6) Bab VI Pertambangan

88
BAB VI Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 POTENSI SUMBER DAYA PERTAMBANGAN Apabila kita membicarakan mengenai potensi sumberdaya alam di kabupaten Pelalawan tentu tidak terlepas dari letak dan kondisi lokasi telitian tersebut yang merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Tengah dimana segala potensi dan keberadaan berbagai jenis tambang terbentuk dan terakumulasi. Ketersediaan data atau informasi mengenai Sumberdaya Mineral (bahan galian) merupakan salah satu faktor penting dalam upaya mempromosikan potensi bahan galian kepada investor. Dalam rangka otonomi daerah, potensi bahan galian merupakan salah satu aset Pemerintah Daerah yang perlu dimanfaatkan. Untuk memanfaatkan potensi bahan galian tambang di Kabupaten Pelalawan dan menarik minat investor. Wilayah Kabupaten Pelalawan termasuk kedalam Cekungan Sumatra tengah dan cekungan sumatera selatan merupakan cekungan sedimentasi Tersier (Koning, drr., 1984) penghasil hidrokarbon terbesar di Indonesia. Ditinjau dari posisi tektoniknya, Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan belakang busur. Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier, sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu Pegunungan Tigapuluh yang sekaligus 221

description

geo

Transcript of 6) Bab VI Pertambangan

  • BABVI

    Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    POTENSI SUMBER DAYA PERTAMBANGAN

    Apabila kita membicarakan mengenai potensi sumberdaya alam di

    kabupaten Pelalawan tentu tidak terlepas dari letak dan kondisi lokasi

    telitian tersebut yang merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Tengah

    dimana segala potensi dan keberadaan berbagai jenis tambang terbentuk

    dan terakumulasi.

    Ketersediaan data atau informasi mengenai Sumberdaya Mineral

    (bahan galian) merupakan salah satu faktor penting dalam upaya

    mempromosikan potensi bahan galian kepada investor.

    Dalam rangka otonomi daerah, potensi bahan galian merupakan

    salah satu aset Pemerintah Daerah yang perlu dimanfaatkan. Untuk

    memanfaatkan potensi bahan galian tambang di Kabupaten Pelalawan

    dan menarik minat investor.

    Wilayah Kabupaten Pelalawan termasuk kedalam Cekungan

    Sumatra tengah dan cekungan sumatera selatan merupakan cekungan

    sedimentasi Tersier (Koning, drr., 1984) penghasil hidrokarbon terbesar

    di Indonesia. Ditinjau dari posisi tektoniknya, Cekungan Sumatra tengah

    merupakan cekungan belakang busur. Batas cekungan sebelah Barat daya

    adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier,

    sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas

    tenggara cekungan ini yaitu Pegunungan Tigapuluh yang sekaligus

    221

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    memisahkan Cekungan Sumatra tengah dengan Cekungan Sumatra

    selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu Busur Asahan,

    yang memisahkan Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan Sumatra

    utara. Cekungan Sumatera Tengah memiliki luas diperkirakan mencapai

    120.000 km2 (gambar berikut).

    Gambar 6. 1. Lokasi Cekungan Sumatra tengah dan batas-batasnya

    222

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    223

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    6.1. KEADAAN GEOLOGI

    6.1.1. Geologi Regional

    6.1.2. Tatanan Tektonik

    Daerah inventarisasi termasuk dalam Peta Geologi Lembar Siak

    Sriindapura. Berdasarkan Kerangka Tektonik Cekungan Sedimen Tersier

    Indonesia bagian Barat (Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975) Peta

    Geologi Lembar Siak Sriindapura merupakan bagian dari Cekungan

    Sumatera Tengah. Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat

    beberapa sub-cekungan. Daerah Kamang termasuk kedalam Cekungan

    Intra Montane (sub-cekungan dari Cekungan Sumatera Tengah) yang

    dibatasi oleh batuan Pra Tersier sebagai batuan dasar

    6.1.3. Stratigrafi Regional

    Menurut Mertosono dan Nayoan (1974) sedimentasi Cekungan

    Sumatera Tengah dimulai pada Paleogen, yang dicirikan oleh

    batulempung, serpih karbonan, batupasir halus dan batulanau yang

    diendapkan pada lingkungan fluvio-lacustrine-paludal,

    disebut sebagai Formasi Pematang. Selanjutnya pada Awal Miosen

    terjadi fase transgresi yang dicirikan oleh batupasir berbutir sedang-

    kasar, serpih batulanau, batubara dan gamping yang diendapkan dalam

    lingkungan fluvial channel hingga laut terbuka, disebut sebagai

    Kelompok Sihapas dan Formasi Telisa.

    Fase regresi terjadi pada Miosen Tengah-Plio Plistosen, dicirikan oleh

    serpih berwarna abu-abu kehijau-hijauan dan batupasir yang disebut

    Formasi Petani, diendapkan dalam lingkungan payau (brackish).

    224

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Tatanan stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah sudah cukup banyak

    dipublikasikan berkat hasil kegiatan eksplorasi minyak bumi, diantaranya

    oleh de Coster (1974), Silitonga P. H.. dan Kastowo (1975). Terakhir oleh

    Carnell dkk, (1998) sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 2,

    Penyusunan stratigrafi didasarkan atas hasil aktifitas eksplorasi

    minyakbumi yang terdiri dari penyelidikan seismik dan pemboran,

    sehingga lebih menggambarkan geologi bawah permukaan. Masing-

    masing penulis tersebut memberikan penamaan yang agak berbeda.

    Kompilasi stratigrafi Carnell. dkk (1998) dan Silitonga P.H-Kastowo

    (1975), menjadikan Formasi Telisa dibagi menjadi dua anggota yaitu

    Anggota Telisa Bawah dan Anggota Telisa Atas.

    6.1.3. Struktur Regional

    Pada Akhir Kapur terjadi pensesaran batuan dasar yang

    menghasilkan struktur horst dan graben. Kemudian selama Eosen

    hingga Oligosen terjadi sedimentasi pada bagian graben (de Coster

    1974). Sedimen ini terutama terdiri dari klastika kasar dengan sisipan

    batulumpur dan batubara. Pada zona graben terjadi pembentukan

    batubara dan perkembangannya dikontrol oleh penurunan daratan secara

    perlahan. Hal ini mengakibatkan perluasan cekungan sedimentasi

    terutama ke arah Timur dan Barat. Pada waktu tertentu cekungan

    berhubungan dengan laut terbuka dan disertai oleh pengendapan

    sediment laut. Sejak pertengahan Miosen sedimen laut dangkal dan

    payau berkembang. Lapisan batubara dari Formasi Telisa dan Muara Enim

    berasal dari substansi organik yang terbentuk selama waktu itu di daerah

    rawa.

    225

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    6.2. Geologi Daerah Inventarisasi

    6.2.1. Geomorfologi

    Secara umum bentang alam daerah sampling merupakan daerah

    perbukitan yang dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok yaitu

    1. Satuan geomorfologi Dataran rendah

    Satuan ini menempati hampir 2/3 daerah sampling. Satuan

    geomorfologi ini dianalisis oleh endapan rawa aluvial yang

    berumur kuarter sampai resen. Pada aliran sungai pada satuan ii

    berebntuk terali dan sejajar. Namun demikian banyak pula sungai-

    sungai tersebut mengikuti pola meander.

    2. Satuan geomorfologi perbukitan bergelombang sedang

    Satuan ini menempati bagian daerah barat daya daerah dengan

    ketinggian antara 25 meter sampai 100 meter. Tipe aliran sungai

    ini adalah dendritik, terali dan segi empat. Fisiogarafi daerah ini

    berumur antara miosen tengah sampai akhir dan pilo-plistosen.

    Pada umumnya daerah perbukitan pada satuan geomorfologi ini

    membujur barat laut tenggara yang mencerminkan arah sumbu

    perlipatan regional.

    3. Satuan geomorfologi bergelombang kasar

    Satuan gelombang ini bercirikan perbukitan kasar membentuk

    bagian bawah bukit limau dan pegunungan tigapuluh. Umunya

    membentuk bukit berketinggian lebih dai 200 meter dengan

    226

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    topografi kasar . lembah sungai berbentuk V dan mempuunyai tipe

    dendritic. Perbukitan ini dialasi berbagai jenis batuan yang

    berumur antara permo-karbon hingga miosen tengah.

    Secara umum kondisi geologi di Kabupaten Pelalawan, Riau dalam peta

    geologi skala 1:250.000 masuk dalam 2 lembar, yaitu: lembar peta Siak

    Indrapura dan lembar peta Pekanbaru"(Puslitbang Geologi, 1982).

    Pembahasan kondisi geologi di daerah telitian, secara umum

    dibagi dalam 3 kelompok besar, yaitu (1) Satuan Batuan, (2) Fisiografi

    dan (3) Stratigrafi.

    6.2.1. Satuan Batuan

    Satuan Batuan yang menyusun lokasi telitian, berturut-turut dari

    tua ke muda terdiri atas:

    1. Formasi Petani (Tup), tersusun oleh: batu lumpur mengandung

    karbonan, lignit sedikit batu lanau dan batu pasir yang berumur

    Pliosen. Formasi Petani dipisahkan oleh formasi yang lebih muda

    (Formasi Minas) dan lebih tua oleh suatu bidang ketidakselarasan.

    Formasi ini, di lokasi studi hanya memiliki 3 daerah penyebaran,

    yaitu di sekitar daerah Tegun hingga Sialangkumpai (di selatan

    Pelalawan). Struktur geologi yang berkembang berupa perlipatan

    (antiklin) yang menunjam;

    2. Formasi Minas (Qpmi), tersusun atas: kerikil, sebaran kerakal,

    pasir dan lempung. Formasi ini berumur Kuarter (Pleistosen Awal).

    Memiliki daerah penyebaran yang cukup luas disekitar aliran S.

    Kampar di sisi utara dan selatannya. Ke arah timur keterdapatan

    formasi ini, hanya sampai di selatan Pelalawan seperti: Kesikan,

    227

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Balam merah, Sesapan dan sekitarnya, sedangkan dari Tanjung

    pugai hingga ke Kuala Kampar, formasi ini tidak dijumpai. Struktur

    geologi yang hadir berupa perlipatan (antiklin dan sinklin) dengan

    kemiringan lapisan berkisar antara 10hingga 15.

    3. Formasi Kerumutan (Qpke); tersusun oleh: lempung tufaan dan

    pasir yang berumur Pleistosen. Merupakan formasi dengan

    penyebaran yang paling sempit umumnya terdapat secara

    setempat-setempat disekitar Formasi Minas.

    4. Aluvium Tua (Qp), tersusun atas: kerikil, pasir, lempung, sisa-sisa

    tumbuhan dan rawa gambut. Termasuk formasi yang mempunyai

    penyebaran yang cukup luas, khususnya di sekitar aliran S.

    Kampar, selain itu penyebaran formasi inipun merata mulai dari

    sisi barat lokasi telitian hingga ke daerah paling timur di P.

