Post on 13-Apr-2016
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons
tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Imunologi adalah suatu cabang
yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem
imun (kekebalan) pada semuaorganisme. Imunologi antara lain mempelajari
peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem
imun pada gangguan imunologi karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-
komponen sistem imun.
B. TUJUAN MASALAH.
1. Mengetahui lebih jauh gambaran tentang imunologi.
2. Mengetahui lebih jauh tentang sistem imun.
3. Mengetahui apa saja yang mencakup tentang imunologi.
4. Mengetahui penyakit Imunitas.
C. RUMUSAN MASALAH.
1. Apa pengertian imunologi ?
2. Apa saja yang termasuk dalam sistem imun?
3. Apa yang dimaksud dengan Antigen dan Antibodi ?
4. Apa saja macam-macam penyakit Imunitas?
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pendapat Para Ahli Tentang Imunologi
Pada tahun 1798, Edward Jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar dari
infeksi variola secara alamiah, bila ia telah terkontaminasi sebelumnya dengan cacar sapi
(cow pox). Sejak saat itu, mulai dipakailah vaksin cacar. Dengan ditemukannya mikroskop
maka kemajuan dalam bidang makrobiologi meningkat dan mulai dapat ditelusuri penyebab
penyakit infeksi.Selain itu peneliti Perancis, Charles Richet dan Paul Portier (1901)
menemukan bahwa reaksi kekebalan yang diharapkan timbul dengan menyuntikkan zat
toksin pada anjing tidak terjadi, bahkan yang terjadi adalah keadaan sebaliknya yaitu
kematian sehingga dinamakan dengan istilah anafilaksis (tanpa pencegahan).
Pada tahun 1873 Charles Blackley mempelajari penyakit hay fever, yaitu penyakit
dengan gejala klinis konjungtivitis dan rinitis, serta melihat bahwa ada hubungan antara
penyakit ini dengan serbuk sari Lalu pada tahun 1911-1914, Noon dan Freeman mencoba
mengobati penyakit hay fever dengan cara terapi imun yaitu menyuntikkan serbuk sari
subkutan sedikit demi sedikit. Sejak itu cara tersebut masih dipakai untuk mengobati
penyakit alergi terhadap antigen tertentu yang dikenal dengan caradesensitisasi.
Pada tahun 1923, Cooke dan Coca mengajukan konsep atopi (strange disease)
terhadap sekumpulan penyakit alergi yang secara klinis mempunyai manifestasi sebagai hay
fever, asma, dermatitis, dan mempunyai predisposisi diturunkan. Dan mulai saat itu ilmu
alergi-imunologi diterapkan dalam kelainan dan penelitian di bidang alergi klinis.
Landsteiner (1900) menemukan golongan darah ABO, dan disusul dengan golongan
darah rhesus oleh Levine dan Stenson (1940) , maka kelainan klinis berdasarkan reaksi imun
semakin dikenal. Pada masa itu, fenomena imun yang terjadi baru dapat dijabarkan dengan
istilah imunologi saja. Baru pada tahun 1939, 141 tahun setelah penemuan Jenner, Tiselius
dan Kabat menemukan secara elektroforesis bahwa antibodi terletak dalam spektrum
globulin gama yang kemudian dinamakan imunoglobulin(Ig). Dengan cara
imunoelektroforesis diketahui bahwa imunoglobulin terdiri atas 5 kelas yang diberi nama
IgA, IgG, IgM, IgD dan IgE (WHO, 1964)
B. Pengertian imunologi
Imunologi adalah ilmuyang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem
imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada
berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti :
malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun, hipersensitivitas,defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi,
dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu
bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas
masalah antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama yang berhubungan
dengan imunitas terhadap penyakit , reaksi biologik yang bersifat hipersensitif, alergi dan
penoloakan jaringan asing.
C. Sistem imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme
pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta seltumor. Imunitas atau sistem imun tubuh
manusia terdiri dari imunitas alami atau system imunnon spesifik dan imunitas adaptif atau
system imun spesifik.
Sistem imun non-spesifik yang alami dan sistem imun spesifik.Sistem imun non-
spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan dalam sistem imun, meliputi
level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia, kemudian level larut seperti pada asam
lambung atau enzim.
Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang
terdiri dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel Tdelayed hyper-
sensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi optimal
adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang.Kedua sistem imun ini bekerja sama
dengan saling melengkapi secara humoral, seluler, dan sitokin dalam mekanisme yang
kompleks dan rumit.
