JENIS-JENIS DAN KEPADATAN IKAN KARANG DI PULAU …
Transcript of JENIS-JENIS DAN KEPADATAN IKAN KARANG DI PULAU …
JENIS-JENIS DAN KEPADATAN IKAN KARANG DI PULAU PENATA BESAR,
LEMUKUTAN, DAN PULAU KABUNG, PERAIRAN KALIMANTAN BARAT
Isa Nagib Edrus1), Yudi Siswantoro2), dan Imam Suprihanto3)
1) Staf Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Maluku2) Staf Peneliti pada Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut, BAKOSURTANAL
3) Counterpart Peneliti dari LSM
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan pada bulan Juni 2004 ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi ikan-ikan yang hidup dan berasosiasi dengan karang serta memprediksi faktor-faktor penghambat yangmempengaruhi keberadaan di wilayah perairan pulau-pulau kecil di Kalimantan Barat. Metode yang digunakanadalah sensus visual pada transek garis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jenis ikan karang berkisarantara 36 sampai dengan 51 jenis dengan kepadatan antara 10 sampai dengan 15 individu per m2. Rata-ratauntuk Indeks keanekaragaman jenis (H), Indeks Dominasi (D), Indeks Keseimbangan (E), dan Irian Jaya ReefDiversity Index masing-masing 2,7; 0,1; 0,7; dan 4,5. Persentase ikan kelompok mayor rata-rata 66%, kelompokikan target 19%, dan kelompok ikan indikator 15%. Sedangkan rata-rata persentase penggolongan ikanberdasarkan pada nilai ekonomi 66% ikan ekonomis rendah, 17% ikan ekonomis sedang, dan 17% ikanekonomis tinggi. Faktor pembatas distribusi ikan adalah kekeruhan air yang cukup tinggi yang disebabkanoleh sedimen dari daratan.
KATA KUNCI: jenis-jenis, kepadatan, ikan karang, Kalimantan Barat
ABSTRACT: The kinds and density of the coral fishes of Penata Besar, Lemukutan, and KabungIslands in the coastal waters of West Kalimantan. By: Isa Nagib Edrus, Yudi Siswantoro,and Imam Suprihanto
A study conducted in June 2004 aims to obtain data and information of fish living on and associating tocoral reefs, and also to assume limitting factors for fish distribution. A sampling method used was visual
census on a transect line. The result shows that the number of coral fish ranged from 36 to 51 species. The
density of coral fish ranged from 10 to 15 indivdual per m2. The means of Diversity Indeces (H), DominanceIndeces (D), Eveness Indeces, and Irian Jaya Reef Diversity Index indeces were 2.7; 0.1; 0.7; and 4.5,respectively. The percentages of a major fish group, a target fish group, and an indicator fish group wereaverage of 66, 19, and 15%, respectively. The mean percentages of marketable based fish groups consistedof 66% of low valuable fishes, 17% of fair valuable fishes, and 17% of high valuable fishes. The low level ofbody water transfarancy due to upland sediment was a limitting factor for the attendance of coral fish in thecoral reef area of study sites.
KEYWORDS: species, density, coral fish, West Kalimantan
PENDAHULUAN
Keanekaragaman ikan karang di suatu terumbukarang bukan hanya memberikan nilai estetika bagipariwisata bahari, tetapi juga memberikan sediaansumber daya hayati dan pendapatan bagi masyarakatsekitar. Terumbu karang menyediakan ikan hias laut danikan pangan, yang ke-2 merupakan asset bagi daerahdalam upaya pengembangan usaha perikanan danketahanan pangan. Oleh karena itu, pemerintah daerahsebagai otoritas dalam era otonomi daerah menaruhharapan besar atas potensi sumber daya terumbukarang. Kutzmann (2004) mengatakan bahwa dibeberapa negara berkembang, terumbu karang
menyediakan 25% dari total sediaan makanan dan 60%dari total kebutuhan protein hewani.
Pengelolaan sumber daya terumbu karang penuhmenjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Tidaksedikit data dan informasi dibutuhkan untuk kepentinganini. Ketidakberuntungan bahwa usaha pengumpulan danpembangunan jaringan data dan informasi sumber dayapada umumnya kalah cepat dibanding laju prosesdegradasi sumber daya yang menjadi obyekpembangunan. Sehingga sebelum dilakukan pendataandan pengelolaan, banyak sumber daya yang hilang sia-sia yang berakhir pada erosi genetik. Pada hal perairanIndonesia yang terletak pada wilayah tropis memiliki
Jenis-Jenis dan Kepadatan Ikan Karang di Pulau Penata Besar, ….. Perairan Kalimantan Barat (Edrus I.N., et al.)
21
Kosrespondensi penulis:Jl. Chr. Soplanit-Rumat Tiga, Ambon 97233, Kotak Pos: 204 PASSO
biodiversitas ikan yang sangat tinggi. Menurut White(1987), 40% jenis ikan laut yang taksonomi telahdiketahui di dunia, yaitu kira-kira 8.000 spesies, hidupdi perairan hangat sampai dengan kedalaman 200 m.Dibanding perairan di lahan sub tropis, perairan tropisdekat karang atau di lahan karang dihuni oleh lebihberagam jenis ikan walaupun lebih sedikit individu ikandalam tiap jenis. Menurut Kunzmann (2004), di AsiaTenggara terdapat banyak jenis dalam setiap unit lahan,yaitu kira-kira ada 400 jenis fauna pembangun terumbukarang, lebih dari 3.000 jenis ikan karang, dan kira-kira1.700 moluska terdapat di wilayah ini.