    Mendol serta pulau-pulau di sekitarnya.

    5. Aluvium Muda (Qh), tersusun dari: kerikil pasir dan lempung,

    berumur Kuarter Atas (Holosen) yang dipisahkan oleh Formasi

    Aluvium Tua oleh suatu ketidakselaran. Sama dengan formasi di

    bawahnya (Aluvium Tua), formasi inipun memiliki penyebaran

    yang luas (terluas bahkan diantara formasi-formasi lainnya di

    lokasi telitian). Penyebaran sangat luas dijumpai di bagian timur,

    khususnya di sekitar aliran S. Kampar hingga ke P. Mendol dan

    daerah-daerah sekitarnya.

    228

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    229

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Gambar 6. 2. Peta geologi Pelalawan

    6.2.2. Fisiografi

    Secara fisiografis, lokasi telitian masuk dalam cekungan Sumatra

    Tengah, yang terbagi menjadi 3 (berkaitan erat dengan pergerakan dasar

    cekungan, dimana daerah-daerah berrelief rendah akibat sedimenter

    Tersier yang tebal yang menyertai penurunan dasar cekungan sedangkan

    relief tinggi terbentuk oleh sedimen Tersier tipis dan berlanjut dengan

    pengangkatan), yaitu:

    1. Dataran pantai (coastal plain) pada umumnya merupakan pantai

    maju dengan tidak berkembangnya gosong pasir (sand bar),

    menunjukkan bahwa pengaruh gelombang di Selat Malaka bisa

    dikatakan kecil.

    2. Perbukitan Minas tersusun oleh sedimen Formasi Minas berumur

    pleistosen dengan ketinggian maksimum 60 80 meter dan saat ini

    sedang mengalami suatu proses pendataran (peneplain). Pada

    perbukitan ini banyak dijumpai limonite veins, pasir putih dan

    kaolinit. Perbukitan Minas terbagi menjadi dua oleh S. Rokan,

    yaitu berarah barat laut yang sebagian berarah relatif utara-

    selatan akibat kontrol struktur dan berarah selatan-timur

    membentuk antiklin Duri. Bagian tengah antiklin Duri tersusun

    oleh Formasi Petani dan Telisa yang berumur Tersier.

    3. Perbukitan Dumai merupakan perbukitan di antara dataran pantai

    yang terletak di timur laut Dumai dan tersusun oleh Formasi

    Pematang berupa konglomerat dan batu pasir kasar (terdapat di

    bagian barat dari lokasi telitian).

    230

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    231

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Gambar 6. 3. Peta fisiografi lokasi telitian

    Keterangan : : dataran pantai : Pegununungan Minas

    6.2.3. Stratigrafi

    Kabuapten pelalawan terletak pada peralihan antara cekungan

    Sumatera tengah dan cekungan Sumatera Selatan. Pada bagian barata

    laut merupakan cekungan sumatra tengah dan dibagian tenggara

    merupakan cekungan Sumatera Selatan. Batas cekungan ini tidak jelas

    tetapi dapat dilihat dengan ditandainya tinggian batuan alas yaitu

    pegunungan tigapuluh dan bukit limau. Berdasarkan stratigrafi terdiri

    232

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    atas Formasi Muara Enim, Formasi Kerumutan, Aluvium dan Endapan

    Pantai (Qac), Endapan Rawa (Qs),

    1. Formasi Muara enim; Formasi ini terdiri atas perselingan

    lapisan batu pasir tufan batu lempung, tuff dan serpih.

    Lingkungan pengendapan formasi ini adalah peralihan antara

    laut dangkal dan benua yang berumur Miosen Akhir sampai

    Pliosen

    2. Formasi Kerumutan (Qtke); Formasi ini tersusun dari batu

    pasir, batu lempung tuffan dan tuff. Lingkungan pengendapan

    formasi ini adalah Flufiatil dan lakustrin hasil rombakan dari

    pegunungan barisan dan pegunungan tigapuluh setelah

    terangkat. Tetapi ukuran butir pada formasi ini adalah halus.

    Berpilah baik dan berlapis silang -siur

    3. Aluvium dan endapan pantai ( Qac); Lithologi batuan ini terdiri

    dari lempung, lumpur lanau, pasir, kerikil. Warna abu-abu

    sampai kecoklatan dan masih terdapat sisa tumbuhan dan

    lapisan tipis gambut. Sebarannya adalah alluvial membentuk

    daratan aluvium, tambak sungai, tangkis, dan isian sungai yang

    ditinggalkan sepanjang sungai utama. Sedangkan endapan

    pantai mebentuk jalur sempit sepanjang tepi dataran pantai

    dan muara.

    4. Endapan Rawa (Qs); Lithologi Batuan ini terdiri dari lempung ,

    pasir , lanau, lumpur dan gambut. Warna hitam sampai coklat,

    lunak, dan tidak mengeras. Sebaran lapisan ini adalah rawa air

    tawar baru dan lembah sungai terbentung. Terutama didaerah

    utara tengah dan tenggara.

    233

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Wilayah Kabupaten Pelalawan memiliki potensi sumber daya alam

    bahan tambang yang terbagi menjadi 3 golongan yaitu, Golongan A

    (Bahan galian strategis seperti batu bara dan minyak bumi), sedangkan

    Golongan C. Kabupaten Lahat juga mempunyai keterdapatan air mineral

    yang merupakan salah satu jenis air tanah (ground water).

    6.2.4. Struktur Geologi

    Struktur geologi Kabuypaten Pelalawan adalah struktur perlipatan yang

    disertai belahan dan patahan /sesar. Struktur geologi ini terdiri dari

    1. Perlipatan

    Deformasi terawal yang terjadi pada batuan didaerah ini adalah

    belahan yang menembus batuan permo-karbon di pegunungan

    tigapuluh. Belahan ini ditandai dengan kelurusan feldspar, seririt,

    dan klorit dalam batuan filit yang terlihat berarah timur-barat

    dengan kemmiringan sedang kearah utara-selatan. Hal ini

    manandakan adanya perlipatan tegak dengan arah barat-timur

    2. Pensesaran

    Pensesaran dalam batuan pra-tersier pada daerah ini lebih hebat

    dari pada dalam sediment tersier yang menutupinya. Tetapi pada

    umumnya jalur sesar yang sama terdapat pada semua batuan pra-

    holocen, walaupun beberapa jalur dibeberapa tempat tertentu

    berkembang lebih baik. Sesar utama daerah penyelidikan

    umumnya berarah utara barat laut-selatan tenggara. Sesar-sesar

    tersebut umumnya bersifat lateral dan tersebar hampir merata.

    Umumnya sesar tersebut merupakan batas utama timur laut dan

    barat daya tinggian batuan alas pra-tersier dan merupakan salah

    satu unsur sesar yang membentuk cekungan sedimen tersier.

    234

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    6.3. GOLONGAN A ( BAHAN GALIAN STRATEGIS)

    6.3.1. Batu Bara

    Mutu dari setiap endapan Batu bara ditentukan oleh suhu dan

    tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas

    organik. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (Batu bara

    muda) atau brown coal (Batu bara coklat). Ini adalah Batu bara dengan

    jenis maturitas organik rendah dibandingkan dengan Batu bara jenis

    lainnya, Batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam

    pekat sampai kecoklat-coklatan.

    Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama

    jutaan tahun, Batu bara muda mengalami perubahan yang secara

    bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah Batu bara

    muda menjadi Batu bara sub bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika

    terus berlangsung hingga Batu bara menjadi lebih keras dan warnanya

    lebih hitam dan membentuk bitumen atau antrasit. Dalam kondisi yang

    tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus

    berlangsung hingga membentuk antrasit. Analisa unsur memberikan

    rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan

    C240H90O4NS untuk antrasit.

    Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi

    Riau (2003), endapan batu bara terdapat di Desa Segati Kecamatan

    Langgam Kabupaten Pelalawan. Sumber daya hipotetik sebesar 15 juta

    ton. Nilai kalori 5.200-6.565 kkal/kg, kadar belerang 2.84% dan abu

    235

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    13.4%. Batu bara Kabupaten Pelalawan ditemukan di Daerah Kecamatan

    Pangkalan Lesung dan Desa Sejati Kecamatan Langgam. Keterdapatannya

    berarah membujur dari Barat ke Timur. Batu bara di daerah ini

    ditemukan pada formasi Palembang, merupakan satu hamparan dengan

    formasi batu bara yang ditemukan di daerah Cerenti dan sekitarnya.

    Batu bara di Kabupaten Pelalawan tidak tebal hanya + 0.5 m. Dari

    beberapa sumur penduduk masih ditemukan lapisan Batu bara dan dari

    korelasi dengan daerah Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi tersebut

    dapat diperkirakan tebal batu bara di daerah ini mencapai 3 m. Sebaran

    horizontalnya sekitar 10.000 ha, tetapi sebagian besar (lebih dari 80%)

    merupakan areal perkebunan sawit dan lahan kebun masyarakat). Batu

    bara di daerah ini termasuk jenis batu bara muda berwarna coklat

    kehitaman bersifat rapuh (mudah hancur). Kualitas Batu bara secara

    rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 6. 1. Kualitas Batu bara

    No Parameter Rata-rata1 Calorific value (adb) 4.000-5.500 Cal/gram2 Inheren Moisture (adb) 11.50-15.00%3 Ash Content 2.74-23.50%4 Volatit Matter 33.20-43.00%5 Fixed Carbon 34.00-38.00%6 Total Sulfur 0.25-0.80%7 HG 1 56-61%8 Total Moisture 38.00-44.00%

    236

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Gambar 6. 4. Potensi Pertambangan Batu Bara

    237

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Batu bara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk

    dari tetumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena

    pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama.

    Proses pembentukan Batu bara (coalification) dimulai sejak

    Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu bara)

    dikenal sebagai zaman Batu bara pertama yang berlangsung antara 360

    juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Di Indonesia, endapan Batu bara

    yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di

    bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),

    pada umumnya endapan Batu bara ekonomis tersebut dapat

    dikelompokkan sebagai Batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier

    Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier

    Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut skala waktu geologi.

    Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba

    sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa

    diantaranya tergolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air

    tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun.

    Batu bara di Indonesia berdasarkan data 2005, kalori rendah

    (24,36%), kalori sedang (61,42%), kalori tinggi (13,08%) dan kalori sangat

    tinggi (1,14%) dengan jumlah sumberdaya sebesar 61.273,99 milyar ton

    yang tersebar di 19 propinsi.

    Di lokasi telitian, kandungan dan keterdapatan Batu bara antara

    lain dapat dijumpai di Desa Air Hitam, Lubuk Kembang Bunga Kecamatan

    Ukui kemudian di Desa Gondai Kecamatan Langgam yang merupakan

    238

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Batu bara dengan kualitas baik yakni high voletile bituminous

    (kandungan kalori di atas enam ribu kalori/ gram) dengan kandungan

    potensi lebih-kurang 51.026.110 ton adalah kelas high voletile

    bituminous. Kandungan Batu bara ini tersimpan di bawah tanah dengan

    kedalaman antara setengah meter hingga delapan meter, yaitu pada

    dataran seluas lebih kurang 6.746 hektare.