1. Imunitas Alami atau Non spesifik
Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan inheren
yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau abnormal
dari jenis apapun dan imunitas ini tidak diperoleh melalui kontak dengan suatu antigen.
Sistem ini disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.
Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen
atau asing, tidak memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang
singkat.
Sistem imun nonspesifik terdiri atas pertahanan fisik/mekanik seperti kulit,
selaput lendir, dan silia saluran napas yang dapat mencegah masuknya berbagai kuman
patogen kedalam tubuh; sejumlah komponen serum yang disekresikan tubuh, seperti
sistem komplemen, sitokin tertentu, dan antibody alamiah; serta komponen seluler,seperti
sel natural killer (NK).
a) Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting.
Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan
dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem
komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh.
b) Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang memiliki
fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan kemokin
menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon
inflamasi. Contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri
yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a).
c) Antibodi alamiah (immunoglobulin)didefinisikan sebagai antibodi pada individu
normal dan sehat yang belum distimulasi oleh antigen eksogen.Antibodi alamiah
berperan penting sebagai pertahanan lini pertama terhadap patogen dan beberapa tipe
sel, termasuk prakanker, kanker, sisa pecahan sel, dan beberapa antigen.
d) Natural Killer Cells (Sel Natural Killer)diketahui secara morfologi mirip dengan
limfosit ukuran besar dan dikenal sebagai limfosit granular besar. Sekitar 10–15%
limfosit yang beredar pembuluh darah tepi adalah sel NK. Sel NK berperan penting
pada respon dan pengaturan imun bawaan. Sel NK mengenal dan melisiskan sel
terinfeksi patogen dan sel kanker. Sel NK melisiskan sel dengan melepaskan
sejumlah granul sitolitik di sisi interaksi dengan target. Komponen utama granul
sitolitik adalah perforin. Sel NK juga menghasilkan sitokin dan kemokin yang
digunakan untuk membunuh sel target, termasuk IFN-γ, TNF-a, IL-5, dan IL-13.
Sistem imun yang ada pada tubuh dapat kita lihat dari sel darah kita.
2. Sistem Imun Adaptif (adaptive immunity system)
Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat
khusus dan diperantarai oleh oleh antibody atau sel limfoid. Imunitas ini bisa bersifat
pasif dan aktif.
a) Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya dalam
inang lain.
b) Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif denga antigen
asing yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi, pemaparan
terhadap produk mikroba atau transplantasi se lasing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai kemampaun untuk
mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif memiliki
beberapa karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-
masing dengan pola yang spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing
dan antigen sendiri; dan kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan
sebelumnya dengan memulai respon memori yang kuat. Terdapat dua kelas respon imun
spesifik :
a) Imunitas humoral (Humoral immunity), Imunitas humoral ditengahi oleh
sekelompok limfosit yang berdiferiensasi di sumsum tulang, jaringan limfoid
sekunder yaitu meliputi limfonodus, limpa dan nodulus limfatikus yang terletak di
sepanjang saluran pernafasan, pencernaan dan urogenital.
b) Imunitas selular (cellular immunity), Sel T mengalami perkembangan dan
pematangan dalam organ timus. Dalam timus, sel T mulai berdiferensiasi dan
memperoleh kemampuan untuk menjalankan fungsi farmakologi tertentu.
Berdasarkan perbedaan fungsi dan kerjanya, sel T dibagi dalam beberapa
subpopulasi, yaitu sel T sitotoksik (Tc), sel T penindas atau supresor (Ts) dan sel T
penolong (Th). Perbedaan ini tampak pula pada permukaan sel-sel tersebut. Untuk
mengetahui cara kerja sel T penindas atau sel T pembunhuh dapat kita lihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik
Non spesifik Spesifik
Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang
Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua
mikroorganisme.
Spesifik untuk mikroorganisme yang sudah
mensintesis sebelumnya
Sel yang penting Fagosit
Sel NK
Sel K
Limfosit
Molekul yang
penting
Lizosim
Komplemen
Protein fase akut
Interferon ( sitokin )
Antibody sitokin
Sel yang berada di
dalamnya
didominasi sel polimorfonuklear didominasi selT dan sel B
Sifat bersifat general/ umum bersifat memori / diperlukan pajan pertama
dan efektik untuk pajanan berikutnya
dengan antigen yang sama
Cara kerja cara kerja cepat cara kerja kualitas meningkat karna
memiliki sifat memory
D. Antigen dan Antibodi
1. Antigen
Antigen merupakan bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan
oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi
dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya
sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi
tanggapan imun. Antigen biasanya berbentukprotein atau polisakarida. Sistem
kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh seldan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh
terhadap infeksibakteridan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain
dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis
utama, yaitu antigen eksogen dan antigen endogen.antigen eksogen adalah antigen-
antigen yang disajikan dari luar kepada hospes dalam bentuk mikroorganisme,tepung
sari,obat-obatan atau polutan.Antigen ini bertanggungjawab terhadap suatu spektrum
penyakit manusia, mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang
dibenahi secara immologi, seperti pada asma.Antigen endogen adalah antigen yang
terdapat didalam tubuh dan meliputi antigen-antigen berikut:antigen senogeneik
(heterolog), antigen autolog dan antigen idiotipik atau antigen alogenik (homolog).
