eprints.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN...
-
Upload
nguyendung -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of eprints.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON 01
MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Oleh:
LILIK PURWANTI
K1207022
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON 01
MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh
LILIK PURWANTI
K1207022
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Surakarta, 9 Mei 2011
Pembimbing I,
Drs. Swandono, M. Hum
NIP 19470919 196806 1 001
Pembimbing II,
Atikah Anindyarini, S.S, M. Hum
NIP 19710107 200604 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 23 Mei 2011
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. ....................
Sekretaris : Drs. H. Purwadi ....................
Anggota I : Drs. Swandono, M. Hum .....................
Anggota II : Atikah Anindyarini, S.S, M. Hum ....................
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Lilik Purwanti. K1207022. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
MENYIMAK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI
PLUMBON 01 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Mei. 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan: (1) proses pembelajaran
menyimak dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo; (2) hasil
pembelajaran menyimak dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
make a match siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo.
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas dan menggunakan
strategi deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD
Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo yang berjumlah 20 orang dan guru
kelas V yaitu Anita Karmila, A.Ma. Objek penelitian adalah proses pembelajaran
menyimak. Sumber data yang digunakan, yaitu: (1) tempat dan peristiwa, yakni
kegiatan pembelajaran menyimak dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo; (2) informan, yaitu
guru kelas dan beberapa siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban
Sukoharjo; dan (3) dokumen, yang berupa catatan peristiwa selama
berlangsungnya proses pembelajaran, data penilaian proses dan hasil
pembelajaran menyimak, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat
guru dan peneliti, dan transkrip wawancara peneliti dengan beberapa siswa.
Teknik pengumpulan data yang diterapkan, yaitu: (1) observasi/ pengamatan; (2)
teknik wawancara (interview); (3) analisis dokumen. Teknik validitas yang
digunakan adalah: triangulasi metode, sumber data, dan review informan. Data
yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskripsi komparatif dan analisis
interaktif. Teknik analisis deskripsi komparatif mencakup analisis kritis terhadap
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru selama proses pembelajaran,
membandingkan nilai antarsiklus maupun indikator kinerja. Hasil analisis tersebut
dijadikan dasar untuk pelaksanaan siklus selanjutnya. Analisis interaktif terdiri
atas empat komponen yang mencakup komponen pengumpulan data, reduksi data,
penyajian (display) data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa teknik make a
match dapat meningkatkan pembelajaran menyimak siswa kelas V SD Negeri
Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo. Hal tersebut teridentifikasi sebagai berikut: (1)
terjadi peningkatan proses pembelajaran menyimak menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match, (2) terjadi peningkatan hasil
pembelajaran menyimak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
make a match. Peningkatan proses dapat dilihat dari kenaikan persentase siswa
dalam mendengarkan bahan simakan, bekerja sama dengan teman, antusias dalam
menjawab pertanyaan, dan mengerjakan tugas. Pada siklus I siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
memperhatikan dan berkonsentrasi dalam mendengarkan bahan simakan ada 12
siswa (60%), pada siklus II ada 14 siswa (70%), dan pada siklus III ada 17 siswa
(85%). Pada siklus I, 15 siswa (75%) telah mampu bekerja sama dengan baik,
pada siklus II menjadi 16 siswa (80%) dan pada siklus III mencapai 18 siswa
(90%). Siswa yang antusias dan aktif dalam siklus I ini berjumlah 8 siswa (40%).
Pada siklus II berjumlah 11 siswa (55%) dan siklus III meningkat menjadi 16
siswa (80%). Pada siklus I ada 9 siswa (45%) yang bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tugas. Pada siklus II meningkat menjadi 12 siswa (60%), dan pada
siklus III menjadi 16 siswa (80%). Selain itu, juga terjadi peningkatan hasil
pembelajaran menyimak, yaitu pada siklus I ada 10 siswa yang tuntas (50%), pada
siklus II meningkat menjadi 13 siswa (65%), dan pada siklus III ada 17 siswa
tuntas (85%). Ketuntasan siswa dalam pembelajaran menyimak tersebut dinilai
dari kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan. Nilai
tersebut didasarkan pada aspek: a) ketepatan dalam menentukan tema; b)
ketepatan dalam menyebutkan tokoh dalam cerpen; c) ketepatan dalam
menyebutkan latar/setting; d) ketepatan dalam menuliskan amanat; dan e)
kemampuan dalam menuliskan kembali cerpen yang sudah dibacakan, yang
mencakup: pemahaman dan kelengkapan isi cerpen, ketepatan penggunaan diksi,
ketepatan struktur kalimat, dan ketepatan dalam ejaan/tata tulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
”Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, "Berlapang-
lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Q.S. Al-Mujaadilah: 11)
“Ya Allah, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang
telah Kau anugerahkan kepadaku dan kepada orangtuaku dan agar aku
mengerjakan kebajikan yang Kau ridhoi, dan masukkanlah aku dengan rahmat-
Mu ke dalam golongan hamba-Mu yang sholeh.”
(Q.S. An-Naml: 19)
”....Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri....”.
(Q.S. Ar – Ra’d: 11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai wujud
syukur, cinta, bakti, dan terimakasihku
teruntuk.
1. Bapak dan Ibu, atas segala kasih
sayang dan lantunan doa yang terus
mengalir untuk putra putrinya.
2. Adik-adikku, Deny dan Titik yang
telah memberikan warna dalam
kehidupanku.
3. Sahabat-sahabatku Kejora (Ifah, Rini,
Kiki, dan Puji), yang selalu bersinar
dan menerangiku. Terimakasih, aku
menyayangi kalian.
4. Sahabat-sahabat lamaku Seven Stars
(Sakti, Ruby, Citra, Retno, Epin, dan
Widhya), meski jauh namun kalian
tetap dekat di hati.
5. Mas Muhammad Ikhwan, atas
kesetiaannya menungguku, semoga
Allah mempermudah langkah kita
untuk bersama beribadah pada-Nya.
6. Teman-temanku di Bahasa dan Sastra
Indonesia 2007 PBS FKIP UNS.
7. FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, almamater tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang turut membantu, terutama
kepada.
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan izin untuk menyusun
skripsi;
2. Drs. Suparno, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang
telah memberikan persetujuan skripsi;
3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi ini;
4. Drs. Amir Fuady, M. Hum., selaku Pembantu Dekan III FKIP UNS yang telah
memberikan banyak kemudahan pada peneliti;
5. Drs. Swandono, M. Hum., dan Atikah Anindyarini, S.S., M.Hum, selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi
kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar;
6. Dra. Raheni Suhita, M. Hum., selaku dosen pembimbing akademik peneliti
yang banyak memberikan masukan dan motivasi;
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Bahasa dan Sastra Indonesia yang secara tulus
memberikan ilmunya kepada peneliti;
8. Ibu Sri Sudarwiyanti, S. Pd, selaku Kepala SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban
Sukoharjo yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan
penelitian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Ibu Anita Karmila, A.Ma., selaku guru kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif
dalam proses penelitian ini;
10. Siswa-siswi kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo yang telah
berpartisipasi aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan
penelitian ini;
11. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin peneliti
sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa manusia memang tidak ada yang sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan.
Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ ...... 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… ...... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………...... .... 7
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………... .... 7
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………. .... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR …………. ....... 9
A. Kajian Pustaka ……………………………………………………..... ... 9
1. Hakikat Menyimak……………………………………………….. .. 9
a. Pengertian Menyimak………………………………………... .. 9
b. Peranan Menyimak ..................................................................... 14
c. Tujuan Menyimak........................................................................ 16
d. Jenis-jenis Menyimak.................................................................. 17
2. Hakikat Pembelajaran Menyimak di Kelas V SD ............................ 19
a. Pengertian Pembelajaran Menyimak........................................... 19
b. Proses Pembelajaran Menyimak di Kelas V SD ........................ 20
3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ......................................... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ............................... 26
b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ..................................... 27
c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ............................ 28
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif .................... 30
e. Teknik-teknik Model Pembelajaran Kooperatif.......................... 31
f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif....... 32
4. Hakikat Teknik Make A Match ......................................................... 33
5. Relevansi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match
dengan Pembelajaran Menyimak di SD…………………………..... 36
6. Tes Kemampuan Menyimak untuk Siswa SD Kelas V……………. 38
a. Penilaian Proses………………………………………………... 39
b. Penilaian Hasil…………………………………………………. 41
B. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 42
C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 44
D. Hipotesis Tindakan ................................................................................. 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 48
B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................. 49
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................................. 49
D. Sumber Data ........................................................................................... 50
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 50
F. Uji Validitas Data ................................................................................... 52
G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 53
H. Prosedur Penelitian ................................................................................. 55
I. Indikator Keberhasilan ........................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 61
A. Survei Awal ............................................................................................. 61
B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 68
1. Siklus Pertama ................................................................................... 68
a. Perencanaan Tindakan ............................................................... 68
b. Pelaksanaan Tindakan ................................................................ 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
c. Observasi dan Interpretasi ........................................................... 72
d. Analisis dan Refleksi................................................................... 80
2. Siklus Kedua ..................................................................................... 87
a. Perencanaan Tindakan ............................................................... 87
b. Pelaksanaan Tindakan ................................................................ 91
c. Observasi dan Interpretasi ........................................................... 93
d. Analisis dan Refleksi................................................................... 99
3. Siklus Ketiga ..................................................................................... 106
a. Perencanaan Tindakan ................................................................ 106
b. Pelaksanaan Tindakan ................................................................. 110
c. Observasi dan Interpretasi ........................................................... 113
d. Analisis dan Refleksi................................................................... 120
C. Pembahasan ............................................................................................. 128
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................................ 135
A. Simpulan ................................................................................................ 135
B. Implikasi .................................................................................................. 137
C. Saran ........................................................................................................ 138
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 140
LAMPIRAN ........................................................................................................ 143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Nilai Ulangan Menyimak Kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo ...................................................................................... 3
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menyimak Kelas V .................. 23
3. Penilaian Proses Pembelajaran Menyimak ..................................................... 40
4. Penilaian Hasil Tes Uraian Pembelajaran Menyimak ..................................... 41
5. Penilaian Kinerja Pemahaman Menyimak Secara Tertulis ............................. 42
6. Jadwal dan Kegiatan Penelitian ..................................................................... 48
7. Tabel Indikator Ketercapaian Proses Pembelajaran Menyimak ..................... 59
8. Tabel Indikator Ketercapaian Hasil Pembelajaran Menyimak ....................... 60
9. Nilai Tes Pembelajaran Menyimak Survei Awal ............................................ 67
10. Nilai Proses Siklus Pertama dan Perbandingan Hasil Tes Menyimak ............ 84
11. Nilai Proses Siklus Kedua dan Perbandingan Hasil Tes Menyimak ............. 103
12. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian ............................................. 124
13. Nilai Proses Siklus Ketiga dan Perbandingan Hasil Tes Menyimak ............ 125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Alur Kerangka Berpikir ....................................................................... 46
2. Model Analisis Interaktif ................................................................................ 54
3. Alur Penelitian Tindakan Kelas ...................................................................... 55
4. Sikap Siswa dalam Pembelajaran Menyimak, Survei Awal ........................... 63
5. Sikap Guru dalam Pembelajaran Menyimak, Survei Awal ............................ 65
6. Sikap Siswa Saat Menyimak Cerpen, Siklus Pertama .................................... 74
7. Sikap Siswa Saat Menerima Kartu, Siklus Pertama........................................ 74
8. Sikap Siswa Saat Mencari Pasangan, Siklus Pertama .................................... 75
9. Siswa dan Guru Mencocokkan Pasangan, Siklus Pertama ............................ 75
10. Siswa Mengerjakan Soal dari Guru, Siklus Pertama ..................................... 76
11. Grafik Perbandingan Nilai Pembelajaran Menyimak ..................................... 80
12. Sikap Siswa Saat Mencari Pasangan, Siklus Kedua ....................................... 94
13. Sikap Siswa Saat Mencocokkan Pasangan, Siklus Kedua ............................. 95
14. Siswa Mengerjakan Soal dari Guru, Siklus Kedua ......................................... 95
15. Grafik Perbandingan Nilai Pembelajaran Menyimak……………....... .......... 99
16. Siswa Mendengarkan Bahan Simakan, Siklus Ketiga................................ .... 114
17. Siswa Mencari Pasangan, Siklus Ketiga..................................................... .... 115
18. Sikap Siswa Saat Mencocokkan Pasangan, Siklus Ketiga.......................... .... 116
19. Siswa Menceritakan Kembali Bahan Simakan di Depan Kelas...................... 116
20. Sikap Siswa dalam Mengerjakan Tugas, Siklus Ketiga.............................. .... 117
21. Grafik Perbandingan Nilai Pembelajaran Menyimak................................. .... 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Lampiran Survei Awal ................................................................................. 143
1. Catatan Lapangan I.......................................................................... ....... 143
2. Hasil Wawancara ................................................................................... 146
3. Nilai Survei Awal ................................................................................... 157
4. Foto Survei Awal .................................................................................... 158
B. Lampiran Siklus I .......................................................................................... 159
1. Catatan Lapangan Siklus I ...................................................................... 159
2. Hasil Wawancara .................................................................................... 162
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .......................................... 166
4. Instrumen Pembelajaran Menyimak Siklus I .......................................... 173
a. Bahan Simakan (Cerpen)............................................................... ... 173
b. Kartu Pertanyaan-Jawaban............................................................ .... 177
5. Soal Penugasan Siklus I ......................................................................... 181
6. Nilai Proses dan Hasil Pembelajaran Menyimak Siklus I ....................... 183
a. Nilai Proses.................................................................................... ... 183
b. Nilai Hasil...................................................................................... ... 186
7. Foto Siklus I ............................................................................................ 190
8. Lembar Hasil Pekerjaan Menyimak Siswa, Siklus I........................... .... 191
C. Lampiran Siklus II......................................................................................... 201
1. Catatan Lapangan Siklus II ..................................................................... 201
2. Hasil Wawancara .................................................................................... 205
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ......................................... 209
4. Instrumen Pembelajaran Menyimak Siklus II ......................................... 216
a. Bahan Simakan (Cerpen)............................................................... ... 216
b. Kartu Pertanyaan-Jawaban............................................................ .... 220
5. Soal Penugasan Siklus II ........................................................................ 224
6. Nilai Proses dan Hasil Pembelajaran Menyimak Siklus II ..................... 226
a. Nilai Proses.................................................................................... ... 226
b. Nilai Hasil...................................................................................... ... 229
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
7. Foto Siklus II ........................................................................................... 233
8. Lembar Hasil Pekerjaan Menyimak Siswa, Siklus II.............................. 234
D. Lampiran Siklus III ...................................................................................... 244
1. Catatan Lapangan Siklus III .................................................................... 244
2. Hasil Wawancara .................................................................................... 248
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ....................................... 252
4. Instrumen Pembelajaran Menyimak Siklus III ....................................... 259
a. Bahan Simakan (Cerpen)............................................................... ... 259
b. Kartu Pertanyaan-Jawaban............................................................ .... 262
5. Soal Penugasan Siklus III ....................................................................... 266
6. Nilai Proses dan Hasil Pembelajaran Menyimak Siklus III .................... 269
a. Nilai Proses.................................................................................... ... 269
b. Nilai Hasil...................................................................................... ... 272
7. Foto Siklus III ......................................................................................... 276
8. Lembar Hasil Pekerjaan Menyimak Siswa, Siklus III........................ .... 278
E. Lampiran-lampiran Lain......................................................................... ...... 288
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu proses pembelajaran memang sudah seharusnya dilaksanakan secara
maksimal, karena jika tidak, hasil pembelajaran pun akan ikut terganggu.
Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
guru (pendidik), bahan ajar atau materi ajar, alat atau media yang digunakan,
metode yang dipilih, pendekatan dalam pengajaran, siswa (peserta didik), serta
lingkungan yang semuanya itu merupakan komponen dalam sistem instruksional
atau sumber belajar. Hadi, dkk. (2000: 18-27) menyatakan bahwa dalam
mewujudkan pendidikan yang baik, maka diperlukan faktor-faktor atau unsur-
unsur pendidikan yang meliputi (1) peserta didik, (2) pendidik, (3) interaksi
edukatif antara peserta didik dan pendidik, (4) isi pendidikan, dan (5) konteks
yang mempengaruhi suasana pendidikan.
Seorang guru mempunyai peran penting dalam memilih dan menentukan
sumber belajar apa yang akan digunakannya dalam mendukung proses belajar.
Salah satunya adalah menentukan metode pembelajaran. Pemilihan metode
pembelajaran yang tepat akan lebih efektif terhadap pencapaian hasil belajar yang
optimal. Sagala (2007: 201) menyatakan bahwa untuk mendorong keberhasilan
guru dalam proses belajar-mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi, dan
langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar. Hal ini dikarenakan metode
pembelajaran juga akan sangat berpengaruh pada pengelompokan subjek belajar,
yang pada akhirnya berpengaruh pula pada proses dan hasil penilaian suatu mata
pelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia yang mencakup empat
keterampilan berbahasa.
Keterampilan berbahasa sangat penting untuk diajarkan di sekolah
karena dengan penguasaan terhadap keterampilan berbahasa berarti telah
meningkatkan keterampilan anak didik dalam berbahasa yang mempunyai tujuan-
tujuan dalam tindak bahasa yang digunakan. Soeparno (1993: 1) menyatakan
bahwa bahasa merupakan sistem tanda arbitrer yang konvensional, yang
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
maksudnya yaitu bersifat mana suka namun mengikuti kaidah-kaidah yang teratur.
Bahasa adalah sarana komunikasi yang penting bagi manusia. Bahasa tidak
terpisahkan dari manusia dan mengikuti manusia dalam setiap kegiatannya (Oka
dan Suparno, 1994: 34). Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide atau
gagasan kepada orang lain. Keterampilan berbahasa sangat penting dimiliki oleh
setiap manusia karena bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Salah satu
keterampilan berbahasa adalah keterampilan menyimak, di samping keterampilan
berbahasa lainnya yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan (Tarigan, 2008: 31). Peristiwa menyimak selalu diawali dengan
mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau pun melalui rekaman,
radio atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi
bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa dan klausa, kalimat
dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicara pun turut
diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian
diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu diambil
keputusan menerima atau menolaknya.
Menyimak mempunyai peran penting dalam berbagai hal terutama dalam
tindak tutur berbahasa. Bukan hanya itu, dalam dunia pendidikan pun
keterampilan menyimak juga sangat diperlukan. Pemberian materi oleh pendidik
melalui komunikasi verbal yang berbentuk ujaran selalu peserta didik dapatkan
setiap harinya dalam proses pembelajaran. Untuk itu, peserta didik perlu
menguasai adanya keterampilan menyimak guna penguasaan materi yang telah
disampaikan. Menyimak merupakan keterampilan mendasar dalam aspek
keterampilan berbahasa di samping keterampilan yang lain, yaitu berbicara,
membaca, dan menulis. Keberhasilan maupun kegagalan dalam keterampilan
menyimak akan mempengaruhi keterampilan berbahasa yang lain. Untuk itu,
keterampilan menyimak seharusnya diajarkan sejak dini dalam pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
berbahasa di Sekolah Dasar. Untuk kelas V SD khususnya, pembelajaran
menyimak pada semester genap yaitu memahami cerita tentang suatu peristiwa
dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan, yang salah satu kompetensi
dasarnya berisi tentang identifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). Jadi
dari pembelajaran ini diharapkan siswa mampu mengidentifikasi unsur cerita yang
meliputi tokoh, tema, latar, dan amanat dalam cerita yang telah diperdengarkan
atau dibacakan oleh guru.
Fakta tentang rendahnya kemampuan menyimak peneliti temukan pada
siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran
2010/2011. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, Anita Karmila, A.Ma.
pada hari Senin, 4 Oktober 2010 diperoleh data bahwa terdapat masalah dalam
pembelajaran menyimak. Berdasarkan data nilai pada materi pembelajaran
menyimak, lebih dari 50 % siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM SD
Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo yaitu 65. Adapun fakta dari rendahnya
kemampuan menyimak siswa ini peneliti dapatkan berdasarkan pada nilai hasil
ulangan yang dilakukan oleh guru dalam materi menyimak pada semester I, yaitu
tentang mengidentifikasi unsur cerita rakyat.
Tabel 1. Daftar Nilai Ulangan Menyimak Kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo
No Nilai
Siswa
Jumlah Persentase Ket
Laki-laki Perempuan
1. < 65 7 9 16 76 % Tidak tuntas
2. > 65 2 3 5 24 % Tuntas
Jumlah 21 100 %
Keterangan: Berdasarkan hasil nilai ulangan menyimak pada siswa di kelas V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Setelah melakukan wawancara dengan guru, peneliti kemudian
melakukan observasi kelas pada saat pembelajaran menyimak berlangsung. Hasil
data yang diperoleh saat observasi awal tersebut adalah sebanyak 57 % siswa ( 12
siswa) tidak fokus pembelajaran, pada umumnya siswa tersebut duduk di bangku
bagian belakang. Siswa yang tidak fokus terlihat dari tingkah laku mereka yaitu
berbicara dengan teman sebangku, menempatkan kepala di atas meja dan tidak
menghadap ke arah papan tulis, ada juga siswa yang terlihat menulis namun
ternyata ia sedang menulis surat untuk teman di bangku sebelahnya, serta ada
siswa yang dalam proses pembelajaran menyimak tersebut berpindah-pindah
tempat duduk sehingga membuat suasana bertambah gaduh. Intinya mereka sibuk
sendiri dan tidak memperhatikan guru yang sedang membacakan bahan simakan.
Siswa yang fokus terhadap pembelajaran sebanyak 43% (9 siswa), sedangkan
sebanyak 24% (5 siswa) aktif dalam pembelajaran, terlihat ketika guru melempar
beberapa pertanyaan, siswa tersebut mencoba menjawab pertanyaan dengan
mengacungkan jari tangan mereka, sedangkan 76% (16 siswa) tidak aktif terhadap
pembelajaran karena sibuk dengan kegiatannya sendiri maupun karena tidak tahu
akan pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Kegiatan menyimak tidak berjalan dengan baik pada kelas V yang
terlihat pada (1) peserta didik kurang berminat dan tidak termotivasi dalam
pembelajaran, tidak memperhatikan dan sibuk dengan kegiatannya sendiri
sehingga tidak menyimak dengan baik. Hal tersebut merupakan hal yang bertolak
dari pengertian menyimak yaitu menyimak dengan memperhatikan baik-baik yang
diucapkan atau dibaca orang, oleh karena itu dalam menyimak diperlukan suatu
kemampuan khusus. Kemampuan ini berarti kesanggupan, kecakapan, dan
kekuatan yang harus dikuasai oleh peserta didik, (2) beberapa peserta didik masih
kurang mampu dalam mengingat dan menyimpulkan pesan yang telah didengar,
padahal dalam kegiatan menyimak tidak hanya mendengar saja namun juga harus
dapat mengungkapkan kembali pesan yang telah didengar dan dapat membuat
kesimpulan, (3) rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, terlihat pada
sedikitnya siswa yang maju secara sukarela dan sedikitnya siswa yang merespon
pertanyaan yang disampaikan guru, dan (4) penggunaan metode dan media yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
digunakan oleh guru yang kurang kreatif sehingga membuat pembelajaran
berbahasa menjadi sesuatu yang membosankan. Tidak tepatnya metode dan media
dalam pembelajaran membuat siswa menjadi kurang aktif dan kreatif.
Pembelajar harus memperhatikan dan berkonsentrasi selama mereka
melakukan kegiatan menyimak. Sikap perhatian dan konsentrasi dalam
memahami apa yang mereka dengar, akan dapat meningkatkan kemampuan
menyimak para pembelajar. Siswa harus menunjukkan sikap aktif dalam
mengikuti pembelajaran menyimak. Seperti yang dikemukakan oleh Gino, dkk.
(2000: 36) bahwa terdapat unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa yaitu
motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi
subjek yang belajar. Ketika semua unsur-unsur dinamis tersebut dapat lebih
diperhatikan dan diupayakan secara maksimal, maka pembelajaran akan berjalan
lancar. Demikian halnya, guru juga dituntut untuk dapat menerapkan strategi aktif
dalam melaksanakan pembelajaran menyimak. Guru juga harus berupaya
mengatur unsur-unsur dinamis tersebut dengan baik, sehingga dapat mengaktifkan
siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan tujuan pembelajaran pun dapat tercapai.
Jadi untuk mendapatkan hasil belajar menyimak yang baik diperlukan pula proses
belajar-mengajar yang baik.
Berdasarkan hal di atas peneliti berdiskusi dengan pihak guru yaitu Anita
Karmila, A.Ma. untuk memberikan tindakan sebagai solusi dalam masalah
pembelajaran menyimak tersebut. Peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran dan akhirnya guru menyetujui solusi yang diberikan peneliti yaitu
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Selaku
guru pengampu kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo, beliau
menyetujui media yang akan digunakan dalam penelitian yaitu dengan
menggunakan kartu-kartu soal-jawaban, yang dapat mempermudah siswa dalam
pembelajaran menyimak, khususnya dalam mempermudah mengingat bahan
simakan yang telah guru perdengarkan atau bacakan.
Model pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil
sehingga siswa saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa
dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Belajar kooperatif didasarkan
pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian
khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian
hasil yang diinginkan. Pembelajaran kooperatif sangat menyentuh hakikat
manusia sebagai makhluk sosial, yang selalu berinteraksi, saling membantu ke
arah yang makin baik secara bersama “getting better together”. Nurhadi (dalam
Isjoni, 2009: 20) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat
elemen-elemen yang saling terkait di dalamnya, di antaranya adalah saling
ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual,
keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial
yang sengaja diajarkan. Jadi dalam proses belajar di sini betul-betul diutamakan
saling membantu di antara anggota kelompok.
Alma, dkk. (2009: 81) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak
sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tapi memiliki struktur
dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga terjadi interaksi secara
terbuka dan hubungan interdependensi yang efektif. Peserta didik dikondisikan ke
dalam lingkungan belajar yang optimal dengan mengatur proses belajar
sedemikian rupa, para pembelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang
efektif untuk mendapatkan pengalaman belajar. Model pembelajaran ini dipilih
peneliti dan diyakini mampu mengatasi masalah yang ada yaitu mampu untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak pada siswa kelas V SD Negeri
Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.
Menyadari perlunya peningkatan keterampilan menyimak tersebut, maka
penulis mencoba melakukan penelitian tindakan kelas sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak, baik itu dalam proses
pembelajarannya maupun dalam hasilnya. Penulis berharap semoga penelitian ini
dapat berguna bagi para pengguna bahasa pada umumnya dan para guru bahasa
Indonesia khususnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam skripsi ini
penulis memilih judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak dengan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match Pada Siswa
Kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
dapat meningkatkan proses pembelajaran menyimak siswa kelas V SD
Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
dapat meningkatkan hasil pembelajaran menyimak siswa kelas V SD
Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan:
1. Proses pembelajaran menyimak dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Hasil pembelajaran menyimak dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperkaya
khasanah pengetahuan bahasa dan memperluas wawasan tentang pembelajaran
bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, terutama pembelajaran keterampilan
menyimak dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a
match (Mencari Pasangan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran keterampilan menyimak.
2. Dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a
match pada pembelajaran menyimak, siswa SD akan dilatih dan
dibiasakan bekerja sama serta menjaga kekompakan kelompok.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
memungkinkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
b. Bagi Guru
1. Meningkatkan kinerja guru dalam proses belajar mengajar.
2. Guru akan terbiasa dengan penggunaan metode dan media dalam
proses pembelajaran.
3. Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.
4. Memberi masukan positif terhadap pembelajaran menyimak.
5. Memberikan solusi untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran
menyimak.
c. Bagi peneliti
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia khususnya tentang keterampilan
menyimak.
2. Mendapatkan fakta bahwa dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan keterampilan
menyimak siswa.
d. Bagi Sekolah
1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah
berdasarkan indikator-indikator pembelajaran menyimak yang telah
ditentukan.
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak baik proses maupun
hasil sehingga menghasilkan siswa yang berkualitas di sekolah
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan erat.
Keterampilan menyimak menunjang keterampilan yang lain yaitu berbicara,
membaca, dan menulis. Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara
dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa lisan. Arono (2009: 2) menyatakan
bahwa menyimak merupakan adanya keterlibatan proses mental, mulai dari proses
mengidentifikasi bunyi, pemahaman dan penafsiran, serta penyimpanan hasil
pemahaman dan penafsiran bunyi yang diterima dari luar. Kegiatan menyimak
yang baik menyangkut sikap, ingatan, persepsi, kemampuan membedakan,
intelegensi, perhatian, dan motivasi yang harus dikerjakan secara integral dalam
tindakan yang optimal pada saat kegiatan menyimak berlangsung. Keterampilan
menyimak sangat penting untuk mewujudkan komunikasi yang baik. Dalam
komunikasi antara guru dan siswa atau antarsiswa dalam proses belajar mengajar,
keterampilan menyimak merupakan unsur yang penting, karena melalui
menyimak siswa akan mendapatkan informasi melalui ucapan atau suara yang
diterimanya dari guru atau rekannya.
Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa
baik secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa
yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi
suku kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang
menyertai ucapan pembicara pun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa
yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau
dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya (Tarigan, 1992:4).
Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau pengetahuan yang
disimaknya. Menyimak juga memperlancar keterampilan berbicara dan menulis.
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Semakin baik daya simak seseorang maka akan semakin baik pula daya serap
informasi atau pengetahuan yang disimaknya. Keterampilan menyimak dipelajari
saat seseorang masih bayi dan terus berkembang seiring bertambahnya usia.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas
makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran,
penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai
bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan
maknanya. Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan. Tarigan (2008: 31) menjelaskan bahwa menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap
isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan.
Komunikasi lisan dapat berbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua
arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah dan satu arah, faktor
menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan
pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia
dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam
komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya
komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak,
penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi
sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan
teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan
demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.
Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring
informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui
menyimak. Kita dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli
dalam diskusi, seminar, atau pertemuan ilmiah. Kita pun dapat mengundang para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya kita simak. Karena itu dapatlah
disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah sebagai penambah
informasi.
Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi
bahasa. Namun sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan
harus menapaki jalan yang berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus
berupaya bersungguh-sungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak
sebenarnya bersifat aktif. Bila perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik
penyimak selama yang bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka
seolah-olah menyimak memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini
memang pernah dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan.
Menyimak dianggap bersifat aktif-reseptif.
Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan
sejumlah kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan
aktivitas penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang
bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi
yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik.
Kembali, bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami
maknanya. Dalam hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik
dan non-linguistik. Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu
harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman
serta pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan
kemampuan mengevaluasi. Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak
sampai pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau
menolak isi bahan simakan. Kecermatan mananggapi isi bahan simakan
membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi.
Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak
adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:
1) mendengar,
2) mengidentifikasikan,
3) menginterpretasi,
4) memahami,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5) menilai, dan
6) menanggapi (Tarigan, 1992: 15-16).
Tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang
sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa
itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Bunyi yang sudah
ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata,
kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi
bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan
linguistik. Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknanya. Perlu
diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang
dimaksudkan oleh pembicara.
Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut
untuk memahami atau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah
berikutnya, yakni penilaian. Makna pesan yang sudah dipahami kemudian
ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan
penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan
dan pengetahuan penyimak.
Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang
telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang
diterimanya dapat berwujud berbagai bentuk seperti mengangguk-angguk tanda
setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.
Setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak
dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan
kemampuan menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat
pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang sempurna. Di samping itu
penyimak dituntut pula dapat mengingat bunyi yang telah ditangkap oleh
telinganya. Kemampuan menangkap dan mengingat itu harus dilandasi
kemampuan memusatkan perhatian.
Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik
sebelum, sedang, maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya
kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan
memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu. Memusatkan perhatian
merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Karena itu kemampuan
memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya tiga perempat dari
jumlah orang dewasa dapat memusatkan perhatiannya kepada bagian simakan
dalam 15 menit pertama. Dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu menyusut
menjadi setengahnya. 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya tinggal
seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan pekerjaan
sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatiannya (Tarigan,
1992: 17).
Di samping kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu
kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan
mengingat, kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan
dengan hal yang akan disampaikan. Pada saat menyimak berlangsung,
kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar,
perangkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi
bahasa. Dalam fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan simakan, hasil
penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun reaksi, respon,
atau tanggapan yang tepat.
Perlu disadari bahwa kemampuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang
sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah
berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan
berikutnya hanya tinggal sedikit yang tinggal, karena itu diperlukan penyegaran,
misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kembali catatannya,
mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase penyimak
diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan
kemampuan penunjang menyimak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b. Peranan Menyimak
Menyimak mempunyai peranan yang penting sekali bagi kehidupan
manusia. Dengan menyimak, seseorang dapat mengenal bunyi suatu bahasa.
Bunyi-bunyi bahasa yang sering dan berulang-ulang disimak itu akhirnya dapat
ditiru, diucapkan, dan dipraktikkan dalam kegiatn berbicara. Dalam hal ini
menyimak berperan sebagai dasar belajar berbahasa. Sebagai ilustrasi: seorang
anak dapat mengucapkan kata mamah, papah, mamam, dan sebagainya, setelah ia
sering dan berulang-ulang menyimak pengucapan kata-kata tersebut dari orang-
orang yang ada di sekitarnya. Tidaklah heran apabila seorang anak berkebangsaan
Inggris dapat mengucapkan kata bahasa Inggris, karena ia sering dan berulang-
ulang menyimak kata-kata bahasa Inggris dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
Apabila bahasa pembicara sama dengan bahasa penyimak, maka penyimak dari
hasil simakannya akan dapat mengetahui ciri-ciri berbahasa pembicara, misalnya:
pengucapaan, pemilihan kata dan kalimat, gerak-gerik dan mimik, serta
pengorganisasian gagasan.
Budicrue (2007: 6) mengungkapkan beberapa peranan menyimak yaitu
seperti berikut. Menyimak berperan sebagai:
1) landasan belajar berbahasa;
2) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis;
3) pelancar komunikasi lisan; dan
4) penambah informasi.
Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Coba perhatikan bagaimana
anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak
menyimak rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna.
Setelah banyak menyimak, ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah
disimaknya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan. Proses
menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktekkan bunyi bahasa itu
dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar
berbicara. Hal yang sama terjadi pula pada saat orang dewasa belajar bahasa
asing. Yang bersangkutan mulai dengan mendengarkan cara pengucapan fonem,
kata, dan kalimat serta menghafalkan maknanya. Langkah berikutnya meniru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pengucapan, dan mempraktekannya dalam berbicara. Semakin banyak yang
bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara semakin cepat ia
menguasai bahasa yang dipelajarinya (Budicrue, 2007: 7).
Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem,
kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat ini sangat
membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, ataupun
menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, ataupun menulis
selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan
menyimak memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca
dan menulis.
Komunikasi lisan dapat berbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua
arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor
menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan
pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia
dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam
komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya
komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak,
penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi
sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan
teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan
demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.
Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring
informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui
menyimak. Kita dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli
dalam diskusi, seminar, atau pertemuan ilmiah. Kita pun dapat mengundang para
pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya kita simak. Karena itu dapatlah
disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah sebagai penambah
informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c. Tujuan Menyimak
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir
dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak.
Alasan inilah yang disebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya
adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu dapat
disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau
menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa
bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan
menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu
klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak
untuk tujuan :
1) mendapatkan fakta,
2) menganalisis fakta,
3) mengevaluasi fakta,
4) mendapatkan inspirasi,
5) menghibur diri, dan
6) meningkatkan kemampuan berbicara (Tarigan, 1992: 5).
Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan
berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada
segi: cara mengorganisasikan bahan pembicaraan, cara penyampaian bahan
pembicaraan, cara memikat perhatian pendengar, cara mengarahkan perhatian
pendengar, cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga, dan
cara memulai dan mengakhiri pembicaraan. Tarigan (2008: 62) berpendapat
bahwa tujuan menyimak ada delapan, di antaranya yaitu untuk:
1) belajar,
2) menikmati keindahan audial,
3) mengevaluasi,
4) mengapresiasi materi simakan,
5) menunjang ide-ide penyimak sendiri,
6) dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat,
7) dapat memecahkan masalah secara analisis dan kreatif, dan
8) meyakinkan si penyimak terhadap suatu masalah yang dia ragukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
d. Jenis-jenis Menyimak
Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat
melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan
khusus yang diperlukan dalam menyimak. Terdapat empat jenis menyimak. Nama
setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah ini.
1) Menyimak marginal. Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut
menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran
radio adalah contoh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran
radio hanya sambilan, sedikit atau kecil.
2) Menyimak apresiatif. Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia
terpaku dan terpukau dalam menikmati dramatisasi cerita atau puisi, dalam
menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara.
Secara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan,
melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan.
3) Menyimak atentif. Penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami
secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk,
pengumuman dan perkenalan. Salah satu karateristik jenis menyimak ini ialah
penyimak tidak berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan,
diskusi, tanya jawab dan sejenisnya.
4) Menyimak analisis. Penyimak mempertimbangkan, menelaah, mengkaji isi
bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibandingkan
dan dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis
menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat
menilai secara kritis apa yang mereka simak (Tarigan, 1992: 26-27).
Logan, dkk (dalam Tarigan, 1992: 27-28) mengklasifikasikan menyimak
atas dasar tujuan juga, yakni tujuan khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis
menyimak yang perlu dikembangkan melalui pengajaran bahasa bagi siswa di
sekolah. Jenis dan penjelasan setiap menyimak tersebut adalah sebagai berikut.
1) Menyimak untuk belajar. Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari
berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya para siswa menyimak ceramah guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sejarah, guru bahasa Indonesia, botani dan sebagainya; mahasiswa
mendengarkan siaran radio, televisi, diskusi dan sebagainya.
2) Menyimak untuk menghibur. Penyimak, menyimak sesuatu untuk menghibur
dirinya, misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, dagelan,
pertunjukan sandiwara, film dan sebagainya.
3) Menyimak untuk menilai. Penyimak mendengarkan dan memahami isi
simakan kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan
pengalaman dan pengetahuan menyimak.
4) Menyimak apresiatif. Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi isi
bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan puisi, cerita pendek, roman,
menyimak pertunjukan sandiwara dan lain-lain.
5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan. Penyimak
memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga terjadi
sambung rasa antara pembicara dengan pendengar.
6) Menyimak diskriminatif. Menyimak untuk membedakan bunyi, suara.
7) Menyimak pemecahan masalah. Penyimak mengikuti uraian pemecahan
masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembicara.
Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya,
secara kreatif dan analitis setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari
menyimak sesuatu.
Tarigan (2008: 38-53) berpendapat bahwa menyimak dibedakan menjadi
dua belas jenis.
1) Menyimak ekstensif,
2) Menyimak intensif,
3) Menyimak sosial,
4) Menyimak sekunder,
5) Menyimak estetik,
6) Menyimak kritis,
7) Menyimak konsentratif,
8) Menyimak kreatif,
9) Menyimak penyelidikan,
10) Menyimak interogatif,
11) Menyimak pasif, dan
12) Menyimak selektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2.Hakikat Pembelajaran Menyimak di Kelas V SD
a. Pengertian Pembelajaran Menyimak
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran berasal dari
kata “belajar” mendapat imbuhan pe-an. Kata belajar berarti suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Belajar juga merupakan proses perubahan perilaku secara
aktif, proses mereaksi semua situasi yang berada di sekitar individu, proses yang
diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui pengalaman, dan proses
memahami sesuatu yang dipelajari (Gino, dkk, 2000: 31).
Pembelajaran adalah proses penciptaan kondisi dan pengorganisasian
berbagai aspek yang memengaruhi peserta didik, dalam menguasai suatu
kompetensi. Suprijono (2010: 13) menjelaskan tentang pembelajaran yang
berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid (Sagala, 2007: 61). Perbedaan esensil istilah ini dengan pengajaran adalah
pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sedangkan
pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir
lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif
pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya
untuk mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik.
Pembelajaran adalah dialog interaktif.
Tumbuhnya perhatian pada pembelajaran menyimak sebagai salah satu
alat penting penerimaan komunikasi dapat dilihat dengan nyata dari sejumlah
literatur. Meningkatnya kepentingan menyimak sebagai suatu obyek telaah dan
penelitian dicerminkan oleh kenyataan bahwa “menyimak” telah memperoleh satu
bab khusus buat pertama kalinya pada tahun 1995 dalam keterampilan berbahasa
adalah “Review of Educational Research”. Akan tetapi sampai sekarang masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sedikit sekali perhatian yang diberikan pada keterampilan-keterampilan menyimak
dalam buku-buku pegangan psikologi pendidikan, serta meningkatnya referensi-
referensi yang samar-samar dan tidak bersifat khusus (Tarigan, 2008: 12). Salah
satu dari telaah-telaah permulaan yang menunjukkan betapa pentingnya
menyimak yaitu berdasarkan pernyataan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa
tertuju pada menyimak. Jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak-anak untuk
menyimak di kelas-kelas Sekolah Dasar kira-kira satu setengah sampai dua jam
sehari, walaupun sekolah-sekolah telah lama menuntut para siswa menyimak
secara ekstensif, namun pengajaran langsung bagaimana cara yang terbaik untuk
menyimak tetap saja terlupakan dan diabaikan berdasarkan asumsi bahwa hal itu
merupakan kemampuan “alamiah”.
Instruksi dalam menyimak akan bermanfaat sebagai alat uji yang
mengembangkan alat ukur yang lebih baik. Kini beberapa tes standar mengenai
menyimak telah tersedia pada tingkatan-tingkatan Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, dan Perguruan Tinggi. Perubahan-perubahan dalam sikap dan perilaku
serta peningkatan-peningkatan dalam dinamika-dinamika kelompok sebagai suatu
akibat peningkatan menyimak merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang penting
dimana tes-tes buku belum tersedia (Tarigan, 2008: 14)
Berdasar pengertian pembelajaran dari beberapa ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran menyimak adalah proses kegiatan
belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan agar siswa mampu
melakukan kegiatan komunikasi secara tidak langsung untuk menerima pesan
dengan menggunakan wacana lisan (suara) sebagai medianya.
b. Proses Pembelajaran Menyimak di Kelas V SD
Dalam proses pembelajaran, seorang guru bukan hanya berperan sebagai
penyampai materi semata, melainkan juga mampu memberikan segala sesuatu
yang dibutuhkan peserta didik secara optimal. Seorang guru harus mempunyai
standar unjuk kerja guru yang mencakup kemampuan profesional, kemampuan
sosial, dan kemampuan personal/ pribadi. Wagiman, dkk (2002: 11) menyatakan
bahwa menjadi seorang guru harus mampu memenuhi 10 standar kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dasar guru yang meliputi: (1) penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep
dasar keilmuannya, (2) pengelolaan program belajar mengajar, (3) pengelolaan
kelas, (4) penggunaan media dan sumber pembelajaran, (5) penguasaan landasan-
landasan kependidikan, (6) pengelolaan interaksi belajar-mengajar, (7) penilaian
prestasi siswa, (8) pengenalan fungsi dan program bimbingan dan konseling, (9)
pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah, (10) pemahaman prinsip-
prinsip dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan
peningkatan mutu pengajaran.
Syah (2005: 184) menyatakan bahwa membimbing kegiatan belajar
siswa, khususnya ketika mengajar tidak hanya berarti berceramah di muka kelas,
tetapi juga memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa tersebut untuk
melakukan aktivitas belajarnya. Tokoh lain yaitu Nasution (2000: 12-13)
menyatakan juga bahwa salah satu ciri guru yang baik yaitu tidak hanya mengajar
dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa
mengembangkan pribadi anak. Dalam mengajar guru tidak hanya dituntut
menguasai bahan atau materi yang akan disampaikan, melainkan guru harus pula
menguasai berbagai macam metode yang digunakan dalam proses belajar-
mengajar, mampu mengelola kelas, dapat menarik perhatian siswa,
memperhatikan minat yang ada pada siswa, tegas, dan tidak segan-segan
menanamkan pengertian tentang masa depan sebagai usaha menggugah atau
mendorong belajar yang baik (Warkitri, 2002: 30). Jadi berdasarkan pernyataan
dari para tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa hendaknya seorang guru
mampu memilihkan metode, teknik, bahkan media yang tepat bagi peserta
didiknya agar pribadi peserta didik tersebut mampu senantiasa berkembang.
Dalam mengajar, guru masih berperan sebagai pusat/sumber materi yang
mengakibatkan siswa pasif dan hanya mengikuti pola pikir guru. Menanggapi hal
tersebut, Budiningsih (2005:62) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran masih
banyak didominasi oleh guru, dan siswa dituntut memiliki pandangan yang sama
dengan guru, sehingga perbedaan interpretasi antarsiswa tidak begitu
dipertimbangkan. Padahal, jika dilihat dari standar unjuk kerja guru, mereka
diharapkan menguasai kemampuan dasar yang salah satunya yaitu pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
interaksi belajar-mengajar. Jadi, dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya bukan
hanya guru yang aktif, tetapi juga siswa. Guru harus mampu menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Jasin (1996: 56) menyatakan
bahwa guru-guru dalam mengajar sebaiknya menggunakan gaya yang bervariasi,
selain sebagai tuntutan pekerjaan pembelajaran, juga harus mengacu atau
didasarkan pada kebutuhan anak-anak. Selain itu, guru diharuskan untuk
mengajarkan keterampilan-keterampilan dasar, memperlakukan setiap anak didik
secara individual, menumbuhkan keyakinan pada setiap orang khususnya pada
peserta didik untuk menerima standar yang ditetapkan di lembaga pendidikan
(Danim, 2010: 53).
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan
pengetahuan keterampilan berbahasa Indonesia dan sikap positif terhadap bahasa
Indonesia. Sebagai sebuah program, berarti pembelajaran harus memiliki
perencanaan dan pengorganisasian yang baik agar memberikan pengaruh positif
bagi para siswa. Merupakan sebuah keharusan bagi setiap pendidik yang
bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat atau memberikan
pelajaran dengan cara yang sesuai dengan ”keadaan” peserta didik (Suryabrata,
2010: 1). Jadi maksudnya di sini yaitu pendidik harus mampu mempersiapkan apa
saja yang memang sedang peserta didik butuhkan agar pembelajaran dapat
berjalan efektif. Gunawan (2003: 96) menyatakan bahwa cara murid memproses
suatu informasi baru yang diajarkan di dalam kelas (sekolah) sudah tentu
mempunyai pengaruh terhadap hasil pembelajaran dan berpengaruh pula terhadap
kemampuan retensi (daya ingat).
Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdiri dari empat
standar kompetensi yaitu mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Setiap standar kompetensi dibagi lagi menjadi beberapa kompetensi
dasar. Pembelajaran menyimak di sekolah dasar disamakan dengan pembelajaran
mendengarkan. Pembelajaran menyimak terdiri dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar, berikut merupakan tabel standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang terdapat dalam silabus bahasa Indonesia kelas V SD semester 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menyimak Kelas V
Standar Kompetensi Kompetensi
Dasar
Indikator
Semester 2
Mendengarkan/Menyimak
Memahami cerita tentang
suatu peristiwa dan cerita
pendek anak yang
disampaikan secara lisan
Mengidentifikasi
unsur cerita
(tokoh, tema,
latar, amanat)
1. Menjelaskan tokoh-tokoh
cerita dan sifat-sifatnya
2. Menentukan latar cerita
3. Menentukan tema cerita
4. Menentukan amanat yang
terkandung dalam cerita
5. Menceritakan kembali isi
cerita dengan bahasa sendiri
Pembelajaran menyimak di semester 2 untuk kelas V adalah menyimak
cerita pendek anak. Cerita pendek merupakan urutan kedua dari prosa fiksi yang
tercipta dalam Sastra Indonesia di samping roman dan novel. Cerita pendek ditulis
pertama kali pada tahun 1920-an oleh Moh. Kasim, misalnya cerpen ”Teman
Duduk” (Waluyo dan Nugraheni, 2008: 3).
Ciri-ciri cerita pendek antara lain: (1) singkat, padu, dan ringkas (brevity,
unity, dan intensity), (2) memiliki unsur utama berupa adegan, tokoh, dan gerakan
(scene, character, and action), (3) bahasanya tajam, sugestif, dan menarik
perhatian (incisive, suggestive, and alert), (4) mengandung impresi pengarang
tentang konsepsi kehidupan, (5) memberikan efek tunggal dalam pikiran pembaca,
(6) mengandung detil dan insiden yang betul-betul terpilih, (7) ada pelaku utama
yang benar-benar menonjol dalam cerita, dan (8) menyajikan kebulatan efek dan
kesatuan emosi.
Berdasarkan ciri pertama dari cerita pendek yang sudah disebutkan di
atas yaitu singkat, padu, dan ringkas, panjang cerita pendek itu sendiri bervariasi.
Nurgiyantoro (1995: 10) menyebutkan bahwa ada cerpen yang pendek (short
short story), bahkan mungkin pendek sekali: berkisar 500an kata; ada cerpen yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
panjangnya cukupan (midle short story), serta ada cerpen yang panjang (long
short story) yang terdiri dari puluhan atau bahkan beberapa puluh ribu kata. Selain
itu S.Tasrif (dalam Waluyo dan Nugraheni, 2008: 6) juga menyebutkan bahwa
panjang cerita pendek antara 500 sampai dengan 32.000 kata. Berdasarkan
pendapat di atas maka dapat diambil simpulan bahwa panjang cerita pendek
berkisar antara 500an kata sampai puluhan ribu kata, tergantung dari jenis cerpen
itu sendiri.
Dalam cerita pendek, terdapat unsur-unsur pembangun yang sangat
penting, baik itu unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik
(intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-
unsur ini yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur
yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur
intrinsik dalam cerpen adalah unsur yang secara langsung turut serta membangun
cerita. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu sebagai berikut.
1) Tema
Karena ceritanya yang pendek, maka cerpen hanya mempunyai satu tema.
Hal itu berkaitan dengan keadaan plot yang juga tunggal dan pelaku yang
terbatas.
2) Plot
Plot pada cerpen umumnya bersifat tunggal, hanya terdiri dari satu urutan
peristiwa yang diikuti sampai cerita berakhir (bukan selesai, sebab banyak
cerpen yang tidak berisi penyelesaian yang jelas, penyelesaian diserahkan pada
interpretasi pembaca).
3) Penokohan
Jumlah tokoh cerita yang terlibat dalam cerpen bersifat terbatas, baik yang
menyangkut jumlah maupun data-data jati diri tokoh, khususnya yang berkaitan
dengan perwatakan, sehingga pembaca harus merekonstruksi sendiri gambaran
yang lebih lengkap tentang tokoh itu.
4) Latar
Pelukisan latar cerita dalam cerpen tidak memerlukan detil-detil khusus
tentang keadaan latar, misalnya yang menyangkut tempat dan sosial. Cerpen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
hanya menyajikan pelukisan secara garis besar saja, atau bahkan hanya secara
implisit, asal telah mampu memberikan suasana tertentu yang dimaksudkan.
5) Sudut Pandang Penceritaan
Sudut pandang dalam cerpen merupakan cara pengarang atau penulis
menempatkan dirinya di dalam cerpen tersebut. Sudut pandang dalam cerpen
dapat berupa sudut pandang orang pertama (pengarang atau penulis menjadi
tokoh utama) dan sudut pandang orang ketiga (pengarang atau penulis sedang
menceritakan tentang orang lain, bukan tentang dirinya sendiri).
6) Amanat
Pesan yang hendak pengarang sampaikan kepada pembaca. Setiap cerita
pendek biasanya selalu ada pesan di dalamnya baik itu tersurat maupun tersirat.
Amanat juga bisa diartikan sebagai pelajaran-pelajaran yang terkandung/ yang
dapat diambil dari sebuah cerpen.
Di pihak lain, unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang ada di
luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
sistem organisme karya sastra. Namun meski begitu, unsur ekstrinsik juga cukup
berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh sebab itu,
unsur ekstrinsik dalam sebuah cerpen haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu
yang penting. Unsur-unsur yang dimaksud antara lain adalah keadaan
subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan
hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Meski
unsur ekstrinsik ini ada dalam unsur pembangun cerpen, namun dalam
pembelajaran di kelas V ini belum begitu banyak disinggung, jadi masih sebatas
pada unsur intrinsik saja.
Cerpen (Cerita Pendek) juga mempunyai kelebihan. Cerpen bersifat
lebih padu, lebih ”memenuhi” tuntutan ke-unity-an (kepaduan). Artinya, segala
sesuatu yang diceritakan bersifat dan berfungsi mendukung tema utama.
Penampilan berbagai peristiwa yang saling menyusul yang membentuk plot,
walau tidak bersifat kronologis namun haruslah tetap saling berkaitan secara
logika. Cerpen dapat dikatakan menawarkan sebuah dunia yang padu. Dunia
imajiner yang ditampilkan cerpen hanya menyangkut salah satu sisi kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pengalaman kehidupan saja. Karena bentuknya yang pendek, cerpen menuntut
penceritaan yang lebih ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang ”kurang
penting” yang lebih bersifat memperpanjang cerita. Cerpen juga mempunyai
kemampuan mengemukakan secara lebih banyak yang sifatnya implisit dari
sekedar apa yang diceritakan.
3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal
abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki
pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan
suatu masalah. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan
yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama
dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli dengan orang lain (Isjoni,
2009: 23). Chen dan Kai-wen Cheng (2009: 6) menyatakan bahwa “… It can be
said that CL is a systematic and structured teaching strategy, which can overcome
the drawback of conventional competitive learning and individual learning
methods in which the learning and acquiring of cooperative and social skills is
usually neglected.” Berdasarkan kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang bersifat sistematis
dan terstruktur, yang dapat digunakan sebagai upaya untuk mengatasi kelemahan
pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan masih menggunakan metode
pembelajaran individual, yang mana kemampuan belajar untuk memperoleh
keterampilan sosial biasanya diabaikan.
Menurut Lie (2008:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga
dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. Suprijono (2010:54) juga menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Jadi dalam pembelajaran kooperatif ini, unsur bekerjasama
dengan teman yang lain sangat ditonjolkan agar semua siswa dapat bersikap aktif
dalam proses pembelajaran.
Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam
kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen.
Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa,
jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima
perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar
dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik,
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi
lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan.
b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama. Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 44) menyatakan bahwa tujuan-
tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil
belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial.
1) Hasil belajar akademik.
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting
lainnya. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Penerimaan terhadap keragaman/ perbedaan individu.
Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan saling menghargai satu dengan yang lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial.
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini
sangat penting untuk dimiliki oleh para siswa sebagai warga masyarakat,
bangsa dan negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini
dalam mengatasi masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan bagi
peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk
memenangkan persaingan tersebut.
c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam aktivitas pembelajaran, tidak semua belajar kelompok bisa
dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Suprijono (2010: 58) menyatakan
bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran koopertif harus diterapkan. Lima unsur tersebut yaitu: 1) saling
ketergantungan positif (positive interdependence), 2) tanggung jawab
perseorangan (personal responsibility), 3) interaksi promotif (face to face
promotive interaction), 4) komunikasi antaranggota (interpersonal skill), 5)
pemrosesan kelompok (group processing). Breach, et al (2009: 1) menyatakan:
“Cooperative learning (CL) is a novel method of education that focuses
on integration of multiple methods of interaction and cooperation. Five basic
elements constitute CL: positive interdependence; face-to-face interaction;
individual accountability; social skills; group processing. The CL approach
involves group work and it has been shown to assist with retention of
information and improve interest in the subject matter.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
model pembelajaran kooperatif merupakan metode baru dalam dunia pendidikan
yang berfokus pada integrasi beberapa metode interaksi dan kerjasama. Lima
elemen dasar pembelajaran kooperatif yaitu meliputi: saling ketergantungan
positif, face-to-face interaksi, akuntabilitas individu, keterampilan sosial, dan
pengolahan kelompok. Selain itu, model pembelajaran kooperatif melibatkan
kerja kelompok dan telah dipergunakan untuk membantu penyimpanan informasi
dan meningkatkan minat pada materi pelajaran tertentu.
Lie (2008: 31) juga mengemukakan adanya lima unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif.
1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence).
Siswa harus merasa senang bahwa mereka saling tergantung positif dan
saling terikat sesama anggota kelompok. Mereka merasa tidak akan sukses bila
siswa lain juga tidak sukses, dengan demikian materi tugas haruslah
mencerminkan aspek saling ketergantungan, seperti tujuan belajar, sumber
belajar, peran kelompok dan penghargaan. Selain itu, guru perlu menciptakan
kelompok kerja yang efektif serta menyusun tugas yang diharapkan dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
2) Tatap Muka (face-to-face interaction).
Belajar kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka satu dengan
yang lainnya dan berinteraksi secara langsung. Siswa harus saling berhadapan
dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan memberikan sum-
bangan pikiran dalam pemecahan masalah, siswa juga harus mengembangkan
keterampilan komunikasi secara efektif.
3) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability).
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari materi dan
bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompok. Hal inilah yang menuntut
tanggung jawab perseorangan untuk melaksanakan tugas dengan baik.
4) Komunikasi antaranggota.
Keterampilan sosial sangat penting dalam belajar kooperatif dan harus
diajarkan pada siswa. Siswa harus dimotivasi untuk menggunakan keteram-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pilan berinteraksi dalam kelompok yang benar sebagai bagian dari proses
belajar. Keterampilan sosial yang perlu dan sengaja diajarkan seperti tenggang
rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman,
berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri
dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi.
5) Evaluasi proses kelompok (group processing).
