Post on 10-Apr-2019
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING
FINANCING (NPF) DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN
OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA)
BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA
PADA TAHUN 2012-2015
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Perbankan Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh
FIVI FARIHA
(1112085000035)
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA 2016 M/1437H
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 08 Maret 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Fivi Fariha 2. NIM : 1112-085-0000-35 3. Jurusan : Perbankan Syariah 4. Judul Skripsi : Pengaruh Capital Adequcy Ratio (CAR), Non Performing
Financing (NPF) dan Biaya Oprasional Terhadap Pendapatan Oprasional Terhadap Retrun On Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Pada Tahun 2012-2015
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Selasa, 08 Maret 2016
1. Drs. Ade Ananto Terminanto,MM ( _____________________ ) NIP.196811252014111002 Penguji I
2. Umiyati, SEI., M.SI ( _____________________ )
NUPN. 9920100301 Penguji II
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Fivi Fariha
Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 30 Maret 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln.KH.Moh.Seman no.3 rt01 rw.08 Jati Kramat, Jati Asih, Bekasi 17421
Nomer telepon : 087781053930/085710644791
Email : fivifariha6@gmail.com
Pendidikan Formal
1998 sampai dengan 1999 : TK Islam Al Iman 1999 sampai dengan 2005 : SD Negeri JatiBening1 2005 sampai dengan 2008 : SMP Negeri 23 Bekasi 2008 sampai dengan 2012 : La Tansa Islamic Boarding School 2012 sampai dengan 2016 : Universitas Islam Negri Syarifhidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode 2012-2013.
2. Bendahara KAL (Keluarga Alumni La Tansa) cabang Ciputat, La Tansa Islamic
Boarding School, ParakanSantri, Lebakgedong, Lebak Banten. Periode 2012-2015
3. Anggota OSIS bag.Bendahara kesehatan di La Tansa Islamic Boarding School,
ParakanSantri, Lebakgedong, Lebak Banten periode 2011-2012.
vi
Keahlian
1. Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point), Internet dan
Corel Draw
2. Tari : Daerah
vii
ABSTRACT
This aim of this research in to analyze the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) and The Operational Expense Towards The Operational Income (BOPO) about Return On Asset (ROA) of Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) In Indonesia. In this research, the data used is obtained fot 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) in Indonesia which legally sign in BI and OJK. The sample is the monthly data from January 2012 until December 2015 by using purposive sampling as the sampling technique. The research design used is Multiple Linear Regression Analysis by helping two computer programs; SPSS version 20.0 and Microsoft Excel 2007 . The result of this research showes that Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) and The Operational Expense Towards The Operational Income (BOPO) has simultaneous influence significantly about Return on Asset (ROA). It also shows that Capital adequacy ratio (CAR), Non performing financing (NPF) and The Operational Expense Towards The Operational Income (BOPO) has parcial influence significantly about Return on Asset (ROA).
Keywords : Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), The Operational Expense Towards The Operational Income (BOPO), Return on Asset (ROA).
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan adalah menganalisis Pengaruh dari Capital Adequcy Ratio(CAR), Non Performing Financing(NPF) dan Biaya Oprasional Terhadap Pendapatan Oprasional (BOPO) Terhadap Retrun On Asset (ROA) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dengan jumlah Sampel pada penelitian ini sejumlah 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia yang terdata di Bank Indonesia dan OJK pada tahun 2012-2015. Metodologi yang digunakan yaitu Analisis Regresi Linier Berganda serta Penelitian ini menggunakan program computer SPSS versi 20.0 dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF) dan Biaya Oprasional Terhadap Pendapatan Oprasional (BOPO) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap return on asset (ROA). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial Capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh secara signifikan terhadap return on asset (ROA), Non performimg financing (NPF) berpengaruh secara signifikan terhadap return on asset (ROA), Biaya Oprasional Terhadap Pendapatan Oprasional berpengaruh secara signifikan terhadap return on asset (ROA). Kata kunci : Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Biaya Oprasional Terhadap Pendapatan Oprasional (BOPO), Return On Asset (ROA).
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih saying-Nya yang tiada terkira kepada hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Pengaruh Capital Adequcy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Biaya Oprasional Terhadap Pendapatan Oprasional Terhadap Retrun On Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Pada Tahun 2012-2015”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua, Ayah H.Bahrudin, S.IP dan Ibu Hj.Siti Chodijah yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta, dan selalu mendoakan dengan penuh rasa kasih sayang.
2. My beloved brother and sister Ely Amaliya, S,Kom, Fuad Hasan, S.IP, M.Si, Muhammad Rizky,SE dan Muhammad Ikhsan,S.SI dan keluarga besar yang selalu memberikan cinta, kasih, motivasi dan semangat selama ini.
3. Bapak Dr. Indo Yama Nasarudin,SE., MAB selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ay Maryani,SE., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya membimbing dengan penuh kesabaran dan motivasi untuk memberikan pengaruh dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid. Administrasi Umum dan Bapak Dr Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah dan Ibu Fitri Damayant, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.
x
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
8. Sahabat-sahabatku yaitu, Ukhti Fillah,SS , Sri Utami,Amd.Kep, Nike Andriyani Putri,Amd.Keb , Rizky Amalia Palupi,S,Ked, Lulu Zakia,S.Ked yang selalu mendukung, sayang dan memberikan motivasi selama ini.
9. Sahabat-sahabatku “CHILSYAH” Perbankan Syariah angkatan 2012, yaitu Hafizah Oktavia Habsari,SE , Garin Shasy Novista.SE, Asma Karimah. SE, Rara Sekar Arum.SE, Yanida Siti Hanifah.SE, Diah Maya Sari.SE, Okto Arinda Putri SE, Melinda Sulistyorini.SE dan Enny Susilowati.SE yang selalu mendukung dan atas kebersamaanya selama ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan Leni tantriana.SE, Harjuno Wahyu kuncoro.SE
11. Sahabat-sahabatku yaitu Nur Aeni,Spd, Mayang Gradini, Intan Sari, Hanifah Mutiara Hikmah, Dimas Yudistira, Tri Atmaja,SE , Canda Arisandika,SE , Widyo Prasetyo, Yadi Sumarsono yang selalu kasih kebahagiaan,semangat, dan kebersamaanya selama ini.
12. Terimakasih teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2012 dan adik-adik Perbankan Syariah angkatan 2013 – 2015 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas semangat, do’a dan dukungannya.
Jakarta, 3 Agustus 2016
Penulis
(Fivi Fariha)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI............................................ iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v ABSTRACT ................................................................................................. vii ABSTRAK .................................................................................................. viii KATA PENGANTAR ................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................. xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................17
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 18
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 18
BAB II. TINJAUAN PUSTAK
A.Landasan Teori .................................................................................. 20
1. Pengertian Kinerja Keuangan ............................................... 20
2. Kinerja Keuangan Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah .. 21
B. Return on Assets (ROA) ............................................................ 25
C. Capital adequacy ratio (CAR) .................................................... 26
D. Non Performing Financing (NPF) ................................................. 28
E. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ................. 31
3. Perkembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
........................................................................................... 32
F. Keterkaitan Antara Variabel Bebas dab Variabel Terikat ........ 35
1. Pengaruh CAR terhadap ROA ................................................... 35
xii
2. Pengaruh NPF terhadap ROA .................................................... 36
3. Pengaruh BOPO terhadap ROA ................................................. 36
G. Penelitian Terdahulu .............................................................. 37
H. Kerangka Pemikiran ............................................................... 40
I. Hipotesis Penelitian................................................................ 41
BAB III. METODOLOGI PENELITIA
A. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 43
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 43
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 44
D. Metode Analisis Data ................................................................ 45
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................ 54
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia ................................................................................... 60
B. Analisis Data dan Pembahasan ................................................... 63
1. Uji Asumsi Klasik ..................................................... 63
a.Uji Normalitas ..................................................................... 63
b.Uji Multikolonieritas........................................................... 65
c. Heterokedastisitas .............................................................. 67
d. Uji Autokorelasi ................................................................ 68
2. Uji Hipotesis .......................................................................... 69
a. Uji t (Parsial) dan Regresi Liniear Berganda ...................... 69
b. Uji F (Simultan) ................................................................. 71
c. Uji Adjusted R Square ....................................................... 72
3. Analisis Regresi Berganda ..................................................... 73
xiii
C. Interpretasi ................................................................................. 75
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ............................................................................... 79
B. Implikasi .................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 82 LAMPIRAN ..................................................................... 86
xiv
DAFTAR TABEL
1.1 Perkembangan Bank Syariah Berdasarkan Jumlah Bank ....................... 4
1.2 Perkembangan Total Aset BPRS di Indonesia ...................................... 10
1.3 Komposisi Rasio ROA Pada BPRS Tahun 2008 – 2015 ....................... 11
1.4 Komposisi Rasio CAR Pada BPRS Tahun 2008 -2015 ......................... 14
1.5 Komposisi Rasio NPF Pada BPRSTahun 2008-2015 ............................ 15
1.6 Komposisi Rasio BOPO Pada BPRS Tahun 2008 – 2015...................... 16
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 37
4.1 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov .................................................. 65
4.2 Uji Multikolonieritas dengan Tolerance dan VIF .................................. 66
4.3 Uji Durbin Watson ............................................................................... 69
4.4 Uji t ...................................................................................................... 70
4.5 Uji F..................................................................................................... 72
4.6 Uji Adjusted R Square (R2 Adj) ............................................................ 72
4.7 Uji Analisis Regresi Berganda ............................................................... 73
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 40 4.1 Histogram ............................................................................................ 64 4.2 Grafik P-p Plot ..................................................................................... 64 4.3 Scatterplot ............................................................................................ 67
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data Variabel Penelitian ............................................................... 86
2 Uji Normalitas ............................................................................. 90
3 Uji Multikolinieritas .................................................................... 91
4 Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 92
5 Uji Autokorelasi .......................................................................... 92
6 Uji Hipotesis ............................................................................... 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam
memajukan perekonomian suatu Negara sangatlah besar. Hampir semua
sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu
membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu saat ini dan di masa yang akan
datang kita tidak akan dapat lepas dengan dunia perbankan dan
perekonomian, jika hendak menjalankan aktivitas keuangan, baik
perorangan maupun lembaga, baik sosial ataupun perusahaan.
Menurut Afiff,dkk(1996) Pada umumnya orang beranggapan
“lembaga keuangan” merupakan suatu lembaga yang kegiatan sehari-
hariannya berkaitan dengan urusan uang. Bila mengacu pada Undang-
Undang RI No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, pasal 1,
butir b, bahwaLembaga Keuangan adalah semua badan usaha yang melalui
kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan menarik uang dari dan
menyalurkannya ke dalam masyarakat.
Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan bank berdasarkan
prinsipsyariah yang memiliki fungsi utama yaitu menurut Kasmir (dalam
Hasanudin dan Prihatiningsih, 2010) bankmerupakan lembaga keuangan
yang sangat diperlukan dalam perekonomianmodern sebagai mediator
antara kelompok masyarakat yang kelebihan danadan kelompok
masyarakat yang membutuhkan dana.
2
Keberadaan bank sangat dibutuhkan dalam suatu negara karena
merupakan alat penyeimbang dalam suatu sistem keuangan yang selama
ini diterapkan di seluruh negara termasuk diIndonesia. Karena
pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung kepada
dinamika perkembangan dan kontribusi nyata dari sektor perbankan
(Levine 2010:42).Memelihara kestabilan moneter salah satunya bisa
dilakukan dengan mengatur perputaran uang di masyarakat melalui
peranan bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Fakta
menunjukkan bahwa hampir semua sektor yang berkaitan dengan kegiatan
keuangan dalam proses pemutaran uang membutuhkan jasa bank, sehingga
peran sebagai perantara keuangan yang dimiliki oleh bank dengan
melakukan penghimpunan dan penyaluran dana juga akan menunjang
kelancaran aktivitas perekonomian (Totok,dkk 2000:7). Peranan bank
yang sangat besar dan penting ini akan dapat benar-benar terwujud
tentunya dengan dukungan pihak-pihak yang terkait dengan bank, tidak
terkecuali individu-individu di masyarakat sebagai calon pengguna jasa
bank.
Pembangunan ekonomi suatu Negara memerlukan program yang
terencana dan terarah serta membutuhkan modal atau dana pembangunan
yang tidak sedikit. Tidaklah mengherankan apabila pemerintah dalam
suatu negara terus menerus melakukan upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi melalui perbaikan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi
melalui perbaikan dan peningkatan kinerja bank sebagai lembaga
3
keuangan dan lokomotif pembangunan ekonomi. Lembaga keuangan bank
yang mempunyai peranan yang strategis dalam membangun suatu
perekonomian Negara. Di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan
berbagai paket kebijaksanaan, baik dalam bidang moneter, keuangan
maupun perbankan. (Muhammad, 2005:1).
Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi
jika dibandingkan perbankan secara umum maupun keuangan syariah
secara global ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap
pemulihan, membuktikan perbankan syariah nasional mampu
mempertahankan eksistensi dan perkembangannya dalam menghadapi
situasi perekonomian, walaupun memiliki tantangan dari segi SDM,
produk, jaringan dan permodalan jika dibandingkan perbankan
konvensional maupun perbankan syariah global. Beralihnya fungsi
institusi pengawasan dan pengaturan perbankan syariah dari Bank
Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), juga diharapkan tetap
mempertahankan kesinambungan perkembangan perbankan syariah
kedepannya. Kerjasama yang erat antara BI (otoritas makroprudensial)
dan OJK (otoritas mikroprudensial) menjadi salah satu pilar penting dari
arah kebijakan perbankan syariah di masa mendatang. Kerjasama dan
kolaborasi antar otoritas dimaksud, dapat lebih jauh dikembangkan dengan
menggandeng berbagai otoritas lain sebagai stakeholders penting
keuangan syariah dan pengambil kebijakan sehingga terjadi sinergi
kebijakan beserta implementasinya dalam mendorong pengembangan
4
keuangan syariah yang lebih terintegrasi dan cross sektor, dan dapat
membuat perbankan syariah berkontribusi lebih signifikan dalam
perekonomian.(Outlook Perbankan Syariah Tahun 2014). Perkembangan
perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan
eksistensi ekonomi syariah. Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama
dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu
menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional.
Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-
bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem
bunganya, sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat
tetap bertahan. Berikut ini adalah data perkembangan perbankan syariah
berdasarkan jumlah bank:
Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Berdasarkan Jumlah Bank
Indikasi Badan Umum
Syariah (BUS)
Unit Usaha
Syariah (UUS)
Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah
(BPRS) 1998 1 - 76 2003 2 8 84 2004 3 15 88 2005 3 19 92 2006 3 20 105 2007 3 25 114 2008 5 27 131 2009 6 25 139 2010 11 23 150 2011 11 24 155
Sumber: Statistik Perbankan Syariah BI Berasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa perkembangan Bank
5
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) pasca terjadinya krisis moneter pada
tahun 1998 cenderung lebih cepat dibandingkan dengan Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Dari pertumbuhan BPRS
yang cukup pesat tersebut membuat persaingan antar BPRS semakin ketat
sehingga BPRS longgar dalammemberikan pembiayaan.
Terdapat fenomena permasalahan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
telah melakukan likuditasi kepada dua Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada
periode tiga bulan pertama tahun ini. Kedua BPR tersebut adalah BPR Mutiara
Artha Pratama dan BPR Lumasindo Perkasa Putra.Sekretaris Perusahaan Samsu
Adi Nugroho menjelaskan, untuk kedua BPR tersebut, LPS telah membayar
klaim penjaminan kepada 5.895 rekening. "Untuk total nilainya mencapai
Rp 28,60 miliar," jelasnya seperti ditulis Selasa (13/5/2014).Samsu melanjutkan,
sepanjang tahun 2013, LPS telah menyelesaikan proses likuidasi kepada 7 BPR
yang tersebar di wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Sumatera.Dari 7 BPR tersebut,
LPS telah membayar dana nasabah yang dijamin sebanyak 13.536 rekening
nasabah dengan nilai Rp 41,44 miliar."Jumlah dana nasabah yang telah dibayar
tersebut merepresentasikan 94% nasabah BPR yang kami likuidasi," tutur
Samsu.Beberapa rekening dari BPR yang dilikuidasi tersebut tidak layak untuk
dibayar karena terkait dengan kredit macet dan suku bunga simpanan melebihi
suku bunga penjaminan.Berikut ini daftar BPR yang telah dilikuidasi LPS di
2013 dan 2014:
BPR Samudra Air Tawar, Sumatera Barat
BPR Pundi Artha Sejahtera, Jakarta
BPR LPK Bojongpicung, Jawa Barat
BPR Indomitra Mandiri, Jakarta
6
BPR Musajaya Arthadana, Lampung
BPR LPK Pabuaran, Jawa Barat
BPR Sadayana Artha, Jawa Barat
2014PR Mutiara Artha Pratama, Jawa Barat
BPR Lumasindo Perkasa Putra, Tangerang (m.republika.co.id).
Rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing
(NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) lebih besar dibanding
NPF Bank Umum dan Unit Usaha Syariah (BUS dan UUS). Hal ini
disebabkan BUS/UUS memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) dan
sistem yang lebih baik dibanding BPRS. Direktur BPRS Harta Insan
Karimah (HIK), Alfi Wijaya menyebut SDM dan sistem tersebut
berkaitan dengan analisa pembiayaan maupun asistem ketika ada
permasalahan yang harus diselesaikan. “SDM dan sdm dan sistem
BUS/UUS dari sisi analisis pencairan pembiayan maupun ketika ada
permasalahan yang harus diselesaikan sudah relatif lebih terbentuk,
sistematis dan stabil dibanding BPRS,” ujarnya saat dihubungi ROL,
Selasa (22/10).Alfi mengatakan saat terjadi analisa pembiayaan, Account
Officer (AO) di BUS/UUS sudah memiliki tools lebih baik dalam analisa.
Sebagian besar BUS/UUS memiliki induk sehingga tools banyak diadopsi
dan didukung dari induk. Sementara BPRS harus mengembangkan tools
sendiri. Kemudian ketika timbul masalah pembiayaan, SDM dan sistem
BUS/UUS relatif berpengalaman baik dari negosiasi dengan nasabah,
analisa legal, dan bagimana berhubungan dengan pihak-pihak terkait.
BPRS harus memiliki strategi untuk mengejar ketertinggalannya itu.
7
“Untuk meraih itu, BPRS harus mencari satu bisnis model yang tepat dan
sesuai karakter bisnis,” ucapnya.Tak dipungkiri, saat ini banyak
BUS/UUS yang masuk ke ranah bisnis mikro. BPRS, kata Alfi, harus
mempertajam bisnis model sehingga lebih mengenal objek yang akan
dibiayai. Dari sisi eksternal, terutama dari regulator maupun asosiasi
harus memberikan capacity building yang cukup kepada BPRS. Untuk
membuat sistem dan menciptakan SDM memerlukan investasi atau biaya.
“Mestinya ada semacam forum mediasi yang diadakan oleh regulator atau
asosiasi untuk transfer knowledge dari BUS/UUS ke BPRS,” kata Alfi.
Pasalnya BPRS tidak akan sanggup jika harus mengupgrade sistemnya
sendiri tanpa dukungan dari regulator ataupun BUS/UUS. Dengan begini,
BPRS bisa berkembang dan saling berkompetisi. Alfi mengatakan NPF
industri BPRS tanah air per juli 2013 sebesar 7,35 persen, berbeda jauh
dari NPF BUS/UUS sebesar 2,75 persen. Menurutnya, pembiayaan
bermasalah di BPRS dan BUS/UUS sama-sama besar. Hanya saja,
ekspansi pembiayaan di BUS/UUS cukupn besar sehingga rasio NPF
menjadi kecil. Di BUS/UUS, ekspansi pembiayaan dari Juli 2012 ke Juli
2013 mencapai sekitar 44 persen, sedangkan BPRS hanya 28,5 persen.
Ekspansi pembiayaan BPRS tidak sebesar BUS/UUS karena faktor
kompetisi. “Beberapa BUS/UUS sudah menyasar sektor mikro dengan
dilengkapi kemampuan jaringan, teknologi dan jumlah SDM yang
memadai sehingga kemampuan ekspansinya lebih besar,”
ujarnya.Menurutnya, untuk menekan NPF, BPRS harus mempertajam
8
bisnis yang dimiliki, memahami nasabah dan objek pembiayaan. Agar
dapat melakukan itu, BPRS harus meningkatkan kapasitas SDM dan
menyempurnakan sistem baik sistem analisa pencairan pembiayaan
maupun sistem pembiayaan bermasalah. Jika itu dilakukan, Alfi optimis
NPF BPRS tidak akan jauh berbeda dengan BUS/UUS. “Mungkin tidak
secara drastis menjadi sama dengan NPF BUS/UUS, tapi setidaknya bisa
berbeda hanya 1 persen dia tas NPF BUS/UUS,”ucapnya.
(m.republika.co.id).
Di Indonesia Perbankan Syariah muncul sejak dikeluarkannya
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Perbankan
Syariah di Indonesia, pertama kali beroperasi pada 1 Mei 1992, ditandai
dengan berdirinya BankMuamalat Indonesia (BMI). Hal ini menandai
dimulainya era system perbankanganda (dual banking system) di
Indonesia, yaitu beroperasinya system perbankankonvensional dan
system perbankan dengan prinsip bagi hasil. Dalam sistemperbankan
ganda ini, kedua sistem perbankan secara sinergis dan bersama-
samamemenuhi kebutuhan masyarakat akan produk dan jasa perbankan,
serta mendukung pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional
(Karim,2008:1).
Pada tahun 2007 terdapat tiga institusi bank syariah di Indonesia,
yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega
Syariah. Pada saat yang sama beberapa bank umum juga telah memiliki
Unit Usaha Syariah seperti Bank Negara Indonesia dan Bank Rakyat
9
Indonesia. Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) hingga terbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). Keberadaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia yang merupakan bagian dari perbankan, khususnya perbankan
syariah, memberikan andil yang cukup berarti dalam perkembangan
industri perbankan syariah.
Di Indonesia sendiri mengalami perkembangan yang cukup baik,
dari sampai pada saat ini. Menurut data Bank Indonesia pada bulan
Desembertahun 2014, jumlah BPRS adalah 163 dengan total kantor
sebanyak 439,angka tersebut meningkat 20% dari tahun 2008 dimana
jumlah BPRS padasaat itu adalah 153 dengan total kantor 202. (Statistik
Perbankan Syariah BI, 2014).
Berlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
pengembanganindustri perbankan syariah nasional semakin memiliki
landasan hukum yangmemadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi. Progres perkembangannya dari Statistika Bank
Indonesia yang mencapai rata-rata pertumbuhanaset lebih dari 28%
pertahun dalam lima tahun terakhir,maka diharapkan peranindustri
perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akansemakin
signifikan. adanya Perkembangan Perbankan Syariah yang semakin
meningkat membawa Perkembangan aset Bank Pembiayaan Rakyat
Syariahyang semakin meningkat dari tahun ke tahun dapat dilihat pada
10
table1.2 di bawah ini:
Tabel 1.2 Perkembangan Total Aset BPRS di Indonesia
Tahun Total Asset (Juta Rupiah) 2009 2.125.779 2010 2.738.744
2011 3.520.415
2012 4.698.953
2013 5.833.485 Sumber : BI, statistik perbankan syariah (diolah).
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah salah satu bentuk
perbankan syariah yang berperan sebagai lembaga intermediasi yangsetiap
kegiatannya berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. BPRS
lebihmengutamakan untuk memberikan pembiayaan kepada usaha mikro,
kecil,dan menengah, serta BPRS beroperasi pada daerah
pedesaan/kabupatendimana pada daerah tersebut masih banyak masyarakat
yang membutuhkan pembiayaan, sehingga dapat dikatakan bahwa BPRS
dapat memberikan pelayanan dengan jangkauan yang lebih luas kepada
masyarakat (Outlook Perbankan Syariah Tahun 2013, 2012:5).
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank yang beroperasi
secara profit oriented, sehingga dalam kegiatan operasionalnya tetap
mencarikeuntungan. Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
keuntunganadalah rasio return on assets (ROA). Menurut Hutagalung, dkk
(2013) mengatakan bahwa semakin besar ROA menunjukkan kinerja
keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return)
11
semakin besar. Berikut ini komposisi rasio Return on Asset (ROA) pada
tahun 2008 – 2015 :
Tabel 1.3 Komposisi Rasio Return on Asset (ROA) Pada BPRS
Tahun 2008 – 2015 Satuan dalam Persentase
Rasio ROA 2008 2.76% 2009 5.00% 2010 3.49% 2011 2.67% 2012 2.64% 2013 2.79% 2014 2.26% 2015 2.20%
Sumber : BI, statistik perbankan syariah (diolah).
Tidak hanya dari segi jumlah, laba bersih BPRS
mengalamipertumbuhan tahunan sebesar 45% mencapai Rp41,35 miliar di
akhirSeptember 2009, total Dana Pihak Ketiga (DPK) BPRS per akhir
September2009 tumbuh 29% mencapai Rp1,16 triliun, dan total
pembiayaan BPRS jugamengalami pertumbuhan sebesar 22% menjadi
Rp1,52 triliun di akhir September 2009 dimana sebanyak 54% pembiayaan
mengucur ke sector mikro kecil dan menengah.(www.kontan.co.id).
