4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu
-
Upload
abdus-syakir -
Category
Documents
-
view
41 -
download
0
description
Transcript of 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu
59
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukannya
antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran adalah larutan.
Suatu larutan terdiri dari dua komponen yang penting. Biasanya salah satu
komponen yang mengandung jumlah zat terbanyak disebut pelarut (solven).
Sedangkan komponen lainnya yang mengandung jumlah zat sedikit disebut zat
terlarut (solut).
Larutan memainkan peran tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Di alam
kebanyakan reaksi akan berlangsung dalam larutan air. Tubuh menyerap mineral,
vitamin dan makanan dalam bentuk larurtan. Pada tumbuhan nutrisi diangkat
dalam larutan air ke semua bagian jaringan. Obat-obatan biasanya merupakan
larutan air atau alkohol dari senyawa fisiologis aktif. Banyak reaksi-reaksi kimia
yang dikenal, baik di dalam laboratorium atau di industri terjadi larutan.
Kelarutan merupaka suatu zat kimia tertentu, zat terlarut atau solute untuk
larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlartu yang larut dalam suatu pelartu. Kelarutan juga digunakan
secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dan larutan. Kelarutan bergantung
pada jenis zat terlarut, ada zat yang mudah larut tetapi banyak juga yang hanya
sedikit larut.
Kelarutan sebagai fungsi suhu didasari oleh pergeseran kesetimbangan antara
zat yang bereaksi dengan hasilnya. Dimana apabila suhu dinaikkan maka
kelarutan akan bertambah dan kesetimbangan akan bergeser. Tetapi apabila suhu
diturunkan maka kelarutan akan semakin kecil dan disertai oleh pergeseran
kesetimbangan.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu pada asam
oksalat (H2C2O4) dengan menggunakan suhu pendinginan yang bervariasi dengan
59
60
tujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan atau pengaruh suhu tersebut dalam
kelarutan.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui konsentrasi asam oksalat (H2C2O4) pada suhu pendinginan 40ºC,
30ºC, 20ºC, dan 10ºC.
Mengetahui digunakannya fungsi suhu yang bervariasi.
Mengetahui volume NaOH yang digunakan pada semua suhu pendinginan.
60
61
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu
terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan
jenuh. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dengan menimbang zat yang akan
ditentukan kelarutannya kemudian dilarutkan, misalnya dalam 100 mL pelarut.
Jumlah zat yang ditimbang harus diperkirakan dapat membentuk larutan lewat
jenuh yang ditandai masih terdapatnya zat yang tidak larut di dasar wadah setelah
dilakukan pengocokan dan didiamkan. Setelah terjadi kesetimbangan antara zat
padat yang larut dan yang tidak larut, padatan yang tidak larut lalu disaring dan
ditimbang. Selisih berat awal dan berat padatan yang tidak larut merupakan
kelarutan zat tersebut dalam 100 mL pelarut (Yazid, 2005).
Ingat kembali bahwa kelarutan didefinisikan sebagai jumlah maksimum
zat terlarut yang akan melarut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu.
Untuk kebanyakan zat, suhu mempengaruhi kelarutan. Secara umum, meskipun
tidak semua, kelarutan zat padatan meningkat dengan meningkatnya suhu.
Namun, tidak ada korelasi yang jelas antara tanda dari ∆ H lrtn dengan variansi
kelarutan terhadap suhu. Contohnya, proses pelarutan CaCl2 ialah proses
eksotermik dan pelarutan NH4NO3 endotermik. Namun, kelarutan kedua senyawa
itu meningkat dengan meningkatnya suhu. Secara umum, pengaruh suhu terhadap
kelarutan lebih baik ditentukan lewat percobaan (Chang, 2005).
