Post on 20-Jun-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang, dimana
memiliki sasaran yang berperan dalam melaksanakan pembangunan disegala
sektor, baik di sektor industri, perdagangan maupun di sektor pendidikan.
Dalam menunjang keberhasilan pembangunan di setiap sektor, maka perlunya
peranan pendidikan yang menempatkan manusia sebagai kedudukan sentral
dalam pembangunan. Pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan di
setiap sektor, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan berperan sebagai
upaya pencerdasan, pendewasaan, kemandirian manusia yang dilakukan oleh
perorangan, kelompok dan lembaga. Upaya ini dimulai sejak berabad-abad
silam, pola pendidikan mengalami kemajuan yang pesat berkat kerja keras
para pakar pendidikan terdahulu.
Adapun tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh dalam pengembangan
pendidikan, khususnya pendidikan prasekolah adalah Friederich Wilhelm
August Froebel atau lebih dikenal dengan sebutan Froebel. Tokoh kelahiran
21 April 1782 ini dianggap sebagai ayah dari pendidik anak usia bayi, selain
itu dikenal kerena menciptakan “garden of children” atau “kindergarden”
(taman kanak-kanak) di Jerman pada tahun 1837. Sekolah untuk anak
prasekolah yang dirancang oleh Froebel berbeda dari sekolah yang ada
sebelumnya. Model rancanagan sekolah Froebel di kemudian hari
mempengaruhi rancangan sekolah di seluruh dunia. Masing-masing individu
merefleksikan keseluruhan dari budaya mereka, sama seperti sebatang pohon
yang merefleksikan alam. Froebel memandang pendidikan dapat membantu
perkembangan anak secara wajar. Ia menggunakan taman sebagai suatu
symbol dari pendidikan anak. Apabila anak mendapat pengasuhan yang tepat,
maka seperti halnya tanaman muda atau binatang yang berkembang secara
wajar dan mengikuti hukumnya sendiri. Pendidikan taman kanak-kanak perlu
mengikuti sifat dari anak. Bermain dipandang sebagai suatu metode dari
1
pendidikan dan cara dari anak untuk meniru kehidupan orang dewasa dengan
wajar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pandangan Froebel tentang pendidikan anak-anak dan
pendirian taman kanak-kanak ?
1.2.2 Bagaimana konsep pendidikan menurut Froebel ?
1.2.3 Apa yang dimaksud asas-asas pendidikan dan asas perkembangan
Froebel ?
1.3 Tujuan Makalah
1.3.1 Mendeskripsikan pandangan Froebel tentang pendidikan anak-anak dan
pendirian taman kanak-kanak.
1.3.2 Mendeskripsikan konsep pendidikan menurut Froebel.
1.3.3 Menjelaskan asas-asas pendidikan dan asas perkembangan Froebel.
1.4 Manfaat Makalah
1.4.1 Mengetahui pandangan Froebel tentang pendidikan anak-anak dan
pendirian taman kanak-kanak.
1.4.2 Mengetahui konsep pendidikan menurut Froebel.
1.4.3 Mengetahui asas-asas pendidikan dan asas perkembangan Froebel.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Froebel tentang Pendidikan Anak-anak dan Pendirian
Taman Kanak-kanak
Froebel mengibaratkan anak-anak dengan blooming flower. Hal ini
didasarkan pada keyakinan bahwa anak muda memiliki berbagai sifat
bawaan yang akan terungkap secara bertahap secara natural dan juga beliau
mengungkapkan bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat
penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode
kehidupan manusia. Oleh karena itu, masa anak sering dipandang sebagai
masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak
merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu
karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk
pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurut Froebel, jika
orang dewasa mampu menyediakan suatu “taman” yang dirancang sesuai
dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara
wajar. Dengan dasar tersebut, Froebel mendirikan taman kanak-kanak yang
bertujuan untuk menyalurkan kebebasan berekspresi, kreativitas, interaksi
sosial, aktivitas motorik dan learning by doing sebagai fokusnya. Dalam
mendirikan taman kanak-kanak, hal-hal yang diperhatikan Froebel adalah
sebagai berikut:
1. Beranggapan bahwa taman kanak-kanak merupakan satu pendekatan
terhadap latihan kanak-kanak. Pendidikan yang dilakukan adalah
pembinaan watak atau peribadi kanak-kanak yang berdasarkan
keperluan dan keupayaan kanak-kanak.