Di sisi lain, kebijakan perbankan yang dilakukan Bank Indonesia
tahun 2010 salah satunya akan diarahkan kepada peningkatan peran BPR
termasuk BPRS dalam pembiayaan keuangan mikro dan
penguatanketahanannya. Kebijakan ini akan ditempuh diantaranya dengan
memberikaninsentif untuk mendorong peningkatan modal, memfasilitasi
terpenuhinyakebutuhan SDM yang kompeten, dan mempertegas posisinya
sebagaicommunity bank yaitu fokus pada perannya sebagai pendukung
12
dalampengembangan perekonomian lokal. (www.bi.go.id).
Pesatnya perkembangan BPRS dan tingginya cita- cita arah
kebijakanperbankan tahun 2010 serta lahirnya seperangkat Peraturan Bank
Indonesia(PBI) seperti PBI No: 9/17/2007 tentang penilaian tingkat
kesehatan BPRS,PBI No: 8/22/2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM)BPRS, dan PBI No: 8/24/2006 tentang kualitas aktiva
BPRS, serta peraturanlainnya mengharuskan pihak manjemen BPRS
bersungguh- sungguh dalammelakukan peningkatan terhadap kinerja
keuangannya. Selain agar BPRSmampu bersaing dengan BPR
konvensional maupun dengan lembagakeuangan lainnya, juga agar BPRS
dapat terus bertahan di tengah kondisiperekonomian yang kadang tidak
menentu.
Salah satu indikator kinerja perbankan adalah tingkat
profitabilitasyang berhasil dicapai. Profitabilitas merupakan kemampuan
manajemen bankdalam memaksimalkan aktiva guna memperoleh
keuntungan. Profitabilitasmenunjukkan besarnya bagi hasil yang diperoleh
nasabah sehingga akan mempengaruhi tingkat loyalitas nasabah dan
berdampak pada kemampuanbank dalam menjalankan perannya sebagai
financial intermediary. Mencapai tingkat profitabilitas yang diharapkan
perlu dilakukanberbagai usaha dan strategi guna mendukung tercapainya
tingkat kesehatanperbankan yang optimal. Usaha tersebut salah satunya
dapat dilakukan denganmemantapkan kembali struktur modal perbankan
yang menyelaraskan skalausaha dengan kebutuhan permodalan guna
13
mempertinggi kemampuanmenyerap risiko usaha dan dengan melakukan
peningkatan efisiensioperasional agar mampu mendorong profitabilitas ke
tingkat lebih tinggi. Penulis mengambil rasio return on asset (ROA) dalam
profitabilitas BPRS.
Upaya memenuhi tingkat kecukupan modal sebagaimana yang
telahdiatur oleh Bank Indonesia merupakan hal yang amat penting
untukdiperhatikan karena tingkat kecukupan modal mencerminkan
kemampuanbank dalam menanggung risiko kerugian yang mungkin
timbul. Selain itu,tingkat modal yang tinggi akan meningkatkan cadangan
kas yang dapatdigunakan untuk memperluas pembiayaan, memperluas
jaringan kantor sertapenyediaan fasilitas kantor yang modern dan sistem
telekomunikasi yangcanggih, sehingga dapat membuka peluang lebih
besar dalam meningkatkanprofitabilitas bank.
Pentingnya memenuhi tingkat kecukupan modal terlihat
dariditutupnya dua BPR oleh Bank Indonesia sepanjang tahun 2009, yakni
BPRTripanca Setiadana Lampung dan BPRS Babussalam Jawa Barat
disebabkanketidakmampuannya memenuhi modal minimum 4%. Tidak
hanya itu, BIjuga mengkarantina 17 BPR dalam pengawasan khusus
karena rasiokecukupan modalnya (CAR) di bawah empat persen. Jumlah
BPR yangbermodal cekak saat ini masih banyak. BI mencatat, per akhir
Maret 2009 laluada 477 BPR yang belum memenuhi aturan modal
minimum. Jumlah itusetara dengan 27% dari total BPR yang beroperasi
saat ini, yaitu 1.768 BPR. (www.tempointeraktif.com).Dalam fenomena
14
tersebut, penulis memilih Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel
independen dalam penelitian ini yang mempengaruhi terhadap Return on
Asset (ROA).
Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah rasio untuk mengetahui kemampuan modal yang dimiliki dalam
menyerap atau menanggung kerugian BPRS. Apabila bank memiliki
modal yang cukup dalam menyerap kerugian, maka semakin besar
kemungkinan bank dalam menghasilkan keuntungan. Berikut ini adalah
komposisi rasio CAR dari tahun 2008 sampai tahun 2015:
Tabel 1.4 Komposisi Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada BPRS
Tahun 2008 – 2015 Satuan dalam Persentase
Rasio CAR 2008 30.28% 2009 29.98% 2010 27.46% 2011 23.49% 2012 25.16% 2013 22.08% 2014 22.77% 2015 21.47%
Sumber : Bank Indonesia (data yang diolah)
Terdapat beberapa rasio keuangan yang mempengaruhi return on
asset (ROA) yaitu non performing financing (NPF). Rasio Non
Performing Financing (NPF) diukur dengan membandingkan jumlah
pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan. Nilai NPF
dapatbertambah apabila jumlah pembiayaan bermasalah meningkat.
Apabila rasio NPF meningkat maka pembiayaan bermasalah yang
15
ditanggung BPRS bertambah dan mengakibatkan kerugian yang dihadapi
meningkat sehingga dapat menurunkan tingkat keuntungan BPRS. Berikut
ini adalah komposisi rasio Non Performing Financing (NPF) mulai tahun
2008 sampai tahun 2015 :
Tabel 1.5 Komposisi Rasio Non Performing Fianncing (NPF) Pada BPRS
Tahun 2008 – 2015 Satuan dalam Persentase
Rasio NPF 2008 8.38% 2009 7.03% 2010 6.50% 2011 6.11% 2012 6.15% 2013 6.50% 2014 7.89% 2015 8.20%
Sumber : Bank Indonesia (data yang diolah)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional dan
semakin kecil rasio ini semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan
bank sehingga kemungkinan bank yang bersangkutan dalam kondisi
bermasalah juga semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Hal ini
berarti semakin kecil kemungkinan bank dalam keadaan bermasalah
makamemungkinkan bank untuk meningkatkankeuntungan. Berikut ini
adalah komposisi rasio BOPO dari tahun 2008 – 2015:
16
Tabel 1.6 Komposisi Rasio BOPO Pada BPRS
Tahun 2008 - 2015 Satuan dalam Presentase
Rasio BOPO 2008 80.86% 2009 64.69% 2010 78.08% 2011 76.31% 2012 80.02% 2013 80.75% 2014 87.79% 2015 88.09%
Sumber : Bank Indonesia (data yang diolah)
Menurut Penelitian Widyaningrum (2015) menyatakan bahwa rasio
CAR dan NPF tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA. Maka
dari itu penulis meneliti kembali pengaruh CAR terhadap ROA mulai dari
tahun 2008 samapi tahun 2015 apakah berpengaruh atau tidak, tetapi
dalam penelitian Widyaningrum(2015) menyatakan rasio BOPO
mempengaruhi ROA secara signifikan, sehingga penulis ingin meneliti
kembali pengaruh BOPO terhadap ROA pada tahun 2008 sampai tahun
2015 berpengaruh secara signifikan atau tidak.
Begitu pentingnya rasio yang mampu mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba secara keseluruhan dalam meningkatkan
besarnya modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya
suatu bank secara efisien menjalankan kegiatanya dengan mengurangi
kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang
lancer, diragukan, dan macet. Serta mengukur tingkat efisiensi dan
17
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan oprasionalnya. Penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian. Pertama, adanya perbedaan hasil
dari penelitian terdahulu mengenai CAR, NPF, BOPO dan ROA terhadap
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sehingga penulis ingin menguji
kembali pengaruh CAR, NPF, BOPO dan ROA terhadap Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) secara parsial dan simultan. Kedua,
menurut penelitian terdahulu Linda Widiyaningrum (2015) menunjukkan
bahwa ada perbedaan dari tahun ke tahun dengan subjek Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS). Ketiga, Peneliti ingin memberikan informasi
bahwa ROA Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di pengaruhi oleh
NPF sehingga semakin rendahnya NPF akan menyebabkan ROA Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) meningkat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF) dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Return On Asset (ROA)
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia Pada Tahun
2012-2015”.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), non
performing financing (NPF), dan Biaya Operasional terhadap
18
pendapatan operasional (BOPO) secara parsial terhadap Return On
Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ?
2. Apakah terdapat pengaruh capital adequcy ratio (CAR), non
performing financing (NPF) dan Biaya Operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) secara simultan terhadap Return On
Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), non
performing financing (NPF), dan Biaya Operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) secara parsial terhadap Return On
Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ?
2. Untuk mengetahui pengaruh capital adequcy ratio (CAR), non
performing financing (NPF) dan Biaya Operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) secara simultan terhadap Return On
Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan berkaitan dengan profitabilitas pada
bank syariah beserta variabel - variabel yang mempengaruhinya adalah
sebagai berikut :
a. Teoritis
Akademisi
19
Akademisi diharapkan dapat membawa wawasan dibidang
perbankan khususnya tentang bank pembiayaan rakyat syariah dalam
hal ini yang berkaitan dengan return on asset (ROA) bank
pembiayaan rakyat syariah.
Peneliti
Peneliti diharapkan akan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dibidang ekonomi dan lembaga keuangan syariah
khususnya bank pembiayaan rakyat syariah serta sebagai ajang
ilmiah untuk menerapkan berbagai teori bank pembiayaan rakyat
syariah yang telah diperoleh dibangku kuliah.
b. Praktisi
Bagi Perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan
dalam mengambil keputusan yang akan diambil terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi return on asset (ROA) bank
pembiayaan rakyat syariah sehingga kegiatan bank pembiayaan
rakyat syariah tetap berjalan.
Bagi nasabah dan investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
informasi ketika memilih produk bank pembiayaan rakyat syariah.
Sehingga nasabah dan investor mempunyai gambaran tentang
bagaimana kondisi bank pembiayaan rakyat syariah yang dapat
menguntungkan mereka.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kinerja Keuangan
Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang
melakukanpenelitian itu sendiri. Bagi manajemen, melihat kontribusi yang
dapat diberikan oleh suatu bagian tertentu bagi pencapaian tujuan secara
keseluruhan. Sedangkan bagi pihak luar manajemen kinerja merupakan alat
untuk mengukur suatu prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam suatu
periode tertentu yang merupakan pencerminan tingkat hasil pelaksanaan
aktivitas kegiatannya, namun demikian penilaian kinerja suatu organisasi
baik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan diperlukan sebagai dasar
penetapan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.
Pengertian kinerja keuangan menurut Muchlis (2000 : 44) Kinerja
keuangan adalah prestasi keuangan yang tergambar dalam laporan
Keuangan perusahaan yaitu neraca rugi-laba dan kinerja keuangan
menggambarkan usaha perusahaan (operation income). Profitability suatu
perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan keuntungan yang
diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan asset yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi
yang dapat dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam suatu
periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Disisi
lain kinerja keuangan menggambarkan kekuatan struktur keuangan suatu
21
perusahaan dan sejauh mana asset yang tersedia, perusahaan sanggup
meraih keuntungan. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan manajemen
dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan
efisien. Sawir (2005) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah
prestasi yangdicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu
yang mencerminkan tingkatkesehatan dari perusahaan tersebut.
Nainggolan (2004) dalam Christiani (2010) menyatakan bahwa
kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu aspekpenilaian
yang fundamental mengenai kondisi keuangan perusahaan yang
dapatdilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan
perusahaan, antaralain: rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas
dan rasio profitabilitas yangdicapai oleh perusahaan dalam suatu
periode tertentu.
2. Kinerja Keuangan Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Menurut Wibowo (2011:7) Kinerja adalah melakukan pekerjaan
dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Melakukan
pengukuran terhadap kinerja keuangan BPRS sangat diperlukan,
sebab dari kegiatan tersebut pihak manajemen BPRS dapat menilai
apakah perusahaan telah beroperasi secara efektif dan efisien baik
dari segi penghimpunan dana maupun segi penyaluran dana. Untuk
mengukur kinerja keuangan BPRS, pihak manajemen BPRS dapat
melakukan analisis terhadap laporan keuangan BPRS.Analisis
22
terhadap laporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara
salah satunya adalah analisis rasio keuangan.
