PENERAPAN PERMAINAN KOLASE KERTAS DALAMrepository.iainbengkulu.ac.id/3903/1/TESSA AYU...
Transcript of PENERAPAN PERMAINAN KOLASE KERTAS DALAMrepository.iainbengkulu.ac.id/3903/1/TESSA AYU...
-
1
PENERAPAN PERMAINAN KOLASE KERTAS DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS
DI PAUD AR-RAHIM KELURAHAN SIMPANG TIGA
KABUPATEN KAUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
TESSA AYU LONIKA
NIM : 1416253026
PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2019
-
2
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS Alamat: Jln. Raden Fatah Pagar Dewa Telp. (0736) 512776 Fax. (0736) 51171
NOTA PEMBIMBING
Hal : Skripsi Sdri. Tessa Ayu Lonika
NIM : 1416253026
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu
Di Bengkulu
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan memberikan arahan dan perbaikan seperlunya,
maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi sdri.
Nama : Tessa Ayu Lonika
NIM : 1416253026
Judul : Penerapan Permainan Kolase Kertas Dalam Meningkatkan
Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan
Simpang Tiga Kabupaten Kaur.
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqasyah skripsi guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam bidang ilmu Tarbiyah. Demikian,
atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu,alaikum Wr. Wb.
Bengkulu, 15 Agustus 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Husnul Bahri, M.Pd Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat NIP. 196209051990021001 NIP. 198803192015032003
-
3
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
Alamat: Jln. Raden Fatah Pagar Dewa Telp. (0736) 512776 Fax. (0736) 51171
PENGESAHAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Penerapan Permainan Kolase Kertas Dalam
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan
Simpang Tiga Kabupaten Kaur yang disusun oleh Tessa Ayu Lonika dengan
NIM. 1416253026 program studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
telah dikoreksi dan revisi oleh Pembimbing I dan Pembimbing II, sehingga dapat
dilanjutkan untuk Sidang Munaqosyah.
Bengkulu, 15 Agustus 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Husnul Bahri, M.Pd Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat NIP. 196209051990021001 NIP. 198803192015032003
-
4
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS Alamat: Jln. Raden Fatah Pagar Dewa Telp. (0736) 512776 Fax. (0736) 51171
PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
Skripsi dengan judul Penerapan Permainan Kolase Kertas dalam
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan
Simpang Tiga Kabupaten Kaur yang disusun oleh Tessa Ayu Lonika telah
dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Tadris
IAIN Bengkulu pada hari Selasa, tanggal 30 Juli 2019 dan dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Islam Anak Usia
Dini (PIAUD).
Ketua
Dr. Husnul Bahri, M.Pd :
NIP. 196209051990021001 ___________________________
Sekretaris
Ahmad Syarifin, M. Ag :
NIP. 198006162015031003 ___________________________
Penguji I
Dr. Buyung Surahman, M.Pd :
NIP. 196110151984031002 ___________________________
Penguji II
Fatrica Syafri, M.Pd.I :
NIP. 198510202011012011 ___________________________
Bengkulu, 19 Agustus 2019
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris
Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd
NIP. 196903081996031005
-
5
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Mak dan Bak (Asmayati dan Saklan), Makcik dan Bakcik (Ernaini dan
Bidin), serta Nenekku tersayang (Sulikmena). Tetesan air mata yang
senantiasa mengiringi setiap untaian bait doa-doamu, cucuran keringat yang
selalu mengiringi setiap usaha dan jerih payah kalian demi keberhasilan ku, ,
dengan iringnan do’a dan rasa syukur dengan segala kerendahan hati
kupersembahkan setitik keberhasilan ini untuk kalian.
2. Buat Adik-adikku (Puspita ningsih, Eliza tri wahyuni, Jefri delon putra
rahmadan, Nopidiansyah, Rafa meylan wijaya, Elvera julita, dan Sapia putrid
aprilia), yang senantiasa memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Untuk sahabat dan teman seperjuanganku, Nina miftahul hairi harahap,
Silaturahmi, Tiara emiliza, Sulastri, Eliya nopita sari, Vera daniarti, Melta
nurmala sari, Ayu Amelia pransiska yang selalu memberikan masukan,
dukungan, dan motivasi untuk penyelesaian skripsiku.
4. Almamater IAIN BENGKULU.
-
6
MOTTO
“Jika salah, perbaiki.. Jika gagal, coba lagi..”
“Di saat kehidupan membuat dirimu kecewa, cobalah ingat alasan sederhana
yang mampu membuat dirimu bahagia”
(by. Tessa Ayu Lonika)
-
7
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Tessa Ayu Lonika
NIM : 1416253026
Program Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Fakultas : Tarbiyah dan Tadris
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Penerapan
Permainan Kolase Kertas dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik
Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur” adalah
asli hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang
lain. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini adalah hasil plagiasi
maka saya siap dikenakan sanksi akademik.
Bengkulu, Juli 2019
Penulis
Tessa Ayu Lonika
NIM: 141 625 3026
-
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Permainan Kolase Kertas
dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim
Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.” Shalawat dan salam semoga tetap
senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan uswatun hasanah kita, Rasulullah
Muhammad saw.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,
motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menghaturkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin. M., M.Ag., MH. selaku Rektor IAIN Bengkulu.
2. Bapak Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris.
3. Ibu Nurlaili, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
4. Ibu fatrica Syafri, M.Pd.I, selaku ka. Prodi PIAUD
5. Bapak Dr. Husnul Bahri, M.Pd, selaku Pembimbing I skripsi, atas arahan dan
saran perbaikan skripsi ini
6. Ibu Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat. selaku Pembimbing II skripsi, yang selalu
membantu dan membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Kepala Perpustakaan IAIN Bengkulu beserta staf yang telah memfasilitasi
penulis dalam pembuatan skripsi.
8. Dosen Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, terkhusus dosen-dosen
yang telah mengajar dan memberikan penulis ilmu pengetahuan.
-
9
9. Kepala Sekolah dan Guru PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kaur
Utara Kabupaten Kaur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bengkulu, Juli 2019
Penulis,
Tessa Ayu Lonika NIM : 1416253026
-
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iv
PERSEMBAHAN .......................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
ABSTRAK ..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Batasan Masalah ........................................................................ 6
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ............................................................................... 9
1. Permainan Kolase Kertas ...................................................... 9
2. Motorik Halus ....................................................................... 21
B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 31
C. Kerangka Pikir ........................................................................... 32
-
11
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 34
B. Setting Penelitian ....................................................................... 35
C. Subjek Penelitian ....................................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 36
E. Prosedur Tindakan ..................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 41
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian ..................................................... 42
B. Data Penelitian ........................................................................... 43
1. Pra Siklus .............................................................................. 43
2. Siklus I .................................................................................. 45
3. Siklus II ................................................................................. 52
4. Siklus III ................................................................................ 58
5. Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal ........................... 64
C. Pembahasan ............................................................................... 65
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 69
B. Saran-saran ................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
12
ABSTRAK
Tessa Ayu Lonika, Juli, 2019, Penerapan Permainan Kolase Kertas dalam
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang
Tiga Kabupaten Kaur. Skripsi: Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
(PIAUD), Fakultas Tarbiyah dan Tadris, IAIN Bengkulu. Pembimbing: 1. Dr.
Husnul Bahri, M.Pd, 2. Fatrima Santri Syafri, M.Pd.Mat.
Kata Kunci: Permainan Kolase Kertas, Keterampilan Motorik Halus.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan di PAUD Ar-Rahim
Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur pada anak usia 4-6 tahun, penulis
menemukan pembelajaran yang telah dilaksanakan anak usia dini lebih banyak
melakukan permainan yang lebih tradisional seperti bermain kelereng, lempar
batu, bermain lompat tali dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan permainan kolase kertas dapat meningkatkan keterampilan
motorik halus anak usia dini di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga
Kabupaten Kaur.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu jenis penelitian yang mengacu kepada
tindakan apa saja yang dilakukan guru secara langsung untuk meningkatkan
kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan oleh peneliti yaitu lembar observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Hasil penelitian dari data pengamatan yang telah diperoleh bahwa
kemampuan bahasa anak dalam setiap siklus mengalami perkembangan. Hal ini
dapat diketahui nilai rata-rata skor pada Pra Siklus yaitu 35,5 dengan ketuntasan
belajar klasikal anak sebesar 21,43%. Pada Siklus I meningkat menjadi nilai
rata-rata skor yaitu 39,71 dengan ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar
42,86%. Siklus II juga meningkat dengan nilai rata-rata skor yaitu 45,02
ketuntasan belajar klasikal 64,29%. Terakhir, pada Siklus III nilai rata-rata skor
anak yaitu 49,17 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 92,86%.
Meningkatnya ketuntasan belajar klasikal anak dengan menerapkan permainan
kolase, anak diajak belajar dengan bermain, juga berkelompok dan bekerja sama,
sehingga anak dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran, artinya
pembelajaran dengan menggunakan permainan memberikan kepada anak motivasi
dan keberanian serta peran aktif anak sebelum, saat, dan sesudah pembelajaran.
