1 BAB I PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/646/1/11. BAB 1-V.pdf · Masa...
Transcript of 1 BAB I PENDAHULUAN - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/646/1/11. BAB 1-V.pdf · Masa...
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Masa menstruasi merupakan masa pendarahan yang terjadi pada
perjalanan hidup wanita secara rutin setiap bulan kecuali jika terjadi kehamilan.
Pada saat menstruasi terjadi siklus normal yang lamanya bervariasi antara 21-45
hari dan lama periode keluarnya darah berkisar antara tiga sampai lima hari (
Pieter dan Lubis, 2011) . Sebagian besar wanita terkadang mengeluhkan adanya
gangguan pada saat menstruasi, salah satu diantaranya adalah dysmenorhea.(
Smeltzer dan Bare, 2001) mendeskripsikan dysmenorhea sebagai nyeri saat
menstruasi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram.
Setiap wanita yang mengalami dysmenorhea merasakan derajat nyeri yang
berbeda beda. Berdasarkan derajat nyeri yang dirasakan sekitar 75% wanita
mengalami dysmenorhea dengan intensitas gejala nyeri ringan dan sedang,
selanjutnya 10-15% lagi mengalami nyeri berat yang disertai mual, muntah, dan
diare yang dapat membuat penderita tidak mampu beraktivitas. Sehingga dengan
keadaan demikian nyeri yang dirasakan tersebut dapat mengganggu aktivitas
belajar, pekerjaan dan juga kegiatan sehari-hari ( Baradero dan Merry, 2006).
Wanita yang mengalami dysmenorrhea pada saat menstruasi lebih sering
libur kerja dan prestasinya kurang baik di sekolah maupun diperguruan tinggi,
dibandingkan dengan wanita yang tidak terkena dysmenorrhea.Angka kejadian
dysmenorhea yang dirasakan oleh sebagian besar wanita tersebar di seluruh
wilayah.Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dysmenorea di
-
2
dunia cukup tinggi.Diperkirakan sekitar 50% dari seluruh wanita di dunia
mengalamidysmenore. Di Amerika Serikat hampir 90% wanita mengalami
dysmenorea dan 10-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, mengganggu
kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga ( Abidin dan Boy, 2005 ).
Studi epidemiologi di Swedia melaporkan angka prevalensi sebesar 75%
remaja usia 19-21 tahun mengalami nyeri menstruasi, 15% dari mereka
membatasi aktivitas harian ketika menstruasi dan membutuhkan obat-obatan
penangkal nyeri, 8-10% tidak masuk kerja, sekolah dan kuliah. ( Varney, 2004 ).
Sedangkan angka kejadian Dysmenore di Indonesia mencapai 65 %.yang
diantaranya dialami oleh pelajar dan mahasiswi. Selanjutnya hasil Penelitian yang
dilakukan oleh Kurniawati (2008) melaporkan dampak dari dysmenorhea pada
pelajar di Surakarta diperoleh data sebanyak 52% pelajar tidak dapat melakukan
aktivitas harian dengan baik selama menstruasi. Jika dysmenorhea terjadi pada
saat kuliah maka dampaknya akan mempengaruhi partisipasi mahasiswi terhadap
angka kehadirannya dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan Survei awal yang peneliti lakukan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar dengan jumlah mahasiswi yang masih aktif
kuliah pada tahun ajaran 2012/2013 sejumlah 393 orang. Survei awal dilakukan
dengan mewawancarai mahasiwi didapatkan data bahwa sekitar 60 % mahasiswi
mengalami dysmenorrea ( nyeri haid ). Dan beberapa dari mereka tidak hadir
mengikuti pelajaran karena nyeri yang di alaminya.Dari hasil tersebut serta karena
belum adanya penelitian yang dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui lebih dalam tentang
-
3
karakteristik gejala dysmenorrhea dan pengaruh terhadap aktivitas belajar
mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah penelitian yang dirumuskan dalam penelitian adalah:
“Bagaimanakah karakteristik gejala dysmenorhea dan pengaruhnya terhadap
aktivitas belajar mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar Tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik gejala
dysmenorrhea dan pengaruh terhadap aktifitas belajar mahasiswi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik gejala dysmenorrhea pada
mahasiswiFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.
2.Untuk melihat pengaruh gejala Dysmenore terhadap aktivitas belajar mahasiswi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.
1.4 Manfaat Penelitian
-
4
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi atau data
ilmiah sebagai masukan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal
karakteristik gejala dysmenore ( nyeri haid ) dan juga mengenai pengaruhnya
terhadap aktivitas belajar mahasiswi.
