4 BAB II Clarias gariepinus) adalah salah satu jenis ikan lele ...repository.ump.ac.id/6659/3/AFAN...
Transcript of 4 BAB II Clarias gariepinus) adalah salah satu jenis ikan lele ...repository.ump.ac.id/6659/3/AFAN...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu jenis ikan lele
yang merupakan hasil persilangan antara induk betina C. fuscus yang berasal
dari Taiwan dengan induk jantan lele C. mossambius yang berasal dari Afrika
(Hermawan, 2012). Ciri-ciri khusus ikan lele dumbo dapat dilihat pada bagian
tubuhnya yaitu pada bagian kulit yang tak bersisik, mempunyai lendir,
badannya memanjang, serta mempunyai bentuk kepala gepeng atau pipih dan
pada bagian dorsal serta samping mempunyai pigmen hitam. Apabila terkena
penyinaran warnanya akan menjadi pucat serta akan tampak bernoda seperti
mozaik hitam putih (Santosa, 1994).
Lele dumbo mempunyai mulut yang lebar sehingga mampu memakan
berbagai jenis makanan mulai dari zooplankton, sampai hewan-hewan lain yang
masih hidup atau sudah mati dengan cara mencabik-cabiknya, karena lele juga
dilengkapi gigi-gigi yang kecil pada bagian rahangnya. Dalam mendeteksi
mangsanya ikan lele dumbo dilengkapi dengan kumis mandibular yang
berfungsi sebagai peraba yaitu dengan cara menggerakkan kumis mandibular
tersebut dan di dekat kumis vasal terdapat alat pendengar (olfactory organ)
(Najiyati, 1992 dalam Hermawan, 2012). Alat peraba lele dumbo selain
digunakan dalam pergerakanya juga digunakan dalam mencari makanan. Cara
tersebut memungkinkan ikan lele memperoleh makanan saat malam hari atau
4
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
5
saat kondisi air keruh dan berlumpur, karena pada kondisi tersebut penglihatan
ikan kurang jelas (Mudjiman, 2004).
Dalam pergerakannya ikan lele dumbo menggunakan sirip yang terdiri
dari 5 (lima) jenis sirip, yaitu sirip ekor (caudal), sirip punggung (dorsal), sirip
pada bagian dubur, sirip pectoral (dada), dan sirip perut (ventral). Sirip pectoral
(dada) selain berfungsi sebagai alat gerak juga berfungsi sebagai senjata atau
alat untuk mempertahankan diri karena memiliki struktur yang keras dan sangat
runcing atau yang biasa disebut dengan patil, tetapi pada lele dumbo patilnya
tidak mengandung racun (Rustidja, 2004). Untuk organ pernafasannya ikan lele
dumbo selain menggunakan insang juga dilengkapi dengan labirinth yang
memungkinkan ikan dapat bernafas secara langsung dengan udara, sehingga
mampu bertahan hidup di lumpur saat habitatnya mengalami kekeringan,
bahkan mampu untuk bertahan hidup di luar air untuk beberapa jam dengan
catatan kondisi udara yang cukup lembab (Najiyati, 1992).
Baik lele dumbo jantan atau betina mempunyai alat kelamin yang
terdapat pada suatu papilla (tonjolan) dan terletak tepat di belakang dubur atau
anus. Pada ikan lele dumbo yang belum dewasa gelondongan papilla masih
belum terbentuk, sedangkan pada lele jantan yang sudah dewasa papilla
bentuknya memanjan dan mengarah kebelakang, pada lele betina yang sudah
dewasa papilla berbentuk oval (Santosa, 1994).
Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan lele dumbo adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
6
Sub Kingdom : Metazoa
Phylum : Vertebrata
Classis : Pisces
Sub Classis : Teleostei
Ordo : Ostariophysoidei
Sub Ordo : Siluroidea
Familia : Claridae
Genus : Clarias
Species : Clarias gariepinus
2. 2. Pakan Ikan
Dalam proses pertumbuhannya ikan sangat memerlukan makanan yang
dapat mencukupi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin serta zat-zat
lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pertumbuhannya tersebut.
