Post on 03-Oct-2021
1
Universitas Indonesia
SEPAK TERJANG MAUNG BANDUNG: PERSIB BANDUNG PADA MASA KEPEMIMPINAN ATENG WAHYUDI, 1985-1993
Ihsan Nurdiansyah, Linda Sunarti
Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok
Ihsannurdiansyah7@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini pada dasarnya ingin memberikan gambaran mengenai eksistensi Persib Bandung di bawah kepemimpinan Ateng Wahyudi. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode sejarah yang terdiri dari tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Ateng Wahyudi mampu membawa Persib Bandung ke puncak kejayaan di kancah persepakbolaan nasional. Dalam masa kepemimpinannya, Ateng Wahyudi melakukan beberapa perbaikan seperti pada sektor pembinaan pemain muda sebagai upaya regenerasi, menerapkan disiplin tinggi terhadap semua unsur tim, membenahi struktur manajemen Persib Bandung, dan memberikan bonus sebagai upaya untuk memicu prestasi. Inovasi dan kebijakan Ateng Wahyudi memberikan dampak besar terhadap Persib Bandung, secara prestasi Persib Bandung mampu menjuarai Liga Perserikatan pada tahun 1986, 1990 sebagai ketua umum dan 1994 sebagai manager tim.
Kata Kunci; Sepak Bola, Liga Perserikatan, Persib Bandung, Ateng Wahyudi
Track Record of Maung Bandung: Persib Bandung in Ateng Wahyudi Leadership,
1985-1993
Abstract
This study basically want to give an idea about the existence of Persib Bandung under the leadership Ateng Wahyudi. The method used in this research that the historical method comprising the steps of heuristics, criticism, interpretation and historiography. These results indicate that Ateng Wahyudi Persib Bandung was able to bring to the height of glory in the arena of national football. In his tenure, Ateng Wahyudi doing some improvements such as
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
2
Universitas Indonesia
the sectors of coaching young players in an attempt to regenerate, strict discipline to all elements of the team, Persib Bandung reorganize the management structure, and provide bonuses in an effort to trigger achievement. Innovation and policies Ateng Wahyudi a major impact on Persib Bandung, Persib Bandung achievement able to win the United League in 1986, 1990 as chairman and 1994 as team manager.
Keyword : Football, Perserikatan League, Persib Bandung, Ateng Wahyudi
Pendahuluan
Persib Bandung merupakan sebuah organisasi sepak bola yang berbasis di wilayah
Bandung. Eksistensi Persib tidak hanya di Bandung, akan tetapi sudah menyebar ke seluruh
wilayah Jawa Barat. Pada dewasa ini, Persib Bandung merupakan salah satu tim sepak bola
yang disegani dalam kancah persepakbolaan nasional. Hal ini terbukti dari Persib mampu
menjuarai Liga Super Indonesia pada tahun 2014 dan Piala Presiden pada 2015. Dukungan
suporter Persib yang akrab disapa bobotoh1 selalu ‘membirukan’ stadion baik kandang
maupun tandang. Misalnya pada pagelaran final Piala Presiden 2015 yang diselenggarakan di
Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, sekitar 80.000 bobotoh memadati stadion yang
berbanding terbalik dengan supporter Sriwijaya FC Palembang yang berjumlah sekitar 5.000
orang.2 Pada dewasa ini tingginya animo masyarakat terhadap Persib disebabkan oleh Persib
telah menjadi identitas Jawa Barat khususnya suku Sunda. Hal ini menguntungkan bagi
Persib, sebab dari segi keuangan Persib selalu profit dengan banyaknya sponsor, pembelian
tiket dan aksesoris, dan rating siaran televisi.3
Kejayaan Persib Bandung tidak serta-merta diraih dengan mudah, dibutuhkan waktu sekitar
19 tahun untuk kembali menjuarai Liga Indonesia, setelah terakhir juara pada tahun 1995.
Satu hal yang menarik adalah terdapat semacam kesamaan dari pola yang terjadi dalam
organisasi Persib, yakni Persib pada masa kepemimpinan Ateng Wahyudi tahun 1985-1993
dengan Persib periode 2015. Pada masa kepemimpinan Ateng Wahyudi Persib mampu
menjuarai Liga Perserikatan tahun 1986 setelah paceklik gelar selama 25 tahun. Keberhasilan 1 Bobotoh dalam bahasa Indonesia memiliki arti pendukung 2 Tim redaksi jpnn, “Inilah Jumlah Perkiraan Suporter yang datang ke GBK” Rabu, 14 Oktober 2015 diakses melalui http://www.jpnn.com/read/2015/10/14/332738/Inilah-Perkiraan-Jumlah-Suporter-yang-Datang-ke-GBK- pada kamis 3 Maret 2016 pukul 21.09 WIB. 3 “Persib Tetap Jadi Nomor Satu Rating TVIS http://www.jawapos.com/read/2016/08/31/48018/persib-tetap-jadi-nomor-satu-rating-tv-isc. Pada Jumat 23 Desember 2016 pukul 15.46 WIB.
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
3
Universitas Indonesia
ini dicapai Ateng Wahyudi menjabat sebagai ketua umum Persib belum genap setahun.
Kesamaan pola ini tercermin dari Persib mampu keluar dari masa keterpurukan yang cukup
lama setelah manajemen Persib melakukan regenerasi pemain. Persib Bandung pada masa
Ateng Wahyudi mulai diperhitungkan di kancah persepakbolaan Indonesia setelah pemain
binaan Marek Janota pada awal tahun 1980-an diberi kesempatan untuk tampil menggantikan
para pemain yang masuk usia senja seperti Max Timisella, Encas Tonif. Sementara itu,
kejayaan Persib pada masa sekarang tidak terlepas dari program pembinaan pemain
berjenjang yang dilakukan oleh PT. Persib Bandung Bermartabat sejak tahun 2008. Pemain
binaan yang cukup berperan penting dalam proses menuju masa kejayaan Persib pada dewasa
ini yaitu seperti Atep, Dedi Kusnandar dan Febri Haryadi.