1.4.2 Manfaat praktis
1.Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
karakteristik dysmenorre
2. Bagi staf pengajar dapat digunakan sebagai bahan masukan mata kuliah yang di
ajarkan.
3. Bagi institusi dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian.
4. Bagi mahasiswi dapat menambah pengetahuan mahasiswi mengenai gejala
dysmenorre dan dapat memilih salah satu tindakan dalam mengurangi dan
mencegah nyeri saat menstruasi sehingga dapat mengikuti aktivitas
pembelajaran dari awal hingga akhir mata pelajaran.
BAB II
-
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Menstruasi
2.1.1 Pengertian
Menstruasiadalah peluruhan lapisan jaringan pada uterus yaitu endometrium
bersama dengan darah.Menstruasi terjadi setiap bulan selama masa reproduksi,
dimulai saat pubertas dan berakhir saat menopause kecuali selama kehamilan.(
Pieter dan Lubis, 2011 ). Sedangkan menurut Dito dan Ari (2011) menstruasi
merupakan siklus alami yang terjadi secara regular untuk mempersiapakan tubuh
perempuan setiap bulannya terhadap kehamilan. Siklus mentruasi ini melibatkan
beberapa tahapan yang dikendalikan oleh iteraksi hormon yang dikeluarkan oleh
hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan dan indung telur. Dengan demikian
setiap wanita yang memiliki kesehatan yang normal akan mengalami masa
pendarahan yang terjadi di setiap bulannya yang dinamakan menstruasi.
2.1.2 Siklus menstruasi
Siklus menstruasi merupakan jumlah antara periode menstruasi yang
pertama dengan periode menstruasi berikutnya. Siklus haid yang normal ialah 28
hari, dan Lamanya menstruasi biasanya terjadi antara 3-5 hari. Namun pada
beberapa kasus bisa saja terjadi menstruasi yang lebih panjang ataupun lebih
pendek yaitu ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit , dan ada yang 7-8 hari
( Pieter dan Lubis 2011 ).
Menurut Bobak, M.irene et.al (2004), ada beberapa rangkaian siklus menstruasi
yaitu :
1. Siklus Endomentrium
-
6
Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase yaitu:
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari ( rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar
estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun ataupada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat ( Bobak, 2004 )
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung
sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnyahari ke-10
siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang
perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5
mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saatovulasi. Fase
proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium(
Bobak,2004 )
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya.Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru
yang tebal dan halus.Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar ( Bobak,2004 )
d.Fase iskemi/premenstrual
-
7
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai10 hari
setelah ovulasi.Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpusluteum
yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan
kadarestrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga
suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan
fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.( Bobak,
2004 )
2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH ( lutenizing hormone ).
Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel
primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial).Sebelum ovulasi,satu
sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan
estrogen.Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang
terpilih.Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang
kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.Korpus luteum mencapai
puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpusluteum
berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium
tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh ( Bobak, 2004 )
3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darahini
-
8
menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone(Gn-
RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating
hormone(FSH).FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan
produksi estrogennya.Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus
memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH).LH
mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila
tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum
menyusut,oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi
menstruasi ( Bobak,2004 )
2.1.3 Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi
Pada saat menstruasi terjadi banyak faktor faktor yang dapat
mempengaruhinya.Menurut Pieter dan Lubis( 2011 ) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi menstruasi yaitu :
1. Faktor perkembangan hormonal
perkembangan hormon yang dimaksud adalah estrogen dan hormon
progesteron. Hormon estrogen adalah hormon yang berfungsi merangsang
pertumbuhan Rahim, payudara, puting susu, dan lapisan vagina yang semuanya
memperlancar kehamilan dan persalinan. Adapun hormon progesteron ialah
hormon yang berfungsi dalam menyiapkan dinding Rahim, membuat lingkungan
Rahim nyaman, dan memproduksi air susu ibu ( Pieter dan Lubis, 2011 )
2. Faktor Perkembangan Kelenjar
Dalam hal ini adalah efek perkembangan kelenjar pituitary dan gonad.Dampak
kelenjar pituitary yaitu mengeluarkan hormon pertumbuhan dan hormon gonad.
