ANALISIS POSITIONING KLUB PERSIB BANDUNG SEBAGAI … · Pada tahun 1992, penulis memulai pendidikan...
Transcript of ANALISIS POSITIONING KLUB PERSIB BANDUNG SEBAGAI … · Pada tahun 1992, penulis memulai pendidikan...
iv
ANALISIS POSITIONING KLUB PERSIB BANDUNG
SEBAGAI KLUB SEPAKBOLA PROFESIONAL
YANG DIKELOLA PT PERSIB BANDUNG BERMARTABAT
DALAM INDUSTRI SEPAKBOLA INDONESIA
Oleh
WINDHA AFRINA
H24060771
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
v
RINGKASAN
WINDHA AFRINA. H24060771. Analisis Positioning Klub Persib Bandung
sebagai Klub Sepakbola Profesional yang Dikelola PT Persib Bandung
Bermartabat dalam Industri Sepakbola Indonesia. Di bawah bimbingan ABDUL
BASITH.
Klub-klub sepak bola di Indonesia mulai mengarah ke profesional dan tidak
boleh lagi mengharapkan bantuan dari pemerintah yang diperoleh melalui dana
APBD. Banyak cara yang dilakukan klub untuk membangun profesionalitas
pengelolaannya. Klub-klub besar dikelola oleh tim manajemen formal yang
menjadikan sepakbola sebagai industri. Sepakbola sebagai industri menjadikan
olahraga ini tidak hanya sekedar tontonan, nama klub sepakbola merupakan
“brand” yang penting dalam penjualan tiket, merchandise, dan penarik sponsor
serta investor. Sebagai klub sepakbola profesional yang dikelola PT Persib
Bandung Bermartabat, Persib Bandung perlu membangun positioning yang baik.
Penelitian mengenai positioning klub Persib Bandung dilakukan dengan tujuan
(1) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi penilaian mahasiswa penggemar
sepakbola akan keberadaan suatu klub sepakbola (2) mengidentifikasi pesaing-
pesaing terdekat klub Persib Bandung dan (3) menganalisis positioning klub
Persib Bandung berdasarkan persepsi mahasiswa penggemar sepakbola.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
berasal dari hasil penyebaran kuesioner kepada mahasiswa program strata satu
Institut Pertanian Bogor. Data sekunder berasal dari berbagai literatur seperti
buku, tulisan ilmiah, internet dan media massa. Pemilihan sampel dilakukan dua
tahap, dimana pada tahap pertama peneliti merumuskan kategori kontrol atau
quota dari populasi yang akan diteliti dan tahap kedua peneliti menentukan bahwa
sampel akan diambil secara judgement. Pengolahan data dilakukan dengan uji
validitas dan reliabilitas, analisis kesadaran merek, analisis deskriptif dengan
symantec differensial, analisis faktor dengan metode ekstraksi Principal
Component Analysis , dan Multidimensional Scalling serta dibantu dengan
Microsof Excell 2007 dan Software SPSS versi 17.0 for windows.
Hasil uji validitas untuk masing – masing hasil pengukuran tingkat
kepentingan dan tingkat kepuasan terhadap seluruh pernyataan lebih besar dari r
tabel pada selang kepercayaan 95 persen yaitu 0,361. Sedangkan uji reliabilitas
menghasilkan nilai αcronbach yang lebih besar dari 0,6. Berdasarkan analisis faktor,
dihasilkan empat faktor yang menjadi komponen penting penilaian responden
terhadap keberadaan suatu klub sepakbola. Faktor tersebut adalah faktor supporter
dan pencitraan, faktor prestasi, faktor sponsorship, serta faktor kualitas pelatih dan
manajemen, dimana masing-masing faktor tersusun atas beberapa variabel.
Berdasarkan analisis pesaing yang diolah dengan multidimensional scalling, klub
sepakbola yang menempati peringkat pertama pesaing terdekat klub Persib
Bandung adalah Arema Indonesia. Penelitian menghasilkan penilaian responden
terhadap klub Persib Bandung sebagai klub sepakbola yang memiliki positioning
mandiri dalam pendanaan dan pengelolaan, mudah memperoleh merchandise dan
tiket, memiliki banyak sponsor, memiliki banyak supporter yang loyal dan
terorganisir, memiliki popularitas (nama besar) yang baik, dan bertaburan pemain
bintang.
vi
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS POSITIONING KLUB PERSIB BANDUNG
SEBAGAI KLUB SEPAKBOLA PROFESIONAL
YANG DIKELOLA PT PERSIB BANDUNG BERMARTABAT
DALAM INDUSTRI SEPAKBOLA INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
WINDHA AFRINA
H24060771
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
vii
Judul Skripsi : Analisis Positioning Klub Persib Bandung sebagai Klub
Sepakbola Profesional yang Dikelola PT Persib Bandung
Bermartabat dalam Industri Sepakbola Indonesia
Nama : Windha Afrina
NIM : H24060771
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Ir. Abdul Basith, MS)
NIP : 195707091985031006
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc)
NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banjarbaru, pada tanggal 20 April 1988. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Akhmad Fauzi dan
Siti Rohani. Pada tahun 1992, penulis memulai pendidikan pertamanya di TK
Rahayu selama dua tahun. Penulis melanjutkan pendidikan di SDN Sei Besar 1
pada tahun 1994, kemudian pada tahun 2000 penulis melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi di SMP Negeri 1 Banjarbaru. Jenjang pendidikan
berikutnya dilalui penulis di sebuah SMA semi militer di Magelang yaitu SMA
Taruna Nusantara. Pada tahun 2006, penulis diterima menjadi salah satu
Mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dan menjalani Tingkat Persiapan Bersama (TPB),
kemudian diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen.
Selama berada di jenjang SD, SMP, SMA, penulis beberapa kali meraih
prestasi dalam beberapa kejuaraan di tingkat kota hingga provinsi. Keberhasilan
yang pernah diraihnya antara lain dalam English Singing Contest, English Debate
Competition, English Speech Contest, Lomba Membaca Puisi, Lomba Cerdas
Tangkas, terpilih sebagai siswa teladan antar SMP seprovinsi Kalimantan Selatan,
dan lain-lain. Saat menjadi mahasiswa IPB, penulis juga berhasil menjuarai
beberapa lomba diantaranya lomba Create Song dan Vocal Group. Selain itu,
penulis juga aktif dalam organisasi seperti OSIS dan paduan suara. Selama masa
perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu
pada periode tahun 2007-2008 menjabat sebagai staff direktorat Human Resources
pada Center of Management (COM@). Pada periode 2008-2009, penulis
bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM)
IPB sebagai bendahara Kementrian Kebijakan Kampus. Selain itu, penulis juga
aktif dalam kegiatan lingkungan kampus seperti kegiatan kepanitiaan Masa
Perkenalan Fakultas dan Departemen Manajemen sebagai Komisi Disiplin, serta
dalam kepanitiaan beberapa seminar, pelatihan, dan perlombaan.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini mengambil judul “Analisis Positioning Klub Persib Bandung
Sebagai Klub Sepakbola Profesional yang Dikelola PT Persib Bandung
Bermartabat dalam Industri Sepakbola Indonesia” yang bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi penilaian responden akan
keberadaan suatu klub sepakbola, mengidentifikasi pesaing-pesaing terdekat klub
Persib Bandung dan menganalisis positioning klub Persib Bandung berdasarkan
persepsi responden.
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah
SWT. Amin.
Bogor, November 2010
Penulis
x
UCAPAN TERIMA KASIH
Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam
penyusunannya, penulis mendapatkan banyak bantuan baik secara moril maupun
materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Abdul Basith, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi,
dan pengarahan yang sangat berarti kepada penulis.
2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd dan Bapak Nurhadi Wijaya, S. TP, MM yang
menjadi dosen penguji utama dalam sidang skripsi penulis. Semua saran dan
kritik merupakan hal yang sangat berguna dan berharga dalam penyempurnaan
skripsi ini.
3. Seluruh Dosen Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan yang berguna bagi penulis.
4. Kepala Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan Kepala Tata Usaha
Departemen Manajemen beserta staf atas bantuan selama penulis
menyelesaikan perkuliahan.
5. Kedua orang tua (Mama dan Papa), Adik-adikku (Qodli Zaka dan Ghanniyah
Yumna), Nenek, Kakek, serta seluruh keluarga besarku yang senantiasa
memberikan doa yang tulus, rasa cinta yang dalam, kasih sayang, perhatian,
motivasi, serta inspirasi kepada penulis.
6. Keluarga Bapak Buseran dan Ibu Zubaedah yang telah memberikan banyak
bantuan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.
7. Om Budi dan Tante Sukma atas segala bantuan dan perhatiannya kepada
penulis dan keluarga selama berada di Bogor.
8. Abdul Majid yang telah memberikan inspirasi, motivasi, meluangkan waktu,
sehingga membuat penulis tetap dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan penuh semangat.
9. Maung Bandung yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi serta bobotoh sa
alam dunya yang telah memberikan masukan dan semangat.
10. Pundunk Genk (Inyul aka Ayu, Harboy aka Suharman, Jellyboy aka Reza, dan
Jidow aka Ajid) yang telah memberikan indahnya arti persahabatan, keceriaan,
xi
dan kebersamaan selama ini, seluruh kasih sayang, motivasi, dan masukan
serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat terbaikku yang menjadi sejoliku saat TPB, Melyana, Elva, dan
Widya, serta penghuni kamar 176 yaitu Era, Pipit, dan Vina, juga penghuni
kosan Ananda Putri : Esa, Nessia, Tasya, Isty, Suci, terimakasih atas
kebersamaan kita selama ini.
12. Teman seperjuangan di Kementrian Kebijakan Kampus BEM KM IPB
Gemilang : Kak Adnan, Kak Indri, Wayaw, Ramdhan, Eka, Prapti, Yulia,
Deni, dan Rhomi, untuk semua pengalaman dan pelajaran berharga yg telah
kalian berikan sebagai proses belajar menuju kedewasaan berpikir.
13. Sahabat magang di Bulog, yaitu Rizal dan Teguh serta rekan-rekan di
direktorat Human Resourses COM@ 2007/2008 : Kak Ipul, Kak Rani, Kak
Wulan, Kak Wibi, Winwin, Gilang, dan Au untuk segala hal yang kita bagi dan
pelajari bersama.
14. Rekan-rekan yang telah membantu penyebaran kuesioner, Huda, Fachri, Obbi
dkk, serta Riqi, Nanang dan Afif yang telah membantu penulis dalam banyak
hal.
15. Para Mene43-ers tersayang mulai dari anak-anak LG, Gebog, Lenjeh, Jong
Java, Geng Korea, J-Co, Rempong, dan seluruh anggota Manajemen 43,
terimakasih atas semua moment yang kita lalui bersama.
16. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah
SWT senantiasa memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah
diberikan.
Bogor, November 2010
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sepakbola ....................................................................... 6
2.2. Kesadaran Merek ............................................................................. 6
2.3. STP (Segmentation, Targeting, Positioning) .................................... 9
2.3.1. Segmentation ......................................................................... 9
2.3.2. Targeting ............................................................................... 11
2.3.3 Positioning ............................................................................. 11
2.4. Persepsi Konsumen .......................................................................... 18
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 19
III.METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ 21
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 21
3.3. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 22
3.4. Metode Pemilihan Sampel ............................................................... 23
3.4.1. Pemilihan Sampel .................................................................. 23
3.4.2. Ukuran Sampel ...................................................................... 23
3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 24
3.5.1. Uji Validitas .......................................................................... 25
3.5.2. Uji Reliabilitas ....................................................................... 25
xiii
3.6. Metode Deskriptif ........................................................................... 26
3.7. Analisis Faktor ................................................................................ 26
3.8. Multidimensional Scalling ............................................................... 28
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ......................................................... 30
4.1.1. Sejarah Persib Bandung ........................................................ 30
4.1.2. PT Persib Bandung Bermartabat ........................................... 31
4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 33
4.3. Karakteristik Responden ................................................................. 34
4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 34
4.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .......................... 35
4.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan .................. 35
4.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Cara Menonton ......... 36
4.3.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Provinsi ............. 37
4.3.5. Tabulasi Silang Karakteristik Responden.............................. 37
4.4. Analisis Kesadaran Merek .............................................................. 41
4.4.1. Klub sepakbola Indonesia yang Paling Diingat Responden .. 41
4.4.2. Klub sepakbola Indonesia yang Dikenal Responden ............. 44
4.4.3. Klub sepakbola Indonesia yang Perlu Diingatkan Kembali
Terhadap Responden ........................................................... 45
4.5. Analisis Faktor-faktor Komponen Utama Positioning ...................... 45
4.5.1. Faktor Pertama .................................................................... 49
4.5.2. Faktor Kedua ....................................................................... 49
4.5.3. Faktor Ketiga ........................................................................ 50
4.5.3. Faktor Keempat .................................................................... 50
4.6 Analisis Pesaing Klub Sepakbola Persib Bandung .......................... 51
4.7 Analisis Positioning Klub Sepakbola Persib Bandung .................... 53
4.7.1 Analisis Deskriptif Persepsi Responden ................................ 53
4.7.2 Positioning Klub Sepakbola Persib Bandung ........................ 60
4.8 Implikasi Manajerial ....................................................................... 61
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan .................................................................................... 64
2. Saran .............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 66
LAMPIRAN …………………………………………………………………. 69
xiv
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Klasemen Klub Sepakbola dengan Prestasi Teratas di Indonesia Berdasarkan
Kompetisi Liga Super Indonesia Musim 2009/2010 ............................... 1
2. Jumlah Mahasiswa IPB Tahun 2009 ...................................................... 23
3. Proporsi Sampel Tiap-Tiap Fakultas....................................................... 24
4. KMO .................................................................................................... 27
5. Standar Kruskal untuk Stress ................................................................. 29
6. Struktur Organisasi PBB 2009/2010 ...................................................... 33
7. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Usia (tahun) ............................... 38
8. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Cara Menonton .......................... 38
9. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Asal Provinsi .............................. 39
10. Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Cara Menonton ............................. 39
11. Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Asal Provinsi ................................ 40
12. Tabulasi Silang Cara Menonton Sepakbola dengan Asal Provinsi........... 40
13. Klub Sepakbola yang Paling Diingat Responden ................................... 42
14. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Top of Mind ............................... 42
15. Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Top of Mind .................................. 43
16. Tabulasi Silang Cara Menonton Sepakbola dengan Top of Mind ............ 43
17. Tabulasi Silang Asal Provinsi dengan Top of Mind................................. 44
18. Klub Sepakbola yang Dikenal Responden .............................................. 45
19. Klub Sepakbola yang Perlu Diingatkan Kembali ................................... 45
20. Nilai Communalities Berdasarkan Urutan .............................................. 47
21. Hasil Analisis Faktor ............................................................................. 49
22. Perhitungan Jarak Euclidean dan Peringkat Pesaing Terdekat ................ 52
xv
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Share dan Rating Putaran I Liga Super Indonesia 2009/2010 ................... 2
2. Share dan Rating Putaran II Liga Super Indonesia 2009/2010 ................. 3
3. Piramida Kesadaran Merek (Aaker,1997) ................................................ 7
4. Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................................. 22
5. Kostum Tim Persib Bandung Musim Kompetisi 2009/2010 .................... 32
6. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 34
7. Persentase Responden Berdasarkan Usia ................................................. 35
8. Persentase Responden Berdasarkan Angkatan ......................................... 36
9. Persentase Responden Berdasarkan Cara Menonton ................................ 37
10. Persentase Responden Berdasarkan Asal Provinsi ................................... 37
11. Peta Posisi Klub Sepakbola .................................................................... 52
12. Analisis Deskriptif Persepsi Responden .................................................. 53
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Kuesioner ............................................................................................... 69
2. Uji Validitas ............................................................................................ 75
3. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 81
4. Analisis Faktor ....................................................................................... 84
5. Multidimensional Scalling ...................................................................... 90
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Olahraga sepakbola merupakan cabang olahraga yang memiliki banyak
penggemar di dunia. Di Indonesia sendiri, cabang olahraga ini mulai
berkembang sejak adanya aktivitas dagang dengan Belanda. Organisasi yang
menjadi wadah untuk mengembangkan olahraga sepakbola Indonesia baik di
dalam maupun luar negeri adalah PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh
Indonesia). Kehadiran PSSI memacu berdirinya klub-klub sepakbola di
berbagai daerah di Indonesia.
Di Indonesia terdapat 18 klub anggota Liga Super, 33 klub anggota
divisi utama, 59 klub anggota divisi satu, dan 81 klub anggota divisi dua serta
puluhan klub amatir yang tergabung di divisi tiga. Pengelompokkan klub
tersebut didasarkan pada prestasi klub dalam pertandingan di Liga Indonesia.
Liga Super merupakan kompetisi antar klub sepakbola dengan prestasi
teratas. Sedangkan divisi utama, divisi satu, divisi dua, dan divisi tiga, secara
berurutan merupakan kompetisi klub sepakbola dengan prestasi dalam
klasemen di bawah Liga Super.
Tabel 1. Klasemen Klub Sepakbola dengan Prestasi Teratas di Indonesia
Berdasarkan Kompetisi Liga Super Indonesia Musim 2009/2010
Peringkat Klub Sepakbola Peringkat Klub Sepakbola
1. Arema Indonesia 10. Persema Malang
2. Persipura Jayapura 11. Bontang FC
3. Persiba Balikpapan 12. Persisam Putra Samarinda
4. Persib Bandung 13. PSM Makasar
5. Persija Jakarta 14. Persela Lamongan
6. Persiwa Wamena 15. Pelita Jaya Jawa Barat
7. PSPS Pekanbaru 16. Persik Kediri
8. Sriwijaya FC 17. Persebaya Surabaya
9. Persijap Jepara 18. Persitara Jakarta Utara
Sumber : ligaindonesia.co.id , 2010
Sekarang klub-klub sepak bola di Indonesia mulai mengarah ke
profesional dan tidak boleh lagi mengharapkan bantuan dari pemerintah yang
3
diperoleh melalui dana APBD. Banyak cara yang dilakukan klub untuk
membangun profesionalitas pengelolaannya. Klub-klub besar dikelola oleh
tim manajemen formal yang menjadikan sepakbola sebagai industri. Sebagai
industri, sepakbola tidak hanya sekedar tontonan, nama klub sepakbola
merupakan “brand” yang penting dalam penjualan tiket, merchandise, dan
kesetiaan penggemar. Bukan itu saja, bahkan beberapa klub sepakbola tanah
air telah semakin kreatif dalam pendanaannya dengan membentuk
konsorsium yang terdiri atas para investor. Setiap klub selalu berkompetisi
untuk berprestasi, memiliki reputasi pertandingan yang baik, manajemen
yang baik dan tim yang solid agar dapat menarik investor serta sponsor untuk
keberlangsungan tim.
Perusahaan yang mensponsori suatu klub sepakbola, tentunya akan
menguntungkan bagi mereka jika mensponsori suatu klub dengan jumlah
pendukung yang besar. Pertandingan klub tersebut tidak hanya akan
mengundang banyak penonton di stadion, tetapi juga menghasilkan rating
yang tinggi bagi stasiun televisi yang menyiarkannya, seperti pada klub
Persib Bandung yang memiliki rating penayangan yang tinggi.
Gambar 1. Share dan Rating Putaran I Liga Super Indonesia 2009/2010
4
Gambar 2. Share dan Rating Putaran II Liga Super Indonesia 2009/2010
Setiap klub sepakbola berlomba-lomba untuk terus membangun nama
besar timnya. Nama besar sebuah klub sepakbola tidak hanya ditentukan oleh
prestasi tim tersebut di lapangan dalam hal memenangkan pertandingan,
namun juga dipengaruhi oleh profesionalitas tim diluar lapangan, seperti
sistem manajemen klub yang baik maupun kehadiran pendukung klub yang
menjadi pertimbangan sendiri bagi perusahaan untuk menjadi sponsor suatu
klub. Klub yang memiliki banyak penggemar dinilai lebih potensial bagi
perusahaan yang menjadi sponsor. Kecintaan penggemar terhadap suatu klub
sepak bola akan mempengaruhi produk atau merek yang mereka pilih
(Sumarwan, 2007).
Nama besar erat kaitannya dengan positioning klub sepakbola Bagi
klub sepakbola yang ada di Indonesia, positioning erat kaitannya dengan
aktivitas pendanaan klub. Munculnya peraturan dari PT Liga Indonesia
bahwa klub sepakbola peserta Liga Super Indonesia harus mencari dana
sendiri sepanjang mengikuti kompetisi membuat klub sepakbola harus
membangun positioning yang baik untuk menarik sponsor maupun donatur
perorangan. Positioning yang baik juga diperlukan untuk meningkatkan
jumlah penggemar klub sepakbola yang berpengaruh signifikan dari
5
keuntungan penjualan tiket pertandingan maupun merchandise original klub
sepakbola.
Membangun sebuah positioning tentunya tidaklah mudah, bahkan
penilaian penggemar akan suatu klub bisa berubah seiring dengan perubahan
prestasi maupun peristiwa-peristiwa di luar lapangan seperti kerusuhan saat
pertandingan maupun sistem transfer pemain yang tidak sesuai harapan
penggemar. Penulis memandang perlu adanya penelitian terkait positioning
salah satu klub sepak bola besar yang ada di Indonesia yaitu Persib Bandung
yang dikelola oleh PT Persib Bandung Bermartabat. Peneliti memilih Persib
Bandung dengan pertimbangan bahwa klub sepakbola tersebut merupakan
klub sepakbola yang telah berdiri sejak tahun 1933, memiliki popularitas
yang tinggi, basis supporter yang besar, termasuk klub dengan klasemen
papan atas namun menariknya klub sepakbola ini telah lama tidak memegang
gelar juara sejak tahun 1994. Adapun positioning yang dimaksud adalah
penilaian berdasarkan persepsi mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor
yang menggemari sepakbola dan mengetahui klub-klub sepakbola profesional
yang ada di Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Tingkat persaingan yang sangat ketat antar klub sepakbola di Indonesia
di dalam maupun di luar lapangan mengharuskan suatu klub harus memiliki
strategi dan manajemen yang baik agar bisa menarik banyak penggemar dan
sponsor untuk keberlangsungan klub. Salah satu hal yang harus diketahui
dalam rangka memenangkan persaingan tersebut adalah bagaimana pendapat
penikmat sepakbola tentang keberadaan klub yang bersangkutan.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dengan
mempertimbangkan kondisi tersebut adalah mengenai faktor apa saja yang
mempengaruhi penilaian mahasiswa penggemar sepakbola akan keberadaan
suatu klub, siapa saja pesaing terdekat klub Persib Bandung, dan bagaimana
positioning klub Persib Bandung berdasarkan persepsi mahasiswa strata satu
Institut Pertanian Bogor yang menggemari sepakbola dan mengetahui klub-
klub sepakbola profesional yang ada di Indonesia.