Dalam sebuah kesetimbangan larutan jenuh hadir antara benda padat dan
ion-ionnya dalam larutan, seperti untuk barium sulfat:
BaSO4 (s) ⇌ Ba2+ + SO42-
Tetapan kesetimbangan untuk proses ini umumnya adalah tetapan hasil kali
kelarutan:
Ksp = [Ba2+] [SO42-]
61
62
Sebuah larutan jenuh dapat dihasilkan dengan melanjutkan penambahan zat
terlarut sampai tidak ada lagi yang bisa terurai, atau dengan meningkatkan
konsentrasi dari ion-ion sampai pengendapan terjadi. Faktor-faktor penting yang
mempengaruhi kelarutan zat padat adalah temperatur, sifat dari pelarut, dan juga
kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan tersebut.
a. Temperatur
Kebanyakan garam anorganik yang kita bahas meningkat kelarutannya
sejalan dengan peningkatan temperatur. Biasanya merupakan suatu keuntungan
untuk melanjutkan proses pengendapan, penyaringan dan pencucian dengan
larutan panas. Partikel-partikel berukuran besar dapat dihasilkan, penyaringan
akan lebih cepat dan kotoran-kotoran terurai lebih jauh.
b. Pemilihan Pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam
larutan-larutan organik. Air mempunyai momen dipol besar dan ditarik ke kation
dan anion untuk membentuk ion-ion hidrat.
c.Efek Ion Sekutu
Sebuah endapan secara umum lebih dapat larut dalam air murni
dibandingkan di dalam sebuah larutan yang mengandung satu dari ion-ion
endapan (efek ion sekutu)
(Underwood, 1981).
Titik ekuivalen ialah titik pada saat jumlah mol ion OH- yang ditambahkan
ke larutan sama dengan jumlah ion H+ yang semula ada. Titik akhir titrasi terjadi
bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada
pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat
asam dan basa yang digunakan dalam titrasi. Titik akhir suatu indikator tidak
terjadi pada satu pH spesifik, melainkan ada kisaran pH dimana titik akhir terjadi.
Fenolftalein adalah indikator yang cocok untuk titrasi NaOH dan HCl.
Fenolftalein tidak berwarna dalam larutan asam dan larutan netral, tetapi pink
kemerahan dalam larutan basa. Pengukuran menunjukkan bahwa pada < 8,3
indikator tidak berwarna tetapi mulai berubah pink kemerahan bila pH melampaui
8,3 (Chang, 2005).
62
63
Satu cara untuk menekan kesetimbangan kelarutan adalah dengan
mengubah jumlah pelarut. Penambahan pelarut menurunkan konsentrasi spesies
terlarut; penambahan zat pada cenderung untuk mengembalikan konsentrasi
spesies terlarut ke kesetimbangannya. Jika pelarut yang ditambahkan terlalu
banyak maka semua zat padat akan larut, kemudian kesetimbangan kelarutan
menurun dan larutan menjadi tidak jenuh (Oxtoby, 2001).
Zat padat dapat dimurnikan dengan memanfaatkan beda kelarutan pada
temperatur yang berlainan. Untuk kebanyakan zat bila larutan jenuh panas
didinginkan, kelebihan zat padat akan mengkristal. Proses ini dapat dipermudah
dengan membibit larutan itu dengan beberapa kristal halus zat padat murni. Proses
keseluruhan melarutkan zat terlarut dan mengkristalkannya kembali dikenal
sebagai pengkristalan ulang atau rekristalisasi (James, 2001).
Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam
jumlah maksimal, sehingga tidak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Pada
keadaan ini terjadi kesetimbangan antara solut yang larut dan yang tak larut atau
kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan. Larutan tak jenuh
adalah suatu larutan yang mengandung jumlah solut lebih sedikit (encer) daripada
larutan jenuhnya. Sedangkan larutan lewat jenuh mengandung solut lebih banyak
(pekat) dari pada yang ada larutan jenuhnya pada suhu yang sama. Pengaruh
kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya.
