Post on 04-Apr-2018
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
1/24
MAKALAH SYOK ANAFILAKTIK
BLOK 7
SEMESTER 3
Dr. Titin S, SpAn
Kelompok 1 :
Adillia Yurifka H2A011001
Adisti Irda H2A011002
Aditia Nugraha H2A011003
Agri Safrion Darwis H2A011004
Alfan Zaki H2A011005
Anggraeni Putri H2A011007
Ani Suryani H2A011008
Anisa Paramita H2A011009
Aswin Imam H2A0110010
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
2/24
A. Pengertian
Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis
berarti Menghilangkan perlindungan.Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek
pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal
yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang
sebelumnya sudah tersensitisasi.Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang disertai
hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran.Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi
anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks.Karena kemiripan
gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis.
B. SejarahTahun 2641 SM, seorang Pharao meninggal mendadak Raja Menes meninggal
tidak seberapa lama setelah di sengat tawon (wasp).Tahun 1902, dua ilmuwan Perancis
yang bekerja di Mediterania menemukan phenomena yang sama dengan yang terjadi
pada Pharao itu. Richet dan Portier, menginjeksi anjing dengan ekstrak anemon laut,
setelah beberapa lama diinjeksi ulang dengan ekstrak yang sama .Hasilnya anjing itu
mendadak mati.Phenomena ini mereka sebut Anaphylaxis.Atas kerjanya ini, Richet
dianugerahi Nobel pada tahun 1913.
C. Patofisiologi
Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitivitas
tipe 1 atau reaksi tipe segera (Immediate type reaction).
Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
1. Fase Sensitisasi
Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai diikatnyaoleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil.
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
3/24
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluranmakan di tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresen-tasikan
antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin
(IL-4, IL-13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel
Plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi Immunoglobulin E (Ig E)
spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini kemudian terikat pada receptor
permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
2. Fase Aktivasi
Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yangsama. Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula
yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang .
o Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalamtubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik
dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator
vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan
beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut
dengan istilah Preformed mediators.
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat darimembran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan
Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi
yang disebut Newly formed mediators.
3. Fase Efektor
Adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagaiefek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas
farmakologik pada organ organ tertentu.
Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkanpermeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi
mukus dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
4/24
vaskuler dan Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet
activating factor (PAF) berefek bronchospasme dan meningkatkan
permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit.
Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil.Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi,
demikian juga dengan Leukotrien.
D. Alergen
Terr menyebutkan beberapa golongan alergen yang dapat menimbulkan reaksi
anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, bisa atau racun serangga dan alergen lain yang
tidak bisa di golongkan.
E. Gejala klinisAnafilaksis merupakan reaksi sistemik, gejala yang timbul juga menyeluruh.
1) Gejala permulaan :Sakit Kepala, Pusing, Gatal dan perasaan panas2) Kulit : Eritema, urticaria, angoedema, conjunctivitis, pallor dan kadang cyanosis3) Respirasi : Bronkospasme, rhinitis, edema paru dan batuk, nafas cepatdan pendek,
terasa tercekik karena edema epiglotis, stridor, serak, suara hilang, wheezing, dan
obstruksi komplit
4) Cardiovaskular : Hipotensi, diaphoresis, kabur pandangan, sincope, aritmia danhipoksia
5) Gastrointestinal : Mual, muntah, cramp perut, diare, disfagia, inkontinensia urin6) Haematologi : Kelainan pembekuan darah, trombositopenia, DIC7) SSP : Parestesia, konvulsi dan koma8) Sendi : Arthralgia
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
5/24
F. Diagnosis
1) Anamnesis Mendapatkan zat penyebab anafilaksis (injeksi, minum obat, disengat hewan,
makan sesuatu atau setelah test kulit )
Timbul biduran mendadak, gatal dikulit, suara parau sesak ,sekarnafas, lemas,pusing, mual,muntah sakit perut setelah terpapar sesuatu.
