Post on 19-Jan-2016
MAKALAH KEP. JIWA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal.
Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta
diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan
mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat
diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan
diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri,
lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk
perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya.
Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan
masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
1.2 Tujuan
Supaya kita sebagai tenaga kesehatan memahami mengenai masalah kesehatan jiwa dan
bagaimana cara kita sebagai tenaga kesehatan memberikan asuhan keperawatan kesehatan jiwa
dalam menanggulangi masalah kesehatan jiwa itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dedinisi Kesehatan dan Keperawan Jiwa
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain.
1) WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat
positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan
kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
2) UU Kesehatan Jiwa No.13 Tahun 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain. Keperawatan jiwa adalah pelayanan
keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh
gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa
( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah
kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).
3) American Nurse Association
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
4) Yohada
Kes. Jiwa adalah keadaan yg dinamis yg mengandung pengertian positif, yg dapat dilihat
dari adanya kenormalan tingkalaku, keutuhan kepribadian, pengenalan yg benar dari realitas dan
bukan hanya merupakan nkeadaan tanpa adanya penyakit, gangguan jiwa dan kelainan jiwa.
2.2 Prinsip Keperawatan Jiwa
1) Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama
dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk
tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan
untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai
kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi
persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
2) Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan,
manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan
interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu
segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh
kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4) Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan
diri sendiri secara terapeutik.
2.3 Ciri-ciri Sehat Jiwa
1) Bersikap positif terhadap diri sendiri
2) Mampu tumbuh, kembang dan aktualisasi diri
3) Mampu mengatasi stress dan masalah pada dirinya
4) Bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang di ambil
5) Persepsi realistic
6) Menghargai perasaan dan sikap orang lain
7) Menyusuaikan diri dengan lingkungan
2.4 Konsep Dasar Kesehatan dan keperawatan Jiwa
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa meliputi :
1) Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2) Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3) Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
2.5 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Kapan seseorangg dikatakan mengalamai gangguan jiwa Normal dan Abnormal. Gejala
gangguan jiwa merupakan interaksi dari berbagai penyebab sebagai proses penyesuaian terhadap
stressor. Gejala gangguan jiwa dpt berupa gangguan pada :
1) Kesadaran
2) Ingatan
3) Orientasi
4) Efek dan emosi
5) Psikomotor
6) Intelegensi
7) Kepribadian
8) Penampilan
9) Proses pikir, persepsi
10) Pola hidup
2.6 Penyebab Terjadinya Gangguan Jiwa
Walaupun gejala utama terdapat pada unsur kejiwaan tapi penyebab utamanya mugkin di
badan (Somatogenik), di lingkungan sosial (Sosiogenik) atau psike (Psikogenik) Penyebabnya
tidak tunggal tapi beberapa penyebab yg terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak
tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari
gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri
seseorang. Reaksi tiap orang terhadap stress berbeda-beda.
Beberapa kemungkinan penyebab gangguan jiwa :
1) Somatogenik
a) Neuroanatomi
b) Neurofiologi
c) Neurokimia
d) Tingkat perkembangan organik
e) Faktor pre and perinatal
f) Excessive secretion of the neurotransmitter nor epineprine
2) Faktor Psikologik
a) Interaksi ibu dan anak
b) Peranan ayah
c) Persaingan antar saudara kandung
d) Hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat
e) Kehilangan
f) Kosep diri
g) Pola adaptasi
h) Tingkat perkembangan emosi
3) Faktor Sosial Budaya
a) Kestabilan keluarga
b) Pola asuh anak
c) Tingak ekonomi
d) Perumahan
e) Pengaruh rasial dan keagamaan, nilai-nilai
2.7 Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa dalam Upaya Penanganan Masalah Kesehatan Jiwa
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan
asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat dicapai dengan aktifitas perawat
kesehatan jiwa yaitu :
1) Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan perasaan aman, nyaman baik fisik, mental dan social sehingga dapat
membentu penyembuhan pasien.
2) Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam membantu mengatasi segera
dan tiak itunda sehingga tidak terjai penumpukan masalah.
3) Sebagai model peran yaitu paerawat dalam memberikan bantuan kepada pasien menggunakan
dir sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh perawat.
4) Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang penting. dalam hal
ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam mengevaluasi
pasien kelainan jiwa untuk meneteksi adanya penyakit fisik sedini mungkin sehingga dapat
diatasi dengan cara yang tepat.
5) Member pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, keluarga dan komunitas yang
mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, cirri-ciri sehat jiwa, penyebab gangguan
jiwa, cirri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan ugas keluarga, dan upaya perawatan pasien gangguan
jiwa.
6) Sebagai perantara social yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga dan
masyarakat alam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
7) Kolaborasi dengan tim lain. Perawat dalam membantu pasien mengadakan kolaborasi dengan
petugas lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat komunitas), pekerja
social, psikolog, dan lain-lain.
8) Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan
jiwa didasarkan pada management keperawatan kesehatan jiwa. Sebagai pemimpin diharapkan
dapat mengelola asuhan keperawatan jiwa an membantu perawat yang menjadi bawahannya.
9) Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini penting
untuk diketahui perawat bahwa sumber-sumber di masyarakat perlu iidentifikasi untuk
digunakan sebagai factor penukung dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada di
masyarakat.
2.8 Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa
1) Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan jiwa :
yang kompeten).
2) Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien).
3) Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
4) Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan
jiwa).
5) Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan
jiwa).
6) Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam
keperawatan jiwa).
7) Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam
keperawatan jiwa).
8) Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam
keperawatan jiwa).
9) Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
10) Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan :
dengan standar- standar perawatan).
11) Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi
peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).
2.9 Hak-hak Pasien Jiwa
1) Hak untuk dihormati sebagai manusia
2) Hak memperoleh privacy
3) Hak untuk mempunyai kesempatan yg sama dan warga negara lainnya dlm pelayanan kesehatan
pendapatan, pendidikan pekerjaan perumahan, transportasi dan hokum
4) Hak untuk mendapatkan informasi, pendidikan dan training ttg G.jiwa, pengobatan perawatan
dan pelayanan yg tersedia
5) Hak untuk bekerja atau berinteraksi dgn tenaga kesehatan, khususnya dlm pengambilan
keputusan sehubungan dgn tretment, perawatan dan rehabilitasi
6) Hak untuk complain
7) Hak untuk mendapatkan advocacy
8) Hak untuk menghubungi teman dan saudara
9) Hak mendapatkan pelayanan yg mempertimbangkan budaya, agama dan jenis kelamin
10) Hak untuk hidup, bekerja dan berpartisipasi dlm masyarakat tanpa diskriminasi
2.10 Pelayanan Keperawatan Komprehensif
1) Pencegahan Primer
Target pelayanannya yaitu anggota masayarakat yang belum mengalami gangguan sesuai
dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut.
Aktivitas
a) Program pendidikan kesehatan, program sosialisasi, manajmen stres dan persiapan menjadi
orang tua.
b) Program dukungan sosial
c) Program pencegahan penggunaan obat.
2) Pencegahan Sekunder
Target pelayanannya yaitu anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan
tanda-tanda masalah psikososial atau gangguan jiwa.
Aktivitas
a) Menentukan kasus sedini mungkin
b) Melakukan skrining dan langkah-langkah lanjut
c) Follow up
3) Pencegahan Tersier
Target pelayanannya yaitu masayarakat yang sudah mengalami gangguan jiwa pada tahap
pemulihan.
Aktivias
a) Program dukungan sosial dan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat
b) Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri
c) Program pencegahan stigma.
2.11 Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa
Model View of behavioral deviation
Therapeutic process
Roles of a patient & therapist
Psychoanalytical(freud, Erickson)
Ego tidak mampu mengontrol ansietas, konflik tidak selesai
Asosiasi bebas & analisa mimpiTransferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu
Klien: mengungkapkan semua pikiran & mimpiTerapist : menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien
Interpersonal(Sullivan, peplau)
Ansietas timbul & dialami secara interpersonal, basic fear is fear of rejection
Build feeling securityTrusting relationship & interpersonal satisfaction
Patient: share anxietiesTherapist : use empathy & relationship
Social(caplan,szasz)
Social & environmental factors create stress, which cause anxiety
Environment manipulation & social support
Pasien: menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
&symptom Terapist: menggali system social klien
Existensial(Ellis, Rogers)
Individu gagal menemukan dan menerima diri sendiri
Experience in relationship, conducted in groupEncouraged to accept self & control behavior
Klien: berperan serta dalam pengalaman yang berarti untuk mempelajari diriTerapist: memperluas kesadaran diri klien
Supportive Therapy(Wermon,Rockland)
Faktor biopsikososial & respon maladaptive saat ini
Menguatkan respon koping adaptif
Klien: terlibat dalam identifikasi copingTerapist: hubungan yang hangta dan empatik
Medical(Meyer,Kreaplin)
Combination from physiological, genetic, environmental & social
Pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik & teknik interpersonal
Klien: menjalani prosedur diagnostic & terapi jangka panjangTerapist : Therapy, Repport effects,Diagnose illness, Therapeutic Approach
Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6
model yaitu:
1) Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila
ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,
agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak
mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa
mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan
ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali
dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal
dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,
sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai
keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya
( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh
dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2) Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang
akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini
perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun
rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan
yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien
merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan
dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati
dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal
yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
3) Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan
perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya
stress pada seseorang ( social and environmental factors create stress, which cause anxiety and
symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment
manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan
sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial
klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
4) Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan
akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman
bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat
dianggap sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara
introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in
group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback
tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back
dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas
kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
5) Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo
maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine,
batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti :
susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan,
dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena
tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul
saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan
mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang
dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki
dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik
dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
6) Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks
meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya
harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik
interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan
prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi,
laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi
yang digunakan.