Tetapi pada umumnya kelarutan zat padat dalam cairan bertambah dengan
naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan larutannya bersifat
endoterm. Sebagai perkecualian ada beberapa zat yang kelarutannya menurun
dengan naiknya suhu seperti Serium Sulfat dan natrium sulfat karena proses
pelarutannya bersifat eksoterm. Bahkan ada zat yang hampir tidak dipengaruhi
oleh suhu seperti natrium klorida (Yazid, 2005).
Berbeda dengan zat padat, kelarutan suatu gas dalam cairan menurun
dengan naiknya suhu. Hal ini disebabkan pada pembentukan larutannya selalu
bersifat eksoterm. Kenaikan suhu akan memudahkan molekul-molekul gas
memisahkan diri untuk menguap meninggalkan pelarut. Sebagai contoh, gas
karbon dioksidasi berbuih-buih keluar dari minuman berkarbonat jika cairan ini
63
64
dipanasi. Bilai air ledeng dipanaskan, udara yang terlarut akan segera kelur
sebagai gelembung-gelembugn kecil yang meninggalkan air (Yazid, 2005).
64
65
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Beaker glass
Buret
Tiang Statif
Klem
Botol Semprot
Corong Kaca
Hot Plate
Gelas Ukur
Pipet Tetes
Labu Erlenmeyer
Termometer
Botol Reagen
3.1.2 Bahan
Larutan NaOH 2 M
Indikator pp
Larutan H2C2O4 0,5 M
Aquades
Es Batu
Tisu
Garam
Karet
65
66
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pada Suhu Pendinginan 40ºC
Dimasukkan H2C2O4 0,02 M 10 mL
Dipanaskan sampai suhu 60ºC
Diangkat dan dipindahkan ke dalam beaker glass yang berisi es batu
Diukur suhu sampai 40ºC
Dimasukkan indikator pp 3 tetes
Dihomogenkan
Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna
Dihitung konsentrasi asam oksalat
3.2.2 Pada Suhu Pendinginan 30ºC
Dimasukkan H2C2O4 0,02 M 10 mL
Dipanaskan sampai suhu 60ºC
Didinginkan ke dalam beaker glass yang berisi es batu
Diukur suhu sampai 30ºC
Dimasukkan indikator pp 3 tetes
Dihomogenkan
Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna
Dihitung konsentrasi asam oksalat
3.2.3 Pada Suhu Pendinginan 20ºC
Dimasukkan H2C2O4 0,02 M 10 mL
Dipanaskan sampai suhu 60ºC
Didinginkan ke dalam beaker glass yang berisi es batu
Diukur suhu sampai 20ºC
Dimasukkan indikator pp 3 tetes
Dihomogenkan
Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna
Dihitung konsentrasi asam oksalat
3.2.4 Pada Suhu Pendinginan 10ºC
66
67
Dimasukkan H2C2O4 0,02 M 10 mL
Dipanaskan sampai suhu 60ºC
Didinginkan ke dalam beaker glass yang berisi es batu
Diukur suhu sampai 10ºC
Dimasukkan indikator pp 3 tetes
Dihomogenkan
Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna
Dihitung konsentrasi asam oksalat
3.2.5 Pengenceran H2C2O4 0,5 M menjadi 0,02 M
Dimasukkan H2C2O4 0,5 M
Ditambahkan dengan aquades 250 mL