Dalam sejarahnya, Kelahiran Persib Bandung merupakan hasil dari fusi yang dilakukan oleh
dua perkumpulan sepak bola yakni BIVB dan NVB pada tanggal 14 Maret 1933 yang
bertujuan untuk meniadakan dualisme klub sepak bola dalam satu kota. Prestasi Persib
Bandung pada awal pembentukkannya hingga masuk periode Perang Dunia II cukup baik.
Persib menjadi juara satu Kompetisi Perserikatan tahun 1937, juara dua pada tahun 1933,
1934, dan 1936, dan menjadi juara tiga pada kompetisi tahun 1939, dan 1941. Sementara itu
pada tahun 1935, 1938, 1942 dan 1943 Persib Bandung tidak mampu masuk tiga besar. Pada
tahun 1943-1950 kondisi politik di Indonesia tidak kondusif untuk menjalankan kompetisi
tingkat nasional, sehingga terjadi kevakuman kompetisi.
Setelah Indonesia diakui kedaulatannya lewat Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember
1949, PSSI mulai menata kembali penyelenggaraan kompetisi tingkat nasional. Penataan ini
dimulai sejak PSSI menyelenggarakan konggres pada 2-4 September 1950 di Semarang.
Salah satu poin yang penting dalam konggres tersebut adalah penyelenggaraan kompetisi
yang konsisten sebagai upaya mencari pemain potensial untuk bergabung ke Tim Nasional
Indonesia. Pemain Persib yang tergabung ke dalam Timnas yaitu Aang Witarsa dan Jachja.
Pada periode 1950-an ini prestasi Persib Bandung mulai menanjak pada akhir sejak tahun
1957 yakni menempati peringkat III dan dua tahun berselang mampu menjadi ruuner-up pada
Kompetisi Perserikatan. Memasuki periode awal 1960-an persib Bandung mampu menjuari
Kompetisi Perserikatan dengan mengungguli PSM Makassar.
Pada dekade 1970-an, prestasi Persib Bandung merosot tajam. Pada periode ini sejak tahun
1957, Persib selalu tidak masuk dalam posisi 4 besar Liga Perserikatan. Puncaknya adalah
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
4
Universitas Indonesia
ketika PSSI mulai memberlakukan pembagian divisi pada musim 1978/1979, Persib harus
rela bertarung di divisi I akibat kekalahan 1-2 dari Persiraja Banda Aceh di babak play-off
penentuan peringkat kelima dan keenam Kejurnas PSSI 1975/1978.
Setahun mejelang, manajemen melakukan evaluasi terhadap tim Persib Bandung. Solihin GP
selaku ketua umum waktu itu memilih pelatih sekaligus pemandu bakat asal Polandia untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi dalam tim. Permasalahan buruknya prestasi Persib
Bandung disinyalir akibat tim mayoritas dihuni oleh para pemain yang sudah memasuki usia
senja. Usaha yang dilakukan oleh manajemen tim ternyata tidak sia-sia, Marek Jannota4
berhasil menemukan bakat-bakat muda asli Jawa Barat. Para pemain ini diproyeksikan
sebagai investasi Persib Bandung untuk membawa tim ke masa kejayaan. Pemain-pemain
yang hasil binaan Marek Jannota yakni Robby Darwis, Adeng Hudaya, dan Adjat Sudrajat.
Pada kenyataannya pemain muda Persib Bandung berhasil mengangkat prestasi tim yaitu
mampu juara III pada kompetisi 1983, juara II tahun 1983, dan juara II pada tahun 1985.
Memasuki medio 1980-an, terjadi pergantian ketua umum di kubu Persib Bandung. Solihin
GP merasa sudah cukup menangani Persib Bandung. Ateng Wahyudi terpilih sebagai ketua
umum Persib Bandung menggantikan Solihin GP pada 1985.5 Satu hal yang unik dari serah
terima jabatan yang dilakukan adalah tidak melalui pertemuan resmi, namun dilakukan via
telepon.6 Setelah serah terima jabatan yang tidak lazim itu dilakukan, Ateng Wahyudi
bersama jajaran kepengurusannya langsung fokus mempersiapkan tim menghadapi Kompetisi
Perserikatan Divisi Utama 1986. Praktis, waktu yang dimilikinya kurang dari 2 bulan, karena
kompetisi akan segera dilaksanakan pada bulan Januari 1986. Pengurus tidak banyak merubah
tim, misalnya untuk melatih masih mempercayakan Nandar Iskandar, dibantu Max Timisela
sebagai asisten pelatih dan Indra M. Tohir sebagai pelatih fisik. Periode awal Persib di bawah
ketua umum Ateng Wahyudi berhasil meraih gelar Liga Perserikatan tahun 1986 sekaligus
mengakhiri masa paceklik gelar selama 25 tahun. Sebagai penghargaan atas keberhasilannya
menjuarai kompetisi, Persib berhak mewakili tim sepak bola Indonesia ke Pesta Sukan
II/1986 di Brunei Darussalam.
