Post on 30-Oct-2019
Program Studi Magister Keperawatan STIK SINT CAROLUS JAKARTA
Jl. Salemba Raya No.41, Jakarta Pusat
Disampaikan oleh: Ns. Minar Gultom, S.Kep
Jakarta, 28 Sept 2019
Seminar & Workshop Nasional
“IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DIGITAL DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN”
ASUHAN KEPERAWATAN TERINTEGRASI DI ERA DIGITAL
PADA PASIEN CAPD
POKOK BAHASAN
END STAGE RENAL DISEASE
LATAR BELAKANG
INTEGRATED RENAL REPLACEMENT THERAPY
CONTINOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS (CAPD)
MONITORING ASUHAN KEPERAWATAN TERINTEGRASI PADA PASIEN CAPD
PENUTUP
Latar Belakang
Biaya cuci darah pasien PGK stadium 5 menjadi salah satu komponen pembiayaan terbesar
BPJS
Di Indonesia terjadi peningkatan kasus ginjal kronik stadium akhir sekitar 2000 kasus baru/tahun. Angka kejadian PGK di Indonesia adalah 2 kasus per seribu penduduk atau sekitar 480 ribu penduduk.
0% 1%
1% 3%
7%
12%
19% 59%
Haemophilia
Leukaemia
Thalassaemia
Cirrhosis Hepatitis
Stroke
Kanker
Gagal Ginjal
Jantung Rp- Rp10.000.000.000.000 Rp20.000.000.000.000
Haemophilia
Leukaemia
Thalassaemia
Cirrhosis Hepatitis
Stroke
Kanker
Gagal Ginjal
Jantung
Sumber : BPJS Kesehatan
JUMLAH KASUS DAN PEMBIAYAAN JKN UNTUK KATASTROPIK
Pembiayaan Penyakit Katastropik 2014 s.d Juni 2017
Rp. 18.922.595.647.779
Rp. 6.562.770.098.302
Rp. 6.302.183.341.948
Rp. 3.233.427.005.227
Rp. 640.810.543.640
Rp. 1.160.514.430.456
Rp. 490.372.045.894
Rp. 363.642.951.894
RPJMN I
2005 -2009
Bangkes diarahkan
untuk meningkatkan
akses dan mutu
yankes
Akses masyarakat
thp yankes yang
berkualitas telah
lebih berkembang
dan meningkat
Akses masyarakat
terhadap yankes
yang berkualitas
telah mulai mantap
Kes masyarakat thp yankes
yang berkualitas telah
menjangkau dan merata di
seluruh wilayah Indonesia
VISI:
MASYARAKAT SEHAT
YANG MANDIRI
DAN BERKEADILAN
RPJMN II
2010-2014
RPJMN III
2015 -2019
RPJMN IV
2020 -2025
KURATIF -
REHABILITATIF
PROMOTIF - PREVENTIF
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Arah pengembangan upaya kesehatan, dari kuratif bergerak ke arah promotif, preventif sesuai kondisi dan kebutuhan
PROGRAM
PENINGKATAN
MUTU
• AKREDITASI RS
• AKREDITASI PKM
PROGRAM PENINGKATAN
AKSES
• SARANA
PRASARANA
• KOMPETENSI SDM
• ALAT KESEHATAN
Terwujudnya Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang berkualitas Bagi Masyarakat
Penguatan Pelayanan Kesehatan di Indonesia
6
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Latar Belakang
Amerika Serikat Diabetes (40%)
Hipertensi (25,2%) Glomerulonefritis (11,3%)
Interstitialis (3,8%) sistitis (2,8%)
neoplasma (1,7%)
(Facet, 2013)
Penyebab Penyakit Ginjal Kronis (PGK)
Indonesia Nefropati diabetic 52 % Ginjal Hipertensi 24 %.
