Post on 11-Dec-2015
description
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. (Azwar,1995). Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah.
2.1.1. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/ MenKes/ Per/ IX/ 1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air hujan, penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung (Slamet, 2002).
1.Manfaat Aira. Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah (Usman D, 2000):b. Untuk keperluan air minum.c. Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur,
dan lain-lain).d. Untuk kebutuhan rumah tangga II (gelontor, siram-siram halaman)e. Untuk konservasi sumber baku PAM.f. Taman Rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci tangan).
g. Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan dengan proses kegiatan bahan-bahan/ minuman, WC dan lain-lain).
h. Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam proses membuat makanan, minuman seperti teh botol, coca cola, perusahaan roti dan lain-lain).
i. Pertanian/ irigasij. Perikanan.
2. Syarat Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).
a. Syarat Kuantitatif
Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet, 2007).
b. Syarat Kualitatif
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 tentang Syarat-Syaratdan Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).
1. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.
a) Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.
b) Rasa
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
c) Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri.
d) Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.
e) Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
f) Jumlah Zat Padat Terlarut
Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.
2. Parameter Mikrobiologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen,
namum bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen.
3. Parameter Radioaktifitas
Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.
4. Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.
3. Pengaruh air bagi Kesehatan
Air dalam keadaan manusia, selain memberikan manfaat yang menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan. air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut (Slamet, 2002).
2.1.2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Pembuangan Kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo, 2003). Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain ; thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan
baik. Pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : (DepKes RI, 1998)
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban
2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya
3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya
4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang lainnya
5. Tidak menimbulkan bau
6. Mudah digunakan dan dipelihara
7. Desainnya sederhana
8. Murah
2.1.3. Pembuangan Air Limbah
Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar,1995).
Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi media transmisi penyakit.
A. Sarana pembuangan limbah
Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut (DepKes RI, 1993) :
1. Tidak mencemari sumber air bersih2. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/
nyamuk3. Tidak menimbulkan bau4. Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan
yang tidak menyenangkan
B. Dampak dari Pencemaran Limbah
Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat
buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibatnya yaitu (Kusnoputranto, 2000) :
1. Akibat Terhadap Lingkungan
Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang dapat dapat menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak menyenangkan.
2. Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya dan juga dapat menjadi media transmisi penyakit seperti cholera, thypus dan lainnya.
2.1.4. Pengelolaan Sampah
Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo,2003). Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2003).
a) Penyimpanan sampahPenyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara
sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnakan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu.maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain :i. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah
berseraknya sampahii. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan
iii. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
b) Pengumpulan SampahPengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap rumah tangga atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA). Mekanisme sistem atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan masyarakat produksi sampah, khusunya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah perdesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampahnya umumnya dibakar atau dijadikan pupuk.
c) Pemusnahan SampahPemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui
berbagai cara,
antara lain :
1. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan sampah.
2. Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tengku pembakaran.
3. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negative terhadap masyarakat dan lingkungan. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut antara lain (Kusnoputranto, 2000) :
a. Terhadap Kesehatan
Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan penyakit.
b. Terhadap Lingkungan
a) Dapat menggangu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat
akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah oleh
mikroorganisme.
b) Debu-debu yang berterbangan dapat menggangu mata serta pernafasan.
c) Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat menggangu
pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena ada asap di
udara.
d) Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan estetika yang
terganggu, memyebabkan pendangkalan saluran sertamengurangi
kemampuan daya aliran saluran.
e) Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya
serap alirannya sudah menurun.
f) Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan terjadinya
pengotoran badan air.
Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu :
a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi :
1. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
2. Sampah organik adalah sampah yang umumnya dapat membusuk, misalnya
sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.
b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas
dan sebagainya.
2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/logam
bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.
2.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu
masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah
tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoadmodjo, 2007).
2.2.1. Faktor yang Mempengaruhi PHBS
Hal-hal yang mempengaruhi PHBS sebagian terletak di dalam diri individu itu
sendiri, yang disebut faktor intern, dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut
factor ekstern (faktor lingkungan).
1. Faktor Internal
a.Keturunan
Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikianlah diturunkan
dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari
orang tua atau neneknya dan lain sebagainya.
b. Motif
Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif
atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh
Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan
kebutuhan rohani.
1. Faktor Eksternal
Yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri individu bersangkutan. Faktor-faktor
ini mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan
dorongan untuk berbuat sesuatu.
2.2.2. Indikator PHBS di setiap tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indicator perilaku dan indicator lingkungan
di 5 tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat umum dan
tatanan tempat kerja.
