Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
-
Upload
mariz-cha-cha -
Category
Education
-
view
3.293 -
download
2
Transcript of Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Hakikat IPS
IPS di sekolah dasar tidak mengajarkan disiplin ilmu – ilmu sosial ,
melainkan mengajarkan konsep – konsep esensi ilmu sosial untuk
membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Berkenaan
dengan pernyataan ini, istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara
resmi mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1975. Sesuai dengan
sebutannya sebagai ilmu, ilmu social itu tekanannya kepada keilmuan
yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial.
Berkenaan dengan ilmu sosial ini, Norma Mackensie (1975) dalam
Ischak (2001:1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua
bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau
dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia
sebagai anggota masyarakat.
IPS seperti halnya IPA, Matematika, Bahasa Indonesia merupakan
bidang studi. Dengan demikian IPS sebagai bidang studi memiliki garapan
yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu meliputi gejala-gejala
dan masalah kehidupan manusia dimasyarakat. Tekanan yang dipelajari
IPS bermaknaan dengan gejala – gejala dan masalah kehidupan
masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan
kehidupan kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah sosial tadi ditelaah,
9
dianalisis faktor-faktornya, sehingga dapat dirumuskan jalan
pemecahannya.
Berdasarkan uraian di atas maka definisi IPS adalah bidang studi
yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah social di
masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu
perpaduan. Menurut Ischak.SU (2001:1.36). Demikian IPS yang diajarkan
pada pendidikan dasar menjadi pengantar bagi mempelajari IPS/studi
social ataupun ilmu social di perguruan tinggi. Bahkan dalam kerangka
kerja dapat saling melengkapi. Hasilnya penelaah IPS dapat dimanfaatkan
oleh ilmu sosial dan sebaliknya hasil kajian ilmu social dapat
dimanfaatkan oleh IPS.
Tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut:
a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupannya kelak dimasyarakat.
b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisis, dan menyusun alternative pemecahan masalah social
yang terjadi dalam kehidupan dimasyarakat.
c. Membekali anak didik dengan dengan kemampuan berkomunikasi
dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta
bidang keahlian.
d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap pmanfaatan lingkungan hidup yang menjadi
bagian dari kehidupan tersebut.
10
e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Belajar dan mengajar
1. Belajar
a) Pengertian belajar
Di sekolah dilakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagian hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan – perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya,” Slameto (2010:2).
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik
sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam
diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri – ciri
perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar:
1. Perubahan terjadi secara sadar
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
11
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
b) Jenis – jenis belajar
Dalam belajar memiliki beberapa jenis adapun jenis –
jenisnya menurut Slameto (2010 : 5-8):
1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
Memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian – bagian
yang satu sama lain berdiri sendiri.
2. Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola –
pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku
yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
3. Belajar diskriminatif (discriminative learning)
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk
memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian
menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
4. Belajar globali keseluruhan (global whole learning)
Belajar secara keseluruhan berulang sampai pelajar
menguasainya.
5. Belajar insidental (incidental learning)
Belajar insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang
diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan
diujikan kelak.
12
6. Belajar instrumental (instrumental learning)
Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang
diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada
apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil
atau gagal.
7. Belajar intensional (intentional learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar
insidental.
8. Belajar laten (latent learning)
Belajar laten, perubahan – perubahan tingkah laku yang terlihat
tidak terjadi secara segera.
9. Belajar mental (mental learning)
Belajar dengan cara melakukan observasi tingkah laku orang
lain membayangkan gerakan – gerakan orang lain.
10. Belajar produktif (productive learning)
belajar adalah mewngatur kemungkinan untuk mlakukan
transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain.
11. Belajar verbal (verbal learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan
melalui latihan dan ingatan.
13
c) Teori – teori belajar
1) Teori Gestalt
teori dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman,
sekarang menjadi tenar di seluruh dunia.hukum yang
berlaku dalam belajar dalam belajar yaitu:
Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-
unsurnya.
Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.
Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian
pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk
memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting
bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi
mengerti atau memperoleh insight. Sifat-sifat belajar
dengan insight ialah:
Insight tergantung dari kemampuan dasar
Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang
relevan
Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur
sedemikian rupa sehingga segala aspek yang perlu
dapat diamati.
Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh
dari langit
Belajar dengan insight dapat diulangi
14
Insight sekali didapat digunakan untuk menghadapi
situasi-situasi yang baru.
2) Teori Belajar menurut J.Burner
Kata Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku
sseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah
menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar
lebih banyak dan mudah.
