20140303_MajalahDetik_118

171
USTAD SELEB BERMASALAH NESTAPA DI PANTI SAMUEL EDISI 118 | 3 - 9 MARET 2014 KEJAMNYA ISTRI JENDERAL

Transcript of 20140303_MajalahDetik_118

  • USTAD SELEB BERMASALAH NESTAPA DI PANTI SAMUEL

    EDISI 118 | 3 - 9 MARET 2014

    KEJAMNYA ISTRI

    JENDERAL

  • Tap pada konTen unTuk membaca arTikelDAFTAR ISI

    Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti Redaksi: Dimas Adityo, Irwan Nugroho, Mulat Esti Utami, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai Bahasa: Habib Rifai, Rahmayoga Wedar Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo Product Management: Sena Achari, Eko Tri Hatmono Creative Designer: Mahmud Yunus, Kiagus Aulianshah, Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Edi Wahyono, Fuad Hasim, Luthfy Syahban.

    Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: [email protected] Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769

    Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran: [email protected] Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: [email protected] detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.

    @majalah_detik majalah detik

    n Tangkapan kakap di huTan cekungan

    n raja, saTria, sampai profesor

    n ambisi rhoma seperTi reagan dan esTrada

    n melindungi prT, berkaca dari filipina

    n adakah judi di balik ali?

    n pasar sempiT pesawaT ringan

    n menghiTung harga whaTsapp

    n dolar Tepar, bursa berkibarn andi maTTalaTTa

    n yingluck TerjeraT fulus beras

    n mencuci koTa dosa cina

    n menyoal rancangan seribu pasal

    InTERnASIonAlKRIMInAl

    SISI lAIn CAPRES

    BUKU

    PEoPlE

    KoloM

    GAyA hIDUP

    SEnI hIBURAn

    BISnIS

    EKonoMI

    n wisaTa dua dimensi anak krakaTaun gula merah masakan nusanTara

    Cover: Ilustrasi: kiagus auliansyah

    InTERvIEW

    SPoRT

    n ukraina Terbelah n menunggu wagyu asli jepang

    lEnSA

    n lukisan misTerius pascabanjir

    n mirip sTroke, Tapi bukan

    n ValenTino rossi | Vanessa-mae | kaTy perry

    nASIonAl

    n keTika usTad dan habib disempriT mui

    n senTuhan lembuT cinTa VirTual

    n film pekan ini

    n agenda

    n di pokok beringin

    hUKUM

    n kisah pilu dari panTi samuel

    EDISI 118 3 - 9 mARET 2014

    FoKUSDI BAWAh SIKSA ISTRI JEnDERAlistri brigjen (purnawirawan) mangisi situmorang, mutiara simanjuntak, menjadi tersangka kasus penyekapan dan penganiayaan prT. berusaha membujuk korban agar mencabut laporan.

  • lensa

    Tap untuk melihat foto ukuRan BeSaR

    Lukisan di tembok rumah Haeriyah terlihat biasa. Istimewanya, ia muncul secara misterius setelah banjir yang menggenangi rumah Haeriyah surut. Selain itu, bentuk lukisan yang imajinatif mengundang warga menafsirkan berdasarkan persepsi masing-masing. Dari ayat Al-Quran, metafisika, hingga cerita perzinaan.

    FoTo-FoTo: ari sapuTra/deTikFoTo

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Lukisan Misterius PascaBanjir

  • lensa

    Warga melihat lukisan dinding ruang tamu di rumah Haeriyah di Cililitan, Jakarta Timur. Sebagian warga mempercayai coretan tersebut bernilai metafisika.

  • lensa

    Detail lukisan imajinatif yang mengandung penafsiran beragam. Sebagian warga yang datang mengambil cuilan lukisan cat minyak tersebut dan menaruhnya di dompet sebagai "jimat" keberuntungan.

  • Guratan cat hitam seperti riak tinta membuat ilusi yang atraktif. Berbagai dugaan mengemuka untuk menjawab kenapa ia bisa muncul pascabanjir.

  • lensa

    Rumah Haeriyah memang menjadi langganan banjir karena berada di bantaran Kali Ciliwung. Tetapi baru kali ini banjir meninggalkan bekas ganjil.

  • lensa

    Sejak lukisan itu terlihat pada Minggu (23/2), warga terus berdatangan. Pada Rabu (26/2), Haeriyah memilih menghapusnya dengan mengecat ulang tembok karena banyak yang menafsirkan lukisan itu ke hal-hal metafisika.

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    nasionalnasional

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    KetiKa Ustad dan Habib

    disemprit mUiPerilaku Para ustad yang banyak dikeluhkan masyarakat mendaPat Perhatian serius majelis ulama. akan ada sertifikasi bagi dai atau ustad seleb yang tamPil di televisi.

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    nasional

    Lepas tengah malam, rumah keluarga Yarnelli, 74 tahun, mendadak ramai. Saat itu, Jumat, 7 Februari lalu, jam din-ding menunjukkan pukul 02.00 WIB. Ada hal ganjil di kamar Yarnelli yang membuat para penghuni rumah terbangun dari tidurnya. Ada belasan belatung berserak di atas kasur Yarnelli.

    Hans Suta Widya, 50 tahun, anak Yarnelli yang tinggal di rumah itu bersama istrinya, Mami, 35 tahun, langsung panik. Begitu juga

    Nurcayati, 94 tahun, ibu Yarnelli. Belatung itu wujudnya persis seperti waktu pengobatan di padepokan Ustad Guntur Bumi, kata Hans, mengenang kejadian itu.

    Sehari sebelum munculnya belatung mis-terius itu, Hans memang membawa ibu serta neneknya tersebut ke padepokan milik us-tad kondang itu di kawasan perumahan elite Pondok Indah, Jakarta Selatan. Keduanya ingin disembuhkan lewat pengobatan alternatif yang dilakukan suami artis Puput Melati itu.

    detikhot

    Ustad Guntur Bumi (kedua kiri) didampingi pengacaranya, Warsito, mengklarifikasi tudingan yang dialamatkan kepadanya, Jumat (28/2).

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    nasional

    Menurut Hans, sudah berbulan-bulan Nurca-yati mengalami lumpuh pada kakinya sehingga tidak bisa berjalan. Sedangkan Yarnelli menge-luh kakinya selalu terasa sakit saat berjalan. Beberapa dokter sudah mereka sambangi, tapi penyakit itu belum pergi juga. Ikhtiar akhirnya dilakukan Hans dengan membawa Yarnelli dan Nurcayati ke padepokan milik Ustad Guntur Bumi, atau yang biasa disebut UGB, pada Ka-mis sore, 6 Februari lalu.

    Menurut Hans, UGB menyatakan bisa me-

    nyembuhkan penyakit Yarnelli dan Nurcayati secara total. Syaratnya, harus membayar se-jumlah uang seharga kerbau sebagai sedekah pengobatan. Nilainya pun bervariasi, dari Rp 25 juta hingga Rp 75 juta. Namun, lewat seming-gu, penyakit Yarnelli dan Nurcayati tak kunjung sembuh. Tak ada perubahan apa pun. Nenek dan ibu saya tetap sakit, ujar Hans saat ditemui majalah detik.

    Hal ini mendorong Hans melaporkan sang ustad ke Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tu-duhannya, UGB melakukan praktek perdukun-an dan penistaan agama. Hans menuding cara pengobatan yang dilakukannya mengandung unsur menakut-nakuti dan menimbulkan kece-masan.

    Kami diminta mengusap kepala kami ma-sing-masing. Saat mengusap itulah berguguran belatung dan serpihan serat kawat dari atas kepala, Hans menuturkan.

    Namun UGB, saat dimintai konfirmasi seca-ra terpisah, menyangkal tuduhan itu, apalagi anggapan melakukan praktek perdukunan. Musyrik dari mana? Sesat dari mana? Itu yang disesalkan, saya seperti mengkoordinir lainnya,

    nasional

    agung Pambudhy/detikcom

    Umat muslim melakukan doa dan zikir bersama Ustad Arifin Ilham, di Masjid Istiqlal, beberapa waktu lalu.

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    nasional

    ucap Guntur saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis, 27 Februari, lalu.

    Menurut dia, metode rukiyah syariah yang dijalankannya dengan cara membacakan ayat suci Al-Quran. Sewaktu di Kalimantan, ada pengobatan yang keluar kawatnya, itu tergan-tung percaya atau enggak, UGB melanjutkan. Guntur Bumi juga menyayangkan mengapa masalah ini sampai dibawa ke Majelis Ulama. Padahal pihaknya dengan Hans sudah ber-damai dan zakat berupa perhiasan sudah dikembalikan.

    Perilaku para ustad yang banyak dikeluhkan masyarakat akhir-akhir ini memang mendapat perhatian serius dari MUI. Untuk menertib-kan kiprah para ustad yang sering nongol di televisi atau yang beken disebut ustad seleb,

    lembaga pembuat fatwa itu akan memanggil mereka untuk berdiskusi.

    Ada tata cara etika berdakwah dalam me-nyampaikan pesan kepada umat. Pertama, jangan mempermudah mengeluarkan fatwa-fatwa, ada mekanisme yang berlaku, ujar Ketua Harian MUI Bidang Luar Negeri, KH Muhyidin Djunaidi.

    Muhyidin menjelaskan banyak dari ustad se-leb itu yang dinilainya sembarangan memberi fatwa kala ditanya jemaah. Kedua, ada yang mengucapkan kata-kata yang menimbulkan kontroversi. Ini kan soal agama, sangat sensitif, tuturnya.

    Kemudian, atas pesanan pembayar honor, ada juga ustad seleb yang terkadang tampil di luar kaidah agama. Ada yang agak eksentrik. Muhyidin juga mencermati kelakuan ustad seleb yang lebih mementingkan urusan po-pularitas ketimbang agama. Ketiga, ustad ini lebih pada ustad tontonan daripada tuntunan. Seorang ustad semestinya menjadi tuntunan, bukan tontonan, dia menjelaskan.

    Bukan hanya itu. MUI juga melihat banyak ustad yang justru tampil di luar kaidah agama, seperti untuk perdukunan, ilmu gaib, atau pengobatan alternatif, yang menyalahi etika berdakwah. Yang tak kalah menyita perhatian MUI adalah soal ustad seleb yang dikatrol ka-rena pesanan pengusaha. Tentu itu amat disa-yangkan. Karena itu, MUI akan melakukan fit and proper test terhadap para ustad ini. Nanti akan ada semacam sertifikasi, ujar Muhyidin.

    nasional

    Seorang ustad semestinya menjadi tuntunan,

    bukan tontonan.KH Muhyidin

    Djunaidi

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    nasional

    Selain menyoroti ustad seleb, MUI akan menertibkan para habib yang saat menggelar ceramah sampai mengganggu pengguna jalan. Majelis Ulama menilai seharusnya pengajian dengan menutup jalan yang sampai menimbul-kan kemacetan tidak dilakukan.

    Pengajian itu jangan sampai mengganggu ketertiban masyarakat. Jalan raya bukan tempat pengajian. Masak berdakwah mengganggu, bikin kemacetan, tuturnya. Muhyidin me-

    ngatakan para habib ini akan disurati dan diatur waktu untuk berdiskusi. Jangan

    sampai syiar agama justru menimbul-kan persepsi buruk soal Islam di mata masyarakat.

    Sementara itu, mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hida-yatullah, Jakarta, Prof Dr Komaruddin

    Hidayat menilai munculnya ustad-us-tad seleb bukan tanpa sebab. Mereka

    jadi sering muncul di televisi lantaran ada permintaan dari masyarakat. Dai seleb se-

    ring tampil nyeleneh di televisi karena kegiatan dakwah keagamaan yang sudah masuk ranah

    pasar. Ada hukum supply and demand, ujar Komaruddin kepada majalah detik.

    Karena itu, jika penonton tidak menghen-daki, para ustad seleb pun akan jarang muncul lagi. Jadi eksistensi mereka ditentukan pasar, yakni penonton. Namun, ketika para ustad itu mulai melakukan hal yang nyeleneh, menurut Komaruddin, lembaga yang kompeten, semisal Komisi Penyiaran Indonesia, memang perlu mengaturnya.

    Menanggapi permintaan itu, Bekti Nugroho, anggota Komisi Penyiaran Indonesia, mengaku sudah memelototi semua tayangan di televisi yang menggunakan frekuensi publik. Tidak ketinggalan terkait kiprah para ustad di televisi. Bekti mengimbau setiap stasiun televisi hanya menyajikan program siaran atau iklan yang mencerdaskan dan memunculkan sikap kritis.

