Post on 24-Dec-2019
Kurikulum berasal dari bahasa Inggris “Curriculum” berarti Rencana
Pelajaran. (Poerwadarminta,1980). Secara istilah, kurikulum adalah
“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
(Depag. RI. Dir. Jen. Kelembagaan Agama Islam, 2004). Dari pengertian
tersebut kurikulum sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar
mengajar disekolah yang merupakan jembatan untuk tercapainya suatu
tujuan Pendidikan Nasional. Pada perkembangan dan perubahan yang
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan
ilmu pengetahuan dan tehnologi, serta seni dan budaya. Perkembangan
dan perubahan yang secara terus menerus menuntut perlunya sistem
Pendidikan Nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk
mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman tersebut.
Sebenarnya apakah pengembangan kurikulum itu dan mengapa
kurikulum perlu dikembangkan? Pengembangan kurikulum terjadi akibat
dari rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap suatu kurikulum yang
sedang ataupun sudah berlaku. Namun, tidak semua rasa tidak puas ini
memicu pengembangan kurikulum. Maka perlu diteliti lagi tentang konsep
dari pengembangan kurikulum itu. Istilah pengembangan menunjukkan
pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau cara yang baru dimana
selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat
atau cara tersebut terus dilakukan. Kegiatan pengembangan kurikulum
mencakup penyusunan kurikulum, pelaksanaan disekolah-sekolah disertai
pengawasan secara intensif dan penyempurnanaan terhadap komponen-
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 1
PERTEMUAN
1-2
PENDAHULUAN(Telaah Kurikulum PAUD
Dan Konsep Dasar
komponen tertentu dari kurikulum atas hasil penelitian. Pengembangan
kurikulum juga perubahan dan peralihan total atau dari suatu kurikulum ke
kurikulum yang lain.
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di
akademi yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai suatu tingkat
atau ijazah. Menurut Harold mendefenisikan kurikulum yakni semua
aktivitas yang dilakukan oleh sekolah terhadap para siswanya. Menurut
Taylor dan Alexander (1956) mendefinisikan segala usaha yang dilakukan
oleh sekolah untuk mempengaruhi belajar anak, baik di dalam maupun di
luar kelas.
Ada dua prosedur utama untuk mengubah atau mengembangkan
kurikulum yaitu “administrative approach” yaitu yang direncanakan oleh
pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada instansi-instansi
bawahan sampai kepada guru-guru, jadi”from the top down”, dari atas ke
bawah, atas inisiatif para administrator. Yang kedua yaitu “grass roots
approach” yaitu yang dimulai dari akar “from the bottom up” dari bawah ke
atas yaitu pihak guru atau sekolah dengan harapan akan meluas ke
sekolah-sekolah lainnya. Untuk di Indonesia digunakan administrative
approach. Langkah-langkah pengembangan kurikulum agar dapat berhasil
dengan baik maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengaruh faktor-faktor yang pendorong pembaharuan kurikulum
2. Inisiasi pengembangan
3. Innovasi kurikulum baru
4. Difusi (penyebaran) pengetahuan dan pengertian tentang
pengembangan kurikulum di luar lembaga-lembaga pengembangan
kurikulum
5. Implementasi kurikulum yang telah dikembangkan disekolah-sekolah
6. Evaluasi kurikulum
Kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan
Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan kegiatan
kependidikan yang utama adalah proses interaksi akademik antara
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 2
peserta didik, pendidik, sumber dan lingkungan. Posisi sentral ini
menunjukkan pula bahwa setiap interaksi akademik adalah jiwa dari
pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan atau pengajaran
pun tidak dapat dilakukan tanpa interaksi dan kurikulum adalah desain
dari interaksi tersebut. Dalam posisi maka kurikulum merupakan bentuk
akuntabilitas lembaga pendidikan terhadap masyarakat. Setiap lembaga
pendidikan, apakah lembaga pendidikan yang terbuka untuk setiap orang
ataukah lembaga pendidikan khusus haruslah dapat
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya terhadap masyarakat.
Lembaga pendidikan tersebut harus dapat memberikan "academic
accountability" dan "legal accountability" berupa kurikulum. Oleh karena
itu jika ada yang ingin mengkaji dan mengetahui kegiatan akademik apa
dan apa yang ingin dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan maka ia
harus melihat dan mengkaji kurikulum. Jika seseorang ingin mengetahui
apakah yang dihasilkan ataukah pengalaman belajar yang terjadi di
lembaga pendidikan tersebut tidak bertentangan dengan hukum maka ia
harus mempelajari dan mengkaji kurikulum lembaga pendidikan tersebut.
Fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu sendiri
yang berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi
kurikulum mempunyai arti sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan pada suatu
tingkatan lembaga pendidikan tertentu dan untuk memungkinkan
pencapaian tujuan dari lembaga pendidikan tersebut.
2. Sebagai batasan daripada program kegiatan (bahan pengajaran)
yang akan dijalankan pada suatu semester, kelas, maupun pada
tingkat pendidikan tersebut.
3. Sebagai pedoman guru dalam menyelenggarakan Proses Belajar
Mengajar, sehingga kegiatan yang dilakukan guru dengan murid
terarah kepada tujuan yang ditentukan.
Dengan demikian fungsi kurikulum pada dasarnya adalah program
kegiatan yang tercantum dalam kurikulum yang akan mempengaruhi atau
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 3
menentukan bentuk pribadi murid yang diinginkan. Oleh karena itu
pengembangan kurikulum perlu memperhatikan beberapa hal: 1) Tuntutan
pembangunan daerah dan nasional; 2)Tuntutan dunia kerja; 3) Aturan
agama, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; 4) Dinamika
perkembangan global; dan 5) Persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan.
Kurikulum merupakan sebuah salah satu alat untuk mencapai
tujuan pendidikan. Maka kurikulum merupakan alat penting dalam proses
pendidikan. Kurikulum hendaknya berperan dan bersifat anticipatory dan
adaptif dalam perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta
teknologi. Di dalam modul ini terdapat beberapa pembahasan mengenai
pengantar kurikulum pada anak usia dini. Setelah menempuh mata kuliah
pengantar kurikulum diharapkan mahasiswa/I memiliki kompetensi
sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan konsep dasar kurikulum
2. Dapat menjelaskan komponen dan organisasi kurikulum.
3. Dapat menjelaskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
4. Dapat menjelaskan pendekatan-pendekatan pengembangan
kurikulum
5. Dapat menjelaskan berbagai model pengembangan kurikulum.
6. Dapat menjelaskan pengembangan kurikulum di Indonesia
7. Dapat menjelaskan konsep dan prosedur perencanaan kurikulum
8. Dapat menjelaskan konsep dan prosedur implementasi kurikulum
9. Dapat menjelaskan konsep dan prosedur evaluasi kurikulum
10. Dapat menjelaskan konsep dan prosedur inovasi kurikulum
11. Dapat menjelaskan telaah kurikulum PAUD 2013
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 4
1. Komponen Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program
pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Sedangkan menurut Hilda Taba (1962), Kurikulum sebagai a plan for
learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa.
Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai
dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di
sekolah.
Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam
definisi kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang
dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran tertentu
tentang kualitas pendidikan yang diharapkan. Perbedaan pemikiran
atau ide akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum
yang dihasilkan, baik sebagai dokumen mau pun sebagai pengalaman
belajar. Oleh karena itu Oliva (1997:12) mengatakan “Curriculum itself
is a construct or concept, a verbalization of an extremely complex idea
or set of ideas”.
Perbedaan ruang lingkup kurikulum juga menyebabkan berbagai
perbedaan dalam definisi. Ada yang berpendapat bahwa kurikulum
adalah “statement of objectives” (McDonald; Popham), ada yang
mengatakan bahwa kurikulum adalah rencana bagi guru untuk
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 5
PERTEMUAN 3 Konsep Komponen Kurikulum
Dan Organisasi Kurikulum
mengembangkan proses pembelajaran atau instruction (Saylor,
Alexander,dan Lewis, 1981) Ada yang mengatakan bahwa kurikulum
adalah dokumen tertulis yang berisikan berbagai komponen sebagai
dasar bagi guru untuk mengembangkan kurikulum guru (Zais,1976:10).
Ada juga pendapat resmi negara seperti yang dinyatakan dalam
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa
kurikulum adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaranserta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untukmencapai
tujuan pendidikan tertentu” (pasal 1 ayat 19).
Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan
pengertian yang membedakan antara apa yang direncanakan
(kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas (instruction
atau pengajaran). Memang banyak akhli kurikulum yang menentang
pemisahan ini tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya
perbedaan antara keduanya. Kelompok yang menyetujui pemisahan itu
beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin saja
terlaksana tapi mungkin juga tidak sedangkan apa yang terjadi di
sekolah/kelas adalah sesuatu yang benar-benar terjadi yang mungkin
berdasarkan rencana tetapi mungkin juga berbeda atau bahkan
menyimpang dari apa yang direncanakan. Perbedaan titik pandangan
ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok akhli
kurikulum dengan akhli teaching (pangajaran). Baik akhli kurikulum
maupun pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas tetapi
dengan latar belakang teoritik dan tujuan.
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-
komponen tertentu. Komponen-komponen apa saja yang membentuk
sistem kurikulum itu? Bagaimana keterkaitan antar komponen itu?
Anda dapat memperhatikan bagan dibawah ini.
Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu:
komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau strategi
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 6
pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem,
setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala
salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu
atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum
secara keseluruhan juga akan tergganggu.
Komponen TujuanKomponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang
diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat
kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.
Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang
di cita – citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan
tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang
pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan
misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan
setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Komponen Isi/ Materi PelajaranIsi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan
pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada
isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan
kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan
untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Komponen Metode/ StrategiStrategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang
memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan
implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang
harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka
maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 7
rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, T. Rajakoni
mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum
perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita
cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan
rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian
penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya
pencapaian tujuan.
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa
jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya
untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode
ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan
media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan
metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving
something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.
Istilah lain juga yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan
strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998)
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 8
misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach).
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran
induktif. Dengan demikian, istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
Komponen EvaluasiEvaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum.
Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu
dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus
disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut
menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat
keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua
jenis, yaitu tes dan nontes.
2. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang
berupa kerangka umum program-program pengajaran yang di sampaikan
kepada peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan atau
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 9
pembelajaran yang di tetapkan. Organisasi kurikulum merupakan asas
yang sangat penting bagi proses pengembangan kurikulum dan
berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab menetukan isi
bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan
pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan di sajikan
kepada terdidik dan menentukan peranan pendidik dan terdidik dalam
implementasi kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran
tertentu yang secara tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan
atau sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus diajarkan
kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung kepada beberapa
factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua murid.
Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi berperan
sebagai suatu metode untuk menentukan seleksi dan pengorganisasian
pengalaman-pengalaman belajar yang di selaenggarakan oleh sekolah,
organisasi kurikulum menunjukkan peranan guru, peserta didik dan lain-
lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan kurikulum. Struktur
program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal
dan struktur vertical. Struktur horizontal berhubungan dengan masalah
pengorganisasian atau penyusunan bahan pelajaran kedalam pola
tertentu, sedangkan struktur vertikal berhubungan dengan masalah
system-sistem pelaksanann kurikulum sekolah, termasuk di dalamnya
system pengalokasian waktu.
Dalam organisasi kurikulum ada beberapa factor yang perlu di
perhatikan, yakni ruang lingkup (scope), urutan (squence), dan
penempatan bahan (grade placement).
1. Ruang lingkup bahan, adalah keseluruhan materi pelajaran dan
pengalaman yang akan di berikan dari suatu bidan studi mata
pelajaran atau dari suatu bidang studimata pelajaran atau dari suatu
pokok bahasan tertentu.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 10
2. Urutan bahan, adalahpenyusunan bahan pelajaran menurut aturan
tertentu secara berurutan, menunjukkan sistematika dan merupakan
penyampaian serta penangkapan oleh para siswa.
3. Penempatan bahan, adalah penempatan satu atau beberapa bahan
pelajaran untuk kelas tertentu.
Hamalik berpendapat di dalam bukunya Muhammad Zaini,
pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur yang meliputi :
1. Prosedur Pembelajaran
Pemilihan isi kurikulum didasarkan atas materi yang terkandung di
dalam buku pelajaran atau sejumlah buku pelajaran yang telah di
pilih oleh sebuah panitia tertentu.
2. Prosedur survey pendapat
Pemilihan dan pengorganisasian isi kurukulum di lakukan dengan
jalan mengadakan survey atau penelitian terhadap pendapat
berbagai pihak.
3. Prosedur studi kesalahan
Prosedur ini di laksanakan dengan jalan mengadakan analisis
terhadap kesalahan, kekeliruan, kelemahan atau kebaikan atas hasil-
hasil atau pengalaman kurikuler.
4. Prosedur mempelajari kurikulum lainnya
Prosedur ini dapatdisamakan dengan metode tambal sulam dengan
mempelajari metode sekolah lain, guru atau sekolah dapat
menetapkan atau menentukan isi kurikulum untuk sekolahnya sesuai
dengan tujuan.
5. Analisis kegiatan orang dewasa
Melalui prosedur ini terlebih dahulu di adakan studi terhadap
kegiatan-kegiatan dalam kehidupan untuk menemukan sejumlah
kegiatan yang di perkirakan berguna untuk di pelajari oleh para
siswa di sekolah. Kegiatan yang di analisis adalah yang berkenaan
dengan pekerjaan atau jabatan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 11
6. Prosedur fungsi social
Prosedur ini bertalian dengan prosedur analisis kegiatan masyarakat.
Masyarakat melakukan banyak fungsi social dalam kehidupannya
yang bermacam ragam dan bentuknya, dan berada dalam daerah
kehidupan tertentu, fungsi yang telah di tentukan, di klasifikasikan
menjadi sejumlah area of living.
7. Prosedur minat kebutuhan
Menurut prosedur ini, minat dan kebutuhan juga melibatkan
persistent problem, tetapi scope dansequence-nya di dasarkan atas
siswa dan berkenaan dengan fungsi-fungsi personal.
Jenis-Jenis Organisasi Kurikulum1. Mata pelajaran terpisah (separated curriculum)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam
berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain,
terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak
jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.[8] Beberapa
hal positif dari separated curriculum ini adalah : Bahan pelajaran
disajikan secara sistematis dan logis dapat dilaksanakan untuk
mewariskan nilai-nilai budaya terdahulu. Kurikulum ini mudah diubah
dan dikembangkan. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk,
didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga
mudah disesuaikan dengan waktu yang ada. Sedangkan beberapa
kritik terhadap kurikulum ini antara lain: Mata pelajaran terlepas-
lepas satu sama lain. Tidak atau kurang memperhatikan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut psikologis,
kurikulum demikian mengandung kelemahan: banyak terjadi
verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang
dihayati oleh anak didik. Kurikulum ini cenderung statis dan
ketinggalan dari perkembangan zaman.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 12
2. Mata pelajaran gabungan (corelated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan
diantara satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap
memperhatikan cirri atau karakteristik tiap bidang studi tersebut.
Misalnya Sejarah dan Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk saling
memperkuat. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari
jenis mata pelajaran. Korelasi faktual, misalnya sejarah dan
kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan
karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya
oleh siswa. Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada
penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata
pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada
dalam psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial.
Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif,
perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial.
Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-
prinsip moral sosial dan etika. Beberapa kelebihan kurikulum ini
adalah: Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih integral, tidak
terlepas-lepas (berpadu). Dengan melihat hubungan erat antara
mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah.
Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam
karena memandang dari berbagai sudut. Dengan korelasi maka yang
diutamakan adalah pengertaian dan prinsip-prinsip bukan
pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan
penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid.
Berikut beberapa kelemahan dari kurikukum mata pelajaran
gabungan ini adalah : Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-
masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari, sebab dasarnya
subject centered. Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang
sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 13
ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di
perguruan tinggi.
3. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara
unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas antara satu
mata pelajaran dengan yang lainnya. Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini
antara lain : Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi, berdasarkan
psikologi belajar gestalt dan organismik, berdasarkan landasan
sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan
tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa.
a. Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata
pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan
mata pelajaran baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna
pemecahan masalah. Sistem penyampaian menggunakan sistem
pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran
(subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran
murid. Guru selaku pembimbing. Beberpa manfaat kurikulum
terpadu ini antara lain:
b. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian
erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain.
c. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang
belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam
kehidupan mereka.
d. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah
dengan masyarakat.
e. Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir
sendiri dan berkerja sendiri, atau kerjasama dengan kelompok.
f. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan
kematangan murid.
Di samping itu kurikulum ini juga mempunyai beberapa kelemahan
yang diantaranya ialah:
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 14
a. Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini.
b. Organisasin kurang sitematis
c. Tugas-tuganya memberatkan guru.
d. Tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada unformitas di
sekolah-sekolah satu sama lain.
e. Siswa dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan
kurikulum.
f. Sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Adapun dalam bentuk kurikulum terpadu ini terbagi lagi, meliputi :
a. Kurikulum inti (core curriculum)Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani
kebutuhan siswa dan meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan
antara kehidupan dan belajar.