glumerulopati primer (6%) nefropati obstruksi (4%) pielonefritis kronik (3%) nefropati asam urat (1%)
nefropati lupus (1%) ginjal polikistik (1%)
Lain-lain (6%) Tidak diketahui (2%)
(Pernefri, 2016)
Australia Diabetes (36%) nefritis(23%) hipertensi 15%
(Facet, 2013)
735.000 kasus kematian PGK di seluruh dunia pada tahun 2010
End Stage Renal Disease = Penyakit Ginjal Kronik = Gagal Ginjal Kronik =
(Chronic Kidney Disease, CKD)
PENGERTIAN
ESRD adalah hilangnya fungsi ginjal progresif yang berhubungan dengan penyakit sistemik. National Kidney Foundation (NKF) mendefenisikan kerusakan sebagai laju filtrasi glomerulus (GFR) < 60 ml/menit/1.73 m2 selama 3 bulan atau lebih terlepas dari penyebabnya (Huether et al,.2019)
Suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. PGK merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang bersifat progresif dan menetap sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Setiati et al,.2017)
KLASIFIKASI PGK
Klasifikasi PGK atas dasar derajat penyakit (Setiati et al, 2017) adalah :
Derajat 1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau , yaitu 90 ml/mnt/1.73m
Derajat 2 Kerusakan ginjal dengan LFG ringan, yaitu 60 - 89 ml/mnt/1.73m2
Derajat 3 Kerusakan ginjal dengan LFG sedang, yaitu 30 - 59 ml/mnt/1.73m2
Derajat 4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat, yaitu 15 - 29 ml/mnt/1.73m2
Derajat 5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Penyakit Ginjal Kronik Progresif
Terapi Konservatif
Gagal Ginjal
Meninggal Dialisis Hemodialisis/ Peritoneal
Dialisis)
Gagal
Transplantasi Bertahan Hidup
Ginjal
Skema Penatalaksanaan Gagal Ginjal
Penyakit Dasar
HIPERTENSI
DM
Penyakit Ginjal Kronis
DIALISIS
NON-DIALISIS
Terapi Pengganti Ginjal
HD CAPD Tx
EFFISIENSI
PENCEGAHAN
PENYAKIT GINJAL KRONIK TAHAP 5 GAGAL GINJAL TERMINAL
TERAPI PENGGANTI GINJAL
TRANSPLANTASI GINJAL/ CANGKOK GINJAL
DIALISIS/ CUCI DARAH
Kurangnya tenaga kesehatan yang kompeten terkait pelaksanaan CAPD
PERMASALAHAN CAPD DI INDONESIA
Cakupan pelaksanaan CAPD masih sangat rendah (< 3%)
Minimnya sosialisasi pelaksanaan CAPD
Minim sosialisasi reluctancy (keengganan pasien) karena tdk terbiasa mandiri dalam melakukan dialisis
(sumber : Infodatin Kemenkes, 2017; PERSI, 2018)
Belum adanya payung hukum terkait kompetensi pemasangan insersi Catheter CAPD
Jumlah RS DKI 196, yang Memiliki CAPD 6 RS
DIALISIS PERITONEAL DIALISIS HEMODIALISIS
Dialisis Peritoneal
DP merupakan salah satu modalitas dialisis dengan menggunakan rongga abdomen sebagai reservoar cairan dialisat dan memanfaatkan membran peritoneum sebagai membran semipermeabel yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati oleh cairan tubuh dan solut termasuk toksin uremik yang akan dibuang
ontinuous
mbulatory
eritoneal
ialysis
Proses dialisis tidak berhenti, secara berkesinambungan ‘membersihkan’ darah, 24 jam se-hari, setiap hari
Bebas bergerak, tidak berhubungan dengan mesin
Menggunakan rongga peritoneum yang bekerja sebagai filter untuk mengeluarkan sisa metabolisme dan cairan dari darah
Menyaring dan membuang cairan berlebih serta ampas metabolisme tubuh.
PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS TERAPI
PENGGANTI GINJAL DI INDONESIA
PROGRAM HEMODIALISA DAN PERITONEAL DIALISA
Permenkes RI Nomor 812/Menkes/Per/VII/2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/642/2017 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit Ginjal Tahap Akhir
Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/274/2018 tentang Uji Coba Tata Laksana Penyakit Ginjal Tahap Akhir dalam Rangka Peningkatan Cakupan Pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
PRINSIP CAPD
Cairan dialisis berada dan tinggal dalam kavum abdomen sekitar 4-6 jam pada siang hari dan 6 -8 jam pada malam hari, dilakukan 4 kali sehari
Proses ini dilakukan secara terus-menerus untuk mencapai dialisis yang adekuat.
Tidak memerlukan mesin. Pasien melakukan sendiri dialisisnya pada siang
dan malam hari.
CAPD HD
Fungsi ginjal yang masih tersisa dapat dipertahankan lebih lama.
Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun.
Asupan cairan dan diet hanya sedikit dibatasi Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat
Kadar hemoglobin lebih tinggi kebutuhan akan eritropoietin lebih rendah
Kadar hemoglobin lebih rendah kebutuhan akan eritropoietin lebih tinggi
Dialisis dilakukan setiap hari tubuh terasa lebih sehat dan nyaman
Dialisis tidak dilakukan setiap hari sehingga timbul gejala-gejala akibat tertimbunnya produk-produk sisa dalam tubuh
lebih bebas dapat bekerja melakukan aktivitas seperti biasa
Terikat dengan waktu untuk melakukan HD di Rumah Sakit (2 -3 kali seminggu).