Pakan ikan memiliki fungsi sebagai sumber energi dan zat-zat lain yang
dibutuhkan oleh ikan untuk menunjang pertumbuhan, oleh karena itu pakan
ikan harus tersedia kandungan zat-zat gizi terutama protein dan sumber energi
lainnya dalam jumlah yang cukup besar (Mudjiman, 2004).
Pakan ikan dibagi menjadi tiga yaitu pakan alami, pakan buatan dan
pakan tambahan. Pakan alami yaitu pakan yang berupa organisme hidup yang
tumbuh dalam kolam pemeliharaan lele dan organisme tersebut dapat
dibudidayan oleh manusia, contohnya yaitu Rotifera, Daphnia sp, dan Moina
sp. Pakan buatan adalah pakan ikan yang terbuat dari berbagai campuran pakan
ikan yang diolah dan dibuat dalam bentuk tertentu dan ditambahkan dengan
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
7
bahan kimia, contohnya adalah pelet. Sedangkan pakan tambahan yaitu segala
macam pakan yang sengaja ditambahkan kedalam kolam pemliharaan ikan
tetapi masih dalam bentuk aslinya tanpa mengalami proses pengolahan terlebih
dahulu, contohnya adalah Cacing, larva lalat dan lain-lain (Mudjiman, 2004).
Kebutuhan pakan ikan dalam proses pembudidayaan adalah proporsi
terbesar dari keseluruhan biaya produksi (Mudjiman, 2004). Pemberian pakan
buatan adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk lebih mengkatkan
pertumbuhan ikan karena didalamnya terdapat kandungan protein dan asam
amino (Unit Pelaksana Pengembangan dan Kerjasama Universitas Jendral
Soedirman Purwokerto, 1997). Menurut Mudjiman (2004) ikan sangat
membutuhkan makanan yang mengandung protein ataupun asam amino karena
zat-zat tersebut sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan.
Pemberian pakan buatan dalam jumlah yang berlebihan belum tentu
akan menjamin pertumbuhan ikan secara maksimal karena sisa dari pelet yang
mengendap justru dapat merusak kualitas air yang dapat mengakibatkan
gangguan pada ikan, sebagai patokan dalam pemberian jumlah makanan kira-
kira 3-5% dari berat lele keseluruhan, Pakan yang mengandung sumber energi
dan protein yang seimbang akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pada
ikan tersebut (Djarijah, 2006).
Kadar protein yang terrdapat dalam pakan buatan atau pelet sangat
bervariasi sesuai dengan kebutuhan ikan. Kebutuhan tersebut tergantung dari
jenis dan umur ikan. Pada umumnya ikan membutuhan protein dalam jumlah
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
8
yang besar pada saat ikan masih ukuran dalam ukuran kecil, lalu kebutuhan
protein menurun pada saat ikan sudah besar kemudian kebutuhannya akan
meningkat lagi pada ikan indukan (Watanabe, 1998).
2. 3. Larva Lalat atau Maggot
Lalat adalah insekta yang paling banyak bergerak menggunakan
sayap yang berbentuk membran (Nugroho, 1994). Lalat menyukai tempat
yang berbau busuk, Lalat rumah berukuran kecil, Tubuhnya penuh bulu-bulu
halus terutama pada kakinya. Kepala binatang ini berwarna coklat gelap
dengan sepasang mata yang cukup besar dibanding ukuran kepalanya.
Punggungnya berhias empat garis hitam, sayapnya sepasang berwarna kelabu
dan tembus cahaya (Nugroho, 1994).