Ciri yang membedakan kurikulum inti, yaitu: Kurikulum inti
menekankan kepada nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu
kebudayaan memberikan stabilitas dan kesatuan pada masyarakat.
Struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial. Karakteristik yang
dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah : Kurikulum ini direncanakan
secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan dan direncanakan
secara terus-menerus. Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan
rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan. Isi kurikulum selalu
mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi secara
aktual. Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi
yang bersifat pribadi maupun sosial. Isi kurikulum ini difokuskan berlaku
untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum,
tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalam
pribadi.
Manfaat kurikulum inti adalah: Segala sesuatu yang dipelajari dalam
unit bertalian erat Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat
modern tentang belajar. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 15
antara sekolah dengan masyarakat. Kurikulum ini sesuai dengan paham
demokrasi. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.
b. Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (social functions and persistens situations).
Dalam pengembangan kurikulum ini di dasarkan pada lingkungan
social anak didik, sehingga pelajaran yang di peroleh memiliki fungsi dan
makna bagi kehidupan sehari-hari dan tidak terpisah dengan kondisi
masyarakat.
c. Kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience and activity curriculum)Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum.
Mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa
dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan
lingkungan maupun potensi siswa. Kurikulum ini berupaya mengatasi
kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih banyak
menerima (passive). Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah:
Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar
dengan baik bila ia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat
menemukan kebutuhan reel atau minatnya. Belajar merupakan transaksi
aktif. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital,
sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan
pribadinya
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 16
A. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulumSetiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada
sejumlah landasan, juga harus menerapkan atau menggunakan prinsip-
prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap pengembangan
kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam
pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip
yang telah disepakati.
Prinsip – prinsip yang biasa digunakan dalam suatu pengembangan
kurikulum. Menurut Sudirman S. antara lain:
1. Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu,
yang bertitik tolak dari tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum
mengandung aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai; yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku
peserta didik yang mencakup ketiga aspek tersebut dan bertalian
dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan Pendidikan
Nasional.
2. Prinsip Relevansi
Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi, dan system
penyampaiannya harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta
serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Prinsip Efektivitas
Dalam sajian bidang pendidikan prinsip efektifitas ini dikaitkan
dengan efektifitas guru mengajar dan efektifitas para murid belajar.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 17
PERTEMUAN 4-5 Prinsip-Prinsip Dan Pendekatan
Pengembangan Kurikulum
Implikasi prinsip ini dalam pengembangan kurikulum ialah
mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler membuahkan hasil
tanpa ada kegiatan yang mubazir dan terbuang percuma.
4. Prinsip Efisiensi
Implikasi prinsip ini mengusahakan agar kegiatan kurikuler
mendayagunakan waktu, tenaga, biaya, dan sumber – sumber lain
secara cermat dan tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu
mewadahi dan memenuhi harapan
5. Prinsip Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi, atau
dikurangi berdasarkan tuntutan dan ekosistem dan kemampuan
setempat, jadi tidak statis atau kaku. maka yang dilaksanakan adalah
program pendidikan keterampilan industri.
6. Prinsip Integritas
Implikasi prinsip ini mengusahakan agar pendidikan dalam suatu
kurikulum menghasilkan manusia seutunya walaupn kegiatan
kurikulernya terjabar dalam komponen kurikulum.
7. Prinsip sinkronisasi
Implikasi prinsip ini mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler
seirama, searah dan satu tujuan. Jangan sampai terjadi suatu
kegiatan kurikuler menghambat, berlawanan atau mematian kegiatan
– kegiatan lainnya.
8. Prinsip berkesinambungan
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian,
aspek - aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan,
tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan
fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan,
struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan siswa
sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 18
9. Prinsip Objetifitas
Implikasi prinsip ini mengusahakan agar semua kegiatan kurikuler
dilakukan dengan kegiatan catatan kebenaran ilmiah dengan
menyampaikan pengaruh – pengaruh emosional dan irasional.
10. Prinsip Demokrasi
Implikasi prinsip ini ialah mengusahakan agar dalam
penyelenggaraan pendidikan dikelola dan dilaksanakan secara
demokrasi.
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keterpaduan yang bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi
antara unsur-unsurnya yang pelaksanaannya melibatkan semua pihak,
baik dilingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu:
a) Prinsip - prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis,
dan efektivitas;
b) Prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan,
prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip
berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip
berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip
berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Asep Herry Hernawan dkk (2002) dalam bukunya menjelaskan
bahwa dalam mengembangkan sebuah kurikulum harus menganut lima
prinsip yaitu:
a) Prinsip relevansi
b) Prinsip fleksibilitas
c) Prinsip kontinuitas
d) Prinsip efisiensi
e) Prinsip efektifitas
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 19
Untuk Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajar Pendidikan,
ada beberapa prinsip tambahan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral 1 berarti kegiatan
pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan Terpadu.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat
istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.Kurikulum meliputi
substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal,dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan
dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan
oleh karena itu semangat dan isikurikulum mendorong peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 20
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah
pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional
dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
B. Pendekatan pengembangan kurikulum1. Pendekatan bidang studi (pendekatan subjek atau disiplin
ilmu)Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran
sebagai dasar organisasi kurikulum misalnya matematika, sains,
sejarah IPS, IPA, dan sebagainya Seperti yang lazim kita dapati
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 21
dalam sistim pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan
universitas.
Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan
bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu. Tipe organisasi ini
sesuai dengan falsafah realisme. Pendekatan ini paling mudah
dibandingkan dengan pendekatan lainnya oleh sebab disiplin ilmu
telah jelas Batasannya dan karena itu lebih mudah mempertanggung
jawabkan apa yang diajarkan.
2. Pendekatan InterdisiplinerDibawah ini akan kita bicarakan beberapa pendekatan
interdisipliner dalam pengembangan kurikulum.
a. Pendekatan Broad-field
Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa disiplin atau
mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu
pengetahuan tidak berada dalam vakum atau kehampaan akan
tetapi merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.
Pendekatan broad-field ini juga dapat digunakan agar siswa
memahami hubungan yang kompleks antara kejadian-kejadian di
dunia, misalnya antara perang vietnam dan korea dengan
kebangkitan ekonomi jepang dan lain-lain.
b. Pendekatan Kurikulum Inti(core curriculum)
Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad-field, karena
juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu. kurikulum diberikan
berdasarkan suatu masalah sosial atau personal. Untuk
memecahkan masalah itu digunakan bahan dari berbagai disiplin
ilmu yang berkaitan dengan masalah itu.
c. Pendekatan Kurikulum Inti di Perguruan Tinggi
Istilah inti (core) juga digunakan dalam kurikulum Perguruan Tinggi.
Dengan “core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok yang diambil
dari semua disiplin ilmu yang dianggap esensial mengenai
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 22
kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang dianggap layak dimiliki
oleh tiap orang terdidik dan terpelajar.
d. Pendekatan Kurikulum Fusi
Kurikulum ini men-fusi-kan atau menyatukan dua atau lebih disiplin
tradisional menjadi studi baru misalnya: geografi + botani +
arkeologi menjadi earth sciences.
3. Pendekatan RekonstruksionismePendekatan ini juga disebut Rekonstruksi Sosial karena
memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi
dalam masyarakat ,seperti polusi, ledakan penduduk dan lain-lain.
Dalam gerakan rekonstruksionisme ini terdapat dua kelompok utama
yang sangat berbeda pandangannya tentang kurikulum, yaitu
rekonstruksionisme konservatif dan rekonstruksionisme radikal.
a. Rekonstruksionisme konservatif.
Aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan pada peningkatan
mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari
penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang
dihadapi masyarakat. Peranan guru ialah sebagai orang yang
menganjurkan perubahan mendorong siswa menjadi partisipan aktif
dalam masyarakat. Pendekatan kurikulum ini konsisten dengan
falsafah pragmatisme.
b. Rekonstruksionisme Radikal.
Aliran ini berpendapat bahwa banyak Negara mengadakan
pembangunan dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang
merupakan mayoritas masyarakat. Golongan radikal ini
menganjurkan agar pendidik formal maupun non-formal
mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan
pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
4. Pendekatan HumanistikKurikulum ini berpusat pada siswa, dan mengutamakan
perkembangan efektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 23
integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic yakin, bahwa
kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral
dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.
Pendekatan humanistic dalam kurikulum didasarkan atas asumsi-
asumsi yang berikut:
a. Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya
dikembangkan sepenuhnya.
b. Siswa yang diturut-sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.
c. Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi
oleh rasa saling mempercayai, saling membantu, dan bebas dari
ketegangan yang berlebihan.
d. Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung
jawab kepada siswa atas kegiatan belajarnya.
e. Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam
penguasaan bahan pelajaran itu.
f. Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk
rasa harga diri.
5. Pendekatan “Accountability”Accountability atau pertanggung jawaban lembaga pendidikan
tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil
sebagai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut
banyak pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak
pendidikan dalam arti yang sebenarnya menjadi latihan belaka.
Accountability yang sistimatis yang pertama kalinya diperkenalkan
Frederick Taylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini.
Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai “scientific management” atau
manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus
diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 24
6. Pendekatan Pembangunan NasionalPendekatan ini mengandung tiga unsur :
a. Pendidikan kewarganegaraan
Dalam masyarakat demokratis, warga negara dapat dimasukkan
dalam tiga kategori:
a) Warganegara yang apatis
b) Warganegara yang pasif
c) Warganegara yang aktif
b. Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang
kurikulum bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis
jabatan yang akan diduduki.
c. Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari- hari dapat
dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan
akan tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
1. Keterampilan untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi
suatu negara.
2. Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat.
3. Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
4. Keterampilan sebagai warganegara yang baik.
C. PILAR PENGEMBANGAN KURIKULUM PAUDPengembangan kurikulum anak usia dini hendaknya dikembangkan
berdasarkan tiga pilar, yaitu :
1. Penataan lingkungandi dalam dan di luar kelas.
2. Kegiatan bermain dan alat permainan edukatif.
3. Interaksi yang ditunjukkan oleh guru dan anak serta orang-orang
yang terdapat di lembaga pendidikan tersebut.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 25
Selanjutnya pilar tersebut perlu dijabarkan ke dalam suatu strategi
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini yang terdiri dari komponen-
komponen berikut ini
1. Tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan di setiap
rentangan usia anak.
2. Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan
anak.
3. Metodde yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan tujun
kegiatan belajar dan mampu melibatkan anak secara aktif dan kreatif
serta menyenangkan.
4. Media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman,
nyamana dan menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu adanya
waktu yang cukup untuk bereksplorasi.
5. Evaluasi yang terbaik dan di anjurkan untuk dilakukan adalah
rangkaian sebah asesmen melalui observasi partisipatif terhadap
apa yang dilihat, di dengar dan diperbuat oleh anak.
D. Pendekatan Dalam Pengembangan KurikulumPada dasarnya terdapat 2 pendekatan yang diguanaka untuk
pendidikan anak usia dini, yaitu : Pendekatana perilaku dan pendekatana
perkembangan (Hainstock, 1999:7). Pendekatan perilaku beranggapan
bahwa konsep-konsep tidaklah berasal dari dalam diri anak dan tidak
berkembangn secara spontan. Sedangkan perkembangan ,
berpandangan bahwa perkembanganlah yang memberikan kerangka
untuk memahami dan mengahargai pertumbuhan alami anak usia dini.
Adapun pendekatan dalam pengembangn kurikulum paud yaitu :
1. Pendektana tematikPembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan
pengalaman yang bermakna pada anak. Keterpaduan dalam
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 26
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,
aspekmkurikulum dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran pada tahap ini haruslah, mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut : (1) Berpusat pada anak, (2) memberikan pengalaman langsung
pada anak (3) pemisahan bidang pengembangan tidak begitu jelas (4)
menyajikan konsep dari berbagai bidang pengembangan dalam suatu
proses pembelajaran (5) bersifat fleksibel dan luwes.
Kekuatan pembelajaran tematik adalah :
a. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak.
b. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak.
c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan
bermakna.
d. Mengembangakan keterampilan berpikir anak dengan permasalahan
yang dihadapai.
e. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi,
komunikasi dan taggapan terhadap gagasan orang lain.
2. Pusat kegiatan belajar (sentra)Pusat kegiatan belajar pada pembelajaran yang berpusat pada anak
di bangun atas dasar bahwa setiap anak memiliki modalitas, gaya belajar,
dan minat yang berbeda terhadap pengetahuan yang ingin diketahuinya.
Model pembelajaran sentra memiliki ciri khas pembelajaran sebagai
berikut:
a) Learning by doing
b) Learning by stimulating
c) Learning by modelling
Beberapa pendekatan yang harus diperhatikan setiap sentra, yaitu :
a. Program card, setiap anak harus merencanakan apa yang akan
mereka lakukan pada hari itu.
b. Open choice, guru membagi kelas menjadi kelompok kecil dimana
setiap kelompok akan mendapatkan tugas untuk mengerjakan tugas
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 27
bersama-sama dan guru mengatur perpindahan dari satu sentra ke
sentra lain.
c. Multi station, berupa tempat pergantian dan waktu menunggu 3-5
menit.
d. Enrichment centers, setelah anak menyelesaikan tugasnya di masing-
masing sentra, apabila ada waktu luang mereka boleh menggunakan
sentra untuk program pengayaan.
3. Pengelolaan kelas berpindah (moving Class activity)Pengelolaan kelas merupakan pengaturan terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh guru baik di dalam ruang ataupun di luar dalam rangka
melancarkan proses belajar dan pembelajaran pada anak. Pengatuan
kelas adalah kunci sukses dari prose pembelajaran untuk anak usia dini.
Adapun hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam pengelolaan
ruangan kelas yaitu :
a. Mencegah dan mengurangi tingkah laku dan masalah-masalah
pengelolaan.
b. Membrikan kesempatan dan merespon keberhasilan pertumbuhan
terhadap anak-anak yang mempunyai penyimpangan.
c. Mendukung belajar dari pembelajaran yang terjadi dlam situasi di
ruang kelas.
d. Menumbuhkan harga diri dalam jiwa anak, mengembangakn
kemampuan mereka untuk mengambil keputusan dan dapat
pertanggungjawaban memebantu mengembangakan sikap
pengendalian diri dan disiplin.
E. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUMPengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan beberpa
prinsip berikut ini :
1. Relevansi, kurikulum anak usia dini harus relevan dengan kebutuhan
dan perkembanagna anak secara individu.
2. Adaptasi, kurikulum anak usia dini harus memperhatikn dan
mengadaptasi perubahan psikologis, IPTEK, dan seni.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 28
3. Kontinuitas, kurikulum anak usia dini harus disusun berkelanjuatan
antara satu tahapan perkembangan ke tahapn perkembangan
berikutnya dalam rangka mempersiapkan anak memasuki
pendidikan selanjutnya.
4. Fleksibelitas, kurikulum anak usia dini harus dipahami, dipergunakan
dan dikembangkan secara fleksibel sesuai dengan keunikan dan
kebutuhan anak serta kondisi lembaga penyelenggara.
5. Kepraktisan dan akseotabilitas, kurikulum anak usia dini harus
memberikan kemudahan bagi praktisi dan masyarakat dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak usia dini.
6. Kelayakan (feasibility), kurikulum anak usia dini harus menunjukkan
kelaykan dan keberpihakan pada anak usia dini.
7. Akuntabilitas, kurikulum anak usia dini harus dapat
dipertanggungjawabkan pada masyarakat sebgai pengguna jasa
pendidikan anak usia dini.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 29
A. PENGERTIAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi
dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam
bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model
bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang
dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya
berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan
sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai
petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau
sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu
konsepsi dasar (Zainal Abidin (2012: 137). Dalam pengembangan
kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses
kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang
salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang
akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum
berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang
akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas,
menurut Nana Syaodih Sukmadinata (200:1) pengembangan kurikulum
bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum
construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada
(curriculum improvement). Sedangkan model adalah abstraksi dunia nyata
atau representasi pristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif,
matematis, grafis serta lambang-lambang lainnya. (Wina Sanjaya
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 30
PERTEMUAN 6 Model-Model Pengembangan
Kurikulum
2007:177). Pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan
satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang
lebih baik. (H.M. Ahmad, Dkk, 1997: 62)
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan
untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan
kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan
kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah atau sekolah. Nadler (1988) menjelaskan
bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna
untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan
menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model
dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model
dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan
penelitian, model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat
kompleks, dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan kegiatan.
Model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur
sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan memahami
esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model
pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan
bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga
harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan
berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan.
Jadi model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif
prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan
(impelementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh
karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan
suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi
berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 31
B. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUMa. Model Rogers
Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang
disebut dengan Model Relasi Interpersonal Rogers (Rogers Interpersonal
Relation Model). Model relasi interpersonal rogers terdiri dari empat
langkah pengembangan kurikulum yaitu:
1. Diadakannya kelompok untuk mendapatkan hubungan interpersonal.
2. Kurang lebih dalam satu minggu peserta mengadakan saling tukar
pengalaman, dibawah pimpinan staf mengajar.
3. Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas
lagi dalam satu sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan
menjadi lebih sempurna. Seperti hubungan antara guru dengan guru,
guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dalam
suasanan yang akrab.
