Post on 23-Dec-2015
description
Ringkasan
Sociological Paradigms and Organisational Analysis: Elements of the Sociology of Corporate Life
Semua
teori
organisasi
adalah
berdasarkan
pada filosofi
pengetahuan
alam dan teori
dari
lingkungan.
Ini artinya
suatu teori
organisasi
tidak terlepas
dari ilmu
sosial. Untuk
memahami
mengenai
ilmu sosial,
ada beberapa
asumsi yang
berkaitan
untuk
dipahami,
yaitu:
(1) ontologi,
adalah
asumsi
yang
berhubun
gan
dengan
intisari
atau
pokok
permasala
han dari
fenomena
yang
sedang
diteliti.
(2) epistomologi, adalah asumsi mengenai dasar dari pengetahuan itu sendiri.
(3) human
nature,
adalah
asumsi
mengenai
keterhubu
ngan
antara
mahluk
hidup
dengan
lingkunga
nnya, dan
yang
terakhir
(4) metodologi, merupakan implikasi langsung dari ketiga
asumsi, yaitu ontologi, epistomologi
dan human nature, yang digunakan dalam meneliti suatu ilmu atau bidang sosial.
Jika
ditinjau atau
dianalisa lebih
lanjut
mengenai
asumsi-
asumsi
tersebut yang
berhubungan
dengan ilmu
sosial, maka
masing-
masing
asumsi
tersebut dapat
dilihat dari
dimensi yang
berbeda-beda.
Asumsi
ontologi,
asumsi ini
dapat dilihat
dari
subyektifitasn
ya, yaitu
nasionalisme,
atau dilihat
dari
obyektifitasny
a, yaitu
realisme.
Nasionalisme
adalah asumsi
akan dunia
sosial yang
terletak diluar
kesadaran
atau
pengertian
suatu individu
adalah terbuat
tidak lebih
dari nama,
konsep dan
label yang
digunakan
untuk
membuat
struktur pada
realitas.
Sedangkan
realisme
adalah asumsi
akan dunia
sosial yang
terletak di luar
kesadaran
atau
pengertian
suatu individu
adalah suatu
dunia nyata
yang keras
dan nyata dan
mempunyai
struktur yang
relatif abadi.
Asums
i epistomologi
dapat dilihat
dari anti-
positivism
atau
positivism.
Pada intinya
antipositivist
melihat
bahwa dunia
sosial hanya
dapat
dimengerti
dari sudut
pandang dari
seorang
individu yang
secara terlibat
langsung di
dalam
aktifitas yang
akan
dipelajari.
Sedangkan
positivist
epistemology
melihat
berdasarkan
pendekatan
tradisional
yang
mendominasi
ilmu
pengetahuan
yang alami.
Asums
i mengenai
human nature
melihat dari
permasalahan
voluntarism
dan
determinism.
Maksudnya
adalah seperti
apakah
seseorang
yang terlibat
dapat
direfleksikan
berdasarkan
teori-teori
sosial?
Asumsi ini
mendefinisika
n voluntarism
sebagai
seseorang
yang autonom
dan
mempunyai
keinginan
yang bebas,
sedangkan
determinism
adalah
pandangan
yang
memperhatika
n seseorang
dan aktifitas
yang
dilakukannya
secara tekun
oleh situasi
atau
„lingkungan‟ tempat dia berada.
1
Ringkasan
Asums
i yang
terakhir,
metodologi
melihat
berdasarkan
pendekatan
ideographic
dan
pendekatan
nomothetic.
Pendekatan
ideographic
kepada ilmu
sosial
berdasarkan
pandangan
akan
seseorang
hanya akan
mengerti
dunia sosial
dengan
memperoleh
firsthand
knowledge
dari subyek
yang sedang
diteliti.
Pendekatan
nomothetic
kepada ilmu
sosial
mendapat
perhatian
akan
pentingnya
akan
melakukan
riset
berdasarkan
atas protokol
yang
sistematis dan
teknis.
Perbedaan yang besar terhadap setiap posisi akan keempat asumsi ilmu sosial, yaitu
Sociological
positivism dan
German
idealism.