Guru perlu mengalokasikan waktu khusus untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya anggota kelompok dapat
bekerja sama dengan lebih efektif. Siswa memproses keefektifan kelompok
mereka dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang dan
mana yang tidak, dan mambuat keputusan terhadap tindakan yang bisa
dilanjutkan atau yang perlu diubah. Fase-fase dalam proses kelompok meliputi
umpan balik, refleksi dan peningkatan kualitas kerja.
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa
langkah yang harus pendidik (guru) pahami. Alma, dkk (2009: 82) menyatakan
bahwa terdapat tiga langkah dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning), yang meliputi: 1) guru mendesain rencana pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keterampilan apa yang diharapkan akan muncul; 2) guru harus
menjelaskan desain ini kepada siswa; 3) guru menjelaskan sedikit tentang bahan
pelajaran, tidak panjang lebar, karena materi lebih dalam akan digali oleh siswa
dalam kelompoknya.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif juga dijelaskan oleh
Trianto (2007: 48) bahwa terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam
pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa (Present Goals and Set).
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2) Menyajikan informasi (Present Information).
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan.
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelas kooperatif (Organize Student into
Learning Teams).
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar (Assist Team Work and Study).
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
5) Mengevaluasi (Test on the Materials).
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6) Memberikan penghargaan atau pengakuan (Provide Recognition).
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompok.
e. Teknik-teknik Pembelajaran Kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi/ teknik
yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Alma, dkk (2009: 83)
menyebutkan lima teknik pembelajaran kooperatif, yakni: STAD (Student Team
Achievement Division), Jigsaw, GI (Group investigation), Rotating Trio
Exchange, dan Group Resume. Trianto (2007: 49) juga menyatakan bahwa
walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa
variasi dari model tersebut, yaitu STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok (Teams
Games Tournaments atau TGT), TPS (Think Pair Share), dan NHT (Numbered
Head Together). Lie dalam bukunya Cooperative Learning (2008: 55)
mengemukakan lebih banyak lagi tentang variasi model pembelajara kooperatif,
antara lain: Mencari Pasangan, Bertukar Pasangan, Berpikir-Berpasangan-
Berempat (Think Pair-Share and Think-Pair-Square), Berkirim Salam dan Soal,
Kepala Bernomor, Kepala Bernomor Terstruktur, Dua Tinggal Dua Tamu (Two
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Stay Two Stray), Keliling Kelompok, Kancing Gemerincing, Keliling Kelas,
Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, Tari Bambu, Jigsaw, dan Cerita Berpasangan.
f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Jarolimek dan Parker (dalam Isjoni, 2009: 36) menyatakan bahwa keunggulan
dalam pembelajaran kooperatif yaitu adanya saling ketergantungan positif, adanya
pengakuan dalam merespon perbedaan individu, siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan,
terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru,
memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan. Pembelajaran kooperatif juga merupakan strategi yang unggul
dalam meningkatkan prestasi siswa. M McWey, Tammy L Henderson, dan Fred P
Piercy (2006: 3) menyatakan bahwa ”Some consider CL strategies superior to
traditional classroom approaches because such strategies have been shown to
enhance students' academic, social, and cognitive outcomes.” Dari pernyataan
tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam
penerapannya di kelas tradisional karena model pembelajaran tersebut telah
membuktikan kemampuannya dalam meningkatkan hasil akademik siswa, aspek
kognitif, dan kemampuan sosial.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat apabila
diterapkan dalam proses pembelajaran. Alma, dkk (2009: 93) mengemukakan
beberapa manfaat dari model pembelajaran kooperatif.
1) Terjadi pengembangan kualitas diri peserta didik.
2) Belajar saling terbuka, saling percaya dan rileks.
3) Belajar bertukar pikiran dalam suasana penuh keakraban.
4) Materi pelajaran dapat lebih dipahami karena mereka mencoba membahas
bersama serta memecahkan permasalahan yang diajukan oleh guru.
5) Mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial, meningkatkan kegairahan
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
6) Muncul sifat kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa.
7) Berkembangnya perilaku demokratisasi dalam kelas.
8) Meningkatkan prestasi siswa, jika model ini betul-betul diterapkan secara
tepat.
9) Memberi kesempatan siswa untuk berinteraksi secara aktif dalam kelompok.
10) Terbentuk keterampilan berpikir kritis dan kerjasama.
11) Muncul persatuan, hubungan antar pribadi yang positif, menghargai
bimbingan dari teman, menghargai nilai-nilai.
Selain kelebihan, model pembelajaran kooperatif juga mempunyai
beberapa kelemahan. Isjoni (2009: 36) menyatakan bahwa terdapat beberapa
kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif, di antaranya yaitu:
1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu; 2) agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,
alat, dan biaya yang cukup memadai; 3) selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; dan 4)
saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa
yang lain menjadi pasif.
4. Hakikat Teknik Make a Match
Make a match merupakan salah satu teknik yang ada dalam model
pembelajaran kooperatif. Teknik Mencari Pasangan (Make a match)
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia (Isjoni, 2009: 112). Teknik ini juga
merupakan strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang
materi yang telah diberikan sebelumnya (Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu
Aryani, 2008: 67).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dalam teknik mencari pasangan (make a match) terdapat media yang
perlu dipersiapkan yaitu berupa kartu-kartu. Suprijono (2010: 94) menyatakan
bahwa hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan
make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi
pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya yang berisi jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Lie (2008: 55-56) menjelaskan tentang langkah-
langkah penerapan teknik make a match sebagai berikut: 1) guru menyiapkan
beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk
sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian); 2) setiap siswa mendapat satu
buah kartu; 3) setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya; 4) siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain
yang memegang kartu yang cocok.
Silberman dalam bukunya yang berjudul “Active Learning” (2009:240)
juga menjabarkan prosedur dari teknik make a match.
1) Pada kartu yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang apa pun yang diajarkan
di dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyamai satu
setengah jumlah siswa.
2) Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
3) Campurlah dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-benar
tercampur.
4) Berikan satu kartu pada setiap peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah latihan
permainan. Sebagian memegang pertanyaan review dan sebagian yang lain
memegang jawaban.
5) Perintahkan kepada peserta didik untuk menemukan kartu permainannya.
Ketika permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk
mencari tempat duduk bersama (beritahu mereka jangan menyatakan kepada
peserta didik lain apa yang ada pada kartunya).
6) Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, perintahkan
setiap pasangan menguji peserta didik yang lain dengan membaca keras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pertanyaannya dan menantang teman sekelas untuk menginformasikan
jawaban kepadanya.
Selain itu, Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2008: 67)
juga menjelaskan tentang langkah-langkah teknik Mencari Pasangan sebagai
berikut.
1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam
kelas.
2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada
setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu
pertanyaan.
4) Pada separo kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
tadi telah dibuat.
5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
6) Beri setiap peserta didik satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang
dilakukan berpasangan. Separo peserta didik akan mendapatkan soal dan
separoh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7) Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah
menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga
agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman
yang lain.
8) Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan,
minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang
diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal
tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Hafidh (2010: 3) selain menjelaskan tentang Snowball Drilling juga
menjelaskan tentang langkah-langkah Make a Match sebagai berikut.
1) Bagilah siswa menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pemegang kartu jawaban,
kelompok pemegang kartu pertanyaan, dan kelompok penilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
3) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
4) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
5) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban).
6) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
7) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya.
8) Dalam waktu yang sudah ditentukan dan siswa telah mendapat pasangan,
maka kartu pertanyaan dan jawaban ditunjukkan kepada kelompok penilai.
Kelompok penilai akan memberikan penilaian.
9) Guru memberi ulasan atas pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan melalui
teknik make a match.
Dalam pelaksanaan teknik make a match ini yang perlu diperhatikan
adalah tidak semua peserta didik baik yang membawa kartu pertanyaan, kartu
jawaban, maupun penilai tahu betul jawaban yang benar dari pasangan-pasangan
yang sudah terbentuk. Untuk itu, guru perlu memfasilitasi diskusi untuk
memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik mengonfirmasikan hal-hal
yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan-jawaban dan
melaksanakan penilaian (Suprijono, 2010: 96)
5. Relevansi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match dengan
Pembelajaran Menyimak di SD
Model pembelajaran kooperatif teknik make a match memiliki prinsip
serta petunjuk teknis untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan
menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Dengan model
pembelajaran ini, para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kelompok, membuat mereka mengekspresikan norma-norma yang baik dalam
melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan kelompok (Slavin,
1992:35). Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan
yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama
dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Ramadhan, 2010: 2).
Dalam teknik make a match ini, proses jalannya pembelajaran menyimak dibuat
semacam permainan yang di dalamnya semua siswa dapat bersikap aktif untuk
bekerjasama dengan siswa yang lain. Oleh sebab itu, sejumlah prinsip dan
petunjuk yang dimiliki model pembelajaran kooperatif teknik make a match ini
relevan apabila diterapkan di dalam pembelajaran menyimak di sekolah dasar.
Karena pembelajaran menyimak di Sekolah Dasar memiliki masalah yaitu siswa
yang sering ramai sendiri, melamun, berdiskusi dengan teman yang lain sehingga
tidak memperhatikan pelajaran, tidak fokus, dan lain-lain.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas
makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran,
penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai
bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan
maknanya (Tarigan, 1992:16). Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan. Tarigan (2008: 31) menjelaskan bahwa menyimak
adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan.
Materi menyimak yang akan disajikan dalam pembelajaran menyimak
untuk kelas V SD adalah berupa cerita pendek (cerpen) anak yang isinya tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
terlalu panjang dan di dalamnya mengandung unsur pembangun cerpen baik itu
unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Setelah itu akan diterapkan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match agar menyimak menjadi kegiatan
yang prioritas dan menyenangkan di sekolah. Oleh karena itu, guru harus mampu
menyiapkan semuanya sehingga teknik tersebut benar-benar dapat membantu
siswa dalam kegiatan pembelajaran menyimak.
Hal ini menjadi relevan dengan pembelajaran menyimak yang sesuai
dengan hakikatnya, yaitu siswa mampu lebih aktif dan mampu saling bekerja
sama dalam memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya terkait dengan
materi pembelajaran menyimak yang sedang berlangsung melalui kerja kelompok/
tim. Dengan penerapan teknik make a match, siswa mampu mengatasi kesulitan-
kesulitan yang mereka alami dalam pembelajaran menyimak. Mereka mampu
mengingat bahan simakan yang telah dibacakan melalui kartu-kartu pertanyaan-
jawaban yang akan mereka mainkan. Mereka juga mampu berdiskusi dengan
teman yang lain, lebih aktif dalam bekerjasama dengan teman, dan lebih mudah
dalam mengungkapkan kembali isi dari bahan simakan yang telah dibacakan.
Selain itu, hal ini juga sangat bermanfaat untuk membangkitkan minat dan
semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak. Ramadhan (2010: 2)
menyatakan bahwa guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam
kelas, guru dapat menerapkan teknik pembelajaran make a match. Teknik make a
match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa.
6. Tes Kemampuan Menyimak untuk Siswa SD Kelas V
Di dalam pengajaran bahasa tes kebahasaan merupakan salah satu hal
yang krusial dan wajib dilakukan. Melalui kegiatan tes tersebut dapat dilakukan
penilaian secara obyektif, khususnya terhadap hasil belajar bahasa siswa.
Pengajaran karya sastra Indonesia juga tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata
pelajaran yang mandiri, akan tetapi merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa
Indonesia. Pada umumnya, di dalam KTSP Sekolah Dasar, pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara tematik dan sastra diintregasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dengan keempat aspek keterampilan berbahasa. Salah satunya diintegrasikan
dengan keterampilan menyimak.
Kompetensi menyimak merupakan kemampuan memahami isi pesan
yang disampaikan secara lisan. Nurgiyantoro (2010: 360) mengungkapkan bahwa
tes kompetensi menyimak adalah kemampuan menangkap dan memahami atau
sekaligus menanggapi informasi yang disampaikan pihak lain lewat sarana suara.
Dalam tes kompetensi menyimak ini muncul sebutan tes tradisional dan tes
otentik. Disebut tes tradisional jika tes tersebut sekadar menuntut peserta didik
mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang telah disediakan.
Sedangkan disebut tes otentik apabila tes pemahaman pesan suara tersebut
sekaligus menuntut siswa untuk mengonstruksi jawaban sendiri, baik secara lisan,
tertulis, maupun keduanya.
a. Penilaian Proses
Penilaian terhadap kualitas pembelajaran menyimak dilakukan dengan
dua macam, yakni penilaian terhadap proses pembelajaran dan juga hasil
pembelajaran. Penilaian proses merupakan bagian dari penilaian kelas (classroom
assessment). Dalam kurikulum yang kini dipergunakan, penilaian kelas
disarankan untuk dipergunakan oleh para guru. Penilaian kelas dapat dimaknakan
sebagai penilaian yang dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung untuk
memperoleh informasi tentang peserta didik, merencanakan dan memonitor proses
pembelajaran, menciptakan suasana kelas yang bergairah, dan menetapkan tingkat
capaian peserta didik terhadap tujuan yang telah ditetapkan yang meliputi standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian belajar (Nurgiyantoro,
2010:50).
Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/obyek. Sikap juga
merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang.
Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Penilaian proses pembelajaran adalah upaya seorang guru memberikan
nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa dengan guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dengan demikian, bahwa apa yang dicapai
oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan
kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajar. Ini
berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari proses belajar yang
dialaminya. Secara umum obyek/sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi pelajaran
(motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap terhadap
guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap terhadap proses pembelajaran
(perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.)
Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian proses yang
digunakan dalam pembelajaran puisi adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Penilaian Proses Pembelajaran
(Diadaptasi dari Suwandi, 2008: 137)
Keterangan:
a. Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut.
1 = sangat kurang 4 = baik
2 = kurang 5 = amat baik
3 = cukup
b. Menghitung nilai
Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ....
Skor maksimal (20)
c. Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
(1) Nilai = 10 – 29 sangat kurang (4) Nilai = 70 – 89 baik
No NamaSiswa Mendengarkan
bahan simakan
Bekerja
sama
dengan
teman
Antusias
dalam
menjawab
pertanyaan
Mengerjakan
tugas Skor Nilai Ket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
(2) Nilai = 30 – 49 kurang (5). Nilai = 90 – 100 sangat baik
(3) Nilai = 50 – 69 cukup
b. Penilaian Hasil
Penilaian hasil kemampuan menyimak cerita pendek (cerpen) anak untuk
siswa Sekolah Dasar sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan tes uraian atau
esai. Tes uraian adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban peserta
didik dalam bentuk uraian dengan memergunakan bahasa sendiri (Nurgiyantoro,
2010: 117). Bentuk tes ini memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan,
dan mengevaluasi informasi baru yang dihadapkan kepadanya. Jawaban peserta
didik terhadap tes uraian menunjukkan kualitas proses dan cara berpikir peserta
didik, aktivitas kognitif dalam tingkat tinggi yang tidak semata-mata mengingat
dan memahami saja.
Tabel 4. Penilaian Hasil Tes Uraian Menyimak Cerpen
No Aspek yang Dinilai Skor
1. TEMA
Siswa menuliskan tema dari bahan simakan dengan tepat
Siswa menuliskan tema dari bahan simakan dengan tidak tepat
2
1
2. TOKOH
Siswa menyebutkan semua tokoh dalam cerpen dengan benar
Siswa menyebutkan sebagian tokoh dalam cerpen dengan benar
Siswa sama sekali tidak tepat dalam menuliskan tokoh yang ada dalam
cerpen
3
2
1
3. LATAR/ SETTING
Siswa menuliskan setting dari bahan simakan dengan tepat
Siswa menuliskan setting dari bahan simakan dengan tidak tepat
2
1
4. AMANAT
Siswa mampu menyebutkan lebih dari 1 amanat dalam cerpen dengan
tepat
Siswa menyebutkan 1 amanat dalam cerpen dengan tepat
Siswa belum tepat dalam menuliskan amanat
3
2
1
Jumlah Skor 10
Sedangkan untuk tes kemampuan menyimak jenis kedua (mengonstruksi
jawaban) ini tidak sekadar menuntut peserta ujian memilih jawaban benar dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
sejumlah opsi yang disediakan, melainkan mesti mengemukakan jawaban dengan
mengkreasikan bahasa sendiri dengan informasi yang diperoleh dari wacana yang
diperdengarkan (Nurgiyantoro, 2010: 364). Berikut rubrik penilaiannya.
Tabel 5. Penilaian Kinerja Pemahaman Menyimak Secara Tertulis
No Aspek yang Dinilai Tingkat Kefasihan
1 2 3 4 5
1. Pemahaman isi teks
2. Ketepatan diksi
3. Ketepatan struktur kalimat
4. Ejaan dan tata tulis
Jumlah Skor 20
(Nurgiyantoro, 2010: 367)
Keterangan:
Skor 1: kurang sekali, tidak ada unsur yang benar
Skor 2: kurang, ada sedikit unsur yang benar
Skor 3: sedang, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang
Skor 4: baik, ketepatan tinggi dengan sedikit kesalahan
Skor 5: baik sekali, tepat sekali, tanpa atau hampir tanpa kesalahan
Nilai = Jumlah skor perolehan siswa x 100 = ....
Skor maksimal (30)
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pertama,
Suniyah dengan tulisannya yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Menyimak
Dongeng dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Media Hand Puppet pada
Siswa Kelas I SD Negeri Tumang 3 Cepogo ” (Skripsi). Jenis penelitian ini adalah
PTK dengan tujuan penelitian untuk mendeskripsikan peningkatan kualitas proses
dan kualitas hasil pembelajaran menyimak dongeng pada siswa kelas I SD Negeri
Tumang 3 Cepogo. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dengan penerapan media hand puppet kualitas proses dalam pembelajaran
menyimak dongeng mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terefleksi
dalam beberapa indikator, di antaranya yaitu: minat, keaktifan dan antusias siswa,
partisipasi; 2) terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak dongeng
dalam setiap siklusnya. Peningkatan tersebut mencapai 90%.
Kesamaan penelitian Suniyah dengan penelitian ini adalah objek kajian
penelitian, yaitu pembelajaran menyimak. Selain itu, strategi penelitian yang
digunakan juga sama. Adapun perbedaan penelitian Suniyah dengan penelitian ini
adalah pada subjek penelitian dan solusi masalah yang diterapkan.
Penelitian yang relevan kedua adalah penelitian Prahastomo yang berjudul
”Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Menyimak
Menggunakan Media Film Animasi pada Siswa Kelas VI SDN Carangan
Surakarta” (skripsi). Jenis penelitian ini adalah PTK. Penelitian ini berlangsung
selama 3 siklus yang menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1) terjadi
peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan menyimak menggunakan
media film animasi; 2) terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran
keterampilan menyimak menggunakan media film animasi; dan 3) kendala-
kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
keterampilan menyimak sudah dapat diatasi.
Kesamaan penelitian Prahastomo dengan penelitian ini adalah objek kajian
penelitian, yaitu pembelajaran keterampilan menyimak. Selain itu, strategi
penelitian yang digunakan juga sama. Adapun perbedaan penelitian Prahastomo
dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian dan solusi permasalahan yang
diterapkan.
Penelitian yang relevan ketiga adalah penelitian Prawati yang berjudul
”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak dengan Pendekatan Quantum
Learning Siswa Kelas IV SD Negeri II Karanganyar” (skripsi). Jenis penelitian ini
adalah PTK. Penelitian ini berlangsung selama 3 siklus yang mengahasilkan
kesimpulan sebagai berikut: 1) terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran
menyimak menggunakan pendekatan Quantum Learning yang meliputi minat dan
motivasi siswa yang mengalami peningkatan sebanyak 88,9%, dan keaktifan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
siswa yang peningkatannya mencapai 80,6%; 2) terjadi peningkatan kualitas hasil
pembelajaran menyimak menggunakan pendekatan Quantum Learning yang
mencapai 80,6%.
Kesamaan penelitian Prawati dengan penelitian ini adalah objek kajian
penelitian, yaitu pembelajaran menyimak. Selain itu, strategi penelitian yang
digunakan juga sama. Adapun perbedaan penelitian Prawati dengan penelitian ini
adalah pada subjek penelitian dan metode pembelajaran yang digunakan.
C. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran menyimak siswa kelas V SD Negeri Plumbon
01 Mojolaban Sukoharjo masih belum maksimal. Guru mengalami kesulitan
dalam menemukan metode dan media yang tepat untuk pembelajaran menyimak.
Guru mengungkapkan bahwa siswa sering tidak memperhatikan, mengobrol
dengan teman sebangku, dan melamun. Untuk itu, penggunaan teknik
pembelajaran yang tepat sangat perlu diperhatikan. Model pembelajaran
kooperatif teknik make a match merupakan teknik yang sangat bermanfaat untuk
membangkitkan minat dan semangat siswa dalam pembelajaran menyimak.
Dalam penerapan teknik make a match ini, siswa diajak untuk mengulang materi
yang telah disampaikan melalui permainan kartu. Siswa diminta untuk mencari
pasangan dari kartu soal-jawaban yang telah mereka dapatkan. Dari penerapan
teknik tersebut, siswa akan mendapatkan suasana baru yang belum pernah mereka
dapatkan sebelumnya dalam pembelajaran menyimak, sehingga diharapkan
mereka bisa lebih antusias. Selain itu, dengan penerapan teknik ini juga dapat
membangkitkan keaktifan siswa untuk saling bekerja sama dengan teman dalam
mencari pasangan dan dalam mencocokkan pasangan yang telah terbentuk. Model
pembelajaran kooperatif teknik make a match dipilih berdasarkan asumsi peneliti
bahwa dalam model pembelajaran tersebut menerapkan langkah-langkah
pembelajaran yang variatif dan menyenangkan sehingga peserta didik diharapkan
dapat terangsang dan dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran menyimak
melalui penerapan model pembelajaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Hasil pembelajaran menyimak pada siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo juga tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa
dalam materi menyimak pada semester I yang lebih dari 50 % siswa masih
mendapat nilai di bawah standar ketuntasan minimal untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo yaitu 65. Siswa
mengalami kesulitan dalam merekam dan mengingat hal-hal yang penting dalam
bahan simakan yang diperdengarkan, sehingga mereka tidak bisa menjawab soal
yang diberikan oleh guru. Dengan penerapan teknik make a match, siswa mampu
mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka alami dalam pembelajaran menyimak.
Mereka mampu mengingat bahan simakan yang telah dibacakan melalui kartu-
kartu pertanyaan-jawaban yang akan mereka mainkan. Melalui teknik tersebut,
siswa juga mampu mengumpulkan hal-hal penting dalam bahan simakan yang
sebelumnya tidak sempat mereka rekam dalam ingatan mereka, sehingga siswa
dapat lebih mudah dalam menjawab pertanyaan dari guru. Untuk itu, model
pembelajaran kooperatif teknik make a match dipilih agar kualitas pembelajaran
menyimak siswa dapat meningkat sehingga prestasi siswa dalam pembelajaran
menyimak pun juga dapat ikut meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar dari alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Pascatindakan
Kondisi awal
Tindakan
Pembelajaran
Menyimak
dengan
Penerapan
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Teknik Make A
Match
1. Siswa lebih berminat dan
termotivasi dalam
pembelajaran menyimak.
- Siswa memperhatikan guru
- Siswa aktif dalam kegiatan
menyimak
- Siswa bersemangat
mengikuti pembelajaran
menyimak
2. Guru dapat lebih inovatif dan
mampu membangkitkan
motivasi siswa dalam
pembelajaran menyimak
Kualitas proses dan hasil
pembelajaran menyimak siswa
meningkat: 75 % nilai siswa
sudah memenuhi KKM yang telah
ditentukan
1. Siswa kurang berminat dan tidak termotivasi dalam
pembelajaran menyimak.
- Berbicara dengan teman yang lain
- Tiduran
- Berpindah-pindah tempat duduk
2. Metode yang guru terapkan dalam pembelajaran
menyimak tidak tepat
3. Kemampuan menyimak siswa rendah: hanya 33,3%
nilai siswa yang memenuhi KKM yang ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
D. Hipotesis Tindakan
Peneliti dan guru akan merencanakan dan melakukan tindakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan hipotesis tindakan
sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan proses pembelajaran menyimak dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match siswa kelas V SD Negeri
Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Terjadi peningkatan hasil pembelajaran menyimak dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match siswa kelas V SD Negeri
Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban
Sukoharjo yang beralamat di jalan Diponegoro 12, Plumbon, Mojolaban,
Sukoharjo. Sekolah ini memiliki enam kelas dari kelas satu hingga kelas enam.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V. Alasan pemilihan SD Negeri
Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo ini karena terdapatnya permasalahan dalam
kegiatan pembelajaran menyimak. Waktu penelitian dari bulan Desember 2010
sampai dengan bulan Mei 2011.
Tabel 6. Jadwal dan Kegiatan Penelitian
No JenisKegiatan Desember
2010
Januari
2011
Februari
2011
Maret
2011
April
2011
Mei
2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
survai awal
sampai
penyusunan
proposal
- - x x x x x
2 Menentukan
informan,
menyiapkan
peralatan dan
instrumen
x x x
3 Pelaksanaan
Pembelajaran
1. Siklus I
2. Siklus II
3. Siklus III
x
x
x
x
x
x
4 Penyusunan
Laporan
x x x x x x x x x x x x
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah para siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011. Siswa kelas V SD Negeri Plumbon
01 ini berjumlah 20 siswa, yang terdiri atas 12 siswa perempuan dan 8 siswa laki-
laki. Dengan demikian, kelas V SD Negeri Plumbon 01 ini ditetapkan sebagai
setting kelas. Sementara itu, guru bahasa Indonesia yang dijadikan subjek
penelitian ini adalah Ibu Anita Karmila, A. Ma. Adapun objek penelitian ini
adalah pembelajaran keterampilan menyimak di kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas adalah pencermatan terhadap pembelajaran berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi secara bersama. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan perguruan
tinggi) yang bertujuan memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas (Iskandar,
2009: 20). Penelitian tindakan kelas adalah kerjasama untuk menghasilkan kinerja
sekolah yang lebih baik dengan terjalinnya kerjasama antara pihak peneliti dengan
pihak sekolah baik pendidik maupun anak didik.
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2010:110-111) menyatakan bahwa
karakteristik PTK meliputi: (1) inkuiri reflektif, yaitu kegiatan penelitian
berdasarkan ada pelaksanaan tindakan (proactive driven) dan pengambilan
tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven), (2)
kolaboratif, yaitu upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan
guru, dan (3) reflektif, PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap
proses dan hasil penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Adapun langkah-langkah pelaksanan PTK dilakukan melalui lima tahap,
yaitu: hipotesis tindakan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan interpretasi, dan analisis dan refleksi tindakan.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data berbentuk
lisan dan tertulis, dan bukan data yang berupa angka-angka. Data yang sudah
diperoleh dideskripsikan kemudian disimpulkan. Strategi ini bertujuan untuk
menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Peneliti memberikan
gambaran dan menjelaskan berbagai fenomena dalam pelaksanaan tindakan serta
hasil penelitian dalam data tertulis.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Peristiwa, yaitu peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu
proses pembelajaran yang berlangsung saat pembelajaran menyimak dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
2. Informan, yaitu pendidik dan anak didik (siswa kelas V).
3. Dokumen, yaitu materi menyimak, hasil pekerjaan siswa, hasil wawancara,
dan daftar nilai siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Observasi/Pengamatan
Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan
perkembangan pembelajaran menyimak yang dilakukan oleh guru dan siswa.
Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang
berlangsung di kelas, baik kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa
(tradisional) maupun dengan teknik make a match. Dengan demikian, tujuan
observasi ini adalah untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat
pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan.
Dalam observasi ini, peneliti sebagai partisipan pasif. Pengamatan itu
dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat memengaruhi peristiwa yang
sedang berlangsung. Peneliti hanya bertindak sebagai partisipan yang
mengamati jalannya pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Peneliti
mengambil posisi tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses
pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, peneliti dapat mengamati
seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas.
Pengamatan terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam
melaksanakan pembelajaran menyimak dengan menggunakan teknik make a
match. Pengamatan terhadap kinerja guru juga diarahkan pada kegiatan guru
dalam membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan pelajaran, mengajukan
pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, dan memancing
keaktifan siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya, pengamatan terhadap siswa
difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti
terlihat pada perhatian, konsentrasi, dan keaktifan siswa terhadap
pembelajaran menyimak dengan metode kooperatif teknik make a match.
Hasil pengamatan peneliti diskusikan dengan guru yang bersangkutan
kemudian dianalisis untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dan
mencari solusinya. Solusi dari hasil diskusi tersebut kemudian diterapkan
dalam siklus selanjutnya.
2. Wawancara (interview)
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali
informasi guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek
pembelajaran, penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai akibat dari
tindakan yang dilakukan. Denzin (dalam Wiraatmadja, 2007:117) menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
bahwa wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau
penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.
Wawancara ini dilakukan kepada guru kelas V SD Negeri Pumbon 01
Mojolaban dan beberapa siswa kelas V. Wawancara dengan guru dilaksanakan
setelah melakukan pengamatan pertama terhadap pembelajaran menyimak.