Kelemahan pemerintah daerah dalam pengelolaansumber daya terumbu karang pada umumnya berkaitandengan 1) belum penuh visi dan strategi otonomi daerahdilaksanakan untuk kepentingan proteksi danpelestarian lingkungan; 2) lemah pola perencanaanpembangunan pesisir dan pulau-pulau kecil; 3) kecilporsi perhatian dan pendanaan atas proses monitoringdan evaluasi sumber daya; 4) rendah jumlah dankapasitas sumber daya manusia; dan 5) terbataskesempatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan.Contoh yang paling menonjol adalah modelperencanaan pembangunan lebih berbasis kontinentaldaripada berbasis kepulauan. Sehingga semua dampaknegatif pembangunan di daratan ditanggung oleh pesisirdan pulau-pulau kecil.
Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunanekonomi memiliki pengaruh langsung pada sumber dayapantai. Kegiatan manusia bersama-sama denganpengaruh alam atau biologis memberikan andil terhadapdegradasi sumber daya terumbu karang yangmerupakan dampak negatif, seperti kerusakan habitat,degradasi biologis, penurunan turbiditas dan kecerahanmassa air, dan perubahan keseimbangan ekosistem.
Secara alami, terumbu karang memberikankapasitas yang besar untuk flora dan fauna yang hidupdan tumbuh di dalam. Konsep relung ekologi (ecologyniche) telah menggambarkan bagaimana ekosistemterumbu karang menciptakan keanekaragaman jenisbiota yang tinggi (Lieske & Myers, 1997). Banyak jenisikan karang pemakan karang memperlihatkan perilakuteritorial dan mobilitas yang sempit di sekitar karang, dimana banyak di antara ikan karang tidak pergi jauh darisumber makanan dan tempat perlindungan. Sepertidiketahui bahwa struktur terumbu karang menyediakanberagam liang, lubang, dan gua yang digunakan sebagaitempat berlindung (shelter). Jadi batasan teritorial bagiikan karang lebih didasarkan pada sediaan makanan,pola pemijahan (spawning), ancaman predator,kebutuhan ruang dan lain-lain, semua menambahkompleksitas dan harmonis hubungan ikan di dalamlahan terumbu karang.
Namun, faktor eksternal sering kali mengganggufungsi masing-masing organisme karang, bahkansecara menyeluruh mengganggu fungsi ekosistemterumbu karang sehingga tercipta ketidakseimbangandi dalam ekosistem tersebut. Contoh polusi kimia dansedimen pada massa air laut dan atau peningkatan suhuyang ekstrim akibat anomali iklim (El Niño). Dengandemikian, generalisasi yang mengatakan bahwaterumbu karang kaya akan ikan menjadi berbeda antaradaerah yang satu dengan daerah yang lain. Ikan karangmerupakan indikator yang baik untuk menggambarkanpengaruh polusi tersebut pada lahan yang terkenadampak. Dari kenyataan ini akan timbul pertanyaanbahwa sejauh mana lahan terumbu karang dapatmemberikan kapasitas daya dukung pada ikan karangpada wilayah-wilayah di sekitar muara sungai besar yangmemiliki potensi besar pada polusi sedimen?
Beberapa parameter komunitas antara lainkeanekaragaman jenis, tingkat dominasi, keseimbanganpopulasi, dan kelimpahan jenis banyak digunakan untukkeperluan monitoring dan evaluasi sumber daya hayatiikan karang. Komunitas ikan sangat beragam dan unikdalam suatu perairan karang. Informasi komunitas ikanmemberikan gambaran mengenai karakteristikekosistem perairan terumbu karang dan bermanfaatuntuk kepentingan pengembangan dan pengelolaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan datadan informasi ikan-ikan yang hidup dan berasosiasidengan karang serta memprediksi faktor-faktorpenghambat yang mempengaruhi keberadaan diwilayah perairan pulau-pulau kecil di Kalimantan Barat.Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahanpertimbangan perumusan kebijakan daerah dalampengelolaan dan pengembangan potensi sumber dayaikan karang.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Kegiatan survei lapang dilaksanakan pada bulan Juni2004 di wilayah perairan karang Pulau-Pulau PenataBesar, Lumukutan, dan Pulau Kabung, KabupatenBengkayang, Kalimantan Barat. Pulau tersebut terletakdi antara lintang koordinat geografi 00°40’00"-00°51’00"LS dan 108°40’00"-108°50’00" BT (Gambar 1 dan Tabel1).
Metode
Survei ini dilakukan dengan pendekatan sensusvisual pada garis transek (English et al., 1994). Dataikan karang diperoleh dengan sensus visual yang
22
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 21-34
dikerjakan oleh penyelam sepanjang garis transek 100m, dengan luas lahan sensus (100x5) m2. Jenis danperkiraan jumlah ikan dicatat dalam data sheet kedapair. Identifikasi jenis ikan menggunakan buku petunjukbergambar (Kuiter, 1992; Lieske & Myers, 1997). Ikankarang dikelompokkan menurut status, seperti ikanindikator, ikan mayor, dan ikan target (English et al.,
1994). Ikan indikator kebanyakkan dari sukuChaetodontidae yang kehadirannya dapat merefleksikankondisi kesehatan karang. Ikan mayor adalah golonganikan hias dan non ikan hias yang selalu berasosiasidengan karang, baik sebagai penetap maupun pelintas.Ikan target adalah dari golongan ikan yang dicari olehnelayan untuk dimakan dan dijual.
WestKalimantan
KarimataStrait
WestKalimantan
KarimataStrait
Gambar 1. Peta lokasi penelitian hasil interpretasi dari citra Landsat ETM-7 hasil perekaman tahun 2002.Sumber: Bakosurtanal, 2004
Figure 1. The study site map derived from the 2002 recording of 7th ETM Landsat Citra.Source: Bakosurtanal, 2004
Jenis-Jenis dan Kepadatan Ikan Karang di Pulau Penata Besar, ….. Perairan Kalimantan Barat (Edrus I.N., et al.)
23
Analisis Data Ikan Karang
Analisis keragaman hayati ikan karangmenggunakan beberapa indeks yang dianggap pentingsebagai base line data. Indeks-indeks itu adalah IndeksKekayaan Jenis (Richness Indices), IndeksKeanekaragaman (Diversity Indices), dan IndeksKeseimbangan (Evenness Indices) (Ludwig & Reynold,1988).