Tidak memerlukan Ruang khusus Tidak perlu mesin HD Dapat dilakukan dirumah
Harus dilakukan di Ruang HD Perlu mesin HD Harus dilakukan di Rumah Sakit/Klinik
Tidak perlu biaya transportasi Perlu biaya transportasi ke RS
Video CAPD
Peta sebaran pasien CAPD di Indonesia
Data per Maret 2016
(Sumber: Annual Report Of Indonesian Renal Registry, 2017)
Monitoring Askep Terintegrasi
Pada Pasien CAPD
hospital
Monitoring Pada Pasien CAPD
Remote Patient Management for Home Dialysis Patients,Erik et al,2017)
Manajemen Pasien Jarak Jauh
Metode Remote Patient Management CAPD sangat efektif secara biaya & mampu merangkul terapi dialisis rumah dan meningkatkan kepercayaan diri pasien dan mendapatkan hasil klinis yang lebih baik ( Eric et al, 2017)
Implementasi teknologi
media e health Adalah tren yang berkembang dan memiliki
dampak signifikan pada abad 21 bahkan
signifikan efektif dalam pengaturan profession
al.
e-Health Nursing efisien untuk mengontrol pe
ngobatan pasien CKD dengan PD dan mening
katkan kualitas hidup pasien yang bertujuan
efektif sebagai administrative data pasien
hingga pemberian perawatan kesehatan secar
a umum: Tele konsultasi : remote tanda-tanda
vital, pemantauan PD oleh perawat, dokter de
ngan pasien (Maria Cruz RN,PhD, 2014)
DATA YANG DIBUTUHKAN DALAM APLIKASI MONITORING TERINTEGRASI PASIEN CAPD
A. INFORMASI PASIEN :
1. Data Personal : Identitas Pasien, Nomor rekam medis, tempat tinggal, nomor telepon.,
pekerjaan, pendidikan,
2. Status Pasien : (pasien baru, rujukan, pasien lama?), penyakit peserta, rumah sakit
asal, rumah sakit rujukan, tipe pembayaran, penyakit ginjal utama ( penyebab), status
diabetes mellitus
3. Data Pengasuh/care giver
B. INFORMASI KLINIK
1. Terapi : tanggal mulai dan berakhir terapi, dropout
2. Kateter & Riwayat
3. Infeksi : jenis infeksi, penyebab, antibiotic
4. Resep: tanggal resep, jenis cairan, Tanda-tanda vital, jenis obat
5. Informasi Lab
6. Penggantian Transfer set
7. Status rawat inap
C. KADER
1. Nama
2. Nomor telepon
3. Rumah sakit
4. Alamat
PENUTUP • Asuhan Keperawatan yang terintegrasi pada era digital menawarkan
penyedia perawatan kesehatan ginjal dan pasien dapat merangkul perawatan
di rumah salah satunya. Dialisis rumah dapat meningkatkan penyerapan dan
tehnik kelangsungan hidup, kepuasan pasien, hasil deteksi langsung kondisi
pasien, dan penghematan biaya
• Monitoring asuhan digital dapat mengganti kegiatan pertemuan tatap
muka dengan pertemuan telehealth di rumah pasien, akan mengurangi
waktu perjalanan pasien, biaya perjalanan, dan waktu kunjungan. Khususnya
pasien CAPD rata-rata pasien tinggal lebih jauh dari fasilitas kesehatan
• Monitoring asuhan yang terintegrasi dapat menjadi sumber data bagi rumah
sakit terhadap setiap jenis asuhan yang dilakukan terhadap pasien.
Daftar Pustaka
Aase Riemann.,Maria Cruz Casal, “ e-Health in Nephrology A Guide to Clinical Practice.” European Dial
ysis and Transplant Nurses Association, Switzerland ;firt edition, September 2014
Am J, “Impact of Telehealth Interventions on Processes andQuality of Care for Patients With ESRD” htt
ps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S027263861830547X
Infodatin Kemenkes RI 2017 “ Situasi Penyakit Ginjal Kronis” http://pusdatin.kemkes.go.id/article/view
/17050400002/
K.S. Nayak, Claudio Ronco, and Mitchell H. Rosner “Telemedicine and Remote Monitoring: Supportin
g the Patient on Peritoneal Dialysis” https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4934427/
Pernefri. (2018). Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya. Jakarta. Retri
eved from https://www.persi.or.id/images/2018/data/aida_lydia.pdf
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W., Simadibrata, M. K., Setiyohadi, B., & Fahrial, A. S. (2017). Buku Aj
ar Ilmu Penyakit Dalam (6th ed.). Jakarta: Interna Publishing.
Sue E. Huether., Kathryn L. Mc Cance (2019). Buku Ajar Patofisiologi (6 th ed.vol 2). Singepore Pte Lt
d : Elsevier Inc.
TERIMA KASIH