Sociological
positivism
merefleksikan
keinginan
untuk
mengaplikasik
an model dan
metode yang
dihasilkan
dari natural
science dari
studi akan
perkara
manusia,
sedangkan
German
idealism
berdasarkan
atas dasar
pikiran akan
realitas pokok
dari alam
semesta
terletak di
dalam
semangat atau
ide
dibandingkan
pada data
akan
tanggapan dan
pikiran.
Kedua tradisi
intelektual ini
kemudian
mendefiniska
n perbedaan
besar dari
obyektif dan
subyektif dari
model yang
ada. Dimensi
obyektif dan
subyektif,
adalah dua
dimensi yang
menangkap
inti atas
kesamaan
antara empat
analisis
asumsi diatas.
Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan
Bab 4. Kehidupan yang Mekanistik
Panda
ngan dunia
(world-view)
yang dipakai
selama ini
adalah
pandangan
dunia
mekanistik-
linear
Cartesian dan
Newtonian.
Di satu sisi,
cara pandang
ini telah
berhasil
mengembang
kan sains dan
teknologi
yang
memudahkan
manusia,
namun di sisi
lain
mereduksi
kompleksitas
dan kekayaan
hidup
manusia itu
sendiri.
Pandangan
mekanistik
terhadap alam
telah
melahirkan
pencemaran
udara, air, dan
tanah yang
tentu saja
mengancam
kehidupan
manusia.
Penek
anan yang
berlebihan
pada metode
ilmiah
eksprimental
dan rasional
analitis telah
menimbulkan
sikap anti
ekologis.
Paradigma
Cartesian-
Newtonian
menempatkan
materi sebagai
dasar dari
semua bentuk
eksistensi dan
menganggap
jagad raya
sebagai suatu
kumpulan
objek-objek
yang terpisah
dan dirakit
menjadi
sebuah mesin
raksasa.
Paradigma ini
lebih lanjut
dijadikan
sebagai
metode ilmiah
yang harus
diikuti para
ilmuwan
modern.
Mereka yang
mempergunak
an paradigma
Cartesian-
Newtonian
akhirnya jatuh
kepada sikap
konsumerisme
-materialistik.
Selain
itu, paradigma
Cartesian-
Newtonian
juga
merumuskan
tiga asumsi
dasar yang
diterima
secara luas
oleh para
saintis. Ketiga
asumsi dasar
itu adalah
deterministik,
reduksionistik
, dan realistik.
Asumsi
deterministik
menganggap
bahwa masa
depan suatu
sistem
2
Ringkasan
dapat
diprediksi dari
pengetahuan
akurat tentang
kondisi sistem
itu sekarang.
Sementara
asumsi
reduksionistik
meyakini
bahwa
perilaku
sistem
ditentukan
sepenuhnya
oleh perilaku
bagian-bagian
terkecilnya.
Sedangkan
asumsi
realistik
merupakan
sebuah teori
ilmiah yang
dapat
menggambark
an dunia
sebagaimana
adanya tanpa
dipengaruhi
oleh
pengaman.
Sebagaimana
dijelaskan di
atas bahwa
runtuhnya
kekuatan
paradigma
Cartesian-
Newtonian
merupakan
konsekuensi
logis dari
penemuan-
penemuan
baru dalam
bidang sains.
Menurut
Capra, teori
relativitas
(theory of
relativity)
Albert
Einstein
merupakan
salah satu
pendobrak
utama
keruntuhan
paradigma
tersebut.
Melalui teori
relativitas,
manusia
dipaksa untuk
menerima
ruang-waktu
sebagai
konsep yang
relatif. Dalam
kosmologi
Einstein,
waktu tidak
lagi
dipandang
sebagai
sesuatu yang
absolut, tetapi
derajatnya
sama seperti
ruang yang
relatif. Ini
berarti
besaran waktu
tergantung
pada kerangka
acuan konteks
selain
relativitas
Einstein, teori
kuantum juga
memberikan
andil cukup
besar dalam
proyek kaji
ulang
paradigma
Cartesian-
Newtonian.
Menurut
Heisenberg,
teori kuantum
tidak saja
mengubah
pemahaman
kita terhadap
realitas, tetapi
juga menuntut
cara berpikir
baru dalam
memahami
ruang-waktu,
materi,
partikel,
energi, hukum
sebab-akibat,
kesadaran,
dan lain-lain.