2.12 Peran Perawat Kesehatan Jiwa
1) Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
2) Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
3) Berperan serta dlm pengelolaan kasus
4) Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit mental -
penyuluhan dan konseling
5) Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien,
keluarga staf dan pembuat kebijakan
6) Memberikan pedoman pelayanan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak
tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari
gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri
seseorang.
Prinsip Keperawatan Jiwa
1) Manusia
2) Lingkungan
3) Kesehatan
4) Keperawatan
Kesehatan jiwa meliputi :
1) Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2) Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3) Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan
asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan aktifitas perawat
kesehatan jiwa yang membantu upaya penanggulangan maslah kesehatan jiwa.
3.2 Saran
Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam penanganan
masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah kesehatan jiwa yang ada serta upaya
penanganannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta:
EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
1.1 PENGERTIAN
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. : Kesehatan jiwa meliputi · Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri · Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain · Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.
Beberapa pengertian manusia:
Individu yang holistik: terdiri dari jasmani dan ‘rohani’. Terdiri dari komponen jasmani, akal, jiwa dan qalbu (ruh) Struktur jiwa manusia terdiri dari id (insting-prinsip kepuasan), ego
(kesadaran realitas-prinsip realitas), super ego/ moralitas-prinsip moralitas (Teori Freud)
________________________________________________________________
1.2 KRITERIA SEHAT MENTAL MENURUT YAHODA
Tumbuh, berkembang dan aktualisasi Integrasi : Masa lalu dan sekarang Otonomi dalam pengambilan kupusan Persepsi sesuai kenyataan Menguasai lingkungan : mampu beradaptasi
___________________________________________________________
1.3 RENTANG SEHAT JIWA
1. Dinamis bukan titik statis
2. Rentang dimulai dari sehat optimal – mati
3. Ada tahap-tahap
4. Adanya variasi tiap individu
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
6. Berfungsi secara efektif : sehat
_____________________________________________________
1.4 PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
a. Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
b. Menurut WHO Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966 Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik.
Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat
untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving). Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah. Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.
a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
Bagi Klien
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care). c. Terhindar dari malpraktik.
Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik keperawatan. Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa bahagia. Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan pribadi yang dapat dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi fisiologis, kepadanan, dan efisiensinya. Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan sosial individu secara optimal, dan selaras dengan perkembangan dengan orang lain.
Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status sehat sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran seseorang. Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya secara
efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut di atas, menekankan pada kemungkinan kemampuan, sumber daya, bakat dan talenta internal seseorang, yang mungkin tidak dapat/ akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang biasa. Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum atau pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di dalam diri seseorang terdapat potensi dan kemampuan untuk memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental, dan yang memungkinkan perkembangan optimal seseorang. Indikator minimal dari kesehatan pribadi adalah ada minat yang nyata terhadap aktivitas dan pengalaman yang memungkinkan seseorang untuk menembus keadaan “status quo”. Psikiatri dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan pendekatan elektik-holistik yang melihat manusia dan perilakunya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, sebagai kesatuan yang utuh dari unsur-unsur organo-biologis (bio-sistem), psiko edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem), dan sosio-kultural (sosio-sistem). Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan perilakunya, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara terinci “detail” dalam ketiga aspek tersebut di atas (ekletik), tetapi menyadari bahwa ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai satu sistem (holistik).
Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan sosial atau psikososial di samping faktor biologis di dalam melaksanakan upaya kesehatan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :
Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta.
Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.
Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap pelakunya.
Peran dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA mendefiniskan keperawatan kesehatan jiwa sebagai Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan pengunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan. Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik. Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi. 1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN) adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan. Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.
2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH) adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat, unit psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi. Namun,
dengan adanya reformasi perawatan kesehatan, timbul suatu tatanan alternatif sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.
Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian, perawatan residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat jalan. Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group home, hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan, shelter, nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas managed care, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.
Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi : (1) Aktivitas asuhan langsung (2) Aktivitas komunikasi (3) Aktivitas penatalaksanaan
Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat ditunjukkan dalam domain praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas perawat jiwa dalam tiap-tiap domain dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten oleh perawat jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada semua aktivitas.
Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:
1. Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga yang
mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.3. Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses,
menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi individu dan keluarga.
4. Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok untuk menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling tepat.
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan jiwa melalui penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah psiokologis dan pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.
7. Mengelola dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.
____________________________________________________________________________
1. 5 PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan jiwa : yang kompeten).
Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien). Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa). Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan
jiwa). Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan
jiwa). Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam
keperawatan jiwa). Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam
keperawatan jiwa). Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam
keperawatan jiwa). Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa). Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan :
dengan standar- standar perawatan). Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi peran
keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).
__________________________________________________________________________________
1.6 PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik
↓
Pencegahan primer
↓
Penanganan multidisiplin
↓
Spesialisasi keperawatan jiwa
DULU :
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung
SEKARANG :
- Meningkatkan Iptek
- Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
- Perlu pemahaman tentang human right
- Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.
______________________________________________________________________
1.7 KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Tabel 1
Model View
of
beha
vioral
devia
tion
Thera
peutic
proces
s
Role
s of a
patie
nt &
thera
pist
Psychoanaly
tical
(freud,
Erickson)
Ego tidak
mampu
mengo
ntrol
ansietas
,
konflik
tidak
selesai
Asosiasi
bebas &
analisa
mimpi
Transferen
untuk
memper
baiki
traumat
ic masa
lalu
Klien:
meng
ungka
pkan
semua
pikira
n &
mimpi
Terapist
:
mengi
nterpr
etasi
pikira
n dan
mimpi
pasien
Interpersona
l
(Sullivan,
peplau)
Ansietas
timbul
&
dialami
secara
interper
sonal,
basic
fear is
fear of
rejectio
Build
feeling
security
Trusting
relation
ship &
interper
sonal
satisfact
ion
Patient:
share
anxiet
ies
Therapis
t : use
empat
hy &
relatio
nship
n
Social
(caplan,sz
asz)
Social &
environ
mental
factors
create
stress,
which
cause
anxiety
&symp
tom
Environme
nt
manipul
ation &
social
support
Pasien:
meny
ampai
kan
masal
ah
meng
gunak
an
sumbe
r yang
ada di
masya
rakat
Terapist:
meng
gali
syste
m
social
klien
Existensial
(Ellis,
Rogers)
Individu
gagal
menem
ukan
dan
meneri
ma diri
sendiri
Experience
in
relation
ship,
conduct
ed in
group
Encourage
d to
accept
self &
control
behavio
r
Klien:
berper
an
serta
dalam
penga
laman
yang
berarti
untuk
memp
elajari
diri
Terapist:
memp
erluas
kesad
aran
diri
klien
Supportive
Therapy
(Wermon,
Rockland)
Faktor
biopsi
kososi
al &
respon
malada
ptive
saat ini
Menguatka
n
respon
koping
adaptif
Klien:
terlib
at
dala
m
identi
fikasi
copin
g
Terapist:
hubu
ngan
yang
hangt
a dan
empa
tik
Medical
(Meyer,Kr
eaplin)
Combinat
ion
from
physio
logical
,
genetic
,
enviro
nment
al &
social
Pemeriksaa
n
diagnos
tic,
terapi
somatic
,
farmak
ologik
&
teknik
interper
sonal
Klien:
menj
alani
prose
dur
diagn
ostic
&
terapi
jangk
a
panja
ng
Terapist
:
Thera
py,
Repp
ort
effect
s,Dia
gnose
illnes
s,
Thera
peuti
c
Appr
oach
Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke
dalam 6 model yaitu:
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila
ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk
mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan
mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik
intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa
oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya
stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk
memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan
menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas
dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya
klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya
pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan
untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode
hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan
mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan
mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna
pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi,
diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa
pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik
setelah terjalin trust (saling percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas
timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan
orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari
adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal
Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan
dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan
sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan
oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and
relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa
yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang
mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental
factors create stress, which cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah
environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan
dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan
therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di
kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
4. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi
bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain
yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in
group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau
feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and
control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan
mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui
feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan
respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering
sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak
keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-
ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul,
menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan,
dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan
jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi
pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan
masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu
diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang
dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan
yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang
adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang
kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga
focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi
somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam
berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan
terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan
mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis
pendekatan terapi yang digunakan.
_________________________________________________________________
1.8 PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA
Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
Berperan serta dlm pengelolaan kasus Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental,
mengatasi pengaruh penyakit mental - penyuluhan dan konseling
Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
Memberikan pedoman pelayana kesehatan
___________________________________________
1.9 ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF CARING )
Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga. Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi, koordinasi
pelayanan bagi individu dan keluarga. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan
sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
Daftar Pustaka Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta: EGC. Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
KEPERAWATAN JIWA
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
1. Sejarah Keperawatan Jiwa
Zaman dahulu ada suatu keyakinan bahwa setiap penyakit menunjukkan ketidak senangan
dewa dan merupakan hukuman atas dosa dan perbuatan yang salah. Penderita gangguan jiwa
dipandang baik atau jahat sesuai dengan perilakunya. Individu yang baik disembah dan dipuja,
sedangkan individu yang jahat diasingkan, dihukum dan kadang kala dibakar ditiang
pembakaran.
