Post on 28-Jan-2016
description
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki jenis tanaman obat yang banyak ragamnya. Jenis tanaman
yang termasuk dalam kelompok tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah
satunya yaitu sirih (Piper betle L.). Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan
berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses
rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung
berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing.
Semua sub ras di Indonesia telah lama mengenal tanaman sirih. Kegunaan
sirih sebagai obat dan merupakan kegemaran untuk kenikmatan dalam mengunyah
sirih sudah terjadi sejak lama di kenal terutama di negara-negara tropis. Sebagai obat
tradisional daun sirih dimanfaatkan untuk obat antara lain : obat sakit
gigi,menghentikan pendarahan, membersihkan luka, obat kumur dan sebagainya.
Tanaman yang berasal dari daratan india ini (Darwis 1992.cit.Sadono 2000).
Daun sirih (Piper betle L.) secara umum telah dikenal masyarakat sebagai
bahan obat tradisional. Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga mempunyai
daya antibakteri. Kemampuan tersebut karena adanya berbagai zat yang terkandung
didalamnya. Daun sirih mengandung 4,2 % minyak atsiri yang sebagian besar terdiri
dari Chavicol paraallyphenol turunan dari Chavica betel.
2
Karvakol bersifat sebagai desinfektan dan antijamur sehingga bisa digunakan
sebagai antiseptik, euganol dan methyl-euganol dapat digunakan untuk mengurangi
sakit gigi (Syukur dan Hernani, 1997). Selain itu didalam daun sirih juga terdapat
flavanoid, saponin, dan tannin. Menurut Mursito (2002) saponin dan tannin bersifat
sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya
digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka.
Flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai anti
inflamasi. Kartasapoetra (1992) menyatakan daun sirih antara lain mengandung
kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya
antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap Staphylococcus aureus.
Cara kerja fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan cara mendenaturasi
protein sel (Pelczar dan Chan, 1981). Dengan terdenaturasinya protein sel, maka
semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein
(Lawrence dan Block, 1968).
Beberapa penelitian melaporkan bahwa mengunyah sirih menyebabkan gigi
kuat dan tidak mudah terserang karies,karena sirih mengandung minyak atsiri,
minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan
chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti
jamur.
Frekuensi dan dsistribusinya karies gigi antara suatu masyarakat tertentu
dengan masyarakat lainnya sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena tidak hanya
3
satu faktor yg memegang peran dalam proses terjadinya karies gigi,yaitu : (hospes
dan saliva),mikro,sirih giginya lebih kuat dan organisme,substrat dan faktor resiko
luar (usia,jenis kelamin,keadaan penduduk dan lingkungan ,pengetahuan kesadaran
dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi.
Perlu diketahui bahwa anggapan yang mengatakan mengunyah sirih
giginya lebih kuat dan tidak mudah terserang karies,perlu di teliti
kebenarannya,sehingga perlu penelitian lebih lanjut. Berdasarkan hasil penelitian
Syarif Suwondo dkk. sirih dapat juga berfungsi sebagai zat anti mikroba yaitu bakteri
gingivitis bakteri pembentuk plak atau caries gigi(Streptococcus Mutans). Maka
penulis ingin mengetahui pengaruh menginang terhadap frekuensi karies gigi.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana pengaruh kebiasaan menginang terhadap frekuensi karies?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh daun sirih terhadap gigi.
4
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.a Mengetahui pengaruh daun sirih terhadap caries gigi.
1.3.2.b Mengetahui dampak menginang pada gigi.
1.3.2.c Untuk mengetahui pengaruh menginang terhadap frekuensi
karies.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1.a Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan
penelitian.
1.4.1.b Sebagai sarana latihan penerapan dan ilmu yang di peroleh di
bangku kuliah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Teori Terjadinya Karies Gigi
Sebelum mengetahui tentang apa yang di maksud dengan karies gigi yang
normal . anatomi normal dapat dilihat pada gambar berikut :
2.1.1 Anatomi Gigi
Gigi merupakan salah satu organ mestikasi yang terdiri dari gigi-gigi pada
rahang atas dan pada rahang bawah ,serta lidah dan saluran-saluran penghasil air
ludah.
