Post on 05-Nov-2020
i
PENGARUH BIMBINGAN ROHANI TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PARA SUSTER YUNIOR DAN YANG
BERKAUL KEKAL LIMA TAHUN KE BAWAH KONGREGASI SUSTER
FRANSISKAN SANTA LUSIA PEMATANGSIANTAR
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Tantika Lumban Gaol NIM: 081124030
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada semua orang yang dengan sepenuh hati
membantu dan mendukung saya selama penulisan skripsi ini, terutama para
saudariku para suster KSFL, keluarga, seluruh dosen IPPAK-USD dan teman-
teman angkatan 2008/2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal”
(Yoh 8: 68)
Kita tidak bisa melakukan hal besar di bumi ini. Kita hanya bisa melakukan
hal kecil dengan cinta yang besar
(Muder Teresa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Oktober 2012
Penulis
Tantika Lumban Gaol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Tantika Lumban Gaol
Nomor Mahasiswa : 081124030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH BIMBINGAN ROHANI TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PARA SUSTER YUNIOR DAN YANG
BERKAUL KEKAL LIMA TAHUN KE BAWAH KONGREGASI SUSTER
FRANSISKAN SANTA LUSIA PEMATANGSIANTAR
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta izin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 24 Oktober 2012
Yang mengatakan,
(Tantika Lumban Gaol)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK Skripsi ini berjudul PENGARUH BIMBINGAN ROHANI
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PARA SUSTER YUNIOR DAN YANG BERKAUL KEKAL LIMA TAHUN KE BAWAH KONGREGASI SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL). Judul ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan sumbangan bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi di mana kemampuan ini mutlak perlu dalam hidup yang memudahkan para suster menjalani hidup berkomunitas dan karya pelayanan mereka. Keingintahuan tersebut muncul karena ada kesan bahwa komunikasi antarpribadi di kalangan para suster tak jarang terjadi salah paham yang menimbulkan ketidaknyamanan dalam komunitas.
Bimbingan rohani adalah hubungan tetap antara dua orang di mana yang satu mencari pengaruh dari yang lain dalam perkembangan hidup rohani. Pengaruh itu ditujukan kepada kedewasaan rohani dan manusiawi. Salah satu indikator dari kedewasaan tersebut adalah kemampuan komunikasi antarpribadi. Kemampuan komunikasi antarpribadi adalah kemampuan membina dan memelihara komunikasi di mana mereka dapat menerima dan menyampaikan pesan secara tepat sehingga merasakan kenyamanan dalam jalinan komunikasi dengan sesama. Kemampuan komunikasi antarpribadi ini dipengaruhi banyak faktor antara lain pendidikan dan pengalaman. Salah satu bentuk pendidikan dalam Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia adalah bimbingan rohani.
Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu, H0: tidak ada pengaruh bimbingan rohani terhadap komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia. H1: ada pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia Pematangsiantar.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk regresi. Populasi dari penelitian ini adalah para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia Pematangsiantar sebanyak 60 responden. Instrumen yang digunakan ialah skala sikap yang dikembangkan dalam 30 pernyataan mengenai bimbingan rohani dan 30 pernyataan mengenai kemampuan komunikasi antarpribadi. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 60 orang dengan nilai kritis 0,254 terdapat 59 item valid. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0,674, yang berarti reliabilitas instrumen cukup tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean bimbingan rohani adalah 129.6500 dan mean kemampuan komunikasi antarpribadi adalah 31.2000, kedua mean tergolong baik. Dari hasil uji regresi linier sederhana dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai r2 sebesar 0,454 (45,4%) yang berarti terdapat pengaruh positif dari bimbingan rohani (X) terhadap komunikasi antarpribadi (Y). Persamaan regresinya yaitu Y= 36.270+0,606X. Artinya setiap penambahan nilai bimbingan rohani 1 poin, maka nilai kemampuan komunikasi antarpribadi bertambah 36.270+0,606. Nilai signifikansi 0,000 artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Maka, disarankan perlunya meningkatkan bimbingan rohani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This writing entitles THE INFLUENCE OF SPIRITUAL GUIDANCE TO INTERPERSONAL COMMUNICATION ABILITY OF THE JUNIOR AND THE SISTERS IN THE INITIAL FIVE YEARS OF PERPETUAL VOWS IN THE CONGREGATION OF FRANSISCAN SISTER OF SAINT LUCIA. This title was chosen based on the writer’s curiosity about spiritual guidance contribution to the interpersonal communication ability. It is realized that this ability is basically needed in their community and ministry. The writer thinks that the communication among the sisters is occasionally disrupted because of their misunderstanding. This causes inconvenience in community. This writing is destined to measure how deep is the influence of the spiritual guidance to sisters’ interpersonal communication ability.
Spiritual guidance is a continual relation between two persons in which one of them searching for guidance to one’s spirituality progress. The guidande is directed to spiritual guidance process, one is demanded to deliver and accept messages precisely in order to get the good relation for one’s personal and spiritual maturity. Thus, it is clear that spiritual guidance influences interpersonal communication ability.
Based on the theory above, it can be formulated research hypothesis, that are H0: there is no influence of spiritual guidance for Junior and five year perpetual vow sisters and H1: there is influence of spiritual guidance for junior and five year perpetual vows sisters of the Fransiscan Congregation of Saint Lucia, Pematangsiantar.
This research uses regressive quantitative method. Population of this research is junior sisters and five year perpetual vow sisters of the Fransiscan Congregation of Saint Lucia, Pematangsiantar. There are 60 respondents. The instrument applied is behavior scale which is encompassed in 30 questions about interpersonal communication ability. From the result of validity test on 5 % of significance level, N 60 respondents with 0,254 critical value is found 59 valid item. Whereas, the result of the reliability test coefficient alpha 0,674 that means the instrument reliability is high enough.
This research shows that mean value of spiritual guidance is 129.6500 and mean of interpersonal communication ability is 31.2000, both are qualified as good variable. From the simple linier regression test result with 5 % significance level is obtained r2 value 0,454 (45, 4%) that means there is positive influence from spiritual guidance (X) to interpersonal communication (Y). Regressive equation is Y= 36.270+0,606X. It means in every 1 multiple point spiritual guidance value, interpersonal communication ability increases 36.270+0,606. The significance value is 0,000 that means H1 is accepted and H0 is rejected. So, it is proposed that spiritual guidance must be increased in quality.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah penulis alami selama proses penulisan
skripsi ini sampai selesai. Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan berkat bantuan dan keterlibatan banyak pihak baik langsung
maupun tidak langsung membantu proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan limpah terimakasih serta penghargaan yang tulus kepada:
1. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen utama yang dengan sepenuh
hati dan kesabaran mendampingi, mengarahkan, memberikan masukan yang
sangat berguna dalam seluruh proses penulisan skripsi ini sampai selesai.
2. Rm. Dr. B. A. Rukiyanto, SJ., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
penguji II yang setia membimbing dan memberi masukan selama proses
penulisan skripsi ini sampai selesainya.
3. Bapak Banyu Dewa, HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang memberi
semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi.
4. Kaprodi IPPAK-USD, Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ., yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk menyusun skripsi dan melakukan penelitian dari
awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
5. Segenap dosen prodi IPPAK-USD, yang telah membekali penulis dengan
berbagai ilmu pengetahuan yang dapat penulis gunakan sebagai bekal hidup
yang berharga.
6. Segenap staf karyawan IPPAK-USD khususnya bagian sekretariat yang selalu
setia memberikan pelayanan dalam hal administrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Sr. Adelberta, KSFL, selaku Pemimpin Umum Kongregasi Suster Fransiskan
Santa Lusia (KSFL) yang memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian kepada para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke
bawah.
8. Sr. Gerarda, KSFL, yang membantu penulis dalam mendistribusikan koesioner
untuk para suster yang tersebar di berbagai komunitas yang ada di Sumatera
Utara dan mengembalikan sesuai dengan waktu yang penulis harapkan.
9. Teman-teman angkatan 2008/2009 yang dengan sepenuh hati dan ketulusan
mendukung, memotivasi penulis sampai selesainya skripsi ini.
10. Orang tua dan segenap keluarga yang selalu mencintai dan mendoakan penulis
dalam menjalani panggilan dan perutusan studi ini.
11. Para saudariku, suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah
yang bersedia memberikan waktu dan bantuannya kepada penulis sehingga
penulis dapat melakukan penelitian.
12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang mencintai
mendoakan, memberikan perhatian yang tulus kepada penulis dalam
menempuh studi di IPPAK sampai selesainya skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam
menyusun skripsi ini sehingga masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran para pembaca yang bisa membangun demi perbaikan skripsi
ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 24 Oktober 2012
Penulis
Tantika Lumban Gaol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv
MOTTO . ................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................... vii
ABSTRAK .. .............................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR . ............................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 10
D. Rumusan Permasalahan ............................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 11
F. Manfaat Penulisan. ....................................................................................... 12
G. Metode Penulisan ......................................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan .................................................................................. 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ..................................................... 14
A. Bimbingan Rohani .............................................................................................. 14
1. Pengertian dan Tujuan Bimbingan Rohani .................................................. 14
2. Prinsip-prinsip Bimbingan Rohani .............................................................. 16
a. Komunikasi Pribadi ................................................................................. 16
b. Berdasarkan Pandangan Iman ................................................................. 17
c. Sharing .................................................................................................... 17
d. Membimbing ........................................................................................... 17
3. Model-model dalam Bimbingan Rohani ...................................................... 18
a. Bimbingan Rohani menurut Isinya ......................................................... 18
1) Bimbingan bagi Para Awam ............................................................... 18
2) Bimbingan bagi Para Imam ................................................................ 19
(a) Bidang Manusiawi ......................................................................... 20
(b) Bidang Rohani ............................................................................... 21
(c) Bidang Intelektual .......................................................................... 22
(d) Bidang Pastoral .............................................................................. 23
(e) Bidang hidup bersama/cinta persaudaraan .................................... 23
3) Bimbingan bagi Para Biarawan- Biarawati ........................................ 24
(a) Keperawanan ................................................................................. 25
(b) Kemiskinan .................................................................................... 25
(c) Ketaatan ......................................................................................... 26
b. Bimbingan Rohani menurut Pelaksanaan dan Prosesnya ....................... 26
1) Bimbingan yang Edukatif dan Informatif ........................................... 26
2) Bimbingan yang Kebapaan atau Keibuan .......................................... 27
3) Bimbingan Rohani dalam Persahabatan ............................................. 27
4) Proses Bimbingan Rohani .................................................................. 28
(a) Pembuka ...................................................................................... 28
(b) Inti ............................................................................................... 28
(1) Bentuk Bimbingan yang Edukatif dan Informatif ................. 28
(2) Bentuk Bimbingan yang Kebapaan dan Keibuan .................. 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
(3) Proses Inti dalam Bimbingan Rohani bentuk Persahabatan .. 29
(c) Penutup ......................................................................................... 29
c. Bimbingan menurut Situasi Konkret dan Kebutuhan Orang yang
Dibimbing ................................................................................................... 30
1) Bimbingan bagi Kaum Muda ............................................................. 30
2) Bimbingan bagi Keluarga ................................................................... 30
3) Bimbingan bagi Orang yang Mengatasi Krisis Hidup ....................... 31
4) Bimbingan bagi Orang yang akan memilih Panggilan Hidup ................ 31
4. Peranan Pembimbing Rohani ....................................................................... 32
a. Membimbing ........................................................................................... 32
b. Sahabat dan Teman Perjalanan ............................................................... 32
c. Penopang ................................................................................................. 33
d. Teladan .................................................................................................... 33
B. Kemampuan Komunikasi Antarpribadi ................................................................. 34
1. Pengertian Komunikasi secara Umum ............................................................. 34
2. Unsur-unsur dalam Komunikasi ....................................................................... 36
a. Pengirim Berita atau Komunikator .............................................................. 37
b. Medium atau Bentuk Pesan ......................................................................... 37
c. Komunikan ................................................................................................... 37
d. Prosedur Pengiriman Pesan .......................................................................... 38
e. Tanggapan/ reaksi ........................................................................................ 38
3. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ............................................................... 39
4. Syarat-syarat terjadinya Komunikasi Antarpribadi .......................................... 40
a. Pembukaan Diri (self-disclousure) .............................................................. 40
b. Saling Membangun Kepercayaaan .............................................................. 42
c. Saling Mendengarkan dan Memahami ........................................................ 43
d. Saling mengungkapkan Perasaan secara verbal dan secara Nonverbal ....... 43
e. Saling Menerima dan Mendukung ............................................................... 44
5. Tingkat Komunikasi Antarpribadi .................................................................... 44
C. Penelitian yang Relevan ........................................................................................ 46
D. Kerangka Pikir dan Hipotesis ............................................................................... 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Kerangka Pikir .................................................................................................. 47
2. Hipotesis ..................................................................................................... 48
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 49
A. Jenis Penelitian ................................................................................................. 49
B. Desain Penelitian .............................................................................................. 49
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 50
D. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 50
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 51
1. Variabel Penelitian ....................................................................................... 51
2. Definisi Konseptual Variabel ....................................................................... 51
3. Definisi Operasional Variabel ...................................................................... 52
a. Bimbingan Rohani ................................................................................. 52
b. Kemampuan Komunikasi Antarpribadi .................................................. 52
4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 52
5. Instrumen Penelitian ................................................................................... 53
6. Kisi-kisi Penelitian ...................................................................................... 54
7. Pengembangan Instrumen ............................................................................ 55
a. Uji Coba Terpakai ................................................................................... 55
b. Uji Validitas ............................................................................................ 56
c. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 57
8. Deskripsi Data .............................................................................................. 57
a. Bimbingan Rohani .................................................................................. 58
b. Kemampuan Komunikasi Antarpribadi .................................................. 59
F. Uji Persyaratan Analisis ................................................................................... 59
1. Uji Normalitas Data ..................................................................................... 59
2. Uji Linieritas Regresi ................................................................................... 60
3. Uji Homokedastisitas ................................................................................... 61
G. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 61
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 63
A. Hasil Penelitian ................................................................................................. 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
1. Uji Persyaratan Analisis ............................................................................... 63
a. Uji Normalitas ......................................................................................... 63
b. Uji Linieritas ........................................................................................... 65
c. Uji Homokedastisitas .............................................................................. 65
2. Deskripsi Data .............................................................................................. 67
a. Bimbingan Rohani .................................................................................. 67
1) Pembimbing ....................................................................................... 68
2) Proses .................................................................................................. 69
3) Terbimbing ........................................................................................ 71
4) Tujuan ................................................................................................. 72
b. Kemampuan Komunikasi Antarpribadi .................................................. 74
1) Menerima Pesan ................................................................................. 75
2) Menyampaikan Pesan ......................................................................... 77
3) Suasana ............................................................................................... 78
B. Uji Hipotesis ................................................................................................... 80
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................ 85
D. Refleksi Kateketis .......................................................................................... 90
1. Pengertian dan Tujuan Katekese .................................................................. 90
a. Katekese sebagai Pendidikan Iman ....................................................... 90
b. Katekese sebagai Komunikasi Iman ..................................................... 91
1) Unsur- unsur Komunikasi dalam Katekese ...................................... 92
a) Bebas ......................................................................................... 92
b) Dinamis ..................................................................................... 93
c) Terbuka ..................................................................................... 93
d) Terencana .................................................................................. 93
2. Proses dalam Katekese ................................................................................. 94
3. Aspek Kateketis dalam Bimbingan Rohani ................................................. 95
4. Aspek kateketis dalam Komunikasi Antarpribadi ....................................... 96
E. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 99
A. Simpulan ...................................................................................................... 99
B. Saran ............................................................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 103
LAMPIRAN ............................................................................................................... 105
Lampiran 1 : Kata Pengantar Koesioner .......................................................... (1)
Lampiran 2 : Petunjuk pengisian Koesioner ..................................................... (2)
Lampiran 3 : Koesioner Variabel X dan Variabel Y ........................................ (3)
Lampiran 4 : Analisis Validitas Variabel X .................................................... (8)
Lampiran 5 : Analisis Validitas Variabel Y .................................................... (9)
Lampiran 6 : Tabel Total Variabel X dan Y .................................................... (10)
Lampiran 7 : Tabel Descriptive Statistics ........................................................ (11)
Lampiran 8 : Doa Damai Santo Fransiskus ..................................................... (12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR SINGKATAN
A Singkatan Dokumen Gereja
CT : Catechesi Tradendae
OT: Optatam Totius
PC : Perfectae Caritatis
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
PKKI: Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia
KHK : Kitab Hukum Kanonik
B Singkatan dalam Penelitian
ANOVA : Analisys of Variance
Dev : Deviasi
Ho : Hipotesis nol
H1 : Hipotesis alternatif
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
Std : Standard
Sig : Signifikansi
C Singkatan lain
KSFL : Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia
LR : Latihan Rohani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai luhur panggilan seorang religius adalah kesalehan hidup rohaninya.
Ia dipanggil untuk menghadirkan satu bentuk hidup yang sepenuhnya dijiwai oleh
Kristus. Supaya keluhuran panggilan seorang religius itu tetap terjaga perlu usaha
dari orang-orang terpanggil itu dan tentu saja bersama rahmat Allah. Kristus juga
menuntut kerjasama dari pihak manusia yakni setiap religius harus bertekun
dalam mengembangkan hidup rohaninya, oleh karena itu para calon religius dan
para religius perlu dibantu dan diarahkan untuk memahami maksud Allah yang
memanggilnya.
Dewasa ini banyak kaum religius kurang memperhatikan hidup
rohaninya karena terlalu sibuk di dalam karya pelayanan. Mereka kurang
menyediakan waktu untuk menyepi, masuk ke dalam keheningan batin. Oleh
karena itu, banyak kaum religius yang mengalami krisis panggilan, muncul rasa
bosan, kurang puas akan berbagai fasilitas yang tersedia, mudah mengeluh, mudah
merasa jenuh dan lelah dalam karya. Setiap pribadi religius semestinya
mengusahakan keseimbangan antara hidup rohani dan hidup karya nyata. Untuk
itu, seorang religius harus meluangkan waktu untuk membenahi hidup rohaninya.
Salah satu bentuk pembinaan dalam kongregasi Fransiskan Santa Lusia
adalah melalui bimbingan rohani. Sebagai kaum religius, para suster Kongregasi
Suster Fransiskan Santa Lusia (selanjutnya disingkat dengan KSFL) juga tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
luput dari tuntutan itu seturut semangat Santo Fransiskus Asisi, para suster KSFL
harus menjaga keseimbangan hidup rohani dan karya pelayanannya. Oleh karena
itu, keanggotaan di dalam KSFL dibedakan menjadi tiga bagian yaitu; yunior,
medior dan senior. Tujuan dari pentahapan tersebut adalah agar pendampingan
dan pembinaan hidup rohani para suster dapat optimal dan sesuai dengan
kebutuhan para suster yang bersangkutan. KSFL menyediakan berbagai program
pembinaan bagi semua suster baik yunior, medior maupun senior. Akan tetapi
peneliti hanya memfokuskan perhatian pada pembinaan melalui bimbingan rohani
karena sampai sekarang program ini masih secara intensif dilaksanakan khususnya
bagi para suster yunior yang berkaul kekal lima tahun.
Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) didirikan oleh Muder
Lusia Dierckx pada tanggal 15 oktober 1847 di Meersel-Belgia. Kemudian para
suster KSFL dari Belanda mengembangkan karya ke Indonesia tepatnya pada
tanggal 03 Oktober 1925. Pada awal berdirinya Kongregasi ini bernama:
Kongregasi Peniten Rekolektin Ordo III Reguler Santo Fransiskus Asisi yang
sekarang dikenal dengan nama: Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia
(KSFL). Dalam tulisan ini peneliti memfokuskan kepada para suster yunior dan
suster kaul kekal usia lima tahun yang terdiri dari ± 60 orang yang sedang
menjalani dan sudah mengalami bimbingan rohani.
Masa Yuniorat dimulai sejak seorang suster mengucapkan kaul pertama sampai mengucapkan kaul kekal. Masa Yuniorat merupakan masa pengembangan, pendalaman tentang cara hidup kongregasi dan pematangan lebih lanjut serta persiapan intensif untuk pilihan status hidup tetap bagi cara hidup kita yang terwujud dengan pengikraran kaul kekal. Juga dalam masa yuniorat, suster harus berupaya membina diri agar semakin menjadi pribadi religius yang matang dan dewasa lagi tangguh sesuai dengan spiritualitas dan karisma kongregasi sehingga mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
melaksanakan pengutusannya dengan penuh dedikasi (Konstitusi pasal 2: 32).
Pada tahap yunior para suster masih harus menjalani pembinaan secara
intensif sebelum mereka bergabung secara definitif dalam Kongregasi Suster
Fransiskan Santa Lusia dengan pengikraran kaul kekal. Salah satu program
pembinaan adalah dalam bentuk bimbingan rohani secara pribadi. Adapun isi dari
bimbingan rohani ini meliputi lima aspek pembinaan, yaitu aspek kepribadian,
Fransiskan, hidup religius yang terdiri dari kaul, doa dan karya kerasulan. Aspek
kepribadian bertujuan membantu para suster untuk mengenal dan menerima diri
apa adanya, mampu mengendalikan diri, memiliki semangat, mampu membangun
komunikasi antarpribadi dalam komunitas maupun di luar komunitas. Aspek
karisma bertujuan membantu para suster semakin terbuka akan rahmat panggilan
dan menghayati karisma dan spiritualitas kongregasi. Aspek Fransiskan bertujuan
membantu para suster agar semakin menghayati Injil secara radikal dengan
semangat pengosongan diri, kegembiraan dalam persaudaraan, dan pertobatan
terus-menerus sebagaimana dihidupi dan dihayati oleh Bapa Fransiskus Asisi.
Aspek hidup religius bertujuan untuk membantu para suster agar semakin
menumbuhkembangkan semangat doa, latihan rohani, askese dan menghayati
ketiga kaul sedangkan aspek karya kerasulan bertujuan untuk membantu para
suster melakukan pelayanan dengan sepenuh hati kepada siapapun mereka diutus
untuk melayani.
Panggilan adalah gerakan roh yang mesti dibaca dan dijawab secara pribadi (bdk. Gal 5:16). Dalam rangka itu pembinaan mutlak perlu (KHK, Kan. 597$2), agar seorang mampu bertumbuh dan berkembang dalam menghayati dan membatinkan Kristus, kemudian mewujudkannya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
hidup sesuai dengan semangat kongregasi secara konsekwen dan konsisten (Konstitusi pasal 2: 13)
Pada kenyataannya para suster terkesan sering mengalami persoalan dalam
hidup berkomunitas yang diakibatkan oleh antara lain kurangnya kemampuan
dalam komunikasi antarpribadi yang menimbulkan salah paham, curiga, saling
mendiamkan, karena tidak mampu mengkomunikasikan perasaan, pikiran
masing-masing secara jujur dan terbuka. Kenyataan di atas membuat suasana
dalam komunitas tidak nyaman dan dalam kondisi demikian mempengaruhi
seluruh gerak hidup baik di komunitas maupun karya. Semestinya hidup
persaudaraan dalam komunitas menyuburkan semangat pelayanan para suster
dalam berbagai bidang yang mereka geluti.
