Post on 01-Oct-2021
294 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI
BAWANG MERAH DI KELURAHAN MALUMBI,
KECAMATAN KAMBERA, KABUPATEN SUMBA TIMUR
THE DEVELOPMENT STRATEGY OF
SHALLOT FARMING IN MALUMBI VILLAGE,
KAMBERA SUB-DISTRICT, EAST SUMBA DISTRICT
Junaedin Wadu*), Anggreni Madik Linda
Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Kristen
Wira Wacana Sumba, Indonesia
E-mail : junawadu@unkriswina.ac.id*)
madik@unkriswina.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal serta menetapkan strategi
bagi pengembangan usahatani bawang merah di Kelurahan Malumbi, Kecamatan Kambera. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan menggunakan metode survei.
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 10 orang. Metode yang digunakan untuk penentuan
sampel adalah metode accidential sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Internal
Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation, Internal-Eksternal (IE), Matriks Strenghts,
Weakness, Opportunities, Treats (SWOT), dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal adalah ketersediaan air yang cukup memadai,
sistem pemasaran yang tidak efektif. Sedangkan, faktor eksternal adalah permintaan bawang
merah tinggi, serta persaingan dan fluktuasi harga jual. Strategi utama pengembangan usahatani
bawang merah adalah memperluas lahan usahatani bawang merah dalam rangka meningkatkan
kapasitas produksi dan merebut peluang pasar.
Kata kunci : analisis SWOT; strategi pengembangan; usahatani bawang merah
Abstract
This study aims to analyze internal and external factors as well as to determine a strategy for the
development of shallot farming in Malumbi Village, Kambera District. This type of research is
exploratory research using a survey method. The number of respondents in this study is 10 people.
The applied method for the sample determination is the accidential sampling method. Data are
analyzed using Internal Factor Evaluation (IFE) analysis, External Factor Evaluation, Internal-
External (IE), Strength, Weakness, Opportunities, Treats (SWOT) Matrix, and Quantitative
Strategic Planning Matrix (QSPM). The results display that the internal factors are adequate water
availability and ineffective marketing system. Meanwhile, the external factors are the high demand
for shallots as well as competition and fluctuation in retail prices. The main strategy for
developing shallot farming is expanding the area of shallot farming in order to increase production
capacity and seizing the market opportunities.
Key words : SWOT analisys; development strategy; shallots farming
295 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
Pendahuluan
Bawang merah merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, karena konsumsi bawang merah terus meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan bertambahnya usaha kuliner,
Hanafie (2010) mengungkapkan penambahan jumlah permintaan dapat
disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk, perbaikan sarana transportasi,
atau berhasilnya usaha promosi.
Sumba Timur adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) yang sebagian penduduknya bekerja pada sektor pertanian, dan
salah satu usahatani yang menjanjikan bagi petani adalah usahatani bawang
merah. Ekaria, (2018) mengungkapkan usahatani bawang merah memberikan
kontribusi cukup besar terhadap pendapatan total petani digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. BPS Nasional (2020) mencatat produksi
bawang merah di Propinsi NTT pada tahun 2019 sebesar 8.254 Ton sedangkan di
Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 188.255 Ton dan Propinsi Bali 19.687 Ton.
Hal ini memperlihatkan produksi bawang merah di Propinsi NTT masih bisa
dikembangkan untuk pemenuhan konsumsi masyarakat.
Salah satu sub-sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam
stuktur perekonomian di Kabupaten Sumba Timur, karena bertujuan untuk
meningkatkan produksi dan mensejahterakan petani adalah produk hortikultura
bawang merah semakin berpeluang dikembangkan di Kabupaten Sumba Timur,
karena suplai bawang merah di pasaran banyak didominasi dari produk luar pulau.