2. Taman kanak-kanak sangat perlu dipenuhi dengan keindahan untuk
menarik perhatian kanak-kanak, seperti melukis tembok yang bertema
anak-anak dengan warna yang terang, mempunyai ruangan yang luas
dan mudah dimasuki cahaya, dan dipenuhi dengan taman-taman, serta
dilengkapi dengan kursi dan meja yang sesuai untuk kanak-kanak.
3
3. Suasana di taman kanak-kanak hendaklah jauh dari pengaruh jahat yang
terdapat dalam lingkungan masyarakat.
4. Keadaan ruang kelas perlu dipenuhi dengan pemandangan, bunyi-
bunyian dan objek-objek untuk kanak-kanak, seperti bentuk balok,
lingkaran, segitiga dan lain-lainnya.
5. Di taman kanak-kanak perlu dipupuk dengan perkembangan mental,
fisik dan sosial kanak-kanak.
Tujuan pendidikan menurut Froebel adalah untuk mendorong dan
membimbing manusia sebagai sadar, berpikir dan memahami, serta
pendidikan harus menunjukkan kepadanya cara dan makna mencapai tujuan
tersebut.
2.2 Konsep Pendidikan menurut Froebel
2.2.1 Hakekat Pendidikan
Menurut Froebel yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa
yang memimpin atau menuntun manusia kepada kepandaian berpikir
(segi kognitif dari manusia) dan apa yang menghantar manusia pada
kesadaran diri yang lebih mendalam menuju sesuatu yang murni, tak
bercela (segi afeksi dari manusia). Froebel menyajikan empat prinsip
mendasar yang perlu diperhatikan dalam pendidikan. Pertama,
bahwa perkembangan alamiah menyatakan dirinya dalam
perkembangan individu dan harus ditunjukkan dalam pengajaran
tentang ilmu pengetahuan, kemanusiaan dan agama. Kedua,
pendidikan harus diatur demi harmonisnya dengan perkembangan
alam yang natural dari anak-anak. Ketiga, pendidikan harus
membuka dan mengembangkan keseluruhan pribadi manusia, agama
seharusnya diajarkan dalam rangka mengolah emosi; alam harus
dipelajari sebagai pewahyuan diri Allah dan matematika harus
diapresiasikan sebagai simbol hukum universal. Bahasa juga
menghubungkan manusia dengan hukum dan ritme benda-benda
dan harus menjadi bagian dari pendidikan. Keempat, seni harus
4
diajarkan karena merupakan talenta umum manusia dan dapat
menghadirkan keharmonisan dalam diri manusia.
2.2.2 Metode Pendidikan
Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks
perkembangan individu. Dalam tahapan permulaan ia menganjurkan
agar menggunakan metode yang memungkinkan ekspresi spontan
dalam diri individu. Sedangkan pada tahapan akhir dapat digunakan
metode pengawasan dan pengarahan perkembangan individu.
Dengan demikian dalam dunia anak-anak metode harus disesuaikan
dengan sifat atau dunia anak. Dalam hubungan dengan konteks anak-
anak, perlu diperhatikan perkembangan yang mengarahkan anak
pada suatu kesadaran diri dalam suasana bebas, dimana seorang
individu dibiarkan untuk menunjukkan, mengekspresikan yang ada
dalam dirinya dengan bebas. Menurut Froebel permainan merupakan
metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini.
Maka dari itu, Froebel menyusun dan mengembangkan kurikulum
pendidikan yang terecana dan sistematis. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan dengan bermain lilin, kayu dan kotak-kotak, juga dengan
menggunting-gunting kertas, menganyam, melipat kertas, dan
menusuk-nusuk kertas. Meronce mute dengan benang, menggambar,
dan menyulam juga merupakan bagian dari kegiatan di sekolah yang
di rancang Froebel.
