Post on 17-Nov-2020
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) PADA TIKUS
INFARK MIOKARD DITINJAU DARI
KADAR MDA, SOD, DAN GAMBARAN
HISTOLOGI JANTUNG
TESIS
RENNA YULIA VERNANDA
1306433746
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI MAGISTER HERBAL
DEPOK
MEI 2015
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
i
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) PADA
TIKUS INFARK MIOKARD DITINJAU DARI
KADAR MDA, SOD, DAN GAMBARAN
HISTOLOGI JANTUNG
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains
RENNA YULIA VERNANDA
1306433746
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI MAGISTER HERBAL
DEPOK
MEI 2015
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
kemudahan dan kemampuan yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis ini. Penelitian ini terlaksana berkat bantuan dana
dari Hibah Cluster Fakultas Farmasi Universitas Indonesia tahun 2014. Penulisan
tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Fadlina Chany Saputri, S.Si., M.Si., Apt selaku dosen pembimbing
pertama yang dengan penuh kesabaran telah menyediakan waktu dan pikiran
untuk mengarahkan dan membimbing penulis. Serta memberikan motivasi
sehingga penulis dapat menyusun tesis ini.
2. Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing kedua yang telah
menyediakan waktu dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing
penulis.
3. dr. Ahmad Aulia Jusuf, Ph.D. selaku Ketua Departemen Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia yang telah memberi kesempatan,
bimbingan, motivasi, dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan
penelitian di Laboratorium Histologi.
4. Drs. I Made Budi M.Si. yang telah memberikan sarang semut (Myrmecodia
pendans) sebagai sampel penelitian.
5. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia yang telah memberi kesempatan dan fasilitas selama masa
pendidikan dan penelitian.
6. Ketua Program Studi Magister Herbal Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Anton Bahtiar, S.Si., M.Biomed, PhD beserta jajarannya.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Magister Herbal Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
8. Prof. Dr. Berna Elya, MS selaku Kepala Laboratorium Fitokimia Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan fasilitas penggunaan
Laboratorium Fitokimia.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
vi
9. Drh. M. Wien Winarno, M.Kes selaku Kepala Laboratorium Hewan Coba
Litbangkes, Depkes RI yang telah memberikan fasilitas penggunaan
Laboratorium Hewan Coba.
10. Papa mama yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan doa.
11. Bapak Yosua Toha Sanjaya, Ibu Lyne Soerjani, para rekan fulltimer, teman-
teman di kantor AKM hall 3, gembala anak hall 6, dan kaum saleh hall 6 atas
dukungan, doa, dan pengertiannya.
12. Kalia Barnita, S.Si, teman satu pembimbing penelitian yang selalu membantu
dan memperhatikan penulis selama penelitian.
13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Herbal Angkatan 7 Fakultas Farmasi
UI, khususnya: Nanang Yunarto, M.Si., Apt., Salina Febriany Sjafrie, S.Si.,
Tri Wahyuni Lestari, S. Farm, dan dr. Ika Sartika atas diskusi, dukungan, dan
kebersamaannya.
14. Rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia atas dukungan, semangat, dan kebersamaannya.
15. Pegawai dan staf Laboratorium Hewan Coba Litbangkes Depkes RI dan
pegawai Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
atas kerja sama dan bantuannya.
16. dr. Felix Nathan Trisnadi, Merry Christianty, dan semua pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penyusunan tesis ini.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang herbal medik.
Penulis
2015
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Renna Yulia Vernanda
Program Studi : Herbal
Judul : Pengaruh Sarang Semut (Myrmecodia pendans) pada Tikus Infark
Miokard Ditinjau dari Kadar MDA, SOD, dan Gambaran
Histologi Jantung
Infark miokard merupakan salah satu penyebab utama kematian. Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan bahwa asam rosmarinat dapat mencegah
terjadinya infark miokard. Sarang semut (Myrmecodia pendans) memiliki
kandungan asam rosmarinat dalam fraksi etil asetatnya. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh pemberian fraksi etil asetat sarang semut (FEASS)
(Myrmecodia pendans) terhadap kejadian infark miokard. Penelitian dilakukan
dengan tiga kelompok yang diberikan dosis FEASS yang berbeda, sedangkan tiga
kelompok sebagai kontrol. Pada akhir perlakuan, diberikan isoproterenol dosis 85
mg/kg bb/hari untuk menginduksi terjadinya infark miokard. Setelah itu,
dilakukan penilaian preparat histologi jantung dengan parameter: persentase
kerusakan, jumlah sel yang rusak, dan jenis sel yang rusak. Selain itu, dilakukan
pengukuran kadar MDA dan SOD. Hasil penelitian menunjukkan besarnya
persentase kerusakan dan jumlah sel yang rusak paling banyak ditemukan pada
kelompok yang mendapatkan FEASS dosis 1 (59% dan Grade 3). Jenis kerusakan
paling banyak adalah edema, infiltrasi, dan fibroblas. Hasil pengukuran kadar
MDA menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna kadar MDA pada
kelompok kontrol normal dengan kelompok kontrol herbal dan ketiga kelompok
dosis FEASS (p>0.05). Kadar SOD kelompok dosis 1 dan dosis 3 lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p<0,05). Namun, tidak terdapat
korelasi antara kadar MDA dengan SOD (p>0,05).
Kata kunci: fraksi etil asetat, infark miokard, isoproterenol, MDA, Myrmecodia
pendans, SOD
xv + 110 halaman: 21 gambar, 14 tabel , 28 lampiran
Daftar Acuan: 73 (1992-2015)
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Renna Yulia Vernanda
Program Study : Herbal
Title :The Effect of Sarang Semut (Myrmecodia pendans) to
Myocardial Infarction Rat Viewed from MDA level, SOD level,
and Histology of The Heart
Myocardial infarction is one of main causes of death. The previous study has
shown that rosmarinic acid could prevent myocardial infarction. Sarang semut
(Myrmecodia pendans) contains rosmarinic acid in its ethyl acetate fraction. The
purpose of this study is to acknowledge the effect of the distribution of
(Myrmecodia pendans) ethyl acetate fraction (FEASS) toward myocardial
infarction. This study was conducted to three groups given different FEASS dose,
meanwhile the other three groups served as control groups. At the end of the
treatment, the groups were given isoproterenol (dose 85 mg/kg bb/day) to induct
myocardial infarction. Then, the heart histology preparation valuation was
conducted with the following parameter: damage percentage, damaged cell
number, damaged cell type. Moreover, we conduct MDA and SOD level
measurement. The result of the study showed that the greatest damage percentage
and the greatest damaged cell number mostly were found on the group with
FEASS dose 1 (59% and Grade 3). The damaged cell types mostly found were
edema, infiltration, and fibroblast. The measurement of MDA level showed that
there is no significant difference of MDA level on the normal control group
compared to the herbal control group and the three groups with FEASS (p>0.05).
The SOD level of groups with dose 1 and dose 3 were higher than the normal
control group (p<0,05). But, there was no correlation between the MDA level and
SOD level (p>0,05).
Key words: ethyl acetate fraction, myocardial infarction, isoproterenol, MDA,
Myrmecodia pendans, SOD
xv + 110 pages: 21 pictures, 14 tables, 28 attachments
References list: 73 (1992-2015)
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME............................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.......... vii
ABSTRAK............................................................................................... viii
ABSTRACT............................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii
DAFTAR TABEL.................................................................................... xiii
DAFTAR RUMUS.................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xv
1. PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah................................................................. 2
1.3 Hipotesis.................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................... 2
1.4.1 Tujuan Umum................................................................. 2
1.4.2 Tujuan Khusus................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 4
2.1 Infark Miokard......................................................................... 4
2.1.1 Pendahuluan................................................................. 4
2.1.2 Gejala Klinis................................................................ 5
2.1.4 Patofisiologi................................................................. 6
2.2 Metode Pengujian Infark Miokard Secara In vivo................... 8
2.3 Reactive Oxygen Species (ROS) dan Antioksidan................... 10
2.4 Evaluasi Hasil Pengujian Infark Miokard................................ 13
2.4.1 MDA (Malondialdehida)............................................. 13
2.4.2 SOD (Superoksida dismutase)..................................... 14
2.4.3 Histologi...................................................................... 15
2.5 Ekstraksi dan Fraksinasi.......................................................... 17
2.6 Sarang Semut (Myrmecodia pendans).................................... 18
2.6.1 Klasifikasi dan Deskripsi Tumbuhan.......................... 18
2.6.2 Kandungan Kimia dan Manfaat.................................. 20
3. METODE PENELITIAN............................................................. 22
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 22
3.2 Bahan dan Alat........................................................................ 22
3.2.1 Tanaman...................................................................... 22
3.2.2 Hewan uji.................................................................... 22
3.2.3 Bahan.......................................................................... 23
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
xi Universitas Indonesia
3.2.4 Alat............................................................................. 23
3.3 Parameter yang Diamati......................................................... 23
3.4 Prosedur Kerja........................................................................ 24
3.4.1 Penyiapan Hewan Uji.................................................... 24
3.4.2 Penetapan Dosis............................................................ 24
3.4.3 Induksi Infark Miokard................................................. 26
3.4.4 Pelaksanaan Percobaan................................................. 26
3.4.5 Analisis Hasil................................................................ 33
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 34
4.1 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi Sarang Semut........................ 34
4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Senyawa Fenolik Total................. 35
4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Flavonoid Total............................ 36
4.4 Hasil Penentuan Dosis yang Digunakan................................ 37
4.5 Hasil Induksi Isoproterenol.................................................... 38
4.6 Pengamatan Makroskopis...................................................... 39
4.6.1 Analisis Data Berat Badan Tikus.................................. 39
4.6.2 Analisis Data Berat dan Rasio Jantung......................... 40
4.6.3 Analisis data diameter infark dan diameter otot
jantung........................................................................... 41
4.7 Hasil Penilaian Preparat Histologi......................................... 43
4.7.1 Analisis Data Persen Kerusakan.................................... 43
4.7.2 Analisis Data Jumlah Sel yang Rusak........................... 48
4.7.3 Analisis Data Jenis-jenis Kerusakan Sel....................... 48
4.8 Hasil Pengukuran Stres Oksidatif pada Jaringan Miokardial. 53
4.8.1 Hasil pengukuran kadar MDA....................................... 53
4.8.2 Hasil pengukuran kadar SOD........................................ 55
5. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 58
5.1 Kesimpulan............................................................................. 58
5.2 Saran....................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 59
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
xii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Jenis-jenis Reactive Oxygen Species (ROS)....................... 11
Gambar 2.2. Reaksi Haber-Weiss dan Fenton......................................... 11 Gambar 2.3. Proses peroksidasi lipid........................................................ 14
Gambar 2.4. Reaksi MDA dengan TBA................................................... 14 Gambar 2.5. Sarang semut (Myrmecodia pendans)................................. 19
Gambar 2.6. Struktur asam rosmarinat...................................................... 21 Gambar 3.1. Preparat histologi otot jantung............................................. 32
Gambar 4.1. Kurva standar asam galat..................................................... 36
Gambar 4.2. Kurva standar kuersetin......................................................... 37 Gambar 4.3. Grafik berat jantung tikus.................................................... 40
Gambar 4.4. Jantung tikus dan daerah yang mengalami infark miokard.................................................................................. 43
Gambar 4.5. Diameter otot jantung tikus yang diukur............................ 43
Gambar 4.6. Penampang histologi jantung perbesaran (100x).............. 44 Gambar 4.7. Grafik persentase kerusakan otot jantung.......................... 45
Gambar 4.8. Reaksi pembentukan anion superoksida............................ 46
Gambar 4.9. Reaksi tembaga pada tahap propagasi dan inisiasi........... 47
Gambar 4.10. Penampang histologi jantung perbesaran (400x).............. 52 Gambar 4.11. Kurva standar MDA............................................................. 53
Gambar 4.12. Grafik kadar MDA Jantung................................................. 54 Gambar 4.13. Kurva standar SOD.............................................................. 56
Gambar 4.14. Grafik kadar SOD jantung................................................... 57
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Radikal bebas endogen........................................................... 12 Tabel 2.2. Reaksi antioksidan enzimatik................................................ 13 Tabel 3.1. Pembagian kelompok hewan uji........................................... 27
Tabel 3.2. Sistem penilaian jumlah sel yang rusak............................... 33
Tabel 3.3. Sistem penilaian jenis-jenis kerusakan sel.......................... 33
Tabel 4.1. Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)
terhadap berat badan tikus..................................................... 39
Tabel 4.2. Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)
terhadap rasio berat jantung/berat badan tikus.................... 41
Tabel 4.3. Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)
terhadap diameter infark dan diameter otot jantung........... 42
Tabel 4.4. Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)
terhadap jumlah sel yang rusak............................................. 48
Tabel 4.5. Data kerusakan miokardial.................................................... 49 Tabel 4.6. Data sel edema........................................................................ 49
Tabel 4.7. Data infiltrasi neutrofil........................................................... 50 Tabel 4.8. Data sel fibroblas.................................................................... 51
Tabel 4.9. Data vaskulerisasi sel............................................................. 51
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR RUMUS Rumus 3.1. Rumus Federer...................................................................... 22 Rumus 3.2. Persentase kerusakan............................................................ 32
Rumus 4.1. Rendemen ekstrak................................................................ 34 Rumus 4.1. Rendemen fraksi................................................................... 35
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil determinasi tumbuhan................................................ 65
Lampiran 2. Hasil keterangan lolos kaji etik........................................... 66 Lampiran 3. Diagram alir penelitian........................................................ 67
Lampiran 4. Data total fenolik dan total flavonoid................................... 68 Lampiran 5. Perhitungan dosis................................................................. 69
Lampiran 6. Skema uji in vivo sarang semut (Myrmecodia pendans). 70 Lampiran 7. Data berat badan tikus.......................................................... 71
Lampiran 8. Uji statistika berat badan tikus............................................ 72 Lampiran 9. Data berat jantung tikus....................................................... 74
Lampiran 10. Uji statistika berat jantung tikus......................................... 75
Lampiran 11. Data rasio berat jantung/berat badan tikus........................ 78 Lampiran 12. Uji statistika rasio berat jantung/berat badan tikus........... 79
Lampiran 13. Data diameter infark jantung.............................................. 82 Lampiran 14. Uji statistika diameter infark jantung................................. 83
Lampiran 15. Data diameter otot jantung.................................................. 84 Lampiran 16. Uji statistika diameter otot jantung.................................... 85
Lampiran 17. Data persentase kerusakan.................................................. 86 Lampiran 18. Uji statistika persentase kerusakan..................................... 87
Lampiran 19. Data jumlah sel rusak........................................................... 89 Lampiran 20. Uji statistika jumlah sel rusak............................................. 90
Lampiran 21. Data jenis-jenis kerusakan sel otot jantung....................... 93 Lampiran 22. Uji statistika jenis-jenis kerusakan sel otot jantung.......... 94
Lampiran 23. Data MDA............................................................................. 99 Lampiran 24. Uji statistika MDA............................................................... 100
Lampiran 25. Data SOD.............................................................................. 103 Lampiran 26. Uji statistika SOD.................................................................. 104
Lampiran 27. Uji korelasi persentase kerusakan dan jumlah sel yang rusak....................................................................................... 106
Lampiran 28. Uji korelasi MDA dan SOD.................................................. 107
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu penyebab kematian di
negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memprediksikan pada tahun 2030 sekitar 23,6 juta orang akan meninggal
akibat penyakit ini. Infark miokard merupakan salah satu penyebab utama kematian
dari penyakit kardiovaskuler (Evran et al., 2014). Infark miokard adalah kondisi
nekrosis miokardium yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara suplai darah
dari pembuluh koroner dengan kebutuhan jaringan miokardial (Al-Numair,
Chandramohan, dan Alsaif, 2012).
Dikshit, Van Oosten, de Graff, dan Srimal (1992) menyatakan bahwa infark
miokard juga berhubungan dengan meningkatnya produksi Reactive Oxygen
Species (ROS), seperti hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan radikal
superoksida dalam jaringan yang mengalami iskemia. Akibatnya mendorong
terjadinya kerusakan pada sel miokardial (Lei Jing et al., 2014). Ketidakseimbangan
antara produksi ROS dan antioksidan dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif
(Bagatini et al., 2011). Senyawa radikal dan ROS sebenarnya terbentuk terus-
menerus dalam tubuh manusia. Tetapi dinetralkan oleh antioksidan yang ada dalam
tubuh sebagai bentuk sistem pertahanan tubuh (Sharma, Ksihore, Gupta, Joshi, dan
Arya, 2011).
Menurut Dhalla, Elmoselhi, Hatac, dan Makino (2000), antioksidan dalam
tubuh yang paling berperan untuk menyeimbangkan jumlah ROS adalah
superoksida dismutase (SOD) dan katalase (CAT). SOD mengkatalisis dismutasi
dari anion superoksida (O2.
¯) menjadi H2O2. Selanjutnya, H2O2 direduksi menjadi
H2O dan O2 oleh enzim peroksidase seperti glutation peroksidase (GPX) atau
katalase (CAT) (Bagatini et al., 2011). Jika jumlah ROS berlebih dalam tubuh atau
melebihi batas antioksidan yang ada dalam tubuh maka dibutuhkan antioksidan
tambahan dari luar untuk menetralkan radikal yang terbentuk.
Sarang semut jenis Myrmecodia pendans mengandung antioksidan, seperti:
flavonoid, tanin, dan tokoferol. Flavonoid yang terkandung di dalam batang sarang
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
2
Universitas Indonesia
semut (Myrmecodia pendans) yang diekstraksi menggunakan supercritical carbon
dioxide (SC-CO2) adalah: asam galat, katekin, asam ferulat, asam kafeat, asam-p-
kumarat, kuersetin, luteolin, dan kaempferol (Sanjaya, Tedjo, Kurniawan, Yi-Hsu
Ju, Ayucitra, dan Ismadji, 2014). Selain itu, dalam fraksi aktifnya juga terkandung
saponin dan alkaloid (Soeksmanto, Simanjuntak, dan Subroto, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Engida, Faika, Bich Thuyen Nguyen-Thi,
dan Yi-Hsu Ju (2014) menemukan dua senyawa fenolik utama dalam fraksi etil
asetat sarang semut (Myrmecodia pendans), yaitu: asam rosmarinat dan prosianidin
B1. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fathiazad et al.
(2012), kandungan utama fenolik dalam Ocimum basilicum L. (basil) adalah asam
rosmarinat yang secara kuat menunjukkan efek kardioprotektif dengan mencegah
terjadinya infark miokard pada tikus yang diinduksi isoproterenol. Diharapkan
melalui penelitian ini dapat melihat pengaruh sarang semut (Myrmecodia pendans)
untuk mencegah terjadinya infark miokard pada tikus akibat induksi isoproterenol.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah kandungan total fenolik dalam fraksi etil asetat sarang semut
(Myrmecodia pendans) memiliki pengaruh terhadap terjadinya infark miokard pada
tikus putih jantan yang diinduksi isoproterenol?
1.3 Hipotesis
Fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat karena mampu meredam radikal bebas dan melindungi sel-
sel jantung dari kerusakan akibat pemberian isoproterenol.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian fraksi etil
asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap kondisi infark miokard.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh terhadap histologi jantung.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
3
Universitas Indonesia
b. Mengetahui pengaruh terhadap kadar MDA jantung.
c. Mengetahui pengaruh terhadap kadar SOD jantung.
1.5 Manfaat Penelitian
Memberikan evidence based data tentang sarang semut (Myrmecodia
pendans) dalam bidang herbal medis sehingga bisa dimanfaatkan sebagai referensi
ilmiah untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut terutama secara klinis.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
4 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infark Miokard
2.1.1 Pendahuluan
Infark miokard adalah kematian sel-sel otot jantung akibat kekurangan
oksigen berkepanjangan (iskemia jantung). Sel-sel otot jantung mulai mati setelah
sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen (Corwin, 2009). Iskemia adalah
kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversible. Iskemia yang lama
akan menyebabkan kematian otot atau nekrosis. Secara klinis, nekrosis miokardium
dikenal dengan nama infark miokardium (Brown, 2005). Terdapat empat faktor
utama yang menentukan besarnya kebutuhan oksigen miokardium: frekuensi
denyut jantung, daya kontraksi, massa otot, dan tegangan dinding ventrikel. Bila
kebutuhan oksigen miokardium meningkat maka penyediaan oksigen juga harus
meningkat (Brown, 2005).
Ruang jantung yang paling rentan terhadap iskemia dan infark miokardium
adalah ventrikel kiri karena memiliki sifat khas oksigenasi miokardium yang unik
(Brown, 2005). Infark miokardium biasanya merupakan akibat jangka panjang dari
penyakit arteri koroner (Corwin, 2009). Penyebab yang sering terjadi adalah adanya
ruptur dari plak aterosklerosis pada arteri koroner yang menyumbat aliran darah.
Infark miokard juga terjadi karena pelekatan lesi trombotik pada arteri yang rusak,
semakin membesar, dan akhirnya memblok aliran darah. Selain itu, infark miokard
juga terjadi karena bilik jantung mengalami hipertropia yang menyebabkan
pembuluh darah tidak mampu memenuhi kebutuhannya akan oksigen. Terjadi pada
pasien yang telah lama mengalami hipertensi (Corwin, 2009).
Penyebab lain terjadinya infark miokard adalah adanya Reactive Oxygen
Species (ROS). ROS dapat muncul dari berbagai sumber, diantaranya: xantin
oksidase; nitrit oksida sintase; autooksidasi katekolamin; peningkatan angiotensin
II dan kadar aldosteron; serta pelepasan sitokin-sitokin proinflamasi (Bagatini et al.,
2011). Faktor resiko pada perkembangan infark miokard antara lain: hipertensi,
kebiasaan merokok, diabetes melitus, dan hiperkolesterolemia genetik. Tiga faktor
resiko biologis yang tidak dapat diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, dan riwayat
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
5
Universitas Indonesia
keluarga. Kerentanan meningkat seiring bertambahnya usia. Laki-laki memiliki
resiko yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan karena
perempuan memiliki proteksi terhadap infark miokard pada tahun-tahun
reproduktif. Efek perlindungan estrogen dianggap menjelaskan adanya imunitas
pada usia sebelum menopause. Namun pada usia 60 hingga 70 tahun, frekuensi
infark miokard menjadi setara baik pada laki-laki maupun perempuan (Brown,
2005).
2.1.2 Gejala Klinis
Infark miokard biasanya berkaitan dengan trias diagnostik yang khas:
penampilan pasien, perubahan EKG (Electrocardiogram), dan peningkatan
biomarker kimiawi. Pertama, gambaran klinis pasien yang khas berupa rasa nyeri
pada dada (rasa tertekan, berat, atau penuh di dada) yang seringkali disertai dengan
berkeringat, mual, muntah, dan perasaan seakan-akan sedang menghadapi ajal
(Brown, 2005). Nyeri dapat menjalar ke bagian atas tubuh mana saja, namun pada
umumnya menyebar ke bagian lengan kiri, leher, atau rahang (Corwin, 2009).