Panggilan hidup sebagai religius pada zaman ini dihadapkan dengan
sejumlah tantangan. Tantangan zaman ditandai oleh hal-hal yang bersifat instan
cukup banyak orang muda yang masuk sebagai calon anggota tarekat religius
tergolong dalam generasi instan yang memiliki kecenderungan ingin langsung
hidup enak, tidak memiliki kesabaran dan daya tahan untuk memulai sesuatu dari
bawah, cepat menyerah bila berhadapan dengan kesulitan. Kenyataan ini tampak
dari lebih mudahnya orang berganti haluan dalam memilih jalan hidup ketika
mengalami keraguan atau kesulitan. Adanya gejala individualisme semakin
banyak ditemukan misalnya: kuatnya keinginan untuk mengejar aktualisasi diri,
sulitnya membangun hidup berkomunitas dan semangat kebersamaan
Masalah tersebut berangkat dari situasi zaman yang terus berubah dan
sekaligus perubahan mentalitas dan paradigma terhadap hidup. Seorang yang
memilih hidup religius juga berhadapan dengan perubahan-perubahan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Perubahan-perubahan antara lain berkaitan dengan kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan, kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi. Kemajuan-
kemajuan ini disatu sisi menggambarkan kemajuan peradaban manusia. Namun
disisi lain kemajuan-kemajuan tersebut semakin membuat manusia terasing dari
dirinya sendiri dan lebih parah lagi bisa menjadi sumber yang merusak manusia
dan dunianya (Sudiarja, 2003: 11).
Dalam kenyataan kemajuan teknologi yang semakin canggih membawa
pengaruh terhadap perkembangan pribadi para suster. Apabila pribadi suster
kurang matang akan mudah terpengaruh terhadap tawaran-tawaran zaman karena
tidak mempunyai sikap dan prinsip yang kuat dan tangguh.
Menanggapi permasalahan di atas kongregasi berupaya meningkatkan
pembinaan hidup religius agar para suster yunior semakin memiliki pribadi yang
matang dan tangguh sehingga tidak mudah terpengaruh terhadap tantangan dan
situasi baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Para suster yunior
diharapkan selalu bertumbuh dan berkembang, oleh karena itu perlu dibimbing
dan diarahkan untuk menemukan nilai-nilai hidup dan spiritualitas yang hakiki.
Maka menurut penulis para suster perlu mendapat pendampingan dan bimbingan
yang tepat dan intensif sehingga mereka semakin memiliki kecakapan dalam
komunikasi antarpribadi dan melalui kemampuan berkomunikasi antarpribadi baik
dengan pembimbing rohani maupun dalam komunitas akan membantu mereka
menjalani panggilan dengan penuh kegembiraan.
Kegiatan bimbingan rohani bagi para suster dilaksanakan oleh seorang
suster atau lebih yang diminta oleh pemimpin umum yang bertanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
sebagai pembimbing rohani. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh bimbingan
rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi. Dalam hal ini pembimbing
rohani mempunyai peluang untuk mengikuti perkembangan pribadi para suster
yunior melalui bimbingan rohani yang intensif di samping itu pembimbing rohani
mempunyai tanggung jawab utama sebagai fasilitator untuk membantu
perkembangan para suster dalam mencapai kemampuan komunikasi antarpribadi.
Dari pengamatan awal penulis, para suster yunior kurang memahami arti
bimbingan rohani dan tujuan bimbingan rohani, sehingga banyak di kalangan
yunior kurang memanfaatkan bimbingan rohani sebagai kesempatan untuk
berkomunikasi dengan pembimbing sedangkan pembimbing sering juga bukan
sebagai pribadi yang sungguh-sungguh mendengarkan terbimbing sehingga
kurang membantu terbimbing untuk sampai pada kemampuan komunikasi
antarpribadi. Oleh karena itu penulis ragu apakah para suster yunior sungguh-
sungguh tahu arti dan tujuan bimbingan rohani. Karena bila tidak memahami
esensi dari bimbingan rohani mengakibatkan kurang memanfaatkan bimbingan
rohani sebagai ajang untuk belajar dengan mengkomunikasikan seluruh diri dan
pergulatannya. Bimbingan rohani yang efektif akan membantu suster yunior
dalam memaknai dan mengolah berbagai pergulatan hidup sehingga suster yunior
sungguh mencapai kemampuan dalam komunikasi antarpribadi.
Bimbingan rohani penting bagi para suster yunior karena menjadi sarana
untuk berkomunikasi dengan pembimbing rohani dan merupakan kesempatan bagi
para suster yunior untuk mengungkapkan dirinya dengan jujur dan terbuka kepada
pembimbing rohani baik pengalaman maupun pergulatan dalam menjalani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
panggilan sebagai religius dalam hidup sehari-hari. Pertemuan yang intensif
antara suster terbimbing dengan pembimbing rohani akan menjadi efektif apabila
dalam pertemuan terjadi komunikasi yang didasari kepercayaan satu sama lain
dan akhirnya dapat terbuka dan jujur untuk menyampaikan seluruh diri dan
bersama-sama mengolah pengalaman dan pergulatannya dengan baik.
Dalam konteks bimbingan rohani syarat keterbukaan tampak bila suster
terbimbing mengungkapkan dengan jujur dan terbuka akan pengalaman jatuh dan
bangun, suka dan duka dalam menghayati karisma, persaudaraan dalam
komunitas, karya perutusan, hidup doa, ketiga kaul. Pembimbing juga siap dan
terbuka untuk mendengarkan, memberikan peneguhan maupun petunjuk bagi
terbimbing.
Dalam bimbingan rohani unsur percaya sangat mendasar dari kedua belah
pihak yakni dari pihak pembimbing maupun terbimbing. Dengan adanya
kepercayaan dari kedua belah pihak akan muncul keterbukaan dan kejujuran
menyampaikan segala pengalaman dan pergulatan. Akhirnya pengalaman jatuh-
bangun, suka-duka itu dapat diolah bersama dan dimaknai khususnya oleh
terbimbing sebagai bagian dari hidupnya dalam menghayati panggilan.
Kesalingpercayaan akan membuat relasi dan komunikasi antar pembimbing dan
terbimbing dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Seorang pembimbing harus menjadi pendengar yang empatik, karena bila
mendengarkan dengan empatik akan mudah memahami terbimbing. Sikap
mendengarkan dalam bimbingan rohani mutlak perlu karena kesediaan
mendengarkan dengan sungguh-sungguh pengalaman dan pergulatan terbimbing,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
baik suka-duka maupun jatuh-bangun dalam menghayati karisma, persaudaraan
dalam komunitas, karya perutusan, hidup doa maupun ketiga kaul. Pembimbing
rohani mampu memahami, menaruh empati, mengarahkannya hingga terbimbing
sungguh menemukan dirinya dan semakin tangguh dalam menjalani
panggilannya.
Seorang pembimbing rohani juga sangat perlu memiliki pemahaman
akan bahasa tubuh (nonverbal) di mana seseorang menyampaikan pesan bukan
dengan kata-kata saja tetapi dengan bahasa tubuh/syarat, misalnya: sorotan mata,
raut muka, senyuman, suara, dan kepalan tangan. Dalam konteks bimbingan
rohani, pembimbing rohani harus mampu menangkap bahasa nonverbal ini karena
yang dihadapi adalah seorang yunior yang bisa jadi mengalami pergulatan batin
yang serius yang mungkin tidak berani atau justru sengaja untuk tidak
diungkapkan. Demikian juga sikap menerima dan mendukung dalam bimbingan
rohani harus pertama-tama ditunjukkan oleh pihak pembimbing yang dipercayai
dapat berperan sebagai “penolong” untuk membantu terbimbing yang telah
mengutarakan pergulatannya dalam menghayati panggilannya.
Sebagaimana disebutkan di atas salah satu aspek dalam pembinaan
melalui bimbingan rohani adalah aspek kepribadian yang bertujuan membantu
para suster untuk mengenal dan menerima diri apa adanya, mampu
mengendalikan diri, memiliki semangat, mampu membangun relasi yang baik
dengan orang lain dalam komunitas maupun di luar komunitas. Aspek kepribadian
ini amat sangat menentukan bagi seorang suster dalam menghayati panggilannya.
Tanpa memiliki kecakapan dalam komunikasi antarpribadi akan sangat sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
membangun persaudaraan yang sehat dalam komunitas serta menjalankan
perutusannya dengan baik oleh karena itu dalam pembinaan harus dibangun dasar
dan pondasi yang kuat yakni cakap dalam komunikasi antarpribadi.
Pembinaan hidup para suster amat sangat penting demi mutu mereka
sendiri. Seorang suster dituntut menjadi teladan bagi semua orang. Menjadi
teladan berarti mengandaikan seorang suster memiliki kematangan pribadi,
mampu menjalin relasi interpersonal yang sehat. Pada kenyataannya sering sekali
tidak seperti yang diharapkan banyak suster kurang mampu memberikan teladan
yang baik bagi sesama bahkan para suster juga masih sering terlibat dalam
persoalan-persoalan intern di komunitas sendiri; salah paham, curiga, cemburu,
marah, mendiamkan, dan lain-lain. Hal itu barangkali dikarenakan kurangnya
keseriusan dalam membina diri dan juga kekurangberhasilan bimbingan rohani
sebagai ajang belajar dari pembimbing yang dianggap kompeten untuk itu.
Sebagai seorang suster penulis sendiri terbentur dalam sikap demikian,
oleh karena itu hal ini menjadi keprihatinan dalam diri penulis sekiranya para
suster mampu dan cakap dalam komunikasi antarpribadi akan sangat membantu
para suster dalam seluruh gerak hidupnya karena kemampuan menghayati
panggilan justru dimulai dari dalam persaudaraan intern di komunitas. Bilamana
persaudaraan sehat akan sangat membantu menyuburkan para suster dalam
menghayati tugas pelayanan mereka dalam berbagai bentuk. Oleh karena itu
penulis tergerak untuk meneliti seberapa besar pengaruh pembinaan dalam hal ini
bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapatlah
diidentifikasi beberapa pokok permasalahan yang umum, yaitu:
1. Rendahnya pemahaman akan bimbingan rohani.
2. Pembimbing rohani masih kurang memiliki kualitas baik
3. Kurangnya keteladanan dari suster senior maupun medior
4. Komunitas belum menjadi tempat persemaian bagi panggilan yang baru dalam
diri yunior
5. Kesulitan dalam membuka diri dari pihak terbimbing dihadapan pembimbing
rohani.
6. Kurangnya komunikasi yang baik antara terbimbing dan pembimbing.
7. Para suster belum memiliki kecakapan komunikasi antarpribadi.
8. Mudahnya para suster memilih jalan pintas termasuk berubah haluan.
9. Sulit membuat komitmen.
10. Sikap Individualisme.
C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat luasnya permasalahan yang teridentifikasi dan keterbatasan
penulis baik dari segi waktu dan kemampuan maka pada skripsi ini masalah
dibatasi pada pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi
antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah
kongregasi suster Fransiskan Santa Lusia Pematang Siantar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
D. RUMUSAN PERMASALAHAN
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut
sehingga pada akhirnya menjadi titik awal dari penulisan ini. Adapun masalah
yang ingin dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah bimbingan rohani para suster yunior dan yang berkaul kekal
lima tahun ke bawah dalam KSFL?
2. Bagaimanakah komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul
kekal lima tahun ke bawah dalam KSFL?
3. Seberapa besar pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan
berkomunikasi antarpribadi para suster para suster yunior dan yang berkaul
kekal lima tahun ke bawah dalam KSFL?
E. TUJUAN PENELITIAN
Maksud diadakannya penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi
mengenai pengaruh bimbingan rohani bagi kemampuan komunikasi antarpribadi
para suster. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan bimbingan rohani para suster yunior dan yang berkaul kekal
lima tahun ke bawah dalam KSFL.
2. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior
dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah dalam KSFL
3. Mengetahui besarnya pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan
komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun
ke bawah dalam KSFL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
F. MANFAAT PENULISAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para suster baik
pembimbing maupun terbimbing, peneliti sendiri maupun peneliti lain.
1. Bagi para suster
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para suster untuk menyadari
pentingnya meningkatkan efektivitas bimbingan rohani dalam rangka mencapai
kemampuan komunikasi antarpribadi para suster Kongregasi Suster Fransikan
Santa Lusia.
2. Bagi para pembimbing rohani
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan kepada pembimbing
rohani dalam rangka meningkatkan efektivitas bimbingan rohani.
3. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lain yang ingin
mendalami bimbingan rohani dalam rangka membantu kemampuan komunikasi
antarpribadi.
G. METODE PENULISAN
Tulisan ini dikembangkan melalui penelitian lapangan yakni dengan
mengumpulkan, memaparkan, dan menganalisis data dari permasalahan yang ada
serta menarik kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
H. SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II Menguraikan tentang bagaimanakah bimbingan rohani dan
bagaimanakah kemampuan komunikasi antarpribadi.
3. BAB III Mengenai metodologi penelitian pengaruh bimbingan rohani bagi
kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan kaul kekal usia
lima tahun Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia yang meliputi jenis
penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan
sampel, teknik dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.
4. BAB IV Uraian tentang hasil analisis pengaruh bimbingan rohani terhadap
kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan kaul kekal usia
lima tahun Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia berdasarkan hasil analisis
pada bab III.
5. BAB V penulis ingin menegaskan kembali intisari dari skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Pada bagian ini, penulis akan mendalami tentang konsep dan teori
bagaimana pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi
antarpribadi. Pada dasarnya, bimbingan rohani mengantar seorang terbimbing
untuk semakin matang secara pribadi, baik dalam aspek manusiawi maupun dalam
aspek rohani (spiritual). Dengan semakin matang dalam tataran manusiawi dan
spiritual, diandaikan kemampuan seorang terbimbing dalam komunikasi
antarpribadi juga semakin baik.
A. BIMBINGAN ROHANI
Bimbingan rohani bukanlah pembicaraan yang biasa antara dua pribadi.
Bimbingan rohani merupakan suatu sarana dalam proses pembinaan seorang
religius untuk bertumbuh dan berkembang dalam penghayatan hidup religiusnya.
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pengertian dan tujuan bimbingan
rohani, 2) Prinsip-prinsip bimbingan rohani, 3) model-model bimbingan rohani, 4)
peranan pembimbing rohani.
1. Pengertian dan Tujuan Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah hubungan tetap antara dua orang di mana yang
satu mencari pengaruh dari yang lain dalam perkembangan hidup rohani.
Pengaruh itu ditujukan kepada kedewasaan rohani yaitu kepada kedewasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pribadi di mana orang dapat dengan sadar dan bebas melaksanakan diri menurut
nilai-nilai manusiawi yang sekaligus menjadi norma dan daya penarik baginya.
Nilai dan norma itu tidak dipelajari secara teoritis tetapi dalam hubungan pribadi
dengan pembimbing (Jacobs, 1973: 15-16)
Bimbingan rohani merupakan interaksi atau pembicaraan antarpribadi,
yang terjadi antara pembimbing dan orang yang dibimbing (terbimbing). Dalam
hidup religius, perhatian utama dalam bimbingan rohani adalah untuk memahami
panggilan yang khusus dari Allah, yang secara personal menyapa orang yang
dibimbing (Darminta 2006: 19). Bimbingan rohani membantu terbimbing untuk
bertumbuh dalam iman dan mengalami keakraban komunikasi dengan Tuhan,
bagaimana Tuhan hadir dan berkarya dalam hidupnya. Bimbingan rohani menjadi
sarana merefleksikan Tuhan yang hadir dan berkarya dalam hidup terbimbing
(Darminta 2006: 21).
Proses pembicaraan antarpribadi dalam bimbingan rohani terarah pada
pertumbuhan dan perkembangan pribadi terbimbing secara utuh, khususnya
pertumbuhan hidup rohaninya. Bimbingan rohani teristimewa membantu
terbimbing masuk ke dalam pengalaman rohani, yaitu pengalaman akan anugerah
rahmat dalam pengalaman hidup harian. Dengan bimbingan rohani, seorang
terbimbing dibantu untuk mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa
hidupnya. Bimbingan rohani mengarahkan hidup konkret dan aktual terbimbing
agar sesuai dengan orientasi dasar hidup kristiani (Darminta, 1993: 250-251).
Orang yang mendapat bimbingan rohani diharapkan menjadi akrab
dengan Tuhan melalui doa dan mampu mengadakan pembedaan roh. Pembedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
roh tersebut memampukannya dalam mengambil keputusan. Bimbingan rohani
membantu terbimbing semakin mampu mengenal suasana hati dan jiwanya dan
memahami tindakan Allah atas hidup atau panggilannya. Bimbingan rohani juga
menolong terbimbing semakin mengenali diri secara baik, menyadari apa yang
menjadi kekuatan maupun kelemahan dirinya, serta dapat menerima diri apa
adanya, sebagaimana Tuhan menerimanya. Adapun tujuan utama bimbingan
rohani adalah pertumbuhan iman melalui keakraban komunikasi dengan Tuhan.
Tuhan yang selalu hadir dan berkarya dalam hidupnya. Maka bimbingan rohani
menjadi sarana untuk merefleksikan kehadiran Tuhan dalam hidupnya setiap hari
(Darminta, 2006: 21).
2. Prinsip-prinsip Bimbingan Rohani
Praktek bimbingan rohani memuat sejumlah prinsip penting. Pada bagian
ini akan diuraikan sejumlah prinsip penting dalam praktek bimbingan rohani.
Sejumlah prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi Pribadi
Dalam bimbingan rohani terjadi suatu komunikasi konkret pribadi antara
dua orang dalam iman demi kedewasaan rohani terbimbing. Dalam bimbingan
rohani komunikasi antarpribadi merupakan syarat mutlak karena bimbingan
rohani dilaksanakan dalam komunikasi antarpribadi. Dikatakan bimbingan rohani
bila yang dibicarakan hidup rohani terbimbing dan pembimbing yang berlangsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
secara periodik atau terus menerus dalam kurun waktu tertentu sampai terbimbing
memiliki kedewasaan rohani (Jacobs, 1973: 36-37).
b. Berdasarkan Pandangan Iman
Bimbingan rohani adalah komunikasi antarpribadi dalam iman.
Pembicaraan harus diarahkan pada hidup yang konkret dan hidup konkret dilihat
dalam rangka iman. Ciri bimbingan rohani yang paling hakiki adalah pengarahan
iman kepada hidup yang konkret dan riil dalam arti pelaksanaan iman bukan
teorinya (Jacobs, 1973: 37-38).
c. Sharing
Dalam bimbingan rohani pembimbing dan terbimbing saling membuka
diri dan saling mengkomunikasikan pengalaman iman. Sharing ini mengandaikan
adanya komunikasi antarpribadi. Sharing pengalaman satu dengan yang lain
selalu dilandaskan pada pengenalan dan kesalingpercayaan antar kedua belah
pihak baik terbimbing maupun pembimbing (Jacobs, 1973: 38-39).
d. Membimbing
Dalam bimbingan rohani ada perbedaan antara yang dibimbing dan yang
membimbing. Orang yang membimbing harus lebih unggul dari pada yang
mereka bimbing. Pembimbing harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
rohani melebihi orang yang dibimbing dan keunggulan itu dapat membantu
terbimbing. Namun demikian bukan berarti terbimbing sama sekali belum dewasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
namun sudah mengarah ke sana karena dalam kenyataan demikian baru mungkin
ada komunikasi antarpribadi antara yang dibimbing dan yang membimbing
(Jacobs, 1973: 40-41).
3. Model-model dalam Bimbingan Rohani
Ada sejumlah model dalam bimbingan rohani. Sejumlah model tersebut
antara lain 1) bimbingan rohani menurut isinya, 2) bimbingan rohani menurut
pelaksanaannya, dan 3) bimbingan rohani menurut situasi konkret dan kebutuhan
orang yang dibimbing.
a. Bimbingan Rohani menurut Isinya
Bimbingan rohani dapat dijalankan sesuai dengan panggilan dan
kedudukan seseorang dalam kerohanian kristiani, yakni dalam rangka hidup
menggereja. Di dalam hidup menggereja ada pola hidup sebagai awam, imam dan
biarawan-biarawati. Kedudukan yang berbeda itu tentu saja akan membedakan
bimbingan yang terjadi. Di bawah ini akan dijelaskan ketiga jenis bimbingan
tersebut.
1) Bimbingan bagi Para Awam
Bimbingan rohani bukan khas religius namun juga bagi semua umat
kristiani. Kaum awam juga diandaikan mempunyai pembimbing rohani karena
hidup rohani perlu ditingkatkan oleh semua orang kristiani dan bukan hanya
mereka yang terpanggil menjadi religius. Namun pada kenyataan kaum awam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kurang menggunakan kesempatan itu mungkin karena mereka kurang mengetahui
atau karena tingkat kesibukan baik umat sendiri maupun gembala yang memiliki
otoritas untuk membimbing umatnya. Sekarang ini yang terjadi dalam bimbingan
awam atau tepatnya pembinaan umat bersifat kolektif baik ditingkat lingkungan,
wilayah maupun paroki. Hal ini pun kurang menyentuh aspek perkembangan
hidup rohani umat secara pribadi karena tema yang dibicarakan lebih bersifat
umum dan kadang-kadang konteks yang berkaitan dengan pengelolaan paroki.
Oleh karena itu umat perlu disadarkan akan perlunya memiliki pembimbing
rohani selain mereka harus tekun dan setia mengikuti perayaan Ekaristi, menerima
sakramen tobat, serta mengikuti pengajaran agama, rekoleksi, retret dan bacaan
rohani (Jacobs, 1973: 86).
2) Bimbingan bagi Para Imam
Pembinaan rohani berhubungan erat dengan pendidikan intelektual dan pastoral dengan bantuan pembimbing rohani sehingga para seminaris belajar hidup dalam persekutuan mesra dan terus menerus dengan Bapa melalui putera-Nya Yesus Kristus. Karena ditahbiskan mereka harus menjadi secitra dengan Kristus sang Imam, maka hendaknya juga dalam hidup persekutuan akrab yang meliputi seluruh hidup mereka membiasakan diri sebagai sahabat berpaut pada-Nya. Hendaknya mereka diajak mencari Kristus dengan setia merenungkan sabda Allah, dalam keakraban yang aktif dengan misteri-misteri suci Gereja, terutama dalam Ekaristi dan ibadat harian. Penting juga para seminaris belajar hidup menurut doa, Injil, makin bertambah teguh dalam iman, harapan, dan cinta kasih, supaya dalam mengamalkannya mereka memperoleh semangat doa, peneguhan serta perlindungan bagi panggilan mereka. Kekuatan bagi keutamaan-keutamaan lain, dan supaya makin bertumbuhlah semangat mereka untuk memperolehkan semua orang bagi Kristus (Optatam Totius, artikel 8)
Panggilan menjadi imam adalah panggilan untuk mengikuti Kristus.