Menurut Froebel, guru bartanggung jawab dalam membimbing
dan mengarahkan, dengan demikian anak menjadi kreatif dan akan
menyumbangkannya kepada masyarakatnya. Guna mencapai tujuan
tersebut, Froebel mengembangakan kurikulum pendidikan
prasekolah yang terencana dan sistematis. Dasar bagi kurikulum
tersebut adalah Gift dan occupation.
Gifts adalah obyek yang dapat dipegang dan dipergunakan
anak sesuai dengan instruksi dari guru dan dengan demikian anak
dapat belajar tentang bentuk, ukuran warna serta konsep yang
5
diperoleh melalui menghitung, mengukur, membedakan dan
membandingkan. Gifts pertama adalah enam buah bola dari
gulungan benang, masing-masing berbeda warnanya, dan enam helai
benang yang panjang yang warnanya sama dengan warna bola yang
ada.
Sedangkan Occupation adalah materi yang dirancang untuk
mengembangkan berbagai variasi ketrampilan, yang utama adalah
psikomotor, melalui aktivitas semacam menjahit dengan papan
jahitan, membuat bentuk dengan mengikuti titik, membentuk lilin,
menggunting bentuk, meronce, menggambar, menempel dan melipat
kertas. Atas cara ini Froebel yakin bahwa bermain merupakan cara
belajar yang penting bagi anak-anak. Karena lewat gifts dan
occupation seorang anak akan mengusahakan diri yang tentu saja
diawasi ke arah pengekspresian diri yang bebas demi mencapai
perkembangan diri, ketetapan karakter dan kesadaran diri.
2.2.3 Aplikasi dari Kurikulum yang Dirancang oleh Froebel
Bermain sebagai fungsi utama pembelajaran. Anak di biarkan
mengenal fenomena yang ada lewat bermain. Pola pembelajaran
yang ditanamkan melalui seperti:
1. Mempelajari matematika melalui permainan
Saat berbaris misalnya, anak yang bertubuh tinggi diminta berada
di bagian belakang, sebaliknya yang bertubuh lebih pendek di
depan. Pola ini memberikan pemahaman bagi anak untuk mulai
belajar matematika sambil bermain.
2. Memahami perbedaan semenjak dini
Yang cukup menarik, taman kanak-kanak (TK) umumnya tidak
menggunakan seragam. Secara psikologi perkembangan, pola ini
bertujuan agar anak mulai dapat memahami tentang perbedaan
semenjak dini. Ada yang berbeda antara dirinya dan orang lain.
3. Memperkuat sikap ego anak
6
Selain itu, pola lain yang diterapkan adalah memperkuat sifat ego
anak. Kebanyakan orang tua memasukan anaknya ke TK
bertujuan agar si anak mampu bersosialisasi. Padahal, dalam usia
dini yang harus di perkuat adalah ego anak. Anak harus dididik
berkata “inilah aku” bukan “inilah kami”. Kepercayaan diri yang
tumbuh sejak dini berdampak pada kemandirianya di masa
mendatang. Anak baru belajar bersosialisasi ketika dia masuk
sekolah dasar (SD), karena saat itu otaknya sudah mulai
berkembang dan emosinya mulai tumbuh.
4. Pelajaran musik untuk kecerdasan anak
Yang tak kalah pentingnya dalam pembelajaran anak usia dini
adalah dengan memberikan pelajaran musik. Dengan musik,
anak mengenal pola ketukan yang merupakan bantuan tersendiri
bagi pengembangan kecerdasan anak.