Sekitar separuh kasus infark miokard benar-benar tersembunyi dan tidak ditemukan
kelainan. Hanya terdiagnosis saat pemeriksaan EKG rutin (Brown, 2005).
Kedua, perubahan tertentu pada hasil EKG yang menunjukkan infark
miokard akut dikelompokkan menjadi infark gelombang Q atau gelombang non-Q.
Perubahan hasil EKG yang berkaitan dengan infark miokard gelombang Q
mencakup peningkatan segmen ST, inversi gelombang T, dan gelombang Q yang
nyata pada sadapan yang terpasang pada miokardium yang mengalami infark.
Infark miokardium gelombang non-Q (non-Q-wave MI, NQWMI) terjadi pada
sekitar 30% pasien yang didiagnosis menderita infark miokard. Adanya gelombang
Q seringkali berkaitan dengan durasi iskemia dalam arteri yang mengalami infark,
misalnya pasien yang mengalami pengobatan trombolitik sering menderita
NQWMI. Hasil pemeriksaan EKG pada NQWMI adalah penurunan segmen ST
sementara atau inversi gelombang T (atau keduanya) pada sadapan yang dipasang
pada daerah infark (Brown, 2005).
Ketiga, pelepasan dan peningkatan biomarker kimiawi serum. Biomarker
tersebut adalah kreatinin kinase (creatinin kinase, CK) dan isoenzimnya creatinin
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
6
Universitas Indonesia
kinase MB (CK-MB) serta troponin (meliputi: cardiac spesific troponin T (cTnT)
dan cardiac spesific troponin I (cTnI)). Kreatinin kinase merupakan suatu enzim
yang dilepaskan saat terjadi cedera otot dan memiliki tiga fraksi isoenzim: CK-MM,
CK-BB, dan CK-MB. CK-MB paling banyak terdapat dalam miokardium, namun
juga terdapat dalam jumlah sedikit di otot skelet (Brown, 2005). Peningkatan dan
penurunan CK dan CK-MB merupakan penanda cedera otot yang paling spesifik
seperti pada infark miokardium. Troponin jantung spesifik (cTnT dan cTnI)
merupakan petunjuk adanya cedera miokardium. Peningkatan kadar serum bersifat
spesifik untuk pelepasan dari miokardium (Brown, 2005).
2.1.3 Patofisiologi
a. Iskemia
Brown (2005) menyatakan bahwa kebutuhan oksigen yang melebihi
kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan
menyebabkan terjadinya iskemia miokard lokal. Iskemia yang bersifat sementara
akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan serta
menekan fungsi miokardium. Berkurangnya kadar oksigen mendorong miokardium
untuk mengubah metabolisme aerob menjadi metabolisme anaerob. Hasil akhir
metabolisme anaerob (asam laktat) akan tertimbun sehingga menurunkan pH sel.
Gabungan efek hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia, serta asidosis dengan
cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri.
Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang, serabut-
serabutnya memendek, dan daya serta kecepatannya berkurang. Selain itu, gerakan
dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal. Bagian tersebut akan
menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi. Berkurangnya daya kontraksi
dan gangguan gerakan jantung menyebabkan perubahan hemodinamika (Brown,
2005). Pada iskemia, manifestasi hemodinamika yang sering terjadi adalah
peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung sebelum timbul nyeri.
Terlihat jelas bahwa pola ini merupakan respon kompensasi simpatis terhadap
berkurangnya fungsi miokardium. Dengan timbulnya nyeri, sering terjadi
perangsangan lebih lanjut oleh katekolamin (Brown, 2005).
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
7
Universitas Indonesia
Nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium disebut angina pektoris.
Mekanisme pasti bagaimana iskemia dapat menyebabkan nyeri masih belum jelas.
Agaknya reseptor saraf nyeri terangsang oleh metabolit yang tertimbun atau oleh
suatu zat kimia antara yang belum diketahui atau oleh stres mekanik lokal akibat
kelainan kontraksi miokardium. Nyeri biasanya digambarkan sebagai suatu tekanan
substernal, kadang-kadang menyebar turun ke sisi lengan kiri (Brown, 2005). Nyeri
angina yang dialami dapat menyerupai nyeri karena gangguan pencernaan atau sakit
gigi. Umumnya, angina dipicu oleh aktivitas yang meningkatkan kebutuhan
oksigen miokardium, seperti latihan fisik dan hilang dalam beberapa menit setelah
istirahat atau pemberian nitrogliserin (Brown, 2005).
b. Infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan sel irreversible serta nekrosis atau kematian otot. Bagian miokardium
yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen.
Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang
berpotensi dapat hidup. Ukuran infark akhir bergantung pada nasib daerah iskemik
tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka daerah infark akan
bertambah besar (Brown, 2005).
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark transmural
mengenai seluruh tebal dinding yang bersangkutan, sedangkan infark
subendokardial terbatas pada separuh bagian dalam miokardium. Infark
digambarkan lebih lanjut sesuai letaknya pada dinding ventrikel, misalnya infark
miokardium anterior mengenai dinding anterior ventrikel kiri. Daerah lain yang
biasanya terserang infark adalah bagian: inferior, lateral, posterior, dan septum.
Infark luas yang melibatkan bagian besar ventrikel dinyatakan sesuai dengan lokasi
infark, yaitu: anteroseptal, anterolateral, dan inferolateral (Brown, 2005).
Untuk menanggulangi komplikasi yang berkaitan dengan infark
miokardium maka penting sekali untuk mengetahui letak infark dan anatomi
koroner. Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan
selama berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami
infark tampak memar dan sinotik akibat berkurangnya aliran darah regional. Dalam
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
8
Universitas Indonesia
jangka waktu 24 jam timbul edema pada sel-sel dan respon peradangan disertai
infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung dilepaskan dari sel-sel ini. Menjelang hari
kedua atau ketiga mulai terjadi proses degradasi jaringan dan pembuangan semua
serabut nekrotik (Brown, 2005).
2.2. Metode Pengujian Infark Miokard Secara In vivo
Hewan coba dibuat mengalami patofisiologi infark miokard dengan induksi
menggunakan zat kimia. Katekolamin, seperti: epinefrin, norepinefrin, dan
dopamin merupakan komponen utama yang dilepaskan secara endogen karena
adanya rangsangan stres. Sedangkan, isoproterenol adalah katekolamin sintesis
yang mensimulasikan aktivasi sistem saraf simpatik pada jantung. Reseptor
adrenergik dalam jantung yang dirangsang oleh katekolamin adalah α-adrenoseptor
dan β-adrenoseptor (β1 dan β2). β2-adrenoseptor ditemukan terutama pada
ekstrakardiak, seperti arteriol yang menyebabkan dilatasi. Di sisi lain, α-
adrenoseptor ada dalam otot polos pembuluh darah terutama berkaitan dengan
pemeliharaan elastisitas pembuluh darah. Hasil aktivasi sistem saraf simpatis
adalah peningkatan kontraksi jantung, peningkatan denyut jantung, peningkatan
tekanan darah sistolik, dan penurunan tekanan diastolik (Acosta, 2008).
Katekolamin pada konsentrasi rendah berguna dalam mengatur fungsi
jantung dengan menyebabkan inotropik positif 12 pada miokardium, sedangkan
dengan konsentrasi tinggi katekolamin dapat merusak sistem kardiovaskular.
Epinefrin, norepinefrin, dan isoproterenol menyebabkan hipertrofi jantung dan/atau
lesi miokard. Namun, isoproterenol 29-72 kali lebih poten dalam memproduksi lesi
miokard jika dibandingkan dengan epinefrin atau norepinefrin. Patologi khas yang
terjadi pada kerusakan miokard yang diinduksi katekolamin adalah hipertrofi dan
kontraksi pita nekrosis miofiber yang disertai dengan reaksi inflamasi. Lesi dan
kerusakan miokard mewakili kerusakan sel miokard pada infark miokard (Acosta,
2008).
Isoproterenol [1-(3,4-dihidroksifenil-2-isopropilaminoetanol hidroklorida
(7)] adalah katekolamin sintetis dan berpotensi sebagai reseptor agonis β1/β2-
adrenergik. Satu kali pemberian Isoproterenol (ISO) pada dosis besar atau dosis
kecil selama beberapa kali dapat mendorong terjadinya infark miokard,
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
9
Universitas Indonesia
kemungkinan disebabkan oleh Reactive Oxygen Species (ROS) melalui proses
autooksidasi. ISO dapat menginduksi nekrosis infark miokard berkaitan dengan
perubahan permeabilitas membran kapiler dan gangguan struktural serta fungsional
integritas membran infark miokard. ISO juga dapat menginduksi patofisiologi dan
perubahan morfologi jantung tikus yang menyerupai manifestasi klinis dari infark
miokard pada manusia (Sze et al., 2011).
Ada berbagai macam mekanisme isoproterenol yang dapat menyebabkan
kardiotoksisitas pada jantung. Beberapa mekanisme kardiotoksik akibat dosis tinggi
ISO adalah: hipoksia dan iskemia; perubahan metabolisme; perubahan komponen
elektrolit, dan stres oksidatif. Mekanisme yang paling sering terjadi adalah
meningkatnya pelepasan radikal bebas yang sangat sitotoksik melalui autooksidasi
katekolamin. Selain dengan mekanisme tersebut, isoproterenol dapat menyebabkan
efek kronotropik dan inotropik positif. Jadi, isoproterenol menghasilkan iskemik
yang bergantung pada hiperaktivitas miokardial dan hipertensi koroner. Pemberian
isoproterenol memperlihatkan peningkatan TNF-α yang signifikan dalam serum.
(Patel, Upaganlawar, Zalawadia, dan Balaraman, 2010).
ISO juga menyebabkan perubahan biokimia dan elektrofisiologi yang
mendahului perubahan histologi jantung. Gangguan utama ISO yang dapat
menyebabkan infark miokard adalah meningkatnya aktivitas adenil siklase, yang
dihasilkan karena peningkatan pembentukan cAMP. Nantinya akan menyebabkan
akumulasi lipid yang tinggi dalam miokardium. Beberapa perubahan lainnya
adalah: perubahan ultrastruktural, histologi, biokmia, elektrolit, dan perubahan
membran yang dapat dilihat setelah 48 jam induksi isoproterenol diberikan.
Perubahan biokimia akibat induksi ISO berupa perubahan marker enzim yang ada
di jantung; profil lipid; enzim yang memetabolisme lipid; kadar antioksidan
enzimatik dan nonenzimatik; kadar glikoprotein; penurunan cadangan ATP; dan
perubahan kadar elektrolit dalam darah maupun dalam jaringan miokardial
(Upaganlawar, Gandhi, dan Balaraman, 2011)
Nekrosis miokard yang terjadi karena induksi isoproterenol berhubungan
dengan perubahan pembentukan energi miokard. Hal ini terkait dengan kelebihan
Ca2+ dalam tubuh yang memperlihatkan dua tahap: inflak Ca2+ yang cepat segera
terjadi, diikuti dengan influk Ca2+ yang tertunda. Tahap awal merupakan tahap
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
10
Universitas Indonesia
penting dalam proses nekrosis yang disebabkan oleh induksi isoproterenol karena
berhubungan dengan perubahan histopatologi miokardium. Dari penelitian lain
diketahui bahwa terdapat tiga tahap proses kardiotoksisitas yang diinduksi oleh
isoproterenol: preinfrak, terjadi sebelum 12 jam setelah pemberian; infark, terjadi
antara 12–24 jam setelah pemberian; dan postinfark, terjadi setelah 24 jam setelah
pemberian (Acosta, 2008).
2.3 Reactive Oxygen Species (ROS) dan Antioksidan
ROS dihasilkan dari molekul oksigen sebagai hasil metabolisme seluler
yang normal. ROS dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: radikal bebas dan
nonradikal. Molekul-molekulnya terdiri atas satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan dan reaktif terhadap molekul yang lain sehingga disebut radikal bebas.
Ketika dua radikal bebas yang tidak berpasangan saling memberikan elektron maka
akan terbentuk molekul nonradikal. Tiga komponen utama ROS adalah anion
superoksida (O2. ¯), radikal hidroksil (.OH), dan hidrogen peroksida (H2O2) (Birben,
Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012). Gambar 2.1 menunjukkan
berbagai jenis ROS.
Radikal bebas dapat dihasilkan baik secara endogen maupun eksogen.
Radikal bebas endogen, contohnya: anion superoksida (O2.
¯), hidrogen peroksida
(H2O2), hidroksil radikal (.OH), asam hipoklorit (HOCl), radikal peroksil (ROO.),
dan radikal hidroperoksil (HOO.). Anion superoksida terbentuk akibat penambahan
satu elektron ke dalam molekul oksigen. Proses ini dimediasi oleh nikotin adenin
dinukleotida fosfat [NAD(P)H] oksidase atau xantin oksidase atau sistem transpor
elektron mitokondria. Biasanya elektron ditransfer melalui rantai transpor
mitokondria untuk mengubah oksigen menjadi air. Namun, kurang lebih 1-3% dari
semua elektron bocor dari sistem dan menghasilkan superoksida bebas (Birben,
Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012).
[NAD(P)H] oksidase dapat ditemui dalam leukosit, monosit, dan makrofag.
Sel-sel ini menghasilkan superoksida bebas yang menyebabkan aktivitas
bakterisidal. Anion superoksida (O2.¯) dikonversi menjadi hidrogen peroksida
(H2O2) oleh superoksida dismutase (SOD). Dalam rangkaian reaksi yang disebut
Haber-Weiss dan reaksi Fenton (Gambar 2.2), H2O2 dapat dipecah menjadi ion
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
11
Universitas Indonesia
hidroksil (OH¯) pada logam transisi, seperti Fe2+ atau Cu2+ (Birben, Sahiner,
Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012).
[Sumber: Held, 2010]
Gambar 2.1. Jenis-jenis Reactive Oxygen Species (ROS)
[Sumber: Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012]
Gambar 2.2. Reaksi Haber-Weiss dan Fenton
Hidroksil radikal (.OH) merupakan yang paling reaktif dari ROS. Hidroksil
radikal juga dapat menyebabkan proses peroksidasi lipid dengan cara mengambil
elektron dari asam lemak jenuh ganda. Dengan ion klorida, H2O2 dikonversi
menjadi asam hipoklorit (HOCl). HOCl sangat stres oksidatif dan memainkan peran
dalam membunuh patogen. Namun, HOCl dapat bereaksi dengan DNA dan
mendorong interaksi DNA-protein sehingga menghasilkan produk-produk oksidasi
pirimidin dan menambahkan klorida pada basa DNA (Birben, Sahiner, Sackesen,
Erzurum, dan Kalayci, 2012).
Bentuk sederhana dari radikal adalah radikal hidroperoksil (HOO.) tetapi
juga berperan dalam peroksidasi asam lemak. Radikal bebas dapat memicu reaksi
berantai peroksidasi lipid dengan abstraksi atom hidrogen dari gugus karbon. Lalu,
radikal lipid bereaksi dengan oksigen menghasilkan radikal peroksil (ROO.). ROO.
memulai sebuah reaksi berantai dan mengubah asam lemak jenuh ganda menjadi
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
12
Universitas Indonesia
hidroperoksida lipid yang sangat tidak stabil dan mudah terurai menjadi produk-
produk sekunder, seperti aldehid dan malondialdehida (MDA). Reaksi radikal
bebas endogen dapat dilihat pada Tabel 2.1. Radikal bebas eksogen dihasilkan dari
beberapa sumber, seperti: asap rokok, paparan ozon, hyperoxia, radiasi ionisasi, dan
ion logam berat (Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012).
Tabel 2.1 Radikal bebas endogen
Oksidan Rumus Reaksi
Anion superoksida O2¯. NADPH + 2O2 NADP+ + 2O2¯
.+ H+
2O2¯ . + H+ O2 + H2O2
Hidrogen peroksida H2O2 Hipoxantin + H2O + O2 xantin + H2O2
Hidroksil radikal .OH Fe2+ + H2O2 Fe3+ + OH¯ + .OH
Asam hipoklorit HOCl H2O2 + Cl¯ HOCl + H2O
Radikal peroksil ROO. R. + O2 ROO.
Radikal hidroperoksil HOO. O2¯ + H2O HOO. + OH¯
[Sumber: Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012]
Infark miokard meregenerasi oksigen yang berasal dari radikal bebas di
dalam jantung (Kyu Hee Lim, Dukhwan Ko, dan Jong Hoon Kim, 2013). Beberapa
sumber radikal bebas yang memiliki hubungan dengan patologi penyakit
kardiovaskuler adalah transpor elektron di dalam mitokondria, NADPH oksidase,
xanthin oksidase, lipooksigenase, nitrit oksida sintase, dan myeloperoksidase
(Sugamura dan Keaney, 2011). Tubuh manusia dilindungi oleh berbagai jenis
antioksidan yang menyeimbangkan efek dari oksidan. Berdasarkan tujuannya,
antioksidan dapat dibagi menjadi dua kategori: nonenzimatik dan enzimatik.
Antioksidan nonenzimatik, meliputi: vitamin (C dan E), β-karoten, asam urat, dan
GSH. Sedangkan, antioksidan enzimatik terdiri atas: SOD, katalase (CAT), dan
GSH-Px. Selain enzim utama ini, antioksidan enzimatik lainnya adalah heme
oksigenase-1 dan protein redoks. Protein redoks, meliputi: thioredoxine (TRXs),
thioredoxine reductase (TRRs), peroxiredoxins (PRXs), dan glutaredoxins. Reaksi
dari antioksidan enzimatik dapat dilihat pada Tabel 2.2 (Birben, Sahiner, Sackesen,
Erzurum, dan Kalayci, 2012).
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
13
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Reaksi antioksdian enzimatik
Oksidan Akronim Reaksi
Superoksida dismutase SOD M(n+1)+ -SOD + O2¯ Mn+-SOD + O2
Mn+-SOD + O2¯ + 2H+ M(n+1)+ -SOD + H2O2
Katalase CAT 2 H2O2 O2 + 2 H2O
H2O2 + Fe(III)-E H2O + O = Fe(IV)-E(.+)
H2O2 + O = Fe(IV)-E(.+) H2O + Fe(III)-E + O2
Glutation peroksidase GTPx 2GSH + H2O2 GSSG + H2O
2GSH + ROOH GSSG + ROH + H2O
Thioredoxine TRX Adenosin monofosfat + sulfit + thioredoxine
disulfit = 5’-adenil sulfat + thioredoxine
Adenosin 3´, 5´-bisfosfat + sulfit + thioredoxine
disulfit = 3´-fosfoadenilil sulfat + thioredoxine
Peroxiredoxins PRX 2R´-SH + ROOH = R´-S-S-R´ + H2O + ROH
Glutation transferase GST RX + GSH = HX + R-S-GSH
[Sumber: Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012]
2.4 Evaluasi Hasil Pengujian Infark Miokard
2.4.1. MDA (Malondialdehida)
Lipid peroksida merupakan salah satu indikator yang paling banyak
digunakan untuk mendeteksi pembentukan radikal bebas. Radikal bebas merupakan
indikator utama stres oksidatif. Asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam sel
secara umum merupakan target radikal bebas. Reaksi biasanya terjadi sebagai
reaksi berantai dimana radikal bebas menangkap hidrogen dari sebuah molekul
karbon tak jenuh untuk membentuk air (Gambar 2.3.). Elektron yang tidak
berpasangan pada asam lemak kemudian menangkap oksigen dan membentuk
sebuah radikal peroksil. Peroksidasi lemak membentuk senyawa karbonil reaktif,
seperti malondialdehida (MDA) (Held, 2010). MDA adalah produk stabil dari
peroksidasi lipid. Apabila jumlahnya banyak menunjukkan bahwa terjadi aktivasi
peroksidasi lipid. MDA dihasilkan pada saat jantung mengalami kerusakan akibat
induksi isoproterenol (ISO) (Lei Jing et al., 2014).
Pengukuran peroksidasi lipid secara historis bergantung pada deteksi
thiobarbituric acid (TBA) terhadap senyawa reaktif seperti malondialdehida yang
dihasilkan dari penguraian produk peroksidasi lipid (Gambar 2.4). Metode ini
sangat sensitif tetapi tidak khusus untuk MDA. Namun, sejauh ini tetap digunakan
untuk menentukan adanya peroksidasi lipid. Reaksi ini terjadi dalam kondisi asam
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
14
Universitas Indonesia
pada suhu 90-1000C. Hasil diukur dengan kolorimetri pada panjang gelombang 532
nm atau dengan fluoresensi pada panjang gelombang 530 nm serta pada panjang
gelombang emisi 550 nm (Held, 2010).
[Sumber: Held, Paul, 2010]
Gambar 2.3. Proses peroksidasi lipid
[Sumber: Held, Paul, 2010]
Gambar 2.4. Reaksi MDA dengan TBA
2.4.2. SOD (Superoksida dismutase)
Superoksid dismutase (SOD) merupakan enzim yang mengkatalisis radikal
superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen. Terdapat beberapa jenis
SOD, seperti: copper-zinc-SOD (Cu-Zn-SOD) yang terdapat di dalam sitosol
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
15
Universitas Indonesia
terutama di lisosom dan nukleus, manganese-SOD (Mn-SOD) yang terdapat di
dalam mitokondria, ekstraseluler SOD (EC-SOD), dan besi-SOD (Fe-SOD) yang
hanya ditemukan pada tumbuhan (Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan
Kalayci, 2012). Radikal superoksida (O2.¯) dapat mengalami dismutasi secara
spontan maupun dengan bantuan SOD membentuk H2O2. Dengan adanya SOD,
kecepatan dismutasi meningkat lebih dari 1000 kali lipat dibandingkan dismutasi
spontan (Miwa, Muller, dan Beckman, 2008).
2.4.3 Histologi
Jantung hewan coba yang mengalami infark akibat induksi isoproterenol
memperlihatkan perubahan lemak, infiltrasi, edema, dan kepadatan pada
miokardium (Ansari, Bhandari, dan Pillai, 2006). Analisis histologi jaringan dengan
pewarnaan menggunakan H & E (Hematosiklin dan Eosin). Pewarnaan ini paling
sering digunakan (Peckham, 2003). Eosin berfungsi untuk memberikan warna yang
kontras dengan zat warna yang telah diberikan lebih dahulu. Biasanya diberikan
setelah pemberian hematosiklin. Eosin adalah pewarna yang bersifat asam dan
mewarnai struktur yang bersifat basa, seperti sitoplasma dengan warna merah atau
merah muda. Sementara, hematosiklin bersifat sebaliknya dan mewarnai inti sel
dengan warna biru keunguan (Peckham, 2003). Langkah-langkah pembuatan
sediaan irisan dengan menggunakan parafin adalah: fiksasi, pencucian, dehidrasi,
perjernihan, infiltrasi parafin, penanaman pada parafin, penyayatan, penempelan,
deparafinasi, pewarnaan, dan penutupan.