2) Fisik diagnostik Keadaan umum : baik sampai buruk Kesadaran : Composmentis sampai Koma Tensi : Hipotensi Nadi : Tachycardi Nafas : Tachypneu Temperatur : Naik/normal/dingin Kepala dan leher : Cyanosis, dispneu, conjunctivitis, lacrimasi, edema periorbita, Thorax : Cor Palpitasi, aritmia sampai arrest Pulmo Bronkospasme, stridor, rhonki dan wheezing Abdomen : Nyeri tekan, BU meningkat Ekstremitas : Urticaria, Edema ekstremitas
3) Pemeriksaan Tambahan Hematologi : Hitung sel meningkat , Hemokonsentrasi, trombositopenia eosinophilia naik/ normal / turun
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
6/24
G. Penatalaksanaan dan Managemen syok anafilaktik
1. Tindakan
Hentikan obat/identifikasi obat yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis Posisi, tidurkan dengan posisi Trandelenberg, kaki lebih tinggi dari kepala (posisi
shock) dengan alas keras.
Bebaskan airway, bila obstruksi intubasi-cricotyrotomi-tracheostomi Berikan oksigen, melalui hidung atau mulut 5-10 liter /menit bila tidak bia
persiapkandari mulut kemulut
Pasang cathether intra vena (infus) dengan cairan elektrolit seimbang atau Naclfisiologis, 0,5-1liter dalam 30 menit (dosis dewasa) monitoring dengan Tensi danproduksi urine Pertahankan tekanan darah sistole >100mmHg diberikan 2-3L/m2
luas tubuh /24 jam Bila< 100mmHg beri Vasopressor (Dopamin) Tensi tak
terukur 20 cc/kg ,Apabila sistole < 100 mmHg 500 cc/1/2 jam dan apabila sistole
> 100 mmHg 500 cc/ 1 Jam
Bila perlu pasang CVP
2. Medikamentosa
Adrenalin 1:1000, 0,30,5 ml SC/IM lengan atas , paha, sekitar lesi pada venom.Dapat diulang 2-3 x dengan selang waktu 15-30 menit, Pemberian IV pada
stadium terminal / pemberian dengan dosis1 ml gagal , 1:1000 dilarutkan dalam 9
ml garam faali diberikan 1-2 ml selama 5-20 menit (anak 0,1 cc/kg BB)
Diphenhidramin IV pelan (+ 20 detik ) ,IM atau PO (1-2 mg/kg BB) sampai 50mg dosis tunggal, PO dapat dilanjutkan tiap 6 jam selama 48 jam bila tetap sesak
+ hipotensi segera rujuk, (anak :1-2 mg /kgBB/ IV) maximal 200mg IV
Aminophilin, bila ada spasme bronchus beri 4-6 mg/ kg BB dilarutkan dalam 10ml garam faali atau D5, IV selama 20 menit dilanjutkan 0,21,2 mg/kg/jam
Corticosteroid 5-20 mg/kg BB dilanjutkan 2-5 mg/kg selama 4-6 jam, pemberianselama 72 jam .Hidrocortison IV, beri cimetidin 300mg setelah 3-5 menit
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
7/24
3. Monitoring
Observasi ketat selama 24 jam, 6jam berturut-turut tiap 2 jam sampai keadaanfungsi membaik
Klinis : keadaan umum, kesadaran, vital sign, produksi urine dan keluhan Darah : Gas darah EKG
H. Komplikasi (Penyulit)1. Kematian karena edema laring , gagal nafas, syok dan cardiac arrest.2. Kerusakan otak permanen karena syok dan gangguan cardiovaskuler.3. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan, Myocard infark, aborsi
dan gagal ginjal juga pernah dilaporkan.
I. Prevensi (Pencegahan) Mencegah reaksi ulang Anamnesa penyakit alergi px sebelum terapi diberikan (obat,makanan,atopik) Lakukan skin test bila perlu
Encerkan obat bila pemberian dengan SC/ID/IM/IV dan observasi selama pemberian Catat obat px pada status yang menyebabkan alergi Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok anafilaktik. Desensitisasi alergen spesifik Edukasi px supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan alergi Bersiaga selalu bila melakukan injeksi dengan emergency kit
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
8/24
J. PrognosisBila penanganan cepat, klinis masih ringan dapat membaik dan tertolong
Algoritme Management Penderita Syok Anafilaktik
1. Ringan
Baringkan dalam posisi syok, Alas keras Bebaskan jalan nafas Tentukan penyebab dan lokasi masuknya Jika masuk lewat ekstremitas, pasang torniquet Injeksi Adrenalin 1:10000,25 cc (0,25mg) SC
2. Sedang
Monitor pernafasan dan hemodinamik Suplemen Oksigen Injeksi Adrenalin 1:1000- 0,25cc(0,25mg) IM(Sedang) atau 1:10.0002,5-5cc (0,25-
0,5mg) IV(Berat), Berikan sublingual atau trans trakheal bial vena kolaps
Aminofilin 5-6mg/kgBB IV(bolus), diikuti 0,4-0,9mg/kgBB/menit perdrip (untukbronkospasme persistent)
Infus cairan (pedoman hematokrit dan produksi urine)
3. Berat
Monitor pernafasan dan hemodinamika Cairan, Obat Inotropik positif, Obat vasoaktif tergantung hemodinamik Bila perlu dan memungkin- rujuk untuk mendapat perawatan intensif
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
9/24
K. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Syok Anafilaktik
a. Pendahuluan.