Indeks Kekayaan Jenis (Richness Indices) mengacupada:1. Indeks Margalef R
1=(S-1)/ln(n)
2. Indeks Menhinick R2=S/n
di mana:S = banyak jenisn = jumlah individu ikan untuk semua jenis
Indeks Keanekaragaman mengacu pada:1. Indeks Simpson =(n
i(n
i–1)/(N(N–1)
2. Indeks Shannon H=(ni/N) ln(n
i/N)
di mana:n
i= jumlah ikan jenis ke-i
N = total individu ikan untuk semua jenis
Indeks Simpson adalah identik dengan IndeksDominasi D=(1–H), di mana nilai ke-2 indeks iniberbanding terbalik dengan Indeks Shannon. Semakinbesar prediksi nilai dominasi terhadap komunitas biota,berarti semakin kecil nilai prediksi terhadapkeanekaragaman komunitas tersebut. Dalam hal ini,keanekaragaman komunitas dianggap terbaik jika nilai atau D mendekati 0 dan terburuk jika nilai mendekati1 (misalnya terjadi pada lingkungan hidup yangmengalami tekanan atau pencemaran). Berarti bahwakisaran nilai ke-2 Indeks ( dan D) tersebut antara 0dan 1. Semakin mendekati nilai 0, menyebabkan nilaiIndeks H akan semakin besar (keanekaragaman hayatidianggap tinggi). Sebaliknya, semakin mendekati 1,menyebabkan nilai Indeks H semakin kecil(keanekaragaman hayati dianggap buruk). Dalamkondisi alamiah besarnya nilai Indeks H untuk komunitasikan karang berkisar di antara nilai 3 (sedang). Dalam
Tabel 1. Gambaran umum lokasi transek pada setiap stasiunTable 1. A common description of study sites by stations
Pulau KabungBerpenduduk,WilayahPenangkapan ikanteri
Sedangburuk
(3,5 m)
Reef slope, batuanvulkanik, pasirlumpur,78,9% tutupankarang keras
S 00°49’76,7”E 108°46’46,8”
4
Pulau KabungBerpenduduk,WilayahPenangkapan ikanteri
Lemahburuk(4 m)
Reef slope, batuanvulkanik, pasirlumpur57,8% tutupankarang keras
S 00°50’24,0”E 108°47’04,0”
3
Pulau LemukutanBerpenduduk,WilayahPenangkapan ikanteri
Lemahburuk(6 m)
Reef slope, batuanvulkanik, pasir65,8% tutupankarang keras
S 00°48’07,0”E 108°41’56,0”
2
Pulau PenataBesar,Berpenduduk,WilayahPenangkapan ikanteri
Lemahburuk(4 m)
Reef slope, batuanvulkanik, pasirlumpur,65,9% tutupankarang keras
S 00°45’77,9”E 108°45’54,3”
1
Nama lokasi(Study site)
Arus air(Water
current)
Jarakpandang
horisontal(Body water
visibility)
Dasar perairandan persentasi
tutupan karang*)
(Sea bottom andpercent cover of
corals)
Posisigeografistransek
(Geographicalposition of the
transects)
Stasiun(Station)
Pulau KabungBerpenduduk,WilayahPenangkapan ikanteri
Sedangburuk
(3,5 m)
Reef slope, batuanvulkanik, pasirlumpur,78,9% tutupankarang keras
S 00°49’76,7”E 108°46’46,8”
4
Pulau KabungBerpenduduk,WilayahPenangkapan ikanteri
Lemahburuk(4 m)
Reef slope, batuanvulkanik, pasirlumpur57,8% tutupankarang keras
S 00°50’24,0”E 108°47’04,0”
3
Pulau LemukutanBerpenduduk,WilayahPenangkapan ikanteri
Lemahburuk(6 m)
Reef slope, batuanvulkanik, pasir65,8% tutupankarang keras
S 00°48’07,0”E 108°41’56,0”
2
Pulau PenataBesar,Berpenduduk,WilayahPenangkapan ikanteri
Lemahburuk(4 m)
Reef slope, batuanvulkanik, pasirlumpur,65,9% tutupankarang keras
S 00°45’77,9”E 108°45’54,3”
1
Nama lokasi(Study site)
Arus air(Water
current)
Jarakpandang
horisontal(Body water
visibility)
Dasar perairandan persentasi
tutupan karang*)
(Sea bottom andpercent cover of
corals)
Posisigeografistransek
(Geographicalposition of the
transects)
Stasiun(Station)
Keterangan/Remarks: *) = diperoleh pada waktu survei yang sama dengan mengunakan metode sampling line intercept transectSumber/Source: Hasil Survei Lapang, bulan Juni 2004 (the 2004 June 2004 field survey)
24
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 21-34
ekosistem yang matang seringkali nilai H menjadi>3.Dalam kondisi lingkungan yang buruk menyebabkanhanya sebagian kecil populasi biota yang bertahan danmenjadi berkembang mendominasi komunitas biotasetempat. Ini berarti nilai Indeks Dominasi atau nilaiIndeks Simpson untuk komunitas tersebut akanmembesar dari 0 mendekati 1 dan akibatnyakeanekaragaman (H) mengecil dari 3 mendekati 1.Selain itu, unsur yang membentuk keanekaragamanhayati juga ditinjau dari banyak populasi yang menonjol(melimpah atau paling melimpah). Keragaman populasiini mengacu pada besarnya diversity number dari Hillyaitu N
1dan N
2, di mana N
1ditafsirkan sebagai banyak
populasi dari suatu spesies yang cukup melimpah,sedangkan N
2adalah banyak populasi dari suatu
spesies yang paling melimpah.