Dari wawancara itu serta kegiatan pengamatan dan kajian dokuman yang telah
dilakukan, diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada berkenaan
dengan pembelajaran menyimak dan faktor-faktor penyebabnya.
Selain untuk mengidentifikasi permasalahan, wawancara dilakukan
setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen
dalam setiap siklus yang ada. Pada setiap akhir wawancara dan diskusi dengan
guru, akan disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya.
3. Analisis dokumen
Analisis dokumen ini digunakan untuk mengetahui perkembangan atau
keberhasilan pelaksanaan tindakan. Teknik ini dilakukan yaitu dengan melihat
hasil/daftar nilai unjuk kerja siswa.
F. Uji Validitas Data
Uji validitas data dilakukan agar data yang diperoleh valid. Uji validitas
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Triangulasi metode
Membandingkan data dari metode yang berbeda. Peneliti menguji kebenaran
data yang diperoleh melalui observasi dengan wawancara.
b. Triangulasi sumber data
Membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi
yang telah diperoleh. Peneliti menguji kebenaraan data yang diperoleh dari
satu informan dengan informan yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Review informan, teknik ini digunakan untuk menanyakan informan, apakah
data yang diperoleh dari hasil wawancara sudah valid atau belum, sudah
sesuai dengan yang sebenarnya atau belum.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskripsi komparatif dan teknik interaktif (interactive model of analysis). Teknik
analisis deskripsi komparatif mencakup analisis kritis terhadap kelemahan dan
kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di
dalam kelas selama penelitian berlangsung, membandingkan nilai antarsiklus
maupun indikator kinerja. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan dasar untuk
menyusun tindakan selanjutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data
dilakukan bersama antara guru dan peneliti.
Teknik analisis interaktif mencakup kegiatan untuk menganalisis data
penerapan tindakan dalam pembelajaran. Hasil analisisnya dijadikan dasar dalam
penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya. Analisis model
interaktif ini merupakan interaksi empat komponen, yaitu:
1. Rencana tindakan (tahap display data)
Dari hasil pengidentifikasian masalah, peneliti kemudian mengajukan suatu
solusi alternatif yang berupa PBM yang digunakan guru untuk meningkatkan
kemampuan menyimak.
2. Pelaksanaan tindakan (tahap pengumpulan data)
Keseluruhan tindakan dilaksanakan dalam tahap ini bertujuan untuk
mengadakan perbaikan terhadap proses pembelajaran menyimak yang selama
ini dirasa kurang memadai. Setiap tindakan selalu diikuti dengan kegiatan
pemantauan dan evaluasi serta analisis dan refleksi. Dalam tahap ini peneliti
melakukan observasi untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah
dapat mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu, peneliti juga melakukan
observasi untuk mengumpulkan data-data yang akan diolah untuk mengetahui
segala kelemahan yang mungkin muncul. Data-data yang telah ada diolah
untuk menentukan tindakan peneliti berikutnya.
3. Pemantauan dan evaluasi tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Kegiatan pemantauan dilakukan untuk memonitor tindakan yang terjadi di
dalam kelas. Dalam tahap ini peneliti mengadakan observasi sebagai
partisipan pasif, yaitu peneliti berada dalam satu lokasi namun tidak berperan
aktif dalam kegiatan yang sedang berlangsung, yaitu di meja paling belakang.
Peneliti hanya mengamati jalannya proses pembelajaran yang dipandu oleh
guru sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. Setelah data terkumpul peneliti mengolah data tersebut
kemudian disajikan pada guru agar dapat dicari solusi untuk berbagai
permasalahan yang muncul.
4. Analisis dan refleksi tindakan
Hasil evaluasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-langkah
perbaikan apa yang dapat ditempuh, sehingga diperoleh solusi untuk
permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa dalam pembelajaran
menyimak. Pada tahap ini peneliti menganalisa atau mengolah data yang
telah dikumpulkan, kemudian menyajikan dalam pertemuan dengan guru
yang bersangkutan.Setelah dilakukan diskusi dan sharing ide dengan guru,
diambil kesimpulan yang berupa hasil dari pelaksanaan tindakan. Dari hasil
penarikan simpulan ini, dapat diketahui apakah ini berhasil atau tidak,
sehingga dapat ditentukan langkah selanjutnya. Proses analisis tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
(1) (2)
Pengumpulan Data
Reduksi
Data
Sajian Data
Penarikan
simpulan/verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 2. Model Analisis Interaktif
(Sutopo, 2006: 120)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suhardjono (dalam
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2010: 74). Prosedur penelitian ini mencakup
tahap-tahap: (1) perencanaan tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan
(action), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Berikut gambar alur prosedur penelitiannya:
Siklus I
Siklus II
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Permasalahan
Dilanjutkan ke
siklus
berikutnya
Refleksi II Pengamatan/
pengumpulan
data
Perencanaan
tindakan II
Pelaksanaan
tindakan II
Refleksi I Pengamatan/
pengumpulan
data I
Pelaksanaan
tindakan I
Perencanaan
tindakan I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2010: 74)
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah pembelajaran menyimak yang terdapat di SD
Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo. Adapun langkah yang ditempuh
yaitu melakukan wawancara dengan siswa dan guru. Peneliti juga
mengadakan diskusi dengan guru untuk mengetahui sejauh mana
permasalahan yang dihadapi. Kemudian hasilnya diuji kebenarannya
dengan melakukan observasi pembelajaran menyimak yang dilaksanakan
guru.
b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu teori yang
relevan; menetapkan solusi atas permasalahan tersebut yaitu menerapkan
model pembelajaran kooperatif dengan teknik Make a Match dan
menyusun tindakan untuk siklus pertama, kedua, dan ketiga.
c. Menyusun jadwal penelitian dan rancangan kegiatan penelitian.
d. Menyiapkan berbagai sarana pendukung kelancaran proses belajar
mengajar dan menyiapkan pedoman observasi guru dan siswa yang diisi
selama penelitian.
2. Tahap Aplikasi Tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang akan
dilaksanakan dalam siklus-siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup
4 kegiatan, yaitu: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan
tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting)
(dalam Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2010: 104).
a. Rancangan siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran
yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Peneliti juga menyiapkan perangkat yang diperlukan selama
pembelajaran dan perangkat yang diperlukan untuk observasi seperti
lembar observasi dan dokumentasi.
Skenario pembelajaran sebagai berikut.
a. Guru memberikan apersepsi dengan memberitahukan terlebih dahulu
materi yang akan dipelajari.
b. Guru menerangkan tentang kegiatan menyimak yang akan dilakukan
dan menjelaskan tentang permainan/model pembelajaran yang akan
digunakan kepada siswa.
c. Guru membacakan sebuah cerita pendek, dan siswa diminta
menyimak dengan seksama.
d. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok.
e. Guru membagikan kartu soal-jawaban kepada siswa. Kelompok
pertama mendapatkan kartu warna merah yang berisi soal, dan
kelompok kedua mendapatkan kartu biru yang berisi jawaban.
f. Guru meminta siswa dari kelompok pertama untuk mencari pasangan
jawaban di kelompok kedua berdasarkan soal yang mereka bawa
masing-masing.
g. Guru bersama-sama dengan siswa mencocokkan pasangan yang
sudah terbentuk.
h. Guru mengulang kegiatan yang sama namun dengan pembagian
kelompok yang berbeda.
i. Guru memberikan soal kepada siswa sebagai evaluasi dari
pembelajaran menyimak yang sudah dilaksanakan.
j. Setelah selesai, guru melakukan refleksi atas pembelajaran
menyimak siklus pertama ini.
2. Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada satu kali pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Tahap ini dilakukan bersamaan
dengan observasi terhadap dampak tindakan.
3. Observasi dan Interpretasi
Observasi dilakukan peneliti saat pembelajaran menyimak
berlangsung. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta
pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran.
Peneliti mengamati keaktifan siswa selama apersepsi dan pembelajaran
menyimak. Peneliti juga mengamati aktivitas guru selama
pembelajaran. Data yang diperoleh dari observasi kemudian
diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
tindakan yang dilakukan.
4. Analisis dan refleksi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah terkumpul
dari hasil observasi kemudian menyajikannya pada guru pengampu.
Dari hasil analisis berupa kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran,
peneliti dan guru berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah
perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Dari tahapan
inilah diketahui berhasil tidaknya tindakan yang telah diberikan.
b. Rancangan Siklus II dan Siklus III
Dalam siklus II ini tahap yang dijalankan sama seperti yang dilakukan
pada siklus I. Akan tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan
hasil yang telah diperoleh pada siklus I, sehingga kelemahan yang sudah
terjadi tidak terjadi pada siklus II. Demikian halnya pada siklus III,
termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta
analisis dan refleksi yang mengacu pada siklus sebelumnya.
3. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini, peneliti menyusun laporan berdasarkan penelitian yang
telah dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
I. Indikator Keberhasilan
Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menyimak cerita pendek
anak pada siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban, Sukoharjo tahun
ajaran 2010/2011. Target yang ingin peneliti raih yaitu meningkatnya kualitas
proses dan hasil hingga 75% dari kondisi awal 33,3% dengan KKM 65. Untuk
mengukur ketercapaian tujuan penelitian di atas, dirumuskan indikator sebagai
berikut ini.
1. Indikator ketercapaian proses
Tabel 7. Tabel Indikator Ketercapaian Proses
Aspek yang diukur Persentase
target
capaian
Indikator Keberhasilan
1. Perhatian dan
Konsentrasi dalam
mendengarkan bahan
simakan
75% Siswa tampak memperhatikan dan
berkonsentrasi penuh saat guru mulai
memperdengarkan bahan simakan.
2.Kerjasama dengan
teman
75% Siswa tampak aktif dalam proses
pembelajaran yaitu dengan bekerjasama
antar kelompok saat teknik make a
match dilaksanakan.
3.Antusias dalam
menjawab pertanyaan
75% Siswa tampak antusias dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan baik dari guru
maupun teman yang lain terkait bahan
simakan yang sudah dibacakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4. Mengerjakan tugas 75% Siswa tampak tenang, berkonsentrasi,
dan bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru.
2. Indikator ketercapaian hasil
Tabel 8. Tabel Indikator Ketercapaian Hasil Menyimak Cerpen
Aspek yang diukur Persentase
target
capaian
Indikator Keberhasilan
Ketuntasan Hasil Belajar yang
meliputi:
1.Ketepatan mengidentifikasi
tema
2.Ketepatan mengidentifikasi
tokoh
3.Ketepatan mengidentifikasi
latar/setting
4.Ketepatan mengidentifikasi
amanat
5.Penulisan:
a.Pemahaman isi cerpen
b.Penggunaan diksi
c.Struktur kalimat
d.Ketepatan ejaan
75%
Hasil belajar siswa kelas V
mencapai standar ketuntasan
belajar minimal untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia
yaitu 65.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang
masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, di antaranya yaitu sebagai berikut: 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan interpretasi, dan 4)
analisis dan refleksi. Sebelum hasil penelitian dipaparkan, pada bab ini akan
diuraikan terlebih dahulu mengenai hasil dari survei awal (pratindakan) kegiatan
pembelajaran menyimak siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban
Sukoharjo. Dengan demikian, pada bab ini akan dikemukakan tentang beberapa
hal, yakni: (1) survei awal proses pembelajaran menyimak; (2) pelaksanaan
tindakan dan hasil penelitian; dan (3) pembahasan hasil penelitian.
A. Survei Awal
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan survei awal.
Survei awal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran
menyimak, khususnya dalam menyimak cerpen anak. Survei awal ini juga
dimanfaatkan untuk mengetahui kemampuan awal keterampilan menyimak siswa.
Hasil dari survei awal ini menjadi acuan untuk menentukan tindakan apa saja
yang akan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan selanjutnya. Survei awal ini
dilakukan dengan dua langkah yaitu observasi lapangan dan wawancara dengan
guru dan siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran
menyimak cerpen anak. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di
tempat duduk paling belakang. Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses
belajar mengajar serta aktivitas siswa dan guru. Selain itu, peneliti juga
melakukan wawancara terhadap guru kelas dan beberapa siswa kelas V. Dari
wawancara tersebut, diketahui bahwa ada permasalahan dalam pembelajaran
menyimak pada siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak guru pada hari Senin, 4
Oktober 2010, diperoleh data yaitu terdapat masalah dalam pembelajaran
menyimak. Menurut guru, pembelajaran menyimak belum dapat berjalan dengan
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
maksimal. Hal ini disebabkan minat siswa dalam pembelajaran menyimak yang
masih sangat kurang. Siswa yang memperhatikan dan aktif dalam proses
pembelajaran menyimak hanya siswa tertentu saja, siswa yang lain cenderung
diam dan asyik dengan aktivitasnya sendiri. Guru mengakui kalau selama ini
hanya menggunakan metode mengajar yang konvensional saja. Sebenarnya guru
sudah berusaha tegas kepada para siswa agar mereka mau memperhatikan, namun
masih kurang berhasil. Dari hasil wawancara dengan guru kelas, guru menyatakan
bahwa belum menemukan metode yang tepat untuk diterapkan dalam
pembelajaran menyimak. Guru mempunyai asumsi bahwa jika metode dan teknik
pembelajaran tepat, minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran menyimak
pasti akan bisa ditingkatkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, pada umumnya mereka
menjawab tidak begitu suka mengikuti pembelajaran menyimak. Siswa
menyatakan pembelajaran menyimak itu lebih susah dibandingkan dengan
pembelajaran pada keterampilan berbahasa yang lain. Siswa mengaku kesulitan
dalam mengingat bahan simakan yang dibacakan oleh guru. Siswa juga merasa
bosan dengan pembelajaran menyimak yang begitu-begitu saja. Bahan simakan
yang cukup panjang, hanya dibacakan satu kali oleh guru di depan kelas, setelah
itu siswa langsung diminta menjawab pertanyaan terkait dengan bahan simakan
yang sudah dibacakan, tanpa ada pengulangan pembacaan bahan simakan.
Berdasarkan observasi pratindakan dan diskusi dengan guru dapat
diidentifikasi faktor-faktor penyebab permasalahan-permasalahan tersebut.
Pertama, siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran menyimak. Hal
tersebut menyebabkan siswa malas dalam mendengarkan bahan simakan yang
dibacakan oleh guru. Kedua, siswa mengalami kesulitan dalam mengingat bahan
simakan yang telah dibacakan oleh guru. Hal ini juga menyebabkan siswa
cenderung acuh dan tidak memperhatikan guru, serta menganggap bahwa
pembelajaran menyimak itu sulit. Ketiga, siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang tidak banyak mengacungkan
jari pada saat guru memberikan pertanyaan terkait bahan simakan yang telah
dibacakan. Keempat, guru belum menggunakan strategi pembelajaran yang tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dalam proses pembelajaran menyimak. Guru menggunakan metode konvensional
dan terlihat hanya sebatas menyampaikan materi tanpa memperhatikan kualitas
proses pembelajaran. Kelima, guru kurang memantau siswa dan kurang
memberikan motivasi kepada siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dengan demikian, hasil kegiatan survei awal yang peneliti lakukan
adalah sebagai berikut.
1. Siswa terlihat kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran menyimak.
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada saat survei awal ini,
terungkap bahwa siswa menunjukkan sikap kurang antusias/kurang berminat
terhadap pembelajaran menyimak, khususnya menyimak cerpen. Sebanyak
57% siswa (12 siswa) tidak fokus pembelajaran, pada umumnya siswa tersebut
duduk di bangku bagian belakang. Siswa yang tidak fokus terlihat dari tingkah
laku mereka yaitu berbicara dengan teman sebangku, menempatkan kepala di
atas meja dan tidak menghadap ke arah papan tulis, ada juga siswa yang
terlihat menulis namun ternyata ia sedang menulis surat untuk teman di
bangku sebelahnya, serta ada siswa yang dalam proses pembelajaran
menyimak tersebut berpindah-pindah tempat duduk sehingga membuat
suasana bertambah gaduh. Siswa yang fokus terhadap pembelajaran sebanyak
43% (9 siswa).
Gambar 4. Siswa Tampak Tidak Fokus dalam Proses Pembelajaran Menyimak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2. Siswa mengalami kesulitan dalam mengingat bahan simakan yang telah
dibacakan oleh guru.
Pada saat survei awal, terlihat siswa mengalami kesulitan dalam
mengingat bahan simakan yang dibacakan oleh guru. Saat guru selesai
membacakan bahan simakan, guru memberikan pertanyaan secara lisan
kepada siswa terkait bahan simakan, yang kemudian guru langsung
memberikan ulangan tertulis. Beberapa siswa tampak menggerutu dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan terlihat kesulitan dalam
mengerjakan soal. Mereka juga menanyakan kembali isi dari bahan simakan
yang telah dibacakan. Mereka meminta guru membacakan ulang bahan
simakan agar bisa menjawab soal ulangan yang diberikan oleh guru tersebut.
3. Siswa terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran menyimak
Selama proses pembelajaran menyimak pada survei awal ini tampak
bahwa siswa kurang aktif. Siswa seolah tidak peduli dengan pembelajaran
menyimak tersebut. Hanya ada beberapa siswa saja yang mau menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa yang lain tampak diam saja dan
pasif, tidak mau ikut berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dari guru.
Kelas dengan jumlah 21 siswa, hanya 24 % siswa yang aktif (5 siswa yang
aktif dari 21 siswa), sedangkan 76% siswa masih belum aktif dalam
pembelajaran menyimak.
4. Guru belum menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dalam proses
pembelajaran menyimak
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan siswa dan
guru kelas mengenai teknik pembelajaran menyimak yang sering digunakan,
maka dapat disimpulkan bahwa teknik yang selama ini digunakan guru masih
bersifat konvensional. Guru hanya menerangkan dan membacakan bahan
simakan dengan ceramah tanpa menggunakan metode ataupun media yang
mendukung. Guru hanya membacakan bahan simakan satu kali kemudian
langsung memberikan soal tertulis kepada siswa terkait bahan simakan yang
telah dibacakan. Guru juga kurang memberikan perhatian kepada siswa.
Akibatnya, banyak siswa yang tidak fokus saat guru membacakan bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
simakan dan banyak juga siswa yang tidak aktif dalam merespon pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
5. Guru kurang memantau siswa dan kurang memberikan motivasi kepada siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, terlihat bahwa guru
kurang memantau kegiatan menyimak siswa. Pada saat guru membacakan
bahan simakan, guru tidak memperhatikan bagaimana kondisi siswa, sehingga
banyak siswa yang sibuk dengan aktivitas pribadi. Selain itu, guru juga kurang
memberikan motivasi kepada siswa. Guru menerangkan dengan ceramah,
kemudian memberikan tes tertulis kepada siswa terkait bahan simakan yang
telah dibacakan. Setelah itu guru duduk dan hanya sesekali saja mengingatkan
siswa untuk tidak mencontek. Guru juga tidak menghiraukan siswa yang minta
bahan simakan dibacakan ulang. Dengan demikian guru kurang memantau
siswa yang tidak aktif, siswa yang melakukan kegiatan pribadi, dan siswa
yang tidak memperhatikan bahan simakan dengan baik.
Gambar 5. Guru Kurang Memperhatikan Siswa Saat Membacakan Cerpen
Adapun perolehan nilai pratindakan keterampilan menyimak cerpen
pada siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo adalah 14
siswa masih belum tuntas, masih memperoleh nilai kurang dari 65. Ada 1
siswa mendapat nilai 25, 1 siswa juga memperoleh nilai 30, 2 siswa mendapat
nilai 40, 4 siswa mendapat nilai 45, 2 siswa yang mendapat nilai 50, 1 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mendapat nilai 55, dan ada 3 siswa yang mendapat nilai 60. Siswa yang tuntas
dalam pembelajaran menyimak cerpen pada survei awal ini ada 7 siswa.
Perincian nilai siswa yang tuntas adalah ada 1 siswa yang mendapat nilai 65,
ada 4 siswa mendapat nilai 70, dan 2 siswa mendapat nilai 75. Dengan
demikian, nilai terendah pada pembelajaran menyimak cerpen pratindakan ini
adalah 25 sebanyak 1 siswa. Nilai tertinggi pembelajaran menyimak cerpen ini
adalah 75 yang berhasil diperoleh oleh 2 siswa. Rata-rata nilai menyimak
cerpen pada pembelajaran pratindakan ini adalah 54,5 dengan persentase
ketuntasan adalah 33,3 %.
Setelah melakukan pengamatan kondisi awal, guru dan peneliti
melakukan diskusi untuk mencari solusi permasalahan dalam pembelajaran
menyimak. Akhirnya tercapai kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan
penelitian tindakan kelas bersama guru sebagai kolaborator dengan
mengambil judul ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak dengan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match Siswa
Kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran
2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 9. Nilai Tes Kemampuan Menyimak Cerpen pada Siswa Kelas V SD
Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo, Survei Awal
No. No. Induk Nama Siswa Nilai
1. 3469 Agus Suparno 70
2. 3489 Agustina Dwi Rahmawati 60
3. 3490 Agitalia Eka Pratama 65
4. 3491 Arun Rahmawati 45
5. 3492 Afri Baida Asiyah 70
6. 3493 Anggun Puspa Ningrum 25
7. 3494 Ago Hardianto Putra 50
8. 3496 Amalia Khoirunnisa 45
9. 3497 Bastiar Stiba Gilang Pandega 40
10. 3500 Erfan Hayqal Wiranto 60
11. 3501 Henri Wibowo 40
12. 3502 Imron Syafei 75
13. 3503 Kadek Deny Setiyo Budi 50
14. 3504 Kurniawati 60
15. 3507 Ngesti Untari Setiarini 45
16. 3508 Nanik Fitri Nur Ramadhani 45
17. 3510 Rizki Maulina 70
18. 3511 Radityo Tri Anjasmoro 70
19. 3514 Taufiq Nuril Anwar 75
20. 3516 Wahyu Ningsih 55
21. 3554 Munik Diah Alvianti 30
Keterangan:
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 65) sebanyak 7 siswa.
Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 33,3 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
B. Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing
terdiri dari empat tahapan, di antaranya yaitu: (1) perencanakan tindakan
(planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) observasi dan interpretasi
(observing); dan (4) analisis dan refleksi (reflecting).
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Januari 2011
di ruang guru SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo. Peneliti dan guru
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
permasalahan pembelajaran menyimak dalam penelitian siklus pertama.
Adapun urutan tindakan yang direncanakan akan diterapkan dalam
pembelajaran menyimak cerpen pada siklus I adalah sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match yaitu sebagai berikut:
a) Guru memberikan apersepsi dengan memberitahukan terlebih dahulu
materi yang akan dipelajari, yaitu tentang menyimak cerpen anak.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
c) Guru memberikan materi tentang unsur-unsur dalam cerpen yang
terdiri atas tema, tokoh, latar/setting, dan amanat.
d) Guru menerangkan tentang kegiatan menyimak yang akan dilakukan
dan menjelaskan tentang permainan/teknik pembelajaran yang akan
diterapkan, yaitu dengan menggunakan teknik make a match.
e) Guru membacakan sebuah cerita pendek anak yang berjudul ”Tara dan
Pengejeknya”, dan siswa diminta menyimak dengan seksama.
f) Setelah selesai, guru langsung mengajak siswa untuk mulai
menerapkan teknik make a match.
g) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok.
h) Guru membagikan kartu soal-jawaban kepada siswa. Kelompok
pertama mendapatkan kartu berwarna merah yang berisi pertanyaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dan kelompok kedua mendapatkan kartu berwarna biru yang berisi
jawaban dari pertanyaan yang ada dalam kartu berwarna merah.
i) Guru memberikan waktu kepada siswa untuk mencari pasangan yang
mereka anggap cocok dari kartu pertanyaan maupun kartu jawaban
yang mereka bawa masing-masing.
j) Guru bersama-sama dengan siswa mencocokkan pasangan yang sudah
terbentuk.
k) Guru mengulang kegiatan yang sama namun dengan pembagian
kelompok yang berbeda (kelompok dibalik).
l) Guru memberikan soal kepada siswa sebagai evaluasi dari
pembelajaran menyimak yang sudah dilaksanakan.
m) Setelah selesai, guru melakukan refleksi atas pembelajaran menyimak
dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
n) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas.
o) Guru menutup pelajaran.
2) Peneliti dan guru berdiskusi menyusun RPP siklus I serta menyusun
indikator pencapaian tujuan.
3) Peneliti dan guru menentukan bahan simakan yang sekiranya bisa menarik
perhatian siswa, yaitu cerpen anak yang berjudul ”Tara dan Pengejeknya”.
4) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa lembar
pengamatan dan penilaian peserta didik dalam proses pembelajaran yang
terdiri dari beberapa aspek, yakni: a) perhatian dalam mendengarkan
bahan simakan, b) bekerja sama dengan teman saat teknik make a match
diterapkan, c) antusias dalam menjawab pertanyaan, dan d) mengerjakan
tugas. Selain itu, peneliti dan guru juga menyusun instrumen penelitin
yang berupa lembar penilaian hasil pembelajaran menyimak siswa yang
meliputi beberapa aspek, yaitu: a) ketepatan dalam menentukan tema, b)
ketepatan dalam menyebutkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen, c)
ketepatan dalam menyebutkan latar/setting dalam cerpen, d) ketepatan
dalam menuliskan amanat yang terkandung dalam cerpen yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dibacakan, dan e) kemampuan dalam menuliskan kembali cerpen yang
sudah dibacakan, yaitu mencakup: pemahaman dan kelengkapan akan isi
cerpen yang sudah dibacakan, ketepatan penggunaan diksi, ketepatan
struktur kalimat, dan ketepatan dalam ejaan/tata tulis.
5) Guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan siklus I yaitu
pada hari Kamis, 10 Februari 2011. Siklus I akan dilaksanakan dalam
waktu 3 x 35 menit (satu kali pertemuan), yaitu pada jam pelajaran
pertama sampai dengan istirahat.
Dengan demikian, secara ringkas dapat penulis paparkan hal–hal yang
menjadi bahan diskusi antara peneliti dan guru, antara lain adalah sebagai
berikut: 1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian
yang akan dilakukan; 2) peneliti mengusulkan diterapkan model pembelajaran
kooperatif teknik Make a Match (Mencari Pasangan) dalam pembelajaran
siklus I serta menjelaskan penerapannya; 3) peneliti dan guru menyusun
indikator pencapaian tujuan; 4) guru menyusun RPP siklus pertama kemudian
didiskusikan dengan peneliti; 5) peneliti dan guru diskusi tentang instrumen
penelitian yang berupa lembar pengamatan proses pembelajaran menyimak
dan lembar penilaian hasil pembelajaran menyimak cerpen siswa; dan 6)
peneliti dan guru menentukan jadwal pelaksanaan siklus.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 3 x 35
menit pada hari Kamis, 10 Februari 2011 di ruang kelas V SD Negeri
Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo. Proses pembelajaran dilaksanakan
berdasarkan rancangan yang telah peneliti dan guru kelas susun dan sepakati
pada hari Kamis, 20 Januari 2011. Peneliti dalam pelaksanaan tindakan siklus
pertama ini menempatkan diri di kursi paling belakang sebagai partisipan pasif
untuk melakukan observasi/pengamatan terhadap jalannya proses
pembelajaran menyimak cerpen. Peneliti mencatat data-data yang penting,
serta melakukan wawancara kepada pihak guru dan siswa pasca tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Pada siklus I ini materi yang akan disampaikan oleh guru adalah
tentang menyimak cerpen anak. Siswa diminta untuk menyimak cerpen yang
telah guru siapkan, yaitu berjudul “Tara dan Pengejeknya”. Pembelajaran
menyimak cerpen di sini menggunakan teknik make a match yang medianya
berupa kartu-kartu pertanyaan-jawaban yang sudah guru dan peneliti siapkan.
Kartu-kartu pertanyaan yang ada terkait dengan tema, tokoh, latar/setting, dan
amanat dalam cerpen yang guru bacakan.
Langkah-langkah proses pembelajaran pada tahap pelaksanaan
tindakan siklus I adalah sebagai berikut.
1) Guru membuka pelajaran dengan memberi salam, doa bersama,
mengkondisikan kelas, dan mengecek presensi siswa.
2) Guru memberitahukan materi yang akan dipelajari yaitu tentang
menyimak cerpen anak.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, yaitu siswa
dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dalam cerpen anak (tema,
tokoh, latar, dan amanat) yang dibacakan secara lisan.
4) Guru memberikan materi tentang identifikasi unsur-unsur yang ada dalam
cerpen (tema, tokoh, latar, dan amanat).
5) Guru menerangkan tentang kegiatan menyimak yang akan dilakukan dan
menjelaskan tentang permainan/teknik pembelajaran yang akan
diterapkan, yaitu dengan menggunakan teknik make a match.
6) Guru membacakan cerpen anak yang berjudul “Tara dan Pengejeknya”,
dan meminta siswa untuk menyimak dengan seksama.