Pada tahap fiksasi, seluruh bagaian organ yang akan diamati difiksasi
dengan larutan fiksatif. Setelah itu, dilakukan pencucian untuk menghilangkan
larutan fiksasi dari jaringan. Biasanya menggunakan alkohol 70% untuk melakukan
pencucian dan menghilangkan sisa fiksatif pada jaringan. Pada tahap dehidrasi, air
yang terdapat pada jaringan digantikan oleh etanol dengan cara mencuci jaringan
dengan etanol yang konsentrasinya semakain pekat. Proses ini dimaksudkan untuk
menarik seluruh air yang terdapat dalam jaringan agar nanti seluruh ruang-ruang
antar sel dalam jaringan dapat diisi oleh parafin. Setelah semua air hilang dan
digantikan dengan alkohol, dilakukan proses penjernihan. Umumnya, zat kimia
yang digunakan adalah xiline. Jaringan yang sudah dijernihkan dengan baik akan
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
16
Universitas Indonesia
terlihat transparan. Proses penjernihan disebut juga dealkoholisasi. Dilakukan
untuk memudahkan penanaman organ atau jaringan pada parafin. Apabila
penjernihan sudah sempurna, dapat dilakukan proses infiltrasi parafin.
Jaringan dimasukkan ke dalam parafin cair yang terus-menerus dipanaskan.
Umumnya pada suhu tidak lebih dari 550C. Pada proses infiltrasi, parafin cair
mengisi rongga pada jaringan untuk memudahkan proses pengirisan. Setelah
infiltrasi berhasil dengan baik, dilakukan penanaman jaringan yang sudah
diinfiltrasi ke dalam parafin yang memiliki titik lebur yang sama dengan parafin
yang digunakan untuk infiltrasi. Setelah itu, dilakukan proses pendinginan hingga
diperoleh blok parafin yang dipotong sesuai ukuran jaringan. Pada tahap pengirisan,
jaringan diiris tipis menggunakan alat khusus yang disebut mikrotom. Irisan
jaringan yang didapat kemudian ditempelkan pada kaca objek.
Albumin Mayer yang terdiri atas albumin telur, gliserin, dan natrium
salisilat digunakan untuk merekatkan irisan jaringan pada kaca objek. Tahap
selajutnya, dilakukan proses deparafinasi dan merupakan tahap terakhir sebelum
proses pewarnaan dapat dilakukan. Parafin yang terdapat pada jaringan dihilangkan
agar zat pewarna dapat meresap ke dalam jaringan. Proses ini dilakukan dengan
cara mencuci jaringan dengan xilene, kemudian dicuci lagi dengan alkohol (dengan
konsentrasi menurun) dan akhirnya dengan air. Setelah proses deparafinasi
sempurna, dilakukan proses pewarnaan dengan zat warna yang dikehendaki.
Setelah itu, jaringan sekali lagi harus mengalami proses dehidrasi untuk
menghilangkan air dan ditutup dengan kaca penutup (Peckham, 2003).
Pengamatan preparat histologi dengan menggunakan bantuan mikroskop,
dapat membedakan sel otot jantung yang normal dengan yang telah mengalami
nekrosis. Serabut otot jantung yang mengalami nekrosis menjadi tipis dan sangat
bergelombang serta dipisahkan oleh ruang kosong. Hal ini menunjukkan terjadinya
edema antar sel. Selain itu, otot jantung yang mengalami nekrosis memiliki warna
merah muda yang agak lebih pekat pada pewarnaan dengan H & E. Edema terjadi
akibat infiltrasi sel-sel neutrofil sebagai respon inflamasi. Adanya infiltrasi
neutrofil dapat ditandai pada citra dengan perbesaran lemah sebagai area yang
berwarna biru keunguan karena banyaknya sel-sel neutrofil yang inti selnya
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
17
Universitas Indonesia
terwarnai oleh pewarna hematosiklin (Kumar, Abbas, Fausto, Aster, dan Hauth,
2013; Minarcik, 2007).
2.5 Ekstraki dan Fraksinasi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Departemen
Kesehatan RI dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000).
Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat yang berkhasiat dalam simplisia
berada dalam konsentrasi yang tinggi sehingga memudahkan pengaturan dosis dan
standarisasinya (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Proses ekstraksi melalui beberapa tahap, diantaranya: pembuatan serbuk,
pembasahan, penyarian, dan pemekatan. Sistem pelarut yang digunakan dalam
ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang
maksimum dari zat aktif dan seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan
(Departemen Kesehatan RI, 2000). Beberapa metode ekstraksi, antara lain:
maserasi, perkolasi, refluks, soxhlet, digesti, infus, dekok, dan ekstraksi dengan
destilasi uap air (Departemen Kesehatan RI, 2009; Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan, 2000). Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses
ekstraksi total, yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada
senyawa termolabil yang terdapat pada sampel. Ekstraksi dingin memungkinkan
banyak senyawa terekstraksi meskipun beberapa senyawa memiliki pelarut
ekstraksi pada suhu kamar (Heinrich et al., 2004). Salah satu contoh ekstraksi
dingin adalah maserasi.
Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan
melunakkan. Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan
(kamar). Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam bahan simplisia yang telah dihaluskan dengan derajat kehalusan yang
cocok ke dalam bejana tertutup dengan cairan penyari, kemudian disimpan di
tempat yang terlindungi dari cahaya langsung selama 3-5 hari sambil sesekali
diaduk. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
18
Universitas Indonesia
dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Departemen Kesehatan RI,
2000).
Tahap setelah ekstraksi adalah fraksinasi. Tahap fraksinasi merupakan tahap
atau proses penarikan senyawa pada suatu ekstrak dengan menggunakan dua
macam pelarut yang saling tidak bercampur. Pelarut yang umumnya digunakan
adalah n-heksana, etil asetat, dan metanol. Tujuan dilakukannya fraksinasi adalah
untuk memisahkan golongan utama yang satu dari golongan utama yang lain.
Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan tertarik ke pelarut polar. Sebaliknya,
senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar akan tertarik ke pelarut nonpolar (Sarker,
Latif, dan Gray, 2006).
2.6 Sarang Semut (Myrmecodia pendans)
2.6.1 Klasifikasi dan Deskripsi Tumbuhan
Sarang semut memiliki beberapa nama lain, diantaranya: lokon, suhendep,
dan nongon (Papua); urek-urek pulo (Jawa); rumah semut (Malaysia); banghai
(Filipina); dan hua roi (Thailand) (Lok dan Tan, 2009). Tumbuhan ini termasuk
dalam keluarga Rubiaceae yang terdiri atas lima kelompok marga. Akan tetapi,
hanya 2 marga, yakni Myrmecodia dan Hydnophytum yang memiliki asosiasi
paling dekat terkait simbiosisnya dengan kelompok jenis semut yang sama, yaitu
Ochetellus sp. (Jebb, 2009; Plummer, 2000).
Terdapat sekitar 45 spesies Hydnophytum, dua diantaranya: Hydnophytum
formicarum dan Hydnophytum moseleyanum. Sedangkan, Myrmecodia sendiri
memiliki sekitar 26 spesies, diantaranya: Myrmecodia tuberosa, Myrmecodia
pendans, Myrmecodia oblongata, Myrmecodia brasii, dan Myrmecodia
archboldiana (Lok dan Tan, 2009). Tumbuhan sarang semut secara khusus
ditemukan di propinsi Papua pada daerah ketinggian 1100-2500 di atas permukaan
laut, yakni di hutan hujan tropis Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikara,
Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Paniai. Selain itu, tumbuhan sarang semut
juga ditemukan di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Ambon (Manoi dan Ferry,
2008). Menurut Soeksmanto, Simanjuntak, dan Subroto (2010), sarang semut hidup
sebagai epifit pada tanaman seperti kayu putih (Melalueca), "Cemara gunung"
(Casuarina), Kaha (Castanopsis), dan Beech (Nothophagus). Sarang semut
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
19
Universitas Indonesia
merupakan tumbuhan dari famili Hydnophytinae (Rubiaceae) yang berasosiasi
dengan semut.
Tumbuhan ini bersifat epifit, artinya menempel pada tumbuhan lain, tidak
hidup secara parasit pada inangnya, tetapi hanya memanfaatkannya untuk
menempel. Batang bagian bawahnya menggelembung berisi rongga-rongga yang
disediakan sebagai sarang semut jenis tertentu (Subroto dan Saputro, 2006). Berikut
ini klasifikasi dari sarang semut (Myrmecodia pendans) (Gambar 2.5):
Kerajaan : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Lamiidae
Ordo : Rubiales
Keluarga : Rubiaceae
Marga : Myrmecodia
Spesies : Myrmecodia pendans Merr. & Perry.
Gambar 2.5. Sarang semut (Myrmecodia pendans)
Strutur khusus berongga yang dimiliki sarang semut disebut domatia atau
sarang berongga. Biasanya dijadikan tempat koloni semut (Blatrix, Bouamer,
Morand, dan Selosse, 2009). Dalam simbiosis mutualismenya, semut mempunyai
kontribusi pada tanaman ini sebagai pertahanan tanaman terhadap herbivora
(Dejean, Grangier, Leroy, dan Orivel, 2009; González-Teuber dan Heil, 2010),
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
20
Universitas Indonesia
jamur patogen (González-Teuber dan Heil, 2010), dan tanaman lainnya yang
bersaing untuk hidup (Heil, Orona-Tamayo, Eilmus, Kautz, dan González-Teuber,
2010).
2.6.2 Kandungan Kimia dan Manfaat
Senyawa aktif yang terkandung dalam sarang semut (Myrmecodia pendans)
adalah flavonoid, tanin, dan tokoferol. Semuanya berfungsi sebagai antioksidan
dalam tubuh. Tokoferol yang terkandung di dalam sarang semut sebesar 313 ppm
dan dapat meredam 96% radikal bebas pada konsentrasi 12 ppm (Subroto dan
Saputro, 2006). Beberapa flavonoid dan polifenol ditemukan terkandung dalam
rongga-rongga pada batang sarang semut (Myrmecodia pendans), seperti: asam
galat, katekin, asam ferulat, asam kafeat, asam-p-kumarat, kuersetin, luteolin, dan
kaempferol. Semuanya ditemukan pada saat dilakukan ekstraksi menggunakan
supercritical carbon dioxide (SC-CO2) (Sanjaya, Tedjo, Kurniawan, Yi-Hsu Ju,
Ayucitra, dan Ismadji, 2014).
Terdapat lima flavonoid lain dalam ekstrak kasar sarang semut
(Myrmecodia pendans) hasil analisis dengan HPLC (High Performance Liquid
Chromatography), diantaranya: kaempferol (13,767 mg/g), luteolin (0.005 mg/g),
rutine (0.03 mg/g), kuersetin (0.030 mg/g), dan apigenin (4,700 mg/g) (Engida,
Kasim, Tsigie, Ismadji, Lien Huong Huynh, dan Yi-Hsu Ju, 2013). Sedangkan,
pada fraksi etil asetat (EAF) sarang semut (Myrmecodia pendans) yang dianalisis
dengan HPLC ditemukan tiga senyawa fenolik. Konsentrasi yang paling besar
adalah asam rosmarinat 20,688 ± 1,573 mg/g sampel kering (Gambar 2.6) dan
prosianidin B1 sebesar 3,236 ± 0.280 mg/g sampel kering (Engida, Faika, Bich
Thuyen Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu Ju, 2014).
Belum ditemukan nilai LD50 dari sarang semut (Myrmecodia pendans).
Pemberian pada dosis 3750 mg/Kg bb belum menyebabkan kematian. Hal ini
membuat sarang semut cukup aman untuk dikembangkan sebagai bahan baku obat.
Tanaman ini juga dapat tumbuh dengan baik sebagai epifit sehingga ketika
dieksploitasi tidak akan membahayakan lingkungan. Selain itu, sarang semut
(Mymercodia pendans) memiliki potensi aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker,
HeLa dan MCm-B2 yang merupakan sel kanker payudara dan usus (Soeksmanto,
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
21
Universitas Indonesia
Simanjuntak, dan Subroto, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati,
Puspitasari, dan Yusuf (2011) juga membuktikan bahwa ekstrak etanol sarang
semut (Myrmecodia pendans) memiliki efek sitotoksik pada sel line kanker serviks
HeLa dengan nilai IC50 sebesar 33,28 µg/ml.
[Sumber: www.mdpi.com]
Gambar 2.6. Struktur asam rosmarinat
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
22 Universitas Indoensia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di beberapa tempat. Pertama, di Laboratorium
Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Depok. Kedua, di Laboratorium
LIPI, Cibinong. Ketiga, di Laboratorium Hewan Coba Litbangkes, Jakarta.
Keempat, di Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Kelima, di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Bogor.
Terakhir, di Laboratorium Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 hingga
April 2015.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Tanaman
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia sarang semut
(Myrmecodia pendas) yang didapatkan dari hutan di daerah Wamena, Papua dan
telah dideterminasi oleh Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) yang ada di Cibinong (Lampiran 1).
3.2.2 Hewan Uji
Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan galur
Wistar sebanyak 36 ekor, dengan berat badan ± 200-250 gram dan sehat. Tikus
diperoleh dari Laboratorium Hewan Litbangkes, Jakarta. Dalam penelitian ini
jumlah tikus uji untuk setiap kelompok perlakuan dihitung berdasarkan rumus Federer
(Federer, 1963):
(t-1) (n-1) ≥ 15 (3.1)
(6-1) (n-1) ≥ 15
(5n – 5) ≥ 15
5n ≥ 20
n ≥ 4
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
23
Universitas Indonesia
Dalam rumus di atas, t menyatakan jumlah kelompok perlakuan dan n menyatakan
jumlah tikus untuk setiap kelompok perlakuan. Berdasarkan rumus di atas, jumlah
tikus yang diperlukan untuk tiap kelompok perlakuan adalah 4 ekor. Dalam penelitian
ini digunakan tikus sejumlah 6 ekor pada setiap kelompok perlakuan untuk
mengantisipasi terjadinya drop out.
3.2.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isoproterenol
(SIGMA Chemical, Germany); Rat LPO (Lipid Peroxide) ELISA kit Elabscience
Biotechnology Co., Ltd; RAT SOD1 (Superoxide Dismutase 1, Soluble) ELISA kit
Elabscience Biotechnology Co., Ltd; kertas saring Whatman 0.45 HM TF; larutan
Folin-Ciocalteau (Merck, Jerman); asam galat (Merck, Jerman); kuersetin (Merck,
Jerman); Hematosiklin Mayer; Eosin; natrium klorida (Brataco Chemika,
Indonesia); CMC (Merck, Jerman); Canada Balsam; n-heksana (Brataco Chemika,
Indonesia); etil asetat (Brataco Chemika, Indonesia); alkohol absolut (Merck,
Jerman); alkohol 96 % (Brataco Chemika, Indonesia); akuades; dan akuabides.
3.2.4 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jarum suntik, sonde
lambung (Kent Scientific Corp), alat bedah, timbangan analitik (Electronic
Compact Balance), timbangan hewan, freezer (Sanyo, Jepang), waterbath,
mikroskop (Olympus CX21FS1), spektrofotometer UV-Vis (UVmini-1240,
Shimadzu), homogenizer (Tokyo Rikakikai, Japan), sentrifus (Hettich Zentrifugen
Universal 32 R), inkubator, desikator, alat-alat gelas (Pyrex, Jepang), Buchi
Rotavapor (R-114, Japan), Buchi Vacuum-system (B-169, Japan), corong pisah
(Duran, Germany), dan ELISA reader (Epoch BioTek Instruments).
3.3 Parameter yang Diamati
Gambaran histologi jantung yang meliputi persentase kerusakan, jumlah sel
rusak, dan jenis kerusakan sel. Selain itu, juga diukur kadar MDA dan SOD dalam
jantung.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
24
Universitas Indonesia
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Penyiapan Hewan Uji
Sebelum diberi perlakuan, tikus diadaptasikan selama satu minggu pada
lingkungan baru untuk meminimalkan efek stres. Kemudian, tikus dirawat dalam
kandang serta diberi makan dan minum secara ad libitum. Berat badan dan berat
jantung tikus ditimbang pada akhir perlakuan sebelum dibedah. Tikus yang
digunakan dalam penelitian harus dalam keadaan sehat dengan ciri-ciri bulu tidak
berdiri, warna bulunya putih bersih, mata yang merah jernih, tingkah laku normal,
dan aktif.
3.4.2 Penetapan Dosis
a. Ekstraksi dan Fraksinasi Sarang Semut
Simplisia sarang semut digiling hingga menjadi serbuk. Lalu, diekstraksi
untuk menarik senyawa yang ada di dalamnya. Metode ekstraksi yang digunakan
adalah metode ekstraksi dengan maserasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol
80%. Serbuk simplisia ditimbang dan dimasukkan ke dalam bejana maserasi.
Kemudian, ditambahkan pelarut etanol hingga 1 cm di atas permukaan simplisia.
Bejana maserasi ditutup dan didiamkan selama ± 24 jam sambil sesekali diaduk
atau diguncang.
Setelah dimaserasi selama 24 jam, hasil maserasi disaring hingga didapat
filtrat yang mengandung senyawa dari sarang semut. Residu kemudian
ditambahkan lagi pelarut etanol untuk dimaserasi kembali supaya hasil ekstraksi
optimal. Lalu, hasil maserasi yang kedua juga difiltrasi. Kedua filtrat tersebut
kemudian diuapkan pelarutnya dengan menggunakan penguap putar vakum
(vacuum rotary evaporator) hingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental
tersebut kemudian dipartisi untuk memisahkan senyawa berdasarkan perbedaan
kelarutannya dalam pelarut organik.
Pemisahan dilakukan menggunakan metode partisi cair-cair dimana
metode ini memisahkan senyawa berdasarkan tingkat kelarutannya di dalam
campuran dua pelarut yang tidak bercampur. Komponen kimia yang ada pada
ekstrak akan larut ke dalam pelarut yang sesuai dengan tingkat kepolaran yang
dimiliki oleh senyawa tersebut. Pada penelitian ini akan digunakan pelarut n-
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
25
Universitas Indonesia
heksana sebagai pelarut non polar, etil asetat sebagai pelarut semi polar, dan air
sebagai pelarut polar.
Pemisahan dengan metode partisi cair-cair dilakukan dengan menggunakan
corong pisah. Pertama dilakukan partisi dengan n-heksana. Ekstrak kental yang
sudah didapat dilarutkan dengan sedikit air agar dapat dituang ke dalam corong
pisah. Kamudian ditambahkan ke dalam corong pisah sebanyak 15 ml n-heksana.
Corong pisah digoncang selama beberapa menit dengan sesekali membuka katup
corong pisah untuk mengeluarkan gas yang terkumpul didalamnya.
Proses penggoncangan haruslah dilakukan dengan benar agar proses
pemisahan yang dilakukan hasilnya optimal. Proses penggoncangan akan
membantu pelarut menarik senyawa-senyawa yang tingkat kepolarannya sesuai
dengan pelarut tersebut. Setelah itu, dibiarkan selama beberapa lama hingga
terlihat batas antara pelarut n-heksana dan air. Selanjutnya, dipisahkan dengan
membuka kran yang ada pada bagian bawah corong pisah. Lapisan bawah
merupakan lapisan air, sedangkan lapisan atas merupakan lapisan n-heksana.
Partisi ini dilakukan berulang kali sampai pelarut n-heksana yang
dihasilkan bening sebagai indikasi bahwa tidak ada lagi senyawa nonpolar yang
bisa larut ke dalam pelarut tersebut. Lapisan air yang tersisa kemudian
ditambahkan dengan pelarut etil asetat untuk memisahkan senyawa semi polar dari
air. Pemisahan dilakukan dengan cara yang sama pada pemisahan dengan n-
heksana sehingga didapatkan ekstrak senyawa semipolar. Sisa partisi merupakan
senyawa yang larut dalam pelarut polar. Setiap ekstrak hasil partisi n-heksana, etil
asetat, dan air kemudian diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator
sehingga didapat fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air.
b. Penentuan Kadar Senyawa Fenolik Total
Sebanyak 0,2 ml larutan ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans)
konsentrasi 1 mg/ml ditambah dengan 0,2 ml larutan Folin-Ciocalteu 50%.
Kemudian, divortex selama 1 menit. Larutan tersebut ditambah 4 ml larutan
Natrium Karbonat (Na2CO3) 2%. Campuran ini disimpan dalam ruangan gelap
selama 30 menit. Absorbansi larutan ekstrak dibaca pada panjang gelombang 750
nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasilnya dinyatakan sebagai asam galat/kg
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
26
Universitas Indonesia
ekstrak (Ismail, Runtuwene, Fatimah, 2012).
c. Penentuan Kadar Flavonoid Total
Sebanyak 0,5 ml larutan ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans)
ditambah 1,5 ml etanol p.a, 0,1 ml AlCl3 10%, 0,1 ml CH3COONa.3H2 1 M, dan
2,8 ml akuabides. Campuran ini disimpan dalam ruangan gelap selama 30 menit.
Absorbansi larutan ekstrak dibaca pada panjang gelombang 417 nm dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasilnya dinyatakan sebagai mg
kuersetin/g ekstrak (Pourmorad, Hosseinimehr, Shahabimajd, 2006).
d. Dosis yang Digunakan
Penentuan dosis fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)
dalam penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Fathiazad et al. (2012),
menggunakan dosis 10 mg/kg bb, 20 mg/kg bb, dan 40 mg/kg bb ekstrak Ocimum
basilicum L. (total fenolik 5,36%) untuk mencegah terjadinya infark miokard.
Dosis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil konversi dosis
Ocimum basilicum L. berdasarkan total fenoliknya. Hal ini dikarenakan kandungan
fenolik utama yang ada di Ocimum basilicum L. sama dengan kandungan fenolik
utama dalam ekstrak etanol:air sarang semut, yaitu asam rosmarinat (Engida,
Faika, Bich Thuyen Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu Ju, 2014).
3.4.3 Induksi Infark Miokard
Isoproterenol (ISO) diberikan melalui rute subkutan di bawah kulit leher
setelah dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% (Bhandari, Ansari, dan Islam, 2008).
Pada penelitian ini, digunakan isoproterenol dosis 85 mg/kg bb/hari pada tikus
untuk menginduksi terjadinya infark miokard (Al-Numair, Chandramohan, dan
Alsaif, 2012).
3.4.4 Pelaksanaan Percobaan
a. Pengelompokan Hewan Uji dan Perlakuan
Penelitian dilakukan terhadap 36 ekor tikus putih jenis Wistar. Kelompok
perlakuan dibagi secara acak menjadi enam kelompok. Tikus dipisahkan dan
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
27
Universitas Indonesia
diletakkan dalam kandang sesuai dengan kelompoknya. Selama 30 hari fraksi etil
asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) diberikan secara oral kepada tikus
kelompok kontrol herbal, dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 sesuai dengan Tabel 3.1.