Herlita et al. (2016) mengungkapkan produksi bawang merah dari luar pulau
terpusat di kabupaten di Pulau Jawa seperti Kuningan, Cirebon, Brebes, Tegal,
Pemalang, Bantul, Nganjuk, dan Probolinggo. Adanya produk luar yang masuk ke
suatu daerah akan berdampak pada harga barang tersebut, Pranata & Umam
(2015) menuturkan bahwa dengan adanya persaingan harga antara harga bawang
merah impor dan harga bawang merah dalam negeri akan menyebabkan fluktuasi
harga bawang merah, sehingga dapat mempengaruhi produksinya.
296 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Oleh karena pasar bawang merah lokal masih dikuasai bawang merah dari
luar sedangkan petani lokal memiliki potensi untuk mengusahakan dan
memproduksi bawang merah untuk memenuhi permintaan pasar lokal, maka
diperlukan kajian mengenai strategi pengembangan bawang merah lokal di
Kabupaten Sumba Timur. Waridjo dan Fallo (2016) mengungkapkan bahwa
sistem usahatani bawang putih di Kecamatan Miomafo Barat belum
dikembangkan secara intensif, karena petani petani belum menerapkan sistem
panca usahatani. Menurut Samodro dan Yuliawati (2018) strategi pengembangan
usahatani sayur organik perlu diketahui agar usaha dapat terus berlanjut, termasuk
strategi tataniaganya seperti komoditas pala guna meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani Dumatubun, et al. (2020). Lebih lanjut Lawalata et al. (2017)
mengungkapkan pengembangan potensi pala patut dikaji berdasarkan tingkat
penguasaan lahan yang akan berdampak pada produktivitas kedepannya. Oleh
karena itu penelitian mengenai strategi pengembangan komoditas bawang merah
penting dilakukan karena selain masih terbatas jumlah penelitiannya juga untuk
menemukan strategi bagaimana mendorong daya saing komoditas bawang lokal
untuk meraih peluang pasar lokal demi meningkatkan kesejahteraan petani. Maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal dan eksternal
serta prioritas strategi usahatani bawang merah.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Maulumbi Kecamatan Kambera
Kabupaten Sumba Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan
pertimbangan karena Kecamatan Kambera, khususnya Kelurahan Malumbi
merupakan daerah irigasi serta salah satu lokasi yang sedang melakukan budidaya
dan mengembangkan bawang merah dan terdapat tiga kelompok tani yang sedang
mengembangkan usahatani bawang merah di Kelurahan Malumbi.
Jenis penelitian ini adalah eksploratif dengan jumlah responden berjumlah
10 orang, yang mengetahui keberadaan usahatani bawang merah di Kelurahan
Malumbi seperti ketua Gapoktan, ketua kelompok tani, anggota kelompok tani,
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), dan penyuluh swadaya tingkat Gapoktan.
297 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
Metode penetuan sampel menggunakan metode Accidental Sampling, yaitu
penetuan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapapun
yang dianggap cocok sebagai sumber data (Darmawan, 2018). Data yang
dikumpulkan yaitu data primer melalui wawancara kepada responden meliputi
kondisi internal dan eksternal petani dengan menggunaka kuisioner.
Metode analisis data adalah Strenghts, Weakness, Oppurtunities, and
Threats (SWOT). Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui faktor internal
dan eksternal usahatani bawang merah di Kelurahan Malumbi. David & David
(2016) mengungkapkan teknik formulasi strategi dapat diintegrasikan dalam tiga
kerangka kerja pembuatan keputusan.
Adapun tahapannya sebagai berikut: (1) Tahap input (input stage) yaitu
meringkas informasi input kedalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan
Matriks External Factor Evaluation (EFE). Pembobotan untuk setiap faktor
dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting).
