Post on 24-Oct-2015
BAB I
PENDAHULUAN
Semua manusia merupakan produk dari biologi sel punca. Setiap manusia
berkembang dari dua sel, yang merupakan gabungan dari sel sperma ayah dan sel
telur ibu. Selanjutnya sel tersebut berkembang menjadi semua organ dalam tubuh
manusia dibawah pengaruh program yang langsung mengatur diferensiasi,
organisasi dan perkembangan struktural. Semua penampilan umum, intelektual
dan semua organ kita merupakan produksi sel punca.
Perkembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan yang maju pesat maka
dikembangkanlah Sel Punca, sedangkan yang dimaksud Sel Punca adalah sel
tubuh manusia dengan kemampuan istimewa memperbaharui atau meregenerasi
dirinya sendiri (self regenerate/self renewal) dan mampu berdiferensiasi menjadi
sel lain (differentiate). Kegunaan Sel Punca bagi umat manusia untuk masa yang
akan datang sangat menjanjikan karena dapat menyembuhan penyakit serta
memulihkan kesehatan.
BAB II
ISI
Kata sel punca mulai popular digunakan di dunia kedokteran sekitar
pertengahan 2008, kosa kata tersebut diambil dari kata stem cell yang mulai
popular digunakan tahun 1950 sejak ditemukannya tahun 1908, istilah “stem cell”
pertama kali diusulkan oleh histology Russia, Alex ander Maksimov, pada
kongres hematologi di Berlin. Ia mempostulatkan adanya sel induk yang
membentuk sel-sel darah. Tahun 1978, terbukti teori ini betul dengan
ditemukannya sel-sel punca di darah sumsum tulang belakang manusia yang
mampu membentuk seluruh jenis sel darah dalam tubuh manusia (Djauhari,
2010).
Sebagian besar sel dalam tubuh mempunyai fungsi tertentu yang tidak dapat
diubah. Sebagai contoh, sel hati berkembang untuk melakukan fungsi yang khusus
dan tidak dapat diubah secara tiba-tiba untuk mengambil ahli peran sebagai sel
jantung. Sel punca adalah sel yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi
berbagai jenis sel dengan tipe berbeda pada awal kehidupan dan pertumbuhan.Sel
punca juga ada di jaringan dewasa, seperti saluran cerna dan sumsum tulang,
tempat mereka secara teratur membelah dan menggantikan sel yang rusak
(Kusuma, 2011).
Sebuah sel punca adalah sel yang relatif tidak terspesialisasi dengan baik
yang memperbanyak dirinya tanpa batas waktu dan, di bawah kondisi yang sesuai,
berdiferensiasi menjadi sel-sel khusus dari satu atau beberapa jenis. Dengan
demikian, sel induk mampu dengan baik untuk mengisi populasi mereka sendiri
dan untuk menghasilkan sel-sel yang melakukan perjalanan ke jalur diferensiasi
tertentu (Campbell, 2011).
Sel punca dewasa dapat diambil dari berbagai macam sumber, antara lain:
darah tali pusat, sumsum tulang, darah tepi, jaringan lemak. Sel punca dewasa
tidak kalah pentingnya dibandingkan sel punca embrionik, karena jumlah dan
fungsinya yang juga sangat memadai dan potensial untuk terapi berbagai penyakit.
Aplikasi terapi sel punca di bidang kedokteran sekarang terlihat sangat
berkembang pesat.
Sel punca yang menimbulkan terjadinya sel-sel khusus yang menyusun
jaringan tubuh, menunjukkan beberapa pola pembelahan sel. Sebuah sel induk
dapat membelah secara simetris untuk menghasilkan dua anak sel induk yang
identik dengan dirinya sendiri (Gambar 1a). Atau, sel induk bisa membagi
asimetris untuk menghasilkan salinan dari dirinya sendiri dan sel induk derivatif
yang memiliki kemampuan yang lebih terbatas, seperti pembagian untuk periode
waktu yang terbatas atau menimbulkan sedikit jenis keturunan dibandingkan
dengan sel punca induknya (Gambar 1b).