Gitman dan Zutter (2012:67) menjelaskan bahwa analisis rasio
meliputimetode-metode dalam menghitung danmenginterpretasikan
rasio-rasio keuangan untuk menganalisis dan memantau kinerja
perusahaan.Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan
dengan hasil kerja. Hawkins (The Oxford Paperback Dictionary,
1979) mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut
“Performance is: the process or manner of performing, a notable
action or achievement, the performing of a play or other
entertainment”.Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan
mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan
merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi
empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati.
Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian
kinerja, dan penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Dalam
penelitian terdahulu, penilaian kinerja suatu lembaga keuangan
syari’ah, banyak peneliti menggunakan rasio keuangan yang
dikatagorikan seperti likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan
efisiensi.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia
23
Nomor 9/17/PBI/2007 tanggal 4 Desember 2007 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Pembiayaan Rakyat Berdasarkan
Prinsip Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 146 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4787), perlu diatur ketentuan pelaksanaan dalam suatu Surat Edaran
Bank Indonesia dengan pokok sebagai berikut:
1. Tingkat kesehatan Bank Pembiayaan Rakyat berdasarkan prinsip
syariah (BPRS) merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik
pemilik, pengurus bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank
Indonesia selaku otoritas pengawasan bank maupun pihak lainnya.
Hasil penilaian tingkat kesehatan digunakan oleh Bank Indonesia
untuk melakukan pengawasan dan pengaturan dalam rangka
menerapkan strategi pembinaan dan pengembangan yang tepat
bagi BPRS. Selanjutnya, tingkat kesehatan digunakan oleh BPRS
sebagai salah satu alat bagi manajemen dalam menentukan
kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan bank ke depan.
2. Tingkat kesehatan BPRS merupakan hasil penilaian komposit atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja
suatu BPRS. Penilaian tingkat kesehatan BPRS tersebut dilakukan
melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif terhadap faktor
keuangan, termasuk kemampuan BPRS dalam mengelola berbagai
risiko, serta penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen,
24
termasuk kepatuhan BPRS terhadap prinsip-prinsip syariah dan
ketentuan yang berlaku.
3. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi,
perkembangan maupun proyeksi rasio-rasio keuangan BPRS,
sedangkan penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor
manajemen dan faktor-faktor hasil penilaian kuantitatif dengan
mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding
yang relevan.
4. Rasio-rasio yang digunakan untuk menganalisa faktor keuangan
dibedakan menjadi rasio utama, rasio penunjang dan rasio
pengamatan (observed). Rasio utama merupakan rasio yang
menjadi dasar terhadap penilaian faktor keuangan, rasio
penunjang merupakan rasio yang akan mempengaruhi penilaian
faktor keuangan sedangkan rasio pengamatan (observed)
merupakan rasio yang dapat digunakan sebagai satu pertimbangan
tambahan dalam penilaian akhir atas faktor keuangan. Penilaian
tingkat kesehatan BPRS mencakup penilaian terhadap faktor-
faktor yang terdiri dari: Permodalan (capital), Kualitas aset (Asset
quality),Rentabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity) dan
Manajemen (Management).
Menurut Ni’mah (2012) kinerja keuangan merupakan suatu
gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis
dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui
25
mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Untuk menilai
kinerja keuangan suatu perusahaan dapat kita nilai dengan melihat
laporan keuangannya dengan menggunakan analisis rasio. Kinerja
keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas
dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
B. Return on Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) adalah rasio yang mampu mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Jika
ROA suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi
bank tersebut darisegi pengamanan aset. Laba yang tinggi membuat
bank mendapatkepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan
bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank
memperoleh kesempatan menyalurkan dana dengan lebih
luas.(Wuri, 2011:55).
Return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya,
2003 : 120). Dengan kata lain, return on asset (ROA) merupakan
ukuran kinerja keuangan efektifitas perusahaan di dalam
26
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. ROA sering juga disebut sebagai ROI (Return on
Investment).
Menurut Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember
2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba
sebelum pajak terhadap total asset (total aktiva). Seperti yang
dituangkan dalam rumus berikut:
Return on Asset = Laba sebelum pajak x 100% Total Asset
C. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Hutagalung, dkk (2013) mengatakan capital adequacy ratio (CAR)
adalah rasio keuangan yang berkaitan dengan permodalan perbankan
di mana besarnya modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu
atau tidaknya suatu bank secaraefisien menjalankan kegiatannya.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk
keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana
yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Bank Indonesia
menetapkan CAR yang dimiliki oleh bank minimal 8%. Apabila
ketentuan CAR tidak terpenuhi, maka akan mempengaruhi tingkat
kesehatan bank dan akan mengurangi kemampuan ekspansi
penyaluran dana.(Herman, 2012:18).
27
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian
bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko (Dendawijaya,
2003:123).
Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman
(utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2003 : 122). CAR atau sering
disebut rasio pemodalan merupakan modal dasar yang harus dipenuhi
oleh bank. Modal ini digunakan untuk menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap kinerja bank. Hal ini wajar karena bisnis
perbankan adalah bisnis yang berdasarkan kepercayaan. Selain itu
adanya berbagai bentuk risiko yang besar yang mungkin dapat terjadi
pada bank. Faktor utama yang cukup mempengaruhi jumlah modal
bank adalah jumlah modal minimum yang ditentukan oleh bank
sentral.
Dalam menelaah CAR bank syariah, terlebih dahulu harus
dipertimbangkan, bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas
(Arifin,2009):
a. Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan/kewajiban atau
hutang (wadiah atau qard dan sejenisnya).
28
b. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and
loss SharingInvestment Account).
Menurut surat edaran Bank Indonesia No. 6/23./DPNP tanggal 31
Mei 2004, CAR merupakan perbandingan antara modal dengan
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR):
CAR = Modal x 100% ATMR
D. Non Performing Financing (NPF)
Menurut Kamus Bank Indonesia, Non Performing loan (NPL) atau
Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan
macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF
untuk bank syariah. Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan
kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan
kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. NPL
merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria
kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang
dikeluarkan bank. NPLs mempunyai hubungan negatif dengan
penawaran kredit (Meydianawathi, 2007:138).
Non Performing Financing (NPF) mencerminkan risiko
kemungkinan kerugian yang akan timbul atas penyaluran dana oleh
bank. Tingginya NPF membuat bank perlu membentuk pencadangan
atas kredit bermasalah yang lebih besar, hal ini akan menurunkan
29
pendapatan bank. (Ismail,2010:125). Menurunnya pendapatan bank
akan berpengaruh terhadap menurunnya modal yang dimiliki oleh
bank. Padahal besarnya modal yang dimiliki oleh bank akan
berpengaruh kepada besarnya ekspansi dalam penyaluran dana
(pembiayaan).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29/DPbs
tanggal 7 Desember 2007, Non Performing Financing (NPF)
dihitung dengan membandingkan jumlah pembiayaan bermasalah
dengan total pembiayaan yang dimiliki oleh bank. Menurut Bank
Indonesia pembiayaan bermasalah dapat dikategorikan ke dalam tiga
kategori, yakni kurang lancar, diragukan, dan macet.
Risiko menurut peraturan Bank Indonesia nomor 5 tahun 2003
adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat
menimbulkan kerugian bank. Seperti halnya pada perusahaan
umunya, bisnis perbankan juga dihadapkan berbagai risiko, salah
satu risiko tersebut adalah risiko kredit. Pada penelitian ini rasio
keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu risiko
kredit adalah rasio non performing financing (NPF).
Dalam kamus Bank Indonesia, non performing financing (NPF)
adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiayaan yang
berklarifikasi kuran glancar, diragukan dan macet. Sedangkan
menurut Sudarsono (2008:123), pembiayaan non lancar atau yang
juga dikenal dengan istilah NPF dalam perbankan syariah adalah
30
jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
tentang kualitas aktiva produktif.
Menurut Veithzal (2007 : 477), non performing financing (NPF)
atau pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang dalam
pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang
diinginkan pihak bank seperti: pengemblian pokok atau bagi hasil
yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan
timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang
termasuk golongan perhatian khusus; diragukan dan macet serta
golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian. Menurut Dendawijaya (2009 : 82), non performing
financing (NPF) adalah Pembiayaan – pembiayaan yang kategori
kolektabilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar,
pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet. Menurut
Dendawijaya(82:2009) pun mengemukakan dampak dari keberadaan
non performing financing (NPF) yang tidak wajar salah satunya
adalah hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari
kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan
berpengaruh buruk bagi profitabilitas.
Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada ketetapan waktu bagi
nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa bunga maupun
pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan
31
kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil mungkin,
dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh kemampuan
bank-bank syariah dalam menjalankan proses pemberian kredit
dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit termasuk tindakan
pemantauan (monitoring) setelah ktredit disalurkan dan tindakan
pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun
indikasi gagal bayar. Besarnya non performing financing (NPF) yang
diperbolehkan di Bank Indonesia adalah 5%. Jika melebihi 5% akan
mempengaruhi nilai skor yang diperoleh. Kredit atau pembiayaan
yang tergolong non lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang
kualitas aktiva produktif. Tindakan pengendalian bila terdapat
indikasi penyimpangan pembiayaan maupun indikasi gagal bayar.
Persamaannya adalah sebagai berikut :
NPF = Pembiayaan Bermasalah x 100% Total Pembiayaan
E. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Dendawijaya (2003:121). rasio yang digunakan untuk mengetahui
efisiensi pihak manajemen bank dalam kegiatan operasionalnya.
OER sering disebut dengan BOPO (Biaya Operasional Pembiayaan
Operasional) atau OER dapat pula disebut dengan Rasio Efisiensi
32
Operasional (REO). Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk
mangukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini
berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank
bersangkutan (Amalia dan Herdiningtyas, 2005).
Seperti yang dituangkan dalam rumus berikut:
BOPO = Biaya Oprasionalx 100% Pendapatan Oprasional
3. Perkembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
Lembaga keuangan syari’ah di Indonesia telah menunjukkan
perkembangan pesat selama dekade terakhir ini. Disamping adanya
dukungan pemerintah dan sambutan positif umat Islam yang besar,
lembaga keuangan syari’ah terbukti secara empiris tetap bertahan
dalam kondisi krisis ekonomi yang telah memporakporandakan sendi-
sendi ekonomi dan sosial masyarakat.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu
bentuk lembaga keuangan syari’ah yang memiliki potensi yang cukup
besar. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1999, bank terdiri dari 2 (dua) jenis
yaitu Bank Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat (BPR). Bank Umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
33
dan atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan BPR adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jadi BPRS merupakan
lembaga keuangan berbentuk bank dengan system operasionalnya
berdasarkan prinsip syariah.
BPRS sebagai lembaga keuangan Syariah telah menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat, di mana pada tahun 2007 mencapai
109 BPRS dengan total asset Rp. 1, 1,123 triliun atau mencapai 4
persen dan diprediksikan pada tahun 2008 meningkat di atas 5 persen
dari dari pangsa pasar BPR nasional (BI, 2007). Di Jawa Tengah pada
tahun 2006 terdapat 8 BPRS sedangkan pada tahun 2007 menjadi 13
BPRS atau naik sebesar 62,5 persen.
Perkembangan BPRS yang begitu pesat membawa kekhawatiran
tersendiri. Kekhawatiran tersebut berhubungan dengan kemurnian
BPRS dari prinsip-prinsip syari’ah. Lebih lanjut Antonio (1999)
menjelaskan bahwa untuk menjaga kemurnian praktik bank syari’ah
maka dibentuklah Dewan Pengawas Syari’ah (DPS). Adanya DPS ini
merupakan salah satu hal pokok yang membedakan antara BPR
dengan BPRS. Tugas DPS yang utama adalah mengawasi pelaksanaan
operasional bank dan produkproduknya supaya tidak menyimpang dari
aturan syari’ah. DPS ini dibentuk dengan rekomendasi dari Dewan
34
Syari’ah Nasional (DSN), yang dibentuk sejak tahun 1997 sebagai
lembaga syari’ah tertinggi yang mengayomi dan mengawasi
operasional kesyari’ahan lembagalembaga keuangan syari’ah di
Indonesia (Prabowo, 2000).
Menyadari pentingnya peran Dewan Perwakilan Syariah(DPS)
sebagai suatu profesi yang dapat menjadikan masyarakat ataupun
nasabah lebih yakin untuk tetap menggunakan jasa BPRS, maka
independensi dan profesionalisme DPS sangat diperlukan dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena DPS merupakan kepercayaan
masyarakat, maka anggota DPS dituntut untuk tidak memihak
siapapun (independen), bersifat objektif dan jujur. Independensi DPS
pada dasarnya bersumber dari kebutuhan untuk memberi kredibilitas
bagi suatu laporan operasi bank syari’ah. Kebutuhan ini untuk
meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan operasional BPRS
supaya mereka yakin bahwa tidak terjadi pelanggaran syari’ah dalam
operasional BPRS.
