ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …
Transcript of ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH DI …
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH
DI KELURAHAN BALLA KECAMATAN BARAKA
KABUPATEN ENREKANG
SRIWAHYUNI
105961115916
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH
DI KELURAHAN BALLA KECAMATAN BARAKA
KABUPATEN ENREKANG
SRIWAHYUNI
105961115916
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iv
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Efisiensi
Usahatani Bawang Merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditertibkan maupun tidak
ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Makassar, 30 Agustus 2020
Sriwahyuni
105961115916
vi
ABSTRAK
SRIWAHYUNI. 105961115916.Analisis Efisiensi Usahatani Bawang Merah di
Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Dibimbing oleh
SYAFIUDDIN dan AKBAR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi
terhadap jumlah produksi dan mengetahui tingkat efisiensi teknis, harga dan
ekonomi usahatani bawang merah di Kelurahan Balla.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani bawang merah yang ada di
Kelurahan Balla yang berjumlah 125 petani. Peneliti memilih petani bawang
merah sebesar 20% dari jumlah populasi,sehingga diperoleh 25 orang responden
sebagai sampel dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling, yaitu salah satu teknik non probabilty sampling dimana
pengambilan sampel didasarkan pada kriteria-kriteria yang dirumuskan terlebih
dahulu oleh peneliti. Sampel diambil bukan secara acak, namun ditentukan sendiri
oleh peneliti dengan pertimbangan atau kriteria bahwa petani bawang merah bisa
memberikan informasi yang lebih detail dan terperinci tentang budidaya tanaman
bawang merah di Kelurahan Balla. Teknik analisis data yang digunakan yaitu
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan model regresi linear berganda
dan dianalisis dengan stochastic frontier untuk menghitung tingkat efisiensi
usahatani bawang merah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi bibit, pupuk,
pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh secara simultan terhadap produksi bawang
merah, sementara secara parsial variabel pestisida dan tenaga kerja yang
berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. Hasil analisis efisiensi teknis
menunjukkan mean efisiensi sebesar 0,994 berarti lebih efisien dalam penggunaan
faktor- faktor produksinya karena lebih mendekati 1. Untuk efisiensi harga dari
usahatani bawang merah yaitu sebesar -1,847 hal ini menunjukkan bahwa
usahatani bawang merah tidak efisien secara harga. Sedangkan untuk efisiensi
ekonomi dari usahatani bawang merah di Kelurahan Balla yaitu sebesar -1,835 hal
ini menunjukkan usahatani bawang merah tidak efisien secara ekonomi.
Kata kunci : Bawang Merah, Efisiensi, Usahatani
vii
ABSTRACT
SRIWAHYUNI. 105961115916. Analysis of Efficiency of Shallot Farming in
Balla Village, Baraka District, Enrekang Regency. Guided by SYAFIUDDIN and
AKBAR.
This research aims to determine the effect of production factors on the
amount of production and to know the level of technical efficiency, price and
economy of shallot farming in Balla Village.
The population in this study is shallot farmers in Balla Village which
numbered 125 farmers. Researchers selected onion growers for 20% of the
population, so 25 respondents were sampled in the study. Sampling is done
purposive sampling, which is one of the non probabilty sampling techniques
where sampling is based on the criteria formulated first by researchers. The
samples were taken not randomly, but determined by the researchers themselves
with the consideration or criteria that shallot farmers could provide more detailed
and detailed information about the cultivation of shallot crops in Balla Village.
The data analysis technique used is quantitatively analyzed using multiple linear
regression models and analyzed with stochastic frontier to calculate the efficiency
of onion farming efficiency.
The results showed that the production factors of seeds, fertilizers,
pesticides, and labor simultaneously affected the production of shallots, while
partially variable pesticides and labor that had a noticeable effect on the
production of shallots. The results of the technical efficiency analysis show the
mean efficiency of 0.994 means more efficient in the use of production factors
because it is closer to 1. For the price efficiency of the shallot farming is -1,847
this indicates that the shallot farming is inefficient in price. As for the economic
efficiency of shallot farming in Balla Village which is -1,835 this indicates that
shallot farming is not economically efficient.
Keywords : Onion, Efficiency, Farming
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa pula
penulis ucapkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena
beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
penuh berkah.
Adapun judul skripsiyang dibahas adalah “Analisis Efisiensi Usahatani
Bawang Merahdi Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang di ajukan untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh sarjana S1 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung, terutama kepada yang terhormat;
1. Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si selaku pembimbing utamadan Akbar, S.P., M.Si
selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi.,M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammdiyah Makassar.
ix
4. Kedua orang tua saya Bapak Supriadi dan Ibu Hamila ,kakak dan adik-adikku
tercinta, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan , baik
berupa moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada kami khususnya
penulis.
6. Kepada pihak pemerintah Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang khususnya Bapak Hasir selaku Kepala Kelurahan Balla beserta
jajarannya yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di daerah
tersebut, serta membantu dan melayani saya dengan baik dan memberikan
informasi selama melakukan penelitian di lokasi.
7. Kepada para petani responden yang telah meluangkan waktunya dan
mengizinkan saya untuk mewawancarai.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis
Angkatan 2016 yang terkhusus kelas Agri D 2016 yang selalu belajar bersama
tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
x
Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari
semua pihak demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi inibermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Makassar, 20 Juli 2020
Sriwahyuni
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6
2.1 Efisiensi Usahatani ................................................................................... 6
2.2 Komoditas Bawang Merah ...................................................................... 10
2.3 Faktor Produksi ....................................................................................... 12
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................................................... 15
2.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 17
2.6 Hipotesis .................................................................................................. 20
III. METODE PENELITIAN .............................................................................. 21
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 21
3.2 Teknik Penentuan Sampel ...................................................................... 21
xii
3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 23
3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 23
3.6 Definisi Operasional .............................................................................. 27
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ..................................... 29
4.1 Letak Geografis ...................................................................................... 29
4.2 Kondisi Demografis ............................................................................... 30
4.3 Kondisi Pertanian ................................................................................... 34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 35
5.1 Identitas Responden ............................................................................... 35
5.2 Pengaruh Faktor Produksi ...................................................................... 42
5.3 Tingkat Efisiensi .................................................................................... 52
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 59
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 59
6.2 Saran ...................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61
LAMPIRAN ........................................................................................................ 64
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 87
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................................................. 15
2. Tingkatpendidikan di Kelurahan Balla ............................................................. 30
3. Mata Pecaharian Penduduk di Kelurahan Balla ............................................... 31
4. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Balla ......................................................... 32
5. Jumlah Penduduk Sesuai dengan Dusun/ Lingkungan..................................... 33
6. Golongan umur petani di Kelurahan Balla ....................................................... 36
7. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...................................... 37
8. Jumlah Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani ............................ 39
9. Jumlah Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga .................................. 40
10. Luas Lahan Petani Responden ....................................................................... 41
11. Koefisien Determinasi.................................................................................... 42
12. Hasil Uji statistik F ........................................................................................ 43
13. Hasil Uji Statistik t ......................................................................................... 44
14. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Frontier ....................................................... 53
15. Jumlah Total Biaya, Rata- Rata dan Pendapatan Usahatani .......................... 55
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Kuisioner .......................................................................................................... 64
2. Peta Lokasi Penelitian ...................................................................................... 68
3. Identitas Petani Bawang Merah ........................................................................ 69
4. Hasil Output SPSS............................................................................................ 70
5. Hasil Output Frontier........................................................................................ 71
6. Dokumentasi ..................................................................................................... 76
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi dalam pengembangan
bawang merah, dilihat dari banyaknya daerah-daerah di Indonesia yang
membudidayakan. Sentra bawang merah di Indonesia terdapat di 6 provinsi yaitu
Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan
Nusa Tenggara Barat. Perkembangan bawang merah di Indonesia yang meliputi
luas tanam, luas panen, produksi dan harga. Perkembangan luas tanam komoditas
bawang merah di Indonesia pada bulan Januari – Juli 2017 mencapai 89,34 ribu
hektar atau 89,70% dari target luas tanam sebesar 99,60 ribu hektar. Provinsi yang
telah mencapai target tanam sampai dengan Juli 2017 yaitu Provinsi Sulawesi
Selatan dan Sumatera Barat (Kementrian Pertanian, 2017).
Usaha meningkatkan produksi bawang merah harus dibarengi pula dengan
peningkatan pendapatan petani, yang sekaligus dapat menciptakan perluasan
kesempatan kerja bagi golongan masyarakat pada sektor pertanian. Sebagai
negara agraris, pembangunan di bidang pertanian mutlak dilakukan karena
sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dengan pekerjaan
utamanya adalah bertani. Oleh karena itu, sewajarnya jika pembangunan
diarahkan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di daerah pedesaan terutama
petani bawang merah.
2
Usahatani bawang merah selain membutuhkan sumber daya manusia yang
terampil, berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya, keterpaduan antara lahan
secara optimal, penggunaan pupuk dan dan didukung oleh tenaga kerja yang
mempunyai produkstifitas tinggi sehingga kebutuhan pangan dapat dicapai dan
terpenuhi secara rasional. Juga pihak produsen sering dihadapkan pada berbagai
masalah yang besar terhadap kelangsungan hidup petani bawang merah. Harga
bawang merah sering mengalami fluktuasi. Ketika saat panen tiba hasilnya
melimpah, harga mendadak turun dan lebih parah lagi jika hasil produksi yang
telah diprediksikan jauh lebih melenceng dari jumlah produksi yang dihasilkan.
Kabupaten Enrekang adalah penghasil sayur-sayuran terbesar di Sulawesi
Selatan. Hal ini juga tergambar dari PDRB Kabupaten Enrekang yang
menunjukkan bahwa Sub kategori hortikultura munyumbang sekitar 41,98 %
terhadap total Nilai Tambah Bruto PDRB Kabupaten Enrekang pada tahun 2017.
Untuk komoditi hortikultura hampir keseluruhannya menunjukan peningkatan
produksi. Berdasarkan data BPS, luas panen bawang merah di Kabupaten
Enrekang pada tahun 2019 mencapai 7.605 hektar, naik 15% dibanding tahun
2018 sebanyak 6.610 hektar. Peningkatan luas panen berbanding lurus pada tahun
2019 mencapai 80 ribu ton naik 8,7% dibanding produksi tahun 2018 sebanyak
73.581 ton.
Bawang merah merupakan salah satu sumber mata pencarian petani di
Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dengan jumlah petani
sebanyak 125 petani. Penduduk Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang adalah moyoritas petani bawang merah. Hal ini menunjukan bahwa
3
tanaman bawang merah memegang peran penting, serta memberikan kontribusi
yang sangat besar terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Balla
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
Dalam pengembangan bawang merah, maka pemerintah Kabupaten
Enrekang memberikan bantuan kepada kultivator sebanyak 330 unit kepada para
petani untuk terus meningkatkan produksi dan produktifitas serta dapat
mengefisienkan tenaga kerja di lapangan sehingga biaya produksi bisa ditekan.
Bantuan itu dimaksudkan sebagai wujud nyata dan komitmen pemerintah pusat
dalam mendukung Kabupaten Enrekang sebagai sentra utama dan sekaligus
pemasok bawang merah nasional. Pemerintah Kabupaten Enrekang juga
membuka akses ekspor bawang merah ke sejumlah negara.
Penelitian mengenai budidaya usahatani bawang merah, sebelumnya sudah
pernah diteliti oleh (Waryanto, 2015). Penelitian tersebut membahas mengenai
pengaruh input terhadap produksi bawang merah, beserta tingkat efisiensinya.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel independent seperti
luas lahan, bibit, pupuk NPK, pupuk organik, pestisida, dan tenaga kerja
berpengaruh signifikan secara positif terhadap jumlah produksi bawang merah
yang menjadi variabel dependent pada analisis regresi.
Penelitian mengenai analisis efisiensi produksi usahatani bawang merah,
sebelumnya sudah diteliti oleh Imelda Pratiwi Putri (2019). Penelitian tersebut
juga membahas mengenai banyaknya keluhan masyarakat terkait dengan
fluktuasi harga bawang merah dan ketersediaannya yang terbatas, terutama pada
hari libur keagamaan dan akhir tahun. Selain itu, ketersediaan faktor produksi
4
juga sering dikeluhkan oleh petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pendapatan pertanian, efisiensi teknis, efisiensi alokasi dan efisiensi
ekonomi pertanian bawang merah.
Berdasarkan hasil penelitian, selama ini belum ada yang meneliti efisiensi
usahatani bawang di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
dan petani belum memahami faktor produksi seperti bibit, pupuk, pestisida dan
tenaga kerja untuk digunakan secara efisien agar produksi semakin tinggi dan
pendapatan petani juga meningkat. Maka peneliti telah melakukan penelitian
dengan judul Analisis Efisiensi Usahatani Bawang Merah di Kelurahan Balla
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pada
penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana pengaruh faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja
terhadap produksi usahatani bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan
Baraka Kabupaten Enrekang?