Setelah itu Aristoteles(382-322 SM) mencoba menghubungkan gangguan jiwa dengan
gangguan fisik dan mengembangkan teorinya bahwa emosi dikendalikan oleh jumlah darah,air ,
empedu kuning dan hitam dalam tubuh. Keempat zat tersebut berhubungan dengan emosi
gembira,tenang,marah dan sedih. Ketidakseimbangan cairan tersebut diyakini dapat
menyebabkan gangguan jiwa sehingga terapi dinyatakan sebagai rumah sakit untuk penderita
gangguan jiwa,yang merupakan rumah sakit pertama jenis ini. Pada tahun 1775 pengunjung di
institusi tersebut dibebankan biaya untuk dapat melihat dan mengejek penghuninya, yang
dipandang sebagai hewan ,mahklik yang lebih rendah dari manusia (Mc.Millan,1997). Selama
periode yang sama dikoloni-koloni amerika serikat ,periode berikunya penderita gangguan jiwa
dianggap jahat atau kerasukan setan dan dihukum. Tindakan memfitnah dilakukan dan individu
yang bersalah dibakar ditiang pembakaran.
Periode pencerahan dan pendirian istitusi jiwa
Pada tahun 1970-an , periode pencerahan mulai memperhatikan gangguan jiwa . pendirian
asil (rumah sakit jiwa) dilakukan oleh Philippe Pinel di Prancis dan Wiliem Tukes di Inggris.
Konsep asil sebagai tempat perlindungan yang aman atau tempat yang memberiakan
perlindungan dibuat oleh dua pria ini di institusi tempat individu dicambuk, dipukul dan
dibiarkan lapar hanya karena mereka mengalami gangguan jiwa (Gollaher,1995). Gerakan ini
mulai melakukan terapi moral pada penderita jiwa. Di Amerika Serikat Dorothea Dix (1802-
1887) mulai melakukan gerakan reformasi terpi gangguan jiwa setelah berkunjung ke institusi
Tukes di Inggris. Ia membantu dalam membuka 32 rumah sakit pemerintah yang menawarkan
asil kepada para penderita. Dix yakin bahwa masyarakat memiliki kewajiban terhadap gangguan
jiwa dan memberikan pemukiman yang layak , makanan bergizi dan pakaian yang nyaman.
Sigmund Freud dan terapi gangguan jiwa
Periode studi dan terapi ilmiah gangguan jiwa dimulai oleh Sigmund Freud (1856-1939) bersama
yang lain seperti Emil Kraepelin (1856-1939), study psikiatri diagnosis dan terapi gangguan jiwa
dimulai dengan sungguh-sungguh. Kraepelin mulai mengklasifikasikan gangguan jiwa sesuai
dengan gejala dan Bleuler menggunakan istilah “skizofrenia”. Freud menantang masyrakat
manusia untuk memandang manusia secara obyektif dan mempelajari fikiran , gangguan fikiran
dan terapi seperti yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Banyak ahli teori mengikuti apa
yang dilakukan Freud.
Gangguan jiwa pada abad ke 21
Departement of Health and Human Services (1999), memperkirakan 51 juta penduduka Amerika
dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6,5 jutamengalami disability
akibat gangguan jiwa yang berat dan 4 juta jiwa diantaranya adalah anak-anak dan remaja. Pada
tahun 1993, Access to Community Care and Efective Services and Support (ACCESS) dibentuk
dan didanai oleh pemerintah federal untuk mulaimmemenuhi kebutuhan penderita gangguan jiwa
yang juga tunawisma , baik secara purnamaupun paruh waktu. Tujuan ACCESS ialah
meningkatkan akses ke pelayanan komprehensif melalui rangkaian perawatan , mengurangi
duplikasi dan biaya pelayanan dan meningkatkan efisiensi pelayanan (Radolph et al,1997).
Program seperti ini memberi pelayana kepada individu yang tidak akan mendapatkan pelayanan
jika keadaan yang terjadi sebaliknya.
Falsafah keperawatan jiwa
Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing individu perlu dihargai.
Tujuan individu meliputi tumbuh,sehat,otonomi dan aktualisasi diri. Masing-masing individu
tersebut berpotensi untuk berubah, karena kita tahu bahwa manusia adalah mahkluk holistik yang
mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Semua individu perilakunya bermakna, perilaku
individu tersebut meliputi : persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.
2. Pengertian keperawatan jiwa
Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan jiwa merupakan bidang spesialisasi
praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan
diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA).
Menurut Dorothy , Cecilia : keperawatan kesehatan jiwa merupakan “proses dimana perawat
membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif ,
meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih berproduktif di
masyarakat.”