4. Selanjutnya pertemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota
yang lebih luas lagi, yaitu dengan mengikutsertakan para pegawai
administrasi dan orang tua peserta didik. Dalam situasi yang
demikian diharapkan masing-masing person akan akan saling
menghayati dana lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai
pemecahan problem sekolah yang dihadapi.
b. Model Ralp TylerModel Tyler menekankan pada bagaimana merancang suatu
kurikulum disesuaikan dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan.
Menurut tyler ada empat hal yang dianggap fundamental untuk
mengembangkan suatu kurikulum.
1. Berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai
2. Berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
3. Berhubungan dengan pengorganisasian pengalaman belajar
4. Berhubungan dengan pengembangan evaluasi
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 32
c. Model Hilda TabaModel Taba lebih menitikberatkan pada bagaimana
mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum. Pendekatan kurikulum yang dilakukan oleh
Taba yaitu dengan memodifikasi model dasar Tyler agar lebih
representatif terhadap perkembangan kurikulum diberbagai sekolah.
Dalam pendekatannya, Taba menganjurkan untuk menggunakan
pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan
individu pelajar (psikologi organisasi kurikulum). Langkah-langkah dalam
proses pengembangan kurikulum menurut Taba adalah:
Step 1 : Diagnosa kebutuhan
Step 2 : formulasi pokok-pokok (tujuan)
Step 3 : Seleksi isi
Step 4 : Organisasi isi
Step 5 : Seleksi pengalaman belajar
Step 6 : Organisasi pengalaman belajar
Step 7 : Penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara
melakukannya
Taba mengklaim bahwa bahwa keputusan keputusan-keputusan
pada elemen mendasar harus dibuat valid. Kriteria mungkin berasal dari
berbagai sumber yakni, dari tradisi, tekanan tekanan sosial dan
kebiasaan-kebiasaan yang ada. Agar kurikulum menjadi berguna pada
pengalaman belajar murid, bahwa sangatlah penting mediagnosis
berbagai kebutuhan anak. Hal ini merupakan langkah penting pertama
dari Taba. Tentang apa yang anak didik inginkan dan perlukan untuk
belajar. Langkah kedua yakni, formulasi yang jelas dan tujuan tuuan yang
komprehensif untuk membentuk dasar pengembangan elemen-elemen
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 33
berikutnya. Taba berpendapat bahwa hakikat tujuan akan menentukan
jenis pelajaran yang perlu untuk diikuti.
Langkah 3 dan 4 diintegrasikan dalam realitas meskipun untuk tujuan
mempelajari kurikulum. Taba membedakan diantara keduanya, untuk
menggunakan langkah-langkah ini pendidik perlu menformulasikan dulu
tujuan-tujuan, sebagaimana halnya mengetahui secara mendalam
terhadap isi kurikulum. Begitu juga dengan 5 dan 6 yang berhubungan
dengan tujuan dan isi. Untuk menggunakan langkah ini secara efektif taba
menganjurkan para pengembang kurikulum untuk memperoleh suatu
pengertian terhadap prinsip-prinsip belajar tertentu, strategi konsep yang
dipakai, dan urutan belajar. Pada langkah terakhir (7) Taba menganjurkan
para pengembang kurikulum untuk mengonsepkan dan merencanakan
berbagai strategi evaluasi. Model kurikulum Tyler dan Taba dikategorikan
kedalam Rational Model atau Objectives Model.
Kelebihan dari model Taba dan model Tyler ini yakni, Rational Model
yang logis strukturnya menjadikan sebagai dasar yang berguna dalam
perencanaan dan pemikiran kurikulum. Model ini telah menghindari
kebingungan, sebuah tugas yang susah dari perspektif kebanyakan
pengembang kurikulum. Para pendidik dan para pengembang kurikulum
yang bekerja dibawah model rasional (rational model) memberikan suatu
jalan yang tidak berbelit-belit dan mempunyai pendekatan waktu yang
efisien. Dalam mengevaluasi proses kurikulum, satu hal yang dapat
diargumenkan adalah tyler dan taba telah mendapatkan sesuatu yang
sifatnya rasional, yang menyokong pembangunan kurikulum setidaknya
dari perspektif rasional.
C. Model-Model Kurikulum Anak Usia DiniAda banyak model kurikulum yang dapat dikembangkan di dunia
pendidikan mana pun dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 34
sehingga kurikulum sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungan.
Model-model tersebut antara lain
a. Model MontessoriPembelajaran model Montessori menggabungkan anak dari berbagai
usia dan kemampuan menjadi satu kelas. Lingkungan pembelajaran diatur
sesuai ukuran tubuh anak, materi bermain yang berurut dari sederhana
menuju komplek, menyiapkan pengalaman langsung dalam setiap
aktivitas anak dengan melibatkan anak secara aktif, dan guru bertindak
membimbing dan mengamati proses perkembangan anak daripada
memberikan instruksi. Pembelajaran menurut model Montessori lebih
diorganisasi secara individualis daripada kelompok. Sekolah Montessori
melaksanakan pembelajaran yang lebih bersifat individu pada anak dan
tidak direncanakan untuk kegiatan kelompok. Anak berpindah dan
berganti materi permainan dengan bebas di seluruh ruangan. Model
Montessori menjabarkan tiga konsep sebagai kunci pembelajarannya,
yaitu:
1. Anak belajar jika melakukan aktivitas secara langsung
2. Anak bebas memilih apa yang dibutuhkannya untuk
mengembangkan kompetensinya.
3. Guru tidak boleh mendiktekan tujuan belajar kepada anak agar anak
dapat memilih kegiatan dengan bebas sehingga tercipta suasana
belajar yang menyenangkan.
b. Model Bank StreetDikembangkan Oleh Lucy Sprague Mitchell, Caroline Pratt,
Harriet Johnson (1878 – 1967). Pendekatan Bank Street ini berawal dari
”Nursery School”, bagian dari Biro Eksperimen Pendidikan. Konsep
pendekatan ini dipengaruhi oleh kajian John Dewey yang meyakini
bahwa kekuatan pendidikan untuk mempengaruhi
dan meningkatkan masyarakat. Prinsipnya mengenbangakan anak
secara keseluruhan “the whole child”.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 35
Prinsip Umum pendekatan Bank Street (Gestwicki, 2007):
i. Perkembangan berawal dari simpel ke kompleks.
ii. Sifat individual terjadi secara kontinum.
iii. Peningkatan perkembangan memerlukan waktu yang lama dan
halhal baru yang dipelajari.
iv. Anak mempunyai motivasi dalam dirinya untuk secara aktif
terlibat dengan lingkungan.
v. Percaya diri anak terbentuk dari pengalaman dengan orang lain dan
objek dalam berinteraksi.
vi. Pertumbuhan dan perkembangan melibatkan konflik antara individu
dan orang lain.
Ide Dasar dalam pendekatan Bank Street bahwa anak merupakan
pembelajar aktif, peneliti, eksplorer, dan artis. Proses belajar
terjadi dalam konteks sosial yang memungkinkan anak belajar melalui
interaksi dengan lingkungannya. Aspek perkembangan kognitif dan
afektif merupakan suatu interkoneksi atau tidak terpisah-pisah.
c. Model High/ScopePendekatan Pendidikan di High/Scope yang digunakan sekarang ini
untuk melayani anak secara penuh dari usia prasekolah sampai usia
awal sekolah dasar (Gestwicki, 2007). Pendekatan ini dikembangkan
Oleh David Weikart pada tahun 1962. Pendekatan High/Scope muncul
dengan suatu rencana proses pendidikan yang dofukuskan pada
aktivitas kelompok kecil, sehingga melibatkan anak sebagai pembelajar
aktif.
Prinsip Dasar:
a) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar
waktunya di dalamlearning center yang beragam. Anak terlibat
secara aktif dalam pengalaman belajar baik ketika berinteraksi
dengan teman maupun dengan guru atu orang tua.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 36
b) Rutinitas Sehari-hari yang konsisten dalam Perencanaan dan
Pelaksanaan Pembelajaran secara berulang-ulang (plan – do -
rewiew).
c) Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan
setiap hari.
d) Melaksanakan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat.
e) Mengulang kembali yang telah mereka pelajari yang bertujuan
membuat hubungan pengalaman lalu anak dengan apa yang akan
dipelajari.
f) Pengalaman lingkungan yang banyak mengandung pembelajaran
(key experience). Lingkungan yang digunakan diutamakan
lingkungan familiar dengan kehidupan anak sehingga anak sudah
memiliki dasar bagi pengembangan ilmunya.
g) Dukungan guru dalam interaksi dengan peserta didik sehingga
tercipta hubungan yang positif dalam menumbuhkan potensi anak.
Dukungan ini dapat berupa penguatan maupun hukuman
disesuaikan dengan prilaku yang muncul pada anak.
h) Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang
diperoleh anak secara berkelanjutan. Catatan anekdot juga berguna
untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pembelajaran.
d. Model Kurikulum KreatifPendekatan Kurikulum Kreatif awalnya dikembangkan Oleh Diane
Trister Dodge pada tahun 1978 sampai sekarang. Dasar filosofinya
adalah guru harus mampu menggunakan bermacam-macam strategi
untuk memenuhi kebutuhan anak dalam aspek perkembangan sosial,
emosional, fisik, kognisi dan bahasa. Kerangka kerja kurikulum kreatif
seperti terlihat dalam gambar berikut :
Prinsip Dasar Kurikulum Kreatif:
a) Kurikulum kreative mendasarkan prinsipnya pada teori dan riset
tentang otak yang dilakukan oleh Maslow, Erickson, Piaget,
Vygotsky, Smilansky dan Gardner.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 37
b) Pemahaman cara belajar anak sebagai proses yang kontinum.
Proses belajar anak tidak pernah berhenti dan harus berlangsung
terus menerus agar terjadi penambahan pengetahuan sehingga anak
dapat menghubungkan pengelaman lalu dengan yang akan
diterimanya.
c) Menekankan pada seting lingkungan pembelajaran dalam sentra,
mengatur jadwal kegiatan sehari-hari, mengorganisasi pilihan waktu
belajar, dan menciptakan komunitas kelas. Guru harus merancang
lingkungan dan alat pembelajaran yang menarik bagi anak, membuat
rencana kegiatan secara rutin, mengorganisasikan waktu
(masingmasing untuk kegiatan klasikal dan kelompok), mengkreasi
aktivitas belajar untuk menggali ide anak dalam interaksinya dengan
anak lain dan orang dewasa.
d) Guru berperan menjadi pengamat dan menggunakan bermacam
strategi untuk memandu pembelajaran.
e) Bermitra dengan orangtua untuk mendukung pembelajaran. Mitra ini
tidak sebatas pada bermitra dalam hal pembiayaan sekolah, tetapi
mitra yang sesungguhnya, yaitu tanggung jawab dalam proses
pendidikan.
e. Model Regio EmiliaAsal mula Pendekatan Reggio dimulai setelah Perang Dunia II di
utara Kota yaitu kota Reggio Emilia. Sekelompok sukarelawan yang terdiri
dari orang tua dan para guru dipimpin oleh Loris Malaguzzi berkumpul
untuk membangun prasekolah untuk anak-anak dalam rangka
memberikan perubahan positif setelah menderita akibat peperangan dan
Rezim fasis Mussolini.
Melalui pengalaman Reggio Emilia anak usia dini belajar untuk
terlibat dalam komunikasi dengan orang lain tanpa kekerasan dan bersifat
membangun, seperti halnya untuk mengembangkan ketrampilan berpikir
kritis. Anak-Anak juga didukung untuk menyatakan dan mendiskusikan
gagasan secara terbuka dalam suasana yang demokratis untuk
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 38
membentuk kedekatan hubungan jangka panjang dengan orang lain di
sekolah.
Prinsip Dasar Reggio Emilia :
1) Gambaran tentang anak.
Pendidik di Reggio Emilia harus memiliki pandangan bahwa setiap
anak memiliki kompetensi, kuat, dan penuh dengan ide sehingga
harus mampu membuat program pengembangan yang dapat
mengoptimalkan semua itu
2) Lingkungan sebagai guru ketiga.
Lingkungan merupakan guru ketiga yang memberikan kesempatan
pada anak untuk membangun pemahaman sosial dan kehidupan,
memberi pengalaman anak sebagai bagian dari masyarakat
senatural mungkin.
3) Hubungan.
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara anak, guru, dan
orang tua yang merupakan komponen penting dari kurikulum Reggio
Emilia ini. Semua komponen ini terlibat dalam perencanaan, proses,
hingga evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan sekolah.
4) Kolaborasi (Kerjasama).
Kerjasama yang berusaha dijalankan dalam kurikulum Reggio Emilia
adalah kerjasama antara berbagai komponen, antara lain kerjasama
antara sesama guru, anak dengan guru, anak dengan anak lain,
anak dengan orang tua, dan komunitas yang lebih besar lagi.
5) Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan kegiatan untuk menyimpan proses kegiatan
anak yang nantinya dapat digunakan sebagai portfolio dan laporan
perkembangan anak serta evaluasi kegiatan pembelajaran.
Dokumentasi meliputi gambaran verbal dan visual dari aktivitas anak
dalam proses pembelajaran, kesempatan pembelajaran yang
dilakukan anak, refleksi pembelajaran, dan interpretasi atas
pembelajaran yang dilakukan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 39
6) Provokasi.
Kegiatan provokasi berupa kegiatan mendengarkan secara intensif
apa yang menjadi minat anak yang disampaikan melalui percakapan
ataupun pertanyaan. Provokasi juga dapat dilakukan untuk menggali
ide anak lebih jauh lagi menggunakan berbagai pertanyaan terbuka.
7) Seratus bahasa anak.
Merupakan kegiatan untuk memberi kesempatan anak
menyampaikan idenya secara verbal dan simbolik menggunakan
berbagai media yang ada.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 40
A. Model Pengembangan Kurikuluma. Kerangka Dasar Kurikulum 2013 di Raudhatul Athfal
a) Model pengembangan kurikulum Raudhatul Athfal mengacu pada
landasan Pendidikan Anak Usia Dini. Terdapat pengelompokan
kurikulum anak usia dini secara umum, yaitu:
Model proses pematangan, model ini didasarkan pada teori yang
dikembangkan oleh Gassel Freud dan erikson. Menurut model ini
anak-anak memiliki blue frint atau cetak biru pola tingkah laku
tertentu perubahan tingkah laku terjadi sebagai hasil dari
kematangan psikologis atau kesiapan dan situasi lingkungan yang
mengandung tingkah laku tertentu yaitu tugas-tugas
perkembangan.
b) Model aliran tingkah laku lingkungan, Model ini didasari oleh teori
Skinner , Baer, Bijou dan Badura. Menurut model ini anak-anak
dilahirkan dengan suatu batu tulis kosong (blank slate) yaitu
tingkah laku pasif dibentuk oleh kondisi lingkungan. Perubahan
tingkah laku terjadi sebagai hasil dari penguatan peristiwa yang
terencana dan tidak terencana.
c) Model interaksi didasarkan pada teori Piaget dan Vygotsky, model
ini beranggapan bahwa perkembangan anak merupakan hasil
perpaduan antara heriditas dan pengaruh lingkungan.
Perkembangan akan terjadi pada seseorang ketika orang
melakukan pengorganisasian diri yang dicapai pada tahap optimal
oleh peristiwa yang diekprientasikan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 41
PERTEMUAN 7 Model Pengembangan
Kurikulum Di Indonesia
Upaya pendidik dalam mengembangkan potensi anak harus
dilakukan seoptimal mungkin, dalam melakukan mengembangkan potensi
anak, pendidik dianjurkan untuk memahami perkembangan anak. Hal ini
disebabkan masa kanak-kanak merupakan periode perkembangan yang
cepat dan terjadi perubahan dalam banyak aspek perkembangan,
pengalamanan masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan berikutnya.
Selain itu pengetahuan tentang perkembangan anak dapat
membantu sang anak mengembangkan diri dan memecahkan masalah
yang dihadapinya, begitu juga dengan pemahaman tentang factor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan anak, dapat diantisipasi tentang
berbagai upaya untuk mempasilitasi perkembangan tersebut baik
dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Tujuan kurikulum
2013 Raudhatul Athfal. bertujuan untuk mendorong perkembangan
peserta didik secara optimal sehingga memberi dasar untuk menjadi
manusia Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
Kurikulum 2013 Raudhatul Athfal dirancang dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: aspek nilai
agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional,
dan seni yang tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap,
pengetahun, dan keterampilan.
2. Menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik
dalam pemberian rangsangan pendidikan.