Reaksi anafilaksis merupakan sindrom klinis akibat reaksi imunologis
(reaksi alergi) yang bersifat sistemik, cepat dan hebat yang dapat menyebabkan
gangguan respirasi, sirkulasi, pencernaan dan kulit.Jika reaksi tersebut cukup
hebat sehingga menimbulkan syok disebut sebagai syok anafilaktik yang dapat
berakibat fatal.Oleh karena itu syok anafilaktik adalah suatu tragedi dalam dunia
kedokteran, yang membutuhkan pertolongan cepat dan tepat.Tanpa pertolongan
yang cepat dan tepat, keadaan ini dapat menimbulkan malapetaka yang berakibat
ganda.Disatu pihak penderita dapat meninggal seketika, dilain pihak dokternya
dapat dikenai sanksi hukum yang digolongkan sebagai kelalaian atau malpratice.
Test kulit yang merupakan salah satu upaya guna menghindari kejadian ini tidak
dapat diandalkan, sebab ternyata dengan test kulit yang negatif tidak menjamin
100 % untuk tidak timbulnya reaksi anafilaktik dengan pemberian dosis penuh.
Selain itu, test kulit sendiri dapat menimbulkan syok anafilaktik pada penderita
yang amat sensitif.Olehnya itu upaya menghindari timbulnya syok anafilaktik ini
hampir tertutup bagi profesi dokter yang selalu berhadapan dengan suntikan.Satu-
satunya jalan yang dapat menolong kita dari malapetaka ini bukan menghindari
penyuntikan, karena itu merupakan senjata ampuh buat kita, tapi bagaimana kita
memberi pertolongan secara lege-artis bila kejadian itu menimpa kita.Untuk itu
diperlukan pengetahuan serta keterampilan dalam pengelolaan syok anafilaktik.
Makalah ini akan memberi petunjuk sederhana tentang usaha-usaha yang harus
dilakukan dalam mengelola syok anafilaktik.
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
10/24
b. InsidensInsidens syok anafilaktik 40 60 persen adalah akibat gigitan
serangga, 20-40 persen akibat zat kontras radiografi, dan 1020 persen akibat
pemberian obat penicillin.Sangat kurang data yang akurat dalam insiden dan
prevalensi terjadinya syok anafilaktik.Anafilaksis yang fatal hanya kira-kira 4
kasus kematian dari 10 juta masyarakat pertahun.
Di Amerika Serikat insisidens reaksi alergi dan anafilaksis yang dicatat dari
bagian gawat darurat rumah sakit didapatkan bahwa 0,5persen (5 per 1000)
dan 0,02 persen (2 per 10.000) kejadian. Sebagian besar kasus yang serius
anafilaktik adalah akibat pemberian antibiotik seperti penicillin dan bahan zat
radiologis.Penicillin merupakan penyebab kematian 100 dari 500 kematian
akibat reaksi anafilaksis. Secara umum insidens reaksi anafilakis 0,01 %
eksposue di Amerika. Gigitan serangga hymenoptera merupakan penyebab
yang terbanyak dari syok anafilaktik.
c. PatofisiologiReaksi anafilaksis timbul bila sebelumnya telah terbentuk IgE spesifik
terhadap alergen tertentu. Alergen yang masuk kedalam tubuh lewat kulit,
mukosa, sistem pernafasan maupun makanan, terpapar pada sel plasma dan
menyebabkan pembentukan IgE spesifik terhadap alergen tertentu.IgE spesifik
ini kemudian terikat pada reseptor permukaan mastosit dan basofil. Pada
paparan berikutnya, alergen akan terikat pada Ige spesifik dan memicu
terjadinya reaksi antigen antibodi yang menyebabkan terlepasnya mediator
yakni antara lain histamin dari granula yang terdapat dalam sel. Ikatan antigen
antibodi ini juga memicu sintesis SRS-A ( Slow reacting substance of
Anaphylaxis ) dan degradasi dari asam arachidonik pada membrane sel, yang
menghasilkan leukotrine dan prostaglandin. Reaksi ini segera mencapai
puncaknya setelah 15 menit.Efek histamin, leukotrine (SRS-A) dan
prostaglandin pada pembuluh darah maupun otot polos bronkus menyebabkan
timbulnya gejala pernafasan dan syok.