Sebagaimana para Rasul, para imam juga dipanggil untuk tinggal bersama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
berjalan bersama, dan berkarya bersama Kristus. Untuk itu, bimbingan yang
intensif bagi para imam sangat perlu, sehingga lambat laun mereka dapat hidup
dan berkarya sebagaimana Tuhan Yesus. Bimbingan bagi para imam bertujuan
untuk membangun kesatuan dan persahabatan yang mendalam dengan Yesus
sendiri. Dalam bimbingan, para imam dihantar untuk sampai pada jawaban akan
pertanyaan Yesus, “Apakah engkau mencintai Aku?” Para imam dalam hal ini
diarahkan pada semangat pemberian diri secara total kepada Allah. Adapun
bidang-bidang bimbingan bagi para imam adalah bidang manusiawi, bidang
rohani, bidang intelektual, dan bidang pastoral dan bidang hidup bersama/cinta
persaudaraan.
a) Bidang Manusiawi
Imam sebagai gambaran Kristus yang hidup harus tetap berusaha
mencerminkan di dalam dirinya kesempurnaan manusiawi yang telah tampak
dahulu dalam diri Sang Sabda yang menjadi daging. Kualitas ini mengandaikan
bahwa imam sendiri harus bertumbuh dalam kepribadian manusiawi sedemikian
rupa sehingga bisa menjadi jembatan bagi sesama untuk sampai kepada Yesus
penyelamat. Dan seperti Yesus, ia mesti mampu memahami kedalaman hati
sesama, menangkap masalah dan kesulitan mereka, mudah berjumpa dan
berdialog, mampu menciptakan kepercayaan dan kerjasama. Jadi, pertumbuhan
dan pemenuhan pribadi imam bukan hanya untuk pemenuhan diri tetapi demi
finalitas tugas pelayanannya. Finalitas tersebut menuntut kualitas: pribadi yang
seimbang, tangguh dan bebas. Mampu menanggung beban tanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pastoral, terdidik dalam mencintai kebenaran, loyal, hormat terhadap setiap
pribadi, punya kepekaan akan keadilan, benar dalam kata-katanya, solider, utuh,
seimbang dalam penilaian dan perilaku (Mardi Prasetyo, 2001: 128-131).
b) Bidang Rohani
Dalam bidang rohani ini, imam harus sampai pada kesatuan dengan
Yesus membawa penyerahan diri total pada Roh dalam semangat keputeraan
terhadap Bapa dan ikatan penuh kepercayaan terhadap Gereja. Adapun pokok-
pokok dan tuntutannya adalah:
(1) Nilai dan tuntutan kesatuan hidup yang mendalam dengan Kristus. Kesatuan
yang didasarkan pada sakramen baptis dan selalu disegarkan dalam sakramen
Ekaristi.
(2) Nilai dan tuntutan ketekunan untuk mencari Yesus. Ditekuni melalui
pengembangan hidup kontemplatif, ambil bagian secara aktif dalam misteri
kudus Gereja dan memperhatikan orang-orang kecil, lemah dan tertindas.
(3) Nilai dan tuntutan hidup doa dan lectio Divina. Tekun membaca dan
merenungkan Kitab Suci serta membaca kehadiran Allah dalam hidup. Juga
doa-doa yang personal
(4) Nilai dan tuntutan keheningan sebagai suasana rohani untuk menyadari
kehadiran Allah dan menjadi ciri man of God yang akan membantu umat
sampai pada Bapa.
(5) Nilai dan tuntutan Ekaristi, yang akan membawa kita pada disposisi batin
yang memancarkan: syukur atas segala rahmat, persembahan diri bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
persembahan Kristus, keutamaan cinta kasih, devosi serta kerinduan akan
kesatuan dengan Yesus yang hadir dalam Ekaristi.
(6) Nilai keindahan dan kegembiraan Sakramen Tobat. Perasaan kecukupan
dewasa ini membawa orang pada kesombongan yang mengaburkan makna
rekonsiliasi dan pembaruan hidup di hadapan Tuhan.
(7) Nilai dan tuntutan mencari Kristus dalam sesama. Kesatuan yang mendalam
dengan Tuhan akan mendorong kita untuk membagikan cinta kasih kepada
sesama, dan cinta kasih ini perlu diintegrasikan di dalam pembinaan ketaatan,
kemiskinan, dan selibat.
(8) Nilai dan tuntutan hidup selibat yang harus diketahui, dihargai, dicintai, dan
dihayati seturut hakikat dan tujuannya yang sejati demi kerajaan Allah. Maka
harus disajikan secara jelas, positif tanpa ambivalensi (Mardi Prasetyo, 2001:
131-134).
c) Bidang Intelektual
Pembinaan dalam hal intelektual adalah dasar yang membantu imam
ambil bagian dalam sinar terang Allah agar menjadi bijaksana. Pada zaman
sekarang bidang intelektual ini sangat dituntut guna mewartakan Injil secara baru.
Kemajuan zaman dan ilmu teknologi menjadi tuntutan juga agar para imam dapat
berdialog dengan arus zaman dan sedapat mungkin membantu meletakkan arah
yang benar pada setiap perkembangan ilmu dan teknologi. Hanya melalui
pergumulan manusia dewasa ini, para imam dapat tampil menghadirkan Injil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Yesus Kristus secara lebih meyakinkan dan dipercaya juga dalam level penalaran
manusia (Mardi Prasetyo, 2001: 134-135).
d) Bidang Pastoral
Seluruh pembinaan baik manusiawi, rohani dan intelektual dalam diri
seorang imam diarahkan untuk tujuan khas pastoral. Pembinaan pastoral ini
diharapkan berkembang melalui refleksi yang matang dan penerapan yang praktis
(Mardi Prasetyo, 2001: 135-136).
e) Bidang hidup Bersama/ cinta persaudaraan
Para Imam sebagaimana semua orang adalah mahluk sosial yang harus
berelasi dengan orang lain dan dalam kebersamaan dengan orang lain mereka
dapat bertumbuh dan berkembang. Mereka juga akan menikmati kebahagiaan
dalam hidup bersama dalam komunitas. Cinta persaudaraan diantara para imam
adalah harta yang sangat bernilai disebuah keuskupan atau rumah religius, senjata
paling ampuh melawan kejahatan, kekuatan paling tangguh untuk kebaikan. Cinta
persaudaraan menghasilkan kekudusan yang lebih besar, cinta persaudaraan
menghasilkan hidup sehat yang lebih baik. Cinta persaudaraan menghasilkan
ketenangan jiwa yang lebih besar. Cinta persaudaraan menciptakan sebuah iklim
yang sehat untuk berkembang dalam kekudusan, dalam ketenangan jiwa, dan
kesejahteraan fisik. Cintailah satu dengan yang lain sabda Tuhan “seperti aku
telah mencintai kamu” ini adalah hukum adikodrati pewahyuan Kristus sebuah
pembebasan baru yang ia inginkan menjadi tanda orang-orang terpilihnya yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
yang pertama pada para imam, karena kepada para imam Ia pertama-tama
mewahyukannya. karena itu cinta, apakah itu kodrati ataupun adikodrati, adalah
makanan yang paling penting yang menghasilkan kebaikan dalam suasana yang
sehat dan suci. Cinta persaudaraan membutuhkan pengertian, hormat terhadap
orang lain, suatu penghormatan yang lahir dari iman (Breire, 2003: 38-42).
3) Bimbingan bagi Para Biarawan-Biarawati
Pembaruan tarekat-tarekat yang sesuai sangat tergantung dari pembinaan para anggota. Oleh karena itu perlu pembinaan mereka dibidang religius maupun kerasulan, begitu pula pendidikan pengetahuan maupun kejuruan, termasuk pula untuk mendapat ijazah yang diperlukan. Tetapi penyesuaian hidup religius dengan tuntutan-tuntutan zaman kita sekarang hendaknya jangan melulu bersifat lahiriah. Untuk maksud itu hendaknya mereka-sesuai dengan bakat-kecerdasan dan watak-perangai pribadi masing-masing diberi pendidikan secukupnya tentang cara-cara hidup dan cara-cara berpandangan serta berpikir dalam masyarakat sekarang. Untuk itu para pemimpin hendaknya sedapat mungkin menciptakan kemungkinan serta mengusahakan bantuan dan waktu bagi mereka. Termasuk tugas para pemimpin juga: mengusahakan supaya moderator, para pembimbing rohani dan para dosen dipilih dengan sangat cermat dan disiapkan dengan sungguh baik (Perfectae Caritatis, artikel 18)
Bimbingan bagi religius dimaksudkan untuk hidup menurut semangat
Injil. Hidup menurut nasihat Injil berarti hidup yang diisi oleh cinta Kristus,
nasihat Injil untuk mengubah dunia. Dengan mengikrarkan ketiga kaul, setiap
religius dijadikan bebas untuk Allah dari ikatan afeksi, milik dan kekuasaan.
Maka kaul perlu disetiai agar tidak mudah terjebak godaan zaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a) Keperawanan
Cinta kepada Tuhan dengan hati yang tidak terbagi. Berarti hubungan
dengan Tuhan melalui Kristus dalam Roh Kudus menjadi pusat dalam hidup
afeksi kita. Selibat ini langsung menyentuh kecenderungan yang lebih dalam dari
kodrat kemanusiaan kita. Keperawanan membebaskan hati manusia sedemikian
rupa hingga membakar hatinya semata-mata dengan cinta kepada Tuhan dan
sesama. Pembinaan hidup perawan punya tujuan-tujuan sebagai berikut:
(1) Bersyukur dan bergembira karena dipanggil Kristus secara pribadi.
(2) Membangun semangat rekonsiliasi, bimbingan rohani rutin, dan semangat
cinta persaudaraan dalam komunitas.
(3) Mewujudkan buah-buah keperawanan dalam bentuk kesuburan hidup rohani
dan karya pelayanan.
(4) Menciptakan suasana hidup penuh kepercayaan antara terbimbing dan
pembimbing. Pembimbing selalu siap sedia mendengarkan dengan penuh
kasih apa pun yang diungkapkan terbimbing dalam bimbingan, berusaha
menerangi dan menyemangati terbimbing.
(5) Mencoba bertindak bijaksana dalam komunikasi dan pergaulan antarpribadi
agar menghindari bahaya (Mardi Prasetyo, 2001: 92-94).
b) Kemiskinan
Penghayatan kemiskinan sebagaimana Kristus yang miskin dalam
kepemilikan maupun semangat, hidup kerja keras sebagaimana orang miskin,
yang terbatas dalam penggunaan barang-barang. Kepekaan terhadap suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kemiskinan di sekitarnya entah yang dialami oleh seseorang maupun kelompok
mestinya menumbuhkan keprihatinan dan pemilihan gaya hidup sederhana
dengan sikap lepas-bebas yang bersumber dari dalam batinnya (Mardi Prasetyo,
2001: 94-95).
c) Ketaatan
Ketaatan pertama-tama dihunjukkan kepada Allah dan bukan kepada
manusia namun Gereja mengakui bahwa orang-orang yang berkaul harus taat
kepada pemimpin sebagai wakil Allah yang sah. Ketaatan dapat dipahami sebagai
penyerahan kehendak kepada pemimpin sebagai wakil Allah. Ketaatan sama
sekali bukan perendahan martabat manusia karena ketaatan ini murni sarana
dalam mengikuti Kristus yang taat pada kehendak Bapa (Mardi Prasetyo, 2001:
96-97).
b. Bimbingan Rohani menurut Pelaksanaan dan Prosesnya
Model bimbingan rohani menurut bentuk pelaksanaannya dapat dibagi
dalam tiga macam, 1) bimbingan yang edukatif dan informatif, 2) bimbingan yang
kebapaan dan keibuan, 3)bimbingan rohani dalam persahabatan, 4)Proses
pelaksanaan.
1) Bimbingan yang Edukatif dan Informatif
Bimbingan ini dicirikan oleh banyaknya pengajaran dan informasi yang
diberikan oleh pembimbing terhadap terbimbing. Model ini diberikan bagi mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
yang masih tahap pemula yakni pada masa aspiran, postulan dan novis. Peran
pembimbing rohani sangat menonjol dengan memberikan informasi dalam
berbagai ajaran misalnya ajaran teologis, ajaran moral maupun rohani. Dalam
model ini pembimbing cenderung bersifat otoritatif. Tujuan utama bimbingan
model ini adalah untuk mengajar dan mendidik terbimbing agar memahami
panggilan kristiani maupun panggilan hidup religius (Darminta, 2006: 23).
2) Bimbingan yang Kebapaan atau Keibuan
Dalam model ini hubungan keduanya bisa terarah pada relasi antara bapa
atau ibu dengan anak rohani. Dalam relasi demikian dapat terjadi hubungan
afektif yang mendalam hingga kepersahabatan rohani yang sejati. Model
bimbingan ini cocok bagi tahap pemula maupun suster yunior karena pada
kenyataan semua orang yang masih dalam tahap pembinaan membutuhkan sosok
pembimbing yang kebapaan maupun keibuan (Darminta, 2006: 23-24).
3) Bimbingan Rohani dalam Persahabatan
Model ini terjadi antara dua orang yang sudah dewasa. Ciri kedewasaan
misalnya mempunyai hati nurani yang cukup terdidik, merdeka dan
bertanggungjawab menjadi dasar antara orang yang membimbing dan orang yang
dibimbing. Ada perbedaan dalam kompetensi namun tidak ada rasa lebih dari
pihak yang membimbing. Dasar untuk membangun hubungan adalah cinta
persaudaraan antara anak-anak Allah. Orang yang membimbing bersedia melayani
dan membantu saudaranya dalam menumbuhkan dan memperkembangkan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
rohani. Dalam hubungan ini ada saling hormat, saling terbuka, dan saling
mempercayai. Pembimbing menjadi sahabat dan penunjuk jalan dalam perjalanan
hidup rohani orang yang dibimbing. Bimbingan ini cocok untuk yunior, medior
maupun senior (Darminta, 2006: 22-25).
4) Proses Bimbingan Rohani
Proses bimbingan rohani hampir sama dalam setiap bentuk bimbingan
menurut pelaksanaan ini yakni terdiri dari tiga bagian; 1) bagian pembuka, 2)
bagian inti dan 3) bagian penutup. Namun ada perbedaan pada bagian inti. Di
bawah ini akan dijelaskan secara singkat ketiga bagian tersebut.
(a) Pembuka
Pada bagian pembuka ini selalu diawali dengan menciptakan suasana
yang enak dan rileks (tidak tegang) tempat duduk dalam posisi nyaman untuk
bicara, ruangan yang mendukung, maupun sikap ramah dari pembimbing yang
menciptakan suasana nyaman bagi terbimbing. Setelah merasa cukup rileks bagi
kedua belah pihak pembimbing akan memulai dengan doa singkat.
(b) Inti
(1) Bentuk bimbingan yang Edukatif dan Informatif
Pada bagian inti ini, pada proses pembimbing yang memberikan
sejumlah ajaran baik teologis maupun moral dan hal-hal yang mendukung kepada
kedewasaan pribadi maupun rohani (spiritual). Meskipun demikian tidak berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
bimbingan ini melulu pengajaran namun tetap memperhatikan kebutuhan konkret
dari terbimbing.
(2) Bentuk bimbingan yang Kebapaan dan Keibuan
Proses bimbingan terjalin dengan cukup rileks dan terbuka karena relasi
afeksi yang terjadi diantara pembimbing dan terbimbing. Pembicaraan akan
mudah mengalir sampai pada hal-hal yang pribadi karena masing-masing
memiliki kepercayaan yang tinggi satu sama lain. Meskipun kedudukan berbeda
misalnya antara senior (pembimbing) dan yunior (terbimbing) namun komunikasi
mereka mendalam. Kemendalaman tersebut dapat dilihat dari sikap terbuka dan
jujur, akan seluruh pergulatan hidup terbimbing dan pembimbing hadir sebagai
ibu atau bapak rohani yang membantu mereka untuk semakin mengenal dan
menerima diri serta menerima orang lain dalam kelebihan dan kekurangannya
sehingga memungkinkan terbantunya terbimbing mencapai kedewasaan rohani.
(3) Proses Inti dalam Bimbingan Rohani bentuk Persahabatan
Pada proses inti ini terjadi komunikasi dari hati ke hati. Maka bisa
dibayangkan pembimbing dan terbimbing luwes untuk membicarakan hal-hal
yang mereka pandang perlu untuk dikomunikasikan yang bertujuan kepada
kedewasaan pribadi dan rohani (spiritual) mereka.
(c) Penutup
Pada bagian penutup selalu akan diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh
terbimbing sebagai kesempatan untuk merangkumkan seluruh isi bimbingan
rohani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c. Bimbingan menurut Situasi Konkret dan Kebutuhan Orang yang
Dibimbing
Bimbingan rohani diberikan sesuai dengan kebutuhan konkret orang
seperti: 1) bimbingan kepada kaum muda, 2) bimbingan kepada keluarga, 3)
bimbingan bagi orang yang mengatasi krisis hidup, 4) bimbingan bagi orang yang
akan menentukan jalan panggilan hidup (Darminta, 2006: 25).
1) Bimbingan bagi Kaum Muda.
Bimbingan ini memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kaum muda berupa
nilai-nilai yang dianut kaum muda, tingkat penghayatan iman dalam hidup kaum
muda, tingkat keterbukaan kaum muda akan anugerah rahmat Allah yang
bertujuan pada pengembangan kepekaan akan kehidupan yang relasional yang
mencerminkan kedalaman tanggung jawab dan cinta terhadap orang lain:
keluarga, teman (Shelton, 1988: 54).
2) Bimbingan bagi Keluarga
Keluarga adalah seminarium, persemaian hidup, nilai dan iman;
cerminan kasih Kristus kepada Gereja. Keluarga amat penting, oleh karena itu
menjadi alamat kasih bimbingan. Keluarga adalah komunitas pertama dan asal
mula keberadaan setiap manusia dan merupakan persekutuan pribadi-pribadi
(comunio personarum) yang hidupnya berdasarkan dan bersumber pada
cintakasih. (Konferensi Waligereja Indonesia, 2011: 10). Keluarga menjadi tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
asal dan upaya efektif untuk membangun masyarakat yang manusiawi dan rukun.
Oleh karena itu, keluarga Katolik diharapkan dapat menyumbangkan keutamaan-
keutamaan dan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya (KWI, 2011: 18).
3) Bimbingan bagi Orang yang Mengatasi Krisis Hidup
Hampir semua orang pernah menghadapi yang namanya krisis dalam
perjalanan hidupnya entah itu krisis komunikasi, krisis kepercayaan diri dll. Krisis
merupakan saat sulit bagi mereka yang sedang mengalaminya dan seringkali
membutuhkan bantuan dari mereka yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
untuk menolong mereka menangani krisis yang sedang dialami seseorang itu
sehingga ia bisa keluar dari krisis itu dan belajar dari pengalaman tersebut.
4) Bimbingan bagi Orang yang akan Memilih Panggilan Hidup
Dalam konteks Gereja Katolik ada beberapa jenis status yang biasa
disebut sebagai panggilan hidup misalnya panggilan menjadi Imam, biarawan-
biarawati, berkeluarga atau memilih hidup sendiri tidak menjadi Imam dan
biarawan-biarawati tetapi juga tidak menikah (berkeluarga) namun mereka
bekerja dengan giat dalam bidang sosial. Semua jenis panggilan di atas dipandang
baik karena itulah banyak orang mengalami kebingungan untuk menentukan
pilihan yang tepat dan sesuai dengan dirinya. Orang yang dalam kondisi
kebingungan membutuhkan bantuan dan pertolongan guna menemukan status atau
pilihan hidup, oleh karena itu orang dalam kondisi ini perlu dibantu agar dapat
keluar dari situasi kebingungan yang sedang di alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
4. Peranan Pembimbing Rohani
Pembimbing rohani harus melaksanakan bimbingan dalam rangka hidup
menggereja dan atas nama gereja, maupun demi pelayanan bagi orang yang
dibimbing. Karena kehadirannya merupakan kehadiran yang personal, maka
bimbingan rohani juga mencakup suatu proses kesatuan hidup dalam Kristus.
Adapun peranan pembimbing adalah:
a. Membimbing
Orang yang membimbing harus lebih unggul dari pada yang mereka
bimbing, misalnya harus memiliki pengetahuan dan pengalaman rohani melebihi
orang yang dibimbing dan kelebihan itu dapat membantu terbimbing tersebut,
namun demikian bukan berarti terbimbing sama sekali belum dewasa tetapi sudah
mengarah kesana, dan dalam kenyataan demikian baru mungkin ada komunikasi
antarpribadi antara pembimbing dan terbimbing.
b. Sahabat dan Teman Perjalanan
Pembimbing rohani hadir sebagai sahabat dan teman perjalanan bagi
orang yang dibimbing, ia menjadi orang yang penuh perhatian, mendengarkan,
bersikap empatik terhadap orang yang dibimbing, dengan demikian pembimbing
rohani bukanlah penentu jalan hidup bagi orang yang dibimbing. Dia menjadi
sahabat yang menemani dan membantu perjalanan hidup orang itu, sebagai
sahabat pembimbing rohani diharapkan dapat mengenal, mengetahui keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
orang yang ditemani dan membantu perjalanan iman terbimbing (Darminta, 2006:
36).
c. Penopang
Seorang pembimbing rohani sudah memiliki pengalaman hidup bersama
Allah, ia mengenali kehadiran Allah dalam setiap pengalamannya. Berdasarkan
pengalaman itu pula ia mampu menopang orang yang dibimbing sehingga selalu
mampu memusatkan hidupnya kepada Allah. Menopang juga dalam arti
mempermudah orang yang dibimbing dalam penghayatan hidup bersama Allah
dalam hidup konkret setiap hari. Terbimbing diharapkan sampai pada pengalaman
iman yang personal, konkret dan historis dan menghayatinya secara otentik lewat
penegasan rohani, yang dilakukan dalam suasana doa dan refleksi rohani, yang
menumbuhkan percakapan dari hati ke hati dengan Allah (Darminta, 2006: 36).
d. Teladan
Seorang pembimbing rohani adalah orang yang bergaul erat dengan
Allah serta memiliki pengalaman dalam penghayatan imannya, mengenal gerakan
roh dan seorang pendoa sejati. Pembimbing juga harus memiliki kemampuan
untuk membantu orang lain masuk kedalam pergaulan dengan Allah. Walaupun
kita sadari bahwa pembimbing rohani itu juga adalah suatu karunia roh atau suatu
karisma.
Seorang pembimbing harus mampu membangun hubungan secara
merdeka, terbuka dan penuh penghargaan maupun hormat kepada orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dibimbingnya, artinya bahwa orang yang dibimbing semakin mengenal dirinya
secara mendalam, tetapi bukan diri yang tertutup melainkan diri yang terbuka
kepada roh. Kehadiran personal ini merupakan komunikasi dalam iman.
Komunikasi ini biasanya terjadi dengan adanya wawancara, yang sifatnya lebih
memperjelas kesatuan hidup itu sendiri. Dengan demikian wawancara/sharing
merupakan bagian sentral dalam bimbingan rohani. Karenanya, bimbingan rohani
juga mengandaikan suatu seni wawancara. Kemampuan wawancara merupakan
tuntutan mutlak dari seorang pembimbing (Darminta, 2006: 37).
B. Kemampuan Komunikasi Antarpribadi
Pada bagian ini akan diulas sejumlah hal, antara lain 1) pengertian
komunikasi secara umum, 2) Unsur-unsur komunikasi, 3) pengertian komunikasi
antarpribadi, 4) Syarat-syarat terjadinya komunikasi, 5) Tingkatan komunikasi.
1. Pengertian Komunikasi secara Umum
Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yaitu kata depan yang berarti
dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari
kedua kata ini terbentuk kata benda communio dan dalam bahasa Inggris menjadi
communion yang berarti kebersamaan, persekutuan, gabungan, pergaulan,
hubungan. Untuk ber-communio dibutuhkan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat
kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang,
memberikan sebagian kepada seseorang, tukar-menukar, membicarakan sebagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kepada seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap,
bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Proses dalam komunikasi adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan) (Agus M. Hardjana, 2003: 10). Harold Laswell dalam karyanya ”The
Structure and Function of Communication in Society” mengartikan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Steven J. Stein, Ph.D dan Howard E. Book, M. D. dalam bukunya yang
berjudul Ledakan EQ (2000: 165) mengungkapkan bahwa komunikasi
antarpribadi adalah kemampuan membina dan memelihara hubungan yang saling
memberi serta menerima kasih sayang. Keterampilan menjalin hubungan
antarpribadi yang positif dicirikan oleh kepedulian kepada sesama. Hal-hal yang
dibutuhkan dalam memelihara komunikasi antarpribadi yang baik:
• Pertama: menyangkut sikap menyadari lingkungan sosial kita; bagian ini
mengajari kita tentang kapan, di mana, dan mengapa kita memulai dan
mengakhiri berbagai macam antaraksi.
