1. Askep Myoma Uteri
-
Upload
gwendolyne-sykers -
Category
Documents
-
view
187 -
download
35
description
Transcript of 1. Askep Myoma Uteri
ASUHAN KEPERAWATAN
MIOMA UTERUS
Di susun oleh :
WAHYUDINOR (12.21.2061)
RAHMAT NORFAHMI (10.20.1378)
RAMDHANI SAPUTRA (10.20.1358)
HENDIKA PRANA PUTERA (10.20.1429)
NICO DAMELLO (10.20. 1370)
M.HAIRI MA’MUN (10.20.1422)
ABDI PRASETYO (10.20.1350)
RAMANOOR (10.20.
DENY INDRAWAN (10.20
SUPRIADI SALSARI (10.20
STIKES (SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN)
CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
2013/2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum .Wr.Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Tak lupa pula shalawat serta salam kami hanturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW
dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Rasa terima kasih kami sampaikan kepada dosen keperawatan maternitas yang telah
membimbing kami dalam penulisan. Rasa terima kasih juga kami sampaikan kepada
teman-teman yang telah memebantukami dalam mengumpulkan bahan makalah ini serta
keluarga kami yang juga ikut berperan dalam kelancaran pembuatan makalah.
Sepenuhnya kami sadari makalah “Mioma Uteri” ini belum sempurna.Sistematika isi dan
istilah masih belum seragam .karena itu dengan senang hati kami akan menerima segala saran
dan kritik dari pembaca, lepas dari segala kekurangan yang ada, semoga makalah ini
bermanfaat
DAFTAR ISI
Bab I Tinjauan Teoritis Mioma Uteri...................................................................................1
Pengertian.................................................................................................................1
Patogenesis Dan Patofisiologi Mioma Uteri............................................................1
Etiologi.....................................................................................................................1
Tanda dan Gejala......................................................................................................2
Patologi Anatomik....................................................................................................3
Pengaruh Mioma Pada Kehamilan dan Persalinan...................................................3
Pengaruh Kehamilan dan Persalinan pada Mioma Uteri..........................................3
Komplikasi................................................................................................................4
Diagnosa...................................................................................................................4
Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................................4
Penanganan...............................................................................................................5
Konsep Dasar Keperawatan......................................................................................6
Pengkajian................................................................................................................6
Pengumpulan Data...................................................................................................6
Keluhan Utama........................................................................................................6
Riwayat Reproduksi.................................................................................................6
Data Psikologi...........................................................................................................7
Status Respirasi.........................................................................................................7
Tingkat Kesadaran....................................................................................................7
Status Urinari............................................................................................................7
Status Gastointestinal................................................................................................8
Diagnosa Keperawatan.............................................................................................8
Rencana Keperawatan...............................................................................................8
Bab II Tinjauan Kasus...........................................................................................................14
Pengkajian..................................................................................................................15
Pengumpulan Data.....................................................................................................15
Perencanaan................................................................................................................21
Pelaksanaan ................................................................................................................23
Bab III Penutup......................................................................................................................24
Kesimpulan.................................................................................................................24
Daftar Pustaka............................................................................................................25
BAB I
TINJUAN TEORITIS
MIOMA UTERI
I.Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya.Oleh karena itu, dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid (Wiknjosastro, 2007:338).
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya.
Sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya, dominan dan lunak
sehingga otot rahimnya dominan (Manuaba, 1998:409).
Mioma uteri adalah pertumbuhan tumor jinak dari sel-sel polos imatur yang
namanya diberikan sesuai dengan lokasinya di uterus (Hamilton, 1995:106).
B. Patogenesis dan Patofiologi Mioma Uteri
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum
diketahui.Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri.
Hipotesis ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia
reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia menopause. Perempuan nulipara
mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya mioma uteri, sedangkan perempuan
multipara mempunyai risiko relative menurun untuk terjadinya mioma uteri.
Jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor estrogen jika
dibandingkan dengan miomametrium normal. Pertumbuhan mioma uteri bervariasi
pada setiap individu, bahkan di antara nodul mioma pada uterus yang sama.
Perbedaan ini berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesterone.
C. Etiologi
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun hasil penelitian
Miller dan Lipschulz yang mengutarakan bahwa terjadinya mioma uteri tergantung
pada sel-sel imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh estrogen.
