6. Sub Kultur

download 6. Sub Kultur

of 8

description

jurnal

Transcript of 6. Sub Kultur

  • 5/24/2018 6. Sub Kultur

    1/8

    Acara VI

    Sub Kultur

    A. Pendahuluan1. Latar Belakang

    Krisan adalah salah satu jenis bunga potong yang cukup familiar

    bagi manusia. Tidak hanya di Indonesia tapi juga sudah dikenal di dunia.

    Hal itu karena prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat

    cerah, didukung dengan pasar yang sangat potensial, karena tanaman hias

    krisan merupakan salah satu tanaman bunga potong yang penting di dunia.

    Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena

    memiliki beberapa keunggulan antara lain warna bunganya cukup beragam

    seperti merah tua, kuning, hijau, putih, campuran merah putih dan lainnya,

    Bunga krisan juga tahan lama dalam pot selama 10 hari. Selain itu, bunga

    krisan juga memiliki jenis yang cukup banyak, sedikitnya ada 55 varietas.

    Berkembangnya usaha di bidang pertanian maka kebutuhan bibit

    krisan semakin meningkat. Perkembangbiakan bibit melalui in vitro dapat

    menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu yang relative

    singkat. Dengan demikian, teknologi kultur jaringan telah terbukti dapat

    digunakan sebagai teknologi pilihan yang sangat menjanjikan untuk

    pemenuhan kebutuhan bibit tanaman yang akan dieksploitasi secara luas.

    Namun, ada faktor tertentu yang harus diantisipasi, yaitu penyimpangan

    genetik yang dapat terjadi karena metode in vitro. Untuk itu, perlu

    dimengerti mekanisme fisiologi apa yang terjadi, faktor apa saja yang

    menyebabkannya sehingga mutasi dapat dihindarkan.

    2. Tujuan PraktikumTujuan Praktikum Sub Kultur adalah mengetahui teknik sub kultur

    untuk eksplan krisan yang tersedia.

  • 5/24/2018 6. Sub Kultur

    2/8

    B. Tinjauan PustakaKrisan (Chrysanthemum morifolium R.)merupakan salah satu tanaman

    hias penghasil bunga potong yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Sentra

    produksi krisan utama berada di Pulau Jawa dengan produksi 104,29 juta

    tangkai atau 96,70% dari total produksi krisan nasional. Penghasil krisan

    terbesar di luar Jawa adalah Sulawesi Utara dengan produksi 2,08 juta tangkai

    atau 1,93% dari total produksi krisan nasional (Santoso 2004).

    Sub kultur merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan tanaman

    melalui kultur jaringan. Pada dasarnya sub kultur kita memotong, membelah

    dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman

    akan bertambah banyak. Sub kultur adalah suatu usaha untuk mengganti

    media kultur jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi

    untuk kalus atau protokormus dapat terpenuhi (Yusnita 2004).

    Tujuan dari pemanjangan akar pemanjangan tunas, induksi, dan

    perkembangan setelah di sub kulturkan adalah untuk membentuk akar dan

    pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat

    dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan luar. Dalam tahap ini,

    kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh

    lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan. Tunas-tunas yang

    dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk

    pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin

    sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara

    individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih

    ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas

    tersebut dapat diakarkan (Yusnita 2004).

    Sub kultur dilakukan ketika eksplan yang ada dalam botol sudah

    tumbuh setinggi botol, atau eksplan tersebut sudah berada lama di dalam botol

    sehingga pertumbuhannya sudah mulai berkurang. Biasanya sudah mulai

    kekurangan hara. Media dalam botol kelihatan mulai menipis, berwarna

    kecoklatan atau hitam sebagai hasil reaksi pertumbuhan tanaman, bekas

    bagian tanaman yang mati dan lain-lain (Dwimahyani 2006).

  • 5/24/2018 6. Sub Kultur

    3/8

    Aplikasi kultur jaringan pada awalnya ialah untuk propagasi tanaman.

    Selanjutnya penggunaan kultur jaringan lebih berkembang lagi yaitu untuk

    menghasilkan tanaman yang bebas penyakit, koleksi plasma nutfah,

    memperbaiki sifat genetika tanaman, produksi dan ekstaksi zat-zat kimia

    yang bermanfaat dari sel sel yang dikulturkan. Kemudian dijadikan tanaman

    yang tumbuh sehat dan bebas penyakit (Zaitlin dan Palukaitis 2008).

