Post on 05-Jan-2016
description
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi ...................................................................................................…. 1
BAB I Pendahuluan........................................................................................ 2
BAB II Tinjauan Pustaka
I. Definisi Hemostasis……………......................................................... 3
II. Mekanisme Hemostasis...................................................................... 5
a. Vasokonstriksi Pembuluh Darah.................................................... 5
b. Pembentukan Sumbat Platelet........................................................ 6
c. Pembentukan bekuan darah........................................................... 7
III. Antikoagulan Intravaskuar.............................................................. 15
IV. Kelainan Patofisiologi Hemostasis dan Pembekuan darah............ 16
V. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 20
VI. Farmakologi.................................................................................... 25
BAB III Penutup
A. Kesimpulan…...................................................................................... 31
2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Hemostasis merupakan pencegahan hilangnya darah. Sistem Hemostasis pada
dasarnya terbentuk dari tiga kompartemen hemostasis yang sangat penting dan sangat
berkaitan yaitu trombosit, protein darah dan jaring-jaring pembuluh darah. Agar
terjadi peristiwa hemostasis yang normal, trombosit harus mempunyai fungsi dan
jumlah yang normal. Sistem protein darah sangat berperan penting tidak hanya
sebagai protein pembekuan akan tetapi sangat berperan dalam dalam fisiologi
perdarahan dan trombosis.
Hampir semua pembentukan faktor pembekuan darah berada di dalam hati.
Oleh karena itu penyakit penyakit hati seperti hepatitis, sirosis, dan accute yellow
atropy terkadang dapat menekan sistem pembekuan sedemikian kuatnya sehingga
pasien mengalami perdarahan hebat. Ada 5 faktor pembekuan darah yang
memerlukan vitamin ka untuk pembekuannya yaitu protombin, Faktor VII, Faktor IX,
Faktor X, dan protein C. Dalam keadaan tanpa vitamin K, selanjutnya kekurangan
faktor-faktor pembekuan dalam darah tersebut dapat juga menjurus ke arah
perdarahan yang serius.
3
Selain perdarahan, kelainan hemostasis juga dapat berupa trombus dan
embolus. Trombus merupakan bekuan abnormal yang terbentuk dalam pembuluh
darah. Ketika terbentuk bekuan, darah yang mengalir terus-menerus dapat
melepaskan bekuan tersebut dari tempat perlekatanya, dan bekuan yang mengalir
bebas dikenal sebagai embolus. Embolus dapat menyumbat arteri arteri maupun
arteriol di otak, ginjal maupun tempat lain.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Hemostasis
Hemostasis merupakan pencegahan hilangnya darah. Sistem Hemostasis
pada dasarnya terbentuk dari tiga kompartemen hemostasis yang sangat penting
dan sangat berkaitan yaitu trombosit, protein darah dan jaring-jaring pembuluh
darah. Agar terjadi peristiwa hemostasis yang normal, trombosit harus mempunyai
fungsi dan jumlah yang normal. Sistem protein darah sangat berperan penting
tidak hanya sebagai protein pembekuan akan tetapi sangat berperan dalam dalam
fisiologi perdarahan dan trombosis. Saat pembuluh darah mengalami cedera atau
ruptur, hemostasis terjadi melalui beberapa cara :
a. Kontriksi Pembuluh Darah
b. Pembentukan sumber platelet
c. Pembentukan bekuan darah
d. Pertumbuhan jaringan fibrosa ke dalam bekuan darah dan menutup lubang
pada pembuluh darah secara permanen.
Trombosit merupakan komponen sistem hemostasis yang amat penting dan
kompleks. Trombosit adalah kuntum sel yang dihasilkan dari megakariosit.
Trombosit tidak punya inti dan disusun dari suatu zona perifer yang terdiri dari
suatu glukokaliks sebelah luar, membran plasma, dan suatu sistem kanalikuler
5
yang terbuka. Dalam zona perifer terdapat suatu zona "sol-gel" yang tersusun dari
mikrotubulus, mikrofilamen, tubulus yang padat dan trombostenin yaitu protein
trombosit yang dapat berkerut. Zona organel mengandung bahan-bahan padat,
granula alfa dan mitokondria. Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval.