-
9
Pengaruh hormon pertumbuhan ialah menentukan bertambah besarnya ukuran
individu .pengaruh hormon gonadotrofik ialah untuk merangsang gonad agar
mampu meningkatkan aktivitas, adapun dampak gonad adalah memicu ciri ciri
seks primer dan sekunder lebih matang (Pieter dan Lubis, 2011)
3. Faktor Enzim
Adapun faktor enzim yang dimaksud adalah enzim hidrolitik yang terdapat
pada endometrium. Fungsi enzim hidrolitik ialah merusak sel-sel dan mensitesis
protein dalam proses metabolisme. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya
regresi endometrium dan pendarahan (Pieter dan Lubis, 2011 )
4. Faktor Vaskuler
Mulai dari fase proliferasi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium, maka pertumbuhan endometrium ikut serta bersama
arteri da vena.Dengan regresi endometrium menyebabkan timbulnya stagnasi
pada vena dan saluran yang menghubungkannya dengan arteri. Akhir dari proses
ini ialah nekrosis dan pendarahan (Pieter dan Lubis, 2011 )
5. Faktor Prostaglandin
Endometrium yang mengandung prostaglandin E2 dan F2 dengan desintegrasi
endometrium menyebabkan pelepasan prostaglandin.Pelepasan prostaglandin
lebih dikenal dengan myom.Myom menyebabkan terjadinya pendarahan pada
waktu menstruasi.Pada awal mentruasi rasa nyeri sering dirasakan wanita. Hal ini
diakibatkan prostaglandin, yaitu suatu zat yang menyebabkan otot otot Rahim
mengalami kontraksi (Pieter dan Lubis, 2011)
2.2 Dysmenorrhea
2.2.1 Pengertian
-
10
Smeltzer dan Bare(2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat
menstruasi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram. Menurut Badziad
(2003) Dysmenorhea adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan
muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi.Nyeri dapat bersifat kolik atau
terus menerus.Dysmenorrhea timbul akibat kontraksi disritmik lapisan
miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan
hingga berat pada perut bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha.
Sedangkan menurut (Arief, Mansjoer,2001) selama menstruasi dapat membuat
wanita tidak dapat bekerja dan harus tidur. Selain itu Manuaba (2001)
menegaskan bahwa dysmenorrhea merupakan rasa sakit saat menstruasi sampai
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar wanita yangmengalami nyeri pada saat menstruasi, harus
beristirahat pada saat itu. Sehingga mereka juga harus menghentikan aktivitas
yang sedang dilakukan .
2.2.2 Patofisiologis Dysmenorrhea
Dysmenorrhea terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi).Pada fase ini
terjadi peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen.Sesuai dengan
sifatnya, prolaktin dapat meningkatkan kontraksi uterus.Hormon yang juga
terlibat dalam dysmenorrhea adalah hormon prostaglandin.Prostaglandin sangat
terkait dengan infertilitas pada wanita, dysmenorrhea, hipertensi, preeklamsi-
eklamsi, dan anafilaktik syok.Pada fase menstruasi prostaglandin meningkatkan
respon miometrial yang menstimulasi hormon oksitosin.Dan hormon oksitosin ini
juga mempunyai sifat meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat
-
11
disimpulkan bahwa dysmenorrhea sebagian besar akibat kontraksi uterus (
Manuaba , 2009 )
2.2.3 Klasifikasi Dysmenorrhea
Menurut Baradero dan Merry (2006) dysmenorrhea berdasarkan penyebabnya
diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Dysmenorrhea primer
Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid tanpa kelainan anatomis
genitalis yang dapat diidentifikasi.Dysmenorrhea primer timbul pada masa
remaja, yaitu sekitar usia 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal
antara usia 15-25 tahun. Akan tetapi, dysmenorrhea primer juga mengenai sekitar
50-70% wanita yang masih menstruasi.Dysmenorrhea primer diduga sebagai
akibat dari pembentukan prostaglandin yang berlebih, yang menyebabkan uterus
untuk berkontraksi secara berlebihan dan juga mengakibatkan vasospasme
anteriolar.(Baradero dan Merry, 2006)
2. Dysmenorrhea sekunder
Dysmenorrhea sekunder merupakan nyeri haid sebelum menstruasi yang
disertai kelainan anatomis genitalis.Dysmenorrhea sekunder terjadi pada wanita
berusia 30-45 tahun dan jarang sekali terjadi sebelum usia 25 tahun. Nyeri
dysmenorrhea sekunder dimulai 2 hari atau lebih sebelum menstruasi, dan
nyerinya semakin hebat serta mencapai puncak pada akhir menstruasi yang bisa
berlangsung selama 2 hari atau lebih.(Baradero dan Merry, 2006 )
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dysmenorhea
-
12
Menurut Wiknjosastro ( 2007 ) terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi dysmenorheaantara lain:
1. Faktor Kejiwaan
Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dysmenore.