    Sayang kalau frekuensi tidak digunakan se-bagaimana mestinya. Jadi marilah kita gunakan frekuensi sebagai sarana edukasi dan meng-asah daya kritis masyarakat. Kalau enggak, kita bakal kalah dari negara lain, ucapnya.

    kustiah tanjung, mauludi rismoyo | deden

    Dai seleb sering tampil nyeleneh di

    televisi karena kegiatan dakwah keagamaan yang sudah masuk

    ranah pasar. Ada hukum supply and demand.

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Prof Dr Komaruddin Hidayat

    TAP/KlIK UnTUK BerKoMenTAr

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    nasionalnasional

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Pemerintah meneruskan Pembahasan ruu kuhP dan kuhaP meski diProtes kPk. tak akan ditarik karena Pembahasannya sejak 12 tahun lalu.

    Menyoal RancanganSeRibu PaSal

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    nasional

    KonfeRenSi pers di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Rabu, 19 Februari lalu, terasa ber-beda. Biasanya pimpinan KPK atau juru bicara memberikan keterangan kepada wartawan dalam suasana rileks, tapi saat itu ke-tegangan menyelimuti wajah Abraham Samad. Ketua KPK itu seperti berusaha mengendalikan emosinya.

    Mantan aktivis antikorupsi itu menjelaskan sikap lembaganya atas pembahasan Rancang-an Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pida-na (RUU KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang bergulir di Dewan Perwakilan Rakyat. KPK tidak sedang menolak serta-merta RUU KUHP dan RUU KU-HAP. Tetapi kami mohon kepada pemerintah untuk menunda, kata Abraham, didampingi Wakil Ketua KPK Zulkarnain serta juru bicara Johan Budi.

    Abraham khawatir tugas KPK dalam membe-rantas korupsi bisa terganggu jika pemerintah dan DPR ngotot mengegolkan kedua RUU itu menjadi undang-undang. Ada beberapa hal krusial dalam dua rancangan tersebut yang dikhawatirkan oleh lembaga antirasuah itu, di antaranya dimasukkannya delik korupsi dalam Buku II RUU KUHP tentang Tindak Pidana, khususnya Bab XXXII tentang Tindak Pidana Korupsi.

    Aturan itu dinilai bisa menghilangkan sifat korupsi sebagai kejahatan luar biasa. Sebab, korupsi sudah diatur secara khusus (lex specia-lis) di dalam UU Tipikor Nomor 31 Tahun 1999,

    ekho ardiyanto/antara foto

    Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    nasional

    yang telah diubah dengan UU Nomor 20/2001. Selain soal delik korupsi, RUU KUHP mema-

    sukkan unsur kejahatan luar biasa lainnya. Jika sifat kejahatan luar biasa (extraordinary crime) hilang, fungsi lembaga khusus, seperti KPK, Pu-sat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, serta Badan Narkotika Nasional, tidak relevan lagi.

    Substansi soal penyadapan yang dilakukan saat penyelidikan seperti diatur dalam Pasal

    83 RUU KUHAP juga menjadi keberatan KPK. Pasal itu mengatur, penyadapan pembicaraan harus seizin hakim pemeriksa pendahuluan, yang akan mempersulit KPK melakukan lang-kah hukum.

    Aturan lain yang dinilai bakal mengamputasi kewenangan KPK adalah ketentuan soal pe-nyitaan, yang diatur dalam Pasal 75. Penyitaan harus mendapat izin hakim pemeriksa pen-dahuluan. Aturan tentang pembatasan masa

    yudhi mahatma/antara foto

    Ketua Tim Perumus RUU KUHP dan KUHAP Muladi (kiri) didampingi Dirjen Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM Wahiduddin Adams (kanan) memaparkan daftar inventarisasi masalah RUU KUHAP kepada Komisi III DPR, Kamis (23/1).

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    nasional

    penahanan lima hari untuk penyidikan, kata Abraham, juga menyulitkan, dan mustahil bagi KPK untuk melakukan pemberkasan. Belum lagi soal penyuapan atau gratifikasi yang tidak masuk dalam delik tindak pidana korupsi di RUU KUHAP.

    Kedua RUU ini sangat vital, maka pengkaji-annya juga harus mendalam dan tidak tergesa-

    gesa, ujarnya.Sederet keberatan itulah yang men-

    dorong KPK menyurati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertengahan Februari lalu. Surat juga ditujukan kepada Ketua DPR, pimpinan Komisi III DPR, Men-teri Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta Panitia Kerja RUU KUHP dan RUU KUHAP di DPR.

    Kalau pemerintah dan DPR ngotot, berarti mereka tidak punya political will

    terhadap pemberantasan korupsi, Abraham menuturkan.

    Tidak hanya mengancam keberadaan lembaga seperti

    KPK, proses pembahasan dua RUU itu juga dinilai terburu-

    buru karena dilakukan di pengujung masa tugas anggota Dewan. Padahal RUU KUHP memuat 766 pasal dan RUU KUHAP 285 pasal, sehingga total ada 1.051 pasal.

    Direktur Program Transparency International Indonesia Ibrahim Fahmi Badoh mengatakan waktu pembahasan RUU KUHP dan RUU KU-HAP cuma sampai Mei mendatang, sebelum DPR berganti dengan anggota periode berikut-nya. Pembahasannya juga tidak melibatkan ba-nyak pakar hukum dan lembaga lain, termasuk KPK. Dengan waktu mendesak, ditakutkan ini akan menjadi produk loncatan politik, ucap-nya.

    Wakil Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin tak membantah anggapan bahwa DPR berper-an mendorong pembahasan kedua RUU ter-sebut, karena hal itu sesuai kesepakatan deng-an pemerintah serta surat amanat presiden kepada DPR pada 31 Januari tahun lalu. Kendati begitu, ia menolak jika Dewan dijadikan sasar-an protes.

    Politikus Partai Golkar yang juga Ketua Panitia Kerja RUU KUHP dan RUU KUHAP itu mem-persilakan mereka yang meminta penundaan

    Wakil Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddinreno esnir/antara foto

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    nasional

    revisi kedua undang-undang itu melayangkan keberatan kepada pemerintah. Karena RUU KUHP dan KUHAP usulan pemerintah, kata-nya melalui pesan singkat telepon seluler.

    Hampir senada, bekas Ketua Komisi III Gede Pasek Suardika membantah jika dikatakan DPR mengebut pembahasan. Dia bilang, hingga ia dipindahkan dari Komisi Hukum oleh fraksinya, Fraksi Demokrat, pada awal Februari lalu, RUU KUHP dan KUHAP belum dibahas satu pasal pun. Jadi KPK jangan paranoid, ujarnya.

    Sumber majalah detik mengungkap hal berbeda. Pembahasan revisi KUHP dan KUHAP terus dilakukan dengan melibatkan sejumlah praktisi hukum, akademisi, serta beberapa mantan pemimpin KPK. Ketua tim penyusun RUU KUHP, yang juga mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, Muladi, sudah memberikan pendapatnya di Komisi III. Hal itu dilakukan meski sejumlah kalangan me-nyampaikan keberatan, termasuk KPK, sejak pemerintah menyerahkan draf kedua RUU itu kepada DPR. Keberatan tersebut seperti tak digubris.

    Penentangan itu juga tak membuat pemerin-tah surut langkah. Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan HAM Har-kristuti Harkrisnowo berkukuh melanjutkan pembahasan dan tak akan menarik kedua RUU itu dari DPR. Karena belum ada perintah lebih lanjut, maka (saya) terus memimpin pembahas-an, tuturnya.

    Adapun Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto membantah adanya kongkalikong antara pemerintah dan DPR. Apalagi RUU KUHP dan KUHAP disusun sejak 12 tahun lalu. RUU ini bukan kemarin sore. Kami didorong kapan KUHAP direvisi. Ini diajukan, kok malah diprotes, ucapnya Rabu, 25 Februari lalu.

    Djoko juga menolak jika kedua RUU itu disebut mengebiri kewenangan KPK. Ia pun meminta komisi antikorupsi tersebut menyu-sun daftar inventarisasi masalah, dan diajukan ke DPR. Itu (RUU KUHP) ada 700 lebih pasal. Masak hanya karena belasan pasal jadi dicabut, katanya. n

    kustiah, nur khafifah | dimas

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyantoari saputra/detikfoto

  • Majalah detik 3 - 9 Maret 2014

    hukumhukum

    Majalah detik 3 - 9 Maret 2014

    AnAk-AnAk PAnti AsuhAn sAmuel di GAdinG serPonG terlihAt kurus tAk

    terurus. BeBerAPA di AntArAnyA menGAlAmi lukA memAr. PemiliknyA

    dilAPorkAn ke Polisi denGAn duGAAn melAkukAn PenelAntArAn dAn

    kekerAsAn.

    Kisah Pilu dari Panti Samuel

  • Majalah detik 3 - 9 Maret 2014

    hukumhukum

    Rumah Nomor 1 Sektor VI, Blok GC-10, Cluster Michelia, Summarecon Gading Serpong, tampak megah. Pagar setinggi lebih dari 2 meter membentengi bangunan dua lantai bercat krem itu. Pada bagian luar pagar tergantung selembar terpal biru dengan tulisan The Sa-

    muels Home.Beberapa waktu belakangan, bangunan pan-

    ti asuhan di perumahan mewah di Kabupaten Tangerang, Banten, itu menjadi sorotan media. Penyebabnya apa lagi kalau bukan kasus du-gaan kekerasan yang dialami anak-anak telantar yang ditampung di sana. Salah satu anak meng-aku kerap dianiaya dua pemilik Panti Asuhan Samuel, di antaranya dipukul dengan gesper.

    Saya juga pernah dikurung di kandang an-jing, kata bocah berusia 9 tahun itu di kantor Lembaga Bantuan Hukum Mawar Saron, Jalan Sunter Boulevard, Jakarta Utara. Bocah laki-laki itu dipaksa tidur dengan enam anjing sema-laman. Pagi harinya, ia baru dikeluarkan dari kandang. Habis itu, seharian enggak dikasih makan, ujarnya.

    Selama ini Samuel Watulingas dan istrinya, Yuni Winata, pemilik panti, menampung 41 anak dan bayi, yang terdiri atas 12 perempuan dan 29 laki-laki. Untuk mengasuh anak-anak telantar itu, mereka menerima sumbangan dari sejumlah donatur.

    Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait (tengah) bersama sejumlah anak penghuni Panti Asuhan Samuel. Lucky.r/aNtara FOtO

  • Majalah detik 3 - 9 Maret 2014

    hukum

    Tapi, meski bantuan terus mengalir, anak-anak panti ini tidak sejahtera. Seorang do-natur melihat beberapa anak terlihat kurus seperti tak terurus. Beberapa di antaranya mengalami luka memar di sejumlah bagi-an tubuhnya. Padahal donatur ini sering

    memberi sumbangan, tutur Gading Nainggolan dari LBH Mawar Saron.

    Dugaan penyiksaan ini ter-ungkap setelah tujuh anak

    diizinkan bermain di wa-rung Internet (warnet). Kesempatan itu mereka manfaatkan untuk kabur menemui salah seorang donatur, dan mence-

    ritakan kisah pilu yang mereka alami di panti. Do-

    natur itulah yang kemudian melaporkan masalah tersebut

    ke LBH Mawar Saron.Kami menduga sumbangan para do-

    natur ini dimanfaatkan untuk kekayaan pemilik, bukan untuk anak panti, ucap Gading. Keba-nyakan donatur mendapatkan informasi soal Panti Asuhan Samuel dari Internet.

    Komisi Nasional Perlindungan Anak juga turun tangan mengungkap dugaan kekerasan yang dialami anak-anak Panti Samuel. Pada Senin, 24 Februari lalu, Komnas bersama ang-gota kepolisian berhasil mengevakuasi 12 anak berusia di bawah 5 tahun dari panti tersebut. Komnas bergerak setelah menerima laporan masyarakat bahwa ada bayi berumur 3 bulan di panti itu yang meninggal pada pertengahan Februari lalu.

    Kami melakukan investigasi pada 15 Februari 2014, dan mendapat informasi anak balita ber-inisial C, berusia 3 bulan, meninggal. Dua anak di sana juga kritis, kata Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait kepada majalah detik.

    Komnas segera berkoordinasi dengan kepoli-sian dan melakukan penggerebekan. Betul saja,

    Kami menduga sumbangan

    para donatur ini dimanfaatkan untuk kekayaan pemilik, bukan untuk anak

    panti.

  • Majalah detik 3 - 9 Maret 2014

    hukum

    di sana Arist mendapati dua anak balita sedang mengalami demam tinggi. Mereka segera dilarikan ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Beth saida Summarecon Serpong. Sepuluh anak balita lain dievakuasi ke rumah penitipan anak Kementerian Sosial.