Sedangkan, tikus kelompok kontrol normal dan kontrol negatif diberi larutan CMC
0,5% sebanyak 2 ml.
Tabel 3.1 Pembagian kelompok hewan uji
Kelompok Perlakuan
Hari ke-1 sampai hari
ke-30
Hari ke-31 dan ke-32
1 (kontrol normal) Diberi larutan CMC
0,5% 2 ml
Diberikan larutan natrium klorida
0,9% 1 ml melalui subkutan.
2 (kontrol negatif) Diberi larutan CMC
0,5% 2 ml
Diinduksi infark miokard dengan
isoproterenol 85 mg/kg bb per
hari.
3 (kontrol herbal) Diberi suspensi fraksi
sarang semut 15,36
mg/kg bb
Diberikan larutan natrium klorida
0,9% 1 ml melalui subkutan.
`4 (fraksi dosis 1) Diberi suspensi fraksi
sarang semut 3,84
mg/kg bb
Diinduksi infark miokard dengan
isoproterenol 85 mg/kg bb per
hari.
5 (fraksi dosis 2) Diberi suspensi fraksi
sarang semut 7,68
mg/kg bb
Diinduksi infark miokard dengan
isoproterenol 85 mg/kg bb per
hari.
6 (fraksi dosis 3) Diberi suspensi fraksi
15,36 mg/kg bb
Diinduksi infark miokard dengan
isoproterenol 85 mg/kg bb per
hari.
Pada hari ke-31 dan ke-32, tikus kelompok dosis 1, dosis 2, dosis 3, dan
kontrol negatif diinduksi dengan ISO secara subkutan dosis 85 mg/kg bb/hari.
Induksi diberikan supaya tikus mengalami infark miokard. Kelompok kontrol
normal dan kontrol herbal diberi larutan natrium klorida 0,9% 1 ml melalui
subkutan. Pada hari ke-33, semua tikus dimatikan kemudian dibedah untuk diambil
organ jantungnya.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
28
Universitas Indonesia
b. Pengukuran Stres Oksidatif pada Jaringan Miokardial
1) Malondialdehida (MDA)
Sebanyak 100 µL larutan standar atau sampel ditambahkan ke dalam
setiap well selama 90 menit pada suhu 370C. Kedua, larutan tersebut kemudian
dibuang. Ketiga, sebanyak 100 µL Biotinylated Detection Ab ditambahkan ke
dalam well dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C. Keempat, digoyang-
goyangkan dan dicuci sebanyak 3 kali. Kelima, ditambah dengan 100 µL HRP
conjugate dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 370C. Keenam, digoyang-
goyangkan dan dicuci sebanyak 5 kali. Ketujuh, sebanyak 90 µL substrate
reagent ditambahakan ke dalam well dan diikubasi lagi selama 15 menit pada
suhu 370C. Terakhir, ditambah dengan 50 µL stop solution dan dibaca pada
panjang gelombang 450 nm dengan menggunakan ELISA reader (Elabscience,
2014).
2) Superoksida Dismutase (SOD)
Sebanyak 50 µL standar atau sampel ditambahkan ke dalam setiap well.
Kedua, secara cepat ditambahkan pula 50 µL Biotinylated Detection Ab ke
dalam setiap well dan diinkubasi selama 45 menit pada suhu 370C. Ketiga,
sebanyak 100 µL HRP conjugate ditambahkan ke dalam tiap well dan
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 370C. Keempat, sebanyak 90 µL
substrate reagent ditambahkan dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu 370C.
Terakhir, 50 µL stop solution ditambahkan dan dibaca dengan ELISA reader
pada panjang gelombang 450 nm (Elabscience, 2014).
c. Isolasi Organ Jantung Hewan Coba
Semua tikus diinhalasi menggunakan eter dan disuntik dengan ketamin
dosis 0,2 ml. Selanjutnya, dilakukan pembukaan rongga dada dan diukur luas infark
miokard pada jantung tikus. Tiga organ jantung pada setiap kelompok diambil,
dibilas dengan larutan natrium klorida 0,9%, dan ditimbang bobotnya. Lalu, jantung
dipotong menjadi dua secara vertikal dan disimpan dalam larutan formalin 10%
sebelum dibuat preparat histologinya dengan menggunakan pewarnaan
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
29
Universitas Indonesia
Hematosiklin dan Eosin (H&E). Tiga organ jantung yang lain pada setiap kelompok
yang sama dibilas dan direndam dengan larutan natrium klorida 0,9%. Disimpan
dalam freezer sampai waktu pembuatan homogenat yang akan digunakan untuk
mengukur kadar MDA dan SOD. Setelah isolasi organ jantung tikus selesai
dilakukan, bagian tubuh tikus yang tidak digunakan dalam penelitian dikubur ke
dalam tanah. Lokasi penguburan bangkai tikus terletak di belakang kandang tikus.
d. Pengamatan Makroskopis Jantung Hewan Coba
Rongga dada dibuka lalu jantung diamati terlebih dahulu untuk melihat
seberapa besar diameter infark miokard (berwarna putih/pucat) di bagian ventrikel
kiri. Kemudian, diukur menggunakan jangka sorong. Setelah itu, jantung dibilas
dengan larutan natrium klorida 0,9% dan ditiriskan. Selanjutnya, ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik dan dipotong menjadi dua secara vertikal dari atas
ke bawah. Diukur diameter otot jantungnya dengan menggunakan jangka sorong.
e. Pembuatan homogenat jantung
Organ jantung diambil sebesar 0,1 gram. Dihomogenisasi menggunakan
homogenizer dengan 1 ml larutan phosphate buffered saline (PBS) dingin 0,01 M,
pH=7,4. Lalu, disentrifugasi pada 3500 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan
supernatan. Kemudian, supernatan diambil dan disimpan pada suhu -200C sampai
dilakukan pengukuran kadar MDA dan SOD (Modifikasi metode Elabscience,
2014).
f. Pembuatan Preparat Histologi
1) Pengambilan organ
Organ jantung dibersihkan dalam larutan NaCl 0,9%. Lalu, dipotong
secara vertikal hingga menjadi dua bagian.
2) Fiksasi jaringan
Organ jantung yang telah dicuci dan dipotong tersebut dimasukkan ke
dalam larutan formalin 10% pada suhu ruangan selama 24 jam. Setelah
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
30
Universitas Indonesia
jaringan terfiksasi dengan larutan formalin, dilakukan pencucian dengan
menggunakan alkohol 70%.
3) Dehidrasi
Potongan organ jantung direndam dalam larutan alkohol dengan
konsentrasi bertingkat, dimulai dengan alkohol 70% selama 30 menit, 80%
selama 30 menit, 95% selama 120 menit, 100% selama 120 menit, dan
xilol/xilene selama 60 menit. Semuanya dilakukan pada suhu 350C.
4) Infiltrasi dengan parafin
Parafin keras dicairkan dalam oven pada suhu 600C selanjutnya jaringan
jantung direndam dalam parafin cair melalui beberapa tahap, yaitu: parafin
pertama selama 120 menit, parafin kedua selama 120 menit, dan parafin ketiga
selama 60 menit. Proses infiltrasi dilakukan di dalam inkubator dengan suhu
tetap 600C.
5) Penanaman
Potongan organ jantung dimasukkan ke dalam kotak-kotak besi yang telah
berisi parafin cair hingga terendam dan diberi label. Parafin didinginkan pada
suhu kamar sampai mengeras. Setelah parafin mengeras, blok parafin dilepas
dari kotak-kotak besi dan dipotong-potong sesuai dengan ukuran potongan
organ. Selanjutnya, potongan blok parafin direkatkan pada pemegang yang
terbuat dari kayu dan dipotong dengan mikrotom putar.
6) Pengirisan
Penyayatan dilakukan menggunakan mikrotom putar dengan tebal sayatan
5 mikron.
7) Penempelan pada kaca objek
Penempelan dilakukan pada kaca objek yang telah diolesi dengan albumin
Mayer dan ditetesi akuades sebanyak 2-3 tetes. Sayatan diletakkan tepat pada
tetesan akuades tersebut. Kemudian, dipanaskan di atas hot plate pada suhu
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
31
Universitas Indonesia
±300C sampai sayatan mengembang. Sisa-sisa akuades yang ada pada kaca
objek diserap dengan kertas saring atau kertas tisu.
8) Deparafinasi
Kaca objek yang sudah ada organ direndam dalam larutan xilol selama
beberapa menit untuk membersihkan preparat dari parafin dan menjernihkan
preparat.
9) Hidrasi
Kaca objek direndam dalam larutan secara bertahap, berturut-turut larutan
xilol/xilene, alkohol absolut, alkohol 95%, alkohol 80%, dan alkohol 70%
masing-masing selama 5 menit.
10) Pewarnaan
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan pewarna Hematosiklin dan
Eosin (H&E). Kaca objek direndam dalam larutan hematosiklin selama 2-4
menit. Lalu, dicuci dengan air mengalir. Jika pewarnaan terlalu pekat (biru)
maka preparat dicelup dalam larutan HCl 1% sebentar. Selanjutnya, direndam
dalam larutan eosin 2% selama 2-4 menit.
11) Dehidrasi
Dehidrasi dilakukan dengan cara merendam sediaan tersebut berturut-
turut dalam alkohol 80% selama 3 menit, alkohol 95% sebanyak 2 kali
masing-masing 2 menit, dan alkohol absolut selama 3 menit.
12) Penjernihan
Sediaan yang telah diwarnai dapat dijernihkan dengan cara merendam
dalam xilol sebanyak 3 kali masing-masing selama 3 menit.
13) Penutupan
Sebelum proses penutupan dilakukan, xilol dan kotoran yang ada di
sekitar jaringan pada sediaan dibersihkan dengan kertas tisu kemudian ditetesi
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
32
Universitas Indonesia
dengan Canada Balsam selanjutnya ditutup dengan kaca penutup. Jika ada
gelembung udara, kaca penutup ditekan dan dibiarkan hingga kering dalam
suhu kamar.
g. Pengamatan Histologi Jantung
Preparat organ jantung yang sudah diwarnai dengan Hematosiklin dan Eosin
(H&E) diamati di bawah mikroskop dengan menggunakan optilab. Beberapa hal
yang diamati sebagai penanda infark miokard adalah kerusakan miokardial,
fibroblas, vaskulerisasi, infiltrasi neutrofil, dan edema pada jaringan otot jantung
(modifikasi metode Albayrak et al., 2009). Parameter yang digunakan dalam
penelitian ini adalah persentase kerusakan, jumlah sel rusak, dan jenis sel yang
rusak. Semuanya diamati dan dihitung menggunakan program Image Raster 3.
Preparat dibagi terlebih dahulu ke dalam lima penampang untuk
mendapatkan data yang lebih akurat (Gambar 3.1). Persentase kerusakan diamati
pada perbesaran (100x). Pengukuran persentase kerusakan dilakukan dengan
menghitung luas daerah yang mengalami infark miokard dibandingkan dengan luas
keseluruhan penampang dikali 100% (Rumus 3.2).
Keterangan:
1 = penampang 1 3 = penampang 3 5 = penampang 5
2 = penampang 2 4 = penampang 4
Gambar 3.1. Preparat histologi otot jantung
Persentase kerusakan = luas daerah infark (µm2) x 100% (3.2)
luas seluruh penampang (µm2)
Jumlah sel rusak dan jenis kerusakan sel diamati pada perbesaran (400x).
Penilaian jumlah sel yang rusak dinyatakan dalam bentuk tingkat kerusakan (grade)
(Tabel 3.2). Sedangkan, penilaian jenis kerusakan sel ditentukan berdasarkan
pemberian skor (Tabel 3.3). Sistem pemberian skor yang digunakan dalam
1
2
5
3
4
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
33
Universitas Indonesia
penelitian ini adalah modifikasi dari penelitian sebelumnya oleh Albayrak et al.
(2009).
Tabel 3.2 Sistem penilaian jumlah sel rusak
Kategori Jumlah sel
Grade 1 1-100
Grade 2 100-200
Grade 3 200-300
Tabel 3.3 Sistem penilaian jenis-jenis kerusakan sel
Kategori Nilai Jumlah sel
Tidak ada 0 0
Ringan 1 1-50
Sedang
Berat
2
3
50-100
>100
[Sumber: Albayrak et al, 2009; Joukar, Najafipour, Mizaeipour, Nasri, Ahmadi, dan Badindolo,
2013) (telah diolah kembali dengan perubahan)]
3.4.5 Analisis Hasil
Data disajikan dalam bentuk tabel dan gambar grafik kemudian dianalisis
secara deskriptif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS
version 17. Data yang ada dilihat distribusi dan varian antar kelompoknya. Bila data
terdistribusi normal dan varian antar kelompok homogen maka dilanjutkan dengan
uji One-Way ANOVA. Apabila dari uji One-Way ANOVA terdapat perbedaan,
dapat dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD untuk mengetahui dimana letak
perbedaan dari 6 kelompok tersebut. Namun, bila data tidak terdistribusi normal
atau tidak memiliki varian antar kelompok yang homogen atau keduanya maka data
diolah dengan uji nonparametric Kruskall Wallis. Sedangkan, untuk melihat adanya
perbedaan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Uji statistik dilakukan pada
derajat kepercayaan 95% dengan α=0,05. Hasil uji statistik dinyatakan bermakna
bila p< 0,05. Lalu, dilanjutkan dengan uji korelasi untuk mengetahui hubungan
antar parameter yang diamati.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
34 Universitas Indonesia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi Sarang Semut (Myrmecodia pendans)
Rendemen ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans) yang diperoleh
adalah sebesar 21,62% (Rumus 4.1). Rendemen didapatkan dengan cara
membandingkan jumlah ekstrak yang diperoleh dengan jumlah serbuk simplisia
yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan 2 kg serbuk sarang semut
(Myrmecodia pendans) sehingga diperoleh ekstrak sarang semut sebanyak 432,40
g. Nilai rendemen yang didapat digunakan sebagai parameter standar mutu ekstrak
dan untuk mengetahui efektivitas metode ekstraksi yang digunakan. Menurut
Aboshora et al. (2014), metode ekstraksi yang dipilih disesuaikan dengan
kandungan fitokimia dalam suatu bahan yang ingin diekstrak, jenis pelarut, rasio
pelarut, waktu, dan suhu.
Rendemen = 432,40 g x 100% = 21,62% (4.1)
2000 g
Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi berperan dalam
menghasilkan nilai rendemen yang tinggi. Pelarut yang digunakan pada penelitian
ini adalah etanol:air (80%). Penggunaan etanol:air (80%) membantu proses
ekstraksi lebih maksimal karena mampu melarutkan senyawa polar maupun
semipolar yang terdapat dalam sarang semut (Myrmecodia pendans). Menurut
Tiwari, Kumar, dan Kaur (2011), etanol 80% merupakan pelarut yang mudah
berpenetrasi terhadap membran sel sehingga dapat menarik kandungan intrasel dan
dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga tidak terjadi kemunduran
mutu ekstrak.
Pemilihan pelarut etanol 80% juga berdasarkan penelitian terdahulu pada
sarang semut (Myrmecodia pendans) (Engida, Kasim, Tsigie, Ismadji, Lien Huong
Huynh, dan Yi-Hsu Ju, 2013). Pada penelitian tersebut, proses ekstraksi dilakukan
dengan menggunakan refluks (metode panas). Rendemen ekstrak yang didapatkan
sebesar 13,82% pada suhu 550C selama 4 jam. Sedangkan, dalam penelitian ini
proses ekstraksi menggunakan maserasi (metode dingin) dan didapatkan jumlah
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
35
Universitas Indonesia
rendemen yang jauh lebih banyak sebesar 21,62%. Proses ekstraksi dilakukan pada
temperatur ruangan selama ± 3 hari sampai pelarut tidak lagi berwarna pekat.
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini jauh lebih lama. Tetapi, rendemen yang
dihasilkan jauh lebih banyak.
Khoddami, Wilkes, dan Roberts (2013) menyatakan bahwa faktor suhu
yang tinggi dalam proses ekstraksi dapat membuat komponen yang terkandung
dalam suatu bahan mengalami degradasi. Beberapa kandungan senyawa dalam
tanaman, seperti: flavonoid, alkaloid, dan terpen memiliki sifat termolabil dan
mudah menguap (Carbonell, Neto, Cardoso, dan Pereira, 2000). Ekstrak sarang
semut (Myrmecodia pendans) yang didapat kemudian difraksinasi untuk
memperoleh fraksi yang diinginkan. Proses fraksinasi dilakukan secara bertingkat
berdasarkan tingkat kepolaran pelarut. Pelarut yang digunakan adalah n-heksana
(nonpolar), etil asetat (semi polar), dan air (polar). Fraksi yang dipilih adalah fraksi
etil asetat. Rendemen fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) yang
didapatkan sebesar 13,56% (Rumus 4.2).
Rendemen = 6,5 g x 100% = 13,56% (4.2)
48 g
4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Senyawa Fenolik Total
Kandungan total fenolik yang terdapat dalam fraksi etil asetat sarang semut
(Myrmecodia pendans) dinyatakan dalam total fenolik GAE (Gallic Acid
Equivalents). Pembuatan kurva standar asam galat dilakukan dengan menggunakan
enam konsentrasi yang berbeda, yaitu: 6,25 µg/ml; 12,5 µg/ml; 25 µg/ml; 50 µg/ml;
100 µg/ml; dan 200 µg/ml. Persamaan garis dari kurva standar yang diperoleh
adalah y = 0,0048x +0,0093 dengan nilai r2 = 0,9995 (Gambar 4.1). Fraksi etil asetat
sarang semut (Myrmecodia pendans) memiliki kandungan total fenolik GAE
sebesar 558,08 g/kg (55,8%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sarang semut kaya
akan senyawa fenolik. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan jumlah total fenolik
yang terkandung dalam ekstrak Ocimum basilicum L. 53,66 mg/g (5,36%) dan
ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans) 330,61±2,13 mg/g (33,1%) (Fathiazad
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
36
Universitas Indonesia
et al., 2012; Engida, Kasim, Tsigie, Ismadji, Lien Huong Huynh, dan Yi-Hsu Ju,
2013).
Gambar 4.1. Kurva standar asam galat
4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Flavonoid Total
Total flavonoid yang terkandung dalam fraksi etil asetat sarang semut
(Myrmecodia pendans) dinyatakan dalam QE (Quercetin Equivalents). Fraksi etil
asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) mengandung total flavonoid sebesar
14,23 mg/g (1,42%). Kurva standar kuersetin dibuat dengan menggunakan enam
titik konsentrasi, yaitu: 3,125 µg/ml, 6,25 µg/ml, 12,5 µg/ml, 25 µg/ml, 50 µg/ml,
dan 100 µg/ml. Persamaan garis dari kurva standar adalah y = 0,0073x-0,0061 dan
nilai r2 = 0,9996 (Gambar 4.2). Jumlah total flavonoid dalam penelitian ini lebih
kecil dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Engida, Kasim, Tsigie, Ismadji,
Lien Huong Huynh, dan Yi-Hsu Ju (2013) yang menghitung total flavonoid pada
ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans), yaitu 63,28±1,75 mg/g (6,33%).
Analisis yang dilakukan oleh Engida, Faika, Bich Thuyen Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu
Ju (2014) pada fraksi etil asetat (EAF) sarang semut (Myrmecodia pendans)
menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) ditemukan tiga
senyawa fenolik utama. Konsentrasi yang paling besar adalah asam rosmarinat
20,69±1,57 mg/g sampel kering (2,07%) dan prosianidin B1 sebesar 3,236± 0,280
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 50 100 150 200 250
AB
SOR
BA
NSI
KONSENTRASI ASAM GALAT
y = 0,0048x +0,0093
r2 = 0,9995
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
37
Universitas Indonesia
mg/g sampel kering (0,3%). Asam rosmarinat adalah derivat fenilpropanoid dari
asam sinamat (Hongyun Peng et al., 2014).
Gambar 4.2. Kurva standar kuersetin
Jumlah total flavonoid pada ekstrak Ocimum basilicum L. (1,86%) masih
lebih besar dibandingkan yang terdapat dalam fraksi etil asetat sarang semut
(Myrmecodia pendans) pada penelitian ini (1,42%). Begitu pula jumlah asam
rosmarinat yang terdapat dalam Ocimum basilicum L. (15,74%) masih lebih besar
dibandingkan dengan yang terdapat dalam fraksi etil asetat sarang semut
(Myrmecodia pendans). Menurut penelitian sebelumnya oleh Engida, Faika, Bich
Thuyen Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu Ju (2014), asam rosmarinat dalam fraksi etil aset
sarang semut (Myrmecodia pendans) sebesar 2,07%. Jadi dalam fraksi etil asetat
sarang semut (Myrmecodia pendans) banyak terdapat senyawa fenolik yang lain.
Polifenol lain yang ditemukan terkandung dalam sarang semut (Myrmecodia
pendans) adalah asam galat, asam ferulat, asam kafeat, dan asam-p-kumarat
(Sanjaya, Tedjo, Kurniawan, Yi-Hsu Ju, Ayucitra, dan Ismadji, 2014). Senyawa-
senyawa tersebut bersifat polar dan semi polar sehingga dapat larut dalam etil
asetat.
4.4 Hasil Penentuan Dosis yang Digunakan
Dosis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil konversi
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 20 40 60 80 100 120
AB
SOR
BA
NSI
KONSENTRASI KUERSETIN
y = 0,0073x-0,0061
r2 = 0,9996
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
38
Universitas Indonesia
penelitian sebelumnya berdasarkan nilai total fenolik ekstrak Ocimum basilicum L.
sebesar 5,36%. Dosis yang digunakan pada ekstrak Ocimum basilicum L. adalah
10 mg/kg bb, 20 mg/kg bb, dan 40 mg/kg bb (Fathiazad et al. 2012). Kandungan
fenolik utama yang ada di dalam ekstrak Ocimum basilicum L. sama dengan
kandungan fenolik utama yang ada di dalam fraksi etil asetat sarang semut
(Myrmecodia pendans), yaitu asam rosmarinat (Engida, Faika, Bich Thuyen
Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu Ju, 2014).
Total fenolik fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) dalam
penelitian ini sebesar 558,083 g/kg (55,8%). Nilai ini jauh lebih besar
dibandingkan yang terdapat dalam ekstrak Ocimum basilicum L. Jika dikonversi
sesuai dosis Ocimum basilicum L. maka diperoleh dosis fraksi etil asetat sarang
semut (Myrmecodia pendans) adalah: 0,96 mg/kg bb, 1,92 mg/kg bb, dan 3,84
mg/kg bb. Tetapi, hasil histopatologi kelompok tikus yang diberi ekstrak Ocimum
basilicum L. belum menunjukkan penurunan kejadian nekrosis dan fibrosis
kardiomiosit jantung hingga tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol
normal. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini terjadi perubahan dosis yang
digunakan.