Rumus:
N1=eH
N2=1/
di mana:H = Indeks Shannon = Indeks Sampson
Karena dominasi suatu populasi dalam komunitasjuga mempengaruhi keseimbangan ekosistem, berartibesaran nilai Indeks Keanekaragaman (H) bukan hanyatergantung pada nilai Indek Simpson atau IndeksDominasi, tetapi juga sangat ditentukan oleh nilai IndeksKeseimbangan populasi dalam suatu komunitas. Karenaitu, analisis data ini juga memperhitungkan Indeks-Indeks Keseimbangan. Pada beberapa tulisan Indeksini juga disebut Indeks Kemerataan. Indeks tersebutantara lain:
Indeks Pielou E1=H/ln(S)
Sheldon E2=(eH/S)
Heip E3=(eH-1/(S-1)
Hill E4=(1/)/eH
Modifikasi dari Hill E5=(1/)-1/(eH–1)
di mana:S = banyak jenisH = Indeks Shannon
= Indeks Simpsone = bilangan natural
Analisis hasil penelitian lebih terfokus pada IndeksShannon (H), Indeks Simpson () atau Indeks Dominasi(D), dan Indeks Keseimbangan (E1; Pielou). Sementaraitu, sisa digunakan sebatas bench mark bagi hasil kajianyang serupa. Sedangkan kepadatan ikan karangmerupakan perhitungan jumlah individu per satuan luastransek (10 mx70 m). Semua prosedural untukperhitungan di atas menggunakan prinsip-prinsipMicrosoft Excel.
Untuk menganalisis kondisi kesehatan karangberdasarkan pada kehadiran ikan indikator(Chaetodontidae) digunakan Irian Jaya Reef DiversityIndex, di mana persamaan IRDI=Cx/41x100%. Cxadalah jumlah jenis ikan indikator yang terdapat di suatulokasi. Kondisi karang yang sehat memiliki nilaiIRDI75%, sementara kondisi yang buruk memiliki nilaiIRDI30 % (Nash, 1989).
HASIL DAN BAHASAN
Komunitas dan Potensi Ikan Karang
Hasil sensus visual pada lahan transekdideskripsikan secara lebih lengkap pada TabelLampiran 1. Lampiran ini menunjukkan bahwa padaPulau Penata Besar, Lemukutan, dan Pulau Kabungyang termasuk wilayah Kalimantan Barat telah berhasildiidentifikasi sekurang-kurang 81 jenis ikan karang, baikitu tergolong kelompok ikan target, ikan mayor, maupunikan indikator. Sedangkan Tabel 2 menunjukkanringkasan dari hasil analisis data sensus tersebut.
Tabel 2 menunjukkan bahwa komunitas ikan karangdi Pulau Lemukutan (stasiun 2) relatif lebih baikdibanding Pulau Penata Besar dan Kabung. Hal ini,ditunjukkan oleh jumlah jenis yang ditemukan (51spesies) dan indeks keragaman ikan karang (H=3).Namun, jika dibandingkan dengan wilayah karang lainterutama yang memiliki perairan jernih dengan indeksH>3, keanekaragaman ikan karang di wilayahKalimantan Barat tersebut sangat rendah. Contohperairan karang kepulauan Banda Maluku, ikan karangdi sini sekurang-sekurang ada 388 spesies denganIndeks H di atas 3,5 (Edrus et al., 1992).
Jenis-Jenis dan Kepadatan Ikan Karang di Pulau Penata Besar, ….. Perairan Kalimantan Barat (Edrus I.N., et al.)
25
Tabel 2. Kondisi ikan karang di Pulau Penata Besar, Pulau Lemukutan, dan Pulau Kabung, PerairanKalimantan Barat, menurut stasiun penelitian
Table 2. The state of coral fish in the Islands of Penata Besar, Lemukutan, and Kabung, West Kalimatancoastal water, by study sites
17221314Ikan ekonomis tinggi (High valuablefishes) %5.3.
10103118Ikan ekonomis sedang (Fair valuablefishes) %5.2.
73685668Ikan ekonomis rendah (Low valuablefishes) %5.1.
(Fish Economic Valuing)
Status Ekonomi Ikan:5
4464Jumlah jenis (Species number)4.2.
9,89,814,69,8IRDI Index (%)4.1.
Ikan Indicator (Indicator Fishes)4.
1621914Percentage of indicator fishes (I; %)3.3.
11113313Percentage of the target fishes (T; %)3.2.
73685873Percentage of the major fishes (M; %)3.1.
(Fish Grouping)
Pengelompokan Status ikan:3.
15111310Kepadatan(individual/m2)2.13.
7.4585.2476.6855.168Jumlah Individu (Individual number)2.12.
0,720,670,650.64Evenness Index: E52.11.
0,740,690,670,66Evenness Index: E42.10.
0,320,290,390,35Evenness Index: E32.9.
0,340,320,400,38Evenness Index: E22.8.
0,700,700,770,73Evenness Index: E12.7.
11,49,614,09,1Hill's diversitry Number: N22.6.
15,413,82113,6Hill's diversitry Number: N12.5.
2,72,63,02,6Shannon Diversity Index: H2.4.
0,090,100,070,11Simpson Diversity Index: Lambda2.3.
0,50,60,60,5Menhinick Index: R22.2.
4,94,95,74,1Richness Index, Margalef: R12.1.
(Fish Population State)
Kondisi Populasi Ikan:2.
12141413Jumlah suku (Family number)1.3.
29313826Jumlah marga (Genus number)1.2.
45435136Jumlah jenis (Species number)1.1.
(Disciption of Fish Taxonomy )
S 00°49’76,7”E 108°46’46,8”
S 00°50’24,0”E 108°47’04,0”
S 00°48’07,0”E 108°41’56,0”
S 00°45’77,9”E 108°45’4,3”
4321
Stasiun (Station)
Katagori(Catagories)
No.
17221314Ikan ekonomis tinggi (High valuablefishes) %5.3.
10103118Ikan ekonomis sedang (Fair valuablefishes) %5.2.