3) Teori Belajar dari Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar
pada anak – anak adalah sebagai berikut:
a. Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan
orang dewasa.
b. Perkembangan mental pada anak melalui tahap – tahap
tertentu menurut suatu urutan yang sama bagi semua
anak.
c. Walaupun berlangsungnya tahap – tahap perkembangan
itu melaui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu
untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah
selalu sama pada setiap anak.
d. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh faktor
kemasakan, pengalamn, interaksi sosial, equilibration
(proses dari ketiga faktor di atas bersama – sama untuk
membangun dan memperbaik struktur mental).
15
e. Tahap perkembangan
4) Teori dari R. Gagne
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi,
yaitu:
a. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku
b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Mulai masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan
lingkungan, tetapi baru dalam bentuk ”sensori-motor
coordination”. Kemudian ia mulai belajar berbicara dan
menggunakan bahasa. Kesanggupan untuk menggunakan
bahasa ini penting artinya untuk belajar. Tugas pertama
yang dilakukan anak ialah meneruskan “soialisasi” dengan
anak lain, atau orang dewasa, tanpa pertentangan bahkan
untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan
keranahan dan konsiderasi pada anak itu. Tugas kedua ialah
belajar menggunakan simbol-simbol yang menyatakan
keadaan sekelilingnya seperti :gambar, huruf, angka,
diagram dan sebagainya).
5) Purposeful Learning
Merupakan belajar yang dilakukan dengan sadar untuk
mencapai tujuan dan yang akan:
16
a. Dilakukan siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan
orang lain.
b. Dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam
situasi belajar mengajar di sekolah.
d) Prinsip – prinsip belajar
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.
2. Sesuai hakikat belajar.
3. Sesuai matri/bahan yang harus dipelajari.
4. Syarat keberhasilan belajar.
e) Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar
1. Faktor intern
Merupakan faktor yang terdapat di dalam diri manusia. terdiri
atas tiga faktor yaitu:
a. Faktor jasmaniah
1) Faktor kesehatan
Kesehatan sesorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat,
kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika
badannya lemah kurang darah ataupun gangguan –
gangguan kelainan – kelainan fungsi alat indera serta
tubuhnya.
17
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
b. Faktor psikologis
Ada tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi belajar
sebagai berikut:
1) Intelegensi
Menurut J.P.Chaplin (dalam Slameto, 2010 : 55-59),
intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi, menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui menggunakan konsep – konsep yang abstrak
secara efektif.
2) Perhatian
Menurut Ghazali (dalam Slameto, 2010 :56) perhatian
adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun
semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau
sekumpulan objek.
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
4) Bakat
Menurut Hilgard (dalam Slameto, 2010 : 57) bakat
adalah kemampuan untuk belajar dimana kempuan
18
tersebut terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar dan berlatih.
5) Motif
Motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai dalam menentukan tujuan dapat disadari atau
tidak akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut perlu
berbuat sedangkan penyebab berbuat adalah motif
sebagai daya penggerak.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah
siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
7) Kesiapan
Menurut James Drever (dalam Slameto, 2010 : 59),
kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau
bereaksi.
c. Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit dipisahkan tetapi
terbagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan
lemah lunglainya tubuh dari timbul kencenderungan untuk
membaringkan badan. Terjadi karena substansi sisa
pembakaran di dalam tubuh sehingga darah /kurang lancar
pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani
19
dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
hilang.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat
dibedakan menjadi 3 faktor yaitu:
a. Faktor keluarga
Siswa menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga
suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran,
dan waktu sekolah.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan kaktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh terjadi
karena keberadaan siswa di masyarakat.
2. Mengajar
a. Teori-teori mengajar
Teori – teori yang dimaksud dikaitkan dengan apa mengajar itu.
20
1) Definisi lama:mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa
pengalaman – pengalaman dan kecakapan kepada anak didik
kita.
2) Definisi dari DeQueliy dan Ghazali : mengajar adalah
menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling
singkat dan tepat.
3) Definisi yang modern dari Negara-negara yang sudah
maju:”teaching is the guidance of learning”. Mengajar adalah
bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.
4) Kilpatrik menunjukkan definisi mengajar yang tegas, dengan
dasar pemikiran pada gambaran perjuangan hidup umat
manusia.
5) Alvin W.Howard
Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong,
membimbing, seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau
mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations
(penghargaan) dan knowledge.
b. Prinsip – prinsip mengajar
1) Perhatian
2) Aktivitas
3) Apersepsi
4) Peragaan
5) Repetisi
6) Korelasi
21
7) Konsentrasi
8) Sosialisasi
9) Individualistis
10) Evaluasi
3. Pengertian prestasi belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan
siswa dalam memperolah prestasi. Dan untuk mengetahui berhasil
tidaknya seseorang dalam belajar, maka perlu dilakukan evaluasi. Adapun
prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar
yang telah dilakukan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar pada
umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar
meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Zaenal Arifin (2009:12)
menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu masalah yang
bersifat perenial dalam kehidupan manusia, karena sepanjang rentang
kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing–masing.