Lalat adalah anggota dari ordo Diptera yang pada umumnya
dikelompokan menjadi 3 sub ordoyaitu Nematocera, Brachicera dan
Arthericera. Beberapa jenis lalat yang sering kita jumpai adalah lalat rumah
(Musca domestica), lalat kandang (Stomoxys cvalsitrans), lalat hijau
(Phenesial) (Anonimus, 1991).
2.3.1. Siklus Hidup Lalat
Lalat merupakan salah satu jenis insekta yang mengalami
metamorfosa sempurna dengan stadium telur, larva, kepompong dan
stadium dewasa. Perkembangan lalat dari telur hingga dewasa memerlukan
waktu 7-22 hari, tergantung dari suhu dan jumlah makanan yang tersedia.
Lalat betina pada umumnya telah dapat menghasilkan telur pada usia 4-8
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
9
hari dengan kuantitas telur 75-150 butir setiap bertelur dan seekor lalat
mampu bertelur 5-6 kali sepanjang hidupnya (Anonimus, 1991).
a. Telur
Lalat dapat bertelur pada bahan-bahan organik yang lembab
(sampah, kotoran binatang dan lain-lain) dan terletak pada tempat yang
tidak terkena paparan sinar matahari secara langsung. Telur lalat
berwarna putih dan akan menetas setelah 8-30 jam tergantung dari
suhu sekitar yaitu 16o C – 30oC (Nugroho, 1994).
b. Larva
Pada fase larva suhu yang ideal untuk hidup adalah 30oC -35oC
(Anonimus, 1991). Fase larva dibagi dalam 3 tingkat yaitu:
1) Tingkat I
Telur yang baru menetas disebut instar I berukuran 2 mm,
yang mempunyai warna putih. Instar I tidak mempunyai mata dan
kaki, sangat aktif terhadap makanan kemudian setelah 1-4 hari akan
melepas kulit dan menjadi instar II
2) Tingkat II
Pada tingkat ini larva memiliki ukuran 2 kali lebih besar dari
instar I dan setelah 2-8 hari instar II akan mengelupas kulitnya dan
berubah menjadi instar III
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
10
3) Tingkat III
Pada tingkatann ini larva memiliki ukuran 12 mm atau lebih,
pada tingkatan ini membutuhkan waktu sekitar 3-9 hari.
c. Pupa (Kepompong)
Pada fase ini jaringan tubuh larva siap menjadi pupa, kulitnya
mengerut, lama dari fase ini adalah sekitar 3-9 hari. Pada fase pupa ini
suhu yang ideal adalah 35oC dan memiliki toleransi kelembaban
sekitar 90% (Nugroho, 1994).
d. Stadium dewasa
Pada saat baru berubah menjadi lalat dewasa, lalat belum dapat
terbang karena sayapnya belum kuat. Lalat dewasa dapat melakukan
perkembangbiakan setelah umurnya 2 hari pada suhu 30oC-35oC.
2. 4. Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan ukuran yang meliputi
pertambahan panjang dan berat dalam kurun waktu tertentu, sedangkan di
dalam suatu populasi pertumbuhan berarti sebagai pertambahan jumlah. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yakni faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang biasanya susah dikontrol
antara lain genetik, umur, sex dan ketahanan atau resistensi terhadap penyakit
sedangkan faktor eksternal antara lain ketersediaan makanan, tingkat kompetisi,
kualitass air, hama dan penyakit dan faktor fisika, kimia lingkungan lainnya
(Huet, 1990).
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
11
Faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah sifat
genetiknya, karena benih ikan yang unggul pertumbuhannya akan lebih cepat,
sehingga secara otomatis memperpendek waktu pemeliharaan dan
mempertinggi efisiensi dari penggunaan pakan (Djangkaru, 1975). Untuk lebih
menunjang pertumbuhan ikan supaya lebih efektif serta efisien maka pakan
yang diberikan harus mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh ikan
terutama protein dan sumber gizi lainnya (Watanabe, 1998).