    - Endapan Batu Bara Eosen

    Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang

    dimulai sekitar Tersier Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan

    sedimen di Sumatera dan Kalimantan.

    Batu bara di Sumatera umurnya lebih muda bila dibandingkan

    dengan di Kalimantan, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di

    Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fasa awal

    kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin). Berbeda dengan

    yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan fluvial

    kemudian ditutupi oleh lapisan Batu bara yang terjadi pada dataran

    pantai yang kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh

    sedimen marin berumur Eosen Atas.

    Endapan Batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan

    sulfur tinggi. Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal yang

    terdapat di lokasi telitian adalah merupakan bagian dari Batu bara yang

    terdapat di Cekungan Sumatra Tengah.

    239

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    - Endapan Batu Bara Miosen

    Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah

    pada Paparan Sunda telah berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal

    Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan yang luas dimana

    terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen

    batu gamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang

    umum pada tektonik Neogen di Kalimantan maupun Sumatera.

    Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta

    dan dataran pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut saat

    ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan

    belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya Batu bara Miosen

    ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali

    jika sangat tebal atau lokasi geografisnya menguntungkan.

    Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh

    tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas

    yaitu antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut. Tingkat

    perubahan yang dialami batu bara dari gambut sampai menjadi antrasit

    disebut sebagai pengarangan dan memiliki hubungan yang penting dan

    hubungan tersebut disebagai tingkat mutu batu bara.

    Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam

    berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% 98% unsur karbon

    (C) dengan kadar air kurang dari 8%. Batu bara jenis ini adalah batu bara

    dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan

    seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara jenis ini

    240

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang

    lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak.

    Bituminus mengandung 68% 86% unsur karbon (C) dengan kadar

    air 8 10% dari beratnya, Kelas batu bara yang paling banyak ditambang

    di Australia.

    Sub Bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Oleh

    karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan

    dengan bituminus.

    Lignit atau batu bara muda coklat adalah batu bara yang sangat

    lunak dengan kadar air 35 75% dari beratnya. Batu bara muda memiliki

    tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah

    sehingga kandungan energinya pun rendah.

    Gambut, berpori dan memiliki kadar air diatas 75% serta nilai

    kalori yang paling rendah.

    Pembuatan neraca batu bara dan gambut Indonesia, mengacu

    pada:

    US System (ASTM (ASA)

    International System (UN-ECE)

    Amandemen I-SNI 13-50414-1998

    Keppres No. 13 Tahun 2000 diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun

    2003 tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang

    berlaku pada Departemen Pertambangan dan Energi bidang

    Pertambangan Umum.

    241

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Berdasarkan acuan tersebut dibuat dasar pembagian kualitas batu

    bara Indonesia, yaitu :

    1. Batu bara Kalori Rendah adalah jenis batu bara yang paling rendah

    peringkatnya, bersifat lunak-keras, mudah diremas, mengandung

    kadar air tinggi (10 70%), memperlihatkan struktur kayu, nilai

    kalorinya < 5100 kal/gr (adb).

    2. Batu bara Kalori Sedang adalah jenis batu bara yang peringkatnya

    lebih tinggi, bersifat lebih keras, mudah diremas tidak bisa diremas,

    kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu masih tampak,

    nilai kalorinya 5100 6100 kal/gr (adb).

    3. Batu bara Kalori Tinggi adalah jenis batu bara yang peringkatnya

    lebih tinggi, bersifat lebih keras, tidak mudah diremas, kadar air

    relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak, nilai

    kalorinya 6100- 7100 kal/gr (adb).

    Batu bara Kalori Sanngat Tinggi adalah jenis batu bara dengan peringkat

    paling tinggi, umumnya dipengaruhi intrusi ataupun struktur lainnya,

    kadar air dangat rendah, nilai kalorinya >7100 kal/gr (adb). Kualitas ini

    dibuat untuk membatasi Batu bara kalori tinggi.

    6.3.2. Potensi Sumberdaya Lignit

    Lignit atau batu bara muda coklat adalah batu bara yang sangat

    lunak dengan kadar air 35% - 75% dari beratnya. Batu bara muda

    memiliki tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang

    rendah sehingga kandungan energinya pun rendah.

    242

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Di lokasi telitian, batu bara jenis ini yang dicirikan dengan

    kandungan kalori sedang yakni di bawah enam ribu kalori per gram

    dijumpai di tiga desa yang ada di dua kecamatan yakni di Desa Mayang

    Sari dan Sari Mulya Kecamatan Pangkalan Lesung serta batu bara di Desa

    Langgam Kecamatan Langgam dengan total kandungan potensi sebesar

    32.854.330 ton.

    Untuk saat ini batu bara jenis lignit ini belum bisa

    direkomendasikan untuk dieksploitasi. Hal ini terkait dengan strategi

    pemanfaatan sumberdaya alam yang mendahulukan potensi batu bara

    terbaik.

    Kondisi Batubara Di Kecamatan Pelalawan

    1. Luas daerah penyelidikan berdasarkan surat Bupati Pelalawan

    adalah seluruh Kabupaten Pelalawan kurang lebih 400.000 ha

    lebih, tetapi lebih difokuskan di daerah PT ARIANTINI PUTRI seluas

    101.000 ha

    2. Wilayah Kabupaten Pelalawan sebagian besar tersusun oleh

    endapan kuarter, formasi Palembang atas, Palembang Tengah,

    dan Palembang bawah, yang sebagian besar lithologinya adalah

    batupasir kwarsa, batupasir lempungan, dan batu lempung.

    3. Endapan bahan galian batubara berupa lapisan yang tidak

    menerus, hanya berupa lensa-lensa saja dan masih berwarna

    coklat.

    4. Keadaan daerah tempat lokasi sebaran endapan batubara sebagian

    besar berupa hutan HTI akasia, perkebunan kelapa sawit,

    perkebunan karet, sebagian kecil berupa hutan alam yang

    243

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    merupakan bagian dari kawasan Konservasi Gajah Tesso Nilo

    (WWF) dan sebagian dimanfaatkan untuk areal peladangan

    masyarakat / daerah transmigrasi.

    5. Parameter hasil analisa sample Batubara SP-02 dan SP-05 adalah

    sebagai berikut:

    Total Moisture (ar) = 52,2% - 57,4%

    Inherent Moisture (adb) = 10,1% - 14,6%

    Ash Content (adb) = 1,3%

    Volatil Matter (adb) = 40,4% - 47,2%

    Fixed Carbon = 41,4% - 43,7%

    Total Sulfur (adb) = 0,20% - 2,62%

    Gross Calorific Value (adb) = 4936 - 5630 Kcal/Kg

    Hardgrove Index = 49 - 54

    6.3.3. Potensi Sumber Daya Gambut

    Morfologi endapan gambut di daerah inventarisasi, secara umum

    merupakan pedataran dan sedikit tinggian yang berawa dengan pola

    aliran sungai yang sedikit berkelok pada bagian hulu dan bermeander

    pada bagian hilir dengan ciri khas airnya yang berwarna cokelat

    kehitaman, yang umum nya dipakai sebagai sarana kegiatan dan aktivitas

    penduduk. Ketinggian topografi endapan gambut berkisar dari 8,5 meter

    sampai 12 meter dari permukaan laut, yang ditumbuhi oleh tanaman

    rawa berupa semak dan pandan air, sedangkan pada daerah tinggian

    ditumbuhi tanaman perdu dan hutan kayu. Sebagian dari daerah tersebut

    yang bergambut tipis telah dimanfaatkan penduduk sebagai lahan

    bercocok tanam dan perkebunan kelapa sawit.

    244

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Stratigrafi endapan gambut di daerah inventarisasi tersebut, hanyalah

    berupa unit satuan endapan alluvial berupa kerikil, pasir, lanau dan sisa

    tumbuhan yang berumur Plistosen Atas, sedangkan unit satuan endapan

    rawa berupa lempung halus pada bagian bawah dan endapan gambut

    yang berwarna cokelat tua sampai kehitaman pada bagian atas. Pada

    bagian bawah endapan gambut mengandung serat kayu dan bagian atas

    mengandung akar tanaman yang berumur Holosen.

    Secara umum struktur geologi yang berhubungan dengan kegiatan

    tektonik pada endapan gambut di daerah inventarisasi tersebut, tidak

    dijumpai. Hal tersebut telah ditujukkan dengan adanya struktur sedimen

    yang berupa perlapisan sejajar dan relatip tidak mengalami gangguan

    tektonik. Adapun kenampakan morfologi tinggian dan lembah bukan

    disebabkan oleh adanya struktur geologi, namun disebabkan oleh adanya

    faktor erosi permukaan karena penurunan permukaan air laut, sehingga

    dibeberapa tempat terdapat bentuk seperti kubah.

    Secara peristilahan awam gambut dikenal sebagai calon (bakal)

    batu bara. Lokasi telitian yang secara umum didominasi dan disusun oleh

    satuan aluvium, memiliki potensi yang tidak sedikit akan bahan tambang

    ini.

    A. Deskripsi megaskopis gambut

    Kenampakan fisik endapan gambut di lokasi telitian, secara

    megaskopis adalah sebagai berikut: Warna endapan gambut yang

    terdapat di dekat permukaan setempat dijumpai dengan warna cokelat

    tua sampai kehitaman. Warna hitam diperkirakan karena pengaruh dari

    terbakarnya material pembentuk gambut di permukaan, serta pengaruh

    245

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    dari derajat pembusukan dan kandunga n zat organik. Selanjutnya di

    bagian tengah, umumnya berwarna coklat kemerahan, warna ini

    bergradasi menjadi coklat kehitaman bila semakin dekat dengan dasar

    sedimentasi.

    Derajat pembusukan endapan gambut terutama yang dekat

    permukaan umumnya relatif rendah, sedangkan untuk daerah yang

    mendekati dasar cekungan, derajat pembusukannya tinggi. Namun

    secara umum sebaran ke arah horisontal tidak memperlihatkan

    perubahan perbedaan yang mencolok, terutama pada bagian tengah yang

    mempunyai tingkat pembusukan sedang yang menurut skala Van Post

    berkisar dari H3 sampai H6 atau dalam kelompok fabric-hernic sampai

    hernic dengan kandungan serat 20% - 40%.

    Kandungan kayu dalam satu sekuen dari atas sampai ke bawah

    dalam suatu endapan gambut, tidak homogen. Kandungan kayu dijumpai

    pada bagian bawah dalam jumlah yang relatif tinggi bila dibandingkan

    dengan bagian atas, hal ini dipengaruhi oleh faktor derajat pembusukan

    serta kecepatan pembentukan gambut. Biasanya kayu yang terdapat di

    bawah muka air tanah, lebih cepat mengalami proses penggambutan,

    sedangkan kayu yang terdapat di atas muka air tanah mengalami

    pembusukan. Kandungan kayu di daerah tersebut berkisar dari 5% sampai

    10%.