Pembobotan dilakukan menggunakan metode paired comparison atau metode
perbandingan berpasangan seperti penelitian Setyorini et al. (2016). Sedangkan
pemberian nilai rating dimulai dengan skala 1-4, (2) Tahap pencocokan (matching
stage) berfokus pada pembuatan strategi alternatif yang layak dengan
menyelaraskan faktor internal dan eksternal kunci. Teknik Tahap 2 termasuk
Matriks Internal – Eksternal (IE) dan Matriks SWOT. Tahap (3) Menggunakan
Quantitaive Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM mengungkapkan daya
tarik relatif dari strategi alternatif dan memberikan dasar yang objektif dalam
memilih strategi tertentu. QSPM membuat peringkat strategi untuk memperoleh
daftar prioritas. Adapun langkah-langkah mengembangkan matriks QSPM sebagai
berikut : (a) membuat daftar kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman,
yang sama dengan Matriks IFE dan EFE (b) memberikan bobot untuk setiap
faktor kunci internal dan eksternal, bobot ini sama dengan yang ada dalam
Matriks IFE dan EFE, (c) menguji matriks-matriks tahap b (pencocokan), dan
mengidentifikasi stratergi alternative yang akan dievaluasi, (d) menentukan skor
daya tarik (attractiveness Score-AS) kisaran 1= tidak menarik 2= agak menarik
3= cukup menarik 4=sangat menarik, (e) hitung skor daya tarik total (Total
298 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Attractiveness Score-TAS), dengan mengalikan bobot dengan nilai daya tarik
(AS) (f) menghitung jumlah skor daya tarik total (sum total aattractiveness score-
STAS), skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik.
Hasil dan Pembahasan
Identifikasi Faktor Internal Usahatani Bawang
Faktor-faktor internal yang diidentifikasi meliputi unsur kekuatan dan
kelemahan dari empat faktor, yakni sumber daya, keuangan, manajemen, dan
teknologi. Kekuatan dan kelemahan usahatani bawang merah di Kelurahan
Malumbi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kekuatan dan kelemahan Usahatani bawang merah di Kelurahan
Malumbi Kecamatan Kambera
Faktor–faktor
strategi internal
Kekuatan Kelemahan
Sumber daya 1. Status kepemilikan lahan
sendiri
2. Ketersediaan air cukup
memadai
3. Iklim yang mendukung
Keuangan 1. Keterbatasa modal
Manajemen 1. Kelembagaan Petani baik 1. Ketersediaan benih
unggul terbatas
2. Sistem pemasaran
belum begitu baik
3. Kualitas SDM rendah
Teknologi 1. Pengawasan pasca panen baik 1. Kurangnya penguasaan
teknologi dan informasi
2. Ketergantungan
terhadap input kimia
Identifikasi Faktor Eksternal Usahatani Bawang Merah
Faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi meliputi peluang dan ancaman
di Kelurahan Malumbi antara lain dari aspek ekonomi, melalui pemerintah, faktor
alam, dan faktor dari luar. Peluang dan ancaman usahatani bawang merah di
Kelurahan Malumbi dapat dilihat pada tabel 2.
299 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
Tabel 2. Peluang dan ancaman Usahatani bawang merah di Kelurahan Malumbi
Kecamatan Kambera
Faktro-faktor
strategi eksternal
Peluang Ancaman
Ekonomi 1. Permintaan bawang merah tinggi
2. Harga bawang merah cukup
tinggi
3. Adanya sumber modal dari
lembaga keuangan baik Bank
maupun Non Bank
1. Persaingan Fluktuasi
harga jual
2. Harga input produksi
semakin meningkat
Pemerintah 1. Dukungan pemerintah
Faktor alam 1. Serangan hama dan
penyakita tanaman
Faktro luar 1. Kerjasama dengan berbagai
pihak
2. Akses ke pasar dekat
1. Persaingan dengan
produk bawang merah
dari luar pulau
Analisis Matirks IFE Usahatani Bawang Merah
Analisis matriks IFE dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
faktor-faktor internal usahatani bawang merah. Berdasarkan hasil identifikasi
faktor-faktor strategis internal pada sumber informan di Kelurahan Malumbi,
selanjutnya dilakukan penyusunan matriks IFE dan melakukan pembobotan serta
memberikan peringkat pada masing-masing faktor yang menjadi kekuatan dan
kelemahan bagi petani. Berikut hasil analisis matriks IFE usahatani bawang merah
di Kelurahan Malumbi.