6
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi penilaian
mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor yang menggemari
sepakbola dan mengetahui klub-klub sepakbola professional yang ada di
Indonesia akan keberadaan suatu klub.
2. Mengidentifikasi pesaing-pesaing terdekat klub Persib Bandung.
3. Menganalisis positioning klub Persib Bandung berdasarkan persepsi
mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor yang menggemari
sepakbola dan mengetahui klub-klub sepakbola professional yang ada di
Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan atau informasi
kepada pihak klub sepakbola Persib Bandung dengan PT Persib Bandung
Bermartabat sebagai perusahaan yang mengelolanya, mengenai penilaian
mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang menggemari sepakbola dan
mengetahui klub-klub sepakbola professional yang ada di Indonesia terhadap
pencapaian Persib Bandung selama ini. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan sumbangan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan
sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat berguna bagi penulis untuk mengaplikasikan teori-teori
yang telah diterima selama perkuliahan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada persepsi mahasiswa strata satu Institut
Pertanian Bogor penggemar sepakbola yang mengetahui klub-klub sepakbola
professional yang ada di Indonesia yang pada akhirnya nanti menghasilkan
positioning klub sepakbola Persib Bandung. Namun terlebih dahulu
dilakukan identifikasi mengenai faktor yang mempengaruhi penilaian
penggemar sepakbola akan keberadaan suatu klub dan analisis pesaing-
pesaing terdekat klub Persib Bandung.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sepakbola
Sepak bola adalah permainan bola yang sangat populer dimainkan oleh
dua tim, yang masing-masing beranggotakan sebelas orang. Dua tim yang
masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan sebuah
bola bundar ke gawang lawan (mencetak gol). Tim yang mencetak lebih
banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit,
tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri).
Permainan ini memiliki banyak peraturan. Peraturan terpenting dalam
mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh
menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan.
(http://pssi-football.com)
2.2. Kesadaran Merek
Kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian
dari kategori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan
kontinum (continuum ranging) dari persamaan yang tidak pasti bahwa merek
tertentu dikenal, menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satu-
satunya dalam kelas produk selanjutnya.
Peran kesadaran merek dalam seluruh ekuitas merek tergantung dari
sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Tingkatan
kesadaran merek terdiri atas :
a. Unaware of brand (tidak menyadari merek)
Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek,
dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.
b. Brand Recognition (pengenalan merek)
Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat
seseorang pembeli memilih suatu merek saat melakukan pembelian.
c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek)
8
Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan
seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam kelas produk. Hal ini
diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena berbeda
dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan
merek tersebut.
d. Top of Mind (puncak pikiran)
Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan
pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek
yang paling banyak disebutkan pertama sekali merupakan puncak pikiran.
Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai
merek yang ada di dalam benak konsumen.
Tingkatan kesadaran merek secara berurutan dapat digambarkan
sebagai suatu piramida seperti di bawah ini :
Top
of Mind
Brand Recall
Brand Recognition
Unaware of Brand
Gambar 3. Piramida Kesadaran Merek (Aaker, 1997)
Peran kesadaran merek terhadap ekuitas merek dapat dipahami dengan
membahas bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai. Menurut
Durianto (2004), penciptaan nilai dapat dilakukan paling sedikit ada 4 cara
yaitu :
a. Anchor to which other association can be attached, artinya suatu merek
dapat digambarkan sebagai suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai
menggambarkan asosiasi merek tersebut.
9
b. Familiary-Lingking, artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan
rasa terbiasa terutama produk-produk yang bersifat low involvement
(kebiasaan terendah). Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan
kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam
membuat keputusan.
c. Substance/commitment, kesadaran akan nama dapat menandakan
keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu
perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan
mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif , jaringan
distribusiyang luas, ekstensi yang sudah lama dalam industry, dll. Jika
kualitas dua merek sama, kesadaran merek akan menjadi faktor yang
menentukan dalam keputusan pembelian konsumen.
d. Brand to consider. Langkah pertama proses pembelian adalah menyeleksi
dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan,
merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek yang memiliki Top of
Mind yang tinggi memiliki nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak
tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak
konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan
konsumen adalah merek yang disukai atau dibenci.
Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya
mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke kategori produk.
Menurut Durianto (2004), agar kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki
dapat ditempuh beberapa cara sebagai berikut:
a. Pesan yang dilakukan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan
dengan lainnya serta harus ada hubungannya antara merek dengan kategori
produknya.
b. Memakai slogan atau lagu yang menarik sehingga membantu konsumen
untuk mengingat merek.
c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat
dihubungkan dengan mereknya.
d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat
pelanggan.
10
e. Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang
sesuai kategori produk, merek, atau keduanya.
f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena
membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan.
2.3. STP (Segmentation, Targeting, Positioning)
Pada dasarnya, produsen melakukan penciptaan sekaligus penyerahan
nilai. Proses penciptaan dan penyerahan nilai kepada konsumen digabungkan
dalam bentuk Segmentation, Targeting, dan Positioning (Kotler, 1997).
2.3.1. Segmentation
Menurut Kasali (1998), segmentasi pada dasarnya adalah suatu
strategi untuk memahami struktur pasar, sedangkan targeting adalah
persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar.
Bagaimana menyeleksi pasar tergantung atau sangat ditentukan oleh
bagaimana pemasar melihat pasar itu sendiri. Dengan demikian pasar
yang dilihat oleh dua orang berbeda, yang didekati oleh metode
segmentasi yang berbeda akan menghasilkan peta yang berbeda pula.
Segmentasi adalah proses mengkotak-kotakkan pasar yang heterogen ke
dalam kelompok-kelompok ”potential customer” yang memiliki respon
yang sama dalam membelanjakan uangnya.
Menurut Peter dan Olsan dalam Basalmah (2008), segmentasi pasar
didefinisikan sebagai proses membagi suatu pasar ke dalam kelompok
konsumen dan sama menyeleksi kelompok-kelompok yang paling tepat
untuk dilayani oleh perusahaan. Menurut Kasali (1998), setidaknya ada
lima keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan segmentasi
pasar, yaitu :
(1) Mendisain produk-produk yang lebih responsif terhadap kebutuhan
pasar. Dengan memahami segmen-segmen yang responsif terhadap
suatu stimuli, maka pemasar dapat mendisain produk yang sesuai
dengan kebutuhan/keinginan segmen-segmen ini. Jadi perusahaan
menempatkan konsumen di tempat yang utama dan menyesuaikan
produknya untuk memuaskan konsumen.
11
(2) Menganalisis pasar
Segmentasi pasar membantu eksekutif mendeteksi siapa saja yang
akan menggerogoti pasar produknya.
(3) Menemukan peluang
Setelah menguasai pasar, mereka yang menguasai konsep segmentasi
dengan baik akan sampai pada ide untuk menentukan peluang.
Peluang ini tidak selalu sesuatu yang besar, tetapi pada masanya kan
menjadi besar.
(4) Menguasi posisi yang superior dan kompetitif
Mereka yang menguasai segmen dengan baik umumnya adalah
mereka yang paham betul konsumennya. Mereka mempelajari
pergeseran-pergeseran yang terjadi di dalam segmennya.
(5) Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien
Setelah tahu persis siapa segmennya, maka pemasar akan tahu
bagaimana berkomunikasi yang baik dengan mereka. Segmentasi
pasar adalah suatu landasan pengembangan strategi pemasaran yang
logis dan merupakan salah satu jembatan besar antara literatur tentang
perilaku konsumen yang berhubungan dengan strategi pemasaran.
Menurut Kotler (2007) segmentasi dibagi kedalam empat bagian
yaitu segmentasi geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.
1. Segmentasi geografis mengharuskan pembagian pasar menjadi unit-
unit geografis yang berbeda, seperti negara, negara bagian, wilayah,
propinsi, kota, atau lingkungan rumah tangga.
2. Dalam segmentasi demografis, pasar dibagi menjadi kelompok-
kelompok berdasarkan variable seperti usia, ukuran keluarga, siklus
hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan,
agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial.
3. Dalam segmentasi psikografis, para pembeli dibagi menjadi kelompok
yang berbeda berdasarkan gaya hidup atau kepribadian atau nilai.
4. Dalam segmentasi perilaku, pembeli dibagi menjadi kelompok-
kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian, atau tanggapan
mereka terhadap produk tertentu.
12
2.3.2. Targeting
Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang-peluang segmen
pasarnya, perusahaan harus mengevaluasi beragam segmen dan
memutuskan berapa banyak dan segmen mana yang akan dibidik. Menurut
Kasali (1998) produk dari targeting adalah target market (pasar sasaran),
yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan-
kegiatan pemasaran.
Menurut Kasali (1998) pemasar harus dapat membedakan pasarnya
antara pasar jangka pendek-pasar masa depan dan pasar primer-pasar
sekunder dalam membidik konsumennya. Pasar sasaran jangka pendek
adalah pasar yang ditekuni hari ini yang direncanakan akan dijangkau
dalam waktu dekat. Pasar inilah yang menghasilkan penjualan dalam
waktu dekat. Pasar masa depan adalah pangsa pasar tiga atau lima tahun
dari sekarang. Pasar sasaran primer adalah sasaran utama produk pemasar.
Mereka terdiri dari konsumen-konsumen yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Umumnya target primer adalah pemakai
fanatic (heavy user). Adakalanya target primer adalah para penyalur
(distributor-distributor utama) yang menguasai sebagian besar peredaran
produk. Pasar sekunder adalah pasar yang terdiri dari konsumen-konsumen
yang sering tidak dianggap penting tapi jumlahnya cukup besar.
Menurut Proctor (1996) dalam Kasali (1998) setelah mengetahui
pasar sasaran jangka pendek-pasar sasaran masa depan dan pasar sasaran
primer-pasar sasaran sekunder, marketer harus menimbang-nimbang
berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan strategi pasar sasaran. Faktor-
faktor itu bisa berasal dari dalam, bisa dari luar perusahaan. Faktor-faktor
yang harus diperhatikan yaitu tahap dalam product life cycle, keinginan
konsumen dalam keseluruhan pasar, potensi dalam pasar, struktur dan
intensitas kompetisi dan sumber daya.
2.3.3. Positioning
Setelah pasar sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah
melakukan positioning. Positioning pada dasarnya adalah suatu strategi
untuk memasuki jendela otak konsumen. . Positioning biasanya tidak
13
menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama barang-barang yang
tersedia dalam suatu masyarakat tidak begitu banyak, dan persaingan
belum menjadi suatu yang penting. . Positioning baru akan menjadi
penting apabila persaingan sudah sangat sengit.
Positioning adalah bentuk dari strategi komunikasi untuk memasuki
jendela otak konsumen agar produk dan merek yang ditawarkan
mengandung arti tertentu yang dalam berbagai segi mencerminkan
keunggulan terhadap produk atau merek dalam hubungan asosiatif,
dengan demikian positioning berkaitan dengan bagaimana produsen
memposisikan produk atau mereknya diantara pesaing dan memposisikan
produknya dengan merek dibenak konsumen atau pelanggan (Kasali,
1998)
Dalam pemasaran, positioning adalah teknik yang coba dibuat oleh
pemasar untuk menciptakan gambaran, citra, atau identitas dalam benak
atau pikiran konsumen target terhadap produk, merek, atau perusahaan.
Positioning adalah perbandingan relatif kompetitif dari produk yang
diluncurkan di pasar dan dipersepsikan oleh konsumen target. Posisi
produk adalah bagaimana pembeli potensial melihat dan menilai produk
tersebut.
Menurut Kotler (2007), penetuan posisi (positioning) adalah tindakan
merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi yang
khas (dibandingkan dengan para pesaing) di dalam benak pelanggan
sasarannya. Tujuannya adalah menempatkan merek dalam pikiran
konsumen untuk memaksimalkan potensi manfaat perusahaan.
Positioning tidak boleh dilakukan secara semena-mena. Produk harus
didisain berdasarkan positioning yang diharapkan di dalam pikiran;
positioning harus diputuskan sebelum produk tersebut didisain.
Positioning adalah pemetaan persepsi dan merupakan saat produk
atau jasa sesuai dengan pangsa pasar. Positioning yang efektif
menempatkan produk atau jasa dalam baris pertama ingatan pembeli
potensial. Positioning adalah alat yang sangat kuat untuk menciptakan
citra. Citra adalah hasil reprentasi dari keinginan menjadi apa yang
14
diinginkan, melakukan apa yang ingin dilakukan dan mendapatkan apa
yang ingin didapatkan.
Menurut Kasali (1998), sebelum menentukan positioning ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Positioning adalah strategi komunikasi
Komunikasi dilakukan untuk menjembatani produk/merek/nama
perusahaan dengan calon konsumen. Meski positioning bukanlah
sesuatu yang dilakukan terhadap produk, komunikasi berhubungan
dengan atribut-atribut yang secara fisik maupun nonfisik melekat
pada produk perusahaan. Warna, disain, tulisan yang tertera di label,
kemasan, nama merek adalah diantaranya. Selain itu perlu diingat
bahwa komunikasi menyangkut aspek yang luas. Ia bukan semata-
mata berhubungan dengan iklan meski iklan menyita porsi anggaran
komunikasi yang sangat besar. Komunikasi menyangkut soal citra
yang disalurkan melalui model iklan, media yang dipilih, outlet yang
menyalurkan produk perusahaan, sikap para manajer dan tenaga
penjual, berbagai bentuk sponsorship, produk-produk terkait, bentuk
fisik bangunan, manajer/CEO/komisaris yang diangkat dan
sebagainya.
2. Positioning yang bersifat dinamis
Perlu diingat bahwa persepsi konsumen terhadap suatu
produk/merek/nama bersifat relatif terhadap struktur persaingan.
Begitu keadaan pasar berubah, begitu sebuah pemimpin pasar jauh,
atau begitu pendatang baru berhasil menguasai tempat tertentu maka
positioning produk perusahaan pun berubah. Oleh karena itu, patut
dipahami bahwa positioning adalah strategi yang harus terus
menerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara, dan dibesarkan.
3. Positioning berhubungan dengan even marketing
Karena positioning berhubungan dengan citra dibenak konsumen,
pemasar harus mengembangkan strategi Marketing Public Relation
(MPR) melalui event marketing yang dipilih sesuai dengan karakter
produk perusahaan.
15
4. Positioning berhubungan dengan atribut-atribut produk
Konsumen pada dasarnya tidak membeli produk, tetapi
mengkombinasikan atribut. Ekonom Kelvin Lancaster dalam Kasali
(1998) menyatakan bahwa suatu barang tidak dengan sendirinya
memberikan utility. “Barang itu memiliki karakteristik dan
karakteristik- karakteristik itulah yang membangkitkan utility”.
Karakteristik itulah yang didalam positioning disebut atribut. Atribut-
atribut itulah yang ditonjolkan produsen dalam positioning.
5. Positioning memberi arti dan arti itu harus penting bagi konsumen
Pertama-tama pemasar harus mencari tahu atribut-atribut apa yang
dianggap penting oleh konsumen (sasaran pasarnya) dan atribut-
atribut yang dikombinasikan itu mengandung arti.
6. Atribut-atribut yang dipilih harus unik
Selain unik atribut-atribut yang hendak ditonjolkan harus dapat
dibedakan dengan yang sudah diakui milik pesaing. Beberapa jenis
produk yang pesaingnya sedikit, umumnya konsumen tidak memiliki
kesulitan untuk membedakan, tetapi untuk produk-produk lain yang
pasarnya yang demikian banyak mungkin konsumen akan mengalami
kesulitan.
7. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan
(positioning statement)
Pernyataan ini selain memuat atribut-atribut yang penting bagi
konsumen, harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus
dapat dipercaya. Secara umum, semakin beralasan klaim yang
diajukan, semakin objektif, maka semakin dipercaya.
Ries dan Trout dalam Kotler (2004) berpendapat bahwa
penentuan posisi dimulai dengan produk. Tetapi positioning bukanlah
apa yang dilakukan perusahaan terhadap suatu produk, melainkan apa
yang perusahaan lakukan terhadap akal pikiran calon-calon
pelanggannya. Jadi, perusahaan memposisikan produk itu di dalam
pikiran calon pelanggan. Selain itu produk terkenal pada umumnya
memiliki suatu posisi tersendiri di benak konsumen. Merek-merek
16
yang sudah memiliki posisinya masing-masing di benak konsumen
akan sulit bagi pesaing untuk mencurinya. Pesaing hanya memiliki tiga
pilihan strategi.
1. Strategi pertama adalah memperkuat posisinya sendiri saat ini
di benak konsumen
2. Strategi kedua adalah mencari dan merebut posisi baru yang
belum ditempati kemudian menggeser (deposition) atau mengubah
(reposition) posisi persaingan. Pemasar harus mengidentifikasi
atribut atau manfaat penting yang dapat dimiliki suatu merek
secara meyakinkan.
3. Strategi ketiga adalah strategi kelompok-eksekutif. Positioning
mengharuskan perusahaan mengerjakan tiap aspek terwujud dari
produk, harga, tempat, dan promosi guna mendukung strategi
positioning yang dipilih. Setelah perusahaan mengembangkan
strategi positioning yang jelas, perusahaan harus
mengkomunikasikan positioning itu secara efektif.
Merek-merek yang tidak berada pada urutan pertama dalam pasar
mereka (diukur dari besarnya perusahaan atau atribut-atribut lainnya)
tidak perlu merasa cemas, yang mereka perlukan hanyalah memilih
atribut lain dan menjadi nomor satu dalam atribut yang dipilih tersebut.
Setiap pesaing akan menarik pelanggan-pelanggan yang cocok dengan
atribut-atribut utama setiap perusahaan tersebut.
Treacy dan Wiersema dalam Kotler (2004) membedakan tiga
positioning utama (yang disebut sebagai “disiplin nilai”) sebagai
berikut: Product leadership (kepemimpinan produk), operational
excellence (keunggulan operasional), dan customer intimacy
(keakraban dengan pelanggan). Beberapa pelanggan paling
menghargai perusahaan-perusahaan yang dapat menawarkan produk-
produk yang terbaik dalam kategorinya; beberapa menghargai
perusahaan karena dapat berorientasi dengan efisien; dan beberapa
lainnya menghargai perusahaan karena mereka dapat memberi respon
yang terbaik atas keinginan-keinginan mereka. Sedangkan Crawford
17
dan Matthews dalam Kotler (2004) mengusulkan lima kemungkinan
positioning: product (produk), price (harga), ease of acces (kemudahan
dalam mengakses), value-added service (jasa-jasa yang memberi nilai
tambah), dan customer experience (pengalaman pelanggan).
Menurut Kasali (1998), selain menggunakan atribut sebagai alat
untuk mengembangkan pernyataan positioning, praktisi pemasaran
juga dapat mengunakan cara lain:
1. Positioning berdasarkan perbedaan produk. Pemasar dapat
menunjukkan kepada pasarnya dimana letak perbedaan produknya
terhadap pesaing (unique product feature). Produsen yang
menghasilkan produk prioritas dapat melakukan cara ini.
Kelemahan cara ini adalah perbedaan yang ditonjolkan mudah
ditiru oleh pesaing.
2. Positioning berdasarkan manfaat produk. Manfaat produk
dapat pula ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap
penting oleh konsumen. Ada banyak bentuk manfaat yang
ditonjolkan seperti waktu, kemudahan, kejelasan, kejujuran,
kenikmatan, murah, jaminan, dan sebagainya. Manfaat yang
bersifat ekonomis (murah, wajar, sesuai dengan kualitasnya), fisik
(tahan lama, bagus, enak dilihat) atau emosional (berhubungan
dengan self image).
3. Positioning berdasarkan pemakaian. Disini distribusi yang
ditonjolkan adalah pemakaian produk itu.
4. Positioning berdasarkan kategori produk. Positioning ini
biasanya dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul dalam
suatu kategori produk.
5. Positioning kepada pesaing. Di Indonesia pemasar dilarang
mengiklankan produknya dengan membandingkan dirinya kepada
pesaingnya. Positioning berdasarkan pesaing di dalam periklanan
modern adalah hal yang menjadi biasa dimana-mana. Di Amerika
iklan perbandingan diperkenankan karena terbukti mampu
mengangkat perusahaan-perusahaan kecil yang membandingkan
18
dirinya dengan perusahaan-perusahaan besar. Di Indonesia, karena
perbandingan langsung dilarang, pemasar biasa menggunakan cara
tidak langsung.
6. Positioning melalui imajinasi. Positioning memang merupakan
hubungan asosiatif. Pemasar dapat mengembangkan positioning
produknya dengan menggunakan imajinasi-imajinasi seperti
tempat, orang, benda-benda, situasi, dan lain sebagainya.
7. Positioning berdasarkan masalah. Terutama untuk produk-
produk/ jasa-jasa baru yang belum begitu dikenal. Produk (barang
atau jasa) baru biasanya diciptakan untuk member solusi kepada
konsumennya. Masalah yang dirasakan dalam masyarakat atau
dialami konsumen diangkat ke permukaan, dan produk yang
ditawarkan diposisikan untuk memecahkan persoalan tersebut.