2. Bagaimana tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi
usahatani bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan pada
penelitian ini antara lain:
1. Untuk menganalisis pengaruh faktor produksi bibit, pupuk, pestisida dan
tenaga kerja terhadap produksi usahatani bawang merah di Kelurahan Balla
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi
ekonomi usahatani bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, agar dapat memahami lebih jauh tentang analisis efisiensi
usahatani bawang merah dan mengembangkan keterampilan yang diperoleh
selama proses perkuliahan dengan terjun langsung ke lapangan dalam hal ini di
Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
2. Bagi petani, dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran dari
peneliti terkait analisis efisiensi usahatani bawang merah.
3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan dalam penerapan strategi kebijaksanaan mengenai pertanian
khususnya pada pertanian hortikultura dalam hal ini adalah komoditi bawang
merah.
4. Bagi pihak lain, dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi terhadap
pengembangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan analisis efisiensi usahatani bawang merah.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efisiensi Usahatani
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola
input atau faktor- faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,
benih dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan
produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat.
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya. Usahatani sebagai organisasi dari alam, tenaga
kerja, dan modalyang ditujukan kepada produksi di sektor pertanian (Salikin,
2003). Usahatani dilaksanakan agar petani memperoleh keuntungan secara terus
menerus dan bersifat komersial (Dewi, 2012).
Prasetya (2006) menyatakan usahatani adalah ilmu yang mempelajari
norma-norma yang dapat dipergunakan untuk mengatur usahatani sedemikian
rupa sehingga dapat diperoleh pendapatan setiggi-tingginya. Sementara menurut
Soekarwati (2002), usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka
miliki (kuasai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output).
7
Kegiatan usahatani dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi petani meliputi
umur, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, jumlah tanggungan keluarga dan
kepemilikan lahan (Tambunan, 2003). Umur mempengaruhi perilaku petani
terhadap pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani. Petani yang bekerja
dalam usia yang produktif akan lebih baik dan maksimal dibandingkan usia non
produktif. Selain itu umur juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat aktivas
petani dalam bekerja (Hasyim, 2006). Tingkat pendidikan petani akan
berpengaruh pada penerapan inovasi baru, sikap mental dan perilaku tenaga kerja
dalam usahatani. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam
menerapkan inovasi. Pendidikan petani tidak hanya berorientasi terhadap
peningkatan produksi tetapi mengenai kehidupan sosial masyarakat tani.
Pengalaman usahatani sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan
kegiatan usahatani yang dapat dilihat dari hasil produksi. Petani yang sudah lama
berusahatani memiliki tingkat pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang
tinggi dalam menjalankan usahatani. Pengalaman usahatani dibagi menjadi tiga
kategori yaitu kurang berpengalaman (<5 tahun), cukup berpengalaman (5-10
tahun) dan berpengalaman (>10 tahun). Jumlah tanggungan keluarga berhubungan
dengan peningkatan pendapatan keluarga. Petani yang memiliki jumlah anggota
banyak sebaiknya meningkatkan pendapatan dengan meningkatkan skala
usahatani. Jumlah tanggungan keluarga yang besar seharusnya dapat mendorong
petani dalam kegiatan usahatani yang lebih intensif dan menerapkan teknologi
baru sehingga pendapatan petani meningkat (Soekartawi, 2003).
8
Pada dasarnya ilmu usahatani berkembang terus dari awal hanya bertujuan
menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan keluarga sehingga hanya
merupakan usahatani swsembada. Oleh karena system pengolahan yang lebih baik
maka yang dihasilkan produk yang berlebih dan dapat dipasarkan sehingga
bercorak usahatani swasembada keuangan. Pada akhirnya karena berorientasi
pada pasar maka menjadi usahatani niaga. Secara garis ada dua bentuk usahatani
yang telah dikenal yaitu usahatani keluarga (family farming) dan perusahaan
pertanian (Plantation, estate, enterprise). Pada umumnya yang dimaksud dengan
usahatani adalah usahatani keluarga sedangkan yang lain adalah perusahaan
pertanian (Suratiah, 2015).
Efisiensi merupakan banyaknya hasil produksi fisikyang dapat diperoleh
dari kesatuan faktor produksi atau input. Situasi seperti ini akan terjadi apabila
petani mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal (NPM) untuk
suatu input atau masukan sama dengan harga input (P) (Soekartwi, 2003).
Mulyamah (2002) mengatakan bahwa efisiensi merupakan suatu ukuran dalam
membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang
direalisasikan atau perkataan lain penggunaan yang sebenarnya.
Menurut Hasibuan (2005) mengatakan bahwa efisiensi merupakan
perbandingan yang terbaik antara sebuah input (masukan) dan output (hasil antara
keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil
optimal yang telah dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.Menurut
Lubis (2000), pengertian efisiensi adalah suatu proses internal atau sumber daya
yang diperlukan oleh organisasi untuk menghasilkan suatu satuan output. Oleh
9
sebab itu, efisiensi dapat diukur sebagai ratio output terhadap input. Soekartawi
(2003), menerangkan bahwa dalam terminologi ilmu ekonomi maka pengertian
efisiensi ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif
atau harga dan efisiensi ekonomis.
Efisiensi teknis mencakup mengenai hubungan antara input dan output.
Suatu perusahaan dikatakan efisien secara teknis bilamana produksi dengan
output terbesar yang menggunakan sel kombinasi beberapa input saja. Menurut
Kumbhakar dan Lovell (2000), efisiensi teknis merupakan bagian dari efisiensi
ekonomi secara keseluruhan. Suatu perusahaan dikatakan mencapai efisiensi
ekonomi ketika perusahaan tersebut sudah mencapai efisiensi teknis. Dan untuk
memaksimakan keuntungan, perusahaan perlu memaksimalkan keuntungan,
perusahaan perlu memaksimalkan output yang dihasilkan dengan menggunakan
jumlah input tertentu (efisiensi teknis) serta mampu menghasilkan output dengan
berbagai kombinasi tingkat harga.
Efisiensi alokatif menunjukan hubungan biaya dan output. Efisiensi
alokatif tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan
yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya.
Efisiensi alokatif ini terjadi bila perusahaan memproduksi output yang paling
disukai oleh konsumen (McEachern, 2001).McEachern (2001) dalam Anandra
(2010), menyatakan efisiensi harga atau alokatif menunjukan hubungan biaya
input dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika perusahaan tersebut mampu
memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap
faktor produksi dengan harganya. Bila petani mendapat keuntungan yang besar
10
dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga maka petani tersebut dapat
dikatakan mengalokasikan input usahataninya secara efisien.
Efisiensi ekonomis merupakan produk dari efisiensi teknis dan efisiensi
harga, sehingga efisiensi ekonomis dapat tercapai jika efisiensi teknis dan
efisiensi harga dapat tercapai. Menurut Rusydiana (2013) efisiensi ekonomi
merupakan gabungan antara efisiensi alokatif dan efisiensi teknis. Secara ekonomi
perusahaan dapat dkatakan efisien apabila perusahaan dapat mengoptimalkan
input yang dimiliki dan dapat menghasilkan output tertentu dengan menekan
biaya produksi dengan menggunakan teknologi sesuai harga pasar yang berlaku.
2.2 Komoditas Bawang Merah
Bawang merah termasuk salah satu diantara tiga anggota Allium yang
paling populer dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi di samping bawang
putih dan bawang bombay. Sejak zaman dahulu bawang merahini menjadi
andalan manusia untuk pengobatan dan kesejahteraan sehingga selalu
dilambangkan pada peninggalan sejarah. Sampai kini pun bawang merah masih
banyak digunakan untuk pengobatan dan juga sebagai bumbu penyedap masakan
(Wibowo, 2009).
Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang termasuk
ke dalam rempah yang digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan guna
menambah cita rasa dan kenikmatan masakan. Disamping itu tanaman ini juga
berkhasiat sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin, diabetes,
melitus, disenri dan akibat gigitan serangga (Samadi dan Cahyono, 2005).
11
Wibowo (2005) menyatakan bahwa, bawang merah mengandung protein
1,5 g, Lemak 0,3 g, Kalsium 36 mg, Fosfor 40 mg, Vitamin C 2g, Kalori 39 kkal
dan air 88 g. Komponen ini berupa minyak atsiri yang memberikan aroma khas
dan memberikan citarasa gurih pada makanan.
Strukur morfologi tanaman bawang merah terdiri atas akar, batang, umbi,
daun, bunga, buah dan biji. Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok
(primaryroot) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif
(adventitiousroot) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya
tanaman serta menyerap air dan zat- zat haradari dalam tanah. Akar dapat tumbuh
pada kedalaman 30 cm, berwarna putih dan jika diremas berbau menyengat
seperti bau umbi bawang merah (Pitojo, 2003).
Musim tanam bawang merah di Indonesia banyak dilakukan pada musim
kemarau. Penanaman bawang merah baru akan dilakukan pada musim kemarau 1
setelah padi dan musim kemarau II (Purmiyati, 2002). Musim tanam bawang
merah yang pertama biasanya bulan April-Mei. Tanaman kedua dan ketiga
dilakukan pada bulan Juli-Agustus dan Oktober-November (Purmiyati, 2002).
Produksi bawang merah pada musim hujan jarang dilakukan karena adanya
kendala berupa terganggunya proses fotosintesis dan serangan penyakit yang
menyebabkan produksi menurun sehingga petani lebih memilih untuk menanam
padi (Purba dan Astuti, 2013). Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya
kelangkaan pasokan bawang merah sehingga Indonesia mengimpor bawang
merah pada periode tertentu terutama pada musim hujan.
12
Bawang merah asal mulanya merupakan perubahan bentuk dari bawang
bombay yang mengadakan adaptasi dengan membentuk klon- klon yang spesifik
dengan jumlah kromosom 2n = 16. Perkembangan bawang merah di daerah iklim
sedang tidak normal, tetapi cukup potensial untuk dikembangkan di daerah tropis
(Anonim, 2013).
Umumya bawang merah yang digunakan untuk konsumsi dipanen pada
umur sekitar 60-70 hari,atau kira-kira 60%- 70% dari seluruh tanaman daun-
daunnya sudah menguning atau mengering dan batang leher umbi terkulai. Untuk
bawang bibit harus dipanen lebih lama, yaitu sekitar umur 80-90 hari, atau kira-
kira 80%- 90% dari seluruh tanaman sudah menguning daunnya dan batang leher
umbi terkulai. Bawang merah yang dipanen terlalu muda dapat mengakibatkan
umbi kurang padat, jika disimpan banyak susutnya, mudah membusuk, dan cepat
keropos. Umur bawang yang cukup tua menjadikan umbi kelihatan keras dan
padat,dan jika disimpan dapat tahan lama (Tim Bina Karya Tani, 2008).
2.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Usahatani
Tingkat produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor yang
dapat mempengaruhi produksi yaitu bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.
2.3.1 Bibit
Input pertanian yang berpengaruh terhadap tingkat produksi usahatani
adalah bibit. Pada umumnya petani bawang merah menggunakan bibit dari umbi
konsumsi, penggunaan bibit dari umbi konsumsi dilakukan secara turun- temurun
dalam kurun waktu yang lama, akibatnya umbi bibit yang digunakan mempunyai
mutu yang rendah. Hal ini dikarena karena bibit tersebut telah banyak terinfeksi
13
oleh virus (Triharyanto et al, 2013). Ketersediaan bibit atau benih bermutu belum
mencukupi secara tepat baik waktu, jumlah, maupun mutu dan mahalnya harga
bibit atau benih sebagai komponen produski tertinggi kedua setelah tenaga kerja
sekitar 30,47% (Wiguna et al, 2013).
2.3.2 Pupuk
Produksi bawang merah dipengaruhi oleh pupuk, salah satu alternatif yang
dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah adalah
melakukan pemupukan secara tepat (Istina, 2016). Pemberian dosis yang tepat
akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, maka meningkatkan pula metabolisme
tanaman sehingga pembentukan protein, pati dan karbohidrat tidak terhambat. Hal
ini mengakibatkan pertumbuhan dan produksi meningkat. Pupuk dengan
komposisi yang tepat dapat menghasilkan produksi yang berkualitas. Pupuk yang
sering digunakan adalahpupuk organik dan pupuk anorganik. Menurut Sutejo
(2002), penggunaan pupuk NPK selain dapat memberikan kemudahan dalam
pengaplikasian, juga dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dapat
dibutuhkan di dalam tanah serta dapat dimanfaatkan langsung untuk berbagai
proses metabolisme oleh tanaman.