-
13
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Halaman
Gambar 2.1 Alat dan Bahan Membuat Kolase ............................................... 16
Gambar 2.2 Gambar Kupu-kupu yang Diprint ............................................... 17
Gambar 2.3 Kertas Origami Digunting dan Ditempel Lem Kertas ................ 17
Gambar 2.4 Gambar Ditempeli dengan Potongan Kertas Origami ................ 17
Gambar 2.5 Hasil dari Kolase ........................................................................ 18
Gambar 2.6 Bagan Kerangka Berpikir ........................................................... 33
Gambar 3.1 Spiral Tindakan Kelas Model Hopkins ...................................... 39
Grafik 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Pra Siklus ........... 44
Gambar 4.2 Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Benderaku .................. 48
Grafik 4.3 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus I ............... 51
Gambar 4.4 Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Kupu-kupu .................. 54
Grafik 4.5 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus II .............. 57
Gambar 4.6 Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Buah Strawberry ......... 60
Grafik 4.7 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus III ............. 63
Grafik 4.8 Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Anak ..... 65
-
14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Format Penilaian Peningkatan Keterampilan Motorik Anak ..........
Anak dengan Menerapkan Boneka Tangan .................................... 37
Tabel 4.1 Data Anak PAUD Ar-Rahim Kabupaten Kaur ............................... 43
Tabel 4.2 Data Guru PAUD Ar-Rahim Kabupaten Kaur ................................ 43
Tabel 4.3 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada
Pra Siklus ......................................................................................... 44
Tabel 4.4 Lembar Observasi Aktivitas Anak pada Siklus I ............................ 49
Tabel 4.5 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada Siklus I ... 50
Tabel 4.6 Lembar Observasi Aktivitas Anak pada Siklus II ........................... 55
Tabel 4.7 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada Siklus II . 56
Tabel 4.8 Lembar Observasi Aktivitas Anak Siklus III .................................. 61
Tabel 4.9 Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak pada Siklus III 62
Tabel 4.10 Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal Anak ........................... 64
-
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. SK Pembimbing.
2. Kartu Bimbingan Skripsi.
3. Surat Izin Penelitian dari Kampus IAIN Bengkulu.
4. Surat Selesai Penelitian dari PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga
Kabupaten Kaur.
5. RPPH Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III.
6. Lembar Penilaian Daftar Checklist Anak.
7. Catatan Anekdot.
8. Foto-foto Penelitian.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun. pada masa ini
proses dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa
yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.
Anak merupakan sumber utama aset bangsa karena merekalah yang
kelak menjadi pelaku utama di dunia ini, oleh karena itu sebagai generasi
penerus mereka memerlukan pembinaan dan pengembangan yang optimal
yang harus dilakukan sejak lahirnya, bahkan diberikan perlakuan yang terbaik
sejak dalam kandungan sang ibu.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosioemosional (sikap dan perlaku serta beragama), bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan ke unikan dan tahap-tahap perkembangan yang di
lalui oleh anak usia dini.
Secara kronologis usia, yang tergolong anak-anak awal (early
childhood) ialah mereka yang berada pada usia 4-5 tahun, 11 bulan.
1
-
2
Walaupun masih terikat dan memfokuskan diri pada hubungan dengan
orangtua atau keluarga, namun masa anak ini, ditandai dengan kemandirian,
kemampuan kontrol diri (self-control) dan hasrat untuk memperluas
pergaulan dengan anak-anak yang sebaya. Pergaulan yang makin luas ini
akan mengurangi kelekatan emosi (attachment) dengan orang tua,
mengurangi egosentrisme, mengurangi sifat irasional, karena dalam pergaulan
itu masing-masing anak saling mengkritik, mencela, mengejek, mungkin
terjadi konflik, pertengkaran, yang kemudian diikuti dengan proses
pembuatan kompromi, adaptasi norma-norma sosial yang baru.
Masa anak-anak awal, masih ditandai dengan kegiatan bermain baik
bermain sendiri maupun bermain dengan kelompok teman sebaya lainnya.
Bahkan tak dipungkiri, kegiatan bermain ini tetap dibawah sampai masa
remaja maupun dewasa. Hanya karakteristik permainan tiap fase
perkembangan berbeda-beda. Hal yang penting permainan pada masa anak-
anak awal ialah selain berguna bagi pengembangan kepribadian, bermain juga
berguna untuk pengembangan psikomotorik halus dan kasar.1
Bermain menjadi prioritas utama dalam kegiatan pembeajaran anak
usia dini. Melalui bermain seorang anak dapat belajar berbagai hal baru yang
belum ia ketahui sebelumnya. selain itu bermain dapat pula menstimulasi
berbagai perkembangan anak, seperti fisik-motorik, sosial-emosional, dan
seni. Melalui bermain pula kreativitas anak akan terbangun dan berkembang
dengan maksimal.
1AgoesDariyo,PsikologiPerkembanganAnak3TahunPertama(Bandung:Refika Aditama,200
7),h. 38-39.
-
3
Bermain adalah serangkaian kegiatan atau aktivitasanak untuk
bersenang-senang. Apapun kegiatannya, selama itu terdapat unsur
kesenangan atau kebahagiaan anak usia dini maka bisa disebut
bermain.2Perkembangan merupakan proses bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang bersifat lebih kompleks dengan pola yang
teratur dan dapat diramalkan hal ini merupakan hasil dari proses pematangan.
Peristiwa perkembangan ini biasanya berkaitan dengan masalah psikologis
seperti kemampuan gerak/fisik motorik.
Perkembangan fisik motorik akan mempengaruhi kehidupan anak
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung perkembangan
fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak, meliputi perkembangan
badan, otot kasar dan otot halus yang selanjutnya lebih disebut dengan
motorik kasar dan motorik halus.Motorik halus merupakan bagian-bagian
tubuh tertentu atau bagian otot-otot kecil yang tidak memerlukan tenaga
untuk mengembangkannya, namun motorik halus ini merupakan koordinasi
yang cermat. Melalui latihan-latihan yang tepat gerakan halus ini dapat
ditingkatkan dalam hal kecepatan, keluwesan, dan kecermatan, sehingga
secara bertahap seorang anak akan bertambah terampil dan mahir melakukan
gerakan-gerakan yang diperlukan guna penyesuaian dirinya. Motorik halus
dapat dikembangkan melalui kolase kertas.3Motorik halus berfungsi untuk
melakukan gerakan yang lebih spesifik dan relatif lebih halus, seperti
2Fadllillah,Bermain dan Permainan Anak Usia Dini(Jakarta:Kencana,2017),h. 6.
3Husnul Bahri, Konsep Tumbuh Kembang dan Kompetensi Pendidikan Anak Usia
Dini(Bengkulu: Vanda, 2016), h. 14.
-
4
menulis, melipat, menggunting, mengancingkan baju dan mengikat tali
sepatu, menyusun buku dan lain-lain.
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan diri
sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak diorientasikan pada
hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif. Ini berarti bermain bukanlah kegiatan
yang dilakukan demi menyenangkan yang lain, tetapi karena semata-mata
karena keinginan diri sendiri. Oleh karena itu bermain itu menyenangkan dan
dilakukan dengan cara-cara menyenangkan bagi pemainnya. Di dalam
bermain anak tidak berpikir tentang hasil karena proses lebih penting
daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat fleksibel karena anak dapat
membuat kombinasi baru atau bertindak dalam cara-cara baru atau berbeda
dari sebelumnya. Bermain juga bersifat aktif karena anak benar-benar terlibat
dan tidak pura-pura aktif. Bermain juga bersifat positif dan membawa efek
positif karena membuat pemainya tersenyum dan tetawa karena menikmati
apa yang mereka lakukan. Bermain bagi anak berkaitan dengan peristiwa,
situasi, interaksi, dan aksi. Bermain mengacu pada aktivitas seperti berlaku
pura-pura dengan benda sosiodrama, dan permainan yang beraturan. Bermain
berkaitan dengantiga hal, yakni keikutsertaan dalam kegiatan, aspek afektif,
dan orientasi tujuan. Lebih lanjut, anak-anak mengatakan bahwa bermain
bersifat mana suka, sedangkan bekerja tidak demikian. Bermain dilakukan
karena ingin dan bekerja dilakukan karena harus. Bermain berkaitan dengan
kata “dapat” dan bekerja berkaitan dengan kata “harus”. Bagi anak-anak,
bermain adalah aktivitas yang dilakukan karena ingin, bukan karena harus
-
5
memenuhi tujuan atau keinginan orang lain. Bermain tidak memerlukan
konsentrasi penuh, tidak memerlukan pemikiran yang rumit. Sebaliknya,
bekerja menuntut konsentrasi yang penuh, harus belajar, dan menggunakan
pikiran secara tercurah. Anak juga memandang bermain sebagai kegiatan
yang tidak memiliki target. Mereka dapat saja meninggalkan kegiatan
bermain kapan pun mereka mau dan sebaliknya, bekerja memiliki target,
harus diselesaikan, dan tidak dapat berbuat sekehendak hati. Bagi mereka,
bermain dan kebutuhan, sedangkan bekerja adalah sebuah
keharusan.4Bermain juga dapat di artikan sebagai kegiatan yang di lakukan
demi kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut
dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.5
Anak-anak menyatakan bahwa bermain dan bekerja tergantung pada
niat. Kegiatan dikelas seperti menulis, mengeja,membaca,atau bisa juga
bermain kolaseacara rutin pagi hari adalah bekerja karena aktivitas itu
“harus” dilakukan karena anak-anak berniat untuk menyelesaikan tugas.