73685668Ikan ekonomis rendah (Low valuablefishes) %5.1.
(Fish Economic Valuing)
Status Ekonomi Ikan:5
4464Jumlah jenis (Species number)4.2.
9,89,814,69,8IRDI Index (%)4.1.
Ikan Indicator (Indicator Fishes)4.
1621914Percentage of indicator fishes (I; %)3.3.
11113313Percentage of the target fishes (T; %)3.2.
73685873Percentage of the major fishes (M; %)3.1.
(Fish Grouping)
Pengelompokan Status ikan:3.
15111310Kepadatan(individual/m2)2.13.
7.4585.2476.6855.168Jumlah Individu (Individual number)2.12.
0,720,670,650.64Evenness Index: E52.11.
0,740,690,670,66Evenness Index: E42.10.
0,320,290,390,35Evenness Index: E32.9.
0,340,320,400,38Evenness Index: E22.8.
0,700,700,770,73Evenness Index: E12.7.
11,49,614,09,1Hill's diversitry Number: N22.6.
15,413,82113,6Hill's diversitry Number: N12.5.
2,72,63,02,6Shannon Diversity Index: H2.4.
0,090,100,070,11Simpson Diversity Index: Lambda2.3.
0,50,60,60,5Menhinick Index: R22.2.
4,94,95,74,1Richness Index, Margalef: R12.1.
(Fish Population State)
Kondisi Populasi Ikan:2.
12141413Jumlah suku (Family number)1.3.
29313826Jumlah marga (Genus number)1.2.
45435136Jumlah jenis (Species number)1.1.
(Disciption of Fish Taxonomy )
S 00°49’76,7”E 108°46’46,8”
S 00°50’24,0”E 108°47’04,0”
S 00°48’07,0”E 108°41’56,0”
S 00°45’77,9”E 108°45’4,3”
4321
Stasiun (Station)
Katagori(Catagories)
No.
Kondisi terumbu karang yang cukup baik (Tabel 1)pada lahan penelitian tidak cukup berarti untukmendukung keanekaragaman jenis ikan di perairankarang Kalimantan Barat. Sebagaimana diketahuibahwa terumbu karang menyediakan berbagai habitatdan relung (niche) untuk ikan karang, sehinggamemenuhi syarat untuk mendukung beranekaragamjenis ikan. Tetapi mengapa paradoks ini terjadi? Di mana
status tutupan karang cukup tinggi, sementarakeanekaragam jenis ikan rendah. Belum dapatdipastikan apakah kekeruhan air laut yang tinggiberpengaruh terhadap distrubusi ikan-ikan karang diperairan Kalimantan Barat. Banyak jenis ikan karangyang tidak hadir di lahan tersebut dan mungkin pengaruhsedimentasi dari daratan yang cukup besar menjadibarrier geografis bagi ikan karang. Sehingga hanya
Sumber/Source: Data primer survei lapang, bulan Juni 2004 (The primary data of 2004-June Field Survey)
26
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 21-34
sebagian kecil jenis ikan karang yang dapat bertahanpada kondisi demikian, meskipun diakui bahwa distribusiikan karang di daerah tropis dapat digeneralisasikanuntuk semua terumbu karang. Tetapi kondisi lokal yangspesifik, seperti pengaruh ada ekosistem pendukungyang lain (contoh mangrove dan padang lamun) atauterjadi pencemaran air laut, dapat membuat komposisijenis ikan karang di suatu lahan terumbu karang menjadiberbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Indeks dominasi (D) yang kecil dan indekskesimbangan (E) yang cukup baik untuk masing-masingstasiun (Tabel 2) menunjukkan bahwa tidak ada ledakanpopulasi dan gangguan lingkungan secara fisik padakomunitas ikan. Masing-masing populasi mempunyaikesempatan untuk berkembang dengan baik. Populasiyang cukup melimpah (N
1) ditemukan 13 sampai dengan
21 jenis, sedangkan populasi yang sangat melimpah(N
2) ditemukan 9 sampai dengan 14 jenis (Tabel
Lampiran 1). Kelompok populasi yang melimpah ini padaumumnya adalah golongan ikan-ikan yang memangberkoloni, seperti ikan ekor kuning dan gete-gete.Karena itu, kondisi ini tidak digolongkan dominasi satupopulasi atas populasi lain. Rata-rata kepadatan individukomunitas ikan karang per m2 relatif kecil, yaitu antara10 sampai dengan 15 individu, sehingga secara visualterumbu karang seolah-olah sepi penghuni.
Ikan-ikan penghuni sejati terumbu karang (groupmajor) hadir dalam persentasi yang lazim, berkisarantara 58 sampai dengan 73%. Golongan ini di wakilioleh suku Apogonidae, Blenniidae, Labridae,Pinguipedidae, Pomacanthidae, dan Pomacenridae.Komposisi yang cukup baik antara ikan mayor dan targetditemukan pada Pulau Lemukutan (stasiun 2), sehinggapulau ini selain kaya akan ikan mayor, juga kaya akanikan target tangkapan nelayan. Ikan-ikan yang tergolongtarget tangkapan nelayan dan dijumpai di lokasipenelitian meliputi suku Holocentridae (Murjan,Brajanata), Serranidae (Kerapu), Nemipteridae (Gurisi),Haemulidae (Rajabau), Lutjanidae (Bambangan),Caesionidae (ekor kuning, pisang-pisang), Kyphosidae(Kemplang), Scaridae (Kakatua), dan Siganidae(Baronang). Namun demikian, tidak semua jenis darisuku di atas hadir pada lahan terumbu karang di perairanKalimantan Barat.