2.3.3 Pestisida
Upaya peningkatan produksi bawang merah sebagai salah satu tindakan
pemeliharaan tanaman adalah penggunaan pestisida (Badruddin dan Jazilah,
2010). Pestisida adalah bahan kmia beracun, pemakaian pestisida yang berlebihan
dapat menjadisumber pencemar bagi bahan pangan, air, dan lingkungan hidup
(Badruddin dan Jazilah, 2010). Pengendalian hama dan penyakit yang tidak tepat
14
seperti pencemaran 2-3 jenis pestisida, dosis yang tidak tepat,sprayer yang tidak
standar dapat menimbulkan masalah yang serius. Salah satu cara yang dianjurkan
untuk mengurangi jumlah pemakaian pestisida dengan tidak mencampurkan
beberapa jenis pestisida, memakai konsentrasi pestisida yang dianjurkan untuk
mengurangi jumlah pemakaian pestisida dengan tidak mencampurkan beberapa
jenis pestisida, memakai konsentrasi pestisida yang dianjurkan, dan memakai
sprayer standar dengan tekanan pompa yang cukup (Sumarni dan Hidayat, 2005).
2.3.4 Tenaga Kerja
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat produksi usahatani adalah tenaga
kerja (Sumiyati, 2006). Faktor tenaga kerja ini ada juga yang dijabarkan menjadi
tenaga kerja rumah tangga dan tenaga kerja luar rumah tangga. Faktor produksi
tenaga kerja merupakan faktor produksi penting lainnya dan perlu diperhitungkan
dalam proses produksi. Selain jumlah ketersediaan tenaga kerja, kualitas dan
macam tenaga kerja merupakan halpenting yang juga perlu diperhatikan. Kerja
seseorang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan,pengalaman dan
tingkat kesehatan. Usahatani sebagian besar tenaga kerja beraal dari keluarga
petani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga merupakan sumbangan keluarga
pada produksi secara keseluruhan yang tidak diperhitungkan. Sebaliknya tenaga
kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upah. Faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan adalah skala usaha (Novitasari, 2017).
15
2. 4 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tabel 1. Penelitian Terdahulu yang Relevan
No Judul Penelitian Metode Hasil
1 Analisis Efisiensi Usahatani
Bawang Merah di Desa Cinta
Dame Kecamatan Simanindo
Kabupaten Samosir
Linear Berganda
dan Fungsi
Produksi
Stokastik Frontier
Hanya bibit dan
pupuk N saja yang
berpengaruh nyata
terhadapproduktifitas
bawang merah,
hanya harga bibit
saja yang
berpengaruh nyata
terhadap biaya rata-
rata. Hasil penelitian
juga menunjukkan
bahwa usahatani
bawang merah di
Desa Cinta Dame
telah mencapai
efisiensi yang tinggi
secara teknis namun
masih rendah secara
harga dan ekonomi.
2 Analisis Efisiensi Produksi
Bawang Merah di Kabupaten
Pati dengan Fungsi Produksi
Frontier Stokastik Cobb-
Douglas
Fungsi produksi
Stokastik Frontier
Cobb-Douglas
Ditemukan dua
faktor yang
berpengaruh nyata
terhadap efisiensi
teknis, yaitu lama
pengalaman menjadi
petani (berpengaruh
positif) dan umur
petani (berpengauh
negatif).
Keanggotaan
kelompok tani dan
akses penyuluhan
berpengaruh positif,
namun tidak nyata.
3 Analisis Efisiensi Produksi
Usahatani Bawang Merah
(Studi Kasus Desa Sidamulya,
Kecamatan Wanasari,
Kabupaten Brebes)
Analisis fungsi
produksi Cobb-
Douglass
menggunakan
estimasi regresi,
dan analisis
tingkat efisiensi
Usahatani bawang
merah layak untuk
dikembangkan.
Namun usahatani
tersebut berada pada
kondisi decreasing
return to scale dan
16
produksi
menggunakan
data
Envelopment
Analysis
masih belum efisien
baik secara teknis,
harga, maupun
ekonomi
4
Analisis Efisiensi Penggunan
Faktor Produksi pada Industri
Kecil dan Menengah Furnitur di
Kota Pekanbaru
Fungsi produksi
Frontier Stokastik
Cobb Douglass
Rata- rata efisiensi
teknis industri kecil
dan menengah
furnitur di Kota
Pekanbaru
menghasilkan nilai
lebih kecil dari 1 hal
ini menunjukkan
bahwa penggunaan
faktor produksi
belum efisien secara
teknis. Efisiensi
harga pada industri
kecil dan menengah
bernilai lebih besar
dari 1 yang artinya
penggunaan input
belum efisien secara
alokatif. Karena
belum tercapainya
efisiensi teknis dan
harga maka dapat
dipastikan industri
kecil dan menengah
belum efisien secara
ekonomi.
5 Analisis Efisiensi Penggunaan
Faktor- Faktor Produksi Pada
Usahatani Jagung di Desa
BayunggedeKecamatan
Kintamani Kabupaten Bangli
Tahun 2014
Analisis efisiensi
teknis, efisiensi
alokatif/harga,
dan efisiensi
ekonomi
Nilai efisiensi
(teknis, harga, dan
ekonomi) kurang
dari (<) 1 yang
berarti tidak efisien.
17
2.5 Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan antar konsep
dirumuskan olehpeneliti berdasar tinjauan pustaka, dengan minanjau teori yang
disusun dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait. Kerangka fikir ini
digunakan sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan peneliti yang
diangkat.
Usahatani adalah kombinasi dari faktor- faktor produksi berupa alam,
tenaga kerja, modal dan keahlian yang digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan output. Usahatani bawang merah merupakan salah satu usaha
hortikultura sayur-sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena
bawang merah sering digunakan sebagai bahan utama untuk bumbu dasar
masakan. Berkembangnya bisnis kuliner dan industri bahan pangan seperti
makanan ringan, restoran siap saji dan lain sebagainya turut serta mempengaruhi
permintaan bawang merah yang cenderung meningkat.
Usahatani bawang merah (Allium ascalonicum) adalah usahatani yang
mengusahakan bawang merah sebagai komoditasnya. Agar usahatani bawang
merah dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan beberapa input
produksi yang menunjang dalam proses produksinya tersebut yaitu bibit, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja.
Efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk
mendapatan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi demikian terjadi jika petani
mampu membuat suatu upaya dengan nilai produk marginal (NPM) untuk suatu
input dengan harga input atau dapat dituliskan NPMXi = Pxi atau NPMXi = 1Pxi.
18
Tujuan petani dalam melakukan penanaman bawang merah adalah untuk
memperoleh keuntungan. Untuk mencapainya, para petani memiliki berbagai
kendala, untuk itu perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi dan efisiensi input pertanian yang digunakan. Adapun faktor produksi
yang digunakan adalah bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Adapun kerangka
pikir dalam penelitian ini, lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 1.
19
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Usahatani Bawang Merah di
Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
Produksi
Input
(Variabel bebas)
1. Bibit
2. Pupuk
3. Pestisida
4. Tenaga Kerja
Output
(Variabel terikat)
Hasil Produksi Bawang
Merah
Efisiensi Usahatani
Bawang Merah
Usahatani
Bawang Merah
20
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan
apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Berdasarkan hipotesis yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. : Faktor produksi (bibit,pupuk,pestisida,tenaga kerja) berpengaruh terhadap
hasil produksi
2. : Faktor produksi (bibit,pupuk,pestisida tenaga kerja) tidak berpengaruh
terhadap hasil produksi
21
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2020 di
Kelurahan BallaKecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani bawang merah yang ada di
Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebanyak 125 petani.
Peneliti memilih petani bawang merah sebesar 20% dari jumlah populasi yang
ada, sehingga diperoleh 25 orang petani bawang merah sebagai sampel dalam
penelitian ini. Hal ini didasari oleh pendapat Singarimbun (1995), yang
menyatakan bahwa apabila jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka 20-25%
populasi tersebut dapat dijadikan sampel. Teknik penentuan sampel dilakukan
secara secara purposive sampling, yaitu salah satu teknik non probabilty sampling
dimana pengambilan sampel didasarkan pada kriteria-kriteria yang dirumuskan
terlebih dahulu oleh peneliti. Sampel diambil bukan secara acak, namun
ditentukan sendiri oleh peneliti dengan pertimbangan atau kriteria bahwa petani
bawang merah bisa memberikan informasi yang lebih detail dan terperinci tentang
budidaya tanaman bawang merah di Kelurahan Balla.
22
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif,
yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa
informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk
angka.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data
ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-
file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya
responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang
kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data. Data
primer yang digunakan antara lain meliputi: penggunaan faktor produksi
usahatani bawang merah dan jumlah produksi dalam satu kali musim
tanam bawang merah.
2. Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasiyang
dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder diperoleh
dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, situs Web,
literatur internet dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
23
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Adapun
objekyang diteliti adalah petani bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan
Baraka Kabupaten Enrekang.
b. Wawancara dengan menggunakan quisioner yaitu pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara wawancara responden, sehingga antara peneliti dengan
responden dapat berkomunikasi secara langsung. Adapun para respondennya
adalah petani yang mengusahakan tanaman bawang merah.
c. Dokumentasi adalah aktivitas atau proses penyediaan dokumen-dokumen
dengan menggunakan bukti yang akurat berdasarkan pecatatan berbagai
sumber informasi.
3.5 Teknik Analisis Data
1. Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, maka peneliti menggunakan
rumus yaitu dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan model regresi
linear berganda untuk mengetahui pengaruh faktor produksi bibit, pupuk,
pestisida,dan tenaga kerja terhadap produksi bawang merah. Fungsi linear
berganda dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:
24
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+...+BnXn
Keterangan:
Y= Output Produksi
X1,X2,X3,...,Xn = input produksi
a = nilai konstanta
b = nilai parameter yang di duga
2. Untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua, maka peneliti
menggunakan rumus yaitu dianalisis dengan stochastic frontier untuk
menghitung tingkat efisiensi usahatani bawang merah di daerah penelitian.
Uji efisiensi meliputi:
a. Efisiensi Teknis
ET =
Keterangan:
ET = Tingkat Efisiensi Teknis
Yi = Output Observasi
Yi* = Output Optimum
Jika nilai ET semakin mendekati 1 maka usahatani dapat
dikatakan semakin efisien secara teknis. Menurut Soekartawi
(2003) dimana ET = Tingkat Efisiensi Teknis, adalah besarnya
produk ouput ke-I , adalah besarnya produk yang diduga pada
pengamatan ke- i dan diperoleh melalui fungsi produksi frontier
Cobb- Douglas.
25
b. Efisiensi Harga
Efisiensi harga menerangkan hubungan antara biaya dan output.
Efisiensi harga tercapai jika suatu perusahaan mampu memaksimalkan
keuntungan dengan menyamakan Nilai Produksi Marginal (NPM) setiap
faktor produksi dengan harganya. Secara matematis rumus efisiensi harga
(alokatif)adalah sebagai berikut:
= 1
Keterangan:
b = elastisitas produksi
X = jumlah produksi x
Y = faktor produksi
Px = harga faktor produksi x
Py = harga produksi
Rumus Elastisitas Produksi:
EP=
Dalam prakteknya nilai y, Py, X dan Px diambil nilai rata-ratanya
sehingga persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut:
= 1
Setelah didapatkan hasil NPM dari setiap faktor produksi, maka
akan dihitung rata-rata efisiensi harga dengan rumus sebagai berikut:
26
EH =
Keterangan:
= bibit
= pupuk
= pestisida
= tenaga kerja
c. Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi merupakan hasil kali anatara seluruh
efisiensi teknis dengan efisiensi harga atau alokatif dari seluruh
faktor input. Adapun rumus dari efisiensi ekonomi, yaitu:
EE = ET. EH
Keterangan:
EE = Efisiensi Ekonomi
ET = Efisiensi Teknis
EH = Efisiensi Harga
Jika nilai efisiensi ekonomi sama dengan 1, maka usahatani
yang dilakukan sudah mencapai tingkat efisiensi.
27
3.6 Definisi Operasional
Untuk mempermudah dalam pengambilan data dan informasi pada
penelitian ini, maka digunakan definisi atau konsep operasional sebagai berikut:
1. Usahatani bawang merah merupakanusahatani yang dilakukan dengan
membudidayakan bawang merah di Kelurahan Balla.
2. Bawang merah adalah adalah tanaman hortikutura jenis rempah-rempah yang
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dibudidayakan di
Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
3. Produksi adalah jumlah barang yang dihasilkan dari kegiatan usahatani bawang
merah di Kelurahan Balla.