    Saat mengevakuasi belasan anak balita itu, Arist dan timnya sempat mendapat tentangan dari Samuel. Mereka pun beradu argumentasi. Tapi tidak ada rebut-merebut, ujarnya. Akhir-nya dia (Samuel) mengerti, bahkan istrinya (Yuni) ikut mengantar dua anak balita yang demam tinggi itu ke UGD.

    Sementara itu, soal tujuh anak yang kabur, Arist mengaku baru tahu dari informasi LBH Mawar Saron. Setelah melakukan koordinasi, kedua lembaga itu melaporkan kasus dugaan penelantaran dan tindak kekerasan terhadap anak di panti asuhan tersebut ke Kepolisian Daerah Metro Jaya.

    LBH Mawar Saron bahkan melaporkan Sa-muel dan Yuni ke Unit Perlindungan Perempu-an dan Anak Polda Metro Jaya pada 16 Februari lalu. Samuel dan istrinya dijerat dengan Pasal 77 dan Pasal 80 ayat 2 Undang-Undang Perlin-dungan Anak terkait dengan penelantaran dan kekerasan fisik. Keduanya dilaporkan berkat pengaduan tujuh anak, yakni J, 12 tahun, Y (13), YE (14), LA (17), JJ (9), YA (13), dan H (20).

    Beberapa pengacara dari LBH Mawar Saron mendampingi 10 anak yang diduga mengalami tindak kekerasan di Panti Asuhan Samuel ke Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (26/2).

    GraNdyOs ZaFNa/detikFOtO

  • Majalah detik 3 - 9 Maret 2014

    hukum

    Samuel (kiri) dan istrinya, Yuni (kanan)

    ari saputra/detikFOtO

    Gading menambahkan, para korban diduga mengalami kekerasan oleh pemilik panti dan istrinya. Banyak hal sepele yang menyebabkan anak-anak tersebut mengalami pemukulan, seperti bermain di warnet. Bahkan, dari lapor-an para korban, ada anak yang mengalami pelecehan seksual. Pelecehan (seksual)-nya

    mungkin ada. Ini rencananya akan jadi laporan baru nanti, tutur Gading.

    Beberapa warga yang ditemui majalah detik juga mengaku, sejak awal mereka mencurigai adanya kekerasan di panti tersebut. Saya dengar itu terjadi sejak mereka tinggal di depan Sekolah Penabur, Jalan Kelapa Gading Barat, Gading Ser-pong, ucap ketua RW setempat, Arie Wibowo.

    Arie menambahkan, selama ini pihaknya be-lum sekali pun menerima permohonan peng-urusan izin dari pengelola Panti Asuhan Samuel. Kami sering protes karena perumahan enggak boleh buat usaha, katanya.

    Secara terpisah, Kepala Dinas Sosial Kabu-paten Tangerang Uyung Muryadi menyatakan Panti Samuel tak berizin. Jadi ini ilegal. Akan kami investigasi lebih mendalam. Soal hukum-nya, biar polisi yang melakukan, ujarnya.

    Namun semua tudingan itu dibantah Sa-muel Watulingas. Ia menegaskan pantinya me ngantongi izin. Panti itu, ujarnya, dibentuk oleh Yayasan Kasih Sayang Ayah Bunda, yang

  • Majalah detik 3 - 9 Maret 2014

    hukum

    didaftarkan di Pengadilan Negeri Tangerang dengan nomor HT.01/014/1050/2000/PN.Ta-ngerang dan surat izin Dinas Sosial bernomor 62/02-Binsos/2001 Tangerang.

    Samuel juga mengaku tidak pernah me-nyiksa, apalagi mengurung anak-anak di

    kandang anjing. Itu bumbu-bumbu mereka, enggak pernah saya lakukan itu, tuturnya secara terpisah. Meski begitu, Samuel meng-aku siap menghadapi proses hukum. Bahkan ia pasrah jika masalah ini bakal menyeretnya ke penjara. m. rizAl | deden

    Majalah detik 3 - 9 Maret 2014

    Suasana Panti Asuhan Samuel di Gading Serpong, Tangerang, Selasa (25/2). ari saputra/detikFOtO

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    kriminal kriminal

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Dua warga negara Iran yang DIDuga bagIan DarI sInDIkat narkotIk InternasIonal DItangkap saat membawa 60 kIlogram sabu. barang haram senIlaI rp 140 mIlIar Itu akan DIeDarkan DI InDonesIa Dan australIa.

    Tangkapan kakap di HuTan Cekungan

    ilu

    str

    asi:

    edi w

    ahyo

    no

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    kriminal

    Sayed Hashem Musapivour dan Mustova Moradivaland tak berkutik saat disergap 40 anggota kepolisian, Badan Narkotika Nasional (BNN), dan Drug Enforcement Administration (DEA) di hutan Cagar Alam Cekungan I, Desa Jayanti, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Suka-

    bumi, Jawa Barat, Rabu pagi, 26 Februari lalu. Dua warga negara Iran itu tertangkap saat membawa tiga buah tas besar berisi 60 kilo-gram narkotik jenis sabu.

    Penangkapan itu sejatinya merupakan hasil pengintaian yang cukup lama oleh aparat BNN dan DEA, yang menerima informasi akan ada-nya transaksi narkotik kelas kakap. Badan Nar-kotika juga mendapat petunjuk bahwa pada 8 Februari 2014, target bernama Mustova akan menginap di Hotel Bayu Amarta, Pelabuhan Ratu.

    Benar saja, sekitar pukul 01.00 WIB, Mustova muncul di pantai dan menyewa perahu besar untuk menuju ke tengah laut. Di tengah laut, perahu yang disewanya dihampiri sebuah pe-rahu karet kecil. Dengan dua kali kerlipan sinar senter, seperti sebuah kode, orang di perahu karet pun berpindah sembari membawa barang yang ternyata 3 tas berisi 60 kilogram sabu.

    Kami (BNN), bekerja sama dengan DEA, telah mengendus adanya transaksi yang di-lakukan oleh warga negara Iran ini. Mereka rencananya menyelundupkan sabu untuk di-edarkan di Indonesia, dan setengahnya akan di-

    ahmad fikri/detikcom

    Mustova dan Hashem, warga Iran penyelundup 60 kg sabu yang diamankan BNN.

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    kriminal

    selundupkan ke Australia, kata Deputi Bidang Pemberantasan BNN Brigadir Jenderal Polisi Deddy Fauzi el-Hakim kepada majalah detik, Kamis, 27 Februari lalu.

    Sesampai di darat, barang itu dipindahkan ke mobil Toyota Avanza warna perak yang disewa Mustova dari warga Kampung Gumelar, Kelu-rahan Pelabuhan Ratu. Mobil itu dikemudikan Asep Suryana alias Apay, 30 tahun, yang tidak

    tahu apa isi barang yang dibawa Mustova. Apay hanya diminta mengantarnya ke tempat hibur-an di Kota Sukabumi.

    Sopir ini tidak curiga. Sebab, di Pelabuhan Ratu, banyak turis yang sering menyewa mobil ke warga, ujar Kepala Kepolisian Resor Sukabumi Ajun Komisaris

    Besar Asep Edi Suheri secara terpisah.Nah, di tengah jalan menuju Sukabumi,

    tepatnya di Jalan Batu Sapi, Pelabuhan Ratu, mobil mengalami kecelakaan, dan terperosok ke jurang di hutan Cagar Alam Cekungan I atau yang dikenal dengan hutan lindung Cagar Alam Tangkuban Perahu. Setelah kejadian, Mustova

    memindahkan barang bawaannya sekitar 10 meter dari lokasi kecelakaan, dan mengubur-nya. Polisi datang setelahnya.

    Meski tak kedapatan membawa barang haram, Mustova diamankan. Namun, keesok-an harinya, ia dilepas karena dokumen yang dimilikinya lengkap. Mustova juga bersedia menyelesaikan kasus kecelakaan itu secara da-mai. Dari kantor polisi, Mustova pun bergegas menuju Jakarta untuk bertemu dengan Sayed Hashem, yang telah menunggunya di sebuah apartemen di Jakarta Barat.

    Keberadaan keduanya di apartemen itu juga telah diintai oleh petugas BNN dan DEA. Bebe-rapa hari kemudian, dua warga Iran itu berang-kat menuju Pelabuhan Ratu, dan menginap di Hotel Bayu Amarta. Di hotel itu mereka rupa-nya menyusun strategi pengambilan barang yang diamankan di hutan. Keduanya tak sadar sedang dikuntit petugas BNN dan anggota agensi pemberantasan obat-obatan terlarang Amerika Serikat (DEA) itu.

    Baru pada Rabu pagi, 26 Februari, kedua-nya check-out dari hotel dan pergi menuju hutan lindung Cagar Alam Tangkuban Perahu

    kriminal

    Mustova memindahkan barang bawaannya sekitar 10 meter dari lokasi kecelakaan, dan menguburnya.

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    kriminal

    menggunakan mobil sewaan. Kami mengintai semalaman, menunggu para tersangka meng-ambil sabu yang mereka tanam, ucap Deddy Fauzi.

    Setelah menemukan barang yang ditanam, Mustova dan rekannya itu memasukkannya ke mobil. Nah, tak lama beranjak dari tempat tersebut, keduanya dihadang aparat gabungan kepolisian, BNN, dan beberapa petugas dari

    DEA. Tiga tas berisi puluhan kilogram bubuk kristal putih itu langsung disita.

    Menurut Deddy, setelah dites, sabu bawaan Mustova berjenis amfetamin tipe stimulan. Kita tahu metamfetamin tersebut bernilai Rp 1,7-2 juta per gram. Maka, kalau beratnya 60-70 kilogram, nilainya hampir Rp 140 miliar. Dan ini berkualitas terbaik, Deddy menambahkan.

    Mustova dan Hashem akhirnya mengakui sudah tiga kali melakukan transaksi dengan menyelundupkan 200 kilogram sabu sejak Desember 2013. Penangkapan kedua tersangka terus dikembangkan untuk mengungkap sin-dikat narkotik yang melibatkan warga negara asing tersebut, termasuk mendalami peranan Mustova dan Hashem dalam kasus sebelum-nya yang diungkap BNN dan Markas Besar Polri di Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi, yang menewaskan tiga warga Iran.

    Deddy menduga kedua tersangka merupa-kan bagian dari sindikat narkotik internasional Bulan Sabit Emas (Golden Crescent). Anggota jaringan ini biasanya warga Afganistan, Iran, Turki, dan Nigeria. Namun orang Iran-lah yang

    ahmad fikri/detikcom

    Dua warga Iran dibekuk BNN, DEA, dan polisi di Hutan Cagar Alam Pelabuhan Ratu.

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    kriminal

    Majalah detik 20 - 26 januari 2014Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    dikenal nekat dan berani membawa narkotik dalam paket besar.

    Beda dengan sindikat Kolombia atau Cina, yang paling berani membawa 5-10 kilogram. Itu pun dengan melibatkan banyak orang. Iran tidak, mereka lebih percaya pada bangsanya sendiri dan nekat melalui jalur yang susah, seperti melawan ombak besar, ujarnya.

    Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijak-an Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Ne-geri RI, Mohamad Hery Sa-ripudin, sebelumnya meng-akui masalah penyelundupan narkotik oleh warga negara Iran telah menjadi isu yang

    kerap menjadi bahasan pemerintah Indonesia dan Iran. Meski begitu, dalam penyelesaian masalah tersebut, masing-masing berpegang pada hukum yang ada, tutur Hery saat ditemui beberapa waktu lalu.

    Setelah penangkapan Mustova dan Hashem, jajaran Polres Sukabumi gencar merazia orang asing dan di tempat rawan, seperti kawas-an Pantai Selatan. Kami akan meningkatkan pengawasan, mengoptimalkan Babinsa, dan memperbanyak razia di wilayah perbatasan Su-kabumi-Bogor atau Sukabumi-Lebak dan Kota Sukabumi, kata Kepala Polres Sukabumi Asep Edi Suheri. n

    m. rIzal, ahmaD FIkrI (sukabumI), arIF arIanto | DImas

    ahmad fikri/detikcom

    Mobil sewaan Mustova yang mengalami kecelakaan di Hutan Cekungan.

  • SengSara di rumah Jenderal

    plak

    Belasan pembantu bekerja di rumah Brigjen purnawirawan Mangisi Situmorang. Mereka sering dikasari istri majikannya, Mutiara.

    Aku enggak betah. Aku mau

    pulang.

    Kamu sudah saya beli!"

    kk kamu tanx rmhx pa mangisi

    situmorang di mana

    Kerabat menjemput paksa Yuliana. Dia melapor ke Polresta Bogor. Istri Mangisi, mutiara Simanjuntak, kini jadi tersangka.

    Yuliana mengirim sms minta dijemput.