3. Menggunakan penilaian autentik dalam memantau perkembangan
anak
4. Memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 42
Dalam proses pelaksanaan Kurikulum 2013 Raudhatul Athfal pada
hakikatnya bertujuan untuk mendorong berkembangnya potensi anak
agar memiliki kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya.
b. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan
Standar tingkat pencapaian perkembangan anak merupakan kriteria
minimal tentang kualifikasi perkembangan anak yang mencakup aspek
nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,
dan seni, yaitu:
a) Nilai-nilai agama dan moral, mengenal agama yang dianut,
mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat,
sportif, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengetahui hari
besar agama, dan menghormati (toleransi) agama orang lain.
b) Fisik Motorik, yaitu 1) motorik kasar: memiliki kemampuan gerakan
tubuh secara terkoordinasi, lentur, seimbang, dan lincah dan
mengikuti aturan. 2) motorik halus: memiliki kemampuan
menggunakan alat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri
dalam berbagai bentuk. 3) kesehatan dan perilaku Keselamatan:
memiliki berat badan, tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia serta
memiliki kemampuan untuk berperilaku hidup bersih, sehat, dan peduli
terhadap keselamatannya.
c) Kognitif yakni, belajar dan pemecahan masalah: mampu memecahkan
masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang
fleksibel dan diterima sosial dan menerapkan pengetahuan atau
pengalaman dalam konteks yang baru.berfikir logis, mengenal
berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan
mengenal sebab akibat dan berfikir simbolik: mengenal, menyebutkan,
dan menggunakan lambang bilangan 1-10, mengenal abjad, serta
mampu merepresentasikan berbagai benda dalam bentuk gambar.
d) Bahasa, meliputi: memahami (reseptif) bahasa: memahami cerita,
perintah, aturan, dan menyenangi serta menghargai bacaan,
mengekspresikan Bahasa: mampu bertanya, menjawab pertanyaan,
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 43
berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali apa yang diketahui
dan keaksaraan yaitu memahami hubungan bentuk dan bunyi huruf,
meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita.
e) Sosial-emosional, yakni, kesadaran diri: memperlihatkan kemampuan
diri, mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta mampu
menyesuaian diri dengan orang lain, rasa tanggung jawab untuk diri
dan orang lain: mengetahui hak-haknya, mentaati aturan, mengatur
diri sendiri, serta bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan
sesama. Perilaku prososial artinya mampu bermain dengan teman
sebaya, memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai
hak dan pendapat orang lain; bersikap kooperatif, toleran, dan
berperilaku sopan.
f) Seni yaitu, mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimaginasi
dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya
(seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya
seni.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa standar tingkat
pencapaian perkembangan anak dalam proses pengembangan kurikulum
2013 PAUD harus mencakup semua aspek perkembangan anak. Kriteria-
kriteria dalam standar pencapaian perkembangan anak harus memenuhi
semua hal yang dibutuhkan anak untuk perkembangan anak selanjut dan
jenjang pendidikan selanjutnya, baik dari segi nilai-nilai, agama, moral
fisik motorik halus dan kasar, kognitif, sosial emosional, seni dan bahasa.
Dengan terpenuhinya standar tingkat pencapaian perkembangan anak
maka akan memudahkan sang anak melanjutkan pendidkan ke jenjang
selanjutnya dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 Raudhatul Athfal Pengembangan kurikulum 2013 Raudhatul Athfal dikembangkan
berdasarkan tiga pilar yaitu, 1) penataan lingkungan di dalam dan di luar
kelas, 2) bermain dan alat permainan edukatif, 3) interaksi yang
ditunjukan oleh guru dan anak serta orang-orang yang terdapat pada
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 44
lembaga pendidikan tersebut. Pengembangan kurikulum harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Bersifat komprehensif, yaitu harus menyediakan pengalaman belajar
yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam
berbagai aspek perkembangan.
2) Dikembangkan atas dasar perkembangan secara bertahap, yaitu,
harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat
didasarkan pada usia dan tahap perkembangan setiap anak.
Program menyediakan berbagai sarana dan bahan untuk anak
dengan berbagai kemampuan.
3) Melibatkan orang tua, artinya keterlibatan orang tua sebagai pendidik
utama bagi anak, peran orang tua sangat penting dalam
melaksanakan pendidikan.
4) Melayani kebutuhan individu, yaitu dapat mewadahi kemampuan,
kebutuhan dan minat setiap anak.
5) Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat, yaitu harus
memberikan dan memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai
anggota dari keluarga dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.
6) Mengembangkan standar kompentensi anak, artinya kurikulum harus
yang dikembangkan memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai
anggota keluarga dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.
7) Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus yaitu memperhatikan
semua anak termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.
8) Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat, dapat
menunjukan bagaimana membangun sinergi dengan keluarga dan
masyarakat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
9) Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak, yaitu
memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan anak saat anak
berada di sekolah.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 45
10) Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga, yaitu menjabarkan
dengan jelas prosedur manajemen dan pengelolaan lembaga
kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabilitas.
11) Manajemen sumber daya manusia, menggambarkan proses
manajemen pembinaan sumber daya manusia yang terlibat di
lembaga.
12) Penyediaan sarana dan prasarana, yaitu menggambarkan
penyediaan sarana dan prasarana yang dimiliki lembaga.
Selain yang disebutkan diatas, terdapat beberapa prinsip
pengembangan kurikulum PAUD lainnya menurut para ahli secara rinci
sebagai berikut:
1) Relevansi, yaitu relevan dengan kebutuhan dan perkembangan anak
secara individu.
2) Adaptasi, yaitu harus memperhatikan dan mengadaptasi perubahan
psikologis, iptek dan seni.
3) Kontinuitas, kurikulum harus disusun secara berkelanjutan antara
satu tahapan perkembangan ke tahapan perkembangan berikutnya
dalam rangka mempersiapkan anak memasuki pendidikan
selanjutnya.
4) Fleksibilitas, yaitu harus dipahami, dipergunakan dan dikembangkan
secara fleksibilitas sesuai dengan keunikan dan kebutuhan anak
serta kondisi lembaga penyelenggara.
5) Kepraktisan dan akseptabilitas, memberikan kemudahan bagi
praktisi dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan
pada anak usia dini.
6) Kelayakan (feasibility) kurikulum anak usia dini harus menunjukan
kelayakan dan keterpihakan pada anak usia dini.
7) Akuntabilitas, kurikulum anak usia dini harus dapat dipertanggung-
jawabkan kepada masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan
usia dini.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 46
Berdasarkan teori diatas dapat ditarik kesimpulan, prinsip
pengembangan kurikulum Paud, harus benar-benar berpihak kepada anak
dan dapat memenuhi kebutuhan dalam proses pendidikan anak, baik
secara psikologis, interaksi sosial dan aspek-aspek lainnya yang
bersentuhan langsung dengan anak dalam rangka proses pembelajaran
untuk perkembangan anak. Dalam pelaksanaan kurikulum terdapat
terdapat tujuh prinsip pelaksanaan, yaitu:
1) Anak harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu serta
memperoleh kesempatan untuk mengekpersikan diri secara bebas,
dinamis dan menyenangkan.
2) Menegakan lima pilar belajar, yaitu, belajar untuk bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, belajar untuk memahami dan menghayati,
belajar hidup bersama untuk berbuat secara efektif, belajar untuk
berguna bagi orang lain, belajar untuk membangun dan menemukan
jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
3) Anak mendapatkan layanan layanan yang bersifat perbaikan,
pengayaan dan percepatan.
4) Menggunakan pendekatan multisrategi, sumber belajar dan teknologi
yang memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar.
5) Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan
daerah.
6) Diselenggarakan dalam keseimbangan keterkaitan dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis
pendidikan serta jenjang pendidikan.
Sementara menurut Pedoman Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014
yang termuat dalam Salinan Lampiran III Peraturan Menteri Pendidikan
Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014 Tentang
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 47
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, penyusunan kurikulum
Raudhatul Athfal dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Kurikulum dikembangkan prinsip berpusat pada anak yaitu dengan
mempertimbangkan potensi, minat, bakat, perkembangan, dan
kebutuhan semua anak, termasuk anak yang mempunyai kebutuhan
khusus.
b. Kurikulum dikembangkan secara kontekstual yaitu dengan
mempertimbangkan karakteristik daerah, kondisi sekolah, dan
kebutuhan anak.
c. Substansi kurikulum mencakup semua dimensi kompetensi (sikap,
pengetahuan, dan keterampilan) dan mencakup semua program
pengembangan yang direncanakan dan disajikan secara terpadu dan
berkesinambungan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
d. Kurikulum disusun agar semua program pengembangan menjadi
dasar pembentukan kepribadian anak secara utuh dalam
pembentukan sikap spiritual dan sikap sosial anak.
e. Kurikulum disusun dengan memperhatikan tingkat perkembangan
anak karena anak akan belajar dengan baik jika kebutuhan fisik
terpenuhi serta merasa tenteram, aman dan nyaman.
f. Kurikulum disusun dengan mempertimbangkan cara anak belajar
dari sederhana ke rumit, konkret ke abstrak, dari gerakan ke verbal,
dan dari keakuan ke rasa sosial.
g. Kurikulum disusun dengan mempertimbangkan keterpaduan aspek
dalam pengembangan anak usia dini holistik integratif (PAUD-HI)
yaitu pendidikan, kesehatan dan gizi, pengasuhan, dan perlindungan
anak.
h. Kurikulum disusun dengan menggunakan pendekatan belajar melalui
bermain yang dirancang agar tercipta suasana yang menyenangkan,
fungsional, dan efektif dalam proses pembelajaran.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 48
i. Kurikulum dikembangkan untuk memberikan pengalaman belajar
pada anak dengan memperhatikan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis.
j. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial
budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman
budaya. Kurikulum perlu memuat keragaman potensi kebutuhan,
tantangan, dan karakteristik lingkungan daerah setempat untuk
menghasilkan anak yang mengenal, mengapresiasi dan mencintai
budaya daerah.
Sementara itu prosedur dan mekanisme pengembangan kurikulum
dalam operasional meliputi kegiatan yaitu: satuan Raudhatul Athfal
membentuk tim atau kelompok kerja pengembang kurikulum, Tim dan
kelompok kerja pengembang melakukan analisis konteks dengan
mempelajari dan mencermati pedoman-pedoman yang ada dalam
Peraturan Menteri Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini ini,
menganalisis kondisi, peluang, dan tantangan yang ada di
lembaga/satuan PAUD yang berhubungan dengan anak, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, biaya dan program-program
yang akan dilakukan.
Selanjutnya adalah Penyusunan draf dokumen kurikulum Raudhatul
Athfal sesuai dengan komponen yang telah ditetapkan, kemudian tim atau
kelompok kerja melakukan review, revisi, dan penetapan. Dokumen
tersebut kemudian disahkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya, seperti: dinas pendidikan setempat, kantor kementerian
agama setempat, dan/atau ketua yayasan atau pengelola. Pelaksanaan
KTSP sendiri merupakan tanggung jawab bersama seluruh warga satuan
Raudhatul Athfal.
Model Pengembangan kurikulum dapat dianalogikan sebagai
program yang dirancang untuk mencapai tujuan. Jika Tujuannya adalah
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, maka kurikulum sebagai
program Pengembangan PAUD untuk mencapai aspek perkembangan
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 49
tersebut. Karenanya kurikulum memuat program pengembangan sebagai
berikut:
a) Pengembangan nilai agama dan moral mengenalkan nilai-nilai moral
dan perilaku baik melalui kegiatan rutinitas untuk memunculkan
pembiasaan-pembiasaan perilaku baik.
b) Pengembangan motorik mencakup stimulasi terencana untuk
mengembangkan kekuatan otot kasar, otot halus. dan perilaku sehat.
Pengembangan motorik dilakukan melalui berbagai aktivitas kegiatan
bermain dan pembiasaan.
c) Pengembangan kognitif sebagai program fasilitasi agar anak
mengenal dunia dengan cara eksplorasi dan bermain aktif sehingga
anak memiliki pengalaman yang menunjang kematangan berpikir
kritis, analitis, dan problem solving.
d) Pengembangan bahasa merupakan program untuk meningkatkan
kemampuan memahami bahasa yang disampaikan (reseptif),
mampu menyampaikan dengan jelas dan runtut (ekspresif), dan
pengenalan keaksaraan awal melalui interaksi akti anak dengan
anak, dan anak dengan orang tua.
e) Pengembangan sosial-emosional mencakup perwujudan suasana
untuk tumbuh-kembangnya sikap dan keterampilan sosial dalam
konteks bermain.
f) Pengembangan seni mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-
kembangnya apresiasi seni dalam konteks bermain.
Muatan pembelajaran pada Raudhatul Athfal berisi materi-materi
yang dikenalkan kepada anak sesuai dengan program pengembangan.
Muatan pembelajaran pada program anak usia dini lebih menekankan
pada pembentukan sikap, etika, pengenalan cinta tanah air. Beban belajar
Raudhatul Athfal merupakan keseluruhan pengalaman belajar yang harus
diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 50
A. Pengertian Manajemen Perencanaan Kurikulum
Dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan lahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Nasution, lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu
rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di
bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya. Dan sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat
bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang
direncanakan melainkan juga peristiwa – peristiwa yang terjadi dibawah
pengawasan sekolah.
Sehingga kurikulum sangat penting dalam dunia pendidikan,
kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang harus
dicapai serta pengalaman belajar yang harus didapatkan oleh para
peserta didik. Dengan demikian dalam merumuskan kurikulum harus
memperhatikan beberapa faktor penting, misalnya faktor perkembangan
dan psikologi peserta didik, lingkungan sekitar, serta teknologi di masing –
masing jenjang pendidikan.
Mengingat objek dalam pendidikan adalah manusia yang memiliki
rasa serta pengetahuan teknologi yang terus mengalami kemajuan, maka
tidak salah jika rumusan kurikulum sebagaimana yang dikemukakan oleh
para ahli pendidikan selalu menunjukkan kecenderungan untuk berubah.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 51
PERTEMUAN 9 Konsep Dan Prosedur
Perencanaan Kurikulum
Kata Manager biasanya digunakan untuk seorang pemimpin dalam
suatu organisasi. Sedangkan istilah manajemen dalam bahasa inggris
berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Jadi
manajemen merupakan seni atau ilmu untuk mengatur dan mengelola
suatu organisasi.
Menurut Horold Koontz dan Cyril O’Donnel, Manajemen adalah
Usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. G.R.
Terry mengatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses khas yang
terdiri atas tindakan – tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh terry diatas, langkah awal
atau yang pertama kali dilakukan oleh seorang manajer adalah Planning
(perencanaan). Perencanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan
usaha merumuskan suatu program yang didalamnya memuat sesuatu
yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijakan arah, prosedur dan
tujuan yang harus ditempuh.
Menurut hikmat ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang manajer yakni keterampilan konseptual, keterampilan manusiawi
dan keterampilan teknis. Dari ketiga keterampilan tersebut, Keterampilan
konseptuallah yang paling dibutuhkan dalam merencanakan suatu
progran terutama kurikulum, karena dalam keterampilan ini seorang
manajer dituntut untuk mampu memahami dan mengelola organisasi,
mampu mengoordinasikan dan memadukan berbagai kepentingan dan
kegiatan organisasi, serta seorang manajer dituntut pula untuk mampu
melihat dan memahami bahwa organisasi merupakan suatu keseluruhan
dimana perubahan pada setiap bagian dapat mempengaruhi keseluruhan
organisasi.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 52
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada
usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.
Manajemen dalam perencanaan kurikulum dapat diartikan sebagai
keahlian atau kemampuan merencanakan dan mengorganisasi kurikulum.
Siapa yang bertanggungjawab dan bagaimana perencanaan kurikulum itu
dilaksanakan secara profesional merupakan dua hal yang perlu
diungkapkan dalam perencanaan kurikulum.
B. Manajement Perencanaan Kurikulum
1. Organisasi Kurikulum.
Orgaisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan
pelajaran yang akan disampaikan kepada murid – murid. Organisasi
kurikulum ini sangat erat kaitannya dengan pencapaian tujuan pendidikan,
karena kurikulum memuat aturan – aturan dalam proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan trsebut.
Menurut Suryosobroto pola pengorganisasian kurikulum ada 3
macam:
a. Separated Subject Curriculum
Kurikulum model ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam
berbagai macam mata pelajaran (subjects) yang trpisah – pisah
satu sama lain, seakan – akan ada batas pemisah antara mata
pelajaran yang satu sama lain, juga antara suatu kelas dengan
kelas lain.
b. Correlated Curriculum
Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata
pelajaran satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut
(Correlated) walaupun mungkin batas – batas yang satu dengan
yang lain, masih dipertahankan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 53
c. Integrated Curriculum
Kurikulum ini meniadakan batas – batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau
keseluruhan.
2. Model Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum merupakan kegiatan yang komplek yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan. Maka dalam mendiskusikan
dan mengkoordinasikan proses diperlukan model-model dalam
penyajiannya, yakni berdasarkan asumsi – asumsi rasionalitas tentang
pemrosesan informasi atau data secara cermat.
