Post on 03-Aug-2015
1
PENATALAKSANAAN SISTEM GASTROINTESTINAL
1. Pemasangan Nasogastric Tube
1.1 Definisi NGT
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung,
juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini
digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik adalah proses medis yaitu
memasukkan sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung,
melewatI tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation)
Nasogastrik: Menunjuk kepada jalan dari hidung sampai ke lambung.
Selang Nasogastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung
( melewati nasopharynx dan esophagus ) menuju ke lambung.Singkatan untuk
Nasogastrik adalah NG. Selangnya disebut selang Nasogastrik.
"Nasogastric" terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa
Yunani, Naso adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari
Latin “nasus”untuk hidung atau moncong hidung.
Gastik berasal dari bahasa Yunani “gaster” yang artinya the paunch ( perut
gendut ) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah “nasogastric” bukanlah
istilah kuno melainkan sudah disebut pada tahun.1942 .
(http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=9348)
Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan melalui
hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-
obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan,
cairan, dan obat-obatan secara oral.Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi
dari lambung dengan cara disedot.
(http://dying.about.com/od/glossary/g/NG_tube.htm )
2
NGT adalah kependekan dari Nasogastric tube. alat ini adalah alat yang
digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plasitic yang dipasang
melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3
kategori yaitu:
1. Dewasa ukurannya 16-18 Fr
2. Anak-anak ukurannya 12-14 Fr
3. Bayi ukuran 6 Fr
1.2. Tujuan Pemasangan NGT
1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang
mengalami kesulitan menelan
2. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar
3. Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah
atau pendarahan pada lambung
1.3 Indikasi pemasangan NGT
indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut:
1. Pasien tidak sadar
2. pasien Karena kesulitan menelan
3. pasien yang keracunan
4. pasien yang muntah darah
5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut
1.4 Kontraindikasi pemasangan NGT
1.Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus
2.Pasien yang mengalami cidera serebrospinal
3
1.5 Persiapan Alat
2. Selang NGT ukuran dewasa, anak –anak dan juga bayi. Melihat kondisi
pasiennya
3. Handscun bersih
4. Handuk
5. Perlak
6. Bengkok
7. Jelli atau lubricant
8. Spuit 10 cc
9. Stetoskop
10. Tongue spatel
11. Plaster
12. Pen light
13. Gunting
1.6 Langkah Pemasangan NGT
1. Siapkan peralatan di butuhkan seperti yang telah disebutkan diatas
termasuk plester 3 untuk tanda, fiksasi di hidung dan leherdan juga ukuran
selang NGT
2. Setelah peralatan siap minta izin pada pasien untuk memasang NGT dan
jelaskan pada pasien atau keluarganya tujuan pemasangan NGT
3. Setelah minta izin bawa peralatan di sebelah kanan pasien. Secara etika
perawat saat memasang NGT berda di sebelah kanan pasien
4. Pakai handscun kemudian posisikan pasien dengan kepala hiper ekstensi
5. Pasang handuk didada pasien untuk menjaga kebersihan kalau pasien
muntah
6. Letakkan bengkok di dekat pasien
7. Ukur selang NGT mulai dari hidung ke telinga bagian bawah, kemudian
dari telinga tadi ke prosesus xipoidius setelah selesai tandai selang dengan
plaster untuk batas selang yang akan dimasukkan
8. Masukkan selang dengan pelan2, jika sudah sampai epiglottis suruh pasien
untuk menelan dan posisikan kepala pasien fleksi, setelah sampai batas
4
plester cek apakah selang sudah benar2 masuk dengan pen light jika
ternyata masih di mulut tarik kembali selang dan pasang lagi
9. Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar2 masuk lambung atau
trakea dengan memasukkan angin sekitar 5-10 cc dengan spuit. Kemudian
dengarkan dengan stetoskop, bila ada suara angin berarti sudah benar
masuk lambung. Kemuadian aspirasi kembali udara yang di masukkan tadi
10. Jika sudah sampai lambung akan ada cairan lambung yang teraspirasi
11. Kemudian fiksasi dengan plester pada hidung, setelah fiksasi lagi di leher.
Jangan lupa mengklem ujung selang supaya udara tidak masuk
12. Setelah selesai rapikan peralatan dan permisi pada pasien atau keluarga.
13. Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu
harus dilepas dan di pasang NGT yang baru.