7) Setelah selesai, guru langsung mengajak siswa untuk mulai menerapkan
teknik make a match.
8) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok besar, tiap kelompok
beranggotakan 10 siswa.
9) Guru membagikan kartu soal-jawaban kepada siswa. Kelompok pertama
(siswa yang berada di sebelah kiri guru) mendapatkan kartu berwarna
biru yang berisi pertanyaan, dan kelompok kedua (siswa yang berada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
sebelah kanan guru) mendapatkan kartu berwarna merah yang berisi
jawaban dari pertanyaan yang ada dalam kartu berwarna merah.
10) Guru tidak memperbolehkan siswa membuka kartu yang mereka bawa
sebelum ada aba-aba dari guru untuk membukanya.
11) Guru meminta siswa untuk bersama-sama membuka kartu yang dibawa
dalam hitungan ketiga, dan siswa diminta membaca kalimat yang ada
pada kartu masing-masing.
12) Setelah itu, guru memberikan waktu 10 menit kepada siswa untuk
mencari pasangan yang mereka anggap cocok dari kartu pertanyaan
maupun kartu jawaban yang mereka bawa masing-masing.
13) Setelah waktu habis, guru bersama-sama dengan siswa mencocokkan
pasangan yang sudah terbentuk, apakah sudah benar atau belum.
14) Guru mengulang kegiatan yang sama namun dengan pembagian
kelompok yang berbeda (kelompok dibalik).
15) Guru memberikan soal kepada siswa terkait unsur-unsur yang ada dalam
cerpen yang telah dibacakan sebagai evaluasi dari pembelajaran
menyimak yang sudah dilaksanakan.
16) Setelah selesai, guru melakukan refleksi atas pembelajaran menyimak dan
menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
17) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
18) Guru menutup pelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi
Observasi ini dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Februari 2011 pukul
07.30-09.15 WIB, yaitu pada jam pelajaran pertama sampai istirahat,
berlangsung selama 3 x 35 menit (satu kali pertemuan) dan bertempat di ruang
kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo. Guru menerapkan
teknik make a match dalam pembelajaran menyimak cerpen anak. Dan pada
pertemuan ini guru menggunakan cerpen anak yang berjudul “Tara dan
Pengejeknya” sebagai bahan simakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Pengamatan difokuskan pada berlangsungnya proses pembelajaran
menyimak cerpen serta aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif
yang berada di bangku paling belakang agar dapat mengamati jalannya proses
pembelajaran menyimak cerpen dengan teknik make a match.
Berdasarkan pengamatan peneliti, secara garis besar diperoleh
gambaran tentang proses kegiatan belajar mengajar pada siklus I sebagai
berikut.
1) Sebelum mengajar, guru mempersiapkan rencana pembelajaran yang
akan dijadikan pedoman dalam mengajar.
2) Pelaksanaan tindakan pada siklus I berlangsung selama 1 kali pertemuan,
dengan alokasi waktu yaitu 3 x 35 menit, diikuti oleh siswa kelas V SD
Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo yang berjumlah 20 siswa.
3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran menyimak cerpen dengan
cukup baik, yaitu guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas. Pada
awal pembelajaran, guru mengemukakan dengan jelas tentang materi
yang harus dikuasai, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur cerita (tema,
tokoh, latar, dan amanat) dari cerpen yang akan dibacakan. Guru tidak
hanya ceramah, tetapi juga menggunakan metode tanya jawab.
Pembelajaran berlangsung dua arah antara guru dan siswa. Kemudian
guru menjelaskan tentang model pembelajaran kooperatif teknik Make a
Match.
4) Ketika guru menyampaikan materi, beberapa siswa tampak masih kurang
berminat, malas, dan beraktivitas sendiri. Begitu juga pada saat guru
membacakan bahan simakan (cerpen), beberapa siswa masih belum
fokus. Akan tetapi, sebagian besar siswa sudah tampak antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran menyimak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 6. Siswa Menyimak Cerpen yang Dibacakan oleh Guru
5) Setelah memberi penjelasan, guru membagi kelompok berdasarkan
tempat duduk siswa. Satu kelompok terdiri dari 10 siswa, sehingga di
kelas tersebut hanya terdapat 2 kelompok. Guru meminta siswa
mengingat lagi bahan simakan yang telah dibacakan dengan
menggunakan teknik make a match. Guru membagikan kartu-kartu
pertanyaan-jawaban kepada siswa. Tiap siswa mendapatkan 1 kartu. Guru
melarang siswa membuka kartu yang mereka bawa sebelum ada aba-aba
dari guru untuk membukanya.
Gambar 7. Siswa Menerima Kartu dari Guru
6) Setelah semua siswa mendapat kartu, guru meminta siswa untuk bersama-
sama membuka kartu yang dibawa, dan siswa diminta membaca kalimat
yang ada pada kartu masing-masing. Setelah itu, guru memberikan waktu
10 menit kepada siswa untuk mencari pasangan yang mereka anggap
cocok dari kartu pertanyaan maupun kartu jawaban yang mereka bawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
masing-masing. Siswa tampak aktif dalam mencari pasangannya. Namun
ada beberapa siswa juga yang hanya diam tidak mau berkeliling mencari
pasangannya, hanya menunggu teman yang lain menghampiri.
Gambar 8. Siswa Mulai Mencari Pasangannya
7) Setelah waktu habis, guru bersama-sama siswa mencocokkan hasil dari
pasangan yang ada. Guru meminta tiap siswa berdiri dan membacakan
kartu yang mereka bawa, kemudian teman yang lain bertugas
menanggapi, apakah pasangan tersebut sudah benar atau belum. Pada sesi
ini, beberapa siswa tampak ragu-ragu dalam membacakan kartunya.
Mereka tampak belum yakin dengan pasangannya. Dalam
mencocokkan/menanggapi pasangan yang sudah terbentuk, siswa
menjawab secara serentak dan bersamaan. Ketika guru meminta siswa
mengacungkan jari untuk memberikan pendapat, tidak ada siswa yang
mau mengangkat tangan.
Gambar 9. Siswa dan Guru Mencocokkan Pasangan yang Telah
Terbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
8) Setelah semua pasangan sudah dicocokkan, guru memberikan soal kepada
siswa terkait unsur-unsur yang ada dalam cerpen sebagai evaluasi dari
pembelajaran menyimak yang sudah dilaksanakan. Siswa tampak tenang
dalam mengerjakan soal. Sebagian siswa juga tampak masih kesulitan
dalam mengerjakan soal, terlihat dari beberapa siswa masih ada yang
bertanya kepada guru terkait soal yang diberikan. Siswa masih bingung
dan bertanya tentang unsur-unsur cerpen.
Gambar 10. Siswa Mengerjakan Soal dari Guru
9) Ketika tahap refleksi, beberapa siswa yang duduk di bangku bagian
belakang, khususnya siswa putra masih tampak tidak fokus dan tidak
memperhatikan. Mereka asyik mengobrol dengan teman yang lain.
Namun siswa yang duduk di bangku bagian depan dan sebagian besar
siswa putri aktif memperhatikan guru dan menjawab pertanyaan dari
guru.
10) Kelemahan atau kekurangan selama pelaksanaan tindakan Siklus I ini
dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.
a) Kelemahan yang ditemukan dari siswa, yaitu sebagai berikut.
(1) Siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Sebagian siswa masih melakukan aktivitas pribadi
seperti mengganggu teman, berbicara dan bercanda dengan teman
saat guru memberikan materi dan saat guru membacakan cerpen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
(2) Ketika siswa diminta mencari pasangan, belum semua siswa aktif
dalam mencari pasangannya. Sebagian dari mereka ada yang
cuma duduk dan menunggu pasangannya datang.
(3) Siswa masih susah dalam mengacungkan jari secara sukarela
untuk menanggapi pasangan-pasangan yang sudah terbentuk,
apakah sudah benar atau belum. Mereka hanya berani menjawab
secara bersamaan.
(4) Siswa masih kurang aktif dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
(5) Meski tenang, namun siswa tampak tidak bersemangat dalam
mengerjakan soal dari guru.
b) Kelemahan yang ditemukan dari guru sebagai berikut.
(1) Posisi guru dalam memberikan materi dan membacakan bahan
simakan masih berada di samping tempat duduknya, sehingga
pengelolaan kelas kurang maksimal.
(2) Guru jarang menegur siswa yang tidak aktif dan tidak fokus pada
pelajaran yang berlangsung.
(3) Guru tidak memperhatikan kondisi fisik ruang kelas. Pintu kelas
dibiarkan terbuka, sehingga siswa sering mengalihkan pandangan
ke luar kelas.
(4) Guru kurang memberikan pantauan kepada siswa saat mereka
bergerak mencari pasangan dan saat mengerjakan soal. Guru
hanya duduk di bangkunya, sehingga siswa gaduh dan saling
mencontek.
c) Kelemahan pembelajaran menyimak dengan teknik Make a Match
yaitu siswa masih merasa teknik Make a Match itu asing dan baru,
sehingga mereka belum begitu memahami pelaksanaan dari teknik ini.
Mereka masih bergerombol dalam mencari pasangan, sehingga
suasana kelas menjadi tidak terkondisikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
11) Peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menyimak tampak
dari indikator berikut.
a) Perhatian dan konsentrasi siswa saat mendengarkan bahan simakan.
Berdasarkan pengamatan peneliti dengan menggunakan pedoman
observasi, diketahui bahwa siswa yang perhatian dan berkonsentrasi
saat mendengarkan bahan simakan sebanyak 12 siswa atau 60 %
siswa, sedangkan 8 siswa atau 40 % siswa lainnya kurang
memperhatikan dan kurang konsentrasi. Siswa tersebut pada
umumnya adalah siswa putra yang duduk di deret bangku bagian
belakang dan di dekat dinding.
b) Kerjasama siswa.
Ketika proses pembelajaran menyimak, dalam siklus I ini ada 15
siswa atau 75 % siswa yang bekerja sama dalam penerapan teknik
make a match, yaitu ketika semua siswa bergerak mencari
pasangannya. Ada 5 siswa atau 25 % siswa yang cenderung diam dan
tidak mau bekerja sama dengan teman yang lain. Mereka hanya duduk
menunggu teman lain yang mencari pasangan datang menghampiri.
c) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan.
Siswa dalam menjawab pertanyaan pada pembelajaran menyimak
siklus I ini tergolong cukup aktif. Terdapat 8 siswa atau 40 % siswa
yang aktif dalam menjawab pertanyaan. Mereka menjawab
pertanyaan secara bersama-sama. Sedangkan 12 siswa atau 60 %
siswa masih kurang aktif. Mereka cenderung diam dan tidak mau
berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dari guru.
d) Keaktifan dalam mengerjakan tugas.
Siswa yang betul-betul aktif dalam mengerjakan tugas pada siklus I
ini ada 9 siswa atau 45 % siswa. Sedangkan siswa yang lain yaitu
sebanyak 11 siswa atau 55 % siswa belum tampak sungguh-sungguh
mengerjakan tugas. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk
bercakap-cakap dan bercanda dengan teman yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
e) Ketuntasan hasil belajar siswa dalam menyimak cerpen.
Ketuntasan siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen ini dinilai
berdasarkan pada beberapa hal, di antaranya yaitu: (1) ketepatan
dalam menentukan tema, (2) ketepatan dalam menyebutkan tokoh-
tokoh yang ada dalam cerpen, (3) ketepatan dalam menyebutkan
latar/setting dalam cerpen, (4) ketepatan dalam menuliskan amanat
yang terkandung dalam cerpen yang sudah dibacakan, dan (5)
kemampuan dalam menuliskan kembali cerpen yang sudah dibacakan,
yaitu mencakup pemahaman dan kelengkapan akan isi cerpen yang
sudah dibacakan, ketepatan penggunaan diksi, ketepatan struktur
kalimat, dan ketepatan dalam ejaan/tata tulis. Ketuntasan hasil belajar
pada siklus I ini mencapai 50 %. Hal ini dilihat dari jumlah siswa
yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 berjumlah 10
siswa dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran menyimak.
Dengan demikian, kualitas hasil pembelajaran menyimak
cerpen pada siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 berdasarkan nilai
ulangan yang diperoleh menunjukkan bahwa ada peningkatan dari
hasil pratindakan. Terbukti ada 10 siswa yang mendapat nilai lebih
dari 65. Ada 10 siswa yang masih memperoleh nilai kurang dari 65.
Ada satu siswa yang mendapat nilai 36,7. Ada lima siswa yang
mendapat nilai antara 40-50. Ada dua siswa yang mendapat nilai 53,3.
Siswa yang memperoleh nilai antara 60-69 ada tiga siswa. Ada dua
siswa mendapat nilai 73,3. Ada empat siswa memperoleh nilai 76,7.
Siswa yang mendapat nilai 83,3 ada tiga siswa. Nilai tertinggi pada
pembelajaran menyimak cerpen siklus I ini adalah 83,3. Peningkatan
nilai pembelajaran menyimak tersebut tampak jelas pada grafik dan
tabel perbandingan nilai pembelajaran menyimak di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar 11. Grafik Perbandingan Nilai Pembelajaran Menyimak
Siswa
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat nilai menyimak
siswa. Pada kegiatan pratindakan tampak bahwa masih banyak siswa
yang mendapat nilai di bawah 65, sedangkan pada siklus I banyak
siswa yang sudah mendapat nilai di atas 65. Berdasarkan grafik
tersebut tampak bahwa nilai siswa pada siklus I lebih baik daripada
nilai siswa pada pratindakan. Siswa yang mendapat nilai kurang dari
65 (belum tuntas) pada pratindakan lebih banyak daripada siklus I.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran menyimak siklus I ini (proses dan hasil) telah menunjukkan
peningkatan dari kondisi awal (pratindakan). Hal tersebut ditunjukkan oleh:
1) Perhatian dan konsentrasi siswa pada saat mendengarkan bahan simakan
yang berupa pembacaan cerpen anak dengan menggunakan teknik make a
match mengalami peningkatan dari 9 siswa (43 %) pada pratindakan
menjadi 12 siswa (60 %) pada siklus I. Meski belum sepenuhnya, namun
siswa sudah tampak lebih tertarik dan memperhatikan apa yang guru
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
pratindakan
siklus 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
sampaikan, dibanding pada saat kegiatan pratindakan. Indikator
pengukuran perhatian dan konsentrasi siswa ini diukur berdasarkan jumlah
siswa yang menampakkan perhatian dan kesungguhannya dalam
pembelajaran menyimak, khususnya dalam mendengarkan bahan simakan.
2) Kerjasama antarsiswa dalam pembelajaran menyimak cerpen ini juga
mengalami peningkatan. Dalam siklus I ini guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match, yang melibatkan siswa
untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam sebuah kelompok. Oleh sebab
itu, dalam aspek ini mengalami peningkatan mencapai 75 % atau 15 siswa
mampu bekerja sama dengan siswa yang lain, dibandingkan dengan
kegiatan pratindakan yang sama sekali tidak ada kerjasama antarsiswa.
3) Keaktifan maupun antusias siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru
mengalami peningkatan. Pada kegiatan pratindakan guru lebih banyak
berceramah dan hanya sedikit memberikan tanya jawab terkait materi yang
diajarkan, sehingga siswa yang aktif pun sedikit. Pada siklus I ini keaktifan
siswa mencapai 40 % (8 siswa aktif) sedangkan pada pratindakan hanya
25% (5 siswa aktif). Siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan tersebut
kebanyakan adalah siswa yang duduk di bangku paling depan. Keaktifan
siswa dapat diamati selama proses pembelajaran berlangsung.
4) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas pun mengalami peningkatan.
Dalam kegiatan pratindakan, siswa terlihat kurang bersemangat dan tidak
sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal. Mereka pun terlihat kesulitan
dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Namun dalam siklus I
ini keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mengalami peningkatan
mencapai 45 % atau sebanyak 9 siswa. Mereka sudah tampak lebih
bersemangat dalam mengerjakan tugas dibandingkan saat pratindakan.
5) Kemampuan siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen belum begitu
maksimal. Hal ini terbukti dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran
menyimak, hanya 10 siswa yang tuntas atau sekitar 50% yang mendapat
nilai 65 ke atas, yang lainnya masih di bawah KKM yang berlaku. Akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
tetapi, sudah ada peningkatan dari pratindakan, karena dalam pratindakan
siswa yang tuntas adalah 7 siswa atau sekitar 33,3 % siswa yang tuntas.
6) Guru juga lebih komunikatif dalam pembelajaran menyimak dengan
teknik make a match. Pada pratindakan (survei awal) guru tampak
menjelaskan dengan metode ceramah saja, sedangkan pada siklus I ini
guru sudah menggunakan metode tanya jawab. Guru dan siswa juga
bersama-sama dalam mencocokkan pasangan yang sudah terbentuk. Hal
tersebut membuktikan sudah adanya interaksi antara guru dan siswa.
Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan dari pelaksanaan
tindakan siklus I ini bersumber dari siswa, guru, dan teknik pengajarannya.
Selanjutnya, untuk memperbaiki beberapa kekurangan atau kelemahan yang
ada pada siklus I ini, guru dan peneliti akan mengadakan langkah-langkah
perbaikan sebagai berikut:
1) Guru meningkatkan minat dan perhatian siswa dengan mengubah sedikit
posisinya. Guru tidak hanya duduk dan menjelaskan materi di bangkunya,
tetapi lebih mendekat kepada siswa. Dalam membacakan bahan simakan,
guru sebaiknya lebih menggunakan nada dan intonasi yang tepat agar
siswa juga lebih tertarik mendengarkan. Selain itu, guru juga sebaiknya
lebih tegas untuk menegur siswa yang tidak fokus dalam pembelajaran.
2) Guru sebaiknya lebih memperhatikan kondisi fisik ruang kelas. Dalam
pembelajaran menyimak dibutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi, untuk
itu sebaiknya guru menutup pintu kelas agar siswa tidak mengalihkan
pandangan ke luar, dan tetap berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran.
3) Guru sebaiknya juga memantau siswa pada saat siswa mulai mencari
pasangannya. Hal ini perlu dilakukan agar tidak ada lagi siswa yang hanya
duduk-duduk, dan tidak mau aktif mencari pasangannya. Selain itu juga
agar siswa tidak bermain curang, yaitu dengan memberitahukan jawaban
kepada teman yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
4) Agar hasil pembelajaran dapat lebih ditingkatkan, sebaiknya guru
menjelaskan kembali materi yang dipelajari dengan memberikan beberapa
contoh, sehingga siswa lebih mudah paham dan lebih siap terkait apa yang
seharusnya mereka persiapkan.
5) Guru sebaiknya memberikan reward kepada siswa yang dianggap aktif
dengan tujuan untuk mendorong siswa agar lebih berkonsentrasi dan juga
lebih aktif dalam pembelajaran menyimak, misalnya dalam merespon
pertanyaan dari guru. Reward yang diberikan dapat berupa pujian seperti:
bagus, baik sekali, benar, pintar, atau juga bisa dengan memberikan nilai
tambahan kepada siswa yang aktif.
6) Guru sebaiknya menjelaskan tentang penerapan teknik make a match
dalam pembelajaran menyimak ini dengan lebih detail dan runtut agar
dalam praktiknya siswa sudah paham dan tidak bingung lagi. Siswa juga
mampu bergerak dalam mencari pasangan dengan teratur, tidak
bergerombol dan gaduh seperti sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 10. Nilai Proses dan Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Menyimak
Cerpen Siswa Kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban
Sukoharjo.
a. Perolehan Nilai Proses Pembelajaran Menyimak Siklus I.
No. No.
Induk Nama Siswa
Perilaku
I II III IV
1. 3469 Agus Suparno 3 3 2 2
2. 3489 Agustina Dwi Rahmawati 4 4 3 3
3. 3490 Agitalia Eka Pratama 4 4 4 5
4. 3491 Arun Rahmawati 3 4 4 4
5. 3492 Afri Baida Asiyah 4 4 3 4
6. 3493 Anggun Puspa Ningrum 3 4 2 3
7. 3494 Ago Hardianto Putra 4 4 2 2
8. 3496 Amalia Khoirunnisa 4 4 4 5
9. 3497 Bastiar Stiba Gilang Pandega 3 4 2 2
10. 3500 Erfan Hayqal Wiranto 3 3 2 2
11. 3501 Henri Wibowo 3 3 2 2
12. 3502 Imron Syafei 3 4 3 2
13. 3503 Kadek Deny Setiyo Budi - - - -
14. 3504 Kurniawati 4 4 2 4
15. 3507 Ngesti Untari Setiarini 4 4 4 5
16. 3508 Nanik Fitri Nur Ramadhani 4 4 4 4
17. 3510 Rizki Maulina 4 4 3 4
18. 3511 Radityo Tri Anjasmoro 3 3 4 3
19. 3514 Taufiq Nuril Anwar 4 3 4 2
20. 3516 Wahyu Ningsih 4 4 4 2
21. 3554 Munik Diah Alvianti 4 4 2 4
Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik 60% 75% 40% 45%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Keterangan:
Aspek Penilaian:
I : Perhatian dan konsentrasi siswa dalam mendengarkan bahan simakan
II : Kerja sama antarsiswa
III : Antusias dalam menjawab pertanyaan
IV : Keaktifan dalam mengerjakan tugas
Kriteria Penskoran:
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : cukup/sedang
4 : baik
5 : sangat baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b. Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Cerpen pada Siswa
Kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo
No. No. Induk Nama Siswa Nilai
Pratindakan
Nilai
Siklus I
1. 3469 Agus Suparno 70 50
2. 3489 Agustina Dwi Rahmawati 60 60
3. 3490 Agitalia Eka Pratama 65 83,3
4. 3491 Arun Rahmawati 45 73,3
5. 3492 Afri Baida Asiyah 70 73,3
6. 3493 Anggun Puspa Ningrum 25 63,3
7. 3494 Ago Hardianto Putra 50 46,7
8. 3496 Amalia Khoirunnisa 45 83,3
9. 3497 Bastiar Stiba Gilang Pandega 40 50
10. 3500 Erfan Hayqal Wiranto 60 46,7
11. 3501 Henri Wibowo 40 53,3
12. 3502 Imron Syafei 75 36,7
13. 3503 Kadek Deny Setiyo Budi 50 -
14. 3504 Kurniawati 60 76,7
15. 3507 Ngesti Untari Setiarini 45 83,3
16. 3508 Nanik Fitri Nur Ramadhani 45 76,7
17. 3510 Rizki Maulina 70 76,7
18. 3511 Radityo Tri Anjasmoro 70 66,7
19. 3514 Taufiq Nuril Anwar 75 43,3
20. 3516 Wahyu Ningsih 55 53,3
21. 3554 Munik Diah Alvianti 30 76,7
Perbandingan yang digambarkan pada tabel tersebut menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan jumlah siswa yang ’tuntas’ dari 7 siswa (33,3 %) menjadi 10
siswa (50 %). Dengan demikian, jelas bahwa nilai siswa pada siklus I lebih baik
daripada nilai siswa pada pratindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti dan guru merencanakan kegiatan untuk siklus kedua pada hari
Minggu, 13 Februari 2011 di rumah guru kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo, yaitu Ibu Anita Karmila, A.Ma. Berdasarkan
kesepakatan guru dan peneliti, maka tindakan pada siklus II akan dilaksanakan
pada hari Kamis, 17 Februari 2011 selama 3 x 35 menit, yaitu pada jam
pelajaran pertama sampai istirahat. Guru dan peneliti mendiskusikan
rancangan tindakan yang dilakukan dalam proses penelitian selanjutnya.
Peneliti mengemukakan analisis hasil observasi terhadap proses pembelajaran
yang dilaksanakan pada siklus I. Peneliti menyampaikan kelemahan dan
kelebihan selama berlangsungnya proses pembelajaran siklus I.
Beberapa kekurangan pada siklus I, telah diungkapkan pada uraian
siklus I. Peneliti mengemukakan perencanaan untuk mengatasi berbagai
kekurangan pada siklus I yaitu sebagai berikut.
1) Guru meningkatkan minat dan perhatian siswa dengan mengubah sedikit
posisinya. Guru tidak hanya duduk dan menjelaskan materi di bangkunya,
tetapi lebih mendekat kepada siswa. Dalam membacakan bahan simakan,
guru sebaiknya lebih menggunakan nada dan intonasi yang tepat agar
siswa juga lebih tertarik untuk mendengarkan. Selain itu, guru juga
sebaiknya lebih tegas untuk menegur siswa yang tidak fokus dalam
pembelajaran.
2) Guru sebaiknya lebih memperhatikan kondisi fisik ruang kelas. Dalam
pembelajaran menyimak dibutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi, untuk
itu sebaiknya guru menutup pintu kelas agar siswa tidak mengalihkan
pandangan ke luar, dan tetap berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran.
3) Guru sebaiknya juga memantau siswa pada saat siswa mulai mencari
pasangannya. Hal ini perlu dilakukan agar tidak ada lagi siswa yang hanya
duduk-duduk, dan tidak mau aktif mencari pasangannya. Selain itu juga
agar siswa tidak bermain curang, yaitu dengan memberitahukan jawaban
kepada teman yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
4) Agar hasil pembelajaran dapat lebih ditingkatkan, sebaiknya guru
menjelaskan kembali materi yang dipelajari dengan memberikan beberapa
contoh, sehingga siswa lebih mudah paham dan lebih siap terkait apa yang
seharusnya mereka kerjakan.
5) Guru sebaiknya memberikan reward kepada siswa yang dianggap aktif
dengan tujuan untuk mendorong siswa agar lebih berkonsentrasi dan juga
lebih aktif dalam pembelajaran menyimak, misalnya dalam merespon
pertanyaan dari guru. Reward yang diberikan dapat berupa pujian seperti:
bagus, baik sekali, benar, pintar, atau juga bisa dengan memberikan nilai
tambahan kepada siswa yang aktif.
6) Guru sebaiknya menjelaskan tentang penerapan teknik make a match
dalam pembelajaran menyimak ini dengan lebih detail dan runtut agar
dalam praktiknya siswa sudah paham dan tidak bingung lagi. Siswa juga
mampu bergerak dalam mencari pasangan dengan teratur, tidak
bergerombol dan gaduh seperti sebelumnya.
Adapun urutan perencanaan tindakan yang akan diterapkan dalam
siklus II adalah sebagai berikut.
1) Peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik Make a Match (Mencari Pasangan).
a) Guru sebelumnya memeriksa kondisi kelas dengan menutup pintu
kelas yang masih terbuka.
b) Guru mengkondisikan siswa dan mengecek presensi siswa.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
d) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab terkait materi
menyimak cerpen yang sudah pernah diberikan.
e) Guru menyampaikan materi tentang menyimak unsur-unsur yang ada
dalam cerpen yang mencakup tema, tokoh, latar, dan amanat disertai
dengan contohnya.
f) Guru menjelaskan tentang penerapan teknik make a match secara
lebih mendetail.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
g) Guru membacakan cerpen anak yang berjudul ”Lemari Dinding”
disertai dengan nada dan intonasi yang tepat. Siswa menyimak guru.
h) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa dan ditempatkan pada tempat duduk
yang berbeda. (deretan bangku paling kiri guru namai kelompok 1,
dua deretan bangku yang ada di tengah adalah kelompok 2 dan 3,
deretan bangku paling kanan adalah kelompok 4).
i) Guru menyiapkan kartu-kartu soal-jawaban yang akan dibagikan
kepada siswa.
j) Guru membagikan kartu-kartu soal jawaban tersebut kepada siswa.
Tiap siswa mendapat 1 kartu. Siswa pada kelompok 1 dan 3 mendapat
kartu yang berwarna oranye yang di dalamnya berisi pertanyaan.
Sedangkan siswa pada kelompok 2 dan 4 mendapatkan kartu yang
berwarna hijau yang di dalamnya berisi jawaban.
k) Guru memberi aba-aba siswa untuk membuka dan membaca kartu
yang sudah mereka bawa masing-masing.
l) Guru kemudian memberi waktu siswa dan mempersilakan siswa
untuk mencari pasangannya. Siswa pada kelompok 1 mencari
pasangannya di kelompok 2, dan menyuruh siswa pada kelompok 3
untuk mencari pasangannya di kelompok 4.
m) Setelah waktu habis, guru mengajak siswa untuk mencocokkan
pasangan yang sudah terbentuk. Guru meminta siswa secara
perseorangan untuk menanggapi pasangan yang ada, apakah pasangan
tersebut sudah betul atau belum.
n) Guru memberikan reward kepada siswa yang mau sukarela
memberikan tanggapan dengan poin plus di daftar nilai dan applause.
o) Guru mengulangi hal yang sama namun dengan pembagian kartu
yang berbeda. Kelompok 1 dan 3 mendapat kartu yang berwarna hijau
yang berisi jawaban, dan kelompok 2 dan 4 mendapat kartu yang
berwarna oranye yang berisi pertanyaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
p) Setelah semua selesai, guru melakukan evaluasi dengan memberikan
soal ulangan yang harus siswa kerjakan secara individual.
q) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
r) Guru menutup pelajaran.
2) Guru dan peneliti bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran untuk materi menyimak cerpen pada siklus II.