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
11/24
Efek biologis histamin terutama melalui reseptor H1 dan H2 yang berada pada
permukaan saluran sirkulasi dan respirasi.Stimulasi reseptor H1 menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, spasme bronkus dan spasme
pembuluh darah koroner sedangkan stimulasi reseptor H2 menyebabkan
dilatasi bronkus dan peningkatan mukus dijalan nafas. Rasio H1 H2 pada
jaringan menentukan efek akhirnya.
Aktivasi mastosit dan basofil menyebabkan juga respon bifasik dari cAMP
intraselluler.Terjadi kenaikan cAMP kemudian penurunan drastis sejalan
dengan pelepasan mediator dan granula kedalam cairan
ekstraselluler.Sebaliknya penurunan cGMP justru menghambat pelepasan
mediator.Obat-obatan yang mencegah penurunan cAMP intraselluler ternyata
dapat menghilangkan gejala anafilaksis. Obat-obatan ini antara lain adalah
katekolamin (meningktakan sintesis cAMP) dan methyl xanthine misalnya
aminofilin (menghambat degradasi cAMP). Pada tahap selanjutnya mediator-
mediator ini menyebabkan pula rangkaian reaksi maupun sekresi mediator
sekunder dari netrofil,eosinofil dan trombosit,mediator primer dan sekunder
menimbulkan berbagai perubahan patologis pada vaskuler dan hemostasis,
sebaliknya obat-obat yang dapat meningkatkan cGMP (misalnya obat
cholinergik) dapat memperburuk keadaan karena dapat merangsang
terlepasnya mediator.
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
12/24
d. Reaksi AnafilaktoidReaksi anafilaktoid adalah reaksi yang menyebabkan timbulnya gejala
dan keluhan yang sama dengan reaksi anafilaksis tetapi tanpa adanya
mekanisme ikatan antigen antibodi. Pelepasan mediator biokimiawi dari
mastosit melewati mekanisme nonimunologik ini belum seluruhnya dapat
diterangkan.Zat-zat yang sering menimbulkan reaksi anafilaktoid adalah
kontras radiografi (idionated), opiate, tubocurarine, dextran maupun
mannitol.Selain itu aspirin maupun NSAID lainnya juga sering menimbulkan
reaksi anafilaktoid yang diduga sebagai akibat terhambatnya enzim
siklooksgenase.
e. Manifestasi klinikWalaupun gambaran atau gejala klinik suatu reaksi anafilakis berbeda-
beda gradasinya sesuai berat ringannya reaksi antigen-antibodi atau tingkat
sensitivitas seseorang, namun pada tingkat yang berat barupa syok anafilaktik
gejala yang menonjol adalah gangguan sirkulasi dan gangguan
respirasi.Kedua gangguan tersebut dapat timbul bersamaan atau berurutan
yang kronologisnya sangat bervariasi dari beberapa detik sampai beberapa
jam.Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul makin berat keadaan penderita.
1) Sistem pernafasanGangguan respirasi dapat dimulai berupa bersin, hidung
tersumbat atau batuk saja yang kemudian segera diikuti dengan
udema laring dan bronkospasme. Kedua gejala terakhir ini
menyebabkan penderita nampak dispnue sampai hipoksia yang
http://4.bp.blogspot.com/-lcqtn8NRtBc/TxVMBwroItI/AAAAAAAAARU/sTBtEbsc28E/s1600/ScreenHunter_03+Jan.+17+18.21.jpg7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
13/24
pada gilirannya menimbulkan gangguan sirkulasi, demikian
pula sebaliknya, tiap gangguan sirkulasi pada gilirannya
menimbulkan gangguan respirasi. Umumnya gangguan
respirasi berupa udema laring dan bronkospasme merupakan
pembunuh utama pada syok anafilaktik.