Sebaiknya, permainan dapat dilakukan sekehendak anak.
Kolase kertas merupakan komposisi artistik yang dibuat dari berbagai
bahan baik kain perca, kertas maupun kayu. Pada anak-anak kolase
difokuskan pada kolase kertas, yakni komposisi arsitek dua dimensi dari
kertas dan biji-bijian.
Pada saat penulis melakukan observasi pada tanggal 20 Mei 2018 di
PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaurpada anak usia 4-
4Tadkiroatun Musfiroh, dkk, Bermain dan Permainan Anak (TangerangSelatan: Universitas
Terbuka, 2016), h. 15-16. 5Elizabeth B. Hurlokck, Perkembangan Anak ; Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 319.
-
6
6 tahun, penulismenemukan pembelajaran yang telah dilaksanakan anak usia
dini lebih banyak melakukan permainan yang lebih tradisional seperti
bermain kelereng, lempar batu,bermain lompat tali dan lain-lain.
Berangkat dari uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian dengan mengangkat judul Penerapan
Permainan Kolase Kertas dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik
Halus di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah
diatas sebagai berikut:
1. Masih jarangnya penerapan kegiatan kolase kertas terhadap motorik halus.
2. Kurangnya keinginan anak untuk mencoba dan memecahkan masalah
mengenai kolase kertas.
3. Lebih banyak melakukan permainan tradisonal seperti bermain
batu,kelereng, dan bermain karet.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis memberikan batasan
masalah sebagai berikut:
1. Anak usia dini yang penulis jadikan subjek penelitian adalah anak usia 4
sampai 6 tahun.
2. Penggunaan kolase kertas dalam pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus anak.
-
7
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu apakah penerapan permainan kolase kertas dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus di PAUD Ar-Rahim Kelurahan
Simpang Tiga Kabupaten Kaur?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan permainan
kolase kertas dapat meningkatkan keterampilan motorik halus aPAUD Ar-
Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi:
1. Anak Usia Dini
a. Menumbuhkan keterampilan anak melalui media kolase kertas.
b. Dapat mengembangkan kreatifitas anak melalui belajar dan bermain
dengan media kolase kertas.
c. Anak dapat mengenal dan menyebut bentuk-bentuk gambar dengan
mudah.
d. Motorik halus anak berjalan dengan baik.
2. Masyarakat
a. Agar masyarakat mengetahui keterampilan yang dimiliki anaknya.
b. Untuk mengetahui keterampilan anaknya melalui bermain.
-
8
3. Peneliti
a. Mengembangkan wawasan peneliti dalam meningkatkan keterampilan
motorik halus anak.
b. Sebagai referensi penelitian-penelitian sejenis.
c. Memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya.
-
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Permainan Kolase Kertas
a. Permainan Anak Usia Dini
Dunia anak adalah dunia bermain, oleh karena itu para ahli
menawarkan konsep belajar sambil bermain dan bermain sambilbelajar.
Dengan memadukan antara keduanya, maka esensi belajar tetap ada
dalam permainan anak, dan anak juga tidak diasingkan dari dunia
bermainnya. Bermain mempunyai manfaat bagi perkembangan fisik
atau motorik, perkembangan kognitif, perkembangan afektif, serta
perkembangan sosial emosional anak.6Banyak manfaat bermain bagi
perkembangan anak, seperti: anak menguasai berbagai konsep dasar di
dalam pembelajaran, mengembangkan kreativitas anak, memberikan
pengalaman kepada anak untuk bereksplorasi, memberi kepuasan
kepada anak untuk menciptakan sesuatu.7Fungsi bermain, antara lain:
1) Dapat mengembangkan kekuatan dan penyesuaiannya melalui gerak,
melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan karena
ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja
tubuhnya;
6Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Kalimedia, 2016),
h. 97. 7Rosma Hartiny, Model Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: Teras, 2010), h.42
9
-
10
2) Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri
pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif
karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang
lain, binatang atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat
dari sisi orang lain;
3) Dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga dengan
bermain anak melakukan percobaan terhadap yang ada dilingkungan
sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya; serta
4) Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri
karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan,
belajar mengambil keputusan, dan berlatih peran sosial sehingga
anak menyadari kemampuan serta kelebihannya.8
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang
secara khusus untuk kepentingan pendidikan, juga alat permainan yang
secara optimal mampu merangsang dan menarik minat anak sekaligus
mampu mengembangkan berbagai potensi anak dan dimanfaatkan
dalam berbagai aktivitas.9 Alat permainan edukatif yang dipilih dan
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Alat permainan disiapkan sesuai dengan tujuan dan fungsi
penggunaan sarana tersebut.
2) Dapat memberi pengertian atau penkelasan suatu konsep tertentu.
8Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
Jamak (Jakarta: Indeks, 2010), h. 36-37. 9Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, h. 128.
-
11
3) Dapat mendorong kreatifitas anak serta memberi kesempatan pada
anak untuk bereksperimen dan bereksploitasi.
4) Alat permainan harus memenuhi unsur kebenaran ukuran, ketelitian,
dan kejelasan.
5) Alat permainan harus aman, tidak membahayakan bagi anak.
6) Dapat digunakan secara individual, kelompok, atau klasikal.
7) Alat permainan hendaknya menarik, menyenangkan dan tidak
membosankan.
8) Alat permainan hendaknya memenuhi unsur keindahan dalam
bentuk, warna, dan rapih dalam pembuatannya.
9) Alat permainan harus mudah digunakan oleh guru maupun anak.10
b. Kolase dan Awal Perkembangannya
Dalam kehidupan, manusia senantiasa membutuhkan dan
mencari nilai keindahan. Aktivitas seni, termasuk menghias, adalah
salah satu cara manusia memenuhi kebutuhan akan keindahan atau nilai
estesis yang diharapkan tersebut. Aktivitas menghias suatu benda yang
bertujuan menambahkan nilai estesisnya dengan cara menempelkan
sesuatu atau berbagai bahan tertentu di permukaan benda tersebut,
konon merupakan jenis kriya tertua yang diciptakan manusia. Menurut
para ahli, kegiatan ini diperkirakan bermula di Venice, Italia, kira-kira
pada abad 17 ketika kota Venice menjadi yang tedepan dalam hal
10
Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, h. 129-130.
-
12
percetakan di Eropa. Sejak saat itu, seni kolase berkembang pesat di
Prancis, Inggris, Jerman, dan kota-kota lain di Eropa.
Dalam perkembangannya, kolase secara kreatif dimanfaatkan
sebagai unsur estesis yang personal dalam sebuah karya lukis, baik
dipadukan dengan cat ataupun murni kolase. Kolase menjadi media
yang digemari oleh kalangan seniman dunia. Pablo Picasso, Georges
Braque, dan Max Ersnt terkenal dengan karya-karya lukis mereka yang
memanfaatkan kolase kertas, kain, dan berbagai media lainnya.
Pablo Ruiz Y Picasso dilahirkan tahun 1881 di kota Malaga,
Spanyol. Picasso merupakan seorang seniman yang teramat produktif.
Selama hidupnya, ia telah menciptakan sekitar 20.000 – 50.000 karya
seni selama kurang lebih 75 tahun. Berbagai jenis karya seni rupa
dikuasainya, dan seni kolase adalah salah satu jenis karya yang
digemarinya. Kolase karya Picasso menggunakanj berbagai jenis bahan.
Bahan yang dipakai berupa karton bekas, kertas bekas, serta bahan-
bahan lainnya yang terpadu menjadi satu kesatuan karya. Bahan-bahan
tersebut digunting lalu disusun menjadi sebuah komposisi yang
menarik.
Georges Braque adalah seniman besar Prancis yang terkenal
sebagai pelukis dan pematung. Dia, bersama Pablo Picasso,
mengembangkan sebuah gaya seni yang dikenal sebagai aliran
Kubisme. Selain lukisan, Braque juga aktif menciptakan gaya seni
tempel. Dia menggunakan berbagai media untuk menghasilkan sebuah
-
13
karya kolase, termasuk kertas yang dipotong-potong lalu
dikomposisikan di atas permukaan bidang datar.
Max Ernst (2 April 1891 - 1 April 1976) adalah seorang
seniman berkebangsaan jerman yang dikenal sebagai pelukis,
pematung, desainer grafis,, dan penyair. Dia adalah seorang seniman
yang produktif dan pelopor utama gerakan Dadaisme dan Surealisme.
Dari sekian banyak karya seni yang dibuatnya, Max Ersnt juga terkenal
dengan karya lukisnya yang memakai teknik kolase.
Henri Mattise juga merupakan seorang seniman yang giat
berkreasi dengan kolase. Dia mulai menggunakan teknik ini ketika jari-
jari tangannya terserang arthritis hingga tidak mampu lagi melukis
dengan teknik sebelumnya. Ketika Mattise beralih ke kolase, dia
memotong-motong kertas warna menjadi berbagai bentuk dalam ukuran
yang besar sehingga tercipta mural kertas yang indah.