Dysmenorea primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja
putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,
mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya,
misalnya gangguan haid seperti dysmenore( Hurlock, 2007). Wanita mempunyai
emosional yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami dysmenore primer.
Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dysmenoreakan menimbulkan gangguan tidur
(insomnia).
2. Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab
timbulnya dysmenore primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang
terhadap nyeri. Faktor ini antara lain:
a. Anemia
Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat keduanya hingga
menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen berkurang.Sebagian besar
penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi.Kekurangan zat besi ini
dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh
-
13
maupun sel otak dan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk
daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri.
b. Penyakit menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan tubuh
kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang
termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain
c. Faktor Endokrin
Kejang pada dysmenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan.Hal
ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 α yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah
prostaglandin F2 α berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain
dysmenore, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
d. Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dysmenore primer
dengan urtikaria, migren atau asma bronkial.Smith menduga bahwa sebab alergi
ialah toksin haid.
2.2.5 Gejala Dysmenorrhea
Gejala Dysmenore adalah kram ( nyeri ) yang terjadi pada bagian perut yang
bisa berlangsung sampai tiga hari, rasa sakit pada pinggul dengan rasa nyeri yang
menjalar sampai ke paha bagian atas dan punggung, distensi abdominal, sakit
punggung, kepala pusing dan muntah (Baradero dan Merry, 2006) .
Menurut( Kasdu, 2005 ) gejala dysmenorrhea yang sering muncul adalah :
1. Nyeri pada perut bagian bawah
-
14
2. Nyeri menjalar pada punggung bagian bawah dan tungkai
3. Kram terasa hilang timbul, terkadang terus menerus ada
4. Nyeri timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi
5. Nyeri mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan 2 hari akan menghilang
6. Sering disertai sakit kepala
7. Sering disertai sembelit atau diare
8. Sering disertai mual kadang sampai terjadi muntah
2.2.6 Karakteristik Gejala Dysmenorrhea
Karakteristik Gejala dysmenorrhea berdasarkan derajat nyerinya menurut
Manuaba ( 2001 ) dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Dysmenorrhea ringan
Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang
berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh hanya dengan cukup
istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian,rasa nyeri tidak menyebar
tetapi tetap berlokasi di daerah perut bawah ( Manuaba, 2001)
2. Dysmenorrhea sedang
Dysmenorrhea yang bersifat sedang jika perempuan tersebut merasakan nyeri
saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar di bagian perut bawah,
memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal nyeri, dan hilang setelah
mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-kadang mengganggu aktivitas hidup
sehari-hari ( Manuaba, 2001)
3. Dysmenorrhea berat
-
15
Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada saat
menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing,
sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat memerlukan istirahat
sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau
lebih, dan memerlukan pengobatan dysmenorrhea( Manuaba, 2001)
2.2.7 Faktor Resiko Dysmenorrhea
Menurut Damianus ( 2006), ada beberapa faktor resiko yang bisa
meningkatkan terjadinya dysmenorrhea yaitu:
1. Wanita yang merokok
2. Wanita yang minum alkohol selama menstruasi karena alkohol akan
memperpanjang nyeri pada saat menstruasi
3. Wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas
4. Wanita yang tidak memiliki anak
5. Menarche dini (wanita yang pertama menstruasi sebelum umur 12 tahun)
6. Mempunyai riwayat yang sama dalam keluarga
2.3 Aktivitas Belajar
2. 3.1 Pengertian
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar,mulai
dari kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sampai kegiatan psikis
berupa ketrampilan terintegrasi (Dimyati, 2002).Sedangkan menurut Sardiman
(2004) aktivitas belajar merupakan prinsip atau azas yang sangat penting didalam
interaksi belajar mengajar.Aktivitas yang dimaksudkan di sini bukan hanya
aktivitas fisik tetapi mencakup aktivitas mental.
-
16
Pada kegiatan belajar, kedua aktivitas tersebut saling berkait. Aktivitas fisik
ialah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,bermain
ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atauhanya
pasif. Peserta didik yang mempunyai aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya
jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam rangka pengajaran.Seluruh peranan
dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetapaktif untuk
mendapatkan hasil pengajaran yang optimal.Berdasarkan pendapat tersebut,
aktivitas belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mencakup fisik
maupun mental yang dilakukan oleh seseorang untuk membuat perubahan-
perubahan yang baik pada dirinya.