Menurut Stuart Sundeen : keperawatan mental adalah “ proses interpersonal dalam
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien
tersebut bisa individu, keluarga,kelompok,organisasi atu masyarakat. Tiga area praktik
keperawatan mental yaitu perawatan langsung , komunikasi , management.”
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak terjadi ganguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang bersifat positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang
bersangkutan. Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa merupakan
kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari
seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain. Sedangkan menurut Yahoda,
kesehatan jiwa adalah keadaan yg dinamis yang mengandung pengertian positif, yang dapat
dilihat dari adanya kenormalan tingkah laku, keutuhan kepribadian, pengenalan yang benar dari
realitas dan bukan hanya merupakan keadaan tanpa adanya penyakit, gangguan jiwa dan
kelainan jiwa.
3. Model-model Praktek Keperawatan Jiwa
A. Model Psikoanalisa
1. Konsep
Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa
penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada anak. Setiap
fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus di capai. Gejala yang nampak
merupakan simbul dari konflik.
2. Proses terapi
a. Memakan waktu yang lama
b. Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi” menginterpretasikan perilaku,
mengguakan transferens untuk memperbaiki masa lalu ,mengidentifikasi area masalah.
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi
b. Terapis : mengupayakan perkembangan transferens menginterpretasikan pikiran dan mimpi
pasien dalam kaitannya dengan konflik.
B. Model Interpersonal
1. Konsep
Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan Peplau mengembangkan
teori interpersonal keperawatan. Teori ini menyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan
interpersonal.
Menurut Sulivan indivdu memadang orang lain sesuai dengan apa yang ada pada dirinya ,
maksudnya kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup proses intrepersonal perawat klien dan masalh
kecemasan yang terjadi akibat sakit.
Dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap :
a. Orientasi
Perawat klien melakukan kontrak awal untuk BHSP dan terjadi proses pengumpulan data
b. Identivikasi
Perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan melaksanakan askep
c. Eksplorasi
Perawat memberi gambaran kondisi klien
d. Resolusi
Perawat memandirikan klien
2. Proses terapi
a. Mengeksplorasi proses perkembangan
b. mengoreksi pengalaman interpersonal
c. reduksi
d. mengembangkan hubungan saling percaya
3. peran pasien dengan terapis
a. pasien : menceritakan ansietas dan perasaan
b. terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan menggunakan empati dan
menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif.
C. Model Social
1. Konsep
Menurut Caplain situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa . teori ini mengemukakan
pandangan sosial terhadap perilaku bahwa faktor sosial dan lingkungan menciptakan stress yang
menyebabkan ansietas yang menimbulkan gejala perilaku menyimpang.
2. Proses terapi
a. Pencegahan primer
b. Manipulasi lingkungan
c. Intervensi krisis
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : secara aktif menyampaikan masalahnya dan bekerjasama dengan terapis untuk
menyelesaikan masalahnya
b. Terapis :
1. Menggali sistem sosial pasien
2. Membantu pasien menggali sumber yang tersedia
3. Menciptakan sumber baru
D. Model Eksistensi
1. Konsep
Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan
dengan dirinya dan lingkungannya. Keasingan diri dan lingkungan dapat terjadi karena hambatan
pada diri individu. Individu merasa putus asa ,sedih,sepi,kurang kesadaran diri yang mnecegah
partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan/tidak
mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya.
2. Proses terapi
a. Rational emotive therapy
Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawabtrehadap perilakunya. Klien didorong menerima
dirinya sebagai mana adanya bukan karena apa yang dilakukan.
b. Terapi logo
Terapi orientasi masa depan. Individu meneliti arti dari kehidupan , karena tanpa arti berarti
eksis. Tujuannya agara induvidu sadar akan tanggung jawabnya.
c. Terapi realitas
Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya dan cara untuk mencapainya. Klien
didasarkan akan alternatif yang tersedia
3. Peran pasien perawat
a. Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu pengalaman
berarti untuk mempelajari tentang dirinya yang sebenarnya
b. Terapis :
1. Membantu pasien untuk mengenali diri
2. Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
3. Mengenali pasien tentangperasaan tulus
4. Memperluas kesadaran diri pasien
E. Model Komunikasi
1. Konsep
Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan
dengan jelas. Bahasa dapat digunakan merusak makna, pesan dapat pula tersampaikanmungkin
tidak selaras.
Fase komunikasi ada 4 yaitu : pra interaksi , orientasi , kerja , terminasi.
2. Proses terapi
a. Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah
b. Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif
c. Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif
d. Melakukan analisa proses interaksi
3. Peran pasien terapis
a. Pasien : memperhatikan pola komunikasi , bermain peran,bekerja untuk mengklarifikasi
komunikasinya sendiri , memvalidasi peran dari oarang lain.
b. Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarklan prinsip
komunikasi yang baik.