Persoalan itu biasanya berhubungan dengan sesuatu yang aktual,
dapat berupa persoalan jangka pendek yang waktunya singkat
sekali untuk diatasi (atau masyarakat segera beralih kepada
persoalan lain yang dinilai lebih penting) atau suatu persoalan yang
dinamis dan jangka panjang.
Dalam menentukan positioning perusahaan harus menghindari
empat kesalahan utama dalam positioning, menurut Kotler dalam
Kasali (1998) antara lain:
1. Positioning yang kurang (underpositioning). Produk
mengalami underpositioning apabila keunggulan produknya tidak
dirasakan konsumen. Produk tidak memiliki posisi yang jelas
sehingga dianggap sama saja dengan kumpulan produk lainnya di
pasar. Masalahnya konsumen tidak bisa membedakan mereka
dengan merek-merek lainnya.
2. Positioning yang berlebihan (overpositioning). Adakalanya
pemasar terlalu sempit memposisikan produknya sehingga
mengurangi minat konsumen yang masuk dalam segmen pasarnya.
19
3. Positioning yang membingungkan (confused positioning).
Konsumen bisa mengalami keragu-raguan karena pemasar
menekankan terlalu banyak atribut.
4. Positioning yang meragukan (doubtful positioning).
Positioning ini diragukan kebenarannya karena tidak didukung
bukti yang memadai. Konsumen tidak percaya, karena selain tidak
didukung bukti yang kuat, mereka mungkin memiliki pengalaman
tertentu terhadap merek tersebut, atau marketing mix yang
diterapkan tidak konsisten dengan keberadaan produk.
Tidak ada satu bentuk positioning yang akan bertahan selamanya.
Sejalan dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada konsumen,
para pesaing, teknologi dan ekonomi, perusahaan harus melakukan
evaluasi kembali positioning dari merek-merek utama mereka. Bagi
beberapa merek yang telah kehilangan pangsa pasar kemungkinan
perlu di- positioning ulang. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati.
Mengganti merek memang akan mendatangkan konsumen-konsumen
baru, tetapi mungkin juga akan kehilangan konsumen-konsumen lama
yang lebih suka pada merek yang lama (Kotler, 2004). Positioning
adalah “single statement” yang mengupayakan persepsi terhadap suatu
produk jadi ”unik di benak konsumen” (Kertajaya, 2004).
2.4. Persepsi Konsumen
Konsep persepsi berhubungan erat dengan bagaimana konsumen
memproses informasi. Proses berfikir melibatkan sesuatu yang disebut
persepsi. Persepsi inilah yang menjadi pusat perhatian para ahli positioning.
Dapat dikatakan juga bahwa persepsi mengatur indra-indra kita menafsirkan
berbagai informasi dalam bentuk yang lebih berarti.
Menurut Kotler 1997, persepsi adalah suatu proses dimana seseorang
memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi menjadi
suatu gambaran yang berarti mengenai suatu objek. Persepsi seseorang
tergantung pada seberapa jauh suatu objek memberi arti dan manfaat
terhadap seseorang dan persepsi juga melibatkan derajat kesadaran, suatu arti
atau penghargaan terhadap suatu objek tersebut.
20
Mowen dalam Apriantoro (2006) mendefinisikan persepsi sebagai suatu
proses dimana individu terekspos oleh informasi, menyediakan kapasitor
prosesor yang lebih luas dan menginterpretasikan informasi tersebut. Persepsi
memegang peranan penting dalam konsep positioning karena manusia
menafsirkan suatu produk atau merek melalui persepsi yaitu hubungan
asosiatif yang disimpan melalui proses sensasi (Kasali 1998).
Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada
rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan
individu itu sendiri. Persepsi dapat sangat beragam antara individu yang satu
dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. Persepsi seseorang
dapat dibedakan atas dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianutnya
dan ekspektasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi produk, sifat-sifat
stimulus dan situasi lingkungan.
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis positioning sebelumnya telah dilakukan
oleh Eidri (2009) yang menganalisis positioning Institut Pertanian Bogor
berdasarkan persepsi siswa-siswi SMU di Bogor. Berdasarkan penelitian
tersebut, Institut Pertanian Bogor menempati peringkat kedua perguruan
tinggi yang paling diingat, memiliki pesaing terdekat Universitas Indonesia,
dan diposisikan sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam bidang
lingkungan kampus yang asri, program beasiswa, biaya kuliah yang
terjangkau, dan lokasi kampus yang strategis.
Penelitian mengenai analisis positioning juga telah dilakukan oleh
Amelia (2009) yang menganalisis positioning Jagorawi Golf and Country
Club Cibinong Bogor berdasarkan persepsi pelanggan. Berdasarkan
penelitian tersebut, tidak ada pesaing yang cukup dekat dengan Jagorawi Golf
and Country Club (JGCC) serta diposisikan oleh responden sebagai sarana
golf yang memiliki tipe lapangan dan kondisi rumput yang baik.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Apriantoro (2006) yang
menganalisis positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam pasar restoran
fast food di kota Bogor. Berdasarkan penelitian tersebut, restoran Popeyes
21
Chicken and Seafood memiliki pesaing utama yaitu Mc Donald dan
Kentucky Fried Chicken serta diposisikan oleh responden sebagai restoran
yang memiliki bumbu yang khas.
Pradita (2006) melakukan penelitian mengenai analisis positioning XL
bebas dan jempol pada PT Excelcomindo Pratama. Berdasarkan penelitian
tersebut, XL bebas diposisikan oleh konsumen sebagai produk dengan
kualitas suara yang jernih, promosi yang menarik serta kemudahan dalam
membeli dan mengisi ulang. Sedangkan XL jempol diposisikan oleh
konsumen sebagai produk dengan tarif yang murah.
22
III. METODE PENELITIAN
1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Dalam pemasaran, positioning adalah teknik yang coba dibuat untuk
menciptakan gambaran, citra atau identitas dalam benak atau pikiran
konsumen target terhadap produk, merek, atau perusahaan. Dalam industri
sepakbola, positioning suatu klub diperlukan untuk pencitraan klub yang
positif yang tentunya akan berpengaruh dalam hal-hal seperti penjualan tiket,
merchandise, fanatisme penggemar, pendanaan dari investor serta sponsor
yang menjadi kebutuhan vital klub sepakbola professional untuk tetap eksis.
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam menentukan positioning
adalah dengan mengidentifikasi pesaing dan memperkuat posisi di benak
konsumen. Tidak ada suatu bentuk positioning yang akan bertahan selamanya
dalam dunia bisnis sejalan dengan banyaknya perubahan yang terjadi
pada konsumen, pesaing, teknologi atau bahkan ekonomi. Karena itulah
perusahaan maupun organisasi perlu selalu melakukan peningkatan terkait
positioning nya.
Adapun kerangka pemikiran penelitian ini menggunakan metode
Multidimensional Scalling dimana hubungannya sangat erat dengan psikologi
konsumen, dengan menggunakan satu merek yaitu Persib Bandung sebagai
acuan yang nantinya akan dibandingkan dengan pesaing terdekat yang
sejenis. Peneliti juga menggunakan analisis faktor dimana tujuan umumnya
adalah menemukan satu atau beberapa variabel atau konsep yang diyakini
sebagai sumber yang melandasi seperangkat variabel nyata. Adapun analisis
deskriptif digunakan untuk membuat gambaran mengenai karakteristik
responden.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi ini
dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan peneliti.
Penelitian dilakukan selama bulan Mei hingga Juni 2010.
23
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan dari hasil survey, yaitu mengambil sampel
dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data
yang utama. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa strata satu
Institut Pertanian Bogor penggemar sepakbola yang mengetahui klub-klub
sepakbola professional yang ada di Indonesia. Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari beberapa sumber data dan literatur yang dapat
mendukung serta memenuhi informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Industri Sepakbola Indonesia
Atribut dalam Klub Sepakbola Profesional
Persib
Bandung Persija
Jakarta
Arema
Indonesia
Sriwijaya FC
Palembang Persipura
Jayapura
Posisi Klub Sepakbola Profesional
Pesaing Terdekat
Persib Bandung
Positioning Persib Bandung
Analisis Faktor
Multi Dimensional Scalling Analisis kesadaran merek
Analisis deskriptif
dalam Semantic
Differensial
24
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan diantaranya artikel dari
majalah maupun internet, buku, dan sumber lain yang dapat mendukung data
dalam penelitian ini.
3.4. Metode Pemilihan Sampel
3.4.1. Pemilihan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa strata satu Institut
Pertanian Bogor . Pemilihan sampel dilakukan dengan prosedur penarikan
sampel non probabilitas dengan menggunakan metode quota sampling.
Quota sampling dapat dikatakan sebagai judgement sampling dua tahap
(Durianto dkk, 2004). Tahap pertama adalah tahapan dimana peneliti
merumuskan kategori kontrol atau quota dari populasi yang akan diteliti.
Sedangkan tahap kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan
diambil, dapat secara convenience atau judgement. Dalam penelitian ini,
sampel diambil secara judgement.
i. Ukuran Sampel
Peneliti menggunakan rumus Slovin (Umar,2003) ntuk menentukan
ukuran minimal sampel yang dibutuhkan dari suatu populasi sehingga
mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan dan mewakili data
populasi. Data jumlah mahasiswa IPB sebagai populasi penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Mahasiswa IPB Tahun 2009
Fakultas Laki-laki Perempuan Jumlah
Pertanian 791 1074 1865
Kedokteran Hewan 275 403 678
Perikanan dan Ilmu Kelautan 795 819 1614
Peternakan 377 585 962
Kehutanan 774 824 1598
Teknologi Pertanian 837 894 1731
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
1274 1567 2841
Ekonomi dan Manajemen 556 1195 1751
Ekologi Manusia 238 900 1138
Jumlah 5917 8261 14178
Sumber: Direktorat AJMP-IPB (31 Desember 2009)
25
Dalam Rumus Slovin ditentukan bahwa :
n = …………………………………………………(1)
dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan
Berdasarkan rumus tersebut maka :
Agar sampel yang didapat sesuai dengan proporsinya, maka
pembagian sampel per fakultas dilakukan dengan menggunakan metode
kuota. Jumlah sampel untuk setiap fakultas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Proporsi Sampel Tiap-Tiap Fakultas
Fakultas Jumlah Responden
Pertanian 13
Kedokteran Hewan 5
Perikanan dan Ilmu Kelautan 12
Peternakan 7
Kehutanan 11
Teknologi Pertanian 12
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 20
Ekonomi dan Manajemen 12
Ekologi Manusia 8
Jumlah 100
3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk dapat mengukur besarnya nilai dari suatu variabel yang ingin
diteliti, diperlukan alat ukur berupa skala atau tes yang reliabel dan valid agar
kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan gambaran
yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Dengan menggunakan
instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, diharapkan akan
26
memperoleh hasil penelitian yang valid dan reliabel juga. Berikut akan
dijelaskan mengenai uji validitas dan uji reliabilitas:
3.5.1. Uji Validitas
Langkah awal yang harus dilakukan sebelum menyebar kuesioner
adalah melakukan uji validitas, yaitu pernyataan sampai sejauh mana data
yang akan diambil pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin
diukur (Umar,2003). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji validitas konstruk, karena menggunakan kuesioner dengan
ukuran skala kepentingan.
Adapun rumus dari korelasi product moment yaitu sebagai berikut :
N ( XY) – ( X Y)
r = ………….(2)
N X2 - X)
2N Y
2 - Y)
2
Keterangan :
N = Jumlah Responden
X = Skor masing-masing pernyataan dari tiap responden
Y = Skor total semua pernyataan dari tiap responden
3.5.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur tersebut
digunakan berulang kali. (Umar, 2003). Reliabilitas pada dasarnya adalah
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil
pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil yang relatif
sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang
baik (Suliyanto,2005). Teknik uji realibilitas yang digunakan yaitu teknik
Cronbach’s Alpha. Rumus pengujian reliabilitas dengan menggunakan
teknik Cronbach’s Alpha adalah :
r11 = ……………………………………….(3)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrument
k = Banyak butir pertanyaan
b2 = Jumlah ragam butir
t2 = Ragam total
27
3.6 Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan analisis ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran, secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir,
1999). Menurut Whitney dalam Nazir (1999) metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan intrepertasi yang tepat. Data yang diperoleh mengenai
karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan dikelompokkan
berdasarkan jawaban-jawaban yang sama kemudian jawaban tersebut
dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar
merupakan jawaban dominan dari masing-masing peubah yang diteliti.
3.7 Analisis Faktor
Menurut Malhotra dalam Suliyanto (2005) analisis faktor merupakan
salah satu bentuk analisis multivariate yang tujuan umumnya adalah
menemukan satu atau beberapa variabel atau konsep yang diyakini sebagai
sumber yang melandasi seperangkat variabel nyata. Sedangkan menurut
Suliyanto, 2005 analisis faktor merupakan suatu teknik untuk menganalisis
tentang saling ketergantungan (interdependence) dari beberapa variabel
secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan
antara beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih
sedikit daripada variabel yang diteliti. Fungsi analisis faktor antara lain untuk
mengidentifikasi dimensi-dimensi mendasar yang dapat menjelaskan korelasi
dari serangkaian variabel, mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih
kecil, untuk menggantikan variabel tidak berkorelasi dari serangkaian
variabel asli yang berkolerasi, dan mengidentifikasi beberapa variabel kecil
dari sejumlah variabel yang banyak untuk di analisis dengan analisis
multivariate lainnya (Suliyanto,2005).
Tidak ada ukuran sampel minimal yang diterima dalam analisis faktor,
semakin besar ukuran sampel maka analisis faktor menjadi semakin akurat.
Sebaiknya ukuran sampel berjumlah 100 atau lebih. Namun, ketentuan ini
28
tidak mutlak. Sebagai aturan umum, jumlah responden minimal adalah tiga
kali jumlah variabel (Simamora,2005). Metode ekstraksi yang digunakan
dalam analisis faktor adalam Principal Compenent Analysis (metode
komponen utama), yaitu untuk mengelompokkan variabel-variabel ke dalam
beberapa komponen utama.
Selanjutnya dilakukan tahapan proses analisis faktor dengan software
SPSS versi 15,0 sebagai berikut :
1. Pemilihan variabel yang layak untuk dimasukkan dalam analisis faktor.
Analisis faktor berupaya untuk mengelompokkan sejumlah variabel,
untuk itu haruslah ada korelasi yang kuat antar variabelnya. Jika
berkorelasi lemah maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis
faktor. Metode yang digunakan untuk menguji hal tersbeut adalah
Bartllet’s Test of Sphericity. Kesesuaian analisis faktor diuji dengan
menggunakan metode Kaiser-Mayer-Olkin (KMO). Angka MSA
berkisar 0 sampai 1, dengan kriteria jika nilai MSA sama dengan satu
artinya variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel
lain. MSA diatas 0,5 artinya variabel masih dapat diprediksi tanpa
kesalahan oleh variabel lain. Data selengkapnya mengenai KMO dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. KMO
Harga KMO Tingkat Kesesuaian Pengunaan Analisis Faktor
0.9 Sangat memuaskan
0.8 Memuaskan
0.7 Harga menengah
0.6 Cukup
0.5 Kurang memuaskan
<0.5 Tidak dapat diterima
2. Setelah variabel dipilih dengan MSA, kemudian diekstraksikan dengan
metode Principal Component Analysis (PCA) sehingga menghasilkan
satu atau beberapa faktor.
3. Faktor yang terbentuk seringkali kurang menggambarkan perbedaan,
sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Untuk itu, perlu dilakukan rotasi
yang secara geometric berarti pemutaran sumbu faktor baru dengan
bobot baru tanpa perubahan konfigurasi asal. Metode rotasi yang
29
digunakan adalah varimax, karena menitikberatkan pada kesederhanaan
kolom-kolom matriks bobotnya, yang berarti beberapa peubah akan
mempunyai bobot tertinggi hanya pada satu faktor dan sisanya pada
faktor lain, sehingga akan memudahkan dalam interpretasi peubah
untuk setiap faktor.
4. Setelah komponen utama terbentuk, maka proses selanjutnya adalah
interpretasi hasil dari analisis faktor.
Analisis faktor bukan segalanya. Teknik ini tidak terlepas dari berbagai
kelemahan. Keterbatasan utama adalah tingginya subjektivitas dalam
penentuan jumlah faktor, interpretasi setiap faktor, dan pemilihan rotasi.
keterbatasan lainnya tidak adanya kriteria untuk menyatakan bahwa hasil
analisis faktor betul-betul sah.
3.8. Multidimensional Scalling
Multidimensional Scalling merupakan teknik eksplorasi yang digunakan
untuk menggambarkan perhitungan dalam dimensi kecil. Interpretasi dari
dimensi ini akan menuju pada pemahaman dari proses perhitungan, yang
selanjutnya dapat menginterpretasikan pendapat seseorang yang berbeda-
beda sehingga dapat ditentukan suatu solusi. Teknik ini memiliki hubungan
erat dengan psikologi konsumen, menurut Deun, et.al dalam Apriontoro
2006, menjelaskan bahwa pada umumnya Multidimensional Scalling
memetakan variable-variabel dalam dua atau tiga dimensi. Metode
Multidimensional yang dilakukan adalah Anchor Cluster Method, dimana
dengan Anchor Cluster Method kita dapat menggunakan satu merk sebagai
acuan. Pada penelitian ini membahas mengenai siapa pesaing terdekat Klub
Persib Bandung, dengan metodenya yaitu dengan menggunakan satu merk
sebagai acuan dan dalam hal ini Klub Persib Bandung sendiri sebagai subjek
penelitian. Kemudian responden menilai kemiripan sejumlah klub sepakbola
professional lainnya dan memilih karakteristik klub sepakbola yang paling
mirip dengan Klub Persib Bandung. Sehingga diperoleh matriks yang
berbentuk conditional karena tidak dapat membandingkan baris dengan baris
(tidak simetris). Untuk menghitung jarak euclidean perlu diketahui koordinat
setiap objek (dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah karakteristik
30
klub sepakbola professional lainnya). Dengan koordinat dan perhitungan
jarak euclidean yang dapat dihitung dengan rumus :
ed= (xi-xp)2 + (yi-yp)
2 …………………………………………. (4)
Di mana :
ed = jarak euclidean
xi = absis karakteristik klub sepakbola ke-i pada dimensi 1 (i=1,2,…,n)
yi = ordinat karakteristik klub sepakbola ke-i pada dimensi 2 (i=1,2,…,n)
xp = absis Klub Persib Bandung pada dimensi 1
yp = ordinat Klub Persib Bandung pada dimensi 2
Untuk mengukur seberapa baik Multidimensional Scalling digunakan
stress. Semakin rendah stress berarti semakin baik MDS yang kita gunakan,
menurut Maholtra dalam Simamora (2005). Cara menghitung stress
bermacam-macam tapi yang banyak digunakan adalah stress Kruskal,
sebagaimana yang telah dirumuskan:
Stress = (dy – d)2
(dy – d)2 ………………………………………(5)
Di mana:
d = rata-rata jarak dalam peta
dy = jarak turunan (derived distance) atau kemiripan (similarity data) yang
dihasilkan komputer
dy = data jarak yang diberikan responden
Tabel 5. Standar Kruskall untuk Stress
Sumber : Kruskal dalam Simamora (2004)
Stress (percent) Goodness of Fit
20 Poor
10 Fair
5 Good
2,5 Excellent
0 Perfect
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Persib Bandung
Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng
Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini
merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa
itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang
kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R.
Atot.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta,
SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM
Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani
kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo
Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr.
Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar
kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi
perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang
juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepak bola
Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada
tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi
dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih
Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung
kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari,
OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Setelah Indonesia merdeka, reputasi Persib sebagai salah satu jawara
kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan,
Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada
tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994.
Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada
tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
32
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada
kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan
mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Pada
musim pertama kompetisi Liga Super Indonesia 2008/2009, Persib berada
di peringkat 3 klasemen. Setelah itu Persib meraih peringkat 4 di musim
kompetisi 2009/2010. Prestasi juga ditorehkan oleh cikal bakal tim Persib
senior, yaitu Persib U-21 yang berhasil menjadi juara puncak klasemen
Liga Super Indonesia U-21 tahun 2010.
Persib Bandung dalam setiap laga kandangnya biasanya
menggunakan stadion Si Jalak Harupat dan Siliwangi. Pada tahun 2008,
klub Persib Bandung meletakkan batu pertama untuk pembangunan
stadion resmi mereka yang diberi nama Gedebage. Pembangunan stadion
ini diperkirakan selesai pada tahun 2011.
Baik dalam pertandingan kandang maupun tandang, Persib selalu
didukung oleh penggemarnya. Masyarakat pendukung klub Persib
Bandung kerap disebut bobotoh. Pada era Liga Indonesia, bobotoh
kemudian mengorganisasikan diri dalam beberapa kelompok pecinta
Persib seperti Viking Persib Club, Bomber, Rebolan, Jurig Persib, Casper
dan Persib-1337.
4.1.2. PT Persib Bandung Bermartabat
PT Liga Indonesia mewajibkan klub yang mengikuti kompetisi Liga
Super 2009-2010 mengubah statusnya menjadi klub professional
berbadan hukum Klub berstatus profesional dilarang menggunakan dana
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13/2006 yang
direvisi menjadi Permendagri Nomor 59/2007. Kondisi itu yang
membuat 36 Persatuan Sepakbola (PS) sebagai pemilik Persib, sepakat
memberikan mandat kepada Walikota Bandung H Dada Rosada untuk
menyelamatkan Persib agar tetap bisa mengikuti kompetisi.
Pada tanggal 20 Agustus 2009 di Pendopo Kota Bandung, diadakan
pertemuan dengan melibatkan elemen sepakbola di Bandung, seperti
pengurus Persib, mantan pemain Persib, pengamat sepakbola,
33
penggemar, dan pejabat pemerintahan Kota Bandung, untuk
membicarakan masa depan Persib yang harus berubah menjadi badan
hukum. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan berdirinya PT
Persib Bandung Bermartabat sebagai perusahaan yang bergerak di
bidang pengelolaan Klub Persib Bandung. Gedung kantor PT
Persib Bandung Bermartabat terletak di Jalan Sulanjana nomor 17, lantai
3, Bandung dengan nomor telepon (022) 4221933.