Hasil penelitian Bank Indonesia juga memberikan rekomendasi
kebijakan bahwa kualitas pemahaman prinsip-prinsip syari’ah dalam
transaksi perbankan sangat vatal untuk meningkatkan keyakinan
masyarakat akan profesionalisme Dewan Perwakilan Syariah (DPS)
sebagai kunci untuk menjamin bahwa kegiatan operasional bank
sesuai dengan prinsip syari’ah. Untuk menjadi DPS yang profesional,
seseorang harus memiliki kumpulan pengetahuan yang berlaku umum
35
dalam pengawasan atau audit yang dipandang penting sehingga dapat
melaksanakan kegiatan dalam area yang cukup luas dengan hasil kerja
yang memuaskan sesuai dengan standar keprofesionalan Dewan
Perwakilan Syariah (DPS).
F. Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat
1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on
Asset (ROA).
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya
kecukupan modal bank (CAR) belum tentu menyebabkan besar
kecilnya keuntungan bank. Bank yang memiliki modal besar namun
tidak dapat menggunakan modalnya secara efektif untuk menghasilkan
laba maka modal pun tidak akan berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas bank. Dengan adanya upaya bank syariah untuk menjaga
kecukupan modal bank, maka bank tidak mudah mengeluarkan dana
mereka untuk pendanaan karena hal tersebut dapat memberikan risiko
yang besar.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Linda
widyaningrum (2015) yang menyatakan bahwa Capital Adecuacy Ratio
tidak berpengaruh terhadap Return On Assset Bank. Hal ini
dikarenakan adanya peraturan Bank Indonesia yang menyatakan CAR
minimal sebesar 8% yang harus dipenuhi oleh pihak bank. Besarnya
CAR 8% hanya dimaksudkan Bank Indonesia untuk menyesuaikan
kondisi dengan perbankan internasional. Tingginya rasio modal dapat
memberikan peningkatan kepercayaan masyarakat kepada bank.
Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan juga disebabkan
36
adanya jaminan pemerintah terhadap dana mereka yang disimpan di
bank. Oleh karena itu, masyarakat masih percaya menggunakan produk
perbankan sehingga profitabilitas masih bisa ditingkatkan.
2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return
on Asset (ROA)
Hal ini berarti bahwa kondisi NPF yang lebih besar dalam satu
periode tidak secara langsung memberikan penurunan laba pada
periode yang sama. Hal ini dikarenakan pengaruh yang signifikan dari
NPF terhadap ROA adalah berkaitan dengan penentuan tingkat
kemacetan pembiayaan yang diberikan oleh sebuah bank. Dalam hal
ini karena pembiayaan merupakan sumber utama pendapatan bank. Di
sisi lain adanya NPF yang tinggi akan dapat mengganngu perputaran
modal kerja dari bank. Maka manakala bank memiliki jumlah
pembiayaan macet yang tinggi, maka bank akan berusaha terlebih
dahulu mengevaluasi kinerja mereka dengan sementara menghentikan
penyaluran pembiayaannya hingga NPF berkurang.
3. Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Return on Asset (ROA)
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat beban
pembiayaan bank maka laba yang diperoleh bank akan semakin kecil.
Tingginya beban biaya operasional bank yang menjadi tanggungan
bank umumnya akan dibebankan pada pendapatan yang diperoleh dari
alokasi pembiayaan. Beban atau biaya kredit yang semakin tinggi
akan mengurangi permodalan dan laba yang dimiliki bank.
37
G. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas
karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian
sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi kaarena
objek, periode, waktu dan alat analisis yang digunakan berbeda
maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan
sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut beberapa
ringkasan penelitian terdahulu :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
Peniliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1.
Linda Widyaningrum (2015)
“Pengaruh CAR, NPF, FDR, dan OER terhadap ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia Periode Januari 2009 hingga Mei 2014”
CAR, NPF,BOPO,ROA, regresi linear berganda
FDR Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CAR tidak mempengaruhi tingkat ROA, NPF tidak mempengaruhi secara signifikan, FDR tidak mempengaruhi ROA secara signifikan dan OER(BOPO) mempengaruhi secara signifikan terhadap ROA.
2.
Ulfawaty Adam (2011)
“Pengaruh Non
Performing Loan (NPL) dan Biaya
Operasional
NPF, BOPO, dan ROA
Bank Negara Indonesia
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPF dan BOPO berpengaruh
38
/Pendapatan Operasional
(BOPO) Terhadap
Profitabilitas Bank
(ROA) pada PT Bank Negara
Indonesia”
secara signifikan terhadap ROA.
3.
Sunariyati Muji Lestari (2014)
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Retrun On Asset Pada Perusahaan Perbankan di BEI”
CAR,NPF, BOPO,ROA
LDR Variabel CAR, NPL, LDR dan BOPO berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap ROA Bank Pemerintah.Secara parsial variabel CAR, NPL, LDR, dan BOPO memiliki pengaruh terhadap ROA.
4.
Lina Krisnawati (2014)
“Pengaruh Modal,Kualitas Aset, dan Efisiensi terhadap Hasil pengembalian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di bawah pengawasan Bank Indonesia Purwokerto
CAR, NPF, BOPO
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CAR mempengaruhi tingkat Profitabilitas secara positif dan tidak signifikan, NPF mempengaruhi tingkat Profitabilitas scara negative dan tidak signifikan, BOPO mempengaruhi
39
”. tingkat profitabilitas secara negative dan tidak signifikan
5.
Endang Sumacdar dan Hariandy Hasbi (2011)
“Financial performance analysis fror Islamic Rural Bank to third Party Funds and the comparation with conventional Rural Bank in Indonesia.
ROA, NPF, BOPO
DPK,FDR Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA, NPF, BOPO mempengaruhi tingkat DPK,CAR dan FDR tidak berpengaruh secara simultan dsignifikan ROA, NPF, FDR dan BOPO untuk meningkatkan DPK di BPRS.
H. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang
dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari
kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian
masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk
bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Hamid, 2010:15).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan variabel independen
bebas yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) , Non Performing Financing (NPF)
dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap variabel
dependen yaitu Return on Asset (ROA).
40
Capital Adequacy Ratio (CAR),Non Performing Financing (NPF) Dan
Biaya Operasional (BOPO) di Uji secara Percial dan Simultan.
CAR
(X1)
NPF
(X2)
BOPO
(X3)
ROA (Y)
H1 H2
H3
Gambar 2.1
Data Statistika Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan(OJK)
Basis Teori : Kinerja Keuangan
Metode : Analisis Regresi Linier Berganda 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas b. Uji Multikolonieritas c. Uji Heterokedastisitas d. Uji Autokorelasi 2. Uji Hipotesis a. Uji t (Parsial)
b. Uji F (Simultan) c. Uji Adjusted R Square
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi
41
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu korelasi yang sifatnya masih
sementara atau pernyataan berdasarkan pada pengetahuan tertentu
yang masih lemah dan harus dibuktikan kebenarannya. Dengan
demikian hipotesa merupakan dugaan sementara yang nantinya
akan diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui analisa data
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 68). Adapun Hipotesis yang diajukan
peneliti ini adalah sebagai berikut :
1. VariabelCapital Adequacy Ratio (CAR) : X1
H0.1:Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap
Return on Asset (ROA)Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah
(BPRS) di Indonesia.
Ha.1:Capital Adequacy Ratio (CAR)berpengaruh secara signifikan
terhadap Return on Asset (ROA)Bank Pembiayaan Rakyat
Syari’ah (BPRS) di Indonesia.
2. Variabel Non Performing Financing (NPF) : X2
H0.2 :Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh
terhadap Return on Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat
Syari’ah (BPRS) di Indonesia.
Ha.2 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara
signifikan terhadap Return on Asset (ROA) Bank
Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) di Indonesia.
42
3. Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO): X3
H0.3 :Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset
(ROA)Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) di
Indonesia.
Ha.3 :Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) berpengaruh secara signifikan terhadap Return on
Asset (ROA)Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) di
Indonesia.
4. Variabel CAR (X1), NPF (X2) dan BOPO (X3)
H0.4 :Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Financing(NPF) danBiaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)Tidak berpengaruh secara
Simultan terhadap Return on Asset (ROA) Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
Ha.4 : Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Financing(NPF) dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh secara
Simultan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang
menggunakan data runtun waktu (time series). Semua data dalam
bulanan pada periode 2012 – 2015 yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Metode yang digunakan adalah metode penelitian historis
yang bersifat Kausal-Distributif artinya penelitian yang dilakukan
untuk menganalisis suatu keadaan yang telah lalu dan menunjukkan
arah hubungan antara variabel independen yaitu : capital adequacy
ratio (CAR), non performing financing (NPF) dan Biaya
Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan variabel
dependen yaitu profitabilitas bank pembiayaan rakyat syariah
dengan menggunakan return on asset (ROA).
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel
pada penelitian ini sejumlah 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia yang terdata di Bank Indonesia dan OJK pada
tahun 2012-2015.(www.bi.go.id).
44
Adapun kriteria-kriteria dipilihnya Bank Pembiayaan Syariah yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang terdaftar di
Bank Indonesia (BI) dan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tersebut menerbitkan
laporan keuangan 2012 sampai 2015 secara konsisten dan telah
dipublikasikan di website Bank Indonesia (BI) dan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).
3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tersebut memiliki data
yang dibutuhkan terkait variabel-variabel yang digunakan
untuk penelitian selama periode 2012-2015.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini merupakan data
sekunder, data tersebut diperoleh langsung dari Laporan situs resmi
Bank Indonesia, dan OJK seperti Laporan Bulanan Bank Indonesia
dan OJK tentang Statistik Perbankan Syariah. Metode yang
digunakan dalam pngumpulan data untuk melakukan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut
waktu (time series) dengan skala bulanan (monthly) yang diambil
dari data bulanan Statistik Perbankan Syariah dengan rentang waktu
dari bulan 2012 - 2015 dan data bulanan return on asset (ROA),
45
capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF) dan
Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang
diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia.
2. Library Research
Peneliti juga menggunakan data yang diperoleh dari
membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang
berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya memperoleh
data yang valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki
atau pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau
kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang seiring berjalannya
waktu, Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti
melakukan penelitian dengan menggunakan teknologi yang juga
berkembang yaitu internet. Sehingga data yang diperoleh
merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu
dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dan
penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh capital adequacy
ratio (CAR), non performing financing (NPF) dan Biaya
Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) terhadap
return on asset (ROA). Penelitian ini menggunakan metode
46
analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program
computer (software) SPSS versi 20 dan Microsoft Excel 2007.
Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data
pada penelitian ini :
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah
nilai residual yang telah distandarisasi pada model
regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual
terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai
rata-ratanya. Untuk mendeteksi apakah nilai residual
terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak, maka
dapat digunakan metode analisis grafik dan metode
statistik. Disamping itu, pengujian normalits dengan
analisis grafik dapat memberikan hasil yang subyektif.
Artinya, antara orang yang satu dengan yang lain dapat
berbeda dalam menginterprestasikannya, maka penulis
menggunakan uji normalitas dengan Kolmogrof-
Smirnov. Pengujian normalitas distribusi pada populasi
dilakukan dengan menggunakan nilai Asymp. Sig (2-
47
tailed). Kriteria yang digunakan yaitu H0 diterima
apablia nilai Asymp. Sg (2-tailed) > dari tingkat alpha
yang telah ditetapkan (5%), karenanya dapat dinyatakan
bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Apabila data terdistribusi normal, maka data
tersebut memenuhi persyaratan untuk melakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dan uji-F
sehingga data tersebut dapat diuji untuk pengambilan
keputusan penelitian. (Sudarmanto, 2005).
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi
yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas atau
tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat
korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel
bebas maka model regresi tersebut dinyatakan
mengandung gejala multikolonier (Suliyanto,2011 : 81).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel bebas. Mendeteksi ada atau
tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat
dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel
48
bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap
variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregresi
terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas
adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF <
10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala
multikolonieritas (Ghozali, 2012 : 105).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui
apakah variasi residual absolut sama atau tidak sama
untuk semua pengamatan. Gejala heterokedastisitas
ditunjukan oleh koefisien regresi dari masing-masing
variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Jika
nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α),
maka dapat dipastikan model tidak mengandung gejala
heterokedastisitas. (Sudarmanto, 2005)
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heterokedastisitas, yaitu melihat grafik plot
antara lain nilai prediksi variabel terikat (dependen)
49
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar
analisis : (1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas; (2)
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas. (Gozali, 2012).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji model
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-sebelumnya.
Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir
mempunyai varians tidak minimum dan uji-t tidak dapat
digunakan, karena akan memberikan kesimpulan yang
salah. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada-
tidaknya masalah autokorelasi, yaitu menggunakan
metode Durbin-Watson dan metode Run Test sebagai
salah satu uji statistic non-parametik. Uji Durbin-
Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer
untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari
model empiris yang diestimasi. (Sudarmanto, 2005).
50
Menurut Oramahi (2007), untuk mendeteksi terjadi
autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai
Durbin-Watson (DW) yang bisa dijadikan patokan
untuk mengambil keputusan adalah :
1. Bila nilai D-W < -2, berarti ada autokorelasi
positif
2. Bila nilai D-W diantara -2 sampai dengan
+2, berarti tidak terjadi autokorelasi
3. Bilai nilai D-W +2, berarti ada autokorelasi
negatif
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang
seharusnya signifikan (lihat angka F dan signifikannya), menjadi
tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatas dengan
berbagai cara antara lain dengan melakukan transformasi data dan
menambah data observasi.
2. Uji Hipotesis
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari
variabel-variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan
software Microsoft Excel 2007 dan SPSS v20. Dalam pengujian ini
menggunakan Uji Statistik meliputi Uji-t dan Uji-F.
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap
variabel bebas secara masing-masing parsial atau individual
51
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan menganggap
variabel bebas bernilai konstan. Langlah-langkah yang
harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan pengujian yaitu :
(Nachrowi dan Usman, 2006 : 17).
Hipotesis:
Ho : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas tidak
ada pengaruhyang signifikandari variabel terikat.
Ha : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas ada
pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
Bila probabilitas > α 5% variabel bebas tidak
signifikan atau tidak mampu mempunyai pengaruh
terhadap variabel terikat (Ho terima,Ha tolak).
Bila probabilitas < α 5% variabel bebas signifikan
atau mempunyai pengaruh terhadap variable terikat
(Ho tolak,Ha terima).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji –F)
Nilai F hitung digunakan untuk menguji ketetapan
model (goodness of fit). Uji F ini juga sering disebut uji
simultan, untuk menguji apakah variabel bebas yang
digunkan dalam model mampu menjelaskan perubahan
nilai variabel terikat atau tidak. Adapun cara pengujian
dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu variabel
52
yang disebut dengan tabel ANOVA (Analysis of Variance)
dengan melihat nilai signifikan (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika
nilai signifikan > 0,05 maka Ha ditolak, sebaliknya jika
nilai signifikan < 0,05 maka H0 diterima.
c. Uji Koefisien Determinasi (RSquare)
Koefisien determinasi merupakan besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi
perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto, 2011 : 55)
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi,
dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan pengamatan
dalam model akan meningkatkan Rsquare meskipun variabel yang
dimasukkan itu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka
digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted
R Square. Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti
bahwa koefisien tersebut telah dikorelasi dengan memasukkan
unsur jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan
menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan, maka nilai
koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun
53
akibat adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto,
2011 : 43).
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda
adalah teknik statistik yang digunakan untuk meramal bagaimana
keadaan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pada analisis regresi linier berganda bahwa regresi berganda
variabel tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua atau lebih
variabel bebas sehingga hubungan fungsional antara variabel
terikat (Y) dengan variabel bebas (X1, X2, Xn).
Dalam model di atas terlihat bahwa variabel terikat
dipengaruhi dua atau lebih variabel bebas, disamping itu juga
terdapat pengaruh regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai
berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + ……… + bnXn + e
Keterangan :
Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang
diproyeksikan)
a = Intercept (konstanta)
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X2
bn = Koefisien regresi untuk Xn
54
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
Xn = Variabel bebas ke n
e = Nilai residu
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan
analisis regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
ROA = a + b1 CAR + b2NPF+ b3BOPO + e
Keterangan :
Y = Return on Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
a = Intercept (Konstanta)
b = Koefisien regresi dari variabel independen
X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
X2 = Non Performing Financing (NPF)
X3 = Biaya Operasi terhadap pendapatan operasi(BOPO)
e = Nilai residu
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi
kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi
tersebut menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-
indikator dari variabel peneliti yang diperoleh melalui pengamatan
dan penelitian terdahulu.
55
1. Varibel Dependen (Y)
a. Return on Asset (ROA)
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No
6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004): Seperti yang
dituangkan dalam rumus berikut:
Return on Asset = Laba sebelum pajak x 100% Total Asset
2. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas yang dinilainya
dipergunakan untuk meramal, variabel independent dalam penelitian
ini adalah rasio keuangan yang meliputi rasio Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel
independen antara lain sebagai berikut :
a. Capital Adequacy Ratio (X1)
CAR merupakan proksi utama permodalan bank. Menurut
Dietrich et al.,(2009), bank dengan modal yang tinggi dianggap
relatif lebih aman dibandingkan dengan bank modal yang rendah,
hal ini disebabkan bank dengan modal yang tinggi biasanya
memiliki kebutuhan yang lebih rendah dari pada pendanaan
eksternal. Bank Indonesia menetapkan besarnya rasio CAR yaitu
56
minimum 8%. Menurut SE BI Nomor 13/24/DPNP tanggal 25
Oktober 2011, rumus dari rasio CAR adalah:
CAR = Modal x 100% ATMR
Keterangan:
CAR= Rasio Kecukupan Modal, Mengukur kecukupan
modal bank dalam menyerap kerugian dan
pemenuhan ketentuan KPMM yang berlaku.
MODAL= Modal sendiri merupakan total modal yang berasal
dari perusahaan (bank) yang terdiri dari modal
disetor, laba tak dibagi dan cadangan yang dibentuk
oleh bank. Jika bank semakin likuid, aktiva
resikonya nol dan semakin tidak likuid bobot
resikonya 100, sehingga resiko berkisar antara 0-
100% (Shitawati, 2006).
ATMR= Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. ATMR merupakan
penjumlahan ATMR aktiva neraca dan ATMR aktiva
administratif. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan
cara mengalihkan nilai nominal aktiva dengan bobot
resiko.
57
b. Non Performing Financing (X2)
Persamaannya adalah sebagai berikut :
NPF = Pembiayaan Bermasalah x 100% Total Pembiayaan
Keterangan:
NPF= Rasio pembiayaan bermasalah, mengukur proporsi
pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan.
PB= Merupakan jumlah pembiayaan yang tergolong dalam
kolektabilitas kurang lancar, diragukan dan macet
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tentang
penilaian kualitas aktiva bank pembiayaan rakyat
syariah. Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu
dari risiko dalam suatu pelaksanaan pembiayaan.
Menurut Karim (2010:260) Risiko pembiayaan adalah
risiko yang di sebabkan oleh adanya kegagalan
counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam
bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko
terkait produk dan risiko terkait pembiayaan koporasi.
TP = Merupakan Total pembiayaan yang dimiliki oleh bank.
Total pembiayaan yang dimaksud merupakan total
pembiayaan yang disalurkan. (www.kajianpustaka.com).
58
c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional(X3)
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur efisiensi
operasional bank, dengan membandingkan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional (Dietrich et al., 2009). Biaya
operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pihak
bank dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari meliputi:
biaya gaji, biaya pemasaran, biaya bunga. Sedangkan
pendapatan operasional merupakan pendapatan yang diterima
oleh pihak bank yang diperoleh melalui penyaluran kredit
dalam bentuk suku bunga. Bank Indonesia menetapkan
besarnya rasio BOPO tidak melebihi 90 persen, apabila
melebihi 90 persen, maka bank tersebut dikategorikan tidak
efisien. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/
DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus rasio BOPO adalah:
BOPO =Biaya Oprasionalx 100% Pendapatan Oprasional
Keterangan:
BOPO= Rasio efisiensi operasional, mengukur efisiensi
operasi BPRS.
BO= Biaya Operasional, merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh bank untuk membiayai operasional
bank, tidak termasuk bagi hasil kepada dana pihak
ketiga. Biaya oprasional dihitung berdasarkan
penjumlahan dari total beban bunga dan total beban
59
oprasional lainnya. Biaya Operasional merupakan
biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka
menjalankan kegiatan usaha pokok yaitu biaya bunga,
biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi
lainnya.
PO = Pendapatan opasional adalah penjumlahan dari total
pendapatan bunga dan total pendapatan oprasional
lain.Pendapatan Operasional, merupakan pendapatan
yang diterima oleh bank setelah dikurangi dengan
bagi hasil kepada dana pihak ketiga. Pendapatan
operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu
pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan
dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi
lainnya. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin
efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya.
Bank yang sehat salah satunya diukur melalui BOPO
yaitu jika rasio BOPO kurang dari 1 dan sebaliknya
bank yang kurang sehat yaitu rasio BOPO nya lebih
dari 1. (Muljono, 1996).
60
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia
Lembaga keuangan syari’ah di Indonesia telah
menunjukkan perkembangan pesat selama dekade terakhir ini.
Disamping adanya dukungan pemerintah dan sambutan positif
umat Islam yang besar, lembaga keuangan syari’ah terbukti secara
empiris tetap bertahan dalam kondisi krisis ekonomi yang telah
memporakporandakan sendi-sendi ekonomi dan sosial masyarakat.
Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) merupakan salah satu
bentuk lembaga keuangan syari’ah yang memiliki potensi yang
cukup besar. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1999, bank terdiri dari 2
(dua) jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip Syari’ah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran, sedangkan BPR adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
61
lintas pembayaran. Jadi BPRS merupakan lembaga keuangan
berbentuk bank dengan system operasionalnya berdasarkan prinsip
syari’ah.
BPRS sebagai lembaga keuangan Syari’ah telah
menunjukkan perkembangan yang cukup pesat, di mana pada
tahun 2007 mencapai 109 BPRS dengan total asset Rp. 1, 1,123
triliun atau mencapai 4 persen dan diprediksikan pada tahun 2008
meningkat di atas 5 persen dari dari pangsa pasar BPR nasional
(BI, 2007). Di Jawa Tengah pada tahun 2006 terdapat 8 BPRS
sedangkan pada tahun 2007 menjadi 13 BPRS atau naik sebesar
62,5 persen.
Perkembangan BPRS yang begitu pesat membawa
kekhawatiran tersendiri. Kekhawatiran tersebut berhubungan
dengan kemurnian BPRS dari prinsip-prinsip syari’ah. Lebih lanjut
Antonio (1999) menjelaskan bahwa untuk menjaga kemurnian
praktik bank syari’ah maka dibentuklah Dewan Pengawas Syari’ah
(DPS). Adanya DPS ini merupakan salah satu hal pokok yang
membedakan antara BPR dengan BPRS. Tugas DPS yang utama
adalah mengawasi pelaksanaan operasional bank dan
produkproduknya supaya tidak menyimpang dari aturan syari’ah.
DPS ini dibentuk dengan rekomendasi dari Dewan Syari’ah
Nasional (DSN), yang dibentuk sejak tahun 1997 sebagai lembaga
syari’ah tertinggi yang mengayomi dan mengawasi operasional
62
kesyari’ahan lembaga-lembaga keuangan syari’ah di Indonesia
(Prabowo, 2000).
Menyadari pentingnya peran DPS sebagai suatu profesi
yang dapat menjadikan masyarakat ataupun nasabah lebih yakin
untuk tetap menggunakan jasa BPRS, maka independensi dan
profesionalisme DPS sangat diperlukan dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena DPS merupakan kepercayaan masyarakat,
maka anggota DPS dituntut untuk tidak memihak siapapun
(independen), bersifat objektif dan jujur. Independensi DPS pada
dasarnya bersumber dari kebutuhan untuk memberi kredibilitas
bagi suatu laporan operasi bank syari’ah. Kebutuhan ini untuk
meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan operasional
BPRS supaya mereka yakin bahwa tidak terjadi pelanggaran
syari’ah dalam operasional BPRS.
Hasil penelitian Bank Indonesia juga memberikan
rekomendasi kebijakan bahwa kualitas pemahaman prinsip-prinsip
syari’ah dalam transaksi perbankan sangat vital untuk
meningkatkan keyakinan masyarakat akan profesionalisme DPS
sebagai kunci untuk menjamin bahwa kegiatan operasional bank
sesuai dengan prinsip syari’ah. Untuk menjadi DPS yang
profesional, seseorang harus memiliki kumpulan pengetahuan yang
berlaku umum dalam pengawasan atau audit yang dipandang
penting sehingga dapat melaksanakan kegiatan dalam area yang
63
cukup luas dengan hasil kerja yang memuaskan sesuai dengan
standar keprofesionalan DPS.
