positif juga
terhadap temannya.
5) Pengaruh Guru atau Dosen
Peran guru atau dosen sangat mempengaruhi minat membaca pada siswa
atau mahasiswa (Harris dan Sipay, 1980). Peran untuk mempengaruhi itu
dapat ditunjukkan secara langsung melalui rekomendasi atau memberikan
tugas-tugas yang mendorong siswa atau mahasiswa untuk membaca. peran
untuk mempengaruhi itu dapat pula ditunjukkan secara tidak langsung
dengan menunjukkan diri sebagai model (teladan) di dalam membaca.
Berdasarkan uraian di atas, maka faktor-faktor yang cenderung
mempengaruhi minat baca dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Purves
dan Beach (dalam Harris dan Sipay, 1980). Terdapat dua kelompok faktor yang
mempengaruhi minat membaca, yaitu; faktor personal dan faktor intitusional.
Faktor personal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang, yang meliputi: usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca,
sikap, dan kebutuhan psikologis.
19
Sedangkan yang dimaksud faktor institusional, yaitu faktor yang berasal dari
luar individu itu sendiri, yang meliputi: tersedianya buku-buku, status sosial
ekonomi, pengaruh orangtua, teman sebaya, guru atau dosen, dan televisi. Dimana
dukungan sosial orangtua termasuk dalam kategori faktor-faktor di luar diri
individu. Disebutkan bahwa faktor pengaruh orangtua yang cenderung
mempengaruhi minat baca.
B. Dukungan Sosial Orangtua
1. Pengertian Dukungan Sosial Orangtua
Orangtua memiliki andil besar dalam hal mewarnai kehidupan anaknya,
terutama dalam hal religiusitas. Turut serta orangtua dalam mendidik anaknya
merupakan suatu bentuk dukungan sosial bagi anaknya dalam menjalani
kehidupan kedepan. Johnson dan Johnson (dalam Wilastri, 2012) menyatakan
bahwa dukungan sosial adalah pertukaran sumber yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan serta keberadaan orang-orang yang mampu
diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian.
Tanggapan positif dari pihak penerima bahwa dukungan sosial akan membuat
pihak penerima merasa aman, sejahtera, dapat memecahkan masalahnya, serta
merasa diperhatikan.
Sedangkan Farhati dan Rosyid (dalam Winarni, 2005) menyatakan bahwa
dukungan sosial adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang
memiliki hubungan yang berarti dan akrab. Tujuan dukungan sosial ini ialah
untuk mengatasi masalah yang terlalu rumit untuk disandang sendiri, sehingga
20
seseorang harus mencari bantuan pada pihak lain untuk meringankan bebannya.
Bantuan tersebut dapat berupa informasi, perhatian emosional ,penilaian, atau
bantuan instrumental. Bantuan diberikan dengan cara tertentu sehingga pihak
penerima bantuan merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai.
Sarason (dalam Khusnia, 2010) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah
keberadaan, kepedulian, kesediaan dari orang-orang yang dapat diandalkan,
menghargai dan menyayangi. Sedangkan Thoits (dalam Suparmi dan Goeritno,
2009) menyatakan bahwa dukungan sosial sebagai perasaan sosial dasar yang
dibutuhkan individu secara terus-menerus yang dipuaskan melalui interaksi
dengan orang lain. Dukungan sosial merupakan keadaan yang bermanfaat bagi
individu yang diperoleh dari orang yang dapat dipercaya. Dari interaksi, individu
menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintai
dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari individu dan lingkungan mempunyai
peranan yang cukup penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Dari
interaksi ini sumber dukungan sosial dapat diperoleh dari keluarga maupun orang
lain yang berada disekitarnya.
Johnson dan Johnson (1991) membagi dukungan sosial melalui perhatian
penuh, bantuan instrumental, dan informasi yang dibutuhkan secara langsung
maupun tidak langsung dapat meningkatkan penyesuaian diri dan kesejahteraan
psikologis. Selanjutnya, Johnson dan Johnson (1991) menyatakan bahwa
dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang berarti (significant others)
dengan individu yang membutuhkan bantuan yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
21
a. Mau bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi individu.
b. Mampu menyediakan kebutuhan individu (uang, materiil dan alat-alat,
informasi dan nasehat).
c. Mampu mengarahkan kemampuan psikologis yang dimiliki agar dapat
mengatasi masalah.