2) Sistem sirkulasiBiasanya gangguan sirkulasi merupakan efek sekunder
dari gangguan respirasi, tapi bisa juga berdiri sendiri, artinya
terjadi gangguan sirkulasi tanpa didahului oleh gangguan
respirasi.Gejala hipotensi merupakan gejala yang menonjol
pada syok anafilaktik. Hipotensi terjadi sebagai akibat dari dua
faktor, pertama akibat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah
perifer dan kedua akibat meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler sehingga selain resistensi pembuluh darah menurun,
juga banyak cairan intravaskuler yang keluar keruang
interstitiel (terjadi hipovolume relatif).Gejala hipotensi ini
dapat terjadi dengan drastis sehingga tanpa pertolongan yang
cepat segera dapat berkembang menjadi gagal sirkulasi atau
henti jantung.
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
14/24
3) Gangguan kulit.Merupakan gejala klinik yang paling sering ditemukan
pada reaksi anafilaktik.Walaupun gejala ini tidak mematikan
namun gejala ini amat penting untuk diperhatikan sebab ini
mungkin merupakan gejala prodromal untuk timbulnya gejala
yang lebih berat berupa gangguan nafas dan gangguan
sirkulasi.Oleh karena itu setiap gangguan kulit berupa urtikaria,
eritema, atau pruritus harus diwaspadai untuk kemungkinan
timbulnya gejala yang lebih berat. Dengan kata lain setiap
keluhan kecil yang timbul sesaat sesudah penyuntikan
obat,harus diantisipasi untuk dapat berkembang kearah yang
lebih berat.
4) Gangguan gastrointestinalPerut kram,mual,muntah sampai diare merupakan
manifestasi dari gangguan gastrointestinal yang juga dapat
merupakan gejala prodromal untuk timbulnya gejala gangguan
nafas dan sirkulasi.
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
15/24
f. Skema perubahan patofisiologi pada syok anafilaktik
g. Pengelolaan Anafilaksis dan syok AnafilaksisSecara umum terapi anafilaksis bertujuan :
1. Mencegah efek mediator
Menghambat sintesis dan pelepasan mediator Blokade reseptor
2. Mengembalikan fungsi organ dari perubahan patofisiologik akibat efek
mediator.
http://1.bp.blogspot.com/-bA_443WFBds/TxVLTqw0GRI/AAAAAAAAARM/jM--lN_RkhM/s1600/ScreenHunter_02+Jan.+17+18.08.jpg7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
16/24
Titik tangkap terapi berdasarkan perubahan patofisiologi
h. Penanganan syok anafilaktik
Terapi medikamentosaPrognosis suatu syok anafilaktik amat tergantung dari kecepatan
diagnose dan pengelolaannya.
1) Adrenalin merupakan drug of choice dari syok anafilaktik. Halini disebabkan 3 faktor yaitu :
Adrenalin merupakan bronkodilator yang kuat ,sehingga penderita dengan cepat terhindar dari hipoksia
yang merupakan pembunuh utama.
http://4.bp.blogspot.com/-KDSzggr5KV8/TxVGW_VoZjI/AAAAAAAAARE/DZ72t_W2lFo/s1600/ScreenHunter_01+Jan.+17+17.57.jpg7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
17/24
Adrenalin merupakan vasokonstriktor pembuluh darahdan inotropik yang kuat sehingga tekanan darah dengan
cepat naik kembali.
Adrenalin merupakan histamin bloker, melaluipeningkatan produksi cyclic AMP sehingga produksi
dan pelepasan chemical mediator dapat berkurang atau
berhenti.
Dosis dan cara pemberiannya.
0,30,5 ml adrenalin dari larutan 1 : 1000 diberikan secara
intramuskuler yang dapat diulangi 5 10 menit. Dosis
ulangan umumnya diperlukan, mengingat lama kerja
adrenalin cukup singkat. Jika respon pemberian secara
intramuskuler kurang efektif, dapat diberi secara
intravenous setelah 0,10,2 ml adrenalin dilarutkan dalam
spoit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahan-
lahan. Pemberian subkutan, sebaiknya dihindari pada syok
anafilaktik karena efeknya lambat bahkan mungkin tidak
ada akibat vasokonstriksi pada kulit, sehingga absorbsi obat
tidak terjadi.
2) AminofilinDapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila
bronkospasme belum hilang dengan pemberian adrenalin.250
mg aminofilin diberikan perlahan-lahan selama 10 menit
intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus
bila dianggap perlu.