Padat penebaran benih dalam suatu proses budidaya ikan juga dapat
mempengaruhi tingkat pertumbuhan ikan, karena semakin tinggi padat tebar
benih ikan maka tingkat kompetisi dalam mendapatkan makanan juga akan
semakin tinggi, selain itu juga dapat menyebabkan berkurangnya oksigen
terlarut yang secara tidak langsung akan mempengaruhi nafsu makan ikan
(Soetomo, 1998). Padat tebar benih yang cukup ideal dalam proses budidaya
ikan yaitu sekitar 20 ekor/m2 sampai 30 ekor/m2 (Soemarmo,2001)
2. 5. Konversi Pakan (Food Convertion Ratio/FCR)
Konversi pakan adalah suatu indeks dari pemanfaatan total pakan yang
digunakan untuk pertumbuhan, pemanfaatan pakan akan semakin baik bila
angka konversinya pakan semakin kecil (Djangkaru, 1974). Menurut Stickney
(1979) Konversi pakan yaitu perbandingan antara berat pakan yang diberikan
dan berat basah hewan yang dicapai. Nilai tersebut disebut dengan Food
Convercy Ratio (FCR).
Efisiensi dari penggunaan suatu pakan dapat diukur dengan
menggunakan rasio konversi pakan atau Food Convercy Ratio (FCR), yaitu
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
12
pebandingan antara berat pakan yang digunakan dengan jumlah berat ikan yang
dihasilkan, nilai FCR pakan buatan untuk ikan dan udang berkisar antara 2,0-
2,5 atau kurang dari itu (Mudjiman, 2004). Semakin baik kualitas pakan akan
semakin kecil nilai FCRnya (Djarijah, 2006).
Besar kecilnya nilai konversi pakan tidak hanya tergantung dari jumlah
pakan yang diberikan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
kepadatan, suhu air dan cara pemberian pakan (Huet, 1990).
2. 6. Efisiensi Pakan
Setiap organisme atau makhluk hidup mempunyai kebutuhan energi
yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh jenis, umur dan ukuran beratnya,
begitu pula dengan kemampuan dalam memanfaatkan energi juga berbeda-
beda. Dengan demikian kandungan nutrisi dari pakan ikan sangat menentukan
pertumbuhan ikan itu sendiri, karena pada umunya ikan yang berukuran kecil
membutuhkan sumber nutrisi yang relatif besar dibandingkan dengan ikan yang
berukuran besar atau sudah dewasa (Djarijah, 2006).
Menurut Buwuno (2002), kualitas suatu jenis pakan ikan pada
umumnya dilihat dari komposisi zat gizinya antara lain yaitu protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya. Nilai efisiensi dari suatu pakan
menggambarkan tingkat pemanfaatan pakan pada ikan, semakin tinggi nilai
efesiensi pakan tersebut maka semakin tinggi pula pemanfaatan pakan pada
ikan.
Selain itu nilai efisiensi pakan juga dapat digunakan untuk menentukan
kualitas suatu pakan ikan, karena semakin besar nilai efisiensi pakan maka
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
13
semakin tinggi kualitas pakan tersebut. Tinggi rendahnya nilai efisiensi pakan
pada setiap jenis ikan berbeda-beda, karena nilai tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu macam sumber nutrisi dan jumlah dari tiap-tiap
komponen sumber nutirisi dari pakan ikan yang diberikan (Djarijah, 2006).
2. 7. Kualitas Air
Di dalam proses budidaya ikan, kualitas air adalah salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat kehidupan ikan itu sendiri. Faktor tersebut
meliputi faktor fisika, kimia dan biologi air (Arie, 2000). Kualitas air yang baik
yaitu perairan yang dapat diterima ikan dan tidak berdampak negatif terhadap
pertumbuhan ikan, penetasan telur dan kehidupan ikan (Zonneveld et al., 1991).