Namun demikian, beberapa factor yang dapat menjadi factor pendukung
terjadinya mioma adalah : wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetic,
zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi factor pencetus dari terjadinya myoma
uteri adalah adanya sel yang imatur dan terjadi pada grandemultipara.
D. Tanda dan Gejala
Adanya myoma tidak selalu memberikan gejala karena itu myoma sering
ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang
ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang myoma itu berada, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi ( Sarwono, 1999 ).
Adapun tanda-tanda yang umumnya terjadi adalah :
Tumor massa, dibawah perut
Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.
Perdarahan yang abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menorragi,
dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa factor yang menjdi penyebab
perdarahan ini, antara lain adalah :
- pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
- Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh
darah yang melaluinya dengan baik.
Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang myoma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan
Gejala dan Tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat moma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan atau
menutup pars interstitial tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
E. Patologi Anatomik
Menurut letaknya, mioma dapat dibagi:
1. Mioma submukosum; berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Mioma ini dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks (myom geburt).
2. Mioma intramural; mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut
miometrium.
3. Mioma subserosum; apabila tumbuh ke luar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma ini dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma uteri intraligamenter.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darahnya.Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga
perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-
gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
F. Pengaruh Mioma pada Kehamilan dan Persalinan
Terdapat mioma uteri mungkin mengakibatkan hal-hal sebagai berikut;
1. Mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil, terutama pada mioma uteri
submukosum.
2. Kemungkinan abortus bertambah.
3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak
subserosum.
4. Menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks.
5. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang sub-mukosum dan
intramural.
G. Pengaruh Kehamilan dan Persalinan pada Mioma Uteri
Sebaliknya, kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri menjadi;
1. Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema, terutama
dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal. Setelah
kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah besar lagi.
2. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah
terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis,
terutama di tengah-tengah tumor.
3. Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat
desakan uterus yang makin lama makin membesar.
H.Gejala Klinis Mioma Uteri
1. Perdarahan tidak normal
Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi karena meluasnya permukaan
endometrium dalam proses menstruasi, gangguan kontraksi otot rahim, perdarahan
berkepanjangan. Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan
darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
2. Penekanan rahim yang membesar
Dapat mengakibatkan terasa berat di abdomen bagian bawah, sukar miksi/defekasi, terasa
nyeri karena tertekannya urat saraf.
I.Komplikasi
1.Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,
sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause
2.Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut
dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen akut.
3.Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan
gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
J.Diagnosis
Dengan berkembangnya ultrasonografi, baik abdominal maupun trans-vaginal,
diagnosis mioma sangat dipermudah.MRI (magnetic resonance imaging) juga dapat
dipergunakan dalam kehamilan karena MRI tidak memakai radiasi ionisasi.CT-Scan
merupakan kontraindikasi oleh karena radiasi.
Diagnosis mioma uteri dalam kehamilan biasanya tidak sulit walaupun
kadang-kadang dibuat kesalahan.Terutama kehamilan kembar, neoplasma ovarium,
dan uterus didelfis dapat menyesatkan diagnosis.Adanya kalanya mioma besar teraba
seperti kepala janin, sehingga kehamilan tunggal disangka kehamilan kembar; atau
mioma kecil disangka bagian kecil janin.
Mioma yang lunak dan tidak menyebabkan kelainan bentuk uterus sangat sulit
untuk dibedakan dari uterus gravidus.Bahkan, pada laparotomi waktu perut terbuka,
kadang-kadang tidak mungkin untuk dibuat diagnosis yang tepat.
K. Pemeriksaan Diagnostik
1.Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin: turun, Lekosit : turun /
meningkat, Eritrosit : turun
2.USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3.Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4.Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5.Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6.ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
L.Penanganan
Rawat inap darurat diindikaikan apabila perdarahan mengancam jiwa atau nyeri
akut abdomen. Perencanaan tata laksana harus disesuaikan dan spesifik atas
pertimbangan : keparahan gejala, keinginan mempunyai anak di kemudian hari, dan
ukuran tumor.
1. Kuretagge endometrium
Dapat mengidentifikasi kelainan pada endometrium da menyingkirkan
kemungkinan keganasan endometrium.Apabila leiomioma ukurannya kecil, tidak
mengubah rongga endometrium dan apabila endometrium menunjukkan perdarhan
anvoluntair maka dapat dipertimbangkan untuk menekanovarium dengan tablet
kombinasi estrogen-progestrin.Hormon – hormon tersebut harus digunakan dengan
hati-hati, karena dapat membangkitkan leiomioma yang sudah ada.