3) Antihistamin dan kortikosteroid.Merupakan pilihan kedua setelah adrenalin. Kedua obat
tersebut kurang manfaatnya pada tingkat syok anafilaktik,
sebab keduanya hanya mampu menetralkan chemical mediators
yang lepas dan tidak menghentikan produksinya. Dapat
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
18/24
diberikan setelah gejala klinik mulai membaik guna mencegah
komplikasi selanjutnya berupa serum sickness atau prolonged
effect. Antihistamin yang biasa digunakan adalah
difenhidramin HCl 5 20 mg IV dan untuk golongan
kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5 10 mg IV
atau hidrocortison 100250 mg IV.
Terapi supportifTerapi atau tindakan supportif sama pentingnya dengan terapi
medikamentosa dan sebaiknya dilakukan secara bersamaan. (10,11,12)
1) Pemberian OksigenJika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi,
pemberian O2 35 ltr / menit harus dilakukan.Pada keadaan yang
amat ekstrim tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi perlu
dipertimbangkan.
2) Posisi TrendelenburgPosisi trendeleburg atau berbaring dengan kedua tungkai
diangkat (diganjal dengan kursi ) akan membantu menaikan
venous return sehingga tekanan darah ikut meningkat.
3) Pemasangan infus.Jika semua usaha-usaha diatas telah dilakukan tapi tekanan
darah masih tetap rendah maka pemasangan infus sebaiknya
dilakukan.Cairan plasma expander (Dextran) merupakan pilihan
utama guna dapat mengisi volume intravaskuler secepatnya.Jika
cairan tersebut tak tersedia, Ringer Laktat atau NaCl fisiologis
dapat dipakai sebagai cairan pengganti.Pemberian cairan infus
sebaiknya dipertahankan sampai tekanan darah kembali optimal
dan stabil.
4) Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP)
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
19/24
Seandainya terjadi henti jantung (cardiac arrest) maka
prosedur resusitasi kardiopulmoner segera harus dilakukan sesuai
dengan falsafah ABC dan seterusnya. Mengingat kemungkinan
terjadinya henti jantung pada suatu syok anafilaktik selalu ada,
maka sewajarnya ditiap ruang praktek seorang dokter tersedia
selain obat-obat emergency, perangkat infus dan cairannya juga
perangkat resusitasi(Resucitation kit ) untuk memudahkan tindakan
secepatnya.
Perangkat yang dibutuhkan :
Oksigen Posisi Trendelenburg (kursi) Infus set dan cairannya Resusitation kit
i. Pencegahan
1) KewaspadaanTiap penyuntikan apapun bentuknya terutama obat-obat yang telah
dilaporkan bersifat antigen (serum, penisillin, anestesi lokal dll ) harus selalu
waspada untuk timbulnya reaksi anfilaktik.Penderita yang tergolong resiko
tinggi (ada riwayat asma, rinitis, eksim, atau penyakit-penyakit alergi lainnya)
harus lebih diwaspadai lagi. Jangan mencoba menyuntikan obat yang sama
bila sebelumnya pernah ada riwayat alergi betapapun kecilnya. Sebaiknya
mengganti dengan preparat lain yang lebih aman.
2) Test kulitTest kulitmemang sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum pemberian
obat bagi penderita yang dicurigai. Tindakan ini tak dapat diandalakan dan
bukannya tanpa resiko tapi minimal kita dapat terlindung dari sanksi hukum.
Pada penderita dengan resiko amat tinggi dapat dicoba dengan stracth test
dengan kewaspadaan dan persiapan yang prima.
3) Pemberian antihistamin dan kortikosteroid .
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
20/24
Sebagai pencegahan sebelum penyuntikan obat, juga merupakan
tindakan yang aman, selain itu hasilnyapun dapat diandalkan.
4) Pengetahuan, keterampilan dan peralatan.Early diagnosis dan early treatment secara lege-artis serta tersedianya
obata-obatan beserta perangkat resusitasi lainnya merupakan modal utama
guna mengelola syok anafilaktik yang mungkin tidak dapat dihindari dalam
praktek dunia kodokteran.
j. Masalah hukumWalaupun test kulit tidak memberi jaminan 100 % namun demi
kepentingan, test kulit sebaiknya dilakukan sebelum menyuntikan obat-obatan
yang telah pernah dilaporkan sebagai obat yang dapat menimbulkan syok
anafilaksis.Seandainya test kulit negatif dan pada pemberian dosis pernah
terjadi syok anafilaksis kemudian tak dapat tertolong maka pertanyaannya
adalah :
Sudahkah kita melakukan tugas kita dengan baik yakni menggunakanstandar profesi yang optimal ? Disini dituntut pengetahuan dan
keterampilan dalam bertindak.