4. Faktor produksi yaitu input yang digunakan petani dalam memproduksi
usahatani bawangmerah di Kelurahan Balla.
5. Efisiensi adalah hasil perbandingan antara output fisik dan input fisik. Semakin
tinggi ratio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang
dicapai.
6. Efisiensi teknis merupakan perbandingan antara produksi sebenarnya dengan
produksi maksimum.
7. Efisiensi harga adalah pengukuran tingkat keberhasilan usahatani bawang
merah yang didasarkan pada penggunaan faktor-faktor produksi usahatani
bawang merah yang dihitung dari nilai NPMx/ Px.
8. Efisiensi ekonomi adalah besaran yang menunjukkan hubungan antara
keuntungan sebenarnya dengan keuntungan maksimum.
28
9. Jumlah bibit, yaitu jumlah pemakaian bibit bawang merah dalam satuan
kilogram.
10. Jumlah pupuk, yaitu kuantitas pupuk yang dipakai pada usahatani bawang
merah, satuannya kilogram.
11. Jumlah pestisida adalah jumlah pestida yang dipakai dalam usahatani bawang
merah, satuannya liter.
12. Jumlah tenaga kerja, yaitu jumlah tenaga kerja yang dipakai baik dari dalam
keluarga maupun dari luar.
29
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1Letak Keadaan Geografis Kelurahan Balla
Kelurahan Balla merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang dengan jarak 33 km dari ibukota Kabupaten Enrekang
dengan luas wilayah 2,44 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut ;
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dulang
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tangru
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Baraka
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Saruran
Kelurahan Balla merupakan salah satu di Kecamatan Baraka yang dimana
keadaan iklim di Kelurahan Balla terdiri dari musim hujan dan musim kemarau
dimana musim hujan biasa terjadi antara Bulan Januari sampai Juni dan musim
kemarau terjadi antara bulan Juli sampai Desember dengan ketinggian tanah 470
mdpl.
Jarak Kelurahan Balla ke Ibukota Kecamatan Baraka sekitar 3,6 km
dengan jarak tempuh ke Ibukota Kecamatan dengan kendaraan bermotor 20 menit
sedangkan jarak ke Ibukota Kabupaten sekitar 33 km dengan lama jarak yang
ditempuh dari Ibukota Kabupaten dengan kendaraan bermotor sekitar 1,5 jam
sedangkan jarak ke Ibukota Provinsi 271 km denganlama jarak tempuh ke Ibukota
Provinsi dengan kendaraan bermotor sekitar 7 jam perjalanan.
30
4.2 Keadaan Demografis
4.2.1Tabel Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor penting yang memengaruhi
dalam kemampuan berusahatani atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar. Tingkat pendidikan umumnya sangat berpengaruh terhadap pola pikir
petani bawang merah yang memiliki pengetahuan lebih tinggi dan lebih cepat
memahami dan menyerap informasi dan inovasi teknologi baru untuk
meningkatkan produksi bawang merah.
Tabel 2. Tingkat pendidikan diKelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tidak Tamat 102 6
2 SD 477 29
3 SMP 249 15
4 SMA 471 29
5 Diploma 18 1
5 S1 310 19
TOTAL 1627 100
Sumber data primer setelah diolah 2019
Tabel 2 tingkat pendidikan menunjukkan bahwa diliat dari tingkat
pendidikan yang dominan antara yang tidak tamat sampai dengan sarjana
diantaranya yang tidak tamat SD 102 orang, SD 477 orang, SMP 249 orang, SMA
471 orang, Diploma 18 orang dan S1 310 orang. Tabel 2 membuktikan bahwa
persentase yang lebih tinggi yaitu SD dan SMA dengan persentase 29%.
31
4.2.2 Mata Pencaharian Penduduk
Sumber pendapatan masyarakat di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang berbeda-beda. Mata pencaharian masyarakat menjadi suatu
ukuran pendapatan masyarakat. Apabila mata pencahariannya baik maka akan
memungkinkan tingkat pendapatan masyarakat akan baik. Tapi apabila mata
pencaharian kurang baik maka akan mengakibatkan tingkat pendapatan yang
diperoleh akan semakin sedikit.
Tabel 3. Mata Pecaharian Penduduk di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1 Petani 130 38
2 Petani bawang merah 125 36
2 PNS 36 10
3 Wiraswasta 45 14
4 Pedagang 8 2
TOTAL 344 100
Sumber data primer setelah di olah 2019
Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk Kelurahan Balla kebanyakan
bermata pencaharian petani, yaitu sebagai pokok mata pencaharian dan terdapat
berbagai mata pencaharian lainnya diantaranya petani bawang merah, PNS,
Wiraswata dan pedagang. Dengan demikian dijelaskan bahwa yang bermata
pencaharian petani berjumlah 255 orang dengan persentase 74% dan mata
pencaharian petani bawang merah berjumlah 125 orang dengan persentase 27%,
mata pencaharian sebagai PNS berjumlah 36 orang dengan persentase 10%, mata
pencaharian wiraswasta berjumlah 45 orang dengan persentase 14% dan mata
pencaharian sebagai pedagang berjumlah 8 orang dengan pesentase 2%. Dari
32
berbagai mata pencaharian yang dijelaskan, maka yang bermata pencaharian
petani lebih banyak dengan persentase yang lebih tinggi.
4.2.3 Sarana dan Prasarana
Kemajuan suatu daerah sangat berpengaruh dengan jumlah sarana dan
prasarana yang ada di daerah tersebut, baik itu sarana pembangunan maupun
sarana perhubungan yang dapat menunjang kegiatan perekonomian suatu daerah.
Apabila suatu daerah memiliki sarana dan prasarana yang memadai, maka
kegiatan perekonomian yang dilakukan pada daerah tersebut akan berjalan dengan
lancar. Sarana dan prasarana di Kelurahan balla Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Berbagai jenis sarana dan prasarana di Kelurahan Balla Kecamatan
Baraka Kabupaten Enrekang
No Sarana dan Prasarana Desa Jumlah (Unit)
1 Kantor Lurah 1
2 Posyandu 1
3 Mesjid 3
4 Sekolah 2
5 Lapangan sepak bola 1
6 Lapangan volly 2
7 Panti asuhan 1
8 Waduk 2
9 Pompa air 11
Sumber data primer setelah di olah 2019
Tabel 4 menunjukkan bahwa sarana dan prasaran yang tersedia di
Kelurahan Balla yaitu kantor Lurah sebanyak 1 unit, posyandu sebanyak 1 unit,
mesjid sebanyak 3 unit, sekolah sebanyak 2 unit, lapangan sepak bola sebanyak 1
33
unit,lapangan volly sebanyak 2 unit, panti asuhan sebanyak 1 unit, waduk
sebanyak 2 unit, dan pompa air sebanyak 11 unit.
4.2.4 Pembagian wilayah Kelurahan
Penduduk merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara, suatu
penduduk yang menempati suatu tempat/ desa akan sangat menentukan
keberhasilan suatu usaha tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah
penduduk sesuai dengan dusun/ lingkungan di Kelurahan Balla Kecamatan
Baraka Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Sesuai dengan Dusun /Lingkungan
No
Nama
Dusun
Jumlah Jiwa Kepala
Keluarga
Persentase
(%) L P TOTAL
1 Balla 764 763 1.527 292 82
2 Kalumpang 122 121 243 41 13
3 Kaju colo’ 42 40 82 20 5
Jumlah 928 924 1.852 353 100
Sumber data primer setelah di olah 2019
Tabel 5 tingkat penduduk di Kelurahan Balla memiliki di hitung per
Dusun dan jumlah kepala keluarga per Dusun. Untuk Kelurahan Balla total kepala
keluarga 292 dengan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 1527
orang dengan persentase 82%, dan Dusun Kalumpang kepala keluarga 41 dengan
jumlah penduduk laki- laki dan perempuan sebanyak 243 orang dengan persentase
13%. Sedangkan untuk Dusun Kaju Colo’ kepala keluarga 20 dengan jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 82 orang dengan persentase 5%.
34
4.3 Keadaan Pertanian
Masyarakat di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekag
yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Kondisi tanah di Kelurahan
Balla cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman seperti tanaman bawang
merah, hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan potensi yang
sangat strategis untuk dikembangkan di Kelurahan Balla. Lahan pertanian berupa
lahan sawahsekitar 78 Ha, luas pemukiman 915 Ha, luas perkebunan 0,52 Ha
yang terbentang luas tepatnya di depan jalan poros Kelurahan Balla. Hal ini
berpotensi dapat meningkatkan jumlah produksi dengan memperbanyak informasi
mengenai teknologi pertanian dan cara pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman pertanian.
Untuk tanaman hortikultura seperti tanaman bawang merah memiliki luas
lahan dengan rata-rata 0,5 Ha ,untuk tanaman perkebunan seperti kelapa yang
memiliki luas lahan 6,7 Ha dan kebun jagung dengan luas lahan 118,46 Ha, untuk
tanaman cengkeh dengan luas lahan 0,10 Ha dan vanili dengan luas lahan 0,80
Ha. Akan tetapi sekarang petani di Kelurahan Balla bercocok tanam dengan
menanam bawang merah. Jenis tanah di Kelurahan Balla adalah tanah gambut
sehingga cocok digunakan untuk bercocok tanam.
35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Identitas responden petani menggambarkan suatu kondisi atau keadaan
status dari petani tersebut. Identitas responden yang diuraikan dalam pembahasan
berikut dapat memberikan informasi dari berbagai aspek keadaan petani yang
yang diduga memiliki hubungan karakteristik petani dengan kemampuan petani
dalam membudidayakan bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang. Berbagai aspek karakteristik yang dimaksud dapat dilihat
dari segi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman
menanam bawang merah.
5.1.1 Umur Responden Petani
Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahatani, terutama dalam
kemampuan fisik dan pola pikir. Umumnya petani yang berusia lebih mudah
cenderung lebih berani mengambil resiko, jika dibandingkan dengan petani yang
berusia tua. Tetapi semakin tua usia petani, maka kemampuan kerjanya relative
menurun. Walaupun disisi lain petani yang berusia tua biasanya lebih banyak
memiliki pengalaman untuk mengelolah usaha taninya dibanding dengan petani
yang relatif muda. Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan
bagi petani yang menanam bawang merah. Umur sangat mempengaruhi
kemampuan fisik dan cara berfikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan dan daya serap informasi pengetahuan dari penyuluh.
36
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa
umur responden mulai dari 26 sampai 54 tahun petani bawang merah, komposisi
umur petani bawang merah disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Golongan umur petani responden bawang merah di Kelurahan Balla
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
No Golongan Umur Jumlah (Orang) Persentase %
1 26– 31 3 12
2 32–37 3 12
3 38–43 9 36
4 44 – 49 4 16
5 50 – 55 6 24
Jumlah 25 100
Sumber data primer setelah diolah 2019
Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah petani responden bawang merah yang
terbanyak berada pada kelompok umur 38 – 43 tahun yaitu berjumlah 9 orang
atau 36%. Melihat hal tersebut termasuk umur produktif yang mampu menyerap
informasi dari penyuluh dan mampu menggunakan teknologi baru untuk
memajukan usahatani bawang merah, sedangkan jumlah paling sedikit yaitu pada
umur 26 – 31 tahun dan 32 – 37 tahun yang sama-sama berjumlah 3 orang atau
12%. Maka dengan ini menunjukkan bahwa umur 38 – 43termasuk umur yang
produktif dalam berusaha tani. Petani yang berumur produktif pada umumnya
mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar sehingga lebih mudah dalam
menyerap inovasi baru. Meningkatnya keterampilan dan pengetahuan petani maka
diharapkan dapat meningkatkan produksi bawang merah.
37
5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden sangat mempengaruhi pola pengolahan
usahatani. Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani dalam
mengoprasikan teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan produksi
bawang merah dalam usaha taninya. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki
petani akan membuat petani lebih mudah dalam mengoprasikan teknologi baru
yang diperoleh dari penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat
meningkatkan produksi pada usahatani. Adapun tingkat pendidikan petani sampel
yang ada di Kelurahan Balla yaitu dari tingkat SD, SMP, SMA, dan Sarjana (S1).
Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan di
Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase %
1 SD 1 4
2 SMP 4 16
3 SMA 18 72
4 SI 2 8
Jumlah 25 100
Sumber data primer setelah diolah 2019
Tabel 7 menunjukkan bahwa petani memiliki tingkat pendidikan yang
cukup tinggi karena banyak petani tamatan SMA dengan persentase 72%. Namun,
masih ada petani yang tamatan SD dengan persentase 4%. Pendidikan dapat
digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur tingkat intelektual seseorang.
Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki petani maka semakin tinggi pula
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki petani. Tingkat pendidikan petani
yang cukup tinggi dapat mendukung petani dalam memperoleh produksi yang
lebih banyak dan meningkatkan serta mengembangkan usahataninya. Selain itu,
38
sebagian petani yang memiliki tingkat pendidikan SMA dan S1 dapat memperoleh
produksi yang lebih banyak dibandingkan dengan petani yang memiliki tingkat
pendidikan SD dan SMP. Hal ini dapat diduga karena petani dengan tingkat
pendidikan yang cukup tinggi lebih mudah dalam menerima informasi baru dan
memiliki wawasan yang lebih luas sehingga dapat membantu mereka dalam
meningkatkan produksi.
5.1.3 Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah
dijalani, dirasakan, ditanggung oleh petani dalam menjalankan kegiatan usahatani
dengan menyerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai tujuan
usahatani, yaitu memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup petani dan
keluarganya.
Pengalaman berusahatani dapat menunjukan keberhasilan petani dalam
mengelolah usahataninya. Pengalaman berusahatani merupakan faktor yang cukup
menunjang seorang petani dalam meningkatkan produktivitas dan kemampuan
kerjanya dalam berusahatani. Adapun klasifikasi jumlah pengalaman berusahatani
bawang merah oleh responden di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang dapat dilihat pada Tabel 8.
39
Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Pengalaman Berusahatani
Bawang Merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang
No Pengalaman
Berusahatani Jumlah (Orang) Persentase %
1 4 – 5 10 40
2 6 – 7 7 28
3 8 – 9 2 8
4 10 – 11 3 12
5 12 – 13 1 4
6 14 – 15 2 8
Jumlah 25 100
Sumber data primer setelah diolah 2019
Tabel 8 menunjukkan bahwa petani dengan pengalaman 4 – 5 tahun
merupakan jumlah terbanyak dengan persentase 40% dan petani dengan
pengalaman 12-13 tahun merupakan jumlah paling sedikit dengan persentase
4%. Hal ini dapat diduga bahwa petani dengan pengalaman 4 – 5 tahun memiliki
pengalaman yang cukup dan tenaga yang masih dimungkinkan untuk
meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan dalam mengelola
teknologi baru untuk memajukan usahatani bawang merah. Semakin lama
pengalaman yang didapatkan dalam berusahatani semakin baik pemahaman
dalam budidaya bawang merah. Sedangkan untuk pengalaman petani yang baru
juga besarnya sama dengan petani yang mendapatkan pengalaman, hal ini
dimungkinkan masih dalam tahap memunculkan lagi semangat dalam usahatani
bawang merah.
40
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin banyak
anggota keluargayang ditanggung, maka semakin besar pula tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk leih jelasnya mengenai jumlah tanggungan
keluarga maka dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan
Keluarga di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
No Jumlah Tanggungan
Keluarga
Jumlah
(Orang) Persentase %
1 2– 3 11 44
2 4 – 5 13 52
3 6 – 7 1 4
Jumlah 25 100
Sumber data primer setelah diolah 2019
Tabel 9 menunjukkan bahwa petani responden bawang merah memiliki
tanggungan lebih banyak yaitu antara 4-5 orang sebanyak 13 petani responden
dengan persentase 52% dan jumlah responden yang memiliki tanggungan
keluarga lebih sedikit yaitu 6-7 orang sebanyak1 petani responden dengan
persentase 4%. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh
terhadap jumlah pengeluaran dalam rumah tangga yang mengalami peningkatan.
Disisi lain semakin banyak tanggungan keluarga, akan membantu meringankan
kegiatan usahatani yang dilakukan karena sebagian besar petani masih
menggunakan tenaga keluarga.
41
5.1.5 Luas Lahan
Luas lahan merupakan salah satu faktor produksi didalam usahatani.
Dengan memiliki lahan yang luas tentunya merupakan peluang besar untuk
memperoleh produksi yang lebih tinggi. Luas lahan usahatani yang di usahakan
oleh setiap petani bervariasi, dimana petani yang memiliki lahan yang lebih luas
cenderung memperoleh produksi yang lebih besar dibandingkan dengan luas
lahan yang kecil. Untuk mengetahui luas lahan yang diusahakan petani bawang
merah dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Luas Lahan Petani Responden Bawang Merah di Kelurahan Balla
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
No Luas Lahan ( Ha ) Jumlah (Orang) Persentase %
1 0,30 – 0,41 8 32
2 0,42 – 0,53 9 36
3 0,54 – 0,65 3 12
4 0,66 – 0,77 1 4
5 0,78 – 0,89 1 4
6 0,90 – 1,01 3 12
Jumlah 25 100
Sumber data primer setelah diolah 2019
Tabel 10 menunjukkan bahwa luas lahan petani bawang merah di
Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang terbanyak yaitu
0,42 - 0,53 Ha dengan jumlah petani sebanyak 9 orang dengan persentase 36%.
Dengan lahan yang luas maka petani bawang merah dapat meningkatkan produksi
yang lebih banyak. Sedangkan luas lahan paling sedikit yaitu 0,66 – 0,77 dan
0,78- 0,84 yaitu dengan jumlah petani sama- sama 1 orang dengan persentase 4%.
Semakin luas lahan yang digunakan maka semakin banyak produksi bawang
42
merah yang dihasilkan. Begitupun sebaliknya semakin sempit lahan yang
digunakan maka semakin sedikit produksi bawang merah yang dihasilkan.
5.2 Pengaruh Faktor Produksi (Bibit, Pupuk, Pestisida, Tenaga Kerja)
terhadap Produksi Usahatani Bawang Merah
Analisis pengaruh penggunaan faktor- faktor produksi terhadap hasil
produksi pada usahatani bawang merah dilakukan dengan menggunakan fungsi
produksi linear berganda dengan rumus sebagai berikut :
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+...+BnXn
Keterangan:
Y= Output Produksi
X1,X2,X3,...,Xn = input produksi
a = nilai konstanta
b1,b2,...bn = nilai parameter yang di duga (koefisien regresi)
5.2.1 Pengaruh Faktor Produksi (Bibit, Pupuk, Pestisida, Tenaga Kerja)
Terhadap Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil pada analisis linaer berganda dengan menggunakan
SPSS, maka di dapatkan koefisien determinasi sebagai berikut:
Tabel 11. Koefisien Determinasi ( atau R Square)
R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
0,952 0,906 0,887 0,93301
Tabel 11 menunjukkan bahwa untuk dapat mengetahui seberapa besar
hubungan dalam penggunaan faktor produksi terhadap variabel digunakan
koefisien determinasi (R2) dengan interpretasi koefisiennya adalah 0,952 dengan
43
tingkat hubungan sangat kuat. Nilai R Square 0,906 menunjukkan bahwa variabel
bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja dapat mempengaruhi produksi sebesar
90,6% sedangkan sebesar 9,4% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak berkaitan
dalam penelitian ini.
5.2.2 Pengaruh Faktor Produksi (Bibit, Pupuk, Pestisida, Tenaga Kerja)
Terhadap Uji Signifikansi Simultan
Berdasarkan hasil pada analisis linaer berganda dengan menggunakan
SPSS, maka di dapatkan uji signifikansi simultan (uji statistik F) sebagai berikut:
Tabel 12. Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F )
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Regression
Residual
167,550
17,410
4
20
41,887
0,871
48,118
0,000
Total 184,960 24
Tabel 12 menunjukkan bahwa melalui uji F ditemukan adanya pengaruh
simultan yang siginifikan dari semua variabel independen yang digunakan
meliputi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja terhadap produksi. Hal ini dapat
dilihat bahwa nilai Fhitung = 48,118 > Ftabel = 3,049 dan nilai siginifikansi F
sebesar 0,000 < 0,05 artinya bahwa secara bersama-sama variabel bebas yang
terdiri dari variabel bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh secara
siginifikan (H1 diterima dan H0 ditolak) terhadap produksi bawang merah di
Kelurahan Balla dengan tingkat kepercayaan 95%.
44
5.2.3 Pengaruh Faktor Produksi (Bibit, Pupuk, Pestisida, Tenaga Kerja)
Terhadap Uji Signifikansi Parsial
Berdasarkan hasil pada analisis linaer berganda dengan menggunakan
SPSS, maka di dapatkan uji signifikansi parsial (uji statistik t) sebagai berikut:
Tabel 13. Uji Signifikansi Parsial ( Uji Statistik t )
No
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B
Std.
Error Beta B
Std.
Error
1
2
3
4
5
Konstanta
Bibit(X1)
Pupuk(X2)
Pestisida(X3)
Tenaga Kerja(X4)
-2,038
0,037
-0,061
0,211
1,922
0,756
0,084
0,206
0,080
0,245
0,043
-0,022
0,208
0,810
-2,695
0,438
-0,296
2,630
7,830
0,014
0,666
0,771
0,016
0,000
Tabel 13 menunjukkan bahwa secara parsial variabel bibit tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap produksi karena dari hasil analisis regresi
variabel bibit terhadap produksi yaitu nilai Thitung 0,438 < Ttabel 1,72472 dan nilai
sig t sebesar 0,666 > 0,05. Hasil perhitungan regresi berganda menyatakan bahwa
faktor bibit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Azmi et al (2011) bahwa pengaruh benih tidak nyata
terhadap produksi karena menggunakan benih hasil sendiri, tidak memenuhi
syarat-syarat yang direkomendasikan. Ada juga pendapat dari Triharyanto (2013)
mengatakan bahwapada umumnya petani bawang merah menggunakan bibit dari
umbi konsumsi, penggunaan bibit dari umbi konsumsi dilakukan secara turun-
temurun dalam kurun waktu yang lama, akibatnya umbi bibit yang digunakan
45
mempunyai mutu yang rendah. Hal ini dikarena karena bibit tersebut telah banyak
terinfeksi oleh virus. Dari hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa
ternyata petani lebih sering menggunakan bibit dari hasil panennya sendiri yang
digunakan secara berulang-ulang sehingga mutu bibit bawang merah menurun dan
rentan terhadap hama dan penyakit. Sehingga apabila bibit ditingkatkan
pemakaiannya maka hasil produksi yang diperoleh semakin sedikit. Hal tersebut
dilakukan petani karena keterbatasan modal.
Secara parsial variabel pupuk tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap produksi karena dari hasil analisis regresi variabel pupuk terhadap
produksi yaitu Thitung -0,022< Ttabel 1,72472 dan nilai sig t sebesar 0,771 >0,05
atau 5%. Hasil perhitungan linear berganda menyatakan bahwa faktor pupuk tidak
berpengaruh yang nyata terhadap produksi bawang merah. Sesuai dengan
pendapat Budiono (2002) yang mengatakan bahwa tingkat produktivitas usahatani
pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah
satu diantaranya adalah pemupukan. Penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan
dosis tersebut maka produktivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang,
sehingga produksi mengalami penurunan. Oleh karena itu, berapa dan dalam
kondisi bagaimana faktor- faktor produksi digunakan, semuanya diputuskan
dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan
yang maksimum. Variabel pupuk tidak berpengaruh secara nyata, hal ini
menunjukkan bahwa produksi bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan
Baraka Kabupaten Enrekang tidak respon terhadap penambahan pupuk.
Secara parsial variabel pestisida memiliki pengaruh yang signifikan
46
terhadap produksi karena dari hasil analisis regresi variabel pestisida terhadap
produksi yaitu Thitung 0,208 <Ttabel 1,72472 dan nilai sig t sebesar 0,016 <0,05.
Hasil perhitungan regresi berganda menyatakan bahwa faktor pestisida
berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah, karena petani di Kelurahan
Balla menggunakan pestisida dengan dosis yang tepat untuk menghindari hama
dan penyakit yang menyerang pada tanaman bawang merah dan membantu
pertumbuhan tanaman bawang merah tetap terjaga sampai menjelang panen. Hal
ini sesuai dengan pendapat Satria (2015) yang menyatakan bahwa dalam bidang
pertanian, pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh
organisme pengganggu tanaman. Penggunaan pestisida dapat bermanfaat untuk
meningkatkan produksi pertanian apabila digunakan dengan dosis yang tepat dan
dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang positif.
Secara parsialvariabel tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap produksi karena dari hasil analisis regresivariabel tenaga kerja terhadap
produksi yaitu Thitung 0,810 <Ttabel 1,72472 dari nilai signifikan menunjukkan
bahwa 0,000 < 0,05 hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel tenaga kerja
memberikan pengaruh terhadap produksi secara parsial. Hasil perhitungan linear
berganda menyatakan bahwa faktor tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap
produksi bawang merah karena tenaga kerja merupakan faktor penting dalam
menunjang keberhasilan usahatani, tenaga kerja sangat dibutuhkan pada saat
mulai melakukan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
penyemprotan, pemupukan dan panen. Tenaga kerja yang digunakan di Kelurahan
Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang memiliki umur yang produktif dan
47
lama bertani dengan waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan pendapat
Novitasari (2017) yang menyatakan bahwa faktor produksi tenaga kerja
merupakan faktor produksi penting lainnya dan perlu diperhitungkan dalam
proses produksi. Selain itu jumlah ketersediaan tenaga kerja dan kualitas
merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Kerja seseorang dipengaruhi oleh
umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman dan tingkat kesehatan.