    Kandungan akar, umumnya dijumpai pada bagian atas dalam

    endapan gambut, tetapi jumlahnya tidak besar yaitu berkisar dari 10%

    sampai 15%. Akar ini diperkirakan berasal dari tumbuhan baru yang baru

    tumbuh di atas tanaman lama yang sudah hancur.

    246

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Kandungan air atau kelembaban berkaitan erat dengan kondisi

    muka air tanah. Gambut yang berada di atas muka air tanah biasanya

    mempunyai kelembaban sekitar 80% sampai 90%, sedangkan yang

    terdapat di bawah muka air tanah kelembabannya lebih besar dari 90%.

    Kondisi kandungan air tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan cuaca

    pada saat pengambilan contoh di lapangan.

    B. Pemboran Endapan Gambut

    Pemboran dilakukan dengan metode bor tangan (hand auger) pada

    beberapa titik yang dilakukan secara acak dan semi-sistematis.

    Berdasarkan data-data tersebut yang kemudian dilakukan interpolasi

    akan menghasilkan sebaran dan gambaran isopach endapan gambut,

    kemudian dari data ketinggian serta ketebalan gambut tersebut

    selanjutnya dapat dibuat penampang endapan gambut, sehingga

    akhirnya dapat diketahui model endapan gambut, yaitu berupa kubah

    (dome) yang mempunyai ketebalan lebih dari 8 meter dengan bagian

    bawahnya terletak sekitar 4 meter dari permukaan laut, sedangkan

    ketinggian puncak sekitar 12 meter.

    Potensi sumber daya tereka endapan gambut kering yang tebalnya

    lebih besar dari 2 meter dilokasi telitian dapat dihitung dengan cara

    perkalian Volume Gambut basah dengan besaran Bulk Density, adapun

    Volume Gambut Basah diperoleh perkalian antara luas antar isopach

    sebaran gambut dikalikan dengan ketebalan rata-rata antar isopach.

    Luas daerah sebaran endapan gambut yang mempunyai ketebalan antara

    2m sampai 4m yaitu seluas 105.250.000 m2, yang mempunyai ketebalan

    antara 4m sampai 6m seluas 108.500.000 m2, sedangkan yang

    247

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    mempunyai ketebalan antara 6m hingga 8m memiliki luas 133.500.000

    m2 dan yang mempunyai ketebalan lebih dari 8m seluas 73.250.000 m2.

    Maka total sumberdaya tereka endapan gambut di lokasi telitian yang

    mempunyai ketebalan antara 2 m hingga lebih dari 8 m adalah sekitar

    237.875.000 ton gambut kering dengan luas sebaran sekitar 42.050

    hektar.

    Tabel 6. 2. Potensi Sumberdaya Tereka Endapan GambutNo. Isopach

    (m)Tebal (m)

    Luas (m2)

    Volume (m3)

    Bulk Density

    Sumberdaya (ton)

    1 2 - 4 3 105.250.000

    315.750.000 0,10 31.575.000

    2 4 - 6 5 108.500.000

    542.500.000 0,10 54.250.000

    3 6 - 8 7 133.500.000

    934.500.000 0,09 84.105.000

    4 > 8 8 73.250.000 586.000.000 0,11 64.460.000J u m l a h 420.500.00

    02.378.750.00

    0237.875.000

    C. PROSPEK PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN GAMBUT

    Prospek pemanfaatan dan pengembangan endapan gambut, dan

    mengingat sebaran lahan gambut yang sangat luas di daerah ini, maka

    pemanfaatan lahan gambut tersebut dapat dibagi menjadi 3 kelompok

    zona daerah berdasarkan ketebalannya, yaitu :

    Kelompok pertama, daerah lahan gambut yang mempunjai ketebalan

    gambut kurang dari 1 meter, disarankan dapat digunakan sebagai lahan

    pemukiman penduduk dan persawahan, karena daerah ini sebagian besar

    248

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    terdiri dari endapan alluvial dan gambut tipis. Pembuatan bangunan di

    daerah ini akan lebih stabil bila dibandingkan dengan daerah lainnya,

    dan persawahan akan lebih baik karena mengandung nutrisi yang cukup.

    Kelompok kedua, daerah lahan gambut yang mempunyai ketebalan

    gambut berkisar dari 1 meter hingga 2 meter, disarankan dapat

    digunakan sebagai lahan perkebunan, terutama tanaman keras seperti

    kelapa sawit, karet dan kayu-kayuan lainnya, karena akar tanaman keras

    tersebut masih bisa mencapai pada lapisan sedimen yang berada

    dibawah lapisan gambut bila sistem pengairannya baik.

    Kelompok ketiga, daerah lahan gambut yang mempunyai ketebalan

    gambut lebih dari 2 meter dan posisinya berada diatas muka air laut,

    disarankan dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar, sebagai bahan baku

    energi industri yang berupa briket dan sebagainya, karena menurut hasil

    analisis megaskopis gambut di daerah ini adalah baik untuk bahan baku

    energi, disarankan pula bila ketinggian gambut dibawah atau sama

    dengan permukaan air tanah, sebaiknya lahan gambut ini baik untuk

    konservasi alam guna menjaga ekosistem lingkungan air tanah dan

    sebagainya.

    249

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Kegunaan gambut yaitu dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

    seperti bahan bakar dan bahan dasar industri. Sebagai bahan bakar bisa

    berupa sod peat dan milled peat, yang kemudian dapat dikembangkan

    lagi menjadi briquettes, pellets, gas dan lainnya. Bahan bakar ini dapat

    digunakan untuk industri seperti pembangkit tenaga listrik, semen,

    keramik, gelas atau dipakai untuk keperluan rumah tangga. Sebagai

    bahan dasar industri, gambut dapat menghasilkan bahan-bahan tertentu

    setelah mengalami proses tertentu pula, seperti untuk lumpur

    pemboran, pelarut plastik, karbon aktip yang berporosity tinggi, macam-

    macam gas, lilin, bahan penyerap (air, protein, sulfat dan pewarna), bila

    ditambah sodium sulfat dapat menyerap logam berat (Air raksa, Pb, Cd),

    dengan menambah unsur tertentu gambut dapat dipakai sebagai pupuk,

    dan serat-serat gambut dapat dipakai sebagai boart.

    Prioritas kegunaan gambut di daerah tersebut, untuk tahap pertama,

    gambut dapat dipergunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dan

    pembuat uap air yang diperlukan oleh perusahaan minyak guna

    meningkatkan/merangsang produksi minyak bagi sumur minyak yang

    kurang produktip (secondary recovery). Untuk tahap kedua, gambut

    dikembangkan sebagai bahan bakar berbentuk briquettes dan pellets

    yang diharapkan dapat dijual atau dieksport keluar daerah tersebut.

    250

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Untuk tahap ketiga, yaitu mengubah gambut menjadi bahan keperluan

    industri dan sebagainya. Prospek pemanfaatan gambut yang diharapkan

    yaitu dipakai sebagai pembangkit tenaga listrik, karena selain dapat

    menunjang pembangunan daerah setempat, juga dapat menumbuhkan

    industri-industri baru dan akhirnya minat investor semakin banyak.

    6.3. Minyak Bumi

    Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam penyumbang

    devisa bagi negara dan pendapatan asli daerah yang cukup besar,

    terlebih-lebih di Provinsi Riau, sumber daya alam ini merupakan

    penyumbang kas negara yang besar. Di Provinsi Riau sumber daya alam

    ini tersebar di beberapa daerah tingkat dua, salah satunya terdapat di

    Kabupaten Pelalawan, yakni yang terdapat di Kecamatan Kerumutan dan

    Kecamatan Ukui.

    Lapangan-lapangan minyak di Cekungan Sumatera Tengah secara

    umum berlokasi di sekitar struktur lipatan antiklin (Hasan, drr., 1972).

    Kebanyakan struktur-struktur tersebut berkaitan dengan pergerakan

    dasar cekungan pada kala Miosen (Roezin, 1974). Reservoar utama

    adalah batu pasir sistem delta yang merupakan penyusun dominan dari

    Formasi Sihapas dimana minyak-minyak tersebut terjebak pada Formasi

    Telisa yang didominasi oleh batulumpur. Hidrokarbon telah diproduksi

    dari 60 lapangan yang ada di Cekungan ini, hingga tahun 1996 telah

    diproduksi 16 milyar barrel (Katz, drr., 1997), kemudian di tahun

    2002-2003 total cadangan hidrokarbon di Indonesia adalah 9.7

    251

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    miliarbarel. Sedangkan daerah Riau (termasuk Pelalawan) dengan

    Cekungan Sumatra Tengah mempunyai total cadangan minyak sebesar

    5.362 juta barel (Petroleum Report Indonesia).

    Gambar 6. 5. Potensi Pertambangan Minyak Bumi

    252

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    6.4. Gas Bumi

    Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa,

    adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari

    metana C H 4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan

    juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi

    melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik

    selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan

    di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan

    kotoran manusia dan hewan.

    A. Komposisi kimia

    Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang

    merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas

    alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat

    seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-

    gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan

    sumber utama untuk sumber gas helium.

    253

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan

    global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai

    polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu,

    metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida

    dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara

    relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari

    makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan

    pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton

    per tahun secara berturut-turut).

    Komponen %

    Metana (CH4) 80-95

    Etana (C2H6) 15-May

    Propana (C3H8) and Butane (C4H10) < 5

    karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga

    terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam

    jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang

    gasnya.

    Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan

    (pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah

    pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut

    juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan

    akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum

    gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut

    254

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi

    kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak

    berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan

    tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen

    di udara pada level yang dapat membahayakan.

    Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar

    dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga

    cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam

    ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai

    titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat

    menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan

    metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%.

    Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak

    mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi

    yang diluar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.

    B. Pemanfaatan Gas Alam

    Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :

    Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar

    Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan,

    menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor

    (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga

    hotel, restoran dan sebagainya.

    Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik

    pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik (LDPE = low

    density polyethylene, LLDPE = linear low density polyethylene,

    HDPE = high density polyethylen, PE= poly ethylene, PVC=poly

    255

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft

    drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi

    tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.

    Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied

    Natural Gas (LNG.

    Potensi gas alam di Kabupaten Pelalawan belum dieksploitasi

    secara total. Berdasarkan data eksplorasi terakhir, terdapat 6 titik sumur

    gas dengan sumber gas sebesar 300 BCF yang mana dapat menghasilkan

    50 MMCF per hari. Lokasi sumber gas alam potensial di Kabupaten

    Pelalawan adalah sebagai berikut:

    Lokasi seng di Muara Sako, Kecamatan Langgam.

    Lokasi perak di SP.VII, Kecamatan Pelalawan.