2. Pengobatan operatif ( Miomektomi dan Histerektomi )
Miomektomi dianjurkan apbila pasien hendak mempertahankan atau
meninkatkan potensinya untuk hamil.
Histerektomi merupakan pengobatan definitive untuk gejala yang
persisten.Namun, hiterektomi dianjurkan bagi pasien-pasien simptomatik yang tidak
lagi menghendaki anak di kemudian hari.
3. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause.Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat
kontra indikasi untuk tindakan operatif.
II.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara
keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data,
pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan (Depkes
RI, 1991 ).
a.Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data)
dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Total
Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah
sebagai berikut
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia
35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri
terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-
BSO.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi
torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
a. Lokasi nyeri :
b. Intensitas nyeri
c. Waktu dan durasi
d. Kwalitas nyeri.
c. Riwayat Reproduksi
a.Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah
ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause
b.Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat
pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ii
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
d. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien
dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang
feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan
kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani .Beberapa wanita
merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan.
Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi
klien.
e.Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat
secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas .
Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai
anaestesi general.
f. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab
oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai
dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran
merupakan gejala syok.
g.Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.
h.Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan,tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal.
Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam
usus.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ganguan Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah sekunder
akibat tumor
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri ) b. d nekrosis /trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder akibat tumor
3. gangguan pola eliminasi uri b.d penekana tumor pada kandung kencing .
4. Gangguan pola eliminasi Alvi b. d penekanan tumor pada rectum
5. Cemas b. d kurangnya penegtahuan tentang penyakit serta penatalaksnaan
6. Resiko terjadi infeksi b. d penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis
(perdarahan)
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa :Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah sekunder akibat tumor
Tujuan : Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan selama dalam perawatan
Kriteria : Hb : 11 – 13 gr %. Tanda vital dalam batas normal, capillary refill Normal,
Konjungtiva Tidak anemis
Rencana intervensi :
1. Kaji vital sign, pengisian kapiler., kadar Hb
R/ Memantau kondis klien dan untuk menetukan tindakan selanjutnya
2. Observasi perdarahan yang ada
R/ Menetukan jumlah darah yang hilang sehingga dapat dilakukan tindakan
selanjutnya
3. Beri Oksigen sesuai kebutuhan bila muncul tanda-tanda syok hipovolemik
R/ Mencegah hipoksia kaibat kehilangan banyak darah
4. Kolaborasi pemberian cairan intravena tau transfusi sesuai kebutuhan
R/ mengganti cairan/ darah yang hilang
5. tetap lanjutkan observasi vital sign tiap 2 jam sampai keadaan membaik
R/ memgevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan
Diagnosa 2 :Nyeri b. d nekrosis/trauma jaringan dan spasme otot sekunder akibat tumor
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Kriteria : - pasien tidak menyatakan nyeri atau nyeri berkurang
- intensitas nyeri berkurang
- Ekspresi muka ,tubuh releks
Rencana Intervensi :
1. Kaji lokasi, intensitas, kualitas dan kwantitas nyeri
R/ Memetukan lokasi dan sumber nyeri untuk menemtukan tindakan selanjutnya
2. Bicarakan alasan mengapa individu mengalami nyeri
R/ memberi pengetahuan klien tentang fisiologis nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
R/ Relaksasi dan distraksi mengurangi nyeri dengan mengalihkan perhatian klien
terhadap nyeri.
4. Kolaborasi pemberian anlgetik
R/ Analgetik membloks impuls nyeri ke otak sehingga nyeri berkurang.
Diagnosa 3 :Cemas b. d kurangnya pengetahuan tentang kanker servik dan
pengobatannya
Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama 24 jam cemas pasien
berkurang /hilang
Kriteria : - Pasien mengungkapkan rasa cemasnya berkurang
- Pasien mengidentifikasi tanda dan gejala yang harus dilaoprkan
- Pasien mengidentifikasikan sumber koping yang digunakan
- Mengutarakan dan mengerti cara mengurangi kecemasan
Intervensi :
1. Beri kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
dan, lakukan kontak yang sering
R/ Kontak sering akan menimbulkan rasa percaya pada perawat
2. Dorong diskusi terbuka tentang mioma, pengalaman orang lain, pengobatan
dan penyembuhannya.