6
Kalau di perhatikan sebuah gigi di luar mulut maka dapat kita bagi gigi tersebut atas
tiga bagaian, yaitu :
1. Mahkota gigi
2. Akar gigi
3. Leher gigi yang terletak diantara kedua bagian tersebut di atas
2.1.2 Definisi Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit jaringan berkapur bagi gigi ,yang dimulai pada
permukaan gigi dengan adanya dekalsifikasi email,diikuti rusaknya enzim dari bagian
organik gigi, yang kemudian akan terjadi kavitas/berlubang,yang bila tidak segera di
rawat akan meluas ke dentin dan selanjutnya ke pulpa.
Karies adalah suatu penyakit yang terjadi pada jaringan gigi yang mengalami
klasifikasi ,ditandai dengan adanya destruksi pada jaringan gigi yang dimulai dari
permukaan gigi dengan predileksipit,fissure dan proksimal, yang akhirnya dapat
menjalar sampai ke pulpa.
Menurut Srigupta (2004) proses karies berkembang berdasarkan tiga tahap yaitu :
1. Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang
terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi
2. Asam ini melarutkan “Email” pelapis gigi berwarna putih yang menghancurkan
susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang
7
3. Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi
bagian dalam di bawah gigi kepala.
Ada 5 faktor utama terjadinya karies yaitu: gigi dan saliva, mikroorganisme, dan
subtrat serta waktu sebagai tambahan.
Selain faktor luar terdapat faktor-faktor yang tidak langsung ( faktor risiko luar ) yang
merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies, faktor luar itu
antara lain jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Library Sumut, 2008).
Terjadinya karies merupakan multi faktor yang terdiri dari faktor luar dan dalam, dari
faktor luar antara lain faktor dari usia, suku bangsa kultur sosial penduduk dan
kesadaran, sikap dan perilaku, individu terhadap kesehatan gigi.
2.2 Teori Karies Gigi
Teori terjadinya karies gigi dapat di bagi sebagai berikut :
2.2.1 Teori berdasarkan mekanisme pembentukan karies gigi:
1. Teori asidogenesis
8
Asidogenesis adalah proses larutnya bagian anorganik oleh asam.
Penganut teori ini menyebutkan bahwa asam yang di hasilkan oleh
kuman akan melarutkan bahan-bahan anorganik email.
2. Teori proteolisis
Proteolisis adalah proses larutnya matriks email. Penganut teori ini
menyebutkan bahwa larutnya matriks organic di sebabkan enzyme-
enzym dapat melarutkan protein.
3. Teori asidogenesis dan proteolisis
Merupakan proses larutnya bahan anorganik dan matriks organic
secara bersama-sama,proses ini jarang terjadi.
2.3 Etiologi Karies Gigi
Beberapa penelitian yang telah di lakukan oleh klinikus menjelaskan beberapa
teori tentang etiologi dari karies gigi yang dapat menjelaskan di bawah ini.
a. Gigi dan saliva
Gigi sebagai penjamu di pengaruhi morfologi, bentuk gigi celah gusi dan
flour. Saliva merupakan sistem pertahanan utama mulut dan gigi, berperan
9
penting untuk melindungi pajanan pada permukaan gigi. Saliva
melindungi gigi dengan menetralisir perubahan asam dalam mulut yang
terjadi misalnya sesaat sesudah mengkonsumsi makanan asam, berperan
sebagai lubrikan, menyebarkan kalsium, fosfat dan fluoride pada
permukaan gigi, serta membersihkan makanan dan bakteri dari mulut
setelah makan. Jika saliva berhenti melindungi gigi maka akan terjadi hal
buruk antara lain berkurangnya aktivitas pembersihan bakteri dan bekas
makanan dari mulut, berkurangnya buffer karena perubahan asam mulut,
hingga aktivitas mulut menjadi semakin asam dan selanjutnya akan
memicu terjadinya perubahan struktur gigi karena karies.
b. Mikroorganisme
Bakteri penyebab karies yaitu S,mutans,Lactobachilus Acidopilus dan
Acinomices viscocus(Lehner 1992).
c. Substrat
Beberapa jenis karbohidrat ,misalnya glukosa dan sukrosa, dapat di ragikan
oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga ph akan menurun sampai
di bawah lima dalam waktu 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang –ulang
pada waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang
rentan dan proses karies pun di mulai.
d. Waktu
10
Dari ketiga faktor diatas,karies gigi akan muncul apabila telah terpenuhi
faktor waktu sebagai factor tambahannya.