Menurut Lanawati (dalam Reni Akbar-Hawadi, 2006:168), Prestasi
belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil
belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi
pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa.
22
Berdasarkan kedua pendapat diatas tentang prestasi belajar maka
dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar merupakan kecakapan atau hasil
konkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Dan prestasi
dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses
pembelajaran, dalam bentuk nilai tes yang diberikan oleh pendidik. Nilai
tersebut terutama dilihat dari aspek kognitifnya, Karena aspek ini yang
sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan dan
keterampilan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Miranda,
Winkel, dan Santrock (dalam Reni Akbar Hawadi, 2006:168) menyatakan
bahwa prestasi belajar siswa ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada
siswa, pada lingkungan keluarga, pada lingkungan sekolah dan pada
lingkungan sosial yang lebih luas.
Menurut Kartini Kartono (dalam Tulus, 2004:80) ada beberapa
faktor penghambat prestasi belajar, yaitu: Pertama, penghambat dari dalam
meliputi faktor kesehatan, kecerdasan, perhatian, minat dan bakat. Kedua,
penghambat dari luar meliputi faktor keluarga, sekolah, disiplin sekolah,
masyarakat, lingkungan tetangga dan faktor aktifitas organisasi.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka jika seseorang gagal
dalam studi atau kurang baik prestasinya, belum tentu karena tidak pandai.
Kegagalan atau kurang baiknya prestasi siswa dapat terjadi karena faktor-
faktor tersebut.
23
4. Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah prosedur sistematis saat
mengorganisasikan pengalaman belajar buat meraih tujuan belajar. Dapat
juga diartikan satu pendekatan yang dipakai didalam aktivitas
pembelajaran.
Jadi, sesungguhnya model pembelajaran mempunyai makna yang
sama juga dengan pendekatan, kiat atau metode pembelajaran. Sekarang
ini sudah banyak dikembangkan beraneka macam model pembelajaran,
dari yang simpel sampai model yang agak kompleks dan rumit sebab
membutuhkan banyak alat bantu didalam penerapannya.
Ciri-ciri model pembelajaran:
1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran perihal apa dan bagaimana siswa belajar.
3. Perilaku mengajar yang diperlukanagar model tersebut bisa
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
terwujud.
Pilih model pembelajaran yang baik. Jadi seorang guru mesti dapat
pilih model pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik. Sebab itu saat
memilih model pembelajaran, guru mesti memperhatikan kondisi atau
keadaan siswa, bahan pelajaran dan sumber-sumber belajar yang ada
24
supaya penggunaan model pembelajaran bisa diterapkan dengan efektif
dan mendukung kesuksesan belajar siswa.
Seorang guru diinginkan mempunyai semangat dan motivasi
pembaharuan didalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut
Sardiman a. M. ( 2004 : 165 ), guru yang kompeten adalah guru yang
dapat mengelola program belajar-mengajar. Mengelola disini mempunyai
makna yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru dapat
menguasai keterampilan dasar mengajar, layaknya membuka dan menutup
pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, ajukan pertanyaan, mengasih
penguatan, dan seterusnya, juga bagaimana guru menerapkan kiat, teori
belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Pendapat sama dikemukakan oleh Colin Marsh ( 1996 : 10 ) yang
menyebutkan bahwa guru mesti mempunyai kompetensi mengajar,
menyemangati peserta didik, buat model instruksional, mengelola kelas,
berkomunikasi, berencana pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua
kompetensi tersebut mendukung kesuksesan guru saat mengajar.
Tiap-tiap guru mesti mempunyai kompetensi adaptif terhadap tiap-
tiap perubahan ilmu dan pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan,
baik yang menyangkut perbaikan mutu pembelajaran ataupun semua
perihal yang terkait dengan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.
5. Pembelajaran example non example
1. Pengertian pembelajaran Example Non Example
25
Pembelajaran Examples Non Examples adalah suatu tipe model
pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran ini membelajarkan
murid terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya melalui analisis
contoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan
masalah. Murid diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, mencari
alternatif pemecahan masalah, dan menentukan cara pemecahan masalah
yang paling efektif, serta melakukan tinadak lanjut (Komalasari, 2010:
61).