2.3.2 Klasifikasi Aktivitas Belajar
Sardiman (2004), yang dikutip dari Paul B. Diendrich menggolongkan
aktivitas sebagai berikut :
1.Visual activity, yang termasuk didalamnya seperti membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan.
2. Oral activity, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberisaran,
mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi,interuksi.
3.Listening activity, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,
music, pidato.
4. Writing activity, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,menyalin.
5.Drawing activity, seperti menggambarkan, membuat grafik, peta,diagram.
6.Motor activity, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,berkebun, beternak.
-
17
7. Mental activity, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, mengambil keputusan.
8. Emotional activity, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup,
gembira, bersemangat.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar pada diri
seseorang, menurut Purwanto (2004) terdiri atas dua bagian, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Secara rinci kedua faktor tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang
belajar, baik aspek fisiologis (fisik) maupun aspek psikologis (psikis).
a. Aspek Fisik (Fisiologis)
Orang yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang sehat akan
mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga aktivitas belajar tidak rendah.
Keadaan sakit pada pisik/tubuh mengakibatkan cepat lemah, kurang bersemangat,
mudah pusing dan sebagainya. Oleh karena itu agar seseorang dapat belajar
dengan baik maka harus mengusahakan kesehatan dirinya
b. Aspek Psikhis (Psikologi)
Menurut Sardiman (2004), sedikitnya ada delapan faktor psikologis yang
mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Secara rinci faktor-
faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Perhatian
-
18
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu obyek, baik
didalam maupun di luar dirinya ( Ahmadi, 2003 ). Makin sempurna perhatian
yang menyertai aktivitas maka akan semakin sukseslah aktivitas belajar itu.
2) Pengamatan
Pengamatan adalah cara mengenal dunia secara nyata, baik dari dirinya sendiri
maupun lingkungan dengan segenap panca indera. Karena fungsi pengamatan
sangat sentral, maka alat-alat pengamatan yaitu panca indera perlu mendapatkan
perhatian yang optimal dari pendidik, sebab tidak berfungsinya panca indera akan
berakibat terhadap jalannya usaha pendidikan pada anak didik. Panca indera
dibutuhkan dalam melakukan aktivitas belajar (Sardiman, 2004)
3) Tanggapan
Tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan, yang mana obyek yang
telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika
proses pengamatan sudah berhenti , dan hanya tinggal kesan-kesannya saja.
(Ahmadi, 2003 ) atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan
pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar
setiap siswa (Sardiman, 2004 ).
4) Ingatan
Ingatan (memori) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan
memproduksi kesan-kesan. Jadi ada tiga unsur dalam perbuatan ingatan, ialah :
menerima kesan-kesan, menyimpan, dan mereproduksikan. Dengan adanya
kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa
manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang
pernah dialami.( Ahmadi, 2003 ).
-
19
5) Bakat
Bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan
dan sudah ada sejak manusia itu ada.Hal ini dekat dengan persoalan intelegensia
yang merupakan struktur mental yang melahirkan kemampuan untuk memahami
sesuatu.(Sardiman, 2004).
6) Berfikir
Berfikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan
pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan (Sardiman, 2004 )
c. Faktor Eksternal
Menurut Purwanto (2004) faktor eksternal terdiri dari :
1. Keadaan keluarga
Siswa sebagai peserta didik di lembaga formal (sekolah) sebelumnya telah
mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga.Di keluargalah setiap orang
pertama kali mendapatkan pendidikan. Pengaruh pendidikan di lingkungan
keluarga, suasana di lingkungan keluarga, cara orang tua mendidik, keadaan
ekonomi, hubungan antar anaggota keluarga, pengertian orang tua terhadap
pendidikan anak dan hal-hal lainnya di dalam keluarga turut memberikan
karakteristik tertentu dan mengakibatkan aktif dan pasifnya anak dalam mengikuti
kegiatan tertentu ( purwanto, 2004)
2. Guru dan cara mengajar
Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini siswa mengikuti kegiatan
belajar mengajar, dengan segala unsur yang terlibat di dalamnya, seperti