F. Model Perilaku
1. Konsep
Dikembanhkan oleh H.J Esyenk, J.Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini menyakini bahwa perubahan
perilaku akan merubah koognitif dan avektif.
2. Proses terapi
a. Desenlisasi / pengalihan
b. Teknik relaksasi
c. Asertif training
d. Reforcemen/memberikan penghargaan
e. Self regulation/mengamati perilaku klien : self standar ketrampilan,self observasi , self evaluasi ,
self reforcemen.
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien :
1. Mempraktikkan teknik perilaku yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah
2. Penggalakan latihan
b. Terapis :
1. Mengajarkan kepada klien tentang pendekatan perilaku
2. Membantu mengembangkan hirarki perilaku
3. Menguatkan perilaku yang diinginkan
G. Model Medikal
1. Konsep
Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan SSP. Dicurigai bahwa depresi dan
skizoprenia dipengaruhi transmisi impuls neural serta gangguan sinap yaitu masalh biokimia .
faktor sosial dan lingkungan diperhitungkan sebagai faktor pencetus.
2. Proses terapi
a. Pengobatan : jangka panjang , jangka pendek
b. Terapi suportif
c. Insight oriented terapi yaitu belajar metode mengatasi stressor
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : pasien mempraktekkan regimen terapi dan melaporkan efek terapi
b. Terapis :
1. Mengguanakan kombinasi terapi somatik dan interpersonal
2. Menegakkan diagnosa penyakit PPDGJ
3. Menentukan pendekatan terapeutis
Inti Model Medikal
Medikal
Penyebab
Penyakit
Masalah kesehatan
Pengobatan
H. Model Keperawatan
1. Konsep
Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon individu terhadap masalah
kesehatan yang actual dan potensial denagan model pendekatan berdasarkan teori sistem , teori
perkembangan , teori interaksi , pendekatan holistik dan teori keperawatan. Fokus pada :
a. Rentang sehat sakit
b. Teori dasar keperawatan
c. Tindakan keperawatan
d. Hasil tindakan
2. Proses terapi
a. Proses keperawatan
b. Terapi keperawatan : terapi modalitas
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : mengemukakan masalah
b. Terapis : memfasilitasi dan membantu menyelesaikan
Inti Model Medikal 1
KEPERAWATAN
VULNERBILITI
(individu yang mudah mengalami gangguan)
RESIKO
RESPON MANUSIA
ASKEP
KEPATUHAN MINUM OBAT (COMPLIANCE)
KEPATUHAN MINUM OBAT(COMPLIANCE)
DEFINISI KEPATUHANPerilaku pasien yang mentaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker. Segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya adalah kepatuhan minum obat. Hal ini merupakan syarat utama tercapainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan.
DEFINISI CORCONDANCEAdalah suatu proses pengobatan, dimana pasien dan tenaga kesehatan menjadi mitra bersama dalam mencapai solusi terbaik untuk setiap masalah kesehatan yang dihadapi pasien. Pasien dan tenaga kesehatan membuat kesepakatan bersama tentang pengobatan dan perawatan masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien.
CARA MENINGKATKAN KEPATUHAN1.Memberikan informasi kepada pasien akan manfaat dan pentingnya kepatuhan untuk mencapai keberhasilan pengobatan.2.Mengingatkan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang harus dilakukan demi keberhasilan pengobatan melalui telepon atau alat komunikasi lain.3.Menunjukan kepada pasien kemasan obat yang sebenarnya atau dengan cara menunjukan obat aslinya.4.Memberikan keyakinan kepada pasien akan efektivitas obat dalam penyembuhan.5.Memberikan informasi resiko ketidakpatuhan.6.Memberikan layanan kefarmasian dengan observasi langsung, mengunjungi rumah pasien dan memberikan konsultasi kesehatan
7.Menggunakan alat bantu kepatuhan seperti multikompartemen atau sejenisnya.8.Adanya dukungan dari pihak keluarga teman dan orang – orang disekitarnya untuk selalu mengingatkan pasien, agar teratur minum obat demi keberhasilan pengobatan.9.Apabila obat yang digunakan hanya dikonsumsi sehari satu kali, kemudian pemberian obat yang digunakan lebih dari satu kali dalam sehari mengakibatkan pasien sering lupa, akibatnya menyebabkan tidak teratur minum obat.