5.2.4 Model Regresi Linear Berganda
Berdasarkan koefisien regresi dari masing- masing variabel, diperoleh
model regresi Y= ( - 2,038) + 0,037 X1 + (- 0,061) X2 + 0,211 X3 + 1,922 X4 + e
dapat diinterpretasikan bahwa konstanta sebesar -2,038 bernilai negatif artinya
jika variabel bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja tidak ada atau sama dengan
nol, maka produksi semakin berkurang. Besarnya koefisien regresi ᵝ1 adalah
0,037 artinya, pengaruh bibit terhadap produksi adalah bernilai positif dan cukup
kuat. Jika variabel bibit meningkat, maka produksi akan semakin meningkat
sebesar 0,037. Besarnya koefisien regresi ᵝ2 adalah -0,061 artinya, pengaruh
pupuk terhadap produksi adalah bernilai negatif. Jika variabel pupuk
menurun,maka produksi juga akan menurun sebesar -0,061. Besarnya koefisien
regresi ᵝ3 adalah 0,221 artinya, pengaruh pestisida terhadap produksi adalah
bernilai positif dan cukup kuat. Jika variabel pestisida meningkat, maka produksi
akan semakin meningkat sebesar 0,221. Besarnya koefisien regresi ᵝ4 adalah
1,922 artinya, pengaruh tenaga kerja terhadap produksi adalah bernilai positif.
Jika variabel tenaga kerja meningkat, maka produksi akan semakin meningkat
sebesar 1,922.
48
1. Hasil Produksi (Y)
Untuk meningkatkan produksi bawang merah yang diperlukan adalah
mengkombinasi faktor- faktor produksi usahatani agar lebih efisien. Usahatani
akan berjalan dengan lancar dan menguntungkan jika petani sebagai pelaksana
mampu merencanakan input yang digunakan serta mengetahui jumlah input yang
dibutuhkan untuk mendapatkan produksi yang optimal. Rata-rata hasil produksi
bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang adalah
Rp 141.400.000.
2. Bibit (X1)
Keberhasilan budidaya bawang merah ditentukan oleh kualitas bibit
bawang merah. Jika bibit yang digunakan bukan merupakan bibit unggul dan
tidak berkualitas baik, maka hasil panennya pun akan kurang memuaskan. Bibit
yang sering digunakan petani bawang merah adalah bibit kapur nganjuk dengan
kulitas terbaik. Harga bibit menyesuaikan dengan kondisi harga bawang merah.
Harga bibit di Kelurahan Balla memiliki harga rata- rata 24.800.
3. Pupuk (X2)
Bawang merah merupakan tanaman yang banyak membutuhkan hara, baik
pada masa pertumbuhan vegetatif atau juga pada saat pembentukan, pembesaran
dan pematangan umbi. Pemupukan yang dilakukan harus tepat jenis, tepat waktu,
tepat cara dan tepat kombinasi. Pemupukan yang tepat juga merupakan salah satu
cara penting untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan
patogen penyakit pada tanaman bawang merah. Jenis pupuk yang sering petani
gunakan adalah pupuk urea, ponska, matahari dan ZA. Pupuk yang digunakan
49
untuk budidaya bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang adalah pupuk urea yang berfungsi untuk membuat daun lebih hijau dan
segar. Pupuk ponska berfungsi untuk membuat tanaman bawang merah lebih
sehat dan lebih hijau dan untuk meningkatkan kualitas tanaman. Pupuk matahari
berfungsi untuk menambah daya tahan tanaman bawang merah terhadap serangan
hama dan penyakit. Pupuk mutiara daun berfungsi untuk mempercepat,
memperbanyak serta memudahkan akar dalam menyerap hara pada tanah. Pupuk
ZA berfungsi untuk membuat daun sehingga menjadi lebih hijau. Pupuk KCL
berfungsi untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman dan meningkatkan
ketahanan tanaman bawang merah. Pupuk DGW berfungsi untuk meningkatkan
kualitas tanaman bawang merah karena kandungan unsur kalsium yang tinggi.
Pupuk SP36 berfungsi untuk membantu pertumbuhan tanaman bawang merah.
Pupuk nitro phoska berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan memberi
warna hijau pada daun. Pupuk subur kali berfungsi untuk memacu pertumbuhan
tanaman bawang meah dan meningkatkan kualitas hasil panen. Pupuk GSP super
berfungsi untuk penambahan unsur hara pada tanaman bawang merah dalam
meningkatkan kualitas tanaman. Pupuk fertiphos berfungsi untuk meningkatkan
pertumbuhandan perkembangan tanaman bawang merah dan meningkatkan
produksi dan kualitas tanaman bawang merah.
Petani melakukan pemupukan 4 kali dalam musim tanam. Pemupukan
pertama pada umur 10 hari setelah penanaman dengan menggunakan pupuk
Ponska dan Matahari. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 20 dengan
menggunakan pupuk Urea, Ponska, Mutiara daun dan Matahari.Pemupukan ketiga
50
dilakukan pada umur 30 hari dengan menggunakan pupuk Nitro phoska, Matahari,
Gsp super, dan KCL. Pemupukan keempat dilakukan pada umur 42 hari dengan
menggunakan pupuk Sp36, Fertiphos, Suburkali, DGW, ZA . Adapun cara dalam
pemupukan tanaman bawang merah yaitu dilakukan dengan mencampur setiap
kombinasi berbagai jenis pupuk kemudian ditaburkan atau ditebar pada tanaman
bawang merah. Pemupukan merupakan kegiatan dalam usahatani yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan zat hara bagi tanaman yang kurang tersedia didalam
tanah dan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit pada tanaman bawang merah.
4. Pestisida (X3)
Bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang
mempunyai daya adaptasi luas dan nilai ekonomi cukup tinggi. Namun salah satu
kendala utama dalam budidaya bawang merah adalah adanya serangan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT). Petani bawang merah di Kelurahan Balla
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang rata- rata menggunakan pestisida kimia
seperti Abenz, Dangke, Metindo, Ziflo, Antrakol, Kenrel dan Marshal.
Pengendalian yang dilakukan petani yang ada di lokasi penelitian dengan
menggunakan pestisida kimia seperti Abenz yang berfungsi untuk menjaga
tanaman bawang merah agar terbebas dari ulat grayak. Abenz disebut petani
sebagai insektisida pencampur dalam menyemprot tanaman bawang merah.
Dangke berfungsi untuk mengendalikan hama pada tanaman bawang merah.
Alcoren digunakan untuk membasmi ulat. Metindo berfungsi untuk membasmi
ulat dan belalang. Kenrel berfungsi untuk mengendalikan hama ulat grayak pada
51
tanaman bawang merah. Saaf sebagai fungisida berfungsi untuk mengendalikan
penyakit bercak daun pada tanaman bawang merah. Clocyper berfungsi untuk
mengendalikan hama ulat grayak, belalang, walang sangit. Marshal berfungsi
untuk membasmi ulat grayak, kutu daun pada tanaman bawang merah. Ziflo
sebagai fungisida berfungsi untuk mengendalikan penyakit bercak ungu pada
tanaman bawang merah. Alipi berfungsi untuk mengendalikan hama ulat
penggerek pada tanaman bawang merah. Antrakol sebagai fungisida berfungsi
untuk mengendalikan penyakit pada tanaman bawang merah yang disebabkan
oleh cendawan atau jamur. Bespas berfungsi untuk membasmi hama ulat. Starban
berfungsi untuk membasmi ulat grayak dan penggerek pada tanaman bawang
merah. Akosu berfungsi untuk membasmi ulat grayak.
Petani bawang merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten
Enrekang terkenal dengan pemakaian pestisida terlalu banyak. Pupuk dan
pestisida yang digunakan petani yang ada di lokasi penelitan mudah untuk di
dapatkan dan mudah dijangkau oleh petani dengan harga sesuai dengan harga
pasaran. Adapun faktor yang menghambat usahatani bawang merah di lokasi
penelitian yaitu berbagai serangan hama dan penyakit pada tanaman bawang
merah. Salah satu hasil wawancara yang saya lakukan dengan petani bawang
merah yang memiliki alasan menggunakan pestisida.
52
5. Tenaga Kerja (X4)
Secara umum penggunaan tenaga kerja sangat tergantung pada jenis
pekerjaan yang terdapat dalam kegiatan usahataninya. Dalam usahatani bawang
merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang penggunaan
tenaga kerja yang efektif dan memiliki keterampilan serta kemampuan yang
memadai merupakan faktor yang penting dalam mencapai keberhasilan. Kegiatan
usahatani yang dilakukan petani budidaya bawang merah di Kelurahan Balla
adalah persiapan lahan, penyortiran benih, penanaman, pemupukan,
penyemprotan, penyiangan dan panen.
5.3 Tingkat Efisiensi Teknis, Harga, dan Ekonomi Bawang Merah
Tingkat efisiensi perlu diketahui untuk melihat apakah kombinasi
penggunaan faktor produksi sudah digunakan minimal mungkin untuk
menghasilkan output yang maksimal, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Efisiensi Teknis
Tingkat efisiensi teknis penggunaan faktor produksi bawang merah di
Kelurahan Balla, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang dapat diketahui dari
hasil perhitungan efisiensi teknis melalui pengolahan data frontier 4.1 dan
diperoleh hasil sebagai berikut:
53
ET =
Keterangan:
ET = Tingkat Efisiensi Teknis
Yi = Output Observasi (Besarnya produksi output)
Yi* = Output Optimum (Besarnya produksi yang diduga)
Tabel 14. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Frontier
No Variabel Koefisien Standard-eror t- ratio
1
2
3
4
5
6
7
8
Produksi
Ln X1 (Bibit)
Ln X2 (Pupuk)
Ln X3 (Pestisida)
Ln X4 (Tenaga Kerja)
σ2
Y
Mu
-0,11862808
-0,32327315
-0,22452584
0,17945819
0,12152744
0,31496742
0,70539278
-0,29811121
0,10421693
0,12879940
0,10373555
0,12026207
0,16793433
0,12164950
0,36166059
0,43452983
-0,11382804
-0,25098963
-0,21644059
0,14922260
0,72366049
0,25891386
0,19504275
-0,68605465
Mean Technical Efficiency = 0,99446519
Sumber data primer setelah diolah 2020
Tabel 14menunjukkan bahwa bibit, dan pupuk memiliki pengaruh negatif
terhadap produksi. Sedangkan pestisida dan tenaga kerja memiliki pengaruh
positif terhadap produksi. Untuk variabel bibit tidak memiliki pengaruh terhadap
produksi karena T tabelmenunjukkan 0,68698 sedangkan yang ditunjukkan pada
variabel bibit adalah -0,11382804. Untuk variabel pupuk tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel produksi. Untuk variabel pestisida juga tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel produksi. Sedangkan untuk variabel tenaga kerja memiliki nilai
0,72366049 berarti t- rasio> Ttabel menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja
sangat berpengaruh terhadap produksi. Jika nilai efisiensi teknis sudah semakin
mendekati 1 maka semakin tinggi tingkat efisiensi teknis yang dicapai dalam
usahatani bawang merah. Untuk mean efficiency sebesar 0,99446519 yang berarti
54
bahwa tingkat efisiensi teknis semakin mendekati 1 maka usahatani dikatakan
lebih efisien secara teknis.
2. Efisiensi Harga
Input produksi yang diteliti dalam usahatani bawang merah di Kelurahan
Balla, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang adalah harga dari setiap faktor
produksi yang digunakan yaitu bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja.Efisiensi harga
menerangkan hubungan antara biaya dan output . Efisiensi harga tercapai jika kita
mampu memaksimalkan keuntungan dengan menyamakan NPM Setiap faktor
produksi dengan harganya. Secara matematis rumus efisiensi harga adalah sebagai
berikut:
= 1
Dimana b adalah elastisitas produksi, Y adalah produksi, Py adalah harga
produksi, X adalah jumlah faktor produksi dan Px adalah harga faktor produksi.
Perhitungan efisiensi harga usahatani bawang merah adalah sebagai berikut:
EH =
Menurut Soekartawi (2003), dalam kenyataan yang sebenarnya apabila
nilainya tidak sama dengan 1, maka:
1.
= 1 artinya bahwa penggunaan faktor produksi input efisien
2.