Selain beberapa tokoh tersebut, seniman besar lain yang terkenal
dengan kolasenya adalah Kurt Schwitters. Kurt Schwitters merupakan
seorang pelukis kelahiran Hanover, Jerman, pada 20 Juni 1887. Selain
sebagai seniman lukis, puisi, patung, desai grafis, tipografi, dan apa
yang kemudian dikenal sebagai seni instalasi, Schwitters juga sangat
terkenal dengan karya-karya kolasenya. Sebagian besar karya kolasenya
koheren dengan dunia di sekitarnya. Dia menggunakan fragmen benda-
benda yang ditemukannya dan membuat sindiran cerdas untuk suatu
peristiwa aktual.
-
14
c. Pengertian Kolase
Kata kolase, yang dalam bahasa inggris disebut ‘collage’,
berasal dari kata ‘coller’ dalam bahasa Perancis, yang berarti ‘merekat’.
Selanjutnya kolase dipahami sebagai sebuah teknik seni menempel
berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam, dan
lain sebagainya, atau dikombinasikan dengan penggunaan cat atau
teknik lainnya. Kolase adalah sebuah teknik menempel berbagai macam
unsur kedalam suatu prem sehingga menghasilkan karya seni yang
baru. Dengan demikian, kolase adalah karya seni rupa yang dibuat
dengan cara menempelkan bahan apa saja kedalam suatu komposisi
yang serasi sehingga menjadi satu kesatuan karya. Kata kunci yang
menjadi esensi dari kolase adalah “menempel atau merekatkan” bahan
apa saja yang serasi. Karya kolase bisa berwujud sebuah karya,
misalnya lukisan yang menambahkan unsur tempelan sebagai elemen
estesis.11
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kolase adalah
Komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (kain, kertas, kayu)
yang ditempelkan pada permukaan gambar. Kolase merupakan karya
seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam-
macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan
dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan
mewakili ungkapan perasaan stetis orang yang membuatnya. Sehingga
11
Syakir Muharrar, dkk,Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana(Jakarta:
Erlangga,2013), h. 8-13.
-
15
dapat dikatakan bahwa bahan apapun yang dapat dirangkum
(dikolaborasikan) sehingga menjadi karyaseni rupa dua dimensi, dapat
digolongkan/dijadikan bahan kolase.12
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa kolase adalah
sebuah kegiatan seni rupa yang dibuat dengan cara menempelkan bahan
apa saja sehingga menjadi suatu karya.
d. Bahan, Peralatan dan Langkah-langkah Pembuatan Kolase
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kolase di PAUD tentu
akan berbeda dengan bahan pembuatan kolase pada umumnya. Tetapi
dalam prinsip pembuatannya dan prinsip kerjanya, baik untuk kolase
pada PAUD maupun pada umumnya sama.
Pembuatan kolase di PAUD dapat menggunakan bahan,seperti
kertas, kain, gabus, lem, daun kering, sedotan, gelas bekas aqua,
potongan kayu dadu, benang, biji-bijian, sendok plastik, karet dan
manik-manik.13
Pada umumnya, alat-alat yang digunakan untuk membuat kolase
berbahan sederhana, yaitu:
1) Alat potong: gunting,
2) Lem kertas,
3) Kertas gambar, dan
4) Pensil dan penggaris (jika diperlukan).14
12
Hajar Pamadhi, dkk, Seni Keterampilan Anak (Yogyakarta: Universitas Terbuka, 2010),
h.5.4. 13
Hajar Pamadhi, dkk, Seni Keterampilan Anak, h.5.4. 14
Silvana Solichah, dkk, Keterampilan Kolase(Yogyakarta: Indopublika, 2017), h. 12-13.
-
16
Gambar 2.1
Alat dan Bahan membuat Kolase
Adapun langkah-langkah untuk membuat kolase pada saat
pembelajaran PAUD:
1) Buat gambar yang ingin dijadikan kolase;
2) Gambar pola sesuai dengan pola yang diinginkan;
3) Potong pola yang telah digambar menggunakan gunting;
4) Rencanakan penempelan pada gambar yang telah dibuat;
5) Oleskan pada gambar yang akan ditempeli kertas.
6) Tempelkan guntingan-guntingan kertas pada kertas.15
Langkah-langkah untuk membuat kolase dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Siapkan gambar yang akan ditempeli kertas origami.
15
Silvana Solichah, dkk, Keterampilan Kolase, h. 14.
-
17
Gambar 2.2
Gambar Kupu-kupu yang Diprint
2) Gunting kertas origami dan tempelkan lem kertas di bawahnya.
Gambar 2.3
Kertas Origami Digunting dan Ditempel Lem Kertas
3) Tempeli potongan kertas origami ke gambar yang telah disiapkan.
Gambar 2.4
Gambar Ditempeli dengan Potongan Kertas Origami
-
18
4) Gambar yang telah ditempel menjadi kolase.
Gambar 2.5
Hasil dari Kolase
e. Manfaat Kolase
Adapun manfaat dari kolase untuk anak usia dini, ialah sebagai
berikut:
1) Menstimulus kemampuan motorik halus anak;
2) Dapat meningkatkan kreativitas anak;
3) Dapat melatih konsentrasi anak;
4) Dapat mengenal warna dan kosa kata;
5) Anak dapat mengenal bentuk geometrid dan yang bukan geometris;
6) Melatih anak untuk menyelesaikan masalah lewat permainan kolase
7) Mengasah kecerdasan spasial anak;
8) Melatih ketekunan pada anak;
9) Meningkatkan kepercayaan diri pada anak.16
16
Silvana Solichah, dkk, Keterampilan Kolase, h. 14.
-
19
f. Hubungan Motorik Halus dengan Kolase
Hubungan keduanya sangat terkait, melalui kolase dapat
menggerakan jari-jemari dalam kegiatan menempel potongan kolase
pada pola gambar, selain itu mengkoordinasikan mata dan tangan.
Dalam kesehariannya, gerakan motorik halus dapat ditemui saat buah
hati melakukan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek
dengan menggunakan jari tangannya misalnya menyusun puzzel,
memegang gunting, memegang sendok saat makan, atau memegang
pensil. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus buah hati
suadah berkembang bahkan hampir sempurna. Oleh karena itu mereka
sudah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, atau tubuh
secara bersamaan hal ini dapat dilihat ketika buah hati menulis atau
menggambar.17
g. Pembelajaran dengan TeknikKolase
Pembelajaranadalahprosesintraksipesertadidikdenganpendidi
k dansumberbelajarpadasuatulingkunganbelajar.Sedangkan
pengertian metode pembelajaran PAUD menurut kamus bahasa
Indonesia adalah cara yang diatur dan terpikirbaik-baik untuk
mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk
memudahkanpelaksaaansuatukegiatangunamencapaitujuanyangditen
tukan. Secara sederhana dapat juga diartikan sebagai cara yang
17
Lerin Chritine, Permainan untuk Meningkatkan Kecerdasan dan Kreativitas Buah
Hati (Jakarta: Trasn Media, 2009), h. 2.
-
20
sistematis dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran menggunakan teknik
kolasedengan mediaberbahan kertas
dilakukandenganberbagaimetodeantaralain:
1) MetodePemberianTugasdalamPembelajaranKolase
Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak,semata-
mata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan
kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian dan
membangun motivasi anak, bukan untuk melatih hasilnya. Oleh
karena itusebaiknya dihindari
pemberiantugasyangbersifatmemaksa,mendikte,membatasikreativ
itas
anakterusmenerusdalammembentukpekerjaanrumahatautugas-
tugas lain yang membuat anak merasa tertekan, terpaksa bahkan
membuat anak bosan sampai tngkat frustasi. Sebainya berikan
tugas-tugas yang
dapatmeingkatkankreativitasanak,meningkatkanimajinasianak,me
latih
motorikhalusanak,membuatanaklebihbergairah,bersemangat,mera
sa
senang,nyaman,menumbuhkanrasapercayadiri,meningkatkanmoti
vasi belajar dan tugas-tugas yang membuat anak merasa nyaman
-
21
dan aman ketika belajar di PAUD. Dengan demikian tugas yang
diberikan dapatmendorong anak untuk lebih tertarik dan betah
berada dilembaga PAUD. Bentuk kegiatang yang digunakan
dalam metode pemberian tugas yaitu: mengganbar bebas,
mewarnai, meronce, menggunting dan sebagainya.
2) MetodeDiskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran dimana
siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bias berupa penyataan
atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan
dipecahkan bersama.
Metodeinidapatmeransangkreativitasanakdidikdalambentukid
e, gagasan dan tebosan baru dalam memecahkan masala,
mengembangkansikapmenghargaioranglain,memperluaspengetah
uan, membina anak untuk terbiasa musyawarah dalam
memecahkan masalah.
2. Motorik Halus
a. Perkembangan anak Usia Dini
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, para ahli menyebut
masa usia 0-6 tahundengangolden age (masa keemasan) yaitu masa
dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat cepat dan
masa ini juga anak-anak selalu diwarnai keberhasilan untuk
mempelajari banyak hal. Apabila anak pada usia ini terus diberikan
-
22
stimulasi, maka perkembangan jaringan otaknya akan terus tersambung.