    Lokasi Kerinci Barat di Pangkalan Kerinci.

    Lokasi Segat 1C di Segati, Kecamatan Langgam.

    Lokasi Segat 2 di Segati, Kecamatan Langgam.

    Lokasi Platina di Kecamatan Langgam.

    6.5. Potensi Pertambangan Golongan C

    6.5.1. Pasir Bono

    Sumberdaya alam yang memegang peranan penting dalam

    pertumbuhan dan perkembangan Kabupaten Pelalawan baik pada masa

    lalu maupun pada masa yang akan datang adalah keberadaan Sungai

    Kampar. Sejak zaman dahulu keberadaan Sungai Kampar ini memberikan

    manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitarnya baik yang bermata

    pencaharian sebagai nelayan dan pembudidayaan ikan, petani tanaman

    256

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    pangan serta kehutanan, bahkan yang tidak kalah pentingnya Sungai

    Kampar menjadi sarana transportasi bagi kebanyakan masyarakat di

    daerah ini.

    Berbeda dengan sungai-sungai yang terdapat di Propinsi Riau

    bahkan di Pulau Sumatera, di perairan Muara Sungai Kampar dikenal

    dengan fenomena alam (gelombang pasang dari muara) yang dikenal

    sejak adanya sungai Kampar. Fenomena yang berlangsung setiap pasang

    purnama (spring tide) dan pasang bulan mati (neap tide) menimbulkan

    perobahan kondisi fisik, kimia dan biologis perairan yang terambat

    gelombang. Salah satu perobahan perairan karena gelombang pasang

    adalah terjadinya endapan pasir di beberapa kawasan tertentu di pinggir

    sungai. Gelombang ini mengikis pasir dan lumpur pada suatu bagian dan

    mengendapkannya pada bagian lain, sehingga Sungai Kampar terutama

    bagian muara selalu berubah. Perubahan ini sangat mempengaruhi alur

    transportasi dan perubahan topografi sungai.

    Pengendapan yang berlangsung secara terus menerus sebagai

    akibat dari gelombang tersebut menyebabkan pada beberapa kawasan

    mulai dari sekitar Pulau Muda sampai ke Teluk Meranti menjadi dangkal.

    Apabila pasang mati, dasar perairan Sungai Kampar pada bagian tersebut

    akan timbul dan kering. Titik-titik sedimentasi ini luasnya bervariasi

    tergantung letak posisinya.

    Gambaran pasir bono di daerah tersebut dapat dilihat dari sisi

    kandungan dan nilai sedimen; volume sedimen; kegunaan dan peluang

    mineral sedimen; dan model pemanfaatan mineral pasir bono. Untuk

    lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

    257

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    6.5.2. Kandungan dan Nilai Sedimen Pasir Bono

    6.5.2.1. Sedimen Dan Mineral Pasir Di Muara Sungai Kampar

    A. Sedimen Pasir Di Muara Sungai Kampar

    Sebaran tekstur sedimen pasir bono di Muara Sungai Kampar

    terdiri dari: pasir, pasir lanauan, lanau pasiran, lanau, dan lumpur

    pasiran. Pasir bono di Muara Sungai Kampar tersebut terdapat di sebelah

    selatan P. Lebu, di sebelah utara mulut Sungai Kampar, dan di selat

    sebelah selatan P. Mendol. Tekstur sedimen pasir ini umumnya

    berukuran menengah-sangat halus, berwarna kuning kecoklatan,

    mengandung mineral hitam dan sisa tumbuhan.

    Di daerah muara Kampar arus yang datang dari Sungai Kampar

    belok ke arah utara membentuk pola sebaran tekstur sedimen yang di

    endapkan disekitar pantai P. Sumatra. Di bagian utara daerah

    penyelidikan, sekitar P. Lebu, arus yang membentuk sebaran tekstur

    sedimen pasir yaitu dari selatan ke arah utara.

    Penyebaran tekstur sedimen pasir bono dapat dibedakan atas

    ukuran fraksi medium, halus, dan sangat halus. Fraksi sedimen pasir

    medium, berukuran dari 2,0 1,0 Phi Sekala Wentworth, terkumpul

    hanya di satu tempat, yaitu di daerah Tg. Kijang bagian selatan P.

    Serapung. Fraksi sedimen pasir halus, berukuran 3,0 2,0 Phi Sekala

    Wentworth, terkumpul di bagian selatan P. Mendol dan Tg. Datuk di

    utara Muara Sungai Kampar. Fraksi sedimen pasir sangat halus,

    berukuran 4,0 3,0 Phi Sekala Wentworth, terkumpul di daerah selatan

    P. Mendol, Tg. Datuk di utara Muara Sungai Kampar, dan Tg. Paliti di

    daerah barat P. Mendol.

    258

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Pasir Lanauan mempunyai sebaran di sekitar mulut Sungai Kampar

    dan menerus ke arah utara di sepanjang pantai Sumatera, juga di

    sepanjang pantai sebelah barat P. Mendol. Sebaran sedimen ini juga

    terdapat secara setempat-setempat, yaitu di bagian utara dan selatan P.

    Serapung, sebelah utara daerah penyelidikan, dan di daerah selat

    sebelah selatan P. Mendol. Sedimen pasir lanauan ini mempunyai warna

    umumnya abu-abu kehijauan, lunak-sedang, mengandung sisa tumbuhan,

    dan mineral hitam.

    Pola sebaran tekstur sedimen pasir lanauan di daerah selat antara

    P. Serapung dan P. Sumatra terbentuk di sepanjang P. Sumatera, dan

    sebagian di atas P. Serapung, dimana arus yang mempengaruhi datang

    dari utara, yaitu dari Selat Panjang belok ke arah selatan.

    Demikian juga di bagian utara daerah penyelidikan terdapat

    tekstur sedimen pasir lanauan memanjang ke arah selat antara

    P.Serapung dan P. Lebu, di bentuk oleh arus yang datang dari arah utara

    daerah penyelidikan menerus ke arah selatan.

    Pola sebaran sedimen pasir lanauan yang terdapat di sepanjang

    pantai bagian barat P. Mendol dibentuk oleh arus yang datang dari dua

    arah, yaitu dari arah utara dan juga selatan.

    Daerah selat bagian selatan P. Mendol terdapat pola sedimen

    bertekstur pasir lanauan memanjang sejajar selat dan juga endapan

    sedimen pasir secara setempat. Pola demikian disebabkan oleh adanya

    arus yang berasal dari Sungai Kampar menerus ke arah dinding bagian

    selatan P. Mendol, dan menerus ke arah timur, demikian sebaliknya arus

    259

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    yang datang dari sebelah timurnya pada waktu pasang menerus ke arah

    dinding P. Sumatera menerus ke arah barat.

    Di daerah Muara Sungai Kampar arus yang datang dari arah Sungai

    Kampar belok ke arah utara membentuk pola sebaran tekstur sedimen

    pasir lanauan memanjang ke arah utara.

    Lanau Pasiran umumnya mempunyai warna abu-abu kehijauan,

    sangat lunak-lunak, mengandung mineral hitam dan sisa tumbuhan.

    Lanau menempati daerah penyelidikan secara setempat-setempat, yaitu

    di bagian utara P.Lebu, sebelah barat bagian utara P.Mendol, di selat

    antara selatan P. Serapung dan P. Mendol, dan di sepanjang tanjung

    sebelah selatan P. Mendol. Pola sebaran sedimen ini yang terdapat di

    sepanjang pantai bagian barat P. Mendol dibentuk oleh arus yang datang

    dari dua arah, yaitu dari arah utara dan juga selatan.

    B. Mineral Pasir Di Muara Sungai Kampar

    Keberadaan mineral-mineral yang ditemukan di daerah

    penyelidikan (Muara Sungai Kampar) dipengaruhi oleh beberapa hal,

    seperti densitas dan kekerasan mineral, ukuran butir dari batuan

    sumber, pengaruh gesekan selama transportasi, perbedaan kecepatan,

    lokasi pengendapan, dan perbedaan derajat sortasi mineral. Sehubungan

    dengan hal tersebut di atas, sedimen pasir yang terdapat di sekitar

    Muara Sungai Kampar dan selat di bagian selatan P. Mendol, umumnya

    mempunyai ukuran butir medium hingga sangat halus. Sedimen ini

    didominasi oleh mineral kuarsa dengan sedikit mineral berat lainnya,

    sepeti magnetit, illmenit, zirkon, dan lain sebagainya.

    260

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Mineral pasir yang terdapat di Muara Sungai Kampar dapat

    diketahui dengan menggunakan data bor. Pengambilan data bor

    dilakukan di daerah perairan pada tiga lokasi, yaitu di perairan Desa

    Sokoi (BH 1), perairan Desa Serapung (BH 2), dan perairan Desa Teluk

    Dalam (BH 3).

    BH 1

    Lokasi pemboran BH 1 terdapat di Desa Sokoi, Kecamatan

    Muara Kampar pada kedalaman laut 2 meter, dengan perolehan inti

    core sepanjang 21 m, terdiri dari Pasir sangat halus (0-6 m) dan

    lempung (6-21 m).

    Pasir sangat halus mempunyai ciri-ciri abu-abu terang, sangat

    lunaklunak, mengandung mineral hitam 10%-25%, pecahan cangkang

    molluska 5%, dan sisa tumbuhan bakau 5%. Lempung mempunyai ciri-

    ciri abu-abu kehijauan, agak plastissangat plastis, mengandung

    mineral hitam dan sisa tumbuhan bakau. Pada kedalaman 15 m

    sampai 21 m, terdapat lempung plastis hingga sangat plastis dan

    homogen.

    Berdasarkan data bor BH-1, adanya mineral hitam dan

    cangkang molluska serta sedikit tumbuhan bakau pada sedimen

    lumpur, menunjukkan bahwa lingkungan pengendapannya merupakan

    endapan laut dangkal dan rawa. Kandungan mineral hitam dan

    tumbuhan bakau pada sedimen lempung, menunjukkan bahwa

    lingkungan pengendapannya merupakan endapan rawa. Pada sedimen

    hasil pemboran, terdapat mineral magnetit pada BH1 pada

    kedalaman 3m-4m.

    261

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    BH 2

    Lokasi pemboran BH 2 terdapat di Kelurahan Teluk Dalam,

    Kecamatan Kuala Kampar pada kedalaman laut 3 meter, perolehan inti

    core sepanjang 20 meter, terdiri atas pasir halus (0 4 m) dan lempung

    (4,520 m)

    Pasir Halus mempunyai ciri-ciri abu-abu kehijauan, lunak,

    mengandung mineral hitam 10%-15%, dan sisa tumbuhan 20%-25%.

    Lempung mempunyai ciri-ciri abu-abu kehijauan, agak plastis-plastis,

    homogen, mengandung mineral hitam 5%-15%, dan sisa tumbuhan bakau

    15%.