Diameternya 2-4 mikron. Sel megakariosit yang menghasilkan trombosit
merupakan sel yang sangat besar dalam susunan hemopoitik yang berada dalam
sum-sum tuilang dan tidak meninggalkannya untuk memasuki darah.
Ttombosit
Konsentrasi normal trombosit dalam darah adalah antara 150.000-350.000
mm kubik. Meskipun tidak mempunyai inti, trombosit mempunyai ciri fungsional
sebagai sebuah sel. Dalam sitoplasma terdapat molekul aktif seperti : (1) aktin dan
miosin yang menyebabkan trombosit berkontraksi, (2) sisa retikulum endoplasma
dan aparatus golgi yang mensintesis enzim dan menyimpan besar ion kalsium, (3)
sistem enzim yang mampu membentuk ATP dan ADP, (4) sistem enzim yang
mensintesis prostaglandin, (5) suatu protein penting yaitu faktor pemantap fibrin,
dan (6) faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan penggandaan dan
pertumbuhan sel endotel pembuluh darah. Pada membran sel trombosit terdapat
lapisan glikoprotein yang menyebabkan trombosit bisa melekat pada pembuluh
darah yang luka, terutama pada sel endotel yang rusak dan jaringan kolagen yang
terbuka. Trombosit juga mengandung fosfolipid yang dapat mengaktifkan salah
satu sistem pembekuan darah yang disebut sistem intrinsik. Pada membran
6
trombosit terdapat enzim adenilat siklase yang bila diaktifkan dapat menyebabkan
pembentukan AMP siklik yang menggiatkan aktifitas dalam trombosit. Jadi
trombosit merupakan struktur yang sangat aktif, waktu paruhnya 8-12 hari setelah
itu mati. Trombosit kemudian diambil dari sirkulasi, terutama oleh makrofag
jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag pada waktu darah
melewati kisi trabekula yang tepat.
Protein Darah
Protein darah yang terlibat dalam hemostasis meliputi protein koagulasi,
protein enzim fibrinolitik sistem kinin dan sistem komplemen serta inhibitor yang
terdapat pada sistem-sistem tersebut. Sistem protein koagulasi terpusatkan pada
tiga reaksi yaitu pada reaksi pembentukan faktor Xa, reaksi pembentukan trombin,
dan reaksi pembentukan fibrin. Protease serin adalah faktor pembekuan yang
diaktifkan pada reaksi pembentukan faktor Xa dan bagian yang aktif untuk
aktivitas enzim adalah asam amino serin. Pada ketiga reaksi kunci tersebut
memerlukan komponen-komponen seperti substrat, enzim, kofaktor,
fosfolipoprotein dan kalsium.
II. Mekanisme Hemostasis
a. Vasokonstriksi pembuluh darah
Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari
pembuluh darah yang rusak menyebabkan dinding pembuluh berkontraksi
sehingga aliran darah dari pembuluh darah yang pecah barkurang. Kontraksi
7
terjadi akibat refleks syaraf dan spasme miogenik setempat. Refleks saraf
dicetuskan oleh rasa nyeri atau lewat impuls lain dari pembuluh darah yang rusak.
Kontraksi miogenik yang sebagian besar menyebabkan refleks saraf ini, terjadi
karena kerusakan pada dinding pembuluh darah yang menimbulkan transmisi
potensial aksi sepanjang pembuluh darah. Konstriksi suatu arterioul menyebabkan
tertutupnya lumen arteri.
Gambar 1. Proses pembekuan darah pada pembuluh darah
b. Pembentukan Sumbat Platelet
Perbaikan oleh trombosit terhadap pembuluh darah yang rusak didasarkan
pada fungsi penting dari trombosit itu sendiri. Pada saat trombosit bersinggungan
dengan pembuluh darah yang rusak misalnya dengan serabut kolagen atau dengan
sel endotel yang rusak, trombosit akan berubah sifat secara drastis. Trombosi
8
mulai membengkak, bentuknya irreguler dengan tonjolan yang mencuat ke
permukaan. Trombosit menjadi lengket dan melekat pada serabut kolagen dan
mensekresi ADP. Enzimnya membentuk tromboksan A, sejenis prostaglandin
yang disekresikan kedalam darah oleh trombosit. ADP dan tromboksan A
kemudian mengaktifkan trombosit yang berdekatan sehingga dapat melekat pada
trombosit yang semula aktif. Dengan demikian pada setiap lubang luka akan
terbentuksiklus aktivasi trombosit yang akan menjadi sumbat trombosit pada
dinding pembuluh.