Dihomogenkan
Didapatkan konsentrasinya menjadi 0,02 M
67
68
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
No M
NaOH
V
NaOH
M
H2C2O4
V
H2C2O4
T Pendinginan
(ºC)
T Pendinginan
(K)
1 2 M 6,6 mL 2,64 M 10 mL 40 ºC 313 K
2 2 M 8,4 mL 3,36 M 10 mL 30 ºC 303 K
3 2 M 7,5 mL 3 M 10 mL 20 ºC 293 K
4 2 M 7,6 mL 3,04 M 10 mL 10 ºC 283 K
4.2 Reaksi
4.2.1 Asam Oksalat + Indikator pp
4.2.2 Asam Oksalat + Natrium Hidroksida
68
69
4.2.3 Natrium Hidroksida + Indikator pp
4.3 Perhitungan
4.3.1 Mencari Konsentrasi H2C2O4
V 1 × M 1=V 2× M 2(2)
V H 2C2 O 4× M H 2 C2O 4
=V NaOH × M NaOH (2)
a. Suhu Pendinginan 40ºC + 273 = 313 K
V 1 × M 1=V 2× M 2(2)
10 × M 1=6 , 6× 2× 2
10 × M 1=26,4
M 1=26,410
M 1=2,64 M
b. Suhu Pendinginan 30ºC + 273 = 303 K
V 1 × M 1=V 2× M 2(2)
10 × M 1=8,4 ×2 ×2
10 × M 1=33,6
M 1=33,610
M 1=33,6 M
69
70
c. Suhu Pendinginan 20ºC + 273 = 293 K
V 1 × M 1=V 2× M 2(2)
10 × M 1=7,5 ×2 ×2
10 × M 1=30
M 1=3010
M 1=3 M
d. Suhu Pendinginan 10ºC + 273 = 283 K
V 1 × M 1=V 2× M 2(2)
10 × M 1=7,6 × 2× 2
10 × M 1=30,4
M 1=30,410
M 1=3,04 M
4.3.2 Suhu Rata-Rata
∆ H=T2−T 1
T 2× T1
× 2,303 × R
Ket: T2 = Suhu Pendinginan (K)
T1 = Suhu Pemanasan (K)
R = 0,082 atm L
mol
a. Suhu Pendinginan 40ºC + 273 = 313 K
Suhu Pemanasan 60ºC + 273 = 333 K
∆ H=T2−T 1
T 2× T1
× 2,303 × R
¿ 313−333313× 333
× 2,303× 0,082
70
71
¿ −20104229
×0,189
¿−3,63×10−5 kJmol
b. Suhu Pendinginan 30ºC + 273 = 303 K
Suhu Pemanasan 60ºC + 273 = 333 K
∆ H=T2−T 1
T 2× T1
× 2,303 × R
¿ 303−333303× 333
× 2,303× 0,082
¿ −30100899
×0,189
¿−5,62× 10−5 kJmol
c. Suhu Pendinginan 20ºC + 273 = 293 K
Suhu Pemanasan 60ºC + 273 = 333 K
∆ H=T2−T 1
T 2× T1
× 2,303 × R
¿ 293−333293× 333
× 2,303× 0,082
¿ −4097569
× 0,189
¿−7,75× 10−5 kJmol
d. Suhu Pendinginan 10ºC + 273 = 283 K
Suhu Pemanasan 60ºC + 273 = 333 K
∆ H=T2−T 1
T 2× T1
× 2,303 × R
¿ 283−333283× 333
× 2,303× 0,082
71
72
¿ −5094239
× 0,189
¿−1,003 ×10−4 kJmol
4.3.3 Konsentrasi H2C2O4 Awal
V 1 × M 1=V 2× M 2
10 ×0,5=250 × M 2
5=250× M 2
M 2=5
250
M 2=0,02 M
4.4 Pembahasan
Suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu
terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan
jenuh. Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda-beda antara yang satu
dengan lainnya. Tetapi pada umumnya kelarutan zat padat dalam cairan
bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan
larutannya bersifat endoterm. Sebagai perkecualian ada bebearapa zat yang
kelarutannya menurun dengan naiknya suhu seperti serium sulfat dan natrium
sulfat karena proses pelarutannya bersifat eksoterm. Bahkan ada zat yang hampir
tidak dipengaruhi oleh suhu seperti natrium klorida.