    Kandungan sisa tumbuhan bakau dan mineral hitam yang terdapat

    pada bor BH 2, menunjukkan bahwa lingkungan pengendapannya

    merupakan endapan rawa dan dipengaruhi oleh darat. Pada sedimen

    hasil pemboran terdapat mineral magnetit di kedalaman 11-12 m.

    Kandungan mineral lempung di bawah permukaan dasar terdapat

    pada BH-2 (11-12 m) sebesar 19,85%. Dan berdasarkan analisis XRD (X-

    Ray Difraction) pada salah satu contoh (MKP-70), dapat diketahui

    bahwa Mineral lempung terdiri dari mineral kuarsa, kaolinite dan illite.

    BH 3

    Lokasi pemboran BH 3 terletak di Desa Serapung, Kecamatan Kuala

    Kampar pada kedalaman laut 2 meter, dengan perolehan inti core

    sepanjang 18 meter, terdiri dari pasir medium (0 3,5 m), perselingan

    pasir lanauan dan lanau (4-10 m), dan lempung (10-18 m).

    Pasir mempunyai ciri-ciri putih kecoklatan, lepas, sangat halus

    sedang, membulat tanggungmembulat baik, mengandung kuarsa

    262

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    70%-85%, mineral hitam 5%-30%, dan mineral hitam 5%-10%. Pasir

    lanauan mempunyai ciri-ciri abu-abu kehijauan, mengandung kuarsa

    75%, mineral hitam 15% dan sisa tumbuhan 10%. Kemungkinan

    lingkungan pengendapannya adalah darat yang dipengaruhi oleh

    lingkungan rawa.

    Lanau mempunyai ciri-ciri abu-abu kehijauan, mengandung kuarsa,

    mineral hitam dan sisa tumbuhan. Kemungkinan lingkungan

    pengendapannya adalah darat yang dipengaruhi oleh lingkungan rawa.

    Lempung mempunyai ciri-ciri, abu-abu kehijauan, plastis, homogen,

    mengandung sisa tumbuhan. Kemungkinan lingkungan pengendapannya

    adalah lingkungan rawa. Pada sedimen hasil pemboran terdapat mineral

    magnetit di kedalaman 0,5-1 m; 1-1,5 m; 22,5 m; 33,5 m; 44,5 m;

    5-5,5 m; 6,5-7 m; 7,5-8 m; 8,5-9 m; 9,5-10 m.

    Berdasarkan data analisis mineral perairan sekitar Muara Sungai

    Kampar di daerah penyelidikan ditemukan mineral-mineral sebagai

    berikut :

    Magnetit (Fe3O4), termasuk dalam group oksida, hitam agak

    kebiruan, membulat, kilap submetalik, sepintas mirip ilmenit,

    tetapi agak buram. Magnetit terbentuk di bawah kondisi yang agak

    lemah dibanding hematit berupa endapan bijih yang terjadi pada

    beberapa tipe batuan magmatik, pegmatit, dan kontak

    metasomatik. Magnetit dapat digunakan sebagai campuran pada

    besi, dan baja. Magnetit terdapat pada seluruh contoh sedimen

    permukaan dasar laut yang dianalisis mempunyai kandungan

    terbesar pada lokasi MKP12 sebesar 0,12% dan MKP-10 sebesar

    0,06%, sedangkan pada contoh lainnya hanya berupa jejak (trace).

    263

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Kasiterit (SnO2), termasuk group oksida, merah kecoklatan,

    prismatik, identik dengan rutil, kekerasan 6 - 7, berat jenis 6,8 - 7,0.

    sinonim dengan bijih timah. Endapan kasiterit genesanya berasosiasi

    dengan batu beku asam terutama granit terbentuk pada akumulasi

    pegmatit, endapan kontak metasomatik dan hydrothermal. Kasiterit

    digunakan untuk solder, keramik, timah pada campuran tembaga.

    Zirkon (ZrSiO4), termasuk group silikat putih/bening, prismatik,

    permukaan datar kekerasan 7 - 8, berat jenis 4,68 - 4,7,

    merupakan unsur radioaktiv, terjadi pada daerah yang kecil pada

    batuan intrusi magmatik, nephelin, syenit, granit, diorit. Zirkon

    digunakan untuk batu perhiasan karena mempunyai bentuk yang

    bagus.

    Amfibol (Ca2(MgFe)4Al(Si17Al)O22(OH,F)), termasuk group silikat,

    hijau kecoklatan bentuk prismatik memanjang, kekerasan 5,5 - 6,

    berat jenis 3,1-3,3, umumnya terjadi pada batuan beku medium -

    basa seperti syenit, diorit, granodiorit.

    Tourmalin (Na(Mg Fe Li Mn Al)3Al6(Bo3)3Si16O18(OH,F)4), termasuk

    group silikat, merah kecoklatan bentuk prismatik, kekerasan 7 -

    7,5, berat jenis 2,9 - 3,25, umumnya terjadi pada batuan

    pegmatit berasosiasi dengan mineral yang mengandung lithium,

    cesium, rubidium dan elemen unsur jarang lainnya. Pada granit,

    tourmalin berasosiasi dengan kuarsa, topas, dan kasiterit.

    Tourmalin mempunyai warna yang bagus sehingga sering dijadikan

    batu perhiasan, juga untuk kontrol frekuensi radio transmiter.

    264

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Pirit (FeS2), termasuk group sulfida, kuning kecoklatan, bentuk

    membulat, kilap metalik, kekerasan 6 - 6,5, berat jenis 4,29 - 5,2,

    komposisi kimia terkadang berasosiasi dengan emas, perak. Pirit

    umumnya terjadi pada kontak metasomatik, proses metamorf,

    hydrothermal dan berupa bijih dari hasil sedimentasi, biasanya

    berasosiasi dengan tembaga, seng dan juga emas. Pirit digunakan

    sebagai pewarna atau bahan untuk membuat besi (Fe).

    Ilmenit (FeTiO3), termasuk group oksida, hitam kecoklatan,

    kekerasan 5 - 6, berat jenis 4,72,. Ilmenit umumnya terjadi pada

    batuan beku basa yang biasanya berasosiasi dengan magnetit.

    Ilmenit dalam akumulasi yang besar digunakan sebagai sumber

    titanomagnetit, pigmen putih dan pada industri baja, karena

    tahan terhadap korosi, maka sering digunakan dalam industri

    kapal.

    Piroksen (Ca, Mg, Fe (Si2O6)) dibagi dalam dua group yaitu piroksen

    monoklin dan piroksen orthorombik, kekerasa 5 6, berat jenis

    3,27 3,28.

    Kuarsa didapatkan hampir diseluruh contoh yang dianalisis kecuali

    pada MKP-70. Kuarsa adalah mineral yang sangat umum terdapat

    pada kerak bumi, SiO2 merupakan mineral yang sangat penting

    dalam pembentukan batuan beku. Di beberapa tempat terdapat

    pasir yang mengandung kuarsa hampir 100%. Kuarsa umumnya

    bening, tetapi kadang putih kekuningan. Beberapa kuarsa

    digunakan sebagai batu perhiasan, pembuat gelas.

    265

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Muskovit (KAl2(Si3Al)O10(OH,F)), termasuk group silikat (Mika),

    bening bentuk berlembar tipis-tipis, kilap mutiara, kekerasan 2 -

    35, berat jenis 2,76 - 3,10. Muskovit umumnya terjadi pada

    batuan beku intusi granit terutama greisens berasosiasi dengan

    kuarsa, topas, kasiterit, lithium. Muskovit digunakan secara

    komersil pada listrik tegangan tinggi (isolator dan kapasitor).

    Dari analisis kimia terhadap contoh sedimen diperoleh unsur-unsur

    tanah jarang, seperti tantalum, ytrium, zirkonium, dan kandungan

    kasiterit yang berasosiasi dengan mineral lainnya

    Jenis-jenis mineral yang terdapat di daerah penyelidikan erat

    kaitannya dengan kompleks batuan dasar granitik yang kemungkinan

    besar mengandung unsur mineral jarang, seperti apatit (Ce), zirkon (Zr,

    Th, Y, Ce), monazit (Ce, La, Nd, Th), pyrochlore (Ce), dan xenotime

    (Y). Dengan demikian dipilih unsur-unsur thantalum, zirkonium,

    neodymium untuk dianalisis kimia.

    Hasil analisis kimia dari 33 contoh sedimen permukaan dan 12 contoh hasil

    pemboran, diperoleh unsur-unsur sebagai berikut :

    Ytrium yang terdapat pada semua contoh dengan kisaran antara

    4,1ppm39,3ppm. Ytrium (nomor atom 90) tetap dikelompokkan

    dalam mineral tanah jarang karena sering terdapat bersama-sama

    dengan lanthanum. Ytrium dapat digunakan sebagai bahan

    keramik berwarna, sensor oksigen, lapisan pelindung karat dan

    panas. Berdasarkan Peta Lokasi Kandungan Ytrium, didapatkan

    data kandungan ytrium < 10 ppm hanya lokasi MKP-75 dekat Pulau

    Sumatera. Kandungan antara 10,1 ppm 20 ppm terdapat pada

    266

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    pinggir sungai sampai dekat daratan (Pulau). Kandungan yttrium >

    20 ppm rata-rata terdapat di tengah-tengah sungai (alur).

    Zirkonium yang terdapat di daerah penyelidikan berkisar antara

    2,8 ppm106 ppm. Zirkonium mempunyai nilai yang tinggi pada

    MKP-10, MKP-12, MKP-39, MKP-62, MKP-64 dengan kandungan

    antara 106 ppm sampai130 ppm, sedangkan secara vertikal

    mempunyai kandungan antara 20,1 ppm sampai 85 ppm .

    Neobium yang terdapat pada 39 contoh dengan kisaran antara

    0,15ppm15,3ppm Neobium terdapat pada 39 contoh yang

    dianalisa dengan nilai yang tinggi pada MKP 12, MKP-43, MKP-44,

    MKP-48, MKP-54, MKP-59, MKP-61, MKP-69, MKP-70, MKP-71,

    MKP-72, dengan kandungan antara 10,2 ppm sampai 15,3 ppm,

    sedangkan secara vertikal kandungan neobium antara 0 6,9 ppm

    267

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Thantalum yang terdapat pada 23 contoh dengan kisaran antara

    0,15ppm-9,30 ppm. Tantalum mempunyai kandungan yang tinggi

    pada MKP-43, MKP-44, MKP-48, MKP-61, MKP-69, MKP-70, MKP-72

    dengan kandungan antara 10,92 ppm - 19,30 ppm. Secara vertikal

    tantalum tidak ditemukan sehingga penyebarannya hanya secara

    lateral saja.

    6.5.2.2. Sedimen dan Mineral Pasir Bono di Teluk Meranti Pulau Muda)

    A. Sedimen Pasir Teluk Meranti P. Muda

    Berdasarkan data analisa besar butir sebanyak 10 lokasi

    percontohan sedimen pantai di sekitar Teluk Meranti, sedimen

    permukaan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 satuan tekstur

    sedimen yaitu lanau pasiran, pasir lanauan dan lanau.