c. Pembentukan bekuan darah
Bekuan mulai terbentuk dalam 15-20 detik bila trauma pembuluh sangat
hebat dan dalam 1-2 menit bila trauma pembuluh kecil. Banyak sekali zat yang
mempengaruhi proses pembekuan darah salah satunya disebut dengan zat
prokoagulan yang mempermudah terjadinya pembekuan dan sebaliknya zat yang
menghambat proses pembekuan disebut dengan zet antikoagulan. Dalam keadaan
normal zat antikoagulan lebih dominan sehingga darah tidak membeku. Tetapi bila
pembuluh darah rusak aktivitas prokoagulan didaerah yang rusak meningkat dan
bekuan akan terbentuk. Pada dasarnya secara umum proses pembekuan darah
melalui tiga langkah utama yaitu pembentukan aktivator protombin sebagai reaksi
terhadap pecahnya pembuluh darah, perubahan protombin menjadi trombin yang
dikatalisa oleh aktivator protombin, dan perubahan fibrinogen menjadi benang
fibrin oleh trombin yang akan menyaring trombosit, sel darah, dan plasma
sehingga terjadi bekuan darah.
9
Faktor –faktor pembekuan darah dan sinonimnya :
a. I : Fibrinogen
b. II : Protrombin
c. III : Tromboplastin
d. IV : Ion Kalsium
e. V (VI) : Proaselerin
f. VII : Prokonvertin
g. VIII : Globulin A Antihemofilik
h. IX : Globulin B Antihemofilik ( f chrismast )
i. X : f Stuart – Power
j. XI : Plasma Thrombopplastin – antecedent Factor (PTA, Faktor
Rosenthal)
k. XII : Fibrin Stabilizing Factor ( FSF, f laki-lorand)
l. XIII : Faktor Trombosit 3 ( faktor pembeku 3)
m. Prekalikein : Faktor fletcher
n. Kininigen dengan berat molekul besar : Faktor fitzgeraid, HMWK
kininogen (berat molekul besar)
o. vWf : faktor von willebrand
10
Gambar 2. Skema perubahan protombin menjadi trombin
i. Pembentukan aktivator protombin
Aktivator protombin dapat dibentuk melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik
dan jalur intrinsik. Pada jalur ekstrinsik pembentukan dimulai dengan adanya
peristiwa trauma pada dinding pembuluh darah sedangkan pada jalur intrinsik,
pembentukan aktivator protombin berawal pada darah itu sendiri.
Langkah-langkah mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembekuan
a. Pelepasan tromboplastin jaringan yang dilepaskan oleh jaringan yang luka.
Yaitu fosfolipid dan satu glikoprotein yang berfungsi sebagai enzim
proteolitik.
11
b. Pengaktifan faktor X yang dimulai dengan adanya penggabungan
glikoprotein jaringan dengan faktor VII dan bersama fosfolipid bekerja
sebagai enzim membentuk faktor X yang teraktivasi.
c. Terjadinya ikatan dengan fosfolipid sebagai efek dari faktor X yang
teraktivasi yang dilepaskan dari tromboplastin jaringan . Kemudian
berikatan dengan faktor V untuk membentuk suatu senyawa yang disebut
aktivator protombin.
Gambar 3. Jalur ekstrinsik
Langkah-langkah mekanisme intrinsik sebagai awal pembekuan
a. Pengaktifan faktor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang
terkena trauma. Bila faktor XII terganggu misalnya karena berkontak
12
dengan kolagen, maka ia akan berubah menjadi bentuk baru sebagai enzim
proteolitik yang disebut dengan faktor XII yang teraktivasi.
b. Pengaktifan faktor XI yang disebabkan oleh karena faktor XII yang
teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap faktor XI. Pada reaksi ini
diperlukan HMW kinogen dan dipercepat oleh prekalikrein.
c. Pengaktifan faktor IX oleh faktor XI yang teraktivasi. Faktor XI yang
teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap faktor IX dan
mengaktifkannya.