Pada musim kompetisi 2009/2010, PT Persib Bandung Bermartabat
telah menjalankan kerjasama dengan beberapa perusahaan yang menjadi
sponsor Klub Persib Bandung, di antaranya Corsa, Sozzis, Honda,
Evalube, Yomart, BTPN, Djarum Super, dan Sports Station. Logo
produk-produk tersebut terpasang di kostum tim Persib Bandung selama
satu musim kompetisi berselang. Untuk kostum tim sendiri, Persib
Bandung 2009/2010 disponsori oleh Diadora. Selain itu PT Persib
Bandung Bermartabat juga bekerjasama dengan sejumlah musisi asal
Jawa Barat untuk membuat album tentang Persib Bandung.
Gambar 5. Kostum Tim Persib Bandung Musim Kompetisi 2009/2010
Untuk menghadapi Liga Super Indonesia musim 2009/2010 PT
Persib Bandung Bermartabat meluncurkan "Persib Card" yang
merupakan salah satu bentuk program yang ditawarkan oleh PT Persib
Bandung Bermartabat kepada masyarakat umum atau kelompok
pendukung yang biasa disebut bobotoh untuk berpartisipasi dan berperan
aktif mengantarkan Persib Bandung berlaga di Liga Super Indonesia
2009-2010 dan Piala Indonesia 2009-2010.
34
"Persib Card" diluncurkan kepada publik dengan empat jenis kartu
yakni Platinum senilai Rp 10 juta per tahun, Gold Rp 5 juta, Silver Rp 1
juta dan Blue senilai Rp 100 ribu per tahun. Persib Card menjadi modal
untuk mendapatkan data statistik yang meliputi jumlah 'bobotoh' tercatat
berdasar usia, jenis kelamin, profesi, domisili dan data lainnya yang
berharga dan memperkuat posisi tawar Persib.
Para pemilik kartu Persib itu akan mendapatkan beberapa manfaat
sesuai dengan kategori kartu yang dimilikinya antara lain tiket VIP,
kostum Persib, syal, asuransi kecelakaan dan diskon belanja di gerai
berlogo EC. Selain menjalankan bisnis Persib Card, PT Persib Bandung
Bermartabat juga menyediakan merchandise original edisi terbatas
seperti jersey Persib, menjual tiket pertandingan dan menjadi panitia
pelaksana seluruh pertandingan di kandang Persib.
Sebagai klub sepakbola berbadan hukum, kepengurusan Persib
Bandung dilakukan secara profesional. Pengurus memiliki tanggung
jawab besar terhadap keberlangsungan klub Persib Bandung yang
dikelola PT Persib bandung bermartabat.
Tabel 6. Struktur Organisasi PT PBB 2009/2010
Posisi Nama
Direktur Utama Umuh Muchtar
Wakil Direktur Utama Muhammad Farhan
Direktur Keuangan Merdi Hazizi
Direktur Marketing dan Development Veby Permadi
Direktur Pengembangan Ari D. Sutedi
Komisaris Zainuri Hasyim
Komisaris Kuswara S. Taryono
Wakil Komisaris Utama Pieter Tanuri
4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian terhadap kuesioner dilakukan melalui uji validitas dan
reliabilitas. Pengujian dilakukan terhadap 30 responden awal mahasiswa
strata satu Institut pertanian Bogor dengan metode judgement sampling. Uji
validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara skor masing–
masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus teknik korelasi Product
Moment Pearson yang diolah dengan software SPSS versi 17.0 for windows.
35
Hasil uji validitas untuk masing – masing hasil pengukuran tingkat
kepentingan dan tingkat kepuasan terhadap seluruh pernyataan lebih besar
dari r tabel pada selang kepercayaan 95 persen yaitu 0,361. Hal ini
menunjukkan bahwa semua pernyataan adalah signifikan dan dapat
dinyatakan valid. Dalam hal ini berarti responden dapat mengerti maksud dari
setiap pernyataan yang diajukan penulis dalam kuesioner. Adapun hasil
pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan teknik αcronbach dengan
bantuan software SPSS versi 17.0 for windows. Berdasarkan uji reliabilitas
yang dilakukan, diperoleh nilai αcronbach yang lebih besar dari 0,6. Nilai
αcronbach untuk penilaian tingkat kepentingan atribut, positioning Sriwijaya FC,
positioning Persija Jakarta, positioning Persipura Jayapura, positioning Persib
Bandung, dan positioning Arema Indonesa masing-masing secara berurutan
adalah 0.7782, 0.7369, 0.7660, 0.6690, 0.8065, dan 0.8199. Hal ini
membuktikan bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan pengukuran dalam
kuesioner cukup rendah sehingga penggunaannya dapat diandalkan dan
mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila pada waktu
yang lain menyebarkan kuesioner ini secara berulang kali. Hasil pengujian
reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.3. Karakteristik Responden
4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 6. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 100 orang responden, jumlah responden laki-laki sebesar 89
orang atau 89% sedangkan jumlah responden perempuan adalah 11
36
orang atau 11% yang mencakup 9 Fakultas di Institut Pertanian Bogor.
Jumlah responden laki-laki jauh lebih banyak daripada responden
perempuan disebabkan hanya sedikit responden berjenis kelamin
perempuan yang melewati pertanyaan screening dalam kuesioner.
4.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Jumlah responden yang berusia 20-22 tahun merupakan yang
terbanyak yaitu sebesar 66 orang atau 66%, kemudian disusul oleh
responden berusia 17-19 tahun sebanyak 21 orang atau 21%, sedangkan
yang paling sedikit adalah responden berusia 23-25 tahun yang
berjumlah 13 orang atau 13%. Hasil tersebut dapat diinterpretasikan
bahwa mayoritas mahasiswa IPB yang menggemari sepakbola dan
mengetahui klub-klub sepakbola profesional di Liga Indonesia
merupakan mahasiswa yang telah menempuh kuliah di atas dua tahun
sehingga lebih fleksibel dalam mengatur waktu untuk menonton
pertandingan sepakbola.
Gambar 7. Persentase Responden Berdasarkan Usia
4.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan
Karakteristik reponden berdasarkan angkatan di Institut Pertanian
Bogor menghasilkan persentase terbesar responden berasal dari angkatan
43 yaitu sebesar 34% atau 34 orang. Hasil ini mencerminkan bahwa
angkatan yang mahasiswanya paling banyak menggemari sepakbola
Indonesia dan mengetahui klub sepakbola profesional di Indonesia
adalah angkatan 43. Alasan yang dapat ditelusuri dari hasil tersebut
adalah bahwa pada saat penelitian dilakukan, angkatan 43 pada
umumnya tidak lagi memiliki jadwal kuliah yang padat sehingga dapat
37
lebih leluasa menonton pertandingan sepakbola. Persentase berikutnya
berasal dari angkatan 44 sebesar 24% disusul oleh angkatan 42 dan
angkatan 45 masing-masing sebesar 17%.
Persentase terendah responden dalam penelitian ini berasal dari
angkatan 46 dan angkatan 41 dengan persentase masing-masing sebesar
4%. Persentase yang kecil tersebut disebabkan, pada saat penelitian
dilaksanakan sebagian besar mahasiswa angkatan 41 di IPB telah lulus
sedangkan untuk angkatan 46 masih tinggal di asrama sehingga tidak
leluasa untuk menonton pertandingan sepakbola Liga Indonesia.
Gambar 8. Persentase Responden Berdasarkan Angkatan
4.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Cara Menonton Sepakbola
Sebanyak 51 orang atau 51% responden memiliki kebiasaan
menonton sepakbola Indonesia melalui siaran televisi dalam acara
nonton bersama (nobar). Sedangkan jumlah responden yang menonton
sendirian melalui siaran televisi berjumlah 23 orang atau 23%.
Responden yang memiliki kebiasaan menonton sepakbola Indonesia
langsung di stadion berjumlah 21 orang. Selain itu ada pula 5 responden
atau 5% yang termasuk dalam kategori menonton dengan cara lain-lain
yang terdiri dari streaming internet sebanyak 2 orang atau 2%, update
per menit pertandingan melalui website resmi sebanyak 2 orang atau 2%,
dan streaming radio sebanyak 1 orang atau 1%. Interpretasi dari hasil
tersebut adalah bahwa mahasiswa IPB yang gemar menonton sepakbola
sebagian besar senang dengan acara nonton bersama pertandingan
sepakbola dari siaran televisi. Acara nonton bersama dirasakan
responden lebih seru dan menyenangkan.
38
Gambar 9. Persentase Responden Berdasarkan Cara Menonton
4.3.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Provinsi
Persentase responden berdasarkan asal provinsi menghasilkan
provinsi Jawa Barat sebagai peraih persentase tertinggi yaitu sebesar
30% disusul oleh DKI Jakarta sebesar 27%. Persentase tertinggi ketiga
asal provinsi responden adalah dari Jawa Timur yaitu sebesar 25%.
Persentase besar yang diperoleh ketiga provinsi tersebut menunjukkan
bahwa pada dasarnya mahasiswa IPB memang banyak yang berasal dari
Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur sehingga berbanding lurus
dengan hal tersebut, maka mahasiswa penggemar sepakbola di IPB yang
menjadi responden dalam penelitian ini pun juga sebagian besar berasal
dari tiga provinsi itu. Hasil perolehan persentase lainnya adalah dari
provinsi Banten sebesar 8%, Jawa Tengah 3%, Sumatera Utara 2%, serta
Kalimantan Timur, Jambi, DI Yogyakarta, Sumatera Selatan, dan
Sulawesi Selatan masing-masing sebesar 1%.
Gambar 10. Persentase Responden Berdasarkan Asal Provinsi
4.3.6. Tabulasi Silang Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 100
mahasiswa IPB yang terpilih dan harus bisa menjawab pertanyaan
screening. Tabulasi silang dimaksudkan untuk menyajikan data yang
dinilai berkaitan antara berbagai karakteristik reponden yang telah
didapat.
39
Tabel 7. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Usia (tahun)
Jenis
Kelamin
Usia (tahun) Jumlah
17-19 20-22 23-25
Laki-laki 18 59 12 89
Perempuan 3 7 1 11
Total 21 66 13 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa mahasiswa IPB penggemar sepakbola
yang menjadi responden penelitian ini, baik yang berjenis kelamin laki-
laki maupun perempuan sebagian besar berusia antara 20-22 tahun. Usia
yang menjadi mayoritas sebagian besar responden merupakan usia saat
mahasiswa IPB telah melalui dua tahun masa kuliah sehingga lebih
fleksibel dalam mengatur waktu termasuk kegemaran dalam menonton
acara sepakbola. Usia minoritas responden baik laki-laki maupun
perempuan adalah pada rentang 23-25 tahun karena pada usia tersebut
sebagian besar mahasiswa IPB telah lulus sehingga tidak bisa menjadi
responden.
Tabel 8. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Cara Menonton Jenis
Kelamin
Cara Menonton Sepakbola Jumlah
Bersama
dari TV
Sendiri
dari TV
Langsung
di Stadion
Lain-
lain
Laki-laki 45 20 20 4 89
Perempuan 6 3 1 1 11
Total 51 23 21 5 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa mahasiswa IPB penggemar sepakbola
yang menjadi responden penelitian ini, baik yang berjenis kelamin laki-
laki maupun perempuan sebagian besar menonton pertandingan
sepakbola dalam acara nonton bersama dari siaran televisi. Hal ini
dikarenakan suasana keseruan terbangun dengan baik ketika
pertandingan sepakbola ditonton secara bersama-sama dari siaran
televisi. Cara menonton sepakbola yang menjadi pilihan minoritas
responden adalah pada pilihan lain-lain yang terdiri atas streaming
internet, update pertandingan dari website, dan streaming radio. Pilihan
tersebut menjadi minoritas karena membutuhkan fasilitas khusus seperti
saluran internet dan radio.
40
Tabel 9. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Asal Provinsi
Jenis
Kelamin
Asal Provinsi
Jumlah Jawa
Barat
DKI
Jakarta
Jawa
Timur Banten
Jawa
Tengah
Sumatra
Utara
Lain-
lain
Laki-laki 26 23 23 7 3 2 5 89
Perempuan 4 4 2 1 0 0 0 11
Total 30 27 25 8 3 2 5 100
Tabel 9 menunjukkan bahwa mahasiswa IPB penggemar sepakbola
yang menjadi responden penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki
jumlah terbesar berasal dari provinsi Jawa Barat dan disusul oleh
provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur dengan perbedaan jumlah
responden yang sedikit. Responden yang berjenis kelamin perempuan
memiliki jumlah terbesar asal provinsi dari Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur merupakan asal
mayoritas responden baik laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut
disebabkan ketiga provinsi tersebut pada dasarnya merupakan provinsi
dengan jumlah penduduk yang banyak dan memiliki klub sepakbola
yang besar sehingga penggemar sepakbola dari provinsi tersebut juga
banyak.
Tabel 10. Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Cara Menonton
Usia
(tahun)
Cara Menonton Sepakbola
Jumlah Bersama
dari TV
Sendiri
dari TV
Langsung
di Stadion
Lain-
lain
17-19 11 4 3 3 21
20-22 36 16 13 1 66
23-25 4 3 5 1 13
Total 51 23 21 5 100
Penyajian tabulasi silang pada Tabel 10 menunjukkan bahwa
responden dengan rentang usia 17-19 tahun dan 20-22 tahun sebagian
besar memilih cara menonton sepakbola dalam acara nonton bersama
dari siaran TV. Menonton sepakbola secara bersama-sama dari siaran
TV dinilai memberikan keseruan dan praktis karena tidak ada biaya yang
harus dikeluarkan untuk menonton siaran TV dalam suasana yang ramai
dan penuh kebersamaan. Responden dengan rentang usia 23-25 tahun
lebih banyak yang memilih menonton sepakbola langsung di stadion.
Hal itu dikarenakan responden dengan rentang usia 23-25 tahun tidak
lagi disibukkan dengan jadwal kuliah yang masih padat sehingga lebih
41
leluasa untuk langsung mengunjungi stadion dalam rangka menonton
sepakbola. Pilihan minoritas responden dari semua rentang usia adalah
menonton sepakbola dengan cara lain-lain yang terdiri atas streaming
internet, update pertandingan dari website, dan streaming radio karena
dinilai kurang seru dan membutuhkan fasilitas khusus.
Tabel 11. Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Asal Provinsi
Usia
(tahun)
Asal Provinsi
Jumlah Jawa
Barat
DKI
Jakarta
Jawa
Timur Banten
Jawa
Tengah
Sumatra
Utara
Lain-
lain
17-19 3 7 6 2 1 0 2 21
20-22 24 17 15 5 1 1 3 66
23-25 3 3 4 1 1 1 0 13
Total 30 27 25 8 3 2 5 100
Penyajian tabulasi silang pada Tabel 11 menunjukkan bahwa
responden dengan rentang usia 17-19 tahun sebagian besar berasal dari
DKI Jakarta sedangkan responden dengan rentang usia 20-22 tahun
sebagian besar berasal dari Jawa Barat, dan responden dengan rentang
usia 23-25 tahun mayoritas berasal dari Jawa Timur. Responden dari
semua rentang usia memiliki kalkulasi jumlah yang berdekatan antara
tiga provinsi yang menjadi jawaban mayoritas responden, yaitu Jawa
Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur. Hal tersebut disebabkan ketiga
provinsi tersebut pada dasarnya merupakan provinsi dengan jumlah
penduduk yang banyak dan memiliki klub sepakbola yang besar
sehingga penggemar sepakbola dari provinsi tersebut juga banyak.
Tabel 12. Tabulasi Silang Cara Menonton Sepakbola dengan Asal
Provinsi
Cara
Menonton
Asal Provinsi
Jumlah Jabar DKI Jatim Banten Jateng Sumut Lain-
lain
Bersama dari TV 13 11 17 5 2 1 2 51
Sendiri dari TV 6 7 3 2 1 1 3 23
Langsung di Stadion 10 8 2 1 0 0 0 21
Lain-lain 1 1 3 0 0 0 0 5
Total 30 27 25 8 3 2 5 100
Hasil tabulasi silang yang disajikan Tabel 12 menunjukkan bahwa
responden yang menonton pertandingan sepakbola dalam acara nonton
bersama dari siaran TV sebagian besar berasal dari Jawa Timur. Hal
tersebut menunjukkan responden asal Jawa Timur menyukai suasana
42
kebersamaan dan keakraban saat menonton bersama dan kemungkinan
jarak yang jauh dari lokasi kuliah dengan asal provinsi kurang
memungkinkan mereka untuk sering melakukan mobilisasi menonton
sepakbola ke stadion. Hal lain yang ditunjukkan Tabel 12 adalah bahwa
responden yang menonton sendiri siaran sepakbola dari televisi sebagian
besar berasal dari DKI Jakarta. Menonton sendiri siaran sepakbola
menjadi pilihan cara menonton bagi mereka yang ingin menonton dalam
suasana tenang dan bisa sambil mengerjakan hal lain. Sedangkan
responden yang senang menonton sepakbola langsung di stadion
sebagian besar berasal dari Jawa Barat. Hal tersebut didukung oleh
adanya komunitas yang mengorganisir mobilisasi penggemar sepakbola
di Jawa Barat untuk menonton sepakbola di stadion.
4.4 Analisis Kesadaran Merek
Sebuah merek akan menghadapi dua buah keadaan, yaitu menjadi merek
yang dikenal (aware brand) atau menjadi merek yang tidak dikenal (unaware
brand). Merek yang dikenal kemungkinan dikenal dengan cara dibantu
mengingat (recognized brand) atau tanpa dibantu mengingat (recalled
brand). Diantara merek-merek yang dikenal tanpa dibantu mengingat, ada
satu merek yang menempati posisi tertinggi yang disebut top of mind.
Dalam kuesioner yang dibagikan kepada responden terdapat pertanyaan
yang diarahkan untuk menghasilkan analisis kesadaran merek. Hasil dari
analisis kesadaran merek tersebut berupa daftar yang memuat klub sepakbola
Indonesia yang paling diingat responden, dikenal responden dan yang perlu
diingatkan kembali terhadap responden.
4.4.1. Klub Sepakbola Indonesia yang Paling Diingat Responden
Untuk menentukan top of mind responden, terdapat pertanyaan
dalam kuesioner yang meminta responden menyebutkan satu saja klub
sepakbola Indonesia yang paling diingat Dari kuesioner yang
dibagikan kepada 100 responden, yang menjadi klub sepakbola
Indonesia yang paling diingat (top of mind) adalah klub Persib
Bandung.. Jumlah responden yang menyebutkan klub Persib Bandung
43
sebagai top of mind berjumlah 31 orang atau 31%. Data selengkapnya
mengenai top of mind klub sepakbola tersaji pada Tabel 13.
Tabel 13. Klub Sepakbola yang Paling Diingat Responden
Klub sepakbola
Frekuensi Ingat Klub Sepakbola
Jumlah Persentase
Persib Bandung 31 31%
Persija Jakarta 27 27%
Arema Indonesia 21 21%
Persipura Jayapura 5 5%
Sriwijaya FC 4 4%
Lain-lain 12 12%
Total 100 100%
Hasil yang disajikan dalam Tabel 13 dihubungkan dengan
karakteristik responden . Tabulasi silang dimaksudkan untuk
menyajikan data klub sepakbola yang menjadi top of mind responden
dengan karakteristik reponden yang dinilai berkaitan.
Tabel 14. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Top of Mind
Jenis
Kelamin
Top of Mind
Jumlah Persib
Bandung
Persija
Jakarta
Arema
Indonesia
Persipura
Jayapura
Sriwi-
jaya FC
Lain
-lain
Laki-laki 28 23 18 5 3 12 89
Perempuan 3 4 3 0 1 0 11
Total 31 27 21 5 4 12 100
Hasil tabulasi silang yang disajikan Tabel 14 menunjukkan bahwa
responden dengan jenis kelamin laki-laki paling banyak menyebutkan
klub sepakbola Persib Bandung sebagai top of mind. Responden
dengan jenis kelamin perempuan paling banyak menyebutkan klub
sepakbola Persija Jakarta sebagai top of mind. Klub sepakbola yang
disebutkan responden sebagai top of mind dapat diinterpretasikan
sebagai klub sepakbola paling populer menurut mereka.
44
Tabel 15. Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Top of Mind Usia
(tahun) Top of Mind Jumlah
Persib
Bandung
Persija
Jakarta
Arema
Indonesia
Persipura
Jayapura
Sriwi-
jaya FC
Lain
-lain
17-19 5 7 4 1 2 2 21
20-22 22 17 14 3 1 9 66
23-25 4 3 3 1 1 1 13
Total 31 27 21 5 4 12 100
Tabel 15 menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang
menunjukkan data persilangan antara usia responden dengan klub
sepakbola yang menjadi top of mind. Responden dengan rentang usia
17-19 tahun paling banyak menyebutkan klub sepakbola Persija
Jakarta sebagai top of mind. Adapun responden dengan rentang usia
20-22 tahun dan 23-25 tahun paling banyak menyebutkan klub
sepakbola Persib Bandung sebagai top of mind.
Penyajian data persilangan antara cara menonton sepakbola
dengan top of mind terdapat pada Tabel 16. Hasil yang ditunjukkan
oleh tabulasi silang tersebut adalah reponden yang menonton
sepakbola secara bersama-sama dari siaran televisi sebagian besar
menyebutkan klub sepakbola Arema Indonesia sebagai top of mind.
Responden yang menonton sepakbola sendirian dari siaran televisi
sebagian besar menyebutkan klub sepakbola Persija Jakarta sebagai
top of mind. Responden yang menonton sepakbola secara langsung di
stadion sebagian besar menyebutkan klub sepakbola Persib Bandung
sebagai klub yang paling diingatnya sedangkan responden yang
menonton dengan cara lain-lain menyebutkan klub sepakbola Arema
Indonesia sebagai klub sepakbola paling diingat (top of mind).