R/ dengan berbicara secara terbuka pada klien tentang makna hidup akan
memberi dorongan dan harapan klien
3. Tunjukkan adanya harapan
R/ Klien harus tetap punya harapan dan motivasi untuk tetap melakukan
pengobatan.
4. kaji sumber coping yang tersedia
R/ Mengidentifikasi coping positif klien
5. Ajarkan klien untuk menggunakan coping yang positif
R/ Coping positif merupakan salah satu cara mengurangi kecemasan
BAB II
TINJAUAN KASUSA. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 18 Juli 2011, pukul 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Poli Kandungan RSUP dr.Soedono Madiun
1. Pengumpulan data
A. Data subyektif
Biodata Istri Suami
Nama : Ny. “P” Tn “S”
Umur : 50 th 55 th
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD SD
Pekerjaan : Buruh Buruh
Penghasilan : Rp. 600.000,-/bln Rp. 600.000,-/bln
Status marital : Menikah Menikah
Lama/brp x nikah : 27 th/1x 27 th/1x
Alamat : Grobogan RT.18/09 Jiwan, Madiun
No. register : 6-42-75-67
2).Keluhan utama
Ibu datang di poli kandungan RSUP Dr.Soedono Madiun karena ingin kontrol post kurretage mioma uteri. Ibu mengeluh pusing.
3).Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit dengan gejala jantung berdebar-debar (penyakit jantung), tekanan darah tinggi (hipertensi), batuk lama lebih dari 2 minggu (TBC), sakit saat BAK (ginjal), banyak makan, banyak minum dan sering kencing (DM), gangguan jiwa ataupun pembekuan darah. Ibu tidak pernah operasi di daerah perut, disekitar panggul, alat genetalia ataupun bagian tubuh yang lain. Sebelumnya mempunyai keluhan pada waktu beraktifitas, kemudian periksa ke poli kandungan pada tanggal 5 Juli 2011 dan MRS tanggal 6 Juli 2011 dengan diagnosa mioma uteri (geborn). Menjalani curretage dan tranfusi pada tanggal 9 Juli 2011.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini dalam keadaan sehat, sudah tidak mengalami perdarahan dan nyeri perut hanya sedikit pusing.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang sedang diderita ibu sekarang
d) Riwayat kebidanan
Riwayat haid
Menarche usia 14 tahun, haid teratur siklus 30 hari, lama haid ± 7 hari, ganti pembalut 3x sehari konsistensi encer. Ibu tidak merasakan nyeri saat haid. Sejak 2 bulan terakhir ini ibu mengeluh perdarahan, dan disekitar benjolan terasa nyeri bila untuk aktivitas berat.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
P40004 anak pertama sampai dengan keempat biasa ditolong bidan. Selama kehamilan dan persalinan sampai dengan nifas dari anak pertama sampai keempat ibu selalu sehat tak pernah mengalami keadaan yang abnormal. Semua anak lahir cukup bulan. Anak terkecil berusia 10 tahun.
e) Riwayat KB
Sejak kelahiran anak pertama ibu menggunakan KB suntik. Setelah kelahiran anak terakhir ibu mengikuti program KB steril tahun 2000.
f) Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi
Sebelum MRS : Makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur (sawi, bayam, kangkung), lauk (tahu, tempe, telur). Minum + 6 gelas perhari (air putih + teh hangat, kadang-kadang kopi).
Selama di RS : makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayur (wortel, kacang panjang, bayam) dan lauk (daging, tahu, tempe). Minum air putih 3 botol aqua ½ literan +2 gelas teh hangat sehari.
Eliminasi
Sebelum MRS : BAB 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning trengguli, bau khas. BAK 4-5 kali sehari warna kuning jernih. Ibu merasakan nyeri di daerah benjolan saat BAK.
Selama di RS: BAB 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning trengguli, bau khas. BAK 5-6 kali sehari warna kuning jernih
Istirahat
Dirumah, Ibu biasa tidur malam ± 8 jam (21.00 – 05.00 WIB).tidur siang + 1 jam (jam 13.00 – 14.00 WIB) tidak ada gangguanSelama di RS : Tidur malam jam 21.00 WIB, malam sering terbangun karena petugas yang mengganti infus, bangun pagi jam 04.00 WIB. Siang tidur selama 2 jam (jam 11.00 – 13.00 WIB).