    Salah satunya Yuliana Lewier. dijanjikan kerja di toko, dia malah jadi pembantu. Tak digaji dan kerap dipukuli.

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Di Bawah SikSa iStri

    JenDeral

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Yuliana Hesty Lewier langsung menangis begitu sang ayah, Agus-tinus Lewier, menunjukkan foto ibunya, Mariana. Gadis 17 tahun itu baru saja terbebas dari hari-hari penuh derita di rumah mewah Brigjen (Purnawirawan) Ma-ngisi Situmorang,di Bogor, Jawa Barat.

    Yang saya sedih itu karena mamak (ibu), kata Yuli saat bertemu ayahnya di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Yuli untuk sementara tinggal di LPSK, Jl. Proklamasi No. 56 Krukut Taman Sari Jakarta Barat DKI Jakarta. Sang ayah sengaja terbang dari Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru Selatan, Maluku Tenggara ke Jakarta untuk bertemu Yuli.

    Yuli tinggal di LPSK setelah berhasil dievakuasi paksa oleh kerabatnya dari rumah Mangisi. Jangan menangis, kamu sedih karena mamak (ibu), nanti kamu ketemu mamak, hibur Agus pada putrinya.

    Sudah tiga bulan Yuli tidak bertemu sang ibu

    IstrI BrIgjen (PurnawIrawan) MangIsI sItuMorang, MutIara sIManjuntak, MenjadI tersangka kasus PenyekaPan dan PenganIayaan Prt. Berusaha MeMBujuk korBan agar MencaBut laPoran.

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    setelah keduanya terpisah di Terminal Puloga-dung, Jakarta pada Oktober 2013. Bocah lulus-an SMP itu bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di rumah mewah Mangisi. Se-dangkan sang ibu dibawa ke Medan, Sumatera Utara untuk bekerja pada mertua sang jenderal purnawirawan itu.

    Meski bekerja di rumah mewah, gadis ber-usia 17 tahun itu ternyata tidak kerasan. Istri Pak Jenderal, Mutiara Simanjuntak, sangat galak dan ringan tangan. Yuli banyak menda-pat siksa. Terlambat sedikit saja menghadap Mutiara, bila dipanggil, ia kena tampar. Mangisi

    pun hanya diam bila sang istri menyiksa para PRT. Aku juga dipukul dan dicekik, ucap Yuli kepada majalah detik.

    Rumah Mangisi yang dikelilingi pagar kawat berduri diurus oleh 18 PRT. Yuli bertugas me-ngepel lantai dan mencuci pakaian.

    Ada sejumlah larangan di rumah jenderal yang sebelum pensiun menjabat sebagai Kepa-la Pusat Penelitian dan Pengembangan Mabes Polri itu. Larangan itu mulai dari tidak boleh membawa handphone sampai tidak boleh keluar rumah. Yang boleh keluar hanya Agus, kepercayaan Ibu Mutiara, kata Yuli.

    Sebagian PRT di rumah itu masih berada di bawah umur. Di antara pembantu perempuan ada yang hamil, tapi sudah melahirkan. Ada juga orang cacat.

    Para PRT itu tidur dalam satu ruangan di lantai dua tanpa kasur. Bahkan, bila membuat kesalahan, ada yang disuruh tidur di lantai tanpa memakai pakaian alias bugil. Kadang juga dihukum tidak boleh makan. Kalau bikin salahnya siang, maka baru boleh makan lagi paginya, cerita Yuli.

    Kekejaman Mutiara juga diakui Istiqomah

    Agustinus Lewier (ayah Yuliana) dan Mariana (Ibu Yuliana). Agustinus menunjukkan foto Yulianaisfari hikmat / majalah detik

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    alias Hesti. Perempuan berusia 26 tahun ini sering dipukuli oleh Mutiara. Suatu hari, ia bah-kan sempat ditetesi minyak goreng panas oleh Mutiara gara-gara menjatuhkan perabot dapur. Saya menjatuhkan baskom, ujar Hesti.

    Riris Setyawati, PRT lainnya, disiksa oleh Mu-tiara gara-gara meminta pulang. Permintaan itu berbalas tamparan. Perutnya yang tengah mengandung juga menjadi sasaran. Perut saya diremas oleh beliau, kata Riris.

    Karena tidak betah lagi, pada 29 Januari 2014 Yuli pun menelepon ayahnya dengan memin-jam handphone orang lain. Gadis itu menangis selama 10 menit. Ia curhat disekap dan disiksa oleh majikannya.

    Dia bilang, Bapak, saya disekap karena mereka sangka saya pelacur, ujar Yuli seperti ditirukan Agus kepada majalah detik.

    Panik luar biasa, Agus lantas menghubungi iparnya yang berada di Jakarta, Jimmy Kubela. Ia meminta tolong agar Yuli diselamatkan. Ma-salah muncul karena alamat majikan Yuli tidak detail. Agus gagal menghubungi anaknya, sebab HP yang dipakai untuk menelepon dibanting majikan. Akhirnya pesan SMS dari Yuli tiba di

    telepon genggam Jimmy. Ia memberikan nama majikannya di Bogor: Mangisi Situmorang.

    Jimmy akhirnya tiba di rumah Mangisi di Pe-rumahan Duta Pakuan, Jl. Danau Matana Blok C5/18, Rabu 12 Februari 2014. Rumah berlantai dua itu tertutup rapat. Pagar tingginya dipasangi kawat berduri. Ia memanggil-manggil penghuni rumah, tapi tidak ada yang merespons.

    Esok harinya, Jimmy datang lagi bersama Ketua RT setempat. Kali ini ia berhasil masuk bersamaan dengan Mangisi yang baru pulang. Lantas seorang perempuan keluar langsung menanyakan tujuan kedatangan Jimmy. Perem-puan itu adalah Mutiara, istri Mangisi.

    Mutiara menunjukkan Yuli. Jimmy melihat saudaranya itu seperti dipaksa tersenyum, pa-dahal wajahnya pucat. Jimmy menyampaikan maksud untuk mengambil Yuli, namun Mutiara melarang. Ia diminta membayar ganti rugi Rp 6 juta jika mau Yuli pulang. Saya bilang, Anak ini kan kerja di sini, kenapa harus membayar? Gaji dia juga tidak dibayar, kata Jimmy.

    Setelah berdebat alot, akhirnya Yuli berhasil di-selamatkan. Jimmy langsung melapor ke Mapol-resta Bogor. Yuli mendapat pendampingan dari

    Isi SMS Yuliana yang minta dibebaskan dari rumah Brigjen (Purn) Mangisi Situmorang.isfari hikmat / majalah detik

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Lembaga Bantuan Hukum Keadilan Bogor. Ia juga meminta perlindungan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, Rabu 19 Februari 2014.

    Hari itu juga polisi mendatangi rumah Ma-ngisi untuk mengevakuasi 17 PRT lainnya. Namun petugas gagal masuk. Evakuasi baru berhasil setelah LPSK mendesak Kabareskrim Mabes Polri Komjen Suhardi Alius untuk turun tangan.

    Berhasil keluar dari rumah jenderal, Yuli trau-ma. Ia takut sesuatu bakal menimpa ibunya. Sebab, selama kerja di rumah Mutiara, ia sering

    ditakut-takuti dan diancam agar tidak macam-macam atau keselamatan sang ibu menjadi ta-ruhan. Dia diancam agar tidak macam-macam jika tidak ingin ibunya dibunuh. Makanya masih trauma, papar sumber di LBH.

    Mutiara diperiksa Polresta Bogor pada Senin

    24 Februari 2014. Sang suami pun mendampi-nginya. Setelah melakukan gelar perkara yang dihadiri utusan Polda Jabar dan Mabes Polri, pe-nyidik menetapkan Mutiara sebagai tersangka.

    Istri brigjen ini dijerat dengan tiga UU sekali-gus, yaitu UU Perlindungan Anak, Perdagangan Orang (trafficking), dan Penghapusan Kekeras-an dalam Rumah Tangga.

    Wajah Mutiara terlihat pasrah ketika di-periksa kembali sebagai tersangka pada Jumat 28 Februari 2014. Mutiara dan Mangisi kompak menyangkal tudingan menyiksa PRT. Yang terjadi, menurut Mutiara, adalah pertengkaran antar-PRT sendiri.

    Perilaku para PRT itu tidak baik. Mereka sa-ngat liar, bahkan pernah hendak saling bunuh. Saya tidak pernah memarahi, (kalau) menegur, iya. Keras saya, saya orang Batak, kata Mutiara.

    Evakuasi korban penyekapanisfari hikmat / majalah detik

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Adik Mutiara tidak percaya Mutiara menyiksa PRT-nya. Ia membenarkan kakaknya memang dikenal disiplin mirip sang ayah yang pernah menjadi komandan kodim di Medan. Sang kakak ingin rumahnya selalu rapi seperti hotel. Seprainya harus tegang kayak di hotel-hotel, cerita wanita yang hanya mau disebut dengan panggilan adik bungsu itu.

    Mutiara juga membantah tidak membayar gaji para PRT. Perjanjiannya adalah gaji diberi-kan ketika akan pulang. Kontrak kerja minimal 1 tahun. Yuli tidak dibayar karena ia berada di rumah Mutiara lantaran dititipkan sang ibu,

    bukan untuk bekerja. Segala keperluan mereka dipenuhi, timpal Mangisi.

    Soal jumlah PRT yang mencapai 18 orang, dijelaskan sebagian akan dipekerjakan di pembu-didayaan lele di Curug Nangka, Bogor. Budi daya lele itu dibuat untuk Mangisi yang telah pensiun. Mutiara dan Mangisi mengaku menampung 18 PRT itu di rumahnya dengan tujuan mulia.

    Istri jenderal itu mengaku siap mematuhi hukum dan menerima hukuman bila terbukti bersalah. Saya sangat menyesal seumur-umur. Hanya merusak keluarga besar saya seluruh-nya. Di mata masyarakat ini, saya manusia paling jahat sedunia, ujar Mutiara.

    Meski siap menghadapi proses hukum, keluarga Mutiara melakukan sejumlah upaya agar kasus itu tidak berlanjut. Hesti, kakak Mutiara, membawa Mariana ke Jakarta untuk menemui Yuli dan mem-bujuk Yuli agar mencabut laporannya ke polisi.

    Agus, yang berseberangan dengan sang istri, berharap Mariana segera sadar dan tidak mem-bela keluarga brigjen itu.Ia ingin bekas majikan anaknya itu dihukum setimpal. Saya akan di sini sampai selesai urusan, katanya. n IsFarI hIkMat, MonIQue shIntaMI, PastI lIBerty MaPPaPa, FARHAN I Irwan nugroho

    Mutiara Simanjuntakisfari hikmat / majalah detik

    TAP/kLIk unTuk BErkoMEnTAr

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Mereka lari dari rumah Brigjen MangisiSeBanYak 14 perempuan menyusuri jalan tol Jagorawi, Bogor. Menenteng tas dan kantong plastik berisi pakaian, mereka berjalan menuju gerbang tol Baranangsiang.

    Hujan yang menderas memaksa me-reka berteduh di kantor PT Jasa Marga, tidak jauh dari gerbang tol. Pada Sabtu, 29 September 2012, itu, petugas keamanan kantor awalnya menduga mereka pekerja

    proyek pelebaran jalan tol.Anehnya, hingga menjelang malam,

    mereka tidak juga beranjak. Setelah dita-nyai, ketahuanlah para perempuan asal Nusa Tenggara Timur itu baru saja kabur dari rumah majikan mereka di Kompleks Duta Pakuan, Bogor Baru.

    Mengaku bekerja di rumah pasangan Mangisi Situmorang dan Mutiara Siman-juntak, mereka lari karena tidak kunjung

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    digaji. Selama beberapa bulan, mereka hanya diberi makan dan uang saku Rp 10 ribu per hari.

    Petugas satpam akhirnya mengontak Kepolisian Resor Bogor Kota, yang ke-mudian menjemput mereka. Kasus ini akhirnya ditangani oleh Kepolisian Sektor Bogor Tengah dan para pembantu rumah tangga itu didampingi Mahakati, yang jadi penasihat hukumnya.

    Mahakati membenarkan, yang me-nyekap 14 kliennya itu adalah Mutiara Simanjuntak, yang sekarang ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan terha-dap pembantu rumah tangga Yuliana Hesty Lewier. Seingat Mahakati, saat itu Mangisi masih berpangkat komisaris

    besar dan berdinas di Bali.Mahakati dan Mangisi sempat terlibat

    adu mulut di kantor Polsek Bogor Te-ngah. Dulu belum sampai melapor, jadi mereka hanya ditegur dan berjanji tidak akan mengulangi, ujar Mahakati.