Golongan ikan indikator (Chaetodontidae) padasemua lahan transek dijumpai dalam jumlah jenis yangsangat kecil (4 sampai 6 species), tetapi jumlah individurelatif besar. Irian Jaya Reef Diversity Index padamasing-masing stasiun (9,8 sampai dengan 14,6%)
tidak signifikan untuk digunakan dalam penentuankondisi kesehatan karang. Sebab pada kenyataantutupan karang batu ditemukan cukup tinggi di lokasipenelitian. Rendah jumlah jenis ikan indikator tersebutmungkin berkaitan dengan ada dominasi bentukankarang masive. Sebaliknya, jumlah individu ikanindikator yang besar (antara 682 sampai dengan 2.204per 500 m2) menunjukkan signifikasi yang cukup untukpetunjuk kesehatan karang (Tabel 2).
Tabel 2 juga menunjukkan nilai ekonomi perairankarang di setiap lokasi penelitian, yaitu besar persentasiikan karang yang memiliki harga jual dari mulai tinggisampai dengan rendah. Berapa besar nilai komoditi ikankarang sangat ditentukan oleh kemampuan belimasyarakat (willing to pay) dan karakteristik darikomoditi itu sendiri. Karakteristik komoditi yangmenentukan nilai ekonomis ikan-ikan ini didasarkanpada a) jika ikan pangan (ikan target), maka permintaanpasar akan jenis itu apakah tinggi, sedang, atau rendah;dan b) jika ikan hias (baik ikan mayor atau ikan indikator),nilai sangat ditentukan dari warna, bentuk, gerakkan-gerakkan yang anggun dan unik, kelangkaan jumlah diterumbu karang, ada usaha, dan tujuan pasar (apa untukekspor atau pasar domestik). Pada Lampiran daftar ikanhasil sensus dapat dilihat penggolongan nilai ikan,seperti jenis apa yang mempunyai nilai rendah (*), jenisyang bernilai ekonomis sedang (**), dan jenis yangbernilai ekonomis tinggi (***). Tabel 2 menunjukkan hasilkesimpulan dari penggolongan tersebut dalam bentukpersentasi. Jenis-jenis ikan karang yang memiliki hargatinggi tergolong dalam suku Chaetodontidae danPomacantidae. Jenis ikan yang tergolong dalam sukuini merupakan ikan-ikan hias yang menarik dankomoditas ekspor (Gambar 2). Sedangkan darigolongan ikan target yang memiliki nilai ekonomis tinggiadalah suku Serranidae (Kerapu) yang juga merupakankomoditas ekspor. Golongan ikan target lain yangmemiliki nilai ekonomis sedang meliputi Nemipteridae(gurisi), Haemulidae (rajabau), Lutjanidae (bambangan),Caesionidae (ekor kuning, pisang-pisang), danKyphosidae (kemplang). Sebagian besar kelompokbernilai ekonomis rendah adalah ikan-ikan kelompokmayor yang tergolong ikan-ikan hias yang kurangdigemari atau kurang menarik.
Gambar 2 menunjukkan bahwa betapa sedikit ikan-ikan yang tergolong memiliki harga jual tinggi di wilayahperairan ke-3 pulau tersebut. Oleh karena itu, untukmendapatkan kelengkapan data jenis ikan perlu adamonitoring berkala berdasarkan pada musim.
Jenis-Jenis dan Kepadatan Ikan Karang di Pulau Penata Besar, ….. Perairan Kalimantan Barat (Edrus I.N., et al.)
27
Amphiprion ocellaris Chaetodon ornatissimus
Chaetodon eculum
Chaetodon adiergastos Chaetodon aronessa
Coradion hrysozonus Heniochus arius Parachaetodon ocellatus
Pomacanthus annularis Pomacanthus exstriatus
Cephalopholis boenackCephalopholis yanostigma Cephalopholis formosa
Anyperodonl eucogrammicusCephalopholis microprion
Amphiprion ocellaris Chaetodon ornatissimus
Chaetodon eculum
Chaetodon adiergastos Chaetodon aronessa
Coradion hrysozonus Heniochus arius Parachaetodon ocellatus
Pomacanthus annularis Pomacanthus exstriatus
Cephalopholis boenackCephalopholis yanostigma Cephalopholis formosa
Anyperodonl eucogrammicusCephalopholis microprion
Gambar 2. Ikan-ikan ekonomis penting yang teridentifikasi di lahan terumbu karang Pulau Penata Besar,Lemukutan, dan Kabung, Kalimantan Barat.
Figure 2. The economic valuable fishes identified on the reef areas of Penata Besar, Lemukutas, and KabungIslands, West Kalimantan.
Secara visual, survei pada bulan Juni 2004 inimenunjukkan suatu fenomena perairan karang dengankondisi jarang pandang (visibility) horisontal yang rendahdan tingkat keanekaragaman ikan yang rendah pula.Pada saat survei tersebut, kondisi setempat beradapada musim panas di mana curah hujan sangat kecil.Hal ini, dapat berarti bahwa massa air daratan kurangpengaruh terhadap kekeruhan perairan pantai. Namundemikian, pada saat survei tersebut tingkat kekeruhan
air cukup tinggi, di mana kecerahan yang terukur di
lokasi transek 4 sampai dengan 6 m dan jarak pandang
horisontal di dalam badan air 5 sampai dengan 7 m.
Sehingga dapat diprediksi bahwa pada saat musim
hujan dampak kekeruhan akan semakin buruk pada
lingkungan perairan pantai, sehingga kondisi yang
kurang menguntungkan ini menjadi berkepanjangan dan
sangat berpengaruh pada berbagai organisme laut.