d. Pengaktifan faktor X oleh faktor IX yang teraktivasi yang bekerja sama
dengan faktor VIII dan fosfolipid trombosit dari trombosit yang rusak
untuk mengaktifkan faktor X.
e. Kerja dari faktor X yang teraktivasi dalam pembentikan aktivator
protombin. Langkah dalam jalur intrinsic ini pada prinsipnya sama dengan
langkah terakhir dalam jalur ekstrinsik. Faktor X yang teraktivasi
bergabung dengan faktor V dan fosfolipid trombosit untuk membentuk
suatu kompleks yang disebut dengan activator protombin. Perbedaannya
hanya terletak pada fosfolipid yang dalam hal ini berasal dari trombosit
yang rusak dan bukan dari jaringan yang rusak. Aktivator protombin dalam
beberapa detik mengawali pemecahan protombin menjadi trombin dan
dilanjutkan dengan proses pembekuan selanjutnya.
13
Gambar 4. Faktor ekstrinsik
ii. Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisis oleh activator
protombin.
Setelah activator protombin terbentuk sebagai akibat pecahnya pembuluh
darah, activator protombin akan menyebabkan perubahan protombin menjadi
trombin yang selanjutnya akan menyebabkan polimerisasi molekul-molekul
fibrinogen menjadi benang-benang fibrin dalam 10-15 detik berikutnya.
14
Pembentukan activator protombin adalah faktor yang membatasi kecepatan
pembekuan darah. Protombin adalah protein plasma, suatu alfa 2 globulin yang
dibentuk terus menerus di hati dan selalu dipakai untuk pembekuan darah.
Vitamin K diperlukan oleh hati untuk pembekuan protombin. Aktivator
protombin sangat berpengaruh terhadap pembentukan trombin dari protombin.
Yang kecepatannya berbanding lurus dangan jumlahnya. Kecepatan pembekuan
sebanding dengan trombin yang terbentuk.
iii. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Trombin merupakan enzim protein yang mempunyai kemampuan
proteolitik dan bekerja terhadap fibrinogen dengan cara melepaskan 4 peptida
yang berberat molekul kecil dari setiap molekul fibrinogen sehingga terbentuk
molekul fibrin monomer yang mempunyai kemampuan otomatis
berpolimerisasi dengan molekul fibrin monomer lain sehingga terbentuk
retikulum dari bekuan. Pada tingkat awal dari polimerisasi, molekul-molekul
fibrin monomer saling berikatan melalui ikatan non kovalen yang lemah
sehingga bekuan yang dihasilkan tidaklah kuat daan mudah diceraiberaikan.
Oleh karena itu untuk memperkuat jalinan fibrin tersebut terdapaat faktor
pemantap fibrin dalaam bentuk globulin plasma. Globulin plasma dilepaskan
oleh trombosit yang terperangkap dalam bekuan. Sebelum faktor pemantap
fibrin dapat bekerja terhadap benang fibrin harus diaktifkan lebih dahulu.
Kemudian zat yang telah aktif ini bekerja sebagai enzim untuk menimbulkan
15
ikatan kovalen diantara molekul fibrin monomer dan menimbulkan jembatan
silang multiple diantara benang-benang fibrin yang berdekatan sehingga
menambah kekuatan jaringan fibrin secara tiga dimensi.
III. Antikoagulan Intravaskular
Untuk mempertaankan kelancaran aliran darah, secara filiologis faktor
faktor antikoagulan di dalam pembuluh darah terutama di permukaan endotelial
sangant berpengaruh. Adapun faktor-faktor yang mencegah pembekuan darah
yaitu :
1. Permukaan endotelial yang licin
2. Lapisan glikokaliks pada endotelium
Mukopolisakarida yang bersifat menolak faktor-faktor pembekuan dan
trombosit.
3. Trombomodulin
Ikatan protein dan endotel yang mengikat trombin serta mengaktifkan
protein plasma C yang menginaktifkan faktor V dan VIII
4. Benang-benang Fibrin
Mencegah penyebaran trombin dalam darah
5. Antitrombin III
Menghalangi efek trombin terhadap fibrinogen
16
6. Heparin
Kadar dalam darah normalnya rendah. Bila heparin berikatan dengan
antitrombin III, ia akan meningkatkan keefektiffan antitrombin III
hingga 100 bahkan 1000 kali lipat untuk menyingkirkan trombin.