Personal hygiene
Dirumah, ibu mandi 2x sehari pagi dan sore. Gosok gigi bersamaan dengan mandi. Ganti pakaian dan celana dalam 2x sehari. Keramas 2x seminggu dengan shampo. Sehabis BAB maupun BAK selalu cebok dengan sabun dan air bersih dari depan ke belakang. Apalagi selama mengeluarkan darah ibu selalu cebok.
Selama di RS : Ibu hanya disibin karena dipasang infus, ganti pakaian 1x sehari, ganti softex 2x sehari pagi dan sore.
Aktivitas
Ibu bekerja sebagai pedagang dan biasa mengerjakan pekerjaan rumah misalnya memasak, mencuci dan menyapu.
Rekreasi
Dirumah ibu menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai buruh dibantu anaknya yang tinggal serumah. Tetapi selama sakit ibu lebih banyak istirahat dirumah.
Selama di RS ibu hanya istirahat di tempat tidur karena diberi tambahan infus sehingga kurang leluasa bergerak. Hanya kalau BAB/BAK ibu jalan ke kamar mandi dibantu keluarga.
g) Kondisi Psikosoial
Ibu merasa takut dan khawatir sejak menderita penyakit tersebut. Walaupun demikian, ibu sudah menerima keadaannya. Ibu sering menanyakan tentang kelanjutan dari proses pengobatan.
h) Spiritual
Ibu melaksanakan sholat 5 waktu dan berpuasa di bulan ramadhan. Waktu di RS tak bisa melakukan sholat dengan semestinya karena dipasang infus. Hanya saja ibu selalu berdoa dan pasrah pada keadaannya.
i) Keadaan sosial budaya
Sebelum maupun selama dirawat di rumah sakit ibu tidak pernah minum jamu-jamuan.
1. Data obyektif
1) Keadaan umum : Anemis
Kesadaran : Composmentis
2) Tanda-tanda vital
T : 190/110 mmHg
S : 36,5 oC
N : 84 x/mnt
R : 24 x/mnt
TB : 155 cm
BB : 56 kg
3) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, warna hitam ada sedikit uban, persebaran merata, banyak yang rontok
Muka : Bersih, tidak sembab
Mata: Simetris, conjungtiva palpebra anemis, sklera putih, agak pucat
Gigi dan mulut : Mulut bersih, tidak ada caries, mukosa bibir agak kering.
Telinga : Bentuk simetris, sedikit secret .
Hidung : Tidak ada polip, tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada penarikan dinding dada saat bernafas, tidak ada bunyi ronchi dan weezhing.
Mammae : Bentuk simetris, tidak ada benjolan abnormal pada payudara
Abdomen : Tidak terdapat benjolan abnormal, tidak terdapat nyeri tekan
Genetalia : Tidak terdapat pengeluaran darah pervaginam, tidak ada condiloma akuminata/matalata, tidak ad avarices,tidak ada pembengkakan kelenjar skene dan kelenjar bartolini, tidak terdapat keputihan.
Anus : Tidak ada haemoroid.
Ekstremitas :
Atas : Simetris, kedua tangan dapat digerakkan dengan biasa
Bawah : Bentuk simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices.
4) Pemeriksaan penunjang
Hasil PA (patologi anatomi) tanggal 5 Juli 2011.
Leiomyoma uteri
Endometrium kelenjar fase sekresi irregular sheding
HB terakhir tanggal 11 Juli 2011 = 9,3 gr%.
Terapi : – Plasminex 3×1 tablet XV
Vit B Complex 3×1 tablet XV
1. Analisa data
Diagnosa/masalah Data dasar
P40004, usia ibu 50 tahun dengan post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9.
DS : – Ibu mengatakan telah mempunyai 4 orang anak, terkecil berusia 10 tahun, lahir cukup bulan.- Ibu mengatakan usianya sekarang 50 tahun.
- Ibu mengatakan telah menjalani curretage dan tranfusi 4 kolf atas indikasi mioma uteri pada tanggal 9 Juli 2011 dan sekarang sudah tidak merasa nyeri saat beraktifitas.
- Ibu mengatakan merasakan cemas apakah penyakitnya bisa sembuh total atau tidak.
- Ibu mengatakan masih merasakan pusing dan lemas.
DO : - Keadaan umum : Anemis
- Kesadaran : composmentis
- Tanda-tanda vital
T : 190/110 mmHg
S : 36,5 oC
Diagnosa/masalah Data dasar
Pusing sehubungan dengan peningkatan tekanan darah.