Setiap rangsangan dan stimulasi yang diterima oleh anak akan
menyambungkan dan memperkuat jaringan sel-sel otak yang telah
ada.18
Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada
anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik,
perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial.
Perkembangan yang terjadi dalam usia anak (infancytoddlerhood di
usia 0-3 tahun, early childhood usia 3-6 tahun dan middle childhood
usia 6-11 tahun).19
Pada masa golden age anak membutuhkan banyak
stimulasi yaitu dari orang tua atau dari para pendidik di sekolahnya.
Ada berbagai macam keterampilan dasar yang harus dikembangkan,
meliputi bahasa, sosial emosional, kognitif, moral, fisik atau motorik,
seni dan kreativitas. Keterampilan motorik meliputi motorik kasar dan
motorik halus.20
Dalam keterampilan dasar fisik motorik pada anak usia dini
terbagi menjadi dua, yaitu keterampilan fisik motorik kasar dan motorik
halus. Motorik kasar yaitu mencakup gerakan tubuh secara
terkoordinasi, lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan
mengikuti aturan.Sedangkan motorik halus mencakup keterampilan dan
18
Suyadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),h.30-
31. 19
Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter(Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h. 6. 20
Yuliani dan Bambang, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak (Jakarta: Indeks,
2010), h. 26.
-
23
kelenturan menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan
mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk.21
Untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki
oleh anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Apalagi dunia
pendidikan anak usia dini merupakan sebuah dunia yang tidak terlepas
dari bermain dan juga berbagai alat permainan anak-anak. Permainan
merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan berbagai
keterampilan anak, baik dari segi kognitif, afektif, maupun
psikomotorik sesuai dengan tahap usianya. Permainan yang menarik
dapat dijadikan media bagi anak untuk belajar banyak hal.Dalam tahap
perkembangan usia kelompok A (4-5 Tahun) dengan pemberian
stimulasi yang optimal, maka seharusnya ada banyak keterampilan
motorik halus yang sudah bisa anak lakukan seperti memasukkan
mengkoordinasikan jari-jari tangan dengan mata dalam melakukan
gerakan yang lebih rumit dengan baik, memasang dan melepas kancing
baju, mengekspresikan diri melalui kegiatan seni.22
b. Pengertian Motorik Halus
Motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motorik unsur-unsur
yang menentukan ialah otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur itu
melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”
artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan saling menunjang, saling
21
Permendikbud RI Nomor 137 Tahun 2014, Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini, h. 11. 22
Setiadi, Pedoman Penyelenggaraan PAUD (Jakarta : Bee Media Pustaka, 2016), h. 8
-
24
melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris
tang lebih sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot,
rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang
pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampul
menggerak-gerakan tubuhnya.23
Keterampilan motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan otot-otot kecil seperti jari-jemari dan
tangan yang sering membutuhkan kecermatan, koordinasi mata dan
tangan, keterampilan yang mencakup bermanfaat dengan alat-alat untuk
bekerja dan objek yang kecil untuk pengontrolan terhadap mesin
misalnya, menjahit dan mengetik.Keterampilan motorik halus meliputi
menggambar, menulis, dan mengikat tali sepatu dan aktifitas yang
melibatkan penggunaan gerakan tubuh kecil.24
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
motorik halus adalah keterampilan yang berpengaruh terhadap kesiapan
anak dalam menulis (pengembangan bahasa), melatih koordinasi antara
mata dan tangan yang dianjurkan dalam waktu yang cukup meskipun
penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai dan juga
kemampuan daya lihat.
c. Tujuan dan Fungsi Motorik Halus
Tujuan dan fungsi pengembangan motorik halus anak usia 4-6
tahun adalah:
23
Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 31. 24
Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 47.
-
25
1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang
berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
2) Mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan
gerak jari-jemari seperti persiapan menulis, menggambar dan
memanipulasi benda-benda.
3) Mampu mengkoordinasi indra mata dan tangan.
4) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
d. Pendekatan Pengembangan Motorik Halus
Pendidik yang bekerja dengan anak-anak usia dini perlu
menekankan pentingnya kegiatan bermain atau pengembangan motorik
dan pengembangan lainya. Terdapat dua hal yang seyogyanya tidak di
lupakan yaitu:
1) Pemahaman akan pentingnya hubungan kegiatan tersebut dengan
pengembangan daya pikir dan daya cipta anak.
2) Bila anak tanpa bergerak bebas, tanpa kesempatan bermain dan
tanpa kesempatan menjelajahi lingkungan anak akan kurang tumbuh
secara optimal.
Fokus pendidikan di Taman Kanak-kanak pada umumnya
adalah sebagai berikut:
1) Belajar melalui Bermain. Kegiatan belajar melalui bermain
merupakan hal yang amat sesuai dengan kesenangan anak.
2) Belajar melalui Observasi. Anak menyukai hal yang baru, merasuk
hati, karena itu pula ia gemar mengamati segala sesuatu yang
-
26
terdapat di sekitarnya atau hal yang dilihatnya dari buku dan
rekaman bunyi, serta rekaman gambar.
3) Belajar melalui Eksplorasi. Anak tidak dapat berdiam diri, mereka
ingin mencoba-coba, mengutak atik yang ada di sekitarnya.
4) Belajar melalui Imitasi. Anak gemar meniru prilaku orang di
sekitarnya atau dari tontonan, bahkan menirukan berbagai bunyi, dan
suara yang didengarnya.
5) Belajar melalui Seni dan gerak Anak.25
Adapun karakteristik pembelajaran di PAUD dalam bermain dan
permainan anak sebagai berikut:
1) Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan
perlengkapan serta dengan manusia.
2) Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan
kemampuan anak.
3) Anak belajar paling baik belajar dari teman sebayanya.
4) Anak belajar dengan menggunakan seluruh alat inderanya.
5) Kebutuhan anak dalam pembelajaran.
6) Kematangan anak.
7) Anak-anak belajar dengan kecepatan yang tidak sama walaupun
usianya sama.
8) Anak belajar mengikuti gaya belajarnya masing-masing.26
25
Widya Pekerti, dkk, Metode Pengembangan Seni (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010),
h.1.44-1.45. 26
Idad Suhada, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini atau Raudhatul Athfal (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2016), h. 4.
-
27
e. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan
berkembangnya keterampilan motorik, sekitar usia tiga tahun, anak
sudah dapat berjalan dengan baik dan sekitar usia empat tahun anak
hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Gambaran tingkat
pencapaian perkembangan motorik anak usia dini sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu:27
Tabel 2.1
Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Usia Motorik Kasar Motorik Halus
4-5 tahun 1. Menari mengikuti gerakan-
gerakan binatang, pohon
tertiup angin, pesawat terbang,
dan sebagainya.
2. Melakukan gerakan
menggantung (bergelayut).
1. Mengkoordinasikan jari-jari
tangan dengan mata dalam
melakukan gerakan yang lebih
rumit dengan baik.
2. Memasang dan melepas kancing
baju.
3. Mengekspresikan diri melalui
kegiatan seni (menggambar,
melukis, menari, dan lainnya).
4. Membuat suatu bentuk dengan
lilin atau tanah liat.
5-6 tahun 1. Melakukan koordinasi gerakan
kaki-tangan-kepala dalam
meniru tarian atau senam.
2. Meniti balok titian.
3. Terampil menggunakan
tangan kanan dan kiri.
1. Menggambar dan menulis.
2. Menggunting.
3. Menempel gambar dengan tepat.
4. Menyimpulkan tali sepatu.
5. Menyikat gigi tanpa bantuan.
27
Novan Ardy Wiyani, Konsep Dasar PAUD(Yogyakarta: Gava Media, 2016), h. 111.
-
28
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan motorik halus merupakan salah satu perkembangan yang
sangat penting bagi kehidupan anak. Perkembangan motorik merupakan
suatu perkembangan gerak yang menggunakan otot dengan
mengkoordinasikan geak mata dan tangan. Melalui latihan-latihan yang
tepat, gerak motorik kasar dan halus dapat ditingkatkan dalam hal
kecepatan, keluwesan, dan kecermatan. Sehingga secara bertahap anak
akan bertambah terampil dan mahir melakukan gerakan-gerakan yang
diperlukan guna penyesuaian dirinya.
f. Cara-cara Mengembangkan Motorik Halus
Cara untuk mengembangkan kemampuan motorik halus yaitu: 1)
meronce, 2) melipat, 3) menggunting, 4) mengikat, 5) membentuk, 6)
menempel, 7) menyusun, 8) menulis awal. Dari beberapa cara di atas
melipat, menggunting dan membentuk adalah cara yang tepat di
gunakan dalam penelitian ini untuk mengembangkan kemampuan
motorik halus pada anak.28
g. Perkembangan Keterampilan-keterampilan Motorik Halus
1) Keterampilan-keterampilan motorik halus melibatkan otot kecil yang
memungkinkan fungsi-fungsi seperti menggenggam dan
memanipulasi objek-objek kecil.
28
Kassim Achmad, Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (Jakarta: Dewa Kesenian
Jakarta, 1981), h. 10.
-
29
2) Fungsi-fungsi seperti menulis, menggambar, dan mengenakan
pakain bergantung pada keterampilan-keterampilan motorik halus
kita.