2.4 Karbohidrat dan Karies Gigi.
Berdasarkan penelitian, dicatat bahwa orang-orang yang dietnya
mengandung sejumlah tepung dan gula cenderung mengalami kerusakan gigi lebih
banyak dibandingkan dengan orang-orang dietnya yang mengandung lemak dan
protein.
Untuk membuktikan karbohidrat ada hubungannya dengan terjadinya karies
maka harus terpenuhi hal-hal dibawah ini, yaitu :
1.Terdapat dalam makanan jumlah yang cukup.
2. Pembersihan lama atau sering dimakan.
3. Segera difermentasi oleh bakteri kariogenik.
Untuk mengetahui peranan karbonhidrat dalam karies gigi , maka perlu
diketahui ikhtisar tersebut :
1. Karbohidrat harus ada dalam mulut untuk memulai terjadinya karies gigi.
2. Karbohidrat harus peka terhadap mikroorganisme dalam mulut,sampai
produk yang menghasilkan dapat merusak email.
11
3. Banyaknya jenis makanan yang mengandung polisakarida,
disakarida,monosakarida yang mempunyai sifat kariogenik.
4. Karbohidrat yang alamiah maupun buatan mampu menghasilkan karies
gigi.
5. Karbohidrat yang cepat membentuk plaque dan lambat pembersihannya
dari mulut akan mempunyai potensi.
2.5 Cara Pencegahan Karies Gigi
Pencegahan karies gigi dapat ditempuh melalui dua cara :
1. Mempertinggi resistensi gigi terhadap dekalsifikasi ,cara ini dapat dilakukan
dengan :
a. Menambah flour dalam jumlah yang sesuai ke dalam air minuman atau
diet manusia ,terutama sebelum gigi erupsi .
b. Pemberian tablet flour .
c. Flour topical application yaiutu member lapisan flour pada permukaan
gigi yang memiliki cekungan yang dalam.
2. Menghalangi pembentukan dan menghilangkan dengan segera ,factor-faktor
yang menyerang di sekitar gigi c,cara ini dapat di lakukan :
12
a. Menghalangi atau mengontrol adnya plaque pada permukaan gigi, serta
menghilangkan plaque yang telah terbentuk secepat mungkin .
b. Mengurangi makanan yang banyak mengandung karbonhidrat terutama
gula-gula.
Pencegahan karies gigi meliputi :
1. Faktor-faktor predisposisi penyakit, misalnya plaque gigi dan deposit-deposit
lain.
2. Faktor-faktor yang mendorong meningkatnya penyakit ,misalnya resistensi
gigi,trauma okulasi .
3. Komplikasi penyakit dan adnya perubahan-perubahan ,misalnya
deformitas ,pergeseran gigi dan malokulasi gigi.
4. Faktor-faktor yang mendukung dengan rehabilitasi ,misalnya defectif restoratif
dentistry.
5. Faktor-faktor penyebab kambuhnya penyakit,misalnya kebersihan mulut yang
jelek dan kurangnya motivasi penderita.
Pencegahan karies gigi maupun perawatan pada gigi dapat dilakukan dengan
perawatan non invasive yaitu :
13
1. Penilaian faktor diet. Penilaian secara menyeluruh terhadap diet sebaiknya
dilakukan untuk menentukan makanan apa saja yang dapat menyebabkan
karies gigi. Kontrol diet dalam pencegahan karies sangat bergantung pada
kemauan pasien sendiri. Tugas dokter gigi memberikan pengetahuan yang
cukup mengenai makanan dan minuman yang baik untuk kesehatan gigi.
Misalnya, sehabis makan pasien dianjurkan makan buah – buahan yang berair
dan berserat karena makanan tersebut memberikan efek self cleansing pada
gigi geligi. Selain itu makanlah makanan yang mengandung vitamin terutama
vitamin C yang menyehatkan gusi.
2. Mengkonsumsi xylitol, merupakan pemanis alami yang ada dalam
konsetrasi rendah pada buah – buahan dan sayuran. Rasa manisnya sama
dengan sukrosa tapi kandungan kalorinya 40% lebih rendah. Biasanya
dikemas dalam bentuk permen karet dan memiliki manfaat dalam rongga
mulut yaitu meningkatkan produksi dan pH saliva sehingga proses
remineralisasi dapat meningkat dan menghambat terjadinya proses
demineralisasi.
3. Peningkatan faktor pelindung saliva. Penurunan kemampuan proteksi saliva
dapat menyebabkan terjadinya karies akibat penurunan produksi saliva.