3) Peneliti memberikan cerpen dan kartu-kartu soal-jawaban yang akan
digunakan dalam tindakan pada siklus II.
4) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa lembar
pengamatan dan penilaian peserta didik dalam proses pembelajaran yang
terdiri dari beberapa aspek, yakni: a) perhatian dalam mendengarkan
bahan simakan, b) bekerja sama dengan teman saat teknik make a match
diterapkan, c) antusias dalam menjawab pertanyaan, dan d) mengerjakan
tugas. Selain itu, peneliti dan guru juga menyusun instrumen penelitin
yang berupa lembar penilaian hasil pembelajaran menyimak siswa yang
meliputi beberapa aspek, yaitu: a) ketepatan dalam menentukan tema, b)
ketepatan dalam menyebutkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen, c)
ketepatan dalam menyebutkan latar/setting dalam cerpen, d) ketepatan
dalam menuliskan amanat yang terkandung dalam cerpen yang sudah
dibacakan, dan e) kemampuan dalam menuliskan kembali cerpen yang
sudah dibacakan, yaitu mencakup: pemahaman dan kelengkapan akan isi
cerpen yang sudah dibacakan, ketepatan penggunaan diksi, ketepatan
struktur kalimat, dan ketepatan dalam ejaan/tata tulis.
5) Guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan siklus II yaitu
pada hari Kamis, 17 Februari 2011. Siklus II akan dilaksanakan dalam
waktu 3 x 35 menit (satu kali pertemuan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini berlangsung selama 3 x 35
menit yaitu 1 kali pertemuan pada hari Kamis, 17 Februari 2011 di ruang kelas
V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo. Proses pembelajaran
dilaksanakan berdasarkan rancangan yang telah disusun pada hari Minggu, 13
Februari 2011 yang telah disepakati antara pihak guru dan juga peneliti. Guru
dan peneliti merencanakan skenario pembelajaran sebagai solusi untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dalam
pembelajaran menyimak cerpen anak. Peneliti dalam pelaksanaan tindakan II
menempatkan diri di kursi paling belakang sebagai partisipan pasif serta untuk
melakukan observasi terhadap proses tindakan II dan mencatat data-data yang
dianggap penting, kemudian peneliti melakukan wawancara kepada pihak
siswa maupun pihak guru pasca tindakan.
Materi pelaksanaan tindakan II tersebut adalah mendengarkan cerpen
anak. Siswa diminta menyimak cerpen yang dibacakan oleh guru secara lisan.
Siswa kemudian diminta mengingat kembali isi dari bahan simakan dengan
teknik make a match yaitu mencari pasangan dengan menggunakan kartu-
kartu soal-jawaban. Langkah-langkah dalam proses pembelajaran pada tahap
pelaksanaan tindakan siklus II.
1) Guru menutup pintu kelas yang masih terbuka.
2) Guru mengkondisikan siswa dan mengecek presensi siswa.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
4) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab terkait materi
menyimak cerpen yang sudah pernah diberikan, baik itu tentang
pengertian tema, tokoh, latar, dan amanat yang ada dalam cerpen.
5) Guru menyampaikan kembali materi tentang menyimak unsur-unsur yang
ada dalam cerpen yang mencakup tema, tokoh, latar, dan amanat disertai
dengan contohnya.
6) Guru menjelaskan tentang penerapan teknik make a match secara lebih
mendetail, yaitu tentang prosedur mencari pasangan pada kelompok yang
telah ditentukan dan prosedur dalam pencocokan pasangan yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
7) Guru membacakan cerpen anak yang berjudul ”Lemari Dinding” di depan
siswa disertai dengan nada dan intonasi yang tepat, dan siswa menyimak
pembacaan cerpen oleh guru.
8) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa yang ditempatkan pada tempat duduk yang
berbeda. (deretan bangku paling kiri guru namai kelompok 1, dua deretan
bangku yang ada di tengah adalah kelompok 2 dan 3, deretan bangku
paling kanan adalah kelompok 4).
9) Guru menyiapkan kartu-kartu soal-jawaban yang akan dibagikan kepada
siswa. Guru membagi kartu tersebut di bangkunya berdasarkan warna.
10) Guru membagikan kartu-kartu soal jawaban tersebut kepada siswa. Tiap
siswa mendapat 1 kartu. Siswa pada kelompok 1 dan 3 mendapat kartu
yang berwarna oranye yang di dalamnya berisi pertanyaan. Sedangkan
siswa pada kelompok 2 dan 4 mendapatkan kartu yang berwarna hijau
yang di dalamnya berisi jawaban.
11) Guru memberi aba-aba siswa untuk membuka dan membaca kartu yang
sudah mereka bawa masing-masing.
12) Guru kemudian memberi waktu siswa dan mempersilakan siswa untuk
mencari pasangannya. Siswa pada kelompok 1 mencari pasangannya di
kelompok 2, dan menyuruh siswa pada kelompok 3 untuk mencari
pasangannya di kelompok 4.
13) Setelah waktu habis, guru mengajak siswa untuk mencocokkan pasangan
yang sudah terbentuk. Guru meminta siswa secara perseorangan untuk
menanggapi pasangan yang ada, apakah pasangan tersebut sudah betul
atau belum.
14) Guru memberikan reward kepada siswa yang mau sukarela
mengacungkan tangan untuk memberikan tanggapan dengan poin plus di
daftar nilai dan juga memberi applause.
15) Guru mengulangi hal yang sama namun dengan pembagian kartu yang
berbeda. Kelompok 1 dan 3 mendapat kartu yang berwarna hijau yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
berisi jawaban, dan kelompok 2 dan 4 mendapat kartu yang berwarna
oranye yang berisi pertanyaan.
16) Setelah semua selesai, guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal
ulangan yang harus siswa kerjakan secara individu.
17) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
18) Guru menutup pelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti melakukan observasi terhadap guru, siswa, dan proses
pembelajaran menyimak cerpen yang berlangsung. Pengamatan ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Februari 2011 pukul 07.30 WIB, yaitu pada
jam pelajaran pertama yang berlangsung selama 3 x 35 menit (satu kali
pertemuan). Sama seperti pada siklus sebelumnya, observasi ini difokuskan
pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilakukan oleh guru,
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen. Pada observasi ini,
peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di kursi paling belakang.
Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh
gambaran pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut.
1) Sebelum mengajar, guru mempersiapkan rencana pembelajaran yang akan
dijadikan pedoman dalam mengajar. Selain itu, guru juga sudah
memperhatikan kondisi sekitar kelas, yaitu dengan menutup pintu kelas
yang masih terbuka.
2) Pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung selama 1 kali pertemuan,
diikuti oleh siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo
yang berjumlah 20 siswa.
3) Guru sudah menjelaskan materi tentang unsur-unsur yang ada dalam
cerpen yang meliputi tema, tokoh, latar, dan amanat secara lebih detail
dengan disertai contoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
4) Guru sudah menjelaskan tentang penerapan teknik make a match secara
lebih mendetail, yaitu tentang prosedur mencari pasangan dan dalam
mencocokkan pasangan yang sudah terbentuk.
5) Guru membacakan bahan simakan yang berupa cerpen di depan kelas,
tepatnya di tengah-tengah siswa dengan sedikit menggunakan nada dan
intonasi yang tepat.
6) Setelah guru selesai membacakan bahan simakan, guru membagi siswa
menjadi 4 kelompok, dan tiap kelompok berisi 5 siswa. Dari 4 kelompok
tersebut, 2 di antaranya mendapat kartu berwarna oranye yang berisi
pertanyaan, dan 2 kelompok yang lain mendapat kartu berwarna hijau
yang berisi jawaban. Guru kemudian meminta siswa untuk segera mencari
pasangan mereka masing-masing dengan batas waktu tertentu. Dalam
kegiatan ini siswa sudah mulai banyak yang aktif dalam mencari pasangan.
Mereka tampak bersemangat dan bersaing dalam menemukan pasangan
lebih dulu. Siswa juga terlihat lebih teratur dalam mencari pasangannya.
Gambar 12. Siswa Lebih Teratur dalam Mencari Pasangan
7) Setelah semua siswa menemukan pasangannya, guru bersama dengan
siswa mencocokkan pasangan yang telah terbentuk, apakah sudah benar
atau belum. Guru meminta siswa mengacungkan tangan untuk memberi
tanggapan secara perseorangan. Guru memberikan reward kepada siswa
yang mau secara sukarela mengacungkan tangan dan menanggapi
pasangan yang telah membacakan kartunya. Reward yang diberikan guru
berupa poin plus dan applause yang diberikan oleh guru dan teman-teman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Dalam kegiatan ini sudah cukup banyak siswa yang aktif, mau secara
sukarela mengacungkan tangan dan menanggapi pasangan yang ada.
Mereka berebut untuk memberikan tanggapan.
Gambar 13. Siswa Sudah Mulai Aktif dalam Memberikan Tanggapan
8) Setelah selesai, guru kemudian memberikan soal ulangan kepada siswa.
Soal yang diberikan guru tersebut berisi tentang unsur-unsur yang ada
dalam cerpen yang telah dibacakan, mencakup tema, tokoh, latar, dan
amanat yang ada dalam cerpen. Dalam kegiatan ini siswa sudah mulai
tenang dan terlihat mengerjakan dengan lebih sungguh-sungguh. Mereka
sudah tidak banyak menanyakan tentang materi yang telah dijelaskan di
awal pembelajaran.
Gambar 14. Siswa Mulai Tenang dalam Mengerjakan Tugas
9) Ketika tahap refleksi, siswa mulai aktif dalam memberikan komentar atas
pertanyaan-pertanyaan singkat yang diberikan oleh guru terkait menyimak
cerpen yang telah dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
10) Kelemahan dan kekurangan selama pelaksanaan tindakan siklus II ini
dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.
a) Kelemahan yang ditemukan dari siswa, yaitu sebagai berikut.
(1) Siswa masih saja ada yang belum begitu sungguh-sungguh dalam
mendengarkan bahan simakan meskipun guru sudah membacakan
cerpen dengan lebih memperhatikan nada dan intonasi.
(2) Siswa masih belum sepenuhnya antusias dalam mencocokkan
pasangan yang telah terbentuk. Meski sudah ada beberapa siswa
yang sukarela mengacungkan tangan dan menanggapi pasangan
yang ada, namun beberapa siswa yang lain masih cuek dan tidak
memperhatikan jawaban dari temannya.
(3) Dilihat dari hasil tulisan siswa, masih terdapat banyak kesalahan
dalam ejaan dan penulisan tanda baca. Terdapat beberapa siswa
yang tidak menggunakan tanda titik maupun koma dalam
kalimatnya. Cukup banyak juga siswa yang tidak dapat
membedakan antara awalan dan kata depan. Selain itu juga masih
ada beberapa siswa yang salah dalam penggunaan huruf besar.
b) Kelemahan yang ditemukan dari guru, yaitu sebagai berikut.
(1) Guru masih kurang dalam memantau siswa saat bahan bacaan
(cerpen) dibacakan, sehingga masih ada beberapa siswa yang tidak
fokus dalam pembelajaran pun guru tidak mengetahuinya.
(2) Guru juga masih kurang tegas dalam memberikan teguran kepada
siswa, sehingga siswa yang bercanda dengan temannya pun meski
sudah diingatkan juga tidak jera, mereka tetap kembali mengulangi
perbuatannya.
c) Kelemahan pembelajaran menyimak cerpen dengan teknik Make a
Match yaitu kegiatan mencari pasangan ini merupakan teknik yang
sangat simpel dan sederhana, sehingga diperlukan kreativitas dalam
penerapannya agar tidak terkesan monoton dan siswa tidak jenuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
11) Peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menyimak cerpen
tampak dari indikator berikut.
a) Perhatian dan konsentrasi siswa saat mendengarkan bahan simakan.
Berdasarkan pengamatan peneliti dengan menggunakan pedoman
observasi, diketahui bahwa siswa yang perhatian dan berkonsentrasi
saat mendengarkan bahan simakan sebanyak 14 siswa atau 70 % siswa,
sedangkan 6 siswa atau 30 % siswa lainnya kurang memperhatikan dan
kurang berkonsentrasi. Mereka terlihat kurang bersungguh-sungguh
dalam mendengarkan bahan simakan. Siswa tersebut pada umumnya
adalah siswa putra yang duduk di deret bangku bagian belakang.
b) Kerjasama siswa.
Ketika proses pembelajaran menyimak, dalam siklus II ini ada 16
siswa atau 80 % siswa yang bekerja sama dalam penerapan teknik
make a match, yaitu ketika semua siswa bergerak mencari
pasangannya. Dalam siklus II ini, semua siswa tampak aktif, bahkan
mereka bersaing dalam memperoleh pasangannya lebih dahulu.
c) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan.
Siswa dalam menjawab pertanyaan pada pembelajaran menyimak
siklus II ini tergolong lebih aktif dibandingkan dengan siklus
sebelumnya. Terdapat 11 siswa atau 55 % siswa yang tergolong aktif
dalam menjawab pertanyaan. Mereka berani mengacungkan tangan
secara sukarela dalam menjawab pertanyaan. Sedangkan 9 siswa atau
45 % siswa masih tergolong cukup aktif. Mereka cenderung diam dan
hanya melihat teman lain yang menjawab pertanyaan dari guru.
d) Keaktifan dalam mengerjakan tugas.
Siswa yang betul-betul aktif dalam mengerjakan tugas pada siklus II
ini ada 12 siswa atau 60 % siswa. Sedangkan siswa yang lain yaitu
sebanyak 8 siswa atau 40 % siswa belum tampak sungguh-sungguh
mengerjakan tugas. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk
bercakap-cakap dengan teman yang lain. Siswa tersebut adalah siswa
putra yang duduk di deretan bangku sebelah kiri guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
e) Ketuntasan hasil belajar siswa dalam menyimak cerpen.
Ketuntasan siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen ini dinilai
berdasarkan pada beberapa hal, di antaranya yaitu: (1) ketepatan dalam
menentukan tema, (2) ketepatan dalam menyebutkan tokoh-tokoh yang
ada dalam cerpen, (3) ketepatan dalam menyebutkan latar/setting
dalam cerpen, (4) ketepatan dalam menuliskan amanat yang
terkandung dalam cerpen yang sudah dibacakan, dan (5) kemampuan
dalam menuliskan kembali cerpen yang sudah dibacakan, yaitu
mencakup pemahaman dan kelengkapan akan isi cerpen yang sudah
dibacakan, ketepatan penggunaan diksi, ketepatan struktur kalimat, dan
ketepatan dalam ejaan/tata tulis. Ketuntasan hasil belajar pada siklus II
ini mencapai 65 %. Hal ini dilihat dari jumlah siswa yang memperoleh
nilai lebih dari atau sama dengan 65 berjumlah 13 siswa dari 20 siswa
yang mengikuti pembelajaran menyimak.
Dengan demikian, kualitas hasil pembelajaran menyimak
cerpen pada siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 berdasarkan nilai
ulangan yang diperoleh menunjukkan bahwa ada peningkatan dari
hasil siklus I. Terbukti ada 13 siswa yang mendapat nilai lebih dari 65,
dan ada 7 siswa yang masih memperoleh nilai kurang dari 65. Dua
siswa mendapat nilai 40. Ada empat siswa yang mendapat nilai antara
50-59. Ada dua siswa yang mendapat nilai antara 60-69. Siswa yang
memperoleh nilai 70 ada dua siswa. Ada empat siswa mendapat nilai
73,3. Ada satu siswa memperoleh nilai 76,7. Siswa yang mendapat
nilai antara 80-89 ada lima siswa. Nilai tertinggi pada pembelajaran
menyimak cerpen siklus II ini adalah 83,3. Peningkatan nilai
pembelajaran menyimak tersebut tampak jelas pada grafik dan tabel
perbandingan nilai pembelajaran menyimak di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Gambar 15. Grafik Perbandingan Nilai Pembelajaran Menyimak
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat nilai menyimak
siswa. Pada kegiatan siklus I tampak bahwa masih banyak siswa yang
mendapat nilai di bawah 65, sedangkan pada siklus II banyak siswa
yang sudah mendapat nilai di atas 65. Berdasarkan grafik tersebut
tampak bahwa nilai siswa pada siklus II lebih baik daripada nilai
siswa pada siklus I. Siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 (belum
tuntas) pada siklus I lebih banyak daripada siklus II.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran menyimak siklus II ini (proses dan hasil) telah menunjukkan
peningkatan dari kondisi pada siklus I.
1) Perhatian dan konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
menyimak khususnya dalam mendengarkan bahan simakan dengan
menggunakan teknik make a match ini mengalami peningkatan dari 12
siswa (60 %) pada siklus I menjadi 14 siswa (70 %) pada siklus II. Meski
belum sepenuhnya, namun siswa sudah tampak lebih tertarik dan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
memperhatikan apa yang guru sampaikan, dibanding pada saat kegiatan
siklus I. Pada saat siklus II ini sudah tampak beberapa siswa yang
mencatat hal-hal yang penting dalam bahan bacaan yang diperdengarkan,
tidak seperti pada siklus sebelumnya yang siswa belum begitu sungguh-
sungguh dalam pembelajaran menyimak. Indikator pengukuran perhatian
dan konsentrasi siswa ini diukur berdasarkan jumlah siswa yang
menampakkan perhatian dan kesungguhannya dalam pembelajaran.
2) Kerjasama antarsiswa dalam pelaksanaan tindakan siklus II ini mengalami
peningkatan dibandingkan pada tindakan siklus I yaitu dari 15 siswa atau
75 % siswa menjadi 16 siswa atau 80 % siswa. Beberapa siswa sudah
terlihat aktif dalam bekerja sama dan mencari pasangannya, mereka tidak
banyak yang terlihat hanya duduk seperti dalam siklus I.
3) Keaktifan dan antusias siswa dalam pembelajaran menyimak meningkat.
Siswa terlihat lebih aktif untuk menjawab pertanyaan dari guru
dibandingkan dengan pada kegiatan siklus I. Dalam siklus II ini sudah ada
beberapa siswa yang secara sukarela mengacungkan tangannya untuk
menjawab pertanyaan dari guru. Siswa juga sudah mampu bekerja sama
dengan teman yang lain dalam mencari pasangan. Pada siklus II ini
keaktifan siswa mencapai 55% (11 siswa aktif) sedangkan pada siklus I
hanya 40% (8 siswa aktif). Keaktifan siswa dapat diamati selama proses
pembelajaran berlangsung.
4) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menyimak juga tampak pada saat
mereka mengerjakan tugas. Dalam siklus I, siswa yang bersungguh-
sungguh dalam mengerjakan tugas ada 9 siswa atau 45 % siswa.
Sedangkan dalam siklus II ini, siswa yang tampak tenang dan bersunguh-
sungguh dalam mengerjakan tugas ada 12 siswa atau 60 % siswa.
Sehingga, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas pada tindakan siklus
II ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tindakan siklus I.
5) Kemampuan siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen belum begitu
maksimal. Hal ini terbukti dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran
menyimak, hanya 13 siswa yang tuntas atau sekitar 65% yang mendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
nilai 65 ke atas, yang lainnya masih di bawah KKM yang berlaku. Akan
tetapi, sudah ada peningkatan dari kegiatan siklus I, karena dalam
kegiatan pada siklus I siswa yang tuntas adalah 10 siswa atau sekitar 50 %
siswa yang tuntas.
6) Guru juga lebih komunikatif dalam pembelajaran menyimak dengan
teknik make a match. Selain itu guru juga lebih memperhatikan posisinya
dalam membacakan bahan simakan. Pada siklus I guru sudah tampak
menjelaskan materi dengan metode tanya jawab, namun ternyata itu
semua tidak cukup. Pada siklus II ini selain guru menggunakan tanya
jawab, guru juga memberikan contoh agar siswa lebih mudah memahami
materi yang disampaikan. Guru dan siswa juga bersama-sama dalam
mencocokkan pasangan yang sudah terbentuk. Sudah ada beberapa siswa
juga yang mau merespon pertanyaan-pertanyaan dari guru. Hal tersebut
membuktikan adanya interaksi yang lebih baik antara guru dan siswa.
Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan dari pelaksanaan
tindakan siklus II ini bersumber dari siswa, guru, dan teknik pengajarannya.
Selanjutnya, untuk memperbaiki beberapa kekurangan atau kelemahan yang
ada pada siklus II ini, guru dan peneliti akan mengadakan langkah-langkah
perbaikan berikut.
1) Guru meningkatkan minat dan motivasi siswa khususnya pada saat bahan
bacaan diperdengarkan dengan menggunakan media rekaman. Selama ini
siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo masih sangat
jarang diajar dengan menggunakan media audio seperti tape recorder
khususnya dalam pembelajaran menyimak. Guru hanya selalu
membacakannya di depan kelas. Untuk itu, guru perlu memberikan variasi
dalam menentukan media pembelajaran menyimak yang salah satu
alternatifnya yaitu dengan menggunakan media rekaman agar siswa lebih
tertarik lagi untuk mendengarkan.
2) Guru meningkatkan keaktifan siswa dengan memberikan tantangan yang
berbeda dari sebelumnya. Selain guru meminta siswa menanggapi
pasangan yang sudah terbentuk secara individu atau perseorangan, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
juga meminta siswa maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali
bahan simakan yang telah diperdengarkan. Siswa yang mungkin dalam
siklus sebelumnya belum berkesempatan menjawab pertanyaan dari guru
maupun menanggapi pasangan yang sudah terbentuk, dalam siklus
berikutnya ini guru akan lebih banyak memberikan kesempatan untuk
siswa agar bersikap lebih aktif. Untuk semua itu tentunya guru juga
memberikan tambahan reward selain nilai plus dan applause.
3) Guru memberikan variasi dalam penerapan teknik Make a Match. Teknik
Make a Match yang tergolong simpel dan mudah diparaktikkan akan
membuat siswa lebih mudah bosan. Untuk itu, guru perlu memberikan
variasi yaitu dengan mengubah keadaan kelas. Guru menggeser bangku ke
kanan dan ke kiri, sehingga posisi di tengah kelas kosong. Bagian tengah
yang kosong tersebut menjadi tempat siswa dalam menerapkan teknik
Make a Match yaitu dalam mencari pasangan. Selain siswa mendapatkan
suasana yang baru, siswa juga akan lebih mudah dalam mencari
pasangannya. Situasi dalam proses mencari pasangan pun akan lebih bisa
rapi dan terkondisikan. Selain itu guru juga lebih mudah dalam memantau
siswa yang sudah aktif dan yang belum aktif.
4) Guru perlu bertindak lebih tegas lagi dalam memberi peringatan kepada
siswa. Ketika guru memberikan reward kepada siswa yang aktif, maka
guru pun perlu memberikan hukuman bagi siswa yang nakal, lebih banyak
bercanda dan tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran
menyimak. Jadi ketika siswa sudah diperingatkan satu kali, mereka tidak
akan mengulanginya lagi.
5) Selain guru memberikan materi tentang unsur-unsur cerpen yang
mencakup tema, tokoh, latar, dan amanat; guru juga perlu memberikan
materi tentang bagaimana menulis yang baik, terutama dari segi bahasa
dan tata baca yang menyertainya. Hal ini dilakukan mengingat dalam
penilaian keterampilan menyimak juga terdapat penilaian dalam aspek
penulisan, yaitu menuliskan kembali bahan simakan dengan bahasa
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Tabel 11. Nilai Proses dan Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Menyimak
Cerpen Siswa Kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban
Sukoharjo.
a. Perolehan Nilai Proses Pembelajaran Menyimak Siklus II
No. No.
Induk Nama Siswa
Perilaku
I II III IV
1. 3469 Agus Suparno 3 3 3 3
2. 3489 Agustina Dwi Rahmawati 4 4 4 3
3. 3490 Agitalia Eka Pratama 4 5 3 4
4. 3491 Arun Rahmawati 4 5 4 4
5. 3492 Afri Baida Asiyah 4 5 4 5
6. 3493 Anggun Puspa Ningrum 4 4 3 5
7. 3494 Ago Hardianto Putra 4 5 3 2
8. 3496 Amalia Khoirunnisa 4 5 4 5
9. 3497 Bastiar Stiba Gilang Pandega 3 4 3 2
10. 3500 Erfan Hayqal Wiranto 3 3 4 2
11. 3501 Henri Wibowo 4 3 4 2
12. 3502 Imron Syafei 3 4 4 2
13. 3503 Kadek Deny Setiyo Budi - - - -
14. 3504 Kurniawati 4 5 3 4
15. 3507 Ngesti Untari Setiarini 4 5 4 5
16. 3508 Nanik Fitri Nur Ramadhani 4 5 3 4
17. 3510 Rizki Maulina 3 5 3 4
18. 3511 Radityo Tri Anjasmoro 3 4 4 4
19. 3514 Taufiq Nuril Anwar 4 3 4 2
20. 3516 Wahyu Ningsih 4 5 4 4
21. 3554 Munik Diah Alvianti 4 5 3 5
Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik 70% 80% 55% 60%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Keterangan:
Aspek Penilaian:
I : Perhatian dan konsentrasi siswa dalam mendengarkan bahan simakan
II : Kerja sama antarsiswa
III : Antusias dalam menjawab pertanyaan
IV : Keaktifan dalam mengerjakan tugas
Kriteria Penskoran:
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : cukup/sedang
4 : baik
5 : sangat baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
b. Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Cerpen pada Siswa
Kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo
No No.
Induk Nama Siswa
Nilai
Pratindakan
Nilai
Siklus I
Nilai
Siklus II
1. 3469 Agus Suparno 70 50 60
2. 3489 Agustina Dwi Rahmawati 60 60 66,7
3. 3490 Agitalia Eka Pratama 65 83,3 73,3
4. 3491 Arun Rahmawati 45 73,3 73,3
5. 3492 Afri Baida Asiyah 70 73,3 83,3
6. 3493 Anggun Puspa Ningrum 25 63,3 80
7. 3494 Ago Hardianto Putra 50 46,7 56,7
8. 3496 Amalia Khoirunnisa 45 83,3 80
9. 3497 Bastiar Stiba Gilang Pandega 40 50 56,7
10. 3500 Erfan Hayqal Wiranto 60 46,7 40
11. 3501 Henri Wibowo 40 53,3 56,7
12. 3502 Imron Syafei 75 36,7 40
13. 3503 Kadek Deny Setiyo Budi 50 - -
14. 3504 Kurniawati 60 76,7 73,3
15. 3507 Ngesti Untari Setiarini 45 83,3 80
16. 3508 Nanik Fitri Nur Ramadhani 45 76,7 76,7
17. 3510 Rizki Maulina 70 76,7 73,3
18. 3511 Radityo Tri Anjasmoro 70 66,7 70
19. 3514 Taufiq Nuril Anwar 75 43,3 50
20. 3516 Wahyu Ningsih 55 53,3 70
21. 3554 Munik Diah Alvianti 30 76,7 80
Perbandingan yang digambarkan pada tabel tersebut menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan jumlah siswa yang ’tuntas’ dari 10 siswa (50 %) menjadi 13
siswa (65 %). Dengan demikian, jelas bahwa nilai siswa pada siklus II lebih baik
daripada nilai siswa pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
3. Siklus Ketiga
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan untuk siklus ketiga dilaksanakan pada
hari Minggu, 20 Februari 2011 di rumah guru kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo, yaitu Ibu Anita Karmila, A. Ma. Peneliti bersama guru
melakukan diskusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus
sebelumnya berdasarkan dari hasil analisis dan refleksi pada siklus kedua.
Berdasarkan kesepakatan guru dan peneliti maka tindakan pada siklus ketiga
akan dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Februari 2011 selama 3 x 35 menit
pada jam pelajaran pertama sampai istirahat. Guru dan peneliti mendiskusikan
rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian selanjutnya.
Rancangan kegiatan dalam siklus III meliputi pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran menyimak cerpen dengan menggunakan teknik Make a Match
yang merupakan refleksi dari siklus II, dan sebagai upaya perbaikan pada
kegiatan pembelajaran pada siklus kedua.
Peneliti mengemukakan perencanaan untuk mengatasi berbagai
kekurangan pada siklus II yaitu sebagai berikut:
1) Guru meningkatkan minat dan motivasi siswa khususnya pada saat bahan
bacaan diperdengarkan dengan menggunakan media rekaman. Selama ini
siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo masih sangat
jarang diajar dengan menggunakan media audio seperti tape recorder
khususnya dalam pembelajaran menyimak. Guru hanya selalu
membacakannya di depan kelas. Untuk itu, guru perlu memberikan variasi
dalam menentukan media pembelajaran menyimak yang salah satu
alternatifnya yaitu dengan menggunakan media rekaman agar siswa lebih
tertarik lagi untuk mendengarkan.
2) Guru meningkatkan keaktifan siswa dengan memberikan tantangan yang
berbeda dari sebelumnya. Selain guru meminta siswa menanggapi
pasangan yang sudah terbentuk secara individu atau perseorangan, guru
juga meminta siswa maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali
bahan simakan yang telah diperdengarkan. Siswa yang mungkin dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
siklus sebelumnya belum berkesempatan menjawab pertanyaan dari guru
maupun menanggapi pasangan yang sudah terbentuk, dalam siklus
berikutnya ini guru akan lebih banyak memberikan kesempatan untuk
siswa agar bersikap lebih aktif. Untuk semua itu tentunya guru juga
memberikan tambahan reward selain nilai plus dan applause.