Antigen senogeneik adalah antigen yang terdapat dalam aneka macam spesies yang
secara filogenetik tidak ada hubungannya, antigen-antigen ini penting untuk
mendiagnosa penyakit. Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak mempunyai
arti klinik adalah kelompok-kelompok antigen yang digunakan untuk membedakan
satu individu spesies dengan individu spesies yang sama. Pada manusia determinan
antigen semacam ini terdapat pada sel darah merah,sel darah putih trombosit, protein
serum, dan permukaan sel-sel yang menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud
antigen-antigen histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen polomorfik, karena
adanya dua atau lebih bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik didalam populasi.ciri
– ciri antigen yang menentukan imunogenitas dalam respon imun :
a) Keasingan,yaitu imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing
terhadap hospes
b) Ukuran molekul
c) Kekompleksian kimia dan struktural
d) Penentu antigen ( epilop )
e) Konstitusi genetik inang
f) Dosis, jalur, dan saat pemberian anti gen.
2. Pembagian antigen
a. Berdasarkan epitop Unditerminan ( univalent ) Unideterminan ( multivalent ) Multideterminan ( univalent ) Multideterminan ( multivalent )
b. Berdasarkan spesifitas Heteroantigen 4.Antigen organ spesifik Xenoantigen 5.Autoantigen Alloantigen
c. Berdasarkan ketergantungan terhadap sel T T dependen T independen
3. Antibodi
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar
tubuhvertebrata lainnya, dan digunakan olehsistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus.
Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki
dua rantai berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah
yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan
beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang berbeda
berdasarkan pada tiap rantai berat mereka masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda
diketahui berada pada tubuh mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan
menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing yang
berbeda yang ditemui. Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan
antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama;
digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin,
atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan
pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya disingkat
penulisaanya menjadi Ab.(Dorlan).
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai
immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat
pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang
menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terdiri atas
empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain)yang identik dan dan dua
rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida
untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y
itu terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena
urutan asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi
yang lain.Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama
membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi.Interaksi
antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan
substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada
masing-masing molekul(Campbell).
4. Interaksi Antigen dan Antibodi
Interaksi Antigen dan Anti bodiadalahsebagaiberikut :
a) Reaksi ini pada umunya spesifik,biarpun ada beberapa ditemukan reaksi silang
(cross – reaction)
b) Pengabunggan antara antigen – antibodi adalah erat sekali, tetapi seringkali
reversible.
c) Antigen dan antibodi bergabung dalam jumlah yang variabel ( Danysz
phenomenon )
d) Antigen dan antibodi adalah suatu reaksi kimia, karena yang bergabung adalah
gugus – gugus spesifik dari kedua regens.
e) Dari suatu antigen dengan antiserumnya dapat diperihatkan tipe – tipe reaksi
serologic yang berbeda, mungkin disebabkan oleh molekul – molekul antibodi
yang sama sering merefleksikan yang berbeda.
5. Komplemen
Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting.
Sistem ini terdiri dari 30 protein-protein dalam serum atau di permukaan sel-sel
tertentu. Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan
melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari
sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh. Ketika diaktivasi,
akan menghasilkan sejumlah fragmen komplemen reaktif secara biologis. Fragmen
komplemen tersebut akan memodulasi bagian lain dari sistem imun dengan cara terikat
secara langsung pada T limfosit dan sumsum tulang penghasil limfosit (B limfosit)
pada sistem imun adaptif dan juga menstimulasi sintesis dan pelepasan sitokin.
Komponen komplemen juga dapat meningkatkan fagositosis makrofag dan neutrofil
dengan bekerja sebagai opsionin.