> 1 artinya bahwa penggunaan faktor produksi input belum efisien untuk
mencapai efisiensi maka input perlu ditambah
55
3.
< 1 artinya bahwa penggunaan faktor produksi input tidak efisien untuk
menjadi efisiensi maka penggunaan input perlu dikurangi.
Tabel 15. Jumlah Total Biaya, Rata- rata dan Pendapatan Petani Bawang Merah
Keterangan Jumlah Total Rata-rata Koefisien
Produksi
Bibit
Pupuk
Pestisida
Tenaga Kerja
3.535.000.000
203.750.000
74.020.000
175.062.000
84.300.000
141.400.000
8.150.000
2.960.800
7.002.480
3.372.000
-0,11862808
-0,32327315
-0,22452584
0,17945819
0,12152744
Tabel 15 menunjukkan total biaya, rata-rata dan pendapatan petani bawang
merah di Kelurahan Balla Kecataman Baraka Kabupaten Enrekang dari jumlah 25
petani responden yang dimana Y adalah produksi, adalah bibit, adalah
pupuk, adalah pestisida dan adalah tenaga kerja. Perhitungan efisiensi harga
adalah sebagai berikut:
1. NPM Bibit ( ( X1)
NPM =
NPM = -5,55
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh efisiensi harga untuk bibit
usahatani bawang merah sebesar -5,55. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan
bahwa dalam penggunaan faktor produksi untuk bibit tidak efisien karena hasil
perhitungan yang diperoleh menunjukkan hasil kurang dari 1. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengurangan penggunaan faktor produksi dilakukan pada faktor
produksi lain selain bibit atau dengan menambah faktor produksi lain untuk
mencapai efisiensi.
56
2. NPM Pupuk ( ( X2)
NPM =
NPM = -10,50
Pada perhitungan efisiensi harga untuk penggunaan faktor produksi pupuk
diperoleh -10,50. Dari hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa penggunaan
faktor produksi pupuk ternyata masih belum efisien secara harga karena hasil
perhitungan efisiensi harga untuk faktor produksi pupuk menunjukkan hasil
kurang dari 1 maka dilakukan pengurangan penggunaan faktor produksi agar
tercapai efisiensi secara harga.
3. NPM Pestisida ( ( X3)
NPM =
NPM = 3,63
Dari hasil perhitungan efisiensi harga untuk faktor produksi pestisida
diperoleh hasil sebesar 3,63. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata penggunaan
faktor produksi pestisida belum efisien secara harga, karena hasil perhitungan
efisiensi harga menunjukkan angka yang lebih dari 1. Sehingga perlu dilakukan
penambahan faktor produksi agar lebih efisien.
57
4. NPM Tenaga Kerja ( ( X4)
NPM =
NPM = 5,03
Pada perhitungan efisiensi harga untuk penggunaan faktor produksi tenaga
kerja diperoleh hasil 5,03. Dari hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa
penggunaan faktor produksi tenaga kerja belum efisien secara harga, sebab hasil
perhitungan efisiensi harga menunjukkan angka yang lebih besar dari 1 yang
berarti bahwa perlu dilakukan penambahan input agar tercapai efisiensi secara
harga.
Setelah melakukan perhitungan NPM untuk masing- masing faktor
produksi, dimana efisiensi harga dihitung dari penambahan NPM efisiensi harga
untuk masing-masing faktor produksi. Maka nilai dari efisiensi harganya adalah:
EH =
EH =
EH = -1,847
3. Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi adalah hasil dari kombinasi antara efisiensi teknis dan
efisiensi harga. Dari hasil perhitungan diketahui besarnya efisiensi teknis sebesar
0,994 dan efisiensi harga sebesar -1,847. Dimana efisiensi ekonomi dapat dicapai
apabila efisiensi teknis dan efisiensi harga telah dicapai. Maka dapat dihitung
besarnya efisiensi ekonomi sebagai berikut:
58
EE = ET . EH
EE = 0,994 . (- 1,847)
EE = -1,835
Jadi besarnya efisiensi ekonomi pada usahatani bawang merah di
Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebesar -1,835. Hal ini
berarti bahwa usahatani bawang merah di Kelurahan Balla tidak efisiensi secara
ekonomis karena nilainya kurang dari 1.
Berdasarkan hasil analisis efisiensi ekonomi yaitu kombinasi antara
efisiensi teknis dan efisiensi harga, maka diperoleh nilai efisiensi faktor produksi
yang berupa bibit dan pupuk dengan nilai NPM positif dan faktor produksi
pestisida dan tenaga kerja dengan nilai NPM negatif sehingga kombinasi
penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah belum mencapai
efisien secara ekonomi. Untuk mencapai tingkat efisiensi ekonomi secara
maksimal maka para petani mengurangi penggunaan biaya untuk membeli bibit
dan pupuk yaitu dengan cara petani menggunakan bibit unggul bersubsidi,
membuat pupuk sendiri serta mengurangi kadar penggunaan pupuk.
59
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai efisiensi usahatani bawang
merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang maka dapat
disimpukan sebagai berikut:
1. Faktor produksi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh secara
simultan terhadap produksi bawang merah, sementara secara parsial variabel
pestisida dan tenaga kerjayang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang
merah.
2. Hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan mean efisiensi sebesar 0,994
dikatakan lebih efisien dalam penggunaan faktor- faktor produksinya karena
lebih mendekati 1. Untuk efisiensi harga dari usahatani bawang merah yaitu
sebesar -1,847 hal ini menunjukkan bahwa usahatani bawang merah di
Kelurahan Balla tidak efisien secara harga. Sedangkan untuk efisiensi ekonomi
dari usahatani bawang merah di Kelurahan Balla yaitu sebesar -1,835 hal ini
menunjukkan usahatani bawang merah tidak efisien secara ekonomi.
60
6.2 Saran
1. Bagi Petani
Penulis berharap petani tidak menggunakan bibit dari hasil panen secara
berulang-ulang karena mutu bibit bawang merah menurun dan rentan terhadap
penyakit. Maka dari itu, petani harus menggunakan bibit yang berkualitas agar
hasil produksi semakin meningkat.
2. Bagi Pemerintah
Pemerintah sebaiknya memfasilitasi penyediaan bibit unggul bersubsidi,
pupuk serta menerapkan strategi kebijaksanaan mengenai pertanian khususnya
pada pertanian hortikultura yaitu komoditi bawang merah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Mempelajari lebih lanjut efektitivitas penggunaan bibit dan pupuk dan
mengembangkan keterampilan yang diperoleh selama proses perkuliahan dengan
terjun langsung ke lapangan.
61
DAFTAR PUSTAKA
Anandra. 2010. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada
Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Magelang (Skripsi).
Universitas Diponegoro Semarang.
Anonim, 2013. Budidaya Bawang Merah, Pusat Pengembangan Dan Penelitian
HoltikuturaDepartemen Pertanian, Jakarta.
Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Badrudin, U. Dan Jazilah, S. 2010. Analisis Residu Pestisida pada Tanaman
Bawang Merah. (Allium Ascalonicum L.) di Kabupaten Brebes. Dosen
Fakultas Pertanian Universitas Pertanian Universitas Pekalongan.
Pekalongan.
Budiono. 2002. Ekonomi Makro Seri Sinopsis: Pengantar Ilmu Ekonomi No 1.
Yogyakarta: BBFE.
Hasibuan, Melayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hasyim, Hasma. 2006. Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi Terhadap
Pendapatan (Studi Kasus: Desa Dolok Seribu Kecamatan Paguran
Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian. Universitas
Sumatera Utara, Medan: Lembaga Penelitian.
Istina, I, N. 2016. Peningkatan Produksi Bawang Merah Melalui Teknik
Pemupukan NPK. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau. Jurnal
Agroekoteknolgi. Vol 3 (1).
Kementrian Pertanian. 2017. Situasi Pertanaman Bawang Merah. Jakarta.
Kumbhakar, S.C and C.A.K. Lovell. 2000. Stochastic Frontier Analysis.
Cambridge University Press. Cambridge.
Kusumaningsih, Riana Dewi. 2012. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan
Faktor- Faktor Produksi Pada Usahatani Kubis di Kabupaten
Karayangan. (Skripsi). Surakarta. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas
Maret. 85 hal.
Lubis, S.N. 2000. Adopsi Teknologi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
USU reaa. Medan.
62
Mc. Eachern, William A. 2001. Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer,
Terjemahan: Sigit Triandaru. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.
Mulyamah. 2002. Manajemen Perusahaan. Jakarta: Yudisira.
Novitasari. 2017. Analisis Pendapatan dan Faktor- Faktor yang Memengaruhi
Produksi Bawang Merah ( Allium Ascalonicium L) di Dataran Tinggi
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Program Studi Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Instiut Pertanian Bogor. Bogor.
(Skripsi S1 Pertanian).
Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Kanisius. Jakarta.
Purba R DAN Astuti Y. 2013. Paket teknologi Bawang Merah di Luar Musim
Tanam di Pandeglang Banten. Jurnal. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Banten. 15(2): 105-113.
Rusydiana, Aam. S. 2013. Mengukur Tingkat Efisiensi Dengan Data Envelompent
Analysis (Dea). Bogor: SMART Publishing.
Salikin. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta. Kanisius.
Samadi, B dan B. Cahyono. 2005. Intensifikasi Budidaya Bawang Merah.
Kanisius. Yogyakarta.
Satria, B, M. 2015. Penggunaan Aspergillus Niger yang Diradiasi Gamma
Sebagai Bioremedian Residu Triazofos dan Logam Berat Pada Bawang
Merah (Allium Cepa. L). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Setneg Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang
Pangan. http://www.setneg.go.id/ Diunduh tanggal 24 Januari 2016.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3S. Jakarta.
Soekarwati. 2002. Ilmu Usahatani. Jakata: Penerbit Universitas Indonesia.
Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglass. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sukiyono, Kentut. 2004. Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Teknis : Aplikasi
Fungsi Produksi Frontier pada Usahatani Cabe di Kecamatan Selupu
63
Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian UNIB.
Sumarni, N dan Hidayat, A. 2005. Panduan Teknis PTT Bawang Merah, No. 3.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Sumiyati. 2006. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktir-Faktor
Produksi Usahatani Bawang Daun. Skrispsi. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suratiah. 2015. Ilmu Usahatani. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
T. Prasetya. 2006. Penerapan Tekonolgi Sistem Usahatani Tanaman- Ternak
Melalui Pendekatan Organisasi Kelompok Tani(Suatu Model Pengelolaan
Lingkungan Pertanian). Dalam Prosiding Seminar Pengelolaan
Lingkungan Pertanian, Surakarta, 1 Oktober 2003. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Tulus Tambunan. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia, Beberapa
Isu Penting. Ghalia Indonesia Jakarta.
Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widia,
Bandung.
Triharyanto, E. Samanhudi, B. Pujiasmanto,D. Purnomo. 2013. Kajian
Pembibitan dan Budidaya Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) melalui
biji botani (True Shallot Seed).
Waryanto, B. 2015. Analisis Berkelanjutan Usahatani Bawang Merah di
Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Wibowo. 2005. Budidaya Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wiguna, G. C, I Azmi, dan M. Hidayat. 2013. Perbaikan Teknologi Produksi
Benih Bawang Merah Melalui Pengaturan Pemupukan, Densitas, dan
Varietas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Jurnal
Hortikultura 20 (1): 27-35.
Winarso B. 2003. Dinamika Perkembangan Harga, Hubungannya Dengan
Tingkat Keterpaduan Antarpasar dalam Menciptakan Efisiensi Pemasaran
Komoditas Bawang Merah. Jurnal Ilmiah Kesatuan 4(1): 7-16.
64
Lampiran 1
KUISIONER PENELITIAN
Analisis Efisiensi Usahatani Bawang Merah di Kelurahan Balla
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Identitas Penelitian
Nama : ………..
Jurusan : ………..
DAFTAR PERTANYAAN
A. Identitas Responden
1. Nama : ....................................
2. Umur : ........... Tahun
3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
4. Pendidikan Terakhir : TT SD/SD/SLTP/SLTA/DIPLOMA/S1
5. Pekerjaan Pokok : .....................................
6. Pekerjaan Sampingan : .....................................
7. RT/RW : .....................................
8. Pengalaman Bertani : ............ Tahun
9. Jumlah Tanggungan Keluarga : ............ Orang
10. Luas Lahan : ............. Ha
11. Status Lahan : a. Milik b. Bukan Milik
65
B. Pengunaan Input Usahatani Bawang Merah dan Biaya Lain-lain
No Sarana Produksi Satuan
(Unit)
Jumlah Fisik
(Unit)
Harga
(Rp/Unit)
Total
(Rp)
1 Bibit
a. ………….
b. ………….