Tabel 16. Tabulasi Silang Cara Menonton Sepakbola dengan Top
of Mind
Cara
Menonton
Top of Mind
Jumlah Persib Persija Arema Persipura SFC
Lain-
lain
Bersama dari TV 12 12 13 4 3 7 51
Sendiri dari TV 5 8 3 1 1 5 23
Langsung di
Stadion 13 6 2 0 0 0 21
Lain-lain 1 1 3 0 0 0 5
Total 31 27 21 5 4 12 100
45
Tabel 17 menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang
menunjukkan data persilangan antara asal provinsi responden dengan
klub sepakbola yang menjadi top of mind. Tabulasi silang tersebut
menunjukkan mayoritas responden asal provinsi Jawa Barat menyebut
Persib Bandung sebagai klub sepakbola yang paling diingat (top of
mind). Responden asal provinsi DKI Jakarta sebagian besar menyebut
klub sepakbola Persija Jakarta sebagai top of mind. Responden asal
provinsi Jawa Timur sebagian besar menyebut klub sepakbola Arema
Indonesia sebagai top of mind. Mayoritas responden asal provinsi
Banten menyebut klub sepakbola Persib Bandung dan Persija Jakarta
sebagai top of mind. Berdasarkan tabulasi silang tersebut terlihat
bahwa responden cenderung menyebutkan klub sepakbola yang
terletak di provinsi tempat mereka berasal sebagai klub sepakbola yang
paling diingat.
Tabel 17. Tabulasi Silang Asal Provinsi dengan Top of Mind Asal
Provinsi Top of Mind Jumlah
Persib
Bandung
Persija
Jakarta
Arema
Indonesia
Persipura
Jayapura
SFC Lain
-lain
Jawa Barat 25 2 1 1 0 1 30
DKI Jakarta 1 21 3 0 0 2 27
Jawa Timur 2 1 16 0 1 5 25
Banten 3 3 0 1 0 1 8
Jawa
Tengah 0 0 1 0 1 1 3
Sumatra
Utara 0 0 0 1 1 0 2
Lain-lain 0 0 0 2 1 2 5
Total 31 27 21 5 4 12 100
4.4.2. Klub Sepakbola Indonesia yang Dikenal Responden
Dalam salah satu butir pertanyaan kuesioner, responden diminta
menyebutkan empat klub sepakbola lain selain klub sepakbola yang
pertama kali disebutkannya (top of mind) di pertanyaan sebelumnya.
Jawaban yang disebutkan responden merupakan daftar klub sepakbola
Indonesia yang dikenal responden. Responden paling banyak
menyebutkan Sriwijaya FC sebagai klub sepakbola yang dikenalnya.
Peringkat selengkapnya klub sepakbola Indonesia yang dikenal
responden dapat dilihat pada Tabel 18.
46
Tabel 18. Klub Sepakbola yang Dikenal Responden
Klub sepakbola
Frekuensi Kenal Klub Sepakbola
Jumlah Persentase
Sriwijaya FC 83 20,75%
Persipura Jayapura 76 19%
Persija Jakarta 70 17,5%
Persib Bandung 68 17%
Arema Indonesia 63 15,75%
Lain-lain 40 10%
Total 400 100%
4.4.3. Klub Sepakbola Indonesia yang Perlu Diingatkan Kembali
Terhadap Responden
Untuk menentukan klub sepakbola Indonesia yang perlu
diingatkan kembali, responden diberikan pertanyaan dalam kuesioner.
Dalam bagian kuesioner tersebut, responden ditanyakan mengenai
kenalkah mereka terhadap suatu klub sepakbola dan apakah ingat telah
mencantumkan klub tersebut dalam jawaban pertanyaan sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang harus diingatkan
tentang keberadaan klub sepakbola Persipura Jayapura berjumlah 20
orang. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Klub Sepakbola yang Perlu Diingatkan Kembali
Klub sepakbola
Frekuensi kenal Klub Sepakbola
Jumlah Persentase
Persipura Jayapura 20 38,5%
Arema Indonesia 15 29%
Sriwijaya FC 13 25%
Persija Jakarta 3 6%
Persib Bandung 1 2%
Total 52 100%
4.5.` Analisis Faktor-faktor Komponen Utama Positioning
Penentuan atribut yang membentuk faktor dapat dilakukan dengan
berbagai metode diantaranya metode judgement, metode focus group, dan
metode statistik (Suliyanto, 2005). Metode judgement mengharuskan peneliti
mengidentifikasi secara subjektif atribut-atribut yang akan dimasukkan dalam
penelitian berdasarkan infornasi yang diperoleh peneliti dari berbagai
referensi. Metode judgement adalah metode yang digunakan dalam penelitian
ini. Metode focus group membuat peneliti menentukan atribut berdasarkan
hasil diskusi dari sekelompok orang yang dinilai memiliki tingkat kepahaman
47
akan produk yang diteliti. Metode statistik merupakan metode penentuan
atribut dengan cara iterasi menggunakan alat statistik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi positioning dianalisis dengan
menggunakan analisis faktor yang didukung oleh software SPSS 17 for
windows. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel
atau faktor-faktor yang menerangkan pola hubungan dalam seperangkat
variabel. Teknik ini digunakan untuk mengurangi jumlah data dalam rangka
untuk mengidentifikasi sebagian kecil faktor yang dapat menerangkan varian
yang sedang diteliti secara lebih jelas dalam suatu kelompok variabel yang
jumlahnya lebih besar (Sarwono, 2006). Variabel-variabel yang dianalisis
berjumlah 13 variabel.
Pengujian korelasi antar variabel diukur dengan menggunakan Uji
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (K-M-O MSA). Hasil
pengujian dengan menggunakan analisis faktor menghasilkan nilai KMO
sebesar 0,590. Nilai tersebut lebih besar dari 0,5. Hal ini menunjukkan
adanya kedekatan antar variabel. Maka variabel dan sampel yang ada dapat
dianalisis lebih lanjut. KMO yang memiliki nilai faktor antara 0 sampai 1
berfungi untuk menentukan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai KMO
berkisar antara 0,5 sampai dengan 1,0 maka analisis faktor layak dilanjutkan.
Sebaliknya jika nilai KMO dibawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan
lebih lanjut.
Tahap selanjutnya adalah melakukan ekstraksi sekumpulan variabel
yang ada sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan
dalam proses ini adalah analisis komponen utama. Setelah proses ektraksi
dilakukan, diperoleh nilai communalities. Communalities adalah jumlah
varians setiap variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor. Semakin besar nilai
communalities sebuah variabel, berarti semakin erat hubungan dengan faktor
yang terbentuk. Besarnya nilai communalities masing-masing variabel dapat
dilihat pada Tabel 20.
48
Tabel 20. Nilai Communalities Berdasarkan Urutan
No Variabel Communality
1 Kualitas pelatih 0,723
2 Kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan klub 0,674
3 Kerjasama dengan pihak sponsor 0,657
4 Sportivitas tim dalam pertandingan 0,629
5 Prestasi klub di lapangan 0,603
6 Stadion milik klub 0,559
7 Kemudahan dalam memperoleh merchandise dan tiket
pertandingan
0,535
8 Popularitas dan nama besar klub sepakbola 0,511
9 Keberadaan supporter yang loyal dan terorgansir 0,503
10 Penayangan pertandingan secara live di televise 0,494
11 Frekuensi pemberitaan di media 0,337
12 Adanya pemain bintang 0,292
13 Kondusivitas dalam penyelenggaraan pertandingan kandang 0,153
Tabel Total Variance Explained menjelaskan dasar jumlah faktor yang
didapat dengan perhitungan angka. Persentase varians menjelaskan varians
masing-masing faktor. Bila keseluruhan persentase varians dijumlahkan,
maka faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan 100 persen dari variabilitas
seluruh faktor. Nilai eigenvalues menunjukkan kepentingan relatif masing-
masing faktor dalam menghitung varians seluruh variabel yang dianalisis.
Susunan eigenvalues selalu diurutkan dari nilai terbesar hingga terkecil
dengan ketentuan bahwa angka eigenvalues di bawah satu tidak digunakan
dalam menghitung faktor yang terbentuk. Nilai total variance
memperlihatkan hanya ada empat faktor yang terbentuk, karena keempat
faktor memiliki nilai eigenvalues di atas satu. Tabel Total Variance
Explained dapat dilihat pada lampiran 4.
Tabel Component Matrix berisikan nilai factor loading (yaitu nilai
korelasi) antar suatu variabel dengan empat faktor yang telah terbentuk.
Tabel Rotated Component Matrix menunjukkan distribusi 13 variabel yang
telah diekstrak ke dalam faktor yang telah terbentuk berdasarkan factor
loading nya setelah dilakukan proses rotasi. Nilai factor loading
dimungkinkan berubah setelah mengalami rotasi. Variabel yang memiliki
factor loading <0,4 dianggap memiliki kontribusi yang lemah terhadap faktor
yang terbentuk sehingga harus direduksi dari faktor yang dibentuknya.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka ada dua variabel yang harus direduksi
dari faktor yang dibentuknya, yaitu variabel frekuensi pemberitaan di media
49
dan kondusivitas penyelenggaraan pertandingan kandang. Kedua variabel
tersebut direduksi dari faktor pertama.
Terdapat dua cara dalam memberikan nama untuk faktor yang terbentuk
dalam analisis faktor. Cara pertama adalah memberikan nama faktor yang
dapat mewakili nama-nama variabel yang membentuk faktor tersebut. Cara
kedua adalah memberikan nama faktor berdasarkan variabel yang memiliki
nilai factor loading tertinggi. Cara kedua dilakukan apabila tidak
memungkinkan untuk memberikan nama faktor yang dapat mewakili semua
variabel yang membentuk faktor tersebut (Suliyanto, 2005).
Berdasarkan pengolahan menggunakan analisis faktor dengan metode
principal component analysis dihasilkan empat komponen utama faktor.
Faktor pertama adalah faktor supporter dan pencitraan yang terdiri atas
variabel supporter yang loyal dan terorganisir, penayangan pertandingan
secara live, popularitas (nama besar), dan stadion. Faktor kedua adalah faktor
prestasi yang tersusun atas variabel prestasi klub di lapangan, sportivitas tim
dalam pertandingan, dan adanya pemain bintang. Faktor ketiga adalah faktor
sponsorship yang meliputi variabel kerjasama dengan pihak sponsor dan
kemudahan dalam memperoleh merchandise dan tiket pertandingan. Faktor
keempat adalah faktor kualitas pelatih dan manajemen yang tersusun atas
variabel kualitas pelatih dan kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan
klub. . Hal ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21 .
50
Tabel 21. Hasil Analisis Faktor
Faktor Variabel Factor Loading
Faktor pertama:
Faktor Supporter
dan Pencitraan
Keberadaan supporter yang loyal dan
terorganisir
0,691
Frekuensi penayangan secara live di
televise
0,684
Popularitas dan nama besar klub
sepakbola
0,626
Stadion milik klub 0,500
Faktor kedua:
Faktor Prestasi
Prestasi klub di lapangan 0,771
Sportivitas tim dalam pertandingan 0,759
Adanya pemain bintang 0,470
Faktor ketiga:
Faktor
Sponsorship
Kerjasama dengan pihak sponsor 0,741
Kemudahan dalam memperoleh
merchandise dan tiket pertandingan
0,680
Faktor keempat:
Kualitas Pelatih
dan Manajemen
Kualitas pelatih 0,809
Kemandirian dalam pendanaan dan
pengelolaan klub
0,731
4.5.1. Faktor Pertama
Faktor pertama dinamakan faktor Supporter dan Pencitraan. Faktor
ini memiliki eigenvalues sebesar 2,302 dan merupakan faktor dengan
nilai eigenvalues terbesar dibandingkan dengan faktor lainnya. Faktor
ini dapat menerangkan keragaman data sebesar 34,5%. Berdasarkan
tabel, terlihat keempat variabelnya memiliki factor loading positif.
Artinya apabila terdapat supporter yang loyal dan terorganisir,
pertandingan dalam setiap laga ditayangkan secara live, popularitas dan
nama besar klub sepakbola yang baik, serta fasilitas stadion yang baik,
maka hal tersebut akan berdampak positif bagi positioning klub
sepakbola Persib Bandung, baik di mata penggemar sepakbola
Indonesia, maupun pihak lain yang ingin menjalin kerjasama seperti
dalam bentuk sponsorship ataupun kerjasama lainnya.
4.5.2. Faktor Kedua
Faktor kedua dinamakan faktor prestasi. Faktor ini tersusun atas tiga
variabel, yaitu prestasi klub di lapangan, sportivitas tim dalam
pertandingan, dan adanya pemain bintang. Faktor ini memiliki
eigenvalues sebesar 1,729. Faktor ini dapat menerangkan keragaman
51
data sebesar 26%. Factor lading ketiga variabel tersebut seluruhnya
positif. Artinya apabila klub Persib Bandung memiliki prestasi yang
baik di lapangan, sportivitas yang baik dalam pertandingan, serta
bertabur pemain bintang, maka hal tersebut akan berdampak positif bagi
positioning klub sepakbola Persib Bandung, baik di mata penggemar
sepakbola Indonesia, maupun pihak lain yang ingin menjalin kerjasama
seperti dalam bentuk sponsorship ataupun kerjasama lainnya.
4.5.3. Faktor Ketiga
Faktor ketiga dinamakan faktor sponsorship. Faktor ini tersusun
atas dua variabel, yaitu kerjasama dengan pihak sponsor dan
kemudahan dalam memperoleh merchandise dan tiket pertandingan .
Faktor ini memiliki eigenvalues sebesar 1,377. Faktor ini dapat
menerangkan keragaman data sebesar 20,7%. Factor lading kedua
variabel tersebut seluruhnya positif. Artinya apabila klub Persib
Bandung memiliki kerjasama yang baik dengan pihak sponsor dan
merchandise serta tiket pertandingannya mudah didapatkan maka hal
tersebut akan berdampak positif bagi positioning klub sepakbola Persib
Bandung, baik di mata penggemar sepakbola Indonesia, maupun pihak
lain yang ingin menjalin kerjasama dengan klub tersebut.
4.5.2. Faktor Keempat
Nama dari faktor keempat adalah faktor kualitas pelatih dan
manajemen. Faktor ini tersusun atas dua variabel, yaitu kualitas pelatih
dan kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan klub. Faktor ini
memiliki eigenvalues sebesar 1,257. Faktor ini dapat menerangkan
keragaman data sebesar 18,8%. Factor lading kedua variabel tersebut
seluruhnya positif. Artinya apabila klub Persib Bandung memiliki
pelatih yang kualitasnya terbukti serta memiliki kemandirian dalam
pendanaan dan pengelolaan klub, maka hal tersebut akan berdampak
positif bagi positioning klub sepakbola Persib Bandung, baik di mata
penggemar sepakbola Indonesia, maupun pihak lain yang ingin
menjalin kerjasama seperti dalam bentuk sponsorship ataupun
kerjasama lainnya.
52
4.6 Analisis Pesaing Klub Sepakbola Persib Bandung
Untuk mendukung penentuan strategi positioning diperlukan analisis
pesaing. Dengan analisis ini dapat dilihat siapa pesaing terdekat dari klub
sepakbola Persib Bandung. Informasi mengenai pesaing terdekat dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan klub Persib
Bandung dibandingkan pesaingnya. Alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui pesaing terdekat klub sepakbola Persib Bandung adalah
multidimensional scalling dengan bantuan software SPSS 17 for windows.
Hasil pengolahan data persepsi konsumen dengan metode
multidimensional scalling menunjukkan peta posisi klub sepabola dengan
nilai stress sebesar 0,22166 dan index of fit (R2
) sebesar 0,65216.
Berdasarkan pedoman nilai stress menurut Johnson dan Wichhern (1982),
nilai stress yang dihasilkan termasuk dalam kategori poor (kurang).
Sedangkan nilai index of fit (R2
) yang dihasilkan telah masuk standar layak
karena lebih dari 60% (Malhotra, 1996).
Derived stimulus configuration menunjukkan konfigurasi peta posisi
hasil dari persepsi responden berdasarkan penilaian terhadap pasangan merek
klub sepakbola. Peta posisi tersebut menunjukkan bahwa jika responden
menilai pasangan merek klub sepakbola sebagai pasangan yang dianggap
paling mirip atau mempunyai kesamaan dibandingkan dengan pasangan
merek lainnya, maka pasangan klub sepakbola tersebut ditempatkan pada
jarak terdekat.
Dari peta posisi terlihat bahwa klub sepakbola Persipura Jayapura dan
Sriwijaya FC berada di kuadran I negatif dan dimensi II positif. Hal tersebut
berarti responden mempersepsikan kedua klub tersebut memiliki kesamaan
atau tidak memiliki perbedaan yang berarti dibandingkan dengan klub
sepakbola lain. Sedangkan klub sepakbola Arema Indonesia, Persib Bandung,
dan Persija Jakarta, masing-masing berada di kuadran II, III, dan IV. Hal
tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang berarti pada setiap klub
dengan klub sepakbola lainnya.
53
Gambar 11. Peta Posisi Klub Sepakbola
Untuk menentukan peringkat pesaing terdekat klub sepakbola Persib
Bandung dilakukan penghitungan jarak Euclidean. Hasil penghitungan jarak
Euclidean dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22.Perhitungan Jarak Euclidean dan Peringkat Pesaing Terdekat
Klub
Sepakbola
Koordinat Jarak Euclidean
= (xi-xp)2 + (yi-yp)
2
Peringkat X Y
Persib Bandung 0,8405 -1,2355
Sriwijaya FC -0,1659 0,6543 2,141 2
Persija Jakarta -17551 -0,7492 2,640 3
Persipura Jayapura -0,2942 1,3008 2,778 4
Arema Indonesia 1,3748 0,0296 1,373 1
Dari penghitungan jarak Euclidean didapatkan hasil bahwa jarak
terkecil dimiliki oleh klub sepakbola Arema Indonesia. Hal tersebut berarti
Arema Indonesia menempati peringkat pertama sebagai pesaing terdekat klub
sepakbola Persib Bandung. Peringkat kedua, ketiga, dan keempat berturut-
turut diikuti oleh klub sepakbola Sriwijaya FC, Persija Jakarta, dan Persipura
Jayapura.
54
4.7 Analisis Positioning klub sepakbola Persib Bandung
4.7.1 Analisis deskriptif Persepsi Responden
Analisis deskriptif persepsi responden digunakan untuk melihat
penilaian responden terhadap klub sepakbola Persib Bandung dan keempat
pesaingnya yaitu Persija Jakarta, Arema Indonesia, Sriwijaya FC, dan
Persipura Jayapura. Analisis ini bertujuan meringkas informasi yang
terkandung dalam data atribut berdasarkan pilihan responden. Informasi
yang dihasilkan dapat memperlihatkan positioning klub sepakbola
berdasarkan persepsi responden.
Gambar 12. Analisis Deskriptif Persepsi Responden
55
Analisis deskriptif persepsi responden menggunakan nilai mean atau
nilai rata yang kemudian diringkas dalam bentuk somantic differensial
agar lebih mudah dan menarik untuk diinterpretasi. Berdasarkan analisis
deskriptif persepsi responden dapat diketahui atribut-atribut yang menjadi
keunggulan dan kelemahan baik klub sepakbola Persib Bandung maupun
pesaingnya yaitu Persija Jakarta, Arema Indonesia, Sriwijaya FC, dan
Persipura Jayapura. Hasil analisis deskriptif persepsi responden terlihat
dalam Gambar 12.
Penilaian persepsi terhadap 11 atribut yang dimiliki 5 klub sepakbola
Indonesia, yaitu Persib Bandung, Sriwijaya FC, Persija Jakarta, Persipura
Jayapura, dan Arema Indonesia menghasilkan informasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisis atribut kemandirian dalam pendanaan dan
pengelolaan, responden menilai bahwa Persib Bandung merupakan
klub sepakbola yang paling mandiri dalam hal pendanaan dan
pengelolaan dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai
rataan sebesar 4,46.
2. Berdasarkan analisis atribut kemudahan memperoleh merchandise dan
tiket, responden menilai bahwa Persib Bandung merupakan klub
sepakbola yang paling memberikan kemudahan dalam memperoleh
merchandise dan tiket dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya
dengan nilai rataan sebesar 4,11.
3. Berdasarkan analisis atribut sponsorship, responden menilai bahwa
Persib Bandung merupakan klub sepakbola yang memiliki kerjasama
paling baik dengan pihak sponsorship dibandingkan dengan klub
sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,64.
4. Berdasarkan analisis atribut prestasi klub di lapangan, responden
menilai bahwa Sriwijaya FC merupakan klub sepakbola yang memiliki
prestasi paling baik dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya
dengan nilai rataan sebesar 4,24.
5. Berdasarkan analisis atribut supporter, responden menilai bahwa
Persib Bandung merupakan klub sepakbola yang memiliki basis
56
supporter paling besar dan terorganisir dibandingkan dengan klub
sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,12.
6. Berdasarkan analisis atribut popularitas (nama besar), responden
menilai bahwa Persib Bandung merupakan klub sepakbola yang paling
populer dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai
rataan sebesar 4,21.
7. Berdasarkan analisis atribut stadion, responden menilai bahwa Arema
Indonesia merupakan klub sepakbola yang memiliki stadion paling
baik dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan
sebesar 4,42.
8. Berdasarkan analisis atribut sportivitas, responden menilai bahwa
Sriwijaya FC merupakan klub sepakbola yang memiliki sportivitas
paling tinggi dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai
rataan sebesar 3,97.
9. Berdasarkan analisis atribut pemain bintang, responden menilai bahwa
Persib Bandung merupakan klub sepakbola yang memiliki pemain
bintang paling banyak dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya
dengan nilai rataan sebesar 4,26.