Gambar 1. Pola pembelahan sel punca. (a) Pembagian sel induk menghasilkan dua sel, salah satunya adalah sel punca seperti sel induk. Dengan cara ini populasi
sel induk ini dipertahankan. (b) anakan lainnya sel-sel punca lebih dibatasi penggunaannya potensialnya-dimulai pada jalur menuju sel yang memproduksi
yang terdiferensiasi
Tubuh orang dewasa juga memiliki sel punca, yang berfungsi untuk
menggantikan sel-sel yang tidak reproduksi khusus yang diperlukan. Berbeda
dengan sel-sel ES (embryonic stem), sel punca dewasa tidak dapat memunculkan
semua jenis sel dalam organisme, meskipun mereka dapat menghasilkan beberapa
jenis. Sebagai contoh, salah satu dari beberapa jenis sel punca dalam sumsum
tulang dapat menghasilkan semua jenis sel darah dan satu lagi dapat
berdiferensiasi menjadi tulang, tulang rawan, lemak, otot, dan lapisan-lapisan
pembuluh darah.
1. Karakteristik Sel Punca
Sel punca berbeda, karena masih pada stadium awal perkembangan sel,
maka tidak mempunyai fungsi yang khusus, dan tetap mampu berkembang
menjadi berbagai jenis sel yang berbeda. Sel punca mempunyai karakteristik
antara lain:
a. Belum berdiferensiasi (Undiferentiated)
Stem Cell merupakan Sel yang belum memiliki bentuk dan fungsi spesifik
layaknya sel lainnya pada organ tubuh Sel otot jantung (Kardiomiosit),
Neuron dan Sel β Pankreas adalah jenis-jenis sel tubuh yang telah memilki
bentuk dan fungsi yang spesifik. Sel-sel tsb secara jelas menjalankan Fungsi
dari organ yang dibentuknya. Bentuk sel otot jantung mendukung fungsinya
untuk berdenyut. Neuron otak juga memiliki bentuk yang memungkinkannya
menghantarkan impuls-impuls saraf, sedangkan Sel β Pankreas terdapat
dalam susunan jaringan yang disebut sebagai ”Pulau Langerhans” pada
pankreas, yang memproduksi hormon insulin.
Berbeda dengan ketiganya, Stem Cell adalah sel yang belum memiliki fungsi
khusus, seperti berdenyut, menghantarkan impuls, menghasilkan hormon,
ataupun fungsi lainnya. Bukti ilmiah bahkan menunjukkan bahwa populasi
stem cell dalam suatu jaringan matur, tampak sebagai suatu populasi sel
inaktif. Yang fungsinya baru dilihat dalam waktu dan kondisi tertentu.
b. Mampu memperbanyak diri (Self Renewal)
Stem Cell dapat melakukan replikasi dan menghasilkan sel-sel
berkarakteristik sama dengan sel induknya. Kemampuan memperbanyak diri
dan menghasilkan sel-sel yang sama seperti sel induknya ini tidak dimiliki
oleh sel-sel tubuh lainnya, seperti sel jantung, otak, ataupun sel pankreas.
Itulah sebabnya, apabila jaringan dalam jantung, otak maupun pankreas
mengalami kerusakan, maka pada umumnya kerusakan tersebut bersifat
irreversibel.
Populasi Stem Cell dalam tubuh terjaga dengan kemampuannya
memperbanyak diri sendiri. Kemampuan ini dapat dilakukan berulang kali,
bahkan diduga tidak terbatas, selain itu, kemampuan ini juga dipertahankan
dalam jangka waktu yang relatif lama.
c. Dapat berdiferensiasi menjadi > 1 jenis Sel (Multipoten/Pluripoten)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Keberadaan Stem Cell sebagai sel
yang belum berdiferensiasi ternyata dimaksudkan untuk menjaga kontinuitas
regenerasi populasi sel yang menyusun jaringan dan organ tubuh. Hal ini
dapat dilakukan dengan kemampuan stem cell untuk berdiferensiasi menjadi
sel-sel tubuh yang dibutuhkan.
Stem cell bersifat Pluripoten bila mampu berdiferensiasi menjadi sel tubuh
apapun, yaitu yang berasal dari ketiga lapisan embrional (ektoderm,
mesoderm dan endoderm). Dan Stem cell bersifat Multipoten bila hanya
mampu berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel yang biasanya berada
dalam suatu golongan serupa, seperti sel-sel system hematopoietik. Maupun
system syaraf.