Perubahan dosis ini untuk melihat pengaruh yang lebih kuat dari asam
rosmarinat yang terdapat dalam fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia
pendans) sebagai antioksidan yang dapat mencegah terjadinya infark miokard.
Dosis yang dipilih adalah 3,84 mg/kg bb, 7,68 mg/kg bb, dan 15,36 mg/kg bb.
Dosis terendah adalah 3,84 mg/kg bb yang merupakan hasil konversi dosis
tertinggi dari ekstrak Ocimum basilicum L. Kemudian dosis dinaikkan dua kali
lipat dari dosis pertama (3,84 mg/kg bb) untuk mendapatkan dosis kedua (7,68
mg/kg bb). Sedangkan, dosis ketiga merupakan empat kali lipat dari dosis pertama
(15,36 mg/kg).
4.5 Hasil Induksi Isoproterenol
Isoproterenol (ISO) dalam penelitian ini diberikan pada dosis 85 mg/kg bb
secara subkutan untuk menginduksi terjadinya infark miokard dan mencegah
terjadinya kematian pada hewan coba akibat dosis yang terlalu besar. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Al-Numair, Chandramohan, dan Alsaif (2012)
juga menggunakan ISO dosis 85 mg/kg bb untuk menginduksi terjadinya infark
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
39
Universitas Indonesia
miokard. Dalam penelitian tersebut terjadi peningkatan enzim AST, LDH, CK, dan
CK-MB di serum pada kelompok ISO dibandingkan dengan kelompok kontrol
normal.
Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan dosis ISO yang berbeda-
beda untuk menginduksi terjadinya infark miokard, diantaranya: 200 mg/kg (Sze
Man Wong et al. 2011), 150 mg/kg (Ramadan, EL-Beih, Arafa, dan Zahra, 2013),
dan 100 mg/kg (Fathiazad et al., 2012). Hasil induksi ISO dosis 85 mg/kg bb pada
penelitian ini sudah menunjukkan bahwa tikus mengalami infark miokard
berdasarkan pengamatan makroskopis, histologi jantung, dan kadar MDA maupun
SOD. Terutama pada kelompok kontrol negatif yang hanya diinduksi ISO.
4.6 Pengamatan Makroskopis
4.6.1 Analisis data berat badan tikus
Rata-rata berat badan tikus setiap kelompok dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 4.1. Rata-rata berat badan paling besar adalah kelompok kontrol
herbal (239,33±9,02 g) dan rata-rata berat badan paling kecil adalah dosis 2
(202,33±17,56 g). Namun, secara statistik besarnya rata-rata berat badan setiap
kelompok tidak berbeda bermakna (p>0,05).
Tabel 4.1 Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)
terhadap berat badan tikus
Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
Pemberian ISO tidak mempengaruhi bobot badan antar kelompok dalam
penelitian ini. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Panda dan Kar (2014) juga
menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada berat badan tikus di
Kelompok Berat
Badan (g)
Kontrol Normal 210,33±19,66
Kontrol Herbal 239,33±9,02
Kontrol Negatif 211,67±11,15
Dosis 1 219,67±28,57
Dosis 2 202,33±17,56
Dosis 3 215,67±10,69
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
40
Universitas Indonesia
akhir perlakuan. Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Kyu Hee Lim,
Dukhwan Ko, dan Jong-Hoon Kim (2013) yang menggunakan korean red ginseng
(KRG) juga menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna berat badan tikus pada
kelompok kontrol normal, kelompok kontrol herbal, kelompok ISO, dan kelompok
ISO+KRG.
4.6.2 Analisis data berat jantung dan rasio berat jantung/berat badan
Pada pengukuran berat jantung, rata-rata berat jantung kelompok kontrol
negatif mengalami peningkatan yang cukup bermakna dibandingkan dengan
kelompok kontrol normal (p<0,05). Kelompok dosis 1 (0,94±0,09 g), dosis 2
(0,89±0,09 g), dan dosis 3 (0,84±0,16 g) juga mengalami peningkatan yang
bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p<0,05) (Gambar 4.3).
Sedangkan, rata-rata berat jantung kelompok kontrol herbal (0,72±0,02 g) tidak
berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (0,6±0,06 g).
Keterangan:
* =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
Gambar 4.3. Grafik berat jantung tikus
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Panda dan Kar (2014), juga
menunjukkan peningkatan berat jantung pada kelompok yang diberi ISO
*
** ** ** **
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
KontrolNormal
KontrolHerbal
KontrolNegatif
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3
(gra
m)
Kelompok
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
41
Universitas Indonesia
dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p<0,01). Penyebab terjadinya
perubahan berat jantung pada kelompok yang diinduksi ISO berkaitan dengan
meningkatnya jumlah air dan kondisi edematosis dalam ruang intramuskuler
(Upaganlawar, Gandhi, dan Balaraman, 2011). Peningkatan rata-rata berat jantung
disebabkan oleh efek positif inotropik dari ISO pada jaringan miokardial (Pogula et
al. 2012).
Untuk menilai sejauh mana berat jantung meningkat akibat induksi
isoproterenol maka perlu ditentukan rasio berat jantung terhadap berat badan tikus
(Fathiazad et al. 2012). Nilai rasio berat jantung/berat badan tikus beberapa
kelompok yang diinduksi isoproterenol nilainya sama dan berbeda bermakna
(p<0,05) dengan kelompok kontrol normal (0.3±0.0003) (Tabel 4.2). Upaganlawar,
Gandhi, dan Balaraman (2011) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa
pemberian ISO dapat mengakibatkan peningkatan rasio berat jantung terhadap berat
badan tikus.
Tabel 4.2 Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap rasio
berat jantung/berat badan tikus
Kelompok Rasio Berat Jantung/Berat
Badan
Kontrol Normal 0,3±0,0003
Kontrol Herbal 0,3±0,0002*
Kontrol Negatif 0,4±0,0002**
Dosis 1 0,4±0,0002**
Dosis 2 0,4±0,0004**
Dosis 3 0,4±0,0008**
Keterangan: nilai rasio dikali 100 dari hasil sebenarnya
* =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
4.6.3 Analisis data diameter infark dan diameter otot jantung
Pengamatan makroskopis selanjutnya adalah diameter infark miokard.
Setelah rongga dada dibuka, jantung diamati terlebih dahulu dan diukur diameter
infark miokardnya di bagian ventrikel kiri dengan menggunakan jangka sorong.
Bagian yang mengalami infark biasanya berwarna putih/pucat. Pengukuran
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
42
Universitas Indonesia
dilakukan pada kondisi jantung yang masih berdetak. Pada kelompok kontrol
normal dan kelompok kontrol herbal tidak ditemukan bagian jantung yang
mengalami infark miokard. Sebaliknya, pada kelompok kontrol negatif ditemukan
daerah yang mengalami infark di bagian ventrikel kiri dengan diameter yang paling
besar dibandingkan kelompok lainnya, yaitu 0,42±0,16 cm (Tabel 4.3).
Rata-rata diameter infark kelompok kontrol negatif (0,42±0,16 cm),
kelompok dosis 1 (0,25±0,05 cm), dan kelompok dosis 3 (0,33±0,08 cm) berbeda
bermakna dengan kelompok kontrol normal (p<0,05). Ukuran infark miokard
mempunyai peranan yang penting untuk mengetahui seberapa besar terjadinya
remodelling ventrikel dan disfungsi setelah terjadinya infark miokard (Xiao-Ming
Gao et al., 2010). Jadi pada kelompok kontrol negatif, dosis 1, dan dosis 3 terjadi
remodelling ventrikel atau disfungsi karena infark miokard akibat induksi ISO
sehingga menyebabkan adanya daerah putih/pucat pada bagian ventrikel kiri
jantung.
Tabel 4.3 Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap
diameter infark dan diameter otot jantung
Kelompok Diameter Infark
(cm)
Diameter
Otot Jantung (cm)
Kontrol Normal 0 0,07±0,06
Kontrol Herbal 0* 0,1
Kontrol Negatif 0,42±0,16** 0,13±0,06
Dosis 1 0,25±0,05** 0,1
Dosis 2 0,13±0,12* 0,1
Dosis 3 0,33±0,08** 0,08±0,08
Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
Berdasarkan hasil pengamatan warna jantung, kelompok kontrol normal dan
kelompok kontrol herbal memiliki ventrikel berwarna merah tua. Sedangkan,
ventrikel pada kelompok yang diinduksi ISO (kontrol negatif, dosis 1, dosis 2, dan
dosis 3) terlihat lebih pucat. Bahkan pada kelompok kontrol negatif yang hanya
diinduksi ISO dan tidak diberi fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)
terlihat adanya kerusakan yang cukup parah. Pada Gambar 4.4 terlihat jelas bagian
yang mengalami infark (berwarna putih).
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
43
Universitas Indonesia
Keterangan: A=kontrol normal , B=kontrol negatif, C=kontrol herbal,
D=Dosis 1, E=Dosis 2, dan F=dosis 3. Daerah yang dilingkari adalah
daerah yang mengalami infark.
Gambar 4.4. Jantung tikus dan daerah yang mengalami infark miokard
Pengamatan makroskopis yang terakhir adalah diameter otot jantung.
Jantung tikus dibilas dalam larutan NaCl 0.9% dan dikeringkan dengan kertas
saring atau kertas tisu. Lalu, dipotong menjadi dua bagian secara vertikal sehingga
terlihat otot jantungnya. Kemudian, diameter otot jantung diukur dengan
menggunakan jangka sorong pada bagian ventrikel. Rata-rata diameter otot jantung
setiap kelompok dalam penelitian ini tidak berbeda bermakna (Tabel 4.3). Hasil
pengamatan langsung pada otot jantung juga terlihat bagian yang berwarna putih
(mengalami infark) (Gambar 4.5).
Gambar 4.5. Diameter otot jantung tikus yang diukur
4.7 Hasil Penilaian Preparat Histologi
4.7.1 Analisis data persentase kerusakan
Preparat jantung dalam penelitian ini diamati pada perbesaran (100x) untuk
mengetahui besarnya persentase kerusakan (Gambar 4.6). Parameter yang diamati
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
44
Universitas Indonesia
adalah kerusakan miokardial, infiltrasi neutrofil, edema, fibroblas, dan
vaskulerisasi.
Kontrol Normal Kontrol Herbal
Kontrol Negatif Dosis 1
Dosis 2 Dosis 3 Keterangan: daerah yang mengalami infark miokard.
Gambar 4.6. Penampang histologi jantung perbesaran (100x)
Besarnya persentase kerusakan kelompok kontrol negatif, dosis 1, dosis 2,
dan dosis 3 berbeda bermakna dengan kelompok kontrol normal (p<0,05) (Gambar
4.7). Induksi ISO menyebabkan terjadinya peningkatan kerusakan sel. Banyak studi
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
45
Universitas Indonesia
membuktikan bahwa ISO menyebabkan kerusakan otot jantung dengan cara
menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) atau radikal bebas yang berikatan
dengan oksigen. Radikal bebas atau kerusakan oksidatif inilah yang memainkan
peranan yang signifikan dalam patogenesis kerusakan miokardial (Kasa et al.,
2014).
Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
Gambar 4.7 Grafik persentase kerusakan otot jantung
Berdasarkan hasil statistika uji Kruskal-Wallis, pada kelompok kontrol
herbal yang hanya diberi fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)
terjadi peningkatan persentase kerusakan yang cukup bermakna dibandingkan
dengan kelompok kontrol normal (p<0,05). Kandungan utama yang terdapat dalam
fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) adalah asam rosmarinat.
Asam rosmarinat ditemukan sebagai metabolit sekunder dalam tumbuhan dan
merupakan ester dari asam kafeat dan 3,4-dihidroksifenil asam laktat. Asam
rosmarinat sendiri mempunyai aktivitas antioksidan, antiinflamasi,
antikolinesterase, antimutagenik, antibakterial, antiviral, hepatoprotektif, dan
kardioprotektif (Hongyun Peng et al., 2014). Namun, aktivitas asam rosmarinat
sebagai antimikroba, antiviral, antiinflamasi, dan penginduksi terjadinya apoptosis
*/**
**
**
** **
0
10
20
30
40
50
60
70
80
KontrolNormal
KontrolHerbal
KontrolNegatif
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3
(%)
Kelompok
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
46
Universitas Indonesia
membuat asam rosmarinat dapat menjadi penyebab munculnya Reactive Oxygen
Species (ROS) (Murakami et al. 2007).
Aktivitas asam rosmarinat sebagai antimikroba dan antiviral dapat
menjelaskan aktivitas prooksidan dari asam rosmarinat berkaitan dengan reduksi
logam (Murakami et al. 2007). Mekanisme asam rosmarinat sebagai antimikroba
berhubungan dengan aktivitas enzim [NAD(P)H] oksidase yang berperan
menghasilkan anion superoksida (O2.¯) yang merupakan salah satu Reactive Oxygen
Species (ROS) (Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012) (Gambar
4.8).
[Sumber: Birben, Sahiner, Sackesen, Erzurum, dan Kalayci, 2012]
Gambar 4.8. Reaksi pembentukan anion superoksida
Dalam penelitian ini, besarnya persentase kerusakan pada kelompok kontrol
herbal lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif dan berbeda bermakna
(p<0,05). Namun, lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol normal
(p<0,05). Pengaruh asam rosmarinat sebagai prooksidan belum dapat dibuktikan
secara jelas melalui hasil persentase kerusakan. Selain itu, kandungan asam
rosmarinat yang diberikan kepada kelompok kontrol herbal dalam penelitian ini
masih lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol herbal pada penelitian yang
dilakukan oleh Fathiazad et al. (2012) yang menggunakan Ocimum basilicum L.
Fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) dalam penelitian ini
mengandung total fenolik yang cukup besar yaitu 558,08 g/kg (55,8%). Sedangkan,
kandungan flavonoidnya sebesar 14,23 mg/g (1,42%). Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Cao, Sofic, dan Prior (1996) membuktikan bahwa flavonoid
termasuk flavon, isoflavon, dan flavanon merupakan antioksidan yang dapat
melawan peroksil (ROO.) dan radikal hidroksil (.OH). Namun demikian, juga dapat
bertindak sebagai prooksidan dengan adanya Cu2+.
Menurut Das, Wati, dan Fatima-Shad (2015), logam transisi seperti tembaga
dan besi dapat bertindak sebagai katalis positif pada tahap propagasi dan inisiasi
NADPH + 2O2 NADP+ + 2O2.
¯ + H+
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
47
Universitas Indonesia
peroksidasi lipid. Asam lemak jenuh ganda (PUFA) merupakan target radikal bebas
karena adanya ikatan ganda sehingga nantinya dapat mengahasilkan pembentukan
suatu radikal bebas karbon pada PUFA (RO. dan ROO). Malondialdehyde (MDA)
adalah produk yang dihasilkan akibat reaksi siklisasi dari peroksida akhir dan
radikal peroksil (ROO.) (Gambar 4.9).
[Sumber: Das, Wati, dan Shad, 2015]
Gambar 4.9. Reaksi tembaga pada tahap propagasi dan inisiasi
Jadi besarnya persentase kerusakan pada kelompok kontrol herbal
dibandingkan kelompok kontrol normal juga bisa disebabkan kandungan flavonoid
dalam sarang semut (Myrmecodia pendans) yang bersifat prooksidan. Selain itu,
juga terdapat kemungkinan adanya senyawa lain yang terkandung dalam sarang
semut (Myrmecodia pendans) bersifat toksik sehingga dapat menyebabkan
kerusakan sel yang nampak pada hasil histologi.
Persentase kerusakan kelompok dosis 1 (59,97±12,18 %) lebih besar
dibandingkan kelompok kontrol negatif (36,49±17,83 %), namun tidak bermakna
secara statistika (p=0,127). Induksi ISO dan pemberian fraksi etil asetat sarang
semut (Myrmecodia pendans) dosis 1 (3,84 mg/kg bb) membuat kerusakan pada
otot jantung semakin banyak. Pada dosis 2 dan dosis 3 besarnya persentase
kerusakan tidak berbanding terbalik dengan besarnya dosis fraksi etil asetat sarang
semut yang diberikan. Dosis 2 merupakan dosis yang paling efektif dalam
menurunkan persentase kerusakan akibat induksi isoproterenol, namun nilainya
masih berbeda bermakna dengan kelompok kontrol normal (p<0,05). Jadi fraksi etil
asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) belum terlihat pengaruhnya untuk
mengurangi besarnya persentase kerusakan pada dosis 1 (3,84 mg/kg bb), dosis 2
(7,68 mg/kg bb), dan dosis 3 (15,37 mg/kg bb). Sebaliknya, ada indikasi senyawa
yang terkandung di dalamnya menyebabkan kerusakan sel otot jantung.
Cu+ + ROOH RO. + .OH +Cu2+
Cu2+ + ROOH ROO. + Cu+
2ROOH RO. + ROO. + H2O
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
48
Universitas Indonesia
4.7.2 Analisis data jumlah sel rusak
Perhitungan jumlah sel yang rusak dilakukan pada perbesaran (400x).
Parameter yang dihitung, meliputi: kerusakan miokardial, edema, infiltrasi,
fibroblas, dan vaskulerisasi. Kelompok kontrol normal dan kelompok kontrol
herbal memiliki jumlah sel rusak paling sedikit (<100 sel). Sedangkan, kelompok
kontrol negatif, kelompok dosis 2, dan kelompok dosis 3 memiliki jumlah sel rusak
jauh lebih besar dibanding sebelumnya (<200 sel). Pada kelompok dosis 1, jumlah
sel rusaknya paling banyak (<300 sel) (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap
jumlah sel yang rusak
Kelompok Grade
Kontrol Normal Grade 1
Kontrol Herbal Grade 1
Kontrol Negatif Grade 2
Dosis 1 Grade 3
Dosis 2 Grade 2
Dosis 3 Grade 2
4.7.3 Analisis data jenis-jenis kerusakan sel
Jenis-jenis kerusakan sel setiap kelompok berbeda-beda. Untuk melihat
jenis kerusakan sel maka dilakukan pengamatan pada preparat dengan perbesaran
(400x). Pada tiga kelompok yang diberi fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia
pendans) dan diinduksi ISO terlihat adanya kerusakan sel berupa: edema, infiltrasi,
dan fibroblas. Sedangkan, pada kelompok kontrol normal sedikit ditemukan
kerusakan sel.
Parameter pertama yang diamati dalam penelitian ini adalah kerusakan
miokardial. Pengamatan dilakukan pada bentuk sitoplasma dan inti selnya.
Sitoplasma yang mengalami kerusakan adalah yang bentuknya bergelombang dan
terdapat ruang yang kosong dalam sitoplasma. Sedangkan, inti sel dilihat
berdasarkan: lisisnya inti sel di dalam sitoplasma, terjadinya pemadatan inti sel
(kondensasi kromatin pada inti sel), dan fragmentasi (kromatin mengumpul pada
tempat-tempat tertentu). Rata-rata jumlah kerusakan miokardial pada setiap
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
49
Universitas Indonesia
kelompok tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol normal
(p>0,05) (Tabel 4.5).
Tabel 4.5 Data kerusakan miokardial
Kelompok
(n=3)
0
Nilai
1
2
3
Rata-rata
Kontrol Normal - 3 - - 1
Kontrol Herbal - 3 - - 1
Kontrol Negatif 2 1 - - 0,33
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
1
-
-
2
3
3
-
-
-
-
-
-
0,67
1
1
Keterangan: 0 = nil, 1 = 1-50 sel, 2= 50-100 sel, 3= >100 sel
* = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**= berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
# = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol herbal (p<0,05)
Parameter yang kedua adalah edema. Edema tidak ditemukan pada
kelompok kontrol normal dan terdapat dalam jumlah sedikit pada kelompok kontrol
herbal (rata-rata=0,33) (Tabel 4.6). Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa
pada kelompok yang diinduksi ISO memiliki daerah yang mengalami edema
(Pogula et al., 2012). Pada kelompok yang diinduksi ISO, yaitu: kontrol negatif,
dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 nilainya berbeda bermakna dengan kelompok kontrol
normal (p<0,05). Hasil dalam penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya
yang membuktikan bahwa pada kelompok yang diinduksi ISO memiliki daerah
yang mengalami edema (Pogula et al., 2012).
Tabel 4.6 Data sel edema
Kelompok
(n=3)
0
Nilai
1
2
3
Rata-rata
Kontrol Normal 3 - - - 0
Kontrol Herbal 2 1 - - 0,33
Kontrol Negatif - 3 - - 1**
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
-
-
-
3
3
3
-
-
-
-
-
-
1**
1**
1**
Keterangan: 0 = nil, 1 = 1-50 sel, 2 = 50-100 sel, 3= >100 sel
* = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**= berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
50
Universitas Indonesia
Parameter yang ketiga adalah infiltrasi neutrofil. Rata-rata jumlah sel yang
mengalami infiltrasi neutrofil paling banyak adalah kelompok kontrol negatif (2,67)
(Tabel 4.7). Pada kelompok kontrol herbal tidak ditemukan adanya sel yang
mengalami infiltrasi neutrofil. Infiltrasi merupakan proses inflamasi yang akut
(Kim, Jong-Hoon, Hwan Suck Chung, Antonisamy, Seung Ryel Lee, dan Hyunsu
Bae, 2014). Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa kelompok yang diinduksi ISO menunjukkan adanya daerah
yang mengalami infiltrasi neutrofil (Pogula et al., 2012).
Tabel 4.7 Data infiltrasi neutrofil
Kelompok
(n=3)
0
Nilai
1
2
3
Rata-rata
Kontrol Normal - 3 - - 1
Kontrol Herbal 3 - - - 0**/*
Kontrol Negatif - - 1 2 2,67**/#
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
-
-
-
1
3
3
1
-
-
1
-
-
2#
1*/#
1*/#
Keterangan: 0 = nil, 1 = 1-50 sel, 2 = 50-100 sel, 3= >100 sel
* = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**= berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
# = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol herbal (p<0,05)
Parameter yang keempat adalah sel fibroblas. Sel ini hampir terdapat dalam
setiap kelompok. Sel fibroblas pada kelompok normal adalah yang paling sedikit
(1-50 sel). Sebaliknya, pada ketiga kelompok dosis jumlah sel fibroblasnya terlihat
lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05). Terutama pada
kelompok dosis 1 (>100 sel) (Tabel 4.8).
Menurut Yanhui Wanga et al. (2011), fibroblas jantung memainkan peran
kunci dalam fungsi jantung. Sel-sel ini terdapat sekitar 60-70% dalam jantung.