Tersediakah obat-obatan perfection dan peralatan yang lengkap untukmelakukan RKP yang sempurna. Disini dituntut tersedianya obat-
obatan perfection dan peralatan yang lengkap untuk bertindak sesuai
dengan standar profesi yang muktahir.
Jika semuanya telah kita lakukan dengan sempurna, maka paling tidak beban
moril akan jauh lebih rendah dan terhindar dari tuntutan hukum.
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
21/24
k. Kesimpulan Syok anafilaksis merupakan reaksi alergi yang tergolong emergency
life-threatening.
Reaksi anafilaksis atau anafilaktoid dapat memberi gejala yang sama,walaupun mekanismenya berbeda.
Test kulit senantiasa diperlukan, pada penggunaan obat-obat yangsangat dicurigai (untuk kepentingan aspek hukum).
Pemberian antihistamin dan steroid pra-exposure dilaporkan sangatbermanfaat.
Drug of choise dari syok anafilaktik adalah adrenalin. Keterampilan RKP dan ketersediaan Resusitation kit, emergency drug
mutlak pada tempat-tempat dimana penyuntikan banyak dilakukan.
L. PROSEDUR PENATALAKSANAANSHOCK ANAFILAKTIK
a. DefinisiShock anaphylactic adalah suatu syndroma klinis yang ditandai dengan adanya
hipotensi, tacycardia, kulit yang dingin, pucat basah, hiperventilasi, perubahan
status mental, penurunan produksi urine yang diakibatkan oleh reaksi anafilaksis
b. Prosedur1. PERSIAPAN
Alat :
a. Tensimeterb. Disposable spuitc. Kanula venad. Infusion set
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
22/24
e. Tabung oksigen beserta regulator dan flowmeterf. Nasal prong atau masker beserta slangg. Ambu bag
Obat ;
i. Adrenalineii. Obat-obat simpatomimetik seperti : Ephedrine, Dopamin
iii. Anti histamin : Delladryliv. Corticosteroidv. Cairan kristaloid : RL, PZ
vi. Cairan koloid : Dextran, ExpafusinPetugas :
i. Kewaspadaan yang tinggiii. Pengetahuan tenyang mekanisme shock anafilaksis
dan farmakologi obat-obat yang digunakan
Ketrampilan untuk :
a) Melakukan penyuntikan intra vena, sub lingual,transtracheal
b) Melakukan resusitasi
c. PenatalaksanaanI. Baringkan penderita dalam posisi shock yakni tidur terlentang dengan
tungkai lebih tinggi dari kepala pada alas yang keras
II. Bebaskan jalan nafasIII. Tentukan penyebab dan lokasi masuknya bahan allergenIV. Bila masuk melalui ekstremitas pasang torniquetteV. Berikan Adrenalin 1 : 1000 sebanyak 0,25 ml sub cutane
VI. Monitor pernafasan dan hemodinamikaVII. Berikan suplemen oksigen
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
23/24
VIII. Untuk kasus yang sedang berikan Adrenalin 1 : 1000 sebanyak 0,25 mlintra muskuler
IX. Bila berat berikan Adrenalin 1 : 100- sebanyak 2,55 ml intra venaX. Bila vena colaps berikan Adrenalin sub lingual atau trans tracheal
XI. Berikan Aminophillin 56 mg/ kg BB Iv bolus diikuti 0,40,9 mg/kgBB/ menit per drip ini untuk bronchospasme yang persisten
XII. Berikan cairan infus dengan berpedoman pada kadar hematocritXIII. Monitor hemodinamika dan pernafasanXIV. Bila tidak membaik rujuk ke intitusi yang lebih tinggi
7/31/2019 Syok Anafilaktik (Edited)
24/24
Daftar Pustaka
a.Prosedur Tetap Standar Pelayanan Medis IRD RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. 1996.
b.Bambang Wahyuprayitno. Shock Anafilaktik. Kumpulan Makalah Pelatihan PPGD bagi
Dokter. Surabaya. 1996.