28
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 21-34
Secara umum, dapat dikatakan bahwa perairankarang di Kalimantan Barat miskin akan ikan karang,walaupun pertumbuhan karang batu pada perairan inicukup baik. Oleh karena itu, seperti telah dipertanyakandi atas bahwa mengapa kondisi karang batu yang sehattidak berkorelasi secara signifikan terhadap tingkatkeanekaragaman ikan-ikan karang? Seperti diketahuibahwa di samping tersedia berbagai habitat atau relung(niche) untuk ikan karang, faktor ketersediaan makanan,stabilitas lingkungan, dan interaksi organisme denganlingkungan juga harus diperhitungkan sebagai penyebabhadir beranekaragam ikan karang. Pada kenyataanbahwa observasi di lahan transek menunjukkan absenberbagai jenis ganggang laut di lokasi penelitian. Selainitu, lahan karang tersebut juga tidak berbatasan denganekosistem penunjang lain seperti padang lamun (seagrass bed) yang memiliki beranekaragam ganggang(algae) dan tumbuhan lamun atau mangrove yangmemiliki serasah sebagai sumber makanan. Makro algayang hidup di dasar perairan pada umumnya menjadimata rantai pertama dalam jaring-jaring makanan(Gomez & Yap, 1988). Sedangkan menurut Randall(1965), beberapa jenis ikan (grazers) merupakanpemakan langsung daun lamun, seperti ikan kakatua,butana, baronang, dan koja.
Ikan adalah organisme yang relatif lebih kompleks,di mana banyak aspek biologi dan perilaku dapatdigunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian habitat.Kehadiran atau ketidakhadiran jenis-jenis tertentuadalah juga petunjuk yang akurat dalam kasus-kasustertentu (misal pencemaran dan ketiadaan makanan),karena kemampuan ikan dapat berpindah-pindah, ikandapat keluar dari wilayah tetap untuk memilih habitat-habitat dengan keadaan yang lebih menguntungkan.Lahan terumbu karang dengan kekeruhan yang kronismelampaui periode waktu yang panjang, serta dengankondisi vegetasi dan keragaman jenis karang yangrendah dapat berpengaruh terhadap komposisi jenisikan yang hadir. Perubahan-perubahan dalam distribusi,komposisi, dan kelimpahan ikan karang dapat menjadipetunjuk ada gangguan pada habitat dan rantaimakanan. Pendapat Emery (1978) di bawah ini dapatmemperkuat pernyataan di atas, bahwakeanekaragaman jenis berbanding terbalik dengantingkat gangguan, dan berbanding lurus dengan jumlah
radiasi sinar matahari, tersedia makanan dan beragamhabitat. Sejalan dengan pendapat di atas, maka dapatdimengerti jika perairan karang di lokasi penelitiantersebut mempunyai keanekaragaman jenis yangrendah.
Dalam hubungan dengan kebiasaan makan ikankarang, menurut Nybaken (1988), 50 sampai dengan70% dari jenis ikan tergolong karnivora yangoportunistik. Banyak jenis ikan-ikan yeng tergolongkarnivora tidak terlihat di lokasi penelitian, seperti jenis-jenis ikan yang tergolong suku Serranidae (kerapu),Scorpaenidae (lepu batu atau lepu ayam), Haemulidae(bibir tebal atau raja bau), dan Carangidae (kuwe danbarakuda). Kemudian, 15% tergolong herbivora danpemakan karang, seperti ikan-ikan kakatua (Scaridae),sekartaji atau butana (Acanthuridae), baronang(Siganidae), mendut (Balistidae), kinang atau brajanataatau surendang (Holocentridae), buntal kotak(Ostraciidae), ikan ayam (Tetraodontidae), dan ikanbetok (Pomacentridae). Dalam kasus ini, hanyasebagian kecil jenis ikan kakatua (4 jenis) yangteridentifikasi di lokasi transek, seperti juga baronang(2 jenis). Sedangkan ikan-ikan yang tergolong dalamsuku Acanthuridae, Balistidae, Holocentridae,Ostraciidae, dan Tetraodontidae tidak ada (absen) padalahan transek. Sisa sebagian kecil tergolong omnivoraatau multivora (pemakan segala), seperti kepe-kepe(Chaetodontidae, hanya 7 jenis yang ditemukan di lokasitransek), Injel (Pomacanthidae, hanya 2 jenisditemukan) betok atau giru (Pomacentridae, hanya 19jenis), ikan tato atau kipas (Monacanthidae, absen),buntel duren (Diodontidae, absen), dan banyak lagisuku-suku ikan karang yang tidak terlihat di lokasitransek. Hal ini, menunjukkan begitu rendah potensijenis ikan karang di lahan terumbu karang ke-3 pulautersebut.
Kondisi komunitas ikan karang secara umumdisimpulkan pada Tabel 2. Indeks-indeks ekologis padaTabel 2 merupakan data spasial populasi ikan karangyang membedakan komunitas ikan di antara lahanterumbu karang pada beberapa stasiun, walaupunperbedaannya relatif kecil sekali. Data ini telahmemberikan kondisi populasi ikan karang yangrepresentatif bagi informasi geografis dan valuasipotensi terumbu karang.
Jenis-Jenis dan Kepadatan Ikan Karang di Pulau Penata Besar, ….. Perairan Kalimantan Barat (Edrus I.N., et al.)
29
KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasilpenelitian ini antara lain:
1. Jumlah jenis ikan karang pada perairan karang pulauPenata Besar, Lemukutan, dan Pulau Kabung sangatrendah.
2. Indeks kekayaan dan keanekaragaman jenis ikankarang rendah, di mana indeks R1 di bawah 6 danindeks H di bawah 3. Sedangkan keseimbanganpopulasi di dalam komunitas cukup baik, artinya tidakada faktor-faktor lingkungan yang ekstrim yang dapatmenghambat perkembangan masing-masingpopulasi yang telah eksis di lahan tersebut.
3. Banyak jenis, marga, dan suku ikan karang yanghadir di terumbu karang tidak tampak hadir padake-3 pulau tersebut. Kemungkinan yang menjadifaktor penyebab adalah kekeruhan air yang tinggidan faktor ketersediaan makanan.
4. Komposisi kelompok ikan mayor sebagai penghunikarang sangat dominan dibanding dengan kelompokikan target dan ikan indikator.
5. Irian Jaya Reef Diversity Index untuk indikatorkeragaman karang batu sangat rendah, tetapi jumlahindividu ikan indikator sendiri cukup tinggi.