Sumber dukungan adalah orang-orang yang berarti yang ada di sekeliling
individu. Dukungan biasanya diinginkan dari orang yang penting, memiliki
derajat keterikatan yang erat, dapat merupakan sumber utama bagi penyesuaian
diri individu, Caplan (dalam Cohen dan Symne, 1985). Thoist (1986) menyatakan
dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang
berarti bagi individu misalnya keluarga, teman maupun tetangga terdekat dengan
rumah. Gore (dalam Suparmi dan Goeritno, 2009) menyatakan bahwa dukungan
sosial lebih sering didapat dari relasi terdekat, yaitu keluarga atau sahabat.
Keluarga adalah lembaga yang paling berpengaruh dalam perkembangan individu,
karena keluarga merupakan sumber utama perlindungan, perawatan dan
dukungan. Keluarga sebagai suatu system memiliki fungsi yang memungkinkan
anggota keluarga bertindak sebagai sumber dukungan bagi individu. Keluarga
adalah kelompok pertama yang dimasuki individu ketika hadir di dunia.
Keluarga merupakan kelompok terdekat dengan individu. Keluarga
merupakan tempat kembali individu setelah sibuk dengan aktivitasnya diluar
rumah. Dengan demikian dukungan keluarga sangat berarti bagi individu dalam
menghadapi kehidupan luar. Kecemasan atau masalah yang dihadapi diluar akan
22
menjadi ringan atau bahkan terlupakan sejenak ketika mendapat kehangatan dan
hiburan dari orang-orang terdekat (Furrahman dalam Wilastri, 2012).
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai dukungan sosial dapat
disimpulkan bahwa dukungan sosial orangtua adalah pertukaran sumber yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta keberadaan orang-orang yang
mampu diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian.
Tanggapan positif dari pihak penerima bahwa dukungan sosial akan membuat
pihak penerima merasa aman, sejahtera, dapat memecahkan masalahnya, serta
merasa diperhatikan.
2. Aspek-aspek Dukungan Sosial Orangtua
Aspek-aspek dukungan sosial menurut Sarafino (dalam Khusnia, 2010)
adalah sebagai berikut:
a. Dukungan emosional, dukungan ini melibatkan ekspresi rasa simpati dan
perhatian terhadap individu sehingga individu tersebut merasa nyaman,
dicintai, dan diperhatikan.
b. Dukungan penghargaan, dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa
pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan, dan
performa orang lain.
c. Dukungan instrumental, dukungan ini melibatkan adanya bantuan langsung
atau nyata yang dapat berupa bantuan fisik atau finansial.
d. Dukungan informasi, dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa
saran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana memecahkan
persoalan.
23
Weiss (dalam Maslihah, 2011) melihat bentuk dukungan sosial dalam enam
komponen yang meliputi; memberikan bimbingan, aliansi yang handal, kedekatan,
penghargaan yang layak, integrasi sosial, dan kesempatan mengambil andil.
Kemudian Weiss mengelompokkan keenam komponen tersebut menjadi dua
komponen yaitu, dukungan instrumental atau material (instrumental/material
support) dan dukungan emosi (emotional support). Berikut penjelasan
pengelompokan keenam komponen tersebut (Maslihah dalam Al-Ajami, 2014):
1. Instrumental Support
a. Reliable alliance, merupakan pengetahuan yang dimiliki individu bahwa
ia dapat mengandalkan bantuan yang nyata ketika dibutuhkan. Individu
yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena ia menyadari ada
orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya bila ia menghadapi
masalah dan kesulitan.
b. Guidance (bimbingan) adalah dukungan sosial berupa nasehat dan
informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Dukungan ini juga dapat
berupa pemberian feedback (umpan balik) atas sesuatu yang telah
dilakukan individu.