• Kedua: yakni peningkatan keterampilan antarpribadi, menyangkut aspek
verbal maupun nonverbal antaraksi ini-cara menjadi pendengar yang
baik, cara mengalihkan topik pembicaraan.
• Ketiga: menyorot keterampilan berbicara di depan khalayak. Apabila kita
merasa nyaman berbicara di depan sekelompok orang, kita berpeluang
lebih besar untuk dapat mengembangkan jaringan pergaulan yang
bermanfaat dan mengembangkan hubungan antarpribadi yang tahan lama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dan bermakna. Ranah antarpribadi berkaitan dengan “keterampilan
bergaul” yang kita miliki. Kemampuan kita berinteraksi dan bergaul baik
dengan orang lain, terdiri dari tiga skala: (1) empati adalah kemampuan
untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain. Tanggung jawab sosial
adalah kemampuan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat
bekerja dan yang bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya. Hubungan
antapribadi mengacu pada kemampuan untuk menciptakan dan
mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan, dan ditandai
oleh saling memberi dan menerima dan rasa kedekatan emosional. (2)
ranah penyesuaian diri berkaitan dengan kemampuan untuk bersikap
lentur dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul.
(3) uji realitas adalah kemampuan untuk melihat sesuai dengan
kenyataannya, bukan seperti yang kita inginkan atau takuti; sikap
fleksibel kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran dan
tindakan kita dengan keadaan yang berubah-ubah dan pemecahan
masalah yakni kemampuan untuk mendefenisikan permasalahan,
kemudian bertindak untuk mencari dan menerapkan pemecahan yang jitu
dan tepat.
2. Unsur-unsur dalam Komunikasi
Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yakni komunikator, medium,
komunikan, prosedur pengiriman pesan, tanggapan/reaksi. Unsur-unsur pokok
tersebut akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
a. Pengirim Berita atau Komunikator
Pihak komunikator berusaha menyampaikan apa yang terkandung dalam
pikirannya secara jelas kepada pihak yang menerima pesan atau berita sehingga
mudah dan cepat dipahami. Dalam menerima pesan atau berita komunikan
berusaha juga memperhatikan dengan siapa atau kepada siapa pesan itu
disampaikan. Penyampaian berita harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan
pihak penerima berita. Antara pengirim berita/pesan dan penerima berita harus
ada pengalaman yang sama (Wursanto, 1994: 34).
b. Medium atau Bentuk Pesan
Pesan atau berita yang disampaikan dalam berbagai bentuk, misalnya
bentuk perintah, instruksi, saran, usul (baik secara lisan maupun secara tertulis),
bentuk pengumuman, edaran, saran, dalam bentuk tulisan, gambar, kode dll. Isi
pesan harus jelas sehingga apa yang dimaksud oleh pengirim berita dapat diterima
oleh pihak penerima berita (Wursanto, 1994: 34).
c. Komunikan
Pihak komunikan harus mengadakan tanggapan terhadap berita yang
diterima. Penerima pesan harus menafsirkan pesan yang diterima seperti yang
dimaksudkan oleh pengirim pesan (Wursanto, 1994: 34).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
d. Prosedur Pengiriman Pesan
Prosedur pengiriman pesan menyangkut sarana yang dipakai untuk
mengirim pesan. Ada tiga macam sarana yang diperlukan dalam proses
komunikasi tergantung sifat berita yang akan disampaikan. Kita bedakan 3 macam
bentuk berita, yaitu:
1) Berita yang sifatnya audible yaitu berita yang dapat didengar, baik
secara langsung, maupun tidak langsung (melalui telepon, radio) maupun
dengan menggunakan tanda-tanda seperti lonceng, sirene.
2) Berita yang sifatnya visual (dapat dilihat), baik yang berbentuk tulisan
(surat, pengumuman, edaran, buletin, majalah) gambar-gambar, poster
serta tanda-tanda lain misalnya sinar lampu, bendera.
3) Berita yang bersifat audio – visual (dapat didengar dan dilihat), baik
melalui, Televisi, Film, Pameran, kesenian. (Wursanto, 1994: 35).
e. Tanggapan/ reaksi
Reaksi yang diberikan oleh pihak penerima pesan disebut tanggapan/
umpan balik. Dengan tanggapan atau umpan balik yang diberikan oleh pihak
penerima berita, maka pihak pengirim atau komunikator dapat mengetahui apakah
berita yang dikirim itu sampai dan dipahami atau tidak oleh komunikan. Dengan
diterimanya tanggapan/umpan balik dari komunikan, maka akan terjadi
komunikasi dua arah (Wursanto, 1999: 35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau
beberapa orang, di mana pengirim pesan (komunikator) dapat menyampaikan
pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi
pesan secara langsung pula (Agus. M . Hardjana, 2003: 85). Menurut Supratiknya.
A (1995: 30) komunikasi antarpribadi adalah dialog antar dua pribadi yang
memiliki relasi dekat. Dalam bimbingan rohani, komunikasi antarpribadi adalah
dialog antar suster terbimbing dengan suster pembimbing rohani yang
dilaksanakan secara intensif sebulan sekali atau lebih sesuai kebutuhan terbimbing
dan atas pertimbangan dari suster pembimbing rohani sendiri.
Komunikasi antarpribadi hampir selalu berlangsung dalam bentuk verbal
yang disertai dengan ungkapan-ungkapan nonverbal dan terlaksana secara lisan.
Dalam komunikasi antarpribadi berbeda tingkat kedalaman komunikasinya,
tingkat intensifnya, dan tingkat ekstensifnya. Komunikasi antarpribadi antara dua
orang kenalan berbeda dengan komunikasi antarpribadi sebagai sahabat atau
pacar. Namun karena sifat dinamis dari komunikasi bisa jadi kenalan menjadi
sahabat. Ada tiga perilaku dalam komunikasi antarpribadi yaitu 1) perilaku
spontan adalah perilaku yang dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor
serta revisi secara kognitif. Artinya perilaku itu terjadi begitu saja. Jika verbal
perilaku spontan bernada asal bunyi. Misalnya, “ Hai”, “Aduh”. Perilaku spontan
nonverbal, misalnya meletakkan telapak tangan pada dahi waktu kita sadar telah
berbuat keliru atau lupa, melambaikan tangan ketika kita berpapasan dengan
teman. 2) Perilaku menurut kebiasaan adalah perilaku yang pelajari dari kebiasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kita misalnya “selamat datang” bagi teman yang baru datang, “ Apa kabar” pada
waktu kita berjumpa dengan teman. 3) Perilaku sadar adalah perilaku yang dipilih
karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada. Perilaku itu dipikirkan dan
dirancang sebelumnya, dan disesuaikan dengan orang yang dihadapi, urusan yang
harus diselesaikan, dan situasi serta kondisi yang ada.
4. Syarat-syarat terjadinya Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan sarana yang efektif untuk menjalin
relasi yang akrab dan saling memperkembangkan diri. Untuk mencapai
komunikasi yang efektif perlu memperhatikan syarat-syarat komunikasi antar
pribadi. Menurut Supratiknya, (1995) syarat-syarat penting dalam komunikasi
antarpribadi meliputi:(1) pembukaan diri, (2) saling membangun kepercayaan, (3)
saling mendengarkan sambil memahami,(4) saling mengungkapkan secara verbal
dan nonverbal (5) saling menerima dan mendukung. Berikut ini peneliti akan
menguraikan kelima syarat tersebut.
a. Pembukaan diri (self-disclosure)
Pembukaan diri (self-disclosure) artinya pengungkapan reaksi atau
tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan
informasi tentang masa lalu yang sesuai atau memahami tanggapan kita dimasa
kini. Membuka diri berarti membagikan diri kepada orang lain perasaan kita
terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan, atau perasaan kita terhadap
kejadian-kejadian yang baru saja disaksikan bersama (Supratiknya, 1995: 14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Membuka diri disini mengandung dua sisi yang berlangsung serentak
atau menunjukkan adanya hubungan timbal balik antar pengirim pesan dan
penerima pesan. Membuka diri berarti bersifat realistik. Karena itu perlulah
bersikap jujur, tulus dan otentik (Supratiknya, 1995: 16). Selain itu membuka diri
merupakan langkah pertama ke arah pemahaman diri dan pembuatan keputusan.
Artinya seseorang itu berniat untuk mengubah perilaku yang menghambat ke
perilaku lebih efektif. Semakin banyak informasi diketahui mengenai diri kita
semakin jelas. Dengan demikian semakin orang membuka diri, semakin berkurang
daerah tersembunyi dan daerah butanya (Supratiknya, 1995: 17). Dengan
mengurangi daerah tersembunyi, kita semakin mengenali diri kita dan mempunyai
kesempatan untuk memperbaiki perilaku kita, misalnya perilaku yang kurang
mendukung panggilan ke arah yang lebih baik dan juga membuat kita semakin
sehat secara pshikologis. Membuka diri juga berarti terbuka terhadap aneka
umpan balik dari orang lain yang dapat membantu meningkatkan pemahaman diri
kita, yakni membuat kita sadar akan aspek-aspek diri serta konsekuensi perilaku
kita yang tidak pernah kita sadari sebelumnya (Supratiknya, 1995: 20)
Dalam pembinaan melalui bimbingan rohani diharapkan pembimbing
rohani dan para suster terbimbing memiliki sikap terbuka secara jujur dan
realistis. Sikap-sikap ini membuka peluang bagi pembimbing rohani dan suster
terbimbing saling memperkembangkan dalam aspek kepribadian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b. Saling Membangun Kepercayaan
Untuk membangun sebuah relasi, dua orang harus saling mempercayai.
saling percaya dibangun lewat resiko dan peneguhan, serta dihancurkan lewat
resiko dan penolakan. Adapun langkah-langkah dalam membangun kepercayaan
yaitu: pertama pribadi A mengambil resiko dengan mengungkapkan pikiran,
perasaan dan reaksinya terhadap situasi tertentu kepada B. kedua pribadi B
menanggapi pikiran, perasaan dan reaksinya terhadap situasi A. Unsur saling
membangun kepercayaan artinya pribadi B menunjukkan penerimaan, dukungan,
dan kerjasama kepada pribadi A. sedangkan pribadi A menanggapinya dengan
mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi terhadap situasi kepada pribadi B
(Supratiknya, 1995: 27). Jadi, mempercayai artinya: pribadi A mampu dan rela
menghadapi resiko. Pribadi A, menerima akibat menguntungkan atau merugikan
dengan menjadikan diri rentan di hadapan orang lain. Tepatnya memercayai
meliputi: membuka diri dan rela menunjukkan penerimaan dan dukungan kepada
orang lain. Sedangkan dipercaya berarti pribadi B rela menanggapi orang lain
yang ambil resiko dengan cara menunjukkan jaminan bahwa orang lain tersebut
akan menerima akibat-akibat yang menguntungkan (Supratiknya, 1995: 28).
Dalam konteks bimbingan rohani, diharapkan pembimbing rohani membantu para
suster memiliki sikap mempercayai suster pembimbing rohani demikian juga
pembimbing rohani juga memiliki sikap dapat dipercayai oleh para suster
terbimbing sehingga komunikasi antarpribadi menjadi lancar dengan demikian
tujuan komunikasi dapat tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
c. Saling Mendengarkan dan Memahami
Unsur saling mendengarkan dan sambil memahami artinya pihak
pengirim pesan dan penerima pesan mengembangkan pemahaman empatik yaitu
mendengarkan dengan penuh perhatian pada apa yang diungkapkan orang lain
serta memahaminya dari sudut pandang pengirim pesan. Artinya sebelum
mengutarakan sesuatu seseorang harus memperhatikan sudut pandang lawan
komunikasi, apa yang diketahui oleh lawan komunikasinya tentang hal yang akan
kita ungkapkan, informasi lebih lanjut mana yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
lawan komunikasi kita tentang hal yang ia utarakan serta menerima pesan secara
tepat (Supratiknya, 1995: 43-47).
Dalam konteks bimbingan rohani diharapkan pembimbing rohani
memiliki sikap empati (mendengarkan dengan empatik). Sikap tersebut menjadi
peluang yang besar bagi pembimgbing rohani untuk dapat membantu para suster
terbimbing berkembang dalam panggilannya melalui proses bimbingan rohani.
d. Saling Mengungkapkan Perasaan secara Verbal dan secara Nonverbal
Saling mengungkapkan perasaan ada dua macam yaitu kemampuan
mengungkapkan perasaan secara verbal dan secara nonverbal. Kemampuan
mengungkapkan perasaan secara verbal artinya mengungkapkan perasaan dengan
menggunakan kata-kata baik secara langsung mendeskripsikan perasaan yang kita
alami maupun tidak. Secara nonverbal adalah mengungkapkan perasaan dengan
menggunakan isyarat selain kata-kata, misalnya: raut muka, nada suara,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
senyuman, sorot mata, menunduk, menggelengkan kepala, mengangguk, kepalan
tangan (Supratiknya 1995: 63).
e. Saling Menerima dan Mendukung
Saling menerima dan mendukung merupakan hal penting dalam
komunikasi sehingga menjadi efektif. Sikap menerima dan mendukung mendapat
peluang untuk menolong orang sebagai partner berbicara, sehingga ia mampu
melihat kesempatan yang baik untuk berkembang dan menyusun strategi yang
tepat untuk menyelesaikan masalahnya. Sikap menerima dan mendukung menjadi
ciri khas seorang pembimbing rohani yang berperan sebagai penolong
(Supratiknya, 1995: 70-72).
5. Tingkat Komunikasi Antarpribadi
Tingkat terendah dalam komunikasi adalah situasi dengan tingkat
kepercayaan rendah di antara orang yang terlibat dalam komunikasi. Tingkat
kepercayaan rendah memiliki ciri sikap defensif, protektif, dan sering
menggunakan bahasa hukum, yang meliputi semua dasar dan menguraikan
penentu dan klausa pengelakan seandainya keadaan menjadi tidak menyenangkan.
Komunikasi seperti ini hanya menghasilkan menang/kalah atau kalah/kalah.
Komunikasi ini tidak efektif karena tidak ada keseimbangan dan dalam
komunikasi seperti ini orang akan cenderung menciptakan alasan untuk membela
dan melindungi diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tingkat sedang atau posisi tengah dalam komunikasi adalah komunikasi
penuh respek. Pada tingkat ini orang lumayan matang berinteraksi. Mereka
memiliki resfek satu sama lain, tetapi mereka ingin menghindari kemungkinan
konfrontasi yang tidak menyenangkan, sehingga mereka berkomunikasi dengan
sopan, tetapi tidak empati. Mereka mungkin mengerti satu sama lain secara
intelektual, tetapi mereka tidak benar-benar saling melihat secara mendalam
paradigma dan asumsi yang mendasari posisi mereka dan tidak menjadi terbuka
terhadap kemungkinan-kemungkinan baru.
Tingkat tinggi atau posisi teratas dalam komunikasi adalah komunikasi
sinergistik yang dicirikan oleh kepercayaan yang tinggi, relasi yang erat, sangat
terbuka satu sama lain, sangat kreatif, Sinergi adalah aktivitas tertinggi dalam
semua kehidupan. Respek diantara mereka yang berkomunikasi sangat tinggi.
Bila menghadapi perbedaan tidak akan ada pertentangan dan pembelaan diri tetapi
justru usaha tulus untuk mengerti. Sikapnya adalah “ jika seseorang dengan
kepandaian, kecakapan, dan komitmen seperti anda tidak setuju dengan saya,
maka pasti ada sesuatu yang anda tidak setujui yang tidak saya mengerti, dan saya
perlu mengerti hal itu. Anda mempunyai perspektif, kerangka acuan, yang perlu
saya lihat”. Interaksi nonprotektif pun berkembang, dan budaya yang luar biasa
pun lahir (Covey, 1997: 261-270).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
C. Penelitian yang Relevan
Berikut ini penelitian yang berhubungan dengan komunikasi
antarpribadi. yang telah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Pada tahun 2009 Noren mengadakan penelitian tentang komunikasi
antarpribadi. Skripsinya berjudul”Deskripsi Persepsi Para Suster Yunior
Kongregasi FSE Angkatan 2002-2008 Tentang Komunikasi Antarpribadi Antara
Mereka Dengan Pemimpin Komunitas Dalam Bimbingan Pribadi”. Masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah persepsi para suster
yunior tentang komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin
komunitas dalam bimbingan pribadi. Hasil penelitian menyatakan bahwa persepsi
suster yunior kongregasi Fransiskan Santa Elizabeth angkatan 2002-2008 tentang
komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam
bimbingan pribadi berada pada kategori baik. Dari 33 suster yunior ada 31 suster
yunior (94%) dengan skor di atas rata-rata berkategori baik dan ada dua suster
yunior (6%) yang menunjukkan skor di bawah rata-rata berkategori kurang baik.
Dengan demikian sebagian besar suster mempersepsikan secara positif
komunikasi antarpribadi antara mereka dengan pemimpin komunitas dalam
bimbingan sudah baik. Hal ini menjadi tantangan bagi pemimpin komunitas dan
suster yunior agar memelihara dan mempertahankan komunikasi yang sudah
tergolong baik dalam proses bimbingan pribadi (Noren, 2009: 58).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
D. Kerangka Pikir dan Hipotesis
1. Kerangka Pikir
Bimbingan rohani adalah hubungan tetap antara dua orang di mana yang
satu mencari pengaruh dari yang lain dalam perkembangan hidup rohani.
Pengaruh itu ditujukan kepada kedewasaan rohani yaitu kepada kedewasaan
pribadi di mana orang dapat dengan sadar dan bebas melaksanakan diri menurut
nilai-nilai manusiawi yang sekaligus menjadi norma dan daya penarik baginya.
Nilai dan norma itu tidak dipelajari secara teoritis tetapi dalam hubungan pribadi.
Upaya yang dilakukan dalam pembinaan religius untuk mencapai kedewasaan
rohani terbimbing melalui pendidikan atau pembinaan salah satunya ialah melalui
bimbingan rohani adapun tema dalam setiap bimbingan rohani adalah
penghayatan cinta kepada Allah dan sesama. Tema penghayatan cinta ini
mendasari kedewasaan manusiawi. Kedewasaan manusiawi ditandai dengan
kemampuan untuk mendengarkan, menghargai orang lain, sabar, toleran, mudah
menyesuaikan diri, mampu kerja sama, baik hati, tulus ikhlas, murah hati, tabah,
tangguh, tahan banting, bertanggung jawab, mandiri, berani menanggung resiko,
dapat dipercaya, mampu menyelesaikan tugas, tidak mengorbankan sesama,
mampu menyimpan rahasia dan memiliki kemampuan komunikasi antarpribadi.
Kemampuan komunikasi antarpribadi adalah kemampuan membina dan
memelihara komunikasi yang saling memberi serta menerima kasih sayang
sehingga merasakan kenyamanan dalam jalinan komunikasi dengan sesama.
Kemampuan komunikasi antarpribadi ini dipengaruhi oleh banyak faktor salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
satunya adalah pendidikan melalui bimbingan rohani. Dengan demikian maka,
bimbingan rohani mempengaruhi kemampuan komunikasi antarpribadi.
2. Hipotesis
Berdasarkan Kajian pustaka dan kerangka pikir tersebut, maka dapat
diajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H0: Tidak ada pengaruh signifikan dari bimbingan rohani terhadap kemampuan
komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun
ke bawah dalam KSFL.
H1: Ada pengaruh yang signifikan dari bimbingan rohani terhadap kemampuan
komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun
ke bawah dalam KSFL.
Hipotesis yang diajukan di atas diuji pada taraf signifikansi 5%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif regresional. Penelitian
kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan kuantifikasi angka mulai
dari pengumpulan data, pengolahan data yang diperoleh, sampai pada penyajian
data, yaitu untuk menunjukkan pengaruh antara variabel x (bimbingan rohani)
terhadap variabel y (kemampuan komunikasi antarpribadi).
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan prinsip dasar penelitian Ex Post
Facto. Yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti atau mengkaji suatu
kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan melihat ke belakang faktor-faktor
yang relevan yang mempengaruhi dan menimbulkan kejadian atau peristiwa
tersebut (Sugiono, 1999:7). Logika dasarnya sama dengan penelitian eksperimen,
yaitu jika X maka Y, hanya saja dalam penelitian ini tidak ada manipulasi
(treatment) terhadap variabel bebas (independen). Desain penelitian ini dapat
dilukiskan sebagai berikut :
Variabel ( X ) Variabel ( Y )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Keterangan :
X : Bimbingan rohani para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke
bawah dalam KSFL.
Y : Kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul
kekal lima tahun ke bawah dalam KSFL.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Kongregasi Suster Fransiskan Santa
Lusia Pematangsiantar.
2. Waktu : Penelitian, dilaksanakan pada bulan Juli 2012.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suster yunior dan suster
yang berkaul kekal lima tahun ke bawah. Berdasarkan data yang diperoleh dari
pihak Kongregasi, jumlah populasi suster yunior dan suster kaul kekal usia lima
tahun ada 60 orang. Penelitian ini bersifat populatif artinya seluruh populasi
dijadikan responden.
Suster yunior dan suster kaul kekal usia lima tahun dipilih karena pada
tahap ini para suster yunior sudah dan masih intensif melaksanakan bimbingan
rohani sedangkan para suster yang berkaul kekal lima tahun ke bawah memiliki
pengalaman yang mendalam tentang bimbingan rohani, sehingga diharapkan data
penelitian menjadi lebih valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 1: Jumlah Responden
Kaul Sementara Kekal Jumlah Populasi 40 20 60 suster
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur. Terdiri dari
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah “Bimbingan rohani” sedangkan variabel terikatnya
yaitu “ kemampuan komunikasi antarpribadi”.
2. Definisi Konseptual Variabel
Berdasarkan kajian pustaka yang dipaparkan pada BAB II, maka definisi
konseptual untuk variabel bimbingan rohani (X) adalah hubungan tetap antara dua
orang di mana yang satu mencari pengaruh dari yang lain dalam perkembangan
hidup rohani. Pengaruh itu ditujukan kepada kedewasaan rohani yaitu kepada
kedewasaan pribadi di mana orang dapat dengan sadar dan bebas melaksanakan
diri menurut nilai-nilai manusiawi yang sekaligus menjadi norma dan daya
penarik baginya. Nilai dan norma itu tidak dipelajari secara teoritis tetapi dalam
hubungan pribadi dengan pembimbing.
Definisi konseptual untuk kemampuan komunikasi antarpribadi (Y)
yaitu interaksi tatap muka antar dua orang atau lebih, di mana pengirim pesan
(komunikator) dapat menyampaikan pesan dan penerima pesan dapat menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dan menanggapi pesan. Dewasa ini orang-orang berkomunikasi melalui media
misalnya media cetak, media visual, media auditif maupun media audio-visual.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani yang dilaksanakan dalam pembinaan religius adalah
merupakan perjumpaan pribadi antara pembimbing dan terbimbing secara rutin
dan intensif dalam sharing pengalaman serta mengolah pengalaman itu adapun
maksud bimbingan rohani ini adalah supaya terbimbing mencapai kedewasaan
manusiawi maupun spiritual.
b. Kemampuan Komunikasi Antarpribadi
Kemampuan komunikasi antarpribadi adalah keterampilan di mana
seseorang dapat menerima dan mengirim pesan secara tepat dan jelas, maka
orang-orang yang berkomunikasi diandaikan memiliki kesamaan paham dan
pengetahuan akan sesuatu hal sehingga interaksi di antara mereka dikatakan
komunikatif dan menghasilkan umpan balik yang tepat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
penyebaran kuesioner. Instrumen yang didistribusikan kepada para suster yunior
dan para suster kaul kekal usia lima tahun dalam Kongregasi Suster Fransiskan
Santa Lusia Pematangsiantar. Instrumen yang didistribusikan kepada para suster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
yunior dan kaul kekal usia lima tahun Pematangsiantar sebagai sampel sekaligus
populasi penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
skala diferensial semantik. Skala diferensial semantik atau skala perbandingan
semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) untuk
mengungkapkan indikator dari variabel bebas dan variabel terikat (Riduwan,
2010: 92). Instrumen ini bersifat tertutup, artinya jawaban untuk pernyataan sudah
disediakan pada kolom jawaban. Responden tinggal memilih salah satu alternatif
jawaban yang sesuai.