Keberadaannya sangat penting bukan hanya menunjukkan bahwa kondisi
miokardial jantung normal. Tetapi juga sebagai remodelling jantung yang terjadi
dalam menghadapi sel yang mengalami hipertensi, infark miokard, dan gagal
jantung. Meskipun secara struktural kehadiran sel-sel fibroblas memang
merugikan. Namun, sel-sel ini menunjukkan bahwa kondisi jantung masih baik
sekalipun mengalami gagal jantung.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
51
Universitas Indonesia
Tabel 4.8 Data sel fibroblas
Kelompok
(n=3)
0
1
2
3
Rata-rata
Kontrol Normal - 3 - - 1
Kontrol Herbal - 1 2 - 1,67
Kontrol Negatif - 1 2 - 1,67
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
-
-
-
-
-
-
-
2
2
3
1
1
3**/*/#
2,33**
2,33**
Keterangan: 0 = nil, 1 = 1-50 sel, 2 = 50-100 sel, 3= >100 sel
* = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**= berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
# = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol herbal (p<0,05)
Fibroblas jantung merespon rangsangan secara patologi dengan cara
proliferasi, migrasi, modifikasi turnover matriks ekstraseluler, dan modulasi sekresi
molekul bioaktif. Meskipun semua perubahan itu penting sebagai respon
penyembuhan, dalam jangka waktu yang lama semua respon di atas dapat
menyebabkan maladaptasi yang akan menimbulkan akumulasi kolagen, fibrosis
jantung, dan kehilangan fungsi jantung (Yanhui Wanga et al., 2011). Pada
penelitian ini, adanya kerusakan sel akibat induksi ISO menyebabkan jumlah sel
fibroblas meningkat sebagai upaya remodelling jantung terutama pada kelompok
dosis 1.
Tabel 4.9 Data vaskulerisasi sel
Kelompok
(n=3)
0
1
2
3
Mean
Kontrol Normal 1 2 - - 0,67
Kontrol Herbal 1 2 - - 0,67
Kontrol Negatif 2 1 - - 0,33
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
3
2
2
-
1
1
-
-
-
-
-
-
0
0,33
0,33
Keterangan: 0 = nil, 1 = 1-50 sel, 2 = 50-100 sel, 3= >100 sel
* = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**= berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
# = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol herbal (p<0,05)
Paramater yang kelima juga merupakan bentuk remodelling jantung, yaitu
vaskulerisasi (Tabel 4.9). Vaskulerisasi adalah pembuluh darah merah yang
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
52
Universitas Indonesia
terdapat pada sel. Vaskulerisasi ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit pada
kelompok kontrol normal, kontrol herbal, kontrol negatif, dosis 2, dan dosis 3.
Namun, tidak ditemukan pada kelompok dosis 1. Jenis-jenis kerusakan sel dapat
dilihat pada Gambar 4.10.
Kontrol Normal Kontrol Herbal
Kontrol Negatif Dosis 1
Dosis 2 Dosis 3
Keterangan: kerusakan miokardial, infiltrasi, edema, fibroblas,
vaskulerisasi
Gambar 4.10. Penampang histologi jantung perbesaran (400x)
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
53
Universitas Indonesia
4.8 Hasil Pengukuran Stres Oksidatif pada Jaringan Miokardial
4.8.1. Hasil pengukuran kadar MDA (Malondialdehida)
Lipid peroksida (MDA) dapat diukur di dalam serum dan homogenat
jaringan (Fathiazad et al., 2012). Pada penelitian ini diukur kadar MDA yang
terdapat dalam homogenat organ jantung. Untuk dapat menghitung kadar MDA
maka perlu membuat kurva standar MDA terlebih dahulu. Pembuatan kurva standar
MDA dilakukan dengan menggunakan delapan titik konsentrasi, yaitu: 0 nmol/ml;
3,13 nmol/ml; 6,25 nmol/ml; 12,5 nmol/ml; 25 nmol/ml; 50 nmol/ml; 100 nmol/ml
dan 200 nmol/ml. Kurva standar linier memiliki nilai r2= 0,993 dan persamaan garis
linier y = 0,08+0,009x (Gambar 4.11).
Gambar 4.11. Kurva standar MDA
Besarnya rata-rata kadar MDA jantung tiap kelompok dalam penelitian ini
cukup rendah (Gambar 4.12). Tikus pada kelompok kontrol herbal tidak diinduksi
dengan ISO, tetapi diberi fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)
dosis 15,36 mg/kg bb. Nilai kadar MDA kelompok kontrol herbal (1,78±0.66
nmol/mg) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol normal (1,07±0,17
nmol/mg), kelompok dosis 1 (1,08±0,42 nmol/mg), kelompok dosis 2 (1,61±0,3
nmol/mg), dan kelompok dosis 3 (0.67±0.40 nmol/mg). Namun, tidak berbeda
bermakna (p<0,05). Kelompok kontrol herbal hanya berbeda bermakna dengan
kelompok kontrol negatif (3,33±1,42 nmol/mg).
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
0 5 0 1 0 0 1 5 0 2 0 0 2 5 0
AB
SOR
BA
NSI
KONSENTRASI
y=0,08+0.009x
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
54
Universitas Indonesia
Pada kelompok kontrol normal, kadar MDA-nya berbeda bermakna
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p<0,05). Hal ini membuktikan
bahwa induksi ISO dalam penelitian ini dapat meningkatkan kadar MDA (Gambar
4.12). Kyu Hee Lim, Dukhwan Ko, dan Jong-Hoon Kim. (2013) menyatakan bahwa
induksi isoproterenol meningkatkan kadar MDA pada tikus. MDA merupakan
produk akhir lipid peroksida. Menurut Jong-Hoon Kim, Hwan Suck Chung,
Antonisamy, Seung Ryel Lee, dan Hyunsu Bae (2014), meningkatnya kadar MDA
juga mengindikasikan adanya proses peroksidasi lipid yang dapat menghasilkan
kerusakan irreversible pada jantung tikus. Isoproterenol (ISO) merupakan
katekolamin sintetik yang dapat menyebabkan kerusakan miokardial pada hewan.
Dosis tinggi pemberian isoproterenol menginduksi terjadinya iskemia atau
hipoksia.
Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
Gambar 4.12. Grafik kadar MDA jantung
Pada proses oksidasi, isoproterenol membentuk kuinon yang akan bereaksi
dengan oksigen sehingga membentuk anion superoksida (O2.¯) dan H2O2. Produksi
dari radikal superoksida menghasilkan pelepasan dan reduksi besi dari jaringan
feritin. Radikal hidroksil (·OH) merupakan hasil reduksi besi. H2O2 dan radikal
hidroksil (·OH) merupakan inisiator peroksidasi lipid (Chattopadhyay, Biswas,
*
**
**
*
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
KontrolNormal
KontrolHerbal
KontrolNegatif
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3
(nm
ol/
mg)
Kelompok
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
55
Universitas Indonesia
Bandyopadhyay, Sarkar, dan Datta, 2002). Meningkatnya Reactive Oxygen Species
(ROS) atau menurunnya antioksidan dapat menginduksi peningkatan stres oksidatif
sehingga terjadi infark miokard (Kyu Hee Lim, Dukhwan Ko, dan Jong-Hoon Kim,
2013).
Berdasarkan hasil kadar MDA, pemberian fraksi etil asetat sarang semut
(Myrmecodia pendans) telah berhasil membuat kelompok kontrol herbal, dosis 1,
dosis 2, dan dosis 3 tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan kelompok kontrol
normal. Namun, pengaruh fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)
sebagai antioksidan belum dapat dilihat dengan jelas karena penurunan kadar MDA
tidak sejalan dengan besarnya dosis yang diberikan. Selain itu, kadar MDA
kelompok kontrol herbal (1,78±0,66 nmol/mg) lebih besar dibandingkan kelompok
kontrol normal (1,07±0,17 nmol/mg) meskipun tidak berbeda bermakna (p>0,05).
Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa kandungan dalam fraksi etil asetat
sarang semut (Myrmecodia pendans) dapat meningkatkan kadar MDA.
4.8.2 Hasil pengukuran kadar SOD
Enzim penangkal radikal bebas seperti SOD, CAT, dan GSH-Px merupakan
enzim utama yang mencegah stres oksidatif dengan cara melakukan eliminasi
radikal oksigen, seperti superoksida (O2.¯) dan hidrogen peroksida (H2O2). Selain
itu, enzim-enzim ini juga mencegah produksi radikal hidroksil (.OH) (Jong-Hoon
Kim, Hwan Suck Chung, Antonisamy, Seung Ryel Lee, dan Hyunsu Bae, 2014).
Pada penelitian ini diukur kadar superoksida dismutase (SOD) dalam jantung tikus.
Untuk dapat menghitung kadar SOD perlu membuat kurva standar terlebih dahulu.
Titik konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan kurva standar adalah 0
nmol/ml; 0,02 nmol/ml; 0,04 nmol/ml; 0,08 nmol/ml; 0,16 nmol/ml; 0,31 nmol/ml;
0,63 nmol/ml; dan 1,25 nmol/ml. Kurva standar linier memiliki nilai r2= 0.961 dan
persamaan garis eksponensial y = 1,822e^(-3,933x) (Gambar 4.13).
Pada penelitian ini, rata-rata kadar SOD kelompok kontrol normal, kontrol
herbal, dan kontrol negatif tidak berbeda bermakna (p>0,05) meskipun kelompok
kontrol herbal kadar SOD-nya paling tinggi (0,08±0,10 nmol/mg) (Gambar 4.14).
Sedangkan, kadar SOD kelompok dosis 1 dan dosis 3 berbeda bermakna (p<0,05)
dengan kelompok kontrol normal. Hal tersebut menunjukkan adanya aktivitas
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
56
Universitas Indonesia
antioksidan dalam fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans). Namun,
tidak terdapat korelasi antara kadar MDA dan kadar SOD jantung dalam penelitian
ini (p>0,05).
Gambar 4.13. Kurva standar SOD
Peranan SOD sebagai sistem pertahanan antioksidan dikenal sejak 1968.
Telah diketahui juga bahwa anion superoksida adalah titik awal dalam rantai
produksi radikal bebas. Pada tahap awal ini, SOD melakukan inaktivasi anion
superoksida (O2.¯) dengan menambahkan ion hidrogen sehingga menjadi hidrogen
peroksida (H2O2). Diperlukan enzim peroksidase, seperti katalase (CAT) dan
glutation peroksidase (GSH-Px) untuk mempercepat reaksi pengubahan hidrogen
peroksida (H2O2) menjadi oksigen (O2) dan air (H2O) (Menvielle-Bourg, 2005).
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini seharusnya juga dilakukan pengukuran aktivitas
enzim glutation peroksidase (GSH-Px) untuk melihat lebih jauh peranan fraksi etil
asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) untuk mencegah terjadinya infark
miokard.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Smith, Marks, dan Lieberman
(2004) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara perubahan kadar MDA
dengan perubahan kadar MnSOD. MnSOD bukan antioksidan utama yang berperan
menangkal radikal bebas pada jaringan jantung tikus. Menurut Park et al. (2007),
antioksidan yang kemungkinan berperan penting pada otot jantung adalah
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
0 0 . 2 0 . 4 0 . 6 0 . 8 1 1 . 2 1 . 4
AB
SOR
BA
NSI
KONSENTRASI
y = 1,822e^(-3,933x)
r2= 0.961
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
57
Universitas Indonesia
thioredoxine yang merupakan protein ubiquitos. Thioredoxine dalam bentuk
tereduksi bekerja sebagai donor elektron dan pemakan H2O2 intraseluer. Bekerja
dengan dikatalisis oleh enzim thioredoxin-dependent peroxidases dan
peroxiredoxin. Pengukuran kadar SOD dalam penelitian ini belum bisa
membuktikan bahwa bahwa fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans)
mempunyai pengaruh mengurangi terjadinya infark miokard akibat induksi
isoproterenol.
Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal (p<0,05)
# = berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol herbal (p<0,05)
Gambar 4.14 Grafik kadar SOD jantung
***/**/#
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
Kontrol
Normal
Kontrol
Herbal
Kontrol
Negatif
Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3
(nm
ol/
mg)
Kelompok
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
58 Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Kandungan total fenolik dalam fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia
pendans) tidak memiliki pengaruh yang dapat mencegah terjadinya infark
miokard pada tikus putih jantan yang diinduksi isoproterenol.
b. Fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) belum terlihat
pengaruhnya untuk mengurangi kerusakan sel pada pengamatan histologi
baik pada dosis 1 (3,84 mg/kg bb), dosis 2 (7,68 mg/kg bb), dan dosis 3
(15,36 mg/kg bb).
c. Fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) belum memiliki
pengaruh yang dapat menurunkan kadar MDA. Sebaliknya, ada indikasi
dapat meningkatkan kadar MDA.
d. Fraksi etil asetat sarang semut (Myrmecodia pendans) tidak mempunyai
pengaruh berdasarkan kadar SOD. Tidak ada korelasi antara kadar MDA
dan SOD (p>0,05).
5.2 Saran
a. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan variasi dosis yang berbeda.
b. Perlu dilakukan pengukuran kadar MDA dalam serum untuk dibandingkan
dengan hasil yang ada dalam jaringan.
c. Perlu dilakukan pengukuran enzim glutation peroksidase (GSH-Px) atau
thioredoxine untuk mengetahui aktivitas antioksidan fraksi etil asetat sarang
semut (Myrmecodia pendans) pada jantung tikus.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
59 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Aboshora, W. et al. (2014). Effect of Extraction Method and Solvent Power on
Polyphenol and Flavonoid Levels in Hyphaene Thebaica L Mart (Arecaceae)
(Doum) Fruit, and Its Antioxidant and Antibacterial Activities. Tropical
Journal of Pharmaceutical Research, 12, 2057-2063.
Acosta, D.Jr. (2008). Cardiovascular Toxicology Fourth Edition. Cincinnati:
Informa Healthcare.
Albayrak F. et al. (2009). Preventive Effect of Amiodarone During Acute Period in
Isoproterenol-Induced Myocardial Injury in Wistar Rats. Cardiovasc Toxicol,
9, 161–168.
Al-Numair, K.S., Govindasamy, C., dan Mohammed A.A. (2012). Pretreatment
With Morin, a Flavonoid, Ameliorates Adenosine Triphosphatases and
Glycoproteins in Isoproterenol-induced myocardial infarction in rats. J Nat
Med, 66, 95-101.
Ansari, N.M., Bhandari, U., dan Pillai K.K. (2006). Ethanolic Zingiber officinale
R. Extract Pretreatment Alleviates Isoproterenol-Induced Oxidative
Myocardial Necrosis in Rat. Indian Journal of Experimental Biology, 892-
897.
Bagatini, M.D. et al. (2011). Oxidative Stress Versus Antioxidant Defenses in
Patients with Acute Myocardial Infarction. Heart Vessels, 26, 55–63.
Bhandari, U., Ansari, M.N., dan Islam, F. (2008). Cardioprotective Effect of
Aqueous Extract of Embelia Ribes Burm Fruits Againts Isoproterenol-
Induced Myocardial Infarction in ALbino Rats. Indian Journal of
Experimental Biology, 46, 35-40.
Birben, E., Sahiner, U.M., Sackesen, C., Erzurum, S., dan Kalayci, O. (2012).
Oxidative stress and antioxidant defense [Review Article]. WAO Journal,
Januari.
Blatrix, R., Bouamer, S., Morand, S., dan Selosse, M-A. (2009). Ant-plant
Mutualisms Should be Viewed as Symbiotic Communities. Plant Signal
Behav, 4, 554-556.
Brown, C.T. (2005). Penyakit Aterosklerotik Koroner. dalam Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, 6, (1):589-599. Jakarta: EGC.
Cao, G., Sofic, E., Prior, R. L. (1996). Antioxidant capacity of tea and common
vegetables. J. Agric. Food Chem, 44, 3426- 3431.
Chattopadhyay A., Biswas, S., Bandyopadhyay, D., Sarkar, C., dan Datta, A.G.
(2002). Effect of Isoproterenol on Lipid Peroxidation and Antioxidant
Enzymes of Myocardial Tissue of Mice and Protection by Quinidine.
Molecular and Cellular Biochemistry, 245, 43-49.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
60
Universitas Indonesia
Corwin, E.J. (2009). Buku saku patofisiologi. (Nike Budhi Subekti, Penerjemah.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Daniel. (2010). Isolasi Senyawa Fenolik pada Fraksi Metanol-Air dari Umbi
Tumbuhan Sarang Semut (Myrmecodia tuberosa Jack). Jurnal Kimia
Mulawarman, 8, (1):152-155.
Das, T.K., Wati, M.R., dan Fatima-Shad, K. (2015). Oxidative Stress Gated by
Fenton and Haber Weiss Reactions and Its Association with Alzheimer’s
Disease. Arch Neurosci, 2, 2.
Dejean, A., Grangier, J., Leroy, C. dan Orivel, J. (2009). Predation and
Aggresiveness in Host Plant Protection: a Generalization Using Ants from
The Genus Azteca. Naturwissenschaften, 96, 57-63.
Departemen Kesehatan RI. (2000). Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Direktorat
Jendral POM-Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jendral POM-Depkes RI.
Dhalla NS, Elmoselhi AB, Hatac T, dan Makino N. (2000). Status of Myocardial
Antioxidants in Ischemia–Reperfusion Injury. Cardiovasc Res, 47, 446–456.
Dikshit, M., Van Oosten, M.H., de Graff, S., dan Srimal, R.C. (1992). Free Radical
Scavenger Mechanisms in Experimentally Induced Ischemia in The Rabbit
Heart and Protective Effect of Verapamil. Arch Int Pharmacodyn Ther, 318,
55–65.
Engida, A.M., Kasim, N.S., Tsigie, Y.A., Ismadji, S., Lien Huong Huynh, dan Yi-
Hsu Ju. (2013). Extraction, Identification and Quantitative HPLC Analysis of
Flavonoids from Sarang Semut (Myrmecodia pendan). Industrial Crops and
Products, 41, 392– 396.
Engida, A.M., Faika, S., Bich Thuyen Nguyen-Thi, dan Yi-Hsu Ju. (2014). Analysis
of Major Antioxidants from Extracts of Myrmecodia pendans by UV/Visible
Spectrophotometer, Liquid Chromatography/Tandem Mass Spectrometry,
and High-Performance Liquid Chromatography/UV Techniques. Journal of
Food and Drug Analysis, 23, (2):303-309.
Evran, B. et al. (2014). Effects of Carnosine on Prooxidant-Antioxidant Status in
Heart tissue, Plasma, and Erythrocytes of Rats with Isoproterenol-Induced
Myocardial Infarction. Pharmacological Reports, 66, (1):81-86.
Fathiazad, F. et al. (2012). Phytochemical Screening and Evaluation of
Cardioprotective Activity of Ethanolic Extract of Ocimum basilicum L. (basil)
Againts Isoproterenol Induced Myocardial Infarction in Rats. DARU Journal
of Pharmaceutical Sciences, 20, 87.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
61
Universitas Indonesia
Fatmawati, D., Puspitasari, P.K., dan Yusuf, I. (2011). Efek Sitotoksik Ekstrak
Etanol Sarang Semut (Myrmecodia pendens) pada Sel Line Kanker Serviks
HeLa Uji Eksperimental Secara In Vitro. Sains Medika, 3 (2).
González-Teuber, M. dan Heil, M. (2010). Pseudomyrmex Ants and Acacia Host
Plants Join Efforts to Protect Their Mutualism from Microbial Threats. Plant
Signal Behav, 5, 890-892.
Heil, M., Orona-Tamayo, D., Eilmus, S., Kautz, S. dan González-Teuber, M.
(2010). Chemical Communication and Coevolution in an Ant-Plant
Mutualism. Chemoecology, 20, 63-74.
Heinrich et al. (2004). Fundamental of Pharmacognosy and Phytotherapi. Hungary:
Elsevier.
Held, P. (2010). An Introduction to Reactive Oxygen Species Measurement of ROS
in Cells. USA: Bio Tek Instruments, Inc.
Hongyun Peng et al. (2014) Simultaneous Separation of Apigenin, Luteolin and
Rosmarinic Acid from The Aerial Parts of The Copper-Tolerant Plant.
Elsholtzia splendens Environ Sci Pollut Res 21:8124–8132.
Hui Chena et al. (2011). Matrix Metalloproteinase-9 Induces Cardiac Fibroblast
Migration, Collagen and Cytokine Secretion: Inhibition by Salvianolic Acid
B from Salvia Miltiorrhiza. Phytomedicine, 19, 13-19.
Ismail, J., Runtuwene, M.R.J., Fatimah, F. (2012). Penentuan Total Fenolik dan Uji
Aktivitas Antioksidan pada Biji dan Kulit Buah Pinang Yaki (Areca vestiaria
Giseke). Jurnal Ilmiah Sains, 12, (2): 84-88.
Jebb, M. (2009). A Revision of The Ant-Plant Genus Hydnophytum (Rubiceae).
National Botanic Garden Ireland. 31 Juli, 2014.
http://www.botanicgardens.ie/herb/hydnophytum.htm.
Kasa, J.K. et al. (2014). Assessment of Indian Rosewood (Dalbergia sissoo)
Standardized Leaf Extract on Isoproterenol-Induced Myocardial Injury in
Rats. Cardiovasc Toxicol.
Khoddami, A., Wilkes, M.A., dan Roberts, T.H. (2013). Techniques for Analysis
of Plant Phenolic Compounds. Molecules, 18, 2328-2375.
Jong-Hoon Kim, Hwan Suck Chung, Antonisamy, P., Seung Ryel Lee, dan Hyunsu
Bae. (2014). Cardioprotective Effect of Rhizomes of Acorus gramineus
Against Isoproterenol-Induced Cardiac Damage in Pigs. Cardiovasc Toxicol,
14, 183-192.
Joukar, S., Najafipour, H., Mizaeipour, F., Nasri, H., Ahmadi, M.Y.H, dan
Badindolo, M. (2013). Modulatory Effect of Semelil (AngiparsTM) on
Isoproterenol Induced Cardiac Injury. EXCLI Journal, 12, 122-129.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
62
Universitas Indonesia
Kumar, V., Abbas A.K., Fausto, N., Aster, J.C., dan Hauth, J.C. (2013). Robbins
and Cotran Pathologic Basic of Disease. Eight edition. Cellular
Adaptations,Cell Injury, and Cell Death, 1, 16-18.
Kyu Hee Lim, Dukhwan Ko, dan Jong-Hoon Kim. (2013). Cardioprotective
Potential of Korean Red Ginseng Extract on Isoproterenol-Induced Cardiac
Injury in Rats. J Ginseng Res, 37, (3):273-282.
Lei Jing et al. (2014). Cardioprotective Effect of Hydrogen-rich Saline on
Isoproterenol-induced Myocardial Infarction in Rats. Heart, Lung and
Circulation xx, 1-9.
Lok, A.F.S.L. dan Tan, H.T.W. (2009). Tuberous, Piphytic, Rubiaceous
Myrmecophytes of Singapore. Nature in Singapore, 2, 231-236.
Manoi dan Ferry. (2008). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri,
14, (1):26-30.