bagaimana guru menyampaikan materi, metode, pergaulan dengan temannya dan
-
20
lain-lain turut mempengaruhi tinggi rendahnya kadar aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar ( Purwanto, 2004)
3. Alat-alat pelajaran
Setiap sekolah harus memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan
untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya,
kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan
mempercepat belajar anak-anak ( Purwanto, 2004)
4. Motivasi sosial
Dalam proses pendidikan timbul kondisi-kondisi yang di luar tanggung jawab
sekolah, tetapi berkaitan erat dengan corak kehidupan lingkungan masyarakat atau
bersumber pada lingkungan alam. Oleh karena itu corak hidup suatu lingkungan
masyarakat tertentu dapat mendorong seseorang untuk aktif mengikuti kegiatan
belajar mengajar atau sebaliknya ( Purwanto, 2004)
5. Lingkungan dan kesempatan
Lingkungan, dimana siswa tinggal akan mempengaruhi perkembangan belajar ,
misalnya jarak antara rumah dari tempat belajar yang terlalu jauh, sehingga
memerlukan kendaraan yang cukup lama yang pada akhirnya dapat melelahkan
siswa itu sendiri. Selain itu, kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan
setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain
terjadi di luar kemampuannya ( Purwanto, 2004 )
2.4 Kerangka Teori
-
21
Skema 2.4 kerangka Teori
2.5 Kerangka konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 2.5 Kerangka konsep Penelitian
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh antara karakteristik gejala dismenoredengan aktivitas
belajar mahasiswi
2. Tidak ada pengaruh antara karakteristik gejala dismenoredengan aktivitas
belajar mahasiswi
BAB III
Karakteristik gejalaDysmenore
Aktivitas belajar
Karakteristik GejalaDysmenore- Ringan- Sedang- Berat
( Baradero dan Merry, 2006)
Aktivitas belajar
-
22
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik dengan rancangan
cross sectional study.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.
3.2.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
Universitas Teuku Umar (UTU) Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2 waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 juni sampai dengan 03 juli
2013.
3.3Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswi angkatan 2009-2012 yang ada di Fakultas
kesehatan Masyarakat Universitas Teuku umar Meulaboh. Data yang diberikan
oleh bagian kemahasiswaan akademik berjumlah 393 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili dari seluruh populasi.
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini didasarkan pada rumus Notoatmodjo
(2010 ) sebagai berikut:
RUMUS
-
23
21 Ne
Nn
80)1,0(3931
3932
n
Keterangan:
n = besarnya sampel
N = total populasi
d = derajat kebebasan = 10 % = 0,1
Dari hasil tersebut maka diperoleh sampel sebanyak 80 orang mahasiswi
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dari angkatan 2009 sampai angakatan
2012
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah simple random
sampling yaitu pengambilan sampel secara acak, yang berdasarkan jumlah
mahasiswi tiap angakatan dikali dengan jumlah sampel dan dibagi dengan jumlah
populasi maka diperoleh jumlah sampel untuk tiap angakatan dari 2009-2012.
Data dikumpulkan menggunakan angket . Untuk menentukan jumlah sampel
yang berdasarkan tahun angkatan maka menggunakan rumus dibawah ini :
∑∑ ∑ sampel
-
24
Berikut ini daftar distribusi jumlah sampel Mahasiswi FKM dari
angkatan 2009 sampai 2012.
No Mahasiswi ∑ Mahasiswi angkatan ∑ sampel
1. 2009 95 19
2. 2010 80 16
3. 2011 117 24
4. 2012 101 21
Jumlah 393 80
3.4 MetodePengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan survei langsung kepada
mahasiswi dengan menggunakan teknik pembagian angket dan pengamatan
tentang karakteristik dismenorrea dengan aktivitas belajar di Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM) Universitas Teuku Umar (UTU) Kecamatan Meureubo
Kabupaten Aceh Barat
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar, serta data lain yang mendukung dalam penelitian ini.
-
25
3.5 Defenisi Operasional
No Variabel independen1. Variabel : Karakteristik gejala Dysmenore( nyeri
haid)
Definisi :Nyeri yang terjadi pada bagian perutyang bisa berlangsung sampai tigahari, rasa sakit pada pinggul denganrasa nyeri yang menjalar sampai kepaha bagian atas dan punggung, sakitpunggung, kepala pusing dan muntah
Cara Ukur :WawancaraAlat Ukur :AngketHasil Ukur 1. Ringan
2. BeratSkala ukur : Ordinal
Variabel Dependen2.
4Variabel : Aktifitas Belajar
Definisi : Prinsip atau azas yang sangat pentingdidalam interaksi belajar mengajar.