Instrumen skala diferensial semantik meliputi pertanyaan dan pernyataan
tertulis mengenai bimbingan rohani (X) dan kemampuan komunikasi antarpribadi
(Y). Adapun rincian pernyataan setiap variabel sebanyak 30 pernyataan. Terdapat
satu alternatif jawaban pada pernyataan variabel x dan y pada skala diferensial
semantik, yaitu; selalu- tidak pernah dengan bobot nilai berjenjang yaitu; 5,4,2,1.
Kecuali item, 40,47 yang berisi pernyataan negatif (unfavorable) sehingga
penilaiannya dibalik yaitu; 1, 2, 4, 5. Jadi nilai maksimum yang dapat diperoleh
tiap item pernyataan adalah 5 poin, dan terendah 1 poin.
Tabel 2: Skor alternatif variabel Skor
Alternatif jawaban Skor Selalu-Tidak pernah 5-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
6. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 3
Kisi-Kisi Instrumen Variabel
Bimbingan Rohani
No Sub Variabel Indikator Item Soal
Jumlah Soal
1. Pembimbing Mampu mendengarkan. 2 1-7
Mampu berdialog. 1 Mampu menangkap bahasa nonverbal.
2
Mampu menangkap karya Roh dalam jiwa terbimbing.
2
2. Proses Ada jadwal yang teratur dan rutin untuk bimbingan rohani.
2
8-19
Menggunakan metode yang mendukung proses bimbingan rohani.
1
Menggunakan sarana yang mendukung bimbingan rohani.
1
Menggunakan langkah - langkah dalam bimbingan yakni bagian pembuka, inti dan penutup
5
Menggunakan model-model bimbingan yakni informatif, kebapaan/keibuan serta model persahabatan.
3
3. Terbimbing Memiliki kerinduan untuk berkembang secara rohani.
1
20-25
Melakukan latihan rohani. 3
Terbuka dan jujur kepada pembimbing.
2
4. Tujuan Menunjukkan tanda-tanda rohani dari terbimbing.
4
26-30
Tanda-tanda rohani dari pengamatan pembimbing.
1
Jumlah Total 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel 4
Kisi-Kisi Instrumen Variabel
Kemampuan komunikasi antarpribadi.
No. Sub Variabel Indikator Item Soal
No Item
1. Menerima pesan.
Memahami latar belakang lawan bicara.
2 31-38 Menangkap bahasa verbal dan
nonverbal dari lawan bicara dengan tepat dan benar.
5
Memberikan tanggapan dengan tepat.
1
2 Menyampaikan Pesan.
Menunjukkan Integritas 3 39-48
Menunjukkan komitmen. 2 Menyampaikan pesan dengan medium yang tepat.
5
3 Suasana Penuh persahabatan. 4 49-60 Terbuka. 5 Memperhatikan tempat dan waktu yang tepat.
3
Jumlah Total 30
Butir yang didistribusikan kepada responden untuk diisi berjumlah 60
eksemplar. Eksemplar yang kembali tiga minggu berikutnya sejumlah 60
eksemplar. Keseluruhan instrumen memiliki jawaban yang lengkap sehingga
layak untuk digunakan dalam analisis lebih lanjut.
7. Pengembangan Instrumen
a. Uji Coba Terpakai
Uji coba instrumen ini bersifat ujicoba terpakai dalam arti peneliti hanya
satu kali menyebarkan instrumen untuk dipakai dalam mengumpulkan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
penelitian. Butir instrumen yang sudah diisi oleh responden akan diuji tingkat
validitas dan reliabilitas rendah akan dibuang dan tidak dipakai dalam analisa
data. Sedangkan yang memenuhi syarat dalam uji validitas dan reliabilitas akan
dipakai untuk menguji hipotesis.
b. Uji Validitas
Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu
memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi uji validitas
dan reliabilitas. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak
memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya
diperlukan uji validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam
penelitian.
Menurut Hadi (1990: 102) validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat
mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur,
artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam uji coba
terpakai menggunakan validitas butir dengan taraf signifikansi 0,05 dengan N 60
orang, maka butir yang memiliki koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan
0,254 dianggap valid dan layak digunakan dalam penelitian ini. Uji validitas
dalam penelitian ini perhitungan dibantu dengan program SPSS 16.0 for windows.
Hasil validitas butir pada bimbingan rohani dari 30 soal yang di uji
terdapat rentang hasil validitas yang di peroleh adalah 0,41 - 0,75. Semua soal
valid dengan demikian 30 soal tersebut layak di analisis kebih lanjut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Pada variabel kemampuan komunikasi antarpribadi, nilai hasil uji
validitas, memiliki rentang dari 0,03-0,66. Dari 30 soal terdapat satu butir soal
yang tidak valid karena memiliki nilai kurang dari 0,240 yaitu nomor 43 (0,03).
Dengan demikian terdapat 29 butir soal pada variabel kemampuan komunikasi
antarpribadi yang dinyatakan valid dan layak untuk dianalisis lebih lanjut.
c. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat
pengumpul data yang digunakan (Riduwan, 2010: 213). Uji reliabilitas dalam
penelitian ini mengukur konsistensi internal, yaitu apakah item-item dari skala
yang dipakai berhubungan satu dengan yang lainnya. Besar koefisien reliabilitas
berkisar antara 0,00 sampai dengan 1.00. Jika koefisien semakin mendekati 1.00
maka hasil pengukuran mendekati taraf sempurna. Dalam penelitian ini, uji
reliabilitas dilakukan dengan tehnik formula Alpha Cronbach menggunakan
program SPSS 16.0 for windows.
8. Deskripsi Data
Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh nilai rata-rata variabel
dengan mengklasifikasikan data variabel menurut tingkat tertentu, Deskripsi data
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items 0,943 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tersebut meliputi rata-rata (mean), standar deviasi, rentang skor (range), skor
minimun dan maksimum, nilai yang sering muncul (modus), skor total (sum) dan
frekuensi dari skala yang digunakan dalam penelitian ini. Deskripsi data tersebut
berdasarkan kategori dari setiap variabel.
a. Bimbingan rohani
Penentuan kategori butir ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Smak : skor maksimal
Smin : skor minimal
N : rentang skala tiap item instrumen
Dari 30 butir dengan skala 1-5 dari instrumen yang ada diperoleh skor
tertinggi adalah 150, skor terendah adalah 30, sedangkan interval adalah 5
Maka: 150 – 30 = 24
5
Tabel 6. Kriteria kategori variabel X
Kategori Interval Sangat Baik 127-150 Baik 103-126 Kurang baik 79-102 Tidak baik 55-78 Sangat tidak baik 30-54
Smak - Smin
N
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
b. Kemampuan Komunikasi Antarpribadi
Dari 29 butir dengan skala 1-5 dari instrumen yang ada, diperoleh skor
tertinggi adalah 145, skor terendah adalah 29, sedangkan interval adalah 5
Maka: 145 – 29 = 23
5
Tabel 7. Kriteria kategori variabel Y
Kategori Interval Sangat Baik 123-145 Baik 100-122 Cukup 77-99 Kurang 54-76 Sangat kurang 29-53
F. Uji Persyaratan Analisis
Setelah alat ukur diuji validitas dan reliabilitasnya, maka tahap
selanjutnya ialah uji persyaratan analisis data yang dilakukan dengan uji
normalitas data, uji linieritas dan homokedastisitas dengan teknik analisis regresi
sederhana. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data skala ordinal
yaitu data mengenai bimbingan rohani dan kemampuan komunikasi antarpribadi
yang didasarkan pada urutan jenjang dari yang lebih tinggi hingga yang paling
rendah.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas distribusi frekuensi dilakukan untuk mengetahui normal
atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis analisis
statistik selanjutnya (Riduwan, 2010: 17). Uji normalitas ini juga menjadi salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
satu indikator untuk mengetahui bahwa data hasil analisis dari sampel layak untuk
digeneralisasikan pada populasi. Data yang perlu diuji normalitas distribusi
frekuensi dalam penelitian ini ada dua kelompok yaitu kelompok data (A) variabel
bimbingan rohani dan data (B) untuk variabel kemampuan komunikasi
antarpribadi. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau
mendekati normal.
Peneliti dalam menganalisis data untuk mengetahui normalitas data
menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 for windows. Sebagai
dasar pengujian keputusan normal atau tidak yaitu dengan melihat grafik Normal
Probality Plot. Apabila sebaran titik-titik data mengikuti dan berada di sekitar
garis diagonal (linier) maka data dapat dikatakan berdistribusi normal. Selain itu
dapat juga dilihat dari histogram, apabila garis histogram membentuk lengkungan
seperti lonceng maka data dikatakan berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas Regresi
Uji linieritas regresi dilakukan untuk mengukur tingkat pengaruh.
memprediksi besarnya arah pengaruh itu serta meramalkan besarnya variabel
dependen jika nilai variabel independen diketahui (Riduan, 2010:220). Persamaan
regresi yang diuji adalah model regresi linier sederhana variabel bimbingan rohani
(X) terhadap variabel kemampuan komunikasi antarpribadi (Y). Dalam
menganalisis linieritas regresi ini, peneliti menggunakan bantuan program
komputer SPSS versi 16.0 for windows, dengan kriteria jika nilai linearity di
bawah atau sama dengan 0,05 maka kelinieran terpenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
3. Uji Homokedastisitas
Uji homokedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui keseimbangan
varian di antara variabel bebas. Homokedastisitas menghendaki agar hasil
pengukuran setiap variabel memiliki varian yang sama antara kelompok atas dan
kelompok yang berada di bawah garis linier. Analisis uji homokedastisitas ini
menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 for windows. Sebagai
dasar pengujian homokedastisitas data yaitu dengan melihat scaterplot. Apabila
sebaran titik-titik data tidak membentuk pola atau terakumulasi pada satu titik
tertentu dan data tersebar di antara titik 0 pada sumbu x dan y maka
homokedastisitas data terpenuhi.
Jika ketiga uji analisis data ini terpenuhi (homogenitas, normalitas dan
linieritas regresi) maka analisis data dapat dilanjutkan dengan analisis parametrik
untuk menguji hipotesis yaitu dengan uji regresi sederhana. Jika salah satu atau
beberapa dari hasil pengujian tidak terpenuhi maka analisis data dilanjutkan
dengan prinsip nonparametrik (distibution free).
G. Uji Hipotesis
Tehnik dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan tehnik
analisis regresi sederhana dengan bantuan SPSS versi 16.0 for windows dengan
melihat nilai signifikansi pada tabel Anova dan Coefficients kemudian
membandingkan dengan taraf signifikansi (α) 5% (0,05). Adapun ketentuan
penerimaan atau penolakan, ialah apabila nilai signifikansi kurang dari atau sama
dengan (≤) 0,05 maka H1 diterima dan H0 di tolak. Dan apabila signifikansi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dari 0,05 (>) maka H1 di tolak dan H0 di terima. Analisis regresi digunakan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel bebas (X) yaitu bimbingan
rohani terhadap variabel terikat (Y) yaitu kemampuan komunikasi antarpribadi
para suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Uji Persyaratan Analisis
Uji persyaratan dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi
16.0. Uji persyaratan mencakup uji normalitas dengan melihat tabel normal
probability plot, uji linieritas dengan melihat tabel anova dan uji
homoskedastisitas dengan melihat tabel scatter plot.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini adalah salah satu indikator untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh dari sampel penelitian representatif terhadap populasi. Hasil
pengujian normalitas data dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dari hasil pengujian normalitas berdasarkan Normal Probability Plot
tampak bahwa sebaran data di sekitar garis lurus dan titik-titik data membentuk
pola linier sehingga konsisten dengan distribusi normal, dengan demikian data
pada variabel kemampuan komunikasi antarpribadi adalah normal. Untuk
menganalisis normalitas data variabel bimbingan rohani melalui tehnik Bloom
yang dapat dilihat dalam grafik P-P- Plot dibawah ini:
Hasil uji normalitas data dengan Normal Probability Plot didapatkan bahwa
data variabel bimbingan rohani berasal dari suatu populasi berdistribusi normal
karena titik-titik data variabel bimbingan rohani terletak digaris lurus dan
membentuk pola linier sehingga konsisten dengan distribusi normal.
b. Uji Linieritas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui bahwa variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Linieritas hubungan
dapat dilakukan melalui uji F dengan taraf signifikansi 0,05.
Tabel 8. ANOVA
ANOVA Table Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Kemampuan_Komunikasi* Bimbingan_ Rohani
Between Groups
(Combined) 9078.900 35 259.397 1.760 .075
Linearity 5731.140 1 5731.140 38.894 .000
Deviation from Linearity
3347.760 34 98.464 .668 .862
Within Groups 3536.500 24 147.354 Total 12615.400 59
Dari hasil uji linieritas di atas diketahui bahwa nilai signifikansi pada
linieritas sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel bimbingan rohani dan komunikasi antarpribadi
terdapat hubungan yang linier.
c. Uji Homokedastisitas
Homokedastisitas adalah kondisi ketika nilai residu pada tiap nilai
prediksi bervariasi dan variasinya cenderung konstan atau tetap. Pengujian
homokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatter plot. Jika sebaran titik-titik yang
menunjukkan hubungan antara prediksi dan residu tidak membentuk pola tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(menyebar) maka homokedastisitas terpenuhi. Sebaliknya jika sebaran titik-titik
membentuk suatu pola, maka data bersifat heterokedastis.
Dalam menganalisis daya untuk analisis regresi, Heterokedastisitas perlu
dihindari karena pada prinsipnya residu adalah variabel yang bersifat acak. Jika
antara nilai prediksi dan residu memiliki keterkaitan (membentuk pola), berarti
keduanya adalah variabel yang sama. Ketika hal ini terjadi, maka analisis regresi
tidak dapat diterapkan. Hasil uji homokedastisitas melalui program SPSS 16.0
dapat dilihat pada grafik scatter plot berikut ini:
Dari Scatterplot antara standardized residual *ZRESID dan standaridized
predicted value *ZPRED tidak membentuk suatu pola dan tersebar di antara titik
nol (0) pada sumbu x dan y, dengan demikian bisa disimpulkan bahwa nilai residu
dan nilai prediksi bervariasi dan variasinya cenderung konstan. Dengan demikian
homokedastisitas terpenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
2. Deskripsi Data
a. Bimbingan Rohani
Tabel 9. Rangkuman Statistik Deskriptif Bimbingan Rohani
Bimbingan Rohani Bimbingan_Rohani N Valid 60
Missing 0 Mean 129.6500 Median 133.0000 Mode 137.00 Std. Deviation 16.25102 Variance 264.096 Range 88.00 Minimum 61.00 Maximum 149.00 Sum 7779.00
Dari tabel di atas dapat dilihat N valid 60 orang suster dengan jumlah
instrumen 30 butir diketahui bahwa rata-rata skor bimbingan rohani dengan mean
sebesar 129.6500, standar deviasi 16.25102; Skor range adalah 88, skor minimum
adalah 61 dan skor maksimun 149; sedangkan nilai tengah (median) adalah 133,
serta nilai yang sering muncul (mode) adalah 137. Berdasarkan mean di atas (tabel
9) bimbingan rohani diklasifikasikan teratur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
1) Pembimbing
Tabel 10. Pembimbing
Dari tabel statistik tentang sub variabel pembimbing dapat dilihat bahwa
N valid 60 dengan mean sebesar 31.2000, median 32.5000, mode 35, standar
deviasi 4.27765, variance 18.298, range 21, skor minimun 14, dan maksimum
35. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang
sudah ditentukan per sub variabel. Diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 11. Dekripsi Pembimbing
Pembimbing Pembimbing N Valid 60
Missing 0 Mean 31.2000 Median 32.5000 Mode 35.00 Std. Deviation 4.27765 Variance 18.298 Range 21.00 Minimum 14.00 Maximum 35.00 Sum 1872.00
Kriteria Interval Jumlah suster Persentase Sangat aktif 32‐35 36 60% Aktif 26‐31 19 32% Cukup aktif 20‐25 3 5 %
Tidak aktif 14‐19 2 3% Sangat tidak aktif 7‐13 0 0% Jumlah 60 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
o
s
c
(
2
Dal
orang suster
sangat aktif,
cukup aktif
(tabel 10) di
2) Proses
lam peneliti
r didapatkan
, 19 suster (3
dan 2 orang
i atas pembim
Sangat Tidak a
ian ini perse
n 36 orang s
32%) berpen
g suster (3%
mbing dikate
Tabel 12. D
Proses N Val
MisMean Median Mode Std. DeviatVariance Range Minimum MaximumSum
32%
5% 3%
Pemaktif A
aktif
entase pemb
suster (60%)
ndapat aktif,
%) berpendap
egorikan akt
Deskripsi P
Pid 6
ssing 0555
ion 753263
60%
%
mbimbingAktifSangat tidak a
bimbing seb
) berpendap
, 3 orang sus
pat tidak ak
tif.
roses
Proses 60 0 51.8833 55.0000 56.00 7.5444356.918 34.00 26.00 60.00 3113.00
Cukup aktif
bagai beriku
at bahwa pe
ster (3%) b
ktif. Berdasa
aktif
69
ut: Dari 60
embimbing
erpendapat
arkan mean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
7
b
a
b
o
t
d
Dar
valid 60 den
7.54443, va
bawah ini ak
Dal
adalah sebag
bimbingan r
orang suster
tidak teratur
dapat dikate
KriteriaSangat teTeratur Cukup teTidak terSangat tiJumlah
ri tabel stati
ngan mean se
ariance 56.
kan dipapark
T
lam penelitia
gai berikut:
rohani sanga
r (8%) berpe
r. Berdasarka
gorikan tera
Sangat tera
Tidak terat
eratur
eratur ratur idak teratur
istik tentang
ebesar 51.88
918, range
kan sub varia
Tabel 13. De
an ini persen
Dari 60 sus
at teratur, 1
endapat cuku
an mean (tab
atur.
25%
8%2%
atur Ter
tur San
Interval53‐6043‐5233‐4223‐3212‐22
g sub variab
833, median
34, skor m
abel proses.
skripsi Pros
ntase proses
ster; 39 oran
15 orang su
up teratur da
bel 12) di at
65%
% Proses
ratur
ngat tidak terat
l Jumlah 0
bel proses. D
55.0000, mo
minimun 26,
ses
dalam vari
ng suster (65
ster (25%)
an 1 orang su
tas proses da
Cukup ter
tur
suster39 15 5 1 0 60
Dapat dilihat
ode 56, stand
dan maksim
iabel bimbin
%) berpenda
berpendapat
uster (2%) b
alam bimbin
ratur
Persentase 65%25%8% 2% 0% 100%
70
t bahwa N
dar deviasi
mum 60. Di
ngan rohani
apat proses
t teratur, 5
erpendapat
ngan rohani
%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3) Terbimbing
Tabel 14. Deskripsi terbimbing
Terbimbing Terbimbing N Valid 60
Missing 0 Mean 25.3833 Median 26.0000 Mode 29.00 Std. Deviation 3.89738 Variance 15.190 Range 19.00 Minimum 11.00 Maximum 30.00 Sum 1523.00
Dari tabel statistik sub variabel terbimbing dapat dilihat bahwa N valid
60 dengan mean sebesar 25.3833, median 26.0000, mode 29, standar deviasi
3.89738, variance 15.190, range 19, skor minimun 11, dan maksimum 30. Di
bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah
ditentukan per sub variabel, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 15. Deskripsi Terbimbing
Kriteria Interval Jumlah suster Persentase Sangat aktif 25‐30 30 60% Aktif 21‐24 13 26% Cukup aktif 17‐20 6 12% Tidak aktif 11‐16 1 2% Sangat tidak aktif 6‐10 0 0% Jumlah 60 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
o
o
(
d
Dal
orang suster
orang suster
(2%) tidak
dikategorika
4) Tujuan
lam peneliti
r, 30 orang
r (26%) akt
aktif. Berd
an sangat akt
n
Sangat
Tidak a
ian ini pers
suster (60%
if, 6 orang
dasarkan m
tif.
Tabel Tujuan N
MeanMediaModeStd. DVarianRangeMinimMaximSum
26%
1
aktif A
aktif S
sentase terb
%) mengata
suster (12%
mean ( tabe
l 16. Deskrip
n Valid Missing
an
Deviation nce e mum mum
6%
2% 2%
Terbimbing
Aktif
Sangat tidak ak
imbing seb
akan terbimb
%) cukup ak
el 14) di a
psi Tujuan
Tujuan60 0 21.183322.000023.00 3.121789.745 15.00 10.00 25.00 1271.00
0%
Cukup a
ktif
agai berikut
bing sanga
ktif dan 1 or
atas terbimb
3 0
8
0
aktif
72
t. Dari 60
at aktif, 13
rang suster
bing dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
d
2
s
6
s
Dar
valid 60 den
deviasi 3.12
25. Di bawa
sudah ditent
Dal
60 orang su
suster 17%
KriteriaSangat TercapCukup Tidak tSangat
Jumlah
ri tabel statis
ngan mean
2178, varian
ah ini akan d
tukan per sub
lam penelitia
uster, 41 ora
berpendap
Sangat tercapTidak tercapa
a tercapai ai tercapai
tercapai tidak tercap
h
stik tentang
sebesar 21.
nce 9.745,
ipaparkan su
b variabel, m
Tabel
an ini persen
ang suster (
pat tercapai
17%
13%
paiai
Interv2211410
pai 5
sub variabe
.1833, media
range 15,
ub variabel f
maka dapat d
l 17. Deskrip
ntase sub va
(68%) berpe
i, 8 orang
68%
2%
TujuanTercapaiSangat tidak te
al J2-25 8-21 4-17 0-13 5-9
l tujuan ini
an 22.0000,
skor minimu
frekuensi ber
diklasifikasik
psi Tujuan
ariabel tujuan
endapat sang
suster (13%
Cercapai
Jumlah suste41 10 8 1 0
60
dapat diliha
, mode 23.0
un 10, dan m
rdasarkan kr
kan sebagai b
n sebagai be
gat tercapai
%) berpenda
Cukup tercapai
er Persen61120
10
73
at bahwa N
00, standar
maksimum
riteria yang
berikut:
erikut. Dari
, 10 orang
apat cukup
i
ntase 68% 7 % 3 % 2% 0%
00%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tercapai dan 1 orang suster (2%) berpendapat tidak tercapai. Berdasarkan mean di
atas ( tabel 16) tujuan dapat dikategorikan tercapai.
b. Kemampuan Komunikasi antarpribadi
Tabel 18. Rangkuman statistik Deskriptif Kemampuan komunikasi antarpribadi
Kemampuan Komunikasi Antarpribadi
Kemampuan_Komunikasi N Valid 60
Missing 0 Mean 114.9000
Median 117.0000
Mode 121.00
Std. Deviation 14.62260
Variance 213.820
Range 85.00
Minimum 57.00
Maximum 142.00
Sum 6894.00
Dari tabel statistik dapat dilihat N valid 60 orang suster dengan jumlah
instrumen 29 butir soal diketahui bahwa rata-rata skor kemampuan komunikasi
antarpribadi (harga mean) 114.9000 dengan standar deviasi 14.62260; skor range
adalah 85, skor minimun adalah 57, dan skor maksimum 142; sedangkan nilai
tengah dari kemampuan komunikasi antarpribadi (median) adalah 114.9000, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
nilai yang sering muncul mode adalah 121. Secara umum kemampuan komunikasi
antarpribadi dapat dikategorikan rinci.