Meeran, M.F.N, Ponnian, S.M.P., Basha, R.H. (2012). Preventive Effects of N-
acetyl Cysteine on Lipids, Lipoproteins and Myocardial Infarct Size in
Isoproterenol Induced Myocardial Infarcted Rats: An in vivo and in vitro
Study. European Journal of Pharmacology, 677, 116-122.
Menville-Bourg, F.J. (2005). Superoxide Dismutase (SOD), a Powerful
Antioxidant, is Now Available Orally. Phytothérapie, 3, 1-4.
Minarcik, J. (2007). Histopathology heart - myocardial infarct, acute. Youtube. 15
Agustus, 2015. http://www.youtube.com/watch?v=Cg2ZSaVOHsg.
Miwa, S., Muller F.L., dan Beckman K.B. (2008). The Basics of Oxidative
Biochemistry, Oxidative Stress in Aging from Model Systems to Human
Diseases. Humana Press.
Murakami, K., Haneda, M., Shanlou Qiao, Naruse, M., dan Yoshino, M. (2007).
Prooxidant Action of Rosmarinic Acid: Transition Metal-Dependent
Generation of Reactive Oxygen Species. Toxicology in Vitro, 21, 613-617.
Panda, S. dan Kar, A. (2014). Combined Effects of Vincristine and Quercetin in
Reducing Isoproterenol-Induced Cardiac Necrosis in Rats. Cardiovasc
Toxicol.
Park, A.M. et al. (2007). Effects of Intermittent Hypoxia on Oxidative Stress-
Induced Myocardial Damage in Mice. Journal of Applied Physiology, 102,
(5):1806-1814.
Patel, V., Upaganlawar, A., Zalawadia, R., dan Balaraman, R. (2010).
Cardioprtective Effect of Melatonin Against Isoproterenol Induced
Myocardial Infraction in Rat : A Biochemical, Electrocardiographic and
Histoarthitectural Evaluation. Eropean Journal of Pharmacology, 160.
Patil, N. et al. (2007). Antioxidant Status in Patients with Acute Myocardial
Infarction. Indian Journal of Clinical Biochemistry, 22, (1):45-51.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
63
Universitas Indonesia
Peckham, M. (2003). What is H&E?. 10 Agustus, 2014. University of Leeds,
Faculty of Biological Sciences. http://histology.leeds.ac.uk/what-is-
histology/H_and_E.php.
Plummer, N. (2000). Cultivation of The Epiphytic Ant-Plants Hydnophytum and
Myrmecodia. Cactus and Succulent Journal, 72, 142-147.
Pogula, B.K. et al. 2012. Morin Protects Heart from Beta-Adrenergic-Stimulated
Myocardial Infarction: an Electrocardiographic, Biochemical, and
Histological Study in Rats. J Physiol Biochem, 68, 433-446.
Pourmorad, F., Hosseinimehr, S.J., Shahabimajd, N. (2006). Antioxidant Activity,
phenol and Flavonoid Contents of Some Selected Iranian Medicinal plants.
African Journal of Biotecnology, 5, (11):1142-1145.
Ramadan, G., EL-Beih, N.M., Arafa, N.M.S., dan Zahra, M.M. (2013). Preventive
Effects of Egyptian Sweet Marjoram (Origanum majorana L.) Leaves on
Haematological Changes and Cardiotoxicity in Isoproterenol-Treated Albino
Rats. Cardiovasc Toxicol, 13, 100-109.
Sadikin. (2008). Radikal bebas harus dikendalikan. Media Indonesia, 17, 1-5.
Sahu, B.D. et al. (2012). Carnosic Acid Promotes Myocardial Antioxidant
Response and Prevents Isoproterenol-Induced Myocardial Oxidative Stress
and Apoptosis in Mice. Mol Cell Biochem.
Sanjaya, R.E., Tedjo, Y.Y., Kurniawan, A., Yi-Hsu Ju, Ayucitra, A., dan Ismadji,
S. (2014). Investigation on Supercritical CO2 Extraction of Phenolic-
phytochemicals from an Epiphytic Plant Tuber (Myrmecodia pendans).
Journal of CO2 Utilization, 6, 26-33.
Sarker, S.D., Latif, Z., dan Gray, A.I. (2006). Natural Products Isolation (Second
Edition). Totowa, New Jersey: Humana Press Inc.
Saw, J. dan Moliterno, D.J. (2005). Differences between Unstable Angina and
Acute Myocardial Infarction: Pathophysiological and Clinical Spectrum. In
Eric J. Topol (Ed). Acute Coronary Syndromes, 3, 129-155. New York:
Marcel Dekker.
Sharma, M., Ksihore, K., Gupta, S.K., Joshi, S., dan Arya, D.S. (2001).
Cardioprotective Potential of Ocimum sanctum in Isoproterenol Induced
Myocardial Infarction in Rats. Molecular and Cellular Biochemistry, 225, 75-
83.
Smith, C., Marks, A.D., Liberman, M. (1992). Oxygen Toxicity and Free Radical
Injury. Dalam Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach. 2nd Edition
(p 439-456). United States of America: Lippincott Williams and Wilkins.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
64
Universitas Indonesia
Soeksmanto, A., Simanjuntak, P., dan Subroto, M.A. (2010). Uji Toksisitas Akut
Ekstrak Air Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Terhadap
Histologi Organ Hati Mencit. Jurnal Natur Indonesia, 12, (2):152-155.
Sugamura, K. dan Keaney, JF.Jr. (2011). Reactive oxygen species in cardiovascular
disease. Free Radic Biol Med, 51, (5):978-992.
Subroto, M.H., & H. Saputro. (2006). Gempur Penyakit dengan Sarang Semut.
Jakarta: Swadaya.
Sze Man Wong et al. (2011). Myocardial Post-conditioning with Danshen-Gegen
Decoction Protects Against Isoproterenolinduced Myocardial Injury via a
PKCε/mKATP Mediated Pathway in Rats. Chinese Medicine, 6, 7.
http://www.cmjournal.org/content/6/1/7.
Upaganlawar, A., Gandhi, G., dan R. Balaraman. (2011). Isoproterenol Induced
Myocardial Infarction: Protective Role of Natural Products. Journal of
Pharmacology and Toxicology, 6, (1):1-17.
van Deel, E.D. et al. (2008). Extracellular Superoxide Dismutase Protects The Heart
Against Oxidative Stress and Hypertrophy After Myocardial Infarction. Free
Radical Biology & Medicine, 44, 1305-1313.
Wheeldon L.W., Schumert, Z., dan Turner, D.A. (2015). Lipid Composition of
Heart Muscle Homogenate. Journal of Lipid Research, 6.
Winarsi, H., Hernayanti, P.A., dan Sukanto. (2006). Profil dan Status Antioksidan
Wanita Penderita Candidiasis di Purwokerto. M Med Indones, 41, 108-112.
Yanhui Wang et al. (2011). Matrix Metalloproteinase-9 Induces Cardiac Fibroblast
Migration, Collagen and Cytokine Secretion: Inhibition by Salvianolic Acid
B from Salvia miltiorrhiza. Phytomedicine, 19, 13-19.
Xiao-Ming Gao et al. (2010). Infarct Size and Post-Infarct Inflammation Determine
The Risk of Cardiac Rupture in Mice. International Journal of Cardiology,
143, 20-28.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
LAMPIRAN
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
65
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Hasil determinasi tumbuhan
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
66
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Hasil keterangan lolos kaji etik
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
67
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Diagram alir penelitian
Serbuk sarang semut (Myrmecodia pendans)
Ekstraksi (etanol:air)
80% Ekstrak kering
Partisi n-heksan (7:1)
Fraksi n-heksan Lapisan air
Fraksi etil asetat
Partisi etil asetat (1:3)
Fraksi air
Penentuan dosis
Uji Total Fenolik
Uji Total Flavonoid
Perlakuan ke tikus
Pengukuran berat
badan tikus
Pengambilan jantung
Pengukuran diameter infark
Pengukuran diameter otot jantung
Pengamatan histologi
Pembuatan homogenat jantung
Pengukuran
MDA dan SOD
Persen kerusakan
Jumlah sel yang rusak
Jenis-jenis sel yang rusak
Analisis data
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
68
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Data total fenolik dan total flavonoid
Tabel Total Fenolik Sarang semut (Myrmecodia pendans)
Sampel A1 A2 A3 A
Rata-rata Total Fenolik
GAE (g/kg)
Fraksi etil 0,456 0,455 0,455 0,4556 558,08
Tabel Total Flavonoid Sarang semut (Myrmecodia pendans)
Sampel A1 A2 A3 A
Rata-rata
Total Flavonoid
QE (mg/g)
Fraksi etil 0,193 0,193 0,193 0,193 14,23
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
69
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Perhitungan dosis
Total fenolik basil (Ocimum basilicum L.) 5,36% (Fathiazad et al., 2013). Dosis
yang digunakan 10 mg/kg bb, 20 mg/kg bb, dan 40 mg/kg bb. Total fenolik sarang
semut (Myrmecodia pendans) 55,8%.
Konversi dosis
5,36% x 10 mg/ kg bb = 0,96 mg/kg bb
55,8%
5,36% x 20 mg/kg bb = 1,92 mg/kg bb
55,8%
5,36% x 40 mg/kg bb = 3,84 mg/kg bb
55,8%
Dosis yang dipilih adalah dosis yang paling besar (3,84 mg/kg bb). Lalu, dua dosis
lainnya merupakan 2x lipat dan 4x lipat dari dosis 3,84 mg/kg bb, yaitu: 7,68 mg/kg
bb dan 15,36 mg/kg bb.
Jadi dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3,84 mg/kg bb, 7,68 mg/kg
bb, dan 15,36 mg/kg bb.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
70
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Skema kerja uji in vivo sarang semut (Myrmecodia pendans)
#3 30
hari
Hari ke-31
Dan
Hari ke-32
Hewan coba (tikus Sprague dawley)
n = 36 ekor
Kontrol
normal
Kontrol
herbal
Dosis 3 (15,36 mg/kg bb)
Kontrol
negatif
Dosis 1 (3,84 mg/kg bb)
Dosis 2 (7,68 mg/kg bb)
Induksi CMC
0,5% 2 mL
Induksi suspensi sarang semut
(sesuai dosis)
Induksi NaCl 0,9%
1 ml
Isoproterenol 85
mg/kg bb per hari
Tikus dibunuh dan diambil
jantungnya
Pemeriksaan
Histologi
Pengukuran
Penanda biokimiawi
Pengolahan data statistika
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
71
Universitas Indonesia
Lampiran 7. Data berat badan tikus
No Kelompok Berat Badan
(gram)
1 Kontrol Normal 198
2 Kontrol Normal 233
3 Kontrol Normal 200
4 Kontrol Herbal 248
5 Kontrol Herbal 240
6 Kontrol Herbal 230
7 Kontrol Negatif 199
8 Kontrol Negatif 220
9 Kontrol Negatif 216
10 Dosis 1 222
11 Dosis 1 247
12 Dosis 1 190
13 Dosis 2 204
14 Dosis 2 219
15 Dosis 2 184
16 Dosis 3 210
17 Dosis 3 228
18 Dosis 3 209
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
72
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Uji statistika berat badan tikus
a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Tujuan: mengetahui apakah data berat badan pada tiap kelompok terdistribusi
normal atau tidak.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi normal
H1 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi tidak norm
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
DataBerat
Badan
Normal .793 3 .097
Herbal .996 3 .878
Negatif .887 3 .344
Dosis 1 .995 3 .865
Dosis 2 .993 3 .843
Dosis 3 .789 3 .089
a. Lilliefors Significance Correction
Interpretasi hasil: uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai probabilitas
p > 0,05 maka disimpulkan bahwa data berat badan terdistribusi normal.
b. Uji homogenitas Varians Levene
Tujuan: mengetahui homogenitas varians dari data berat badan hewan uji.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi homogen
H1 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi tidak homogen
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
73
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Interpretasi hasil: uji homogenitas varians menghasilkan nilai probabilitas p >
0,05 maka disimpulkan bahwa data pada tiap kelompok mempunyai varians
yang homogen.
c. Uji One-way ANOVA
Tujuan: mengetahui ada tidaNegatifa perbedaan berat badan antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermaNegatifa
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
ANOVA
DataBeratBadan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2382.500 5 476.500 1.561 .244
Within Groups 3662.000 12 305.167
Total 6044.500 17
Interpretasi hasil: data berat badan untuk setiap kelompok tidak ada perbedaan
bermakna.
Test of Homogeneity of Variances
DataBeratBadan
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.137 5 12 .393
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
74
Universitas Indonesia
Lampiran 9. Data berat jantung tikus
No Kelompok Berat Jantung
(gram)
1 Kontrol Normal 0.63
2 Kontrol Normal 0.65
3 Kontrol Normal 0.53
4 Kontrol Herbal 0.71
5 Kontrol Herbal 0.72
6 Kontrol Herbal 0.74
7 Kontrol Negatif 0.90
8 Kontrol Negatif 1.01
9 Kontrol Negatif 0.92
10 Dosis 1 0.91
11 Dosis 1 1.05
12 Dosis 1 0.87
13 Dosis 2 0.80
14 Dosis 2 0.98
15 Dosis 2 0.88
16 Dosis 3 0.67
17 Dosis 3 0.87
18 Dosis 3 0.99
Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap berat jantung
tikus
Kelompok Berat Jantung
(gram)
Kontrol Normal 0,6±0,06
Kontrol Herbal 0,72±0,02*
Kontrol Negatif 0,94±0,06**
Dosis 1 0,94±0,09**
Dosis 2 0,89±0,09**
Dosis 3 0,84±0,16**
Keterangan:
* =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif
**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
75
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Uji statistika berat jantung tikus
a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Tujuan: mengetahui apakah data berat jantung pada tiap kelompok terdistribusi
normal atau tidak.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi normal
H1 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi tidak normal
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Interpretasi hasil: uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai probabilitas
p > 0,05 maka disimpulkan bahwa data berat jantung terdistribusi normal.
b. Uji homogenitas Varians Levene
Tujuan: mengetahui homogenitas varians dari data berat jantung hewan uji
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi homogen
H1 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi tidak homogen
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Test of Homogeneity of Variances
BeratJantung
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.980 5 12 .154
Tests of Normality
Kelompo
k
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
BeratJantung Normal .871 3 .298
Herbal .964 3 .637
Negatif .881 3 .328
Dosis 1 .907 3 .407
Dosis 2 .996 3 .878
Dosis 3 .980 3 .726
a. Lilliefors Significance Correction
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
76
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Interpretasi hasil: uji homogenitas varians menghasilkan nilai probabilitas p >
0,05 maka disimpulkan bahwa data pada tiap kelompok mempunyai varians
yang homogen.
c. Uji One-way ANOVA
Tujuan: mengetahui ada tidaNegatifa perbedaan berat jantung antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermaNegatifa
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Interpretasi hasil: data berat jantung untuk setiap kelompok ada perbedaan
bermakna.
d. Analisis Post-Hoc
Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan
bermaNegatifa.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa.
H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermaNegatifa.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
ANOVA
BeratJantung
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .275 5 .055 6.467 .004
Within Groups .102 12 .008
Total .377 17
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
77
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Multiple Comparisons
BeratJantung
LSD
(I)
Kelompok
(J)
Kelompok
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Normal Herbal -.12000 .07528 .137 -.2840 .0440
Negatif -.34000* .07528 .001 -.5040 -.1760
Dosis 1 -.34000* .07528 .001 -.5040 -.1760
Dosis 2 -.28333* .07528 .003 -.4473 -.1193
Dosis 3 -.24000* .07528 .008 -.4040 -.0760
Herbal Normal .12000 .07528 .137 -.0440 .2840
Negatif -.22000* .07528 .013 -.3840 -.0560
Dosis 1 -.22000* .07528 .013 -.3840 -.0560
Dosis 2 -.16333 .07528 .051 -.3273 .0007
Dosis 3 -.12000 .07528 .137 -.2840 .0440
Negatif Normal .34000* .07528 .001 .1760 .5040
Herbal .22000* .07528 .013 .0560 .3840
Dosis 1 .00000 .07528 1.000 -.1640 .1640
Dosis 2 .05667 .07528 .466 -.1073 .2207
Dosis 3 .10000 .07528 .209 -.0640 .2640
Dosis 1 Normal .34000* .07528 .001 .1760 .5040
Herbal .22000* .07528 .013 .0560 .3840
Negatif .00000 .07528 1.000 -.1640 .1640
Dosis 2 .05667 .07528 .466 -.1073 .2207
Dosis 3 .10000 .07528 .209 -.0640 .2640
Dosis 2 Normal .28333* .07528 .003 .1193 .4473
Herbal .16333 .07528 .051 -.0007 .3273
Negatif -.05667 .07528 .466 -.2207 .1073
Dosis 1 -.05667 .07528 .466 -.2207 .1073
Dosis 3 .04333 .07528 .575 -.1207 .2073
Dosis 3 Normal .24000* .07528 .008 .0760 .4040
Herbal .12000 .07528 .137 -.0440 .2840
Negatif -.10000 .07528 .209 -.2640 .0640
Dosis 1 -.10000 .07528 .209 -.2640 .0640
Dosis 2 -.04333 .07528 .575 -.2073 .1207
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Interpretasi hasil:
Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua kelompok
tersebut berbeda secara bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
78
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Data rasio berat jantung/berat badan tikus
Dikali 100 dari hasil yang sebenarnya.
No Kelompok Rasio Berat Jantung/
Berat Badan
1 Kontrol Normal 0.3
2 Kontrol Normal 0.3
3 Kontrol Normal 0.3
4 Kontrol Herbal 0.3
5 Kontrol Herbal 0.3
6 Kontrol Herbal 0.3
7 Kontrol Negatif 0.5
8 Kontrol Negatif 0.5
9 Kontrol Negatif 0.4
10 Dosis 1 0.5
11 Dosis 1 0.4
12 Dosis 1 0.4
13 Dosis 2 0.5
14 Dosis 2 0.4
15 Dosis 2 0.4
16 Dosis 3 0.5
17 Dosis 3 0.3
18 Dosis 3 0.4
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
79
Universitas Indonesia
Lampiran 12. Uji statistika rasio berat jantung/berat badan tikus
a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Tujuan: mengetahui apakah data rasio berat jantung/berat badan pada tiap
kelompok terdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi normal
H1 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi tidak normal
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Rasio Normal .930 3 .489
Herbal .983 3 .752
Negatif .897 3 .375
Dosis 1 .957 3 .601
Dosis 2 .974 3 .688
Dosis 3 .988 3 .790
a. Lilliefors Significance Correction
Interpretasi hasil: uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai probabilitas
p > 0,05 maka disimpulkan bahwa data rasio berat jantung/berat badan
terdistribusi normal.
.
b. Uji homogenitas Varians Levene
Tujuan: mengetahui homogenitas varians dari data rasio berat jantung/berat
badan hewan uji
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi homogen
H1 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi tidak homogen
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
80
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Test of Homogeneity of Variances
Rasio
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.993 5 12 .152
Interpretasi hasil: uji homogenitas varians menghasilkan nilai probabilitas p >
0,05 maka disimpulkan bahwa data pada tiap kelompok mempunyai varians
yang homogen.
c. Uji One-way ANOVA
Tujuan: mengetahui ada tidaNegatifa perbedaan rasio berat jantung/berat
badan antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermaNegatifa
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
ANOVA
Rasio
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .000 5 .000 9.079 .001
Within Groups .000 12 .000
Total .000 17
Interpretasi hasil: data rasio berat jantung/berat badan untuk setiap kelompok ada perbedaan bermakna.
d. Analisis Post-Hoc
Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan
bermaNegatifa.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa.
H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermaNegatifa.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
81
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Multiple Comparisons
Rasio
LSD
(I)
Kelompo
k
(J)
Kelompo
k
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Normal Herbal -.00015293 .00033237 .654 -.0008771 .0005713
Negatif -.00158375* .00033237 .000 -.0023079 -.0008596
Dosis 1 -.00143585* .00033237 .001 -.0021600 -.0007117
Dosis 2 -.00151918* .00033237 .001 -.0022434 -.0007950
Dosis 3 -.00104053* .00033237 .009 -.0017647 -.0003163
Herbal Normal .00015293 .00033237 .654 -.0005713 .0008771
Negatif -.00143083* .00033237 .001 -.0021550 -.0007066
Dosis 1 -.00128292* .00033237 .002 -.0020071 -.0005587
Dosis 2 -.00136626* .00033237 .001 -.0020904 -.0006421
Dosis 3 -.00088760* .00033237 .020 -.0016118 -.0001634
Negatif Normal .00158375* .00033237 .000 .0008596 .0023079
Herbal .00143083* .00033237 .001 .0007066 .0021550
Dosis 1 .00014791 .00033237 .664 -.0005763 .0008721
Dosis 2 .00006457 .00033237 .849 -.0006596 .0007888
Dosis 3 .00054322 .00033237 .128 -.0001810 .0012674
Dosis 1 Normal .00143585* .00033237 .001 .0007117 .0021600
Herbal .00128292* .00033237 .002 .0005587 .0020071
Negatif -.00014791 .00033237 .664 -.0008721 .0005763
Dosis 2 -.00008334 .00033237 .806 -.0008075 .0006408
Dosis 3 .00039532 .00033237 .257 -.0003289 .0011195
Dosis 2 Normal .00151918* .00033237 .001 .0007950 .0022434
Herbal .00136626* .00033237 .001 .0006421 .0020904
Negatif -.00006457 .00033237 .849 -.0007888 .0006596
Dosis 1 .00008334 .00033237 .806 -.0006408 .0008075
Dosis 3 .00047865 .00033237 .175 -.0002455 .0012028
Dosis 3 Normal .00104053* .00033237 .009 .0003163 .0017647
Herbal .00088760* .00033237 .020 .0001634 .0016118
Negatif -.00054322 .00033237 .128 -.0012674 .0001810
Dosis 1 -.00039532 .00033237 .257 -.0011195 .0003289
Dosis 2 -.00047865 .00033237 .175 -.0012028 .0002455
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Interpretasi hasil:
Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua kelompok
tersebut berbeda secara bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
82
Universitas Indonesia
Lampiran 13. Data diameter infark jantung
No Kelompok Diameter Infark
(cm)
1 Kontrol Normal 0.00
2 Kontrol Normal 0.00
3 Kontrol Normal 0.00
4 Kontrol Herbal 0.00
5 Kontrol Herbal 0.00
6 Kontrol Herbal 0.00
7 Kontrol Negatif 0.30
8 Kontrol Negatif 0.60
9 Kontrol Negatif 0.35
10 Dosis 1 0.30
11 Dosis 1 0.20
12 Dosis 1 0.25
13 Dosis 2 0.20
14 Dosis 2 0.00
15 Dosis 2 0.20
16 Dosis 3 0.25
17 Dosis 3 0.35
18 Dosis 3 0.40
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
83
Universitas Indonesia
Lampiran 14. Uji statistika diameter infark jantung
a. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan diameter infark antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Interpretasi hasil: data diameter infark untuk setiap kelompok ada perbedaan
bermakna.
b. Uji Mann-Whitney
Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.