    Eksplan yang akan ditanam harus bebas dari hama, penyakit maupun

    mikroorganisme lain yang kurang menguntungkan untuk tanaman. Umur

    tanaman juga mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman

    yang akan digunakan untuk eksplan berumur kurang dari 4-5 bulan maka

    kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang sangat sulit karena tanaman

    tebu yang masih muda mengandung senyawa fenol yang sangat tinggi

    sehingga akan mengakibatkan browning dan pada akhirnya eksplan akan

    mati. Sedangkan tanaman tebu yang berumur lebih dari 5 bulan akan sulit

    untuk tumbuh. Hal itu disebabkan karena tanaman berada pada masa

    matur/pertumbuhan yang lanjut sehingga sifat totipotensi pada sel tersebut

    sangat sedikit sekali atau bahkan tidak ada (Altner 2008).

  • 5/24/2018 6. Sub Kultur

    4/8

    C. Metode Praktikum1. Waktu dan Tempat Praktikum

    Praktikum Sub Kultur dilaksanakan pada hari Selasa, 16 April 2013

    pukul 13.00 - 15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

    Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    2. Alata. LAFC lengkap dengan lampu bunsen

    b. Petridish dan botol-botol kulturc. Peralatan diseksi, yaitu pinset besar/kecil danscalpel

    3. Bahana. Eksplan : tunas/buku krisan (Chrysanthemum morifolium R.)

    b. Media kulturc. Alkohol 70 %d. Aquadest sterile. Spirtus

    4. Cara Kerjaa. Penanaman eksplan

    1)Membuka plastik penutup botol media kultur.2)Mengambil eksplan tunas/buku krisan yang ada dan menanamnya di

    media kultur baru dengan pinset. Setelah digunakan, pinset harus

    selalu dibakar di atas api.

    3)Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api untukmenghindari kontaminasi.

    b. Pemeliharaan1)Botol-botol media berisi eksplan ditempatkan di rak-rak kultur.2)Lingkungan di luar botol harus dijaga suhu, kelembaban dan

    cahayanya.

    3)Penyemprotan botol-botol kultur dengan spirtus dilakukan 2 harisekali untuk mencegah kontaminasi.

    c. Pengamatan selama 5 minggu, yang diamati:1)Saat muncul akar, tunas, daun dan kalus (HST), diamati setiap hari.

  • 5/24/2018 6. Sub Kultur

    5/8

    2)Jumlah akar, tunas dan daun, diamati 1 minggu sekali.3)Deskripsi kalus (struktur dan warna kalus), dilakukan pada akhir

    pengamatan.

    D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil Pengamatan

    Tabel 6.1 Pengamatan Subkultur Krisan

    Sumber: Laporan Sementara

    Gambar 6.1 Subkultur Krisan

    2. PembahasanSubkultur merupakan salah satu tahap dalam kegiatan perbanyakan

    tanaman melalui kultur jaringan, yaitu memperbanyak eksplan yang telah

    tumbuh dengan menempatkannya pada media yang baru. Tujuan

    dilakukannya subkultur adalah untuk penyedian unsur hara yang sudah

    mulai habis dan agar eksplan tidak teracuni oleh zat yang dikeluarkan

    eksplan. Subkultur dapat dilakukan dengan memindahkan hasil kultur

    jaringan atau tunas ke media perakaran dengan media yang dapat

    merangsang pembentukan akar.

    Eksplan yang digunakan dalam praktikum subkultur adalah eksplan

    Krisan. Eksplan membutuhkan ZPT untuk menunjang pertumbuhannya.

    Eksplan yang dalam kondisi bagus dan tidak terkontaminasi dari tahap

    inisiasi kultur dapat dipindahkan atau disubkulturkan ke media yang

    mengandung sitokinin. Dalam subkultur ini digunakan ZPT berupa BAP

    Eksplan Tanggal

    Saat Muncul (HST) Jumlah Akar

    Akar Tunas Akar Tunas Daun Tunas Kalus

    Keterangan

    19 April 2013 - - - - - - - Masih Baik

    Krisan 23 April 2013 Masih Baik

    26 Mei 2013

    KontaminasiJamur

  • 5/24/2018 6. Sub Kultur

    6/8

    dan IBA. BAP berperan dalam terbentuknya organogenesis, morfogenesis

    dan memacu terjadinya pembelahan sel, sedangkan IBA berperan memacu

    pertumbuhan sel tunas pucuk. Hasil subkultur pada praktikum tidak

    menunjukkan peran adanya ZPT. Hal itu dikarenakan eksplan yang

    ditanam tidak dapat hidup dan mengalami kontaminasi jamur.