Menginaktofkan faktor XII, XI,X, IX.
7. Plasmin
Mencerna atau melisis benang benang fibrin , fibrinogen, faktor V,VIII,
XII dan protombin.
IV. Kelainan Patofisiologi Hemostasis dan Pembekuan darah
Kelainan patofisiologis hemostasis dan pembekuan darah bias
disebabkan oleh defisiensi salah satu faktor pembekuan dan kelainan jumlah
trombosit. Perdarahan hebat dapat terjadi akibat defisiensi vitamin K, hemofilia
serta trombositopenia. Selain itu kelainan dapat terjadi akibat adanya bekuan
yang terbentuk secara abnormal seperti pada keadaan tromboembolus pada
manusia.
a. Perdarahan hebat akibat defisiensi vitamin K
Akibat kekurangan vitamin K, seseorang otomatis akan mengalami
penurunan protombin, faktor VII, faktor IX, dan faktor X. Hampir seluruh
faktor pembekuan dibentuk di hati. Oleh karena itu penyakit-penyakit hati
seperti hepatitis, sirosis, acute yellow tropy dapat menghambat system
17
pembekuan sehingga pasien mengalami perdarahan hebat. Vitamin K
diperlukan untuk pembentukan faktor pembekuan yang sangat penting yaitu
protombin, faktor IX, faktor X dan faktor VII. Vitamin K disintesis terus
dalam usus oleh bakteri sehingga jarang terjadi defisiensi. Defisiensi
vitamin K dapat terjadi pada orang yang mengalami gangguan absorbsi
lemak pada traktus gastrointestinalis. Selain itu disebabkan juga karena
kegagalan hati mensekresi empedu dalam traktus intestinalis akibat
obstruksi saluran empedu.
b. Hemofilia
Hemofilia adalah kecenderungan perdarahan yang hampir selalu
terjadi pada pria yang disebabkan defisiensi faktor VIII yang dikenal dengan
nama hemofilia A atau hemofilia klasik. Faktor tersebut diturunkan secara
resesif melalui kromosom wanita. Oleh karena itu hampir seluruh wanita
tidak pernah menderita hemofilia karena paling sedikit satu dari duaa
kromosom X nya mempunyai gen-gen sempurna. Tetapi bila salah satu
kromosom X nya mengalami defisiensi maka akan menjadi carier hemofilia.
Perdarahan pada hemofilia biasanya tidak terjadi kecuali mendaapat trauma.
Faktor pembekuan VIII terdiri dari dua komponen yang terpisah. Komponen
yang kecil sangat penting untuk jalur pembekuan intrinsic dan defisiensi
komponen ini mengakibatkan hemofilia klasik. Tidak adanya komponen
besar dari faktor pembekuan VIII menyebabkan penyakit willebrand.
18
c. Trombositopenia.
Trombositopenia berarti trombosit dalam system sirkulasi jumlahnya
sedikit. Penderita trombositopenia cenderung mengalami perdarahan seperti
pada hemofilia. Tetapi perdarahannya berasal dari kapiler kecil bukan dari
pembuluh yang besar seperti pda hemofilia. Sehingga timbul bintik-bintik
perdarahan pada seluruh jaringan tubuh. Kulit penderita menampakkan
bercak-bercak kecil berwarna ungu yang disebut dengan trombositopenia
purpura. Sebagian besar penderita trombositopenia mempunyai penyakit
yang dikenal dengan trombositopenia idiopatik yang berarti tidak diketahui
penyebabnya. Jumlah trombosit dalam darah dapat berkurang akibat adanya
abnormalitas yang menyebabkan aplasia sum-sum tulang. Penghentian
perdarahan dapat dicapai dengan memberikan tranfusi darah segar.