3) Kemampuan bayi untuk meraih dan memanipulasi objek
berkembang pesat pada tahun pertama usianya.
4) Meraih dan menggenggam secara sengaja pada usia tiga bulan,
sebelum ini bayi menyambar objek dalam bidang pengelihatannya
secara tak terkoordinasi, kerap tidak berhasil dan jarang dapat
meraih objek yang dilihatnya tersebut.
5) Munculnya tindakan meraih dan menggenggam menandai
pencapaian signifikan dalam kemampuan bayi untuk berinteraksi
dengan lingkungannya.
6) Meski kaku dan mirip cengkraman, namun genggaman ini
meningkat kemampuan untuk melakukan eksplorasi objek melalui
perabaan.
7) Secara bertahap diperoleh keahlian yang lebih tinggi dalam
memanipulasi objek, sehingga pada akhir tahun pertama usianya
bayi mampu melakukan genggaman menjepit.
8) Ini merupakan perkembangan penting dalam hal kecekatan, karena
genggaman jari dan ibu jari ini menjadi dasar keterampilan-
keterampilan manual kita yang lebih canggih seperti menulis,
-
30
menggunakan gunting dan alat potong, membalik halaman buku,dan
sebagainya.29
h. Cara Penilaian Motorik Halus
Penilaian aspek perkembangan motorik halus meliputi:
1) Dapat mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan, seperti:
makan,berpakaian,mandi, menyisir rambut, mencuci dan mengelap
tangan, dan mengikat tali sepatu.
2) Dapat membuat berbagai bentuk dengan mengguakan misalnya
tanah liat, plastisin, dan Play Dough.
3) Meniru membuat garis tegak, miring, lengkung, dan lingkara.
4) Meniru melipat kertas sederhana (1-12 lipatan).
5) Menggambar orang dengan bagian-bagiannya.
6) Belajar menggunting bebas dengan berbagai media.
7) Belajar menggunting bebas dengan berbagai media sesuai dengan
pola (glombang, zig-zag, lingkaran, segi empat, segitiga).
8) Dapat membuat lingkaran dan bujur sangkar.
9) Menyusun menara kubus.
10) Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu, benang wol,
rafia, dan sebagainya.
11) Menyusun menara kubus minimal delapan kubus.30
29
Penny Uton, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 63-64. 30
Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 49.
-
31
B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Sejauh pengetahuan penulis, dari berbagai literatur yang penulis
baca terdapat beberapa buku yang membahas tentang penggunaan media
kolase kertas terhadap keterampilan motorik halus anak usia dini, untuk
mendukung penelitian ini maka penulis kemukakan literatur sebagai
kajian pustaka diantaranya:
1. Desi, 2014.Pengaruh Permainan Kolase terhadap Kemampuan
Motorik Halus Anak Kelompok B di TK Pertiwi II Jambeyan, Karang
Anom Kelaten. Dengan analisis T hitung = 4,986 dan T tabel = 1,697.
Karena T hitung
-
32
siklus II. Berdasakan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kolase berbahan alam yang berlangsung dengan baik
dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
C. Kerangka Pikir/Rationale
Perkembangan motorik halus merupakan hal yang sangat penting
bagi anak usia dini. Perkembangan kemampuan motorik halus pada anak
usia dini memungkinkanya untuk melakukan lebih banyak kegiatan yang
memerlukan keterampilan jari jemari tangannya. Keterampilan motorik
halus anak memerlukan peran yang sangat penting dalam kehidupan
sehari hari.
Salah satu kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan motorik
halus anak adalah kegiatan kolase yang berpengaruh dalam keterampilan
motorik halus anak usia dini melalui kegiatan kolase dengan media keras
merupakan salah satu teknik melatih kemampuan koordinasi motorik
halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, serta
mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan.
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa metode kolase kertas
adalah metode belajar yang digunakan untuk untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak.
-
33
Gambar2.6
Bagan Kerangka Pikir
Penerapan
kolase
kertas
Meningkatkan
keterampilan motorik
halus anak usia dini.
Permainan kolase
kertas:
1. Menggunting
2. Menempel
Motorik halus anak
usia dini:
1. Menggambar
sesuai gagasan
2. Menirukan bentuk
3. Menempel
4. Menggunting
sesuai pola
5. Menempel gambar
dengan tepat
-
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu jenis
penelitian yang mengacu kepada tindakan apa saja yang dilakukan guru
secara langsung untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di
kelas. Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri
yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan
untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: praktik-paraktik
kependidikan, pemahaman tentang praktik-praktik yang dilaksanakan, situasi
di mana praktik-paraktik tersebut dilaksanakan.31
PTK adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar
siswa menjadi meningkat.32
Jenis PTK yang digunakan oleh peneliti adalah PTK eksperimental.
Yang dikategorikan sebagai PTK eksperimen ialah apabila PTK
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi
secara efektif dan efesien di dalam suatu kegitan belajar mengajar. Di dalam
kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar, dimungkinkan terdapat lebih
31
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Guru
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h. 46. 32
Igak Wardhani, dkk., Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007),h.1.4.
34
-
35
dari satu strategi atau teknik yang diterapkan untuk mencapai tujuan
instruksional.33
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan, pemberdayaan, atau
perbaikan keadaan. Dalam penelitian ini yang diperdayakan adalah motorik
halus anak dalam melakukan aktivitas permainan kolase kertas.
B. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di PAUD Ar-Rahim Kelurahan
Simpang Tiga Kabupaten Kaurkhususnya Anak-anak, lokasi tersebut dipilih
karena dekat dengan tempat tinggal sehingga memudahkan dalam melakukan
penelitian. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulanmulai tanggal 28
November 2018 sampai dengan 23 Januari 2019.
C. Subjek Penelitian
1. Subjek Primer
Subjek primer penelitian ini adalah anak usia dini4 sampai 6 tahun
yang berjumlah 14anak di PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga
Kabupaten Kaur.
2. Subjek Sekunder
Subjek sekunder penelitian ini adalah guru PAUD Ar-Rahim, hasil
penilaian lembar observasi tiap pertemuan.
33
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru (Bandung: Yrama Widya, 2011),
h.12.
-
36
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti dibantu oleh guru di
PAUD Ar-Rahim sebagai observer. Data penelitian dikumpulkan dengan
menggunakan teknik catatan lapangan atau lembar observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
1. Lembar Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data penelitian dimana
peneliti dan pengamat melihat situasi dan penelitian.34
Catatan lapangan
dibuat dalam catatan yang lengkap setelah peneliti sampai kerumah.
Proses ini dilakukan setiap mengadakan pengamatan dan wawancara.
Untuk penilaian peningkatan keterampilan motorik halus anak,
peneliti juga melakukan pengamatan dengan menggunakan daftar ceklis,
penilai (guru dan peneliti) memberikan tanda pada pilihan yang tersedia
untuk masing-masing indikator aspek yang diamati. Adapun klasifikasi
tingkat pencapaian perkembangan anak, yaitu:
a. Belum berkembang (BB), yaitu jika anak sama sekali belum mampu
menunjukan perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang sesuai
dengan target atau indikator tingkat pencapaian perkembangan.
b. Mulai berkembang (MB), yaitu jika anak menunjukan inisiatif untuk
menunjukan perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang sesuai
dengan target atau indikator tingkat pencapaian perkembangan,
sekalipun belum sesuai dengan standar yang tetap.
34
Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas(Jakarta:
Indeks, 2010), h. 66.
-
37
c. Berkembang Sesuai Harapan (BSH), yaitu jika anak mampu
menunjukan perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang sesuai
dengan target atau indikator tingkat pencapaian perkembangan.
d. Berkembang Sangat Baik (BSB), yaitu jika anak mampu menunjukan
perkembangan afektif, kognitif, psikomotor yang melebihi target atau
indikator tingkat pencapaian perkembangan.
Tabel 3.1
Format Penilaian Peningkatan Keterampilan Motorik Anak
No Aspek yang Dinilai
Klasifikasi Tingkat
Perkembangan
BB MB BSH BSB
1 2 3 4
1. Anak dapat memungut benda-benda kecil
seperti pensil dan krayon (menggunakan ibu jari
dan telunjuk / tidak mengempal)
2. Anak dapat memindahkan benda dari tangan
satu ke tangan yang lain
3. Anak dapat menggambar sesuai dengan gagasan
4. Anak mampu mengkoordinasikan jari-jari
tangan dengan mata dalam melakukan gerakan
yang lebih rumit
5. Anak dapat mengontrol tangan yang
menggunakan otot halus seperti menggunting
6. Anak dapat menirukan bentuk gambar sesuai
pola
7. Anak teliti dalam menggunting kertas sehingga
membentuk sesuai pola
8. Anak dapat menempelkan gambar sesuai pola
9. Anak menunjukkan sikap percaya diri terhadap
hasil karyanya
10. Anak memiliki sikap gigih (tidak menyerah)
-
38
11. Anak memiliki perilaku sabar dalam melakukan
kegiatan
12. Anak dapat menunjukkan karya dan aktivitas
seni dengan menggunakan berbagai media
13. Anak dapat mengurutkan warna berdasarkan
petunjuk
14. Anak antusias dalam melakukan kegiatan kolase
15. Anak terampil dalam kegiatan kolase
Total Skor
Total Skor Keseluruhan
2. Wawancara. Wawancara dilakukan dengan guru PAUD Ar-Rahim sebagai
observer, orang tua anak dan anak usia dini untuk memperoleh informasi
secara mendalam tentang penggunaan kolase untuk mengembangkan
motoric halus anak.