14. Langkah –langkah pemberian makanan cair lewat NGT
Makanan yang bisa di masukkan lewat NGT adalah makanan cair, caranya adalah
sebagai berikut:
1. Siapakan spuit besar ukuran 50 cc
2. Siapakan makanan cairnnya ( susu, jus)
3. Pasang handuk di dada pasien dan siapkan bengkok
4. Masukkan ujung spuit pada selang NGT dan tetap jaga NGT supata tidak
kemasukan udara dengan mengklem.
5. Masukkan makanan cair pada spuit dan lepaskan klem, posisi spuit harus
diatas supaya makanan cairnya bisa mengalir masuk ke lambung.
6. Jangan mendorong makanan dengan spuit karena bisa menambah tekanan
lambung, biarkan makanan mengalir mengikuti gaya gravitasi
7. Makanan yang di masukkan max 200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc maka
bisa dilakukan 4 kali .
8. Apabila akan memasukkan makanan untuk yang kedua, jangan lupa
mencuci dulu spuit. Jika sudah selesai aliri selang NGT dengan air supaya
sisa-sisa makanan tidak mengendap di selang karena bisa mengundang
bakteri.
9. Jika sudah rapikan peralatan
5
1.7 Komplikasi Yang Disebabkan Oleh Ngt
1. Komplikasi mekanis
-Sondenya tersumbat.
-Dislokasi dari sonde, misalnya karena ketidaksempurnaan melekatkatnya sonde
dengan plester di sayap hidung.
2.Komplikasi pulmonal: misalnya aspirasi.
Dikarenakan pemberian NGT feeding yang terlalu cepat
3.Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde
-Yang menyerupai jerat
-Yang menyerupai simpul
-Apabila sonde terus meluncur ke duodenum atau jejunum.Hal ini dapat langsung
menyebabkan diare.
4.Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi
6
2. Kumbah Lambung
2.1 Definisi
Kumbah lambung merupakan salah satu tindakan dalam memberikan
pertolongan kepada pasien dengan cara memasukkan air atau cairan tertentu dan
kemudian mengeluarkannya dengan menggunakan alat yaitu NGT (Naso Gastric
Tube) / Stomach Tube yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung.
2.2 Tujuan Kumbah Lambung
Tujuan Sebagai acuan dan langkah-langkah dalam melakukan tindakan
kumbah lambung pada pasienKebijakan Tindakan kumbah lambung dilakukan
untuk mengeluarkan racun / darah dari lambung.
Kebijakan
1. Adanya permintaan tertulis dari dokter.
2. pastikan NGT masuk kedalam lambung, kemudian difiksasi.
3. Tinggi corong dari pasien + 30 cm.
4. Tersedia peralatan seperti :
- NGT
- Corong
- Cairan yang diperlukan sesuai kebutuhan
- Plester dan gunting
- Ember penampung cairan
- Stetoskop
- Spuit 20 cc
- Tissue / kain kasa
- Sarung tangan
- Klem
- Gliserin
2.3 Prosedur
1. Persiapan Alat dan Obat :
1 NET / Stomach Tube berbagai ukuran.
7
2 Corong NET.
3 Cairan yang diperlukan sesuai keperluan (susu, air putih, air es)
4 Plester yang digunting.
5 Sarung tangan (Hand scoen)
6 Ember penampung cairan.
7 Stetoskop.
8 Spuit 10 cc.
9 Tissue / kain kasa
10 Gliserin / jelly pelicin.
11 Bengkok / nierbeken.
12 Klem.
13 Obat-obatan yang diperlukan (sulfas Atropin, Norit)
14 Gelas Ukuran
2.2.4 Persiapan Pasien :
1. Memberitahukan dan memberikan penjelasan kepada pasien atau
keluarganya tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Mengatur posisi pasien, telentang dengan kepala ekstensi.
2.4 Penatalaksanaan
1. Perawat mencuci tangan.
2. Ember diletakkan dibawah tempat tidur pasien.
3. Memakai sarung tangan.
4. Mengukur NGT, NGT di klem kemudian oleskan gliserin / pelican pada
bagian ujung NGT.
5. Memasukan selang NGT melalui hidung secara perlahan-lahan, jika pasien
sadar anjurkan untuk menelan.
6. Jika terjadi clynosis atau tahanan, NGT segera dicabut.
7. Pastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara :
Masukkan ujung NGT kedalam air, jika tidak terdapat gelembung
maka NGT masuk ke lambung.
8
Masukkan udara dengan spuit 10 cc dan didengarkan pada daerah
lambung dengan menggunakan stetoskop. Setelah yakin pasang plester
pada hidung untuk memfiksasi NGT.
8. Pasang corong pada pangkal NGT, kemudian dimasukkan + 500 cc,
kemudian
9. dikeluarkan lagi / ditampung pada ember.