Para pemain Persib pada periode kepemimpinan Ateng Wahyudi merupakan pemain hasil
binaan dari pelatih Marek Jannota. Karakter pemain Persib dinilai memiliki suatu ciri khas 4 Marek Jannota adalah pelatih asal Polandia yang ditugaskan oleh manajemen di bawah kepemimpinan Solihin GP untuk mencari bakat-bakat pemain muda penerus Persib Bandung 5 “Ateng Wahyudi terpilih menjadi ketua umum Persib”, Kompas 17 Oktober 1985 hlm 10 6 “Sertijab yang Unik”, Pikiran Rakyat, 22 November 1985
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
5
Universitas Indonesia
tersendiri. Olah bola dari kaki ke kaki dengan di dukung fisik yang prima di lapangan menjadi
faktor pendukung kejayaan Persib dalam meraih gelar Liga Perserikatan tahun 1986, 1990,
1994. Meskipun Persib tidak selalu menjadi juara pada periode kepemimpinan Ateng
Wahyudi, namun Persib selalu melaju ke putaran final Kompetisi Perserikatan Divisi Utama
PSSI di Stadion Utama Senayan Jakarta.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, permasalahan yang akan menjadi fokus kajian
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana perkembangan Persib Bandung pada masa
kepemimpinan Ateng Wahyudi pada tahun 1985-1993”. Adapun pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang diajukan untuk menjawab permasalahan tersebut antara lain:
1. Bagaimana prestasi Persib Bandung sebelum masa kepemimpinan Ateng Wahyudi?
2. Bagaimana peranan Ateng Wahyudi selama menjadi ketua umum Persib Bandung?
Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah
yang terdiri dari 4 tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahap heuristic
adalah tahap pertama dalam melakukan penelitian, yaitu mencari, menemukan dan
mengumpulkan sumber sejarah sebagai bahan dalam penulisan sejarah. Pada tahap ini penulis
melakukan heuristic di dua kota yaitu di Jakarta dan Bandung. Tempat-tempat yang penulis
kunjungi di Jakarta antara lain: Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia (PNRI), Pusat Informasi Kompas (PIK). Sementara itu proses
heuristik di Kota Bandung meliputi; Graha Persib, Perpustakaan Balai Arsip Daerah Jawa
Barat.
Penulis mengalami beberapa kendala selama proses heuristik, seperti ketika penulis
mencari data Perpustakaan Balai Arsip Daerah Kota Bandung. Pada saat itu petugas
perpustakaan mengatakan arsip mengenai Bandung untuk sementara tidak dapat diakses
karena sedang dilakukan penataan ulang. Selain itu, di Graha Persib penulis tidak bisa
mengakses ke dalam ruangan perpustakaan Persib, sebab Graha Persib yang merupakan
kantor baru Perisb Bandung hanya menyimpan arsip dari tahun 2008. Selanjutnya penulis
kemudian mencari sumber ke kantor Persib lama yang terletak di jalan Gurame Bandung.
Akan tetapi, ketika ditanyakan kepada pak Iwan selaku pengurus kantor Persib lama dia
mengatakan bahwa arsip dipegang oleh pengurus lama. untuk mengatasi kendala tersebut,
penulis kemudian mewawancarai bapak Max Timisella yang merupakan seorang pemain bola
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
6
Universitas Indonesia
yang mengabdi kepada Persib selama 16 tahun (1962-1978). Dari Bapak Max penulis
mendapatkan informasi bahwa pada periode 1970-an prestasi Persib yang terpuruk
diakibatkan oleh regenerasi pemain yang terlambat. Selanjutnya penulis menemui seseorang
yang aktif menulis mengenai sepak bola, yakni Novan Herfiyana. Dari kang Novan penulis
mendapatkan dua buah buku langka mengenai Persib Bandung, yaitu buku Lintasan Sejarah
Persib dan Persib Aing.
Tahap Kedua adalah kritik terhadap data atau sumber sejarah yang telah didapat dari tahap
heuristik. Kritik terbagi menjadi dua, yaitu kritik internal dan eksternal. Kritik internal adalah
kritik terhadap isi materi dari sumber sejarah, baik yang didapat dari koran sezaman, artikel,
buku, rekaman video, maupun hasil dari wawancara. Kritik eksternal adalah kritik terhadap
kondisi fisik dari sumber sejarah untuk membuktikan keabsahan sumber atau dokumen
tersebut, baik dari aspek tahun terbit, lembaga penerbit, serta penyusun/penulis sumber
tersebut.
Tahap yang ketiga adalah interpretasi. Pada tahap ini penulis melakukan pemaknaan secara
mendalam terhadap fakta-fakta yang dihasilkan dari data-data yang telah dikritik pada proses
sebelumnya. Pada tahap ini penulis akan menginterpretasi sumber-sumber sejarah yang telah
didapat, seperti buku, arsip, tabel, rekaman dan sebagainya yang berhubungan dengan
permasalahan yang dikaji oleh penulis. Hasil dari interpretasi ini selanjutnya akan disusun dan
ditulis secara sistematis dalam tahap historiografi (tahap keempat) untuk menghasilkan karya
ilmiah.
Hasil Penelitian
Kelahiran Persib Bandung merupakan hasil dari fusi yang dilakukan oleh dua perkumpulan
sepak bola yakni BIVB dan NVB pada tanggal 14 Maret 1933 yang bertujuan untuk
meniadakan dualisme klub sepak bola dalam satu kota. Sebelum bernama Persib Bandung,
nama yang digunakan adalah PSIB (Persatoean Sepak Raga Indonesia Bandoeng). Dalam
perkembangannya PSIB ikut serta dalam sebuah turnamen untuk memeriahkan pembukaan
Sportpark Tegallega pada 9 September 1933. Nama PSIB ini setidaknya masih digunakan
hingga pada tahun 1934. Sejumlah klub anggotanya antara lain Siap, Soenda, Singgalang,
Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, Malta dan Merapi.
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
7
Universitas Indonesia
Kondisi politik Indonesia pada periode 1930-an membuat kehadiran Persib yang didirikan
oleh kaum nasionalis, menimbulkan rivalitas tersendiri dengan BVB dan klub-klub
anggotanya. Rivalitas yang terjadi akibat persaingan tim dalam satu kota dan nasionalisme
kebangsaan antara BVB (bond bentukan Belanda) dan Persib (bond bentukan pribumi).