Adapun model – model dalam perencanaan kurikulum yang
disebutkan oleh Oemar hamalik adalah :
a) Model Perencanaan Rasional Deduktif atau Rasional Tyler,
menitikberatkan logika dalam merancang program kurikulum dan
bertitik tolak dari spesifikasi tujuan (Goals and Objectives).Namun
model ini cenderung mengabaikan masalah – masalah dalam
lingkungan tugas. Model ini dapat diterapkan pada semua tingkat
pembuatan keputusan namun lebih cocok digunakan untuk sistem
pendidikan yang sentralistik yang menitikberatkan pada sistem
perencanaan pusat, dimana kurikulum dianggap sebagai suatu alat
untuk mengembangkan atau mencapai tujuan di bidang sosial
ekonomi.
b) Model Interaktif Rasional (The rasional-interactive
model), memandang rasional sebagai tuntutan kesepakatan antara
pendapat – pendapat yang berbeda, yang tidak mengikuti urutan
logik. Model ini seringkali dinamakan model situasional, asumsi
rasionalitasnya ,menekankan pada respons fleksibel kurikulum yang
tidak memuaskan dan inisiatif pada tingkat sekolahan atau tingkat
lokal., implemantasi rencana merupakan fase krusial dalam
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 54
pengembangan kurikulum, dimana diperlukan saling beradaptasi
antara perencana dan pengguna kurikulum.
c) “The Disciplines Model”, perencanaan ini menitikberatkan pada guru
– guru, mereka sendiri yang merencanakan kurukulum berdasarkan
pertimbangan sistematik tentang relevasi pengetahuan filosofis,
sosiologi dan psikologi.
d) Model tanpa perencanaan (non planning model), adalah suatu
model berdasarkan pertimbangan – pertimbangan intuitif guru – guru
didalam runag kelas sebagai bentuk pembuatan keputusan.
Secara umum dalam sebuah perencanaan kurukulum dapat
mengandung keempat type diatas, namun untuk membedakannya
antara satu dengan yang lain, diperlukan analisis variabel
kebermaknaan bagi praktek perencanaan.
3. Proses atau Langkah – Langkah Perencanaan
Ada beberapa ahli yang merumuskan proses atau langkah dalam
merencanakan sesuatu, diantaranya:
Model perencanaan menurut Ralph Tyler :
a) Menentukan tujuan
b) Memilih pengalaman – pengalaman pendidikan
c) Mengordinisir piont ke 2
d) Cara mengevaluasi
Selanjutnya model perencanaan menurut Dk. Wheeler.
a. Menentukan tujuan
b. Memilih pengalaman – pengalaman pendidikan (belajar)
c. Menentukan materi pelajaran
d. Organisasi dan Intregasi point (b) dan (c)
e. Evaluaasi terhadap efektifitas langkah – langkan perencanaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 55
4. Kegiatan – Kegiatan Manajemen Kurikulum
Kegiatan manajemen di sekolah lebih menitikberatkan pada usaha –
usaha pembinaan situasi belajar mengajar agar selalu belajar dengan
lancar serta mengatur pengalaman – pengalamn belajar yang harus
diterima oleh siswa. Kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting disini
dapat disebut dua hal yakni:
a. Kegiatan yang amat erat kaitannya dengan tugas guru.
Kegiatan ini meliputi :
1. Pembagian tugas mengajar
2. Pembagian tugas / tanggung jawab dalam membina ekstra kurikuler.
3. Koordinasi penyusunan persiapan mengajar.
b. Kegiatan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar.
a) Menyusun jadwal pelajaran
b) Penyusunan program (rencana) berdasarkan satuan waktu tertentu.
c) Pengisian daftar kemajuan murid.
d) Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar.
e) Laporan hasil evaluasi.
f) Kegiatan bimbingan penyuluhan.
Menurut Drs. Ismed Syarif dkk. Kegiatan dalam bidang kurikulum ini
masih diperluas mengatur kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Ketiga
kegiatan ini merupakan satu kesatuan dalam proses belajar mengajar
yang sulit untuk dipisahkan.
5. Asas – Asas Perencanaan Kurikulum
Ada beberapa asas yang dijadikan dasar dalam perencanaan
kurikulum, yaitu :
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 56
1) Objektivitas
Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas dan spesifik
berdasarkan tujuan pendidikan nasional, data input yang nyata sesuai
dengan kebutuhan.
2) Keterpaduan
Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua disiplin
ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat, keterpaduan internal, serta
keterpaduan dalam proses penyampaian.
3) Manfaat
Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan
keterampilan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan dan
tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan strategis dalam
penyelenggaraan pendidikan.
4) Efisiensi dan Efektivitas
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana,
tenaga, dan waktu dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
5) Kesesuaian
Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran peserta didik,
kemampuan tenaga kependidikan, kemajuan IPTEK, dan
perubahan/perkembangan masyarakat.
6) Keseimbangan
Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara jenis
bidang studi, sumber yang tersedia, serta antara kemampuan dan
program yang akan dilaksanakan.
7) Kemudahan
Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi para pemakainya
yang membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran.
8) Berkesinambungan
Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan dengan
tahapan, jenis, dan jenjang satuan pendidikan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 57
9) Pembakuan
Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis
satuan pendidikan, sejak dari pusat sampai daerah.
10) Mutu
Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang bermutu,
sehingga turut meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas lulusan
secara keseluruhan.
6. Sifat Perencanaan Kurikulum
Suatu perencanaan kurikulum memiliki sifat – sifat sebagai berikut :
a) Bersifat stategis, karena merupakan instrumen yang sangat penting
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
b) Bersifat komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek –
aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat.
c) Bersifat integratif, yang mengintegrasikan rencana yang luas,
mencakup pengembangan dimensi kualitas dan kuantitas.
d) Bersifat realistik, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan
kebutuhan masyarakat.
e) Bersifat humanistik, menitikberatkan pada pengembangan sumber
daya manusia, baik kuantitatif maupun kualitatif.
f) Bersifat futuralistik, mengacu jauh ke depan dalam merencanakan
masyarakat yang maju.
g) Bersifat desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai
dengan kondisi dan potensi daerah.
7. Fungsi Perencanaan Kurikulum.
Seorang manager dituntut untuk memiliki ketelitian dan kecermatan
yang tinggi dalam merencanakan kurikulum baik secara menyeluruh
maupun secara rinci, karena perencanaan kurikulum memiliki multi fungsi
sebagai berikut :
a. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat
manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber belajar,
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 58
media, bahan ajar, jenjang pendidikan, biaya dan sarana yang
diperlukan, serta sistem kontrol dan evaluasi untuk mencapai tujuan
managemen yang telah dirancang sebelumnya.
b. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai alat atau penggerak roda
organisasi dan tata laksana untuk menciptakan perubahan dalam
masyarakat sesuai dengan tujuan organisasi. Oleh karenanya
perumusan kurikulum perlu memuat informasi kebijakan yang
relevan antara seni kepemimpinan dan pengetahuan yang telah
dimiliki.
c. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk
melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil optimal
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 59
A. Pengertian Implementasi KurikulumPengertian secara bahasa sebagaimana dalam Oxford Advance
Leraner’s Dictionary yang dikutip dalam Mulyasa Implementasi adalah
penerapan suatu yang memberikan efek atau dampak. Lebih lanjut
disebutkan implementasi adalah proses penerapan ide, konsep, kebijakan
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingg memberiksn dampak
baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, ataupun nilai dan
sikap.
Kemudian implementasi kurikulum dapat juga diartikan sebagai
aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) kedalam bentuk
pembelajaraan. Implementasi dapat juga diartika sebagai pelaksanaan
dan penerapan. Ada beberapa pendapat yang dikutip dari Binti Maunah
diantaranya pendapat Majone dan Wildavky (1979) yang menegemukakan
bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan
(dalam pressma. dan Wildavzky, 1984). Implementasi juga dapat diartikan
sebagai suatu proses penerapan ide dan konsep. Adapun kurikulum dapat
diartikan dokumen kurikulum (kurikulum potensial). Dikemukakan juga
bahwa implementasi kurikulum merupakan proses interaksi antara
fasilitator sebagai penegembangan kurikulum , dan peserta didika sebagai
subjek belajar.
Maka implementasi kurikulum adalah penerapan, ide, konsep
kurikulum potensial (dalam bentuk dokumen kurikulum) kedalam
kurikulum aktual dalam bentuk proses pembelajaraan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 60
PERTEMUAN 10 Konsep Dan Prosedur
Implementasi Kurikulum
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi KurikulumImplementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:
a. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu
kurikulum dan kejelasaanya bagi pengguna di lapangan.
b. Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam
implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya,
penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat
mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulumyang meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta
kemempuanya untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran.
Sejalan dengan uraian di atas, Mars (1998) mengemukakan tiga
faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu dukungan
kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal
yang datang dalam diri guru sendiri. Dari beberapa faktor tersebut guru
merupakan faktor penentu di samping faktor-faktor yang lain.
C. Implementasi KurikulumKurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional
yang di susun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Dokumen KTSP yang dihasilkan oleh satuan pendidikan baik sekolah
maupun madrasah akan diimplementasikan dalam bentuk kegiatan
pembelajraan. Maka seluruh komponen-komponen sekolah baik
madrasah harus mempersiapkan dengan baik terutama pihak guru.
Sedangakan implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat
didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan
kebijaksanaan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktifitas
pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangakat
kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Dalam
garis besarnya implementasi kurikulum berbasis kompetensi mencakup
tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 61
Adapun implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran
berdasar Standar Nasional Pendidikan terutama Standar Proses,
sebagaimana dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, mencakup perencanaan proses
pembelajaraan, pelaksanaan proses pembelajraan, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
1. Perencanaan Proses PembelajaranPerencanaan proses pembelajaraan meliputi silabus dan rebcana
pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar isi
(SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajran, penilaian hasil belajar, dan sumber
belajar.
a. Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata
pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajraan, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilain, alokasi waktu,
dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan Standar isi dan Standar Kopetensi Kelulusan.
2. Rencana Pelaksanaan PembelajaranRPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan peserta
didik dan upaya mencapai KD. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat
dilaksanakan dalam satu pertemuan atau lebih. Guru merancang
penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan
penjadwalan disatuan pendidikan.
Komponen-komponen RPP:
a. Identitas mata pelajran
b. Standar Kompetensi
c. Kompetensi Dasar
d. Indikator pencapaian kompetensi
e. Tujuan pembelajraan
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 62
f. Materi ajar
g. Alokasi waktu
h. Metode pembelajraan
i. Kegiatan Pembelajraan
Dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga proses:
a. Pembukaan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajraan yang ditunjukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
b. Pembentukan kompetensi
Pembentukan kompetensi peserta didika merupakan kegiatan inti
pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian materi pokok maupun
materi standar, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi
pesrta didik. Pembentukan kompetensi ini ditandai dengan keikutsertaan
peseta didik dalam pengelolaan pembelajaran, berkaitan dengan tugas
dan tanggung jawab mereka dalam penyelengaraan program
pembelajaran. Pembentukan kompetensi mencakup berbagai langkah
yang perlu ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilitator untuk
mewujudkan standar kompetensi dasar. Prosedur yang harus ditempuh
adalah:
a. Berdasarkan kompetensi dasat dan materi standar yang telah
dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru
menjelaskan standar secara kompetensi minimal.
b. Guru meteri standar secara logis dan sistematis.
c. Membagikan materi standar dan sumber belajar.
d. Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik.
e. Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam
mengerjakan lembaran tugas.
f. Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar
pekerjaan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 63
g. Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan akhir dalam aktivitas pembelajaran
yang dapat dilakukan untuk mengakhiri yang dapat dilakukan dalam
bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik
dan tindak lanjut.
a. Penilaian hasil belajar
b. Sumber Belajar.
3) Prinsip-prinsip penyusunan RPPa) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun
dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal,
tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi,
kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakng budaya, norma, nilai dan lingkungan
peserta didik.
b) Mendorong partisipasi peserta didikprosese pembelajran dirancanag
dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi. Kemndirian, dan semangat
belajar.
c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan
pemberiaan umpan balik positif, penguatan,pengayaan, dan remedi.
e) Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan memperhatikan
keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, dan materi
pembelajaran, kegiatan pembelajran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.
f) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun
dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 64
4. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Persayaratan pelaksanaan proses pembelajaran:
a. Rombongan belajar
b. Beban kerja minimal guru
c. Buku teks pembelajaran
d. Pengelolaan kelas
5. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian dilakukan oleh guru terjadap hasil pembelajaran untuk
mengukur tingakat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan
sebagai lahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisiten,
sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam
bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,
penilain hasil karya berupa tugas, proyek atau produk, portofolio, dan
penilain diri. Penilain hasil pembelajaran menggunakan standar penilain
pendidikan dan panduan penilain kelompok mata pelajaran.
6) Pengawasan Proses Pembelajaran1. Pementauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penilain hasil belajar. Pemantauan
juga dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan,
pencatatan, perekaman wawancara dan dokumentasi. Sedangakan
kegiatan pemantauan dilaksankan oleh kepala sekolah dan
pengawas satuan pendidikan.
2. Supervisi
Sepervisi merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan
tahapan-tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
hasil pembelajaran. Supervisi pembalajaran diselenggarakan dengan
cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi dan juga
supervisi dalakukan oleh kepala sekolah dan pengawas satuan
pendidikan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 65
3. Evaluasi
Evaluasi proses pembelajaran untuk menentukan kualitas
pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaraan dan
penilaian hasil pemebalajaran. Evaluasi proses pembelajaran
diselenggarakan dengan cara: (a). Membendingkan proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru satandar proses, (b).
Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaraan sesuai
dengan kompetensi guru.
D. Pengembangan Aktivitas dan Kreativitas Peserta Didik Proses pembelajaraan pada hakikatnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreativitas peserta didik melaui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Peningkatan kualifitas pembelajaran dalam
implementasi KTSP menutut kemandirian guru untuk menciptakan
suasana belajar yang kondusif, agar para peserta didik dapat
mengembangakan kreativitas dan aktivitas belajarnya secra optimal,
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Penerapanya dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengembangkan keberanian dan percaya diri peserta didik.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkomunikasi
secara aktif dan terarah.
c. Melibatkan pserta didik dalam menetukan tujuan belajar dan penilain
hasilnya.
d. Memberikan pangawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter.
e. Melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Apa yang dikemukakan di atas tidak terlalu sulit untuk dilakukan
dalam pembelajaran, guru dapat melakukanya antara lain dengan
mengembangkan modul pembelajaran yang heuristik dan hipotetik.
Melalui modul, peran guru dalam pembelajaran bisa dikurangi karena
mereka memposisikan dirinya sebagai fasilitator dan mengembangkan
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 66
modul-modul pembelajaran yang efektif dan menyenagkan. Perlu
ditekankan bahwa implementasi KTSP menuntut kemandirian guru dan
kepala sekolah, antara lain dalam mengembangkan program-program
pembelajaran.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 67
A. PENGERTIAN EVALUASI KURIKULUM
Kurikulum merupakan bagian dari pendidikan dalam lingkup yang
luas. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Mengevaluasi keberhasilan sebuah pendidikan berarti juga mengevaluasi
kurikulumnya. Hal ini berarti bahwa evaluasi kurikulum merupakan bagian
dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatiannya pada program-
program untuk peserta didik. Sedangkan evaluasi merupakan bagian
penting dalam proses pengembangan kurikulum, baik dalam pembuatan
kurikulum baru, memperbaiki kurikulum yang ada atau
menyempurnakannya. Evaluasi yang tepat dan berkelanjutan sangat
diperlukan untuk mendukung terwujudnya fase pengembangan ini dengan
efektif dan bermakana. Dari hasil-hasil evaluasi ini lah pihak pengembang
dapat mengadakan perbaikan dan penyesuaian sebelum kurikulum yang
baru tersebut terlanjur disebarluaskan secara nasional. Menurut Hamid
Hasan (1988:13) evaluasi adalah suatu proses pemberian pertimbangan
mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Jadi dengan
demikian, evaluasi kurikulum adalah suatu proses evaluasi terhadap
kurikulum secara keseluruhan baik yang bersifat makro atau ruang lingkup
yang luas (ideal curriculum) maupun lingkup mikro (actual curriculum)
dalam bentuk pembelajaran.
B. TUJUAN EVALUASI KURIKULUM
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat
ketercapaian tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum
yang bersangkutan.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 68
PERTEMUAN 11 Konsep Dan Prosedur Evaluasi
Kurikulum
1. Untuk perbaikan program
Bersifat konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input
bagi perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang
sedang dikembangkan.
2. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak
Diperlukan semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang
kurikulum kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak
tersebut baik yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum
maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari kurikulum yang
telah dikembangkan. Tujuan yang kedua ini tidak dipandang sebagai
suatu kebutuhan dari dalam melainkan lebih merupakan suatu
‘keharusan’ dari luar.
3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk
jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan : pertama, apakah
kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan disebar luaskan ke
dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yg bagaimana dan
dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan
disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Dan untuk menghasilkan
informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan diperlukan
kegiatan evaluasi kurikulum.
C. CAKUPAN PROSES EVALUASI KURIKULUM
1. Judgement (menetapkan suatu nilai)
Subjektif
Objektif (berdasar kriteria yang disepakati)
2. Kriteria
Internal (program)
Eksternal (luar program)
3. Objek penilaian
Luas (program pendidikan)
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 69
Terbatas (program belajar-mengajar)
D. KATEGORI EVALUASI KURIKULUM
a) Penilaian Konteks
Dasar dalam menentukan tujuan programo
Fisibilitas dengan kondisi dan situasi di mana program itu akan
dilaksanakan
b) Penilaian Input (Masukan)
Memperoleh informasi dan menyajikan keterangan sebagai dasar
pemanfaatan sumber daya untuk pencapaian tujuan PENILAIAN
PROSES
Mengetahui kekuatan/kelemahan rencana dan pelaksanaano
Memperoleh informasi untuk perbaikan, penyempurnaan,
pengembangan program PENILAIAN
c) Output (Keluaran-Hasil)
Menentukan keberhasilan program dan dampaknya
E. DIMENSI EVALUASI KURIKULUM
Kurikulum memiliki dimensi yang luas karena mencakup banyak
hal. Aspek-aspek kegiatan kurikulum dimulai dari perencanaan,
pengembangan komponen, implementasi serta hasil belajar dianggap
sebagai ruang lingkup kajian evaluasi kurikulum. Dengan demikian,
evaluasi kurikulum mencakup semua aspek tersebut, artinya bahwa
evaluasi kurikulum merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum
secara keseuruhan baik yang bersifat makro atau ruang lingkup yang luas
(ideal curriculum) maupun lingkup mikro (actual curricuum) dalam bentuk
pembelajaran.