    Setelah kesepakatan itu, Kepala Kepoli-sian Sektor Tengah Ajun Komisaris Victor Gatot Nababan memulangkan para pem-bantu itu ke rumah Mangisi. Keputusan itu diprotes oleh aktivis dari Jaringan Ad-vokasi Nasional Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT).

    Koordinator Nasional Jala, Lita Ang-graini, menceritakan, saat itu mereka sempat berdemo dan menolak pulang dari kantor Victor hingga boleh menemui para PRT itu. Mereka minta polisi mela-kukan proses hukum karena, menurut mereka, ulah majikan termasuk kekeras-an ekonomi terhadap PRT.

    Menurut Lita, mestinya polisi melakukan penyelidikan karena, dari penelusuran Jala PRT, para perempuan dari Flores dan Sumba itu didapat dari PT IJ. Kepolisian Bali sempat memeriksa agen penyalur PRT yang berkantor di Bali tersebut karena diduga

    terlibat dalam perdagangan manusia.Namun protes Lita tidak digubris. Kepada

    Lita, Victor saat itu menyatakan tidak ada kekerasan terhadap 14 PRT di rumah Ma-ngisi. Menurut dia, hanya ada kesalahpa-haman dan kasusnya dilebih-lebihkan oleh media massa. Kami baru tahu sekarang, ternyata yang dihadapi polsek itu jenderal aktif, kata Lita.

    Mutiara pun menyanggah jika disebut-kan bahwa para PRT di rumahnya pernah kabur pada 2012. Berdasarkan keterangan Mutiara, salah satu PRT yang terlibat as-mara mengajak teman-temannya keluar dari rumah untuk jalan-jalan. Tidak seperti yang dibilang bahwa mereka kabur, kata Mutiara kepada majalah detik.

    Namun, anehnya, Brigadir Jenderal (Pur-nawirawan) Mangisi menyatakan para PRT pada 2012 itu berjanji tidak akan kabur lagi. Mereka malah bilang mau bekerja dan tidak akan kabur lagi, Mangisi menambahkan.

    Tetangga sang brigjen juga menguatkan kabar bahwa para PRT itu memang kabur. Mengaku enggak betah karena majikannya galak, cerita si tetangga, Lidya. n PastI lIBertI, IsFarI hIkMat | okta wIguna

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Kesatuan yang dipimpin mangisi situmorang terseret Kasus aliran uang pengusaha Kayu buat dana penyelidiKan

    pembalaKan liar. Kariernya berlanjut hingga brigadir jenderal. taK pernah melaporKan harta Ke KpK.

    Mangisi di Pusaran

    Cukong kayu & FBi

    Fokuskejamnya istri jenderal

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    aan anwas mengeluhkan repot-nya menjalankan Operasi Wanalaga yang memburu pelaku pembalakan liar di Papua. Biaya penyelidikan tidak ada. Tapi, tidak menjalankan tugas karena tidak ada dana, pasti mendapat sanksi, kata Aan saat masih menjadi anggota satuan reser-se Kepolisian Daerah Papua.

    Saat bersaksi di Pengadilan Negeri Jayapura pada 2006, Aan mengatakan alasan tiada duit

    tidak akan diterima oleh atasannya, Direktur Reserse dan Kriminal Polda Papua Komisaris Besar Mangisi Situmorang. Memakai alasan anggaran, kata Aan, risikonya, mereka akan dipandang tidak cakap dan bisa dimutasi.

    Gara-gara cekaknya anggaran operasional itulah Kepala Satuan Tindak Pidana Tertentu Polda Papua, Komisaris Marthen Renuw, me-minjam uang dari M. Yudi Firmansyah, direktur perusahaan kayu PT Marindo Utama. Mulai September 2002 hingga Desember 2003, Mar-then mengklaim meminjam uang lebih dari Rp 1 miliar kepada Yudi.

    Marthen menyatakan, semua uang itu dipa-kai buat biaya penyelidikan terhadap perusa-haan pembalakan liar, seperti membayar tiket pesawat dan menyewa speedboat. Pinjaman itu dia laporkan kepada atasannya, Mangisi, dan Kapolda Papua Inspektur Jenderal Budi Utomo.

    Namun pinjaman uang itu oleh Kejaksaan Negeri Jayapura dianggap sebagai gratifikasi, dan penggunaan uang itu buat penyelidikan adalah pencucian uang. Pasalnya, saat uang pinjaman ditransfer ke rekening Marthen, PT Marindo tengah diselidikinya dalam kasus ille-

    Rumah dua lantai milik Mangisi Situmorang di perumahan Duta Pakuan Bogor. Rumah di komplek ini dibanderol minimal Rp 2 miliar. Okta marfiantO/detikcOm

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    mengurus satu kasus saja bisa ratusan juta rupiah.

    gal logging.Di hadapan hakim, Marthen menyatakan

    penyelidikan terhadap Marindo disetop karena Dinas Kehutanan Papua menyebut mereka mengantongi izin menebang hutan. Mangisi Situmorang yang meneken Surat Perintah Penghentian Penyidikan pada 2003.

    Namun pada 2004 ternyata Marindo kembali diperiksa karena menebang kayu, padahal izinnya kedaluwarsa. Marthen pun diseret ke meja hijau.

    Dalam kasus ini, Mangisi menjadi saksi yang memberatkan buat Marthen. Mantan Kepala Kepolisian Resor Bandung Timur ini menyata-kan medan Papua yang berat membuat biaya penyelidikan yang ada tidaklah memadai. Satu kasus bisa memakan biaya ratusan juta rupiah, kata Mangisi saat bersaksi di pengadilan.

    Mangisi mengklaim tidak tahu-menahu cara Marthen mendapatkan uang operasional tadi. Namun, dalam surat-menyurat dengan Kapol-da Papua, Mangisi pernah meminta uang Rp 1,2 miliar dari Mabes Polri dan Kementerian Kehutanan untuk mengembalikan uang yang dipinjam Marthen dari Yudi.

    Kasus dugaan korupsi dan pencucian uang

    ini akhirnya kandas di pengadilan. Majelis hakim yang diketuai Lodewyk Tiwery menilai, uang dari cukong kayu itu hanya pinjaman. Lagi pula, uang itu dipakai buat menangkap pelaku illegal logging dengan hasil lelang kayu sitaan mencapai Rp 30 miliar.

    Putusan bebas itu juga diberikan karena jaksa tidak bisa menghadirkan para pengirim uang kepada Marthen. Jadi, motif di balik peminjam-an uang itu tidak bisa digali. Kasus ini pun tidak sampai ke Mahkamah Agung (MA) karena jaksa telat sehari dalam melayangkan memori kasasi.

    Selain saat menangani pembalakan liar dan korupsi pejabat Papua, nama Mangisi juga banyak diberitakan ketika menginvestigasi penembakan terhadap konvoi lima kendaraan sekolah internasional milik PT Freeport Indone-sia. Insiden pada 31 Agustus 2002 itu melukai sembilan orang dan menewaskan tiga orang, termasuk dua warga negara Amerika Serikat.

    Tim Gabungan Advokat Mil 62-63 menilai, penangkapan 12 tersangka pada Januari 2006 menyalahi aturan hukum Indonesia karena me-libatkan agen Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI). Mereka juga menyebut penangkap-

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    an Antonius Wamang dan kawan-kawan yang dianggap tentara Orga-nisasi Papua Merdeka itu salah prosedur.

    Surat penangkapan para tersangka yang dite-ken Mangisi Situmorang keluar pada 11 Januari 2006. Padahal Mangisi baru kembali dari Jakarta pada 12 Januari 2006.

    Artinya, penjemputan mereka oleh agen FBI memakai truk kontainer dari Hotel Amole hingga diantar ke Polsek Kuala Kencana, berlangsung tanpa surat pena-hanan yang sah. Karena, baru keesokan harinya mereka berstatus tahanan saat sudah tiba di markas Polda Papua.

    Ketika itu Mabes Polri membenarkan keter-libatan FBI, namun Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Anton Bachrul Alam membantah FBI terlibat dalam penye-lidikan. Kami tidak pernah membiarkan FBI

    menginterogasi tahanan karena mereka berada dalam wilayah yurisdiksi Indonesia, ujarnya.

    Usai berdinas di provinsi di ujung timur itu, Mangisi Situmorang dimutasi ke Polda Nusa Tenggara Timur pada Februari 2006. Namun karier lulusan Akpol 1978 ini di kesatuan reserse terhenti karena jabatan barunya adalah Inspek-tur Pengawas Daerah.

    Pada 30 Desember 2009, Mangisi dipindah lagi menjadi Inspektur Pengawas Daerah Ke-polisian Daerah Bali. Jika sebelumnya Mangisi ada di pusaran kasus kriminal, saat di Bali na-manya hanya muncul dalam berita seremonial pembukaan kantor cabang Kamar Dagang dan Industri Prancis di sana.

    Sambil memangku jabatan pengawas itu, Ma-ngisi masuk Sekolah Perwira Tinggi. Masih ber-pangkat Komisaris Besar, pada 24 Februari 2012 Mangisi masuk ke Mabes Polri dengan jabatan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan.

    Ketika teman seangkatannya, Jenderal Timur Pradopo, pensiun sebagai Kapolri, Mangisi menutup kariernya dengan pangkat brigadir jenderal. Dia masuk masa purnawirawan mulai

    Agen FBI menyelidiki tempat kejadian perkara. Agen FBI dituding terlibat terlalu jauh dalam penyelidikan kasus penembakan warga negara Amerika di Papua.

    Getty imaGes

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    mangisi seharusnya kena sanksi karena tak pernah melaporkan hartanya ke kPk.Wakil Koordinator iCW ade irawan

    November 2013.Satu masalah yang tersisa dari karier sepan-

    jang 35 tahun itu adalah Mangisi tidak tercatat pernah melaporkan kekayaannya ke KPK. Pada-hal semua pejabat negara wajib memasukkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Nega-ra (LHKPN) sebelum dan sesudah menduduki jabatan, juga saat pensiun.

    Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch, Ade Irawan, menilai Mangisi harus ter-kena sanksi karena tak melaporkan kekayaan-nya. LHKPN penting untuk mencegah penye-lenggara negara tidak korup dan menghindari pencucian uang, kata Ade.

    Mangisi menyatakan sudah pernah melaporkan kekayaannya kepada lembaga antirasuah. Sebe-lumnya, saya sudah lapor, kata Mangisi. Harta Mangisi sudah menjadi pergunjingan sejak 2005. Ketika tengah ramai pengadilan kasus aliran dana cukong kayu ke Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Papua, surat kaleng soal kekayaan Mangisi beredar di milis isu-isu Papua.

    Pengirimnya, Ira Nasution dan Hendra Seti-awan, menyebut Mangisi tengah membangun rumah senilai Rp 5 miliar di Bogor. Dia juga di-

    sebut-sebut punya sejumlah rumah di Bandung dan perkebunan di Tiga Dolok, Sumatera Utara. Penulis surat itu sudah tidak bisa dikontak lagi karena alamat e-mail mereka sudah mati.

    Kerabat Mangisi membenarkan adanya ta-nah seluas 2.000 meter persegi di Sumatera Utara, yang awalnya milik orang tua sang bri-gadir jenderal. Mangisi mengambil alih dengan mencicilnya selama dua tahun.

    Mangisi mulai dua tahun lalu juga mengambil alih bisnis budi daya ikan lele dari keluarga istri-nya. Mangisi tengah membangun rumah peker-ja yang, menurut dia, akan diisi oleh pembantu yang kini ditampung di rumahnya di Bogor.

    Ternak lele di areal seluas 4.000 meter persegi itu terletak di Desa Sinarwangi, Curug Nangka, Bogor. Menurut pria berusia 58 tahun itu, usaha lele hanya sekadar mencari kesibukan setelah pensiun.

    Harta lainnya yang disebut pengirim surat kaleng adalah rumah Mangisi di kompleks Duta Pakuan, Bogor. Rumah itulah yang dua pekan ter-akhir ini banyak diberitakan karena menjadi lokasi kasus dugaan penyekapan dan penyiksaan pem-bantu oleh Mutiara Simanjuntak, istri Mangisi.

    Mangisi mengatakan, rumah itu sudah

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    lama dibangunnya tetapi hanya ditinggali anak-anaknya. Namun dia dan istrinya baru benar-benar tinggal di situ setelah berdinas di Mabes Polri.

    Dari penelusuran majalah detik, rumah berlantai dua di kompleks Duta Pakuan, seperti milik Mangisi, rata-rata dijual paling murah Rp 2 miliar. Nilai pasti rumah itu dan total keka-

    yaannya memang gelap karena Mangisi, yang pejabat, tidak terbuka soal hartanya.