1) PHBS di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Syarat rumah tangga sehat
yaitu :
a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan)
b) Memberi bayi ASI eksklusif
c) Menimbang bayi dan balita setiap bulan
d) Menggunakan air bersih
e) Mencuci tangan dgn air bersih, mengalir, dan sabun
f) Menggunakan jamban
g) Memberantas jentik di rumah
h) Makan sayur dan buah setiap hari
i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j) Tidak merokok di dalam rumah
2) PHBS di Sekolah
Penerepan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya
berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 12 tahun), yang
ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri
mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui
pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Manfaat PHBS di sekolah di antaranya :
1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan
ancaman penyakit.
2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang
berdampak pada
prestasi belajar peserta didik.
3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga
mampu menarik minat orang tua (masyarakat).
4. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain
Syarat-Syarat PHBS di Sekolah yaitu :
a. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun.
b. Jajan di kantin sekolah yang sehat.
c. Membuang sampah pada tempatnya.
d. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah.
e. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
f. Tidak merokok di sekolah.
g. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin.
h. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah
i. menggosok gigi 2 kali sehari
j. memotong kuku seminggu sekali
k. membersihkan kelas sebelum belajar
Langkah-Langkah Pembinaan PHBS di Sekolah
1. Analisis Situasi
2. Pembentukan kelompok kerja
3. Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah
4. Penyiapan Infrastruktur
5. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah
6. Penerapan PHBS di Sekolah
7. Pemantauan dan evaluasi
Dukungan dan Peran untuk membina PHBS di Sekolah
Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati,
Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor sangat
penting untuk pembinaan PHBS disekolah demi terwujudnya sekolah sehat.
Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan pelaksana UKS)
juga penting, sedangkan masyarakat sekolah hanya berpartisipasi dalam perilaku
hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat.
3. PHBS di Tempat-Tempat Umum
Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat,
seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana
perdagangan. PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk
memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan
mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-
tempat umum yang ber-PHBS (Suparlan, 1984).
Syarat- Syarat PHBS di Tempat Umum yaitu :
a. Menggunakan air bersih.
b. Menggunakan jamban.
c. Membuang sampah pada tempatnya.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meludah sembarangan.
f. Memberantas jentik nyamuk.
g. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih.
4. PHBS di Tempat Kerja
PHBS di tempat kerja merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar
tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan
tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga,
memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif.
Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja
menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja
menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.
Syarat Tempat Kerja yang Sehat yaitu :
a. Mengkonsumsi makanan bergizi.
b. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
c. Tidak merokok di tempat kerja.
d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
e. Menggunakan air bersih.
f. Memberantas jentik di tempat kerja.
g. Menggunakan jamban.
h. Membuang sampah pada tempatnya.
5. PHBS di Institusi Kesehatan
Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta
atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta. PHBS di institusi
kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung,
dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu mempraktikkan hidup perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS.
PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi
Kesehatan yang sehat.
Syarat Institusi Sehat yaitu :
a. Menggunakan air bersih.
b. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun.
c. Menggunakan jamban.
d. Membuang sampah pada tempatnya.
e. Tidak merokok di Institusi Kesehatan.
f. Tidak meludah sembarangan.
2.2.3. Sasaran Melakukan PHBS
Menurut Tarigan (2004), sasaran PHBS pada anak-anak yang kurang baik
akan menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi, sakit kulit dan
cacingan. dengan demikian untuk mengurangi prevelensi dampak buruk tersebut
maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kebersihan Kulit
Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini :
a. Mandi dua kali sehari
b. Mandi pakai sabun
c. Menjaga kebersihan pakaian
d. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Kebersihan Rambut
Untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak
berbau apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang
kurangnya dua kali seminggu.
b. Mencuci rambut dengan shampo atau bahan pencuci rambuit lain
c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri (Irianto K,
2007)
3. Kebersihan Gigi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah sebagai
berikut :
a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dan dianjurkan setiap habis
makan
b. Memakai sikat gigi sendiri
c. Menghindari makanan yang merusak gigi
d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
e. Memeriksakan gigi secara rutin (Irianto K, 2007)
4. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku
Kebersihan tangan berhubungan dengan penggunaan sabun dan cuci tangan
dengan menggunakan sabun. Pencucian tangan dengan sabun yang benar dan disaat
yang tepat memainkan peranan penting dalam mengurangi kemungkinan adanya
bakteri penyebab diare melekat pada tangan, tapi praktik cuci tangan harus dilakukan
dengan benar dan pada saat yang tepat.Waktu yang tepat untuk mencuci tangan
dengan sabun adalah ketika sebelum makan, setelah buang air besar dan kecil
(BAPPENAS, 2008).