3. Dokumentasi, berupa hasil pengamatan lembar observasi saat Pra Siklus,
Siklus I,Siklus II, dan Siklus III,juga foto-foto pada saat penelitian
diperlukan untuk merekam kegiatan anak dan peneliti dalam proses
pembelajaran.
E. Prosedur Tindakan
Prosedur PTK biasanya meliputi beberapa siklus sesuai dengan tingkat
permasalahan yang akan dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan.
Setiap siklus pada penelitian tindakan terdiri dari empat tahap, yaitu:
Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Action), Observasi (Observation),
Refleksi (Reflection).
-
39
Gambar 3.1
Spiral Tindakan Kelas Model Hopkins35
1. Perencanaan
Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk
meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana
tindakan harus berorientasi kedepan. Disamping itu perencana harus
menyadari sejak awal bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak
dapat diprediksi dan mempunyai resiko. Oleh karena itu perencanaan yang
35
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 54.
SIKLUS I
Aksi
Perencanaan
SIKLUS II
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS III
Perencanaan
Observasi
Aksi
Observasi
Refleksi
Aksi
Observasi
Refleksi
-
40
dikembangkan harus fleksibel untuk mengadopsi pengaruh yang tidak
dapat dilihat dan rintangan yang tersebunyi. Perencanaan dalam penelitian
tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategis yang
mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan
mengenal rintangan yang sebenarnya.
2. Tindakan
Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan
yang terkontrol secara seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan harus
hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi
jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu pada rencana yang rasional
dan terukur.
3. Observasi
Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi
mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh
karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan seperti:
memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu
sekarang dan masa yang akan datang. Observasi yang hati-hati dalam hal
ini sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil
peneliti, yang disebabkan oleh adanya keterbatasan menembus rintangan
yang ada dilapangan. Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik
adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala
yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.
-
41
4. Refleksi
Langkah keempat adalah langkah reflektif. Langkah ini merupakan
sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan
terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah
reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka
kerja proses, problem, isu, dan hambatan yang muncul dalam perencanaan
tindakan strategi.
F. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis
data dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap
siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam catatan lapangan.
Analisis refleksi dilakukan sebagai pijakan untuk menentukan program aksi
pada siklus selanjutnya.Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif
berupa persentase. Data hasil observasi yang digunakan untuk mengetahui
persentase ketuntasan belajar klasikal siswa,36
berdasarkan:
P = ∑ anakyang tuntas belajar x 100%
∑ anak subjek penelitian
Anak dikatakan tuntas jika total skor anak mencapai 45, skor ini
didapatkan dari skor BSH (3) dikali 15 item penilaian.
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah jika persentase
ketuntasan belajar klasikal mencapai 90% anak yang tuntas, artinya minimal
13 orang anak telah mencapai skor 45.
36
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Yrama Widya, 2011), h.205.
-
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
1. Profil PAUD Ar-RahimKelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur
PAUD Ar-Rahimberdiri pada tahun 2015 yang berlokasi di
Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Kaur Utara Kabupaten Kaur. PAUD
Ar-Rahimmemiliki dua kelompok belajar yaitu kelompok bermain (Kober)
dan taman kanak-kanak (TK). Saat ini PAUD Ar-Rahim di kepalai oleh
ibu Wulan Widia Astuti, S.Pd.
2. Visi dan Misi PAUD Ar-RahimKelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur
Adapun visi dan misi dari PAUD Ar-Rahim, yaitu:
a. Visi: “Mewujudkan anak-anak yang beriman, mandiri, terampil, dan
berkualitas, sehingga menjadi anak yang cerdas dan berbudi pekerti.
b. Misi:
1) Memupuk masa emas anak dengan pendidikan sejak usia dini.
2) Membudayakan kebiasaan baik, disiplin dan mandiri sehingga
terbentuk perilaku yang baik sejak dini.
3) Memupuk keimanan anak dengan pendidikan agama sejak dini.
4) Guru yang profesional dan memiliki kepribadian yang baik.
5) Melaksanakan kurikulum yang sesuai dengan prinsip perkembangan
anak.
6) Menerapkan pembelajaran terencana.
42
-
43
3. Data Anak PAUD Ar-RahimKelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur
Tabel 4.1
Data Anak PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur
No Nama Anak Jenis Kelamin Tempat Tanggal Lahir
1. Ahmad Jahfal L Kaur Utara, 08-05-2012
2. Annisa P Kaur Utara, 21-10-2011
3. Dewi Putri P Kaur Utara, 20-09-2011
4. Fahera Sasyah P Kaur Utara, 14-11-2011
5. Intan Fitria P Kaur Utara, 26-10-2012
6. M. Azka L Kaur Utara, 03-06-2012
7. Nagita Slavina P Kaur Utara, 22-09-2011
8. Nurul Fadhila P Kaur Utara, 20-12-2011
9. Raffa Wijaya L Kaur Utara, 28-12-2011
10. Raisa Cantika P Kaur Utara, 29-08-2012
11. Sartika Nengsih P Kaur Utara, 03-02-2012
12. Saskia P Kaur Utara, 22-12-2012
13. Shafra Aprilia P Kaur Utara, 07-06-2012
14. Wimar Pandu L Kaur Utara, 04-09-2011
(Sumber data: ArsipPAUD Ar-Rahim Kabupaten Kaur T.A 2018-2019)
4. Data Guru PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur
Tabel 4.2
Data Guru PAUD Ar-Rahim Kelurahan Simpang Tiga Kabupaten Kaur
No Nama NUPTK/NIP Jabatan
1. Wulan Widia Astuti, S.Pd 10704249185001 Kepala Sekolah
2. Irlis Harlisah, S.Pd 197806132007012015 Guru Kelas Sehat
3. Yulita Warni, S.Pd.Aud 197610202008042002 Guru Kelas Ceria
(Sumber data: ArsipPAUD Ar-Rahim Kabupaten Kaur T.A 2018-2019)
-
44
B. Data Penelitian
Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang dilakukan dengan
menerapkan permainan kolase untuk meningkatkan keterampilan motorik
halusanakyang dilakukan sebanyak tiga siklus, setelah dilakukan pra siklus.
1. Pra Siklus
Pra siklus dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 01Desember 2018.
Kegiatan belajar mengajarbelum menggunakan permainan kolase.
Sebelum melakukan pra siklus, peneliti telah membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yang telah dilampirkan, lembar
observasi, mengamati aktivitas anak dan kegiatan belajar mengajar dari
mulai anak awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.
Dari hasil pengamatan belajar mengajar sebelum peneliti
melaksanakan siklus, didapatkan hasil penilaian pengukuran keterampilan
motorik halus anak pada pra siklus, yaitu:
Tabel 4.3
Data Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak
pada Pra Siklus
No. Nama
Skor
Minima
l
Keterampilan Motorik Halus Anak KBK
BB MB BSH BSB Total Tuntas Belum
Tuntas
1 Ahmad Jahfal 45 8 10 6 0 24 √
2 Annisa 45 2 4 24 12 42 √
3 Dewi Putri 45 4 8 12 12 36 √
4 Fahera Sasyah 45 0 0 30 20 50 √
5 Intan Fitria 45 1 8 24 8 41 √
6 M. Azka 45 5 10 12 4 31 √
7 Nagita Slavina 45 5 10 15 0 30 √
8 Nurul Fadhila 45 0 0 30 20 50 √
9 Raffa Wijaya 45 0 0 36 12 48 √
-
45
10 Raisa Cantika 45 4 10 9 12 35 √
11 Sartika Nengsih 45 2 8 21 8 39 √
12 Saskia 45 9 10 3 0 22 √
13 Shafra Aprilia 45 12 6 0 0 18 √
14 Wimar Pandu 45 5 10 12 4 31 √
Jumlah Nilai 497
21,43% 78,57% Nilai Rata-rata 35,5
Persentase KBK
Dari data di atas, maka dapatdirincikan hasil penilaian
keterampilan motorik halus anak yang diperoleh pada Pra Siklus, yaitu:
Jumlah anak yang Tuntas : 3anak
Jumlah anak yang Belum Tuntas : 11anak
a. Tuntas : P =
b. Belum Tuntas : P =
Grafik 4.1
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Pra Siklus
Sebelum melakukan tindakan penelitian (siklus), peneliti
mengadakan pengamatan awal (pra siklus), maka didapatkan nilai rata-rata
skor anak yaitu 35,5, dengan skor paling rendah adalah 18 dan skor
tertinggi adalah 50. Anak yang mendapatkan skor dibawah ketuntasan
yaitu 11 siswa (78,57%), dan yang mendapatkan skor di atas ketuntasan
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Ketuntasan Belajar Klasikal
Tuntas
Belum Tuntas
-
46
yaitu 3 siswa (21,43%), yang berarti di bawah target persentase ketuntasan
belajar klasikal, yaitu 90%.