Prednison dan azatioprin yang bersifat menekan pembentukan antibodi
bermanfaat bagi penderita trombositopenia idiopatik.
d. Keadaan Tromboembolik pada Manusia
Bekuan yang abnormal yang terbentuk dalam pembuluh darah
disebut thrombus. Darah yang mengalir dapat melepaskan trombus itu dari
tempat perlekatannya, dan bekuan yang mengalir bebas dikenal dengan
embolus. Embolus akan terus mengalir sampai suatu saat tersangkut di
pembuluh darah yang sempit. Embolus yang berasal dari arteri besar atau
jantung bagian kiri akan menyumbat arteri sistemik atau arterioul. Embolus
19
yang berasal dari system vena dan jantung bagian kanan akan mengalir
memasuki pembuluh paru dan menyebabkan emboli dalam arteri paru.
Penyebab timbulnya tromboembolus pada manusia adalah arteriosclerosis,
infeksi atau trauma yang menyebabkan permukaan endotel pembuluh yang
kasar. Hal tersebut dapat mengawali proses pembekuan. Sebab lain adalah
karena darah sering membeku bila mengalir sangat lambat, karana sejumlah
kecil trombin dan prokoagulan lain selalu dibentuk. Bekuan tersebut
dihilangkan dari peredaran darah oleh makrofag terutama sel kupfer di hati.
Bila darah mengalir terlalu lambat maka kadar prokoagulan meningkat
sehingga proses pembekuan akan dimulai. Karena pembekuan hampir selalu
terjadi pada darah yang terhambat alirannya dalam pembuluh dalam
beberapa jam, maka imobilitas pasien ditempat tidur ditambah dengan
penyanggaan lutut dengan bantal sering menimbulkan pembekuan
intravaskular disebabkan bendungan darah vena tungkai selama beberapa
jam.
Bekuan tersebut bertambah besar terutama ke daerah yang bergerak
lamban kadang sampai mengisi seluruh panjang vena tungkai dan bahkan
tumbuh ke atas sampai ke vena iliaka komunis dan vena kava inferior.
Bagian besar dari bekuan terlepas dari perlekatannya pada dinding
pembuluh darah dan mengalir secara bebas mengikuti darah vena ke jantung
20
bagian kanan kemudian ke arteri pulmonalis menimbulkan emboli paru
yang masif.
V. Pemeriksaan Penunjang
Tes Skrining Fungsi Hemostasis
8. Menilai Vaskuler dan Trombosit
Percobaan pembendungan (Rumple Leed/RL)
Menguji ketahanan kapiler darah dengan bendungan vena sehingga darah
menekan kapiler
RL (+):
Kelainan vaskuler
Trombositopenia
Gangguan fungsi trombosit
Masa perdarahan (Bleeding Time / BT)
Mengukur waktu yang diperlukan untuk menghentikan
perdarahan setelah dilukai pembuluh darah kecil yang
superfisial
21
Nilai normal: 1 – 6 menit
Abnormal pada:
Kelainan vaskuler
Trombositopenia
Gangguan fungsi trombosit
Hitung trombosit:
Nilai normal : 150.000 – 400.000/ul
9. Menilai Faktor Pembekuan
Masa protrombin plasma (PPT)
Menguji jalur ekstrinsik dan bersama
Nilai normal: 11 – 15 detik
PT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik
dan bersama jika kadarnya <30%.
Pemanjangan PT
PT Memendek
Tromboflebitis
22
infark miokardial
embolisme pulmonal
Obat : barbiturate, digitalis, diuretik, difenhidramin,
kontrasepsi oral, rifampisin dan metaproterenol.
penyakit hati (sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker
hati, ikterus)
Afibrinogenemia
defisiensi faktor koagulasi (II, V, VII, X)
disseminated intravascular coagulation (DIC)
Fibrinolisis
hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
obat-obatan : vitamin K antagonis, antibiotik (penisilin,
streptomisin, karbenisilin,kloramfenikol, kanamisin,
neomisin, tetrasiklin), antikoagulan oral (warfarin,
dikumarol), klorpromazin, klordiazepoksid,
difenilhidantoin , heparin, metildopa), mitramisin,
reserpin, fenilbutazon , quinidin, salisilat/ aspirin,
sulfonamide.