Sel punca pluripoten hasil induksi dari sel somatik (induced pluripotent stem
cells) sel dewasa yang mengalami de-diferensiasi atau pemrograman ulang
inti sel menjadi sel yang keadaannya mirip sel punca embrional dengan cara
mendorong ekspresi gen dan faktor penting yang memberikan ciri
pluripotensial. Sel iPS yang dihasilkan memiliki karakteristik sel punca
pluripoten, mengekspresikan penanda sel punca, dan dapat membentuk tumor
yang mengandung jenis sel yang berasal dari ketiga lapisan embrional
(teratoma) (Kusuma, 2011).
2. Jenis Sel Punca
a. Berdasarkan Potensi :
Sel induk ber-totipotensi (toti=total) adalah sel induk yang memiliki
potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis sel, yaitu sel
ekstraembrionik, sel somatik, dan sel seksual. Jenis sel ini dapat
bertumbuh menjadi organisme baru bila diberikan dukungan
maternal yang memadai. Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel
induk embrio, hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma.
Sel induk ber-pluripotensi (pluri=jamak) adalah sel-sel yang dapat
berdiferensiasi menjadi semua jenis sel dalam tubuh, namun tidak
dapat membentuk suatu organisme baru.
Sel induk ber-multipotensi adalah sel-sel yang dapat berdiferensiasi
menjadi beberapa jenis sel dewasa.
Sel induk ber-unipotensi (uni=tunggal) adalah sel induk yang hanya
dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu, tetapi memiliki
kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang
bukan sel induk.
b. Sel Punca Berdasarkan Asalnya
Berikut adalah gambar jenis-jenis sel punca.
Gambar 3. Sumber pembuatan sel punca
Sel punca berdasarkan asalanya terbagi atas:
Sel Punca Embrio (Embryonic Stem Cells)
Sel induk diambil dari embrio pada fase blastosit (5-7 hari setelah
pembuahan). Massa sel bagian dalam mengelompok dan
mengandung sel-sel induk embrionik. Sel-sel diisolasi dari massa
sel bagian dalam dan dikultur secara in vitro . Sel induk embrional
dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada
organisme dewasa, seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati,
sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya.
Sel punca dengan kemampuannya dalam pengembangan sel punca
pada sel punca embrionik manusia (human embryonic stem cell).
Banyak embrio hewan sebelumnya yang mengandung sel-sel induk
yang mampu menimbulkan sel embrio dibedakan dari jenis apa
pun. Sel punca dapat diisolasi dari embrio sebelumnya pada tahap
yang disebut tahap blastula atau setara pada manusia, tahap
blastokista (Gambar 2). Dalam kultur, sel embrio punca (ES) ini
mereproduksi tanpa batas, dan tergantung pada kondisi kultur,
mereka dapat dibuat untuk berdiferensiasi menjadi berbagai sel-sel
khusus, bahkan termasuk telur dan sperma (Alberts, 2002).
Gambar 2. Bekerja dengan sel punca. Sel induk hewan, yang dapat diisolasi dari embrio awal atau jaringan dewasa dan tumbuh dalam budaya, yang yg
memperkekalkan diri, sel-sel yang relatif tidak dibedakan. Sel punca embrio lebih mudah untuk tumbuh dari sel induk dewasa dan secara teoritis dapat
menimbulkan semua jenis sel dalam organisme.
Kultur Embrio Sel punca Dapat Membedakan ke Berbagai Jenis sel
Embrio sel punca (ES) dapat diisolasi dari embrio mamalia awal dan ditumbuhkan dalam kultur (Gambar 3a). Sel-sel ES Kultur dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, baik secara in vitro atau setelah dimasukkan ke dalam embrio sel inang. Pada saat tumbuh dalam kultur suspensi, sel-sel ES manusia pertama berdiferensiasi menjadi agregat multiseluler, yang disebut tubuh embryoid, yang menyerupai embrio awal berbagai jaringan yang mereka bentuk. Pada saat ini kemudian ditransfer ke medium padat, mereka tumbuh menjadi
lembaran sel konfluen mengandung berbagai jenis sel dibedakan termasuk sel saraf dan sel epitel berpigmen dan non berpigmen (Gambar 3b). Dalam kondisi lain, sel-sel ES telah diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi prekursor untuk berbagai jenis sel darah.