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
Variabel dependen yang digunakan yaitu ROA dalam Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia dalam bentuk persentase.
Variabel Independen yang digunakan yaitu Capital Adequacy
Ratio(CAR),Non Performing Financing (NPF) dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dalam
bentuk persentase.
a. Uji Normalitas
Data berdistribusi normal jika data akan mengikuti arah garis
diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Nilai residual
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis
grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji
normalitas :
64
1. Analisis Grafik Histogram
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Sumber : data yang diolah Berdasarkan gambar 4.1 di atas, histogram Regression
Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual
tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
2. Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-Plot)
Gambar 4.2 Grafik P-p Plot
Sumber : data yang diolah
65
Berdasarkan Gambar di atas, terlihat bahwa penyebaran
data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal yang berarti bahwa data berdistriusi normal atau
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
3. Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.1 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa Sig. (2-tailed)
sebesar 0,195 > 0,05 (Sig > α) . Hal ini berarti nilai residual
terstandarisasi dikatakan menyebar secara normal.
b. Uji Multikolonieritas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal
Parametersa
Mean .0000000
Std. Deviation .18152203
Most
Extreme
Differences
Absolute .156
Positive .156
Negative -.096
Kolmogorov-Smirnov Z 1.079
Asymp. Sig. (2-tailed) .195
a. Test distribution is Normal.
66
Tolerance dan VarianceInflation Factor (VIF). Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas
adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka
model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolonieritas. Dari uji
multikolonieritas yang dilakukan penulis, tidak ditemukannya
data tidak terdapat gejala multikolonieritas terlihat pada tabel
berikut :
a. Uji Multikolonieritas Tabel 4.2
Uji Multikolonieritas dengan Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) 7.088 1.048 6.763 .000
CAR -.033 .027 -.154 -1.261 .214 .546 1.830
NPF -.101 .050 -.388 -2.016 .050 .220 4.537
BOPO -.035 .011 -.535 -3.044 .004 .265 3.780
a. Dependent Variable:
ROA
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan output pada Coefficients dalam Tabel 4.2 di
atas terlihat bahwadari nilai Tolerance CAR sebesar 0,546 (0,546
> 0,10), nilai Tolerance NPF sebesar 0,220 (0,220 > 0,10), dan
nilai Tolerance BOPO sebesar 0,265 (0,265 > 0,10). Berdasarkan
tabel di atas untuk nilai VIF CAR sebesar 1,830(1,830 < 10,00),
67
nilai VIF sebesar NPF sebesar 4,537 (4,537 < 10,00) dan nilai
Tolerance BOPO sebesar 3,780 (3,780< 10,00). Kesimpulan dari
hasil nilai Tolerance menunjukkan > 0,10 dan nilai VIF sebesar <
10,00 berarti menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR),Non Performing Financing (NPF) dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)tidak
terdapat Multikolonieritas.
c. Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti ada varian variabel pada model
regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel
pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka
disebut dengan homoskedastisitas, yang diharapkan pada model
regresi adalah yang homokedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji
heterokedastisitas menggunakan Analisis Grafik dengan
Scatterplot :
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Sumber : data yang diolah
68
Berdasarkan tampilan pada Grafik Scatterplot dalam
gambar 4.3 di atas terlihat bahwa plot menyebar secara acak di
atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression
Studentized Residual. Oleh karena itu maka berdasarkan uji
heterokedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada
model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala
heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Beberapa
penyebab munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data
time-series dalam analisis regresi adalah adanya kelembaman
(inertia) artinya data observasi pada periode sebelumnya dan
periode sekarang, kemungkinan besar akan mengandung saling
ketergantungan (interdependence).
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat
populer untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari
model empiris yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji
autokorelasi :
69
Tabel 4.3 Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .800a .640 .616 .18761 .693
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, NPF
b.Dependent Variable: ROA
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai Durbin-Watson sebesar
0,693. Uji Autokorelasi dilihat dari milai Durbin Watson dengan
nilai diantara -2 < Nilai Durbin Watson < 2. Berdasarkan hasil
tabel di atas menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 0,693. Hal
ini menunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi gejala atau
autokerelasi.
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
Setelah melaksanakan uji koefisien regresi secara
keseluruhan maka, langkah selanjutnya adalah menghitung
koefisien regresi secara individu atau uji t. Uji t digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh masiing-masing variabel
independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen
yang diuji pada tingkat signifikan 0,05, maka variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis
dengan uji t adalah sebagai berikut :
70
Tabel 4.4 Uji t (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) 7.088 1.048 6.763 .000
CAR -.033 .027 -.154 -1.261 .214 .546 1.830
NPF -.101 .050 -.388 -2.016 .050 .220 4.537
BOPO -.035 .011 -.535 -3.044 .004 .265 3.780
a. Dependent
Variable:ROA
Sumber : data yang diolah
1) Uji t terhadap variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
Hasil yang di dapat pada tabel 4.4 diatas, variabel CAR
secara statistik menunjukan hasil yang signifikan pada nilai
lebih kecil dari α (0,214 > 0,05). Maka H0 diterima dan Ha
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel CAR secara
parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.
2) Uji t terhadap variabel Non Performing Financing (NPF)
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.4 diatas, variabel
Performing Financing (NPF) secara statistik menunjukan hasil
yang signifikan pada nilai sama dengan α (0,05 = 0,05). Maka
H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel NPF secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
ROA.
71
3) Uji t terhadap variabelBiaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.4 diatas, variabelBiaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara
statistik menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil
dari α (0,004< 0,05). Maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
b. Uji F (Simultan)
Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan
(bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model persamaan
regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak
terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori
tidak cocok atau non fit.
Adapun pengujian dalam uji F ini yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan tabel ANNOVA
(Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikan (Sig. < 0,05
atau 5%). Jika nilai signifikan > 0,05 maka H1 diterima. Berikut
adalah hasil uji F :
72
Tabel 4.5 Uji F (Simultan)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.754 3 .918 26.079 .000a
Residual 1.549 44 .035
Total 4.302 47
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, NPF
b. Variabel Dependen ROA
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas nilai F-hitung sebesar 26,079
dengan nilai tingkat signifikan 0,000. Karena nilai signifikan <
0,05, Maka dapat disimpulkan bahwa CAR, NPF dan BOPO
berpengaruh secara simultan terhadap ROA.
c. Uji Adjusted R Square
Tabel 4.6 Uji Adjusted R Square (R2 Adj)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .800a .640 .616 .18761 .693
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, NPF
b. Dependent Variable: ROA
Besarnya Adjusted R Square adalah 0,616 atau sebesar
61,6%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh nilai CAR, NPF dan
BOPO terhadap ROA adalah 61,6%. Sedangkan sisanya 38,4%
(100% - 61,6%) dipengaruhi variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan ke dalam penelitian ini, misalnya seperti FDR, ROE
Sumber : data yang diolah
73
dan lain-lain. Adapun angka koefisien korelasi menunjukkan nilai
sebesar 0,800 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat adalah karena memiliki nilai lebih dari
0,5 ( R > 0,5) atau 0,800> 0,5.
3. Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas,
selanjutnya akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 20
untuk mengetahui besarnya pengaruh nilai CAR , NPF dan BOPO
terhadap ROA. Hasil pengelolaan data dengan SPSS dapat dilihat
Tabel 4.7 dibawah ini :
Tabel 4.7 Analisis Regresi Berganda Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) 7.088 1.048 6.763 .000
CAR -.033 .027 -.154 -1.261 .214 .546 1.830
NPF -.101 .050 -.388 -2.016 .050 .220 4.537
BOPO -.035 .011 -.535 -3.044 .004 .265 3.780
a. Dependent
Variable:ROA
Sumber : data yang diolah
Dapat disimpulkan bahwa variabel ROA dipengaruhi oleh
CAR, NPF dan BOPO dengan model persamaan regresi sebagai
berikut :
74
Y= 7,088 - 0,033 X1 – 0,101 X2 - 0,035 X3
Adapun interpretasi satistik penulis pada model persamaan
regresi di atas adalah sebagai berikut :
a. Nilai ROA sebesar 7,088%, maksudnya adalah jika capital
adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF) dan
BOPO tidak melakukan kegiatan operasional dapat dikatakan
bahwa dalam periode Januari 2012 sampai Desember 2015 jumlah
ROA sebesar 7,088%
b. Nilai CAR sebesar -0,033 maksudnya adalah jika setiap kenaikan
1% CAR akan menyebabkan menurunnya ROA sebesar 3,3%,
dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
c. Nilai NPF sebesar - 0,101, maksudnya adalah jika setiap kenaikan
1% NPF menyebabkan menurunnya ROA sebesar 10,1%, dengan
catatan variabel lain dianggap konstan.
d. Nilai BOPO sebesar -0,035, maksudnya adalah jika setiap
kenaikan 1% BOPO menyebabkan menurunROA sebesar 3,5% ,
dengan cacatan variabel lain konstan.
75
C. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh capital adequacy ratio (CAR) terhadap Return on Asset
(ROA)
Hasil yang di dapat pada tabel 4.4 diatas, variabel CAR
secara statistik menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih
kecil dari α (0,214 > 0,05). Maka H0 diterima sehingga Ha ditolak
dapat disimpulkan bahwa variabel CAR secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.Makna dari
penelitian inimenunjukkan bahwa capital adequacy ratio (CAR)
tidak berpengaruh signifikan terhadap return on asset (ROA),
dikarenakan memburuknya kualitas pembiayaan akan berdampak
pada meningkatnya penyisihan penghapusan aktiva produktif yang
akan mengurangi laba yang akan berdampak pada aspek
permodalan BPRS sehingga Rasio CAR berada di bawah batas
minimal. Permodalam BPRS yang tidak kuat membuat
kemampuan BPRS menjalankan usahannya menjadi kurang
memadai. Mahalnya biaya dana yang salah satunya disebabkan
oleh persaingan menyebabkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) menjadi tidak kompetitif dalam menyalurkan dana.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan hasil
bahwa setiap meningkatnya capital adequacy ratio (CAR) maka
76
Return on Asset (ROA) akan meningkat laba ruginya dan
sebaliknya jika menurunyacapital adequacy ratio (CAR) maka
Return on Asset (ROA) akan ikut menurun. Hal ini di karenakan
capital adequacy ratio (CAR) akan berpengaruh tingkat tinggi
rendahnya Return on Asset (ROA).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Linda Widianingrum (2015) dan Lina Krisnawati
(2014) bahwa CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
ROA.
2. Pengaruh Non performing financing (NPF) terhadap Return on Asset
(ROA)
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.4 diatas, variabel
Performing Financing (NPF) secara statistik menunjukan hasil
yang signifikan pada nilai sama dengan α (0,05 = 0,05). Maka H0
ditolak sehingga Ha diterima dapat disimpulkan bahwa variabel
NPF secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan hasil
bahwa setiapjumlah pembiayaan bermasalah meningka maka
pembiayaan bermasalah yang ditanggungReturn on Asset (ROA)
BPRS bertambah dan mengakibatkan kerugian yang dihadapi
meningkat sehingga dapat menurunkan tingkat keuntungan Return
on Asset(ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
77
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ulfawaty Adam (2011), Lina Krisnawati (2014)
dan Sunaryati Muji Lestari (2014) bahwa variabel NPF secara
parsial berpengaruh dan sginifikan terhadap Return on Asset
(ROA).
3. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Return on Asset (ROA).
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.4 diatas, variabel Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara
statistik menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil
dari α (0,004 < 0,05). Maka H0 ditolak sehingga Ha diterima dapat
disimpulkan bahwa variabel Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap ROA.Semakin besar, maka biaya operasional
semakin tinggi di bandingkan dengan pendapatan operasional.
Biaya operasional yang besar mengurangi laba operasional
sehingga juga mengurangi laba sebelum pajak. Biaya oprasional
merupakan biaya yang di keluarkan untuk kegiatan operasional
perbankan. Hasil ini menunjukkan bahwa bank harus
memperhatikan efisensi operasionalnya dengan memperhatikan
biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang di terima.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan hasil
bahwa setiap meningkatnya biaya operasional di Bank Pembiayaan
78
Rakyat Syariah (BPRS), maka akan meningkat Return on Asset
(ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Linda Widyaningrum (2015), Ulfawaty Adam
(2011), Endang Sumacdar dan Hariandy Hasbi (2011) bahwa
variabel BOPO secara parsial berpengaruh dan sginifikan terhadap
Return on Asset (ROA).
79
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara parsial variabel
capital adequacy ratio (CAR) tidak berpengaruh secara parsial
terhadap Return on Asset (ROA).