23
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT)
Menguji jalur intrinsik dan bersama
Nilai normal: 20 – 40 detik
APTT Memanjang
Jika PPT normal kemungkinan kekurangan Faktor
VIII, IX, XI dan XII
Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal,
kemungkinan kekurangan HMW kininogen
(Fitzgerald factor) Defisiensi vitamin K, defisiensi
protrombin, hipofibrinogenemia.
sirosis hepatis
Leukemia (mielositik, monositik)
Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
Malaria
disseminated intravascular coagulation (DIC)
Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau
circulating anticoagulant terhadap suatu faktor
koagulasi)
24
Selama terapi antikoagulan oral atau heparin
Masa Trombin (TT)
Menguji jalur bersama
Nilai normal: 16 – 20 detik
TT memanjang :
Hypofibrinogenemia
Dysfibrinogenemia
FDP
Retraksi bekuan
Menilai fibrinogen dan fungsi retraksi trombosit
Penilaian :
Volume serum: 40 – 60%
Konsistensi: kenyal dan tidak rapuh
Masa Pembekuan (Clotting Time / CT)
Menguji pembekuan secara keseluruhan
Nilai normal :
25
Cara Lee and White: 9 – 15 menit
Cara kaca objek: 2 – 6 menit
D-dimer
D-dimer merupakan hasil akhir pemecahan fibrin oleh plasmin.
Jadi pemeriksaan D-dimer akan sangat bermanfaat baik secara langsung
ataupun tidak langsung untuk mengetahui adanya pembentukan maupun
pemecahan trombus
Hasil normal : negatif atau kurang dari 300 ng/ml
VI. Farmakologi
10. Hemostatik
Hemostatik merupakan zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan
perdarahan.
a. Vasokonstriktor
Epinefrin dan norepinefrin.
b. Asam Aminokaproat dan Asam Traneksamat
26
Keduanya merupakan zat sintetik dan menghambat aktivasi plasminogen,
mengontrol keadaan fibrinolitik. Efek samping yang potensial adalah
trombosis intravaskular. Dosis dewasa asam aminokaproat dimulai dengan
5-6 g per oral atau infus IV lambat, lalu 1 gr tiap jam atau 6 g tiap 6 jam
bila fungsi ginjal normal. Asam traneksamat merupakan analong asam
aminokaproat namun 10 kali lebih potent dengan efek samping lebih
ringan. Dosis dianjurkan 0,5-1 g diberikan 2-3 kali sehari secara IV lambat
sekurang-kurangnya dalam waktu 5 menit.
c. Protamin Sulfat
Mengantagonis efek antikoagulan heparin. Efek samping seperti
hipersensitivitas, dispnea, muka merah, bradikardia, dan hipotensi jika
disuntikkan cepat.
d. Vitamin K
Vitamin K diperlukan untuk pembentukan faktor pembekuan yang sangat
penting yaitu protombin, faktor IX, faktor X dan faktor VII. Respon
terhadap vit K sangat lambat, memerlukan waktu 24 jam sehingga bila
diperlukan segera harus diinfuskan plasma beku segar.
27
e. Zat pengganti faktor :
1. I : Fibrinogen
2. II : Konsentrat Protrombin
3. III : Tromboplastin
4. IV : Tablet, injeksi Kalsium
5. V (VI) : Proaselerin
6. VII : Prokonvertin
7. VIII : Konsentrat Faktor VIII
8. IX : Konsentrat Faktor IX
9. X : f Stuart – Power
10. XI : Plasma Thrombopplastin – antecedent Factor
(PTA, Faktor Rosenthal)
11. XII : Fibrin Stabilizing Factor ( FSF, f laki-lorand)
12. XIII : Faktor Trombosit 3 ( faktor pembeku 3)
Catatan : sangat jarang terjadi anti bodi faktor VIII
11. Antikoagulan
Indikasi : trombosis vena, emboli paru, PJR, penyakit jantung iskemik.
a. Indirect Trombin Inhibitor
Heparin
28
Bekerja tidak langsung dengan terikat pada antitrombin III
menyebabkan efek antikoagulan yang cepat.
Warfarin
Mampu mengantagonis fungsi kofaktor vit. K.
rivaroxaban
b. Direct Trombin Inhibitor
Bivalirudin, Hirudin, Lepirudin, Argatroban
Dabigatran, Ximelagatran
12. Antitrombotik
Indikasi : pencegahan trombosis pada TIA/ stroke, infark miokard, bedah
kardiovaskular, Raynound’s phenomen.