    Mangisi merasa tidak perlu membuka soal hartanya, termasuk kepada KPK dengan alasan jabatannya tidak terlalu penting. Kebetulan ja-batan saya di Mabes dan Polda itu kan jabatan staf. Tidak di operasional, kata Mangisi.

    isFari hiKmat, moniQue shintami | oKta Wiguna

    Mutiara Simanjuntak, istri Mangisi, di peternakan lele miliknya di areal seluas 4.000 meter persegi di Desa Sinarwangi, Bogor.

    Okta marfiantO/detikcOm

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Sudah ke argentina,tetap Jadi air MataRUU PeRlindUngan PRT sUdah mengendaP selama hamPiR 10 TahUn di dPR.

    Padahal dPR sUdah sTUdi banding ke afRika selaTan dan aRgenTina.

    Fokuskejamnya istri jenderal

  • Rak bakal dadi, kuwi (enggak bakal jadi, itu).

    kaliMat itu meluncur begitu saja dari mulut Ketua Komisi IX DPR Fraksi PDIP Ribka Tjiptaning ketika membicarakan soal Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU Perlindungan PRT). Produk per-undangan itu tersendat di komisinya selama

    hampir 10 tahun.RUU Perlindungan PRT merupakan satu

    dari dua perundangan yang bernasib miris di Komisi IX. Perundangan lainnya adalah RUU Keperawatan.

    Ribka masih memendam kesal. Ia merupakan Ketua Komisi IX DPR dari Fraksi PDIP yang dipas-rahi penyelesaian RUU Keperawatan. Namun tidak satu pun anggota komisinya memberikan dukungan penyelesaian pembahasan.

    Suasana rapat DPR.rachman heryanto/detikcom

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Puncaknya, saat rapat Panja RUU Kepera-watan pada Selasa 18 Februari 2014 lalu gagal dilaksanakan. Hanya 6 anggota komisi dari em-pat fraksi yang datang ke ruang rapat. Empat fraksi itu adalah Fraksi Partai Demokrat, Fraksi PKS, Fraksi PPP, dan Fraksi PDIP.

    Padahal, untuk mencapai kuorum, fraksi yang hadir harus mencapai lima. Alhasil, rapat pembahasan batal.

    Bagi Ribka, nasib RUU Keperawatan dan RUU Perlindungan PRT sama: mengendap se-lama dua periode masa jabatan anggota DPR. Apalagi, saat ini sudah memasuki masa pemilu legislatif 2014, banyak anggota DPR sibuk ber-kampanye di daerah pemilihannya sehingga melepaskan tanggung jawab legislasi mereka.

    Sudah 10 tahun menunggu tetap tidak di-sahkan. Ditinggal pergi begitu saja, jelasnya.

    Perjalanan RUU Perlindungan PRT sangat panjang. Koordinator Jaringan Nasional Advo-kasi Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT), Lita Ang-graini, mengungkapkan regulasi perlindungan PRT sudah bergulir sejak 1999. Namun saat itu masih berupa diskusi.

    Tahun 2004, DPR sepakat untuk memasuk-

    kan RUU Perlindungan PRT dalam Program Le-gislasi Nasional (Prolegnas). Sayang, perjalanan pembahasannya hanya setengah hati. Selama periode 2004-2009, RUU ini tidak mengalami perkembangan sama sekali.

    Pada masa sidang 2010/2011, DPR mencoret RUU Perlindungan PRT dari daftar legislasi. Namun Jala PRT mengerahkan massa hingga menduduki gerbang depan kompleks DPR, MPR, dan DPD di Senayan, Jakarta. Alhasil, RUU Perlindungan PRT masuk kembali ke Prolegnas.

    Sempat mau dicoret pada 2010/2011, tapi kami demo dan akhirnya dibahas lagi. Jadi me-mang selalu harus ditekan seperti itu, ungkap Lita.

    Namun kembalinya RUU Perlindungan PRT ke daftar Prolegnas tidak memberi arti apa pun. DPR hingga kini belum memutuskan RUU ini sebagai inisiatif DPR. Padahal, pada 2011 mereka sudah melakukan studi banding ke Af-rika Selatan dan Argentina untuk mempelajari pemberlakuan UU Perlindungan PRT di kedua negara itu.

    Perjalanan ke luar negeri ini hanya meng-hasilkan penyelesaian draf RUU Perlindungan

    sudah 10 tahun menunggu tetap tidak disahkan. ditinggal pergi begitu saja.

    Ribka Tjiptaning

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    PRT. Draf ini sudah diserahkan ke Badan Legis-lasi (Baleg) pada April 2013. Namun Baleg tidak memberikan keputusan bahwa RUU ini sudah menjadi hak inisiatif DPR sehingga, tetap saja, pembahasan mandek.

    Sudah jadi rahasia umum UU itu ada dua je-nis, UU mata air dan UU air mata. UU kami ini UU air mata, tidak seksi, tidak ada keuntungan secara politik, keluh Lita.

    Padahal perlindungan terhadap pembantu ini semakin dibutuhkan. Permintaan PRT meng-alami peningkatan. Situs penyalur pekerja do-mestik, www.pembantu.com, mengaku kewa-lahan meladeni permintaan PRT secara online.

    PRT yang terdaftar melalui situs tersebut hanya 177 orang saja. Mereka didaftarkan oleh berbagai agen penyalur. Sedangkan permintaan tenaga domestik mencapai ribuan.

    Setiap harinya, situs ini menerima permin-taan PRT dari pendaftar baru (calon majikan). Jumlah anggota baru mengalami peningkatan 40-50 anggota per hari. Informasi yang diterima majalah detik menyebutkan, anggota baru ini mengaku antre hingga berkali-kali menelepon pengelola situs.

    Pemilik situs www.pembantu.com, Nasrul Salam Zakaria, mengakui pencari PRT meng-alami kesulitan. Tugas situsnya hanya menjadi perantara saja. Untuk kontrak dan gaji meru-pakan pembicaraan antara penyalur dan calon majikan.

    Untuk majikannya juga kita tidak berhubung-an langsung. Setelah sign in, akan ada nama penyalurnya. Nah, silakan datang langsung ke penyalur atau berhubungan dengan penyalur tersebut, jelasnya.

    Namun tingginya perkembangan bisnis pe-nyaluran pekerja domestik tidak diimbangi dengan perlindungan hukum bagi PRT. Direk-tur LBH APIK Jakarta, Ratna Batara Munti, me-nyebutkan pekerja domestik merupakan pihak yang rentan terhadap aksi kekerasan dalam rumah tangga.

    PRT masih dipandang bukan sebagai pekerja. Selama ini, pengelolaan hubungan kerja masih menitikberatkan pada hubungan keluarga, sehingga hak-hak PRT sebagai pekerja lebih ba-nyak dikesampingkan.

    Kita punya UU Tenaga Kerja. Tapi, untuk tenaga kerja sektor informal, apalagi PRT, yang

    uu kami ini uu air mata, tidak seksi, tidak ada keuntungan secara politik.

    Lita Anggraini

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    secara budaya masyarakat masih memandang rendah karena dianggap kerja domestik yang biasa dilakukan bukan profesional, akunya.

    Profesi ini sangat rentan terhadap kejahatan tindak pidana penjualan orang. Ratna menye-butkan pihak yang terkait dalam bisnis pekerja domestik adalah penyalur dan majikan. Hu-bungan antara PRT dan perusahaan penyalur ini harusnya turut menjadi perhatian.

    Modus yang digunakan dalam trafficking

    adalahperusahaan penyalur dan majikan me-manfaatkan status PRT yang membutuhkan dana di depan tanpa kontrak, sehingga posisi PRT lemah. Dana yang diberikan di muka ini di-anggap sebagai uang pembelian orang, bukan bagian kontrak kerja.

    Namun, dengan alasan kekeluargaan, maka kejahatan ini cepat ditutupi. Tak jarang PRT yang menjadi korban menarik laporan dari ke-polisian dengan alasan kekeluargaan. Padahal catatan kekerasan terhadap mereka mencapai peningkatan tiap tahunnya.

    Jala PRT mencatat jumlah kekerasan PRT di Indonesia pada 2013 mencapai angka 336. Kekerasan ini melibatkan agen penyalur hingga majikan.

    Sayang, DPR masih menganggap perlin-dungan PRT tidak layak diundangkan. Mereka menganggap PRT adalah profesi berdasarkan kekeluargaan saja. Perjalanan 10 tahun RUU Perlindungan PRT tidak membuahkan hasil apa pun.

    mOniQUe shinTami, PasTi libeRTi maPaPPa, iRWan nUgROhO, OkTa

    WigUna i aRYO bhaWOnO

    rengga sancaya/detikfoto

    Fokuskejamnya istri jenderal

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Kasus kekerasan terhadap pekerja rumah tangga (PRT) jumlahnya terus me-ningkat setiap tahunnya. Sepanjang 2013,Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT) mencatat ada 336 kasus.Menurut Koordinator Nasional Jala PRT, Lita Anggraini, jumlah kasus itu di-dapat dari pendampingan terhadap korban dan berita di media massa. Mayoritas korban kasus itu bukan cuma dikasari dan dimaki, tapi juga menjadi korban kekerasan ekonomi, terutama bekerja tanpa digaji.

    Jala PRT mencatat, pertumbuhan jumlah kasus kekerasan terhadap pembantu sete-ngah hari yang bekerja di apartemen. Pelakunya acap kali kalangan ekspatriat.

    Ironisnya, kebanyakan proses hukum kasus-kasus itu mentok di kepolisian.

    Sumber: Jaringan naSional advokaSi PekerJa rumah Tangga (Jala PrT)

    Berikut ini gambaran kasus kekerasan terhadap PRT di Indonesia.

    Jumlah Kasus

    2011 2012 2013

    273

    327

    336

    Nestapa PekerJa rumah Tangga

    kaSuS kekeraSan

    TerhadaP PrT

    TeruS meningkaT.

    korbannya banyak

    yang maSih

    anak-anak.

    Majikan:

    332Agen PRT:

    102Penipu/perampok:

    4

    PelaKu:

    Fisik:

    217Psikologis:

    332Ekonomi:

    237Seksual:

    32Multikasus:

    217

    Di bawah 18 tahun:

    98 orang

    336 semua perempuanDi atas 18 tahun:

    238 orang

    Jenis KeKerasan:

    usia Korban: Jenis Kelamin:

    Kasus2013

    FoKusKeJamnya istri Jenderal

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Yuliana HestY lewier:

    Saat dipanggil ibu Mutiara, kalau Yuli terlaMbat, ditaMpar SaMa ibu Mutiara.

    Aku Sering DiSikSA, Dipukul, DAn Dicekik

    Fokuskejamnya istri jenderal

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Yuliana Hesty Lewier sungguh be-rani. Pembantu rumah tangga yang masih bocah ini melaporkan Mutiara Boru Simanjuntak, istri Brigadir Jen-deral (Purnawirawan) Mangisi Situmorang, ke polisi.

    Gadis 17 tahun asal Dobo, Kabupaten Kepu-lauan Aru Selatan, Maluku Tenggara, ini meng-aku disekap dan disiksa oleh Mutiara, maji-kannya. Ia juga tidak mendapatkan gaji selama

    tiga bulan bekerja sebagai PRT di rumah jenderal di Bogor, Jawa Barat, itu.

    Aku di sana sering disiksa, dipukul, dan dicekik, cerita ga-

    dis kelahiran 24 Mei 1996 ini, yang akhirnya berhasil keluar dari rumah Brigadir Jenderal (Purnawirawan) Mangisi Situmorang setelah dijemput paksa oleh kerabatnya.

    Mutiara telah ditetapkan sebagai tersangka dengan dugaan melanggar Pasal 2 Undang-Undang Perdagangan Orang atau Pasal 44 Undang-Undang Kekerasan dalam Rumah Tangga, dan/atau Pasal 80 Undang-Undang Perlindungan Anak.

    Berikut ini wawancara Isfari Hikmat dari majalah detik dengan Yuliana Hesty Lewier di kantor Lembaga Bantuan Hukum Keadilan Bogor Raya.

    Kenapa Yuliana keluar dari rumah Brigadir Jenderal (Purnawirawan) Mangisi Situmorang?

    Aku di sana tidak dibayar. Di sana aku sering disiksa, dipukul, dan dicekik (menunjukkan be-kas luka di kening).

    Berapa lama bekerja di sana?2-3 bulan. Pekerjaannya di sana apa?Sebagai pembantu, bidang nyuci sama ngepel

    di sana. Bagaimana ceritanya Yuliana datang ke

    sana?Dulu dari Ambon ke Palembang, kerja di

    perkebunan kelapa sawit. Sudah itu, aku pu-lang sama Ibu (Mariana, ibu kandung Yuliana) ke Jakarta. Di Terminal Pulogadung, ada dua orang, ibu aku enggak kenal. Mereka samperi aku, nanya, Adek mau kerja, ya? Aku jawab, ya mau kerja.

    aku di sana tidak dibayar. di sana aku sering disiksa, dipukul, dan dicekik.