5. Merusak Pola
Program semacam ini sangat mungkin di anggap tabu di
Indonesia. Padahal, sejumlah negara, “merusak pola” (break the
pattern) sudah menjadi salah satu materi yang diberikan pada
usia dini. Dengan membiarkan anak melukis langit warna
kuning, gunung berwarna merah, atau laut berwarna orange,
sejatinya bertujuan mengembangkan imajinasi anak, sebab dalam
usia dini imajinasi anak sedang berkembang. Anak juga
sebaiknya dibiarkan berkhayal semaunya. Tidak perlu dikekang,
apalagi didikte dengan satu pola tertentu. Hal ini agar anak
memiliki mimpi untuk masa depannya. Tentunya, orang tua
harus membimbing anak agar khayalannya itu bisa diarahkan
pada hal positif.
6. Bercerita atau Mendongeng
Salah satu cara yang juga efektif dilakukan dalam perkembangan
anak usia dini adalah dengan mendongeng. Pola ini juga
dilakukan untuk meningkatkan imajinasi anak. Biarkan anak-
7
anak berkhayal kalau gajah itu bisa terbang, kelinci bisa bicara,
atau singa itu memakai mahkota karena dia raja hutan.
2.2.4 Konsep Pendidikan Modern Froebel
Dalam perwujudan tentang konsep pendidikan modern, Frobel
merumuskan tiga fase pendidikan, dengan pendekatan Ilmu Jiwa.
Dalam dasar ilmu jiwa ini Froebel tidak memberikan batas-batas
umur tertentu. Ia hanya memakai tiga tahap yaitu masa bayi, masa
kanak-kanak dan masa tanggung. Selain itu, hal itu dikatakan
Froebel karena perkembangan menurut Froebel terjadi bukan karena
umur tetapi apabila seorang anak sudah dapat memenuhi
kebutuhannya baik itu sebagai anak maupun sebagai orang dewasa.
Alasan lain Froebel tidak memakai batas-batas umur tertentu adalah
setiap tahap yang diberikan Froebel mempunyai ciri khas tertentu.
1. Masa Bayi (masa ketergantungan)
Pada bagian ini Froebel menamakannya sebagai tahap
“pendahuluan” bagian dasar pendidikan. Pada tahap ini orang tua
dituntut untuk aktif dan orang tua harus memperhatikan bayi
sebelum bayi menunjukkan tindakan atau gerakan, seperti
menangis. Hal itu perlu dilakukan untuk sang bayi agar terjadi
kesatuan baru yaitu pertumbuhan batin, dimana bayi akan
menghormati orang yang ada disekitarnya. Pada tahap
perkembangan ini bayi juga dinamakan Saugling yaitu
menghisap, maksudnya pada tahap ini bayi menangkap
keanekaragaman dari sekitarnya. Oleh karena itu, orang di sekitar
bayi tersebut mampu mengembangkan lingkungan yang sehat,
aman, menarik, dan murni. Selain itu, Froebel juga sangat
menekankan bahwa setiap gerakan bayi haruslah diperhatikan
mulai dari bayi tersebut tersenyum, sedang diam, dan juga saat
bayi tersebut ada dalam pangkuan ibu.
2. Masa kanak-kanak (masa permulaan pendidikan)
8
Froebel mengatakan bahwa tahap ini merupakan masa permulaan
pendidikan karena pada tahap ini anak sudah mulai bisa
mengucapkan kata benda. Meskipun demikian, kata yang pertama
yang diucapkan anak tersebut biasanya sedikit salah dan
merupakan kewajiban orang tua atau pendampingnya untuk
memperbaiki perkataan tersebut dengan mengucapkan kata yang
disebutkan anak tersebut dengan benar. Selain pengucapan,
Froebel juga menekankan mengenai bermain dan menarik
hubungan antara bermain dengan pengalaman pendidikan.
Menurut Froebel, bermain merupakan proses dimana
perkembangan kepribadian sedang terjadi. Oleh karena itu, ruang
gerak anak tidak boleh dibatasi karena apabila kegiatan seorang
anak dibatasi maka itu sama dengan mengikat nalar anaknya
karena ia tidak bebas untuk menjelajahi lingkungannya. Masa
kanak-kanak ini berakhir apabila seorang anak sudah mempunyai
pengalaman lahiriah dan menjadikannya sebagai pengalaman
batiniah.