Prinsip percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu didasarkan pada
kelarutan suatu zat dimana zat terlarut dan pelarutnya ikut berperan pula. Selain
itu, dipengaruhi pula oleh suhu dimana dengan meningkatnya suhu maka
kelarutan semakin meningkat atau semakin besar sehingga dapat membentuk
larutan jenuh. Kemudian penentuan kelarutan ini juga dilakukan untuk
menentukan konsentrasi asam oksalat (H2C2O4) pada suhu pendinginan yang
berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan:
72
73
Jenis Zat
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur
dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya
kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat
polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa non polar
akan mudah larut dalam pelarut non polar.
Temperatur/ Suhu
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih
tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur
yang lebih tinggi.
Tekanan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat.
Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu.
Pemilihan Pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam
larutan-larutan organik
Efek Aktivitas
Dengan banyaknya endapan menunjukkan peningkatan kelarutan dalam
larutan-larutan yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara kimiawi
dengan ion-ion dari endapan.
Efek Ion Sekutu
Dengan hadirnya ion sekutu yang berlebihan, kelarutan dari sebuah endapan
bisa jadi lebih besar daripada nilai yang telah diperkirakan melalui tetapan
kelarutan produk.
Efek Hidrolisis
Kelarutan sangat kecil sehingga pH dari air tidak berubah secara nyata akibat
hidrolisis. Kelarutan cukup besar sehingga kontribusi ion hidroksida dari air
dapat diabaikan.
73
74
Efek pH
Kelarutan dari garam sebuah asam lemah tergantung pada pH larutan tersebut.
Aplikasi kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu:
Kelarutan gula dalam air, dimana gula yang dilarutkan ke dalam air panas dan
satu lagi ke dalam air dingin, maka gula akan lebih cepat larut pada air panas
karena semakin besar suhu semakin besar pula kelarutannya.
Dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan granul-granul
pada industri baja.
Dimanfaatkan untuk memurnikan zat dari kotoran-kotoran hasil samping suatu
reaksi dengan cara rekristalisasi bertingkat. Pada cara ini zat yang masih
bercampur dengan pengotor dilarutkan dalam sedikit pelarut panas, dimana
pengotor lebih mudah larut daripada zat yang akan dimurnikan. Setelah
larutan dingin kotoran akan tertinggal dalam larutan dan zat murni akan
memisah sebagai endapan.
Pada percobaan ini dilakukan empat perlakuan suhu pendinginan yaitu
pada suhu 40ºC, 30ºC, 20ºC dan 10ºC. Pertama, dengan suhu pendingan 40ºC
dimasukkan larutan H2C2O4 0,02 M sebanyak 10 mL, larutan H2C2O4 berwarna
bening dan tidak berbau. Kemudian dipanaskan hingga suhunya mencapai 60ºC,
Selama dipanaskan tidak terjadi perubahan apa-apa. Didinginkan di dalam beaker
glass yang berisi es batu dan diukur suhunya sampai 40ºC. Setelah mencapai suhu
tersebut ditambah indikator pp sebanyak 3 tetes dan dihomogenkan. Tahap akhir
dititrasi dengan NaOH sebagai titran dan H2C2O4 sebagai titrat, digoncangkan dan
didapatkan warna merah lembayung yang muda ini berarti titik akhir titrasi telah
didapatkan, volume NaOH yang digungakan sebanyak 6,6 mL. Kedua, dengan
suhu pendingan 30ºC dimasukkan larutan H2C2O4 0,02 M sebanyak 10 mL,
larutan H2C2O4 berwarna bening dan tidak berbau. Kemudian dipanaskan hingga
suhunya mencapai 60ºC, Selama dipanaskan tidak terjadi perubahan apa-apa.