    Tap unTuk mendengarkan

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Pekerjaan apa yang ditawarkan saat itu?Kata mereka, aku mau dipekerjakan di toko.

    Tapi ternyata bukan ke toko, dibawa ke rumah Ibu Mutiara Situmorang.

    Apakah pernah bertemu lagi dengan orang yang mengantar Yuli ke rumah Mu

    tiara Situmorang? Tidak (pernah ketemu) lagi. Setelah diantar

    ke situ, aku enggak pernah ketemu lagi. Tapi orangnya masih kuingat. Perempuan dua.

    Mengapa Yuli dianiaya?Saat dipanggil Ibu Mutiara, kalau Yuli terlam-

    bat, ditampar sama Ibu Mutiara. Siapa saja yang menganiaya?Cuma Ibu Mutiara.Bagaimana sikap Brigadir Jenderal (Pur

    nawirawan) Mangisi?Bapak sama anak-anaknya baik banget. Apakah Brigadir Jenderal (Purnawira

    wan) Mangisi melarang bila istrinya menganiaya Yuli?

    Bapak cuma diam saja, tidak bicara.Bagaimana Yuli akhirnya bisa keluar dari

    rumah itu?Pertama kali aku telepon sama Bapak di Am-

    bon, terus ketahuan sama Ibu Mutiara. Hand-phone aku diambil dan dibanting. Kartunya di-ambil. Lalu aku pinjam teman, Riris, orang Jawa. Kemudian aku dijemput abang Jimmy untuk bisa keluar.

    para prT di rumah mutiara Simanjuntak berhasil dievakuasi.ayi/majalahdetik

    Tap unTuk mendengarkan

  • Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Ada berapa orang yang bekerja di rumah itu?

    Ada 16 orang. Berapa umur mereka?Ada yang 13 (tahun), 18, ada yang 21.Apakah temanteman Yuli juga ingin

    keluar?Iya, mereka mau keluar. Tapi tidak bisa keluar

    karena rumahnya dilingkari kawat duri. Aku bisa keluar karena dijemput saudara. Pernah

    ada juga pekerja cowok yang bisa kabur lewat lantai 3.

    Selama di sana, apakah diperbolehkan keluar dari rumah?

    Tidak pernah. Yang bisa keluar rumah itu cuma Agus, orang Flores, kepercayaan Ibu Mutiara.

    Digaji berapa?Katanya sembilan ratus (ribu rupiah). Yuli su-

    dah tiga bulan di sana tidak pernah digaji. Yang lain pun tidak pernah. Sekali pun, seribu rupiah pun.

    Kenapa Yuli enggak digaji?

    Kata majikan, aku sudah dibeli. Jadi tidak perlu tanya-tanya soal gaji itu lagi.

    Soal makan bagaimana?Makan tiga kali sehari. Tapi, kalau buat kesa-

    lahan, dihukum tidak boleh makan. Misalnya, kalau kita makan pagi, lalu membuat kesalah-an pada siang, maka baru pagi lagi kita boleh makan.

    Kalau tidur bagaimana?Tidurnya bareng di ruangan. Tidak ada kasur,

    cuma lantai doang. Selain Yuli, apakah ada yang dianiaya

    juga?Ada yang pernah seperti aku. Yang bisu dan

    cacat juga ada. Ada yang dipukul?Ada, teman aku namanya Hesti. Kalau kami

    sudah tidur, jam 12 malam Ibu Mutiara buka celana Hesti. Teman aku itu tidur cuma pakai selimut. Celananya dibuka sama Ibu Mutiara.

    Apakah Yuli dan temanteman di sana hendak dibawa ke tempat kerja lain?

    Tidak tahu. n iSfari HikMat

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    kata majikan, aku sudah dibeli. jadi tidak perlu tanya-tanya soal gaji itu lagi.

    Tap unTuk mendengarkan

  • Majalah detik 3 - 9 MARET 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Majalah detik 3 - 9 MARET 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Yuliana itu nakal, Pemalas, & liarSaya tahu hukumnya. Saya ini iStri poliSi, maSak tidak tahu itu? Cuma, karena raSa kaSihan, Semua itu Saya keSampingkan demi mereka.

    Brigjen (purn) mangiSi & mutiara:

  • Majalah detik 3 - 9 MARET 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    saYalah yang Anda cari, kata perempuan itu begitu muncul dari balik pintu ru-mahnya. Mengenakan setel-an blus dan celana panjang hitam-hitam yang rapi, wajah perempuan itu dipoles make-up tipis.

    Perempuan berambut panjang itu adalah Mu-tiara Simanjuntak. Saat Mutiara muncul, majalah detik sedang berbincang dengan Brigjen (Pur-nawirawan) Mangisi Situmorang, suami Mutiara.

    Jenderal purnawirawan itu sedang menceritakan tentang rumahnya yang dipagari kawat berduri karena sering kemalingan.

    Mutiara ditetapkan sebagai tersangka deng-an dugaan melanggar Pasal 2 Undang-Undang Perdagangan Orang, atau Pasal 44 Undang-Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan/atau Pasal 80 Undang-Undang Perlindungan Anak. Ia dilaporkan ke polisi oleh Yuliana Hesty Lewier, pembantu rumah tangga (PRT)-nya sendiri.

    Majalah detik 3 - 9 fEbRuARi 2014

    Yuliana Lewier didampingi Direktur LBH Keadilan Bogor Raya Sugeng Teguh Santoso setelah dikeluarkan dari kediaman Mutiara.

    isfARi hikMAT/MAjAlAh dETik

  • Majalah detik 3 - 9 MARET 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Mutiara dan sang suami pun membantah melakukan penyekapan dan penyiksaan terha-dap PRT. Ia balik menuduh PRT di rumahnya, termasuk Yuliana, berkelakuan buruk. Nakal, pemalas, dan liar, kata Mutiara.

    Mutiara berkeberatan saat majalah detik mengambil video selama wawancara. Saya be-lum dandan seperti Syahrini. Kalau saya sudah pakai bulu mata palsu, baru kalian boleh (ambil video), ya. Benar, saya ini menyaingi Syahrini (karena kasus ini), canda Mutiara.

    Istri purnawirawan jenderal ini mengaku suka bercanda. Namun, di mata keluarganya, ia dikenal disiplin. Sang adik, yang minta namanya tidak disebut, menyatakan Mutiara mirip ayah-nya yang pernah menjadi komandan militer. Ia ingin segalanya serba rapi.

    Berikut ini wawancara Isfari Hikmat dari majalah detik dengan Brigjen (Purnawirawan) Mangisi Situmorang dan Mutiara Simanjuntak di rumahnya, Perumahan Duta Pakuan, Jl. Da-nau Matana Blok C5/18, Bogor, Jawa Barat.

    Anda dituduh menyekap dan mengania-

    ya PRT. Bagaimana tanggapannya?

    Mutiara: Jadi, kalau saya dibilang penyekap atau penganiaya, atau pekerjaan sosial yang saya lakukan selama ini? Tidak segampang itu. Saya ini jadi istri bayangkari puluhan tahun.

    Bagaimana Anda menjelaskan masalah

    sebenarnya yang terjadi di rumah ini?Mutiara: Saya menyatakan penyekapan

    yang Anda lihat itu karena kawat berduri ini, itu karena untuk mencegah maling. Karena (rumah) saya sudah empat kali dibobol. Rumah saya di sana, garasi dari kayu jati dibelah. Di-ambil segala barang-barang saya. Jadi, saya tinggal di sini baru dua tahun, memang sudah lama karena suami saya bertugas.

    Kapan Yuliana datang ke rumah Anda?Mutiara: Itu tiga bulan lalu. Persisnya saya

    lupa.Siapa yang membawa Yuliana kepada

    Anda? Katanya dari Pulogadung?Mutiara: Saudara juga. Namanya orang Ba-

    tak itu kan ikatannya kuat. Saya kan tidak bisa bedakan apakah dia tukang rokok atau tukang

    ia dikenal disiplin. mutiara mirip ayahnya yang pernah menjadi komandan militer. ia ingin segalanya serba rapi.

  • Majalah detik 3 - 9 MARET 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    apa. Mungkin dikasih ke saya karena, setelah suami saya ini pensiun, saya mau buka (ternak) lele. Adalah kesibukan kita kecil-kecilan.

    Mangisi: Dia tahu kita perlu orang. Kita mau buka ternak lele di Curug Nangka (Bogor) sana. Kita kasihan pada Yuliana dan ibunya, Mariana. Mereka sebelumnya kerja di (perkebunan) ke-lapa sawit. Kalau tidak salah, satu bulan hanya dapat Rp 600 ribu. Jadi tidak cukup gajinya, ka-burlah mereka. Setelah disepakati, ibu Yuliana bekerja dengan ibu mertua saya, okelah dise-

    pakati gajinya Rp 1 juta satu bulan. Tapi minimal setahun. Kalau ada rezeki, ongkos pulang nanti kita yang tanggung. Dengan bonus-bonusnya kalau ada rezeki. Tapi, yang pasti, 12 juta ini dia pegang bersih.

    Bagaimana dengan gaji Yuliana? Meng-

    apa ia mengaku gajinya tidak dibayarkan?Mangisi: Dia kan dititipkan oleh

    ibunya pada kita. Dia tahu anaknya ini nakal.

    Mutiara: Nakal, pemalas, maaf kata, liar.Kenakalan Yuliana seperti apa? Bisa dice-

    ritakan?Mangisi: Penjelasan ibunya seperti itu (nakal,

    pemalas, dan liar). Di sini pun dia tidak bekerja full (penuh).

    Kenapa mempekerjakan perempuan

    yang hamil?Mutiara: Riris (PRT yang hamil) ini datang

    membohongi saya, datang dengan baju long-gar-longgar dengan tas di depan. Hari pertama

    Sudut ruang pencucian di kediaman Mutiara. Foto ini diambil setelah seluruh pembantu dikeluarkan. isfARi hikMAT/MAjAlAh dETik

    Fokuskejamnya istri jenderal

  • Majalah detik 3 - 9 MARET 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    tidak kelihatan, hari kedua kelihatan bahwa dia hamil. Kok perut kamu besar? Iya, Bu, saya hamil. Kenapa kamu tidak ngomong? Saya takut tidakditerima.

    Dia datang hamil enam bulan, pas jalan dua bulan sakit perutlah dia, tanda-tandanya mau melahirkan. Saya telepon kakak saya di Curug Nangka. Segera meluncur, mau melahirkan ini.

    Saat itu sudah kayak latihan militer. Buka pagar, saya gendongin masuk. Selama adik saya belum datang, saya pijitin-lah itu.

    Mangisi: Teriak-teriak dia.Mutiara: Didengartetangga kan dikira ada

    apa. Akhirnya saya bawa dia ke RS Pasutri. Sampai masuk ke (rumah) sini lagi, saya rawat itu bayi, dari tidur, minum susu, beol, mandi, semua saya (yang urus). Itu ada fotonya.

    Anda juga dituduh memukul PRT?

    Mutiara: Tidak, saya tidak pernah begitu-begitu, ya. Memang saya te-gur mereka karena kadang-kadang

    mereka menginjak kepala si cacat itu (salah satu PRT). Saya marah, karena saya takut ada orang mati di rumah saya. Siapa yang mau tanggung jawab?

    Jangan begitu, saya selalu mengajarkan ka-sih. Tapi, maaf, mereka ini orang-orang telantar. Bapak ini juga sering marah sama saya, anak-anak juga. Pulangilah Ma, orang-orang ini. Itu yang bikin saya menyesal seumur hidup. Saya tidak mendengar suami saya, orang tua saya,

    Kediaman Mutiara di Bogor tampak tertutup rapat. Kawat berduri mengelilingi rumah mewah ini.

    isfARi hikMAT/MAjAlAh dETik

    Fokuskejamnya istri jenderal

  • Majalah detik 3 - 9 MARET 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    anak-anak saya.Artinya Anda direpotkan oleh pembantu

    Anda sendiri?Mutiara: Itulah kehidupan mereka ini. Se-

    benarnya pusing kepala saya ini. Tidak mampu juga saya menghadapi orang ini. Kehidupan mereka ini liar di rumah saya.

    Mangisi: Sebenarnya mereka ini ditampung karena rasa kasihan. Rasa sosial istri saya. Istri saya masak untuk makan mereka, bukan me-reka masak untuk kita. Mereka, kalau tidak ada kerjaan, makan-makan, duduk-duduk sambil makan es krim, makan cokelat.

    Namun ada tuduhan yang menyatakan

    Anda bersikap kasar, bahkan menyiksa pembantu.