Dimensi evaluasi kurikulum mencakup dimensi program (tujuan, isi
kurikulum dan pedoman kurikulum) dan dimensi pelaksanaan (input,
proses, output dan dampak).
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 70
1. Dimensi Program
a) Tujuan (institusional, kurikuler, instruksional) yang terdiri dari : Lingkup
abilitas/kompetensi, kedalaman/keluasan tujuan, kesinambungan antar
tujuan, relevansi antar tujuan, rumusan kalimat.
b) Isi Kurikulum (Struktur, Komposisi, Jumlah mata pelajaran, alokasi
waktu) yang terdiri dari : Kesesuaian dengan tujuan, scope dan
sequence, sifat isi, esensi, kesinambungan, organisasi,
keseimbangan, dan kegunaan.
c) Pedoman Pelaksanaan yang terdiri dari : Proses belajar-mengajar,
sistem penilaian, administrasi dan supervisi, dan sumber belajar.
2. Dimensi Pelaksanaan
a) Komponen Masukan
o Masukan mentah (input peserta didik)
Komponen-komponen yang ada didalam masukan mentah
ini yaitu: Jumlah peserta didik, minat dan motivasi, kecakapan
sebelumnya, dan bakat/potensi.
o Masukan Alat yang terdiri dari : Bahan pelajaran/pelatihan, alat-alat
pembelajaran, media dan sumber belajar, pengajar/pelatih (jumlah
dan kualitasnya), Sistem administrasi, dan prasarana pendidikan.
o Masukan Lingkungan yang terdiri dari : lingkungan social,
lingkungan budaya, lingkungan geografis, dan lingkungan religius.
b) Komponen Proses
Interaksi unsur-unsur masukan untuk mencapai tujuan :
o Peserta – Peserta
o Peserta – Pengajar/pelatih
o Peserta – Lingkungan
o Pengajar – Pengajar
c) Komponen Keluaran
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 71
Komponen keluaran ini nantinya akan menghasilkan suatu
perubahan tingkah laku (kompetensi) setelah mengalami proses:
pengetahuan, sikap/nilai, dan keterampilan.
d) Komponen Dampak
Dampak yang akan dirasakan oleh peserta didik di masyarakat
/tempat kerja yaitu : Kemandirian, kemampuan intelektual, kemampuan
social,moral, etos kerja, dsb.
F. PRINSIP-PRINSIP EVALUASI
Tujuan evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa
ketercapaian tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum
yang bersangkutan indikator kinerja yang akan dievaluasikan yang
merupakan efektivitas program.
Dalam sebuah evaluasi harus berpatokan pada kurikulum atau
silabi dan dirancang secara jelas yaitu apa yang harus dinilai, materi
penilaian, alat penilai, dan interpretasi hasil penilaian.
Beberapa prinsip yang harus dipegang dalam suatu pelaksanaan
evaluasi pendidikan:
1. Keterpaduan.
Evaluasi tersebut harus memegang pada prinsip-
prinsip keterpaduan atau keselarasan. Dimana ada kesesuaian antara
tujuan intruksional pengajaran tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
dan metode pembelajaran.
2. Keterlibatan peserta didik
Dalam sebuah prinsip evaluasi harus memperhatikan keterlibatan
peserta didik merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan
peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif dan seluruhnya mempunyai
keterkaitan yang erat.
3. Koherensi
Suatu evaluasi pendidikan harus berkaitan dengan materi
pembelajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 72
peserta didik yang hendak diukur dan keselarasan peseta didik dengan
pembelajaran harus sesuai.
4. Pedagogis
Pedagogis adalah seni dalam mengajar. Prinsip evaluasi
pendidikan yang ketujuah adalah perlu adanya alat penilai dari aspek
pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada
akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa atau
peserta didik.
5. Akuntabel
Sudah semestinya hasil evaluasi haruslah menjadi alat
akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang
berkepentingan seperti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.
Yang harus diperhatikan agar mendapat informasi yang akurat,
diantaranya:
a. Dirancang secara jelas abilitas
b. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar
mengajar.
c. Agar hasil penilaian obyektif, menggunakan penilaian yang
komprehensif.
d. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
e. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan
penilaian (grading)
f. Penilaian harus bersifat komparabel.
g. Sistem penilaian yang digunakan hendaknya bagi siswa dan juga
guru.
Secara sederhana dalam penggambaran prinsip-prinsip evaluasi
menyangkut beberapa hal yang mesti diperhatikan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Kejelasan Tujuan adalah Menjabarkan segala proses dan hasil
pembelajaran yang dicapai
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 73
2. Realistik dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi kondisi dan
kemampuan para siswa
3. Ekologi adalah memperhitungkan situasi dimana kurikulum yang
akan dilaksanakan
4. Operasional adalah merumuskan secara spesifik dan terperinci
segala sesuatu yang harus diukur
5. Klasifikasi merupakan Jenjang atau tingkatan, jenis pendidikan, daya
dukung, dan geografis
6. Keseimbangan merupakan Penilaian kurikulum yang ideal dan
aktual, mengenai komponen kurikulum yang mesti diperhatikan
7. Kontinuitas merupakan penilaian yang harus dilakukan secara
menyeluruh terhadap semua program yang akan dilaksanakan.
G. FUNGSI EVALUASI KURIKULUM
1. Evaluasi Formatif : dilaksanakan apabila kegiatan evaluasi diarahkan
untuk memperbaiki bagian tertentu dari kurikulum yang sedang
dikembangkan.
2. Evaluasi Sumatif : dilaksanakan apabila kurikulum telah dianggap
selesai pengembangannya (evaluasi terhadap hasil kurikulum).
H. PROSEDUR EVALUASI KURIKULUM
Prosedur adalah langkah-langkah teratur dan tertib yang harus
ditempuh sesorang evaluator pada waktu melakukan evaluasi kurikulum.
Langkah-langkah tersebut merupakan tindakan yang harus dilakukan
evaluator sejak dari awal sampai akhir suatu kegiatan evaluasi. Prosedur
yang dikemukakan disini adalah hasil revisi dari prosedur, model, PSP
yang dikemukakan Storeange dan Helm (1992).
1. Kajian terhadap evaluasi
Langkah pertama yang harus dilakukan evaluator terhadap
kurikulum atau bentuk kurikulum yang menjadi evaluannya. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan pemahaman terhadap karakterisitk kurikulum.
Evaluator harus mempelajari secara mendalam latar belakang kelahiran
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 74
suatu kurikulum, landan filsofi fan teoritis kurikulum tersebut, ide
kurikulum, model kurikulum yang digunakan untuk dokumen kurikulum,
proses pengembangan dokumen kurikulum, proses impelemtasi
kurikulum, dan evaluasi hasil belajar.
2. Pengembangan proposal
Berdasarkan kajian yang dilakukan pada langkah pertama maka
evaluator kemudian mengembangkan proposalnya. Untuk itu maka
evaluator memutuskan pendekatan dan jenis evaluasi yang akan
dilakukan. Evaluator dapat menentukan apakah yang akan digunakannya
adalah evaluasi kuantitatif ataukah evaluasi kualitatif. Tentu saja berbagai
faktor pribadinya seeprti pendidikan dan pandangan keilmuannya akan
sangat menentukan pendekatan metodologi yang akan digunakan.
3. Pertemuan atau diskusi proposal dengan pengguna jasa evaluasi
Pertemuan atau diskusi proposal dengan pengguna jasa evaluasi
merupakan langkah penting dan menentukan. Hasil diskusi dengan
pengguna jasa akan menentukan apakah proposal yang diajukan akan
dapat ditindak lanjuti atau tidak. Jika evaluator berhasil meyakinkan calon
pengguna jasa evaluasi maka proposal yang diajukan mungkin akan
disetujui dan pekerjaan evaluasi akan dapat dilaksanakan. Artinya, tidak
ada pekerjaan evaluasi yang dilakukan berdasarkan proposal tersebut
4. Revisi Proposal
Revisi proposal adalah tindak lanjut dari hasil pertemuan antara
pengguna jas evaluasi dengan evaluator. Apabila dalam pertemuan dan
pembicaraan tersebut berbagai kompenen harus direvisi maka adalah
kewajiban evaluator untuk melakukan revisi tersebut. Hasil revisi harus
diperlihatkan kembali kepada pengguna jasa evaluasi dan disetujui. Jika
dari hasil diskusi pada pertemuan itu tidak ada hal yang perlu direvisi
maka langkah revisi ini dengan sendirinya tidak diperlukan.
5. Rekruitmen personalia
Rekruitmen personalia untuk pekerjaan evaluasi mungkin saja
dilakukan ketika proposal disusun. Jika prosedur itu yang ditempuh maka
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 75
rekruitmen dianggap sudah terjadi. Dalam hal demikian maka pada
proposal jumlah orang, nama serta kualifikasi harus dicantumkan.
Pencantuman itu akan memberikan nilai lebih pada proposal.
6. Pengurusan persyaratan administrasi
Setiap kegiatan yang berkenaan dengan evaluasi kurikulum
memrlukan berbagai formalitas administrasi. Evaluator harus
mendapatkan persetjuan dari pengguna kurikulum, pimpinan sekolah atau
atasannya, dan mungkin juga dari pejabat yang terkait dengan masalah
keamanan sosial politik. Untuk itu diperlukan berbagai surat seperti surat
izin melakukan evaluasi, surat permohonan kesediaan menjadi
responden, surat identitas anggota t, dan sebagainya. Keberadaan surat
ini sangan penting dan sangat mutlak diperlukan.
7. Pengorganisasian pelaksanaan
Pengorganisasian pelaksanaan adalah suatu kegiatan
manajemenyang tingkat kerumitannya ditentuakan oleh ruang lingkup
pekerjaan evaluasi dan jumlah evaluator yang terlibat. Semakin luas
wilayah yang harus dievaluasi dan semakin banyak evaluator yang harus
dilibatkan maka semakin rumit pula pekerjaan management yang harus
dilakukan jika evaluasi itu hanya dilakukan oleh seorang maka
management tidak akan serumit jika evaluator terdiri dari sebuah tim.
8. Analisis data
Pekerjaan analisis data tentu saja merupakan tindak lanjut setelah
proses pengumpuilan data evaluasi berhasil dilakukan. Ketika model yang
digunakan adalah model kuantitatif dan dengan demikian data utama
evaluasiadalah data kuantitatif. Proses dan tekhnik pengolahan data yang
diakui dalam model kuatitatif harus dilaksanakan.
9. Penulisan pelaporan
Penulisan laporan sebagaimana halnya dengan analisis data,
penulisan laporan harus dilakukan oleh evaluator dan tim evaluator.
Format laporn harus disesuaikan dengan kesepakatan yang dilakukan
pada waktu awal.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 76
10. Pembahasan Laporan dengan pemakai jasa
Pembahasan ini diperlukan untuk melihat kelengkapan laporan.
Dalam pembahasan ini jika pengguna jasa memerlukan tambahan
informasi yang memang tercantum dalam kontrak maka adalah kewajiban
evaluator untuk melengkapi laporan tersebut.
11. Penulisan laporan akhir
Penulisan Laporan akhir adalah sebagai hasil dari revisi yang
harus dilakukan evaluator ketika terjadi pembahasan laporan dengan
pengguna jasa.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja
kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator
kinerja yang di evaluasi adalah efektifitas, relevansi, evisiensi, dan
kelaiakan ( feasibillty ) program.
Tujuan evaluasi kurikulum adalah untuk keperluan : perbaikan
program, pertanggung jawaban kepada berbagai pihak, dan penentuan
tindak lanjut hasil pengembangan. Model evaluasi digolongkan kedalam
lima model yaitu :
a. Measurement
Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk
mengungkapkan perbedaan individual maupun kelompok. Hasil evaluasi
terutama digunakan untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan
dan perbandingan efektifitas antara dua atau lebih program / metode
pendidikan. Obyek evaluasi model ini menitik beratkan pada aspek kognitif
dan khususnya yang dapat diukur dengan alat evaluasi yang obyektif dan
dapat dibakukan.
b. Congruence
Evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian
antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang telah dicapai, untuk
melihat sejauh mana perubahan atau keberhasilan pendidikan yang telah
terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka penyempurnaan program,
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 77
bimbingan pendidikan, dan pemberian informasi kepada pihak-pihak diluar
pendidikan. Pada model ini obyek evaluasi menitik beratkan dalam bentuk
kognitif, psikomotorik, maupun nilai dan sikap. Jenis datayang
dikumpulkan adalah data obyektif khsusunya skor hasil test.
c. Illumination
Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai : pelaksaan
program, pengaruh faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan
program, serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar.
Pada model ini evaluasi lebih didasarkan pada jugment (pertimbangan)
yang hasilnya diperlukan untuk penyempurnaan program. Obyek evaluasi
pada model ini mencakup latar belakang dan perkembangan program,
proses pelaksanaan, hasil belajar, dan kesulitan-kesulitan yang dialami.
Jenis data yang dikumpulkan pada umumnya data subyektif (judgement
data) dalam kegiatan evaluasi.
d. Educational System Evaluation
Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance
setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu
deskripsi dan judgment. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan
program dan penyimpulan hasil program secara keseluruhan. Obyek
evaluasi mencakup input (bahan, rencana, peralatan), proses, dan hasil
yang dicapai dalam arti yang lebih luas. Jenis data yang dikumpulkan
meliputi baik data obyektif maupun data subyektif (judgment data) dalam
kegiatan evaluasi.
e. Model CIPP
Model ini menitik beratkan pada pandangan bahwa keberhasilan
program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya :
Karakteristik peserta didik, dan lingkungan, tujuan program, dan peralatan
yang digunakan, serta prosedur, dan mekanisme pelaksanaan program itu
sendiri. Evaluasi kurikulum pada model ini dimaksudkan untuk
membandinghkan performance atau kinerja dari berbagai dimensi
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 78
program dengan sejumlah kriteria tertentu untuk menimbulkan
pertimbangan.
A. Perlunya Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang
diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. kurikulum
hanyalah alat atau instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulum bukan sebagai tujuan akhir.
Seiring dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta
perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka kurikulum juga
mengalami perubahan. Perubahan tersebut adalah:
Dari sisi bentuk dan organisasi inovasinya berupa perubahan dari
kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan dan kurikulum 1975
menjadi kurikulum 1975 yang disempurnakan dan dengan lahirnya
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan
riasional maka terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994.
Dari sisi psikologi timbul masalah berkenaan dengan pendekatan
belajar-mengajar yang bau, maka muncul berbagai inovasi seperti
keterampilan proses, CBSA dan belajar tuntas.
Dari sisi sosiologis timbul masaah berkenaan dengan tuntutan
masyarakat modern yang semakin tinggi dan kompleks sehingga
muncul inovasi berupa masuknya maka peajaran keterampi1an,
adanyal kerja dan gagasan muatan lokal.
Dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa sistem modul paket
untuk pendidikan luar sekolah dan metode SAS (Struktural Analisis
Sintesis) untuk belajar membaca Aiquran.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 79
PERTEMUAN 12
Konsep Dan Prosedur Inovasi Kurikulum
Mengutip pandang Ralph Tyler (1949), almarhum Prof. S. Nasution
mengetengahkan empat faktor, landasan ataupun azas utama yang
selalu mengambil peran dalam pengembangan kurikulum, yakni:
1) Pertama, azas filosofis, termasuk filsafat bangsa, masyarakat dan
sekolah serta guru-guru;
2) Kedua, azas sosiologis, menyangkut harapan dan kebutuhan
masyarakat (orangtua, kebudayaan, masyarakat, pemerintah,
ekonomi)
3) Ketiga, azas psikologis yang terkait dengan taraf perkembangan fisik,
mental, emosional dan spiritual anak didik
Keempat, azas epistemologis, berkaitan dengan konsep kita
mengenai hakekat ilmu pengetahuan
4) Keempat asas yang menjadi dasar pengembangan kurikulum dapat
berkembang atau bahkan berubah sama sekali dan yang demikian itu
akan mempengaruhi kurikulum.
Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang
diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. Kurikulum
hanyalah alat atau instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulum bukan sebagai tujuan akhir.
Seiring dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta
perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka kurikulum juga
mengalami perubahan. Perubahan / inovasi tersebut adalah:
1. Dari sisi bentuk dan organisasi inovasinya berupa perubahan dari
kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan dan kurikulum 1975
menjadi kurikulum 1975 yang disempurnakan dan dengan lahirnya
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional maka terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994.