Tabel 3. Analisis matriks IFE Usahatani bawang merah
Faktor-faktor startegi internal Bobot rata-
rata (A)
Rating rata-
rata (B)
Skor A
X B
Kekuatan
Status kepemilikan lahan sendiri 0.101 2.90 0.293
Ketersediaan air cukup memadai 0.102 3.30 0.336
Kelembagaan petani baik 0.092 2.60 0.239
Iklim yang mendukung 0.085 2.60 0.222
Pengawasan pasca panen baik 0.096 2.80 0.269
Kelemahan
Keterbatasan modal 0.092 2.80 0.258
Kurangnya penguasaan teknologi dan informasi 0.072 3.00 0.217
Kualitas SDM masih rendah 0.085 2.70 0.230
Ketersediaan benih unggul terbatas 0.099 2.90 0.286
Ketergantungan terhadap input kimia 0.083 2.40 0.200
Sistem pemasaran belum begitu baik 0.093 3.20 0.297
Total 1.000 - 2.845
300 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan faktor strategi internal usahatani
bawang merah di Kelurahan Malumbi mempunyai kekuatan utama yaitu
ketersediaan air dengan nilai 0.336. Artinya responden menganggap bahwa faktor
tersebut adalah kekuatan paling penting. Ketersediaan air di Kecamatan Kambera
sangat melimpah dikarenakan merupakan daerah irigasi terbesar di Kabupaten
Sumba Timur. Adapun kekuatan lain yang mempunyai skor cukup tinggi yaitu
kepemilikan lahan dengan skor 0,293. Kepemilikan lahan petani di Kelurahan
Malumbi merupakan milik sendiri dengan luas areal kepemilikan yang cukup
besar, peningkatan produksi dapat dilakukan dengan penambahan luas lahan
garapan. Wadu et al. (2019) mengungkapkan penambahan luas lahan untuk
kegiatan usahatani dapat meningkatkan produksi. Lawalata et al. (2015) juga
mengungkapkan bahwa penambahan luas lahan akan meningkatkan efisiensi
teknis dari usahatani bawang merah.
Sedangkan kelemahan utama yaitu sistem pemasaran belum begitu baik
dengan total skor 0,297. Petani belum memiliki pelanggan tetap untuk menjual
hasil panennya, sehingga perlu adanya kerjasama dengan berbagai pihak untuk
mendapatkan informasi pasar dalam rangka pemasaran hasil panennya dan perlu
bekerjasama dengan para pedagang untuk mendapatkan pelanggan tetap.
Darmawan (2018) dan Lawalata, et al. (2017) mengungkapkan posisi tawar petani
masih cenderung tergolong rendah, karena harga jual ditentukan oleh tengkulak
atau pengumpul, selain itu posisi tawar petani yang lemah dapat disebabkan
terbatasnya akses petani terhadap informasi harga. Lebih lanjut Setiani, et al.
(2018) menyatakan pemasaran bawang merah di Kabupaten Bima tidak ada
kendala karena terdapat perusahaan yang merupakan pedagang besar yang
menghubungkan petani dengan konsumen.
Analisis Matriks EFE Usahatani Bawang Merah
Analisis matriks EFE dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh faktor-faktor eksternal usahatani bawang merah. Berdasarkan hasil
identifikasi faktor-faktor strategis eksternal pada sumber informan di Kelurahan
Malumbi, selanjutnya menyusun matriks EFE dan melakukan pembobotan serta
301 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
memberikan peringkat pada masing-masing faktor yang menjadi peluang dan
ancaman bagi petani. Berikut hasil analisis matriks EFE usahatani bawang merah
di Kelurahan Malumbi.