    Sedimen tersebut tersebar sepanjang endapan pasir di Teluk

    Meranti, Ukuran butir pasirnya adalah antara 2 phi sampai 4 phi

    Prosentase pasirnya bervariasi 25,7% - 54,7%. Secara megaskopis pasir ini

    berukuran halus-sedang sampai kasar.

    268

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Tabel 6. 3. Ukuran Butir Pasir di Sekitar Teluk Meranti

    Contoh Phi sorting skewneess kurtusis krikil pasir lanau lempung litologi

    MR-01 4.9 1.3 0.7 2.5 0 25.7 73.8 0.5 Lanau Pasiran

    MR-02 4.5 0.8 0.6 3.2 0 28.9 71.8 0 Lanau Pasiran

    MR-03 4.8 1.2 1.1 1.1 0 29.1 67.1 3.81 Lanau Pasiran

    MR-04 4.3 0.9 1.5 1.54.2 0 41.4 58.3 0.3 Lanau Pasiran

    MR-05 5.2 1.1 1.3 1.5.93 0 5.7 90.6 3.7 Lanau

    MR-06 5.2 1.1 1.3 14.6.3 0 5.7 90.6 3.7 Lanau

    MR-07 4.4 0.8 0.2 0.23.3 0 32.5 67.5 0.1 Lanau Pasiran

    MR-08 4.9 0.9 0.6 0.4.16 0 13.0 86.9 0.1 Lanau Pasiran

    MR-09 4.3 1.0 0.9 3.8 0 44.6 55.4 0 Lanau Pasiran

    Mr-10 4.2 1.0 1.3 5.5 0 54.7 44.5 0.8 Pasir Lanauan

    Sumber : Analisis Laboratorium

    Keterangan : Phi ( ) = -log2 d sorting = pemisahan besar butir

    skewness = kepencongan kurva distribusi kurtosis = bentuk puncak kurva distribusi

    B. Mineral Pasir Teluk Meranti-Pulau Muda

    Analisis mineral yang dilakukan di sekitar Teluk Meranti (Tabel

    6.2) terdiri dari: Kuarsa, magnetit, kasiterit zirkon, ilmenit, tourmalin,

    piroksen, kasiterit dan muskovit. Hal ini menunjukkan bahwa

    berdasarkan asosian keterdapatan mineral di Teluk Meranti berhubungan

    atau berasal dari sedimen perairan Kuala Kampar.

    269

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Tabel 6. 4. Jenis Mineral di Sekitar Teluk Meranti

    Contoh Jenis Mineral

    MR-01 Kuarsa, magnetit, zirkon, ilmenit

    MR-02 Kuarsa, magnetit, zirkon, ilmenit

    MR-03 Kuarsa, magnetit, zirkon, ilmenit

    MR-04 Kuarsa, magnetit, piroksen, zirkon, ilmenit

    MR-05 Kuarsa, magnetit, zirkon, ilmenit, piroksen

    MR-06 Kuarsa, magnetit, zirkon, ilmenit, piroksen, tourmalin

    MR-07 Kuarsa, piroksen, magnetit, zirkon, ilmenit

    MR-08 Kuarsa, piroksen, magnetit, tourmslin zirkon, ilmenit

    MR-09 Kuarsa, kasiterit, piroksen, toumalin magnetit, zirkon, ilmenit, Muskovit

    Mr-10 Kuarsa, magnetit, kasiterit zirkon, ilmenit, tourmalin, piroksen, Muskovit

    Sumber : Analisis Laboratorium

    Kuarsa di dapatkan hampir diseluruh contoh yang dianalisis Kuarsa

    umumnya bening, tetapi kadang putih kekuningan. Beberapa kuarsa

    digunakan sebagai batu perhiasan, pembuat gelas. Kandungan kuarsa

    antara 50% sampai 90%.

    Magnetit (Fe3O4), Magnetit terdapat pada seluruh contoh sedimen

    permukaan dasar laut yang dianalisis mempunyai kandungan terbesar

    pada lokasi MR-10 sebesar 0,1% dan MR-06 sebesar 0,06%, sedangkan pada

    contoh lainnya hanya berupa jejak (trace).

    Kasiterit (SnO2), Kasiterit terdapat hanya pada 2 contoh sedimen

    permukaan dasar laut dengan kandungan yang hanya berupa jejak

    (sangat sedikit)

    270

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Zirkon (ZrSiO4), termasuk group silikat putih/bening, prismatik,

    permukaan datar kekerasan 7 - 8, berat jenis 4,68 - 4,7, merupakan unsur

    radioaktiv, terjadi pada daerah yang kecil pada batuan intrusi magmatik,

    nephelin, syenit, granit, diorit. Zirkon digunakan untuk batu perhiasan

    karena mempunyai bentuk yang bagus. Di daerah penyelidikan zirkon

    terdapat pada seluruh contoh sedimen yang dianalisa dengan kandungan

    yang hanya berupa jejak (sangat sedikit)

    Tourmalin (Na(Mg Fe Li Mn Al)3Al6(Bo3)3Si16O18(OH,F)4), termasuk group

    silikat, merah kecoklatan bentuk prismatik, kekerasan 7 - 7,5, berat jenis

    2,9 - 3,25, Di daerah penyelidikan tourmalin terdapat pada 4 contoh

    sedimen permukaan dasar laut dengan kandungan terbesar pada MR-09

    sebesar 2,3% dan kandungan terkecil berupa jejak

    Ilmenit (FeTiO3) , termasuk group oksida, hitam kecoklatan, kekerasan 5 -

    6, berat jenis 4,72,. Ilmenit umumnya terjadi pada batuan beku basa

    yang biasanya berasosiasi dengan magnetit. Di daerah penyelidikan

    Ilmenit terdapat pada semua contoh yang dianalisis, dengan kandungan

    terbesar pada MR-10 sebesar 1,07%, sedangkan yang terkecil berupa

    jejak.

    Piroksen (Ca, Mg, Fe (Si2O6)), Di daerah penyelidikan piroksen terdapat

    pada 7 contoh sedimen yang dianalisis. Sebaran mineral piroksen secara

    horizontal mempunyai kandungan terbesar pada MR-07 sebesar 5,10%,

    Muskovit (KAl2(Si3Al)O10(OH,F)), Di daerah penyelidikan muskovit

    terdapat pada 2 contoh sedimen permukaan dasar laut dengan

    kandungan terbesar pada MR-10 sebesar 0,89% dan kandungan

    terkecil berupa jejak.

    271

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Gambar 6. 6. Subb Wilayah Pembangunan Bidang Pertambangan

    272

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    6.5.3. Volume Sedimen Pasir Bono

    Sedimen pasir dan mineral berat lainnya yang terdapat di bagian

    Muara Sungai Kampar berada di sekitar P. Serapung bagian utara,

    diperkirakan berasal dari Selat Panjang dan juga dari utara daerah

    penyelidikan. Sedimen pasir terakumulasi di sekitar Muara Sungai

    Kampar oleh bentukan arus pasang surut yang berkembang. Selain

    bentukan arus pasang surut juga bentukan akumulasi pasir secara

    setempat, seperti di utara dan selatan P. Serapung, di selatan P. Lebuh,

    di sebelah barat P. Mendol, dan di selat sebelah selatan P. Mendol.

    Akumulasi pasir dengan jumlah yang lebih besar terdapat lebih ke arah

    darat (di luar daerah penyelidikan) membentuk gosong-gosong pasir di

    meander-meander Sungai Kampar. Semakin ke arah hulu Sungai Kampar

    endapan pasir semakin banyak, terutama yang terdapat di sekitar Teluk

    Meranti dan Pulau Muda.

    6.5.3.1. Perhitungan Volume Sedimen Pasir di Perairan Muara Sungai Kampar

    Berdasarkan Peta Sebaran sedimen pasir fraksi medium, dihasilkan

    prosentase pasir yang bervariasi dimana berdasarkan hasil data bor BH-3

    meter kedalaman pasir medium adalah 3,5 meter, maka bila dihitung

    berdasarkan luas kandungan pasirnya adalah sebagai berikut:

    273

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Tabel 6. 5. Persentase Volume Sedimen Pasir Medium di Perairan Muara Sungai Kampar

    % Kandungan Pasir

    5-10% 10-15% 15-20% 20-25% 25-30% 30-35% 35-40% 40-45% Jumlah

    Blok A m2 14.700 3.200 2.700 2.200 1.000 300 24.100

    Blok B m2 24.100 3.400 27.500

    Blok C m2 2.500 2.500

    Total (m2) 54.100 mm

    Dari data tabel tersebut terlihat bahwa sedimen fraksi medium

    dari blok A yang mempunyai kandungan pasir dari 5% sampai 35% adalah

    24.100 m2 . Blok B kandungan pasirnya antara 5% -15% mempunyai luas

    27.500 m2. Blok C kandungan pasirnya antara 5% -10% mempunyai luas

    2.500 m2). Sehingga total luas kandungan pasir fraksi medium adalah

    54.100 m2.

    Total Volume sebaran sedimen fraksi medium adalah 54.100 m2 X 3,5

    m = 189.350 m3

    Berdasarkan Peta Sebaran sedimen pasir fraksi halus (4.7),

    dihasilkan prosentase pasir yang bervariasi dimana berdasarkan hasil

    data bor BH-2 meter kedalaman pasir halus adalah 4 meter, maka bila

    dihitung berdasarkan luas kandungan pasirnya adalah sebagai berikut:

    274

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Gambar 6. 7. Sebaran Sedimen Pasir Fraksi Medium di Muara Sungai Kampar

    275

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Tabel 6. 6. Persentase Volume Sedimen Pasir Halus di Perairan Muara Sungai Kampar

    %Kandungan Pasir

    5-10% 10-15% 15-20%

    20-5% 25-30%

    30-35%

    35-40%

    40-45%

    Jumlah

    Blok A m2 18.000 5.100 2.300 1.900 1.000 28.300

    Blok B m2 12.000 2.500 1.400 15.900

    Blok C m2 4.000 3.400 1.000 7.500

    Blok D m2 26.700 26.700

    Blok E m2 7.700 7.700

    Blok F m2 5.800 5.700 1.800 1.300 600 400 16.600

    Blok G m2 1.600 1.400 3.000

    Total 106.700 m2

    Dari data tabel tersebut terlihat bahwa sedimen fraksi medium

    dari blok A yang mempunyai kandungan pasir dari 5% sampai 30% adalah

    28.300 m2). Blok B kandungan pasirnya antara 5% -20% mempunyai luas

    15.900 m2). Blok C kandungan pasirnya antara 5% -20% mempunyai luas

    7.500 m2). blok D yang mempunyai kandungan pasir dari 5% sampai 10%

    adalah 26.700 m2) . Blok E kandungan pasirnya antara 5% -10% mempunyai

    luas 7.700 m2). Blok F kandungan pasirnya antara 5% -35% mempunyai luas

    16.600 m2). Blok G kandungan pasirnya antara 5% -15% mempunyai luas

    3.000 m2). Sehingga total luas kandungan pasir fraksi medium adalah

    106.700 m2.