Aspirin
Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 di dalam trombosit dan
prostasiklin di pembuluh darah dengan menghambat enzim siklooksigenase.
Dosis efektif yaitu 80-320 mg per hari. Dosis lebih tinggi kurang efektif dan
meningkatkan efek toksisitas.
29
Dipiridamol
Dipiridamol menghambat ambilan dan metabolisme adenosin oleh eritrosit
dan sel endotel pembuluh darah, dengan demikian meningkatkan kadarnya
dan plasma. Adenosin menghambat fungsi trombosit dengan merangsang
adenilat siklase dan merupakan vasodilator.
Tiklopidin
Tiklopidin menghambatagregasi trombosit. Umumnya diberikan dosis 250
mg 2 kali 1 hari.
Klopidogrel
Klopidogrel sangat mirip dengan tiklopidin namun lebih jarang
menyebabkan trombositopenia dan leukopenia. Dosis umumnya 75 mg/hari.
Epoprostenil (PGI2)
Abcixmab
13. Trombolitik
Trombolitik bekerja melarutkan trombus yang sudah terbentuk. Obat ini
digunakan untuk AMI, trombosis vena dalam, emboli paru, tromboemboli
arteri, melarutkan bekuan darah pada katup jantung buatan dan kateter
intravena.
30
Streptokinase
Streptokinase mengaktivasi plasminogen secara tidak langsung dengan
bergabung terlebih dahulu dengan plasminogen untuk membentuk
kompleks aktivator yang akan mengkatalisasi perubahan plasminogen
bebas menjadi plasmin. Dosis dianjurkan 1,5 juta IU secara infus selama 1
jam.
Urokinase
Urokinase bekerja langsung mengaktifkan plasminogen. Urokinase
menimbulkan lisis sistemik yaitu fibrinogenolisis dan dekstruksi faktor
pembekuan darah lainya. Dosis yang dianjurkan yaitu 1.000-4.500
IU/KgBB secara IV dilanjut infus IV 4.400 IU/KgBB/jam.
Tissue plasminogen activator (u-PA, t-PA)
Obat ini lebih selektif mengaktivasi plasminogen yang mengikat fibrin
daripada plasminogen bebas di dalam darah. Dosis diberikan 60 mg
selama jam pertama dilanjutkan 40 mg dengan kecepatan 20 mg/jam secara
infus IV.
31
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di idalam pembuluh darah terdapat faktor faktor prokoagulas beserta
antikoagulannya. Secara fisiologis, antikoagulan berperan lebih besar didalam
pembuluh darah untuk memoerlancar aliran darah . namun bila terjadi luka maupun
kelainan pada darah faktor faktor koagulasi mulai menjalankan perannya.
Sistem Hemostasis pada dasarnya terbentuk dari tiga kompartemen hemostasis
yang sangat penting dan sangat berkaitan yaitu trombosit, protein darah dan jaring-
jaring pembuluh darah. Agar terjadi peristiwa hemostasis yang normal, trombosit
harus mempunyai fungsi dan jumlah yang normal. Sistem protein darah sangat
berperan penting tidak hanya sebagai protein pembekuan akan tetapi sangat berperan
dalam dalam fisiologi perdarahan dan trombosis. Saat pembuluh darah mengalami
cedera atau ruptur, hemostasis terjadi melalui beberapa cara :
a. Kontriksi Pembuluh Darah
b. Pembentukan sumber platelet
c. Pembentukan bekuan darah
d. Pertumbuhan jaringan fibrosa ke dalam bekuan darah dan menutup lubang pada
pembuluh darah secara permanen.
32
Daftar Pustaka
1. Ganong, W. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi 14. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 524-30
2. Gilvery, Robert W M C., Goldstein, Geral W. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3 Alih Bahasa Dr. Tri Martini Sumarno. Surabaya : Penerbit AUP. Hal 376-87
3. Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics.
4. Guyton, A., & Hall, J. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9 Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 250-315
5. Katzung, BG., Masters SB., Trevor AJ. 2009. Basic and Clinical Pharmacolog 11th
Edition. Mc-Graw-Hill.
6. Mycek JM, Harvey RA, Champe CA. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Sodeman. 1995. Patofisiologi : Mekanisme Penyakit. Jakarta. Hal 373-82