Tabel 4. Analisis Matriks EFE Usahatani Bawang Merah
Faktor-faktor startegi eksternal Bobot rata-
rata (A)
Rating rata-
rata (B)
Skor A
X B
Peluang
Permintaan bawang merah tinggi 0.112 3.30 0.370
Harga bawang merah cukup tinggi 0.087 3.00 0.260
Dukungan pemerintah 0.094 2.80 0.264
Adanya sumber modal dari lembaga keuangan baik
Bank maupun non Bank
0.104 2.70 0.281
Kerjasama dengan berbagai pihak 0.098 2.50 0.246
Akses ke pasar dekat 0.092 2.70 0.248
Ancaman
Serangan hama dan penyakit tanaman 0.101 2.50 0.251
Persaingan dengan produk bawang merah dari luar
Pulau
0.109 2.60 0.283
Persaingan dan fluktuasi harga jual 0.106 2.90 0.306
Harga input produksi semakin meningkat 0.098 2.60 0.254
Total 1.000 - 2.763
Tabel 4 menunjukkan faktor strategi eksternal usahatani bawang merah
yang mempunyai peluang utama yaitu permintaan bawang merah tinggi dengan
total skor 0,370. Tingginya pertumbuhan usaha kuliner dan peningkatan jumlah
penduduk di Kabupaten Sumba Timur membuat permintaan akan bawang merah
semakin tinggi, Cahyaningrum et al. (2018) mengungkapkan dengan
meningkatnya jumlah penduduk, maka konsumsi per kapita untuk bawang merah
juga tinggi karena kebutuhan pangan yang meningkat. Sehingga ini merupakan
peluang yang baik bagi petani untuk meningkatkan produksi guna mencukupi
permintaan bawang merah. Sedangkan ancaman utama yaitu fluktuasi harga
dengan skor 0,306. Kiloes et al. (2018) mengungkapkan atribut yang paling
dominan menjadi ancaman dalam pengembangan bawang merah di Kabupaten
Solok adalah fluktuasi harga. Fluktuasi harga yang tidak menentu sering terjadi,
harga turun pada saat panen dan masuknya produk bawang merah dari luar dan
harga meningkat jika terjadi kelangkaan bawang merah.
302 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Matriks Internal Eksternal (IE)
Untuk mengetahui posisi petani bawang merah di Kelurahan Malumbi
saat ini, maka diperlukan analisis matriks internal dan eksternal (IE). Nilai pada
matriks IE didasarkan pada nilai tertimbang dari nilai analsisis matriks IFE dan
EFE.
Total rata-rata tertimbang nilai IFE
Kuat (3,0-4,0) Rata-rata (2,0-2,9)
Lemah (1,0-1,99)
I
Grow and Build
II
Grow and
Build
III
Hold and
Maintain
IV
Grow and Build
V
Hold and
Maintain
VI
Harvest and
Divestasi
VII
Hold and
Maintain
VIII
Harvest and
Divestasi
IX
Harvest and
Divestasi
Gambar 1. Analisis Matriks IE Usahatani Bawang Merah
Hasil analisis matriks IE diperoleh nilai rata-rata pembobotan matriks IFE
2,845 dan matriks EFE 2,763. Berdasarkan hasil analisis tersebut posisi usahatani
bawang merah di Kelurahan Malumbi berada pada sel V yang artinya pertahankan
dan pelihara (hold and maintain). David & David (2016) mengungkapkan strategi
yang umum digunakan pada sel tersebut yaitu penetrasi pasar dan pengembangan
produk.
Matriks SWOT
Selanjutnya penentuan perumusan strategi dari penggunaan nilai dari matriks
IFE dan EFE, sehingga didapat strategi yang dapat dirumuskan dalam usahatani
Tota
l rata
-rata
terti
mb
an
g n
ilai
EF
E
Kuat
(3,0-4,0)
Rata-rata
(2,0-2,9)
Lemah
(1,0-1,9)
303 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
bawang merah di Kelurahan Malumbi. Hasil analisis perumusan strategi
disajaikan pada gambar 2.