Umumnya komplemen mempunyai efek utama , yakni :
a. Lisis sel ( misalnya bakteri dan sel tumor )
b. Menghasilkan perantara yang ikut serta dalam peradangan dan menarik
fagositosis.
c. Opsinosasi organisme dan kompleks imun untuk pembersihan fagositosis.
d. Peningkatan respon imun berperantara antibody.
Protein komplemen terutama disintesis oleh hati dan sel fagositik. Karena tidak
tahan panas , komplemen dinonaktifkan pada suhu 56 0 c selama 30 menit.Efek – efek
biologik utama komplemen yakni opsonisasi, anafilaktosin, sitolisis.
Akibat klinik dari defisiensi komplemen secara umum mengakibatkan
peningkatan kepekaan terhadap penyakit infeksi , misalnya defisiensi C2 sering
menimbulkan infeksi bakteri piogenik yang serius. Defisiensi komponen kompleks
penyerang selaput sangat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi Neisseria . defisiensi
pada komponen jalur alternative juga telah diketahui , misalnya defisiensi properdin
membuat orang lebih peka terhadap penyakit meningokokus.
6. Sitokin dan Kemokin
a) Pengertian sitokin dan kemokin
Sitokin dan kemokin adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting
dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan dalam menentukan
respon imun alamiah dengan cara mengatur atau mengontrol perkembangan,
differensiasi, aktifasi, lalulintas sel imun, dan lokasi sel imun dalam organ limfoid.
Sitokin merupakan suatu kelompok“messenger intrasel” yang berperan dalam
proses inflamasi melalui aktifasi sel imun inang. Sitokin Juga memainkan peran
mediator poten untuk inflamasi sel. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan
kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Telah dikenal
lebih 30 sitokin. Sebagian besar sel sistem imun dan beberapa sel lainnya
melepaskan sitokin. Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a)
contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri, keduanya
merupakan polipeptida berbobotmolekul kecil yang memiliki efek yang luas dalam
berbagai reaksi dalam tubuh, termasuk respon imunologi, inflamasi, dan
hematopoiesis.
b) peranan sitokin
Sitokin bekerja seperti hormin , yaitu tidak melalui reseptor pada
permukaan sel sasaran sebagai berikut :
1) Langsung :
Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel ( pleitropi )
Autoregulasi ( fungsi autokrin )
Terhadap sel yang letaknya tidak jauh ( fungsi parakrin )
2) tidak langsung :
Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama
dengan sitokoin lain dalam merangsang sel ( sinergisme ).
Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin (antagonisme)
3) Aktivasi sel
Aktivasi sel T
Antigen yang semula ditangkap dan diproses APC, dipersentasikan
ke reseptor pada sel Tc dan Th masing – masing dalam hubungan dengan
MHC kelas I dan II. APC tersebut memproduksi dan melepas sitokin
seperti IL – 1 yang merangsang sel T untuk berpoliferasi dan
berdeferensiasi. Sel T tersebut memproduksi sitokin. Untuk mengetahui
hubungan sel T denganMajor histocompatibility complex kelas I atau
Major histocompatibility complex kelas II, dan antigen (merah).
Aktivasi sel B
Sel Th dirangsang melepas sitokin yang mengaktifkan sel B dalam
3 tingkat, yakni aktivasi, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma
yang memproduksi Ig.
c) Sitokin dan inflamasi
Endotoksin dan trauma fisik dapat pula menimbulkan pelepasan sitokin
yang berperan pada inflamasi akut, yang lokal maupun yang sistematik.
d) Sitokin dan pengobatan
Sitokin dapat digunakan sebagai pengganti komponen sistem imun yang
defesiensi atau untuk menggerahkan sel – sel yang diperlukan dalam
menanggulangi defisiensi imun primer atau sekunder, merangsang sistem sel imun
dalam respons terhadap tumor infeksi bakteri atau virus yang berlebihan.
Antisitokin telah digunakan untuk mengontrol penyakit autoimun dan pada keadaan
dengan sistem imun yang terlalu aktif / patologik.
E. Imunologi
Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi kanker.
1. Imunologi infeksi
Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput lendir, maka tubuh akan
mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk menghancurkannya, yaitu antibodi
fagosit, komplemen dan sel – sel sistem imun. Bila suatu antigen pertama masuk kedalam
tubuh, dalam beberapa hari pertama antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya lainnya
belum memberikan respons. Tetapi komplemen dan pagosit serta komponen imun
nonspesifik lainnya dapat bekerja langsung untuk menghancurkannya.
2. Imunulogi kanker
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan
menghancurkan tumor. Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel
normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran
mereka menyebabkan sel imun menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh
tumor memiliki beberapa sumber; beberapa berasal dari
virus onkogenik sepertipapillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim, sementara
lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah pada sel
normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh
adalahenzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah
beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut melanoma.
Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal penting
untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi
menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga meningkatkan
keganasan sel tumor.Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor
disebut onkogen.
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel
abnormal menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu.
Antigen tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen
virus. Hal ini menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal.
Sel NK juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor
memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan
normal; hal ini merupakan fenomena umum dengan tumor.Terkadang antibodi dihasilkan
melawan sel tumor yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi
kanker.Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada
permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa
sel tumor juga mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan
mengsekresikan sitokinTGF-β, yang menekan aktivitas makrofaga danlimfosit. Toleransi
imunologikal dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi
menyerang sel tumor.
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim
sitokin yang menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor
pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor
dan sitokin diproduksi oleh makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi
protein yang menghalangi metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker.
telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan sel
kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang akan
membunuh sel tumor. Imunoterapi untuk perawatan kankermerupakan salah satu hal yang
diteliti oleh penelitian medis.dapat kita lihat pada gambar 5
Tujuan mempelajari imunologi kanker ialah :
Mengetahui hubungan antara respons imunologi pejamu dan tumor.
Menggunakan pengetahuan tentang respons imun terhadap tumor dalam diagnosis,
profilaksis dan pengobatan.
F. Penyakit Imunitas
Mekanisme Imun/kekebalan tubuh merupakan sistim pertahanan tubuh yang
terintegrasi sejak awal konsepsi (pembuahan).merupakan sistim pertahanan tubuh yang
sudah merupakan software bawaan. Tetapi sistim imun tersebut dapat juga berubah menjadi
suatu penyakit yang dalam beberapa jenis tidak bisadisembuhkan.Contoh : Saat udara
dingin, sering kita mengalami hidung tersumbat, bersin2 pada saluran nafas kita (hidung),
ini merupakan mekanisme untuk menghangatkan dan melembabkan udara luar yang kita
hirup kedalam paru-paru, tetapi pada orang – orang tertentu, justru udara dingin tersebut
akan memicu timbulnya reaksi yang berlebihan, yaitu timbulnya serangan sesak nafas
(astma), bisa juga timbulnya gatal - gatal di sekujur tubuh (biduren/urtikaria). Berikut ini
merupakan penyakit akibat merendahnya sistem imun.
1. Hipersensivitas
Hipersensivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respons imun
yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakaan jaringan tubuh. Reaksi tersebut oleh
Gell dan Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme
imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV. Reaksi itu dapat terjadi sendiri – sendiri,
tetapi klinik sering dua atau lebih jenis tersebut terjadi bersama.
2. Autoimunitas
Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah reaksi sistem imun terhadap antigen
jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen sedangkan antibodi yang dibentuk
disebut autoantibodi. Penyakit autoimun dapat dibagi atas beberapa golongan, yaitu :
a) Berdasarkan organ ; terdiri atas penyakit autoimun organ spesifik dan non organ
spesifik.
b) Berdasarkan mekanisme ; penykit autoimun melalui antibodi ( anemia hemolitik
autoimun, miastenia gravis dan tirotoksikosis ), penyakit autoimun melalui
kompleks imun ( LES, AR ), penyakit autoimun melalui sel T dan penyakit
autoimun melalui komplemen.
3. HIV AIDS
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan
sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang
oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan
sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.
a) Gejala Infeksi HIV/ AIDS
1) Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah
selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul
dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan tidak gatal.
Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar,
diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.
2) Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi
sampai 10 tahun.
3) Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml
dan penderita masuk dalam fase AIDS.
4) AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang
tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS
diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau
lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam,
penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak
keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat
yang berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan,
atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan
penyebabnya.dan berat badan berangsur – angsur menurun.Berdasarkan
penjelasan diatas untuk lebih mengetahui
b) Epidemiologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia),
dapat meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel
darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun
dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas
kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat
hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup
dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu.
Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia
sepertiNonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.
c) Dampak HIV/ AIDS
Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat
adalah : menurunnya kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif=84%);
angka kematian tinggi dikarenakan penularan virus HIV/ AIDS pada bayi, anak
dan orang tua; serta adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap
penderita HIV/ AIDS masih kuat.
d) Cara Penularan
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air
mani (semen), cairan vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam
otak. Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus
dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.Cara penularan HIV
AIDS antara lain :
1) Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS,
berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak
menggunakan alat pelindung (kondom).
2) Kontak darah/luka dan transfusi darah – Kontak darah/luka dan
transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV.
3) Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik – Penggunaan jarum suntik
atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang
terinfeksi HIV.
4) Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.
HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman,
berciuman, berpelukan, tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-
gelas yang sama.
e) Cara Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang
mempunyai perilaku beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat
melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun caranya adalah
dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami),
penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan
vaginal. Pencegahan pada pengguna narkoba dapat dilakukan dengan cara
menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan dan jangan melakukan
hubungan seksual pada saat high (lupa dengan hubungan seksual aman).
Sedangkan pencegahan pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti
HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada bayi) dan
pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari
darah penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.
f) Pengobatan HIV/ AIDS
Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan
ARV (antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap
penelitian.Jenis obat-obat antiretroviral :
1) Attachment inhibitors(mencegah perlekatan virus pada sel host)
danfusioninhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan
membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada
manusia.
2) Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA
virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan
saat ini adalah golonganNukes dan Non-Nukes.
3) Integrase inhibitors,menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi
menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus
4) Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi
memotong DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan
obat ini sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir,
Lopinavir, dll.).
5) Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir
(messenger) kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214.
Obat ini masih dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
6) Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang
mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43).
4. Lupus
Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic
lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem
dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya
antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri. Penyakit lupus atau systemic lupus
erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam,
Cina, dan Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak
kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita
dan laki-laki 5:1. Penyakit ini sering ditemukan pada beberapa orang dalam satu
keluarga.
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas.
Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti
genetik, lingkungan, dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal
menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan
berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen
abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak
sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan
trauma psikis maupun fisik.
Gejala Klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat
timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh.
Munculnya penyakit dapat spontan atau didahului faktor pemicu. Setiap serangan
biasanya disertai gejala umum, seperti demam, badan lemah, nafsu makan berkurang
dan berat badan menurun.Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE, sehingga
penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan dengan antibiotika bila akan
menjalani operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya. Salah satu bagian
dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah memberikan penjelasan
kepada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga penderita dapat
bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya.
G. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi adalah
pemberian kekebalaan tubuh terhadaap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam
tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan pada anak-anak karena sistem kekebalan
tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa,sehingga rentang terhadap serangan
penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali tetapi harus dilakukan
secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan dan hidup anak. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari immunisasi adalah
untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat
dihindari dengan imunisasi yaitu seperti Hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk
rejan, gondongan, cacar air, dan TBC. Imunisasi pada balita atau anak – anak dapat kita
lakukan untuk membuat system imun dalam tubuh anak menjadi lebih baik.
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan
virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik
atau minum. Telah bibit penyakit masuk pada tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk
melawan penyakit tersebut dengan membentuk antibodi.Imunisasi dapat dibagi jadi 2 jenis,
yakni imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
1. imunisasi pasif
Imunisasi ini terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel lainnya
dari orang lain yang telah mendapat imunisasi aktif atau dengan kata lain merupakan
kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit.
2. imunisasi aktif
Pada imunisasi aktif, respon imun dapat terjadi setelah seseorang terpasang
dengan antigen. Imunisasi aktif kekebalanya didapat dari pemberian bibit penyakit
lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasaa guna membentuk antibodi
terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.Transfer sel yang
imunokompeten kepala pejamu yang sebelumnya imuninkompeten, disebut transfer
adaptif Imunisasi dapat terjadi.
BAB IIIPENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem Imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar Biologis yang dilakukan oleh
sil dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan
sel kanker dan zat asing dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapa berkembang dalam tubuh.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Makalah ini perlu dikaji ulang
agar dapat sempurna dan makalah ini harus digunakan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghaffar, Prakash Nagarkatti (2009). “MHC: GENETICS AND ROLE IN TRANSPLANTATION”. Microbiology and Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
David S. Wilkes, William J. Burlingham. 2004. Immunobiology of organ transplantation. Springer.
DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. TUJUAN MASALAH..........................................................................................................1
C. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Pendapat Para Ahli Tentang Imunologi................................................................................2
B. Pengertian imunologi............................................................................................................3
C. Sistem imun..........................................................................................................................3
1. Imunitas Alami atau Non spesifik........................................................................................4
2. Sistem Imun Adaptif (adaptive immunity system)...............................................................5
D. Antigen dan Antibodi...........................................................................................................8
E. Imunologi............................................................................................................................14
F. Penyakit Imunitas...............................................................................................................16
G. Imunisasi.............................................................................................................................22
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................24
A. KESIMPULAN...................................................................................................................24
B. SARAN...............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25