Gambar 3. Embrio sel punca (ES) dapat dipertahankan dalam kultur dan membentuk jenis sel yang dibedakan. (a) blastokista manusia yang tumbuh dari
embrio pada tahap pembelahan dihasilkan oleh fertilisasi in vitro. Inner cell mass dipisahkan dari jaringan sekitar embrio ekstra dan dilapiskan pada lapisan sel fibroblast yang membantu untuk memberi nutrisi pada sel-sel embrio. Sel-sel
individual yang kembali koloni yang berlapis dan dibentuk sel-sel ES, yang dapat dipertahankan selama beberapa generasi dan dapat disimpan dalam keadaan beku.
(b) Dalam kultur suspensi, sel-sel ES manusia berdiferensiasi menjadi agregat multiseluler (tubuh embryoid) (atas). Setelah tubuh embryoid dipindahkan ke
medium padat digelatinisasi, mereka dibedakan lebih lanjut ke sel lembar konfluen mengandung berbagai jenis sel yang dibedakan termasuk saraf, sel-sel
(tengah), dan sel epitel berpigmen dan non berpigmen (bawah).
Sel Germinal/benih Embrionik (Embryonic Germ Cells).
Sel germinal/benih (seperti sprema/ovum) embrionik
induk/primordial (primordial germ cells) dan precursor sel
germinal diploid ada sesaat pada embrio sebelum mereka
terasosiasi dengan sel somatic gonad dan kemudian menjadi sel
germinal. Sel germinal embrionik manusia/human embryonic germ
cells(hEGCs) termasuk sel punca yang berasal dari sel germinal
primordial dari janin berumur 5-9 minggu. Sel punca jenis ini
memiliki sifat pluripotensi.
Sel Punca Dewasa (Adult Stem Cells)
Sel punca dewasa mempunyai dua karakteristik. Karakteristik
pertama adalah sel-sel tersbeut dapat berproliferasi untuk periode
yang panjang untuk memperbaharui diri. Karakteristik kedua, sel-
sel tersbeut dapat berdeferensiasi untuk menghasilkan sel-sel
khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang
special.
Sel Punca Hematopoietic
Salah satu macam sel induk dewasa adalah sel induk hematopoietic
(hematopoietic stem cells), yaitu sel induk pembentuk darah yang
mampu membentuk sel induk pembentuk sel darah merah, sel
darah putih, dan keeping darah yang sehat. Sumber sel induk
hematopoietic adalah sumsum tulang, darah tepi, darah tali pusar.
Pembentukan sel induk hematopoietic terjadi pada tahap awal
embryogenesis, yaitu dari mesoderm dan disimpan pada situs-situs
spesifik di dalam embrio.
Jaringan lain secara terus menerus diisi adalah darah, sel-sel induk
yang berada di sumsum tulang pada hewan dewasa. Berbagai jenis
sel darah semua berasal dari satu jenis pluripotent sel punca
hematopoietik, yang menimbulkan ke myeloid lebih terbatas dan
sel induk limfoid (Gambar 4). Frekuensi sel punca hematopoietik
adalah sekitar 1 sel per 104 sel sumsum tulang, bahkan lebih
rendah dari frekuensi sel punca usus pada kriptus.