2. Dari sisi psikologi timbul masalah berkenaan dengan pendekatan
belajar-mengajar yang baru, maka muncul berbagai inovasi seperti
keterampilan proses, CBSA dan belajar tuntas.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 80
3. Dari sisi sosiologis timbul masaah berkenaan dengan tuntutan
masyarakat modern yang semakin tinggi dan kompleks sehingga
muncul inovasi berupa masuknya mata pelajaran keterampilan,
adanya kerja dan gagasan muatan lokal.
4. Dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa sistem modul
paket untuk pendidikan luar sekolah dan metode SAS (Struktural
Analisis Sintesis) untuk belajar.
Menurut Hilda Taba dalam bukunya “Development Curriculum”
menyatakan bahwa setiap kurikulum biasanya terdiri dari tujuan, isi,
strategi / pola belajar-mengajar, dan evaluasi:
1. Komponen Tujuan: Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan
tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik.
Karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan, maka
kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Ada dua
jenis tujuan institusional, yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan
tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan kedua tujuan tersebut
terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai anak didik.
Pada TIU sifatnya lebih luas dan mendalam, sedangkan TIK lebih
terbatas dan harus dapat diukur pada saat berlangsungnya proses
belajar-mengajar. Dengan demikian TIK harus lebih operasional dan
mudah dilakukan pengukuran.
2. Isi atau Materi Kurikulum: Isi kurikulum adalah berbagai
pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengalaman belajar yang
harus diberikan kepada anak untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan
pengetahuan maupun pengalaman belajar disesuaikan dengan
tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan masyarakat, (tuntutan
dan kebutuhan), perkembangan dan iptek. Bila kita harus memilih isi
kurikulum, maka kriteria yang bisa digunakan adalah:
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 81
a. Isi kurikulurn harus sesuai, dengan tepat dan bermakna bagi
perkembangan siswa. Artinya sejalan dengari tahap
perkembangan anak.
b. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya
sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
c. Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang konprehensif, artinya
mengandung aspek intelektual, moral, sosial secara seimbang.
d. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan
uji, artinya tidak cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan
hidup sehari-hari.
e. Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori,
prinsip, konsep yang terdapat di dalamnya, bukan hanya informasi
aktual.
f. Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan
pendidikan.
g. Strategi Pelaksanaan Kurikulum/Proses Belajar Mengajar: Strategi
pelaksanaan kurikulum atau lebih khusus lagi proses belajar-
mengajar adalah cara bagaimana anak memperoleh pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan kurikulum sebagai program
pendidikan pada dasarnya masih merupakan niat atau rencana,
sedangkan bagaimana operasionalisasinya, maka diperlukan
strategi pelaksanaan kurikulum. Strategi pelaksanaan kurikulum
pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan (a) tingkat dan
jenjang pendidikan, (b) proses belajar-mengajar, (c) bimbingan
dan penyuluhan, (d) administrasi supervisi, (e) sarana kurikuler, (f)
evaluasi atau penilaian. Operasional strategi pelaksañaan
kurikulum menerapkan metode dan media yang sesuai dan tepat
guna untuk mencapai tujuan kurikulum. Sedangkan proses itu
sendiri bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau isi
kurikulum diorganisasikan. Setiap bentuk organisasi yang
digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 82
pengalaman yang dilaksanakan. Untuk itu perlu ada kriteria pola
organisasi kurikulum yang efektif.
h. Evaluasi Kurikulum: Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk
menentukan efisiensi, efektifitas, relevansi dan produktivitas
program dalam mencapal tujuan pendidikan. Evaluasi kurikulum
harus dilakukan secara terus-menerus. Hal ini sesuai dengan
pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (1997) bahwa ada prinsip
umum dalam pengembangan inovasi yang perlu dievaluasi
kurikulum tersebut antara lain :
1. Prinsip relevansi. Kurikulum yang kita rancang dan
kembangkan apakah sudah relevan dengan kebutuhan
peserta didik untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
2. Prinsip fleksibilitas. Kurikulum yang kita rancang dan
kembangkan apakah sudah bersifat adaptif, mampu
menyesuaikan diri dengan konteks pembelajaran.
3. Prinsip kontinuitas. Kurikulum yang kita rancang dan
kembangkan memungkinkah peserta didik lebih sanggup
mengembangkan potensinya kelak dalam rencana belajar
berikutnya (prinsip belajar sepanjang hayat).
4. Prinsip praktis. Kurikulum sebaiknya mudah digunakan
dengan alat sederhana dan biaya relatif murah, terutama
dalam situasi ekonmi dewasa ini. Selain itu, apa yang
dipelajari mahasiswa seharusnya mampu membentuk dan
meningkatkan kompetensi mereka di dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Prinsip efektivitas. Efektivitas sebuah kurikulum harus dilihat
dari sejauhmana perubahan peserta didik, sebagaimana
dampak dalam kehidupan dan karyanya.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 83
A. Menelaah Kurikulum Berdasarkan Landasan Penyusunan Kurikulum
a. Landasan Penyusunan Kurikulum1. Asas Psikologi
Dalam ensiklopedia Indonesia asas berarti kebenaran atau
pendirian, atau yang dijadikan pokok suatu keterangan. Asas psikologi
berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat
psikologi. Havighurs mengemukakan, bahwa kebutuhan anak tergantung
pad fase-fase perkembangan. Piaget berpendapat bahwa perkembangan
anak untuk tiap-tiap tahap mempunyai perkembangan yang berbeda-
beda. Spranger mengungkapkan bahwa jiwa terbagi menjadi dua, yaitu
jiwa yang bersifat subjektif dan jiwa yang bersifat objektif. Jiwa objektif
terpampang pada fenomena kebudayaan, agama, dan seni. Berbagai
aspek lapangan hidup tersebut perlu mendapat perhatian bagi para
pengembang kurikulum untuk dijadikan pertimbangan isi berbagai bahan
ajar.
2. Asas SosiologisSosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai
gejala social hubungan antara individu dengan individu, antar golongan,
lembaga social yang disebut juga ilmu masyarakat. Di dalam kehidupan
sehari-hari anak selalu bergaul dengan lingkungan atau dunia sekitar.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 84
PERTEMUAN 13 Prosedur Telaah Kurikulum
Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Pada dasarnya
dunia sekitar manusia dapat digolongkan menjadi tiga bagian besar yaitu.
a. Dunia alam kodrat
Dunia alam kodrat yaitu segala sesuatu di luar diri manusia yang
bukan buatan manusia, misalnya gunung, lautan, cuaca, sungai, hutan
lebat dan sebagainya. Pengaruh dunia ini terhadap manusia sangat kuat,
sebab masuknya secara wajar. Untuk mengubah dan menjinakkan
pengaruh tersebut manusia berusaha dengan menggunakan jasa ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam penyusunan isi bahan pelajaran alam
kodrat banyak memberi inspirasi untuk dipelajarinya. Kurikulum
hendaknya dapat merangsang para yang bersangkutan untuk berusaha
menguak dan menggunakan isi serta pengaruh alam kodrat untuk
kesejahteraan manusia. Misalnya menggunakan sinar mata hari,
gelombang laut, gas alam untuk membangkitkan tenaga listrik,
memanfaatkan air sungai menjadi irigasi, memanfaatkan kekayaan dalam
bumi menjadi bahan-bahan tambang yang berharga dan sebagainya.
Dengan demikian penyusunan kurikulum hendaknya berusaha untuk
memasukkan problem-problem yang berupa gejala-gejala dalam alam
kodrat pada lembaga pendidikan yang sesuai, dimulai dari gejala yang
paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks dengan cara
pendekatan secara langsung mulai dari observasi, survey sampai dengan
penelitian yang serius dengan didasari pengalaman dan teori-teori yang
mendukung sehingga dapat diarahkan kebutuhan masyarakat luas.
b. Dunia sekitar benda-benda buatan manusia
Dunia sekitar benda-benda buatan manusia ini dapat dibuat oleh
manusia untuk keperluan pemuasan kebutuhan manusia, yang dapat
berupa yang paling sederhana sampai yang sangat kompleks. Misalnya
meja, kursi, alat makan sampai dengan alat-alat elektronik (mulai dari alat-
alat pijat, telpon, radioa, sinar X, radar, TV, computer, internet sampai
alat-alat ruang angkasa) dan sebagainya. Dengan demikian atas dasar
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 85
landasan ilmu pengetahuan dan diolah dengan keterampilan baik pisik
maupun psikis akan melahirkan teknologi yang canggih, perlu diajarkan
pada lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, agar dapat menghasilkan
segala sesuatu yang menjadi sarana/prasarana pada masyarakat.
c. Dunia sekitar manusia
Dunia sekitar manusia ini merupakan dunia sekitar yang paling
kompleks, selalu berubah dan dinamis. Interaksi antara individu yang satu
dengan yang lain terjadi saling aktif. Oleh karena itu agar interaksi dapat
berjalan dengan tertib diadakan norma-norma, baik yang tertulis maupun
tidak tertulis (adat istiadat). Dalam pergaulan inilah masing-masing
individu saling mendewasakan diri, di mana yang satu dengan yang lain
saling to take and to give. Lajunya jumlah penduduk, terutama pada
Negara berkembang akan menimbulkan berbagai model sekolah.
Misalnya: Sekolah Dasar Pamong, SMP Terbuka, Universitas Terbuka,
dan berbagai sekolah aktif seperti: Sekolah Aktif, Sekolah Kerja oleh John
Dewey (USA), Metode Aktif oleh Ovide Decroly (Belgia), CBSA, dan
sebagainya.
b. Asas IPTEK
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat
dipisahkan sebab ilmu pengetahuan. Kadang-kadang suatu karya
penemuan yang sekarang telah berkembang menjadi canggih, mula-mula
hanya ditemukan secara kebetulan bahkan secara trial and erroro .
Misalnya penemuan mesin uap oleh James Watt. Dahulu kala nenek
moyang kita kalau mau mengangkat kayu dari hutan ke rumah mula-mula
dengan cara dipanggul, ternyata dirasa terlalu berat, kemudian timbul
pemikiran dengan cara ditarik, kemudian timbul pemikiran lebih lanjut kayu
tersebut diganjal dengan kayu penggamnjal di bawahnya. Akhirnya
lahirlah roda dengan asnya yang sekarang dapat merubah wajah dunia,
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 86
lahirlah berbagai kemajuan transportasi industry-industri pertambangan,
pertanian, pertahanan dan sebagainya.
Jadi karya yang dihasilkan oleh cipta, rasa, dan karsa oleh
seseorang akan menghasilkan kreativitas atau teori, sedang kalau yang
berkatya tersebut raganya akan menghasilkan sautu keprigelan atau
keterampilan. Kalau kekreatifan tersebut bertemu dengan keterampilan,
hasilnya adalah jasa teknologi. Dengan demikian sudah selayaknyalah
kalau para penyusun kurikulum terutama dalam pemasukkan bahan ajar
hendaknya bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan
teknologi.
c. Asas Filsafat
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti bahwa dalam
penysunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada filsafat
bangsa yang dianut. Filsafat atau falsafat berasal dari bahasa Yunani
philoshopis, philo, philein yang berate cinta, pecinta, mencintai, sedang
Sophia berarti kebijaksanaan, wisdom, kearifan, hikmat, hakikat
kebenaran. Ada berbagai pengertian filsafat, yaitu sebagai berikut.
a. Filsafat dalam arti proses atau produk
b. Filsafat sebagai ilmu atau pandangan hidup
c. Filsafat dalam arti teori atau praktis
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu
bangsa seperti Pancasila, kapitalism, sosialism, fasism, komunism, dan
sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/sebagai
pandangan hidup dan falsafah dalam arti praktis.
Sistem nilai inilah yang akan menjiwai untuk semua kegiatan yang
akan dilakukan tiap-tiap individu. Seorang yang mengikuti faham
demokratis. Ia tunduk terhadap suara terbanyak, menghargai perbedaan
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 87
pendapat, menghargai hak-hak asasi manusia, mempersilakan terlebih
dahulu buat yang punya hak dan sebagainya.
Pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila. Dengan
sendirinya segala kegiatan yang dilakukan baik oleh berbagai lembaga
maupun oleh perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan
asas Pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum.
B. Menelaah Kurikulum Berdasarkan Landasan Penyusunnya1. KBK
KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar, serta pemberdayaan sumber daya
pendidikan. Batasan tersebut menyiratkan bahwa KBK dikembangkan
dengan tujuan agar peserta didik memperoleh kompetensi dan
kecerdasan yang mumpuni dalam membangun identitas budaya dan
bangsanya. Dalam arti, melalui penerapan KBK tamatan diharapkan
memiliki kompetensi atau kemampuan akedemik yang baik, keterampilan
untuk menunjang hidup yang memadai, pengembangan moral yang
terpuji, pembentukan karakteryang kuat, kebiasaan hidupyang sehat,
semangat bekerja sama yang kompak, dan apresiasi estetika yang tinggi
terhadap dunia sekitar. Berbagai kompetensi tersebut harus berkembang
secara harmonis dan berimbang. Berdasarkan pengertian kompetensi di
atas, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam
bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung
jawab. KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 88
tertentu peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan
sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk
prilaku atau ketrampilan peserta didik sesuai criteria keberhasilan.
a. Landasan Filsafat
Struktur keilmuan dan perkembangan psikologis siswa. Sehingga
berdasar pada kompetensi lulusannya
b. Dasar Hukum atau Yuridis
a) Evaluasi Kurikulum 1994
b) UUD 1945, GBHN, UU No. 22 tahun 1999
c) PP No. 25 tahun 2000
d) UU No. 20 tahun 2003
c. Prinsip KBK
Menyadari bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses yang
dinamis, maka penyusunan dan pelaksanaan KBK didasarkan pada
sembilan prinsip, yaitu
1. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur;
2. Penguatan integritas nasional;
3. Keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestika;
4. Kesamaan memperoleh kesempatan;
5. Abad pengetahuan dan teknologi informasi;
6. Pengembangan kecakapan hidup (life skill);
7. Belajar sepanjang hayat;
8. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan
komprehensif;
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
10. Prinsip-prinsip tersebut dikembangkan dan diterapkan dalam rangka
melayani dan membantu siswa mengembangkan dirinya secara
optimal, baik dalam kaitannya dengan tuntutan studi lanjut, memasuki
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 89
dunia kerja, maupun belajar sepanjang hayat secara mandiri dalam
masyarakat.
11. Karakteristik KBK
12. Depdiknas (2002) mengemukakan hahwa kurikulum berbasis
kompetensi memiliki karakristik sebagai berikut:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes)dan
keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan suatu pencapaian suatu kompetensi.
Perbedaan paling esensial dari KTSP PAUD dan kurikulum 2013
PAUD ada enam dan didefinisikan sebagai berikut:
NO KTSP KURIKULUM 2013
1 Mata pelajaran tertentu
mendukung kompetensi
tertentu
Tiap mata pelajaran mendukung
semua kompetensi (Sikap,
Keteampilan, Pengetahuan)
2 Mata pelajaran
dirancang berdiri sendiri
dan memiliki kompetensi
dasar sendiri
Mata pelajaran dirancang terkait
satu dengan yang lain dan
memiliki kompetensi dasar yang
diikat oleh kompetensi inti tiap
kelas
3 Bahasa Indonesia
sejajar dengan mapel
lain
Bahasa Indonesia sebagai
penghela mapel lain (sikap dan
keterampilan berbahasa)
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 90
4 Tiap mata pelajaran
diajarkan dengan
pendekatan berbeda
Semua mata pelajaran diajarkan
dengan pendekatan yang sama
(saintifik) melalui mengamati,
menanya, menngumpulkan
informasi, mengasosiasi,
mengkomunikasikan.
5 Tiap jenis konten
pembelajaran diajarkan
terpisah
Bermacam jenis konten
pembelajaran diajarkan terkait
dan terpadu satu sama lain.
Konten ilmu pengetahuan
diintegrasikan dan dijadikan
penggerak konten pembelajaran
lainnya
6 Bahasa Indonesia
sebagai pengetahuan
Bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dan carrier of
knowledge
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 91
A. Mengenal Pelaksanaan Kurikulum 2013Hal mendasar dari kurikulum 2013, menurut Mulyoto adalah masalah
pendekatan pembelajarannya. Selama ini, pendekatan yang digunakan
adalah materi. Jadi materi di berikan pada anak didik sebanyak-
banyaknya sehingga mereka menguasai materi itu secara maksimal.
Bahkan demi penguasaan materi itu, drilling sudah diberikan sejak awal,
jauh sebelum siswa menghadapi ujian nasional. Dalam pembelajaran
seperti ini, tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang dicapai lebih
kepada aspek kgnitif dengan menafikan aspek psikomotrik dan afektif.
Ketiga aspek tersebut sebenarnya sudahmendapat penekanan pada
kurikulum kita selama ini. Pada saat pemberlakuan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) 2003, aspek kognitif, psikomotorik dan afektif (yang
dikenal dengan taksonomi Bloom tentang tujuan pendidikan), telah juga
menjadi kompetensi integral yang harus dicapai. Lalu pada saat
pemberlakuan Kurikulum 2006, melalui pendidikan karakter, aspek afektif
yang seolah dilupakan para praktisi pendidikan, digaungkan.
Tapi dalam dataran praksis, hanya aspek kognitif yang dikejar.