Penurunan tersebut dapat disebabkan karena konsumsi obat – obat yang
menurunkan jumlah saliva dan penyakit sistemik yang mempengaruhi saliva.
Salah satu cara meningkatkan kualitas saliva adalah dengan banyak
mengkonsumsi air putih.
14
4. Penggunaan obat kumur antiseptik yang mengandung klorheksidin.
Penggunaannya harus dikombinasikan dengan penyikatan gigi dan digunakan
setelah menyikat gigi untuk mengurangi terjadinya plak. Obat kumur
antiseptik tidak boleh digunakan dalam waktu lama karena dapat mengubah
ekosistem flora normal rongga mulut. Jika ada radang dan karies yang banyak,
penggunaannya boleh setiap hari dengan maksimal waktu penggunaannya
selama 2 minggu. Obat kumur yang mengandung pewangi dan berfungsi
sebagai penyegar mulut tanpa kandungan antiseptik, boleh digunakan setiap
hari.
5. Penggunaan fluoride. Adanya peningkatan fluoride dalam rongga mulut
dapat menghambat terjadinya demineralisasi. Umumnya dokter gigi akan
memberikan secara topikal (dioleskan secara merata) pada seluruh permukaan
gigi dan waktu pemberiannya sesuai dengan aturan pabrik yang tertera di
kemasan masing – masing produknya. Kadar fluor yang diberikan biasanya
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar fluor dalam pasta gigi.
Selain cara-cara di atas, karies juga dapat dicegah dengan suatu cara bernama
Minimal Invasive Density (MID), yaitu paradigma baru tentang cara memperhatikan
kesehatan gigi, mencegah penyakit terutama karies melalui perawatan. Sebagai
diagnosis awal, dilakukan identifikasi faktor resiko karies yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti ekologi bakteri, frekuensi fermentasi asupan karbohidrat, saliva
yang tidak sehat, dan plak
15
2.6.Sirih (Piper Bettle Linn)
Klasifikasi
Divinisi : Spermasohyta
Sub Divisi : Arglospermae
Kelas : Dicotyledonal
Suku : Diperoceae
Marga : Piper
Jenis : Piper betle L
Nama umum : Sirih
Sirih adalah satu jenis tumbuhan terna memanjat yang termasuk family
Piperaceae. Asal usul ini tidak di ketahui dengan pasti. Tanaman sirih tumbuh subur
di sepanjang asia tropis hingga afrika timur, Malaysia, Thailand, Sri Langka, India
hingga Madagaskar. Sirih merupakan tanaman terna, tumbuh merambat atau menjalar
menyerupai tanaman lada. Tinggi tanaman sirih bisa mncapai 15 m, tergantung sesuai
kesuburan media tanam dan rendahnya media untuk merambat. Batang berwarna
coklat kehijauan, berbentuk bulat berkerut daun beruas tempat keluarnya akar.
Daunnya berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang seling ,
bertangkai ,teksturnya agak kasar ketika diraba, dan mengeluarkan bau yang sedap
16
(aromatis) jika diremas. Warna daun sirih bervariasi dari kuning,hijau, sampai hijau
tua. Sirih berbunga majemuk berbentuk bulir dan merunduk. Bunga sirih dilindungi
oleh daun pelindung yang berbentuk bulat panjang dengan diameter 1mm. bulir
jantan panjangnya sekitar 1.5-3 cm dan memiliki dua benang sari yang pendek.
Sementara bulir betina panjangnya sekitar 1.5-6 cm , memiliki kepala putik 3 sampai
5 buah yang berwana putih dan hijau kekuningan.
Buahnya terletak tersembunyi atau buni, berbentuk bulat, berdaging, dan
warna kekuningan hingga hijau keabu-abuan. Tanaman sirih berakar tunggang yang
bentuknya bulat dan berwarna coklat kekuningan.
2.7 Kandungan Daun Sirih
Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol),
seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan chavicol yang memiliki daya
mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat
menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga
bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran
pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan
ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan.