Gambar 4. Pembentukan sel darah dibedakan dari sel punca hematopoietik dalam sumsum tulang. Sel punca pluripotent dapat membagi secara simetris
untuk memperbaharui diri (panah melengkung) atau membagi asimetris untuk membentuk sel punca myeloid atau limfoid (menyala hijau) dan sel anak yang sel pluripotentnya seperti induk. Meskipun sel-sel induk mampu melakukan
pembaruan diri, mereka akan berbuat untuk salah satu dari dua garis keturunan hematopoietik utama. Tergantung pada jenis dan jumlah sitokin yang ada, sel-sel
punca myeloid dan limfoid menghasilkan berbagai jenis sel prekursor (warna hijau tua), yang tidak mampu melakukan pembaruan diri. Sel prekursor yang terdeteksi oleh kemampuannya untuk membentuk koloni yang berisi jenis sel
yang dibedakan ditunjukkan di sebelah kanan, diukur sebagai "sel-sel pembentuk koloni (CFC)." Koloni yang terdeteksi pada limpa hewan yang
memiliki sel-sel mereka sendiri dihilangkan dan sel-sel prekursor diperkenalkan. Selanjutnya sitokindiinduksi perkembangbiakannya, komitmen, dan diferensiasi sel-sel prekursor menimbulkan berbagai jenis sel darah. Beberapa sitokin yang
mendukung proses ini ditunjukkan (label merah). GM = granulocytemacrophage, Eo = eosinofil;? E = eritrosit, mega = megakaryocyte,
T = T-sel, B = B-sel, CFU = koloni membentuk unit, maka CSF = koloni merangsang faktor, IL = interleukin, SCF = faktor sel punca ; Epo =
erythropoietin, TPO = thrombopoietin, TNF = tumor faktor nekrosis, TGF =
faktor pertumbuhan transformasi, SDF = faktor stroma sel yang diturunkan, FLT-3 ligan = ligan untuk fms seperti tirosin kinase reseptor 3.
Sel Punca Mesenkimal
Sel induk mesenkimal/mesenchymal stem cell (MSC) dapat
ditemukan pada stroma sumsum tulang belakang, periosteum,
lemak, dan kulit. MSC termasuk sel induk multipotesi yang dapat
berdeferensiasi menjadi sel-sel tulang, otot, ligament, tendon, dan
lemak.
Hasil penelitian pada mesenchymal stem cells allogenik, yang
bertujuan untuk membuktikan bahwa terjadi peningkatan
konsentrasi serum IL-10 pada otot femur kelinci serta untuk
membuktikan bahwa tidak terjadi peningkatan jumlah limfosit,
monosit, dan sel polimorphonuclear (PMN) pada otot femur kelinci
yang sudah ditanami mesenchymal stem cells allogenik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Bone marrow derived mesenchymal
stem cell (MSCs) allogenik menimbulkan peningkatan jumlah
interleukin 10 (IL 10) pada serum kelinci. Bone marrow derived
mesenchymal stem cell (MSCs) allogenik tidak menimbulkan
peningkatan jumlah sel limfosit, monosit polimorphonuclear
(PMN) bila ditanam pada otot femur kelinci (Anggitadewi, 2013).
Berikut adalah gambar
Bone marrow pada sel
punca (gambar 4).
Gambar 4. Mikrograf elektron pada bagian tipis dari sumsum tulang sel
punca. Nucleolus (n) adalah subcompartment inti (N) dan tidak
dikelilingi oleh membran. RNA ribosom Kebanyakan diproduksi
dalam nucleolus. Pada penelitian lain
saat ini telah
dikembangkan prosedur terapi sel menggunakan sel punca
mesenkimal (mesenchymal stem cells). Sel punca mesenkimal
memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel tulang,
tulang rawan, lemak atau jaringan ikat. Sel punca mesenkimal
dapat diperoleh dari sumsum tulang penderita yang umumnya
diambil melalui aspirasi tulang Krista iliaka. Sel punca mesenkimal
diisolasi dari aspirat sumsum tulangmtersebut dan kemudian
diperbanyak jumlahnya di laboratorium. Setelah itu sel-sel punca
tersebut diimplantasikan ke daerah yang mengalami kerusakan. Sel
punca yang diimplantasikan tersebut diharapkan akan
berdiferensiasi menjadi sel tulang rawan sehingga terjadi regenerasi
pada daerah cedera tulang rawan tersebut.
Terapi sel punca (stem cell) untuk kerusakan tulang rawan sendi
telah mulai dikembangkan di Indonesia. Pada tahun 2009-2010
Departemen Orthopaedi dan Traumatologi FKUI/RSCM bekerja
sama dengan Departemen Orthopaedi National University Hospital
Singapore dan Laboratorium ReGeniC melakukan uji validasi
teknik dan kualitas isolasi dan perbanyakan sel punca mesenkimal
sebagai persiapan untuk prosedur implantasi sel punca pada
penderita kerusakan tulang rawan sendi.