Kualitas air sangat memegang peranan penting dalam kehidupan lele dumbo,
tetapi ikan lele dumbo juga mampu bertahan hidup pada kualitas air yang
minimum (Surya, 2003).
Faktor-faktor fisika atau kimia yang mempengaruhi kualitas air yaitu
derajat keasaman air (pH), suhu air, oksigen terlarut (DO), karbon dioksida
bebas dan material biologi lain yang tersuspensi didalamnya (Satyani, 2001).
2.7.1 Suhu
Ikan adalah salah satu binatang berdarah dingin (Poikilothermal)
sehingga metabolisme yang terdapat dalam tubuhnya serta kekebalan
tubuhnya sangat bergantung pada suhu lingkungan atau habitatnya. Suhu
luar yang berfluktuasi terlalu besar akan mempengaruhi metabolisme
ikan. Jika suhu terlalu rendah maka akan mengurangi sistem imunitas
(kekebalan tubuh) ikan, sedangkan jika suhu terlalu tinggi maka ikan
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
14
dapat dengan mudah terinfeksi bakteri (Satyani, 2001). Menurut Effendi
(1982) suhu yang dapat segera diadaptasi oleh ikan lele dumbo (C.
gariepinus) berkisar pada 24-30 oC dan suhu yang optimal untuk selera
makan adalah pada kisaran 25-27 oC.
2.7.2 Keasaman (pH)
Nilai keasaman atau pH merupakan suatu indikasi atau tanda
kalau air bersifat asam, basa (alkali), atau bersifat netral. Tingkat
keasaman air sangat menentukan kualitas air karena juga menentukkan
proses kimiawi yang terjadi di dalamnya. Penurunan pH air dapat
diakibatkan karena aktifitas ikan yang memproduksi asam. Pada kolam
ikan yang airnya tidak pernah diganti akan menyebabkan pH-nya menjadi
rendah dan dapat mengganggu kelangsungan hidup ikan karena setiap
ikan memiliki toleransi terhadap keasaman (pH) yang berbeda-beda
(Satyani, 2001).
Nilai keasaman berkisar dari 0-14, air dengan pH 0 berarti
sifanya sangat asam dan air dengan pH 14 berarti bersifat basa atau
alkalin.Kedua kondisi air tersebut tidak baik untuk pemeliharaan ikan,
karena kondisi yang baik untuk pemeliharaan adalah air dengan pH netral
yaitu 7. Jika air memiliki terlalu asam atau terlalu basa maka ikan akan
mati (Iskandar & Sitanggang, 2003). Untuk ikan lele sebaiknya dipelihara
pada air dengan pH berkisar antara 6,5-9 karena kondisi tersebut sangat
baik untuk pembenihan dan pembesaran ikan lele dumbo (Soetomo,
1998).
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014
15
2.7.3 Oksigen Terlarut (DO)
Kebutuhan oksigen dari setiap jenis ikan berbeda-beda
dikarenakan adanya perbedaan sel darahnya. Kadar oksigen air minimum
agar ikan dapat hidup dengan baik adalah 5 mg/l (Satyani, 2001). Dalam
proses pembakaran makanan untuk menghasilkan energi, pertumbuhan
dan reproduksi ikan memerlukan oksigen. Oleh karena itu ketersediaan
oksigen di dalam air sangat menentukan aktivitas, pertumbuhan dan juga
reproduksi ikan (Zonneveld et al., 1991).
Oksigen sangat diperlukan oleh ikan karena oksigen berperan
untuk mendukung metabolisme pada ikan. Kandungan oksigen dalam air
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu temperatur air, tekanan dan garam
terlarut, untuk oksigen terlarut yang optimal bagi ikan lele adalah 5 ppm,
dan akan lebih baik lagi pada 7 ppm, sedangkan untuk batas minimalnya
adalah 2 ppm (Mulyanto, 1992).
PENGARUH PEMBERIAN LARVA LALAT……AFAN SUGIANTO, FKIP UMP 2014