4

6
Pemeriksaan penunjang TB paru PEMERIKSAAN PENUNJANG TUBERKULOSIS PARU - Laboratorium: LED - Microbiologis: BTA sputum, kultur resistensi sputum terhadap M. tuberculosis Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2,4 dan 6. Pada kategori 2: spuntum BTA diulani pada akhir bulan ke 2.5 dan 8. Kultur BTA spuntum diulangi pada akhir bulan ke 2 dan akhir terapi. - Radiologis: foto toraks PA, lateral pada saat diagnosis awal dan akhir terapi. - Selama terapi: evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan. Imuno-Serologis: Uji kulit dengan tuberculin (mantoux) Tes PAP, ICT-TBC PCR-TB dari sputum KOMPLIKASI TB Hemoptisis masif (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan napas, atau syok hipo¬volemik,

description

sdsadsada

Transcript of 4

Page 1: 4

Pemeriksaan penunjang TB paru

PEMERIKSAAN PENUNJANG TUBERKULOSIS PARU

-  Laboratorium: LED

- Microbiologis: BTA sputum, kultur resistensi sputum terhadap M. tuberculosis

Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2,4 dan 6.

Pada kategori 2: spuntum BTA diulani pada akhir bulan ke 2.5 dan 8.

Kultur BTA spuntum diulangi pada akhir bulan ke 2 dan akhir terapi.

- Radiologis: foto toraks PA, lateral pada saat diagnosis awal dan akhir terapi.

- Selama terapi: evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.

   Imuno-Serologis:

Uji kulit dengan tuberculin (mantoux)

Tes PAP, ICT-TBC PCR-TB dari sputum

KOMPLIKASI TB

Hemoptisis masif (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan napas, atau syok hipo¬volemik,

Kolaps lobus akibat sumbatan bronkus, Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada

proses pemulihan atau reaktif) pada paru, Pneumotoraks (pnemotorak/ udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan

karena bula/ blep yang pecah, Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal dan sebagainya, Insufisiensi kardio pulmoner (cardio pulmonary insufficiency).

    Batuk darah

-         Pneumotoraks

-         Luluh paru

Page 2: 4

-         Gagal napas

-         Gagal jantung

-         Efusi pleura

     

Terapi farmako non farmako

Terapi Farmakologi :

-          Tahap awal/intensif (2 bulan) : Isoniazid 250 mg/hari , Rifampicin 500 mg/hari, Pirazinamid

750 mg/hari, Etambutol 750 mg/hari, Streptomisin 750 mg/hari.

-          Tahap Lanjutan (5 bulan diminum 3x Seminggu) : Isoniazid 750 mg, Rifampicin 500 mg,

Pirazinamid 2500 mg.

Terapi Non Farmakologi :

-          Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi).

-          Memperbanyak istirahat (bedrest).

-          Diet sehat, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin A untuk membentuk jaringan

lemak baru dan meningkatkan sistem imun.

-          Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.

-          Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang baru.

-          Berolahraga, seperti jalan santai di pagi hari.

DOTS

DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course)

DOTS mengandung lima komponen, yaitu:

1. Komitmen pemerintah untuk mendukung pengawasan tuberkulosis.2. Penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik sputum, utamanya dilakukan pada mereka

yang datang ke pasilitas kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan.

Page 3: 4

3. Cara pengobatan standard selama 6 – 8 bulan untuk semua kasus dengan pemeriksaan sputum positif, dengan pengawasan pengobatan secara langsung, untuk sekurang-kurangnya dua bulan pertama.

4. Penyediaan semua obat anti tuberkulosis secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu.5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga memungkinkan penilaian terhadap hasil

pengobatan untuk tiap pasien dan penilaian terhadap program pelaksanaan pengawasan tuberkulosis secara keseluruhan (

Pathogenesis tb

patofisiologi         Infeksi primer diinisiasi oleh implantasi oleh organism di alveolar melalui droplet nuclei yang

sangat kecil (1-5mm) untuk menghindari sel ephitelia siliari dari saluran atas pernafasan. Bila terinplantasi M. tuberculosis melalui saluran nafas, mikroorganisme kn membelah diri dan dicerna oleh mkrofagpulmoner, dimana pembelahan diri akan terus berlangsung, walaupun lebih pelan. nerkosis jaringan dan klasifikasi jaringan pada daerah yang terinfeksi dan nodus limfe regional dapat terjadi, menghasilkan pembentukan radiodense area menjadi kompleks gohn.

         makrofag yang beraktivitas dalam jumlah besar akan mengelilingi daerah yang ditumbuhi oleh M. Tuberkulosis yang padat seperti keju (daerah nerkotik) sebagai bagiandari imunitas yang dimediasi oleh sel. Hipersensitivitas  tipe terunda juga berkembang melalui aktivitas dan perbanyakan limfoid T. Makrofag membentuk granuloma yang mengandung organism

         Keberhasilan dalam menghambat M. Tuberkulosis membutuhkan aktivitas dari limfosit CD4 subset, yang dikenal sebagai sel TH-1, yang mengaktivasi makrofag melalui sekresi internefron γ

         sekitar90% pasien yang pernah memiliki penyakit primer tidak memiliki manifestasi klinis lain selain uji kulit yang positif dengan atau tanpa kombinasi dengan adanya granuloma stabil yang diperoleh dari hasil radiografi

         sekitar 5% pasien ( biasanya anak-anak, arangtua atau penurunan sistem imun) mengalami penyakit primer yang berkembang pada darah dan infeksi primer ( biasanya lobus paling bawah) dan lebih sering dengan diseminasi, menyebabkan terjadinya infeksi meningitis dan biasanya juga melibatkan lobus paru-paru paling atas

         sekitar 10% dari pasien mengalami reaktivitas, terjadi penyebaran organism melalui darah         biasanya penyebaran orgaisme mealui darah menyebabkan pertumbuhan cepat, penyebaran

penyakit secara luas dan membentuk granuloma yang dikenal sebagai tuberculosis malari

PATOFISIOLOGI

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.

Page 4: 4

Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul geja pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.

Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.

Page 5: 4