Sel Punca Fetal
Sel punca fetal adalah sel primitif yang dapat ditemukan pada
organ-organ fetus (janin) seperti sel punca hematopoietik fetal dan
progenitor kelenjar pankreas. Sel punca neural fetal yang
ditemukan pada otak janin menunjukkan kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi sel neuron dan sel glial (sel-sel pendukung
pada sistem saraf pusat). Darah, plasenta, dan tali pusat janin kaya
akan sel punca hematopoietik fetal.
3. Fungsi Sel Punca
Ada dua kegunaan stem cell yaitu berdasarkan fungsinya dan riset. Fungsi
setelah diaktifkannya stemcell dalam tubuh adalah sebagai berikut:
1. Menambah jumlah peredaran darah dan mempercepat mikro sirkulasi
darah sehingga bagi pasien yang stroke, tekanan darah tinggi, leukimia,
dan cuci darah akan sembuh.
2. Menambah oksigen dalam darah dan sel sehingga dapat mematikan
virus dan bakteri.
3. Mempercepat transportasi nutrisi ke seluruh tubuh.
4. Mempercepat pembersihan dalam tubuh manusia sehingga pasien
setelah diterapi stemcell akan lancar buang air besar dan air kecil.
5. Mempercepat metabolisme tubuh.
6. Menambah kinerja sel badan.
7. Mempercepat penyembuhan luka dan patah tulang, Meningkatkan
kemampuan anti kanker.
Sedangkan peran stem cell dalam riset adalah sebagai berikut:
1. Terapi gen, sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh pasien dan
selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stemcell ini berhasil
mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien.
2. Mengetahui proses biologis yaitu perkembangan organisme dan
perkembangan kanker. Melalui stemcell dapat dipelajari perkembangan
sel baik sel normal maupun sel kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru yaitu untuk mengetahui efek
obat terhadap berbagai jaringan.
4. Terapi sel berupa replacement therapy, Oleh karena stem cell dapat
hidup di luar organ tubuh manusia misalnya di cawan petri maka dapat
dilakukan manipulasi terhadap stemcell itu tanpa mengganggu organ
tubuh manusia.
4. Aplikasi Sel Punca
Secara garis besar aplikasi sel punca di bidang kedokteran dapat dibagi
menjadi dua, yaitu: auto-tranplantasi (donor dan resipien adalah orang yang sama)
dan allotransplantasi (donor dan resipien adalah orang yang berbeda). Akan tetapi
aplikasi lain yaitu dengan cara xenotransplantasi (donor dan resipien adalah
spesies yang berbeda).
Auto-transplantasi
Autotranplantasi adalah teknik yang paling berkembang untuk sel punca,
karena tidak melibatkan sumber sel punca dari orang lain maupun spesies lain.
Dengan demikian, penolakan dari sistem kekebalan tubuh resipien tidak terjadi.
Sumber sel punca untuk auto-tranplantasi yang banyak diaplikasikan dapat
berasal dari darah tepi, sumsum tulang dan darah tali pusat. Dengan
perkembangan teknologi dewasa ini pemberian suatu faktor tertentu juga dapat
memobilisasi sel punca. Sel punca yang berlokasi di jaringan tubuh lainnya seperti
di sum-sum tulang dapat berpindah ke dalam sirkulasi darah. Dengan demikian
pengumpulan sel punca dari darah tepi merupakan teknik yang banyak diminati
saat ini karena relatif lebih nyaman dan aman. Karena adanya perkembangan
teknik pengumpulan sel punca dari darah tepi ini, maka timbulah pemikiran untuk
melakukan penyimpanan sel punca darah tepi. Bank sel punca darah tepi
merupakan suatu perwujudan dari hal tersebut dan telah banyak kita jumpai di
luar negeri, bahkan di negara tetangga seperti: Singapura dan Malaysia.
Berbagai penyakit telah dapat diterapi dengan autotransplantasi sel
punca dan menunjukkan hasil yang baik, antara lain: critical limb ischemia
pada penderita diabetes mellitus, penyakit jantung iskemik kronis, penyakit-
penyakit autoimun, penyakit tulang rawan sendi lutut dan kanker, terutama
kanker darah.