10. Berdasarkan analisis atribut kualitas pelatih, responden menilai bahwa
Persipura Jayapura merupakan klub sepakbola yang memiliki pelatih
dengan kualitas paling baik dibandingkan dengan klub sepakbola
lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,38.
11. Berdasarkan analisis atribut penayangan secara live di televisi,
responden menilai bahwa Arema Indonesia merupakan klub sepakbola
yang pertandingannya paling sering ditayangkan di televisi
dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan
sebesar 4,24.
Analisis deskriptif berdasarkan persepsi responden menghasilkan
penilaian persepsi terhadap 5 klub sepakbola Indonesia. Penilaian persepsi
berupa opini mengenai keunggulan dan kelemahan masing-masing klub
sepakbola dijabarkan sebagai berikut :
57
1. Persib Bandung
Hasil analisis deskriptif menunjukkan Persib Bandung sebagai klub
sepakbola yang memiliki keunggulan utama pada atribut kemandirian dalam
pendanaan dan pengelolaan, kemudahan memperoleh merchandise dan tiket,
sponsorship, supporter, popularitas (nama besar), dan bertaburan pemain
bintang. Responden juga menilai Persib Bandung sangat baik dalam atribut
penayangan secara live di televisi, tetapi atribut tersebut merupakan
keunggulan utama dari pesaingnya.
Keunggulan Persib Bandung dalam atribut kemandirian dalam
pendanaan dan pengelolaan berkaitan dengan target perusahaan
pengelolanya, yaitu PT Persib Bandung Bermartabat untuk lepas dari
kucuran dana APBD sehingga mandiri dan profesional. Dengan memiliki
jumlah sponsor yang banyak, target tersebut dapat terlaksana. Pada musim
kompetisi Liga Super Indonesia 2009/2010, perusahaan yang mesponsori
klub tersebut adalah di antaranya Corsa, Sozzis, Honda, Evalube, Yomart,
BTPN, Djarum Super, dan Sports Station, serta Diadora.
Keunggulan lain klub Persib Bandung lainya adalah pada atribut
merchandise dan tiket Sebagai klub sepakbola professional yang mandiri,
merchandise klub sepakbola yang berjulukan Maung Bandung ini mudah
didapatkan. Selain merchandise original yang diterbitkan oleh PT Persib
Bandung Bermartabat yang mengelolanya, banyak pula merchandise yang
diproduksi oleh pihak luar. Sedangkan untuk tiket pertandingan, di musim
kompetisi Liga Super Indonesia 2009/2010, PT Persib Bandung Bermartabat
telah menunjuk 27 agen resmi yang menjual tiket pertandingan kandang
Persib Bandung.
Persib Bandung memiliki penggemar fanatik yang menamakan diri
sebagai Bobotoh. Pada era Liga Indonesia, Bobotoh kemudian
mengorganisasikan diri dalam beberapa kelompok pecinta Persib seperti
Viking Persib Club, Bomber, Rebolan, Jurig Persib, Casper dan Persib-
1337. Persebaran utama bobotoh adalah di Jawa Barat. Sulit untuk
menentukan statistik pasti jumlah bobotoh. Jumlah bobotoh yang banyak
berpengaruh positif terhadap popularitas Persib Bandung. Dalam sebuah
58
situs voting bernama www.voteyourteam.com, Persib Bandung menempati
posisi puncak sebagai klub sepakbola paling populer di Indonesia.
Atribut keunggulan Persib Bandung selanjutnya adalah bertaburan
pemain bintang. Klub sepakbola Persib Bandung memiliki pemain yang
telah empat kali berturut-turut menjadi pencetak gol terbanyak di Liga
Indonesia, yaitu Christian Gonzales. Beberapa pemain Persib juga menjadi
punggawa tim nasional sepakbola Indonesia, yaitu Eka Ramdani,. Budi
Sudarsono, Nova Arianto, Maman Abdurrahman, dan Atep. Selain itu di
musim kompetisi Liga Super Indonesia 2009/2010, Persib Bandung
memiliki Suchao dan Kosin, dua pemain dari Thailand yang mencuri
perhatian penggemar sepakbola Indonesia.
Dari hasil analisis deskriptif persepsi responden, atribut klub Persib
Bandung yang dinilai cukup baik adalah prestasi klub di lapangan,
sportivitas, dan kualitas pelatih. Sedangkan atribut yang menjadi kelemahan
utama klub Persib Bandung adalah stadion. Untuk pertandingan kandang,
klub Persib Bandung biasanya memakai stadion Jalak Harupat dan
Siliwangi. Stadion Jalak Harupat secara resmi bukanlah stadion khusus
Persib Bandung karena klub sepakbola lain yaitu Persikab Kabupaten
Bandung juga memakai lapangan tersebut untuk laga kandang. Stadion Jalak
Harupat memiliki kapasitas 40.000 penonton sedangkan stadion Siliwangi
berkapasitas 20.000 penonton. Kapasitas stadion Siliwangi yang kecil
membuat penonton meluber. Selain itu stadion Siliwangi memiliki lapangan
rumput yang kondisinya kurang baik. Untuk mengatasi masalah stadion, di
Kota Bandung saat ini terjadi proses pembangunan stadion Gedebage yang
direncanakan selesai akhir tahun 2011 dan menjadi kandang klub Persib
Bandung.
2. Sriwijaya FC
Hasil analisis deskriptif menunjukkan Sriwijaya FC sebagai klub
sepakbola yang memiliki keunggulan utama pada atribut prestasi klub di
lapangan dan sportivitas. Prestasi klub yang dikelola oleh PT Sriwijaya
Optimis Mandiri memang terbukti unggul dengan menjadi juara 1 Liga
Indonesia 2007, Juara 3 Piala Indonesia 2008, 2009, dan 2010, dan juara 1
59
Inter Island Cup 2010. Sriwijaya FC juga dikenal sebagai klub yang
memiliki sportivitas tinggi terbukti dengan meraih penghargaan sebagai Fair
Play Team di Liga Super Indonesia musim kompetisi 2009/2010.
Atribut yang dinilai sangat baik pada Sriwijaya FC, tetapi masih
merupakan keunggulan utama dari pesaingnya adalah stadion, pemain
bintang, kualitas pelatih, dan penayangan secara live di televisi. Stadion
kandang Sriwijaya FC yang bernama Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring
dinilai responden sangat baik. Stadion tersebut berkapasitas 40.000
penonton dan merupakan stadion terbesar ketiga di Indonesia. Sriwijaya FC
juga memiliki pelatih yang berkualitas yang dinilai responden sangat baik
dan sebagian besar pertandingannya selalu ditayangkan secara live di
televisi. Responden juga menilai Sriwijaya FC sebagai klub yang bertabur
pemain bintang. Pemain sepakbola popular dan berprestasi seperti Keith
Gumbs, Charis Yulianto, Cristian Warobay, Ambrizal, dan Isnan Ali
bermain untuk klub ini di musim kompetisi Liga Super Indonesia
2009/2010.
Dari hasil analisis deskriptif persepsi responden, atribut klub Sriwijaya
FC yang dinilai cukup baik adalah kemandirian dalam pendanaan dan
pengelolaan, merchandise dan tiket, sponsorship, popularitas, dan
sportivitas. Sedangkan atribut yang menjadi kelemahan klub Sriwijaya FC
adalah keberadaan supporter yang loyal dan terorganisir. Basis pendukung
klub ini memang belum sebesar klub pesaingnya. Selain itu pada musim
kompetisi Liga Super Indonesia 2009/2010 terjadi konflik internal antara
pendukung dan pemain klub Sriwijaya FC yang berujung pada insiden
pemukulan.
3. Persija Jakarta
Hasil analisis deskriptif berdasarkan persepsi responden menunjukkan
Persija Jakarta sebagai klub sepakbola yang memiliki nilai yang sangat baik
pada atribut popularitas (nama besar) dan penayangan secara live di televisi,
namun atribut tersebut masih merupakan keunggulan utama dari pesaingnya.
Atribut klub Persija Jakarta yang dinilai cukup baik, adalah merchandise
60
dan tiket, sponsorship, prestasi klub di lapangan, supporter, sportivitas,
pemain bintang, dan kualitas pelatih.
Kelemahan klub Persija Jakarta berdasarkan hasil analisis deskriptif
adalah pada atribut kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan serta
stadion. Klub Persija Jakarta dikelola oleh PT Persija Jaya Jakarta dimana
sumber dana utamanya masih tergantung pada APBD DKI Jakarta. Untuk
laga kandang, Persija Jakarta biasanya menggunakan Stadion Utama Gelora
Bung Karno yang merupakan markas kandang tim nasional Indonesia
sedangkan stadion resmi kandang klub ini masih dalam tahap rencana
pembangunan.
4. Persipura Jayapura
Hasil analisis deskriptif berdasarkan persepsi responden menunjukkan
Persipura Jayapura sebagai klub sepakbola yang memiliki keunggulan pada
kualitas pelatih. Prestasi membanggakan klub Persipura Jayapura adalah
hasil racikan pelatih berkualitas asal Brazil, Jacksen F Tiago. Atribut pada
klub Persipura Jayapura yang dinilai sangat baik tapi masih merupakan
keunggulan dari pesaingnya adalah prestasi klub di lapangan, pemain
bintang, dan penayangan secara live di televisi. Prestasi klub Persipura
Jayapura terbukti dengan keberhasilan klub tersebut menjadi juara di Liga
Super Indonesia musim kompetisi 2008/2009 dan runner up Liga Super
Indonesia musim kompetisi 2009/2010. Klub sepakbola yang memiliki
julukan mutiara hitam ini bertabur pemain bintang diantaranya Boaz
Solosa, Victor Igbonefo, dan Ricardo Salampessy. Sebagian besar
pertandingan klub ini selalu ditayangkan secara live di televisi.
Atribut klub Persipura Jayapura yang dinilai cukup baik oleh responden
adalah merchandise dan tiket, supporter, popularitas (nama besar), stadion,
sponsorship dan sportivitas. Kelemahan klub Persipura Jayapura
berdasarkan hasil analisis deskriptif adalah pada atribut kemandirian dalam
pendanaan dan pengelolaan. Meskipun memiliki sumber pendanaan dari
sejumlah sponsor seperti Bank Papua, PT Semen Bosowa dan juga dari PT
Bosowa Mithsubisi Motors, tetapi Persipura Jayapura masih bergantung
61
pada APBD. Pengelolaan klub ini pun masih dilakukan di kantor walikota
Papua.
5. Arema Indonesia
Hasil analisis deskriptif berdasarkan persepsi responden menunjukkan
Arema Indonesia sebagai klub sepakbola yang memiliki keunggulan pada
atribut stadion dan penayangan secara live di televisi. Stadion yang menjadi
basis dalam laga kandang Arema Indonesia adalah stadion Kanjuruhan
yang dikenal memiliki kualitas rumput yang baik. Pertandingan yang
dijalankan oleh Arema Indonesia sebagian besar selalu ditayangkan secara
live di televisi.
Atribut yang dinilai sangat baik oleh responden terhadap Arema
Indonesia namun masih merupakan keunggulan dari pesaingnya adalah
kemandirian dalam pendanaan & pengelolaan, kemudahan memperoleh
merchandise & tiket, prestasi klub di lapangan, supporter, kualitas pelatih,
dan popularitas (nama besar),. Arema Indonesia dikelola oleh PT Arema
Indonesia sebagai klub sepakbola yang profesional dan mandiri dari segi
pendanaan maupun pengelolaan. Prestasi yang pernah diraih klub
sepakbola yang memiliki julukan singo edan ini diantaranya sebagai juara
di Liga Super Indonesia musim kompetisi 2009/2010 dan runner up Piala
Indonesia 2010. Arema memiliki pendukung fanatik yang disebut
aremania.
Atribut klub Arema Indonesia yang dinilai cukup baik adalah
sponsorship, sportivitas, dan pemain bintang. Berdasarkan analisis
deskriptif persepsi responden, Arema Indonesia dinilai tidak memiliki
kelemahan yang berarti.
4.7.2 Positioning Klub Sepakbola Persib Bandung
Hasil analisis deskriptif persepsi responden menghasilkan atribut-
atribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan, baik klub sepakbola
Persib Bandung, Sriwijaya FC, Persija Jakarta, Persipura Jayapura, maupun
Arema Indonesia. Keunggulan dan kelemahan tersebut menjadi penilaian
responden terhadap positioning klub sepakbola di benak mereka. Informasi
mengenai Positioning tentunya sangat penting mengingat positioning
62
merupakan teknik yang dibuat untuk menciptakan gambaran, citra, atau
identitas dalam benak atau pikiran target terhadap produk, merek, atau
perusahaan.
Responden memposisikan Persib Bandung sebagai klub sepakbola yang
unggul dalam atribut kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan,
kemudahan memperoleh merchandise dan tiket, sponsorship, supporter,
popularitas (nama besar), dan bertaburan pemain bintang. Positioning
Persib Bandung yang dinilai berdasarkan analisis deskriptif persepsi
responden tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk gambaran pemikiran
responden terhadap keberadaan klub sepakbola Persib Bandung. Pencitraan
Persib Bandung oleh responden sedikit banyak dapat menjadi informasi
bagi PT Persib Bandung Bermartabat dalam mengelola Persib Bandung.
4.8 Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka implikasi
manajerial yang direkomendasikan untuk PT Persib Bandung Bermartabat
sebagai pengelola klub Persib Bandung antara lain:
1. Dari analisis karakteristik responden diperoleh hasil bahwa mayoritas
responden menonton pertandingan sepakbola Indonesia dari televisi dalam
acara nonton bersama . Selama ini acara nonton bersama yang dikelola
secara resmi oleh PT Persib Bandung Bermartabat jumlahnya hanya
sedikit sehingga penggemar sepakbola menyelenggarakan sendiri acara
nonton bersama di tempat masing-masing. Hal tersebut bisa menjadi
target pasar baru bagi PT Persib Bandung Bermartabat untuk
mengkoordinir secara resmi lebih banyak lagi acara nonton bersama yang
diselenggarakan di lokasi-lokasi strategis seperti di cafe-cafe. Acara
tersebut dapat menjadi keuntungan bagi PT Persib Bandung Bermartabat
dengan adanya tambahan pendapatan dari penjualan tiket acara, pemasaran
produk merchandise original, dan lahan baru untuk mengundang lebih
banyak sponsor.
2. Berdasarkan analisis kesadaran merek diperoleh hasil bahwa klub Persib
Bandung menempati peringkat teratas sebagai klub sepakbola yang paling
diingat responden. Posisi Persib Bandung sebagai top of mind responden
63
merupakan kekuatan yang dapat dijadikan modal bagi PT Persib Bandung
Bermartabat untuk menggaet lebih banyak sponsor dan investor.
3. Dari analisis faktor diperoleh hasil bahwa komponen utama positioning
terdiri atas 11 variabel yang terekstraksi ke dalam empat faktor yang
diurutkan berdasarkan besarnya nilai eigenvalue. Faktor pertama adalah
faktor supporter dan pencitraan yang terdiri atas variabel supporter yang
loyal dan terorganisir, penayangan pertandingan secara live, popularitas
(nama besar), dan stadion. Faktor kedua adalah faktor prestasi yang
tersusun atas variabel prestasi klub di lapangan, sportivitas tim dalam
pertandingan, dan adanya pemain bintang. Faktor ketiga adalah faktor
sponsorship yang meliputi variabel kerjasama dengan pihak sponsor dan
kemudahan dalam memperoleh merchandise dan tiket pertandingan.
Faktor keempat adalah faktor kualitas pelatih dan manajemen yang
tersusun atas variabel kualitas pelatih dan kemandirian dalam pendanaan
dan pengelolaan klub. Keempat faktor tersebut tentunya berperan penting
untuk menghasilkan positioning yang baik dan harus diperhatikan oleh PT
Persib Bandung Bermartabat.
4. Berdasarkan analisis pesaing yang diolah dengan multidimensional
scalling, pesaing terdekat klub Persib Bandung adalah Arema Indonesia
disusul oleh Sriwijaya FC, Persija Jakarta, dan Persipura Jayapura. Untuk
menghadapi persaingan yang ketat dalam industri sepakbola, PT Persib
Bandung Bermartabat harus mempertahankan dan meningkatkan variabel
yang menjadi keunggulan utama dan variabel yang dinilai sangat baik oleh
reponden yang menilai klub Persib Bandung. Perusahaan tersebut juga
harus meningkatkan kinerja untuk membangun variabel yang bernilai
cukup dan kurang baik (lemah).
5. Penelitian menghasilkan penilaian mahasiswa penggemar sepakbola
sebagai responden terhadap klub Persib Bandung sebagai klub sepakbola
yang memiliki positioning mandiri dalam pendanaan dan pengelolaan,
mudah memperoleh merchandise dan tiket, memiliki banyak sponsor,
memiliki banyak supporter yang loyal dan terorganisir, memiliki
popularitas (nama besar) yang baik, dan bertaburan pemain bintang.
64
PT Persib Bandung Bermartabat harus menjaga positioning yang telah
terbentuk agar tetap kuat sehingga dapat digunakan sebagai modal untuk
memperoleh lebih banyak sponsor dan investor.
65
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat
diambil adalah:
a. Berdasarkan analisis faktor, dihasilkan empat faktor yang menjadi
komponen penting penilaian mahasiswa penggemar sepakbola sebagai
responden terhadap keberadaan suatu klub sepakbola. Faktor pertama
adalah faktor supporter dan pencitraan yang terdiri atas variabel supporter
yang loyal dan terorganisir, penayangan pertandingan secara live,
popularitas (nama besar), dan stadion. Faktor kedua adalah faktor prestasi
yang tersusun atas variabel prestasi klub di lapangan, sportivitas tim dalam
pertandingan, dan adanya pemain bintang. Faktor ketiga adalah faktor
sponsorship yang meliputi variabel kerjasama dengan pihak sponsor dan
kemudahan dalam memperoleh merchandise dan tiket pertandingan.
Faktor keempat adalah faktor kualitas pelatih dan manajemen yang
tersusun atas variabel kualitas pelatih dan kemandirian dalam pendanaan
dan pengelolaan klub.
b. Berdasarkan analisis pesaing yang diolah dengan multidimensional
scalling, klub sepakbola yang menempati peringkat pertama pesaing
terdekat klub Persib Bandung adalah Arema Indonesia disusul oleh
Sriwijaya FC, Persija Jakarta, dan Persipura Jayapura sebagai peringkat
kedua, ketiga, dan keempat.
c. Penelitian menghasilkan penilaian responden terhadap klub Persib
Bandung sebagai klub sepakbola yang memiliki positioning mandiri dalam
pendanaan dan pengelolaan, mudah memperoleh merchandise dan tiket,
memiliki banyak sponsor, memiliki banyak supporter yang loyal dan
terorganisir, memiliki popularitas (nama besar) yang baik, dan bertaburan
pemain bintang.
66
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan, maka saran bagi PT Persib
Bandung Bermartabat antara lain :
a. Mengkoordinir secara resmi lebih banyak lagi acara nonton bersama yang
diselenggarakan di lokasi-lokasi strategis sebagai target pasar baru.
b. Mempertahankan dan meningkatkan variabel yang menjadi keunggulan
utama dan variabel yang dinilai sangat baik oleh reponden yang menilai
klub Persib Bandung.
c. Meningkatkan kinerja untuk membangun variabel yang bernilai cukup dan
memperbaiki variabel yang dinilai sebagai kelemahan klub Persib
Bandung,
d. Menjaga positioning yang telah terbentuk agar tetap kuat sehingga dapat
digunakan sebagai modal untuk memperoleh lebih banyak sponsor dan
investor.
67
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, R. 2009. Analisis Positioning Jagorawi Golf and Country Club Cibinong
Bogor Berdasarkan Persepsi Pelanggan. Skripsi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Apriantoro. 2006. Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar
Restoran Fast Food di Kota Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Durianto, D, Sugiarto dan T. Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui
Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Eidiri, T. 2009. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor Berdasarkan
Persepsi Siswa Siswi SMA di Bogor. Skripsi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Engel, JF, R.D Blacwell dan P. W. Miniard. 1993. Consumer Behavior. 7th
Edition. Florida: The Dryden Press, Orlando.
Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia : Segmentation, Targeting dan
Positioning. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian. Salemba Empat, Jakarta.
Kotler, P dan Gary Armstrong. 2003. Dasar-Dasar Pemasaran. PT. Indeks,
Jakarta.
Malhotra, N. K. 1996. Marketing Research : An Applied Orientation. Second
Edition. Mc Graw-Hill. Inc.
Mangkunegara, A. P. 1988. Perilaku Konsumen. PT Eresco, Bandung.
Odictna. 2010. Balada Profesionalisme Klub Sepakbola : Profesionalisme dan
APBD http://odictna.multiply.com/journal/item/2/ [2 Februari 2010]
Pradita. 2006. Analisis Positioning XL Bebas dan Jempol Pada PT Excelcomindo
Pratama. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
PSSI. Sejarah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). 2010. http://pssi-
football.com/id/history.php [4 April 2010]
Rangkuti, F. 2002. The Power Of Brands : Teknik Mengelola Brand Equity
Strategi Pengembangan Merek Plus Analisa Kasus dengan SPSS. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sarkasme. 2010. Persib Bandung, Klub dengan Sponsor Paling Banyak di
Indonesia. http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3583132 [12 Maret
2010]
68
Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Simamaung. 2009. Sejarah Persib Bandung. http://simamaung.com/sejarah-
persib-bandung/ [Januari 2009]
Sitinjak T.J.R. dan Sugiarto. 2006. Lisrel. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia,
Bogor.
Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.
Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Umar, H. 2003. Metode Riset Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
_______. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Wikipedia. Sriwijaya FC. http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya_FC. (28 Juli 20100
Wikipedia. Persija Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Persija_Jakarta. (28 Juli
2010)
Wikipedia. Persipura Jayapura. http://id.wikipedia.org/wiki/Persipura_Jayapura
(28 Juli 2010)
Wikipedia. Arema Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Arema_indonesia (2
Agustus 2010)
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN No.