Memasuki tahun 1934, perkumpulan sepak bola BVB menghadapi konflik internal yang
berdampak pada membelotnya keanggotaan UNI yang pada akhirnya membentuk bond baru
bernama Bandoengshe Voetbal Unie (BVU). Sementara itu setahun kemudian, dualisme
antara BVU dan BVB berakhir. Pada tanggal 28 Februari 1935 kemudian dua perkumpulan
sepak bola tersebut membentuk Bandoeng Voetbal Bond Omstreken (BVBO) yang kemudian
mengganti nama menjadi Voetbal Bond en Omstreken (VBBO).
Perkumpulan sepak bola VBBO yang didukung oleh Kolonial Belanda selalu memandang
rendah Persib Bandung. Penyebabnya adalah perkumpulan sepak bola yang dibina oleh
orang-orang pribumi kesulitan untuk menggunakan fasilitas lapangan yang baik.
Pertandingan-pertandingan yang dilakukan oleh Persib Bandung ketika itu diselenggarakan di
pinggiran kota seperti di lapangan Tegallega dan Ciroyom. Dampaknya adalah masyarakat
ketika itu lebih tertarik untuk melihat pertandingan yang diselenggarakan oleh VBBO sebab
lokasi pertandingan yang di dalam kota, seperti penggunaan lapangan UNI dan SIDOLIG.
Pada tahun 1937 PSSI mendapatkan tawaran kerjasama dengan Nederlandshe Indische
Voetbal Bond (NIVU). Bentuk tawaran kerjasama itu bertujuan untuk mengembangkan
persepakbolaan di Hindia Belanda yang kemudian dituangkan dalam suatu perjanjian, yaitu
Gentlement’s Agreement yang diadakan pada 15 Januari 1937. Adapun bentuk kerjasama
tersebut tertuang dalam butir-butir perjanjian seperti kedua belah pihak dapat melaksanakan
pertandingan persahabatan, peminjaman stadion, dan peminjaman pemain.
Memasuki Perang Dunia ke II, kondisi persepakbolaan di Bandung mengalami kevakuman.
Pada masa itu Kota Bandung dijadikan Belanda sebagai tempat untuk berlindung dan
penyimpanan gudang senjata sebab dukungan geografis alam seperti dikelilingi oleh
pegunungan yang memungkinkan Kota Bandung aman ketika diserang oleh musuh. Ketika
Jepang menyerang Kota Bandung sebagai salah satu daerah terakhir yang dikuasai oleh
Belanda, praktis kondisi di Bandung menjadi kacau. Hal ini berdampak kepada olahraga
sepak bola di Bandung yang lumpuh pada medio 1941. Lebih dari satu tahun kegiatan sepak
bola di Bandung mengalami kevakuman. Akan tetapi, setelah Jepang mengambil alih
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
8
Universitas Indonesia
kekuasaan dari Belanda, kegiatan sepak bola di Bandung mulai hidup kembali. Hal ini
dibuktikan dari adanya sejumlah pertandingan persahabatan yang melibatkan klub-klub
anggota Persib pada bulan November 1942.7
Di masa pendudukan Jepang, semua organisasi yang bernaung di bawah Kolonial Belanda
dilarang. Sementara itu untuk organisasi kaum pribumi, pada awal pendudukan masih tetap
difasilitasi, meskipun dengan syarat harus berada di bawah pengendalian pemerintahan
Jepang di Indonesia. Atas kebijakan tersebut, Persib berada di atas angin, berbeda dengan
VBBO, keberadaan Persib tetap diakui pemerintah pendudukan Jepang. Ketika itu, Persib
menjadi anggota Ikatan Gerak Badan (IGB) yang diketuai oleh Oto Iskandar Dinata.8
Berdasarkan keputusan IGB, seluruh urusan dan kegiatan persepakbolaan di Kota Bandung
menjadi kewenangan Persib Bandung. Pada masa ini Persib tergabung dalam Tai Iku Kai.9
Bandung cukup aktif dalam menggelar pertandingan persahabatan dan turnamen yang
biasanya diadakan dalam hari besar Jepang, pasar malam, kegiatan amal.
Ketika Republik Indonesia Serikat (RIS) diubah menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus 1950. Semua organisasi, termasuk organisasi
keolahragaan ditata kembali. Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) cabang sepak
bola, dikembalikan menjadi PSSI lewat Konggres PSSI di Semarang pada 2-4 September
1950. Salah satu poin penting dalam Konggres tersebut adalah mengenai penyelenggaraan
kejuaraan nasional PSSI pada tahun 1951. Adapun poin lainnya seperti pergantian
kepanjangan nama PSSI dari Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia menjadi Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia.
Pada tahun 1951 itu juga diselenggarakan Asian Games I di New Delhi, India pada 4-11
Maret 1951. Mengingat waktu yang sedikit, PSSI segera melakukan seleksi untuk mengisi
skuad Tim Nasional Indonesia. Seleksi diadakan di Yogyakarta. Dua pemain Persib Bandung
yaitu Witarsa dan Jachja menjadi bagian dari Timnas.10 Bahkan penampilan kosisten yang
ditunjukan Witarsa mejadikan ia tetap membela Timnas Indonesia di ajang Olimpiade XVI
7 “Doenia Sepak Raga di Bandoeng” Surat Kabar Tjahaja edisi 30 November 1942. 8 Endan Suhendra, 2014. Persib Juara. Jakarta: Rak Buku. hlm 15 9 Tai Iku Kai merupakan suatu organisasi bentukan Jepang yang mengurusi semua tentang olahraga. Lihat dalam Surat Kabar Tjahaja, 21 Desember 1942 10Aqwan Fiazmi Hanifan dan Novan Herfiyana, 2014, Persib Undercover: kisah-kisah yang terlupakan. Bandung: Tiga Buku hlm 6
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
9
Universitas Indonesia
tahun 1956 di Melbourne, Australia. Nama lain dari pemain Persib yang masuk skuad merah
putih yaitu Anas, Freddy Timisela, Rukma Sudjana.