    Keberhasilan penanaman eksplan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    yaitu sterilisasi, pemilihan bahan eksplan, faktor lingkungan seperti pH,

    cahaya dan temperatur, serta kandungan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)

    dalam medium kultur. Faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam

    penanaman eksplan adalah media dan alat yang tidak steril, perlakuan,

    pengovenan yang kurang baik serta lingkungan yang mudah

    mengkontaminasi bagi media penanaman.

    Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang diberikan dalam penanaman

    ekspan subkultur krisan bermanfaat untuk mengendalikan dan mengatur

    pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan

    morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ. Jenis dan konsentrasi

    ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat

    pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok

    besar, yaitu auksin, sitokinin dan giberelin. Auksin digunakan secara luas

    dalam kultur jaringan untuk merangsang pertumbuhan kalus, akar,

    suspensi sel dan organ. Sitokinin berperan untuk menstimulus pembelahan

    sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk. Sitokinin yang biasa

    digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin, ziatin,benzilaminopurine

    (BAP) dan giberelin untuk diferensiasi atau perbanyakan fungsi sel

    terutama pembentukan kalus.

    Sterilisasi eksplan dilakukan menggunakan clorox (sunclin)

    dengan melakukan perendaman selama 3 menit pada eksplan dan

    membilas bahan dengan aquadest. Sterilisasi bahan harus dilakukan

    dengan tepat, apabila perendaman clorox terlalu lama maka jaringan dari

    bahan tanam akan mengalami kematian (browning) sehingga tidak mampu

  • 5/24/2018 6. Sub Kultur

    7/8

    membentuk individu baru, apabila sterilisasi terlalu singkat maka bahan

    tanam yang digunakan akan membawa bibit bibit kontaminasi

    (George 2006).

    Kontaminasi dari eksplanlah yang paling sulit diatasi, walaupun

    sterilisasi telah dilakukan dengan berbagai cara, namun kadang-kadang

    kontaminasi tetap saja terjadi. Cara penanggulangannya dilakukan

    perlakuan pada tanaman yang akan dijadikan sebagai sumber eksplan

    dengan mencuci eksplan pada larutan fungisida dan bakterisida. Untuk

    menanggulangi kontaminasi setelah ekspaln dikulturkan maka dilakukan

    pemeliharaan secara dengan melakukan penyemprotan spirtus ataupun

    alkohol pada permukaan botol kultur dua hari sekali (Rahardja 2005).

    Berdasarkan hasil pengamatan penanaman eksplan subkultur krisan,

    pada hari pertama saat penanaman eksplan di dalam media dalam keadaan

    kurang baik, karena jarak antara nodus yang pendek dapat mengakibatkan

    daun menempel pada media dan akhirnya membusuk. Pada minggu

    pertama keadaan eksplan masih bagus, tetapi pada minggu kedua eksplan

    mulai terkontaminasi.

    E. Kesimpulan dan Saran1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan, yaitu:

    a. Terjadi kontaminasi pada minggu kedua setelah sub kulturb. Kontaminasi berasal dari jamur

    2. SaranDalam proses penanaman sebaiknya dicontohkan oleh co-assisten

    terlebih dahulu cara penanaman eksplan yang benar itu yang bagaimana,

    sehingga tidak terjadi kesalahan sterilisasi bahan yang berakibat terjadinya

    kontaminasi ataupun browning.

  • 5/24/2018 6. Sub Kultur

    8/8

    DAFTAR PUSTAKA

    Altner, S. 2008. Sub Tissue Culture of Plant Cell Structure. London : OxfordUniversity.

    Dwimahyani, I. dan S. Gandanegara. 2006. Perbanyakan Tanaman Krisan

    (Chrysanthenum morisdium melalui Kultur Jaringan). Jurnal Ilmiah Vol. 5

    (4) : 413-419.

    Santoso. 2004.Kultur Jaringan Tanaman. Malang: UMM Press.

    Yusnita. 2004. Kultur Jaringan : Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien.

    Jakarta : Agromedia Pustaka.

    Zaitlin, M. and P. Palukaitis. 2008. Advances in understanding plant viruses and

    virus diseases. Annu. Rev. Phytopathol. 38: 117-143.

    Rahardja, P.C 2005. Kultur Jaringan, Teknik Perbanyakan Tanaman Secara

    Modern. Jakarta : Penebar swadaya.

    George, E.F. and P.D. Sherrington 2006. Plant Propagation by Tissue Culture.

    Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Exegetics Limited.

    England.