JENIS – JENIS KETIDAKPATUHAN (NON COMPLIANCE)Ketidakpatuhan yang disengaja( intentional non compliance )Ketidakpatuhan yang tidak disengaja(unintentional non compliance )
Ketidakpatuhan yang disengaja ( intentional non compliance )1.Keterbatasan biaya pengobatan2.Sikap apatis pasien3.Ketidakpercayaan pasien akan efektivitas obat
Ketidakpatuhan yang tidak disengaja (unintentional non compliance )1.Pasien lupa minum obat2.Ketidaktahuan akan petunjuk pengobatan3.Kesalahan dalam hal pembacaan etiket
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKPATUHAN PASIEN ( NON COMPLIANCE )Lima faktor yang perlu diperhatikan untuk menghindari ketidakpatuhan pasien adalah ;1.Penyakit pasien2.Individu pasien3.Sikap dokter4.Obat yang diberikan5.Lingkungan pengobatan
AKIBAT NON COMPLIANCEA.Bertambah parahnya penyakit atau penyakit cepat kambuh lagiB.Terjadi toksisitasC.Keracunan
PERAN APOTEKER DALAM KASUS NON COPLIANCEApoteker sebagai drug informerSumpah apoteker “ kesehatan pasien senantiasa akan saya utamakan “
CARA MENGETAHUI NON COMPLIANCE1.Melihat hasil terapi secara berkala2.Memonitor pasien kembali datang untuk membeli obat pada periode selanjutnya setelah obat itu habis3.Melihat jumlah sisa obat
4.Langsung bertanya kepada pasien mengenai kepatuhannya terhadap pengobatan.
MENGUKUR TINGKAT KEPATUHAN1.Metoda pengukuran langsung ( pengukuran konsentrasi obat atau metabolitnya dalam darah atau urin )2.Metoda pengukuran tidak langsung meliputi wawancara dengan pasien, penilaian hasil pemeriksaan klinis.
KONSEP KEPATUHAN
A. PengertianKepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Kaplan dkk, 1997). Menurut Sacket dalam Niven (2000) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.
B. Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2002) adalah: 1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan pendidikan.2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi.3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan.4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet dalam psikologi kesehatan.
C. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi KetidakpatuhanFaktor – faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian menurut Niven (2002) antara lain :1. Pemahaman tentang intruksi Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang intruksi yang diberikan
kepadanya.2. Kualitas InteraksiKualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.3. Isolasi sosial dan keluargaKeluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.4. Keyakinan, sikap dan kepribadianBecker et al (1979) dalam Niven (2002) telah membuat suatu usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan.
D. Strategi Untuk Meningkatkan KepatuhanMenurut Smet (1994) berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah :1) Dukungan profesional kesehatanDukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik Dokter/ perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.
2) Dukungan sosialDukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.
3) Perilaku sehatModifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita hipertensi. Modifikasi gaya hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat anti hipertensi sangat perlu bagi pasien hipertensi.
4) Pemberian informasiPemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya.
Materi
Terapi Bermain
I. Pengertian
Kepatuhan adalah, Sejauh mana perilaku pasien dengan ketentuan yang diberikan oleh
professional kesehatan.
Obat adalah, yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, maupun zat kimia yang dapat
digunakan untuk mrngurangi rasa sakit dan menyembuhkan pasien.
II. Macam-macam obat psikofarmka
1. Anti PsikotikJenis-jenis:
a. Golongan Potensi RendahCholrpromazineThioridazineLevopromazine
b. Golongan Potensi TinggiFlufenazineTrifluoperazinePerphenazineHaloperidol
c. Golongan AtipikalRisperidol
ClozapineOlanzapine
2. Anti DepresiJenis-jenis:
a. Bersifat sedatifAmitriptilinImipramin
b. Bersifat Atifasi / Non SedatifMeclobemideSertraline
3. Anti AnsietasJenis-jenis:
a. Golongan BenzodiazepinDiazepamLorazepamBromazepamClobazamAlprazolam
b. Golongan Non Benzodiazepine Buspirone
4. Anti Mania a. Lithium carbonate b. Carbamazepinec. Clonazepamd. Asam valproat5. Anti Insomnia
a. Khasiat PanjangDiazepam
b. Khasiat MenengahEstazolamNitrazepam
c. Khasiat PendekTriazolamLorazepam
6. Anti Konvulsia. Phenobarbitalb. Difenylhydantoinc. Carbamazepined. Diazepame. Clonazepam7. Anti Hiperaktivitas
a. Methylphenidateb. Imipraminec. Carbamazepine8. Anti Parkinsonisme
a. Trihexyphenidil
b. Diphenhydraminec. Sulfas Atropind. DiazepamIII. Tujuan minum obata. Mencegah penyakit
b. Menyembuhkan penyakit
c. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
d. Mengubha fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
e. Peningkatan kesehatan
Mengurangi rasa sakit
IV. Dampak jika tidak minum obat
a. Timbulnya penyaki baru
b. Penyakit semakin parah
c. Susah sembuh
d. Akan terjadi kekambuhan penyakit
e. Lebih lama tinggal dirumah sakit
V. Manfaat minum obat
a. Biar cepat sembuh
b. Biar cepat pulang
c. Kembali ke keluarga dan masyarakat