3) Guru memberikan variasi dalam penerapan teknik Make a Match. Teknik
Make a Match yang tergolong simpel dan mudah diparaktikkan akan
membuat siswa lebih mudah bosan. Untuk itu, guru perlu memberikan
variasi yaitu dengan mengubah keadaan kelas. Guru menggeser bangku ke
kanan dan ke kiri, sehingga posisi di tengah kelas kosong. Bagian tengah
yang kosong tersebut menjadi tempat siswa dalam menerapkan teknik
Make a Match yaitu dalam mencari pasangan. Selain siswa mendapatkan
suasana yang baru, siswa juga akan lebih mudah dalam mencari
pasangannya. Situasi dalam proses mencari pasangan pun akan lebih bisa
rapi dan terkondisikan. Selain itu guru juga lebih mudah dalam memantau
siswa yang sudah aktif dan yang belum aktif.
4) Guru perlu bertindak lebih tegas lagi dalam memberi peringatan kepada
siswa. Ketika guru memberikan reward kepada siswa yang aktif, maka
guru pun perlu memberikan hukuman bagi siswa yang nakal, lebih banyak
bercanda dan tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran
menyimak. Jadi ketika siswa sudah diperingatkan satu kali, mereka tidak
akan mengulanginya lagi.
5) Selain guru memberikan materi tentang unsur-unsur cerpen yang
mencakup tema, tokoh, latar, dan amanat; guru juga perlu memberikan
materi tentang bagaimana menulis yang baik, terutama dari segi bahasa
dan tata baca yang menyertainya. Hal ini dilakukan mengingat dalam
penilaian keterampilan menyimak juga terdapat penilaian dalam aspek
penulisan, yaitu menuliskan kembali bahan simakan dengan bahasa
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Adapun urutan tindakan yang direncanakan akan diterapkan dalam
siklus III ini adalah sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik Make a Match (Mencari Pasangan) yaitu
sebagai berikut:
1) Guru menutup pintu kelas, membuka pelajaran dengan doa, dan
mengecek presensi siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Guru memberikan apersepsi dengan melakukan tanya jawab terkait
materi menyimak cerpen yang telah lalu. Guru juga menyampaikan
hasil tulisan siswa dalam pembelajaran sebelumnya yang masih
kurang memuaskan.
4) Guru memberikan materi terkait unsur-unsur dalam cerpen yang
mencakup tema, tokoh, latar, dan amanat. Selain itu guru juga
menerangkan tentang tata tulis yang mencakup penggunaan huruf
kapital yang benar, penggunaan tanda baca dalam kalimat, serta
dalam penggunaan bahasa/pilihan kata yang tepat.
5) Setelah itu, guru memberikan penjelasan terkait pembelajaran
menyimak cerpen yang akan dilaksanakan. Guru menjelaskan bahwa
bahan simakan yang akan diperdengarkan adalah berupa rekaman,
sehingga siswa diharapkan mampu sepenuhnya fokus dalam
mendengarkannya. Selain itu guru juga menjelaskan tentang
penerapan teknik make a match yang akan sedikit berbeda dari
biasanya, yaitu dengan mengubah posisi tempat duduk.
6) Setelah semua sudah jelas, guru meminta siswa menggeser semua
bangku ke bagian samping kelas. Bangku tersebut dibagi menjadi dua
bagian, sehingga di tengah-tengah kelas pun terlihat kosong.
7) Setelah semua sudah selesai, guru mulai memperdengarkan rekaman
cerpen yang sudah disiapkan sebelumnya. Guru meminta siswa untuk
tenang dan berkonsentrasi penuh dalam mendengarkan bahan simakan
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
8) Setelah bahan simakan selesai diperdengarkan, guru membagi siswa
menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok
beranggotakan 10 siswa. Guru meminta semua siswa berdiri di tengah
kelas sambil berhadapan antara kelompok satu dan kelompok yang
lain.
9) Guru membagikan kartu kepada siswa. Tiap siswa mendapatkan satu
kartu. Siswa yang berada di kelompok pertama mendapatkan kartu
berwarna kuning yang berisi pertanyaan. Sedangkan siswa yang
berada di kelompok kedua mendapatkan kartu berwarna merah jambu
yang berisi jawaban.
10) Setelah semua siswa mendapatkan kartu, guru mulai memberi aba-aba
kepada siswa untuk membuka dan membaca isi dari kartu yang
mereka bawa masing-masing.
11) Guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari
pasangan yang mereka anggap benar. Dalam kegiatan ini guru
memberikan batasan waktu.
12) Guru mempersilakan siswa yang sudah menemukan pasangannya
untuk menempati tempat duduk yang masih kosong.
13) Setelah waktu habis, dan semua sudah mendapatkan pasangannya,
guru bersama siswa kemudian mencocokkan pasangan yang sudah
terbentuk. Guru meminta satu per satu pasangan yang ada
membacakan kartunya, dan siswa yang lain diminta menanggapi
secara perseorangan yaitu dengan mengacungkan tangan secara
sukarela.
14) Setelah semua sudah selesai dicocokkan, guru mengulang kembali
kegiatan mencari pasangan tersebut dengan kelompok yang berbeda
(kelompok dibalik). Guru juga melakukan hal yang sama yaitu
mencocokkan kartu yang ada.
15) Setelah selesai, guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas
untuk menceritakan kembali bahan simakan yang telah
diperdengarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
16) Guru memberikan soal tertulis terkait unsusr-unsur yang ada dalam
cerpen yang telah dibacakan sebagai bentuk evaluasi.
17) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
18) Guru menutup pelajaran.
2) Guru dan peneliti bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran untuk materi menyimak cerpen pada siklus III.
3) Peneliti memberikan rekaman pembacaan cerpen dan kartu-kartu soal-
jawaban yang akan digunakan dalam tindakan pada siklus III.
4) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa lembar
pengamatan dan penilaian peserta didik dalam proses pembelajaran yang
terdiri dari beberapa aspek, yakni: a) perhatian dalam mendengarkan
bahan simakan, b) bekerja sama dengan teman saat teknik make a match
diterapkan, c) antusias dalam menjawab pertanyaan, dan d) mengerjakan
tugas. Selain itu, peneliti dan guru juga menyusun instrumen penelitin
yang berupa lembar penilaian hasil pembelajaran menyimak siswa yang
meliputi beberapa aspek, yaitu: a) ketepatan dalam menentukan tema, b)
ketepatan dalam menyebutkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen, c)
ketepatan dalam menyebutkan latar/setting dalam cerpen, d) ketepatan
dalam menuliskan amanat yang terkandung dalam cerpen yang sudah
dibacakan, dan e) kemampuan dalam menuliskan kembali cerpen yang
sudah dibacakan, yaitu mencakup: pemahaman dan kelengkapan akan isi
cerpen yang sudah dibacakan, ketepatan penggunaan diksi, ketepatan
struktur kalimat, dan ketepatan dalam ejaan/tata tulis.
5) Guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan siklus III yaitu
pada hari Kamis, 24 Februari 2011. Siklus III akan dilaksanakan dalam
waktu 3 x 35 menit (satu kali pertemuan).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus III berlangsung selama 3 x 35 menit
(satu kali pertemuan) pada hari Kamis, 24 Februari 2011 di ruang kelas V SD
Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo. Proses pembelajaran dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
berdasarkan rancangan yang telah disusun pada hari Minggu, 20 Februari
2011 yang telah disepakati antara pihak guru dan peneliti. Guru dan peneliti
merencanakan skenario pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi
kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus II dalam pembelajaran
menyimak cerpen anak. Pada pelaksanaan siklus III ini, peneliti bertindak
sebagai partisipan pasif dan duduk di belakang. Peneliti melakukan observasi
terhadap jalannya proses pembelajaran menyimak cerpen, yang meliputi
pengamatan terhadap siswa, guru, dan pelaksanaan teknik yang dipakai. Guru
bertindak sebagai pemimpin jalannya pembelajaran menyimak.
Materi pelaksanaan tindakan III ini adalah mendengarkan cerpen anak
yang dibacakan secara lisan. Siswa diminta untuk mendengarkan rekaman
pembacaan cerpen yang sudah guru siapkan. Untuk mengingat bahan simakan
yang telah diperdengarkan, guru menerapkan teknik make a match yang dalam
pelaksanaannya menggunakan kartu-kartu soal-jawaban. Pada siklus III ini
rekaman cerpen yang diperdengarkan bertemakan tanggung jawab yang
berjudul ”Buku Pinjaman Nining”.
Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus III meliputi langkah-
langkah sebagai berikut.
1) Guru menutup pintu kelas agar siswa berkonsentrasi penuh dalam
pembelajaran menyimak. Guru kemudian membuka pelajaran dengan
doa, dan mengecek presensi siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Guru memberikan apersepsi dengan melakukan tanya jawab terkait
materi menyimak cerpen yang telah lalu. Guru juga menyampaikan hasil
tulisan siswa dalam pembelajaran sebelumnya yang masih banyak
kesalahan dan kurang memuaskan.
4) Guru memberikan materi terkait unsur-unsur dalam cerpen yang
mencakup tema, tokoh, latar, dan amanat. Selain itu guru juga
menerangkan tentang tata tulis yang mencakup penggunaan huruf kapital
yang benar, penggunaan tanda baca dalam kalimat, serta dalam
penggunaan bahasa/pilihan kata yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
5) Setelah itu, guru memberikan penjelasan terkait pembelajaran menyimak
cerpen yang akan dilaksanakan. Guru menjelaskan bahwa bahan simakan
yang akan diperdengarkan adalah berupa rekaman, sehingga siswa
diharapkan mampu sepenuhnya fokus dalam mendengarkannya. Selain
itu guru juga menjelaskan tentang penerapan teknik make a match yang
akan sedikit berbeda dari biasanya, yaitu dengan mengubah posisi tempat
duduk yang ada di kelas tersebut.
6) Setelah semua sudah jelas, guru meminta siswa menggeser semua bangku
ke bagian samping kelas. Bangku tersebut dibagi menjadi dua bagian,
sehingga di tengah-tengah kelas pun terlihat kosong.
7) Setelah semua sudah selesai, guru mulai memperdengarkan rekaman
cerpen yang sudah disiapkan sebelumnya. Guru meminta siswa untuk
tenang dan berkonsentrasi penuh dalam mendengarkan rekaman
pembacaan cerpen tersebut.
8) Setelah bahan simakan selesai diperdengarkan, guru membagi siswa
menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok beranggotakan 10
siswa. Guru meminta semua siswa berdiri di tengah kelas sambil
berhadapan antara kelompok satu dan kelompok yang lain.
9) Guru membagikan kartu kepada siswa. Tiap siswa mendapatkan satu
kartu. Siswa yang berada di kelompok pertama mendapatkan kartu
berwarna kuning yang berisi pertanyaan. Sedangkan siswa yang berada di
kelompok kedua mendapatkan kartu berwarna merah jambu yang berisi
jawaban. Mereka belum boleh membuka kartu-kartu tersebut.
10) Setelah semua siswa mendapatkan kartu, guru mulai memberi aba-aba
kepada siswa untuk membuka dan membaca isi dari kartu yang mereka
bawa masing-masing.
11) Guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari
pasangan yang mereka anggap benar. Dalam kegiatan ini guru
memberikan batasan waktu.
12) Guru mempersilakan siswa yang sudah menemukan pasangannya untuk
menempati tempat duduk yang masih kosong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
13) Setelah waktu habis, dan semua sudah mendapatkan pasangannya, guru
bersama siswa kemudian mencocokkan pasangan yang sudah terbentuk.
Guru meminta satu per satu pasangan yang ada membacakan kartunya,
dan siswa yang lain diminta menanggapi secara perseorangan yaitu
dengan mengacungkan tangan secara sukarela.
14) Setelah semua sudah selesai dicocokkan, guru mengulang kembali
kegiatan mencari pasangan tersebut dengan kelompok yang berbeda
(kelompok dibalik). Guru juga melakukan hal yang sama yaitu
mencocokkan kartu yang ada.
15) Setelah selesai, guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk
menceritakan kembali bahan simakan yang telah diperdengarkan.
16) Guru memberikan soal tertulis terkait unsusr-unsur yang ada dalam
cerpen yang telah dibacakan sebagai bentuk evaluasi.
17) Guru bersama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
18) Guru menutup pelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti sebagai partisipan pasif hanya menempatkan diri di tempat
duduk paling belakang dan mengamati jalannya proses pembelajaran
menyimak dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make
a Match. Tindakan ketiga yang dilakukan pada siklus III dilaksanakan pada
hari Kamis, 24 Februari 2011, pukul 07.30 WIB, yaitu pada jam pelajaran
pertama sampai istirahat yang berlangsung selama 3 x 35 menit. Pada siklus
ketiga ini siswa berjumlah 20 siswa. Sama seperti pada siklus sebelumnya,
observasi ini difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang
dilaksanakan guru, dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen.
Berdasarkan kegiatan observasi, secara garis besar diperoleh gambaran
pelaksanaan tindakan siklus III sebagai berikut.
1) Sebelum mengajar, guru mempersiapkan rencana pembelajaran yang akan
dijadikan pedoman dalam mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
2) Pelaksanaan tindakan siklus III berlangsung selama satu kali pertemuan,
diikuti oleh semua siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban
Sukoharjo yang berjumlah 20 siswa.
3) Guru sudah melakukan apersepsi dengan bertanya jawab terkait materi
menyimak cerpen yang sudah lalu. Selain itu guru juga memberikan
tambahan materi tentang penulisan huruf kapital yang tepat, penggunaan
kata yang tepat, dan penggunaan tanda baca yang tepat dalam kalimat.
4) Setelah melakukan apersepsi, guru menjelaskan prosedur pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada hari tersebut, baik itu dalam bahan simakan
yang akan diperdengarkan maupun tata cara penerapan teknik make a
match yang berbeda dari sebelumnya. Setelah semuanya jelas, guru
memperdengarkan bahan simakan yang berupa rekaman pembacaan
cerpen. Semua siswa sudah tampak antusias dan berkonsentrasi dalam
mendengarkan bahan simakan. Mereka mendengarkan sambil
mengeluarkan buku dan mencatat hal-hal yang mereka anggap penting dari
bahan simakan yang diperdengarkan. Selain itu, karena bahan simakan
yang diperdengarkan berupa rekaman, jadi guru sekaligus dapat memantau
aktivitas siswa saat menyimak.
Gambar 16. Siswa Berkonsentrasi dalam Mendengarkan Bahan Simakan
5) Setelah guru memperdengarkan bahan simakan, guru mulai menerapkan
teknik make a match, yaitu dengan membagi siswa menjadi dua kelompok,
yang masing-masing kelompok beranggotakan 10 siswa. Guru meminta
semua siswa berdiri di tengah kelas sambil berhadapan antara kelompok
satu dan kelompok yang lain. Guru membagikan kartu kepada siswa. Tiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
siswa mendapatkan satu kartu. Siswa yang berada di kelompok pertama
mendapatkan kartu berwarna kuning yang berisi pertanyaan, sedangkan
siswa yang berada di kelompok kedua mendapatkan kartu berwarna merah
jambu yang berisi jawaban. Setelah semua siswa mendapatkan kartu, guru
memberi aba-aba kepada siswa untuk membuka dan membaca isi dari
kartu yang mereka bawa. Guru kemudian memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencari pasangan yang mereka anggap benar. Dalam kegiatan
ini, siswa sudah tampak lebih antusias dalam mencari pasangannya.
Mereka sudah menerapkan teknik yang dipakai sesuai prosedur. Tidak ada
siswa yang hanya duduk menunggu temannya, semua asyik dan
bersemangat dalam mencari pasangannya.
Gambar 17. Siswa Aktif Mencari Pasangannya
6) Setelah semua siswa menemukan pasangannya, guru bersama dengan
siswa mencocokkan pasangan yang telah terbentuk, apakah sudah benar
atau belum. Guru meminta siswa mengacungkan tangan untuk memberi
tanggapan secara perseorangan. Guru memberikan reward kepada siswa
yang mau secara sukarela mengacungkan tangan dan menanggapi
pasangan yang telah membacakan kartunya. Reward yang diberikan guru
berupa poin plus dan applause yang diberikan oleh guru dan teman-teman.
Dalam kegiatan ini sudah lebih banyak siswa yang aktif, mau secara
sukarela mengacungkan tangan dan menanggapi pasangan yang ada.
Mereka berebut untuk memberikan tanggapan. Siswa juga tampak lebih
memberikan perhatian kepada teman yang sedang memberikan tanggapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Gambar 18. Siswa Memperhatikan Teman yang Memberikan Tanggapan
7) Setelah semua selesai dicocokkan, guru memberikan kesempatan kepada
tiga siswa maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali cerpen yang
sudah diperdengarkan. Dalam kegiatan ini, sudah ada siswa yang secara
sukarela maju ke depan kelas dan bercerita dengan bahasa mereka sendiri.
Ada tiga siswa yang maju, yaitu 2 siswa putri dan 1 siswa putra. Setelah
mereka maju, guru memberikan hadiah berupa penggaris pada masing-
masing anak sebagai reward atas keberanian mereka maju bercerita secara
sukarela di depan kelas.
Gambar 19. Siswa Menceritakan Kembali Cerpen yang Sudah
Diperdengarkan
8) Setelah selesai, guru kemudian memberikan soal ulangan kepada siswa.
Soal yang diberikan guru tersebut berisi tentang unsur-unsur yang ada
dalam cerpen yang telah dibacakan, mencakup tema, tokoh, latar, dan
amanat yang ada dalam cerpen. Dalam kegiatan ini siswa sudah banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
yang tenang dan terlihat mengerjakan dengan lebih sungguh-sungguh.
Mereka sudah tidak banyak menanyakan tentang materi yang telah
dijelaskan di awal pembelajaran.
Gambar 20. Siswa Tenang dalam Mengerjakan Tugas
9) Ketika tahap refleksi, siswa mulai aktif dalam memberikan komentar atas
pertanyaan-pertanyaan singkat yang diberikan oleh guru terkait menyimak
cerpen yang telah dilaksanakan. Siswa yang saat mencocokkan pasangan
belum banyak berbicara, pada kegiatan ini sudah mulai mau menjawab
pertanyaan dari guru.
10) Guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, sesuai rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Kelemahan atau kekurangan
selama pelaksanaan tindakan siklus III ini adalah sebagai berikut.
a) Beberapa siswa sudah mulai bisa menentukan tema, tokoh, latar, dan
amanat dari bahan simakan (cerpen) yang telah diperdengarkan dengan
tepat, namun dari segi tulisan masih ada yang menggunakan bahasa
Jawa, bahasa yang tidak baku, dan masih ada yang belum
menggunakan tanda baca secara tepat.
b) Dari segi pemahaman atas isi bahan simakan (cerpen) yang
diperdengarkan, siswa sudah mulai lebih banyak menangkap bahan
simakan tersebut, namun siswa masih kurang bisa mengungkapkan
kembali dalam bentuk tulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
11) Peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menyimak cerpen
tampak dari indikator berikut.
a) Perhatian dan konsentrasi siswa saat mendengarkan bahan simakan.
Berdasarkan pengamatan peneliti dengan menggunakan pedoman
observasi, diketahui bahwa siswa yang perhatian dan berkonsentrasi
saat mendengarkan bahan simakan sebanyak 17 siswa atau 85 % siswa.
Mereka terlihat menyiapkan buku tulis dan mencatat hal-hal yang
penting. Sedangkan yang lain masih kurang aktif dalam mendengarkan
bahan simakan, yaitu berjumlah 3 siswa atau 15 % siswa. Mereka
terlihat hanya mendengarkan tanpa mencatat hal-hal yang penting.
b) Kerjasama siswa.
Ketika proses pembelajaran menyimak, dalam siklus III ini ada 18
siswa atau 90 % siswa yang bekerja sama dalam penerapan teknik
make a match, yaitu ketika semua siswa bergerak mencari
pasangannya. Dalam siklus III ini, hampir semua siswa tampak aktif,
bahkan mereka bersaing dalam memperoleh pasangannya lebih dahulu.
c) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan.
Siswa dalam menjawab pertanyaan pada pembelajaran menyimak
siklus III ini tergolong lebih aktif dibandingkan dengan siklus
sebelumnya. Terdapat 16 siswa atau 80 % siswa yang aktif dalam
menjawab pertanyaan. Mereka berani mengacungkan tangan secara
sukarela dan tepat dalam menjawab pertanyaan. Sedangkan 4 siswa
atau 20 % siswa hanya terlihat memperhatikan teman lain yang
berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dari guru.
d) Keaktifan dalam mengerjakan tugas.
Siswa yang betul-betul aktif dalam mengerjakan tugas pada siklus III
ini ada 16 siswa atau 80 % siswa. Sedangkan siswa yang lain yaitu
sebanyak 4 siswa atau 20 % siswa belum tampak sungguh-sungguh
dalam mengerjakan tugas. Mereka masih ada yang berdiskusi dengan
teman yang lain terkait jawaban dari soal yang diberikan. Siswa
tersebut adalah siswa putra yang duduk di bangku paling belakang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
e) Ketuntasan hasil belajar siswa dalam menyimak cerpen.
Ketuntasan siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen ini dinilai
berdasarkan pada beberapa hal, di antaranya yaitu: (1) ketepatan dalam
menentukan tema, (2) ketepatan dalam menyebutkan tokoh-tokoh yang
ada dalam cerpen, (3) ketepatan dalam menyebutkan latar/setting
dalam cerpen, (4) ketepatan dalam menuliskan amanat yang
terkandung dalam cerpen yang sudah dibacakan, dan (5) kemampuan
dalam menuliskan kembali cerpen yang sudah dibacakan, yaitu
mencakup pemahaman dan kelengkapan akan isi cerpen yang sudah
dibacakan, ketepatan penggunaan diksi, ketepatan struktur kalimat, dan
ketepatan dalam ejaan/tata tulis. Ketuntasan hasil belajar pada siklus
III ini mencapai 85 %. Hal ini dilihat dari jumlah siswa yang
memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 berjumlah 17 siswa
dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran menyimak. Dengan
demikian, masih ada 3 siswa atau 15 % siswa yang belum tuntas/masih
mendapat nilai di bawah KKM yang berlaku.
Berdasarkan hasil penilaian keterampilan menyimak siswa
melalui pengamatan dan pengisian lembar observasi, menunjukkan
bahwa ada 17 siswa yang mendapat nilai lebih dari 65. Dengan
demikian ada 17 siswa (85 %) yang tuntas. Ada 3 siswa yang masih
memperoleh nilai kurang dari 65. Dengan demikian, pada siklus III ini,
ada 3 siswa (15 %) yang tidak tuntas yaitu 1 siswa memperoleh nilai
60 dan 2 siswa mendapat nilai 63,3. Nilai tertinggi yang dicapai siswa
pada pembelajaran menyimak cerpen siklus III ini adalah 90. Ada 2
siswa yang mendapat nilai 86,7. Ada 4 siswa memperoleh nilai 83,3
dan 5 siswa yang mendapat nilai 80. Nilai 73,3 berhasil dicapai oleh 1
siswa. Ada 3 siswa yang memperoleh nilai 70 dan ada 1 siswa yang
memperoleh nilai 66,7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Gambar 21. Grafik Perbandingan Nilai Pembelajaran Menyimak
Cerpen Siswa
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat nilai menyimak
siswa. Berdasarkan grafik, tampak bahwa nilai siswa pada siklus III
lebih baik atau lebih tinggi daripada nilai siswa pada siklus I, siklus II
dan pada pratindakan. Pada siklus III terlihat bahwa siswa yang
mendapat nilai lebih dari 65 lebih banyak daripada siklus sebelumnya.
Dengan demikian siswa yang tuntas pada siklus III ini juga lebih
banyak dari pada siklus II yaitu dari 13 siswa atau 65 % siswa menjadi
17 siswa atau 85 % siswa.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus III ini, peneliti
menyimpulkan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran menyimak
cerpen telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dari pelaksanaan
tindakan siklus II lalu.
1) Perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran menyimak khususnya
saat mendengarkan bahan simakan dengan menggunakan teknik make a
match ini mengalami peningkatan dari 14 siswa (70 %) pada siklus II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
menjadi 17 siswa (85 %) pada siklus III. Pada siklus III ini bahan simakan
berupa rekaman pembacaan cerpen, yang siswa sendiri jarang
menggunakan media seperti itu, sehingga hampir semua siswa tampak
tertarik dan lebih memperhatikan bahan simakan yang diperdengarkan.
Mereka juga mencatat hal-hal yang mereka anggap penting dari bahan
simakan tersebut, tidak seperti pada siklus sebelumnya yang siswa belum
begitu sungguh-sungguh dalam pembelajaran menyimak. Indikator
pengukuran perhatian dan konsentrasi siswa ini diukur berdasarkan jumlah
siswa yang menampakkan ketertarikan dan perhatiannya dalam proses
pembelajaran, khususnya saat mendengarkan bahan simakan.
2) Kerjasama antarsiswa dalam tindakan siklus III ini mengalami
peningkatan. Siswa yang melakukan kerjasama pada siklus II sebanyak 16
siswa atau 80 % siswa, sedangkan pada siklus III ini ada 18 siswa atau
90% siswa. Dalam siklus III ini mereka mendapatkan tempat yang lebih
leluasa untuk mencari pasangannya karena ruang kelas sudah ditata
sedemikian rupa, sehingga hampir semua siswa tampak lebih tertarik
untuk aktif bergerak dan bertanya jawab dengan siswa yang lain agar dapat
menemukan pasangan yang cocok terlebih dahulu.
3) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menyimak meningkat. Siswa terlihat
lebih aktif untuk menjawab pertanyaan dari guru dibandingkan dengan
pada kegiatan siklus II. Dalam siklus III ini sudah cukup banyak siswa
yang secara sukarela mengacungkan tangannya untuk menjawab
pertanyaan dari guru. Beberapa siswa juga ada yang berani maju ke depan
kelas untuk menceritakan kembali bahan simakan yang telah mereka
dengarkan sebelumnya. Pada siklus III ini keaktifan siswa mencapai 80%
(16 siswa aktif) sedangkan pada siklus II hanya 55% (11 siswa aktif).
Keaktifan siswa dapat diamati selama proses pembelajaran berlangsung.
4) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas pada siklus III juga mengalami
peningkatan. Siswa yang tenang dan bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tugas pada siklus II sebanyak 12 siswa atau 60 % siswa,
sedangkan pada tindakan siklus III ini siswa yang tenang dan bersungguh-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
sungguh dalam mengerjakan tugas sebanyak 16 siswa atau 80 % siswa.
Tidak seperti pada siklus sebelumnya, pada siklus III ini siswa sangat
bersemangat dalam mengerjakan tugas. Namun meski begitu, masih ada
siswa yang berdiskusi tentang jawaban atas soal yang diberikan oleh guru.
5) Kemampuan siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen sudah cukup
baik. Hal ini terbukti dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran
menyimak cerpen, ada 17 siswa yang tuntas atau sekitar 85% yang
mendapat nilai 65 ke atas, yang lainnya masih di bawah KKM yang
berlaku. Siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran menyimak cerpen
ini sebanyak 3 siswa atau 15 % siswa. Dibandingkan dengan siklus
sebelumnya, pada siklus III ini hasil pembelajaran siswa meningkat. Siswa
yang tuntas atau memenuhi KKM yang berlaku pada siklus II hanya 13
siswa atau 65 % siswa.
6) Guru juga lebih komunikatif dalam pembelajaran menyimak dengan
teknik make a match. Pada siklus I guru sudah tampak menjelaskan materi
dengan metode tanya jawab, selain itu guru juga sudah mulai
memperhatikan posisinya dalam mengajar. Pada siklus II guru
memberikan contoh dari materi yang diajarkan agar siswa lebih mudah
dalam memahaminya. Pada siklus III ini guru juga memberikan tambahan
materi tentang penggunaan tanda baca yang tepat dalam kalimat,
penggunaan huruf kapital yang tepat, dan penggunaan bahasa yang baik.
Selain itu dalam proses pembelajaran siklus III ini guru juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menceritakan kembali bahan simakan
yang telah diperdengarkan, sehingga kesempatan siswa untuk aktif juga
lebih besar. Guru juga memantau dan memberikan teguran kepada siswa
yang tidak fokus dalam proses pembelajaran menyimak.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan
bahwa ada peningkatan kualitas proses dan hasil yang cukup signifikan
dari siklus sebelumnya. Akan tetapi, masih ada beberapa fakta yang
menunjukkan bahwa masih ada kekurangan dalam pembelajaran ini.