H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)
Normal Negatif 0.037*
Normal Dosis 1 0.037*
Normal Dosis 2 0.114
Normal Dosis 3 0.037*
Negatif Herbal 0.037*
Negatif Dosis 1 0.077
Negatif Dosis 2 0.046*
Negatif Dosis 3 0.658
Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada
kedua kelompok tersebut berbeda secara bermakna.
Test Statisticsa,b
DiameterInfark
Chi-Square 15.005
df 5
Asymp. Sig. .010
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
84
Universitas Indonesia
Lampiran 15. Data diameter otot jantung
No Kelompok Diameter Otot
Jantung (cm)
1 Kontrol Normal 0.10
2 Kontrol Normal 0.00
3 Kontrol Normal 0.10
4 Kontrol Herbal 0.10
5 Kontrol Herbal 0.10
6 Kontrol Herbal 0.10
7 Kontrol Negatif 0.20
8 Kontrol Negatif 0.10
9 Kontrol Negatif 0.10
10 Dosis 1 0.10
11 Dosis 1 0.10
12 Dosis 1 0.10
13 Dosis 2 0.10
14 Dosis 2 0.10
15 Dosis 2 0.10
16 Dosis 3 0.00
17 Dosis 3 0.15
18 Dosis 3 0.10
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
85
Universitas Indonesia
Lampiran 16. Uji statistika diameter otot jantung
a. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan diameter otot jantung antar
kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Test Statisticsa,b
DiameterOtot
Chi-Square 3.016
df 5
Asymp. Sig. .698
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Interpretasi hasil: data diameter otot jantung untuk setiap kelompok tidak ada
perbedaan bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
86
Universitas Indonesia
Lampiran 17. Data persentase kerusakan
No Kelompok Persentase Kerusakan
(sel)
1 Kontrol Normal 2.00
2 Kontrol Normal 3.00
3 KontrolNormal 2.00
4 Kontrol Herbal 10.00
5 Kontrol Herbal 15.00
6 Kontrol Herbal 5.01
7 Kontrol Negatif 41.81
8 Kontrol Negatif 51.05
9 Kontrol Negatif 16.61
10 Dosis 1 62.50
11 Dosis 1 46.72
12 Dosis 1 70.69
13 Dosis 2 21.94
14 Dosis 2 17.50
15 Dosis 2 12.12
16 Dosis 3 26.41
17 Dosis 3 21.28
18 Dosis 3 24.11
Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap persen
kerusakan
Kelompok Persentase
Kerusakan (%)
Kontrol Normal 2.33±0.58
Kontrol Herbal 10±5*/**
Kontrol Negatif 36.49±17.83**
Dosis 1 59.97±12.18**
Dosis 2 17.19±4.92**
Dosis 3 23.93±2.57**
Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif
**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
87
Universitas Indonesia
Lampiran 18. Uji statistika persentase kerusakan
a. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan persen kerusakan antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Test Statisticsb
PersenKerusakan
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Interpretasi hasil: data persen kerusakan untuk setiap kelompok ada perbedaan
bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
88
Universitas Indonesia
(lanjutan)
b. Uji Mann-Whitney
Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.
H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)
Normal Negatif 0.046*
Normal Herbal 0.046*
Normal Dosis 1 0.046*
Normal Dosis 2 0.046*
Normal Dosis 3 0.046*
Herbal Dosis 1 0.050
Herbal Dosis 2 0.127
Herbal Dosis 3 0.050
Negatif Herbal 0.050
Negatif Dosis 1 0.127
Negatif Dosis 2 0.275
Negatif Dosis 3 0.513
Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada
kedua kelompok tersebut berbeda secara bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
89
Universitas Indonesia
Lampiran 19. Data jumlah sel rusak
No Kelompok Jumlah Sel yang Rusak
(sel)
1 Kontrol Normal 44.00
2 Kontrol Normal 35.00
3 Kontrol Normal 48.00
4 Kontrol Herbal 69.00
5 Kontrol Herbal 58.00
6 Kontrol Herbal 102.00
7 Kontrol Negatif 189.00
8 Kontrol Negatif 257.00
9 Kontrol Negatif 204.00
10 Dosis 1 211.00
11 Dosis 1 198.00
12 Dosis 1 279.00
13 Dosis 2 123.00
14 Dosis 2 182.00
15 Dosis 2 152.00
16 Dosis 3 167.00
17 Dosis 3 157.00
18 Dosis 3 126.00
Pengaruh fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans) terhadap jumlah sel
yang rusak dan tingkat kerusakan (grade)
Kelompok Jumlah Sel Rusak
(sel)
Grade
Kontrol Normal 42.33±6.66 Grade 1
Kontrol Herbal 76.33±22.9* Grade 1
Kontrol Negatif 216.67±35.73**/# Grade 2
Dosis 1 229.33±43.5**/# Grade 3
Dosis 2 152.33±29.5**/# Grade 2
Dosis 3 150±21.38**/# Grade 2
Keterangan: * =berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif
**=berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol normal
# =berbeda bermakna dibandingkan kelompok sham
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
90
Universitas Indonesia
Lampiran 20. Uji statistika jumlah sel rusak
a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Tujuan: mengetahui apakah data jumlah sel rusak pada tiap kelompok
terdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi normal
H1 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi tidak normal
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
JumlahSelyangRusak Normal .953 3 .583
Herbal .923 3 .463
Negatif .906 3 .404
Dosis 1 .867 3 .286
Dosis 2 1.000 3 .981
Dosis 3 .920 3 .451
a. Lilliefors Significance Correction
Interpretasi hasil: uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai probabilitas
p > 0,05 maka disimpulkan bahwa data berat badan terdistribusi normal.
b. Uji homogenitas Varians Levene
Tujuan: mengetahui homogenitas varians dari data hewan uji
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi homogen
H1 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi tidak homogen
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Test of Homogeneity of Variances
JumlahSelRusak
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.907 5 12 .167
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
91
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Interpretasi hasil: uji homogenitas varians menghasilkan nilai probabilitas p >
0,05 maka disimpulkan bahwa data pada tiap kelompok mempunyai varians
yang homogen.
c. Uji One-way ANOVA
Tujuan: mengetahui ada tidaNegatifa perbedaan jumlah sel rusak antar
kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermaNegatifa
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
ANOVA
JumlahSelRusak
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 82743.167 5 16548.633 19.605 .000
Within Groups 10129.333 12 844.111
Total 92872.500 17
Interpretasi hasil: data jumlah sel rusak untuk setiap kelompok ada perbedaan
bermakna.
d. Analisis Post-Hoc
Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan
bermaNegatifa.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa.
H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermaNegatifa.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
92
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Multiple Comparisons
JumlahSelRusak
LSD
(I)
Kelompo
k
(J)
Kelompo
k
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Normal Herbal -34.00000 23.72216 .177 -85.6861 17.6861
Negatif -174.33333* 23.72216 .000 -226.0195 -122.6472
Dosis 1 -187.00000* 23.72216 .000 -238.6861 -135.3139
Dosis 2 -110.00000* 23.72216 .001 -161.6861 -58.3139
Dosis 3 -107.66667* 23.72216 .001 -159.3528 -55.9805
Herbal Normal 34.00000 23.72216 .177 -17.6861 85.6861
Negatif -140.33333* 23.72216 .000 -192.0195 -88.6472
Dosis 1 -153.00000* 23.72216 .000 -204.6861 -101.3139
Dosis 2 -76.00000* 23.72216 .008 -127.6861 -24.3139
Dosis 3 -73.66667* 23.72216 .009 -125.3528 -21.9805
Negatif Normal 174.33333* 23.72216 .000 122.6472 226.0195
Herbal 140.33333* 23.72216 .000 88.6472 192.0195
Dosis 1 -12.66667 23.72216 .603 -64.3528 39.0195
Dosis 2 64.33333* 23.72216 .019 12.6472 116.0195
Dosis 3 66.66667* 23.72216 .016 14.9805 118.3528
Dosis 1 Normal 187.00000* 23.72216 .000 135.3139 238.6861
Herbal 153.00000* 23.72216 .000 101.3139 204.6861
Negatif 12.66667 23.72216 .603 -39.0195 64.3528
Dosis 2 77.00000* 23.72216 .007 25.3139 128.6861
Dosis 3 79.33333* 23.72216 .006 27.6472 131.0195
Dosis 2 Normal 110.00000* 23.72216 .001 58.3139 161.6861
Herbal 76.00000* 23.72216 .008 24.3139 127.6861
Negatif -64.33333* 23.72216 .019 -116.0195 -12.6472
Dosis 1 -77.00000* 23.72216 .007 -128.6861 -25.3139
Dosis 3 2.33333 23.72216 .923 -49.3528 54.0195
Dosis 3 Normal 107.66667* 23.72216 .001 55.9805 159.3528
Herbal 73.66667* 23.72216 .009 21.9805 125.3528
Negatif -66.66667* 23.72216 .016 -118.3528 -14.9805
Dosis 1 -79.33333* 23.72216 .006 -131.0195 -27.6472
Dosis 2 -2.33333 23.72216 .923 -54.0195 49.3528
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Interpretasi hasil:
Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua kelompok
tersebut berbeda secara bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
93
Universitas Indonesia
Lampiran 21. Data jenis-jenis kerusakan sel otot jantung
No Kelompok Kerusakan
miokardial
(sel)
Edema
(sel)
Infiltrasi
neutrofil
(sel)
Vaskulerisasi
(sel)
Fibroblas
(sel)
1 Normal 9 0 5 9 21
2 Normal 4 0 4 2 25
3 Normal 22 0 1 0 25
Rata-rata 11 0 3 sel 3 sel 23 sel
4 Herbal 22 0 0 8 39
5 Herbal 4 0 0 3 51
6 Herbal 7 5 0 0 90
Rata-rata 11 sel 1 sel 0 3 sel 60 sel
7 Negatif 4 43 92 0 50
8 Negatif 0 12 156 0 89
9 Negatif 0 27 110 2 65
Rata-rata 1,33 27 sel 119 sel 0 68 sel
10 Dosis_1 1 17 70 0 123
11 Dosis_1 1 40 41 0 116
12 Dosis_1 0 31 107 0 141
Rata-rata 0,67 29 sel 72 sel 0 126 sel
13 Dosis_2 10 25 23 0 65
14 Dosis_2 16 29 22 3 112
15 Dosis_2 13 44 19 0 76
Rata-rata 13 sel 32 sel 21 sel 1 sel 84 sel
16 Dosis_3 3 16 33 0 115
17 Dosis_3 17 44 36 0 60
18 Dosis_3 3 15 34 2 72
Rata-rata 7,67 25 sel 34 sel 0 82 sel
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
94
Universitas Indonesia
Lampiran 22. Uji statistika jenis-jenis kerusakan sel otot jantung
a. Kerusakan Miokardial
Uji Kruskal-Wallis
Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah kerusakan miokardial antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Test Statisticsa,b
Kerusakan_Miokardial
Chi-Square 7.933
df 5
Asymp. Sig. .160
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Interpretasi hasil: data kerusakan miokardial untuk setiap kelompok tidak ada perbedaan
bermakna.
b. Edema
Uji Kruskal-Wallis
Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah edema antar kelompok.
Hipotesis: H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Test Statisticsa,b
Edema
Chi-Square 13.862
df 5
Asymp. Sig. .017
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
95
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Interpretasi hasil: data edema untuk setiap kelompok ada perbedaan bermakna.
Uji Mann-Whitney
Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.
H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)
Normal Negatif 0,025*
Normal Dosis 1 0,025*
Normal Dosis 2 0,025*
Normal Dosis 3 0,025*
Normal Herbal 0,317
Negatif Herbal 0,114
Negatif Dosis 1 1
Negatif Dosis 2 1
Negatif Dosis 3 1
Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua
kelompok tersebut berbeda secara bermakna.
c. Infiltrasi neutrofil
Uji Kruskal-Wallis
Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah infiltrasi neutrofil antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
96
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Test Statisticsa,b
Infiltrasi
Chi-Square 15.190
df 5
Asymp. Sig. .010
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Interpretasi hasil: data infiltrasi neutrofil untuk setiap kelompok ada perbedaan bermakna.
Uji Mann-Whitney
Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.
H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)
Normal Negatif 0,034
Normal Dosis 1 0,121
Normal Dosis 2 1
Normal Dosis 3 1
Normal Herbal 0,025*
Negatif Herbal 0.034*
Negatif Dosis 1 0,346
Negatif Dosis 2 0,034*
Negatif Dosis 3 0,034*
Herbal Dosis 1 0,037*
Herbal Dosis 2 0,025*
Herbal Dosis 3 0,025*
Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua
kelompok tersebut berbeda secara bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
97
Universitas Indonesia
(lanjutan)
d. Vaskulerisasi
Uji Kruskal-Wallis
Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah vaskulerisasi antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Interpretasi hasil: data infiltrasi untuk setiap kelompok tidak ada perbedaan bermakna.
e. Fibroblas
Uji Kruskal-Wallis
Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah fibroblas antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Test Statisticsa,b
Fibroblas
Chi-Square 12.467
df 5
Asymp. Sig. .029
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Test Statisticsa,b
Vaskulerisasi
Chi-Square 3.753
df 5
Asymp. Sig. .585
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
98
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Interpretasi hasil: data infiltrasi untuk setiap kelompok ada perbedaan bermakna.
Uji Mann-Whitney
Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.
H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)
Normal Negatif 0,114
Normal Dosis 1 0,025*
Normal Dosis 2 0,034*
Normal Dosis 3 0,034*
Normal Herbal 0,114
Negatif Herbal 1
Negatif Dosis 1 0,034*
Negatif Dosis 2 0,197
Negatif Dosis 3 0,197
Herbal Dosis 1 0,034*
Herbal Dosis 2 0,197
Herbal Dosis 3 0,197
Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua
kelompok tersebut berbeda secara bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
99
Universitas Indonesia
Lampiran 23. Data MDA
No Kelompok MDA
1 Normal 0.89
2 Normal 1.11
3 Normal 1.22
4 Kontrol Herbal 1.78
5 Kontrol Herbal 2.44
6 Kontrol Herbal 1.11
7 Kontrol Negatif 2.11
8 Kontrol Negatif 4.89
9 Kontrol Negatif 3.00
10 Dosis 1 0.78
11 Dosis 1 0.89
12 Dosis 1 1.56
13 Dosis 2 1.67
14 Dosis 2 1.28
15 Dosis 2 1.89
16 Dosis 3 1.11
17 Dosis 3 0.33
18 Dosis 3 0.56
Efek Pemberian Fraksi Etil Asetat Sarang Semut (Myrmecodia pendans) terhadap
Kadar MDA Jantung Tikus
Kelompok
MDA Jantung
(nmol/mg)
Kontrol Normal
Kontrol Herbal
Kontrol Negatif
Dosis I
Dosis II
Dosis III
1,07±0,17
1,78±0.66*
3,33±1,42**
1,08±0,42*
1,61±0,3*
0.67±0.40* Keterangan :
* = berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**= berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p<0,05)
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
100
Universitas Indonesia
Lampiran 24. Uji Statistika MDA
a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Tujuan: mengetahui apakah data MDA pada tiap kelompok terdistribusi
normal atau tidak.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi normal
H1 : data hewan uji pada tiap kelompok terdistribusi tidak norm
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
MDA Normal .964 3 .637
Herbal 1.000 3 .996
Negatif .959 3 .609
Dosis 1 .855 3 .254
Dosis 2 .975 3 .695
Dosis 3 .947 3 .556
a. Lilliefors Significance Correction
Interpretasi hasil: uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai probabilitas
p > 0,05 maka disimpulkan bahwa data berat badan terdistribusi normal.
b. Uji homogenitas Varians Levene
Tujuan: mengetahui homogenitas varians dari data MDA hewan uji.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi homogen
H1 : data hewan uji pada tiap kelompok bervariasi tidak homogen
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
101
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Test of Homogeneity of Variances
MDA
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3.067 5 12 .052
Interpretasi hasil: uji homogenitas varians menghasilkan nilai probabilitas p
> 0,05 maka disimpulkan bahwa data pada tiap kelompok mempunyai
varians yang homogen.
c. Uji One-way ANOVA
Tujuan: mengetahui ada tidaNegatifa perbedaan MDA antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermaNegatifa
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
ANOVA
MDA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 13.372 5 2.674 5.494 .007
Within Groups 5.841 12 .487
Total 19.214 17
Interpretasi hasil: data MDA untuk setiap kelompok tidak ada perbedaan
bermakna.
d. Analisis Post-Hoc
Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan
bermaNegatifa.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermaNegatifa.
H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermaNegatifa.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
102
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Multiple Comparisons
MDA
LSD
(I)
Kelompo
k
(J)
Kelompo
k
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Normal Herbal -.70233 .56966 .241 -1.9435 .5389
Negatif -2.25933* .56966 .002 -3.5005 -1.0181
Dosis 1 -.00200 .56966 .997 -1.2432 1.2392
Dosis 2 -.53933 .56966 .362 -1.7805 .7019
Dosis 3 .40733 .56966 .488 -.8339 1.6485
Herbal Normal .70233 .56966 .241 -.5389 1.9435
Negatif -1.55700* .56966 .018 -2.7982 -.3158
Dosis 1 .70033 .56966 .242 -.5409 1.9415
Dosis 2 .16300 .56966 .780 -1.0782 1.4042
Dosis 3 1.10967 .56966 .075 -.1315 2.3509
Negatif Normal 2.25933* .56966 .002 1.0181 3.5005
Herbal 1.55700* .56966 .018 .3158 2.7982
Dosis 1 2.25733* .56966 .002 1.0161 3.4985
Dosis 2 1.72000* .56966 .011 .4788 2.9612
Dosis 3 2.66667* .56966 .001 1.4255 3.9079
Dosis 1 Normal .00200 .56966 .997 -1.2392 1.2432
Herbal -.70033 .56966 .242 -1.9415 .5409
Negatif -2.25733* .56966 .002 -3.4985 -1.0161
Dosis 2 -.53733 .56966 .364 -1.7785 .7039
Dosis 3 .40933 .56966 .486 -.8319 1.6505
Dosis 2 Normal .53933 .56966 .362 -.7019 1.7805
Herbal -.16300 .56966 .780 -1.4042 1.0782
Negatif -1.72000* .56966 .011 -2.9612 -.4788
Dosis 1 .53733 .56966 .364 -.7039 1.7785
Dosis 3 .94667 .56966 .122 -.2945 2.1879
Dosis 3 Normal -.40733 .56966 .488 -1.6485 .8339
Herbal -1.10967 .56966 .075 -2.3509 .1315
Negatif -2.66667* .56966 .001 -3.9079 -1.4255
Dosis 1 -.40933 .56966 .486 -1.6505 .8319
Dosis 2 -.94667 .56966 .122 -2.1879 .2945
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Interpretasi hasil:
Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada kedua kelompok
tersebut berbeda secara bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
103
Universitas Indonesia
Lampiran 25. Data SOD
No Kelompok SOD
1 Kontrol Normal 0.08
2 Kontrol Normal 0.08
3 Kontrol Normal 0.05
4 Kontrol Herbal 0.09
5 Kontrol Herbal 0.08
6 Kontrol Herbal 0.07
7 Kontrol Negatif 0.05
8 Kontrol Negatif 0.08
9 Kontrol Negatif 0.07
10 Dosis 1 0.11
11 Dosis 1 0.09
12 Dosis 1 0.12
13 Dosis 2 0.08
14 Dosis 2 0.09
15 Dosis 2 0.07
16 Dosis 3 0.10
17 Dosis 3 0.11
18 Dosis 3 0.10
Efek pemberian fraksi etil sarang semut (Myrmecodia pendans)
terhadap kadar SOD jantung tikus
Kelompok
SOD Jantung
(nmol/mg)
Kontrol Normal
Kontrol Herbal
Kontrol Negatif
Dosis I
Dosis II
Dosis III
0,07±0,02
0,08±0,10
0,07±0,02
0,11±0,15*/**/#
0,10±0,01
0,08±0,02*/**/# Keterangan :
* = berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p<0,05)
**= berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol normal (p<0,05)
# = berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol herbal (p<0,05)
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
104
Universitas Indonesia
Lampiran 26. Uji statistika SOD
a. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan: mengetahui ada tidaknya perbedaan SOD antar kelompok.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji antar kelompok tidak ada perbedaan bermakna
H1 : data hewan uji antar kelompok ada perbedaan bermakna
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Test Statisticsa,b
SOD
Chi-Square 12.309
df 5
Asymp. Sig. .031
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok
Interpretasi hasil: data SOD untuk setiap kelompok ada perbedaan bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
105
Universitas Indonesia
(lanjutan)
b. Uji Mann-Whitney
Tujuan: mengetahui pada kelompok manakah terdapat perbedaan bermakna.
Hipotesis:
H0 : data hewan uji pada kelompok tidak ada perbedaan bermakna.
H1 : data hewan uji pada kelompok ada perbedaan bermakna.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
Kelompok 1 Kelompok 2 Asymp. Sig. (2-tailed)
Normal Negatif 0.633
Normal Herbal 0.487
Normal Dosis 1 0.046*
Normal Dosis 2 0.487
Normal Dosis 3 0.043*
Herbal Dosis 1 0.077
Herbal Dosis 2 1
Herbal Dosis 3 0.046*
Negatif Herbal 0.184
Negatif Dosis 1 0.050
Negatif Dosis 2 0.184
Negatif Dosis 3 0.046*
Interpretasi hasil: Tanda (*) menunjukkan nilai signifikansi <0,05 artinya pada
kedua kelompok tersebut berbeda secara bermakna.
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
106
Universitas Indonesia
Lampiran 27. Uji Korelasi Persen Kerusakan dan Jumlah Sel yang Rusak
Tujuan: mengetahui kekuatan korelasi dari dua variabel
Correlations
JumlahSelRusak PersenKerusakan
JumlahSelRusak Pearson Correlation 1 .850**
Sig. (2-tailed) .000
N 18 18
PersenKerusakan Pearson Correlation .850** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 18 18
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Interpretasi hasil: Terdapat korelasi antara Persen Kerusakan dan Jumlah Sel
Rusak (p<0,05)
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.
107
Universitas Indonesia
Lampiran 28. Uji Korelasi MDA dan SOD
Tujuan: mengetahui kekuatan korelasi dari dua variabel
Correlations
SOD MDA
SOD Pearson Correlation 1 -.346
Sig. (2-tailed) .160
N 18 18
MDA Pearson Correlation -.346 1
Sig. (2-tailed) .160
N 18 18
Interpretasi hasil: Tidak terdapat korelasi antara MDA dengan SOD (p>0,05)
Pengaruh sarang..., Renna Yulia Vernanda, FF UI, 2015.