Petunjuk:
- Berilah tanda (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda
- Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tuliskan jawaban Anda pada tempat yang telah
disediakan
A. SCREENING
1. Apakah Anda gemar menonton pertandingan sepakbola khususnya Liga Super Indonesia?
a Ya (terus) b Tidak (stop)-Terimakasih
2. Apakah Anda mengetahui klub-klub sepakbola profesional yang ada di Indonesia?
a Ya (terus) b Tidak (stop)-Terimakasih
B. PROFIL RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Fakultas :
a. FAPERTA d. FAPET g. FMIPA
b. FKH e. FAHUTAN h. FEM
c. FPIK f. FATETA i. FEMA
4. Departeman / Angkatan :
5. Usia : a. 17-19tahun b. 20-22tahun c. 23-25tahun
6. Cara Menonton Sepakbola Indonesia yang paling sering anda lakukan:
a. Menonton sendiri dari siaran televisi
b. Menonton dari siaran televisi dalam acara nonton bersama
Kuesioner ini merupakan bahan yang digunakan untuk penelitian mengenai “ANALISIS
POSITIONING KLUB PERSIB BANDUNG SEBAGAI KLUB SEPAKBOLA
PROFESIONAL YANG DIKELOLA PT PERSIB BANDUNG BERMARTABAT DALAM
INDUSTRI SEPAKBOLA INDONESIA” guna penyelesaian tugas akhir yang dilakukan oleh:
Nama: Windha Afrina
NRP : H24060771
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Penelitian ini sangat penting dalam penyusunan skripsi saya, maka saya mengharapkan kesediaan
Anda untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dalam
kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas
partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.
71
Lanjutan Lampiran 1
c. Menonton langsung di stadion
d. Lain-lain…………….. ………….(silakan sebutkan)
C. ANALISIS
1. Sebutkan satu saja klub sepakbola profesional di Indonesia yang paling Anda ingat!
…………………………
2. Selain klub sepakbola yang Anda sebutkan di atas, apa lagi klub sepakbola professional di
Indonesia yang Anda ingat?
a. …………………
b. …………………
c. …………………
d. …………………
3. Seberapa penting menurut Anda atribut ini dalam suatu Klub Sepakbola Profesional?
Keterangan:
1= tidak penting 4= penting
2= kurang penting 5= sangat penting
3= cukup penting
4. Apakah Anda mengenal klub sepakbola Sriwijaya FC?
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas
b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
1. Kemandirian dalam pendanaan dan
pengelolaan klub
2. Kemudahan dalam memperoleh
merchandise dan tiket pertandingan
3. Kerjasama dengan pihak sponsor
4. Prestasi klub di lapangan
5. Keberadaan supporter yang loyal dan terorganisir
6. Popularitas dan Nama besar klub sepakbola
7. Frekeunsi pemberitaan di media
8. Stadion
9. Sportivitas tim dalam pertandingan
10. Adanya pemain bintang
11. Kualitas pelatih
12. Kondusivitas dalam penyelenggaraan pertandingan kandang
13. Frekuensi penayangan secara live di televisi
72
Lanjutan Lampiran 1
c. Tidak, saya tidak mengenal klub sepakbola tersebut
5. Jika jawaban Anda ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap klub sepakbola
Sriwijaya FC? Berikan penilaian Anda dengan melingkari penilaian angka (1-5). Angka 1
merupakan nilai terendah dan angka 5 merupakan nilai tertinggi.
6. Apakah Anda mengenal klub sepakbola Persija Jakarta?
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas
b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas
c. Tidak, saya tidak mengenal klub sepakbola tersebut
7. Jika jawaban Anda ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap klub sepakbola Persija
Jakarta? Berikan penilaian Anda dengan melingkari penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan
nilai terendah dan angka 5 merupakan nilai tertinggi.
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
1. Pendanaan dan pengelolaan klub dilakukan
secara mandiri dan professional
2. Merchandise dan tiket pertandingan mudah
diperoleh
3. Memiliki banyak sponsor
4. Memiliki prestasi yang baik di lapangan
5. Memiliki banyak supporter yang loyal dan
terorganisir
6. Klub sepakbolapopuler dan memiliki nama
besar yang baik
7. Frekeunsi pemberitaan di media sering
8. Memiliki stadion yang baik
9. Sportivitas tim dalam pertandingan tinggi
10. Memiliki banyak pemain bintang
11. Memiliki pelatih yang berkualitas
12. Dapat menyelenggarakan pertandingan
kandang dengan kondusif
11. Memiliki pelatih yang berkualitas
12. Dapat menyelenggarakan pertandingan
kandang dengan kondusif
13. Pertandingan selalu ditayangkan secara live
di televise
73
Lanjutan Lampiran 1
8. Apakah Anda mengenal klub sepakbola Persipura Jayapura?
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas
b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas
c. Tidak, saya tidak mengenal klub sepakbola tersebut
9. Jika jawaban Anda ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap klub sepakbola
Persipura Jayapura? Berikan penilaian Anda dengan melingkari penilaian angka (1-5). Angka 1
merupakan nilai terendah dan angka 5 merupakan nilai tertinggi.
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
1. Pendanaan dan pengelolaan klub dilakukan
secara mandiri dan professional
2. Merchandise dan tiket pertandingan
mudah diperoleh
3. Memiliki banyak sponsor
4. Memiliki prestasi yang baik di lapangan
5. Memiliki banyak supporter yang loyal dan
terorganisir
6. Klub sepakbola popular dan memiliki
nama besar yang baik
7. Frekeunsi pemberitaan di media sering
8. Memiliki stadion yang baik
9. Sportivitas tim dalam pertandingan tinggi
10. Memiliki banyak pemain bintang
11. Memiliki pelatih yang berkualitas
12. Dapat menyelenggarakan pertandingan
kandang dengan kondusif
13. Pertandingan selalu ditayangkan secara
live di televise
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
1. Pendanaan dan pengelolaan klub dilakukan
secara mandiri dan professional
2. Merchandise dan tiket pertandingan
mudah diperoleh
3. Memiliki banyak sponsor
4. Memiliki prestasi yang baik di lapangan
5. Memiliki banyak supporter yang loyal dan
terorganisir
6. Klub sepakbola popular dan memiliki
nama besar yang baik
7. Frekeunsi pemberitaan di media sering
8. Memiliki stadion yang baik
9. Sportivitas tim dalam pertandingan tinggi
74
Lanjutan Lampiran 1
10. Apakah Anda mengenal klub sepakbola Persib Bandung?
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas
b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas
c. Tidak, saya tidak mengenal klub sepakbola tersebut
11. Jika jawaban Anda ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap klub sepakbola Persib
Bandung? Berikan penilaian Anda dengan melingkari penilaian angka (1-5). Angka 1
merupakan nilai terendah dan angka 5 merupakan nilai tertinggi.
12. Apakah Anda mengenal klub sepakbola Arema Indonesia?
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas
b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas
c. Tidak, saya tidak mengenal klub sepakbola tersebut
10. Memiliki banyak pemain bintang
11. Memiliki pelatih yang berkualitas
12. Dapat menyelenggarakan pertandingan
kandang dengan kondusif
13. Pertandingan selalu ditayangkan secara
live di televise
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
1. Pendanaan dan pengelolaan klub dilakukan
secara mandiri dan professional
2. Merchandise dan tiket pertandingan
mudah diperoleh
3. Memiliki banyak sponsor
4. Memiliki prestasi yang baik di lapangan
5. Memiliki banyak supporter yang loyal dan
terorganisir
6. Klub sepakbola popular dan memiliki
nama besar yang baik
7. Frekeunsi pemberitaan di media sering
8. Memiliki stadion yang baik
9. Sportivitas tim dalam pertandingan tinggi
10. Memiliki banyak pemain bintang
11. Memiliki pelatih yang berkualitas
12. Dapat menyelenggarakan pertandingan kandang dengan kondusif
13. Pertandingan selalu ditayangkan secara
live di televise
75
Lanjutan Lampiran 1
13. Jika jawaban Anda ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap klub sepakbola
Arema Indonesia? Berikan penilaian Anda dengan melingkari penilaian angka (1-5). Angka
1 merupakan nilai terendah dan angka 5 merupakan nilai tertinggi.
14. Bagaimana pendapat anda mengenai pasangan klub sepakbola di bawah ini?
Beikan penilaian dengan ketentuan : 1=sangat sama 4=banyak perbedaan
2=banyak kesamaan 5=sangat berbeda
3=persamaan dan perbedaan seimbang
No Pasangan Klub Skor
1 2 3 4 5 1 Persib Bandung & Sriwijaya FC 2 Persib Bandung & Persija Jakarta 3 Persib Bandung & Persipura
Jayapura
4 Persib Bandung & Arema Indonesia 5 Sriwijaya FC & Persija Jakarta 6 Sriwijaya FC & Persipura Jayapura 7 Sriwijaya FC & Arema Indonesia 8 Persija Jakarta & Persipura Jayapura 9 Persija Jakarta Arema Indonesia 10 Persipura Jayapura & Arema
Indonesia
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
1. Pendanaan dan pengelolaan klub dilakukan
secara mandiri dan professional
2. Merchandise dan tiket pertandingan
mudah diperoleh
3. Memiliki banyak sponsor
4. Memiliki prestasi yang baik di lapangan
5. Memiliki banyak supporter yang loyal dan
terorganisir
6. Klub sepakbola popular dan memiliki
nama besar yang baik
7. Frekeunsi pemberitaan di media sering
8. Memiliki stadion yang baik
9. Sportivitas tim dalam pertandingan tinggi
10. Memiliki banyak pemain bintang
11. Memiliki pelatih yang berkualitas
12. Dapat menyelenggarakan pertandingan kandang dengan kondusif
13. Pertandingan selalu ditayangkan secara
live di televise
76
Lampiran 2. Uji Validitas
Correlations
PTG1 PTG2 PTG3 PTG4 PTG5 PTG6 PTG7 PTG8 PTG9 PTG10
PTG11
PTG12
PTG13 TOTAL
PTG1 Pearson Correlation 1 -.020
.425(**)
.297
.023 .063 .171 .022 .253 .152 1.000(**)
-.020 .023
.475(**)
Sig. (1-tailed) . .459 .010
.056
.451 .371 .183 .455 .089 .212 . .459 .451
.004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG2 Pearson Correlation -.020 1 .217
-.134
.331(*)
.329(*)
.392(*)
.118 .073 .058 -.020 1.000(**)
.331(*)
.490(**)
Sig. (1-tailed) .459 . .125
.240
.037 .038 .016 .268 .350 .380 .459 . .037
.003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG3 Pearson Correlation
.425(**)
.217 1 .410(*)
-.141 .095 .201 -.071 .333(*)
.494(**)
.425(**)
.217 -.141
.479(**)
Sig. (1-tailed) .010 .125 .
.012
.228 .309 .144 .354 .036 .003 .010 .125 .228
.004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG4 Pearson Correlation .297 -.134
.410(*)
1 .010 .027 -.206 .199 .491(**)
.290 .297 -.134 .010
.396(*)
Sig. (1-tailed) .056 .240 .012 . .479 .444 .137 .146 .003 .060 .056 .240
.479
.015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG5 Pearson Correlation .023
.331(*)
-.141 .010
1 .477(**)
.422(*)
.192 .153 -.041 .023 .331(*)
1.000(**)
.541(**)
Sig. (1-tailed) .451 .037 .228
.479
. .004 .010 .155 .209 .415 .451 .037 . .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG6 Pearson Correlation .063
.329(*)
.095 .027
.477(**)
1 .461(**)
.447(**)
.135 .259 .063 .329(*)
.477(**)
.629(**)
Sig. (1-tailed) .371 .038 .309
.444
.004 . .005 .007 .239 .084 .371 .038 .004
.000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG7 Pearson Correlation .171
.392(*)
.201 -.206
.422(*)
.461(**)
1 .115 .240 .494(**)
.171 .392(*)
.422(*)
.609(**)
Sig. (1-tailed) .183 .016 .144
.137
.010 .005 . .273 .101 .003 .183 .016 .010
.000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG8 Pearson Correlation .022 .118 -.071
.199
.192 .447(**)
.115 1 .391(*)
.336(*) .022 .118 .192
.513(**)
Sig. (1-tailed) .455 .268 .354
.146
.155 .007 .273 . .016 .035 .455 .268 .155
.002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG9 Pearson Correlation .253 .073
.333(*)
.491(**)
.153 .135 .240 .391(*)
1 .504(**)
.253 .073 .153
.626(**)
Sig. (1-tailed) .089 .350 .036
.003
.209 .239 .101 .016 . .002 .089 .350 .209
.000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG10
Pearson Correlation .152 .058
.494(**)
.290
-.041 .259 .494(**)
.336(*)
.504(**)
1 .152 .058 -.041
.562(**)
Sig. (1-tailed) .212 .380 .003
.060
.415 .084 .003 .035 .002 . .212 .380 .415
.001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG11
Pearson Correlation
1.000(**)
-.020 .425(**)
.297
.023 .063 .171 .022 .253 .152 1 -.020 .023
.475(**)
Sig. (1-tailed) . .459 .010
.056
.451 .371 .183 .455 .089 .212 . .459 .451
.004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG12
Pearson Correlation -.020
1.000(**)
.217 -.134
.331(*)
.329(*)
.392(*)
.118 .073 .058 -.020 1 .331(*)
.490(**)
Sig. (1-tailed) .459 . .125
.240
.037 .038 .016 .268 .350 .380 .459 . .037
.003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PTG13
Pearson Correlation .023
.331(*)
-.141 .010
1.000(**)
.477(**)
.422(*)
.192 .153 -.041 .023 .331(*)
1 .541(**)
Sig. (1-tailed) .451 .037 .228
.479
. .004 .010 .155 .209 .415 .451 .037 . .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL
Pearson Correlation
.475(**)
.490(**)
.479(**)
.396(*)
.541(**)
.629(**)
.609(**)
.513(**)
.626(**)
.562(**)
.475(**)
.490(**)
.541(**)
1
Sig. (1-tailed) .004 .003 .004
.015
.001 .000 .000 .002 .000 .001 .004 .003 .001
.
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
77
Lanjutan Lampiran 2
Correlations
SFC1 SFC2 SFC3 SFC4 SFC5 SFC6 SFC7 SFC8 SFC9 SFC10 SFC1
1 SFC1
2 SFC1
3 TOTAL
SFC1 Pearson Correlation 1
.348(*)
.284 .344(*) -.011 1.000
(**) .348(*) -.011 .212 .125 -.061 .212 .046 .636(**)
Sig. (1-tailed) . .030 .064 .031 .477 . .030 .477 .131 .255 .374 .131 .404 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC2 Pearson Correlation
.348(*)
1 .075 .180 -.120 .348(
*) 1.000(*
*) -.120 .135 -.126 .126 .135
.333(*)
.480(**)
Sig. (1-tailed) .030 . .346 .170 .263 .030 . .263 .239 .254 .254 .239 .036 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC3 Pearson Correlation .284 .075 1 .000 .064 .284 .075 .064 -.057 .301 .162 -.057 -.005 .368(*)
Sig. (1-tailed) .064 .346 . .500 .368 .064 .346 .368 .381 .053 .196 .381 .489 .023
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC4 Pearson Correlation
.344(*)
.180 .000 1 .268 .344(
*) .180 .268 .084 .051 .225 .084 .100 .478(**)
Sig. (1-tailed) .031 .170 .500 . .076 .031 .170 .076 .329 .395 .116 .329 .299 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC5 Pearson Correlation -.011 -.120 .064 .268 1 -.011 -.120
1.000(**)
.264 .112 .369(
*) .264 .133 .483(**)
Sig. (1-tailed) .477 .263 .368 .076 . .477 .263 . .080 .277 .022 .080 .242 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC6 Pearson Correlation
1.000(**)
.348(*)
.284 .344(*) -.011 1 .348(*) -.011 .212 .125 -.061 .212 .046 .636(**)
Sig. (1-tailed) . .030 .064 .031 .477 . .030 .477 .131 .255 .374 .131 .404 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC7 Pearson Correlation
.348(*)
1.000(**)
.075 .180 -.120 .348(
*) 1 -.120 .135 -.126 .126 .135
.333(*)
.480(**)
Sig. (1-tailed) .030 . .346 .170 .263 .030 . .263 .239 .254 .254 .239 .036 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC8 Pearson Correlation -.011 -.120 .064 .268
1.000(**)
-.011 -.120 1 .264 .112 .369(
*) .264 .133 .483(**)
Sig. (1-tailed) .477 .263 .368 .076 . .477 .263 . .080 .277 .022 .080 .242 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC9 Pearson Correlation .212 .135 -.057 .084 .264 .212 .135 .264 1 .185 .079
1.000(**)
.183 .612(**)
Sig. (1-tailed) .131 .239 .381 .329 .080 .131 .239 .080 . .164 .339 . .166 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC10 Pearson Correlation .125 -.126 .301 .051 .112 .125 -.126 .112 .185 1 .167 .185 -.241 .310(*)
Sig. (1-tailed) .255 .254 .053 .395 .277 .255 .254 .277 .164 . .189 .164 .100 .048
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC11 Pearson Correlation -.061 .126 .162 .225
.369(*)
-.061 .126 .369(
*) .079 .167 1 .079 .255 .406(*)
Sig. (1-tailed) .374 .254 .196 .116 .022 .374 .254 .022 .339 .189 . .339 .087 .013
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC12 Pearson Correlation .212 .135 -.057 .084 .264 .212 .135 .264
1.000(**)
.185 .079 1 .183 .612(**)
Sig. (1-tailed) .131 .239 .381 .329 .080 .131 .239 .080 . .164 .339 . .166 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SFC13 Pearson Correlation .046
.333(*)
-.005 .100 .133 .046 .333(*) .133 .183 -.241 .255 .183 1 .368(*)
Sig. (1-tailed) .404 .036 .489 .299 .242 .404 .036 .242 .166 .100 .087 .166 . .023
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation
.636(**)
.480(**)
.368(*)
.478(**) .483(
**) .636(
**) .480(**)
.483(**)
.612(**)
.310(*) .406(
*) .612(
**) .368(
*) 1
Sig. (1-tailed) .000 .004 .023 .004 .003 .000 .004 .003 .000 .048 .013 .000 .023 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
78
Lanjutan Lampiran 2
Correlations
JAK1 JAK2 JAK3 JAK4 JAK5 JAK6 JAK7 JAK
8 JAK
9 JAK1
0 JAK1
1 JAK1
2 JAK13 TOTAL
JAK1 Pearson Correlation 1 -.050 .132 .004
1.000(**)
.004 .132 .008 1.000(**)
.004 -.050 .132 .008 .594(**)
Sig. (1-tailed) . .397 .243 .491 . .491 .243 .483 . .491 .397 .243 .483 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK2 Pearson Correlation -.050 1 -.055 -.145 -.050 -.145 -.055
.320(*)
-.050
-.145 1.000
(**) -.055 .320(*) .281
Sig. (1-tailed) .397 . .387 .222 .397 .222 .387 .042 .397 .222 . .387 .042 .066
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK3 Pearson Correlation .132 -.055 1 .300 .132 .300
1.000(**)
-.057 .132 .300 -.055 1.000
(**) -.057 .552(**)
Sig. (1-tailed) .243 .387 . .054 .243 .054 . .383 .243 .054 .387 . .383 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK4 Pearson Correlation .004 -.145 .300 1 .004
1.000(**)
.300 .312(
*) .004
1.000(**)
-.145 .300 .312(*) .571(**)
Sig. (1-tailed) .491 .222 .054 . .491 . .054 .047 .491 . .222 .054 .047 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK5 Pearson Correlation
1.000(**)
-.050 .132 .004 1 .004 .132 .008 1.000(**)
.004 -.050 .132 .008 .594(**)
Sig. (1-tailed) . .397 .243 .491 . .491 .243 .483 . .491 .397 .243 .483 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK6 Pearson Correlation .004 -.145 .300
1.000(**)
.004 1 .300 .312(
*) .004
1.000(**)
-.145 .300 .312(*) .571(**)
Sig. (1-tailed) .491 .222 .054 . .491 . .054 .047 .491 . .222 .054 .047 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK7 Pearson Correlation .132 -.055
1.000(**)
.300 .132 .300 1 -.057 .132 .300 -.055 1.000
(**) -.057 .552(**)
Sig. (1-tailed) .243 .387 . .054 .243 .054 . .383 .243 .054 .387 . .383 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK8 Pearson Correlation .008
.320(*)
-.057 .312(
*) .008 .312(*) -.057 1 .008
.312(*)
.320(*)
-.057 1.000(*
*) .491(**)
Sig. (1-tailed) .483 .042 .383 .047 .483 .047 .383 . .483 .047 .042 .383 . .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK9 Pearson Correlation
1.000(**)
-.050 .132 .004 1.000
(**) .004 .132 .008 1 .004 -.050 .132 .008 .594(**)
Sig. (1-tailed) . .397 .243 .491 . .491 .243 .483 . .491 .397 .243 .483 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK10 Pearson Correlation .004 -.145 .300
1.000(**)
.004 1.000(*
*) .300
.312(*)
.004 1 -.145 .300 .312(*) .571(**)
Sig. (1-tailed) .491 .222 .054 . .491 . .054 .047 .491 . .222 .054 .047 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK11 Pearson Correlation -.050
1.000(**)
-.055 -.145 -.050 -.145 -.055 .320(
*) -
.050 -.145 1 -.055 .320(*) .281
Sig. (1-tailed) .397 . .387 .222 .397 .222 .387 .042 .397 .222 . .387 .042 .066
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK12 Pearson Correlation .132 -.055
1.000(**)
.300 .132 .300 1.000
(**) -.057 .132 .300 -.055 1 -.057 .552(**)
Sig. (1-tailed) .243 .387 . .054 .243 .054 . .383 .243 .054 .387 . .383 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
JAK13 Pearson Correlation .008
.320(*)
-.057 .312(
*) .008 .312(*) -.057
1.000(**)
.008 .312(
*) .320(
*) -.057 1 .491(**)
Sig. (1-tailed) .483 .042 .383 .047 .483 .047 .383 . .483 .047 .042 .383 . .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .594(**) .281
.552(**)
.571(**)
.594(**)
.571(**) .552(
**) .491(
**) .594(**)
.571(**)
.281 .552(
**) .491(**) 1
Sig. (1-tailed) .000 .066 .001 .000 .000 .000 .001 .003 .000 .000 .066 .001 .003 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
79
Lanjutan Lampiran 2
PUR1 PUR2 PUR3 PUR4 PUR5 PUR6 PUR7 PUR8 PUR9 PUR10 PUR1
1 PUR1
2 PUR13 TOTA
L
PUR1 Pearson Correlation 1 .046 -.019
.395(*)
.304 -.032 .395(*
) -.057 -.032 .395(*)
1.000(**)
.304 .114 .633(*
*)
Sig. (1-tailed) . .404 .461 .015 .051 .432 .015 .383 .432 .015 . .051 .274 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR2 Pearson Correlation .046 1 -.267 -.049
.396(*)
-.044 -.049 -.129 -.044 -.049 .046 .396(*
) .303
.323(*)
Sig. (1-tailed) .404 . .077 .399 .015 .409 .399 .248 .409 .399 .404 .015 .052 .041
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR3 Pearson Correlation -.019 -.267 1 .236 -.217
.769(**)
.236 .074 .769(*
*) .236 -.019 -.217 -.217
.311(*)
Sig. (1-tailed) .461 .077 . .105 .125 .000 .105 .350 .000 .105 .461 .125 .125 .047
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR4 Pearson Correlation .395(*) -.049 .236 1 -.267 .137
1.000(**)
-.060 .137 1.000(**
) .395(*
) -.267 -.321(*)
.544(**)
Sig. (1-tailed) .015 .399 .105 . .077 .235 . .377 .235 . .015 .077 .042 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR5 Pearson Correlation .304 .396(*) -.217 -.267 1 -.114 -.267 .088 -.114 -.267 .304
1.000(**)
.692(**) .520(*
*)
Sig. (1-tailed) .051 .015 .125 .077 . .274 .077 .321 .274 .077 .051 . .000 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR6 Pearson Correlation -.032 -.044
.769(**)
.137 -.114 1 .137 .054 1.000(
**) .137 -.032 -.114 -.114
.393(*)
Sig. (1-tailed) .432 .409 .000 .235 .274 . .235 .388 . .235 .432 .274 .274 .016
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR7 Pearson Correlation .395(*) -.049 .236
1.000(**)
-.267 .137 1 -.060 .137 1.000(**
) .395(*
) -.267 -.321(*)
.544(**)
Sig. (1-tailed) .015 .399 .105 . .077 .235 . .377 .235 . .015 .077 .042 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR8 Pearson Correlation -.057 -.129 .074 -.060 .088 .054 -.060 1 .054 -.060 -.057 .088 .146 .156
Sig. (1-tailed) .383 .248 .350 .377 .321 .388 .377 . .388 .377 .383 .321 .221 .206
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR9 Pearson Correlation -.032 -.044
.769(**)
.137 -.114 1.000(
**) .137 .054 1 .137 -.032 -.114 -.114
.393(*)
Sig. (1-tailed) .432 .409 .000 .235 .274 . .235 .388 . .235 .432 .274 .274 .016
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR10
Pearson Correlation .395(*) -.049 .236
1.000(**)
-.267 .137 1.000(
**) -.060 .137 1
.395(*)
-.267 -.321(*) .544(*
*)
Sig. (1-tailed) .015 .399 .105 . .077 .235 . .377 .235 . .015 .077 .042 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR11
Pearson Correlation
1.000(**)
.046 -.019 .395(*
) .304 -.032
.395(*)
-.057 -.032 .395(*) 1 .304 .114 .633(*
*)
Sig. (1-tailed) . .404 .461 .015 .051 .432 .015 .383 .432 .015 . .051 .274 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR12
Pearson Correlation .304 .396(*) -.217 -.267
1.000(**)
-.114 -.267 .088 -.114 -.267 .304 1 .692(**) .520(*
*)
Sig. (1-tailed) .051 .015 .125 .077 . .274 .077 .321 .274 .077 .051 . .000 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PUR13
Pearson Correlation .114 .303 -.217
-.321(*
)
.692(**)
-.114 -
.321(*)
.146 -.114 -.321(*) .114 .692(*
*) 1
.326(*)
Sig. (1-tailed) .274 .052 .125 .042 .000 .274 .042 .221 .274 .042 .274 .000 . .039
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL
Pearson Correlation .633(**) .323(*)
.311(*)
.544(**)
.520(**)
.393(*)
.544(**)
.156 .393(*
) .544(**)
.633(**)
.520(**)
.326(*) 1
Sig. (1-tailed) .000 .041 .047 .001 .002 .016 .001 .206 .016 .001 .000 .002 .039 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
80
Lanjutan Lampiran 2
Correlations
PERSIB1
PERSIB2
PERSIB3
PERSIB4
PERSIB5
PERSIB6
PERSIB7
PERSIB8
PERSIB9
PERSIB1
0
PESIB11
PERSIB1
2
PERSIB1
3 TOTAL
PERSIB1
Pearson Correlation 1 .139 -.058
1.000(**)
-.009 -.058 1.000
(**) .13
9 1.000
(**) -.058
-.00
9 .139 -.009
.536(**)
Sig. (1-tailed) . .232 .380 . .480 .380 .