3. Masa anak tanggung (masa untuk belajar)
Dalam bagian ini, anak sudah mulai mendapat pendidikan secara
formal dan sistematis baik itu di bawah bimbingan guru maupun
di bawah bimbingan orang tua. Titik beratnya ialah usaha untuk
memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang lahirial, khas, dan
khusus. Dalam tahap ini, Froebel juga menekankan bahwa anak
mempunyai kecenderungan untuk mengerjakan sesuatu dan dalam
mengerjakan sesuatu alangkah baiknya jika orangtua
memperhatika apa yang dikerjakan anak dan memberikan
dukungan dan apabila pekerjaan tersebut selesai maka orang tua
selayaknya memuji perkerjaan anak tersebut. Dalam tahap ini
juga anak sudah mulai berhubungan dengan orang-orang di
sekitarnya sebagai contoh orang-orang di sekitarnya menyadari
bahwa anak ini mempunyai sifat yang buruk. Namun demikian,
menurut Froebel sifat buruk yang muncul dari anak ini
9
disebabkan oleh lingkungannya. Menurut Froebel, seorang anak
menjadi nakal karena di lingkungannya ia tidak diperlakukan
dengan baik.
2.3 Asas Pendidikan dan Asas Perkembangan Froebel
2.4.1 Asas Pendidikan Froebel
Melalui pengalamannya sebagai guru sekolah dasar selama bertahun-
tahun, Froebel mengemukakan beberapa asas yang dianggap
bermakna untuk berbagai tahap pendidikan. Froebel mendasarkan
pandangannya tentang pendidikan atas dua dasar, yaitu dasar teologi
dan dasar psikologi. Ia beranggapan bahwa manusia terdiri dari dua
unsur tersebut. Froebel mengatakan bahwa apabila pendidikan
terlalu menekankan salah satu sisi baik itu, sisi rohani maupun sisi
kecerdasan maka akan timpang atau berat sebelah. Oleh karena itu,
Froebel berpendapat bahwa pendidikan itu haruslah menekankan
kedua sisi tersebut.
Pengertian Teologis tentang Manusia menurut Froebel
Menurut Froebel, manusia merupakan perwujudan dari Roh
TUHAN dan setiap orang layaknya diperlakukan sebagaimana
orang tersebut merupakan perwujudan dari TUHAN. Menurut
Froebel, perwujudan ini berhubungan dengan semua ciptaan lain
karena Roh TUHAN itu meresap dalam semua ciptaannya.
Froebel juga mengatakan bahwa tujuan akhir dari manusia
sebagai Hamba TUHAN dan alam ialah untuk perwujudan Roh
TUHAN secara harmonis dan menyatu.
Tabiat Manusia:
Menurut Froebel, manusia itu mempunyai sifat yang baik hanya
saja sifat tersebut masih tertanam dalam diri manusia tersebut dan
untuk mengeluarkan sifat baik tersebut, sebagai pembimbing
harus dengan sabar mencari dan menemukan sifat baik tersebut.
Hal ini juga dikaitkan dengan keadaan sosial dalam masyarakat,
10
Froebel mengatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk
memperbaiki keadaan masyarakat.
Tugas Manusia
Menurut Froebel, tugas utama manusia bukanlah membongkar
apa yang telah ada tetapi membangun apa yang telah ada, karena
hal itu menuntut pemikiran yang kreatif begitu pula dengan anak.
Froebel mengatakan bahwa anak haruslah dilatih untuk menyusun
sesuatu karena dengan menyusun maka kegiatan berpikir dari
seorang anak sedang berkembang dan di dalam kegiatan berpikir
itu muncul kreatifitas. Bagi Froebel, titik berat pendidikan bagi
anak berada pada usia bersekolah di bawah kelas Sekolah
Menengah Pertama.
Pengertian Psikologi Pendidikan menurut Froebel
Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi yang
khusus mempelajari perilaku manusia dalam konteks pendidikan.