Kg
Kg
2 Pupuk:
a. Pupuk…….
b. Pupuk…….
c. Pupuk…….
d. Pupuk…….
Kg
Kg
Kg
Kg
3 Pestisida:
a. ……………
b. ……………
c. ……………
d. ……………
e. ……………
Btl/Bks
1/ ltr
1/ ltr
1/ ltr
1/ ltr
4 Tenaga Kerja
a. Persiapan lahan
TK Dalam Keluaga
TK Luar Keluarga
b. Penyortiran
Benih
TK Dalam
Keluaga
TK Luar Keluarga
c. Penanaman
TK Dalam Keluaga
TK Luar
Keluarga
d. Pemupukan
TK Dalam Keluaga
TK Luar Keluarga
e. Penyemprotan
TK Dalam
Keluaga
TK Luar Keluarga
f. Penyiangan
HKO
HKO
HKO
HKO
HKO
HKO
HKO
HKO
HKO
HKO
66
TK Dalam
Keluaga
TK Luar Keluarga
g. Panen
TK Dalam Keluaga
TK Luar
Keluarga
HKO
HKO
HKO
HKO
Total Biaya
C. Alat-Alat Pengairan
No Macam Alat Jumlah
(Unit)
Harga
Beli (Rp)
Nilai
(Rp)
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Nilai
Penyusutan
Alat(Rp)
1 Sprinkler
2 Sprayer
3 Pompa Air
4 Traktor
5 Selang Air
6 Terpal Air
7 Pipa
8 Tenda
9 …………..
Total penyusutan
D. Hasil Produksi
1. Jumlah Hasil Panen Bawang Merah
Keterangan Fisik (Kg) Harga (Kg)
Panen 1
Panen 2
Panen 3
67
E. Aktivitas Responden
1. Berapa luas lahan yang bapak/ibu gunakan dalam satu kali tanam?
2. Apakah lahan yang bapak/ibu garap adalah milik sendiri?
3. Berapa banyak modal yang digunakan bapak/ibu dalam menjalankan
usahatani bawang merah?
4. Berapa besar biaya yang dikeluarkan oleh bapak/ibu dalam menjalankan
usahatani bawang merah?
5. Apakah harga pupuk dan pestisida sesuai dengan harga pasaran?
6. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat usahatani bawang merah?
7. Berapa jumlah bibit yang digunakan dan berapa harga bibit per Kg?
8. Berapa jumlah pupuk yang digunakan dan berapa harga pupuk per Kg?
A. Hasil Produksi
1. Apakah yang Bapak/ Ibu lakukan terhadap hasil produksi bawang merah?
a. Dijual langsung
b. Dijual dalam bentuk olahan
c. Disimpan, berapa lama?
d. Lainnya, sebutkan.....
2. Berapa hasil produksi bawang merah yang dihasilkan dalam sekali panen?
3. Dimanakah Bapak/ Ibu menjual hasil produksi?
4. Apakah hasil panen Bapak/ Ibu dijual semua atau sebagian?
5. Apakah kalau dijual berapakah harga perkilonya?
6. Apabila dijual semua atau sebagian, berapa pendapatan total yang
didapatkan?
7. Berapa pendapatan bersih dari hasil setiap kali panen?
B. Harga Jual
1. Berapakah harga jual bawang merah pada setiap panennya?
2. Apakah petani dapat menentukan harga jual bawang merah?
3. Dimana tempat menjual hasil panen bawang merah bapak/ibu?
68
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang
69
Lampiran 3. Identitas Petani Responden bawang merah di Kelurahan Balla
Kecamatan BarakaKabupaten Enrekang
No Nama
Responden
Umur
(Tahun)
Pendidikan
Terakhir
Pengalaman
Usahatani
(tahun)
Luas
Lahan
(Ha)
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
(Orang)
1 Drs. Lahirto 50 S1 7 1 5
2 Yandi 30 SD 4 0,5 3
3 Herman 30 SMA 5 0,5 3
4 Jamal 37 SMA 4 0,5 4
5 Arifin 42 SMA 12 1 3
6 Irwan 32 SMA 4 0,5 3
7 Imran 33 SMA 6 0,32 5
8 Ahmad 42 SMA 8 0,5 6
9 Surahmin 45 SMP 15 0,8 4
10 Halima 47 SMA 10 0,3 3
11 Saldi 39 SMA 6 0,4 4
12 Supriadi 54 SMA 14 0,62 5
13 Kasim 47 SMA 10 1 4
14 Harianto 50 SMP 8 0,7 3
15 Suryadi 26 SMA 4 0,4 2
16 Aswan 52 SMA 11 0,6 2
17 Askin 50 SMA 7 0,5 5
18 Usman 54 S1 4 0,5 4
19 Arman 40 SMP 4 0,32 4
20 Jono 41 SMA 6 0,42 5
21 Isdar 40 SMA 5 0,3 3
22 Anas 46 SMA 5 0,4 5
23 Rian 43 SMP 6 0,6 3
24 Dayu 38 SMA 4 0,4 2
25 Camang 41 SMA 6 0,5 4
Jumlah 1049 175 13,58 94
Rata-Rata 42 7 0,5432 3,76
70
Lampiran 4. Hasil Output SPSS
Regression
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,952(a) ,906 ,887 ,93301
a. Predictors: (Constant), TENAGA KERJA(X4), PUPUK(X2), PESTISIDA(X3), BIBIT(X1) ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 167,550 4 41,887 48,118 ,000(a)
Residual 17,410 20 ,871
Total 184,960 24
a. Predictors: (Constant), TENAGA KERJA(X4), PUPUK(X2), PESTISIDA(X3), BIBIT(X1) b. Dependent Variable: PRODUKSI(Y) Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -2,038 ,756 -2,695 ,014
BIBIT(X1) ,037 ,084 ,043 ,438 ,666
PUPUK(X2) -,061 ,206 -,022 -,296 ,771
PESTISIDA(X3) ,211 ,080 ,208 2,630 ,016
TENAGA KERJA(X4)
1,922 ,245 ,810 7,830 ,000
a. Dependent Variable: PRODUKSI(Y)
71
Lampiran 5. Hasil Output Frontier
Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)
instruction file = terminal
data file = ups.txt
Error Components Frontier (see B&C 1992)
The model is a production function
The dependent variable is logged
the ols estimates are :
coefficient standard-error t-ratio
beta 0 -0.11884686E+02 0.24328862E+01 -0.48850153E+01
beta 1 -0.32404637E-01 0.13428032E+00 -0.24132083E+00
beta 2 -0.13879585E-02 0.13209036E+00 -0.10507644E-01
beta 3 0.18005239E+00 0.14140263E+00 0.12733312E+01
beta 4 0.12149824E+01 0.19413074E+00 0.62585779E+01
sigma-squared 0.39125072E-01
log likelihood function = 0.78282290E+01
the estimates after the grid search were :
beta 0 -0.11852607E+02
beta 1 -0.32404637E-01
beta 2 -0.13879585E-02
beta 3 0.18005239E+00
beta 4 0.12149824E+01
sigma-squared 0.32329126E-01
gamma 0.50000000E-01
mu 0.00000000E+00
72
eta is restricted to be zero
iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.78250540E+01
-0.11852607E+02-0.32404637E-01-0.13879585E-02 0.18005239E+00
0.12149824E+01
0.32329126E-01 0.50000000E-01 0.00000000E+00
gradient step
iteration = 5 func evals = 48 llf = 0.78277408E+01
-0.11852478E+02-0.33242535E-01-0.14292403E-02 0.18006226E+00
0.12145695E+01
0.31870272E-01 0.18050926E-01-0.25291508E-01
iteration = 10 func evals = 82 llf = 0.78281293E+01
-0.11862808E+02-0.32327315E-01-0.22452584E-02 0.17945819E+00
0.12152744E+01
0.31496742E-01 0.70539278E-02-0.29811121E-01
pt better than entering pt cannot be found
iteration = 11 func evals = 90 llf = 0.78281293E+01
-0.11862808E+02-0.32327315E-01-0.22452584E-02 0.17945819E+00
0.12152744E+01
0.31496742E-01 0.70539278E-02-0.29811121E-01
73
the final mle estimates are :
coefficient standard-error t-ratio
beta 0 -0.11862808E+02 0.10421693E+01 -0.11382804E+02
beta 1 -0.32327315E-01 0.12879940E+00 -0.25098963E+00
beta 2 -0.22452584E-02 0.10373555E+00 -0.21644059E-01
beta 3 0.17945819E+00 0.12026207E+00 0.14922260E+01
beta 4 0.12152744E+01 0.16793433E+00 0.72366049E+01
sigma-squared 0.31496742E-01 0.12164950E-01 0.25891386E+01
gamma 0.70539278E-02 0.36166059E+00 0.19504275E-01
mu -0.29811121E-01 0.43452983E+00 -0.68605465E-01
eta is restricted to be zero
log likelihood function = 0.78281293E+01
the likelihood value is less than that obtained
using ols! - try again using different starting values
number of iterations = 11
(maximum number of iterations set at : 100)
number of cross-sections = 25
number of time periods = 1
total number of observations = 25
thus there are: 0 obsns not in the panel
74
covariance matrix :
0.10861168E+01 -0.62289299E-02 -0.26450332E-01 -0.14137925E-01 -
0.21800567E-01
0.22428311E-02 0.58286827E-01 0.21350391E-01
-0.62289299E-02 0.16589286E-01 -0.10319926E-02 -0.17412180E-03 -
0.15526489E-01
0.77648047E-04 0.92515342E-02 0.24861502E-02
-0.26450332E-01 -0.10319926E-02 0.10761065E-01 -0.56291276E-02 -
0.19990996E-02
-0.91192270E-04 -0.31878994E-02 0.85666913E-02
-0.14137925E-01 -0.17412180E-03 -0.56291276E-02 0.14462965E-01 -
0.83056042E-02
0.23822521E-04 0.25265663E-02 0.79480631E-02
-0.21800567E-01 -0.15526489E-01 -0.19990996E-02 -0.83056042E-02
0.28201938E-01
-0.39746947E-04 -0.66409718E-02 -0.14318005E-01
0.22428311E-02 0.77648047E-04 -0.91192270E-04 0.23822521E-04 -
0.39746947E-04
0.14798601E-03 0.25142405E-02 0.22236233E-02
0.58286827E-01 0.92515342E-02 -0.31878994E-02 0.25265663E-02 -
0.66409718E-02
0.25142405E-02 0.13079838E+00 0.13017419E+00
0.21350391E-01 0.24861502E-02 0.85666913E-02 0.79480631E-02 -
0.14318005E-01
0.22236233E-02 0.13017419E+00 0.18881618E+00
75
technical efficiency estimates :
firm eff.-est.
1 0.99452679E+00 2 0.99469060E+00
3 0.99445390E+00
4 0.99428966E+00
5 0.99440194E+00
6 0.99440608E+00
7 0.99423079E+00
8 0.99442171E+00
9 0.99452648E+00
10 0.99477614E+00
11 0.99445756E+00
12 0.99447171E+00
13 0.99442072E+00
14 0.99447211E+00
15 0.99423889E+00
16 0.99432069E+00
17 0.99465934E+00
18 0.99454367E+00
19 0.99438334E+00
20 0.99466883E+00
21 0.99439992E+00
22 0.99450847E+00
23 0.99454571E+00
24 0.99422936E+00
25 0.99458530E+00
mean efficiency = 0.99446519E+00
76
Dokumentasi
Proses wawancara dengan petani bawang merah
Proses wawancara dengan petani responden
77
Bawang merah yang telah di panen
Bibit Kapur Nganjuk
78
Proses pencabutan bawang merah
Proses pengolahan lahan
79
Berkunjung ke kebun bawang merah yang akan dipanen
Proses pengangkutan bawang merah ke tenda
80
81
82
83
84
85
86
87
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Balla pada tanggal 19 Agustus 1997 dari
pasangan suami istri Bapak Supriadi dan Ibu Hamila. Peneliti
anak kedua dari 5 bersaudara menyelesaikan pendidikan di
SDN 94 Balla pada tahun 2010, SMPN 1 Baraka pada tahun
2013, SMK Pelayaran Wira Maritim Surabaya pada tahun
2016 kemudian melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di
Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Fakultas Pertanian Program
Studi Agribisnis pada tahun 2016.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di PT. Lonsum di
Kabupaten Bulukumba, penulis juga ikut dalam berbagai organda seperti
Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrempulu (HPMM) pada tahun 2016 dan
Himpunan Mahasiswa Pertanian Massenrempulu (HIMPERMAS) pada tahun
2017.
Berkat rahmat, doa serta Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan karya yang berjudul “ Analisis Efisiensi Usahatani
Bawang Merah di Kelurahan Balla Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang”.