Pada tahun 1957, nama Persib mulai diperhitungkan lagi pada perhelatan kompetisi
Perserikatan.11 Sebab beberapa pemain dari Persib merupakan bagian dari Timnas Indonesia.
Para pemain ini merupakan hasil binaan yang dilakukan oleh pengurus sejak awal periode
1950-an.12 Pada musim ini Persib berhasil menempati peringkat ketiga di bawah PSM
Makasar dan PSMS Medan. Naiknya prestasi Witarsa dan kawan-kawan membuat Persib
menjadi tim favorit juara pada musim kompetisi 1957/1959.13
Kegagalan Persib Bandung untuk menjuarai kompetisi Perserikatan akhirnya ditebus pada
musim 1959/1961. Bermaterikan para pemain yang mumpuni dan langganan Timnas seperti
Fattah Hidayat, Henky Timisela, Iljas Haddade, Ishak Udin, Omo Suratmo, Pietje Timisela,
Sunarto, dan Wowo Sunaryo, Persib berhasil menggagalkan ambisi PSM Makasar untuk
mencetak hattrick14 juara. Rekor yang dibukukan Persib yaitu 5 kali menang, sekali imbang,
dan tidak pernah terkalahkan sepanjang musim. Juara pada musim 1961, merupakan juara
untuk yang kedua kalinya setelah terakhir kali menjadi kampiun pada tahun 1937.
Memasuki periode 1970-an, PSSI mulai menghapus sistem yang memakai semifinal dan
digantikan oleh sistem sebelumnya yaitu sistem bentuk awal.15 Pergantian sistem kompetisi
tersebut berdampak kepada prestasi Persib Bandung yang merosot tajam pada dekade 1970-
an. Pada periode ini sejak tahun 1957, Persib tidak masuk dalam posisi 4 besar Liga
Perserikatan. Kompetisi Perserikatan 1970-an sendiri dijuarai oleh Persija tahun 1973, Persija
dan PSMS tahun 1975, dan Persebaya tahun 1978. Sementara itu prestasi Persib Bandung
hanya mampu mencapai peringkat ketujuh tahun 1973, masuk babak delapan belas besar
tahun 1975, dan babak delapan besar tahun 1978.
Regenarasi pemain yang terlambat merupakan faktor utama dari kegagalan Persib Bandung
dalam setiap perhelatan Liga Perserikatan periode 1967-1979. Keterlambatan ini dipicu oleh
tidak adanya pemain yang mau membela Persib Bandung, sebab menggantungkan hidup di
11 Perlu diketahui bahwa kompetisi Perserikatan mulai bergulir dari tahun 1931. Kompetisi ini digagas oleh PSSI. Kompetisi perserikatan bersifat amatir. Mayoritas pendanaan klub berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 12 Endan Suhendra, 2014, Op.cit, hlm 23 13 “Persib Calon Juara” Majalah Aneka No. 18, 20 Agustus 1959 14 Hattrick merupakan istilah dalam sepak bola yang mempunyai arti mendapatkan sesuatu secara tiga kali berturut-turut. 15 Aqwan Fiazmi Hanifan dan Novan Herfiyana, 2014, Op. Cit hlm 11.
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
10
Universitas Indonesia
sepak bola merupakan hal yang tidak bisa membuat sejahtera. Calon pemain yang potensial
banyak yang lebih memilih untuk menjadi militer dibanding bermain sepak bola.
Memasuki tahun 1970-an, Persib Bandung memasuki masa suram dalam perhelatan Liga
Perserikatan. Tercatat beberapa pemain yang memasuki usia pensiun tetapi masih
dipertahankan yaitu Encas Tonif, Wiwin, Akup, Abu Jahir dan Max Timisella.16 Hasilnya
Persib Bandung selalu terlempar dari 4 besar tim elit sepak bola Indonesia yang dihuni oleh
Persija, Persebaya, PSMS dan PSM Makasar. Puncaknya Persib Bandung harus rela
berkompetisi dari tingkat regional untuk menuju tingkat nasional akibat kalah dari babak play
off melawan Persiraja Banda Aceh.
Keterlambatan regenerasi pemain dalam tim Persib ini diperparah akibat jajaran pelatih Persib
lebih mempercayakan starting eleven kepada pemain berpengalaman daripada memberikan
jam terbang kepada pemain muda. Sehingga pemain-pemain muda persib tidak bisa unjuk
kemampuannya dalam perhelatan Liga Perserikatan. Hal inilah yang membuat prestasi Persib
mengalami kemandekkan pada periode 1970-an.
Dalam kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1983, kiprah Persib Bandung sebagai tim yang
baru naik ke Divisi Utama sangat mengejutkan tim-tim lain. Meskipun harus rela menjadi
juara dua, kalah dari PSMS medan lewat drama adu tendangan penalti pada 10 November
1983 di Stadion Utama Senayan. Akan tetapi, kepercayaan masyarakat Jawa Barat khususnya
Bandung mulai menggeliat dalam mendukung Persib. Dalam kompetisi kali ini Persib
dinobatkan sebagai tim terbaik, sementara Adjat Sudrajat menjadi pemain terbaik sekligus
pencetak gol terbanyak dengan koleksi 8 gol.