17
2.8 Khasiat Daun Sirih
Sebagai tanaman tradisional, daun sirih banyak di kemukakan dalam resep-
resep dan sebagai obat di rumah. Sirih biasanya digunakan untuk menyembuhkan
mata merah bengkak iritasi karena terkena sesuatu. Biasanya daun sirih direndam
didalam air mendidih. Setelah airnya agak dingin dipakai mencuci mata dengan cara
merendam muka, terutama bagian mata ke dalam air sirih. Sirih juga digunakan untuk
menyembuhkan atau menghentikan perdarahan akibat mimisan. Menurut
NY.Kloppenburg ekstrak daun sirih bia digunakan untuk menyegarkan nafas
menghentikan pendarahan untuk cabut gigi, untuk kumur-kumur kalau mulut
bengkak, dan untuk membersihkan luka-luka. Rasa gatal dan bisul kecil disebabkan
karena flour albes dapat dicuci dengan bahan tersebut. Penyakit keputihan dapat
diobati dengan cara merendam diri dalam ekstrak sirih.
2.9 Kebiasaan Mengunyah Sirih terhadap Frekuensi Karies
Kebiasan mengunyah sirih merupakan kebiasaan yang umum yang terdapat di
daerah tropis ,termasuk Indonesia . Walaupun sudah agak berkurang ,kebiasaan ini
ternyata masih terdapat cukup banyak didaerah pedesaan .
Pada pengunyah sirih umumnya menggunakan daun sirih , pinang , gambir
dan kapur dalam ramuan sirihnya. Kadang-kadang ditambahkan cengkeh atau kayu
manis ,bahkan pada masyarakt di India ditambahkan juga tembakau iris yang halus.
18
Di Indonesia, tembakau hanya digunakan sebagai sugi atau susur dan tidak
dimasukan ke dalam ramuan yang di kunyah.
Pada dasarnya mengunyah sirih hampir sama di semua daerah yaitu beberapa
helai (biasanya dua helai) daun sirih yang sudah diolesi dengan kapur sirih digunakan
untuk membungkus irisan pinang , gambir dan kadang-kadang cengkeh atau kayu
manis. Ramuan ini di kunyah dalam mulut kira-kira 5-30 menit dalam sehari biasa
dikunyah sampai belasan ramuan. Di India ramuan ini lalu ditelan, tetapi di Indonesia
ramuan ini selalu dibuang . Setelah ramuan ini agak halus lalu dilakukan pembersihan
gigi dan gusi dengan menggunakan gumpalan tembakau yang dikenal dengan susur,
digosokan dengan agak kuat dan berulang-ulang pada bagian tersebut untuk
kemudian dibiarkan agak lama diantara gusi dan bibir bawah.
19
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kebiasaan
Menginang daun sirih
Identitas :
1. Nama2. Umur3. Jenis kelamin
KARIES GIGI
Kelompok BFaktor Resiko :
1.Gigi dan Saliva2.Mikroorganisme3.Substrat4.Waktu
Kelompok A
20
Keterangan :
Kelompok A : Menginang
Kelompok B : Tidak Menginang
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
3.2 Hipotesis Penelitian
Kebiasaan mengunyah sirih menyebabkan gigi kuat dan tidak mudah terserang karies
dan berpengaruh terhadap terjadinya penurunan karies.
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan adalah survey epidemologi analitik dengan
pendekatan cross sectional.
4.2 Populasi, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah penduduk desa Arjasa baik yang menginang ataupun
tidak menginang yang berusia antara 45-55 tahun.
4.2.2 Besar Sampel
Besar sampel sebanyak 60 orang penduduk desa Arjasa
4.2.2.a Kriteria Inklusi :
- Penduduk desa Arjasa baik yang menginang maupun yang tidak
menginang dengan kriteria umur 50-55 tahun tanpa memandang
jenis kelamin.
4.2.2.b Kriteria Eksklusi :
- Penduduk desa Arjasa Baik yang menginang maupun yang tidak
menginang dengan usia diatas 55 tahun.
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
22
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara simple random sampling.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian : Penelitian ini akan dilakukan di Arjasa
Waktu Penelitian : 25 Desember 2013
4.4 Penentuan Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti :Pengaruh frekuensi menginang
terhadap karies gigi
Variabel yang tidak diteliti : Faktor resiko terjadinya karies gigi
4.5 Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui apakah sampel menginang ataukah tidak dengan cara
menanyakannya secara langsung kepada sampel.
Untuk menilai frekuensi karies gigi,digunakan criteria DMF-T. Frekuensi
karies dinilai dengan indeks DMF-T untuk gigi permanen dengan rincian sebagai
berikut :
D : Decay yaitu gigi berlubang yang masih bisa ditambal.