    Total Volume sebaran sedimen fraksi halus adalah 106.700 m2 X 4 m =

    426.800 m3

    276

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Gambar 6. 8. Sebaran Sedimen Pasir Fraksi Halus di Muara Sungai Kampar

    277

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Berdasarkan Peta Sebaran sedimen pasir fraksi sangat halus,

    dihasilkan prosentase pasir yang bervariasi dimana berdasarkan hasil

    data bor BH-1 meter kedalaman pasir sangat halus adalah 6 meter,

    maka bila dihitung berdasarkan luas kandungan pasirnya adalah sebagai

    berikut :

    Tabel 6. 7. Persentase Volume Sedimen Pasir Sangat Halus di Perairan Muara Sungai Kampar

    %Kandungan Pasir

    0-10% 10-20% 20-30%

    30-40%

    40-50%

    50-60% 60-70% 70-80% Jumlah

    Blok A m2 19.300 5.900 2.300 1.900 800 27.900

    Blok B m2 12.300 2.000 1.300 700 600 16.900

    Blok C m2 8.800 8.800

    Blok D m2 14.700 6.500 21.200

    Blok E m2 13.700 26.9 40.300

    Total 115.100 m2

    Dari data tabel tersebut terlihat bahwa sedimen fraksi medium

    dari blok A yang mempunyai kandungan pasir dari 5% sampai 50% adalah

    27.900 m2) . Blok B kandungan pasirnya antara 5% -50% mempunyai luas

    16.900 m2). Blok C kandungan pasirnya antara 5% -10% mempunyai luas

    8.800 m2). blok D yang mempunyai kandungan pasir dari 5% sampai 20%

    adalah 21.200 m2) . Blok E kandungan pasirnya antara 5% -20% mempunyai

    luas 40.300 m2). Sehingga total luas kandungan pasir fraksi medium

    adalah 115.100 m2.

    Total Volume sebaran sedimen fraksi halus adalah 115.100 m2 X 6 m =

    690.600 m3

    278

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Gambar 6. 9. Sebaran Sedimen Pasir Fraksi Sangat Halus di Muara Sungai Kampar

    279

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    6.5.3.2. Perhitungan Volume Sedimen Pasir di Perairan Teluk Meranti P. Muda

    Pada Sungai Kampar terdapat di beberapa tempat akumulasi

    sedimen yang diperkirakan berupa gosong-gosong pasir, yaitu di antara

    Pulau Muda dengan Teluk Meranti. Berdasarkan Peta Geologi dan Citra

    landsat serta ground cek lapangan, maka Gosong-gosong pasir diketahui

    luasnya dengan menghitung langsung dari gambar tersebut adalah

    seluas 76,14 Km2 (Tabel 6.6). Dengan diketahui luas tersebut, maka

    dapat diketahui perkiraan potensi pasir yang ada, yaitu dengan

    mengalikan tebal rata-rata sedimen pasirnya. Berdasarkan penelitian

    terdahulu, yaitu penelitian Bono, diketahui bahwa ketebalan rata-rata

    dari gosong-gosong pasir tersebut setebal 2 meter. Dengan demikian,

    perkiraan potensi pasir mulai dari Teluk Meranti sampai Pulau Muda

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 6. 8. Volume Pasir di Perairan Muara Sungai Kampar

    Lokasi Luas (m2) Volume (m3)

    102033,7 BT dan 00010,47 LU 3.510.000 7.020.000

    102035,27 BT dan 00011,9 LU 890.000 1.780.000

    102036,25 BT dan 00010,10 LU 11.930.000 23.860.000

    102036,14 BT dan 00012,41 LU 1.230.000 2.460.000

    102038,25 BT dan 00014,5 LU 4.540.000 9.080.000

    102041,29 BT dan 00014,7 LU 840.000 1.680.000

    102045,15 BT dan 00015,10 LU 8.880.000 17.760.000

    102044,35 BT dan 00014,52 LU 9.880.000 19.760.000

    102049,1 BT dan 00016,38 LU 9.110.000 18.220.000

    280

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Lokasi Luas (m2) Volume (m3)

    102051,7 BT dan 00019,5 LU 2.650.000 5.300.000

    102049,18 BT dan 00018,17 LU 1.990.000 3.980.000

    102051,33 BT dan 00018,47 LU 1.700.000 3.400.000

    102057,14 BT dan 00022,18 LU 2.110.000 4.220.000

    102055,34 BT dan 00020,53 LU 1.900.000 3.800.000

    102051,7 BT dan 00019,5 LU 3.810.000 7.620.000

    Total Volume (m3) 129.940.000

    Karena jenis sedimen di Teluk Meranti dan Pulau Muda adalah satu

    jenis yaitu pasir Sangat halus, maka tabelnya dan gambar peta sebaran

    sedimennya hanya satu yaitu sebaran sedimen sangat halus.

    Berdasarkan data citra landsat dan groundcheck volume volume

    pasir adalah 129.940.000 m3 (Tabel yang berada pada luasan 76,14 km2.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan

    Pengembangan Provinsi Riau Tahun 2005, laju sedimenasi pasir bono

    rata-rata adalah 1,056 juta m3/tahun.

    281

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Gambar 6. 10.Sebaran Sedimen Pasir Fraksi Halus di Teluk Meranti

    : Geografi/WGS84: Latitude/Longitude

    Sistem ProyeksiSistem Grid

    KETERANGAN

    N

    EW

    SSkala 1 : 300.000

    PETA SEBARAN SEDIMEN FRAKSI SANGAT HALUSDI TELUK MERANTI - PULAU MUDA

    KABUPATEN PELALAWAN

    Provinsi Riau

    Provinsi Jambi

    ProvinsiSumatera Utara

    Provinsi Sumatera Barat

    Singapore

    Provinsi RiauProvinsi

    Kepulauan Riau

    130

    ' 130'

    000

    ' 000'

    130

    ' 130'

    100 30'

    10030'

    10200'

    10200'

    10330'

    10330'

    10500'

    10500'

    50 0 50 100

    Kilometers

    PETA INDEKSSkala 1 : 10.000.0000

    Sumber Peta :1. Peta Rupa Bumi Bakosurtanal Skala 1 : 50.0002. Peta RTRW Provinsi Riau tahun 2001 - 20153. Peta Batas Administrasi Badan Pertanahan Nasional Kab. Pelalawan, 20054. Peta Jaringan Jalan PU Kabu. Pelalawan5. Basemap Bappeda Provinsi Riau, 2002

    BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHKABUPATEN PELALAWAN

    5 0 5 10

    Kilometers

    #

    #

    h

    Sungai

    Kampar

    KEC. TELUK MERANTI

    KEC. KUALA KAMPAR

    KEC. GAUNG

    KEC. MANDAH

    KEC. SUNGAI APIT

    KEC. RENGAT

    KEC. PULAU BURUNG

    KEC. PELANGIRAN

    KEC. KUALA CENAKU

    KEC. TELUK BELENGKONG

    KAB. SIAK

    KAB. INDRAGIRI HILIR

    KAB. PELALAWAN

    P. Mendol

    Teluk Meranti

    ParitNilamBeliku

    Teluk Pelita

    Parit BeringinTeluk Air

    Tanjung Pulai Parit Jasa

    Solok

    Sungai Perbilahan

    Parit Malas

    Parit Baru

    Untut

    Parit Aji

    Teluk Rimba Piatu

    Sikiat

    Teluk

    Parit Asam Murni

    Parit Batas

    Ukis

    Parit Salam

    Teluk Limau

    Sungai Perak

    Parit Maninjau

    Parit Baru 1

    Sungai Dua

    Teluk Bakau

    Sungai upik

    Tanjung Perbilahan

    Teluk Dalam

    Sungai Bagan

    Parit Pinang

    Serapong

    Tanjung Kiandan

    Parit Tanjung Labu

    Tanjung Sikukup

    Teluk Beringin

    Parit Pelita

    Sikubak

    Sigamai Barat

    Teluk Tanah Terbakar

    Parit Tanjung

    Parit Setia Maju

    Sigamai Timur

    Labuhan Bilik

    Parit Bakung

    Parit Pancur

    Parit LimaParit Empat

    Pangkalan Muda

    S. Dua

    S. Ukis

    S. Turip

    S. Turip

    P. Yunus

    S. Untut

    S. Apung

    S. SolokS. Batan

    S. Perak

    S. Kempas

    S. Serkap

    S. Sangir

    S. Sangir

    P. Bakung

    P. Ganefo

    S. Serkap

    S. Sangar

    S. Paliti

    S. Mendel

    S. KamparS. Anggung

    S. Keluang

    S. P. Kodi

    S. Meranti

    Ka.S. TuripS. Merawang

    S. Beringin

    S. Marawang

    S. Sembayang

    S. Anak Ayam

    S. Perbilahan

    S. Suak Labuh

    S. Suak Besar

    P. Pasar Lama

    P. Haji Manil

    S. Batang Mal

    S. Sepadi Padi

    S. Simpang Kanan

    S. Simpang Bunyian

    S. Simpang Sianyir

    Pulau Karam

    Pulau Muda

    Zs

    P. Tugau

    Sokoi

    20-30%

    20-30%

    20-30%

    40-50%

    0-10%10-20%

    30-40%

    40-50%

    50-60%

    010

    '30"

    010'30"

    021

    '00"

    021'00"

    031

    '30"

    031'30"

    102 31'30"

    10231'30"

    10242'00"

    10242'00"

    10252'30"

    10252'30"

    1033'00"

    1033'00"

    10313'30"

    10313'30"

    Persentase Fraksi Sedimen0 - 10 %10 - 20 %20 - 30 %

    Potensi Pasir BonoPemukiman PendudukJalanSungai

    Batas KabupatenBatas Kecamatan

    # Desa

    Pelabuhan sungai lokal Pelabuhan laut lokal Rencana pelabuhan laut Sokoi

    Terminal lokalh

    282

  • Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

    Agar keseimbangan lingkungan sungai tetap terjaga dan

    keberlanjutan ketersediaan pasir tetap ada, maka penambangan

    sebaiknya tidak melebihi laju sedimenasi yakni 1,056 juta m3/tahun

    untuk masing-masing lokasi potensi sedimen pasir.

    6.5.4. Peluang dan Kegunaan Mineral Sedimen Pasir

    Peluang pasar pasir sangat tinggi, terutama semakin banyaknya

    permintaan akan pasir urug dari negara Singapura dan Malaysia. Selain

    itu, sejalan dengan kegiatan pembangunan yang dilakukan di Kabupaten

    Pelalawan menambah peningkatan kebutuhan akan pasir.

    Berdasarkan data analisis mineral ternyata pasir di Teluk Meranti

    Pulau Muda Sungai Kampar banyak mengandung kandungan mineral dan

    unsur tanah jarang. Mineral mineral tersebut apabila dipisahkan

    kandungan min