Dari hasil pengamatan pra siklus, maka peneliti melanjutkan
penelitian dan kegiatan belajar mengajar dengan langkah-langkah PTK
menggunakan permainan kolase.
2. Siklus I
Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan, yaitu pada hari
Kamis, Jumat dan Sabtu tanggal 6, 7 dan 8Desember2018, yang dihadiri
oleh 14 anak selama 3 jam. Siklus I terdiri dari tahapan-tahapan, sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti dan guru PAUD
(kolaborator) telah melakukanpersiapan-persiapan. Peneliti telah
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH),
lembar observasi aktivitas anak, lembar penilaian keterampilan motorik
halus anak, dan permainan kolase. (RPPH terlampir)
b. Pelaksanaan
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar ini, guru bertugas
memberikan materi juga sebagai penilai yang mengamati keterampilan
motorik halus anak, sedangkan peneliti bertindak sebagai guru pada saat
permainan kolase. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan model
pembelajaran saintifik dan metode ceramah juga tanya
jawab,menggunakan permainan kolasesebagai kegiatan inti.Gurujuga
-
47
berfungsi sebagai observer ketika peneliti mengajak anak-anak bermain
kolase, dan pendokumentasian dilakukan oleh rekan peneliti pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Adapun langkah-langkah pembelajaran:
1) Pembukaan/KegiatanAwal
a) Mengucapkan surat Al-Fatihah dan doa belajar.
b) Mengenalkan tema Negaraku, subtema Benderaku dan Warna
Benderaku
c) Menjelaskan tujuan, alat dan bahan serta kegiatan yang akan
dilakukan.
d) Bercakap-cakap tentang Negaraku.
e) Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam bermain
serta antri dalam bermain.
2) Kegiatan Inti(Kegiatan Kolase)
a) Membuat gambar Bendera yang ingin dijadikan kolase.
b) Gambar pola sesuai dengan pola yang telah dibuat.
c) Potong pola Bendera yang telah digambar dengan menggunakan
gunting.
d) Rencanakan penempelan pada gambar yang telah dibuat.
e) Oleskan lem sedikit demi sedikit pada gambar Bendera yang akan
ditempeli kertas.
f) Tempelkan guntingan-guntingan kertas pada kertas bergambar
bendera.
-
48
3) Kegiatan Penutup
a) Bertanya kepada anak bagaimana perasaan mereka dalam
kegiatan pembelajaran hari ini.
b) Berdiskusi tentang kegiatan kolase dan materi yang sudah
dilakukan.
c) Memberikan informasi kegiatan untuk hari esok.
d) Berdoa sesudah belajar, bernyanyi dan salam.
Gambar 4.2
Gambar 4.2
Sketsa Permainan Kolase dengan Tema Benderaku
c. Observasi
Berdasarkan tindakan yang telah diberikan pada Siklus I,
diperoleh hasil analisis proses belajar yaitu pengamatan yang dilakukan
ibu Irlis Harlisah selakuguru PAUD yang juga berperan sebagai
observer selama pembelajaran berlangsung.Dilihat dari aktivitas
-
49
anakdan hasil penilaian yang telah dilakukan, maka hasil penjabarannya
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Lembar Observasi Aktivitas Anak pada Siklus I
No Aspek yang Dinilai Kriteria Penilaian
1 2 3 4
1. Anak menanggapi apersepsi yang
diberikan oleh guru. √
2. Anak mendengarkanpenjelasan materi
yang disampaikan oleh guru. √
3. Anak ikut aktif dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru. √
4. Anakdapat membuat gambar untuk
dijadikan kolase. √
5. Anak dapat memotong pola yang
digambar menggunakan gunting. √
6. Anak bersemangat dalam permainan
kolase. √
7.
Anak sabar dan teliti dalam
menempelkan guntingan kertas menjadi
kolase.
√
Jumlah Skor 1 8 6
Total Skor 15
Skor Maksimal 28
Kriteria Cukup
Keterangan:
1 = Kurang. Rata-rata skor = (1+8 + 6) : 7= 2,14
2 = Cukup. Persentase skor = (1+8 + 6) : 28 x 100% = 53,57 %
3 = Baik.
4 = Baik sekali.
-
50
Setelah peneliti dan guru mengamati proses belajar mengajar
dan perkembangan keterampilan motorik halus anak, maka didapatkan
hasil perhitungan, yaitu:
Tabel 4.5
Data Penilaian Keterampilan Motorik HalusAnak
pada Siklus I
No. Nama Skor
Minimal
Keterampilan Motorik Halus Anak KBK
Pertemuan
1
Pertemuan
2
Pertemuan
3 Rata-rata Tuntas
Belum
Tuntas
1 Ahmad Jahfal 45 30 33 33 32 √
2 Annisa 45 45 48 48 47 √
3 Dewi Putri 45 45 45 45 45 √
4 Fahera Sasyah 45 48 49 52 49,67 √
5 Intan Fitria 45 45 46 46 45,67 √
6 M. Azka 45 32 36 36 34,67 √
7 Nagita Slavina 45 33 33 36 34 √
8 Nurul Fadhila 45 48 50 50 49,33 √
9 Raffa Wijaya 45 50 50 50 50 √
10 Raisa Cantika 45 40 42 42 41,33 √
11 Sartika Nengsih 45 42 42 42 42 √
12 Saskia 45 25 25 25 25 √
13 Shafra Aprilia 45 20 22 23 21,67 √
14 Wimar Pandu 45 38 38 40 38,67 √
Jumlah Nilai 556
42,86% 57,14% Nilai Rata-rata 39,71428571
Persentase KBK
Dari data di atas, maka dapatdirincikan hasil penilaian
keterampilan motorik halus anak yang diperoleh pada Siklus I, yaitu:
Jumlah anak yang Tuntas : 6anak
Jumlah anak yang Belum Tuntas : 8anak
1) Tuntas : P =
2) Belum Tuntas : P =
-
51
Grafik 4.3
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal pada Siklus I
Hasil yang didapatkan dari rata-rata skor anak pada Siklus I
yaitu 39,71, dengan skor paling rendah adalah 21,67 dan skor tertinggi
adalah 50. Anak yang mendapatkan skor dibawah ketuntasan yaitu 8
siswa (57,14%), dan yang mendapatkan skor di atas ketuntasan yaitu 6
siswa (42,86%), yang berarti masih di bawah target persentase
ketuntasan belajar klasikal yaitu 90%, maka peneliti melanjutkan ke
Siklus II.
d. Refleksi
Refleksi merupakan upaya untuk melihat proses tindakan apa
yang belum tercapai, sesuai dengan rencana tindakan. Hasil refleksi
digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya
mencapai tujuan penelitian tindakan kelas (PTK). Berikut ini hasil
refleksi penelitian, berdasarkan pengamatan guru sebagai observer dan
peneliti selama tindakan Siklus I, yaitu:
1) Anakmasih kurang berminat dalam menanggapi apersepsi dari
guru,karena anak masih sibuk dengan teman sebangkunya. Oleh
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Ketuntasan Belajar Klasikal
Tuntas
Belum Tuntas
-
52
karena itu, guru dan peneliti perlu meningkatkan minat anak pada
pelaksanaanSiklus II.
2) Anak mulai menyimak penjelasan materi yang disampaikan oleh
gurudan mau ikut menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Anak juga
mulai dapat membuat gambar untuk dijadikan kolase. Hal ini akan
guru dan peneliti ditingkatkan lagi pada Siklus II.
3) Anak dapat memotong pola yang digambar dengan menggunakan
gunting dan anak bersemangat dalam permainan kolase.
3. Siklus II
Pelaksanaan Siklus II juga dilaksanakan 3 kali pertemuan, yaitu
pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu tanggal 13, 14 dan 15Desember2018,
yang dihadiri oleh 14 orang anak selama 3 jam. Seperti halnya Siklus I,
Siklus II juga terdiri dari empat tahapan, sebagai berikut:
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti dan guru PAUD
(kolaborator) telah melakukanpersiapan-persiapan. Peneliti telah
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH),
lembar observasi aktivitas anak, lembar penilaian keterampilan motorik
halus anak, dan permainan kolase. (RPPH terlampir)
b. Pelaksanaan
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar ini, guru bertugas
memberikan materi juga sebagai penilai yang mengamati keterampilan
motorik halus anak, sedangkan peneliti bertindak sebagai guru pada
-
53
saat permainan kolase. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan
model pembelajaran saintifik dan metode ceramah juga tanya
jawab,menggunakan permainan kolasesebagai kegiatan inti.Guru juga
berfungsi sebagai observer ketika peneliti mengajak anak-anak bermain
kolase, dan pendokumentasian dilakukan oleh rekan peneliti pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Adapun langkah-langkah pembelajaran:
1) Pembukaan/Kegiatan Awal
1) Mengucapkan surat Al-Fatihah dan doa belajar.
2) Mengenalkan tema Binatang dengan subtema Jenis Binatang.
3) Menjelaskan tujuan, alat dan bahan serta kegiatan yang akan
dilakukan.
4) Bercakap-cakap tentang jenis-jenis binatang.
5) Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam ber