23
M : Missing yaitu gigi yang indikasi untuk pencabutan atau gigi yang
sudah di cabut akibat karies.
F : Filling yaitu gigi yang sudah di tambal akibat karies dan keadaan
tambalannya masih baik.
Nilai DMF yang di peroleh ,di ubah dalam bentuk sekala interval.
Frekuensi karies gigi tinggi : 11-15
Frekuensi karies gigi sedang : 6-10
Frekuensi karies gigi rendah : 1-5
4.5.1 Alat dan bahan
- Sonde
- Pinset
- Alkohol
- Kapas
4.6 Definisi Operasional
Kebiasaan menginang adalah semua kegiatan makan sirih ,yang di jumpai
pada masyarakat yang berusia lanjut yang masih di pengaruhi oleh faktor-faktor
sosial, tradisi, turun temurun dan sebagainya dimana ramuan bahan-bahan tersebut
terdiri dari sirih, gambir, cengkeh, di tambah dengan kapur dan tembakau sebagai
24
pembersih mulut ,yang di lakukan baik kadang-kadang, tanpa memandang jenis
kelamin. Frekuensi karies gigi adalah banyak karies yang di hitung berdasarkan DMF
indeks.
4.7 Analisa Data
Pengaruh kebiasaan menginang terhadap frekwensi karies,dianalisa dengan
menggunakan rumus “Chi Kwadrat”.
(fo-fh) ²
X² =
fh
Dimana :
X² = Chi kwadrat
fo = frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam sempel).
fh = frekuensi yang di harapkan dalam sempel sebagai pencerminan dari
frekwensi di harapkan dalam populasi.
25
Dengan d.b= 2 kita periksa table chi kwadrat. Bilamana kita sudah menetapkan salah
satu taraf signifikansi katakanlah 5%,maka ketentuannya adalah jika X²0 ≥ X²h
5%,nilai chi kwadrat yang kita peroleh atau X²0 kita katakana signifikan dan sebagai
konsekuensinya hipotesa (nihil) akan kita tolak. Sebaliknya jika X²0 ≥ X²h 5%,nilai
X²0 kita katakana non signifikan dan sebagai konsekuensinya hipotesa (nihil) akan
kita terima.
26
BAB V
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
5.1 Paparan Data
Setelah penulis melakukan penelitian awal di Desa Arjasa kabupaten Jember
dapat diketahui jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 60 orang dengan rentang
usia 50-55 tahun.
5.2 Pembahasan
Dari penelitian awal yang telah dilakukan, didapatkan total sampel dalam
penelitian sebanyak 60 orang dengan rentang usia 50-55 tahun. Dari 60 orang sampel,
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A
merupakan 30 orang penduduk yang menginang daun sirih,sedangkan kelompok B
adalah 30 orang penduduk yang tidak menginang. Penelitian dilakukan dengan
metode cross sectional. Kemudian data yang diperoleh akan dianalisa dengan
menggunakan rumus Chi Kuadrat.
27
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan di bab sebelumnya dan
syarat sampel dalam melakukan penelitian telah terpenuhi maka sudah dapat
dilanjutkan penelitian mengenai pengaruh kebiasaan menginang terhadap frekuensi
karies pada usia 50-55 tahun di desa Arjasa Kabupaten Jember.
.
28
DAFTAR PUSTAKA
Andreoli,T.E, dkk. Dorland’s illustrated medical dictionary.ED.ke-30. 2003.
Astuti,Hardini Dyah , Efek Aplikasi Topikal Laktoferin dan Piper betle linn
pada mukosa mulut terhadap perkembangan karies gigi.2007. FKG-
Universitas Trisakti.Jakarta.
Berliana. Anatomi Gigi dan Mulut. 2008. FK-UNRI.RSUD.AA.Pekanbaru.
Budiarto,Eko.Metodologi penelitian kedokteran; sebuah pengantar.2003.
Jakarta : EGC
Karies gigi http//medicascore.com diakses tanggal 3 september 2012
Rini Damayanti..Khasiat dan manfaat daun sirih. cetakan ke-I. 2003.Jakarta.
Roeslan,B.O.Hambatan Terjadinya Karies Gigi dan Diaplikasikan pada
mukusa rongga Mulut.2001. Jakarta, FKUI. Disertasi
Srigupta AA.Perawatan gigi dan mulut.Jakarta:Prestasi Pustaka,2004:56-98