Di
samping itu,
teori kuantum
menimbulkan
ketidakpastian
dalam
berbagai hal
yang
disebabkan
oleh tiga
faktor yaitu
keterbatasan
manusia,
keterbatasan
percobaan
atau
konseptual,
dan
ketidakberatur
an alam
semesta.
Penemuan-
penemuan
sains lain
yang turut
menggugat
paradigma
Cartesian-
Newtonian
antara lain
adalah teori
Boostrop,
biologi
molekular,
teori evolusi,
dan
sebagainya.
Bab 7. Kegagalan Ekonomi
Capra
menyatakan
ekonomi
konvensional
memang telah
memperoleh
wibawa
intelektual
yang besar,
akan tetapi
bukanlah
kecanggihan
suatu disiplin
ilmu yang
menarik
perhatian
orang,
melainkan
kontribusi apa
yang
ditawarkan
oleh disiplin
ilmu tersebut
pada
kemanusiaan
dalam upaya
mewujudkan
tujuan-tujuan
umat manusia,
yang pada
puncaknya
orang akan
meletakkan
keadilan dan
kesejahteraan
umum di
atasnya.
Ekonomi
konvensional
telah gagal
dalam hal ini
karena
ketidaksukaan
ekonomi ini
pada penilaian
berdasarkan
norma, dan
konsentrasiny
a yang
berlebihan
pada
maksimalisasi
kekayaan,
pemuasan
keinginan
serta
pemenuhan
kebutuhan
perorangan.
Sejauh
mencakup
kepentingan
sosial, para
ekonom
konvensional
secara umum
telah
mengasumsik
an bahwa
persaingan
akan
membatasi
kepentingan
pribadi, dan
karena itu
mendorong
terpenuhinya
kepentingan
sosial.
Sekiranya
bahasan ilmu
ekonomi
orientasinya
pada
3
Ringkasan
kesejahteraan
manusia,
maka
cakupannya
tidak hanya
terbatas pada
variabel-
variabel
ekonomi saja,
melainkan
perlu
memperhatika
n masalah
moral,
psikologi,
sosial, politik,
demografi,
dan sejarah.
Sejak
awal
kelahirannya,
ilmu ekonomi
modern akhir-
akhir ini
menuai kritik
dari berbagai
kalangan,
termasuk dari
para ekonom
sendiri.
Beragam
kritik yang
dilontarkan
ditujukan
pada
perkembanga
n ilmu yang
semakin
“sempurna”.
Akan tetapi
bersamaan itu
pula ilmu
ekonomi
semakin
menampakkan
karakter
mekanis
dengan
menciptakan
rumus-rumus
dan teori-teori
matematis
guna
menjelaskan
berbagai
fenomena
sosial
masyarakat
yang
berkaitan
dengan aspek-
aspek
ekonomi.
Semula
diciptakannya
rumus-rumus
dan teori-teori
matematis
ekonomi yang
diilhami oleh
kegemilangan
fisika
mekanik
Newton tidak
lain bertujuan
untuk
menyediakan
piranti lunak
(software)
untuk
kebutuhan
analisis dan
menjelaskan
fenomena
ekonomi,
kemudian
memberikan
solusi yang
tepat bagi
berbagai
problem yang
muncul.
Namun, tanpa
disadari
dengan
kecenderunga
n ke arah
matematis dan
mekanis
tersebut
timbul
persoalan-
persoalan
baru pada
internal ilmu
ekonomi itu
sendiri. Di
antara
persoalan
yang muncul
adalah;
kekakuan dan
keterbatasan
teori-teori
ekonomi
modern dalam
menelisik
aspek
“humanis”
dan “etis” dari
perilaku
manusia yang
menjadi
obyeknya.
Apa yang
terjadi
berikutnya
dapat ditebak,
reduksi besar-
besaran dalam
memandang
perilaku
ekonomi
seseorang
(dan
masyarakat).
Penyebabnya
tidak lain
berupa
kesenjangan
teori pada satu
sisi yang
sudah
terlanjur
dianggap
sempurna dan
final dengan
sifat dinamis
perilaku dan
fenomena
ekonomi.
Bab 8. Sisi Gelap Pertumbuhan
Panda
ngan dunia ala
Descartes
yang
mekanistik
telah
berpengaruh
kuat pada
semua ilmu
kita dan cara
berfikir barat
pada
umumnya.