2. Keuntungan dari metode example non example
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non
Example antara lain:
a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan
untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih
mendalam dan lebih kompleks.
b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari Example non Example.
c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian
example non example yang dimungkinkan masih terdapat
beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep
yang telah dipaparkan pada bagian example.
3. Langkah – langkah penerapan pembelajarajan example non example
menurut (Komalasari 2010: 61) adalah sebagai berikut :
26
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat
OHP.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 4-5 orang siswa, hasil diskusi dari
analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
B. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dikemukakan kerangka berpikir sebagai berikut:
Proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilannya antara lain penguasaan materi, kemampuan awal yang
dimiliki siswa, pendekatan pengajaran yang digunakan maupun ketepatan
pemilihan metode pengajarannya. Untuk mengetahui berhasil tidaknya dan
tepat tidaknya pendekatan dan metode pengajaran yang digunakan perlu
diadakan evaluasi. Penggunaan pendekatan dan metode mengajar yang tepat
dapat menciptakan kondisi belajar yang bermakna. Pendekatan dan metode
yang dipilih guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran hendaknya
27
mendukung untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Semakin tepat dan
sesuai dalam memilih metode mengajar, berarti memberikan hasil yang lebih
baik. Pemilihan model example non example dimaksudkan agar dalam
kegiatan pembelajaran IPS dapat memberikan pengalaman langsung dapat
memberi contoh dalam bentuk nyata. Penggunaan pendekataan dan metode ini
diharapkan agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna
sehingga konsep yang mereka dapatkan akan lebih lama tertanam dalam
ingatan mereka. Implikasi yang diharapkan ialah dengan menggunakan metode
tersebut dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif siswa.
Pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan
yang lebih inovatif dan menarik dengan materi yang sama pada kelas yang
sama diprediksikan akan memberikan hasil yang memuaskan. Kelas yang
sama disini telah diasumsikan bahwa kelas tersebut kemampuan awalnya
terdistribusi normal dan homogen, sehingga hanya faktor treatmen yang sama
dengan dilakukan perbaikan pada tahap berikutnya diharapkan bisa
menghasilkan hasil berupa prestasi yang memuaskan.
Kemampuan awal siswa merupakan kemampuan atau pengetahuan
yang dimiliki siswa sebelum mendapat kemampuan atau pengetahuan baru
yang lebih tinggi dan kemampuan atau pengetahuan ini merupakan
kemampuan atau pengetahuan dasar agar siswa dapat lebih mudah menguasai
kemampuan atau pengetahuan yang lebih tinggi. Kemampuan awal yang
dimiliki siswa memang merupakan suatu acuan dalam keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Input yang baik dipastikan juga akan menghasilkan output
yang baik pula berlaku untuk sebalikannya. Siswa yang memiliki kemampuan
28
awal tinggi dapat dipastikan juga menghasilkan hasil belajar yang baik,
sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dapat
dipastikan juga menghasilkan hasil belajar yang rendah dengan treatmen yang
sama. Perbedaan hasil belajar yang signifikan akan terlihat pada siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki
kemampuan awal rendah. Sehingga, dapat diprediksikan akan terjadi
perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi
dan rendah yang mendapatkan pengajaran dengan model pembelajaran
example non example.
Diprediksikan tidak akan terdapat interaksi antara kemampuan awal
dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa. Tidak terdapatnya
interaksi disebabkan karena siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan
memiliki hasil belajar yang tinggi sedangkan siswa yang memiliki kemampuan
awal rendah akan mendapatkan hasil belajar yang rendah pula. Adanya
perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran yang
berbeda maka apabila hasil-hasil itu nanti digambarkan dalam sebuah grafik
tidak akan terdapat perpotongan garis antara masing-masing pendekatan
dengan kriteria kemampuan awal tinggi yang rendah yang perpotongan garis
tersebut menunjukkan adanya interaksi antara kemampuan awal dan
pendekatan yang diberikan.
Kajian antara model pembelajaran, mengajar guru dan kemampuan
awal siswa secara terpisah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Penyajian materi pelajaran oleh guru yang sebelumnya telah dirancang dan
dilaksanakan dengan baik tidak akan memberi manfaat yang berarti jika tidak
29
didukung oleh kemampuan awal siswa. Prestasi belajar yang diharapkan oleh
guru dan siswa dengan model pembelajaran dan metode tersebut juga tidak
akan maksimal. Dengan menggunakan model pembelajaran example non
example diharapkan siswa dapat memperoleh prestasi yang baik.
C. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan diatas, maka dalam
penelitian ini hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
Ada peningkatan prestasi belajar IPS dalam materi peninggalan sejarah
bercorak Islam dengan menggunakan model pembelajaran example non
example.