1) Menerima pesan
Tabel 19. Deskripsi Menerima Pesan
Menerima pesan Menerima_Pesan N Valid 60
Missing 0 Mean 31.0500 Median 32.0000 Mode 33.00 Std. Deviation 4.80968 Variance 23.133 Range 23.00 Minimum 16.00 Maximum 39.00 Sum 1863.00
Dari tabel statistik mengenai menerima pesan dapat dilihat bahwa N
valid 60 dengan mean sebesar 31.0500, median sebesar 32.0000, mode 33, standar
deviasi 4.80968, variance 23.133, range 23, skor minimun 16, dan skor
maksimum 39. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel menerima pesan
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel dengan cara seperti
bab III, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b
r
c
a
r
Kriteria Sangat rincRinci Cukup rincTidak rinciSangat tidaJumlah
Dal
berikut: Dar
rinci, 10 ora
cukup rinci d
atas ( tabel
rinci.
T I
ci
ci
ak rinci
lam peneliti
ri 60 orang s
ang suster (1
dan 1 orang
19) bahwa
Sangat r
Tabel 20. Me
Interval 29-40 24-28 19-23 14-18 8-13
an ini pers
suster terdap
17%) berpen
suster ( 2%)
menerima p
17
inci Rinci
enerima Pes
Jumlah 41
6
sentase kem
pat 46 orang
ndapat rinci,
) berpendapa
pesan dalam
7%3% 2%
Menerima p
Cukup rinci
san
suster 46 10 2 1 0
60
mampuan me
g suster (78%
, 2 orang su
at tidak rinci
m komunikas
78%
pesan
Tidak rinci
Persentase 78%17%3% 2% 0%
100%
enerima pes
%) berpenda
uster (3%) b
i. Berdasark
si antarpriba
Sangat tidak r
76
% %
%
san sebagai
apat sangat
erpendapat
an mean di
adi sangat
rinci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
2. Menyampaikan pesan
Tabel 21. Menyampaikan pesan
Menyampaikan pesan Menyampaikan
_Pesan N Valid 60
Missing 0 Mean 31.3000 Median 32.0000 Mode 31.00 Std. Deviation 4.57072 Variance 20.892 Range 25.00 Minimum 15.00 Maximum 40.00 Sum 1878.00
Dari tabel statistik mengenai menerima pesan dapat dilihat bahwa N
valid 60 dengan mean sebesar 31.3000, median sebesar 32.0000, mode 31, standar
deviasi 4.57072, variance 20.892 , range 25, skor minimun 15, dan skor
maksimum 40. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel menyampaikan pesan
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel dengan cara seperti
bab III, maka akan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 22. Menyampaikan Pesan
Kriteria Interval Jumlah suster Persentase Sangat rinci 33-40 28 46% Rinci 27-32 25 42% Cukup rinci 21-26 6 10% Tidak rinci 15-21 1 2% Sangat tidak rinci 8-14 0 0% Jumlah 60 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
k
(
d
m
a
3
Dal
komunikasi
(46%) sanga
dan 1 orang
mean ( tabe
adalah rinci.
3. Suasana
lam penelitia
antarpribad
at rinci, 25 o
g suster (2%
el 21) di ata
.
a
Sangat rinci
S N
MMMSVRM
an ini persen
di sebagai be
orang suster
%) tidak rin
as menyamp
Tabel 23
42
10%
Meny
Rinci Cu
Suasana
N ValidMiss
Mean Median Mode Std. DeviatioVariance Range Minimum
ntase sub var
erikut. Dari
(42%) rinci
nci dalam m
paikan pesan
. Deskripsi
%
2%0%
yampaikan
ukup rinci T
Sud 60sing 0
525451
on 6.483826
riabel meny
60 orang s
, 6 orang su
menyampaika
n dalam kom
Suasana
46%
Pesan
Tidak rinci S
uasana 0
2.5500 4.0000 1.00a 94878
8.286 8.00 6.00
ampaikan pe
suster, 28 or
uster (10%) c
an pesan. B
munikasi an
Sangat tidak ri
78
esan dalam
rang suster
cukup rinci
Berdasarkan
ntar pribadi
inci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d
6
D
v
b
s
n
Dar
dengan mea
6.94878, var
Dibawah ini
variabel den
berikut:
Kriteria Sangat nyaNyaman Cukup nyamTidak nyamSangat tidaJumlah
Dal
sebagai beri
nyaman, 22
ri tabel stat
an sebesar
riance 48.28
i akan dipapa
ngan cara se
aman
man man ak nyaman
lam penelitia
ikut: Dari 60
2 orang sust
SangCuku
MS
tistik tentang
52.5500, m
86, range 3
arkan sub va
eperti pada
Tabel 24
Interval55-645-535-424-313-2
an ini persen
0 orang sust
ter (37%),
37%
10%3%
gat nyamanup nyaman
Maximum Sum
g suasana
edian sebes
8, skor mini
ariabel suas
bab III, ma
. Deskripsi
l Jum65 54 44 34 23
ntase suasan
ter, 30 orang
berpendapat
50%
%0%
Suasana
6431
dapat dilih
sar 54, mod
imum 26, da
sana yang su
aka dapat di
Suasana
mlah suster30 22 6 2 0
60
na dalam bim
g suster (50%
t nyaman, 6
NyamanTidak nyaman
4.00 153.00
hat bahwa N
de 51, stand
an skor mak
udah ditentuk
iklasifikasik
Persenta50%37%10%3%0%
100
mbingan roh
%) berpenda
6 orang sus
n
79
N valid 60
dar deviasi
ksimum 64.
kan per sub
kan sebagai
ase % % %
% %
%
hani adalah
apat sangat
ster (10%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
berpendapat cukup nyaman dan 1(3%) orang suster berpendapat tidak nyaman.
Berdasarkan mean (table 23) di atas suasana dalam komunikasi para suster
dikategorikan nyaman.
B. Uji Hipotesis
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
antar variabel bebas (x) yaitu bimbingan rohani dengan variabel terikat (y) yaitu
kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan kaul kekal usia lima
tahun Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia. Hipotesis diuji dengan
menggunakan taraf signifikansi (α) 5%. Kriteria pengujian signifikansi adalah
sebagai berikut: jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak yang berarti signifikan, jika
Fhitung ≤ Ftabel Ho diterima yang berarti tidak signifikan (Riduwan, 2010: 236).
Pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 25. Descriptive Statistics
N Sum Mean Std. Deviation
Kemampuan Komunikasi Antarpribadi
60 6894.00 114.9000 14.62260
Bimbingan Rohani 60 7779.00 129.6500 16.25102 Valid N (listwise) 60
Pada tabel descriptive statistic di atas menunjukkan mean variabel
kemampuan komunikasi antarpribadi sebesar 114.9000 dan standar deviasi
sebesar 14.622260. Sedangkan mean variabel bimbingan rohani 129.6500 dan
standar deviasi sebesar 16.25102 untuk banyaknya responden (N) adalah 60.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 26. Model Summary
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .674a .454 .445 10.89468 a. Predictors: (Constant), Bimbingan_Rohani b. Dependent Variable: Kemampuan_Komunikasi
Berdasarkan tabel model summary tersebut kita dapat mengetahui
seberapa kuat variabel bebas (bimbingan rohani) dapat mempengaruhi variabel
terikat (kemampuan komunikasi antarpribadi). Jika nilai standar eror of the
estimate < nilai standar deviasi variabel terikat, maka variabel bebas baik untuk
dijadikan prediktor dan sebaliknya. Dari tabel tersebut diketahui nilai standar eror
of the estimate = 10.89468, sementara nilai standar deviasi variabel kemampuan
komunikasi antarpribadi (tabel 20) = 14.622260, berarti standar eror of the
estimate < nilai standar deviasi, sehingga variabel bebas baik dijadikan sebagai
prediktor untuk variabel terikat.
Kolom R menunjukkan seberapa baik variabel bebas memprediksikan
hasil. Kisaran nilai R adalah 0-1. Semakin R mendekati angka 1, maka semakin
kuat variabel bebas memprediksikan variabel terikat. Nilai R square sebesar
0,454, jika dikalikan 100% maka akan diketahui seberapa besar variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam hal ini, bimbingan rohani
berpengaruh sebesar 45,4% terhadap komunikasi antarpribadi para suster yunior
dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa
Lusia Pematangsiantar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel 27. ANOVA b
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 5731.140 1 5731.140 48.285 .000a Residual 6884.260 58 118.694 Total 12615.400 59
. Predictors: (Constant), Bimbingan_Rohani b. Dependent Variable: Kemampuan_Komunikasi
Uji signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat dilakukan dengan melihat
nilai signifikansi. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitasnya
(0,05) maka H1 diterima dan Ho ditolak. sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dari tabel
anova dapat kita lihat baghwa nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih
kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara bimbingan rohani terhadap komunikasi antar pribadi.
Tabel 28. Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 36.270 11.403 3.181 .002
Bimbingan_Rohani
.606 .087 .674 6.949 .000
a. Dependent Variable: Kemampuan_Komunikasi Pada tabel coefficients di atas nilai B constant adalah 36.270 dan nilai B
bimbingan rohani sebagai prediktor adalah 0,606. Persamaan garis regresi antara
variabel bimbingan rohani (x) dan kemampuan komunikasi antarpribadi (y)
adalah: Y= 36.270+ 0,606 X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Persamaan regresi di atas dapat digunakan untuk melakukan estimasi
bagaimana pengaruh variabel bimbingan rohani terhadap perubahan variabel
kemampuan komunikasi antarpribadi. Misalnya nilai bimbingan rohani yang
diberikan sebesar 50, maka nilai kemampuan komunikasi antarpribadi sebagai
berikut:
Y= 36.270+ (0,606 x50)
Dari hasil persamaan regresi di atas, maka dapat diketahui bahwa
estimasi nilai kemampuan komunikasi antarpribadi sebesar 66,57 dengan nilai
bimbingan rohani 50. Oleh karena itu, dari persamaan regresi dapat diartikan
bahwa setiap penambahan nilai bimbingan rohani sebesar 50, maka nilai
kemampuan komunikasi antarpribadi bertambah 36.270 + 0,606.
Hasil uji hipotesis dapat diketahui dengan melihat signifikansi pada tabel
coefficients. Ketentuan penerimaan atau penolakan dengan ketentuan bila nilai
signifikansi ≤ nilai probabilitas (5%) maka H1 diterima dan H0 ditolak. Begitu
pula sebaliknya, bila signifikansi > nilai probabilitas (5%) maka H1 ditolak dan
H0 diterima. Dari tabel coefficient di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
adalah 0,000. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak, maka kesimpulannya
ada pengaruh yang signifikan dari bimbingan rohani terhadap kemampuan
komunikasi antarpribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel 28.Correlations
Kemampuan Komunikasi Antarpribadi
Bimbingan Rohani
Pearson Correlation
Kemamp.komunikasi antarpribadi
1 .674
Bimbingan rohani .000
Sig.( 1-tailed) Kemampuan Komunikasi antarpribadi
60 60
Bimbingan rohani .674 1 N Kemampuan
Komunikasi antarpribadi
.000
Bimbingan rohani 60 60
Tabel correlations di atas merupakan metrik interkorelasi antara variabel
kemampuan komunikasi antarpribadi dengan bimbingan rohani. Peneliti
menggunakan teknik korelasi dari Pearson (korelasi product moment). Untuk
keputusan statistic berdasarkan tabel di atas dapat dengan melihat nilai signifikansi,
yaitu apabila nilai signifikansi ≤ nilai probabilitas yaitu 0,05(5%), maka terdapat
korelasi yang signifikan (H1 diterima). Sedangkan apabila nilai signifikansi > 0,05,
maka tidak ada korelasi yang signifikan (H0 diterima). Dari tabel di atas diketahui
bahwa nilai signifikansi (0,000) < nilai probabilitas (0,05), berarti terdapat korelasi
yang signifikan (H1 diterima dan H0 ditolak).
Untuk melihat arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat dapat dilihat dari tanda koefisien korelasi. Apabila tandanya (-) berarti arah
hubungannya negatif atau berbanding terbalik, yaitu apabila X tinggi maka
variabel Y rendah dan sebaliknya. Bila tandanya (+) berarti arah hubungannya
positif atau searah, yaitu variabel X tinggi maka variabel Y juga tinggi. Dari tabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
tersebut diketahui bahwa arah hubungannya positif (+) yaitu sebesar 0,674,
dengan demikian dapat dikatakan apabila variabel X (bimbingan rohani) tinggi
maka variabel Y (kemampuan komunikasi antarpribadi) juga tinggi.
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan
arah hubungan yang positif. Yaitu apabila nilai variabel bebas (bimbingan rohani)
semakin tinggi, akan semakin tinggi pula nilai variabel terikatnya (kemampuan
komunikasi antarpribadi).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian “Pengaruh Bimbingan Rohani Terhadap Komunikasi
Antarpribadi Para Suster Yunior dan Kaul Kekal Usia Lima Tahun Kongregasi
Suster Fransiskan Santa Lusia” menunjukkan bahwa bimbingan rohani yang
terjadi berada pada kategori teratur sebagaimana terlihat dari nilai rata-rata
sebesar 129.6500 dan variabel kemampuan komunikasi antarpribadi dalam
kategori rinci dengan nilai rata-rata 31.2000. Berdasarkan nilai rata-rata di atas
dapat disimpulkan bahwa variabel bimbingan rohani mempengaruhi kemampuan
komunikasi antarpribadi para suster. Bimbingan rohani ini dimaksudkan agar
seorang terbimbing memiliki kedewasaan manusiawi maupun spiritual.
Pada tabel model summary diketahui nilai koefisien determinasi sebesar
0,454, artinya terdapat pengaruh bimbingan rohani terhadap komunikasi
antarpribadi sebesar 45,4% sedangkan 54,5% lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain. Salah satu aspek yang di pelajari, diolah dan didalami bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
pembimbing rohani adalah aspek kepribadian. Aspek kepribadian ini meliputi;
mengenal dan menerima diri apa adanya, mampu mengendalikan diri, memiliki
semangat hidup, bertanggung jawab, mampu membangun komunikasi
antarpribadi dalam komunitas maupun diluar komunitas. Dalam bimbingan
rohani ada komunikasi antarpribadi antara terbimbing dan pembimbing rohani,
mereka saling berbagi pengalaman dan pergulatan hidup dalam suasana
keterbukaan, kepercayaan, sikap empatik yang saling memperkembangkan diri
masing-masing terutama dari pihak pembimbing rohani bagi terbimbing. Suasana
demikian akan membuat komunikasi baik dan lancar, usaha dan latihan yang
terus-menerus akan sangat membantu terbimbing untuk memiliki kemampuan
komunikasi antarpribadi.
Pada tabel correlations diketahui persamaan regresi Y= 36.270+0,606X
yang memperlihatkan ada hubungan positif antara bimbingan rohani dan
kemampuan komunikasi antarpribadi. Dari hasil pengujian hipotesis terdapat nilai
signifikansi sebesar 0,000 artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian
ada pengaruh yang signifikan dari variabel bimbingan rohani terhadap variabel
kemampuan komunikasi antarpribadi. Berdasarkan hasil penelitian di atas
diketahui bahwa komunikasi di kalangan para suster dalam kategori baik, sebagai
komunikator atau pihak yang menyampaikan pesan mampu mengirim pesan atau
secara jelas baik melalui bahasa verbal maupun nonverbal, pesan yang
disampaikan cocok atau sesuai dengan pengetahuan komunikan atau pihak
penerima pesan sehingga komunikan dapat secara mudah dan tepat memahami
maksud dari komunikator. Sedangkan pihak komunikan berusaha mendengarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dengan hati (empatik) sehingga pesan yang diterima dapat ditafsirkan atau
dipahami sebagaimana maksud dari komunikator dan akhirnya memberikan
umpan balik/tanggapan secara tepat.
Secara lebih rinci dapat dilihat pada sub variabel yang diukur dari
variabel bimbingan rohani dan kemampuan komunikasi antarpribadi. Pada
variabel bimbingan rohani ada 4(empat) sub variabel yang diukur adalah sebagai
berikut; pembimbing, dari 60 responden 36(60%) di antaranya berpendapat bahwa
pembimbing sangat aktif, 19(32%) responden berpendapat pembimbing aktif,
3(5%) berpendapat pembimbing cukup aktif , dan 2(3%) responden tidak aktif.
Nilai rata-rata yang di peroleh sebesar 31.2000 dengan kategori aktif.
Pembimbing rohani adalah seorang atau dalam bentuk team yang dipilih dan
diangkat oleh Pemimpin Umun, mereka dipandang cakap dan dewasa secara
intelektual, emosi maupun spiritual dan memiliki kemauan untuk membantu
memperkembangkan terbimbing menuju kedewasaan manusiawi maupun spiritual
sebagaimana yang diharapkan bagi seorang yang terpanggil sebagai religius.
Pada sub variabel proses, dari 60 responden ada 39(65%) berpendapat
proses dalam bimbingan rohani sangat teratur, 15(25%) responden berpendapat
teratur, 5 (8%) responden berpendapat cukup teratur dan 1 (2%) responden
berpendapat tidak teratur. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar
51.8833 dengan kategori teratur. Hal ini memperlihatkan bahwa proses atau
jalannya bimbingan rohani tertata baik, dengan adanya materi bimbingan, jadwal
bimbingan, tahap-tahap pencapaian (kemajuan pribadi) terbimbing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Pada sub variabel terbimbing, dari 60 responden ada 30 (60%)
berpendapat sangat aktif, 13 (26%) berpendapat aktif, 6(12%) berpendapat cukup
aktif dan 1 (2%) tidak aktif sedangkan nilai rata-rata 25.3833, dengan kategori
sangat aktif. Hal ini memperlihatkan bahwa para suster terbimbing (yunior)
memiliki kemauan dan keseriusan dalam membina diri melalui program
kongregasi yakni bimbingan rohani dan didukung oleh pembimbing rohani yang
memenuhi harapan dan kebutuhan terbimbing.
Pada sub variabel tujuan, dari 60 responden ada 41(68%) berpendapat
sangat tercapai, 10(17%) berpendapat tercapai, 8(13%) cukup tercapai dan 1(2%)
berpendapat tidak tercapai sedangkan nilai rata-rata sebesar 21.1833 dengan
kategori tercapai. Sub variabel tujuan ini memperlihatkan bahwa dengan
keberadaan pembimbing yang kompeten dalam tugasnya, mampu mengemas
jalannya program bimbingan rohani secara baik sehingga mencapai tujuan
sebagaimana telah dipaparkan di atas.
Sedangkan pada analisis deskriptif variabel kemampuan komunikasi
antarpribadi diukur melalui 3(tiga) sub variabel sebagai berikut; menerima pesan,
dari 60 responden, ada 46(78%) berpendapat sangat rinci, 10(17%) berpendapat
rinci, 2(3%) berpendapat cukup rinci dan 1(2%) berpendapat tidak rinci. Nilai
rata-rata sebesar 31.0500 dengan kategori rinci. Hal ini memperlihatkan bahwa
responden memiliki kemampuan yang baik dalam menangkap dan memahami
pesan dari partner bicara, dalam bimbingan rohani, menerima pesan saat
pembimbing menyampaikan informasi berkaitan dengan ajaran gereja, nilai-nilai
moral, maupun karisma kongregasi atau hal-hal konkret yang diajukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
terbimbing, sedangkan dari pihak pembimbing mampu mendengarkan, memahami
pengalaman dan pergulatan hidup yang disampaikan oleh terbimbing.
Pada sub variabel menyampaikan pesan, dari 60 responden, ada 28 (46%)
berpendapat sangat rinci, 25(42%) berpendapat rinci, 6 (10%) berpendapat cukup
rinci dan 1 (2%) berpendapat tidak rinci. Nilai rata-rata adalah sebesar 31.3000
dengan kategori rinci. Melalui penjabaran di atas dapat dilihat bahwa dalam
bimbingan rohani subyek-subyek terkait dapat menyampaikan pesan dengan rinci.
Dalam bimbingan rohani terbimbing dapat menyampaikan pesan secara terbuka
dan jujur menceritakan pengalaman dan pergulatan hidupnya. Sedangkan
pembimbing mampu memberikan umpan balik/ tanggapan secara rinci dan tepat.
Pada sub variabel suasana, dari 60 responden ada 30 (50%) berpendapat
sangat nyaman, 22 (37%) berpendapat nyaman, 6 (10%) berpendapat cukup
nyaman dan 1 (3%) berpendapat tidak nyaman. Nilai rata-rata adalah sebesar
52.5500 dengan kategori nyaman. Hal ini memperlihatkan bahwa kedua pihak
yang berkomunikasi dalam bimbingan rohani memperhatikan suasana. Suasana
atau situasi tempat, lingkungan, orang yang diajak berkomunikasi mendapat
perhatian sehingga tujuan komunikasi tercapai. Misalnya pembimbing rohani
menyampaikan kritik/nasehat kepada terbimbing harus di tempat yang tepat,
situasi yang kondusif terutama bagi terbimbing.
Hidup bersama dalam komunitas akan sangat baik bila masing-masing
suster berusaha mengenal latar belakang, kebiasaan, tipe dari masing-masing
anggota komunitas dengan mengenal latar belakang, kebiasaan, tipe masing-
masing akan memudahkan adaptasi satu dengan yang lain, selain itu mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
membuat pendekatan yang tepat dan sesuai bagi setiap orang, dengan demikian
akan lebih mudah membentuk suatu persekutuan yang solid dan kuat. Komunitas
akan menjadi cerminan persekutuan yang ideal serta menjadi teladan bagi
masyarakat.
D. Refleksi Kateketis
1. Pengertian dan Tujuan Katekese
Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik “Catechesi Tradendae”
artikel 02 menegaskan bahwa katekese adalah ”pembinaan anak-anak, kaum
muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang mencakup seluruh ajaran
Kristen dan diberikan secara organis dan sistematis, Pembinaan dan pendidikan
iman tersebut dimaksudkan supaya iman Kristen semakin dewasa”. Dewasa
berarti mengerti dan memahami sabda dan karya Yesus secara pribadi dan
katekese berlangsung sebagai proses mempribadikan Yesus sendiri dalam diri
setiap umat beriman sehingga mereka mampu menjadi saksi Kristus di tengah-
tengah hidup bermasyarakat. Oleh karena itu semua warga Gereja wajib menerima
katekese.
a. Katekese sebagai Pendidikan Iman
Katekese sebagai pendidikan iman dipahami dalam arti sekunder di mana
katekese sebagai media untuk mempermudah, menolong, menghindari rintangan
dalam proses pertumbuhan sikap iman. Katekese mendidik untuk beriman,
menolong umat untuk terpikat kepada Allah, yang diwartakan oleh Yesus dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
agar umat beriman terdorong untuk melakukan kehendak dan perintah Alllah. Dan
diharapkan terciptalah pembaruan dalam diri umat beriman. Kata sekunder
memuat bahwasanya iman tumbuh dalam hati seseorang bukan karena hasil
pendidikan melainkan rahmat dari Tuhan sendiri sedangkan katekese bersifat
membantu supaya iman itu tumbuh subur dan berbuah.
b. Katekese sebagai Komunikasi Iman
Dalam Pertemuan Kateketik antar-keuskupan se-Indonesia kedua (
PKKI), Katekese umat diartikan:
Sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam katekese umat tekanan utama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese umat mengandaikan ada perencanaan. (Marinus Telaumbanua 1999: 87).