Metode
mereduksi
fenomena
yang
kompleks
menjadi
balok-balok
bangunan
dasar dan
metode
mencari
mekanisme
yang dipakai
untuk
berinteraksi,
sekarang
metode ini
dikenal
sebagai
metode
ilmiah.
Pertumbuhan
teknologi
yang
berlebihan
telah
menciptakan
suasana
lingkungan
dimana
kehidupan
menjadi tidak
sehat baik
secara fisik
maupun
secara mental.
Udara yang
tercemar,
suara yang
mengganggu,
kemacetan
lalu lintas,
bahan
pencemar
kimia, bahaya
radiasi dan
banyak
sumber stress
fisik dan
psikologis.
The Web of Life
Dalam
buku ini, dunia
ilmu sudah
mengganti
kiblat dari ilmu
fisika (ilmu
tentang benda-
benda mati)
menuju biologi
(ilmu tentang
benda-benda
hidup). Hal ini
didasarkan
secara hierarki
makhluk hidup
yang memiliki
kompleksitas
lebih tinggi
dibanding
benda mati.
Sintesis teori-
teori dan
4
Ringkasan
model-model
yang diajukan
Fritjof Capra
sebagi sebuah
garis besar
dari sebuah
teori yang
sedang
muncul
mengenai
sistem-sistem
hidup yang
menawarkan
suatu
pandangan
terpadu
tentang
pikiran,
materi dan
kehidupan.
Pemikiran
sistem
diprakarsai
oleh para
biolog yang menekankan pandangan mengenai organisme hidup sebagai keseluruhan yang terpadu.
Selanjutnya
diperkaya
oleh psikologi
gestalt dan
ilmu ekologi
baru. Dalam
mendefiniska
n substansi
dan bentuk,
Aristoteles
berpendapat
bahwa materi
memuat sifat
pokok semua
benda tetapi
hanya secara
potensial,
melalui
bentuklah
esensinya
menjadi nyata
atau aktual.
Perke
mbangan
pemikiran
bagian-bagian
menjadi
keseluruhan
sangat
dipengaruhi
oleh
penemuan-
penemuan
yang
dilakukan
oleh ilmuwan.
Seperti yang
dilakukan
oleh Galileo
yang
menganggap
bahwa ilmu
dibatasi hanya
untuk
mempelajari
fenomena
yang dapat
diukur
dandikuantifi
kasi.
Sehingga
untuk
mempelajari
sesuatu
tidaklah
hanya melihat
pada
bentuknya
saja
melainkan
pada
materinya
atau dengan
kata lain
secara
keseluruhan.
Sebuah
bentuk hanya
merefleksikan
esensi dari
materi itu
sendiri.
Dengan
demikian
tidaklah bijak
seorang
ilmuwan
menentukan
ilmu hanya
untuk
mempelajari
fenomena
yang dapat di
ukur dan di
kuantifikasi
saja jika alat
untuk
mengukurnya
belum ada.
Dalam
pandangan
sistem, sifat-
sifat dasar
sebuah
organisme
atau sistem
hidup adalah
sifat-sifat
keseluruhann
ya tidak
dimiliki oleh
bagian -
bagian. Sifat
itu muncul
karena adanya
interaksi dan
hubungan
antara bagian-
bagian. Fisika
kuantum juga
berpendapat
demikian,
bahwa kita
tidak dapat
menguraikan
dunia ke
dalam unit-
unit elmenter
yang berada
secara bebas.
Alam tidak
menunjukkan
pada kita
balok -balok
bangunan,
melainkan
lebih
memperlihatk
an suatu
jaringan
kompleks
hubungan-
hubungan di
antara bagian
dari sebuah
keseluruhan
yang utuh.
Dalam hal ini
pemikiran
jaringan telah
mempengaruh
i bukan hanya
pandangan
mengenai
alam tetapi
juga berbicara
tentang
pengetahuan
ilmiah.
Teori
sistem
memberikan
suatu
kerangka
konseptual
bagi
hubungan
antara
komunitas
ekologis
dengan
komunitas
manusia.
Dengan
demikian
dapat
dikatakan
bahwa sifat-
sifat esensial
hanya bisa
diperoleh dari
hubungan-
hubungannya
dengan benda
lain atau
dengan kata
lain adanya
rasa saling
ketergantunga
n. Oleh
karenanya