.232
. .380 .48
0 .232 .480 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB2
Pearson Correlation .139 1 .056 .139 .289 .056 .139
1.000(**)
.139 .056 .28
9 1.000(**)
.289 .673(**
)
Sig. (1-tailed) .232 . .384 .232 .061 .384 .232 . .232 .384
.061
. .061 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB3
Pearson Correlation -.058 .056 1 -.058 -.013
1.000(**)
-.058 .05
6 -.058
1.000(**)
-.01
3 .056 -.013 .387(*)
Sig. (1-tailed) .380 .384 . .380 .472 . .380
.384
.380 . .47
2 .384 .472 .017
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB4
Pearson Correlation
1.000(**)
.139 -.058 1 -.009 -.058 1.000
(**) .13
9 1.000
(**) -.058
-.00
9 .139 -.009
.536(**)
Sig. (1-tailed) . .232 .380 . .480 .380 .
.232
. .380 .48
0 .232 .480 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB5
Pearson Correlation -.009 .289 -.013 -.009 1 -.013 -.009
.289
-.009 -.013 1.000(**)
.289 1.000
(**) .590(**
)
Sig. (1-tailed) .480 .061 .472 .480 . .472 .480
.061
.480 .472 . .061 . .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB6
Pearson Correlation -.058 .056
1.000(**)
-.058 -.013 1 -.058 .05
6 -.058
1.000(**)
-.01
3 .056 -.013 .387(*)
Sig. (1-tailed) .380 .384 . .380 .472 . .380
.384
.380 . .47
2 .384 .472 .017
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB7
Pearson Correlation
1.000(**)
.139 -.058 1.000
(**) -.009 -.058 1
.139
1.000(**)
-.058 -
.009
.139 -.009 .536(**
)
Sig. (1-tailed) . .232 .380 . .480 .380 .
.232
. .380 .48
0 .232 .480 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB8
Pearson Correlation .139
1.000(**)
.056 .139 .289 .056 .139 1 .139 .056 .28
9 1.000(**)
.289 .673(**
)
Sig. (1-tailed) .232 . .384 .232 .061 .384 .232 . .232 .384
.061
. .061 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB9
Pearson Correlation
1.000(**)
.139 -.058 1.000
(**) -.009 -.058
1.000(**)
.139
1 -.058 -
.009
.139 -.009 .536(**
)
Sig. (1-tailed) . .232 .380 . .480 .380 .
.232
. .380 .48
0 .232 .480 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB10
Pearson Correlation -.058 .056
1.000(**)
-.058 -.013 1.000
(**) -.058
.056
-.058 1 -
.013
.056 -.013 .387(*)
Sig. (1-tailed) .380 .384 . .380 .472 . .380
.384
.380 . .47
2 .384 .472 .017
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PESIB11
Pearson Correlation -.009 .289 -.013 -.009
1.000(**)
-.013 -.009 .28
9 -.009 -.013 1 .289
1.000(**)
.590(**)
Sig. (1-tailed) .480 .061 .472 .480 . .472 .480
.061
.480 .472 . .061 . .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB12
Pearson Correlation .139
1.000(**)
.056 .139 .289 .056 .139 1.000(**)
.139 .056 .28
9 1 .289
.673(**)
Sig. (1-tailed) .232 . .384 .232 .061 .384 .232 . .232 .384
.061
. .061 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PERSIB13
Pearson Correlation -.009 .289 -.013 -.009
1.000(**)
-.013 -.009 .28
9 -.009 -.013
1.000(**)
.289 1 .590(**
)
Sig. (1-tailed) .480 .061 .472 .480 . .472 .480
.061
.480 .472 . .061 . .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation
.536(**)
.673(**) .387(
*) .536(
**) .590(**)
.387(*)
.536(**)
.673(**
)
.536(**)
.387(*)
.590(**
)
.673(**)
.590(**)
1
Sig. (1-tailed)
.001 .000 .017 .001 .000 .017 .001 .00
0 .001 .017
.000
.000 .000 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
81
Lanjutan Lampiran 2
Correlations
AREMA1
AREMA2
AREMA3
AREMA4
AREMA5
AREMA6
AREMA7
AREMA8
AREMA9
AREMA10
AREMA11
AREMA12
AREMA13
TOTAL
AREMA1 Pearson Correlation
1 -.167 -.017 .207 .386(*
) 1.000
(**) .113 .207
.386(*)
-.017 1.000
(**) -.167 .113
.535(**)
Sig. (1-tailed) . .190 .464 .136 .018 . .277 .136 .018 .464 . .190 .277 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA2 Pearson Correlation
-.167 1 .292 .298 .189 -.167 .049 .298 .189 .292 -.167 1.000
(**) .049
.535(**)
Sig. (1-tailed) .190 . .059 .055 .159 .190 .398 .055 .159 .059 .190 . .398 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA3 Pearson Correlation
-.017 .292 1 .235 .100 -.017 -.124 .235 .100 1.000
(**) -.017 .292 -.124
.495(**)
Sig. (1-tailed) .464 .059 . .106 .300 .464 .257 .106 .300 . .464 .059 .257 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA4 Pearson Correlation
.207 .298 .235 1 -.009 .207 -.164 1.000
(**) -.009 .235 .207 .298 -.164
.539(**)
Sig. (1-tailed) .136 .055 .106 . .480 .136 .194 . .480 .106 .136 .055 .194 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA5 Pearson Correlation
.386(*)
.189 .100 -.009 1 .386(*
) .249 -.009
1.000(**)
.100 .386(*
) .189 .249
.614(**)
Sig. (1-tailed) .018 .159 .300 .480 . .018 .092 .480 . .300 .018 .159 .092 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA6 Pearson Correlation
1.000(**)
-.167 -.017 .207 .386(*
) 1 .113 .207
.386(*)
-.017 1.000
(**) -.167 .113
.535(**)
Sig. (1-tailed) . .190 .464 .136 .018 . .277 .136 .018 .464 . .190 .277 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA7 Pearson Correlation
.113 .049 -.124 -.164 .249 .113 1 -.164 .249 -.124 .113 .049 1.000
(**) .321(*
)
Sig. (1-tailed) .277 .398 .257 .194 .092 .277 . .194 .092 .257 .277 .398 . .042
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA8 Pearson Correlation
.207 .298 .235 1.000
(**) -.009 .207 -.164 1 -.009 .235 .207 .298 -.164
.539(**)
Sig. (1-tailed) .136 .055 .106 . .480 .136 .194 . .480 .106 .136 .055 .194 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA9 Pearson Correlation
.386(*)
.189 .100 -.009 1.000
(**) .386(*
) .249 -.009 1 .100
.386(*)
.189 .249 .614(*
*)
Sig. (1-tailed) .018 .159 .300 .480 . .018 .092 .480 . .300 .018 .159 .092 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA10 Pearson Correlation
-.017 .292 1.000
(**) .235 .100 -.017 -.124 .235 .100 1 -.017 .292 -.124
.495(**)
Sig. (1-tailed) .464 .059 . .106 .300 .464 .257 .106 .300 . .464 .059 .257 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA11 Pearson Correlation
1.000(**)
-.167 -.017 .207 .386(*
) 1.000
(**) .113 .207
.386(*)
-.017 1 -.167 .113 .535(*
*)
Sig. (1-tailed) . .190 .464 .136 .018 . .277 .136 .018 .464 . .190 .277 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA12 Pearson Correlation
-.167 1.000
(**) .292 .298 .189 -.167 .049 .298 .189 .292 -.167 1 .049
.535(**)
Sig. (1-tailed) .190 . .059 .055 .159 .190 .398 .055 .159 .059 .190 . .398 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
AREMA13 Pearson Correlation
.113 .049 -.124 -.164 .249 .113 1.000
(**) -.164 .249 -.124 .113 .049 1
.321(*)
Sig. (1-tailed) .277 .398 .257 .194 .092 .277 . .194 .092 .257 .277 .398 . .042
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation
.535(**)
.535(**)
.495(**)
.539(**)
.614(**)
.535(**)
.321(*)
.539(**)
.614(**)
.495(**)
.535(**)
.535(**)
.321(*)
1
Sig. (1-tailed) .001 .001 .003 .001 .000 .001 .042 .001 .000 .003 .001 .001 .042 .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
82
Lampiran 3. Uji Reliabilitas
KEPENTINGAN
****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis
******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P
H A)
N of Cases = 30.0
Item Means Mean Minimum Maximum Range
Max/Min Variance
3.9308 3.1667 4.4333 1.2667
1.4000 .2360
Reliability Coefficients 13 items
Alpha = .7782 Standardized item alpha = .7837
SFC ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis
******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P
H A)
N of Cases = 30.0
Item Means Mean Minimum Maximum Range
Max/Min Variance
3.5897 2.2333 4.2667 2.0333
1.9104 .6127
Reliability Coefficients 13 items
Alpha = .7369 Standardized item alpha = .7368
83
Lanjutan Lampiran 3
PERSIJA
****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis
******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P
H A)
N of Cases = 30.0
Item Means Mean Minimum Maximum Range
Max/Min Variance
2.7179 2.0000 3.7667 1.7667
1.8833 .4697
Reliability Coefficients 13 items
Alpha = .7660 Standardized item alpha = .7743
PERSIPURA
****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis
******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P
H A)
N of Cases = 30.0
Item Means Mean Minimum Maximum Range
Max/Min Variance
3.0897 2.0333 4.2000 2.1667
2.0656 .7728
Reliability Coefficients 13 items
Alpha = .6690 Standardized item alpha = .6802
84
Lanjutan Lampiran 3
PERSIB
****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis
******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P
H A)
N of Cases = 30.0
Item Means Mean Minimum Maximum Range
Max/Min Variance
3.9205 3.5667 4.1000 .5333
1.1495 .0605
Reliability Coefficients 13 items
Alpha = .8065 Standardized item alpha = .8055
AREMA
****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis
******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P
H A)
N of Cases = 30.0
Item Means Mean Minimum Maximum Range
Max/Min Variance
3.5795 2.4000 4.1000 1.7000
1.7083 .4773
Reliability Coefficients 13 items
Alpha = .8199 Standardized item alpha = .8261
85
Lampiran 4. Analisis Faktor
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .590
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 153.765
Df 78
Sig. .000
Communalities
Initial Extraction
VAR00001 1.000 .674
VAR00002 1.000 .535
VAR00003 1.000 .657
VAR00004 1.000 .603
VAR00005 1.000 .503
VAR00006 1.000 .511
VAR00007 1.000 .337
VAR00008 1.000 .559
VAR00009 1.000 .626
VAR00010 1.000 .292
VAR00011 1.000 .723
VAR00012 1.000 .153
VAR00013 1.000 .494
Extraction Method: Principal Component Analysis.
86
Lanjutan Lampiran 4
Rotated Component Matrix a
.076 .118 .347 .731
.133 -.223 .680 -.066 -.126 .294 .741 .075 .000 .771 -.028 -.089 .691 .059 .096 .114 .626 .342 .012 -.046 .318 -.203 .441 -.009 .500 .387 -.399 -.035 .210 .759 .037 -.058
-.079 .470 -.125 .223 -.018 -.099 -.243 .809 .344 -.166 .019 .080 .684 .018 .069 -.142
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013
1 2 3 4 Component
a. Rotation converged in 7 iterations.
87
Anti-image Matrices
VAR00001
VAR00002
VAR00003
VAR00004
VAR00005
VAR00006
VAR00007
VAR00008
VAR00009
VAR00010
VAR00011
VAR00012
VAR00013
Anti-image Covariance
VAR00001 .825 -.051 -.210 .004 -.024 -.022 .014 .043 .004 -.075 -.263 .019 -.107
VAR00002 -.051 .799 -.150 .157 -.136 .026 -.158 .080 -.075 .105 .090 .026 .030 VAR00003 -.210 -.150 .820 -.084 .049 -.083 -.033 .126 -.048 .006 .112 -.017 .031
VAR00004 .004 .157 -.084 .685 -.080 -.015 .063 .002 -.303 .003 .052 .010 .064 VAR00005 -.024 -.136 .049 -.080 .771 -.208 -.062 -.040 .042 -.020 -.082 -.013 -.174 VAR00006 -.022 .026 -.083 -.015 -.208 .724 -.024 -.195 -.037 -.059 .076 -.017 -.083 VAR00007 .014 -.158 -.033 .063 -.062 -.024 .890 .060 -.071 .080 -.034 -.077 -.054 VAR00008 .043 .080 .126 .002 -.040 -.195 .060 .706 -.193 .032 -.065 .024 -.091 VAR00009 .004 -.075 -.048 -.303 .042 -.037 -.071 -.193 .622 -.133 -.013 .001 -.055 VAR00010 -.075 .105 .006 .003 -.020 -.059 .080 .032 -.133 .912 .004 .017 .050 VAR00011 -.263 .090 .112 .052 -.082 .076 -.034 -.065 -.013 .004 .830 -.052 .183 VAR00012 .019 .026 -.017 .010 -.013 -.017 -.077 .024 .001 .017 -.052 .960 -.127
VAR00013 -.107 .030 .031 .064 -.174 -.083 -.054 -.091 -.055 .050 .183 -.127 .782 Anti-image Correlation
VAR00001 .521(a) -.063 -.256 .005 -.030 -.029 .016 .056 .006 -.086 -.318 .021 -.133
VAR00002 -.063 .541(a) -.186 .213 -.173 .034 -.187 .106 -.106 .124 .111 .030 .038 VAR00003 -.256 -.186 .504(a) -.112 .062 -.108 -.039 .166 -.068 .007 .136 -.019 .039 VAR00004 .005 .213 -.112 .574(a) -.111 -.021 .080 .003 -.464 .004 .068 .013 .087
VAR00005 -.030 -.173 .062 -.111 .633(a) -.278 -.075 -.054 .060 -.024 -.102 -.015 -.224
VAR00006 -.029 .034 -.108 -.021 -.278 .706(a) -.029 -.273 -.056 -.073 .099 -.021 -.110
VAR00007 .016 -.187 -.039 .080 -.075 -.029 .631(a) .075 -.095 .089 -.040 -.083 -.065
VAR00008 .056 .106 .166 .003 -.054 -.273 .075 .663(a) -.291 .040 -.084 .029 -.123
VAR00009 .006 -.106 -.068 -.464 .060 -.056 -.095 -.291 .596(a) -.176 -.017 .001 -.079
VAR00010 -.086 .124 .007 .004 -.024 -.073 .089 .040 -.176 .630(a) .005 .018 .059
VAR00011 -.318 .111 .136 .068 -.102 .099 -.040 -.084 -.017 .005 .529(a) -.058 .227
VAR00012 .021 .030 -.019 .013 -.015 -.021 -.083 .029 .001 .018 -.058 .581(a) -.147
VAR00013 -.133 .038 .039 .087 -.224 -.110 -.065 -.123 -.079 .059 .227 -.147 .626(a)
a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Lan
jutan
Lam
piran
4
86
88
Lanjutan Lampiran 4
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.302 17.709 17.709 2.302 17.709 17.709
2 1.729 13.303 31.012 1.729 13.303 31.012
3 1.377 10.596 41.607 1.377 10.596 41.607
4 1.257 9.672 51.280 1.257 9.672 51.280
5 .991 7.625 58.905
6 .967 7.442 66.347
7 .860 6.618 72.965
8 .742 5.705 78.670
9 .710 5.461 84.132
10 .685 5.272 89.403
11 .522 4.017 93.420
12 .470 3.612 97.032
13 .386 2.968 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
89
Lanjutan Lampiran 4
Component Matrix(a)
4 components extracted.
Component
1 2 3 4
VAR00001 .095 .293 .622 .439
VAR00002 -.093 .684 .118 -.212
VAR00003 .084 .407 .594 -.363
VAR00004 .552 -.340 .310 -.294
VAR00005 .519 .378 -.156 .259
VAR00006 .683 .159 -.125 .057
VAR00007 .060 .576 -.033 -.017
VAR00008 .644 -.240 -.237 .174
VAR00009 .687 -.185 .264 -.224
VAR00010 .276 -.316 .336 .061
VAR00011 -.102 -.122 .322 .771
VAR00012 .120 .246 -.173 .218
VAR00013 .495 .358 -.338 .074
90
Lanjutan Lampiran 4
Eig
en
va
lue
Component number
13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
2.5
2.0
1.5
1.0
.5
0.0
91
Lampiran 5. Multidimensional Scalling
Averaged (rms) over matrices
Stress = .22166 RSQ = .65216
Configuration derived in 2 dimensions
Stimulus Coordinates
Dimension
Stimulus Stimulus 1 2
Number Name
1 Persib .8405 -1.2355
2 Sriwijay -.1659 .6543
3 Persija -1.7551 -.7492
4 Persipur -.2942 1.3008
5 Arema 1.3748 .0296
II.