Katekese adalah komunikasi iman di mana umat Allah menjadi saksi atas
karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Adapun Isi
komunikasi adalah penafsiran Kitab Suci atau tradisi Gereja maupun pengalaman
atau kesaksian hidup umat beriman. Kitab Suci sangat perlu ditafsirkan supaya
mendasari sikap dan tindakan hidup umat dalam perjuangan hidup maupun dalam
memaknai pengalaman hidupnya dalam terang Injil. Melalui katekese umat
dibantu untuk memahami dan memaknai karya Allah dalam hidupnya.
Pengalaman akan karya Allah yang ditemukan dalam pergulatan dan pergumulan
hidupnya setiap hari perlu dikomunikasikan/dibagikan sehingga turut serta
memperkaya dan mendewasakan iman umat lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Mengapa komunikasi iman? karena yang dikomunikasikan adalah
pengalaman iman, pengalaman akan Tuhan sendiri yang berkarya melalui
pengalaman-pengalaman manusiawi atau pengalaman sehari-hari umat beriman.
Tuhan menyapa manusia justru melalui pengalaman hidup yang konkret. Jadi,
pengalaman iman adalah pengalaman manusiawi yang dimaknai dalam terang
Injil dan dikomunikasikan dengan sesama seiman. Komunikasi itu dimaksudkan
untuk saling meneguhkan, mengokohkan iman kristiani mereka.
1) Unsur-unsur Komunikasi dalam Katekese
Katekese disebut sebagai komunikasi iman karena para peserta saling
bertukar pengalaman akan Tuhan sendiri. Tukar pengalaman ini menjadi bentuk
kesaksian akan kehadiran Tuhan secara nyata dalam pengalaman hidup mereka
masing-masing. Komunikasi katekese perlu diupayakan sedemikian rupa dengan
memperhatikan beberapa unsur, sebagai berikut:
a) Bebas
Unsur “bebas” ini sangat penting diperhatikan dalam komunikasi iman.
Karena iman adalah jawaban pribadi yang bebas terhadap tawaran keselamatan
Allah. Oleh karena itu dalam komunikasi iman, dibutuhkan suasana yang bebas
tanpa paksaan, nyaman bagi semua peserta, dan terjadi secara sukarela.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
b) Dinamis
Iman bersifat dinamis artinya iman itu bergerak maju sejalan dengan
dinamika perkembangan manusia baik sebagai pribadi maupun kelompok. Allah
berkarya menyelamatkan manusia melalui sejarah hidupnya yang konkret dan Ia
hadir melalui berbagai tanda yang dapat ditangkap oleh manusia melalui
peristiwa-peristiwa yang dialaminya dalam hidupnya, maka manusia berkembang
secara dinamis seiring dengan perkembangan dan usahanya mencari Allah.
Katekese pun harus dinamis, fleksibel dan terbuka terhadap berbagai pengalaman
manusia.
c) Terbuka
Allah hadir untuk semua orang artinya bahwa keselamatan Allah terbuka
kepada semua orang. Setiap orang dipanggil kepada keselamatan. Katekese juga
terbuka kepada semua orang, dan setiap orang bebas menanggapi tawaran Allah
sesuai dengan situasi hidupnya. Setiap orang memiliki martabat dan derajat yang
sama dengan ini mudah menciptakan suasana saling menghargai, mendengarkan
dan komunikatif.
d) Terencana
Sebagaiman telah disebutkan di atas bahwa katekese merupakan
komunikasi iman yang bertujuan untuk membantu umat beriman lainnya menjadi
beriman secara dewasa dan terlibat. Katekese merupakan usaha sadar yang
diupayakan. Jadi, katekese tidak terjadi secara spontan melainkan direncanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
dan dipersiapkan serta memiliki tujuan yang jelas. Kegiatan-kegiatan dan sarana
pendukung diusahakan demi tercapainya tujuan katekese tersebut. Katekese itu
berlangsung sebagai sebuah proses tidak terjadi sekali saja maka sesama umat
saling membantu, memperkembangkan iman kepada kedewasaan yang terlaksana
secara terencana dan terus-menerus.
2. Proses dalam Katekese
Dalam katekese mengandaikan adanya suatu perubahan atau
perkembangan dalam diri umat. Perubahan dan perkembangan tidak terjadi dalam
sesaat tetapi melalui proses yang berkesinambungan. Dalam buku “Ilmu
kateketik” Marinus Telaumbanua menyebutkan perkembangan iman selalu
diawali dengan sikap tobat dalam arti kesediaan dalam menanggalkan manusia
lama dan mengenakan manusia baru. Manusia harus berusaha membaharui diri
secara terus-menerus sehingga iman itu semakin hari semakin berkembang dan
matang.
Pertobatan merupakan suatu perubahan sikap. Sikap mencakup cara
hidup, perilaku dan tindakan seseorang. Sikap mengandung tiga aspek, antara lain;
aspek kognitif (pengetahuan) yaitu mendalami isi dan makna iman serta
keyakinan iman, untuk menjamin wawasan dan motivasi yang perlu agar dewasa
dalam iman, aspek afeksi (penghayatan) yaitu menanggapi tuntutan iman secara
sadar dan personal sedangkan aspek operatif (tindakan) yaitu berperilaku dan
bertindak sebagai orang yang mengenal Kristus (Marinus Telaumbanua 1999: 50).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
3. Aspek Kateketis dalam Bimbingan Rohani
Panggilan adalah gerakan roh yang ditanggapi dan dijawab secara bebas.
Dalam rangka itu pendidikan mutlak perlu, agar siapa saja yang menanggapi
panggilan itu bertumbuh dan berkembang dalam menghayati dan membatinkan
Kristus. Pendidikan iman di sini dipahami sebagai mengarahkan, membantu
seseorang dalam suasana iman menanggapi panggilan Tuhan sendiri, karena
sejatinya iman bukan hasil pendidikan melainkan rahmat Tuhan dan kebebasan
manusia untuk menanggapinya.
Dalam bimbingan rohani, pembimbing berperan sebagai sahabat, ibu atau
bapa rohani yang mendampingi, membantu dan mengarahkan terbimbing
menanggapi panggilan Tuhan sesuai dengan cara hidup kongregasi. Maka
bimbingan rohani bukan pertama-tama mendidik atau mengajar tetapi lebih-lebih
membantu, mengarahkan, menunjukkan makna sapaan Tuhan melalui pengalaman
konkret terbimbing. Meskipun tidak dipungkiri bahwa dalam bimbingan rohani
diberikan pemahaman berkaitan dengan Kitab Suci, karisma dan spiritualitas
kongregasi, kaul-kaul, dan lain-lain. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui
bahwa dalam bimbingan rohani terdapat aspek kateketis yakni melalui proses
keterbukaan dalam sharing pengalaman dan pengolahan pengalaman tersebut
sampai terbimbing mencapai kedewasaan iman sehingga mampu memilih dan
mempertanggungjawabkan imannya. Bimbingan rohani ini berlangsung cukup
lama minimal sembilan tahun dan terlaksana secara intensif. Dari segi materi yang
digeluti merupakan suatu proses dari hal-hal manusiawi sampai hal-hal rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
(spiritual). Proses ini dimaksudkan supaya terbimbing mencapai kedewasaan
manusiawi maupun rohani (spiritual). Melalui proses ini terbimbing diharapkan
sampai pada pilihan definitif.
4. Aspek kateketis dalam Komunikasi Antarpribadi
Kegiatan katekese selalu berkaitan dengan jemaat atau persekutuan orang
beriman sedangkan komunikasi antarpribadi terbatas pada dua orang. Namun
baiklah kita lihat dari sisi komunikasi antarpribadi dalam bimbingan rohani.
Dalam bimbingan rohani pembimbing menuntun terbimbing pada
relasi/komunikasi dengan Allah dan sesama. Relasi dengan Allah harus mewujud
dalam relasi dengan sesama. Melalui relasi yang intim dengan Tuhan akan
memunculkan pengenalan yang mendalam dan keterpikatan kepada Allah. Relasi
itu menumbuhkan cinta yang tak terbagi kepada Tuhan sendiri. Sedangkan dalam
hidup manusia tidak bisa lepas dari komunikasi, melalui komunikasi kita dapat
membangun relasi dengan sesama yang lain, menyampaikan pesan dan menerima
pesan, berbagi suka dan duka dalam kehidupan ini. Kebahagiaan juga dialami
dalam kebersamaan dan komunikasi bersama orang lain. Semakin orang memiliki
kemampuan komunikasi semakin mudah menciptakan relasi yang baik, hangat
dan akrab dengan sesama yang lain. Beberapa aspek kateketis katekese
ditemukan juga dalam komunikasi antarpribadi antara lain unsur bebas, dalam
komunikasi antarpribadi ada suasana bebas atau tanpa paksaan namun terjadi
secara sukarela. Kedua belah pihak yang berkomunikasi bebas untuk
mengungkapkan pengalaman, pemahaman, perkembangan diri maupun keraguan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
yang dialaminya. Unsur Dinamis, komunikasi itu tidak mungkin statis melainkan
dinamis, ada pergerakan, perkembangan, alur yang jelas karena setiap komunikasi
memiliki tujuan. Unsur keterbukaan, dalam komunikasi antarpribadi mesti ada
sikap terbuka sebab tidak mungkin ada komunikasi bila satu dengan yang lain
tidak ada keterbukaan. Komunikasi antarpribadi dimulai dari saling mengetahui
latar belakang, kebiasaan masing-masing sampai terjadi adaptasi di antara mereka
yang berkomunikasi dan semakin lama akan samakin mengenal secara mendalam.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menghasilkan dua kesimpulan penting berkaitan dengan
pengaruh bimbingan rohani bagi kemampuan komunikasi antarpribadi para suster
yunior dan kaul kekal usia lima tahun. Kedua variabel ini berhubungan secara
positif dan searah. Penelitian ini penting dan bermanfaat bagi pembimbing rohani
maupun terbimbing dan para suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia
secara umum. Namun demikian penulis melihat adanya keterbatasan dari hasil
penelitian ini, antara lain;
1. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif regresional yang memiliki prinsip
yang sama dengan penelitian eksperimental, dari hasil penelitian ini dapat
ditarik kesimpulan tentang hubungan sebab akibat yakni bahwa bimbingan
rohani mempunyai efek positif terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi.
Namun ketika yang diteliti dengan cara di atas berkaitan dengan aktivitas
manusia bisa jadi ada reduksi sehingga penelitian ini kurang mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
2. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan instrumen tertutup artinya jawaban
sudah disediakan sehingga responden tidak leluasa untuk mengungkapkan
pendapatnya berkaitan dengan pengalaman yang sesungguhnya tentang
bimbingan rohani dan kemampuan komunikasi antarpribadi.
3. Peneliti memiliki keterbatasan waktu dalam penelitian sehingga kuesioner yang
diberikan kepada responden bersifat uji terpakai. Hal ini membuat peneliti
tidak sempat melakukan perbaikan item pernyataan yang tidak valid untuk
kemudian didistribusikan lagi kepada responden.
4. Peneliti memiliki keterbatasan pengetahuan dan kemampuan membuat
pernyataan dalam kuesioner yang bisa menggambarkan dan menjelaskan
tentang bimbingan rohani dan kemampuan komunikasi antarpribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian diketahui ada pengaruh bimbingan rohani bagi
kemampuan komunikasi antarpribadi. Bimbingan rohani terjadi dalam proses
perjumpaan antarpribadi yakni pembimbing dan terbimbing. Adapun bimbingan
rohani bertujuan untuk membantu terbimbing mencapai kedewasaan manusiawi
dan rohani (spiritual). Kedewasaan ini akan tampak dari penghayatan nilai-nilai
manusiawi dan rohani (spiritual).
1. Bimbingan rohani yang dilaksanakan dalam pembinaan religius adalah
merupakan salah satu usaha untuk membantu para suster untuk mencapai
kedewasaan manusiawi maupun spiritual melalui perjumpaan-perjumpaan yang
intensif dan berlangsung cukup lama sampai terbimbing memiliki kedewasaan
manusiawi maupun spiritual.
2. Berdasarkan penelitian diketahui nilai mean variabel bimbingan rohani sebesar
129.6500 yang menunjukkan bahwa bimbingan rohani para suster dan suster
yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa
Lusia dalam kategori teratur. Hal ini ditunjukkan pula dengan analisis data per
sub variabel; sub variabel pembimbing dengan nilai mean 31.2000 dalam
kategori aktif, sub variabel proses dengan nilai mean sebesar 51.8833 dengan
kategori teratur, sub variabel terbimbing dengan nilai mean sebesar 25.3833
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dengan kateogori sangat aktif dan sub variabel proses dengan nilai mean
sebesar 21.1833 dengan nilai mean sebesar tercapai
3. Kemampuan komunikasi antarpribadi adalah keterampilan di mana seseorang
dapat menerima dan mengirim pesan secara tepat dan jelas, maka orang-orang
yang berkomunikasi diandaikan memiliki kesamaan paham dan pengetahuan
akan sesuatu hal sehingga interaksi di antara mereka dikatakan komunikatif
dan menghasilkan umpan balik yang tepat.
4. Berdasarkan penelitian diketahui nilai mean variabel kemampuan komunikasi
antarpribadi sebesar 114.9000 yang menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi antarpribadi para suster yunior dan suster yang berkaul kekal lima
tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia dalam kategori
rinci. Hal ini ditunjukkan pula dengan analisis data per sub variabel; sub
variabel menerima pesan dengan mean sebesar 31.0500 dalam kategori sangat
rinci, sub variabel menyampaikan pesan dengan mean sebesar 31.3000 dengan
kategori rinci dan sub variabel suasana dengan mean sebesar 52.5500 dengan
kategori nyaman.
5. Mengacu pada hasil deskripsi bimbingan rohani di peroleh mean sebesar
129.6500 artinya bimbingan rohani yang terjadi dalam Kongregasi Suster
Fransiskan Santa Lusia berjalan dengan teratur sedangkan variabel
kemampuan komunikasi antarpribadi diketahui mean sebesar 114.9000
dengan kategori rinci.
6. Setelah data diperoleh dan dianalisis maka terdapat pengaruh signifikan antara
bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi yang dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dari nilai pearson correlation 0,674 pada taraf signifikan 0,000. Penemuan ini
mengindikasikan bahwa semakin baik bimbingan rohani yang dilaksanakan
maka semakin berkembang baik pula kemampuan komunikasi antarpribadi.
Dari pengujian regresi diketahui hasil bimbingan rohani berpengaruh terhadap
kemampuan komunikasi antarpribadi sebesar 0,454 atau 45,4% dari
penghitungan regresi data bimbingan rohani (X) dan kemampuan komunikasi
antarpribadi (Y). Adapun persamaan regresinya adalah Y=36.270+0,606X.
Artinya setiap penambahan nilai bimbingan rohani 1 poin, maka nilai
kemampuan komunikasi antarpribadi bertambah 36.270+0,606.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang
kiranya perlu mendapat perhatian para suster KSFL demi meningkatkan
kemampuan komunikasi antarpribadi melalui bimbingan rohani yang
dilaksanakan para suster khususnya suster yunior.
1. Berdasarkan hasil penelitian di atas para suster yunior atau terbimbing perlu
meningkatkan bimbingan rohani dengan sikap jujur dan terbuka untuk
menyampaikan pergulatan hidupnya sehingga semakin terbantu untuk
mencapai kedewasaan manusiawi maupun rohani (spiritual).
2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Kemampuan komunikasi
antarpribadi para suster tergolong baik namun demikian perlulah senantiasa
meningkatkan kemampuan ini mengingat keterampilan ini mutlak perlu dalam
kehidupan kita sebagai manusia mahluk sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
3. Pembimbing rohani merupakan tokoh penting dalam pembinaan oleh karena
itu pembimbing rohani perlu meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan
empatik demi membantu terbimbing/yunior.
4. Kongregasi perlu senantiasa mempersiapkan para pembimbing rohani melalui
pendidikan formal demi peningkatan kualitas pembinaan dalam Kongregasi
Suster Fransiskan Santa Lusia.
5. Kemampuan komunikasi antarpribadi sangat perlu dikembangkan oleh semua
suster demi terwujudnya komunikasi antarpribadi yang baik dan sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
DAFTAR PUSTAKA
Amalorvavadas, D.S. (1972). Katekese sebagai Tugas Pastoral Gereja (Seri
Pastoral No.11). Yogyakarta: STFK Pradnyawidya. Briere, Emile. (2003). Imam Membantu Imam. Malang: Dioma. Covey, Stephen. (1997). The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta:
Binarupa Aksara. Darminta. (1993). Latihan Rohani St. Ignatius Loyola. Yogyakarta: Kanisius. _______. (2006). Praksis Bimbingan Rohani. Yogyakarta: Kanisius. Fuster, J. (1985). Teknik Mendewasakan diri. Yogyakarta: Kanisius. Goleman, Daniel. (2000). Kecerdasan emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Hardjana, Agus. Maas. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.
Yogyakarta: Kanisius. Jacobs, Tom. (1973). Bimbingan Rohani. Yogyakarta: Kanisius. Konstitusi Kongregasi Fransiskan Santa Lusia. (1999). Pematang Siantar. Kitab Hukum Kanonik, Sekretariat KWI. (1991). Penerjemah: Kartosiswoyo Pr,
dkk Jakarta: Obor. Konsili Vatikan II.(1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (Hardawiryana, SJ.
Penerjemah). Jakarta: Obor. KWI. (2011). Pedoman pastoral Keluarga. Jakarta: Obor. Mardi Prasetyo, F. (2001). Tugas Pembinaan demi Mutu Hidup bakti.
Yogyakarta: Kanisius Noren. (2009). Deskripsi Persepsi Para Suster Yunior Kongregasi FSE Angkatan
2002-2009 Tentang Komunikasi Antarpribadi antara Mereka dengan Pemimpin Komunitas dalam Bimbingan Pribadi. Skripsi
Rakhmat, Jalaluddin. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Riduwan. (2010). Belajar mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sinaga, Anicetus, B. (2007). Imam Triniter. Jakarta: Obor. Sugiri, dkk. (2004). Kasih dan Konflik. Jakarta: Sekretariat Komisi PSE-KWI. Shelton, Charles M. (1988). Menuju Kedewasaan Kristen. Yogyakarta: Kanisius. Supratiknya. A. (1995). Komunikasi Antarpribadi. Kanisius: Yogyakarta. Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Supardi Sadarjoen, Sawitri. (2005). Jiwa yang rentan. Jakarta: Buku Kompas. Sudiarja, (2003). Berenang di arus zaman. Yogyakarta: Kanisius. Stein, Steven dan Book, Howard. (2000). Ledakan EQ. Penerjemah Trinanda
Rainy dan Yudhi Murtanto Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode dan Peserta
Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor. Tannen, Deborah. (1996). Seni Komunikasi Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Uchjana Efendi, Onong. (1995). Ilmu komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Wursanto, Ig. (1999). Etika Komunikasi kantor. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. Penerjemah: Hardawiryana, SJ). Jakarta. Dokpen KWI. (dokumen asli terbit tahun 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1
Kepada yang terkasih,
Para suster yunior dan kaul kekal usia lima tahun
di Komunitas
Para suster yang terkasih,
Pada kesempatan ini saya memohon para saudari untuk mengisi
koesioner yang ada di tangan saudari ini. Adapun maksud dan tujuan dari
kuesioner ini untuk mengetahui pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan
komunikasi antarpribadi. Informasi yang para saudari berikan dengan jujur sangat
membantu kami untuk mendapatkan data yang akurat. Kuesioner ini bersifat
rahasia. Maka, dengan ini juga saya mengharapkan keterbukaan dan kejujuran
para saudari untuk mengisi kuesioner ini berdasarkan pengalaman para saudari.
Akhirnya atas kesediaan, kejujuran dan kesungguhan para saudari dalam
memenuhi harapan saya, semua bantuan para saudari sangat berarti bagi penelitian
saya. Untuk itu saya haturkan limpah terimakasih.
Hormat Saya,
Sr. Ezra, KSFL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2
Petunjuk Pengisian Kuisioner:
Suster yang terkasih, berikut ini terdapat skala yang berisi sejumlah
pernyataan yang akan suster tanggapi dan jawab. Mohon supaya dibaca dan
dipahami setiap pernyataan.
• Berilah tanda cek list (√) pada kolom dari setiap pernyataan sesuai dengan
pemahaman, pengalaman dan sikap nyata yang dialami para suster sendiri.
• Mohon di isi pada kolom kualifikasi.
• Contoh:
No
Pernyataan
Tidak Pernah
Kualifikasi
1 2 4 5
Selalu
1 Saya percaya kepada
teman sekomunitasku.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3
Kuisioner Penelitian PENGARUH BIMBINGAN ROHANI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PARA SUSTER KONGREGASI
FRANSISKAN SANTA LUSIA PEMATANGSIANTAR.
Nama :_______________________ Usia Kaul Kekal/Sementara :___________/____________ Komunitas :_______________________
Tabel 1 Variabel Bimbingan rohani
No Pernyataan
Kualifikasi Selalu Tidak
Pernah 1
2
4
5
1 Pembimbing mendengarkan saya dengan kesungguhan hati.
2 Pembimbing menyimak seluruh pengalaman dan pergulatan yang saya sharingkan.
3 Pembimbing menanggapi sesuai dengan harapan saya.
4 Pembimbing memperhatikan raut muka saya ketika saya bersharing.
5 Pembimbing peka terhadap bahasa nonverbal yang terungkap selama sharing berlangsung.
6 Pembimbing menunjukkan maksud Tuhan melalui pengalaman dan
No:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pergulatan yang saya sharingkan.
7 Pembimbing membantu saya untuk memahami maksud Tuhan melalui pengalaman dan pergulatan yang saya sharingkan.
8 Pembimbing membuat jadwal bimbingan secara rutin dan teratur.
9 Saya menjalankan bimbingan sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
10 Pembimbing memilih metode yang sesuai dengan tema bimbingan.
11 Bimbingan menggunakan sarana sesuai dengan materi antara lain Kitab Suci, konstitusi, dll.
12 Dalam bimbingan memperhatikan suasana rileks dan nyaman.
13 Bimbingan terjadi dalam suasana doa.
14 Pada bagian inti pembimbing memberikan penjelasan, informasi sesuai dengan materi bimbingan.
15 Pembimbing membantu saya untuk memahami nilai-nilai rohani.
16 Proses bimbingan selalu diakhiri dengan doa sebagai benang merah pengalaman rohani.
17 Pembimbing berperan seperti ibu yang membantu saya untuk memahami panggilan khusus ini.
18 Pembimbing berperan seperti sahabat setia mendengarkan dan membantu saya untuk semakin mengenal diriku,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sesama dan Tuhan sendiri.