2. Hasil Uji regresi di temukan bahwa secara parsial variabel non
performing financing (NPF) dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap Return on Asset (ROA).
3. Hasil uji regresi juga ditemukan bahwa secara simultan
variabel capital adequacy ratio (CAR), non performing
financing (NPF) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Return on Asset
(ROA).
80
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka
penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin dapat
bermanfaat diantaranya :
1. Teoritis
Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang Kinerja
Keuangan Bank Syariah dan Profitabilitas Bank Syariah dan dapat
dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya memperbanyak
jumlah variabel, misalnya: Pembiayaan Musyarakah, Financing to
Deposit Ratio (FDR), Inflasi, dan lain-lain.
Peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dibidang
kinerja keuangan pada bank syariah serta sebagai ajang ilmiah
untuk menerapkan berbagai teori perbankan syariah yang telah
diperoleh dibangku kuliah.
2. Praktisi
Perbankan
Dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan yang
akan diambil terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
profitabilitas bank syariah sehingga kegiatan perbankan syariah
tetap berjalan dengan baik dan optimal.
81
Nasabah dan Investor
Nasabah dan Investor mempunyai gambaran informasi untuk
memilih produk perbankan syariah yang dapat menguntungkan dan
acuan untuk investor menanamkan investasi di perbankan syariah.
82
DAFTAR PUSTAKA
A. Totok, Budi Santoso, Sigit Triandari, Y. Sri Susilo. 2000. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya” , Salemba Empat, Jakarta, 2000.
Almilia, Luciana Spica & Winny Herdiningtyas. 2005. “Analisis Rasio
CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2.
Adam,Ulfawaty.2011 di akses 5 agustus 2016 22.30 ”Pengaruh Non
Performing Loan (NPL) dan Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas Bank (ROA) pada PT Bank Negara Indonesia” Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gorontalo.
Afiff, Faisal dan Aripurnomo Yoso dkk. 1996. “Strategi dan Oprasional
Bank”. Eresco, Bandung. Arifin, Zainul. 2009.“Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”. Pustaka
Alvabet, Jakarta.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 1999.“Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendekiawan”, Tazkia Institute, Jakarta.
Andri Indradie, “BI Prediksi Aset Bank Syariah bisa Mencapai
Rp97Triliun”, artikel diakses 29 Maret 2016 darihttp://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/35170/BI-Prediksi-Aset-Bank-Syariah-Bisa-Mencapai-Rp-97-Triliun.
Arikunto, Suharsimi.2006.“Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik”. Rineka Cipta, Jakarta. Dendawijaya, Lukman.2003.“Manajemen Perbankan”. Ghalia Indonesia,
Jakarta. Dendawijaya, Lukman.2009.“Manajemen Perbankan”. Ghalia Indonesia,
Jakarta. Departemen Agama RI. 2004.”Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya Revisi
Tahun 2004”. Jakarta: DEPAG RI. Dietrich, Andreas and Gabrielle Wanzenried. 2009. “What Determines
the Profitability of Commercial Banks? New Evidence from Switzerland”. Diunduh di website www.ssrn.compada tanggal 7 Mei 2016 waktu 20:41 .
83
Eko Nopiansyah,“Modal Cekak, Belasan BPR Dikandangkan”, artikel diakses pada 25 maret 2016 darihttp://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2009/05/14/brk,20090514-176322,id.html.
Ghozali, Imam.2012.“Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS 20 Edisi 6”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gitman, Lawrence J & Chad J. Zutter. 2012. “Principles of Managerial
Finance. Thirteenth Edition”. England: Pearson Education. Hamid, Abdul. 2010. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. Jakarta: Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah. Herry Prasetyo, “Per September, Laba BPRS Tumbuh 45%”, artikel
diakses pada 29 maret 2016 dari http://www.kontan.co.id/index.php/news/24287/Per-September-Laba-BPRS-Rumbuh-45.
Kebijakan Perbankan Tahun 2010 (Pertemuan Tahunan Perbankan, 22
Januari 2010)”, artikel diakses pada 25 maret 2016 dari http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Arah+Kebijakan+Perbankan/
Herman Darmawi.2012.“Manajemen Perbankan”,Bumi Aksara, Jakarta.
Hutagalung, Esther Novelina dkk.2013.”Analisis Rasio Keuangan
Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen”.Vol. 11, No. 1.
Ismail.2010.”Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi”,
Jakarta: Kencana. Karim, A. Adiwarman. 2010.“Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”,
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Karim, Adiwarman.2008.“Ekonomi Mikro Islam”, Raja Grafindo
Persada, Jakarta. Krisnawati, Lina.2014.” Pengaruh Modal, Kualitas Aset, dan Efisiensi
terhadap hasil Pengembalian pada Bank pembiayaan Rakyat Syariah di bawah Pengawasan Bank Indonesia Purwokerto”.Jurnal Bisnis dab Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islam Bumiayu.
84
Levine, John R., Young, Margaret Levine. 2010. “Internet for Dummies.
Twelfth edition”. Wiley Publishing, New Jersey, USA. Muljono, Teguh Pudjo. 1996.”Bank Budgeting Profit Planing & Control
(Edisi Pertama)”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Muhammad. 2005. “Bank Syariah Problem dan Prospek perkembangan di
Indonesia”. Yogyakarta : Graha Ilmu. Meydianawathi, Luh Gede.2007.“Analisis Perilaku Penawaran Kredit
Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006)”. Buletin Studi Ekonomi Edisi: Volume 12 No.2.
Muji Lestari,Sunariyati .2014.” “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Retrun On Asset Pada Perusahaan Perbankan di BEI”. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia: Surabaya.
Muslich, Muhammad. 2003.Manajemen Keuangan Modern. Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta. Nachrowi, Djalal N dan Usman, Hardius.2006.“Pendekatam Populer dan
Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Oramahi, HA. 2007.“Perancangan Percobaan (Aplikasi dengan SPSS dan SAS)”. Gava Media, Yogyakarta.
Prabowo, Tommy. 2000.“Bank Syari’ah: Lahir dari Hasil Diskusi Kesadaran Umat Islam”, Media Akuntansi, No.15, November-Desember, p.5-6.
Republik Indonesia. Outlook Perbankan Syariah 2013. 2012. Rivai,Veithzal.2007.“ Bank and Financial Institution Management”.
PT.Raja Grafindo Persada.Jakarta. Sawir, Agnes . 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan
KeuanganPerusahaan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Sudarmanto, Gunawan.2005.“Analisis Regresi Linier Ganda dengan
SPSS”, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sudarsono, Heri. 2008.”Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi”. Ekonisia, Yogyakarta.
85
Suliyanto.2011.“Ekonometrika Terapan : Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi, Yogyakarta.
Sumachdar, Endang and Hasbi, Hariandy.2011.” Financial Performance
Analysis For Islamic Rural Bank to third party funds and the Comparation with conventional Rural Bank in Indonesia". Faculty of Business and Management, Widyatama University.
Widarjono, Agus.2010.“Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya.”.
Ekonisia, Jakarta. Widyaningrum, Linda.2015.” Pengaruh CAR, FDR, dan OER terhadap
ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Periode Januari 2009 hingga mei 2014”. Jurnal Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Erlangga.
Wibowo. 2011. “Manajemen Kinerja”.Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Laporan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1999
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, pasal 1, butir b
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008
Pendoman pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/17/PBI/2007 tanggal 4 Desember 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29/DPbs tanggal 7 Desember 2007.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 146 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4787.
Websit
www.kajianpustaka.com
www.bi.go.id
Republika.co.id
86
Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Capital Adequacy Ratio (CAR) (dalam persentase)
BULAN TAHUN
2012 2013 2014 2015
Januari 25.9 25.06 24.62 24.43
Februari 25.24 24.45 23.78 24.67
Maret 24.93 24.1 23.08 23.04
April 24.53 22.76 22.78 22.53
Mei 23.28 22.44 22.5 21.73
Juni 24.33 22.4 22.21 21.73
Juli 24.36 22.09 21.86 21.52
Agustus 24.48 22.1 21.78 20.85
September 25.26 21.96 21.8 20.71
Oktober 25.04 22.4 22.22 20.93
November 23.87 24.63 22.34 22.08
Desember 25.16 22.08 22.77 21.47
Sumber : BI, statistik perbankan syariah.
87
b. Non Performing Financing (NPF) (dalam persentase)
BULAN TAHUN
2012 2013 2014 2015
Januari 6.68 6.91 7.77 8.97
Februari 6.61 7.33 7.71 9.11
Maret 6.42 7.21 7.74 10.36
April 6.5 7.32 8 9.33
Mei 6.47 7.69 8.23 9.38
Juni 6.39 7.25 8.18 9.25
Juli 6.68 7.35 8.62 9.8
Agustus 6.91 7.89 8.83 9.74
September 6.87 7.58 8.68 9.87
Oktober 6.83 7.48 8.94 10.01
November 6.8 7.34 8.81 9.69
Desember 6.15 6.5 7.89 8.2
Sumber : BI, statistik perbankan syariah.
88
c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) (dalam persentase)
BULAN TAHUN
2012 2013 2014 2015
Januari 78.42 79.34 89.48 88.03
Februari 78.13 79.17 86.72 87.16
Maret 77.88 79.13 87.55 88.66
April 78.73 78.69 87.93 88.68
Mei 79.14 78.97 87.95 88.38
Juni 79.13 78.99 87.51 88.13
Juli 80.22 79.65 89.77 89.24
Agustus 80.91 81.29 89.65 89.2
September 80.89 80.08 89.13 89.55
Oktober 79.08 79.62 88.49 89.14
November 79.1 79.96 88.5 89.38
Desember 80.02 80.75 87.79 88.09
Sumber : BI, statistik perbankan syariah.
89
2. Variabel Dependen
a. Return On Asset (ROA)(dalam persentase)
BULAN TAHUN
2012 2013 2014 2015
Januari 18.61 24.35 21.35 16.59
Februari 19.27 24.38 21.61 15.82
Maret 19.75 24.73 20.31 14.18
April 19.48 25.25 19.09 15.27
Mei 19.11 25.09 18.22 15.08
Juni 20.67 24.07 21.14 16.15
Juli 20.3 23 18.23 15.82
Agustus 19.68 20.65 18.51 16.16
September 20.01 22.88 16.26 14.93
Oktober 22.27 23.42 15.6 14.71
November 21.57 23.52 15.59 14.46
Desember 20.54 21.22 16.13 14.66
Sumber : BI, statistik perbankan syariah.
90
Lampiran 2 : Uji Normalitas
1. Analisis Grafik Histogram
Sumber : data yang diolah
2. Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot ( Normal P-Plot)
Sumber : data yang diolah
91
3. Uji Kolmogorov-Smirnov
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 48
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .18152203
Most Extreme Differences Absolute .156
Positive .156
Negative -.096
Kolmogorov-Smirnov Z 1.079
Asymp. Sig. (2-tailed) .195
a. Test distribution is Normal. Sumber : data yang diolah
Lampiran 3 : Uji Multikolonieritas
a. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas dengan Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standard
ized
Coefficie
nts
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) 7.088 1.048 6.763 .000
CAR -.033 .027 -.154 -1.261 .214 .546 1.830
NPF -.101 .050 -.388 -2.016 .050 .220 4.537
BOPO -.035 .011 -.535 -3.044 .004 .265 3.780
a. Dependent Variable: ROA
92
Lampiran 4 : Uji Heterokedastisitas
Sumber : data yang diolah
Lampiran 5 : Uji Autokorelasi
Uji Durbin Waston
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .800a .640 .616 .18761 .693
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, NPF
b. Dependent Variable: ROA Sumber : data yang diolah
93
Lampiran 6 : Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) 7.088 1.048 6.763 .000
CAR -.033 .027 -.154 -1.261 .214 .546 1.830
NPF -.101 .050 -.388 -2.016 .050 .220 4.537
BOPO -.035 .011 -.535 -3.044 .004 .265 3.780
a. Dependent Variable: ROA Sumber : data yang diolah
b. Uji F (Simultan)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.754 3 .918 26.079 .000a
Residual 1.549 44 .035
Total 4.302 47
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, NPF
b. Dependent Variable: ROA Sumber : data yang diolah
94
c. Uji Adjusted R Square (R2 Adj)
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .800a .640 .616 .18761 .693
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, NPF
b.Dependent Variable: ROA Sumber : data yang diolah
d. Uji Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) 7.088 1.048 6.763 .000
CAR -.033 .027 -.154 -1.261 .214 .546 1.830
NPF -.101 .050 -.388 -2.016 .050 .220 4.537
BOPO -.035 .011 -.535 -3.044 .004 .265 3.780
a. Dependent Variable:ROA