10. Lakukan berulang kali sampai cairan yang keluar bersih, jernih dan tidak
berbau.
11. Perhatikan jenis cairan, bau cairan yang keluar.
12. Mengobservasi keadaan umum pasien dan vital sign pada saat dilakukan
tindakan.
13. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan pada status pasien.
14. Setelah selesai, pasien dirapikan dan peralatan dibersihkan.
15. Perawat mencuci tangan.
9
3. Enema
3.1 Definisi
Enema adalah prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon melalui anus.
Enema dapat ditujukan untuk merangsang peristaltik kolon supaya dapat buang air
besar, membersihkan kolon untuk persiapan pemeriksaan operasi, serta
memberikan sensasi berbeda dalam teknik berhubungan.
Suatu tindakan memasukkan cairan kedalam rectum dan kolon melalui
anus.
3.2 Tujuan
1. Mengurangi rasa tidak nyaman akibat distensi abdomen.
2. Merangsang peristaltik usus untuk kembali normal.
3. Mengembalikan pola eliminasi yang normal.
4. Membersihkan dan mengosongkan isi kolon untuk pemeriksaan diagnostik atau
untuk persiapan prosedur pembedahan.
3.3 Pengkajian
1. Mengkaji kembali program/instruksi medic dan tujuan dilakukannya
huknah/enema.
2. Mengkaji ststus kesehatan klien.
3. Mengkaji daerah anus, bokong, dan kulit sekitarnya (luka, lecet, hemorrhoid atau
adanya fistula).
4. Mengkaji kemampuan klien untuk mengontrol sphincter ani eksternal.
5. Mengkaji adanya indicator konstipasi (nyeri, rasa keras pada abdomen bagian
bawah, lubang anus yang menyempit).
6. Mengkaji pola defekasi dan terakhir kali klien defekasi.
7. Mengakji tanda-tanda vital klien sebelum dilakukan prosedur.
8. Mengkaji adanya kontraindikasi atau kemungkinan adanya komplikasi pemberian
huknah/enema, seperti : pada klien dengan gangguan jantung.
9. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan huknah / enema.
10
3.4 Persiapan Alat
1. Set alat huknah / enema.
2. Handuk mandi.
3. Handscoen bersih.
4. Pot.
5. Alas / perlak.
6. Vaseline / jelly.
7. Kom, air hangat, sabun, dan washlap
8. Tissue.
9. Nierbeken / bengkok.
10. Skort.
11. Plastik sampah.
3.5 Persiapan Klien
1. Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan
pemberian huknah / enema.
2. Menjamin lingkungan yang memenuhi privacy klien dengan menutup lingkungan
sekitar tempat tidur dengan sampiran atau pintu kamar klien.
3. Mengatur posisi tidur klien sesuai dengan tujuan pemberian huknah / enama.
4. Mengatur ketinggian tempat tidur klien sejajar dengan posisi kerja perawat.
1. Mencuci tangan.
2. Memakai skort.
3. Memakai handscoen bersih.
4. Mempersiapkan cairan huknah / enema :
a. Suhu (37° C untuk anak-anak dan 40,5 – 43 ° C untuk dewasa).
b. Jumlah cairan (150 – 250 ml untuk usia infant, 250 – 350 ml untuk anak usia
toddler, 300 – 500 ml untuk anak usia sekolah, 500 – 750 ml untuk anak usia
adolescent, dan 750 – 1000 untuk usia dewasa).
5. Memasang perlak / alas dibawah bokong klien.
6. Menyiapkan pot pada posisi yang mudah dijangkau oleh perawat.
7. Mengatur posisi tidur klien yang tepat :
a. Enema Rendah : Posisi tidur miring ke kiri.
11
b. Enema Tinggi : Posisi miring ke kriri, terlentang, kemudian miring ke kanan (bila
memungkinkan).
8. Menyambungkan kanul rektal dengan selang irigator (selang masih terklem).
9. Mengolesi ujung kanul dengan vaseline / jelly sepanjang 3 – 4 inchi atau 7,5 – 10
cm.
10. Mengeluarkan udara yang terdapat dalam selang irigator dengan cara
mengeluarkan cairan sampai selang irigator bebas udara kemudian selang irigator
di klem kembali.
11. Membuka bokong klien sampai lubang anus terlihat jelas, sambil menganjurkan
klien untuk rileks dengan menarik nafas dalam.
12. Memasukkan kanul ke dalam rektum melalui anus mengarah ke umbilikus secara
hati-hati sepanjang : infant = 2,5 – 4 cm, anak-anak = 5 – 6,5 cm, dewasa = 7,5 –
10 cm.