Untuk mengatasi kegagalan merengkuh gelar juara 1983, manajemen Persib melakukan
perubahan pada kursi kepelatihan Persib Bandung. Risnandar Soendoro kembali menjabat
sebagai pelatih kepala Persib. Akan tetapi, menjelang bergulirnya kompetisi Perserikatan
1985, pengurus Persib menetapkan Nandar Iskandar sebagai pelatih, dibantu oleh Suhendar
dan Wowo Sunaryo sebagai asisten pelatih, dan Indra M. Thohir bertindak sebagai pelatih
fisik. Hasilnya adalah Persib kembali masuk final, melawan PSMS Medan. Dalam
pertandingan ini Persib kembali menelan kekalahan seperti yang terjadi dalam laga final
Perserikatan 1983 yatu lewat adu penalti.
16 Wawancara dengan Max Timisella pada 7 September 2016 di kantor PSSI Kota Bandung.
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
11
Universitas Indonesia
Pada tahun 1985, tongkat kepemimpinan Persib beralih dari Solihin GP ke Ateng Wahyudi.
Ateng Wahyudi terpilih Serah terima jabatan dilakukan secara tidak lazim, yakni melalui
telepon. Ateng Wahyudi saat itu menjabat sebagai walikota Bandung dan ketua umum
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Bandung. Untuk menjawab kegagalan
dalam dua kali final di Divisi Utama Perserikatan, Ateng Wahyudi kemudian mengeluarkan
semboyan Nista, Maja, Utama yang memiliki arti ‘sekali gagal, dua kali gagal, ketiga kali
harus berhasil’. Dalam proses penciptaan semboyan ini Ateng Wahyudi lebih kepada
spontanitas, melihat kegagalan yang dialami Persib Bandung dalam dua kali final di Stadion
Utama Senayan. Semboyan tersebut menjadi pelecut semangat buat para pengurus, pemain,
dan pendukung Persib Bandung agar bisa juara di Divisi Utama Perserikatan 1986.
Tujuan Persib Bandung sebagai sebuah organisasi sepak bola ialah memajukan olahraga
sepak bola di kota Bandung dalam rangka mewujudkan cita-cita memasyarakatkan olahraga.
Untuk mewujudkan tujuannya, fungsi manajemen dalam organisasi harus berjalan dengan
baik. Fungsi manajemen dari perencanaan-organisasi-pengawasan merupakan fondasi utama
pembangunan sepak bola Bandung. Ateng Wahyudi menyadari pentingnya organisasi sejak
awal jabatannya sebagai Ketua Umum Persib Bandung.
Struktur paling atas dalam organisasi Persib adalah Pelindung Persib yang diisi oleh Gubernur
Tingkat I Jawa Barat yaitu dan Ketua KONI Tingkat I Jawa Barat.17 Di bawah pelindung
ditempati Pembina Persib. Pembina Persib adalah Muspida Tingkat II Bandung dan KONI
Tingkat II Kotamadya Bandung. Keduanya bersifat tidak turun langsung untuk mengurus
permasalahan-permasalahan Persib. Kemudian struktur ketiga organisasi Persib ditempati
Dewan Penasihat Persib. Biasanya Dewan Penasihat ditempati oleh individu-individu yang
memiliki kredibilitas tinggi dalam persepakbolaan nasional, pengangkatan dan
pemberhentiannya harus melalui pengesahan Musyawarah Anggota Perssib. Kriteria tersebut
dibutuhkan karena peranannya sebagai penasihat Persib untuk penunjang usaha
keswasembadaan kegiatan, kedudukannya memiliki hubungan dalam keolahragaan, serta
memiliki keahlian dalam pembinaan organisasi, teknokrat persepakbolaan dan hubungan
kemasyarakatan. Strategi dewan penasihat sangat diperlukan untuk perencanaan pengadaan
kegiatan seputar sepak bola dan Persib, dan bekerja sebagai orang bola sehingga tahu pasti
apa yang harus dilakukan untuk membangun sebuah klub sepak bola.
17 “Pengurus Persib” Pikiran Rakyat, 1 mei 1994 hlm 16
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
12
Universitas Indonesia
Berjalannya roda organisasi Persib sehari-hari ditentukan oleh Pengurus Paripurna dan
Pengurus Harian Persib di bawah garis Dewan Penasihat. Baik Pengurus Paripurna maupun
Pengurus Harian sama-sama terdiri dari beberapa garis struktural. Dalam pengurus
Paripurna Persib terdapat Ketua Umum, Beberapa orang Ketua, Sekretaris, Bendahara,
Beberapa orang Ketua Komisi, Anggota Komisi, Humas dan Protokol. Sementara Pengurus
Harian terdiri atas Ketua Umum, Beberapa orang Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
Keseluruhan pengurus Persib dipilih melalui Musyawarah Anggota yang diatur dalam
ketentuan tersendiri dengan masa jabatan empat tahun dan bertanggung jawab kepada
Musyawarah Anggota.
Ateng Wahyudi memimpin Persib Bandung pada gelaran Liga Perserikatan sebanyak lima
kali selama delapan tahun masa kepengurusannya. Ateng Wahyudi diwarisi pemain-pemain
matang pasca kepengurusan Solihin GP berakhir. Berkat pembinaan pemain yang konsisten
dan berkesinambungan yang diprogramkan kepengurusan Solihin GP pada awal dekade 1980-
an, Persib Bandung kembali menjelma menjadi tim yang disegani dalam kancah
persepakbolaan Indonesia, setelah sebelumnya terseok-seok pada periode 1970-an.