Didinginkan di dalam beaker glass yang berisi es batu dan diukur suhunya sampai
30ºC. Setelah mencapai suhu tersebut ditambah indikator pp sebanyak 3 tetes dan
dihomogenkan. Tahap akhir dititrasi dengan NaOH sebagai titran dan H2C2O4
sebagai titrat, digoncangkan dan didapatkan warna merah lembayung yang muda
74
75
ini berarti titik akhir titrasi telah didapatkan, volume NaOH yang digungakan
sebanyak 8,4 mL. Ketiga, dengan suhu pendingan 20ºC dimasukkan larutan
H2C2O4 0,02 M sebanyak 10 mL, larutan H2C2O4 berwarna bening dan tidak
berbau. Kemudian dipanaskan hingga suhunya mencapai 60ºC, Selama
dipanaskan tidak terjadi perubahan apa-apa. Didinginkan di dalam beaker glass
yang berisi es batu dan diukur suhunya sampai 20ºC. Setelah mencapai suhu
tersebut ditambah indikator pp sebanyak 3 tetes dan dihomogenkan. Tahap akhir
dititrasi dengan NaOH sebagai titran dan H2C2O4 sebagai titrat, digoncangkan
hingga terdapat warna merah lembayung yang muda ini berarti titik akhir titrasi
telah didapatkan, volume NaOH yang digungakan sebanyak 7,5 mL. Keempat,
dengan suhu pendingan 10ºC dimasukkan larutan H2C2O4 0,02 M sebanyak 10
mL, larutan H2C2O4 berwarna bening dan tidak berbau. Kemudian dipanaskan
hingga suhunya mencapai 60ºC, Selama dipanaskan tidak terjadi perubahan apa-
apa. Didinginkan di dalam beaker glass yang berisi es batu dan diukur suhunya
sampai 10ºC. Setelah mencapai suhu tersebut ditambah indikator pp sebanyak 3
tetes dan dihomogenkan. Tahap akhir dititrasi dengan NaOH sebagai titran dan
H2C2O4 sebagai titrat, digoncangkan hingga terdapat warna merah lembayung
yang muda ini berarti titik akhir titrasi telah didapatkan, volume NaOH yang
digungakan sebanyak 7,6 mL.
Faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu:
Kurang atau lebih pada saat mengukur H2C2O4.
Salah melihat skala suhu pada termometer.
Kurang atau lebih saat meneteskan indikator pp.
Tidak sempurnanya pada saat menggoncangkan Erlenmeyer ketika melalukan
titrasi.
Fungsi perlakuan pada percobaan ini yaitu:
Pemanasan berfungsi untuk mempercepat proses kelarutan dengan perubahan
atau peningkatan suhu.
Penambahan indikator pp untuk mengidentifikasi adanya basa/ OH-
Penggoncangan berfungsi untuk mendapatkan warna merah lembayung ketika
dititrasi.
75
76
Fungsi reagen pada percobaan ini yaitu:
H2C2O4 berfungsi sebagai titrat dan larutan yang akan dicari konsentrasinya.
NaOH berfungsi sebagai titran
Indikator pp berfungsi untuk mengidentifikasi adanya basa atau OH-
Aquades berfungsi untuk membersihkan peralatan yang digunakan.
76
77
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Konsentrasi H2C2O4 pada suhu 40ºC, 30ºC, 20ºC dan 10ºC berturut-turut
yaitu sebesar 2,64 M, 3,36 M, 3 M, dan 3,04 M.
Tujuan digunakan suhu yang bervariasi adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh suhu tersebut terhadap penentuan kelarutan dari
larutan H2C2O4 tersebut.
Volume NaOH yang digunakan pada suhu 40ºC, 30ºC, 20ºC dan 10ºC
berturut-turut yaitu 6,6 mL, 8,4 mL, 7,5 mL dan 7,6 mL.
5.2 Saran
Pada percobaan selanjutnya mengenai kelarutan sebagai fungsi suhu dapat
dicoba dengan menggunakan H2C2O4 dengan konsentrasi yang berbeda agar dapat
membedakan pengaruhnya terhadap kelarutan.
77
78
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 2001. Kimia Universitas Asas dan Sturktur Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Day, R.A & A.L Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, David W. dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1 Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.
78