2.4.2 Asas Perkembangan Froebel
Froebel pada perubahan dalam semua makhluk sebagai hasil
kekuatan batin yang mendorong setiap makhluk itu untuk mencapai
kemungkinan rohani yang terdapat di dalamnya. Froebel menulis
satu hukum yang menentukan bagaimana setiap makhluk akan
berkembang dan menjadi sempurna, dan yang tetap berlaku secara
mutlak di mana saja sebagai hubungan yang wajar antara ciptaan dan
pencipta, serta ia mampu menerapkannya di bidang pendidikan. Satu
hal penting yang dikemukakan Froebel adalah perkembangan
menyempurnakan apa yang sudah ada dalam diri pelajar daripada
menambahkan sesuatu yang tidak ada.
Ada empat pola perkembangan yang tampak dalam pendidikan
yaitu:
1. Benih yang kelak menghasilkan kedewasaan yang sudah ada
dalam diri anak. Jadi pendidik perlu mengembangkan bakat
yang tersembunyi dalam gen setiap anak.
11
2. Hubungan dari bagian dengan keutuhan, dalam arti guru
memperhatikan anak sebagai pribadi yang unik namun perlu
memperoleh tempat yang sehat dalam kelompok. Hal ini
dikemukakan Froebel sebab ia melihat dalam dunia alam setiap
satuan berhubungan dengan sesuatu yang lebih utuh lagi, tidak
ada apa-apa yang sama sekali terpisah dari sesuatu yang lain.
Proses pertumbuhan itu mencakup cara menghubungkan
perseorangan (Glied) dengan Kelompok (Ganze), dan setiap
kelompok berhubungan dengan sauna yang lebih luas lagi.
3. Yang batiniah didorong menjadi lahiriah, dalam arti mendidik
itu mencakup usaha untuk menolong anak menyampaikan
pikiran, perasaan, kekuatan jasmani dan imannya yang telah ada
secara batin, agar menjadi kelihatan (lahiriah) berupa buah nalar
yaitu pikiran, perasaan dalam bentuk seni, kekuatan jasmani
melalui berbagai ketrampilan, dan iman melalui tindakan
bermoral dan pelayanan terhadap sesama manusia.
4. Asas perlawanan, tampak dalam alam dan menyoroti gaya hidup
dinamis dan tidak statis. Hukum Frobel adalah asas dinamis
yang mencakup tiga pokok, yakni aksi, reaksi, dan seimbangan.
Menurut Froebel, alam dunia bukanlah pikiran atau gagasan
murni, dan juga bukanlah kekuatan jasmani, melainkan alam
dunia adalah organisme rohani yang mewujudnyatakan diri, baik
dalam kekuatan yang tampak dalam dunia jasmani, maupun
dalam pikiran dunia nalar.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Froebel beranggapan bahwa anak merupakan blooming flower, yang
artinya anak-anak yang sedang berkembang. Di mana harus masa
perkembangan anak tersebut harus diisi dengan pendidikan yang baik
dan benar.
2. Menurut Froebel dalam konsep pendidikannya, pendidikan ialah apa
yang memimpin atau menuntun manusia kepada kepandaian berpikir
(segi kognitif dari manusia) dan apa yang menghantar manusia pada
kesadaran diri yang lebih mendalam menuju sesuatu yang murni, tak
bercela (segi afeksi dari manusia).
3. Dalam proses pendidikan, metode pendidikan harus disesuaikan dengan
sifat atau dunia anak. Sehingga dalam metode pendidikan, Froebel
menggunakan Gift dan occupation sebagai dasar kurikulum. Serta
mengaplikasikan semua kegiatan pembelajaran melalui permainan.
4. Pada asas pendidikan, Froebel mendasarkan pandangannya tentang
pendidikan atas dua dasar, yaitu dasar teologi dan dasar psikologi. Pada
asas pengembangan, Froebel beranggapan bahwa perkembangan
menyempurnakan apa yang sudah ada dalam diri pelajar daripada
menambahkan sesuatu yang tidak ada.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net
http://id.wikipedia.org/wiki/Friedrich_Fr%C3%B6bel
www.ejournal-unisma.net
14