2. Emotional Support
a. Reassurance of worth; dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau
penghargaan terhadap kemampuan dan kualitas individu. Dukungan ini
akan membuat individu merasa dirinya diterima dan dihargai. Contoh
dari dukungan ini misalnya memberikan pujian kepada individu karena
telah melakukan sesuatu dengan baik.
24
b. Attachment; dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang dan
cinta yang diterima individu yang dapat memberikan rasa aman kepada
individu yang menerima. Kedekatan dan intimasi merupakan bentuk dari
dukungan ini karena kedekatan dan intimasi dapat memberikan rasa
aman.
c. Social integration; dikatakan dukungan ini berbentuk kesamaan minat
dan perhatian serta rasa memiliki dalam suatu kelompok.
d. Opportunity to provide nurturance; dukungan ini berupa perasaan
individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain.
Menurut Johnson dan Johnson (1991), dukungan sosial adalah transaksi
interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek berikut ini:
a. Perhatian emosi, merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
kelekatan, kehangatan, kepedulian, dan ungkapan empati sehingga timbul
keyakinan bahwa individu yang bersangkutan dicintai dan diperhatikan.
b. Bantuan instrumental, yang dapat berwujud barang, pelayanan, dukungan
keuangan, menyediakan peralatan yang dibutuhkan, memberikan bantuan
dalam melaksanakan berbagai aktivitas, memberi peluang waktu, serta
modifikasi lingkungan.
c. Bantuan informasi, merupakan bantuan yang berupa nasehat, bimbingan
dan pemberian informasi. Informasi tersebut membantu individu
membatasi masalahnya sehingga individu mampu mencari jalan keluar
untuk mengatasi masalahnya.
25
d. Penilaian, dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian
penilaian yang mendukung perilaku atau gagasan individu dalam bekerja
maupun peran sosial yang meliputi pemberian umpan balik, afirmasi
(penguatan) dan perbandingan sosial yang dapat digunakan untuk evaluasi
diri dan dorongan untuk maju.
House (dalam Smet, 1994), menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari
empat aspek yang berbeda sesuai dengan situasi yang dibutuhkan. Empat aspek
tersebut adalah:
a. Dukungan Emosional
Dukungan emosional adalah ungkapan rasa empati, kepedulian dan
perhatian seseorang terhadap orang lain serta memberikan rasa aman dan
rasa mengasihinya.
b. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan adalah ungkapan rasa hormat, penghargaan,
dorongan untuk maju atau persetujuan gagasan, perasaan, perbandingan
positif orang tersebut dengan orang lain. Dukungan ini dapat dilakukan
dengan menghargai orang yang kurang mampu atau lebih buruk
keadaannya.
c. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan yang meliputi bantuan
secara langsung sesuai yang dibutuhkan seseorang, misalnya; memberikan
uang kepada orang yang sangat membutuhkan. Menyediakan sarana guna
26
menunjang kelancaran aktivitas yang akan meringankan beban tanggung
jawab seseorang, juga bentuk nyata dari dukungan instrumental.
d. Dukungan Informatif
Dukungan informatif merupakan dukungan sosial berupa pemberian
nasehat, saran dan petunjuk serta umpan balik.
Berdasarkan uraian di atas, maka aspek dukungan sosial dalam penelitian ini
mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (1991).
Aspek-aspek tersebut terdiri dari perhatian emosi, bantuan instrumental, bantuan
informasi, serta aspek penilaian.
C. Keterkaitan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Minat
Membaca
Minat membaca individu dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah dukungan sosial. Bagi seorang anak atau siswa, dukungan sosial
orangtua dapat berpengaruh kuat terhadap minat membacanya. Hal tersebut dapat
dibuktikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haru (2015) tentang
hubungan antara dukungan sosial dosen dan persepsi terhadap aktivitas membaca
dengan minat membaca pada mahasiswa sekolah tinggi pastoral (STIPAS) St.
Sirilus Roteng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara
dukungan sosial dengan minat baca yang dapat diartikan dukungan sosial dapat
mempengaruhi minat baca individu. Semakin tinggi dukungan sosial terhadap
indivudu maka minat membaca juga cenderung tinggi. Penelitian selanjutnya yang
27
dilakukan oleh Wilastri (2012) tentang hubungan antara dukungan sosial orangtua
dengan minat baca pada siswa SMP N 16 Yogyakarta. Hasil penelitian
menujukkan adanya hubungan yang positif antara dukungan sosial orangtua
dengan minat baca. Semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka semakin
tinggi minat baca pada siswa SMP N 16 Yogyakarta yang berarti dukungan sosial
dapat mempengaruhi minat baca.