Gambar 2. Hasil analisis matriks SWOT
Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Selanjutnya untuk menentukan prioritas strategi maka digunakan analisis
QSPM. Setiap sumber informan memberikan nilai daya tarik terhadap alternatif
Internal
Eksternal
Kekuatan (Strenghts – S)
1. Status kepemilikan lahan
sendiri
2. Ketersediaan air cukup
memadai
3. Kelembagaan petani
baik
4. Iklim yang mendukung
5. Pengawasan pasca panen
baik
Kelemahan (Weakess – W)
1. Keterbaatasan modal
2. Kurangnya penguasaan
teknologi dan informasi
3. Ketersediaan benih
unggul terbatas
4. Ketergantungan
terhadap input kimia
5. Sistem pemasaran tidak
efektif
Peluang (Opportunities –
O)
1. Permintaaan bawang
merah tinggi
2. Harga bawang merah
cukup tinggi
3. Dukungan pemerintah
4. Adanya sumber modal
dari lembaga keuangan
baik Bank maupun no
Bank
5. Kerjasama dengan
berbagai pihak
6. Akses ke pasar dekat
Strategi S – O
1. Mengembangkan luas
lahan usahatani bawang
merah untuk
peningkatan produksi
dan menangkap peluang
pasar
Strategi W – O
1. Meningkatkan
kerjasama dengan
berbagai pihak untuk
mendapatkan informasi
pasar dan buyers
2. Meningkatkan kualitas
SDM melalui pelatihan-
pelatihan untuk
mengembangkan
pengetahuan petani
Ancaman (Threats – T)
1. Serangan hama dan
penyakit tanaman
2. Persaingan dengan
produk bawang merah
dari luar pulau
3. Persaingan dan
fluktuasi harga jual
4. Harga input produksi
semakin meniingkat
Strategi S – T
1. Memanfaatkan peran
kelembagaan petani
yang sudah baik dalam
proses memperkuat
posisi tawar dalam
pemasaran
Strategi W – T
1. Mengembangkan
usahatani dalam rangka
memproduksi benih
lokal
304 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
strategi yang diberikan. Selanjutnya nilai daya tarik dari masing-masing sumber
informan dirata-ratakan untuk memperoleh urutan nilai TAS (Total Attractive
Score). Berikut hasil analisis QSPM disajikan pada Tabel 5.
Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan bahwa prioritas pertama strategi
yang ditawarkan adalah mengembangkan luas lahan usahatani bawang merah
untuk peningkatan produksi dan menangkap peluang pasar nilai TAS tertinggi
(5,486). Nilai TAS yang tinggi menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut
mempunyai daya tarik dalam pengembangan usahatani bawang merah di Desa
Malumbi. Berdasarkan Tabel 5 urutan prioritas strateginya adalah : (1)
mengembangkan luas lahan usahatani bawang merah untuk peningkatan produksi
dan menangkap peluang pasar, (2) meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan-
pelatihan untuk mengembangkan pengetahuan petani, (3) memanfaatkan peran
kelembagaan petani yang sudah baik dalam proses memperkuat posisi tawar
dalam pemasaran, (4) mengembangkan usahatani dalam rangka memproduksi
benih lokal (5) meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk
mendapatkan informasi pasar dan buyers.
Tabel 5. Hasil analisis Matriks QSPM
Alternatif strategi Rata-
rata TAS
Prioritas
startegi
Mengembangkan luas lahan usahatani bawang merah untuk
peningkatan produksi dan menangkap peluang pasar 5,486 1
Memanfaatkan peran kelembagaan petani yang sudah baik
dalam proses memperkuat posisi tawar dalam pemasaran 4,489 3
Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk
mendapatkan informasi pasar dan buyers 4,195 5
Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan-pelatihan
untuk mengembangkan pengetahuan petani 5,186 2
Mengembangkan usahatani dalam rangka memproduksi
benih lokal 4,203 4
305 Volume 8 No. 3 Oktober 2020
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa faktor
internal yang menjadi kekuatan utama usahatani bawang merah adalah
ketersediaan air cukup memadai, tetapi kelemahan utamanya adalah sistem
pemasaran yang belum begitu baik. Selain itu faktor eksternal yang menjadi
peluang utama adalah permintaan bawang merah tinggi, tetapi diikuti ancaman
berupa persaingan dan fluktuasi harga jual. Berdasarkan analisis QSPM, prioritas
strategi usahatani bawang merah adalah mengembangkan luas lahan usahatani
bawang merah untuk peningkatan produksi dan menangkap peluang pasar.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Nasional. 2020. Produksi Tanaman Sayuran 2019. 2020.
https://www.bps.go.id/indicator/55/61/1/produksi-tanaman-sayuran.html/
diakses pada tanggal 3 Oktober 2020
Cahyaningrum, O., Fajarningsih, R.U., & Ani, S.W. (2018). Analisis Permintaan
Bawang Merah di Kota Surakarta. AGRISTA: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
UNS. 6 (3) : 62-68.