13. Mengatur ketinggian irigator :
a. Enema Rendah : 30 cm dari anus.
b. Enema Tinggi : 30 – 45 cm dari anus.
14. Membuka klem dan mengalirkan cairan huknah / enema kedalam kolon dengan
kecepatan 75 – 100 ml/menit, smabil menganjurkan klien untuk menahan hingga
keseluruhan cairan masuk.
15. Apabila klien mengeluh kram abdomen atau cairan keluar dari anus, rendahkan
ketinggian irigator.
16. Mengklem selang irigator setelah semua cairan masuk kedalam kolon.
17. Meletakkan kertas tissue pada kanul kemudian cabut secara perlahan-lahan dan
masukkan kedalam plastik sampah.
18. Menganjurkan klien untuk menahan cairan tetap didalam kolon selama 5 – 10
menit dengan posisi tetap berbaring di tempat tidur.
19. Menjelaskan kepada klien bahwa perasaan tidak nyaman adalh hal yang normal.
20. Bila klien merasa ada keinginan untuk defekasi, menganjurkan klien untuk buang
air besar di kamar mandi, bila tidak memungkinkan bantu klien buang air besar di
tempat tidur dengan menggunakan pot.
21. Mengobservasi karakteristik cairan yang keluar (jumlah, warna dan konsistensi
feses).
12
22. Membersihkan daerah anus, bokong dan kulit disekitarnya dengan menggunakan
tissue dan washlap dan sabun, kemudian mengeringkannya dengan handuk.
23. Mengebakan kembali pakaian dan merpihkan klien.
24. Memberikan posisi yang yang nyaman menurut klien.
25. Membereskan alat-alat.
26. Mencuci tangan.
3.6 Evaluasi
1. Mengevaluasi respon klien sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan prosedur
huknah / enema.
2. Mengevaluasi karakteristik cairan yang keluar (jumlah, warna dan konsistensi
feses).
3. Menjamin smapi cairan yang keluar menjadi bening, jika tujuan pemberian
huknah/enema adalah untuk pemeriksaan diagnostik atau persiapan pembedahan.
3.7 Dokumentasi
1. Mencatat tanggal dan waktu pemberian huknah / enema.
2. Mencatat jenis dan jumlah cairan yang diberikan.
3. Mencatat karakteristik, jumlah, warna cairan dan feses yang keluar.
4. Mencatat bila ada komplikasi yang terjadi selama dan sesudah pemeberian
huknah / enema.
5. Mencatat tingkat toleransi klien terhada prosedur yang dilakukan
13
4. Perawatan Kolostomi
4.1 Pengertian
Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding
abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991)
Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui
dinding perut untuk mengeluarkan feses (Randy, 1987)
Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk
mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce, 1993)
4.2 Tujuan
* Menjaga kebersihan pasien
* Mencegah terjadinya infeksi
* Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
* Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
4.3 Jenis – jenis kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga
jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat
dibuat secara permanen maupun sementara.
* Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah
tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang)
14
* Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti
semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua
ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double
barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa
kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya
masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan
laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko
mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang
kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka
laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka
dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong
kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair
mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar
stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit
dan untuk kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep
atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong
kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk
memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.
4.4 Pendidikan pada pasien
Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik
sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi
pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen.
15
Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah:
* Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar
* Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
* Waktu penggantian kantong kolostomi
* Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien
* Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan
* Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien
* Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi
* Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien
* Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika apsien
sudah dirawat dirumah)
* Berobat/ control ke dokter secara teratur
* Makanan yang tinggi serat
4.5 Persiapan Alat
1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain
persegi empat
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. pasang sarung tangan bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
16
6. Baju ruangan / celemek
7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
8. Zink salep
9. Perlak dan alasnya
10. Plester dan gunting
11. Bila perlu obat desinfektan
12. bengkok
13. Set ganti balut
4.6 Persiapan Klien
1. Memberitahu klien
2. Menyiapkan lingkungan klien
3. Mengatur posisi tidur klien
4.7 Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan
tangan kiri menekan kulit pasien
17
7. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas
sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl
10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan
kassa steril
11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar
stoma
12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring
sesuai kebutuhan pasien
14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
15. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
16. Merapikan klien dan lingkungannya
17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Membuat laporan
4.8 Komplikasi kolostomi
1.Obstruksi/ penyumbatan
18
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau
adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya
sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien
dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat
melakukannya sendiri di kamar mandi.
2.Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus
menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan
mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
3.Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu
sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang
mengalami pengkerutan.
4.Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur
penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
5.Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma
6.Perdarahan stoma