Cara ukur : WawancaraAlat Ukur : AngketHasil Ukur 1. Terganggu
2. Tidak TergangguSkala Ukur : Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran
Pada penelitian ini digunakan angket yang meliputi pertanyaan tertulis
yang dimana untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang diketahui.Alat yang digunakan adalah lembar
angket.Penilaian dengan menggunakan Rata-rata. Dari pengolahan data dengan
angket diperoleh data sebagai berikut:
1. Karakteristik gejala Dysmenore dikategorikan dengan tingkatan Ringan
jika jawaban benar < 3,5, dan dengan gejala berat jika jawaban > 3,5
-
26
2. Aktivitas Belajar Mahasiswi dinilai dari jawaban yang dikategorikan
menjadi tidak terganggu jika jawaban benar< 5 dan dikategorikan
terganggu apabila jawabannya > 5
3.7. Teknik Analisa data
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau
per variabel.Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel
yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel.Analisis univariat dilakukan untuk
menggambarkan atau menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dalam
bentuk distribusi frekuensi dari setiap veriabel penelitian.( Notoadmotjo, 2010)
2.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel dependen
dan sebuah variabel independen. Untuk mengetahui hubungan antara variabel
indenpeden dan variabel dependen digunakan analisis statistik dengan uji chi
square (X2) dengan memakai nilai α = 0,05(Notoatmodjo, 2005). Dasar
pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat signifikan ( nilai p ), yaitu :
a. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian di tolak atau dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh antara karakteristik gejala dysmenorhea dengan
aktivitas belajar mahasiswi .
b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian diterima atau dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara karakteristik gejala
dysmenorhea dengan aktivitas belajar mahasiswi .
-
27
Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel
independen dan sebuah variabel dependen. Karena data berbentuk katagorik maka
untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dan dependen
digunakan analisis statistk Uji Chi-square dengan memakai nilai alpha 0,05. Jika
ada sel yang memiliki harapan kurang sama dengan 5, maka digunakan fisher
exact test (Notoatmodjo. 2005).
Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :
1. Bila table 2x2 dan tidak ada nilai E>5, maka uji yang dipakai Contiuty
Correction.
Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini
digunakan perangkat komputer dalam analisis Uji Chi-square.
-
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran geografis
4.1.1 Keadaan Geografis
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)merupakan salah satu Fakultas yangada di
Universitas Teuku Umar Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dengan batas batas
wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Stadion Korem
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Peunaga Cut
4. Sebelah barat berbatasan dengan Perumahan ADB
4.2 Analisa Univariat 4.1
Hasil Penelitian 4.2.1
Deskriptif karakteristik responden
Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan angket yang
meliputi umur. Hal ini dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Mahasiswi YangAda Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku UmarTahun 2013
No Umur frekuensi (n) persentase (%)
1 19 20 252 20 25 31,2
3 21 16 20
4 22 19 23,8
Jumlah 80 100Sumber : Dari data primer ( diolah tahun 2013 )
-
29
Dari table 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut umur
yang terbanyak adalah berumur 20tahun yaitu sebanyak 25 responden ( 31,2 %)
dan yang paling sedikit adalah 21 tahun yaitu sebanyak 16 responden ( 20 % ).
4.2.2 Deskriptif Karakteristik Gejala Dysmenore
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik GejalaDysmenoreMahasiswi di Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Teuku Umar Tahun 2013
No Karakteristik Gejala Dysmenore frekuensi (n) persentase (%)1 Ringan 41 51,22 Berat 39 48,8
Jumlah 80 100Sumber : Dari data primer ( diolah tahun 2013 )
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa 80 responden yang
menjadi subjek penelitian, yang menjawab karakteristik gejala dismenore ringan
41 orang ( 51,2 %) dan yang menjawab berat sebanyak 39 orang (48,8 %),
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel mahasiswi yang mengalami gejala
dysmenore ringan lebih banyak dari pada sampel mahasiswi yang mengalami
gejaja dysmenore berat.
4.2.3 Deskriptif Aktivitas Belajar
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Aktivitas Belajar Mahasiwi diFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Tahun2013
No Aktivitas Belajar frekuensi (n) persentase (%)
1 Terganggu 58 72,52 Tidak Terganggu 22 27,5
Jumlah 80 100Sumber : Dari data primer ( diolah tahun 2013 )
-
30
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa 80 responden yang
menjadi subjek penelitian, yang menjawab aktivitas belajar terganggu 58 orang (
72 % ) dan yang menjawab tidak terganggu sebanyak 22 orang ( 27,5 % ).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sampel merasa aktivitas
belajarnya terganggu akibat gejala dysmenore.