Fakta-fakta tersebut antara lain: (1) 3 siswa atau 15% siswa menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
sikap kurang memperhatikan dan kurang berkonsentrasi dalam menyimak
cerpen yang diperdengarkan; (2) 2 siswa atau 10% siswa menunjukkan
sikap kurang aktif dalam bekerja sama dengan teman, khususnya pada saat
mencari pasangan; (3) 4 siswa atau 20% siswa belum menunjukkan sikap
aktif dan antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru; (4) 4 siswa atau
20% siswa juga belum menunjukkan sikap aktif dalam mengerjakan soal
yang diberikan oleh guru; dan (5) 3 siswa atau 15% siswa masih mendapat
nilai kurang dari 65 atau masih belum mencapai batas ketuntasan.
Berkaitan dengan fakta-fakta mengenai kekurangan pembelajaran
tersebut, peneliti dan guru melakukan refleksi berikut: (1) adanya siswa
yang kurang memperhatikan dan kurang berkonsentrasi dalam
mendengarkan bahan simakan dikarenakan kurang memperhatikan pada
awal pembelajaran, sehingga mereka masih bingung mau apa terkait bahan
simakan yang diperdengarkan; (2) ada siswa yang masih belum mau
bekerja sama karena mengandalkan kemampuan teman yang lain; (3)
adanya siswa yang kurang aktif dan antusias dalam menjawab pertanyaan
guru dikarenakan siswa malu dan belum percaya diri dalam memberikan
tanggapan mereka; (4) adanya siswa yang belum terlihat sungguh-sungguh
dalam mengerjakan soal dikarenakan siswa tersebut tidak fokus selama
proses pembelajaran, sehingga tidak tahu jawaban dari soal yang
diberikan; dan (5) ada siswa yang belum mencapai nilai kriteria ketuntasan
minimal disebabkan ketika guru memberikan materi, memperdengarkan
bahan simakan, dan dalam menerapkan teknik make a match (mencari
pasangan) siswa tersebut tampak tidak serius dan tidak aktif.
Penelitian tindakan kelas ini diakhiri sampai tindakan pada siklus
III, hal ini disebabkan indikator yang dirumuskan sejak awal penelitian
sudah tercapai atau dapat terpenuhi. Adapun hasil pelaksanaan siklus I
sampai siklus III di atas, dapat dibuat rekapitulasi seperti pada tabel
berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Tabel 12. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I, II, dan III
No Indikator
Persentase yang dicapai
Siklus
I
Siklus
II
Siklus
III
1. Perhatian dan konsentrasi dalam dalam
mendengarkan bahan simakan
60% 70% 85%
2. Kerja sama antarsiswa 75% 80% 90%
3. Antusias dalam menjawab
pertanyaan dari guru
40% 55% 80%
4 Keaktifan dalam mengerjakan soal 45% 60% 80%
5. Ketuntasan hasil belajar (siswa
mampu mengidentifikasi unsur-
unsur cerpen yang mencakup: tema,
tokoh, latar, dan amanat)
50% 65% 85%
Berdasarkan data pada rekapitulasi di atas, dapat dinyatakan bahwa
terjadi peningkatan pada indikator dari pelaksanaan tindakan siklus I, II,
dan III. Peningkatan yang signifikan terjadi pada dua indikator yaitu pada
indikator 4, dari siklus I ke siklus III yang peningkatannya mencapai 35%.
Demikian juga dengan indikator 5 dari siklus I ke siklus III yang
peningkatannya mencapai 35%. Adapun peningkatan yang siginifikan
pada tindakan siklus I ke siklus II terjadi pada indikator ke 3, 4, dan 5 yang
mencapai 15%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik Make a Match (Mencari Pasangan) pada
pembelajaran menyimak cerpen siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo, dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran
menyimak. Selain itu, data di atas menunjukkan bahwa kelima indikator
penelitian telah tercapai pada siklus III, bahkan semua sudah melampaui
target.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Tabel 13. Nilai Proses dan Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Menyimak
Cerpen Siswa Kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban
Sukoharjo.
a. Perolehan Nilai Proses Pembelajaran Menyimak Siklus III
No. No.
Induk Nama Siswa
Perilaku
I II III IV
1. 3469 Agus Suparno 3 3 3 3
2. 3489 Agustina Dwi Rahmawati 5 5 5 4
3. 3490 Agitalia Eka Pratama 5 5 5 5
4. 3491 Arun Rahmawati 5 5 4 5
5. 3492 Afri Baida Asiyah 5 5 5 5
6. 3493 Anggun Puspa Ningrum 5 5 3 5
7. 3494 Ago Hardianto Putra 5 4 3 3
8. 3496 Amalia Khoirunnisa 5 5 4 5
9. 3497 Bastiar Stiba Gilang Pandega 4 4 4 4
10. 3500 Erfan Hayqal Wiranto 4 4 4 3
11. 3501 Henri Wibowo 3 4 4 4
12. 3502 Imron Syafei 3 3 4 3
13. 3503 Kadek Deny Setiyo Budi - - - -
14. 3504 Kurniawati 5 5 5 5
15. 3507 Ngesti Untari Setiarini 5 5 4 5
16. 3508 Nanik Fitri Nur Ramadhani 5 5 5 5
17. 3510 Rizki Maulina 5 5 3 4
18. 3511 Radityo Tri Anjasmoro 5 5 5 5
19. 3514 Taufiq Nuril Anwar 4 5 4 5
20. 3516 Wahyu Ningsih 5 5 4 5
21. 3554 Munik Diah Alvianti 5 5 5 5
Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik 85% 90% 80% 80%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Keterangan:
Aspek Penilaian:
I : Perhatian dan konsentrasi siswa dalam mendengarkan bahan simakan
II : Kerja sama antarsiswa
III : Antusias dalam menjawab pertanyaan
IV : Keaktifan dalam mengerjakan tugas
Kriteria Penskoran:
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : cukup/sedang
4 : baik
5 : sangat baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
b. Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Cerpen pada Siswa
Kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo
No. No.
Induk Nama Siswa
Nilai
Pratindakan
Nilai
Siklus I
Nilai
Siklus II
Nilai
Siklus III
1. 3469 Agus Suparno 70 50 60 66,7
2. 3489 Agustina Dwi R. 60 60 66,7 73,3
3. 3490 Agitalia Eka Pratama 65 83,3 73,3 80
4. 3491 Arun Rahmawati 45 73,3 73,3 83,3
5. 3492 Afri Baida Asiyah 70 73,3 83,3 86,7
6. 3493 Anggun Puspaningrum 25 63,3 80 83,3
7. 3494 Ago Hardianto Putra 50 46,7 56,7 63,3
8. 3496 Amalia Khoirunnisa 45 83,3 80 83,3
9. 3497 Bastiar Stiba Gilang P. 40 50 56,7 70
10. 3500 Erfan Hayqal Wiranto 60 46,7 40 60
11. 3501 Henri Wibowo 40 53,3 56,7 70
12. 3502 Imron Syafei 75 36,7 40 63,3
13. 3503 Kadek Deny Setiyobudi 50 - - -
14. 3504 Kurniawati 60 76,7 73,3 90
15. 3507 Ngesti Untari Setiarini 45 83,3 80 83,3
16. 3508 Nanik Fitri Nur R. 45 76,7 76,7 80
17. 3510 Rizki Maulina 70 76,7 73,3 70
18. 3511 Radityo Tri Anjasmoro 70 66,7 70 80
19. 3514 Taufiq Nuril Anwar 75 43,3 50 80
20. 3516 Wahyu Ningsih 55 53,3 70 80
21. 3554 Munik Diah Alvianti 30 76,7 80 86,7
Persentase ketuntasan 33,3 % 50 % 65 % 85 %
Perbandingan yang digambarkan pada tabel tersebut menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan jumlah siswa yang ’tuntas’ dari 13 siswa menjadi 17 siswa.
Siswa yang mendapat nilai di bawah 65 hanya 3 siswa. Dengan demikian, jelas
bahwa nilai siswa pada siklus III lebih baik daripada siklus sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi
peningkatan kualitas pembelajaran, baik proses maupun hasil kemampuan
menyimak dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make a
Match dari siklus I sampai siklus III. Secara garis besar penelitian ini telah
menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan oleh peneliti, berikut ini
merupakan penjelasannya.
Penelitian tindakan kelas terhadap peningkatan kemampuan menyimak
dengan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match pada siswa kelas V
SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo ini dilaksanakan dalam tiga siklus.
Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) tahap perencanaan
tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan interpretasi, dan
(4) tahap analisis dan refleksi.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan survei awal yang
bertujuan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran menyimak, khususnya
dalam menyimak cerpen. Selain itu, survei awal ini juga dimanfaatkan untuk
mengetahui kemampuan awal menyimak siswa. Berdasarkan kegiatan survei awal
ini, peneliti menyimpulkan bahwa proses dan hasil pembelajaran menyimak siswa
kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo masih perlu diperbaiki.
Kemudian, peneliti berkolaborasi dengan guru untuk mengatasi masalah tersebut
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match
(Mencari Pasangan) dalam proses pembelajaran menyimak cerpen anak.
Setelah itu, peneliti dan guru menyusun rencana untuk siklus I. Pada
pelaksanaan tindakan siklus I ini, pembelajaran menyimak cerpen diterapkan
dengan teknik Make a Match (mencari pasangan). Dalam kenyataannya, masih
terdapat kelemahan atau kekurangan pada siklus I. Kelemahan atau kekurangan
tersebut berasal dari pihak guru, siswa, dan metode yang digunakan. Kelemahan
dari pihak guru yaitu: (1) posisi guru dalam memberikan materi dan membacakan
bahan simakan masih berada di samping tempat duduknya, sehingga pengelolaan
kelas kurang maksimal; (2) guru jarang menegur siswa yang tidak aktif dan tidak
fokus pada pelajaran yang berlangsung; (3) guru tidak memperhatikan kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
fisik ruang kelas; (4) guru kurang memberikan pantauan kepada siswa saat mereka
bergerak mencari pasangan dan saat mengerjakan soal. Kelemahan yang
ditemukan dari siswa yaitu: (1) siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Sebagian siswa masih melakukan aktivitas pribadi
seperti mengganggu teman, berbicara dan bercanda dengan teman saat guru
memberikan materi dan saat guru membacakan cerpen; (2) ketika siswa diminta
mencari pasangan, belum semua siswa aktif dalam mencari pasangannya.
Sebagian dari mereka ada yang cuma duduk dan menunggu pasangannya datang;
(3) siswa masih susah dalam mengacungkan jari secara sukarela untuk
menanggapi pasangan-pasangan yang sudah terbentuk, apakah sudah benar atau
belum. Mereka hanya berani menjawab secara bersamaan; (4) siswa masih kurang
aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru; (5) meski tenang,
namun siswa tampak tidak bersemangat dalam mengerjakan soal dari guru.
Selanjutnya kelemahan dari penerapan teknik Make a Match ini yaitu siswa masih
merasa teknik Make a Match itu asing dan baru, sehingga mereka belum begitu
memahami pelaksanaan dari teknik ini. Mereka masih bergerombol dalam
mencari pasangan, sehingga suasana kelas menjadi tidak terkondisikan.
Selanjutnya, peneliti dan guru berdiskusi dan sepakat akan mengadakan
siklus II sebagai perbaikan terhadap kekurangan yang ditemukan pada siklus I.
Pada siklus II ini guru juga menerapkan teknik Make a Match dalam pembelajaran
menyimak cerpen. Berdasarkan pelaksanaan siklus II terbukti bahwa telah terjadi
peningkatan proses dan hasil pembelajaran menyimak cerpen yang cukup
signifikan dari siklus I. Pada siklus I siswa yang dinyatakan tuntas adalah 10
siswa (50%) dan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 13 siswa (65%).
Meskipun demikian, selama pelaksanaan siklus II, masih terdapat beberapa
kelemahan. Kelemahan yang ditemukan dari siswa, yaitu sebagai berikut: (1) guru
membacakan cerpen dengan lebih memperhatikan nada dan intonasi. Namun
meski begitu, siswa masih saja ada yang belum begitu sungguh-sungguh dalam
mendengarkan bahan simakan; (2) siswa masih belum sepenuhnya antusias dalam
mencocokkan pasangan yang telah terbentuk. Meski sudah ada beberapa siswa
yang sukarela mengacungkan tangan dan menanggapi pasangan yang ada, namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
beberapa siswa yang lain masih cuek dan tidak memperhatikan jawaban dari
temannya; (3) dilihat dari hasil tulisan siswa, masih terdapat banyak kesalahan
dalam ejaan dan penulisan tanda baca. Terdapat beberapa siswa yang tidak
menggunakan tanda titik maupun koma dalam kalimatnya. Cukup banyak juga
siswa yang tidak dapat membedakan antara awalan dan kata depan. Selain itu juga
masih ada beberapa siswa yang salah dalam penggunaan huruf besar. Kelemahan
yang ditemukan dari guru, yaitu sebagai berikut: (1) guru masih kurang dalam
memantau siswa saat bahan bacaan (cerpen) dibacakan, sehingga masih ada
beberapa siswa yang tidak fokus dalam pembelajaran; (2) guru juga masih kurang
tegas dalam memberikan teguran kepada siswa, sehingga siswa yang bercanda
dengan temannya pun meski sudah diingatkan juga tidak jera, mereka tetap
kembali mengulangi perbuatannya. Kelemahan pembelajaran menyimak cerpen
dengan teknik Make a Match yaitu kegiatan mencari pasangan ini merupakan
teknik yang sangat simpel dan sederhana, sehingga apabila tidak ada variasi maka
siswa akan sangat bosan dalam menerapkannya. Untuk itu, meski teknik ini
simpel dan mudah dipraktikkan, namun diperlukan variasi agar tidak terkesan
monoton dan siswa tidak jenuh.
Selanjutnya, kelemahan tersebut diperbaiki dengan pelaksanaan tindakan
siklus III. Guru menerapkan teknik Make a Match dalam pembelajaran menyimak
cerpen. Guru menambahkan materi tentang tata cara penulisan karangan dengan
benar. Selain itu dalam penerapan teknik Make a Match guru juga melakukan
variasi dengan mengubah posisi bangku kelas. Hal ini dimaksudkan agar siswa
tidak merasa bosan. Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus III terbukti bahwa
telah terjadi peningkatan proses dan hasil pembelajaran menyimak cerpen dari
siklus II. Hal ini dibuktikan dengan siswa yang tuntas adalah 17 siswa (85%) dari
siklus II yang hanya 13 siswa (65%).
Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru berhasil menerapkan
pembelajaran kooperatif teknik Make a Match (Mencari Pasangan) sebagai upaya
yang mampu meningkatkan perhatian, keaktifan, dan hasil pembelajaran siswa
dalam menyimak cerpen. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
menarik di kelas. Penggunaan teknik Make a Match ini juga dapat meningkatkan
kerjasama siswa dalam proses pembelajaran menyimak. Hal ini disebabkan dalam
teknik Make a Match, masing-masing siswa mempunyai peran yaitu mencari
pasangan dari kartu pertanyaan maupun kartu jawaban yang mereka anggap
cocok. Keberhasilan penerapan teknik Make a Match dalam meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran menyimak cerpen dapat dilihat dari
indikator-indikator sebagai berikut:
1. Meningkatkan perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran
menyimak, khususnya dalam mendengarkan bahan simakan.
Perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran menyimak di
setiap siklus semakin menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus I siswa
yang terlihat perhatian dan berkonsentrasi dalam mendengarkan bahan
simakan mencapai 60 % (12 siswa), meningkat menjadi 70 % (14 siswa) pada
siklus II, dan meningkat lagi menjadi 85 % (17 siswa) pada siklus III.
Sebelum tindakan penelitian dilakukan, siswa terlihat kurang berminat
dalam mengikuti pembelajaran menyimak. Saat bahan simakan dibacakan oleh
guru khususnya, kebanyakan dari mereka tidak mendengarkan dengan baik.
Mereka sibuk dengan aktivitas pribadi, mengobrol dengan teman yang lain,
bercanda sambil berpindah-pindah tempat duduk, dan ada juga yang tiduran.
Hanya beberapa siswa saja yang tampak mendengarkan dengan seksama
bahan simakan yang dibacakan oleh guru. Mereka adalah beberapa siswa yang
duduk di bangku bagian depan.
Akan tetapi, hal itu bisa diatasi dengan penerapan teknik yang berbeda.
Guru perlu membuat suasana pembelajaran menyimak yang efektif dan
menarik bagi siswa. Guru kemudian menerapkan model pembelajaran
kooperatif teknik Make a Match (Mencari Pasangan). Setelah guru
menerapkan teknik Make a Match dalam pembelajaran menyimak cerpen,
perhatian dan konsentrasi siswa menjadi meningkat. Siswa terlihat lebih
bersemangat dan bersunguguh-sungguh dalam menyimak/mendengarkan
bahan simakan yang sedang guru bacakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
2. Kerja sama antarsiswa semakin meningkat.
Sebelum tindakan penelitian dilakukan, guru hanya menggunakan
metode ceramah dalam pembelajaran menyimak. Guru tidak memberikan
kegiatan yang dapat menciptakan suatu proses interaksi antarsiswa. Sehingga,
dalam kegiatan awal tersebut, sama sekali tidak tampak proses kerja sama
yang dilakukan antarsiswa. Namun setelah tindakan penelitian dilakukan,
sudah mulai terlihat bentuk kerja sama antarsiswa. Dengan penerapan
pembelajaran dengan teknik Make a Match ini siswa belajar bekerja sama
dengan teman yang lain dalam mencari kartu pasangan yang mereka anggap
cocok. Mereka saling bersaing untuk mendapatkan pasangan terlebih dahulu.
Pada siklus I terdapat 15 siswa (75 %) yang sudah mulai bekerja sama
dengan temannya. Pada siklus II terjadi peningkatan lagi menjadi 16 siswa
(80%), dan pada siklus III terjadi peningkatan lagi menjadi 18 siswa (90 %).
Dengan demikian, terbukti bahwa tindakan yang dilakukan guru untuk
meningkatkan kerja sama antarsiswa dalam pembelajaran menyimak tersebut
sudah cukup berhasil.
3. Siswa mulai aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru.
Pada tiap siklus, antusias dan keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari guru juga mengalami peningkatan. Pada siklus I
siswa yang mau berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dari guru ada 8
siswa (40 %), meningkat menjadi 11 siswa (55 %) pada siklus II, dan pada
siklus III meningkat lagi menjadi 16 siswa (80 %).
Sebelum tindakan penelitian dilakukan, guru jarang memberikan tanya
jawab kepada siswa, sehingga antusias siswa dalam kegiatan ini pun tidak
begitu tampak. Namun setelah menerapkan teknik Make a Match ini,
keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru menjadi meningkat.
Siswa awalnya hanya berani menjawab secara bersama-sama, namun pada
siklus-siklus berikutnya beberapa siswa sudah berani mengacungkan tangan
secara sukarela untuk menjawab pertanyaan dari guru. Bahkan pada siklus
terakhir siswa sudah berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali
cerpen yang telah mereka dengarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
4. Siswa lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas.
Pada siklus I terdapat 9 siswa (45 %) yang tampak bersemangat dan
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas dari guru. Pada siklus II terjadi
peningkatan menjadi 12 siswa (60 %), dan pada siklus III terjadi peningkatan
lagi menjadi 16 siswa (80 %). Dari peningkatan yang terjadi dalam tiap siklus
tersebut, membuktikan bahwa tindakan yang dilakukan oleh guru untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menyimak cerpen khususnya
dalam mengerjakan soal terkait bahan simakan yang telah diperdengarkan
sudah cukup berhasil.
Sebelum tindakan penelitian, siswa menunjukkan sikap tidak
bersemangat dalam mengerjakan tugas dari guru. Mereka masih tampak
bingung dalam mengerjakan soal yang ada karena di awal pelajaran mereka
memang tidak begitu memperhatikan bahan simakan yang dibacakan oleh
guru. Beberapa siswa masih menanyakan ulang terkait isi dari bahan
siamakan. Mereka juga gaduh, dan berpindah-pindah tempat. Namun dengan
teknik yang guru terapkan, semangat/antusias siswa dalam mengerjakan tugas
pun dapat meningkat. Dalam mengerjakan tugas mereka menunjukkan sikap
tenang dan tampak serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
5. Nilai pembelajaran menyimak cerpen siswa meningkat pada setiap siklus.
Sebelum tindakan ini dilaksanakan, terdapat fakta bahwa nilai
pembelajaran menyimak siswa rendah. Ada 14 siswa yang tidak tuntas atau
mendapat nilai kurang dari 65. Dengan demikian, persentase ketuntasan
sebelum dilakukan tindakan hanya 33,3 %. Pada pembelajaran tersebut, siswa
masih belum begitu perhatian dan fokus dalam mengikuti kegiatan menyimak.
Banyak siswa yang tampak melakukan aktivitas pribadi saat guru memberikan
materi dan saat guru membacakan bahan simakan. Akibatnya, dalam
menjawab soal yang diberikan oleh guru, siswa banyak yang tidak tahu.
Setelah dilaksanakan tindakan, tampak bahwa nilai dalam
pembelajaran menyimak cerpen siswa mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Siswa mulai memperhatikan dan berkonsentrasi dalam
mendengarkan bahan simakan, yaitu dengan mencatat hal-hal yang mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
anggap penting dari bahan simakan yang telah dibacakan. Mereka mulai bisa
bekerja sama dengan teman yang lain, khususnya pada saat mereka saling
bergerak mencari pasangan yang mereka anggap cocok. Siswa mulai antusias
dalam menjawab pertanyaan dari guru, dan bersikap tenang serta bersunguh-
sunguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Terdapat peningkatan dalam hasil pembelajaran menyimak cerpen
pada tiap siklus yang telah dilaksanakan. Pada siklus I ada 10 siswa yang
tuntas (50%) dari 20 siswa yang ikut dalam pembelajaran menyimak. Pada
siklus II meningkat menjadi 13 siswa yang tuntas (65%). Peningkatan juga
terjadi pada siklus III yaitu sebanyak 17 siswa (85%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada pembelajaran
menyimak siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo ini, maka
peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat
meningkatkan proses pembelajaran menyimak siswa kelas V SD Negeri
Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011. Hal ini dapat
dibuktikan sebagai berikut.
a. Meningkatnya jumlah siswa yang perhatian dan berkonsentrasi dalam
mendengarkan bahan simakan (cerpen). Dengan penerapan teknik Make a
Match ini, siswa lebih memperhatikan guru dan lebih berkonsentrasi pada
saat guru membacakan/ memperdengarkan bahan simakan. Mereka
mencatat hal-hal yang penting dari bahan simakan. Pada siklus I siswa
yang memperhatikan dan berkonsentrasi dalam mendengarkan bahan
simakan ada 12 siswa (60%), pada siklus II ada 14 siswa (70%), dan pada
siklus III ada 17 siswa (85%).
b. Meningkatnya kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran
menyimak. Bentuk kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran
menyimak khususnya dalam mencari pasangan yang cocok sudah benar-
benar terlihat. Mereka saling bertanya dan memberitahu kartu yang
mereka bawa masing-masing kepada kelompok yang lain, sehingga
tercipta komunikasi dan kerja sama yang cukup baik antarsiswa. Pada
siklus I, 15 siswa (75%) telah mampu bekerja sama dengan baik.
Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 16 siswa (80%) dan
pada siklus III sudah mencapai 18 siswa (90%).
c. Meningkatnya antusias dan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan
dari guru. Dalam kegiatan tanya jawab, khususnya dalam mencocokkan
135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
pasangan yang telah terbentuk, siswa mulai menunjukkan sikap antusias
dan aktif. Mereka sudah berani mengacungkan tangan secara sukarela
untuk menjawab pertanyaan dari guru. Ada beberapa dari mereka juga
yang berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi dari
bahan simakan yang telah dibacakan. Siswa yang antusias dan aktif dalam
siklus I ini berjumlah 8 siswa (40%). Pada siklus II berjumlah 11 siswa
(55%) dan siklus III mengalami peningkatan menjadi 16 siswa (80%).
d. Meningkatnya jumlah siswa yang perhatian dan berkonsentrasi dalam
mengerjakan tugas dari guru. Siswa menjadi bersemangat dalam
mengerjakan tugas. Mereka tenang, dan berkonsentrasi dalam
mengerjakannya. Pada siklus I ada 9 siswa (45%) siswa yang
menunjukkan sikap perhatian dan berkonsentrasi dalam mengerjakan
tugas. Pada siklus II meningkat menjadi 12 siswa (60%), dan pada siklus
III juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 16 siswa (80%).
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat
meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan menyimak siswa kelas V SD
Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011. Hal ini
dapat dibuktikan dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas
ketuntasan, yaitu pada siklus I ada 10 siswa yang tuntas (50%) dan pada siklus
II meningkat menjadi 13 siswa yang tuntas (65%). Peningkatan yang cukup
siginifikan juga terjadi pada siklus III yaitu 17 siswa tuntas (85%). Nilai rata-
rata siswa juga mengalami peningkatan yaitu 64 pada siklus I, 67 pada siklus
II, dan 77 pada siklus III. Ketuntasan siswa dalam pembelajaran menyimak
cerpen tersebut dinilai dari hasil tulisan siswa dalam menjawab pertanyaan
yang telah diberikan. Nilai tersebut berdasarkan pada aspek: a) ketepatan
dalam menentukan tema; b) ketepatan dalam menyebutkan tokoh-tokoh yang
ada dalam cerpen; c) ketepatan dalam menyebutkan latar/setting dalam cerpen;
d) ketepatan dalam menuliskan amanat yang terkandung dalam cerpen yang
sudah dibacakan; dan e) kemampuan dalam menuliskan kembali cerpen yang
sudah dibacakan, yaitu mencakup: pemahaman dan kelengkapan akan isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
cerpen yang sudah dibacakan, ketepatan penggunaan diksi, ketepatan struktur
kalimat, dan ketepatan dalam ejaan/tata tulis.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran bergantung pada beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru dan siswa. Faktor dari pihak guru
yaitu kemampuan dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi,
mengelola kelas, memilih metode yang digunakan dalam pembelajaran, serta
teknik yang digunakan guru sebagai sarana menyampaikan materi. Faktor dari
siswa yaitu minat dan motivasi mengikuti proses pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan harus diupayakan agar
semuanya dapat dipenuhi. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam
menyampaikan materi, kemampuan mengelola kelas, serta didukung teknik dan
sarana yang memadai, maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Selain
faktor tersebut, pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan sangat
mengefektifkan pembelajaran. Penyampaian materi dan penggunaan metode yang
tepat akan dapat diterima siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi
yang tinggi untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran akan berjalan lebih lancar.
Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik Make a Match dalam pembelajaran menyimak cerpen dapat
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan teknik Make a
Match (Mencari Pasangan) sebagai teknik dalam pembelajaran menyimak. Bagi
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai teknik alternatif dalam melaksanakan pembelajaran menyimak yang dapat
menarik perhatian/minat siswa untuk mengikutinya. Teknik Make a Match ini
juga sifatnya menyenangkan, sehingga bisa mengurangi rasa bosan/jenuh siswa
dalam mengikuti pembelajaran menyimak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran menyimak cerpen
dapat mengembangkan kemampuan menyimak siswa. Guru mengelompokkan
siswa secara heterogen. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
pertanyaan dan jawaban untuk sesi review (berdasarkan bahan simakan yang telah
diperdengarkan). Setelah itu, guru membagikan kartu kepada siswa, setiap siswa
mendapat satu buah kartu. Siswa kemudian bergerak mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Setelah selesai, guru dan siswa
kemudian bersama-sama mencocokkan pasangan yang telah terbentuk.
Pemberian tindakan pada siklus I, II, dan III memberikan deskripsi
bahwa terdapat kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama proses
pembelajaran menyimak cerpen. Akan tetapi, kekurangan tersebut dapat teratasi
pada pelaksanaan tindakan siklus berikutnya. Dari pelaksanaan tindakan yang
kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan
terdapat peningkatan proses dan hasil pembelajaran menyimak. Dari segi proses,
pembelajaran menyimak dengan teknik Make a Match dapat meningkatkan
perhatian dan konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran menyimak khususnya
dalam mendengarkan bahan simakan, memupuk kerja sama antarsiswa,
meningkatkan antusias siswa untuk aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru,
memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Adapun dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai menyimak
cerpen siswa dari siklus I sampai siklus III.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan
saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru harus lebih memotivasi siswa untuk dapat aktif dalam proses
pembelajaran menyimak dengan teknik Make a Match.
b. Guru harus sering memberikan pantauan kepada siswa agar siswa tetap
bisa fokus selama mengikuti pembelajaran menyimak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
2. Bagi Siswa
a. Siswa harus lebih berkonsentrasi dan fokus dalam pembelajaran
menyimak dengan teknik Make a Match.
b. Siswa harus lebih aktif lagi dalam menjawab pertanyaan guru dan dalam
mengerjakan tugas yang telah diberikan.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah perlu melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung
jalannya pembelajaran.
b. Pihak sekolah harus selalu memberikan motivasi kepada guru untuk
senantiasa melakukan peningkatan kinerjanya dengan jalan melakukan
pembaharuan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.