Dukungan sosial orangtua berhubungan erat dengan minat membaca pada
siswa SD. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa bentuk dukungan
sosial yang dapat diterima individu yaitu perhatian emosi, bantuan instrumental,
bantuan informasi dan penilaian (Johnson dan Johnson, 1991). Perhatian emosi
orangtua dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian. Penelitian Maslihah (2011)
mengenai dukungan sosial orangtua, penyesuaian lingkungan sosial di sekolah
dan prestasi akademik siswa SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan
sosial orangtua dengan prestasi akademik. Semakin besar dukungan sosial
orangtua yang dipersepsi siswa, semakin baik prestasi akademik yang dapat
dicapai siswa. Adanya dukungan sosial khususnya dari orangtua akan
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis bagi anak. Karena dengannya anak
akan merasa dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dalam hal ini
orangtuanya.
Selain perhatian emosi, bantuan instrumental juga dapat mempengaruhi
secara positif minat membaca pada siswa SD, bantuan instrumental dapat
diwujudkan sebagai bentuk pelayanan. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan
28
penelitian Irkhamiyati dan Lasa (2007) mengenai persepsi mahasiswa terhadap
kualitas pelayanan sirkulasi di perpustakaan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa menurut persepsi sebagian besar mahasiswa
pelayanan sirkulasi di perpustakaan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta sudah baik,
dengan hasil rata-rata 3,6 atau 71% sehingga penafsiran atau interpretasinya
tergolong baik. Hal tersebut dapat diartikan ketika pelayanan berupa fasilitas yang
memadai dapat mendorong individu untuk meningkatkan minat membacanya.
Bantuan informasi juga dapat berpengaruh positif terhadap minat membaca
yang diwujudkan sebagai bentuk pemberian informasi. Hal tersebut dapat
dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013). Hasil dari
penelitian ini yaitu proses layanan sirkulasi yang ada di Kantor Perpustakaan
Daerah Kabupaten Jepara cukup mudah dan cepat dalam layanannya kepada
pemustaka. Layanan sirkulasi sudah memanfaatkan teknologi sehingga
memudahkan petugas dalam melayani pemustakanya. Petugas perpustakaan yang
ada pada layanan sirkulasi umumnya sudah bersikap ramah dan merespon dengan
baik apa yang dibutuhkan oleh pemustaka. Pemustaka merasa tertarik untuk
mengunjungi perpustakaan karena koleksi yang tersedia di perpustakaan cukup
lengkap dan memenuhi kebutuhan informasi pemustaka.
Faktor lain yang mendorong minat membaca adalah penilaian yang
diwujudkan alam bentuk penghargaan. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tarmidi dan Rambe (2010) mengenai korelasi
antara dukungan sosial orangtua dan self-directed learning pada siswa SMA.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara dukungan sosial
29
orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa sekolah menengah atas. Semakin
tinggi dukungan sosial orangtua maka akan diikuti pula dengan semakin tinggi
kemandirian belajar dengan hasil korelasi sebesar 0,477. Selain itu, diperoleh hasil
tambahan yang menunjukkan bahwa hubungan yang paling tinggi diantara
dimensi-dimensi dukungan sosial orangtua adalah dari dimensi sosial
penghargaan dan dimensi instrumental yaitu 0,470.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
orangtua memiliki hubungan positif dengan minat membaca pada siswa SD.
Semakin tinggi dukungan sosial orangtua, semakin tinggi minat membaca pada
siswa SD. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial orangtua semakin rendah
minat membaca pada siswa SD.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif
antara dukungan sosial orangtua dan minat membaca pada siswa SD. Semakin
tinggi dukungan sosial orangtua maka semakin tinggi minat membaca pada siswa
SD. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial orangtua maka semakin rendah
minat membaca pada siswa SD.