4.3 Analisa Bivariat
4.3.1 Pengaruh Karakteristik Gejala Dysmenore dengan Aktivitas BelajarMahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku UmarMeulaboh Aceh Barat Tahun 2013
Tabulasi silang hubungan antara Karakteristik gejala Dysmenore dengan
aktivitas belajar mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar Meulaboh Aceh Barat, dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4 Tabulasi silang Karakteristik gejala Dysmenore dengan aktivitasbelajar mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasTeuku Umar Meulaboh Aceh Barat
NoKarakteristikgejala Dysmenore
Aktivitas belajarTotal
pvalue
Tidakterganggu
TergangguOR
N % n % n %1 Ringan 16 39 25 61 41 100 0,034 0,05 3,520
2 Berat 6 15,4 33 72,5 39 100Jumlah 58 22 80
Sumber :Dari data primer ( diolah tahun 2013)
Dapat dilihat dari tabel 4.4 di atas bahwa dari 80 responden, diketahui
responden pada katagori karakteristik gejala ringan dari 41 orang terdapat 25(61
%) orang yang terganggu dan 16 (39%) orang yang tidak terganggu, bila
dibandingkan dengan katagori karakteristik gejala berat dari 39 orang dimana 6
(15,4 %) orang tidak ada yang terganggu,dan 33 ( 72,5 %) orang terganggu.
-
31
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan 95 % pada df 1 diperoleh nilai p-value0,034yang berarti
lebih kecil dari α-value ( 0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh antara Karakteristik gejala Dysmenore dengan aktivitas belajar
mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
Aceh Barat.Dengan kata lain karakteristik gejala dysmenore di Fakultas kesehatan
masyarakat ada pengaruh dengan aktivitas belajar.
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Ratio (OR) sebesar 3,520
yang artinya responden yang mengalami dismenore beratmempunyai peluang 3
kali berpengaruh untuk aktivitas belajar terganggu dibandingkan dengan
dysmenore ringan untuk aktifitas belajar tidak tergaggu di fakultas kesehatan
masyarakat universitas Teuku Umar.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Karakteristik Gejala Dysmenore dengan Aktivitas BelajarMahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku UmarMeulaboh Aceh Barat Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.4, serta analisis
bivariat dengan uji chi square diperoleh ada pengaruh antara karakteristik gejala
dysmenore didapat nilai p-value = 0,034dengan aktivitas belajar mahasiswi
kesehatan masyarakat Universitas kesehatan Masyarakat.
Keadaan mahasiswi yang mengalami dysmenore menyebabkan aktivitas
belajar mahasiswi tidak maksimal dan kurang Sehingga dengan keadaan demikian
nyeri yang dirasakan tersebut dapat mengganggu aktivitas belajar, pekerjaan dan
juga kegiatan sehari-hari ( Baradero dan Merry, 2006).
-
32
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Kurniawati (2008) yaitu
dengan judul “Pengaruh Dysmenore terhadap Aktivitas Belajar Pada SiswaSMK
Batik 1 Surakarta” yang menunjukkan adanya pengaruh antara dysmenore dengan
aktivitas belajar yaitu sebesar 52 % tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik.
Gejala dysmenore yang dialami mahasiswi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar akan berdampak pada proses belajar
mengajar. Hal ini dapat mengurangi partisipasi mahasiswi dalam memperoleh
ilmu yang seharusnya mereka dapatkan.Sehingga harus ada yang membantu
mereka untuk mengatasi permasalahan yang sering dialami oleh mahasiswi
tersebut.
-
33
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan
saran mengenai Karakteristik Gejala Dysmenorrhea(Nyeri Haid) dan Pengaruhnya
Terhadap Aktivitas Belajar Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Tahun 2013
5.1 Kesimpulan
Bahwa ada pengaruh antara Karakteristik Gejala Dysmenorrhea (Nyeri
Haid) Terhadap Aktivitas Belajar Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar dengan nilai p-value 0,034 yang berarti lebih kecil dari
α-value 0,05.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada Fakultas kesehatan masyarakat agar memberikan
informasi dan pengetahuan mengenai gejala dysmenore kepada mahasiswi
agar mereka lebih dapat mengetahui tentang karakteristik gejala dysmenore
2. Diharapkan kepada staf pengajar agar dapat mempertimbangkan
kondisimahasiswi yang sedang mengalami dysmenore.
3. Diharapkan kepada mahasiswi agar tidak menjadikan gejala dysmenore ini
salah satu alasan untuk malas mendengar dan mengikuti mata kuliah
4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat manjadi dasar pertimbangan dalam
menentukan intervensi gejala dysmenore.