Allotransplantasi
Walaupun sudah ada teknik ekspansi sel punca dan penelitiannya terus
berjalan, akan tetapi dijumpai keadaan di mana sel punca tidak dapat diperoleh
dari pasien itu untuk kegunaan autotranplantasi. Misalnya pada pasien dengan
bakar yang luas, atau pasien lansia dengan penyakit sistemik. Pasien-pasien
dengan kondisi tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan koleksi sel punca,
sehingga sumber sel punca diharapkan dapat diperoleh dari orang lain, yang
dikenal sebagai allotransplantasi.
Dengan demikan, tantangan baru yang dapat pada allotransplantasi adalah
reaksi penolakan terhadap sel punca, yang dapat mengarah ke GvHD (Graft
versus Host Disease). Jika ini terjadi tentu akan memperparah keadaan resipien
transplantasi sel punca. Oleh karena itu harus ada kecocokan antara sel punca
donor dengan resipien. Analisa imunogenisitas terhadap molekul MHC (Major
Histocompatibility Complex), aktivasi terhadap sel limfosit (sel B dan sel T) dan
antigen (Professional dan Non-professional Antigen Presenting Cells / APC)
harus dilakukan. Seperti yang kita ketahui dibutuhkan suatu pemeriksaan HLA
(Human Leucocyte Antigen) atau dikenal dengan HLA typing.
Kendala yang kerap terjadi pada allotransplantasi adalah kesulitan untuk
mendapatkan donor yang sesuai secara imunologis untuk mencegah terjadinya
reaksi penolakan terhadap sel yang ditransplantasikan (Sandra, 2008).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sel punca dapat diinduksi untuk menjadi sel dengan fungsi tertentu seperti
sel jaringan maupun sel organ yang mempunyai tugas tersendiri. Pada sumsum
tulang dan darah tali pusar, sel punca secara teratur membelah dan memperbaiki
jaringan yang rusak, meski demikian pada organ lain seperti pankreas atau hati,
pembelahan hanya terjadi dalam kondisi tertentu.
Sel punca berpontensi untuk mengubah keadaan penyakit pada manusia
dengan cara memperbaiki jaringan atau organ tertentu. Sel punca ini bisa dipanen
dari sel embrionik yang diambil dari embrio bayi atau dari sel dewasa, seperti
sumsum tulang, darah tepi, dan tali pusat bayi baru lahir.
Pada proses terapi, sel punca hanya disuntikkan ke jaringan yang rusak,
seperti pada penanganan pasien jantung stadium akhir. Terapi menggunakan sel
punca menjadi alternatif lain dalam pengobatan suatu penyakit yang mungkin
tidak ada obatnya. Terapi ini masih dikembangkan lagi untuk mendapatkan hasil
pengobatan yang tidak memiliki efek yang riskan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggitadewi, L. G. D, dkk. 2013. Alloreaktifitas dari Transplantasi Sel Punca Mesenkimal pada Sumsum Tulang Allogenik: Studi Mengenai Tingkat Serum Interleukin 10 dan Efeknya pada Reaksi Inflamasi Jaringan Otot.Journal Universitas Airlangga. Vol 1: 1 – 10.
Alberts, Bruce, Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, and Peter Walter. 2002. Molecular Biology of the Cell, Fifth Edition. New York: Garland Science.
Djauhari, Thontowi NS. 2011. Sel Punca. Jurnal Saintika Medika. Vol. 6: 91 – 96
Ferry Sandra, dkk. 2008. Potensi Terapi Sel Punca dalam Dunia Kedokteran dan Permasalahannya. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 8: 94 – 100.
Kusuma, Indra dan Nurhadi Ibrahim. 2011. Induksi Sel Somatik Menjadi Sel Punca Pluripoten. Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 38: 327 – 331.
Lubis, Vita Kurniati, dkk. 2012. Implantasi Sel Punca Mesenkimal Autolog pada Cedera Tulang Rawan Sendi Lutut. Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 39: 463 – 464.
Reece, Jane B, Lisa A. Urry, Michael L. Chain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jackson. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. United States of America: Pearson Education.