    Mutiara: Saya tidak pernah memarahi, (ka-lau) menegur, iya. Keras saya, saya orang Batak. Mereka ini, maaf, seperti orang liar. Kelapar-an. Jadi, kalau ada makanan, kita masukan ke lemari, itu dijilat-jilatin. Tanya pembantu saya. Dibuang, ketemu mereka, mereka jilatin. Beras itu berceceran, si Fero itu yang makan, dia itu

    makannya beras. Hobi makan beras.Mangisi: Kadang buang sampah sembarangan.

    Mutiara: Bicara mereka tidak pernah sopan. Hidup seperti itu, liar. Untuk apa saya mempekerjakan di

    bawah umur, yang cacat? Saya tahu hukum-nya. Saya ini istri polisi, masak tidak tahu itu? Cuma, karena rasa kasihan, semua itu saya kesampingkan demi mereka.

    Mangisi: Paling lama kerja itu tujuh bulan, itu si Fero yang paling lama. Selebihnya itu tiga-empat bulan. Jadi, mereka itu baku hantam di antara mereka sendiri.

    Apakah betul mereka ini dipekerjakan

    nonstop sampai larut malam?Mutiara: Kerja tidak ada, semua bersih-bersih

    saja. Karena yang masak kan saya. Nyuci pakai mesin. Itu pun saya. Yang menyapu rumah juga sering saya.

    Mangisi: Lo, sebenarnya bekerja itu sama-sama, Ibu ini tidak melepas.

    Bagaimana penjelasan soal gaji mereka

    yang dikatakan tidak dibayar?

    kadang-kadang mereka menginjak kepala si cacat itu (salah satu Prt). saya marah, karena saya takut ada orang mati di rumah saya.

  • Majalah detik 3 - 9 MARET 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

    Mutiara: Jadi, mereka masuk ke sini, mereka bilang, Ibu, kalau setelah kami pulang, baru gaji (kami) ibu kasihkan. Itu sudah perjanjian, dia yang mau, saya tinggal menuruti saja. Jadi bohong itu, pertama-tama ditanya juga di sini, dia bilang pun seperti itu, gaji disimpan saja sama Ibu.

    Mangisi: Nanti kalau mau pulang dibayar, karena keperluan sehari-hari mereka dipenuhi semua. Segala macam dibelikan, tidak perlu lagi pegang uang, uang untuk apa? Dan dia juga mau menabung kalau nanti pulang. Kalau kita kasih sekarang, kan bisa hilang atau apa. Nanti pulang tidak bisa juga.

    iSFari hikmat i iin yumiyanti

    Mutiara usai memandikan bayi dari salah satu pembantu bernama Riris. Bayi prematur ini diberi nama Amora olehnya.

    REPRO/isfARi MAjAlAh dETik

    Majalah detik 3 - 9 MARET 2014

    Fokuskejamnya istri jenderal

  • Biodata

    Nama: Lita Anggraini

    KaNtor: Jalan Kalibata Utara I Nomor 18, Jakarta Selatan

    PeNdidiKaN: Hubungan Internasional,

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1995

    Mengikuti pelatihan, pertemuan, lokakarya terkait isu-isu perempuan, gender, dan buruh migran di sejumlah negara, seperti Pakistan, Kanada, Filipina, dan Nepal.

    Pembantu rumah tangga adalah pekerja karena dia bekerja, ada majikan yang mempekerjakan, dan menerima upah. Ini adalah pekerjaan tertua dan terbesar karena paling dibutuhkan di ber-bagai belahan dunia. Organisasi Buruh Dunia (ILO) pada 2009 memperkirakan, secara global, lebih dari 50 juta PRT mengisi sebagian besar angkatan kerja, terutama di negara-negara berkembang. Jumlahnya terus meningkat, termasuk di Indonesia.

    Kehadiran PRT menciptakan tenaga kerja (stamina, pikiran), ruang, dan kesempatan bagi jutaan orang untuk bergerak leluasa. Kontribusi PRT secara riil tidak hanya pada aktivitas ekonomi-sosial ratusan ribu keluarga pemberi kerja yang bekerja di berbagai sektor, tapi juga pada keluarga, masyarakat wilayah asal, juga negara.

    Sayang, pemerintah justru mendiskriminasi PRT dari statistik nasional data angkatan kerja dan ekonomi nasional.

    Studi ILO-International Programme on the Elimination of Child Labour pada 2002 memperkirakan, terdapat 2,6 juta PRT di seluruh Indonesia. Se-

    Kolom

    Oleh lita anggraini

    melindungi PRt, beRkaca daRi FiliPinaFilipina meratiFikasi konvensi ilo 189 pada september 2012 dan mengesahkan UU perlindUngan prt pada JanUari 2013.

  • mentara itu, dari rapid assessment Jala PRT pada 2009, diperkirakan jumlah PRT mencapai 10,7 juta karena 67 persen dari rumah tangga kelas menengah dan menengah-atas mempekerjakan PRT. Jumlah ini menunjukkan bahwa menjadi PRT adalah pilihan pekerjaan yang bisa memberi kehidupan.

    Namun sejauh ini mereka bekerja tanpa jaminan perlindungan normatif atas hak-haknya sebagai pekerja, sehingga rentan akan eksploitasi dan pe-langgaran hak-hak. Mereka berada dalam situasi perbudakan modern: upah sangat rendah dan terkadang tak dibayar atau dipotong secara semena-mena, tak ada batasan beban kerja, jam kerja rata-rata 12-16 jam, tak ada hari libur mingguan, cuti, minim akses bersosialisasi, dan tak ada jaminan sosial.

    Kasus kekerasan terhadap PRT maupun PRT anak juga menonjol di beberapa kota besar di Indonesia. Data dari berbagai sumber menunjukkan, selama 2011-2012 terdapat 653 kasus. Paling mutakhir tentunya kasus penyekapan 15 PRT oleh keluarga Brigjen MS di Bogor beberapa waktu lalu. Ini merupakan pengulangan kasus yang terekspos media pada 30 September 2012. Kami turut menginves-tigasi kasus ini hingga Polres Bogor Kota dan Polsek Bogor Tengah pada 3 Okto-ber 2012. Namun kami dihalang-halangi oleh Kepala Polsek Bogor Tengah.

    Dari catatan kasus yang dihimpun oleh Jala PRT beserta anggotanyaLBH Jakarta, LBH Apik Jakarta, dan RUMPUN Tjoet Njak Dienpenanganan hukum atas kasus kekerasan PRT kebanyakan tidak berJalan secara adil dan tuntas. Tak ada hukuman dan efek jera untuk pelaku.

    Dalam kasus penganiayaan PRT anak, Sunarsih, hingga meninggal di Peng-adilan Negeri Surabaya Selatan dan Pengadilan Tinggi Jawa Timur, misalnya, Nyonya Ita sebagai pelaku kekerasan hanya dihukum 2 tahun. Sebelumnya, pada 1999, 2001, 2004, dan 2005, Nyonya Ita juga diadili dalam kasus ke-kerasan terhadap PRT. Ini menunjukkan dia tak pernah jera karena memang hukuman yang dijatuhkan sangat ringan.

    Secara umum, 65 persen proses hukum terhadap pelaku kekerasan ter-hadap PRT berhenti di kepolisian. Hal ini antara lain terjadi pada PRT anak, Rara, 16 tahun, oleh sebuah keluarga di kompleks perumahan Slipi, Jakarta, September 2011. Kasusnya berhenti di Polres Jakarta Barat. Begitu juga yang

    aKtivitas: RUMPUN Tjoet Njak Dien,

    lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang advokasi pembantu rumah tangga di Yogyakarta, 1995-1996

    LAPPERA Indonesia, LSM di bidang isu-isu perburuhan, 1996-1998

    Manajer RUMPUN Tjoet Njak Dien Yogyakarta, 1998-2000

    Direktur Eksekutif RUMPUN Tjoet Njak Dien, 2000-2005 dan 2011-2013

    Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Pekerja Rumah Tangga, 2004-sekarang

    Koalisi Perempuan Indonesia, 2000-sekarang

  • menimpa Serli, 11 tahun, oleh keluarga salah satu anggota TNI di Bekasi Timur pada November 2011, berhenti di kepolisian Bekasi Timur.

    Menyimak contoh-contoh tersebut, akankah Dewan Perwakilan Rakyat dan pemerintah terus menutup mata terhadap permasalahan PRT? Bukankah PRT juga bisa dipastikan ada di tengah-tengah keluarga para anggota Dewan yang terhormat dan para penyelenggara negara di berbagai tingkatan?

    Faktanya, Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 tidak mengatur tentang PRT. Selain itu, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang tidak mengatur situasi kerja normatif PRT yang menjamin hak-hak mereka sebagaimana pekerja lainnya.

    Rancangan Undang-Undang Perlindungan PRT masuk dalam Program Legislasi Nasional DPR sejak 2004, dan baru menjadi RUU prioritas Pro-legnas DPR 2010 setelah berkali-kali masyarakat sipil mendesaknya. Baru pada 2012 RUU ini dibahas. Komisi IX DPR pun melakukan studi banding ke Afrika Selatan dan Argentina pada 27-31 Agustus 2012 dan uji publik ke daerah pada 27-28 Februari 2013.

    Komisi IX DPR pada 25 Maret 2013 melakukan finalisasi RUU Perlindungan PRT untuk diserahkan ke Badan Legislasi DPR guna dilakukan harmonisasi. Sepertinya upaya Dewan periode ini maksimal sampai di situ. Sebab, hingga masa sidang ketiga DPR 2013-2014, belum terjadi pembahasan kembali di Badan Legislasi.

  • Ratifikasi Konvensi ILO 189Di tingkat internasional telah dicapai kemajuan yang sangat monumental

    untuk menuju dunia yang adil bagi PRT. Telah lahir Konvensi Kerja Layak PRT (Konvensi ILO Nomor 189) yang mengakui PRT sebagai pekerja serta memberikan penghormatan dan perlindungan atas hak-hak yang melekat padanya dan situasi kerja layak PRT sebagaimana pekerja yang lainnya.

    Konvensi ini menjadi pintu ke babak baru menuju perjuangan selanjut-nya. Kita melihat langkah maju sudah ditempuh Filipina yang meratifikasi Konvensi ILO 189 pada September 2012 dan diikuti pengesahan UU Perlin-dungan PRT Filipina pada Januari 2013. Filipina menjadi contoh negara yang konsisten melindungi PRT di dalam negeri dan luar negeri. Filipina tidak hanya menuntut negara tujuan PRT migran, tapi juga konsisten member-lakukan perlindungan yang sama terhadap PRT di dalam negeri. Hal yang dibutuhkan Indonesia.

    Kita sering dihadapkan pada berbagai kasus PRT migran yang terjadi di negara tujuan. Dan kita menjadi marah karenanya. Ironisnya, ketika terjadi kasus kekerasan yang sama terhadap PRT di dalam negeri, pemerintah dan DPR, bahkan publik, anteng-anteng saja.

    majalah detiK 3 - 9 maret 2014

  • gaya hidup

    Majalah detik 3 - 9 maret 2014

    foto

    -fo

    to: th

    ink

    sto

    ck

    tapi BukanMirip Stroke,

    Banyak dikira stroke, padahal Bukan. tapi tetap Butuh pemeriksaan kesehatan untuk mendapat kepastian.

  • Luna kebingungan. Sita, sahabatnya, mendadak mengeluh sesak napas hebat. Tak lama setelah itu, Sita terli-hat diam. Pingsan. Luna makin panik karena kantor sudah sepi tak ada

    orang.Gadis 27 tahun itu sem-

    pat mencoba menolong dengan mengoleskan minyak angin ke sekitar hidung Sita. Maksudnya

    agar temannya itu segera siuman. Namun usahanya

    tak berhasil.Dia lantas lari memanggil office

    boy (OB) dan memintanya membantu mengangkat Sita ke mobil. Ditemani salah satu OB, Luna meluncur ke sebuah rumah sakit di dekat kantornya di Jakarta Pusat.

    Di UGD, Sita langsung mendapat per-tolongan. Dokter jaga segera memeriksa

    dan membuat tindakan agar Sita segera sium-an. Tak lama Sita pun sadar.

    Karena Sita mengeluh sakit yang sangat di

    dada, dokter lantas melakukan pemeriksaan jantung, termasuk tes elektrokardiogram. Tes ini untuk mengetahui apakah denyut jantung normal atau tidak.

    Namun hasilnya cukup mengagetkan. Secara umum kondisi fisik Sita baik-baik saja. Hasil tes EKG-nya juga fine-fine. Paling hanya tensinya saja yang rendah.

    Meski begitu, dokter tetap memberikan se-ju