Penyebabnya adalah kurikulum tidak dikawal dengan kebijakan yang
sinergis, tetapi malah dijegal dengan kebijakan ujian nasional.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 92
PERTEMUAN 14 Kurikulum PAUD 2013
Soal-soal ujian nasional hanya menguji pencapaian aspek kognitif.
Pencapaian aspek psikomotorik dan afektif tidak bisa diukur dengan
menggunakan tes ini. Padahal tes ini adalah penentu kelulusan. Maka
pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berbasis materi
tanpa memedulikan penanaman keterampilan dan sikap.
Pada kenyataannya, sejak awal siswa-siswa telah dibiasakan
menghadapi soal-soal model ujian nasional. Pembelajaran mengacu
pada kompetensi dasar yang yang nanti akan diujikan dalam ujian
nasional. Bahkan ada pula guru yang menggunakan soal-soal ujian
nasional yang telah diujikan pada tahun sebelumnya sebagai acuan
dalam pembelajaran. Menjelang menghadapi ujian nasional, guru
memberikan pembelajaran ujian nasional pada siswanya. Apapun yang
tidak ada kaitannya dengan ujian nasional ditiadakan.
Berdasarkaan pengalaman selama ini, hal tersebut harus didukung
dengan kebijakan yang konsisten, yaitu sistem avaluasi yang mengukur
pencapaian kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif secara
berimbang. Tidak bisa dipungkiri bahwa ujian nasional harus dihapuskan,
sehingga penentu kelulusan nantinya adalah transkrip nilai yang
diperoleh dari nilai rapor tiap semester. Karena nilai-nilai rapor sebagai
hasil evaluasi pembelajaran mengandung ketiga aspek secara
menyeluruh, maka pembelajaran juga akan diberikan seccara benyeluruh
dalam ketiga aspek itu.
Dengan dihapusnya ujian nasional, wewenang mengadakan evaluasi
kembali kepada guru sehingga lengkaplah kewenangan guru; menyusun
rencana pembelajaran, melaksanakn kegiatan pembelajaran dan
melaksanakan kegiatan evaluasi. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
B. Sistem Evaluasi dalam Kurikulum 2013
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 93
Kesalahan fatal dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selama ini
menurut saya adalah kemunculan kebijakan yang sejatinya tidak
konsisten dengan kurikulum-kurikulum tersebut. Kebijaksanaan yang
dimaksud adalah pelaksanaan ujian nasional dengan standar
kelulusannya. Dimana siswa dikatakan berhasil jika ia telah mampu
menembus jarring ujian nasional. Sebuah sekolah dikatakan bermutu
apabila kelulusan siswnya 100% dan banyak siswanya yang mendapatkan
nilai 10. Bahkan untuk tujuan itu, kecurangan sistematis selalu terjadi.
Penanaman nilai moral seolah tak diperhatikan.
Oleh karena itu, jika nantinya Kurikulun 2013 diterapkan dan ditujukan
agar guru memperoleh ruang yang lebih leluasa untuk mengembangkan
potensi siswa secara seimbang dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
psikomotorik dan afektif. Kurikulum ini harus dikawal dengan kebijakan
yang sinergis. Dan akhirnya siswa dapat belajar dengan semangat,
antusias, tidak bosan dan mampu menyerap nilai-nilai moral yang
terkandung secara tersitat dalam setiap materi.
C. Karakteristik Kurikulum 2013Dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut
dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta
didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari
peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata
pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 94
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan
menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang
pendidikan menengah berimbang antara sikap dan kemampuan
intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema
(SD). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata
pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD
yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
C. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-
kurikuler dan pembelajaran ekstra-kurikuler:
a) Pembelajaran intra kurikuler
Pembelajaran intra kurikuler adalah proses pembelajaran yang
berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan
dikelas, sekolah, dan masyarakat.
Pembelajaran didasarkan pada prinsip berikut:
a. Proses pembelajaran intra-kurikuler Proses pembelajaran di SD/MI
berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan
SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
dikembangkan guru.
b. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa
aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada
tingkat yang memuaskan (excepted).
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 95
b) Pembelajaran ekstra-kurikuler
Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk
aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran
terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas
kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler
wajib. Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam
kurikulum.
1. Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk:
a. Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu
yang tidak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa.
b. Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada
kepemimpinan, hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai
ketrampilan hidup.
2.Kegiatan ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan:
a. Sekolah
b. Masyarakat
c. Alam
Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan
sebagai unsur pendukung kegiatan intra-kurikuler.
E. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1) Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran
karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran
untuk mencapai kompetensi. Atas dasar prinsip tersebut maka
kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten
pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah
menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan,
kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta
didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 96
pendidikan yang dirancang dalam rencana, dan hasil belajar adalah
perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan
perolehannya di masyarakat.
2) Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang
ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan
program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai
Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang
menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang
harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan
selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan
dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan
maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar
Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah
serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.
3) Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi.
Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir,
ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara
khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap
dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat
lintas mata pelajaran, diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip
penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi
vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.
F. Tahap Persiapan PelaksanaanDalam pelaksanaan pembelajaran integrasi PPKN, perlu dilakukan
beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan
pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema,
pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 97
a. Tahap Perencanaan
1. Pemetaan Kompetensi Inti
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam
tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Penjabaran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ke dalam
indikator
Melakukan kegiatan penjabaran Kompetensi Inti dan kompetensi
dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam
mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran
c. Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau
dapat diamati.
b. Menentukan tema
Cara penentuan tema. Dalam menentukan tema dapat dilakukan
dengan dua cara yakni:
1. Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan
menentukan tema yang sesuai.
2. Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan,
untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan
peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3. Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip
yaitu:
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 98
Dari yang termudah menuju yang sulit
Dari yang sederhana menuju yang kompleks
Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses
berpikir pada diri siswa
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan
perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan
kemampuannya
F. Kelebihan dan Kelemahan kurikulum 20131. Kelebihan Kurikulum 2013
a. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah
(kontekstual) karena berfokus dan bermuara pada hakekat peserta
didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan
kompetensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik
merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara
alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan
kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan.
b. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi
mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain.
Penguasaan pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu
pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat
dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
c. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih cepat menggunakan pendekatan
kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
d. Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan
inovatif, pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi
menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter
harus diintegrasikan kesemua program studi.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM 99
e. Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara
anak desa atau kota. Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi
kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka.
f. Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu
kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon
guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus
menerus.
2. Kelemahan Kurikulum 2013
a. Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki
kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak
pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013.
b. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran
dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai
karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
c. Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak
tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.
H. Konsep Dasar Pembelajaran dalam Kurikulum 2013Menurut Sudjana, pembelajaran merupakan setiap upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan
peserta didik melakukan kegiatan belajar. Menurut Gulo pembelajaran
adalah untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan
kegiatan belajar. Menurut Nasution, pembelajaran sebagai suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi proses belajar.
Yang dimaksud lingkungan disini adalah ruang belajar, guru, alat peraga,
perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang relefan dengan
mODUL PENGANTAR KURIKULUM100
kegiatan belajar siswa. Biggs membagi konsep pembelajaran dalam tiga
pengertian, yaitu:
1) Pengertian kuantitatif
Penularan pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru dituntut untuk
menguasai ilmu yang disampaikan kepada siswa, sehingga
memberikan hasil optimal.
2) Pengertian institusional
Penataan segala kemampuan mengajar sehingga berjalan efisien.
Guru harus selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar.
3) Pengertian kualitatif
Upaya guru untuk memudahkan belajar siswa. Peran guru tidak
hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga melibatkan siswa
dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien. Kesimpulannya
pembelajran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja
oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasi dan menciptakan sitem lingkunagn dengan berbagai
metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.
G. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun berbagai
metode pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam kegiatan
pembelajaran, antara lain:
1. Metode ceramah
Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan
baik verbal maupun nonverbal.
2. Metode latihan
Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-
kebiasaan tertentu sehingga diharapkan siswa dapat menyerap
materi secara optimal.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM101
3. Metode tanya jawab
Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus
dijwab oleh anak didik. Bertujuan memotivasi anak mengajukan
pertanyaan selama proses pembelajaran atau guru mengajukan
pertanyaan dan anak didik menjawab.
4. Metode karya wisata
Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak
didik ke objek diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar
siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung.
5. Metode demonstrasi
Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses
atau suatu benda yang berkaitan dengan bahan pembelajaran.
6. Metode sosiodrama
Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak
didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang
terdapat dalam kehidupan sosial.
7. Metode bermain peran
Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
anak didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh, baik
tokoh hidup maupun mati. Metode ini mengembangkan
penghayatan, tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi
yang dipelajari.
8. Metode diskusi
Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan
siswa diminta untuk memecahkan masalah secara kelompok.
9. Metode pemberian tugas dan resitasi
Merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada
siswa. Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada
siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan
guru.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM102
10. Metode eksperimen
Pemberian kepada siswa untuk pencobaan.
11. Metode proyek
Membahas materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang lain.
Adapun prinsip dalam pemilihan dalam metode pembelajaran adalah
disesuaikan dengan tujuan, tidak terikat pada suatu alternatif,
penggunaannya bersifat kombinasi. Faktor yang menentukan dipilihnya
suatu metode dalam pembelajaran antara lain:
a) Tujuan pembelajaran
b) Tingkat kematangan anak didik
c) Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran
H. Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sabagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah :
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta tau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tuuan pembelajran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM103
A. Pengertian Kurikulum, Analisis Kurikulum 2013Analisis Kurikulum 2013, Dalam banyak literature kurikulum diartikan
sebagai: suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas
pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu
pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum
harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis.
Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas
yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum
tersebut.
Dalam konteks ini maka disiplin ilmu memiliki posisi sentral yang
menonjol dalam kurikulum. Kurikulum, dan pendidikan, haruslah
mentransfer berbagai disiplin ilmu sehingga peserta didik menjadi warga
masyarakat yang dihormati. Teori tentang IQ bekerja untuk terutama
intelektualitas dalam pengertian disiplin ilmu karena logic yang
dikembangkan dalam tes IQ adalah logic disiplin ilmu dan secara lebih
khusus adalah logika matematika. Oleh karena itu tidaklah salah
mODUL PENGANTAR KURIKULUM104
PERTEMUAN 15 Telaah Kurikulum PAUD
2013
dikatakan bahwa matematika adalah dasar pengembangan pendidikan
logika. Analisis Kurikulum 2013
B. PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA ; Analisis Kurikulum 2013Secara umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan
setiap sepuluh tahun sekali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar
kurikulum tidak ketinggalan dengan perkembangan masyarakat, termasuk
ilmu pengetahuan dan teknologinya. Kurikulum yang pernah diberlakukan
secara nasional di Indonesia dapat dijelaskan dalam tabel sebagai
berikut: Analisis Kurikulum 2013
Tabel Kronologis Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Tahun
Kurikulum Keterangan
1947 Rencana
Pelajaran 1947
Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama
di Indonesia setelah kemerdekaan.
Istilah kurikulum masih belum digunakan.
Sementara istilah yang digunakan adalah
Rencana Pelajaran
1954 Rencana
Pelajaran 1954
Kurikulum ini masih sama dengan kurikulum
sebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1947
1968 Kurikulum 1968 Kurikulum ini merupakan kurikulum
terintegrasi pertama di Indonesia. Beberapa
masa pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi,
dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami
fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (Social
Studies). Beberapa mata pelajaran, seperti
Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya
mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun
Alam (IPS) atau yang sekarang sering
mODUL PENGANTAR KURIKULUM105
disebut Sains.
1975 Kurikulum 1975 Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom
yang sangat rinci.
1984 Kurikulum 1984 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan
dari kurikulum 1975
1994 Kurikulum 1994 Kurikulum ini merupakan penyempurnaan
dari kurikulum 1984
2004 Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK)
Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh
sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah
telah dijadikan uji coba dalam rangka proses
pengembangan kurikulum ini
2008 Kurikulum
Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP)
KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP,
karena KTSP sesungguhnya telah
mengadopsi KBK. Kurikukulum ini
dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar
Nasional Pendidikan).
2013 Kurikulum 2013 kurikulum 2013 yang akan dilaksanakan
tahun ini, hasil pengembangan dari KTSP
yaitu pengembangan kurikulum sudah
mencakup silabus, buku teks, serta buku
pedoman guru. Hal tersebut akan
meringankan pekerjaan guru karena tidak
perlu membuat silabus lagi. Guru hanya
tinggal membuat rencana pengajaran dalam
bentuk RPP.
ANALISIS KURIKULUM 2013 Analisis secara umum
mODUL PENGANTAR KURIKULUM106
Analisis Kurikulum 2013
Analisis Kurikulum 2013, Perbedaan kerangka kerja penyusunan
KTSP dan kurikulum 2013, Perbedaan secara keseluruhan KTSP dan
Kurikulum 2013:
mODUL PENGANTAR KURIKULUM107
No Kurikulum 2013 KTSP
1 SKL (Standar Kompetensi Lulusan)
ditentukan terlebih dahulu, melalui
Permendikbud No 54 Tahun 2013.
Setelah itu baru ditentukan Standar
Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar
Kurikulum, yang dituangkan dalam
Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70
Tahun 2013
Standar Isi ditentukan terlebih
dahulu melaui Permendiknas
No 22 Tahun 2006. Setelah
itu ditentukan SKL (Standar
Kompetensi Lulusan) melalui
Permendiknas No 23 Tahun
2006
2 Aspek kompetensi lulusan ada
keseimbangan soft skills dan hard
skills yang meliputi aspek kompetensi
sikap, keterampilan, dan
pengetahuan
lebih menekankan pada
aspek pengetahuan
3 di jenjang SD Tematik Terpadu untuk
kelas I-VI
di jenjang SD Tematik
Terpadu untuk kelas I-III
4 Jumlah jam pelajaran per minggu
lebih banyak dan jumlah mata
pelajaran lebih sedikit dibanding
KTSP
Jumlah jam pelajaran lebih
sedikit dan jumlah mata
pelajaran lebih banyak
dibanding Kurikulum 2013
5 Proses pembelajaran setiap tema di
jenjang SD dan semua mata
pelajaran di
jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan
dengan pendekatan ilmiah (saintific
approach), yaitu standar proses
dalam pembelajaran terdiri dari
Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan
Mencipta.
Standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari
Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi
6 TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran
mODUL PENGANTAR KURIKULUM108
Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran
7 Standar penilaian menggunakan
penilaian otentik, yaitu mengukur
semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.
Penilaiannya lebih dominan
pada aspek pengetahuan
8 Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan
ekstrakurikuler wajib
9 Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X
untuk jenjang SMA/MA
Penjurusan mulai kelas XI
10 BK lebih menekankan
mengembangkan potensi siswa
BK lebih pada menyelesaikan
masalah siswa
Analisis silabus ; Analisis Kurikulum 2013Salah satu perbedaan yang cukup signifikan antara Kurikulum 2006
(KTSP) dengan Kurikulum 2013 yaitu berkaitan dengan perencanaan
pembelajaran. Dalam Kurikulum 2006, kegiatan pengembangan silabus
merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum
2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan
pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus
dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.
Meski tidak lagi direpotkan membuat silabus sendiri (diambil alih
kewenangan guru?), seorang guru tetap saja dituntut untuk dapat
memahami seluruh pesan dan makna yang terkandung dalam silabus,
terutama untuk kepentingan operasionalisasi pembelajaran. Analisis
Kurikulum 2013
mODUL PENGANTAR KURIKULUM109
Analisis Kurikulum 2013
Analisis RPP ; Analisis Kurikulum 2013
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rencana Kegiatan
Harian) pada kurikulum 2013 masih tetap menjadi kewenangan dari guru
yang bersangkutan, yaitu dengan berusaha mengembangkan dari Buku
Babon (termasuk silabus) yang telah disiapkan pemerintah. Terdapat
nuansa yang berbeda dengan RPP yang dikembangkan selama ini
dengan RPP pada kurikulum 2013, diantaranya:
Langkah-langkah pembelajaran tidak lagi mencantumkan secara
eksplisit dan detil tentang siklus eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi, tetapi telah terbingkai secara utuh, dengan merujuk
pada metode pembelajaran yang dipilih.
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter tidak hanya sekedar
“ditempelkan” dalam rumusan tujuan atau langkah-langkah
pembelajaran.
Dan yang paling utama, pendekatan pembelajaran yang hendak
dikembangkan telah menggambarkan sebuah proses pembelajaran
yang lebih mengedepankan peran aktif siswa dalam
mODUL PENGANTAR KURIKULUM110
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya. Sementara
guru lebih banyak menampilkan perannya sebagai pembimbing
dan fasilitator belajar siswa (lihat langkah-langkah dalam kegiatan
inti).
REFERENSIAbdul Majid,. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
E. Mulyasa,. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Mohammad Ansyar. 2015. Kurikulum: Hakikat, Fondasi, Desain Dan
Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Oemar Hamalik,. 2013. Dasar-dasar pengembangan kurikulum, cet.v.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sholeh Hidayat.2013. Pengembangan Kurikulum Baru, Cet. II. Bandung:
Rosda karya.
Yunus Abidin,. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam konteks
kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
Zainal Arifin,. 2011. Konsep dan model pengembangan kurikulum.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
mODUL PENGANTAR KURIKULUM111
mODUL PENGANTAR KURIKULUM112