Ateng Wahyudi merupakan sosok yang terbuka, lugas dan disiplin.18 Keterlibatan Ateng di
dunia sepak bola hanya bermodal ikatan emosional
“saya menyenangi sepak bola karena satu-satunya olahraga yang begitu merakyat adalah sepak bola. coba lihat dimana ada ruangan sedikit, disitu pasti ada sepak bola. dari kampung pedusunan hingga kota banyak orang memainkannya. Mulai dari tingkat RT hingga tingkat Piala Dunia sepak bola memikat banyak orang. Sepak bola memiliki keterikatan yang kuat dengan masyarakat.19
Permulaan Ateng terlibat di Persib yakni ketika menggantikan posisi ketua umum Solihin GP
”saya sebenarnya dulu kurang siap untuk mengurus tim ini. Saya cenderung memusatkan perhatian pada pemerintahan saja, karena saya baru diangkat menjadi Walikota Bandung. Tetapi saya seolah dijewer oleh senior-senior tingkat provinsi untuk bisa menjawab sebagai ketua umum Persib menggantikan pak Solihin yang tidak mau diangkat lagi”20
Ateng Wahyudi baru menjadi Walikotamadya pada 18 Oktober 1983, mencoba menolak
dengan meminta waktu berpikir. Akan tetapi, atas dasar tanggung jawab, Ateng mulai
bersedia menjadi ketua umum dan manajer Persib pada November 1984. 18 OpCit. Wawancara dengan Max Timisella 19 “Ateng Wahdyudi” Pikiran Rakyat, 17 Maret 1990 hlm 7 20 Ibid Pikiran Rakyat
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
13
Universitas Indonesia
Dalam tahun pertamanya di Persib, pelatih masih dipercayakan kepada Nandar Iskandar. Pada
musim Liga Perserikatan 1986 skuad Persib diisi oleh pemain-pemain seperti: Sobur, Boyke
Adam Wawan Hermawan (Penjaga Gawang) Wawan Karnawan, Ade Mulyono, Suryamin,
Ujang Mulyana, Sardjono, Adeng Hudaya, Robby Darwis, Joce Roni Sumendap, Cornelis
Rudofl, Adjid Hermawan, Adjat Sudrajat, Yana Rodiana, Sam Triawan, Iwan Sunarya, Dede
Rosadi, Djajang Nurjaman, Barubang Sukowiyono, Suhendar, Kosasih, dan Djafar Sidik.
Sementara itu dalam staff kepelatihan, Nandar dibantu oleh Max Timisela (asisten pelatih)
dan Indra M Thohir (pelatih fisik) serta dukungan dari Sukandar BE dan Wardaya sebagai
managerial.
Tidak ingin mengulang kesalahan pada periode 1970-an, Persib Bandung di bawah
kepemimpinan Ateng Wahyudi langsung mencanangkan peremajaan di tim Persib. Penerapan
kebijakan pembinaan pemain muda mulai diterapkan Pasca Juara Kejuaraan Sepak Bola
Divisi Utama Perserikatan 1986. Sukandar yang memegang jabatan ketua umum I Persib
Bandung mengatakan bahwa “tanpa peremajaan sulit bagi Persib berada di jajaran depan.”.21
Sukandar menyadari bahwa jika Persib ingin mengulang sukses di masa mendatang, maka
Persib harus mulai memberikan kesempatan kepada muka-muka baru disamping pemain
senior.
Sebagai langkah awal untuk mengarungi kompetisi 1986/1987, pengurus Persib Bandung
mulai mempersiapkan tim Persib dibawah usia 23 tahun dan tim junior. Djunaedi sebagai
wakil ketua II Persib yang memimpin proses untuk menyiapkan para pemain muda guna
melapisi pemain senior yang sewaktu-waktu tidak bisa bermain akibat akumulasi kartu atau
cedera. Djunaedi menyebutkan Persib memiliki 50 pemain muda potensial yang tengah
digodog secara intensif seminggu 4 kali. Pemain muda tersebut ditinjau oleh 4 pelatih yaitu
Dede Rusli, Rukman, Wowo, dan Tomosoa.22 Djunaedi beranggapan bahwa beberapa pemain
Persib berada dalam kemampuan puncaknya, sehingga sulit untuk ditingkatkan lagi. Hasilnya,
Uut kuswendi dan Dadang Kurnia menjelma menjadi tumpuan baru Persib Bandung.
Pencarian bibit-bibit muda hasil binaan Persib ini berpusat pada kompetisi internal klub-klub
binaan. Kompetisi internal Persib mulai kompetitif sejak tahun 1961 sebab terjadi
pembenahan untuk memfasilitasi pertandingan. Selain itu, kompetisi internal Persib juga
terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas utama, kelas satu, dan kelas dua. Pada tahun 1961 pula 21 “Persib Harus Mulai Remajakan Pemain”, Kompas, 15 Maret 1986 hlm 10 22 “Persib Bandung lakukan perbaikan secara bertahap” Pikiran Rakyat, 11 September 1986 hlm 12.