6. Jenis-jenis ikan karang yang bernilai ekonomis tidakbanyak dijumpai di ke-3 pulau.
7. Kekeruhan perairan yang tinggi merupakanpembatas bagi keanekaragaman ikan karang.
SARAN
1. Tinggi suspendid solid akibat kekeruhan ini perludipertimbangkan dalam interpretasi citra satelit,karena pada kenyataan terumbu karang tumbuhdengan baik di lokasi penelitian, walaupunkeberadaan secara kasat mata tidak tampak terlihatdari permukaan air setinggi 1 m.
2. Penelitian lanjutan dan atau monitoring dan evaluasibaik dilakukan secara periodik, khusus padaberbagai musim.
_________Persantunan
Hasil dari kegiatan riset: Pemetaan Sumber DayaPesisir Pantai T.A. 2004 di Bakorsurtanal
DAFTAR PUSTAKA
Edrus, I. N., A. R. Syam, & La Sui. 1992. Potensi,pemanfaatan, dan prospek pengembangan perikanankarang di Kepulauan Banda, Maluku Tengah dalamhubungannya dengan kepariwisataan. JurnalPenelitian Perikanan Laut. 74: 40–60.
Emery,A. R. 1978. The basis of fish community structure:Marine and freshwater comparaisons. EnvironmentalBiology Fishery. 3 (1): 33–47.
English, S., C. Wilkinson, & V. Baker.1994. Survey manualfor tropical marine resources. Australian Institute ofMarine Science. Townsville.Australia.
Gomez, E. D. & H. T. Yap. 1988. Monitoring reefcondition. In Coral reef management handbook. R.A.Kechington & B. E. T. Hudson (Eds). UNESCOPublisher. Jakarta. p 171.
Kuiter, R. H. 1992. Tropical reef fishes of the WesternPacific Indonesia and adjacent waters. Gramedia.Jakarta.
Kunzmann, A. 2004. Corals, fishermen, and tourists.NAGA. World Fish Centre Quarterly. Vol.27 (1&2):15–19.
Lieske, E. & R. Myers. 1997. Reef fishes of the world.Periplus Edition. Jakarta. Indonesia.
Ludwig, J. A. & J. F. Reynolds. 1988. Statistical ecology.A Primer on Methods and Computing. Jhon Wiley &Son. New York. 337 p.
Nash, S.V. 1989. Reef diversity index survey method fornon sspecialist. Tropical Coastal Area Management.Vol.4 (3): 14–17.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi laut suatu pendekatanekologis (Terjemahan Muhammad, Eidman,Koessoebiono, Dietriech G. B., Malikusworo Hutomo,& Sukristijono). Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.
Randall, J. E. 1965. Grazing effect on seagrass byherbivorous reef fishes in the West Indies. Ecology.46 (3): 255–260.
White, A. T. 1987. Coral reefs: Valuable resources ofSoutheast Asia. ICLARM Education Series 1,Manila. Philippines.
30
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 21-34
Diterima tanggal: 3 Pebruari 2005Diterima setelah perbaikan tanggal: 17 Juni 2005Disetujui terbit tanggal: 17 Juni 2005
Lam
pira
n1.
Jen
is-j
enis
ikan
kara
ng
yang
ditem
ukan
menuru
tlo
kasit
ransek
dip
era
iran
panta
iPula
uP
en
ata
Besa
r,L
em
uku
tan,d
an
Kab
ung,K
alim
an
tan
Bara
tA
ppe
ndix
1.
Co
ralfis
hspe
cie
sid
en
tifie
dw
ithin
tra
nse
ct
are
as
inIs
lan
ds’w
ate
rso
fP
enata
Besar,
Lem
ukuta
nand
Kab
ung
,W
este
rnB
orn
eo
31
Jenis-Jenis dan Kepadatan Ikan Karang di Pulau Penata Besar, ….. Perairan Kalimantan Barat (Edrus I.N., et al.)
La
mp
iran
1.
La
nju
tan
Ap
pe
ndix
1.
Co
ntinu
es
32
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 21-34
La
mp
iran
1.
La
nju
tan
Ap
pe
ndix
1.
Co
ntinu
es
33
Jenis-Jenis dan Kepadatan Ikan Karang di Pulau Penata Besar, ….. Perairan Kalimantan Barat (Edrus I.N., et al.)
Kete
ran
ga
n(R
em
ark
s)
:
(+)
=Ja
ran
g(R
are
)/<
10
ind
ivid
ua
l(R
ed
:D
ata
ku
alit
atif
(+)
ad
ala
hsen
gaja
dik
on
vers
ida
rid
ata
ku
an
tita
tif
asli)
(++
)=
Ba
nya
k(G
rea
tn
um
ber)
/<
10
0in
div
idua
l
(++
+)
=M
elim
pa
h(A
bu
nd
ant)
/<
10
00
ind
ivid
ua
l
(++
++
)=
Sa
nga
tm
elim
pa
h(V
ery
ab
und
ant)
/<
500
0in
div
idua
l
M=
ke
lom
pok
ika
nu
mu
mka
ran
g/h
ias
(Majo
rfish
es)
T=
ke
lom
po
kik
an
tan
gka
pa
nn
ela
yan
/ko
nsu
m(T
arg
et
fish
es)
I=
kelo
mp
ok
ika
nin
dik
ato
rkese
ha
tan
ka
ran
g(I
nd
ica
tor
fish
es)
*)=
Cu
ku
pb
ern
ilaie
kon
om
is(L
ow
va
lua
ble
)
**)
=B
ern
ilaieko
no
mis
se
dan
g(f
air
va
lua
ble
)
***)
=B
ern
ilaieko
no
mis
tin
gg
i(H
igh
va
lua
ble
)
La
mp
iran
1.
La
nju
tan
Ap
pe
ndix
1.
Co
ntinu
es
34
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.13 No.1 April 2007: 21-34