5. Kebiasaan Berolahraga
Olahraga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan
frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan menetukan
status kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa pertumbuhan
(Notoatmojo, 2007).
6. Kebiasaan Tidur yang Cukup
Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga.
Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat, sebab
susunan syaraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat.Tidur yang sehat
merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur yang sehat apabila
lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya lampu remang-
remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang nyaman (Irianto K, 2007).
7. Gizi dan Menu Seimbang
Keadaan gizi setiap individu merupakan faktor yang amat penting karena zat
gizi zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia
sepanjang hayatnya. Gizi seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan serat sesuai dengan
proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta pola makan yang
teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam hari (Tarigan M, 2004).
2.3. Sekolah Dasar
Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia,
ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dan merupakan
suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya
direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum (Ahmadi, 2001).
1.Fungsi Sekolah
Sekolah memiliki fungsi yakni : ( Ahmadi, 2001)
1. Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki,
dan memperdalam atau memperluas tingkah laku anak didik yang dibawa dari
keluarga serta membantu pengembangan bakat
2. Mengembangkan kepribadian peserta didik dapat bergaul dengan guru dan
teman- temannya sendiri, taat kepada peraturan atau disiplin dan dapat terjun
di masyarakat berdasarkan norma yang berlaku.
2. Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Sekolah
Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan sekolah yang sehat
adalah :
a. Persediaan air bersih yang terdiri dari air ledeng dan bukan air ledeng
b. Fasilitas cuci tangan yaitu disediakan kran-kran atau tempat air untuk cuci
tangan
c. WC yang memenuhi syarat kesehatan
d. Tempat pembuangan sampah yang mudah dijangkau dan memenuhi syarat
kesehatan.
e. Saluran pembuangan air limbah (air bekas) yang lancar (tidak tersumbat).
f. Program sanitasi makanan sekolah, misalnya warung sekolah juga harus
memenuhi syarat kesehatan.
g. Bangunan sekolah dan letaknya (Azwar, 1995).
2.4. Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon
ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif
(melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat
dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individudengan
lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan
sikap tentang
kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti
pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk
perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita
dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).
2.4.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga.
Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan
seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang
disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, poster,
majalah dan surat kabar.
Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab
masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan
berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan
sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang
dihadapi (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat
pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat
diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan dan
mendifinisikan.
2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, memyimpulkan, meramalkan,
terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk memperguankan materi
yang telah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai penggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam
konteks atau situasi lain.
4. Analisis, yaitu kemampuan untuk memjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
2.4.2. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan
motif tertentu.
Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun pandangan
seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin
terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.
Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu,
tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan
manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan
turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek–objek sikapnya. Adanya sikap
akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat
dibedakan menjadi :
a. Sikap Sosial
suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang-
ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya
oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.
b. Sikap Individu
Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual
berkenaan dengan objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial. Sikap
individu dibentuk karena sifat pribadi diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai suatu
bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon
evaluative yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang
bersangkutan.
Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu :
1. Selalu ada objeknya.
2. Biasanya bersifat evaluativ.
3. Relatif mantap.
4. Dapat dirubah.
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh ( Total Attitude),
dalam penentuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap
adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang
lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap
tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu
tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2003).
Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :
1. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetuujui
terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.
2. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang
berlaku dimana individu itu berada.
Menurut Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai beberapa tingkatan :
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjekmau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
2. Merespon (responding), member jawaban apabila ditolak, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu sikap, karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide
tersebut.
3. Bertanggung jawab (responsible), atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko atau merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untukmengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung,
melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak
langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat
responden.
2.4.3. Tindakan
Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan
itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini yang disebut perilaku,
bentuk perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks.
Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam
sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi
(tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang memungkinkan (Ahmadi, 2002).
Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan adalah gerakkan atau perbuatan dari
tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh
suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak
pula dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis.
Tindakan terdiri dari beberapa tindakan yaitu : (Notoatmodjo, 2005)
1. Persepsi, mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
2. Respon terpimpin, melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
3. Mekanisme, bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis ssudah menjadi kebiasaan.
4. Adaptasi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
2.4 Kerangka Konsep
Pengetahuan Sanitasi Dasar
Sikap Sanitasi Dasar
Karakteristik : Jenis Kelamin Umur Rangking
Program Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
Hipotesis sementara :
I. Pengetahuan
Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat
siswa SD di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.
Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD
di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.
II. Sikap
Ho : Tidak ada hubungan Sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa
SD di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.
Ha : Ada hubungan Sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD di
Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.