N : 84 x/mnt
R : 24 x/mnt
TB = 155 cm
BB = 56 kg
- Mata : conjungtiva palpebra anemis, sklera putih, agak pucat, bentuk simetris.
- Abdomen : Tidak terdapat tumor, tidak ada luka bekas operasi, tidak terdapat nyeri tekan. Telah dilakukan curretage tanggal 9 Juli 2011.
- Hb tanggal 11 juli 2011 = 9,3 gr%.
DS: Ibu mengatakan pusing.
DO: Tanda-tanda vital:
- T : 190/110 mmHg
- S : 36,5 0C
- N : 84 x/menit
- R : 24 x/me
C.Perencanaan
Tanggal 18 Juli 2011
Diagnosa : P40004, usia ibu 50 tahun post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9 dengan masalah anemia dan hipertensi.
Tujuan : – Anemia teratasi
Rasa nyaman terpenuhi
Cemas berkurang
Kriteria : – KU ibu baik
TTV : T = 110/70 – 140/90 mmHg
N = 70 – 96 x/menit
S = 36,5 – 37,5 0C
R = 16 – 20 x/menit
Konjungtiva palpebra merah muda
Hb normal (12-16 gr%)
Klien dapat mengungkapkan kecemasannya
Klien tenang
Klien mengerti tentang penyakitnya.
Intervensi :
Jelaskan kepada klien tentang keadaannyaR/ klien mengerti dan kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.
Observasi tanda-tanda vitalR/ Cemas merangsang peningkatan hormon adrenalin sehingga tekanan darah dan nadi meningkat
Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit TKTPR/ protein membantu peningkatan Hb
Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit rendah garamR/ Garam dapat membuat tekanan darah semakin meningkat
Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan daerah genetaliaR/ Menjaga kebersihan dapat menghindarkan dari infeksi
Yakinkan pasien bahwa penyakitnya Insyaallah dapat disembuhkanR/ Memberikan harapan agar pasien merasa yakin dan optimis
Ajarkan pada ibu cara minum obat yang benarR/ Pemberian terapi yang tepat akan mempercepat proses penyembuhan
Anjurkan pada pasien untuk selalu berdoa sesuai dengan keyakinannyaR/ Doa dapat menentramkan hati sehingga cemas berkurang.
D. Pelaksanaan
Tanggal 18 Juli 2011 pukul 10.00 WIB
Diagnosa : P40004, usia ibu 50 tahun post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9 dengan masalah anemia dan hipertensi. Prognosa baik.Implementasi
1. Menjelaskan pada klien tentang keadaannya bahwa saat ini tumor dalam tubuh ibu sudah diambil dan ibu tidak perlu khawatir.
2. Mengobservasi TTV. Didapatkan: T = 190/110 mmHg, S = 36,5 0C, N = 84 x/menit, R = 24 x/menit.
3. Melakukan kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit TKTP.
4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat anti anemia.
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat anti hipertensi.
6. Menganjurkan pada ibu untuk selalu menjaga kebersihgan vagina seperti ganti celana dalam minimal 2x sehari/basah, cebok dari arah depan ke belakang.
BABI III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya. Oleh karena itu, dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri
sampai saat ini belum diketahui. Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk
terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak
ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia menopause.
Perempuan nulipara mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya mioma uteri,
sedangkan perempuan multipara mempunyai risiko relative menurun untuk terjadinya
mioma uteri. Jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor estrogen jika
dibandingkan dengan miomametrium normal. Pertumbuhan mioma uteri bervariasi
pada setiap individu, bahkan di antara nodul mioma pada uterus yang sama.
Perbedaan ini berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesterone.
Menurut letaknya, mioma dapat dibagi:
1.Mioma submukosum
2. Mioma intramural
3.Mioma subserosum
Pada umumnya tidak dilakukan operasi untuk mengangkat mioma dalam
kehamilan. Demikian pula tidak dilakukan abortus provokatus. Apabila terjadi
degenerasi merah pada mioma dengan gejala-gejala seperti disebut di atas, biasanya
sikap konservatif dengan istirahat-baring dan pengawasan yang ketat memberi hasil
yang cukup memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Elstar. Bandung
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC. Jakarta
Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.EGC. Jakarta
Hartono, Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di Indonesia.
Kursus Pra
kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2 Mei 2001
2001. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA : 2000/01 PSIK.FK. Unair, Surabaya
Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI. Jakarta