19 Saya memiliki kerinduan untuk berkembang dalam hidup rohani.
20 Saya kunjungan Sakramen Mahakudus setiap hari.
21 Saya meditasi setiap hari selama 30 Menit.
22 Saya melaksanakan bacaan rohani setiap hari.
23 Saya jujur dan terbuka menyampaikan pergulatan batinku kepada pembimbing.
24 Saya merasa dipercayai oleh Pembimbing.
25 Saya percaya sepenuhnya kepada pembimbing.
26 Saya menikmati kegembiraan dalam panggilan sebagai buah rohani.
27 Saya semakin menyadari keberadaanku dihadapan Tuhan dan sesama.
28 Saya semakin memiliki kerendahan hati.
29 Saya semakin memiliki semangat rela berkorban.
30 Pembimbing melihat dan menunjukkan perkembangan rohani saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 2 Variabel Kemampuan komunikasi antarpribadi
No
Pernyataan
Tidak
Pernah
Kualifikasi
Selalu 1 2 4 5
31 Saya berusaha mengetahui latar belakang partner bicara saya.
32 Saya mengenal kebiasaan partner bicara saya.
33 Saya berusaha mendengarkan kata-kata yang terungkap dari partner bicara saya.
34 Saya memahami perasaan partner bicara melalui nada suaranya.
35 Saya menangkap pesan setelah partner beberapa kali mengatakan maksudnya.
36 Saya menangkap pesan setelah satu kali partner mengatakan maksudnya.
37 Saya menangkap pesan melalui bahasa tubuh partner saya.
38 Saya memiliki kontak batin dengan orang yang biasa berkomunikasi dengan saya.
39 Saya memberikan respon yang tepat melalui kata-kata terhadap partner bicara saya.
40 Saya tidak memberikan respon melalui bahasa tubuh.
41 Saya melakukan apa yang saya katakan.
42 Saya jujur pada partner bicara saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43 Saya teguh pada prinsip.
44 Saya bisa menyimpan rahasia.
45 Saya memenuhi setiap janji yang saya buat.
46 Saya setia terhadap kesepakatan.
47 Saya tidak menyampaikan perasaan saya dengan bahasa verbal.
48 Partner saya memahami maksud saya setelah saya beberapa kali mengatakan.
49 Partner saya memahami maksud saya dengan satu kali mengatakan.
50 Partner memahami maksud saya melalui bahasa tubuh saya.
51 Kehadiran saya dapat dipahami oleh teman yang biasa berkomunikasi dengan saya.
52 Saya percaya sepenuhnya kepada lawan bicara saya.
53 Saya membiarkan orang mengatakan sesuatu hal dengan tuntas tanpa mencela.
54 Saya sering kontak mata dengan orang yang sedang berbicara dengan saya.
55 Saya merasa bahwa pribadi yang dapat dipercaya merupakan nilai yang harus diperjuangkan.
56 Saya bisa menjadi sahabat yang baik bagi orang lain.
57 Saya bersikap terbuka pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persahabatan dengan orang lain baik sejenis maupun lawan jenis
58 Saya jujur menyampaikan pendapat atau pandangan saya terhadap partner bicara saya.
59 Saya berbicara dengan penuh pertimbangan.
60 Saya mengkomunikasikan sesuatu dengan memperhatikan keadaan partner bicara saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 305 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
1 Zita 5 5 5 5 5 5 5 35 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59 4 4 3 5 5 5 26 5 5 4 5 5 24 144
2 Evivani 4 5 2 2 4 5 5 27 4 2 4 5 2 5 4 4 5 5 4 4 48 2 2 2 4 4 4 18 2 4 5 3 3 17 110
3 Eva 4 5 4 4 2 4 4 27 4 2 4 4 4 5 2 2 4 4 4 2 41 5 2 4 4 2 5 22 4 5 2 4 4 19 109
4 Theofani 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 57 4 4 4 5 5 5 27 4 4 2 2 4 16 135
5 Royentina 5 5 5 5 4 5 5 34 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 57 5 5 5 5 5 5 30 4 4 2 2 4 16 137
6 Hedwilda 5 5 5 5 4 5 4 33 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59 2 4 2 5 4 5 22 4 4 2 4 4 18 132
7 Mariana 5 5 4 5 5 5 5 34 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 56 4 4 4 5 5 5 27 4 4 2 5 5 20 137
8 Yolenta 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 59 5 5 5 5 5 5 30 5 5 4 4 5 23 147
9 Madeline 5 5 4 5 5 5 5 34 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 55 4 4 4 4 4 5 25 4 5 4 4 5 22 136
10 Angeline 4 5 2 4 4 4 4 27 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 55 4 5 5 5 5 5 29 5 5 4 5 4 23 134
11 Amandha 5 5 5 5 5 5 5 35 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 58 5 4 5 5 5 5 29 5 5 5 4 5 24 146
12 Agatha 5 5 4 5 5 5 5 34 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 57 4 5 5 5 5 5 29 5 5 5 5 5 25 145
13 Leopolda 5 5 5 5 4 5 5 34 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 53 2 4 4 5 5 5 25 5 4 4 4 4 21 133
14 Hendrika 4 2 4 4 4 2 2 22 1 1 1 4 1 2 5 5 5 2 2 5 34 4 4 4 2 2 1 17 2 4 2 4 5 17 90
15 Virginia 5 5 4 5 5 5 5 34 2 2 2 4 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 2 5 4 5 5 26 4 5 5 5 4 23 133
16 Febiola 4 4 4 4 4 4 5 29 2 2 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 50 4 4 4 5 5 4 26 4 4 2 2 4 16 121
17 Ignatia 5 5 4 5 5 4 5 33 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 58 4 4 2 5 5 5 25 4 5 5 5 5 24 140
18 Klarista 4 4 4 5 4 5 4 30 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 56 2 4 4 5 5 5 25 4 4 4 4 4 20 131
19 Amandine 4 4 4 5 5 4 4 30 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54 2 2 2 5 5 5 21 5 5 5 5 4 24 129
20 Mayella 4 4 4 5 4 5 5 31 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 54 4 5 5 5 5 5 29 5 5 4 4 5 23 137
21 Verona 5 5 4 4 4 5 5 32 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 54 4 5 5 4 4 4 26 4 4 4 4 5 21 133
22 Hermina 4 5 2 5 5 4 4 29 5 5 4 4 2 5 4 4 5 5 5 4 52 5 5 2 4 4 4 24 4 4 2 2 5 17 122
23 Adelina 5 5 4 5 5 4 5 33 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 58 4 5 4 5 5 5 28 5 5 4 5 5 24 143
24 Krisanta 5 5 4 5 4 5 5 33 2 5 2 5 4 5 4 5 5 4 2 5 48 2 4 4 5 5 5 25 5 5 4 4 4 22 128
25 Dominika 2 2 2 2 2 2 2 14 2 2 2 4 2 4 2 2 2 1 1 2 26 2 2 2 1 2 2 11 2 2 2 2 2 10 61
26 Mikaela 2 2 2 2 2 4 4 18 2 2 2 4 2 4 4 4 4 2 1 5 36 2 4 2 5 4 2 19 4 5 2 2 2 15 88
27 Hironima 4 4 4 4 4 4 5 29 2 2 2 4 4 4 4 4 5 5 5 5 46 2 1 2 5 5 4 19 5 5 4 4 4 22 116
28 Beatris 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 2 4 4 5 5 5 4 49 5 2 2 4 5 5 23 5 4 5 5 5 24 124
29 Rafaela 2 4 4 2 4 5 4 25 2 2 2 4 4 5 4 4 4 5 5 5 46 4 5 5 5 4 5 28 5 4 4 4 4 21 120
30 Celindine 4 5 4 4 4 4 5 30 4 1 4 2 4 4 5 4 5 5 5 5 48 1 4 2 5 5 4 21 5 5 2 4 4 20 119
31 Celsia 5 4 4 5 5 4 4 31 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 56 5 4 4 4 5 5 27 5 5 4 4 5 23 137
32 Klara 5 4 4 5 4 5 5 32 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 57 5 5 5 4 4 4 27 5 5 4 4 5 23 139
33 Bonifasia 5 5 4 5 5 5 5 34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60 5 5 4 5 5 5 29 5 5 4 4 5 23 146
34 Arnolfine 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 59 5 5 5 5 5 5 30 4 4 5 5 5 23 147
35 Stanisa 4 4 4 4 4 4 4 28 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 57 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 2 18 127
36 Franceline 5 5 5 5 5 5 5 35 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59 5 5 5 5 5 5 30 5 5 5 5 5 25 149
37 Egidia 5 4 4 5 5 5 4 32 2 1 2 4 5 4 4 5 5 5 5 5 47 4 5 5 5 5 5 29 5 4 4 4 5 22 130
38 Reynelda 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 58 4 5 4 5 5 5 28 4 4 4 4 5 21 142
39 Paskalina 5 5 4 5 5 5 5 34 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 56 2 4 4 4 4 5 23 5 4 4 5 5 23 136
40 Cesilia 5 5 4 5 2 5 5 31 4 4 5 5 5 4 2 5 5 5 5 5 54 2 4 2 5 5 5 23 5 5 4 5 4 23 131
41 Faustina 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60 4 5 5 5 5 5 29 5 5 5 5 5 25 149
42 Mathilda 5 5 5 5 5 5 5 35 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 58 5 5 5 4 4 5 28 5 5 5 5 5 25 146
43 Benedikta 5 5 4 5 5 5 5 34 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 58 4 5 5 5 5 5 29 5 5 5 5 5 25 146
44 Gratiansi 5 4 4 4 2 4 4 27 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 55 4 5 5 5 5 5 29 5 4 4 4 4 21 132
45 Desideria 5 5 5 4 4 5 5 33 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 56 4 5 4 5 5 5 28 5 5 4 4 5 23 140
46 Edith 4 4 2 4 4 4 4 26 2 2 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 48 2 4 4 5 4 4 23 2 4 4 4 4 18 115
47 Daniela 4 5 4 4 4 5 5 31 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 54 5 5 5 5 5 5 30 5 5 4 4 5 23 138
48 Mery 5 5 4 5 5 5 5 34 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59 4 4 4 5 5 5 27 4 5 5 5 5 24 144
49 Nicoline 5 5 4 5 5 5 5 34 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 57 5 5 5 5 5 5 30 5 4 4 4 5 22 143
50 Marta 4 4 4 5 5 5 5 32 2 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 56 4 4 2 5 5 5 25 5 4 4 4 5 22 135
51 Zaneth 4 5 4 5 4 5 4 31 2 2 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 52 4 4 2 4 4 5 23 4 4 4 4 4 20 126
52 Gemadin 5 5 5 5 5 5 5 35 1 1 2 2 5 4 4 4 4 4 4 4 39 4 2 5 5 5 5 26 4 4 4 4 4 20 120
53 Yulini 5 5 5 5 5 5 5 35 1 1 2 2 5 4 4 4 4 4 4 4 39 4 2 5 5 5 5 26 2 5 5 5 5 22 122
54 Gratia 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 56 4 5 5 5 5 5 29 4 4 4 4 4 20 140
55 Efata 5 5 4 5 5 5 5 34 5 1 1 2 2 5 5 4 5 5 5 4 44 5 2 2 4 5 5 23 5 5 2 4 5 21 122
56 Marcel 4 4 4 4 5 4 4 29 2 2 4 2 4 5 5 5 5 5 5 5 49 5 2 2 4 4 5 22 5 4 2 4 4 19 119
57 Everdine 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 56 5 4 4 5 5 4 27 5 5 5 5 5 25 143
58 Gerardin 4 4 5 4 2 2 4 25 4 5 5 5 4 4 4 4 2 2 1 4 44 4 5 4 5 5 4 27 4 2 2 4 4 16 112
59 Teresa 5 5 5 5 4 4 4 32 2 2 1 1 2 2 4 4 5 5 5 5 38 4 4 4 2 2 4 20 2 4 4 5 5 20 110
60 Lusi 5 5 5 4 4 4 2 29 2 1 1 2 2 4 4 4 4 5 5 5 39 4 4 4 4 2 2 20 5 5 5 5 5 25 113
0,71 0,70 0,50 0,71 0,62 0,72 0,72 1872 0,59 0,63 0,61 0,48 0,75 0,51 0,58 0,69 0,56 0,70 0,69 0,46 3113 0,41 0,51 0,45 0,64 0,67 0,75 1523 0,59 0,48 0,51 0,47 0,62 1271 7779
0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
Lampiran 4
Validitas
Sign. 5%
Σ Σ Σ ΣNO
Nama suster Σ TotPembimbing Proses Terbimbing Tujuan
Bimbingan Rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 605 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
1 Zita 4 5 4 5 5 4 5 4 36 4 4 4 5 2 4 5 4 32 2 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60 128
2 Evivani 4 4 4 2 5 4 2 4 29 4 4 2 4 2 5 4 4 29 2 2 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 51 109
3 Eva 2 5 4 5 4 4 4 5 33 4 2 4 4 5 4 5 5 33 4 4 5 4 4 5 2 4 4 4 2 4 5 51 117
4 Theofani 5 2 4 4 1 2 4 5 27 4 4 2 4 4 4 4 2 28 2 2 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 51 106
5 Royentina 5 2 4 4 2 2 4 5 28 4 4 4 4 4 4 4 2 30 2 2 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 51 109
6 Hedwilda 5 4 2 4 2 1 1 2 21 2 4 2 2 4 2 4 2 22 1 1 1 2 2 2 2 4 2 4 5 4 2 32 75
7 Mariana 2 4 5 5 2 2 4 2 26 4 2 4 4 5 5 5 2 31 2 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 57 114
8 Yolenta 5 5 5 5 4 5 5 5 39 5 5 5 5 5 5 4 5 39 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 64 142
9 Madeline 4 4 4 4 4 4 4 5 33 4 2 5 4 4 2 4 2 27 4 2 4 4 2 2 1 4 4 4 2 4 4 41 101
10 Angeline 4 4 4 5 5 4 4 2 32 4 2 5 5 5 4 5 2 32 5 4 2 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 60 124
11 Amandha 1 4 5 5 4 2 2 2 25 5 1 4 5 5 4 5 4 33 2 4 1 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 54 112
12 Agatha 4 4 5 4 4 5 4 2 32 5 5 5 5 5 5 5 4 39 5 5 4 4 2 4 5 5 5 5 5 5 5 59 130
13 Leopolda 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 4 4 4 4 4 4 4 33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 53 118
14 Hendrika 5 2 5 1 1 4 1 1 20 4 2 2 4 4 4 2 2 24 2 4 2 2 2 2 5 4 5 4 4 4 2 42 86
15 Virginia 4 4 5 1 5 1 5 2 27 5 1 1 5 5 5 5 1 28 1 1 5 5 1 5 5 5 5 2 5 5 5 50 105
16 Febiola 2 2 4 4 4 4 4 5 29 4 4 2 4 5 4 4 4 31 2 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 57 117
17 Ignatia 5 4 5 5 5 4 5 4 37 5 5 4 5 5 4 5 5 38 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 56 131
18 Klarista 5 5 4 4 2 4 5 4 33 5 2 4 5 5 4 5 2 32 4 4 4 5 2 5 4 5 4 5 5 5 5 57 122
19 Amandine 5 5 4 4 2 4 5 4 33 4 1 4 5 5 5 1 5 30 4 4 5 2 5 4 5 4 5 5 5 5 5 58 121
20 Mayella 4 4 5 5 4 4 4 4 34 4 4 4 4 4 4 5 5 34 5 2 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 57 125
21 Verona 2 5 5 5 5 4 4 4 34 4 4 4 4 5 5 5 5 36 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 55 125
22 Hermina 5 2 5 5 4 4 4 5 34 5 2 4 5 4 4 5 5 34 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 56 124
23 Adelina 2 4 5 4 5 2 2 4 28 1 2 2 2 5 4 5 5 26 2 4 1 4 2 2 1 5 5 4 4 5 5 44 98
24 Krisanta 4 4 5 5 2 5 4 4 33 5 2 5 5 5 4 5 2 33 5 2 2 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 58 124
25 Dominika 2 2 2 2 2 2 2 2 16 2 2 2 1 2 2 2 2 15 2 2 2 2 1 1 2 4 2 2 2 2 2 26 57
26 Mikaela 2 1 4 4 4 2 4 4 25 4 4 4 4 4 2 4 2 28 2 2 2 4 2 2 4 5 4 4 4 4 5 44 97
27 Hironima 2 2 4 2 4 4 4 4 26 4 2 2 2 5 4 4 4 27 4 2 2 4 2 2 2 4 4 4 4 5 4 43 96
28 Beatris 4 4 5 4 2 4 2 4 29 5 4 2 2 5 4 5 4 31 4 4 2 5 2 2 4 5 1 4 4 2 4 43 103
29 Rafaela 4 4 4 4 5 4 5 4 34 4 4 4 4 5 5 4 5 35 2 5 2 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 48 117
30 Celindine 4 4 4 4 2 4 2 2 26 2 2 4 4 4 2 2 2 22 2 2 2 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 45 93
31 Celsia 2 4 5 5 5 5 4 5 35 4 2 5 5 5 4 5 4 34 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 55 124
32 Klara 2 4 5 5 4 4 2 4 30 4 5 4 4 5 4 4 4 34 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 57 121
33 Bonifasia 4 4 4 5 4 4 4 5 34 4 4 5 5 4 4 4 4 34 4 4 2 5 4 2 4 4 4 4 5 4 5 51 119
34 Arnolfine 2 5 5 5 5 2 2 5 31 4 4 5 2 5 4 5 2 31 2 1 4 5 2 2 4 5 4 2 4 5 5 45 107
35 Stanisa 5 4 4 5 5 5 5 4 37 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 57 126
36 Franceline 5 4 5 5 5 5 5 5 39 5 4 5 5 5 5 5 1 35 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 60 134
37 Egidia 5 4 5 5 5 5 5 5 39 4 2 4 2 5 4 4 4 29 2 4 2 5 2 2 5 5 5 5 4 5 5 51 119
38 Reinelda 4 4 5 4 5 4 2 2 30 4 2 4 4 2 4 4 4 28 2 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 55 113
39 Paskalina 5 5 4 2 2 4 2 5 29 5 4 2 4 5 4 4 4 32 4 4 4 4 2 4 2 5 4 4 5 5 5 52 113
40 Cesilia 4 5 4 5 2 2 2 1 25 4 2 4 4 5 4 5 4 32 4 2 4 4 2 5 5 5 5 1 4 5 5 51 108
41 Faustina 5 5 5 5 2 4 4 4 34 4 4 5 5 5 5 5 4 37 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 63 134
42 Mathilda 4 4 5 4 5 4 4 4 34 4 4 4 4 4 4 4 4 32 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 56 122
43 Benedikta 2 5 5 5 5 5 5 5 37 5 1 4 5 5 4 5 1 30 1 1 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 56 123
44 Gratiansi 4 4 4 4 2 5 5 5 33 4 2 5 4 5 5 5 1 31 4 4 2 4 2 5 5 5 5 5 5 1 5 52 116
45 Desideria 5 5 5 4 4 2 2 2 29 4 4 4 4 5 2 4 4 31 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 56 116
46 Edith 4 4 4 4 4 2 4 4 30 4 2 4 4 5 5 5 4 33 2 4 2 4 4 4 2 5 5 5 5 5 5 52 115
47 Daniela 5 2 5 4 4 4 4 4 32 4 5 4 5 4 5 5 5 37 4 4 5 2 4 5 5 5 5 4 4 4 4 55 124
48 Mery 4 4 5 5 5 5 5 4 37 5 4 5 5 5 5 5 4 38 4 4 5 1 2 4 5 5 5 5 5 4 5 54 129
49 Nicoline 2 4 4 5 5 4 4 5 33 4 4 4 4 5 4 5 5 35 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 57 125
50 Marta 4 5 5 5 5 4 5 4 37 5 2 4 4 4 5 4 5 33 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 58 128
51 Zaneth 5 5 5 4 1 5 5 2 32 4 5 4 5 5 4 5 2 34 2 4 2 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 55 121
52 Gemma 4 4 4 4 4 2 2 2 26 4 4 4 4 4 5 5 2 32 4 2 2 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 50 108
53 Yulini 2 4 4 4 4 2 2 2 24 4 4 4 4 4 2 4 2 28 2 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 53 105
54 Gratia 4 4 5 5 5 4 4 4 35 4 5 4 4 4 4 4 2 31 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 61 127
55 Efata 5 5 5 5 1 5 5 5 36 4 4 4 5 5 5 5 4 36 1 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 58 130
56 Marcel 4 2 2 4 5 5 4 4 30 4 4 4 2 4 4 4 4 30 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 49 109
57 Everdine 4 5 5 4 4 5 4 4 35 5 5 5 5 5 5 5 5 40 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 61 136
58 Gerardin 2 4 4 4 2 2 2 1 21 1 1 5 5 4 4 4 2 26 2 2 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 2 52 99
59 Teresa 4 4 4 4 5 5 5 2 33 2 2 2 4 4 1 2 5 22 5 4 4 4 2 2 4 2 5 2 5 5 4 48 103
60 Lusi 5 5 5 5 4 4 4 2 34 4 2 5 4 4 2 5 5 31 4 4 2 5 4 2 5 4 5 5 4 2 4 50 115
0,26 0,45 0,59 0,60 0,33 0,58 0,62 0,44 1862 0,62 0,35 0,58 0,66 0,38 0,58 0,49 0,38 1880 0,39 0,57 0,48 0,39 0,59 0,65 0,55 0,44 0,50 0,53 0,38 0,37 0,60 3153 68950,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
Lampiran 5
ValiditasSign. 5%
Σ Σ Σ
Kemampuan Komunikasi Antarpribadi
NONAMA
SUSTERΣ Tot
Menerima Pesan Menyampaikan Pesan Suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6No
Nama Suster
Bimbingan RohaniKemampuan Komunikasi
Jumlah
1 Zita 144 128 2722 Evivani 110 109 2193 Eva 109 117 2264 Theofani 135 106 2415 Royentina 137 109 2466 Hedwilda 132 75 2077 Mariana 137 114 2518 Yolenta 147 142 2899 Madeline 136 101 23710 Angeline 134 124 25811 Amandha 146 112 25812 Agatha 145 130 27513 Leopolda 133 118 25114 Hendrika 90 86 17615 Virginia 133 105 23816 Febiola 121 117 23817 Ignatia 140 131 27118 Klarista 131 122 25319 Amandine 129 121 25020 Mayella 137 125 26221 Verona 133 125 25822 Hermina 122 121 24323 Adelina 143 98 24124 Krisanta 128 124 25225 Dominika 61 57 11826 Mikaela 88 97 18527 Hironima 116 96 21228 Beatris 124 103 22729 Rafaela 120 117 23730 Celindine 119 93 21231 Celsia 137 124 26132 Klara 139 121 26033 Bonifasia 146 119 26534 Arnolfine 147 109 25635 Stanisa 127 125 25236 Franceline 149 133 28237 Egidia 130 119 24938 Reynelda 142 113 25539 Paskalina 136 113 24940 Cesilia 131 110 24141 Faustina 149 134 28342 Mathilda 146 122 26843 Benedikta 146 123 26944 Gratiansi 132 116 24845 Desideria 140 116 25646 Edith 115 115 23047 Daniela 138 121 25948 Mery 144 129 27349 Nicoline 143 127 27050 Marta 135 128 26351 Zaneth 126 121 24752 Gemadina 120 108 22853 Yulini 122 107 22954 Gratia 140 126 26655 Efata 122 127 24956 Marcel 119 109 22857 Everdine 143 136 27958 Gerardin 112 102 21459 Teresa 110 103 21360 Lusi 113 115 228
7779 6894 14673Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7
Tabel Descriptive Statistic
N Range Min. Max. Sum Mean Std. Deviation
Variance
Pembimbing 60 21 14 35 1872 312.000 4.27765 18.298 Proses 60 34 26 60 3113 51.8833 75.4443 56.918 Terbimbing 60 19 11 30 1523 25.3833 3.89738 15.190 Tujuan 60 15 10 25 1271 21.1833 3.12178 9.745 Menerima Pesan 60 23 16 39 1863 31.0500 4.80968 23.133 Menyampaikan Pesan
60 25 15 40 1878 31.3000 4.57072 20.892
Suasana 60 38 26 64 3153 52.5500 6.94878 48.286
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8
Jadikanlah Aku Pembawa Damai ( Doa St. Fransiskus Asisi)
Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian,
Jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan,
jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi kesesatan,
jadikanlah aku pembawa kebenaran.
bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan.
bila terjadi kesedihan,
jadikanlah aku sumber kegembiraan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur.
Memahami daripada dipahami. Mencintai daripada dicintai.
Sebab dengan memberi aku menerima, dengan mengampuni aku diampuni,
dengan mati suci aku bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya.
Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI