Makalah Imunologi Bebel
-
Upload
anon618215415 -
Category
Documents
-
view
67 -
download
0
Transcript of Makalah Imunologi Bebel
MAKALAH IMUNOLOGI
ANTIGEN DAN ANTIBODI
Disusun oleh:
Nabhilla Sofia ( 10330037 )
Dosen : Dra. Refdanita, Msi.,Apt
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKHNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Imunologi.
Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Refdanita, M.Si,Apt selaku dosen Imunologi.
2. Rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, atas bantuannya
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Harapan kami semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
terutama bagi mahasiswa/mahasiswi ISTN. Kami menyadari dalam tulisan ini masih terdapat
banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, sehingga
kami sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan
tulisan ini di masa yang akan datang.
Jakarta, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sel T dan Sel B ......................................................................... 2
2.2. Antigen ....................................................................................... 3
2.3. Sifat-sifat Antigen ..................................................................... 4
2.4. Jenis-jenis Antigen ..................................................................... 6
2.5. Antibodi ..................................................................................... 7
2.6. Macam-macam Antibodi ........................................................... 8
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Kerja Antigen .......................................................... 11
3.2 Mekanisme Pembentukan Antibodi ............................................ 11
3.3 Mekanisme Kerja Antibodi ......................................................... 14
3.4 Interaksi Antigen dengan Antibodi ............................................. 15
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai pathogen seperti bakteri, virus, jamur atau parasit mengandunga berbagai
bahan yang disebut imunogen atau antigen dan dapat menginduksikan sejumlah respon
imun. Sel-sel sistem imun tersebar di seluruh tubuh dan ditemukan di dalam darah, limpa,
timus, kelenjar limfe, saluran napas, saluran cerna dan slauran kemih. Keutuhan tubuh
dipertahankan oleh sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas sistem imun spesifik
(adaptive / acquired) dan sistem imun nonspesifik Sistem imun spesifik terdiri dari sistem
imun spesifik humoral dan selular Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral
adalah limfosit B atau sel B yang jika dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi
menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi (imunoglobulin).
Jika terdeteksi adanya patogen, sistem kekebalan tubuh bertugas untuk
mengeleminasinya dari tubuh. Agar proses eliminasi patogen berlangsung dengan baik
dan benar, sistim kekebalan tubuh harus mampu untuk membedakan antara antigen pada
patogen yang selanjutnya disebut dengan nonself-antigen dengan antigen yang dimiliki
sel-sel tubuh yang disebut dengan self-antigen.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Antigen dan Antibodi?
2. Bagaimana mekanisme dari Antigen dan Antibodi?
3. Apa saja klasifikasinya?
4. Apa perannya dalam suatu penyakit?
1.3. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori Imunologi yang didapat dari perkuliahan.
2. Mahasiswa mendapat wawasan lebih mengenai Imunologi khususnya tentang
Antigen dan Antibodi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SEL T dan SEL B
2.1.1 Sel T
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui sebagai
limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T mampu membedakan
jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan
kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel
T teraktivasi menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan
cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang kembali. Kemampuan sel T untuk
mengingat infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang
proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem kekebalan tiruan.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor sel
T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida MHC pada permukaan sel sehingga
menimbulkan antarmuka antara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul
co-receptor dan co-binding. Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman
sinyal antar kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan seluruh isi
selular, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR
yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T
memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi sel
fagosit atau penghancuran sel target dalam seketika. Dengan demikian respon kekebalan
tiruan terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.
Sel T memiliki prekursor berupa sel punca hematopoietik yang bermigrasi dari
sumsum tulang menuju kelenjar timus, tempat sel punca tersebut mengalami
rekombinasi VDJ pada rantai-beta pencerapnya, guna membentuk protein TCR yang
disebut pre-TCR, pencerap spesial pada permukaan sel yang disebut pencerap sel T
(bahasa Inggris: T cell receptor, TCR). "T" pada kata sel T adalah singkatan dari kata
timus yang merupakan organ penting tempat sel T tumbuh dan menjadi matang.
Beberapa jenis sel T telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi yang berbeda-
beda.
2.1.2 Sel B
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun humoral
yang berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T. Fungsi utama sel B
adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah komponen sistem
kekebalan tiruan.
Pencerap antigen pada sel B, biasa disebut pencerap sel B, merupakan
imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi menjadi sel
plasma yang memproduksi molekul antibodi dari antigen yang terikat pada pencerapnya.
2.2. Antigen
Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang
berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa
olisakarida atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000 yang
dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi.
Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan
dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel,
tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya
sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi
tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau
polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten)
dipasangkan ke protein-pembawa. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem
perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh
terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain
dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam
dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan
terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan
resiko terkena beberapa jenis kanker. Dalam faktanya kekuatan antibody seseorang
tersebut dalam melawan antigen yang terdapat dalam tubuh seseorang.
2.3. Sifat - Sifat Antigen
1. Sifat-sifat umum imunogen
Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat sebagai
imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes. Secara
alami respon imun akan terjadi pada komponen yang biasanya tidak ada dalam tubuh
atau biasanya tidak terpapar pada sistem limforetikuler hospes.
2. Sifat-sifat Fisik
Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran
minimum tertentu, imunogen yang mempunyai berat molekul yang kecil, respon
terhadap hospes minimal, dan fungsi zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung
dengan proten-proten jaringan. Hapten dapat merangsang terjadinya respon imun
yang kuat jika bergabung proten pembawa dengan ukuran sesuai. Perlu diperhatikan
bahwa hapten-proten diarahkan pada (a)hapten,(b)pembawa, dan (c)daerah
spesifikasi tumpang tindih. yang melibatkan hapten dan unsur yang berdekatan
lainnya. Pada imunitas humoral, spesifisitas diarahkan pada hapten.sedangkan pada
imunitas selular, reaktifitas diarahkan baik pada hapten maupun pada proten
pembawa.
3. Kompleksitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat
fisik maupun kimia molekul. Keadaan aggegasi molekul misalnya dapat
mempengaruhi imunogenitas. Larutan proten-protein monometrik dapat benar-benar
merangsang terjadinya keadaan refraktair atau tolerans bila berada dalam bentuk
monometrik, tetapim sangat imunogen bila dalam berada polimetrik atau keadaan
agregasi.
4. Bentuk-bentuk (Conformation)
Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear
atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya
mampu merangsang terjadinya respon imun. Meskipun demikian antibodi yang
dibentuk dari aneka macam kombinasi struktur adalah sangat spesifik dan dapat
dengan cepat mengenal perbedaan-perbedaan ini.
5. Muatan (charge)
Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu;tidak terbatas pada
molekuler tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat
imunogen. Namun demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi
yang tanpa kekuatan . Telah terbukti bahwa imunitas dengan beberapa imunogen
bermuatan positif akan menghasilkan imunogen bermuatan negatif.
6. Kemampuan masuk
Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan
menentukan hasil respon imun. Perkembangan baru-baru ini telah memungkinkan
penelitian untuk mempersiapkan polipeptid imunogenik sintetik yang berisi
sejumlah asam amino terbatas dan yang susunan kimianya dapat ditentukan.
2.4. Jenis – jenis Antigem
Ada beberapa jenis antigen, yaitu jenis antigen berdasarkan determinannya, jenis
antigen berdasarkan spesifiktasnya, jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel T,
dan jenis antigen menurut berdasarkan kandungan bahan kimianya.
1. Jenis antigen berdasarkan determinannya, yaitu:
Unideterminan univalen merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya satu,
Unideterminan multivalen merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya lebih dari
satu,
Multideterminan univalen merupakan jenis epitop lebih dari satu dan jumlanya
satu,
Multideterminan multivalen merupakan jenis epitop lebih dari satu dan jumlanya
lebih dari satu.
2. Jenis antigen berdasarkan spesifiktasnya, yaitu:
Heteroantigen yaitu antigen yang dimiliki oleh banyak spesies,
Xenoantigen yaitu antigen yang dimiliki oleh spesies tertentu,
Alloantigen yaitu antigen yang dimiliki oleh satu spesies,
Antigen organ spesifik yaitu antigen yang dimiliki oleh organ tertentu,
Autoantigen yaitu antigen yang berasal dari tubuhnya sendiri.
3. Jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel T, yaitu:
T dependen adalah antigen yang perlu pengenalan terhadap sell T dan sel B untuk
merangsang antibodi,
T independen adalah antigen yang dapat merangsang sel B tanpa perlu mengenal
sel T terlebih dahulu.
4. Jenis antigen menurut berdasarkan kandungan bahan kimianya, yaitu:
Karbohidrat adalah antigen yang imunogenik
Lipid adalah antigen yang tidak imunogenik namun hapten
Asam nukleat adalah antigen yang tidak imunogenik
Protein adalah antigen yang imunogenik
2.5. Antibodi
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh
vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan
dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka terbuat dari sedikit
struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua
[rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B. Terdapat
beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang
berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai
berat mereka masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh
mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun
yang tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui.
Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang
menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja
seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis
oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan
sel. Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai
immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat
pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang
menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terriri atas
empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua
rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk
membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu
terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan
asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain.
Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu
kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat pengikatan
antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan
nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul.
2.5. Macam - macam Antibodi
a. Imunoglobulin G
Merupakan antibodi yang paling berlimpah dalam sirkulasi. Terbanyak dalam serum
(75%). Antibodi ini dengan mudah melewati dinding pembuluh darah dan memasuki
cairan jaringan. IgG juga menembus plasenta dan memberikan kekebalan pasif bagi
ibu ke janin. Ig G melindungi tubuh dari bakteri, virus, dan toksin yang beredar
dalam darah dan limfa, dan memicu kerja sistem komplemen. Mempunyai sifat
opsonin berhubungan erat dengan fagosit, monosit dan makrofag. Berperan pada
imunitas seluler yang dapat merusak antigen seluler berinteraksi dengan komplemen,
sel K, eosinofil dan neutrofil.
b. Imunoglobulin A
IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dua monomer Y (suatu dimer) oleh sel-
sel yang terdapat berlimpah pada membran mukosa. Jumlah dalam serum sedikit.
Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air mata, keringat, ludah dan air
susu. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah pertautan virus dan bakteri ke
permukaan epitelium. Fungsinya menetralkan toksin dan virus, mencegah kontak
antara toksin/ virus dengan sel sasaran dan mengumpalkan/ mengganggu gerak
kuman yang memudahkan fagositosis.
c. Imunoglobulin M
Immunoglobin M ialah antibodi yang disintesis pertama kali dalam stimulus antigen.
Konsentasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini diagnostik bermanfaat
karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh patogen
yang menyebabkan pembentukannya. Sintesis imunoglobin M dilakukan oleh fetus
waktu intrauterin. Oleh karena tidak dapat melawan plasenta, maka IgM pada bayi
yang baru lahir menunjukkan tanda-tanda infeksi intrauterin. Fungsinya mencegah
gerakan mikroorganisme antigen, memudahkan fagositosis dan Aglutinosis kuat
terhadap antigen.
d. Imunoglobulin E
Antibodi IgE berukuran sedikit besar dibandingakan dengan molekul IgG dan hanya
mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. Ig E disekresikan oleh sel
plasma di kulit, mukosa, serta tonsil. Jika bagian ujung IgE terpicu oleh antigen,
akan menyebabkan sel melepaskan histamin yang menyebabkan peradangan dan
reaksi alergi. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan eosinofil. Kadar tinggi pada
kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, trikinosis. Proteksi terhadap invasi
parasit seperti cacing.
e. Imunoglobulin D
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Antibodi IgD tidak mengaktifkan sistem
komplemen dan tidak menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan
sel B, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan
untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi sel plasma dan sel B memori. Tidak
dapat mengikat komplemen. Mempunyai aktifitas antibodi terhadap makanan dan
autoantigen.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. MEKANISME KERJA ANTIGEN
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa
masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat
pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut
dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non
spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan
dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi.
Contoh hapten diantaranya adalah toksin poison ivy, berbagai macam obat (seperti
penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat membawa efek alergik.
3.2. MEKANISME PEMBENTUKAN ANTIBODI
Antibodi dibentuk oleh sel plasma yang yang berasal dari diferensiasi sel B akibat
adanya kontak dengan antigen. Selama berdiferensiasi menjadi sel plasma, limfosit B
membengkak karena retikulum endoplasma kasar (tempat sintesis protein yang akan
dikeluarkan) sangat berkembang. Sel-sel plasma menghasilkan sampai dua ribu molekul
antibodi per detik.
Mekanisme pembuatan antibodi sebagai reaksi atas masuknya antigen masih belum
diketahui secara pasti. Sehingga ada beberapa teori yang memberi gambaran mengenai
sintesis antibodi ditinjau dari beberapa sudut.
Teori Selektif
Permukaan setiap sel pembentuk antibodi di dalam tubuh memiliki gugusan-
gugusan kimia yang khas (side chain), semacam reseptor yang berfungsi seperti
antibodi dan dapat mengikat antigen yang sesuai untuknya. Antigen itu akan
merusak reseptor yang berlebihan dan dilepaskan oleh sel ke dalam serum sebagai
antibodi. Teori ini kemudian ditinggalkan karena dianggap tidak masuk akal.
Teori Instruktif
Antigen bekerja sebagai cetakan atau template dan persediaan gamma-globulin di
dalam badan yang bentuknya menyesuaikan bentuk komplementer dari antigen.
Bentuk ini kemudian dapat dipertahankan dengan ikatan-ikatan disulfida, ikatan-
ikatan hydrogen dan sebagainya. Teori ini tidak dapat dipertahankan setelah
diketahui bahwa sifat khas antibodi ditentukan oleh urutan asam amino di bagian
variabel FAB (Fragment Antigen Binding), yang pembentukannya ditentukan oleh
suatu messenger RNA dan perubahan mRNA tidak dapat terjadi secepat kontak
dengan antigen.
Teori Seleksi Klonal
Teori ini berdasarkan kemampuan mutasi dan seleksi dari sel-sel tertentu di dalam
tubuh sesuai dengan kemampuan yang sama pada kuman. Sel yang berperan dalam
reaksi kekebalan, sel limfosit, hanya dapat mengikat satu jenis antigen. Kemampuan
ini telah ada sejak lahir dan merupakan sifat bawaaan. Dengan demikian maka sel-
sel limfosit di dalam tubuh merupakan kumpulan sel yang berlainan, ada yang dapat
bereaksi dengan satu antigen dan ada yang bereaksi dengan antigen lain. Bila
antigen masuk ke dalam tubuh ia diikat oleh reseptor pada permukaan limfosit yang
cocok, dan sel limfosit itu akan mengalami proliferasi dan membentuk satu clone.
Sebagian dari sel clone ini akan mengeluarkan antibodi dan sebagian lain akan
menyebar melalui aliran darah dan limfe ke dalam jaringan tubuh sebagai cadangan
sel yang sensitif terhadap antigen itu (memory cells). Antigen yang sama apabila
masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya akan bertemu dengan sel cadangan ini
dan mengakibatkan terbentuknya antibodi yang lebih cepat dan lebih banyak.
Perbedaan dalam respon imun primer dan sekunder , kadar antibodi yang dibentuk,
lamanya lag phase dan lain-lain sangat bergantung pada beberapa faktor, antara lain :
Jenis antigen
Dosis antigen yang diberikan ke darah
Cara masuk antigen ke tubuh
Sensitivitas teknik yang digunakan untuk mengukur antibodi
Pembentukan antibodi tidak berlangsung tanpa batas, ada mekanisme control yang
mengendalikan dan menghentikaan pembentukan antibodi berlebihan. Beberapa di antara
mekanisme control itu adalah berkurangya kadar antigen, pengaturan oleh idiotip, dan
penekanan oleh sel T penekan.
3.3. MEKANISME KERJA ANTIBODI
Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan
sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B,
sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan menghancurkan
bakteri atau virus tertentu yang menyerang sistem pertahanan tubuh manusia. Antibodi
mempunyai dua fungsi, pertama untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu
antigen. Fungsi kedua adalah membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu
menghancurkannya.Berada dalam aliran darah dan cairan non-seluler, antibodi
mengikatkan diri kepada bakteri dan virus penyebab penyakit. Mereka menandai
molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Dengan demikian sel prajurit
tubuh dapat membedakan sekaligus melumpuhkannya.
Antibodi bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak kunci dengan
lubangnya yang dipasang dalam struktur tiga dimensi.Tubuh manusia mampu
memproduksi masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap musuh yang
dihadapinya. Antibodi bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka
tubuh menciptakan antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi musuh. Hal ini
karena antibodi yang dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu berhasil bagi penyakit
lainnya. Membuat antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang
luar biasa dan proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya
dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen).Satu sel B yang sedemikian
kecil, menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar
menggunakannya dalam kombinasi yang tepat. Tersimpannya jutaan formula dalam suatu
sel yang sangat kecil merupakan keajaiban yang diberikan kepada manusia.
Yang tak kurang menakjubkan adalah bahwa kenyataannya sel-sel menggunakan
informasi ini untuk melindungi kesehatan manusia.Satu sel B menggandakan antibodi
spesifiknya dan mencantolkannya ke permukaan luar membran selnya. Antibodi
memanjang keluar seperti jarum, aerial yang sudah menyesuaikan diri menunggu
berkontak dengan sekeping protein tertentu yang bisa mereka kenali. Antibodi tersebut
terdiri dari dua rantai ringan dan dua rantai berat asam amino yang bersambungan dalam
bentuk Y. Setelah digandakan sampai jutaan, sebagian besar sel B berhenti membelah dan
menjadi sel plasma, jenis sel yang bagian dalamnya berisi alat untuk membuat satu
produk antibodi. Sebagian sel B lain membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel
memori. Antibodi bebas yang dibuat oleh sel plasma berkeliling di darah dan cairan
limpa. Ketika antibodi mengikatkan diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah.
Perubahan bentuk inilah yang membuat antibodi "menempel" di bagian luar makrofag.
3.4. INTERAKSI ANTIGEN dengan ANTIBODI
Antibodi adalah molekul protein (immunoglobulin) yang memiliki satu atau lebih
tempat perlekatan (combining sites) yang disebut paratope (Brownlee, 2007). Antigen
adalah molekul asing yang mendatangkan suatu respon spesifik dari limfosit. Salah satu
cara antigen menimbulkan respon kekebalan adalah dengan cara mengaktifkan sel B
untuk mensekresi protein yang disebut antibodi. Istilah antigen sendiri merupakan
singkatan antibody-generator (pembangkit antibodi). Masing-masing antigen mempunyai
bentuk molekuler khusus dan merangsang sel-sel B tertentu untuk mensekresi antibodi
yang berinteraksi secara spesifik dengan antigen tersebut (Campbell, 2004). Interaksi
antigen antibodi merupakan interaksi kimiawi yang dapat dianalogikan dengan interaksi
enzim dengan substratnya. Spesifitas kerja antibodi mirip dengan enzim.
Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit. Terdapat dua jenis
limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya berasal dari sel tiang yang sama
dalam sumsum tulang. Pendewasaan limfosit B terjadi di Bursa Fabricius pada unggas,
sedangkan pada mamalia terjadi di hati fetus, tonsil, usus buntu dan jaringan limfoid
dalam dinding usus.
Pendewasaan limfosit T terjadi di organ timus. Sistim kebal atau imun terdiri dari dua
macam, yaitu sistim kebal humoral dan seluler. Limfosit B bertanggung jawab terhadap
sistim kebal humoral. Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh, maka limfosit B
berubah menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi humoral. Antibodi humoral yang
terbentuk di lepas ke darah sebagai bagian dari fraksi γ- globulin. Antibodi humoral ini
memerangi bakteri dan virus di dalam darah.
Sistem humoral merupakan sekelompok protein yang dikenal sebagai imunoglobulin
(Ig) atau antibodi (Ab). Limfosit T bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler.
Apabila ada antigen di dalam tubuh, misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka
limfosit T akan berubah menjadi limfoblast yang menghasilkan limphokin (semacam
antibodi), namun tidak dilepaskan ke dalam darah melainkan langsung bereaksi dengan
antigen di jaringan. Sistim kekebalan seluler disebut juga “respon yang diperantarai sel”.
Aktifitas Sel B dalam Reaksi Antigen-antibodi (Soegiri, 1988).
Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti bagan berikut:
Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan
tersier.
Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibody
pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:
a) Netralisasi
Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen
menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin
bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.
b) Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse darah yang
tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.
c) Presipitasi
Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar,
sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya
mengendap.
d) Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibody yang berikatan dengan antigen mampu mengikat
reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang
mengandung antigen tersebut.
e) Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibody ke antigen juga menginduksi serangan sel
pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell
kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody sebelum
dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.
f) Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi
antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh
menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas
mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan
dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh
vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus.
Salah satu cara antigen menimbulkan respon kekebalan adalah dengan cara
mengaktifkan sel B untuk mensekresi protein yang disebut antibodi.
Interaksi antigen antibodi merupakan interaksi kimiawi yang dapat dianalogikan
dengan interaksi enzim dengan substratnya.
Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit. Terdapat dua jenis
limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, Garna., Imunologi Dasar Ed.IV, Balai penerbit UI, Jakarta, 2000.
Hoan, Tan and Rahardja, Kirana., Obat-Obat Penting Ed.V, Dirjen POM Depkes, Jakarta,
2003.
Http.//www.wikipedia.com”Imunologi dasar”. Diakses pada tanggal tanggal 22 Oktober
2011.
Campbell Neil A, et all. 2004. Biologi Jilid III. Edisi V. Jakarta : Erlangga.
http://biologipedia.blogspot.com/2011/03/antigen-dan-antibodi.html
http://belindch.wordpress.com/2009/12/07/interaksi-antigen-antibodi-dan-pengamatan-
jenis-jenis-leukosit/
http://filzahazny.wordpress.com/2008/10/31/antigen-dan-antibodi/
http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/2011/04/mengenal-anti-bodi-dan-antigen.html