Darmawan, Didit. 2018. Strategi Pengembangan USAHATANI Bawang Merah di
Desa Sajen, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Jurnal Agrimas. 2
(1): 13-22.
David Fred R & David Forest R. 2016. Manajemen Strategik Konsep. Penerbit:
Selemba Empat. Jakarta.
Dumatubun, E.S., Pattinama, M.J., & Timisela, N.R. 2020. Strategi
Pengembangan Komoditas Biji Pala di Ambon. AGRILAN (Jurnal
Agribisnis Kepulauan). 8 (1) : 190-206.
Ekaria. 2018. Kontribusi Usahatani Bawang Merah (Allium Cepa L) Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Petani (Studi Kasus di Desa Tutuling Jaya
Kecamatan Wasile Timur Kabupten Halmahera Timur). AGRIKAN: Jurnal
Agribisnis Perikanan. 11 (1): 8-12.
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset
Herlita, M., Tety, E., Khaswarina, S. 2016. Analisis Pendapatan Usahatani
Bawang Merah (allium ascalonicum) di Desa Sei.Geringging Kecamatan
306 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan
Kampar Kiri Kabupaten Kampar. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Faperta. 3 (1): 1-12.
Kiloes, A., Hardiyanto, n., Sulsityaningrum, A., & Anwarudin Syah, M. 2018.
Strategi Pengembangan Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Solok
(Shallot Agribusiness Development Strategy in Solok Regency). Jurnal
Hortikultura. 28 (2) : 269 - 280.
Lawalata, M., Darwanto, D.H., & Hartono S. 2015. Efisiensi Relatif Usahatani
Bawang Merah di Kabupaten Bantul dengan Pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Ilmu Pertanian. 18(1): 1-8
Lawalata, M., Thenu, S. F. W. & Tamela M. 2017. Pengembangan Potensi
Perkebunan Pala Banda di Kecamatan Banda Neira Kabupaten Maluku
Tengah. AGRILAN: Jurnal Agribisnis Kepulauan. 5(3): 132-150.
Lawalata, M., Darwanto, D. H., & Hartono S. 2017. Risiko Usahatani Bawang
Merah di Kabupaten Bantul. Agrica: Jurnal Agribisnis Sumatera Utara.
10 (1): 56-73
Pranata, A. & Umam, A.T. 2015. Pengaruh Harga Bawang Merah Terhadap
Produksi Bawang Merah di Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
(JEJAK). 8(1): 36-44.
Samodro, G., & Yuliawati, Y. (2018). Strategi Pengembangan Usahatani Sayuran
Organik Kelompok Tani Cepoko Mulyo Kabupaten Boyolali. Caraka
Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 33 (2), 169-179.
Setiani, R., Mulyono, D., & Nurmalinda. 2018. Strategi Pengembangan Bawang
Merah Di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ekonomi Dan
Pembangunan. 26 (2): 143-152.
Setyorini, H., Effendi, M., & Santoso, I. 2016. Analisis Strategi Pemasaran
Menggunakan Matriks SWOT dan QSPM (Studi Kasus: Restoran WS
Soekarno Hatta Malang). Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen
Agroindustri. 5 (1): 46-53.
Wadu, J., Yuliawati, Y., & Nuswantara, B. (2019). Strategi menghadapi risiko
produksi padi sawah di Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis. 22 (2) : 231 - 256.
Waridjo, W., & Fallo, Y. (2016). Strategi Pengembangan Usahatani Bawang Putih
dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Petani di Kecamatan Miomaffo
Barat. AGRIMOR: Jurnal Agribisnis Lahan Kering. 1 (1): 10-12.