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
14
Universitas Indonesia
diberlakukan satu klub tidak boleh menempati kelas yang sama. Akan tetapi, sejak tahun
1980-an setiap klub hanya diperbolehkan berada dalam satu kelas saja berdasarkan
prestasinya melalui sistem promosi-degradasi. Adapun klub-klub internal Persib Bandung
yang cukup disegani seperti UNI, PS IPI, Sidolig dan PS Putra Priangan.23
Pasca menjuarai Kompetisi Liga Perserikatan 1986, pihak manajemen memberikan berbagai
bonus kepada pemain dan official tim. Bonus tersebut berupa uang saku dan rumah. Bonus
berupa uang saku ditutupi oleh pihak manajemen sebab dirasa tidak etis. Bonus juga diberikan
dalam bentuk property, yakni berupa pemberian rumah di Antapani Kota Bandung.24 Selain
itu bonus juga diberikan oleh PT. Jiwasraya. Bonus tersebut diberikan dalam bentuk asuransi
kepada 41 pemain dan official Persib senilai 205 juta rupiah.25
Pada Kompetisi Djarum Super Divisi Utama PSSI 1989/1990, Persib Bandung berhasil
menjadi juara. Bonus yang telah dijanjikan oleh manajemen tim ketika Persib juara pun
diterima oleh seluruh pemain dan official. Bonus diberikan langsung oleh ketua umum Persib
bertempat di Balaikota Bandung. Bonus yang terkumpul berasal dari pemberian DPRD
tingkat II Bandung sebesar 96 juta, penggalangan dana yang dilakukan melalui Harian Umum
Pikiran Rakyat sebesar 7,75 juta rupiah26, dan PT Djarum. Bonus diberikan secara tertutup
yang hanya dihadiri oleh pemain dan official tim. Bonus yang diberikan beragam, sesuai
dengan prestasi saat Persib bermain. Untuk pemain bonus yang diberikan sebesar 3,5 juta
sampai 5,75 juta. Sementara bagi official sebesar 4 sampai 6 juta rupiah.27
Penutup
Dalam internal Persib Bandung, terjadi perubahan ketua umum. Solihin GP yang ketika itu
menjabat sebagai ketua, tidak mau lagi ditunjuk. Akhirnya setelah terjadi kekosongan posisi,
Ateng Wahyudi yang sedang menjabat sebagai Walikota Bandung mengambil alih posisi
ketua umum pada November 1985. Pada periode kepemimpinan Ateng Wahyudi lah prestasi
Persib Bandung berada dalam puncak kejayaan.
23 Op.Cit., Aqwam hlm 234 24 Wawancara dengan Max Timisella pada 7 September di kantor PSSI Kota Bandung. 25 “41 pemain dan official diansuransikan” Pikiran Rakyat 27 November 1987 hlm 12 26 “Ateng Wahyudi terima katineung keur Persib” Pikiran Rakyat 19 Maret 1990 hlm 6 27 “Bonus untuk pemain” Pikiran Rakyat, 20 Maret 1990 hlm 7
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
15
Universitas Indonesia
Prestasi Persib Bandung di bawah kepemimpinan Ateng Wahyudi yaitu juara pada tahun 1986
dan 1990 sebagai ketua umum, tahun 1994 dan 1995 sebagai manajer tim. Ateng Wahyudi
sebagai ketua umum menerapkan disiplin tinggi terhadap pemain dan jajaran pelatih Persib
Bandung. Selain itu sikap bersahaja dan mengayomi ditunjukan ketika rombongan bobotoh
menju Stadion Utama Senayan, Jakarta. Di tengah kesibukkannya sebagai Walikota Bandung,
Ateng Wahyudi selalu meyempatkan diri untuk hadir di setiap pertandingan Persib Bandung.
Kebijakan yang diambil oleh manajemen Ateng Wahyudi yaitu program regenerasi pemain
yang berpusat pada kompetisi internal klub. Kompetisi internal klub mulai ditata agar
semakin kompetitif yang bertujuan untuk lahirnya generasi baru penerus Persib Bandung.
Langkah yang diambil Ateng Wahyudi ini berefleksi pada Persib periode 1970-an (periode
terpuruk) akibat regenerasi yang terlambat. Sementara itu faktor eksternal muncul dari luar
sebagai dorongan untuk bisa berprestasi. Salah satunya yaitu pemberiaan bonus yang
diberikan oleh manajemen tim kepada pemain untuk bisa menampilkan performa terbaiknya.
Daftar Referensi
Majalah
“Persib Calon Juara” Majalah Aneka No. 18, 20 Agustus 1959
Surat Kabar
Kompas
“Ateng Wahyudi terpilih menjadi ketua umum Persib”, Kompas 17 Oktober 1985
“Persib Harus Mulai Remajakan Pemain”, Kompas, 15 Maret 1986
Pikiran Rakyat
“Sertijab yang Unik”, Pikiran Rakyat, 22 November 1985
“Persib Bandung lakukan perbaikan secara bertahap” Pikiran Rakyat, 11 September 1986
“Ateng Wahdyudi” Pikiran Rakyat, 17 Maret 1990
“41 pemain dan official diansuransikan” Pikiran Rakyat 27 November 1987
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016
16
Universitas Indonesia
“Ateng Wahyudi terima katineung keur Persib” Pikiran Rakyat 19 Maret 1990 “Bonus untuk pemain” Pikiran Rakyat, 20 Maret 1990
“Pengurus Persib”, Pikiran Rakyat 1 mei 1994
Tjahaya
“Doenia Sepak Raga di Bandoeng”, Surat Kabar Tjahaja edisi 30 November 1942
Buku
Aqwan Fiazmi Hanifan dan Novan Herfiyana. 2014. Persib Undercover: kisah-kisah yang
terlupakan. Bandung: Tiga Buku
Suhendra, Endan. 2014. Persib Juara. Jakarta: Rak Buku.
Wawancara
Wawancara dengan Max Timisella pada 7 September 2016 di kantor PSSI Kota Bandung.
Perlu diketahui bahwa max timisella adalah pemain Persib tahun 1962-1978. Setelah pensiun
menjadi pemain, beliau kemudian terjun di dunia kepelatihan. Max turut serta mengantar
Persib menjadi juara Liga Perserikatan 1986.
Artikel
http://www.jpnn.com/read/2015/10/14/332738/Inilah-Perkiraan-Jumlah-Suporter-yang-
Datang-ke-GBK- diakses pada kamis 3 Maret 2016 pukul 21.09 WIB.
http://www.jawapos.com/read/2016/08/31/48018/persib-tetap-jadi-nomor-satu-rating-tv-isc
“Persib Tetap Jadi Nomor Satu Rating TV ISC”diakses pada Jumat 23 Desember 2016 pukul
15.46 WIB.
Sepak Terjang ..., Ihsan Nurdiansyah, FIB UI, 2016